Budidaya Udang Windu

7
KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF] SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 1 Budidaya Udang Windu Oleh: Mukhammad Abdul Fatah, S. Pd.* I. Pendahuluan Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan. Selepas tahun 1995 produksi udang windu mulai mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh penurunan mutu lingkungan dan serangan penyakit. Melihat kondisi tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut dengan produk-produk yang berprinsip kepada Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3). II. Teknis Budidaya Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor, yaitu : 2.1. Syarat Teknis Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan tidak mudah pecah.

description

budidaya udang

Transcript of Budidaya Udang Windu

Page 1: Budidaya Udang Windu

KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF]

SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 1

Budidaya Udang Windu

Oleh: Mukhammad Abdul Fatah, S. Pd.*

I. Pendahuluan

Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak

produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu tersebut udang windu merupakan

penghasil devisa terbesar pada produk perikanan. Selepas tahun 1995 produksi udang windu mulai

mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh penurunan mutu lingkungan dan serangan

penyakit. Melihat kondisi tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu

mengatasi permasalahan tersebut dengan produk-produk yang berprinsip kepada Kualitas,

Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. Teknis Budidaya

Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor, yaitu :

2.1. Syarat Teknis

Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu pada daerah pantai yang mempunyai tanah

bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah dipadatkan sehingga mampu menahan air dan

tidak mudah pecah.

Page 2: Budidaya Udang Windu

KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF]

SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 2

Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas 0-33 ppt dengan suhu optimal 26 - 300C dan

bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.

Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran air keluar/outlet yang terpisah.

Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-

lain.

Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran listrik dari PLN atau mempunyai Generator

sendiri.

2.2. Tipe Budidaya.

Berdasarkan letak, biaya dan operasi pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan menjadi :

Tambak Ekstensif atau tradisional. Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut yang

umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan bentuk petakan tidak teratur, belum

meggunakan pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak teratur.

Tambak Semi Intensif. Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka, bentuk petakan teratur

tetapi masih berupa petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat penebaran masih rendah,

penggunaan pakan buatan masih sedikit.

Tambak Intensif. Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak dalam wilayah yang luas,

ukuran petakan dibuat kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan pengawasan udang, padat

tebar tinggi, sudah menggunakan kincir, serta program pakan yang baik.

2.3. Benur

Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan (Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi

terhadap perubahan lingkungan yang tinggi, berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun

merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat

dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom yang

diberi air, aduk air dengan cukup kencang selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat akan tahan

terhadap adukan tersebut dengan berenang melawan arus putaran air, dan setelah arus berhenti,

benur tetap aktif bergerak.

2.4. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan, meliputi :

Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti meninggalkan sisa budidaya yang berupa

lumpur organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari udang yang mati. Kotoran tersebut

harus dikeluarkan karena bersifat racun yang membahayakan udang. Pengeluaran lumpur

dapat dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul atau penyedotan dengan

pompa air/alkon.

Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul

untuk membebaskan gas-gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah,

Page 3: Budidaya Udang Windu

KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF]

SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 3

untuk menggemburkan tanah dan membunuh bibit panyakit karena terkena sinar

matahari/ultra violet.

Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit

penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan Dolomit dengan dosis masing-masing 1

ton/ha.

Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah,

untuk membunuh bibit penyakit.

Perlakuan pupuk TON (Tambak Organik Nusantara). Untuk mengembalikan kesuburan

lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan alami/plankton dan menetralkan senyawa

beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang

masih baik atau masih baru dan 10 botol TON untuk areal tambak yang sudah rusak.

Caranya masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian aduk hingga larut. Siramkan

secara merata ke seluruh areal lahan tambak.

2.5. Pemasukan Air

Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-25 cm

dan biarkan beberapa hari, untuk memberi kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah

dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa

dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum

benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

2.6. Penebaran Benur

Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan

kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur

masih lemah dan mudah stress pada lingkungan yang baru. Tahap penebaran benur adalah :

Page 4: Budidaya Udang Windu

KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF]

SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 4

Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian

suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.

Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan

terapung selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara dari udara bebas dengan udara

dalam air di plastik.

Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan dengan cara memercikkan air tambak ke dalam

plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi percampuran air yang berbeda salinitasnya,

sehingga benur dapat menyesuaikan dengan salinitas air tambak.

Pengeluaran benur. Dilakukan dengan memasukkan sebagian ujung plastik ke air tambak.

Biarkan benur keluar sendiri ke air tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri, dapat

dimasukkan ke tambak dengan hati-hati/perlahan.

2.7. Pemeliharaan

Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah penebaran benur disekat dengan waring atau hapa,

untuk memudahkan pemberian pakan. Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan

perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat dapat dibuka. Pada bulan pertama yang

diperhatikan kualitas air harus selalu stabil. Penambahan atau pergantian air dilakukan dengan

hati-hati karena udang masih rentan terhadap perubahan kondisi air yang drastis. Untuk menjaga

kestabilan air, setiap penambahan air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 - 2 botol TON/ha

untuk menumbuhkan dan menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-bahan beracun dari

luar tambak.

Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk mengetahui pekembanghan udang melalui

pertambahan berat udang. Udang yang normal pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah

udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi bahan

organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu

Page 5: Budidaya Udang Windu

KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF]

SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 5

sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha.

Pada setiap pergantian atau penambahan air baru tetap diberi perlakuan TON.

Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan kontrol

terhadap kondisi udang. Setiap menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai dengan warna keruh,

kecerahan rendah) secepatnya dilakukan pergantian air dan perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika

konsentrasi bahan organik dalam tambak yang semakin tinggi, menyebabkan kualitas

air/lingkungan hidup udang juga semakin menurun, akibatnya udang mudah mengalami stres,

yang ditandai dengan tidak mau makan, kotor dan diam di sudut-sudut tambak, yang dapat

menyebabkan terjadinya kanibalisme.

2.8. Panen

Udang dipanen disebabkan karena tercapainya bobot panen (panen normal) dan karena terserang

penyakit (panen emergency). Panen normal biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120 hari,

dengan size normal rata-rata 40 - 50. Sedang panen emergency dilakukan jika udang terserang

penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera

dipanen, udang akan habis/mati.

Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik adalah yang berukuran besar, kulit keras,

bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat

panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen

yang baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga

udang yang sudah mati tidak cepat menjadi merah/rusak.

Page 6: Budidaya Udang Windu

KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF]

SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 6

III. Pakan Udang

Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil, cacing

kecil, anak serangga dan detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan yang lain

adalah pakan buatan berupa pelet. Pada budidaya yang semi intensif apalagi intensif, pakan buatan

sangat diperlukan. Karena dengan padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang ada tidak akan

cukup yang mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul sifat kanibalisme

udang.

Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang

yang normal.

a) Umur 1-10 hari pakan 01;

b) Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02;

c) Umur 16-30 hari pakan 02;

d) Umur 30-35 campuran 02 dengan 03;

e) Umur 36-50 hari pakan 03;

f) Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau 04S (jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70

hari);

g) Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada umur 85 hari size rata-rata mencapai 50,

digunakan pakan 05 hingga panen.

Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor

adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali

ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur

tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah

pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan.

Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah

3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40

adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam

dari pemberian. Untuk meningkatkan

pertumbuhan udang, perlu penambahan nutrisi

lengkap dalam pakan. Untuk itu, pakan harus

dicampur dengan POC NASA yang mengandung

mineral-mineral penting, protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg pakan untuk umur

dibwah 60 hari dan setelah itu 10 cc/kg pakan hingga panen.

IV. Penyakit

Beberapa penyakit yang sering menyerang udang adalah ;

1. Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi penyebab sebagian besar kegagalan budidaya

udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV (Systemic Ectodermal Mesodermal Baculo

Page 7: Budidaya Udang Windu

KARANG TARUNA Provinsi Banten [SERI USAHA EKONOMI PRODUKTIF]

SERI 02: Budidaya Udang Windu | www.karangtarunabanten.com 7

Virus). Serangannya sangat cepat, dalam beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam

satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang masih hidup, berenang tidak teratur di

permukaan dan jika menabrak tanggul langsung mati, adanya bintik putih di cangkang

(Carapace), sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat berkembang biak dan

menyebar lewat inang, yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang putih. Belum ada obat

untuk penyakit ini, cara mengatasinya adalah dengan diusahakan agar tidak ada kepiting

dan udang-udang liar masuk ke kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak juga harus

dijaga agar udang tidak stress dan daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah terinfeksi

virus, udang tetap mampu hidup sampai cukup besar untuk dipanen. Untuk menjaga

kestabilan ekosistem tambak tersebut tambak perlu dipupuk dengan TON.

2. Bintik Hitam/Black Spot. Disebabkan oleh virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda

yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di cangkang dan biasanya diikuti dengan

infeksi bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu adanya kerusakan alat tubuh udang.

Cara mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air dan kebersihan dasar tambak.

3. Kotoran Putih/mencret. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak

dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu adanya kotoran putih di daerah pojok tambak

(sesuai arah angin), juga diikuti dengan penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu

yang lama dapat menyebabkan kematian. Cara mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan

pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara rutin.

4. Insang Merah. Ditandai dengan terbentuknya warna merah pada insang. Disebabkan

tingginya keasaman air tambak, sehingga cara mengatasinya dengan penebaran kapur

pada kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus ditingkatkan kualitasnya.

5. Nekrosis. Disebabkan oleh tingginya konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala yang

nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada

ekor. Cara mengatasinya adalah dengan penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah

perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada udang dirangsang untuk segera melakukan

ganti kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau dengan pengapuran.

Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh

karena itu perlakuan TON sangat diperlukan baik pada saat pengolahan lahan maupun saat

pemasukan air baru.

*Mukhammad Abdul Fatah, S. Pd.

Penulis adalah seorang Pejuang muda yang menaruh ketertarikan besar

terhadap bidang AGROKOMPLEK (pertanian, peternakan, perikanan,

perkebunan, dan kehutanan/HTI). Penulis berkeinginan membentengi

Indonesia dari arus globalisasi dengan meningkatkan sektor Agrokomplek

Indonesia, konsennya adalah meningkatkan produksi komoditas agro secara

Kualitas, Kuantitas, dan Kelestarian lingkungan. Selengkapnya tentang penulis

dapat diakses melalui: http://go-organik-2010.blogspot.com