Budidaya Kerapu di KJA.doc

17
BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAM KARAMBA JARING APUNG (KJA) Oleh : Febriko Sapto Dwiyanto I. Pendahuluan Komoditas ikan laut khususnya ikan kerapu pada umumnya merupakan mata dagangan internasional yang harganya mahal, dan permintaannya semakin meningkat. Saat ini permintaan ikan kerapu di pasar Asia cukup tinggi, terutama Hongkong, China, Singapore, Taiwan dan Jepang. Hingga saat ini produksi ikan kerapu masih mengandalkan tangkapan dari alam. Eksploitasi ikan kerapu dari alam yang berlebihan akan berakibat kepunahan terhadap sumber daya ikan kerapu dan kerusakan terumbu karang. Guna mengantisipasi kedua hal tersebut, dan dengan didukung keberhasilan pembenihan ikan kerapu, maka untuk memenuhi tingginya permintaan pasar yang ada harus dimulai dari sekarang usaha pengembangan budidayanya. Salah satu usaha budidaya ikan kerapu adalah dengan sistem KJA (karamba jaring apung) Dengan demikian usaha budidaya laut dengan sistem KJA disamping merupakan usaha perekonomian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir juga merupakan kegiatan yang tepat sebagai usaha pelestarian sumberdaya perikanan. 1

Transcript of Budidaya Kerapu di KJA.doc

Page 1: Budidaya Kerapu di KJA.doc

BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAMKARAMBA JARING APUNG (KJA)

Oleh :

Febriko Sapto Dwiyanto

I. Pendahuluan

Komoditas ikan laut khususnya ikan kerapu pada umumnya merupakan

mata dagangan internasional yang harganya mahal, dan permintaannya semakin

meningkat. Saat ini permintaan ikan kerapu di pasar Asia cukup tinggi, terutama

Hongkong, China, Singapore, Taiwan dan Jepang.

Hingga saat ini produksi ikan kerapu masih mengandalkan tangkapan dari

alam. Eksploitasi ikan kerapu dari alam yang berlebihan akan berakibat

kepunahan terhadap sumber daya ikan kerapu dan kerusakan terumbu karang.

Guna mengantisipasi kedua hal tersebut, dan dengan didukung

keberhasilan pembenihan ikan kerapu, maka untuk memenuhi tingginya

permintaan pasar yang ada harus dimulai dari sekarang usaha pengembangan

budidayanya. Salah satu usaha budidaya ikan kerapu adalah dengan sistem

KJA (karamba jaring apung) Dengan demikian usaha budidaya laut dengan

sistem KJA disamping merupakan usaha perekonomian untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat pesisir juga merupakan kegiatan yang tepat sebagai

usaha pelestarian sumberdaya perikanan.

II. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi budidaya memegang peranan yang sangat penting.

Keberadaan lokasi yang banyak mengandung resiko, bermasalah, dan tidak

memenuhi persyaratan ekologis hendaknya dihindari. Pemilihan lokasi yang

tepat akan mendukung kesinambungan usaha dan target produksi. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam

karamba jaring apung adalah :

2.1.Faktor resiko

a. Terlindung dari angin dan gelombang yang kuat.

1

Page 2: Budidaya Kerapu di KJA.doc

Angin dan gelombang yang kuat akan mudah merusak konstruksi karamba,

mengganggu aktivitas yang dilakukan diatas karamba dan menyebabkan ikan

stress. Tinggi gelombang yang disarankan untuk lokasi budidaya kerapu

adalah tidak lebih dari 0,5 meter pada saat musim Barat maupun Timur.

b. Kedalaman perairan.

Kedalaman perairan yang ideal untuk usaha budidaya kerapu menggunakan

karamba jaring apung antara 5 sampai 15 meter.

c. Bebas dari bahan pencemar.

Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang dapat mengganggu

kehidupan ikan. Bahan pencemar tersebut dapat berupa limbah industri,

limbah pertanian maupun limbah rumah tangga.

d. Tidak mengganggu alur pelayaran.

Lokasi budidaya harus jauh dari alur pelayaran sehingga tidak terjadi

gangguan pelayaran baik perahu nelayan maupun kapal penumpang.

2.2. Faktor kenyamanan

Lokasi budidaya sebaiknya dekat dengan jalan besar, pelelangan ikan

(sumber pakan), dan pemasok sarana serta prasarana yang diperlukan

(misalkan : listrik, telpon dll).

2.3. Kondisi hidrografi

Selain harus jernih, bebas dari bahan pencemaran dan bebas dari arus

balik (up-welling), perairannya harus memenuhi sifat fisik dan kimia tertentu.

Suatu cara untuk mengetahui lokasi dari beberapa pilihan diuraikan dalam Tabel

1 berikut ini. Lokasi yang terbaik akan dinyatakan dalam jumlah nilai tertinggi.

Tabel 1. Sistem Penilaian Untuk Lokasi KJA.

Parameter yang diukur Angka Penilaian Bobot Kredit NilaiKenyamanan Baik 5 2 10

Cukup 3 6Kurang 1 2

Faktor Ekologi1. Tinggi air pasang (m) > 1,0 5 2 10

0,5 – 1,0 3 6< 0,5 1 2

2. Arus (m / detik) 0,2 – 0,4 5 2 100,05 - 0,2 3 60,4 – 0,5 1 2

2

Page 3: Budidaya Kerapu di KJA.doc

3. Kedalaman air dari dasar jaring (m) > 10 5 2 104 – 10 3 6

< 4 1 24. Oksigen Terlarut (ppm) 5 5 2 10

3 – 5 3 6< 3 0 0

5. Kadar garam (ppt) > 30 5 2 1020 – 30 3 6

< 20 1 26. Perubahan cuaca Jarang 5 2 10

Sedang 3 6Sering 1 2

Faktor Pendukung1. Sumber listrik Baik 5 1 5

Cukup 3 3Kurang 1 1

2. Sumber pakan Baik 5 1 5Cukup 3 3Kurang 1 1

3. Tenaga kerja Baik 5 1 5Cukup 3 3Kurang 1 1

4. Ketersediaan benih Baik 5 1 5Cukup 3 3Kurang 1 1

5. Pencemaran Tidak ada 5 2 10Sedikit 3 6

Ada 1 2Sumber : Tiensongrusmee dkk., 1996

Evaluasi : 80 – 100 % dinyatakan baik 70 – 79 % dinyatakan layak

60 – 69 % layak, tetapi parameter yang bernilai rendah dapat diperbaiki dengan pendekatan ilmu pengetahuan

< 60 % tidak dapat dipertimbangkan

III. Proses Budidaya Ikan Kerapu

Budidaya ikan kerapu dalam karamba jaring apung akan berhasil dengan

baik ( tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi ) apabila pemilihan jenis ikan

yang dibudidayakan sesuai, ukuran benih yang ditebar sesuai dan kepadatan

penebaran sesuai. Semua jenis ikan kerapu potensial untuk dibudidayakan

dalam karamba jaring apung dilaut.

a. Kriteria benih kerapu yang baik

Ukuran seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak

membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tapi akan bergerak aktif bila

3

Page 4: Budidaya Kerapu di KJA.doc

ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan

sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.

b. Penebaran benih

Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan

hidup benih, sebelum ditebarkan benih perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada

kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

adaptasi yaitu :

Waktu penebaran (sebaiknya pagi atau sore hari, atau saat cuaca

teduh)

Sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang

tinggi

Aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.

Cara aklimatisasi yang dilakukan pada benih pada pengangkutan

tertutup adalah sebagai berikut : Kantong plastik dimasukkan ke dalam karamba.

Setelah beberapa saat kantong plastik dapat dibuka, kemudian air karamba

dimasukkan sedikit demi sedikat dan diukur suhu dan salinitasnya. Jika

salinitasnya sama atau berbeda 1-2 ppt, benih bisa ditebar langsung setelah

suhunya sesuai.

c. Pendederan

Benih ikan kerapu ukuran panjang 4,0 – 5,0 cm dari hasil tangkapan di

alam maupun dari hasil pembenihan didederkan terlebih dahulu dalam waring

nylon sampai mencapai ukuran glondongan (10 - 15 cm atau 50 gram).

Pendederan dengan waring nylon dapat dilakukan dengan menggunakan

waring ukuran 3 x 1,5 x 2 m. Padat penebarannya 500 ekor untuk ukuran

benih yang sama (4,0 – 5,0 cm). Setelah 2 minggu di lakukan grading

(pemilahan ukuran) dan melakukan pergantian jaring apabila jaring sudah kotor

oleh biofouling. Masa pemeliharaan pendederan antara 1-2 bulan, tergantung

kondisi benih yang ditebar. Benih dipanen dengan ukuran antara 10-15 cm (50

gr).

4

Page 5: Budidaya Kerapu di KJA.doc

d. Penggelondongan

Setelah masa pendederan dilanjutkan dengan penggelondongan, benih

yang ditebar berukuran antara 10-15 cm, wadah pemeliharaan yang digunakan

berupa jaring PE, dengan mesh size ½ atau ¾ inchi. Jaring yang digunakan

berukuran 3 x 1,5 x 2 m, dengan kepadatan ikan per jaring antara 250 – 300

ekor.

Grading dan penggantian jaring dilakukan 2 minggu sekali, dengan tujuan

memperbesar sirkulasi air dalam jaring, dan memilah ukuran ikan. Masa

pemeliharaan penggelondongan antara 1-2 bulan atau ikan sudah mencapai

ukuran 20-25 cm (100 gr).

e. Pembesaran

Ikan-ikan dari hasil penggelondongan dengan ukuran 100 gr kemudian

dipelihara dalam jaring pembesaran. Jaring pembesaran yang digunakan adalah

jaring PE dengan mesh size 1 atau 1,5 inchi, dengan ukuran 3 x 3 x 3 m. Padat

tebar benih pada jaring pembesaran adalah 500 ekor per jaring.

Masa pemeliharaan pembesaran antara 6-8 bulan. Selama masa

pemeliharaan dilakukan grading dan penggantian jaring tiap bulan sekali.

Grading bertujuan memilah ukuran, sedangkan penggantian jaring bertujuan

memperbesar sirkulasi dalam jaring, karena selama satu bulan mata jaring sudah

sudah tertutup oleh biofouling.

Panen dilakukan apabila ikan-ikan yang dipelihara sudah berukuran

konsumsi (500 gr/ekor) atau sesuai permintaan pasar.

IV. Pakan dan Pemberian Pakan

Biaya pakan merupakan biaya operasional terbanyak dalam budidaya

ikan kerapu dalam karamba jaring apung. Oleh karena itu pemilihan jenis pakan

yang akan diberikan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan

kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Ikan kerapu memerlukan pakan yang

cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Pakan yang baik mempunyai

komposisi protein, mineral dan vitamin yang sesaui dengan pakan yang dimakan

secara alami.

Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga

masing-masing ikan memperoleh kesempatan untuk dapat pakan yang sama.

5

Page 6: Budidaya Kerapu di KJA.doc

Pada fase pendederan pakan diberikan secara sampai kenyang (ad satiation),

pada fase penggelondongan pakan yang diberikan antara 8-10% dari total

biomassa. Sedangkan untuk pembesaran adalah 5-8% dari total berat badan per

hari. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Ikan

rucah merupakan pakan alami ikan kerapu. Jenis ikan rucah yang biasa

diberikan adalah tanjan, tembang dan lemuru.

Benih kerapu yang baru ditebar dapat beri pakan pelet komersial (benih

dari panti pembenihan yang menggunakan pakan pelet). Untuk jumlah 1000 ekor

ikan dapat dibeikan 100 gram pelet per hari. Setelah 3-4 hari pelet dapat di

campur dengan ikan rucah. Setelah satu minggu ikan sudah terlatih untuk

pakan rucah dan dapat diberi pakan rucah tanpa campuran pelet. Jika sebelum

satu minggu ikan sudah dapat langsung makan ikan rucah, maka campuran pelet

dan ikan rucah dapat dihentikan.

Pemberian ikan rucah (potongan ikan) disesuaikan dengan ukuran

mulut ikan dan diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari.

V. HAMA DAN PENYAKIT

5.1. Hama

Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya kerapu dalam

karamba jaring apung adalah : ikan buntal, burung dan penyu. Penanggulangan

yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan jaring

pemeliharaan secara berkala, penggantian jaring dan pemberian tutup pada

jaring pemeliharaan.

5.2. Penyakit

Penyakit didefinisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau

fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala yang spesifik atau non spesifik.

Kesalahan managemen dan lingkungan yang bermasalah dapat menimbulkan

penyakit pada usaha budidaya ikan kerapu. Jaringan atau organ yang rusak,

penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya

penyakit. Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan produk perikanan/

budidaya. Oleh karena itu penyakit dan lingkungan perlu mendapat perhatian

khusus sehingga kerugian dari segi ekonomi dapat ditekan.

6

Page 7: Budidaya Kerapu di KJA.doc

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu

adanya interaksi antara inang (host), penyebab penyakit (patogen) dan

lingkungan. Penyakit akan timbul apabila ikan yang dipelihara rentan terhadap

penyakit dan kondisi lingkungan yang buruk yang menyebabkan peningkatan

serangan penyakit serta penurunan kekebalan dari inang.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit adalah perubahan/

fluktuasi suhu yang sangat tinggi, adanya radiasi sinar ultra violet dari matahari.

Sedangkan faktor-faktor kimia seperti kontaminasi lingkungan oleh obat-obatan,

racun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya

penyakit. Keberadaan virus, bakteri jamur maupun parasit diperairan merupakan

faktor biologi yang berperan menimbulkan penyakit. Dalam jumlah yang besar

dapat mempengaruhi fluktuasi suhu, kelarutan gas, pH, dan ketersediaan

makanan.

Kestabilan lingkungan terutama parameter fisika dan kimia air pada

media pemeliharaan akan menentukan kesehatan ikan yang kita pelihara.

Fluktuasi suhu, pH, salinitas atau oksigen terlarut yang melebihi batas optimum

dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya akan timbul penyakit. Kunci sukses

dalam upaya pemeliharaan ikan adalah mampu memahami dan mengelola

lingkungan dalam hal ini air sebagai media pemeliharaan. Pemahaman terhadap

pentingnya peranan lingkungan dan mengetahui penyebab penyakit adalah

penting dalam upaya pengendalian dan kontrol penyakit.

Beberapa jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu yang

dibudidayakan dalam jaring apung adalah sebagai berikut :

1. Penyakit akibat serangan parasit

a. Parasit Crustacea (Nerocilla Sp, Lepeophtheirus dan Caligus)

Ada tiga jenis parasit yang sering menyerang ikan kerapu yaitu Nerocilla

Sp. , Lepeophtheirus dan Caligus. Nerocilla merupakan parasit yang sangat

merugikan bagi ikan kerapu. Telur Nerocilla akan menetas dan berkembang

dikantong perut ikan sebelah bawah dan selanjutnya keluar, menetas dan

berenang kemudian masuk pada ikan lain. Parasit ini biasanya menempel pada

bagian dalam mulut ikan. Ciri-ciri ikan yang terserang parasit ini adalah

kerusakan pada insang,insang akan berwarna coklat, nafsu makan ikan turun

drastis dan ikan cenderung berenang di permukaan air.

7

Page 8: Budidaya Kerapu di KJA.doc

Parasit Lepeophtheirus dan Caligus terutama menyerang ikan kerapu

lewat insang dan kulit. Akibat serangan parasit ini adalah kerusakan pada insang

hingga berwarna pucat serta kerusakan pada sisik ikan kerapu (terkelupas).

Upaya pengendalian jenis parasit ini yang bisa dilakukan adalah :

a. Menghilangkan parasit secara mekanis menggunakan pinset ------- Nerocilla

b. Merendam ikan dengan larutan formalin 20 ppm selama satu jam

c. Merendam ikan dalam air tawar selama 5-15 menit.

d. Merendam ikan dengan 150 ppm larutan Peroksida ( H2O2) selama 15 – 25

menit

b. Parasit Flatworm (Platyhelmynthes)

Jenis cacing (Platyhelminthes) yang sering menyerang ikan kerapu

adalah Diplectenum Sp. Parasit ini menyerang ikan kerapu pada bagian insang

serta organ dalam seperti usus dan gonade. Gejala yang nampak pada ikan

kerapu yang terserang parasit ini adalah penurunan nafsu makan, warna tubuh

pucat serta produksi lendir yang berlebihan. Ikan cenderung menggosok-

gosokkan tubuhnya ke dinding jaring, berenang dipermukaan air dengan dengan

tutup insang terbuka.

Pengendalian parasit ini adalah dengan :

a. Merendam ikan dalam larutan formalin 100-150 ppm selama 15 – 30 menit

dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.

b. Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15 ppm

selama 2 jam.

c. Bila sudah terjadi luka, merendam ikan dalam larutan acriflavin 1 - 3 ppm

selama 2 jam

d. Merendam ikan dalam air tawar selama 10 – 20 menit.

2. Skin Monogenic Trematodes

Skin monogenic trematodes sering disebut juga skin flukes. Spesies yang

termasuk skin monogenic trematodes adalah Benedenia sp. Parasit ini

menyerang pada kulit ikan sehingga terjadi necrotic pada kulit ikan yang akan

memudahkan serangan penyakit sekunder seperti bakteri dan jamur. Apabila

8

Page 9: Budidaya Kerapu di KJA.doc

parasit ini menyerang pada mata, mata akan menjadi putih keruh dan dapat

menyebabkan kebutaan pada ikan.

Pencegahan serangan parasit ini adalah dengan perendaman air tawar

selama 15 menit atau dengan 150 ppm peroksida selama 15 – 25 menit.

3. Penyakit akibat protozoa

Ada dua macam penyakit yang disebabkan oleh protozoa yaitu

Cryptocarioniasis dan Brooklynelliasis. Cryptocarryoniasis disebabkan oleh

Cryptocaryon irritans, sedangkan brooklynelliasis disebabkan Brooklynella Sp.

Gejala yang ditunjukkan oleh adanya serangan kedua jenis penyakit ini adalah

kelesuan pada ikan, mata buram, sisik mudah lepas, perdarahan pada kulit

(haemorage), peningkatan produksi lendir dan pembusukan sirip.

Upaya pengendalian yang dilakukan adalah dengan :

a. Merendam ikan dalam larutan formalin 100 ppm selama 1 jam.

b. Merendam ikan dalam larutan formalin 50 ppm + acriflavin 10 ppm selama

1 jam.

c. Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm + malachite green 0,15

ppm.

d. Merendam ikan dalam larutam malachite green 0,5 ppm selama 30 menit.

e. Bila gejala masih ringan dilakukan perendaman dalam air tawar selama 10

– 15 menit.

4. Penyakit akibat jamur (fungi)

Jamur dapat menyebabkan sakit apabila tumbuh pada suatu organisme.

Ada dua macam penyakit ikan kerapu yang disebabkan oleh jamur, yaitu

Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia Sp., dan

Ichthyosporidosis yang disebabkan oleh jamur Ichtyosporidium Sp. Serangan

saprolegniasis ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi putih keabu-

abuan, sedangkan tanda adanya serangan ichtyosporidosis ditandai dengan

dengan luka berlubang pada kepala. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan

adalah dengan merendam ikan dalam larutan methylene blue 0,1 ppm selama

15-45 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.

9

Page 10: Budidaya Kerapu di KJA.doc

5. Penyakit akibat serangan bakteri

Akibat serangan bakteri yang ditimbulkan bila menyerang ikan kerapu

adalah kerusakan pada sirip, sehingga serangan bakteri ini sering disebut juga

dengan bacterial fin rot diseases. Upaya pengendalian yang bisa dilakukan bila

ikan kerapu terserang penyakit ini adalah dengan :

a. Merendam ikan dalam larutan Nitrofurazone 15 ppm selama 4 jam.

b. Merendam ikan dengan sulphonamide 50 ppm selama 4 jam.

c. Merendam ikan dengan chloramphenicol 50 ppm selama 2 jam.

d. Merendam ikan dengan acriflavin 100 ppm selama 1 menit.

e. Bila gejala masih ringan dapat dilakukan perendaman dalam air tawar

selama 5 – 10 menit.

f. Mencampur Furazolidone atau Oxytetracyclin dalam pakan dengan dosis 2,5

gram/ 100 kg pakan selama 20 hari atau 25 – 75 mg/kg berat badan ikan

selama 10 -20 hari.

6. Penyakit yang disebabkan oleh virus

Penyakit virus yang menyerang pada kerapu adalah VNN (Viral Necrotic

Nerveus) yang disebabkan oleh nodavirus. Virus ini menyerang secara meluas

sejak tahu 1998. Virus ini menyebabkan kematian massal pada juvenil/ larva.

Larva yang terserang mula-mula tenggelam di dasar bak kemudian akan

mengapung di permukaan air dengan kondisi perut menggembung.

Deteksi VNN dapat dilakukan dengan menggunakan metode PCR.

Pencegahannya dengan sanitasi lingkungan, management kualitas air dan

menggunakan induk yang bebas virus.

7. Penyakit yang belum diketahui penyebabnya

Ada dua macam penyakit yang belum diketahui penyebabnya yang sering

menyerang ikan kerapu, yaitu Swim blader syndrome (ikan kerapu tidak bisa

berenang dengan baik / posisi terbalik dan disertai perut kembung) dan popeye

(mata bengkak / menonjol). Penyakit ini sering muncul bila kualitas air media

jelek.

Upaya penyembuhan swim blader syndome adalah dengan

mengeluarkan udara dalam perut ikan dengan menggunakan jarum suntik.

Caranya adalah dengan memasukkan jarum suntik dalam perut lewat dekat anus

10

Page 11: Budidaya Kerapu di KJA.doc

sambil dilakukan pengurutan perut secara perlahan-lahan sampai gelembung

udara keluar dari perut ikan dan perut kempes. Luka bekas pemasukan jarum

suntik segera diolesi dengan obat merah (betadine). Sedangkan bila ikan kerapu

terserang popeye, upaya penyembuhan adalah dengan memisahkan ikan yang

sakit dan dilakukan karantina sambil memperbaiki mutu kualitas air media

pemeliharaan.

VI. PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan kerapu

yang dibudidayakan di karamba jaring apung antara lain ; penentuan waktu

panen, peralatan panen, teknik panen serta pengelolaan pasca panen.

a. Waktu Panen

Waktu pemanenan ikan biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan

pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500-1000 gram/ekor dan merupakan

ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pagi hari

atau sore hari, sehingga dapat mengurangi stres ikan pada saat pemanenan.

b. Peralatan Panen

Peralatan yang dipergunakan pada saat pemanenan meliputi ; Scoop net,

keranjang basket, timbangan, alat tulis, perahu, bak transportasi dan peralatan

aerasi.

c. Teknik Panen

Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu di

karamba jaring apung meliputi;

- Panen total, semua ikan yang dipelihara dipanen karena ukuran ikan

memenuhi persyaratan berat.

- Panen sebagian, ikan belum memenuhi persyaratan berat atau ukuran

ikan bervariasi.

1. Produk Ikan Hidup

Produk hidup merupakan ikan-ikan kerapu yang dipelihara dalam

karamba jaring apung dijual atau dipanen dalam kondisi hidup.

Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu dilakukan grading ukuran

ikan sesuai permintaan pasar, selanjutnya ikan-ikan yang sudah siap ditimbang

11

Page 12: Budidaya Kerapu di KJA.doc

untuk mengetahui produksi usaha pembesaran,kemudian ikan dimasukkan

kedalam bak penampungan yang sudah dilengkapi dengan peralatan aerasi.

Selanjutnya ikan siap dibawa ketempat tujuan.

2. Produk Ikan Segar

Pemanenan produk ikan segar relatif sama dengan produk ikan hidup,

hanya saja ikan yang siap dipanen dimasukkan kedalam box kayu atau cool box

yang telah dipersiapkan dan siap dibawa ketempat tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Murdjani, M., 1999. Budidaya Ikan Bersirip di Indonesia. Seminar Pengembangan Budidaya Ikan Laut di Indonesia. Jakarta

Murdjani, M., Abdul Rahman, 1999. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Karamba Jaring Apung. Loka Budidaya Air Payau Situbondo

Murdjani, M., dkk. 2001, Kinerja Budidaya Ikan Kerapu Sistem Karamba Jaring Apung , Penyediaan Benih dan Pasar Luar Negeri, Temu Usaha Perikanan Budidaya BBPBAP Jepara.

Murdjani, M., dkk. 2001, Problematiaka Pengembangan Budidaya Ikan. Semiloka Nasional Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang

Yani Lestari N, 2001. Pengelolaan Lingkungan dan Pengendalian Hama Penyakit

Pada Budidaya Ikan Kerapu , Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Yani Lestari N, dkk. 2001. Permasalahan Penyakit dan Kualitas Air Pada Karamba Jaring Apung di Kabupaten Situbondo. Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

12