407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam...

12
407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ... (Rezki Antoni Suhaimi) PEMILIHANLOKASI UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAM KERAMBA JARING APUNG DI TELUK MALLASORO, KABUPATEN JENEPONTO,PROVINSI SULAWESI SELATAN Rezki Antoni Suhaimi, Hasnawi, dan Mat Fahrur Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jalan Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: r [email protected] ABSTRAK Kabupaten Jeneponto memiliki potensi lahan untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung di laut, namun informasi mengenai hal tersebut masih termasuk kurang. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang diharapkan mampu mengidentifikasi parameter físika, kimia dan biologi perairan pada zona perairan Teluk Mallasoro, Jeneponto, menganalisis nilai kesesuaian perairan bagi pengembangan budidaya laut, serta menentukan daerah rekomendasi untuk budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung di Teluk Mallasoro.Metode survei diaplikasikan dalam penelitian ini. Hasil identifikasi perameter perairan Teluk Mallasoro, didapatkan nilai: kedalaman 10,0 sampai 18,8 m, dengan rata-rata sebesar 14,67±2.8268 m; kecepatan arus <0,1sampai 0,3 m/dt dengan rata-rata sebesar 0,2±0,067 m/dt; kecerahan 6,0 m sampai 9,5 m dengan rata-rata sebesar 8,43±1,116 m; suhu 29,46 sampai 29,61ºC dengan rata-rata sebesar 29,54±0,0581ºC; salinitas 29,97 sampai 30,20 ppt dengan rata-rata sebesar 30,08±0.08 ppt; pH 7,87 sampai 8,45 dengan rata-rata sebesar 8,07±0,175; oksigen terlarut 6,21 sampai 7,02 dengan rata-rata sebesar 6,72±0,337 mg/L; NO 3 0,039 sampai 0,123 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,061±0,0297 mg/L; NH 3 0,127 sampai 0,153 mg/L, dengan rata–rata sebesar 0,140±0,0101 mg/L; PO 4 0,051 sampai 0,064 mg/ L dengan rata-rata 0,058±0,0039 mg/L; mutan padatan tersuspensi 0,0040 sampai 0,0025 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,014±0,0078 mg/L. Sedimen dasar didominasi oleh pasir berlumpur. Hasil analisis kesesuaian lahan pada zona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apung di Teluk Mallasoro secara umum adalah berada pada kelas S1 (sangat sesuai) dan S2 (cukup sesuai), kecuali untuk titik pengamatan 4 dan 5 yang berada pada kelas N (tidak sesuai). KATA KUNCI: lokasi, budidaya laut, kerapu, Kabupaten Jeneponto PENDAHULUAN Secara geografis, Kawasan Timur Indonesia merupakan kawasan yang sebagian besar terdiri dari laut, yang perkembangan kelautannya pada abad XXI diproyeksikan akan menjadi penting (Agoes, 2001). Kabupaten Jeneponto terletak di ujung bagian Barat wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 74.979 ha atau 749,79 km 2 dan jarak tempuh dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar) sepanjang 90 km. Panjang wilayah/zona pantai yang dimiliki Kabupaten Jeneponto adalah 114 km. Dengan adanya Undang-Undang Otonomi No. 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun1999, tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat danDaerah, makakegiatan pengelolaan wilayah pesisir menjadi tanggung jawab daerah (Dahuri et al., 2004). Menurut Heemstra dan Randall (1993), ikan kerapu termasuk dalam subfamili Epineplhalinae dari famili Serranidae. Di dunia terdapat sekitar 115 spesies ikan kerapu dari 15 genera yang telah dikenal dewasa ini. Ikan kerapu tersebar luas dari perairan tropis hingga subtropis. Di alam ikan kerapu hidup di dekat dasar perairan, sebagian besar di perairan karang meskipun ada pula yang hidup di perairan estuaria dan sebagian lagi menyenangi habitat berpasir. Dalam ekosistem perairan karang, ikan kerapu dikenal sebagai predator yang memakan segala jenis ikan, krustase (jenis udang dan kepiting) dan sepalopoda (jenis cumi-cumi). Kerapu merupakan jenis ikan yang menyendiri ( soli- tary fishes ) dan pada umumnya tinggal dalam jangka waktu yang lama di karang. Tempat tinggal yang spesifik serta pertumbuhannya yang relatif lambat menyebabkan mudahnya terjadi tangkap lebih (over fishing). Pada saat pemijahan, sekumpulan ikan kerapu menyatu (spawning aggregation) dan sangat rentan pada operasi penangkapan.

Transcript of 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam...

Page 1: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ... (Rezki Antoni Suhaimi)

PEMILIHANLOKASI UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAM KERAMBA JARING APUNGDI TELUK MALLASORO, KABUPATEN JENEPONTO,PROVINSI SULAWESI SELATAN

Rezki Antoni Suhaimi, Hasnawi, dan Mat FahrurBalai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jalan Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: rezki .antoni.s@gmail .com

ABSTRAK

Kabupaten Jeneponto memiliki potensi lahan untuk pengembangan budidaya keramba jaring apung di laut,namun informasi mengenai hal tersebut masih termasuk kurang. Oleh karena itu dilakukan penelitian yangdiharapkan mampu mengidentifikasi parameter físika, kimia dan biologi perairan pada zona perairan TelukMallasoro, Jeneponto, menganalisis nilai kesesuaian perairan bagi pengembangan budidaya laut, sertamenentukan daerah rekomendasi untuk budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung di TelukMallasoro.Metode survei diaplikasikan dalam penelitian ini. Hasil identifikasi perameter perairan TelukMallasoro, didapatkan nilai: kedalaman 10,0 sampai 18,8 m, dengan rata-rata sebesar 14,67±2.8268 m;kecepatan arus <0,1sampai 0,3 m/dt dengan rata-rata sebesar 0,2±0,067 m/dt; kecerahan 6,0 m sampai9,5 m dengan rata-rata sebesar 8,43±1,116 m; suhu 29,46 sampai 29,61ºC dengan rata-rata sebesar29,54±0,0581ºC; salinitas 29,97 sampai 30,20 ppt dengan rata-rata sebesar 30,08±0.08 ppt; pH 7,87sampai 8,45 dengan rata-rata sebesar 8,07±0,175; oksigen terlarut 6,21 sampai 7,02 dengan rata-ratasebesar 6,72±0,337 mg/L; NO30,039 sampai 0,123 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,061±0,0297 mg/L;NH3 0,127 sampai 0,153 mg/L, dengan rata–rata sebesar 0,140±0,0101 mg/L; PO40,051 sampai 0,064 mg/L dengan rata-rata 0,058±0,0039 mg/L; mutan padatan tersuspensi 0,0040 sampai 0,0025 mg/L denganrata-rata sebesar 0,014±0,0078 mg/L. Sedimen dasar didominasi oleh pasir berlumpur. Hasil analisiskesesuaian lahan pada zona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apung di Teluk Mallasorosecara umum adalah berada pada kelas S1 (sangat sesuai) dan S2 (cukup sesuai), kecuali untuk titikpengamatan 4 dan 5 yang berada pada kelas N (tidak sesuai).

KATA KUNCI: lokasi, budidaya laut, kerapu, Kabupaten Jeneponto

PENDAHULUAN

Secara geografis, Kawasan Timur Indonesia merupakan kawasan yang sebagian besar terdiri darilaut, yang perkembangan kelautannya pada abad XXI diproyeksikan akan menjadi penting (Agoes,2001). Kabupaten Jeneponto terletak di ujung bagian Barat wilayah Provinsi Sulawesi Selatan denganluas wilayah 74.979 ha atau 749,79 km2 dan jarak tempuh dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan(Makassar) sepanjang 90 km. Panjang wilayah/zona pantai yang dimiliki Kabupaten Jeneponto adalah114 km. Dengan adanya Undang-Undang Otonomi No. 22Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerahdan Undang-Undang No. 25 Tahun1999, tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah PusatdanDaerah, makakegiatan pengelolaan wilayah pesisir menjadi tanggung jawab daerah (Dahuri etal., 2004).

Menurut Heemstra dan Randall (1993), ikan kerapu termasuk dalam subfamili Epineplhalinaedari famili Serranidae. Di dunia terdapat sekitar 115 spesies ikan kerapu dari 15 genera yang telahdikenal dewasa ini. Ikan kerapu tersebar luas dari perairan tropis hingga subtropis. Di alam ikankerapu hidup di dekat dasar perairan, sebagian besar di perairan karang meskipun ada pula yanghidup di perairan estuaria dan sebagian lagi menyenangi habitat berpasir. Dalam ekosistem perairankarang, ikan kerapu dikenal sebagai predator yang memakan segala jenis ikan, krustase (jenis udangdan kepiting) dan sepalopoda (jenis cumi-cumi). Kerapu merupakan jenis ikan yang menyendiri (soli-tary fishes) dan pada umumnya tinggal dalam jangka waktu yang lama di karang. Tempat tinggalyang spesifik serta pertumbuhannya yang relatif lambat menyebabkan mudahnya terjadi tangkaplebih (over fishing). Pada saat pemijahan, sekumpulan ikan kerapu menyatu (spawning aggregation)dan sangat rentan pada operasi penangkapan.

Page 2: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 408

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelayakan usahabudidaya (Milne, 1979), demi keberhasilan budidaya, ada beberapa pertimbangan yang yang perludiperhatikan dalam penentuan lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri atas parameter fisik, kimiadan biologi dan non-teknis yang berupa pangsa pasar, keamanan dan sumberdaya manusia (Pillay,1990). Salah satu kesalahan dalam pengembangan budidaya adalah lingkungan perairan yang tidaksesuai. Kenyataan bahwa, penentuan lokasi pengembangan budidaya, lebih berdasarkan feeling atautrial and error (Hartoko & Helmi, 2004). Pengelolaan sumberdaya perairan yang tepat, mengharapkankesesuaian yang cocok untuk setiap tujuan penggunaan sumberdaya tersebut, karena itu pengemasandan pengaturan perlu dilakukan (Zonneveld et al., 1991).

Data atau informasi tentang kelayakan lahan sangatlah diperlukan untuk memecahkan dalamkompetisi pemanfaatan pesisir (Radiarta et al., 2005). Persoalan ini, dapat menyebabkan kegiatanpemanfaatan ruang, pada zona tersebut menjadi tidak tepat. Berkembangan teknologi pemetaanmerupakan salah satu pilihan dalam penentuan lokasi budidaya (Budiyanto, 2005). Aplikasi teknologiini, dipergunakan untuk menggambarkan lokasi bagi pengembangan budidaya laut yang dipadukandengan parameter ekosistem perairan.

Permasalahan yang dihadapi oleh aquafarmers (pembudidaya) adalah, belum adanya nilai ataupunspasial yang menggambarkan tingkat kesesuaian atau lokasi yang tepat dari perairan tersebut, bagipengembangan budidaya. Kondisi permasalahan di atas, menimbulkan pertanyaan: Bagaimana dayadukung lingkungan perairan tersebut dari parameter fisika, kimia dan biologi, sehingga dapatmempertegas teknologi yang akanditerapkan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka diperlukan suatuanalisis penentuan lokasi pengembangan budidaya berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologipada zona pemanfaatan umum di Teluk Mallasoro Jeneponto, sehingga adanya kejelasan mengenaiperuntukan lahan perairan yang nantinya dipakai sebagai tempat budidaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi parameter físika, kimia dan biologiperairan pada zona perairan Teluk Jeneponto, menganalisis nilai kesesuaian perairan dari parameterfisika, kimia dan biologi bagi pengembangan budidaya laut serta penentuan daerah rekomendasiuntuk budidaya Ikan Kerapu dalam keramba jaring apung di Teluk Mallasoro, Kabupaten Jeneponto,Provinsi Sulawes Selatan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Teluk Malassaro, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto. PetaRupabumi Indonesia dengan nomor Indeks 2010-33 (Jeneponto) yang digunakan dalam penelitianini, telah dipindai dan didijitasi. Selanjutnya dilakukan anlisis spasial dengan teknologi SistemInformasi Geografis (SIG). Peta awal berupa Peta Penutupan/Penggunaan Lahan diperoleh dari hasilklasifikasi tidak terbimbing Citra ALOS (Advance Land Observing Satellite) ANVIR-2 (The Advance Visibleand Near Infrared Radio Meter Type 2) akuisisi 28 Juli 2009 dengan Program ER Mapper 7.1 yangdiintegrasikan dengan peta dasar dari peta Rupabumi Indonesia. Data dan referensi yang diperolehdari lapangan digunakan untuk melakukan re-interpretasi citra hasil klarifikasi dan peta awal.

Pengambilan sampel parameter fisika, kimia dan biologi perairan dilakukan pada pukul 08.00Wita sampai pukul 17.00 WITA.Sampel yang dapat diukur secara in situ dilakukan pengukuran secarain situ dan sampel yang perlu dianalisis lebih lanjut, dibawa ke laboratorium Balai Riset PerikananBudidaya Air Payau, Maros.Jumlah titik pengambilan sampel adalah sebanyak 8 titik (Gambar 1).

Metode penelitian merupakan pendekatan spasial dengan melakukan pengukuran langsung pa-rameter fisika, kimia dan biologi di lapangan. Pengukuran parameter secara in situ seperti suhu,oksigen terlarut, salinitas dan pH dengan menggunakan DO meter YSI 650. Untuk kedalaman perairandilakukan dengan menggunakan GPSMap 178C Sounder, data yang didapat kemudian dikoreksi dengandata pasang surut ada saat pengukuran untuk mendapatkan nilai kedalaman perairan.Kecerahanditentukan dengan menggunakan secchi disk dan kecepatan arus menggunakan alat ukur arus (Flowmeter). Selanjutnya beberapa parameter lain dianalisis di laboratorium, seperti, material dasar perairandiambil dengan menggunakan grab sampler dan dianalisis dengan metode pengayakan sederhana.Untuk muatan padatan tersuspensi menggunakan penyaring milipora sedangkan fosfat,nitrat, klorofil-a menggunakan metode spektrofotometer.

Page 3: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

409 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Tahapan selanjutnya adalah analisis kesesuaian perairan dengan pembuatan matriks kesesuaianuntuk parameter fisik, kimia dan biologi (Tabel 1). Penyusunan matriks kesesuaian merupakan dasardari analisis keruangan melalui skoring dan faktor pembobot (Bakosurtanal, 1996). Tingkat kesesuaiandibagi atas empat kelas yaitu : Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable), Kelas S2 : Cukup Sesuai(Moderately Suitable), Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable), dan Kelas N : Tidak Sesuai (NotSuitable). Evaluasi kelas kesesuaian didasari pada petunjuk DKP (2002) yaitu S1 (85–100%), S2 (75–84%), S3 (65-74%) dan N (< 65%). Pengembangan budidaya laut yang direncanakan nantinya adalahikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung.

Untuk mendapatkan gambaran lokasi pengembangan budidaya dilakukan proses griding terhadapnilai skor dari keseluruhan variabel parameter fisika, kimia dan biologi pada setiap koordinat. Prosesini disusun berdasarkan gabungan kelas kesesuaian yang setingkat.

HASIL DAN BAHASAN

Keadaan Umum Wilayah

Secara administratif, Teluk Mallasoro terletak di Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto.Wilayah pesisir Teluk Mallasoro agak tertutup dan terlindung dari ombak besar karena terhalangoleh Pulau Libukang. Kondisi umum masyarakat, sebagian besar adalah nelayan dan pembudidayatambak. Kehidupan penduduk sangat tergantung oleh hasil perikanan dan kelautan yang berasaldari Teluk Mallasoro dan sekitarnya.

Dari pusat Kabupaten Jeneponto menuju Teluk Mallasoro harus menempuh perjalanan sekitar 20km. Pendukung aksesibilitas berupa jalan penghubung, tersedia dengan kondisi yang cukup memadai.Jalan tersebut menghubungkan Ibukota Kabupaten Jeneponto (Bonto Sunggu) dan Ibukota ProvinsiSulawesi Selatan (Makassar).

Saat ini di perairan teluk terdapat kegiatan budidaya rumput laut yang dilakukan oleh masyarakatpesisir. Menurut Utojo et al. (2007), Teluk Mallasoro merupakan bentuk pantai yang memiliki cekungan

Tabel 1. Matrik kesesuaian untuk lokasi budidaya keramba jaring apung

5 3 1Keterlindungan - 3 Terlindung Cukup Terlindung TerbukaArus m/dt 3 0,2 - 0,5 0,1 - 0,2 < 0,1 & > 0,5MPT mg/L 3 < 25 26 - 50 > 50Kedalaman m 3 10-15 5-10 < 5 & >15Sedimen Dasar - 2 Pasir Pasir Berlumpur LumpurDO mg/L 2 > 6 4-6 < 4Kecerahan m 2 > 5 3-5 < 3Suhu °C 2 28 - 30 25 - 27 < 25 & > 27Salinitas ppt 2 30 - 35 20 - 29 < 20 & > 30pH - 1 6,5 - 8,5 4 -6,4 & 8,5 - 9,4 < 4 & > 9,5PO4 mg/L 1 0,2 - 0,5 0,6 - 0,7 < 0,2 & > 0,8

NO3 mg/L 1 0,9 - 3,2 0,7 - 0,8 & 3,3 - 3,4 < 0,7 & > 3,4Keterangan :

3. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh parameter dominan.

4. Skor adalah ? A x B

Parameter Satuan BobotNilai

1. Sumber : Radiarta et al . (2003), DKP (2002), SK Meneg LH (2004), Romimohtarto (2003), Basmi (2000) dalam Haumau (2005)

2. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002) yaitu 5 : Baik; 3 : Sedang; 1 : Kurang

Page 4: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 410

agak dalam, dan terdapat Pulau Libukang yang terletak disebelah barat sekitar mulut teluk sertadidepannya terbentang terumbu karang yang luas, yang sangat berguna dalam manghalanggelombang, sehingga Teluk Mallasoro relatif tenang dan terlindung dari ombak.

Pola pergerakan arus permukaan di perairan Teluk Mallasoro dipengaruhi oleh angin dan polaarus yang terjadi dari pecahan ombak dari Laut Flores yang menuju teluk. Pasang surut dianggapcukup mempengaruhi kondisi arus di perairan teluk. Kondisi pasang surut di sekitar Teluk Mallasoromempunyai tipe diurnal yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari, dengantunggang pasang 144 cm (Utojo et al., 2007).

Kondisi Oseanografi Teluk Mallasoro

Pengambilan data parameter fisika, kimia dan biologi dilakukan bulan Maret tahun 2011, padasaat wilayah Jeneponto berada dalam musim timur. Lokasi pengambilan sampel sebanyak 8 titik.Sebaran titik pengambilan contoh dari parameter fisika, kimia dan biologi diperlihatkan pada Gambar1 dan Tabel 2.

Berdasarkan hasil survei kondisi perairan Teluk Mallasoro pada 8 titik pengamatan, terlihat bahwasecara umum daerah Teluk Mallasoro memiliki kelayakan dalam hal budidaya laut terutama kerambajaring apung.Menurut Ahmad et al. (1996) pengembangan usaha budidaya perikanan pesisir berbasisbudidaya laut dapat dilakukan pada kawasan pesisir seperti selat, teluk, laguna, dan muara sungaiyang terlindung dari, pengaruh arus yang kuat, gelombang yang besar angin yang kencang sertabebas cemaran.

Kedalaman perairan pada titik pengamatan di zona rencana pengembangan budidaya kerambajaring apung Teluk Mallasoro berkisar antara 10,0 m sampai 18,8 m, dengan rata-rata sebesar 14,67± 2,8268 m. Titik pengamatan terdalam terdapat pada titik pengamatan 4, sedangkan yang dangkalberada pada titik pengamatan 7. Kedalaman perairan di atas memperlihatkan kisaran nilai yang

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel air diperairan Teluk Mallasoro, Jeneponto,Sulawesi Selatan

Page 5: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

411 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Tabe

l 2.

Rata

-rat

a ha

sil p

enga

mat

an d

an p

engu

kura

n ko

ndis

i per

aira

n Te

luk

Mal

laso

ro

Page 6: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 412

cukup mendukung mendukung bagi kegiatan budidaya laut, terutama bagi keramba jaring apunguntuk budidaya ikan kerapu.

Kecepatan arus di zona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apung Teluk Mallasorobervariasi antara <0,1 m/dt sampai 0,3 m/dt dengan rata-rata sebesar 0,2 ± 0,067 m/dt. Dikarenakanketelitian alat, untuk hasil data pengukuran arus didapat nilai 0,3 m/dtk untuk titik pengamatan 1,2, 3, 8 dan nilai kecepatan arus <0,1 untuk titik pengamatan 4, 5, 6, 7. Perbedaan kecepatan arusdidugadisebabkan oleh letak lokasi titik pengamatan dan kondisi pasang surut saat dilakukanpengukuran. Pada saat yang lain adanya turbulensi dan perairan yang cukup terbuka merupakanpendugaan lain terjadi perbedaan kuat arus. Hasil pengukuran rara-rata kecepatan arus di perairanzona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apung Teluk Mallasoro masih berada padanilai yang dianjurkan, walaupun bukan pada kisaran yang ideal.

Arus air sangat mempengaruhi pertukaran air dalam keramba, dan dapat juga berfungsi dalampembersihan sisa metabolisme ikan. Selain itu arus juga berguna dalam membawa oksigen terlarutyang dibutuhkan oleh ikan. Namun, arus yang terlalu besar dapat membuat kerusakan padainfrastruktur keramba jaring apung. Selain itu, dapat juga membuat ikan menjadi stress karena ikanakan mengeluarkan banyak energi untuk tetap bertahan pada keramba, dan diduga nantinya dapatmembuat selera makan ikan berkurang.

Kecerahan perairan di zona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apung Teluk Mallasoroberkisar antara 6,0 m hingga 9,5 mdengan rata-rata 8,43±1,116 m.Sebaran kecerahan tertinggiterdapat pada titik pengamatan 1. Sedangkan pada pada titik pengamatan 2, memperlihatkan tingkatkecerahan yang terendah. Perairan yang memiliki kecerahan yang bagus menyebabkan sinar mataharidapat menembus jauh ke dalam perairan. Artinya nilai kecerahan adalah indikator terhadap kejernihansebuah perairan dan sangat baik untuk digunakan sebagai lokasi pembesaran.

Suhu perairan di zona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apung Teluk Mallasoromempunyai kisaran antara 29,46 sampai 29,61ºC dengan rata-rata sebesar 29,54±0,058172ºC. Nilaisuhu terendah terdapat pada titik pengamatan 2, sedangkan tertinggi terdapat pada titik pengamatan6. Dari hasil pengukuran in situ di lokasi, dapat dilihat bahwa kondisi suhu sangat optimal untukbudidaya keramba jaring apung ikan kerapu pada daerah Teluk Mallasaro, karena suhu mempengaruhiaktivitas metabolisme organisme.

Gambar 2. Peta kedalaman perairan Teluk Mallasoro, Jeneponto, Sulawesi Selatan

Page 7: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

413 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Salinitas berpengaruh terhadap tekanan osmotik media (Anggoro, 1990 dalam Kangkan et al.,2007) sehingga, penting dijaga keseimbangan osmolaritas cairan internal dan eksternal. Fluktuasisalinitas yang besar menyebabkan ginjal dan insang ikan tidak mampu mengatur osmosis cairantubuh. Secara umum nilai salinitas pada zona rencana pengembangan budidaya keramba jaringapung Teluk Mallasoro memperlihatkan kisaran yang mendukung kegiatan budidaya laut.

Salinitas perairan di zona pemanfaatan umum Teluk Mallasoro mempunyai kisaran 29,97 pptpada titik pengamatan 2 sampai 30,20 ppt pada titik pengamatan 2 dengan rata-rata sebesar30,08±0,08 ppt. Nilai salinitas yang didapat pada saat pengukuran in situ di lokasi dianggap opti-mal untuk budidaya keramba jaring apung yang berkisar antara 30 – 35 ppt (Radiarta et al., 2003).

Pengukuran in situ terhadap parameter pH perairan zona rencana pengembangan budidaya kerambajaring apung Teluk Mallasoro memperlihatkan kisaran nilai sebesar 7,87 sampai 8,45, dengan rata-rata 8,07±0,175.Nilai pH terendah terdapat pada titik pengamatan 4 dan nilai tertinggi ada padatitik pengamatan 7. Perbedaan nilai pH dalam perairan diduga, disebabkan oleh adanya perbedaanwaktu pengukuran. Perubahan nilai pH dalam perairan mempunyai siklus harian. Siklus ini merupakanfungsi dari karbondioksida. Effendi (2003) mengatakan bahwa, jika perairan mengandungkarbondioksida bebas dan ion karbonat maka pH cenderung asam, dan pH akan kembali meningkatjika CO2 dan HCO3 mulai berkurang. pH perairan dapat mempengaruhi tingkat kesuburan perairankarena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Hal ini senada dengan Kordi (2005) yang menyatakanpH rendah maka konsentrasi oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigenmenurun, aktivitas pernafasan naik dan selera makan menurun. Budidaya keramba jaring apunguntuk ikan kerapu sangat cocok pada rentang pH 6,5-8,5 (Romimohtarto, 2003).

Parameter kualitas air lainnya pada perairan Teluk Mallasoro Jeneponto, didapat nilai oksigenterlarut tertinggi 7,02 mg/L pada titik pengamatan 3 dan terendah sebesar 6.21 mg/L untuk titikpengamatan 8 dengan nilai rata-rata sebesar 6,72 ± 0,337 mg/L. Besarnya nilai oksigen terlarutdiduga karena adanya siklus harian perairan serta pergerakan masa perairan. Konsentrasi oksigenterlarut dalam air dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan rasio konversi pakan. Konsentrasioksigen terlarut berpengaruh terhadap jumlah dan menjadi batasan terhadap ikan yang dibudidayakan.Akbar & Sudaryanto (2001) menambahkan bahwa Ikan kerapu dapat hidup optimal pada konsentrasioksigen terlarut lebih dari 5 mg/L.

Hasil pengukuran terhadap parameterl nitrat (NO3) memperlihatkan nilai yang bervariasi antara0,039 sampai 0,123 mg/L dengan nilai rata-rata sebesar 0,061±0,0297 mg/L. Nitrat terendah terdapatpada titik pengamatan 2 dan tertinggi terdapat pada titik pengamatan 8. Hutabarat (2000) menyatakanbahwa konsentrasi nitrat akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Secara normatifkeberadaan nitrat dalam perairan ditunjang pada transpor nitrat ke daerah tersebut, oksidasi amoniakoleh mikroorganisme dan kebutuhan produktivitas primer.

Sedangkan untuk nitrit (NO2) menunjukkan variasi nilai yaitu antara 0,0038 mg/L (titik pengamatan2) sampai 0,0215 mg/L (titik pengamatan 5) dengan rata-rata nitrit untuk keseluruhan titik pengamatansebesar 0,0080±0,0058 mg/L. Secara umum nilai nitrit yang ada di perairan berbanding lurus dengannilai nitrat. Sementara itu, untuk konsentrasi amoniak (NH3) pada titik pengukuran berkisar antara0,127 sampai 0,153, denga rata–rata sebesar 0,140±0,0101 mg/L. Konsentrasi amoniak tertinggiterdapat pada titik pengamatan 1 dan terendah ditemukan pada titik pengamatan 7.

Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang berperan sebagai nutrien bagi pertumbuhan alga danfitoplankton dan sifatnya cenderung stabil. Walaupun sangat berperan terhadap kadar nitrogen dalamsuatu perairan, beberapa fitoplankton cenderung lebih menyukai amoniak untuk digunakan dalamproses pertumbuhan. Sedangkan Nitrit adalah benruk peralihan antara amoniak dan nitrat (Odum,1979). Besarnya kadar amoniak, nitrat dan nitrit dapat dipengaruhi oleh alam (batu dan tanah) ataubisa juga berasal dari limbah organik (tinja dan urin).

Konsentrasi fosfat dalam perairan zona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apungdi Teluk Mallasoro mempunyai nilai yang bervariasi antara 0,051 sampai 0,064 mg/L, dengan nilairata-rata 0,058±0,0039 mg/L.Konsentrasi fosfat terendah terdapat pada titik pengamatan 4 dantertinggi berada pada titik pengamatan 3.

Page 8: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 414

Menurut Effendi (2003) dan Supriharyono (2000), sebagian besar fosfat berasal dari masukanbahan organik melalui darat berupa limbah industri maupun domestik (detergen). Ditambahkanoleh Brotowidjoyo et al. (1995) dan Hutabarat (2000), bahwa sumber fosfat di perairan juga berasaldari proses pengikisan batuan dipantai. Konsentrasi fosfat di perairan zona rencana pengembanganbudidaya keramba jaring apung di Teluk Mallasoro memperlihatkan kisaran yang masih mendukungkegiatan budidaya, walaupun tidak berada dalam nilai yang ideal.

Amoniak, nitrat, nitrit, dan fosfat sendiri dalam perairan berperan sebagai sebagai nutrien. Akantetapi tingginya konsentrasi zat kimia tersebut di perairan dapat berdampak pada peledakan plank-ton.

Konsentrasidan komposisi muatan padatan tersuspensi (MPT) bervariasi secara temporal dan spasialtergantung pada faktor-faktor fisik yang mempengaruhi distribusi MPT terutama adalah pola sirkulasiair, pengendapan gravitional, deposisi dan resuspensi sedimen. Faktor yang paling dominan dalahsirkulasi air (Chester, 1990 dalam Satriadi & Widada, 2004). Pergerakan air berupa arus pasang akanmampu mengaduk sedimen yang ada (Satriadi & Widada, 2004).

Hasil pengukuran terhadap peubah MPT di perairan perairan zona rencana pengembanganbudidaya keramba jaring apung di Teluk Mallasoro, memperlihatkan nilai sebesar 0,004 sampai0,0025 mg/L dengan nilai rata-rata sebesar 0,014±0,0078 mg/L. Muatan padatan tersuspensi terendahterdapat pada lokasi titik pengamatan 7 dan tertinggi terdapat pada lokasi titik pengamatan 3.Perbedaan padatan tersuspensi tersebut diduga disebabkan oleh komposisi material dasar perairandan pergerakan masa air termasuk aktivitas pasut. Padatan terlarut dalam kondisi tertentu dapatmenggangu biota terutama organ respirasi.

Karakteristik ukuran butir pada sedimen dasar sangat berpengaruh terhadap daya cengkram jangkaryang nantinya akan dipasang pada keramba jaring apung. Sehingga nantinya diharapkan dengansemakin kuat jangkar tertancap, maka kestabilan keramba jaring apung terhadap dinamika arus,gelombang, pasut, angin akan tercipta. Dari hasil analisa ukuran butir di Laboratorium Tanah BRPBAPMaros untuk sampel sedimen dasar pada tiap lokasi titik pengamatan di perairan Teluk MallasoroJeneponto, didapatkan bahwa jenis sedimen cenderung dominan pasir berlumpur. Hal ini membuktikanbahwa dasar perairan Teluk Mallasoro dianggap cukup cocok untuk tempat keramba jaring apung.

Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan Kerapu dalam Keramba Jaring Apung

Pemilihan daerah kesesuaian budidaya laut, mengacu pada matriks kesesuaian perairan yangdisusun berdasarkan parameter primer, parameter sekunder dan parame tertersier. Ketiga parameterpenyusun matriks kesesuaian tersebut merupakan parameter syarat, yang terdiri atas komponenparameter-parameter físika, kimia dan biologi. Keterkaitan beberapa komponen parameter dalamfisika, kimia dan biologi dengan parameter primer, sekunder dan tersier dalam penyusunan matrikskesesuaian, dapat dilihat dari besarnya nilai koofisien korelasi yang dibentuk.

Parameter primer meliputi keterlindungan, arus, MPT, dan kedalaman.Parameter sekunder terdiriatas sedimen dasar, oksigen terlarut, kecerahan, suhu dan salinitas. Sementara itu untuk parametertersier meliputi pH, PO4, dan NO3.

Perairan pantai yang tenang merupakan alternatif yang baik untuk dimanfaatkan sebagai lokasiuntuk budidaya. Keterlindungan lokasi baik dari pengaruh angin maupun gelombang besar sangattergantung dengan kondisi geografis kawasan pantai. Secara umum, daerah Teluk Mallasoromempunyai keterlindungan baik. Hal ini, sejalan dengan Putro et al. (1999) yang menyatakan bahwalokasi yang terlindung biasanya terletak di daerah teluk ataupun kawasan yang terletak di antarapulau–pulau, sehingga pengaruh angin dan gelombang relatif kecil.

Dari hasil matriks pembobotan tingkat kesesuaian untuk delapan titik pengamatan di TelukMallasoro, dapat dilihat bahwa untuk titik pengamatan 1 dan 2 memiliki tingkat kesesuaian S1(sangat sesuai), sementara itu untuk titik pengamatan 3, 6, 7, 8 memiliki tingkat kesesuaian S2(cukup sesuai) dan untuk titik pengamatan 4 dan 5 memiliki tingkat kesesuaian N (tidak Sesuai). Halini dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 9: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

415 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Setalah dilakukan interpolasi dan analisis spasial, diperoleh luasan daerah untuk budidaya Ikankerapu dalam Keramba Jaring Apung di Teluk Mallasoro, Kabupaten Jeneponto yaitu: S1 (KesesuaianTinggi) : 105,8 ha ; S2 (Kesesuaian Sedang): 49,7 ha : S3 (Kesesuaian Rendah): 0 ha.

Tabel 3. Total nilai skor matrikskesesuaian bagi penentuan lokasi budidayadi perairan zonarencana pengembangan budidaya keramba jaring apungdi Teluk Mallasoro

I II III IV V VI VII VIII

Keterlindungan 15 15 15 3 3 15 15 15Arus 15 15 15 3 3 3 3 15MPT 15 15 15 15 15 15 15 15Kedalaman 15 15 3 3 3 15 15 3Sedimen dasar 6 6 6 6 6 6 6 6Oksigen terlarut 10 10 10 10 10 10 10 10Kecerahan 10 10 10 10 10 10 10 10Suhu 10 10 10 10 10 10 10 10Salinitas 10 10 10 6 10 10 10 10pH 5 5 5 5 5 5 5 5PO4 1 1 1 1 1 1 1 1

NO3 1 1 1 1 1 1 1 1Total 113 113 101 73 77 101 101 101Persentase Kesesuaian 90,40% 90,40% 80,80% 58,40% 61,60% 80,80% 80,80% 80,80%Tingkat Kesesuaian S1 S1 S2 N N S2 S2 S2

Parameter perairan

Nilai Bobot Stasiun Pengukuran

Gambar 3. Peta Pemilihan lokasi yang sesuaiuntuk budidaya ikan kerapu dalam kerambajaring apung perairan Teluk Mallasoro, Jeneponto, Sulawesi Selatan

Page 10: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 416

Nilai tingkat kesesuaian yang didapat sangat dipengaruhi oleh parameter primer dalam matrikspembobotan, hal ini dikarenakan parameter primer merupakan syarat yang harus dipenuhi dalamusaha pengembangan budidaya baik sintasan maupun keberlangsungan usaha. Jika syarat ini tidakterpenuhi dapat menyebabkan kegagalan dari usaha budidaya yang diinginkan. Kalau dirinci lagiterhadap parameter primer maka akan diketahui seberapa besar pengaruhnya bagi budidaya kerambajaring apung:

Keterlindungan; parameter ini dianggap penting karena berpengaruh nantinya terhadap konstruksikeramba jaring apung yang akan dipakai.

Kecepatan arus; parameter ini dianggap penting karena berkaitan dengan proses pertukaranoksigendan sisa metabolisme, penyebaran plankton, dan transpor sedimen. Kecepatan arus juga berdampaklangsung pada penempelan biofouling pada jaring dan rusaknya instalasi budidaya bahkan dapatmenghanyutkannya.

Muatan padatan tersuspensi; parameter ini dianggap penting karena berada dalam badan air dandapat mengganggu kegiatan budidaya dengan beberapa cara, seperti, perairan menjadi keruh yangberakibat pada rendahnya penetrasi cahaya, ikan lebih mudah terserang parasit dan penyakit, maupunkerusakan fisik (insang) ikan.

Kedalaman perairan; parameter ini dianggap penting karena berkaitan dengan penetrasi cahaya,akumulasi sisa pakan dan kerusakan jaring. Kedalaman juga memberikan ruang cukup bagipenempatan instalasi budidaya baik terhadap jaring maupun penguraian sisa pakan dan hasilmetabolisme.

Sedangkan untuk parameter sekunder dan tersier tetap tidak bisa dianggap tidak penting karenaberdampak dalam pertumbuhan biota nantinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil identifikasi perameter perairan Teluk Mallasoro, Kabupaten Jeneponto didapat nilai:kedalaman 10,0 m sampai 18,8 m, kecepatan arus <0,1 sampai 0,3 m/dt, kecerahan 6,00 sampai 9,5m, suhu 29,46 sampai 29,61ºC, salinitas 29,97 sampai 30,20 ppt, pH 7,87 sampai 8,45 oksigenterlarut 6,21 sampai 7,02 mg/L, NO3 0,039 sampai 0,123 mg/L, NH3 0,127 sampai 0,153 mg/L, PO40,051sampai 0,064 mg/L, muatan padatan tersuspensi 0,004 sampai 0,0025 mg/L. Sedimen dasar dominanpasir berlumpur.

Hasil analisis kesesuaian lahan pada zona rencana pengembangan budidaya keramba jaring apungdi Teluk Mallasoro secara umum adalah berada pada kelas S1 (sangat sesuai) dan S2 (cukup sesuai),kecuali untuk titik pengamatan 4 dan 5 yang berada pada kelas N (tidak sesuai).

Mengingat kelas kesesuaian untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung diperairan Teluk Mallasoro berada pada taraf sangat sesuai dan cukup sesuai, maka direkomendasikanuntuk dikembangkan secara optimal. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan kondisi musimyang berbeda, agar didapat data yang bisa mewakili.

DAFTAR ACUAN

Ahmad, T., A. Mustafa dan A. Hanafi.1996. Konsep Pengembangan Desa Pantai Mendukung KeberlanjutanProduksi Perikanan Pesisir. Dalam Poernomo, A., H.E. Irianto, S. Nurhakim, Murniyati, dan E. Pratiwi(Eds.). Prosiding Rapat Kerja Teknis Peningkatan Visi Sumberdaya Manusia Peneliti PerikananMenyongsong Globalisasi IPTEK, Serpong, 19-20 November 1996. Badan Litbang Pertanian,Puslitbang Perikanan, Jakarta.

Agoes. E. R. 2001. Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Laut Perspektif Hukum Laut. DepartemenKelautan dan Perikanan, Jakarta.

Akbar, S dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek. Penerbit Penebar Swadaya,Jakarta.

Bakosurtanal.1996. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marin Kupang-Nusa TenggaraTimur.Pusat Bina Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis, Cibinong.

Page 11: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

417 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Basmi, J. 2000. Planktonologi :Plankton Sebagai Bioindikator KualitasPerairan. Makalah, FakultasPerikanan Instistut Pertanian Bogor, Bogor.

Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan danBudidaya Air. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Budiyanto. E. 2005. Pemetaan Kontur dan Pemodelan Spatial 3 Dimensi Surfer. Penerbit Andi,Yogyakarta.

Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting., M. J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan LautSecara Terpadu.Edisi revisi.PT. Pradnya Paramita.Jakarta.328 pp.

Departemen Kelautan dan Perikanan.2002.Modul Sosialisasi dan Orientasi Penataan Ruang, Laut,Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisirdan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta.

Effendi. H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. PenerbitKanisius, Yogyakarta.

Ghufron.M, dan H. Kordi.2005.Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Penerbit Rineka Cipta,Jakarta.336 pp.

Hartoko, A dan M. Helmi. 2004. Development of Digital Multilayer Ecological Model for PadangCoastal Water (West Sumatera). Journal of Coastal Development. 7 (3): 129-136.

Heemstra, P.C, and Randll, JE. 1993. FAO Species Catalog Vol. 16 : Groupers of The Word (FamilySerranidae, Subfamily Epinephelus). Rome,Food and Agriculture Organization of The United Na-tion.

Haumau, S. 2005. Distribusi Spatial Fitoplankton di Perairan Teluk Haria Saparua, Maluku Tengah.Ilmu Kelautan Indonesian Journal of Marine Science, UNDIP. 10 (3): 126 – 136.

Hutabarat, S. 2000. Peranan Kondisi Oceanografi terhadap Perubahan Iklim, Produktivitas dan DistribusiBiota Laut. UNDIP, Semarang.

Kangkan, Alexander L., Hartoko A. Dan Suminto.2007. Studi Penentuan Lokasi Ntuk PengembanganBudidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia Dan Biologi Di Teluk Kupang, Nusa TenggaraTimur. Jurnal Pasir Laut, Vol.3. Jakarta

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Baku Mutu Air Laut. Keputusan Meneg. KLH No 51 tahun2004, tanggal 8 April 2004, Jakarta.

Milne, P. H. 1979. Fish and Shellfish Farming in Coastal Waters. Fishing News Book Ltd, FarnhamSurrey.

Odum, E.P. 1979. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press.Oreginal EnglishEdition.Fundamental of Ecology Thurd Edition, Yokyakarta.

Pillay, T. V. R. 1990. Quality Criteria for Water.US Enviromental Protection Agency, Washington DC.Radiarta, N. Adang Saputra, dan Ofri Johan, 2005. Penentuan Kelayakan Lahan untuk Mengembangkan

Usaha Budidaya Laut dengan Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis di Perairan LemitoProvinsi Gorontalo.

Romimohtarto, K. 2003. Kualitas Air dalam Budidaya Laut.www.fao.org/docrep/field/003.Satriadi, A dan S. Widada.2004. Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di Muara Sungai Bodri,

Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Kelautan UNDIP. 9 (2) hal: 101 – 107.Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Penerbit

PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.246 pp.Utojo, A. Mansyur., Tarunamulia., B. Pantjara dan Hasnawai. 2005. Identifikasi Kelayakan Lokasi Budidaya

Laut di Perairan Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur.Journal Penelitian Perikanan Indonesia. II (5):9 – 29.

Zonneveld.N., E. A. Huisma dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

Page 12: 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2016/07/FITA-013-3.pdf · 407 Pemilihan lokasi untuk budidaya ikan kerapu dalam ...

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 418