Buku Ajar - Patologi
Transcript of Buku Ajar - Patologi
BUKU AJAR
PATOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNSYIAH
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS2018
Diterbitkan oleh :Percetakan & Penerbit
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESSDarussalam, Banda Aceh
BUKU AJAR - PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNSYIAH
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS2018
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian atau seluruh isi buku ini, sertamemperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari penerbit.
Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press Darussalam –Banda Aceh, 23111Judul Buku : Buku Ajar - PatologiPenulis : Fakultas Kedokteran Hewan UnsyiahPenerbitTelpEmailCetakanISBN
: Syiah Kuala University Press : (0651) 801222: [email protected] : 2018: 978-602-5679-15-5
Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami persembahkan kehadhirat Allah SWT yang dengan taufiq dan
HidayahNya kami dari Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah
Kuala dapat menyelesaikan revisi “Buku Ajar Patologi Veteriner Umum” dalam rangka
menunjang pelaksaan kegiatan mata kuliah Patologi Veteriner Umum yang merupakan
pengetahuan dasar untuk mempelajari ilmu patologi sebagai dasar pengetahuan untuk
diagnostik veteriner.
Materi yang ditulis dalam penuntun praktikum ini sebagian besar akan disampaikan
dalam beberapa kesempatan kuliah. Kami menyadari bahwa dalam buku ajar ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan baik dalam menyampaikan materi, istilah-istilah yang belum
dibakukan ke dalam bahasa Indonesia maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu, kami selalu
membuka diri menerima kritikan dan masukan yang membangun untuk menuju kesempurnaan
penuntun praktikum ini.
Darussalam, Banda Aceh, 7 Juli 2017Laboratorium PatologiFakultas Kedokteran Hewan Unsyiah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iDAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 11. Deskripsi ...................................................................................................... 12. Relevansi ...................................................................................................... 13. Standar Kompetensi Dasar Mata Kuliah (TIU) ........................................... 14. Kompetensi Dasar Mata Kuliah (TIK)......................................................... 15. Indikator ....................................................................................................... 1
BAB II PATHOLOGY ................................................................................................ 4A. Istilah-Istilah Dalam Patologi ................................................................................. 4B. Etiologi (Penyebab Penyakit).................................................................................. 5C. Gangguan Metabolisme Pikmen. ............................................................................ 18
BAB III SEL NORMAL.............................................................................................. 27A. Infra Struktur dan Fungsi Sel .................................................................................. 27B. Kerusakan Sel, Kematian Sel, dan Nekrosis ........................................................... 34C. Penyebab Kerusakan dan Kematian Sel.................................................................. 34
BAB IV. GANGGUAN SIRKULASI ......................................................................... 57
BAB V. GANGGUAN SISTEM IMMUN ................................................................. 82A. Sel-sel Sistim Immun .............................................................................................. 82B. Antigen Histocompatibiliti ...................................................................................... 89C. Respon antibody...................................................................................................... 90D. Respon Immun Berperantara Sel ............................................................................ 91
BAB VI. AUTOIMMUNE DISEASE ........................................................................ 93A. Self tolerance (Immunological Tolerance) ............................................................. 93B. Mekanisme Yang Mempengaruhi Kerusakan Self Toleran ................................... 95C. Single Organ (atau tipe sel) penyakit Autoimmune ................................................ 97D. Multisystem ( Systemik) Autoimmune Disease...................................................... 101
BAB VII. HIPERSENSITIVITAS............................................................................... 104
BAB VIII. INFLAMASI KRONIS.............................................................................. 112
LATIHAN.................................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 118
GLOSARIUM.............................................................................................................. 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Patologi vteriner umum merupakan bidang ilmu yang mempelajari cara mendiagnosa
jenis penyakit hewan secara infeksi dan non infeksi berdasarkan patologi anatomi dan
histopatologi. Mempelajari bentuk-bentuk perubahan patologi yang terdapat pada organ atau jaringan
hewan, meliputi penyebab penyakit, gangguan sirkulasi darah, gangguan metabolisme, pertahanan
tubuh terhadap luka dan tumor/kanker.
2. Relevansi
Menguasai dasar teoritis dalam melakukan diagnosa dan penetapan diferensial
diagnosa penyakit hewan secara infeksi dan non infeksi berdasarkan perubahan patologi
anatomi dan perubahan histopatologi.
3. Standar Kompetensi Dasar Mata Kuliah (TIU)
Menguasai pengetahuan tentang etiologi penyakit hewan secara infeksi dan non infeksi,
patogenesis, gejala klinis, penetapan diagnosis berdasarkan perubahan perubahan-perubahan
patologi secara makroskopis dan mikroskopis pada sel, organ dan jaringan tubuh hewan.
4. Kompetensi Dasar Mata Kuliah (TIK)
Memiliki dan menguasai pengetahuan dasar tentang penetapan diagnosa dan diferensial
diagnosa penyakit hewan secara infeksi dan non infeksi berdasarkan perubahan patologi
anatomi dan perubahan histopatologi.
5. Indikator
Penetapan diagnosa dan diferensial diagnosa penyakit hewan secara infeksi dan non
infeksi berdasarkan perubahan patologi anatomi dan perubahan histopatologi.
2
BAB II
PATHOLOGY
Dari bahasa Greek: (Pathos: penyakit dan Logos: ilmu) jadi PatologI: ilmu tentang penyakit
. Patologi: ilmu yang mempelajari penyakit atau studi tentang reaksi sistim biologi terhadap
sesuatu yang menyebabkan kelukaan atau gangguan pada organ tubuh
1) memberi nama penyakit atau mendiagnosa suatu penyakit berdasarkan perubahan-
perubahan pada sel, organ, jaringan atau sistim tubuh
2) mempelajari patogenesis penyakit yaitu mekanisme terjadinya sesuatu penyakit.
Secara garis besar Patologi terbagi 2:
1. Patologi anatomi (PA) merupakan perubahan struktur organ atau jaringan yang dapat
diamati dengan mata telanjang (inspeksi) makroskopik.
2. Histopatologi (patologi sel) merupakan perubahan pada fungsi sel, organ, jaringan yang
diamati dengan mikroskop .
Cara yang digunakan untuk melakukan diagnosa:
1) Autopsi yaitu bedah mayat atau bangkai
2) Biopsi yaitu pengambilan bagian kecil organ atau jaringan dengan cara operasi.
Tempat; Lapangan dan laboratorium
Pedoman dalam mengambil suatu kesimpulan diagnosa adalah dengan
membandingkan hasil pengamatan dengan perubahan terdahulu (buku atau literatur).
Ilmu pendukung adalah histologi, anatomi, embriologi, sitologi, fisiologi, biokimia,
bakteriologi, parasitologi, imunologi dan lain-lain.
Tema pokok yang dikaji dalam Patologi:
1. Penyakit berasal dari gangguan mekanisme pengaturan tubuh (gagal adaptasi terhadap
fenomena lingkungan eksternal dan internal)
2. Kegagalan adaptasi yang cenderung progresif: gangguan hemostasis yang menimbulkan
perubahan patologi.
27
BAB III
SEL NORMAL
Pemahaman kita tentang biologi sel telah memungkinkan kita mengembangkan
teknologi canggih dari tingkat sel sampai molekuler, seperti : immunositochemistri,
immunoelectronmikroskopi, enzime linked immuno absorben test (ELISA), flow sytometri,
teknik hibridasi DNA dan RNA, serta polymerase chain reaction (PCR).
A. Infra Struktur dan Fungsi Sel
Plasma Membran
Membran luar sel, biasanya disebut sebagai membran plasma atau plasmolemma.
Memiliki struktur seragam yang ultrastrukturnya terdiri dari dua lapisan padat electron.
Masing-masing sekitar 30A pada diameter dan dipisahkan oleh lapisan yang tidak terlalu padat
dengan ketebalan yang sama. Secara kimiawi, membrane plasma terdiri dari lapisan ganda
lipid amfipatik molekul dimana berbagai protein tertanam. Tergantung pada sel, komponen
lipid terdiri dari berbagai proporsi fosfolipid, kolesterol, dan glikolipid. Lipid ini memiliki
ujung hidrofilik dan hidrofobik non-polar sehingga ketika lipid bertemu dengan senyawa air
(seperti cairan ekstraselulet dan sitosol), menyebabkan mereka secara spontan menyesuaikan
diri pada ujung hidrofilik dan hidrofobik. Ujung ini menciptakan dua lapisan membrane
plasma. Lipid ini bergerak bebas di dalam lapisan masing-masing dan menentukan fluiditas
membran. Berbagai protein terdapat didalamnya melengkapi ketebalan lapisan ganda lipid
(transmembran protein) yang juga memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik yang berorientasi
di dalam membrane. Protein ini juga berfungsi :
(1). Pengangkutan molekul spesifik masuk dan keluar sel
(2). Berfungsi sebagai katalisator enzim membrane-reaksi yang terkait
(3). Sebagai structural yang membentuk hubungan antara matriks ekstraseluler sel sitoskeleton
57
BAB IV
GANGGUAN SIRKULASI
Gangguan terhadap sirkulasi dan suplai darah ke organ fital dapat terjadi karena banyak
mekanisme. Perubahan haemodinamis yang akan dibahas dalam bab ini antara lain thrombosis,
hemoragi, hiperemi, edema dan shock. Perubahan sirkulasi juga merupakan akibat utama dari
gangguan lainnya, seperti kerusakan hati, gangguan primer pada system vascular dan anemia,
dan perubahan sirkulasi merupakan komponen terhubung dari proses imflamasi.
Koagulasi.
Darah harus berbentuk cair, walaupun pada saat yang sama mampu berkoagulasi untuk
mencegah hemoragi pada kasus kerusakan pembuluh darah. Secara normal ada 2 hal berbeda
untuk mempertahankan keseimbangan. Tapi bagaimanapun pada beberapa keadaan, hal yang
mempertahankan fluiditas atau yang mampu menyebabkan koagulasi menjadi tidak normal
atau bekerja diluar kebiasaan. Ketika ini terjadi, darah dapat gagal membeku, mengakibatkan
hemoragi diluar kendali atau sebaliknya, darah membeku tanpa diharapkan, yang disebut
sebagai salah satu tahap thrombosis dan berbagai akibatnya. Mekanisme yang mengontrol
fluiditas dan koagulasi merupakan interaksi kompleks dari endotherium, platelet dan system
koagulasi.
Endothelium yang normal berfungsi untuk mencegah terjadinya koagulasi, dengan cara :
(1). Berperan sebagai barier mekanis bagi jaringan ikat subendothelia tinggi thrombogenik
yang mengandung jaringan ikat.
(2). Dengan memproduksi sejumlah factor yaitu :
a. menghambat agregrasi (penggumpalan) platelet.
b. Memaksa system koagulasi, dan
c. Membantu penguraian gumpalan (darah)
Sel endothelial menjegah agregrasi platelet dengan beberapa cara. Pada kerusakan sel
endothelial dan inisiasi untuk koagulasi, endothel akan mengeluarkan prostaciclin (pcl2), yang
menghambat agregrasi platelet lebih lanjut dan juga sebagai fasodelator.
82
BAB V
GANGGUAN SISTEM IMMUN
Sistem immune seperti padang bermata dua, namun sebaliknya semua mahluk hidup
tergantung pada system ini untuk kelangsungan hidupnya. Respon immune menyebabkan
terjadinya banyak kerusakan dan merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup mahluk.
Gangguan fungsi yang terjadi mulai dari kondisi kekurangan immun sampai reaksi
hipersensitivitas. Dengan kata lain suatu kondisi system immune yang kurang sampai
berlebihan. Berbagai penyakit dari fungsi system immune secara garis besar dibagi 3:
1) Reaksi hipersensitivitas
2) Penyakit autoimmune
3) Penyakit immunodefisiensi
Kondisi yang muncul akibat fungsi limfosit yang abnormal merupakan dasar dari penyakit
immunitas. Sel limfosit T tidak hanya memperantarai imunitas seluler, tetapi juga mengatur
fungsi limfosit B dalam menghasilkan antibody, sebagaimana makropag dan sel natural killer
(NK). Oleh sebab itu beberapa penelitian terbaru diarahkan dalam memahamani biologi
limfosit. Kondisi ini diikuti dengan penjelasan singkat mengenai antigen histokompabiliti,
karena memainkan peran penting dalam pengaturan respon immune dalam kondisi normal dan
abnormal
A. Sel-sel Sistem Immun
Sel yang paling berperan dalam system immune adalah limfosit. Limfosit dihasilkan dari stem
sel dalam tulang belakang. Organ yang mengatur produksi dan deferensiasi limfosit dikenal
sebagai organ limfoid primer. Ditemukan dalam thymus baik pada mamalia maupun unggas,
bursa Fabricius hanya ditemukan pada unggas, dan sumsum tulang belakang bersama dengan
jaringan loimfoid mukosa (MALT) pada mamalia. Setelah memulai dari stem sel dalam bone
marrow, selanjutnya limfosit mengikuti 2 jalur. Yang menuju thymus dan selanjutnya
berdiferensiasi yang disebut Thymus-derived limfocytes , atau limfosit T. Limfosit T
bertanggung jawab pada imunitas selluler, selanjutnya beredar melalui bursa (atau MALT pada
mamalia), dan selanjutnya berdeferensiasi yang disebut Bursa-derived lymphocytes atau sel B
93
BAB VI
AUTOIMMUNE DISEASE (AUTOANTIBODY)
Atoimmune adalah reaksi immune melawan “self antigen” Kondisi yang berlanjut
dapat menyebabkan penyakit. Bagaimanapun kondisi ini harus ditandai bahwa setiap penyakit
autoantibody dapat ditunjukkan, antibodi yang dibutuhkan tidak merupakan penyakit
autoimmune. Autoantibodi dapat terbentuk dalam menghadapi respon terhadap cidera,
perubahan antigenik jaringan. Juga antibody dapat ditunjukkan pada individual, yang
menunjukkan bebas dari apapun penyakit autuimmun. Diagnosa penyakit autoimmune
berdasarkan
1. Terjadi reaksi autoimmune
2. Adanya temuan immunologis yang tidak sekunder belaka
3. Kekurangan hal lain penyebab penyakit
Autoimmune
1. Organ tunggal (sel tunggal) type disorders, dalam hal ini reaksi immune spesifik
didiatur melawan satu bagian organ atau tipe sel
2. Penyakit multisystem, Kondisi ditandai dengan lesi pada berbagai organ. Kondisi ini
disebabkan oleh autoantibody multifikasi, atau reaksi yang diperantarai oleh sel, atau
keduanya. Pada kebanyakan penyakit multisystem perubahan patologi terjadi
umumnya dalam jaringan penghubung dan pembuluh darah organ yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu dimasa lalu penyakit ini disebut “collagen Vascular
Disease” atau connective tissue disease”. Walau bagaimanapun sebagaimana akan
terlihat reaksi autoimmune dalam penyakit multisystem tidak secara spesifik diatur
melawan unsur pokok dari jaringan penghubung atau pembuluh darah.
Untuk memahami mekanisme penyakit autoimmune, haruslah dimengerti mengenai self
toleran dan kehilangan sel toleran.
A. Self tolerance (Immunological Tolerance)
Immun toleran adalah suatu keadaan pada individu yang tidak mampu
mengembangkan respon immune melawan antigen tertentu/spesifik. Kata lain dari self
104
BAB VII
HIPERSENSITIVITAS
Reaksi hipersensitivitas dibagi 4 kategori berdasarkan mekanisme cidera yang terjadi:
Tipe I (hipersensitivitas tipe cepat)
Hipersensitivitas tipe I diperantarai oleh antiintesis antibodi IgE membutuhkan
pengenalan dari sel helper (Th2) CD4+. Th2 menghasilkan berbagai sitokin yang
berperan dalam menimbulkan berbagai aspek respon hipersensitivitas tipe I.
Adakalanya Interleukin 4 (IL-4) dihasilkan oleh sel Th2 terutama untuk sintesis IgE;
IL-3, IL-5 dan factor yang menstimulasi produksi koloni makropag bergranolasi (GM-
CSF) dan keberlangsungan eosinophil yang merupakan sel efektor penting pada
hipersensitivitas tipe I. Sintesis antibodi IgE dalam respon terhadap paparan pertama
terhadap allergen secra normalnya berikatan terhadap sel mast dan basophil melalui
permukaan spesifik reseptor Fc. Pada paparan ulangan allergen berikatan secara silang
dengan IbE pada sel dan akan menyebabkan
1. Dikeluarkannya (degranulasi) yang berisi mediator primer
2. Sintesis Denovo dan dihasilkan mediator sekunder
Degranulasi sel mast dan basophil dapat juga karena dipicu oleh berbagai stimulus fisik
dan kimia (respon yang sama oleh berbagai allergen)
Fragment komplemen C3a dan C5a (anaphylatoxin)
Obat-obat tertentu (codein, morphin, adenosine)
Mellitin ( racun lebah)
Sinar matahari
Trauma
Kepanasan/kedinginan
112
BAB VIII
INFLAMASI KRONIS
Berbeda dengan akut inflamasi yang ditandai dengan perubahan vaskulas, udema dan
infiltrasi leukosit, kronik inflamasi ditandai oleh infiltrasi sel mononuclear, destruksi jaringan
dan fibrosis. Akut inflamasi dimulai dan diakhiri dengan:
1) Complete Resolution complex, dengan perbaikan pada tempat inflamasi akut kembalai
menjadi normal. Kondisi ini biasanya terjadi jika kondisinya mild, contoh: terbakar
secara superficial atau trauma terbatas, atau ketika kerusakan jaringan ringan.
2) Healling by Scarring: kondisi ini terjadi setelah kerusakan jaringan substantial, atau
ketika inflamasi terjadi di dalam jaringan yang tidak bergenerasi, atau ketika terdapar
eksudat berfibrin secara berlebihan.
3) Abses formation: kondisi ini sebagian terjadi dalam infeksi dengan organism
pyogenik
4) Progres menjadi inflamasi kronis
Inflamasi kronis dapat terjadi
1) Dapat terjadi karena ikutan dari inflamasi akut, ketika tubuh tidak mampu
menghilangkan dan merusak, selanjutnya iritan akan menetap,bercampur dengan
proses penyembuhan normal, dan menyebabkan iritasi menetap. Menetapnya agen
penyebab injuri menyebabkan inflamasi kronis. Bahkan jaringan nekrosi menetap
pada areal, dengan mengaktifkan foreign bodi, mugkin juga termasuk inflamasi
kronis.
2) Respons inflamasi kronis juga dapat terjadi dari luar (out set). Jika intensitas iritan
rendah, hal ini terjadi karena kegagalan pertahanan tubuh menstimulasi untuk
menyebabkan kerusakan dan pembersihan, dan inflamasi kronis terjadi. Pada kasus
inflamasi kronis dimulai sebagai proses primer. Kejadian ini karena agen injuri
kekurangan patogenitas dari hal yang dapat menyebabkan akut inflamasi. Contoh dari
perbandingan 2 grup utama
118
DAFTAR PUSTAKA
1. Chevil NF (1983) Cell Pathology. Iowa State University Press. Ames. USA
2. Jones TC and Hunt RD (1983) Veterinary Pathology 5 th ed. Lea and Febiget.Philadelphia. USA
3. Mac Farlane PS, Reid R and Callender R (2000) Pathology Illustrated. ChurchilLivingstone Harcourt Publisher. London
4. Robbins SL, Contran RS dan Kumar V (1984) Pathology Basic of Disease. 3 rd ed. TheIowa State University Press. Ames. USA
5. Spector WG and Spector (1989). Pengantar Patologi Umum (tertjemahan). Edisi ke-3.Gajah Mada Universiti Press, Jogjakarta
6. Robbins SL, Contran RS dan Kumar V (1984) Pathology Basic of Disease. 3 rd ed. TheIowa State University Press. Ames. USA
7. Spector WG and Spector (1989). Pengantar Patologi Umum (tertjemahan). Edisi ke-3.Gajah Mada Universiti Press, Jogjakarta
119
GLOSARIUM
Biopsi adalah pengambilan secara bedah dan pemeriksaan jaringan hewan hidup
untuk kepentingan diagnostik
Diagnosa adalah kesimpulan yang dibuat berdasarkan perubahan-perubahanpatologik
Lesi adalah perubahan tertentu pada sel, jaringan, organ yang ditimbulkan oleh
suatu penyakit.
Lesi patognomonik adalah perubahan-perubahan patologik yang tersifat untuk
suatu penyakit tertentu. Contoh: Pada penyakit New Castle Disease atau Tetelo
ada ptechie atau bintik-bintik darah pada otak dan proventrikulus.
Otopsi (nekropsi/ pemeriksaan pascamati) adalah pemeriksaan bangkai secara
terperinci untuk menentukan penyebab kematian seekor hewan atau individu.
Patologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit atau studi tentang reaksi sistimbiology terhadap sesuatu yang menyebabkan kelukaan atau gangguan pada organtubuh