SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput...

12
687 Sintasan dan produksi udang windu... (Bunga Rante Tampangallo) SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU ( Penaeus monodon ) YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM MULTITROPIK Bunga Rante Tampangallo, Arifuddin Tompo, dan Nurhidayah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Budidaya multitropik merupakan suatu usaha untuk membudidayakan beberapa jenis organisme dalam satu areal dengan memperhatikan pemanfaatan ruang yang ada dengan fungsinya masing-masing. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui potensi budidaya sistem multitropik sebagai alternatif pencegahan pada budidaya udang windu dengan tujuan khusus mengetahui sintasan, produksi, populasi, serta jenis bakteri hasil isolasi pada budidaya dengan sistem multitropik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 8 buah petak tambak berukuran 500 m 2 . Perlakuan yang diuji adalah udang windu dengan kepadatan 4 ekor/m 2 (kontrol), udang windu + rumput laut Gracilaria sp. (1.500kg/ha) (A); udang windu + rumput laut + bandeng (0,2 ekor/m 2 ) (B); dan udang windu + rumput laut + tiram ( Crasostrea sp. 240 g/m 2 ) (C). Peubah pengamatan yang diukur adalah: sintasan dan produksi udang budidaya, populasi dan jenis bakteri hasil isolasi, serta parameter kualitas air seperti: pH, salinitas, DO, alkalinitas, amoniak, nitrat, nitrit, PO 4 -P dan BOT sebagai data penunjang. Sintasan dan produksi dianalis ragam sedangkan populasi bakteri dan parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan bantuan grafik dan tabel. Sintasan tertinggi diperoleh pada perlakuan C (76,57%) dan signifikan berbeda terhadap kontrol (56,55%); perlakuan A (45,0%) dan yang terendah perlakuan B (42,00%). Demikian halnya dengan produksi, C (319,4 kg/ha) berbeda secara signifikan terhadap perlakuan A (210,60 kg/ha); perlakuan B (139,50 kg/ha); dan yang terendah perlakuan K (60,80 kg/ha). Populasi bakteri Vibrio (TBV) di air berkisar 10 1 -10 3 cfu/mL dan di sedimen 10 1 -10 4 cfu/mL. Sedangkan total bakteri umum (TPC) di air berkisar antara 10 3 -10 8 cfu/mL dan di sedimen 10 4 -10 9 cfu/mL. Jenis bakteri Vibrio spp. yang diisolasi selama penelitian adalah bakteri Vibrio mimicus , V. splindidus , V. ordalli , V.tubiaschii , V. metschnikovii , V. alginolyticus , dan V. P.fishery; sedangkan bakteri umum didominasi oleh Acinobacter , Pseudomonas, Enterobacter , Chromobacterium, dan Flavobacterium. Parameter kualitas air yang diamati masih berada pada kondisi yang dapat ditolerir oleh organisme budidaya. KATA KUNCI: budidaya multitropik, sintasan, produksi, udang windu PENDAHULUAN Penyakit pada budidaya udang windu merupakan salah satu penyebab kematian dan kerugian yang cukup besar yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, dan organisme patogen lainnya. Salah satu jenis bakteri yang telah diidentifikasi sebagai penyebab utama timbulnya penyakit dan menyebabkan turunnya produksi udang windu pada usaha budidaya adalah bakteri Vibrio. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini dikenal dengan nama penyakit kunang-kunang atau “luminescent Vibriosis” yang bercahaya pada kondisi gelap (Lightner et al., 1992). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan suatu metode pencegahan dan penanggulangan penyakit vibriosis pada udang windu antara lain dengan menggunakan obat-obatan dan antibiotik (Chanratchakool et al., 1995 ) namun tidak efektif karena berdampak negatif pada ikan/udang itu sendiri, bahkan dapat menimbulkan resistensi bagi bakteri Vibrio spp. Alternatif lainnya adalah dengan menggunakan immunstimulan, bakterin (Tompo et al., 2005; 2006; 2007), probiotik dan melalui sistem budidaya multitropik. Budidaya multitropik adalah suatu sistem budidaya yang menggabungkan beberapa spesies dalam satu lingkungan budidaya dengan memperhatikan pemanfaatan ruang dan nutrien dalam perairan. Budidaya multitropik hampir sama dengan budidaya polikultur, perbedaannya adalah pada budidaya multitropik mengacu pada budidaya yang lebih intensif dari berbagai spesies dengan menggabungkan

Transcript of SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput...

Page 1: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

687 Sintasan dan produksi udang windu... (Bunga Rante Tampangallo)

SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus monodon)YANG DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM MULTITROPIK

Bunga Rante Tampangallo, Arifuddin Tompo, dan NurhidayahBalai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: l [email protected]

ABSTRAK

Budidaya multitropik merupakan suatu usaha untuk membudidayakan beberapa jenis organisme dalamsatu areal dengan memperhatikan pemanfaatan ruang yang ada dengan fungsinya masing-masing. Penelitianini secara umum bertujuan untuk mengetahui potensi budidaya sistem multitropik sebagai alternatifpencegahan pada budidaya udang windu dengan tujuan khusus mengetahui sintasan, produksi, populasi,serta jenis bakteri hasil isolasi pada budidaya dengan sistem multitropik. Penelitian dilakukan denganmenggunakan 8 buah petak tambak berukuran 500 m2. Perlakuan yang diuji adalah udang windu dengankepadatan 4 ekor/m2 (kontrol), udang windu + rumput laut Gracilaria sp. (1.500kg/ha) (A); udang windu +rumput laut + bandeng (0,2 ekor/m2) (B); dan udang windu + rumput laut + tiram (Crasostrea sp. 240 g/m2)(C). Peubah pengamatan yang diukur adalah: sintasan dan produksi udang budidaya, populasi dan jenisbakteri hasil isolasi, serta parameter kualitas air seperti: pH, salinitas, DO, alkalinitas, amoniak, nitrat, nitrit,PO4-P dan BOT sebagai data penunjang. Sintasan dan produksi dianalis ragam sedangkan populasi bakteridan parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan bantuan grafik dan tabel. Sintasan tertinggidiperoleh pada perlakuan C (76,57%) dan signifikan berbeda terhadap kontrol (56,55%); perlakuan A (45,0%)dan yang terendah perlakuan B (42,00%). Demikian halnya dengan produksi, C (319,4 kg/ha) berbeda secarasignifikan terhadap perlakuan A (210,60 kg/ha); perlakuan B (139,50 kg/ha); dan yang terendah perlakuanK (60,80 kg/ha). Populasi bakteri Vibrio (TBV) di air berkisar 101-103 cfu/mL dan di sedimen 101-104 cfu/mL.Sedangkan total bakteri umum (TPC) di air berkisar antara 103-108 cfu/mL dan di sedimen 104-109 cfu/mL.Jenis bakteri Vibrio spp. yang diisolasi selama penelitian adalah bakteri Vibrio mimicus, V. splindidus, V. ordalli,V.tubiaschii, V. metschnikovii, V. alginolyticus, dan V. P.fishery; sedangkan bakteri umum didominasi oleh Acinobacter,Pseudomonas, Enterobacter, Chromobacterium, dan Flavobacterium. Parameter kualitas air yang diamati masihberada pada kondisi yang dapat ditolerir oleh organisme budidaya.

KATA KUNCI: budidaya multitropik, sintasan, produksi, udang windu

PENDAHULUAN

Penyakit pada budidaya udang windu merupakan salah satu penyebab kematian dan kerugianyang cukup besar yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, dan organisme patogen lainnya. Salahsatu jenis bakteri yang telah diidentifikasi sebagai penyebab utama timbulnya penyakit danmenyebabkan turunnya produksi udang windu pada usaha budidaya adalah bakteri Vibrio. Penyakityang ditimbulkan oleh bakteri ini dikenal dengan nama penyakit kunang-kunang atau “luminescentVibriosis” yang bercahaya pada kondisi gelap (Lightner et al., 1992).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan suatu metode pencegahan danpenanggulangan penyakit vibriosis pada udang windu antara lain dengan menggunakan obat-obatandan antibiotik (Chanratchakool et al., 1995 ) namun tidak efektif karena berdampak negatif padaikan/udang itu sendiri, bahkan dapat menimbulkan resistensi bagi bakteri Vibrio spp. Alternatif lainnyaadalah dengan menggunakan immunstimulan, bakterin (Tompo et al., 2005; 2006; 2007), probiotikdan melalui sistem budidaya multitropik.

Budidaya multitropik adalah suatu sistem budidaya yang menggabungkan beberapa spesies dalamsatu lingkungan budidaya dengan memperhatikan pemanfaatan ruang dan nutrien dalam perairan.Budidaya multitropik hampir sama dengan budidaya polikultur, perbedaannya adalah pada budidayamultitropik mengacu pada budidaya yang lebih intensif dari berbagai spesies dengan menggabungkan

Page 2: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 688

hewan dan tumbuhan. Budidaya multitropik yang dilakukan di tambak, biasanya menggabungkanantara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut.

Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria, dan ikannila dalam tambak seluas 600 m2 dengan kedalaman sekitar 60 cm dan memberikan hasil yangcukup signifikan. Udang windu menghasilkan biomassa sebanyak 386 kg, bandeng 37 kg, nila 207kg, dan Gracilaria 200 kg. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya simbiosis mutualisme dariorganisme yang dipelihara. Rumput laut dalam tambak dapat menyuplai oksigen dalam perairantambak pada siang hari, menyerap racun-racun dalam tambak, tempat melekat klekap yang dapatmenjadi makanan bagi bandeng, tempat menempel mikroorganisme yang dapat menjadi makananbagi udang windu. Selain itu, ekstraksi rumput laut juga dapat berfungsi sebagai anti mikroba (Diarti,2009). Tiram, Crassostrea iredalei yang ditempatkan dalam tandon biofilter tambak udang intensifdengan kepadatan 250 kg/ha dengan ukuran cangkang < 5 cm mampu menyerap logam berat,plankton, dan bakteri (Tompo, 1997).

Budidaya multitropik adalah suatu sistem budidaya yang menggabungkan beberapa spesies dalamsatu lingkungan budidaya dengan memperhatikan pemanfaatan ruang dan nutrien dalam perairan.Budidaya multitropik hampir sama dengan budidaya polikultur, perbedaannya adalah pada budidayamultitropik mengacu pada budidaya yang lebih intensif dari berbagai spesies dengan menggabungkanhewan dan tumbuhan. Budidaya multitropik yang biasa dilakukan di tambak, biasanyamenggabungkan antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut.

Pengembangan budidaya multitropik dimaksudkan sebagai alternatif pencegahan penyakit padabudidaya udang yang bersifat ramah lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena organisme-organismeyang dibudidayakan dengan sistem multitropik misalnya kekerangan (tiram) mempunyai kemampuansebagai biofilter. Dengan kemampuan biofilter yang dimilikinya diharapkan dapat memperbaikikualitas air yang ada selama masa pemeliharaan sehingga menghambat dan mengurangi pertumbuhanbakteri-bakteri yang bersifat oportunistik pathogen. Sehingga diharapkan akan terjadi peningkatansintasan dan produksi pada usaha budidaya yang dilakukan. Oleh karena itu, maka penelitian inibertujuan untuk mengetahui sintasan, produksi, populasi, dan jenis bakteri pada budidaya multitropikdi tambak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan 8 petakan tambak masing-masing seluas 500 m2. Persiapan tambakdilakukan dengan mengikuti standar operasional pertambakan. Rancangan yang digunakan adalahrancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Perlakuan yang diujikan adalahpemeliharaan udang windu dengan sistem multitropik dengan kombinasi sebagai berikut:A. Udang windu + Gracilaria sp.B. Udang windu + Gracilaria sp. + bandengC. Udang windu + Gracilaria sp. + tiramD. Kontrol (udang windu)

Hewan uji yang dicobakan adalah tokolan udang windu PL-42, yang telah dinyatakan negatifWSSV dengan menggunakan PCR, dengan padat tebar 4 ekor/m2, tiram 240 g/m2, Gracilaria 1.500kg/ha, dan nener bandeng 0,2 ekor/m2. Kepadatan ini disesuaikan dengan daya dukung lahan tambakMaranak. Metode pemeliharaan tiram dengan menggunakan tray bambu sedangkan penanaman

rumput laut menggunakan metode tebar lepas dasar. Pemberian pakan dilakukan 2 minggu setelahpenebaran dan pemupukan susulan setiap 10 hari.

V1

X 51

X TO

P

Page 3: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

689 Sintasan dan produksi udang windu... (Bunga Rante Tampangallo)

Pengamatan bakteri Vibrio spp. menggunakan TCBSA (Thiosulfat Citrate Bile Soy Agar), sedangkantotal bakteri (TPC), menggunakan TSA (Triptic Soy Agar). Setiap koloni yang tumbuh dihitung denganmenggunakan rumus:di mana :P = populasi bakteri (cfu/mL)Q = total bakteri yang tumbuh dalam satu tingkat pengenceran (koloni)T = jumlah plate yang digunakanS = tingkat pengenceranV = volume sampel yang ditanam (mL)

Identifikasi bakteri dilakukan secara morfologi dan dengan menggunakan uji biokimia berdasarkanpetunjuk Austin (1993). Beberapa parameter kualitas air seperti pH, salinitas, alkalinitas, amoniak,

A B C D

Bobot awal (g) 0,003 0,003 0,003 0,003

Padat tebar (ekor/m2) 4 4 4 4Sintasan (%) 45,0ab 42,00b 76,57a 56,55ab

Produksi (kg/ha) 210,60b 139,50c 319,40a 60,80c

Data biologisPerlakuan

Tabel 1. Bobot awal, padat tebar, sintasan, dan produksi udang winduselama penelitian budidaya multitropik

nitrat, nitrit, PO4-P, dan BOT diamati setiap 2 minggu sekali, sedangkan sintasan dan produksi dihitungpada akhir penelitian.

HASIL DAN BAHASAN

Sintasan dan Produksi

Sintasan dan produksi udang windu pada akhir penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 memperlihatkan sintasan tertinggi didapatkan pada perlakuan C yang berbeda nyata(P<0,05) terhadap perlakuan B akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan A dan kontrol.Hal ini mengindikasikan bahwa kombinasi penggunaan udang windu + Gracilaria + tiram yangdibudidayakan secara bersama memberikan pengaruh positif terhadap sintasan udang windu, demikianjuga dengan produksi yang dihasilkan pada perlakuan ini lebih besar jika dibandingkan denganproduksi yang dihasilkan pada perlakuan lainnya.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena keberadaan Gracilaria dan tiram dapat mendukung sintasandan pertumbuhan udang windu karena fungsinya masing-masing sehingga terjadi hubungan simbiosismutualisme di antara ketiganya. Seperti diketahui rumput laut berfungsi sebagai penyuplai oksigendalam perairan tambak pada siang hari, menyerap racun-racun dalam tambak, tempat melekat klekapyang dapat menjadi makanan bagi bandeng, serta tempat menempel mikroorganisme yang dapatmenjadi makanan bagi udang windu. Selain itu, ekstraksi rumput laut juga dapat berfungsi sebagaianti mikroba (Diarti, 2009). Polikultur abalon dengan rumput laut merah, Gracilaria textorii dapatmenurunkan konsentrasi total Vibrio spp. dan memperbaiki keseimbangan komposisi bakteri Vibrio(Pang et al., 2006 dalam Butterworth, 2009).

Fungsi dan aktivitas rumput laut sebagai antimikroba ini dapat menekan perkembangan WhiteSpot Syndrome Virus (WSSV). Hal ini seperti yang terlihat selama masa pemeliharaan di mana padamasa pemeliharaan 1 bulan lebih, udang windu yang dipelihara terinfeksi WSSV, akan tetapi padapengamatan selanjutnya hasil deteksinya negatif hingga akhir penelitian. Penelitian terhadap aktivitas

Page 4: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 690

dari rumput laut sebagai anti virus saat ini telah banyak dilakukan antara lain oleh Prajitno (2010);Ridlo et al. (2008); Ekasari (2010).

Penggunaan tiram dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalampengelolaan mutu air karena fungsi tiram sebagai biofilter seperti yang dikemukakan olehChanratchakol (1985). Tiram bakau yang dipelihara sebagian besar dapat tumbuh dengan baik, akantetapi ada juga yang mati. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena adanya proses adaptasidan tingginya suhu air dibanding habitat asli dari tiram ini yang umumnya terlindung di bawahpohon bakau yang tumbuh di sepanjang pinggiran sungai tempat tiram ini diambil. Produksi tiramtertinggi didapat pada petak C2, yakni sebesar 300 kg sedang di petak C1 hanya mencapai 200 kg.Metode pemeliharaan tiram bakau dalam petakan tambak dipelihara dengan menempatkannya diatas bilah-bilah bambu (Mangampa, 1998).

Tiram dapat berfungsi sebagai biofilter oleh karena bersifat bakterioplankton feeder yang dapatmenyaring lebih baik dibanding filter ukuran 3 mm. Akan tetapi penggunaan tiram sebagai biofilterjuga harus diwaspadai karena dengan sifat bakteriplankton feeder yang dimilikinya dapatmenyebabkannya sebagai carrier WSSV, seperti yang ditemukan dalam hasil penelitian yang dilakukanoleh Muliani et al. (2007). Hal ini terbukti pada akhir penelitian tiram bakau yang berada dalampetak tambak yang terserang WSSV, terdeteksi positif terinfeksi WSSV.

Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa rata-rata sintasan yang diperoleh untuk semua perlakuan rendah.Hal ini kemungkinan disebabkan karena tingginya suhu air di petakan pada waktu penebaran sehinggamenyebabkan udang menjadi stres. Rendahnya sintasan yang diperoleh juga disebabkan karenapada masa pemeliharaan di sekitar hamparan tambak penelitian terjadi wabah serangan WSSV. Halini diperkuat oleh hasil deteksi WSSV pada akhir penelitian (panen) yang menunjukkan bahwa sebagianbesar sampel udang yang diperiksa positif terinfeksi WSSV. Udang windu yang terserang Virus inidalam jangka waktu 2-7 hari dapat mengakibatkan kematian massal hingga 100% (Chang et al.,1998).

Untuk produksi udang windu tertinggi juga didapatkan pada perlakuan C (P<0,05) dan berbedanyata terhadap semua perlakuan, disusul perlakuan A yang juga berbeda nyata terhadap perlakuan Bdan kontrol sedangkan produksi terendah diperoleh pada perlakuan B. Rendahnya produksi padaperlakuan B disebabkan oleh karena pakan udang yang diberikan sebagian dimakan oleh bandengyang juga dipelihara bersama-sama dalam petakan ini.

Ikan bandeng yang dipelihara mengalami pertumbuhan yang sangat lambat, hal ini kemungkinanbesar disebabkan oleh karena pakan untuk ikan bandeng ini sangat sedikit. Bandeng yang dipeliharatidak diberi pakan buatan dengan harapan bahwa ikan ini akan mendapat makanan dari pakan alamidan pemeliharaan bandeng ini juga terlalu singkat, hanya kurang lebih 3 bulan pemeliharaan denganbobot awal 3-5 gram/ekor. Akan tetapi dari segi sintasan, cukup baik, oleh karena sintasan terendahhanya didapatkan pada petak B1 yakni 94%. Pada penelitian ini, bandeng diharapkan dapat menjadibiofilter dalam petakan tambak.

Rumput laut Gracilaria sp. yang ditanam dalam tambak ini, sebagian besar tidak dapat bertumbuhdengan baik, bahkan setelah 1 bulan pemeliharaan, telah dilakukan penebaran ulang karena sebagianbesar petakan telah berkurang rumput lautnya sehingga dilakukan penebaran ulang.

Populasi Bakteri

Populasi bakteri Vibrio selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Populasi bakteri Vibriobaik di air maupun di sedimen pada umumnya cenderung meningkat seiring dengan lamapemeliharaan. Bakteri Vibrio di air berkisar antara 0,21 x 102 - 1,1 x 103 cfu/mL. Populasi bakteriVibrio di air tertinggi diperoleh pada pengamatan ketiga diperlakuan A dan terendah di petakan Dpada pengamatan pertama. Populasi bakteri Vibrio di sedimen, berkisar antara 0,32 x 102 - 3,09 x104 cfu/mL. Populasi bakteri Vibrio tertinggi ditemukan pada perlakuan B pada pengamatan keenamdan terendah di petakan A setelah 1,5 bulan penelitian 0,6 x 102 cfu/mL.

Konsentrasi Vibrio sp. yang cukup rendah kemungkinan disebabkan karena aktivitas rumput lautyang dapat bersifat sebagai antimikroba. Menurut Prajitno (2007), kandungan Flavonoid dari ekstrakE. cottoni pada konsentrasi 3%, merupakan konsentrasi terkecil yang mampu menghambat

Page 5: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

691 Sintasan dan produksi udang windu... (Bunga Rante Tampangallo)

pertumbuhan V. harveyi secara in vitro. Selanjutnya Pelczar et al. (1977) dalam Prajitno (2007)menyatakan bahwa persenyawaan Flavonoid sebagai anti-bakteri menghambat pertumbuhan danmetabolisme bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel.Selain rumput laut, dalam petakan perlakuan C, juga dipelihara tiram bakau yang diketahui sangatbaik bila berada dalam perairan untuk menjaga kualitas air oleh karena tiram (Crassostrea) dapatmemangsa/menyaring bakteri plankton lebih efektif dibanding saringan dengan mata jaring 3 mm(Tuwo, 2010).

Populasi bakteri umum cenderung menurun, baik di sedimen maupun di air selama penelitianberlangsung (Gambar 2). Populasi total bakteri di air berkisar antara 6,324 x 103 - 1 x 108 cfu/mL.Populasi tertinggi didapatkan pada petakan kontrol pada awal penelitian dan terendah di air petakanB pada akhir penelitian. Pada sedimen, populasi total bakteri berkisar antara 8,45 x 104 - 1,88 x 109

cfu/mL. Populasi total bakteri tertinggi diperoleh pada sedimen petakan kontrol pada pengamatankedua dan terendah di petakan A pada pengamatan terakhir. Rendahnya populasi bakteri inikemungkinan juga disebabkan oleh adanya interaksi positif dari organisme yang dipelihara, misalnyarumput laut seperti yang didapatkan oleh Izzati (2007) yang menemukan ekstrak rumput laut Caulerpasp. dan Padina sp., paling aktif menghambat bakteri Pseudomonas sedangkan Sargassum polycistumdan Gelidium sp paling aktif menghambat pertumbuhan bakteri dari spesies Vibrio spp.

Identifikasi Bakteri

Hasil uji identifikasi bakteri dilakukan secara morfologi dan biokimia terhadap isolat bakteri yangberhasil dikoleksi dapat dilihat pada lampiran 1. (bentuk dan warna serta respons terhadap uji biokimiayang dilakukan). Dari tabel pada Lampiran 1, terlihat bahwa pada umumnya bakteri Vibrio spp. yangberhasil diisolasi selama penelitian mempunyai ciri-ciri morfologi kuning putih cembung basah,hijau cembung mengkilap, hijau putih cembung basah, kuning cembung basah, hitam cembungmengkilap, hijau putih cembung basah menyala, hijau berpasir, kuning berpasir, kuning agak keringpinggir bergerigi, dan kuning menyebar. Berdasarkan hasil uji identifikasi dengan menggunakan

Gambar 1. Populasi bakteri Vibrio spp. pada air (A) dan sedimen (B) pada budidaya udang windumultitropik

Gambar 2. Populasi total bakteri pada air (A) dan sedimen (B) pada budidaya udang windu multitropik

Page 6: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 692

media uji biokimia dan software fortran, maka jenis isolat bakteri Vibrio yang diisolasi pada penelitianini adalah seperti pada Gambar 3.

Dari Gambar 3, terlihat bahwa bakteri Vibrio spp. yang diisolasi dari air tambak adalah bakteriVibrio mimicus, V. alginolyticus, V.tubiashii, V. fischeri, V. splendidus, V. leiognathi, V. ordalii, dan V.metschnikovii. V. mimicus merupakan salah satu jenis bakteri yang paling banyak ditemukan dandidapatkan di semua petakan tambak. Jenis bakteri Vibrio yang ditemukan di sedimen adalah Vibriomimicus, V.tubiashii, V. splendidus, V. Ordalii, dan V. metschnikovii. V. ordalii paling banyak ditemukan,kemudian Vibrio mimicus dan ditemukan hampir di semua petakan tambak. Pada penelitian ini tidakditemukan bakteri Vibrio harveyii yang biasanya bersifat lebih patogen pada budidaya udang windu,walaupun pada isolat yang berhasil dikoleksi juga ditemukan bakteri Vibrio yang berpendar, akantetapi setelah diidentifikasi secara biokimia, hasilnya adalah bakteri V. mimicus.

Hasil pengamatan terhadap morfologi dan respons terhadap uji biokimia bakteri umum yangdiisolasi selama penelitian dapat dilihat pada tabel Lampiran 2. Berdasarkan data tersebut, terlihatbahwa pada umumnya ciri-ciri morfologi bakteri yang diisolasi pada media TSA adalah bundar, timbulmengkilap, hijau daun; tak beraturan, cilia, cream; bundar, timbul mengkilap, orange tua; bundar,timbul, mengkilap, putih susu; bundar, licin, cembung, basah, kuning; bundar, tak beraturan cembungputih dan sebagainya. Setelah isolat ini diidentifikasi dengan menggunakan media uji biokimia,maka hasilnya adalah seperti pada Gambar 4.

Berdasarkan data pada Gambar 4, terlihat bahwa bakteri umum yang ditemukan di air selamapenelitian adalah Acinobacter, Chromobacterium, Pseudomonas, dan Enterobacter. Persentase tertinggiditemukan adalah Acinobacter dan ditemukan di petak A dan B, sedangkan persentase terendah ditemukan adalah Pseudomonas yang ditemukan di air tambak petak B. Jenis bakteri umum yangditemukan di sedimen tambak selama penelitian adalah dari genus Acinobacter, Pseudomonas, dan

Gambar 3. Jenis bakteri Vibrio spp. yang ditemukan di air (A) dan di sedimen (B) selama penelitian

Gambar 4. Jenis/genus bakteri yang diisolasi dari air (A) dan sedimen (B) selama penelitian

Page 7: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

693 Sintasan dan produksi udang windu... (Bunga Rante Tampangallo)

Flavocytopaga. Jenis tertinggi yang ditemukan adalah Acinobacter dan ditemukan pada semua petakansedang presentase terendah ditemukan adalah Flavocytopaga.

Kualitas Air

Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5,dapat dilihat hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air A = kadar BOT (mg/L), B = kadarNO2N (mg/L), C = kadar NO3N (mg/L), D = kadar NH3N (mg/L), E = kadar PO4 (mg/L) dan F = kadaralkalinitas selama penelitian budidaya udang multitropik.

Dari Gambar 5, diketahui bahwa kadar bahan organik total (BOT) dalam lingkungan tambakselama penelitian berkisar antara 20-50 mg/L; fosfat berkisar 0,001-0,9 mg/L; kadar amoniak 0,01-0,4 mg/L; kadar NO2N berkisar antara 0,001-0,75 mg/L; kadar NO3N 0,001-0,4 mg/L; dan alkalinitasberkisar antara 155-188. Dari Gambar 5 terlihat bahwa pada umumnya kadar tertinggi diperolehpada pengamatan keenam, seperti terlihat pada nilai BOT, PO4P, dan amoniak. Bahan organik terlarut

A B

C D

E F

Gambar 5. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air A = kadar BOT (mg/L), B = kadar NO2N(mg/L), C = kadar NO3N (mg/L), D = kadar NH3N (mg/L), E = kadar PO4 (mg/L) dan F =kadar alkalinitas selama penelitian budidaya udang multitropik

Page 8: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 694

tertinggi didapatkan pada perlakuan A pengamatan ke-6 (masa pemeliharaan memasuki bulan ke-3).Demikian pula dengan kadar PO4P dalam air tambak, tertinggi dipengamatan ke-7. Kandungan BOTdan PO4P ini, dapat menjadi suatu petunjuk berkaitan dengan kematian rumput laut dalam petakantambak penelitian. Kemungkinan rumput laut mati akibat tingginya kandungan bahan organik terlarutdan kadar fosfat ini. Hal lain yang cukup menarik dalam pengamatan kualitas air ini adalah tingginyakadar NH3N di tandon dan saluran masuk. Air yang ada dalam tandon berasal dari sumur bor dansepanjang saluran pemasukan telah dipenuhi oleh tanaman mangrove yang cukup padat, akan tetapikadar NH3N masih cukup tinggi pada sumber air ini.

Salinitas selama penelitian berkisar antara 15‰-35‰. Salinitas terendah terjadi di awal penelitian.Hal ini disebabkan karena masih terpengaruh oleh musim hujan. Suhu air dalam tambak berkisar24°C-34°C. Suhu tinggi dalam air tambak cukup mempengaruhi organisme budidaya, udang misalnya,menjadi lemah dan mudah terserang penyakit, demikian halnya dengan tiram yang dipelihara,sebagian mati oleh karena panasnya suhu air.

KESIMPULAN

Sinergi positif dari organisme yang dipelihara menyebabkan sintasan dan produksi yang diperolehcukup baik dengan perlakuan terbaik ialah penggunaan udang windu, rumput laut. dan tiram. Populasibakteri Vibrio spp. cenderung meningkat seiring dengan lama pemeliharaan sedang populasi totalbakteri cenderung menurun. V. mimicus cenderung mendominasi jenis bakteri Vibrio yang diisolasi dipenelitian ini. Bakteri umum yang diisolasi didominasi oleh Acinobacter. Kualitas air yang diamatimasih dalam kondisi yang aman untuk budidaya akan tetapi pada beberapa kali pengamatan tergolongcukup tinggi, namun tidak menyebabkan kematian pada organisme udang yang dibudidayakan.

DAFTAR ACUAN

Austin, B. 1993. Methods in aquatic bakteriology. John Wiley and Sons. Chinhester. New York. BrisbaneToronto. Singapore, 425 pp.

Butterworth, A. 2010. Integrated multitropic aquaculture systems incorporating abalone and seaweeds.http://www.nuffieldinternational.org/rep_pdf/1287395494Nuffield_Report-_Adam_Butterworth.pdf

Pog-Shing, C., Hsiao-chao, C., & Yu_Chi, W. 1998. Detection of white spot syndrome associatedbaculoVirus in experimentally infected wild shrimp crab and lobster by in situ hyridiztion.Aquaculture, 164: 233-342.

Chanratchakool, P., Turnbull, J.F., Limsuwan, C., & Smith, S.F. 1995. Third Shrimp Health Management.Training Hand Book. The Aquatic Animal Health Research Institute. Departement of FisheriesKasetsart UniVersity Campus. Bangkok.

Diarti, W.M. 2009. Senyawa antimikroba dari rumput laut. http://www.penemuan.com/senyawa-antimikroba-dari-rumput-laut.html.

Ekasari. 2010. Pemanfaatan Rumput Laut Sargassum sp. Sebagai Alternatif Pengobatan Kanker LeherRahim. fpk.unair.ac.id/./PEMANFAATAN%20RUMPUT% 20LAUT%20Sargassum%20sp.ppt.

Enang, E. 2008. Sebanyak 1,45 ton Gracilaria sp. mampu suplai oksigen di tambak setara satu kincirair berkekuatan 1 Hp. Majalah Trubus.

Hendrajad, E.A. & Pantjara, B. 2004. Pengaruh metode tanam yang berbeda terhadap pertumbuhandan kandungan agar rumput laut (Gracilaria verrucosa) di tambak sulfat masam. Prosiding KonferensiNasional IV. Kalimantan Timur.

Izzati, M. 2004. Kejernihan dan salinitas perairan tambak setelah penambahan rumput laut, Sargassumplagyophyllum dan ekstraknya. Jurn. BIOMA, 10(2): 53-56.

Lightner, D.V., Bell, T.A., Redman, R.M., Mohley, L.L., NatiVidad, J.M., Rukyani, A., & Poernomo., A1992. A reView of some major diseases of economic significance in Penaeid prawns/shrimps of theAmericas and Indopacific. p:57-80. In Shariff, M., R.P.Subasinghe, and J.R. Arthur (Eds), Diseases inAsian Aquaculture I. Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Manila, Philippines.

Muliani, Tampangallo, B.R., & Atmomarsono, M. 2007. Pemantauan penyakit white spot syndromevirus (WSSV) pada udang windu Penaeus monodon. Aquacultura Indonesiana, 8(3): 81-88.

Page 9: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

695 Sintasan dan produksi udang windu... (Bunga Rante Tampangallo)

Prajitno, A. 2007. Uji Sensitifitas FlaVonoid Rumput Laut (Eucheuma cottoni) Sebagai Bioaktif AlamiTerhadap Bakteri Vibrio HarVeyi. J. Protein, (15): 2

Ridlo, A. & Pramesti, R. 2008. Pengembangan Pemanfaatan Seaweed Sebagai Agensia PengendaliPenyakit Udang Berbasis Biosecurity Melalui AktiVitas Ganda Sebagai Antimikrobia DanImmunomodulator Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik. http://www.lemlit.undip.ac.id/abstrak/content/View/499/280/

Tompo, A., Atmomarsono, M., Madeali, M.I., Muliani., Mangampa, M., & Burhanuddin. 1997. LaporanTekhnis Hasil Penelitian Managemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Balai Penelitian PerikananPantai. Maros, 59 hlm.

Tompo, A., Atmomarsono, M., Madeali, M.I., Muliani, Nurhidayah, Susianingsih, E., & Nurbaya. 2005.Laporan Tekhnis Hasil Penelitian ManaJemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Balai Riset PerikananBudidaya Air Payau Maros, 59 hlm.

Tompo, A., Atmomarsono, M., Madeali, M.I., Muliani., Nurhidayah, Susianingsih, E., & Nurbaya. 2006.Laporan Tekhnis Hasil Penelitian Riset Budidaya Udang Windu. Balai Riset Perikanan Budidaya AirPayau Maros.

Tompo, A., Atmomarsono, M., Madeali, M.I., Muliani., Nurhidayah, Susianingsih, E., & Kadriah, I.A.K.2007. Laporan Tekhnis Hasil Penelitian Riset Budidaya Udang Windu Balai Riset Perikanan BudidayaAir Payau Maros.

Tuwo, A. 2010. Bahan Kuliah Ekologi Perairan di Terumbu Karang. Program Pascasarjana UNHAS.Makassar.

Page 10: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 696La

mpi

ran

1.M

orfo

logi

dan

res

pons

ter

hada

p uj

i bi

okim

ia b

eber

apa

isol

at b

akte

ri y

ang

dite

muk

an s

elam

a pe

nelit

ian

Page 11: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

697 Sintasan dan produksi udang windu... (Bunga Rante Tampangallo)

Lanj

utan

Lam

pira

n 1.

Page 12: SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG WINDU (Penaeus … · antara udang, bandeng, nila, tiram, dan rumput laut. Pada awal 2008, Harris (2008) telah berhasil membudidayakan udang windu, Gracilaria,

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 698La

mpi

ran

2.M

orfo

logi

dan

res

pons

ter

hada

p uj

i bi

okim

ia b

eber

apa

isol

at b

akte

ri y

ang

dite

muk

an s

elam

a pe

nelit

ian