Budidaya Kerapu di KJA.doc
-
Upload
cintia-whinda -
Category
Documents
-
view
54 -
download
8
Transcript of Budidaya Kerapu di KJA.doc
BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAMKARAMBA JARING APUNG (KJA)
Oleh :
Febriko Sapto Dwiyanto
I. Pendahuluan
Komoditas ikan laut khususnya ikan kerapu pada umumnya merupakan
mata dagangan internasional yang harganya mahal, dan permintaannya semakin
meningkat. Saat ini permintaan ikan kerapu di pasar Asia cukup tinggi, terutama
Hongkong, China, Singapore, Taiwan dan Jepang.
Hingga saat ini produksi ikan kerapu masih mengandalkan tangkapan dari
alam. Eksploitasi ikan kerapu dari alam yang berlebihan akan berakibat
kepunahan terhadap sumber daya ikan kerapu dan kerusakan terumbu karang.
Guna mengantisipasi kedua hal tersebut, dan dengan didukung
keberhasilan pembenihan ikan kerapu, maka untuk memenuhi tingginya
permintaan pasar yang ada harus dimulai dari sekarang usaha pengembangan
budidayanya. Salah satu usaha budidaya ikan kerapu adalah dengan sistem
KJA (karamba jaring apung) Dengan demikian usaha budidaya laut dengan
sistem KJA disamping merupakan usaha perekonomian untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat pesisir juga merupakan kegiatan yang tepat sebagai
usaha pelestarian sumberdaya perikanan.
II. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi budidaya memegang peranan yang sangat penting.
Keberadaan lokasi yang banyak mengandung resiko, bermasalah, dan tidak
memenuhi persyaratan ekologis hendaknya dihindari. Pemilihan lokasi yang
tepat akan mendukung kesinambungan usaha dan target produksi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam
karamba jaring apung adalah :
2.1.Faktor resiko
a. Terlindung dari angin dan gelombang yang kuat.
1
Angin dan gelombang yang kuat akan mudah merusak konstruksi karamba,
mengganggu aktivitas yang dilakukan diatas karamba dan menyebabkan ikan
stress. Tinggi gelombang yang disarankan untuk lokasi budidaya kerapu
adalah tidak lebih dari 0,5 meter pada saat musim Barat maupun Timur.
b. Kedalaman perairan.
Kedalaman perairan yang ideal untuk usaha budidaya kerapu menggunakan
karamba jaring apung antara 5 sampai 15 meter.
c. Bebas dari bahan pencemar.
Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang dapat mengganggu
kehidupan ikan. Bahan pencemar tersebut dapat berupa limbah industri,
limbah pertanian maupun limbah rumah tangga.
d. Tidak mengganggu alur pelayaran.
Lokasi budidaya harus jauh dari alur pelayaran sehingga tidak terjadi
gangguan pelayaran baik perahu nelayan maupun kapal penumpang.
2.2. Faktor kenyamanan
Lokasi budidaya sebaiknya dekat dengan jalan besar, pelelangan ikan
(sumber pakan), dan pemasok sarana serta prasarana yang diperlukan
(misalkan : listrik, telpon dll).
2.3. Kondisi hidrografi
Selain harus jernih, bebas dari bahan pencemaran dan bebas dari arus
balik (up-welling), perairannya harus memenuhi sifat fisik dan kimia tertentu.
Suatu cara untuk mengetahui lokasi dari beberapa pilihan diuraikan dalam Tabel
1 berikut ini. Lokasi yang terbaik akan dinyatakan dalam jumlah nilai tertinggi.
Tabel 1. Sistem Penilaian Untuk Lokasi KJA.
Parameter yang diukur Angka Penilaian Bobot Kredit NilaiKenyamanan Baik 5 2 10
Cukup 3 6Kurang 1 2
Faktor Ekologi1. Tinggi air pasang (m) > 1,0 5 2 10
0,5 – 1,0 3 6< 0,5 1 2
2. Arus (m / detik) 0,2 – 0,4 5 2 100,05 - 0,2 3 60,4 – 0,5 1 2
2
3. Kedalaman air dari dasar jaring (m) > 10 5 2 104 – 10 3 6
< 4 1 24. Oksigen Terlarut (ppm) 5 5 2 10
3 – 5 3 6< 3 0 0
5. Kadar garam (ppt) > 30 5 2 1020 – 30 3 6
< 20 1 26. Perubahan cuaca Jarang 5 2 10
Sedang 3 6Sering 1 2
Faktor Pendukung1. Sumber listrik Baik 5 1 5
Cukup 3 3Kurang 1 1
2. Sumber pakan Baik 5 1 5Cukup 3 3Kurang 1 1
3. Tenaga kerja Baik 5 1 5Cukup 3 3Kurang 1 1
4. Ketersediaan benih Baik 5 1 5Cukup 3 3Kurang 1 1
5. Pencemaran Tidak ada 5 2 10Sedikit 3 6
Ada 1 2Sumber : Tiensongrusmee dkk., 1996
Evaluasi : 80 – 100 % dinyatakan baik 70 – 79 % dinyatakan layak
60 – 69 % layak, tetapi parameter yang bernilai rendah dapat diperbaiki dengan pendekatan ilmu pengetahuan
< 60 % tidak dapat dipertimbangkan
III. Proses Budidaya Ikan Kerapu
Budidaya ikan kerapu dalam karamba jaring apung akan berhasil dengan
baik ( tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi ) apabila pemilihan jenis ikan
yang dibudidayakan sesuai, ukuran benih yang ditebar sesuai dan kepadatan
penebaran sesuai. Semua jenis ikan kerapu potensial untuk dibudidayakan
dalam karamba jaring apung dilaut.
a. Kriteria benih kerapu yang baik
Ukuran seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak
membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tapi akan bergerak aktif bila
3
ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan
sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.
b. Penebaran benih
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup benih, sebelum ditebarkan benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada
kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
adaptasi yaitu :
Waktu penebaran (sebaiknya pagi atau sore hari, atau saat cuaca
teduh)
Sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang
tinggi
Aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
Cara aklimatisasi yang dilakukan pada benih pada pengangkutan
tertutup adalah sebagai berikut : Kantong plastik dimasukkan ke dalam karamba.
Setelah beberapa saat kantong plastik dapat dibuka, kemudian air karamba
dimasukkan sedikit demi sedikat dan diukur suhu dan salinitasnya. Jika
salinitasnya sama atau berbeda 1-2 ppt, benih bisa ditebar langsung setelah
suhunya sesuai.
c. Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4,0 – 5,0 cm dari hasil tangkapan di
alam maupun dari hasil pembenihan didederkan terlebih dahulu dalam waring
nylon sampai mencapai ukuran glondongan (10 - 15 cm atau 50 gram).
Pendederan dengan waring nylon dapat dilakukan dengan menggunakan
waring ukuran 3 x 1,5 x 2 m. Padat penebarannya 500 ekor untuk ukuran
benih yang sama (4,0 – 5,0 cm). Setelah 2 minggu di lakukan grading
(pemilahan ukuran) dan melakukan pergantian jaring apabila jaring sudah kotor
oleh biofouling. Masa pemeliharaan pendederan antara 1-2 bulan, tergantung
kondisi benih yang ditebar. Benih dipanen dengan ukuran antara 10-15 cm (50
gr).
4
d. Penggelondongan
Setelah masa pendederan dilanjutkan dengan penggelondongan, benih
yang ditebar berukuran antara 10-15 cm, wadah pemeliharaan yang digunakan
berupa jaring PE, dengan mesh size ½ atau ¾ inchi. Jaring yang digunakan
berukuran 3 x 1,5 x 2 m, dengan kepadatan ikan per jaring antara 250 – 300
ekor.
Grading dan penggantian jaring dilakukan 2 minggu sekali, dengan tujuan
memperbesar sirkulasi air dalam jaring, dan memilah ukuran ikan. Masa
pemeliharaan penggelondongan antara 1-2 bulan atau ikan sudah mencapai
ukuran 20-25 cm (100 gr).
e. Pembesaran
Ikan-ikan dari hasil penggelondongan dengan ukuran 100 gr kemudian
dipelihara dalam jaring pembesaran. Jaring pembesaran yang digunakan adalah
jaring PE dengan mesh size 1 atau 1,5 inchi, dengan ukuran 3 x 3 x 3 m. Padat
tebar benih pada jaring pembesaran adalah 500 ekor per jaring.
Masa pemeliharaan pembesaran antara 6-8 bulan. Selama masa
pemeliharaan dilakukan grading dan penggantian jaring tiap bulan sekali.
Grading bertujuan memilah ukuran, sedangkan penggantian jaring bertujuan
memperbesar sirkulasi dalam jaring, karena selama satu bulan mata jaring sudah
sudah tertutup oleh biofouling.
Panen dilakukan apabila ikan-ikan yang dipelihara sudah berukuran
konsumsi (500 gr/ekor) atau sesuai permintaan pasar.
IV. Pakan dan Pemberian Pakan
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbanyak dalam budidaya
ikan kerapu dalam karamba jaring apung. Oleh karena itu pemilihan jenis pakan
yang akan diberikan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan
kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Ikan kerapu memerlukan pakan yang
cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan yang baik mempunyai
komposisi protein, mineral dan vitamin yang sesaui dengan pakan yang dimakan
secara alami.
Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga
masing-masing ikan memperoleh kesempatan untuk dapat pakan yang sama.
5
Pada fase pendederan pakan diberikan secara sampai kenyang (ad satiation),
pada fase penggelondongan pakan yang diberikan antara 8-10% dari total
biomassa. Sedangkan untuk pembesaran adalah 5-8% dari total berat badan per
hari. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Ikan
rucah merupakan pakan alami ikan kerapu. Jenis ikan rucah yang biasa
diberikan adalah tanjan, tembang dan lemuru.
Benih kerapu yang baru ditebar dapat beri pakan pelet komersial (benih
dari panti pembenihan yang menggunakan pakan pelet). Untuk jumlah 1000 ekor
ikan dapat dibeikan 100 gram pelet per hari. Setelah 3-4 hari pelet dapat di
campur dengan ikan rucah. Setelah satu minggu ikan sudah terlatih untuk
pakan rucah dan dapat diberi pakan rucah tanpa campuran pelet. Jika sebelum
satu minggu ikan sudah dapat langsung makan ikan rucah, maka campuran pelet
dan ikan rucah dapat dihentikan.
Pemberian ikan rucah (potongan ikan) disesuaikan dengan ukuran
mulut ikan dan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
V. HAMA DAN PENYAKIT
5.1. Hama
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya kerapu dalam
karamba jaring apung adalah : ikan buntal, burung dan penyu. Penanggulangan
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan jaring
pemeliharaan secara berkala, penggantian jaring dan pemberian tutup pada
jaring pemeliharaan.
5.2. Penyakit
Penyakit didefinisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau
fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala yang spesifik atau non spesifik.
Kesalahan managemen dan lingkungan yang bermasalah dapat menimbulkan
penyakit pada usaha budidaya ikan kerapu. Jaringan atau organ yang rusak,
penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya
penyakit. Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan produk perikanan/
budidaya. Oleh karena itu penyakit dan lingkungan perlu mendapat perhatian
khusus sehingga kerugian dari segi ekonomi dapat ditekan.
6
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu
adanya interaksi antara inang (host), penyebab penyakit (patogen) dan
lingkungan. Penyakit akan timbul apabila ikan yang dipelihara rentan terhadap
penyakit dan kondisi lingkungan yang buruk yang menyebabkan peningkatan
serangan penyakit serta penurunan kekebalan dari inang.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit adalah perubahan/
fluktuasi suhu yang sangat tinggi, adanya radiasi sinar ultra violet dari matahari.
Sedangkan faktor-faktor kimia seperti kontaminasi lingkungan oleh obat-obatan,
racun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Keberadaan virus, bakteri jamur maupun parasit diperairan merupakan
faktor biologi yang berperan menimbulkan penyakit. Dalam jumlah yang besar
dapat mempengaruhi fluktuasi suhu, kelarutan gas, pH, dan ketersediaan
makanan.
Kestabilan lingkungan terutama parameter fisika dan kimia air pada
media pemeliharaan akan menentukan kesehatan ikan yang kita pelihara.
Fluktuasi suhu, pH, salinitas atau oksigen terlarut yang melebihi batas optimum
dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya akan timbul penyakit. Kunci sukses
dalam upaya pemeliharaan ikan adalah mampu memahami dan mengelola
lingkungan dalam hal ini air sebagai media pemeliharaan. Pemahaman terhadap
pentingnya peranan lingkungan dan mengetahui penyebab penyakit adalah
penting dalam upaya pengendalian dan kontrol penyakit.
Beberapa jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu yang
dibudidayakan dalam jaring apung adalah sebagai berikut :
1. Penyakit akibat serangan parasit
a. Parasit Crustacea (Nerocilla Sp, Lepeophtheirus dan Caligus)
Ada tiga jenis parasit yang sering menyerang ikan kerapu yaitu Nerocilla
Sp. , Lepeophtheirus dan Caligus. Nerocilla merupakan parasit yang sangat
merugikan bagi ikan kerapu. Telur Nerocilla akan menetas dan berkembang
dikantong perut ikan sebelah bawah dan selanjutnya keluar, menetas dan
berenang kemudian masuk pada ikan lain. Parasit ini biasanya menempel pada
bagian dalam mulut ikan. Ciri-ciri ikan yang terserang parasit ini adalah
kerusakan pada insang,insang akan berwarna coklat, nafsu makan ikan turun
drastis dan ikan cenderung berenang di permukaan air.
7
Parasit Lepeophtheirus dan Caligus terutama menyerang ikan kerapu
lewat insang dan kulit. Akibat serangan parasit ini adalah kerusakan pada insang
hingga berwarna pucat serta kerusakan pada sisik ikan kerapu (terkelupas).
Upaya pengendalian jenis parasit ini yang bisa dilakukan adalah :
a. Menghilangkan parasit secara mekanis menggunakan pinset ------- Nerocilla
b. Merendam ikan dengan larutan formalin 20 ppm selama satu jam
c. Merendam ikan dalam air tawar selama 5-15 menit.
d. Merendam ikan dengan 150 ppm larutan Peroksida ( H2O2) selama 15 – 25
menit
b. Parasit Flatworm (Platyhelmynthes)
Jenis cacing (Platyhelminthes) yang sering menyerang ikan kerapu
adalah Diplectenum Sp. Parasit ini menyerang ikan kerapu pada bagian insang
serta organ dalam seperti usus dan gonade. Gejala yang nampak pada ikan
kerapu yang terserang parasit ini adalah penurunan nafsu makan, warna tubuh
pucat serta produksi lendir yang berlebihan. Ikan cenderung menggosok-
gosokkan tubuhnya ke dinding jaring, berenang dipermukaan air dengan dengan
tutup insang terbuka.
Pengendalian parasit ini adalah dengan :
a. Merendam ikan dalam larutan formalin 100-150 ppm selama 15 – 30 menit
dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.
b. Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15 ppm
selama 2 jam.
c. Bila sudah terjadi luka, merendam ikan dalam larutan acriflavin 1 - 3 ppm
selama 2 jam
d. Merendam ikan dalam air tawar selama 10 – 20 menit.
2. Skin Monogenic Trematodes
Skin monogenic trematodes sering disebut juga skin flukes. Spesies yang
termasuk skin monogenic trematodes adalah Benedenia sp. Parasit ini
menyerang pada kulit ikan sehingga terjadi necrotic pada kulit ikan yang akan
memudahkan serangan penyakit sekunder seperti bakteri dan jamur. Apabila
8
parasit ini menyerang pada mata, mata akan menjadi putih keruh dan dapat
menyebabkan kebutaan pada ikan.
Pencegahan serangan parasit ini adalah dengan perendaman air tawar
selama 15 menit atau dengan 150 ppm peroksida selama 15 – 25 menit.
3. Penyakit akibat protozoa
Ada dua macam penyakit yang disebabkan oleh protozoa yaitu
Cryptocarioniasis dan Brooklynelliasis. Cryptocarryoniasis disebabkan oleh
Cryptocaryon irritans, sedangkan brooklynelliasis disebabkan Brooklynella Sp.
Gejala yang ditunjukkan oleh adanya serangan kedua jenis penyakit ini adalah
kelesuan pada ikan, mata buram, sisik mudah lepas, perdarahan pada kulit
(haemorage), peningkatan produksi lendir dan pembusukan sirip.
Upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan :
a. Merendam ikan dalam larutan formalin 100 ppm selama 1 jam.
b. Merendam ikan dalam larutan formalin 50 ppm + acriflavin 10 ppm selama
1 jam.
c. Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15
ppm.
d. Merendam ikan dalam larutam malachite green 0,5 ppm selama 30 menit.
e. Bila gejala masih ringan dilakukan perendaman dalam air tawar selama 10
– 15 menit.
4. Penyakit akibat jamur (fungi)
Jamur dapat menyebabkan sakit apabila tumbuh pada suatu organisme.
Ada dua macam penyakit ikan kerapu yang disebabkan oleh jamur, yaitu
Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia Sp., dan
Ichthyosporidosis yang disebabkan oleh jamur Ichtyosporidium Sp. Serangan
saprolegniasis ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi putih keabu-
abuan, sedangkan tanda adanya serangan ichtyosporidosis ditandai dengan
dengan luka berlubang pada kepala. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan
adalah dengan merendam ikan dalam larutan methylene blue 0,1 ppm selama
15-45 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.
9
5. Penyakit akibat serangan bakteri
Akibat serangan bakteri yang ditimbulkan bila menyerang ikan kerapu
adalah kerusakan pada sirip, sehingga serangan bakteri ini sering disebut juga
dengan bacterial fin rot diseases. Upaya pengendalian yang bisa dilakukan bila
ikan kerapu terserang penyakit ini adalah dengan :
a. Merendam ikan dalam larutan Nitrofurazone 15 ppm selama 4 jam.
b. Merendam ikan dengan sulphonamide 50 ppm selama 4 jam.
c. Merendam ikan dengan chloramphenicol 50 ppm selama 2 jam.
d. Merendam ikan dengan acriflavin 100 ppm selama 1 menit.
e. Bila gejala masih ringan dapat dilakukan perendaman dalam air tawar
selama 5 – 10 menit.
f. Mencampur Furazolidone atau Oxytetracyclin dalam pakan dengan dosis 2,5
gram/ 100 kg pakan selama 20 hari atau 25 – 75 mg/kg berat badan ikan
selama 10 -20 hari.
6. Penyakit yang disebabkan oleh virus
Penyakit virus yang menyerang pada kerapu adalah VNN (Viral Necrotic
Nerveus) yang disebabkan oleh nodavirus. Virus ini menyerang secara meluas
sejak tahu 1998. Virus ini menyebabkan kematian massal pada juvenil/ larva.
Larva yang terserang mula-mula tenggelam di dasar bak kemudian akan
mengapung di permukaan air dengan kondisi perut menggembung.
Deteksi VNN dapat dilakukan dengan menggunakan metode PCR.
Pencegahannya dengan sanitasi lingkungan, management kualitas air dan
menggunakan induk yang bebas virus.
7. Penyakit yang belum diketahui penyebabnya
Ada dua macam penyakit yang belum diketahui penyebabnya yang sering
menyerang ikan kerapu, yaitu Swim blader syndrome (ikan kerapu tidak bisa
berenang dengan baik / posisi terbalik dan disertai perut kembung) dan popeye
(mata bengkak / menonjol). Penyakit ini sering muncul bila kualitas air media
jelek.
Upaya penyembuhan swim blader syndome adalah dengan
mengeluarkan udara dalam perut ikan dengan menggunakan jarum suntik.
Caranya adalah dengan memasukkan jarum suntik dalam perut lewat dekat anus
10
sambil dilakukan pengurutan perut secara perlahan-lahan sampai gelembung
udara keluar dari perut ikan dan perut kempes. Luka bekas pemasukan jarum
suntik segera diolesi dengan obat merah (betadine). Sedangkan bila ikan kerapu
terserang popeye, upaya penyembuhan adalah dengan memisahkan ikan yang
sakit dan dilakukan karantina sambil memperbaiki mutu kualitas air media
pemeliharaan.
VI. PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan kerapu
yang dibudidayakan di karamba jaring apung antara lain ; penentuan waktu
panen, peralatan panen, teknik panen serta pengelolaan pasca panen.
a. Waktu Panen
Waktu pemanenan ikan biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan
pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500-1000 gram/ekor dan merupakan
ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pagi hari
atau sore hari, sehingga dapat mengurangi stres ikan pada saat pemanenan.
b. Peralatan Panen
Peralatan yang dipergunakan pada saat pemanenan meliputi ; Scoop net,
keranjang basket, timbangan, alat tulis, perahu, bak transportasi dan peralatan
aerasi.
c. Teknik Panen
Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu di
karamba jaring apung meliputi;
- Panen total, semua ikan yang dipelihara dipanen karena ukuran ikan
memenuhi persyaratan berat.
- Panen sebagian, ikan belum memenuhi persyaratan berat atau ukuran
ikan bervariasi.
1. Produk Ikan Hidup
Produk hidup merupakan ikan-ikan kerapu yang dipelihara dalam
karamba jaring apung dijual atau dipanen dalam kondisi hidup.
Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu dilakukan grading ukuran
ikan sesuai permintaan pasar, selanjutnya ikan-ikan yang sudah siap ditimbang
11
untuk mengetahui produksi usaha pembesaran,kemudian ikan dimasukkan
kedalam bak penampungan yang sudah dilengkapi dengan peralatan aerasi.
Selanjutnya ikan siap dibawa ketempat tujuan.
2. Produk Ikan Segar
Pemanenan produk ikan segar relatif sama dengan produk ikan hidup,
hanya saja ikan yang siap dipanen dimasukkan kedalam box kayu atau cool box
yang telah dipersiapkan dan siap dibawa ketempat tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Murdjani, M., 1999. Budidaya Ikan Bersirip di Indonesia. Seminar Pengembangan Budidaya Ikan Laut di Indonesia. Jakarta
Murdjani, M., Abdul Rahman, 1999. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Karamba Jaring Apung. Loka Budidaya Air Payau Situbondo
Murdjani, M., dkk. 2001, Kinerja Budidaya Ikan Kerapu Sistem Karamba Jaring Apung , Penyediaan Benih dan Pasar Luar Negeri, Temu Usaha Perikanan Budidaya BBPBAP Jepara.
Murdjani, M., dkk. 2001, Problematiaka Pengembangan Budidaya Ikan. Semiloka Nasional Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Yani Lestari N, 2001. Pengelolaan Lingkungan dan Pengendalian Hama Penyakit
Pada Budidaya Ikan Kerapu , Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
Yani Lestari N, dkk. 2001. Permasalahan Penyakit dan Kualitas Air Pada Karamba Jaring Apung di Kabupaten Situbondo. Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
12