Budidaya Ayam Petelur_TNK 49

download Budidaya Ayam Petelur_TNK 49

of 20

description

Laporan Praktikum untuk mata kuliah Budidaya Ayam Petelur

Transcript of Budidaya Ayam Petelur_TNK 49

BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (terus dimurnikan). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.Dewasa ini perkembangan peternakan ayam petelur sangatlah pesat, menurut data statistik Dinas Peternakan Indonesia pada tahun 2013 ini perkembangan peternakan produksi telur meningkat sebesar 7,35% dari tahun sebelumnya. Tetapi dari data statistik yang ada masih banyak daerah yang berpotensi untuk mengembangkan lahan usaha berupa peternakan ayam petelur terutama dibagian timur Indonesia. Dengan memperdalam ilmu peternakan yaitu Budidaya Ayam Petelur sekaligus melakukan praktikum langsung di lapangan adalah salah satu cara untuk mencoba terjun ke dunia bisnis tersebut.

2. TujuanTujun dari praktikum Budidaya Ayam Petelur adalah, untuk mengetahui cara budidaya ayam ptelur yang baik dan benar dengan mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya tersebut, diantaranya mengetahui ciri-ciri fisik ternak ayam petelur baik yang sedang berproduksi maupun yang sudah tidak berproduksi, mengetahui berapa jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam petelur yang dipelihara, lalu mengetahui konversi pakan yang dihasilkan selama pemeliharaan, mengetahui hen day dan hen house ayam petelur yang telah dipelihara selama 14 minggu, mengetahui analisis usaha dari usaha ayam petelur dengan menghitung IOFC (Income Over Feed Cost). Sehingga dapat di simpulkan bagaimana solusi manajemen Budidaya Ayam Petelur yang baik dan benar.

3. MetodeMetode yang dilakukan pada praktikum kali ini dengan melakukan piket kandang pada jadwal yang sudah ditentukan pada masing-masing kelompok kecil di setiap kelompok praktikum. Kegiatan ini dimulai pada tanggal .. September 2013 sampai dengan .. Desember 2013. Kegiatan ini dilakukan di kandang ayam petelur, Kampus Diploma IPB Cilibende.Adapun kegiatan piket kandang ayam petelur meliputi beberapa kegiatan diantaranya, melakukan sanitasi kandang beberapa minggu sekali, memberi pakan ayam pada waktu yang sudah ditentukan, pagi, siang, dan malam hari, serta pemberian vitamin stimulan untuk produksi telur. Adapun kegiatan di dalam praktikum lain adalah memeriksa fisik ayam, mengamati tingkah laku ayam ketika ayam sedang makan.

BAB IIHASIL DAN PEMBAHASAN1. HasilKonsumsi Pakan dan Konversi Pakan

Berikut ini adalah data hasil pencatatan semalam 14 minggu pemeliharaan ayam petelur di Kampus Diploma IPB, mulai dari jumlah ayam per minggu sampai dengan FCR.Minggu Ayam (ekor)Hen Day (%)Jumlah Telur(butir)Bobot Telur(g)Total bobot telur (g)Konsumsi Pakan /hari(g)FCR

14235.2808401631214811,3-164.865

24133.459,69816,0942,5765862,74,37-85.866

33428.566,6839,946,6696862,74,09-66.840

44131.734,82774,0240,25782063,064,06-77.104

53529.40084054,69844663,023,48-49.710

64033.537838,4351,07894562,553,74-66.945

73529.40084051,437562603,88-62.970

83328.387860,2432,39670964,514,2-69.645

93932.76084020,3331861,49,87-146.790

103731.08084010,81183565,516,9-158.875

113731.076839,92261,078,92-134.043

123537.775839,4429,3461,098,13-157.155

133529.40084023,2754,369,45-129.750

Total411.856,11834,4660,77-1.370.558

1.1. Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan

1.2. Produksi Telur (Hen Day & Hen House)2. Untuk menghitung produksi telur dikenal istilahhen housed productiondanhen day production. Hen housed productionmerupakan ukuran produksi telur yang didasarkan pada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke dalam kandang.Hen dayproduction(HDP) dihitung dari jumlah produksi telur hari itu dibagi dengan jumlah ayam produktif hari itu dikalikan 100%. Puncak produksi strain Hy-Line Brown yaitu 27 29 minggu dengan kisaranhen day9496%. Semakin lama periode bertelur, semakin rendah HDP

2.1. Income Over Feed Cost (IOFC)Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dalam suatu usaha peternakan berdasarkan biaya pakan yang digunakan maka dilakukan perhitungan Income Over Feed Cost dengan mengetahui harga pakan perlakuan dengan banyaknya konsumsi pakan dan harga jual telur dengan produksi telur. Income Over Feed Cost merupakan pendapatan kotor yang dihitung dengan cara mengurangi pendapatan dari penjualan produksi telur dengan biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Perhitungan Income Over Feed Cost untuk ayam petelur adalah sebagai berikut:Pendapatan = (Produksi telur per kg x harga telur per kg)Biaya Produksi = (Konsumsi pakan x harga pakan perlakuan per kg)Income Over Feed Cost = Pendapatan - Biaya ProduksiPendapatan = 72,14 kg x 15.000 = Rp 1.082.100Butir telur = 72140 gr/60,77 gr = 11, 87 gr Minggu 1 = 16/100 x 42 ekor x 7 hari x 48= 2257,92 gr = 2,26 kg Minggu 2 = 42,5/100 x 41 ekor x 7 hari x 62,7 = 7647,83 gr = 7,65 kg Minggu 3 = 46,6/100 x 34 ekor x 7 hari x 62,7 = 6953,93 gr = 6,95 kg Minggu 4 = 40,25/100 x 41 ekor x 7 hari x 63,06 = 7284,53 gr = 7,28 kg Minggu 5 = 54,69/100 x 35 ekor x 7 hari x 63,02 = 8444,08 gr = 8,44 kg Minggu 6 = 51,07/100 x 40 ekor x 7 hari x 62,55 = 8944,4 gr = 8,94 kg Minggu 7 = 51,43/100 x 35 ekor x 7 hari x 60 = 7560,21 gr = 7,56 kg Minggu 8 = 32,39/100 x 33 ekor x 7 hari x 64,51 = 4826,7 gr = 4,83 kg Minggu 9 = 32,39/100 x 39 ekor x 7 hari x 61,4 = 5429,28 gr = 5,43 kg Minggu 10 = 10,81 /100 x 37 ekor x 7 hari x 65,5 = 1833,86 gr = 1,83 kg Minggu 11 = 22/100 x 37 ekor x 7 hari x 61,07 = 3479,77 gr = 3,48 kg Minggu 12 = 29,34/100 x 35 ekor x 7 hari x 61,09 = 4391,33 gr = 4,39 kg Minggu 13 = 23.27/100 x 35 ekor x 7 hari x 54,36 = 3099,15 gr = 3,1 kgJumlah produksi telur13 minggu = 64,65 + minggu 12 + minggu 13 = 72,14 kgRataan berat telur = 789,96/13 = 60,77 grBiaya pakan = total konsumsi ( kg) x biaya pakan/kg = 371,081 kg x Rp 6000 = Rp 2.226.486Hen day total = 1187/3388 x 100% = 35,04 %Konsumsi pakan = 371.081,11 grRataan konsumsi = 371.081.11 gr : 3388 = 109,53 grIOFC total = pemasukan pengeluaran = Rp 1.082.100 Rp 2.226.486Jumlah produksi telur13 minggu = 64,65 + minggu 12 + minggu 13 = 72,14 kgRataan berat telur = 789,96/13 = 60,77 grBiaya pakan = total konsumsi ( kg) x biaya pakan/kg = 371,081 kg x Rp 6000 = Rp 2.226.486Hen day total = 1187/3388 x 100% = 35,04 %Konsumsi pakan = 371.081,11 grRataan konsumsi = 371.081.11 gr : 3388 = 109,53 grIOFC total = pemasukan pengeluaran = Rp 1.082.100 Rp 2.226.486 = Rp -1.144.386

2.2. Kesehatan Ternak Unggas

2.3. Ciri-Ciri Fisik Ternak UnggasNo AyamLebar Tulang PubisLebar Tulang AbdomenJumlah Bulu PrimerWarna JenggerWarna Shank

1813 jari3.5 jari9 helaimerahkuning

1822 jari3 jari10 helaimerahkuning pucat

1832 jari2 jari9 helaimerah mudakuning pucat

1842 jari4 jari9 helaimerahkuning pucat

1852 jari4 jari9 helaimerahkuning

186-----

1872 jari3 jari10 helaimerah muda putih

1881.5 jari3 jari10 helaimerahkuning pucat

1891.5 jari2 jari10 helaimerah mudakuning

190-----

1912 jari3 jari9 helaimerah mudakuning pucat

1922 jari3 jari12 helaimerah mudakuning

1932.5 jari3.5 jari10 helaimerah mudakuning pucat

1943 jari4 jari5 helaimerahkuning

1952 jari3 jari 10 helaimerah pucatkkuning

196-----

1973 jari2 jari7 helaimerahkuning

198-----

1993 jari4 jari10 helaimerah mudakuning

2002 jari1 jari8 helaimerah mudaputih

2013 jari3 jari9 helaimerah mudakuning

202-----

203-----

2042 jari3 jari9 helaimerahkuning pucat

2051 jari3 jari10 helaimerah mudakuning

2062 jari3 jari9 helaimerah mudakuning

2072 jari3 jari10 helaimerah pucatkuning pucat

2083 jari3 jari9 helaimerahkuning

209-----

2103 jari3 jari9 helaimerah mudakuning

211-----

212-----

213-----

214-----

215-----

216-----

217-----

2182 jari2 jari10 helaimerahkuning pucat

2192.5 jari4 jari10 helaimerah mudakuning

2203 jari2 jari8 helaimerah mudakuning pucat

2213 jari2 jari7 helaimerah mudakuning

222-----

2232 jari2 jari10 helaimerah mudakuning pucat

2242 jari3 jari10 helaimerahkuning pucat

225-----

2262 jari1 jari9 helaimerahkuning pucat

2271 jari2 jari13 helaimerah mudakuning

2282 jari3 jari10 helaimerahkuning pucat

2292 jari1 jari13 helaimerah mudacoklat

230-----

2312 jari3 jari10 helaimerahkuning

2.4. Manajemen PemeliharaanManajemen pemeliharaan ayam petelur meliputi pemilihan bibit, pemeliharaan starter-grower, pemeliharaan pullet, pemeliharan ayam petelur periode layer, pemberian pakan dan minum, pemantauan produksi baik hen-day maupun egg mass, biosecurity dan vaksinasi (Rasyaf, 2008). Hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan periode indukan adalah persiapan sebelum pemeliharaan anak ayam. Pemeliharaan periode indukan yaitu: 1) pemberian pakan; 2) pengaturan alat pemanas; 3) pengontrolan kesehatan dan sanitasi, dan; 4) program vaksinasi (Suprijatna, 2005). Tahap pemeliharaan lebih lanjut yang harus dilakukan untuk mempertahankan populasi ayam ras petelur, yaitu: 1) pemberian pakan dan minum, bertambahnya umur akan semakin meningkatkan kuantitas (jumlah) pakan yang dikonsumsi; 2) pengendalian suhu kandang, ayam ras petelur memiliki kebutuhan suhu kandang yang berbeda untuk setiap periode kehidupannya; 3) pengendalian kepadatan kandang; 4) penyinaran; 5) pengontrolan pertumbuhan ayam; 6) pemindahan ke kandang baterai (Abidin, 2003).3. Ayam PetelurAyam petelur adalah ayam dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan kembali (Sudaryani dan Santosa, 2000). Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe ayam petelur adalah cepat mencapai dewasa kelamin, ukuran telur normal, bebas dari sifat mengeram, bebas dari kanibalisme, nilai apkir ayam tinggi dan sebagainya (Yuwanta, 2004). Ciri ayam bibit petelur adalah berbadan ramping, kecil, mata bersinar dan berjengger tunggal merah darah (Rasyaf, 2008). Dijelaskan lebih lanjut oleh Rasyaf (2009), Seleksi pada ayam bibit harus mempertimbangkan berbagai faktor, karena apabila diabaikan akan menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan antara lain keterlambatan pada pertumbuhan, resistensi terhadap penyakit rendah dan angka mortalitas tinggi.4. PerkandanganKandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan dan kesehatan pada ayam serta memudahkan manajemen pemeliharaan bagi peternak (Ensminger, 1992). Kandang berfungsi untuk melindungi ternak ayam dari pengaruh iklim buruk, seperti hujan, panas matahari atau gangguna-gangguan lainnya. Kandang yang nyaman dan memenuhi persyaratan perkandangan akan memberikan dampak positif sehingga ternak menjadi tenang dan tidak stres (Sudaryani dan Santosa, 2002).Model kandang umumnya dibedakan kandang cage dan kandang litter. Kandang cage mempunyai makna berbeda. Pada peternakan ayam petelur komersial ada dua cage sering digunakan yaitu cage individu dan cage massal. Cage individu digunakan untuk satu ekor ayam. Cage individu mudah digunakan dan populer sekali. Selain itu pengontrolan produksi, kesehatan ayam, pengafkiran ayam sakit, konsumsi ransum, kanibalisme dan persaingan sosial mudah dilakukan (Rasyaf, 2008). Beberapa prinsip penting dalam mengatur tata letak kandang aalah sebagai berikut : a) ayam tidak ditempatkan pada tempat yang ramai; b) jaak antar kandang minimal 10 m; c) antara kandang produksi I dan Produksi II di pisah (Rasyaf, 2009). Menurut Rukmana (2007), tata letak kandang yang baik yaitu : a) kandang harus lebihtinggi dari pada lingkungan disekitarnya; b) letak kandang harus jauh dari permukiman dan sumber air; c) letak kandang memungkinkan terkena sinar matahari; d) dapat diperluas dengan mudah jika sewaktu-waktu peternakan berkembang.5. Pemberian Pakan dan Air MinumKonsumsi pakan ayam petelur dipengaruhi oleh kesehatan ayam, temperatur lingkungan, selera ayam dan produksi. Di Indonesia pakan ayam petelur masa bertelur I membutuhkan pakan sebanyak 18 % dan 15 % protein ransum untuk masa bertelur II. Saat produksi telur masih menanjak selama dua bulan semenjak 5% HD-kebutuhan protein cukup tinggi. Selama masa bertelur pemberian ransum berganti dua kali, pertama sewaktu mencapai 5% hen-day diberikan ransum ayam bertelur fase I (ransum layer I atau prelayer) dan setelah mencapai puncak produksi diberikan ransum ayam bertelur fase II (ransum layer II) (Rasyaf, 2008). Kebutuhan energi ayam petelur pada umur 14 minggu hingga mencapai 5% hen-day sebanyak 2750 kkal/Kg. Setelah mencapai 5% hen-day digunakan ransum dengan kandungan energi 2850 kkal/kg.Pemberian pakan pada ayam starter dilakukan secara ad libitum sampai berumur 3 minggu.Hal itu bertujuan untuk memacu ayam mengkonsumsi pakan untuk menunjang perkembangan organ-organ tubuh.Pemberian air minum juga dilakukan ad libitum dengan disertai penambahan vitamin dan antibiotik.Pemberian obat anti stress melalui air minum bertujuan untuk meringankan cekaman pada anak ayam. Stelah ayam berusia 15 minggu lama pencahayaan hanya 12 jam sehari atau pencahayaan hanya berasal dari sinar matahari. Tujuannya adalah menghambat dewasa kelamin dini dan mencegah ayam kegemukan dengan mengurangi waktu makan ayam.Pada umur 15-17 minggu dilakukan sistem black out atau ruangan dibuat setengah gelap untuk mengontrol hormon reproduksi, sehingga kematangan organ reproduksi serentak.Penimbangan dilakukan untuk pengontrolan bobot badan dan tengkat keseragaman ayam pada fase starter dapat tercapai dengan sampel 10% dari seluruh ayam.Anak ayam juga dilakukan pemotongan paruh untuk menghindari sifat kanibal, efisiensi pakan, dan memacu pertumbuhan.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tatalaksana pemberian air minum adalah : 1) air minum harus diberikan setengah jam sebelum pakan diberikan, 2) ketika dilakukan pemuasaan (off feed day) air minum hanya diberikan selama dua jam, setelah itu dipuasakan, 3) jika suhu lingkungan diatas 30C atau kondisi ayam sedang sakit atau stres, air harus tersedia selama 24 jam, dan ayam sebaiknya mengkonsumsi air dengan kisaran 1,5-2 ml/gram konsumsi pakan (Wahju, 1997). Kebutuhan air pada ayam pada suhu lingkungan 25C adalah dua kali jumlah pakan, namun pada suhu lingkungan 30-32C konsumsi air dapat meningkat menjadi 4 kali jumlah konsumsi pakan (Sudaryani dan Santoso, 2002).

6. PencahayaanPencahayaan sangat berkaitan erat dengan produksi dan ukuran telur karena merangsang kerja hormon untuk pertumbuhan dan pemasakan calon-calon telur (Sudaryani dan Santosa, 2002). Bagi ayam ras petelur sinar matahari memiliki fungsi yang cukup strategis antara lain membantu proses pembentukan telur, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dan pembentukan vitamin D. Kandang harus diusahakan setiap sisi mendapatkan intensitas cahaya sesuai dengan yang dibutuhkan yakni 80-140 foot candle (Johari, 2004). Pada fase layer, lama 16 jam dan intensitas pencahayaan 10-20 lux berada diantara fase starter dan grower. Pada fase layer, pencahayaan akan membantu proses pembentukan telur, pertumbuhan dan membantu metabolisme Ca dan P yang sangat diperlukan untuk pembentukan kerabang telur dan tulang (Wahyuni, 2008). Sistem pencahayaan pada kandang layer sebaiknya diberikannya selama 16 jam/hari (Ensminger, 1992). 7. MortalitasMortalitas adalah jumlah ayam yang mati hari itu dibagi jumlah ayam mula-mula kali 100% merupakan nilai mortalitas. Hal ini dapat berasal dari dalam peternakan sendiri seperti penyakit, manajemen yang salah, cuaca dan cekaman panas sedangkan dari luar peternakan seperti racun yang terkandung di dalam pakan atau ransum (Rasyaf, 2008). Mortalitas atau tingkat kematian adalah perbandingan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang masih hidup. Mortalitas yang tinggi akan menyebabkan kerugian yang besar bagi peternak. Menurut (Wahyuni, 2008), mortalitas harus diukur secara kuantitatif, standart mortalitas ayam ras petelur untuk kondisi daerah tropis yaitu 4%. Mortalitas anak ayam dapat mencapai 68,5%, kematian yang sangat tinggi ini dapat tercapai sampai anak ayam berumur 6 minggu yang disebabkan oleh sekurang-kurangnya campur tangan pemelihara terhadap pengelolaannya. Hal ini dapat berasal dari dalam peternakan sendiri seperti penyakit, manajemen yang salah, cuaca dan cekaman panas sedangkan dari luar peternakan seperti racun yang terkandung di dalam pakan atau ransum (Wahyuni, 2008).8. Pencegahan PenyakitPenyakit pada ayam memiliki daya serang yang spesifik, misalnya penyakit yang menyerang saluran pencernaan, sistem kekebalan tubuh ataupun saluran reproduksi.Tetapi ada juga penyakit yang menghantam 1 sistem misalnya ND, AI, dan kolera.Sedangkan usaha yang bisa dilakukan untuk menanggulangi penyakit adalah dengan melakukan pencegahan penyakit.Pencegahan tentu saja lebih baik daripada mengobati, kegiatan ini harus dilakukan dalam suatu rentetan yang saling terkait.

Langkah awal yang dilakukan untuk melakukan pencegahan adalah dengan mengenali besarnya ancaman penyakit terhadap usaha peternakan ayam petelur yang dikelola.Sangat dianjurkan memiliki catatan kasus penyakit yang pernah terjadi di farm maupun di lokasi farm sekitar (radius 1km). Catatan ini penting untuk mengantisipasi terjadinya rebound penyakit, sehingga dengan membaca catatan tersebut dapat mengetahui besarnya ancaman yang mungkin ditimbulkan. Catatan bisa dibuat selama 12 bulan atau dari musim penghujan ke musim kemarau.Isi catatan dapat berupa umur ayam yang diserang, tingkat penyebaran, angka deplesi (mortalitas dan culling), lamanya outbreak terjadinya penyakit, kerugian yang ditimbulkan, total kerugian, dan diagnosa penyakit.Penting untuk memiliki buku pintar yang dapat membantu petugas lapangan dalam pengendalian penyakit dini.Korelasi sangat erat dalam pengambilan keputusan antara cukup dicegah atau dimedikasi.Dalam penyusunan buku pintar, kita memerlukan bantuan dokter hewan yang sudah berpengalaman dalam identifikasi dan diagnosa penyakit ayam. Isis buku pintar meliputi : nama penyakit, penyebab penyakit, umur ayam yang diserang (kerentanan), gejala penyakit yang spesifik (3 atau 4 gejala) pada antemortem dan postmortem, tingkat penyebaran (morbiditas), virulensinya (keganasan yang mengakibatkan ayam mati dan culling), biasa pada bulan, musim, dan cuaca, cara pencegahan serta cara pencegahan. Dengan kedua catatan tersebut diharapkan dapat memudahkan pengenalan penyakit yang biasa muncul.Selain kedua catatan tersebut, kita harus mengenali rute penyakit. Masuknya agen penyakit akan menimbulkan kerugian bagi farm, sayangnya rute tersebut tidak tampak konkrit. Hal-hal yang bisa dikendalikan diantaranya model kandang slate yang jarak cages dengan tanah lebih tinggi atau lebih jauh lebih baik. Perkantoran yang tidak menyambung dengan gudang akan memberi banyak keuntungan. Gudang dengan 2 pintu, yakni pintu masuknya barang dari luar ke gudang berbeda dengan pintu keluarnya barang dari gudang ke kandang akan memudahkan dalam pemotongan route masuknya agen penyakit ke dalam lokasi farm. Hindari juga adanya hewan-hewan liar yang dapat membantu penyebaran atau sebagai agen penyakit seperti burung liar, tikus, lalat, semut, kutu dan cacing tanah.

2. Pembahasan Setelah menyelesaikan praktikum budidaya ayam petelur maka di dapatkan beberapa hasil yang ada dilapangan, kemudian akan dibandingkan dengan beberapa literatur yang ada.

1. 2. 2.1. Konsumsi Pakan dan Konversi PakanKonsumsi pakan adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas seekor ternak. Ternak hanya bisa hidup, berkembang, dan berproduksi apabila mendapatkan pasokan nutrien yang dibutuhkannya. Bahan baku untuk nutrien ini adalah pakan yang dikonsumsi. Cukup tidaknya nutrien yang tersedia untuk metabolisme jaringan, secara kuantitatif dan kualitatif, ditentukan oleh jumlah pakan yang bisa dikonsumsi.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi PakanAda beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan, baik faktor ternak maupun faktor non ternak, termasuk faktor lingkungan sekitar di mana ternak tersebut berada dan pakan yang diberikan kepadanya. Beberapa dari faktor tersebut dibicarakan di bawah ini:Faktor TernakKondisi fisiologis ternak merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi sedikit banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Konsumsi pakan akan tinggi pada ternak dengan kondisi fisiologis sebagai berikut: Ternak muda yang sedang tumbuh Ternak dewasa yang membutuhkan penggantian jaringan tubuhBisa dipahami bahwa ternak yang berada pada kondisi fisiologis tersebut di atas adalah ternak yang sedang dalam proses produksi. Pada saat ini, ternak memerlukan asupan nutrien yang banyak pula. Tampaknya ternak secara naluriah meningkatkan konsumsi pakannya karena kebutuhan nutrien yang meningkat.

Feed Convertion Ratio(FCR) atau konversi pakan merupakan perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. FCR ayam layer umumnya sebesar 2,33 0,04. Standar FCR bagiayam layer strain Hy-Line Brown yaitu sebesar 2,05pada umur 21 72 minggu. Pada ayam petelur modern, dalam satu siklus masa produksinya yaitu berkisar 60 minggu akan mampu menghasilkan total telurseberat 21 kg. Sedangkan volume pakan standar berkisar 46 kg atau equivalen dengan konversi pakan sebesar 2,1. Semakin rendah nilai konversi ransum berarti efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi dan sebaliknya semakin tinggi nilai konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat menjadi semakin tinggi. Konversi pakan yang berbedabeda tergantung kadar protein dan energi metabolisme pakan, suhu lingkungan, umur ayam, kondisi kesehatan dan komposisi pakan. Apabila nilai konversi pakan semakin kecil maka konversi pakan baik, berarti ayam petelur dapat menggunakan pakan dengan baik dan dapat menghasilkan produksi telur dengan baik.Rumus Konversi

2.2. Produksi Telur (Hen Day & Hen House)Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan oleh ayam produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) layer selama hidupnya ialah 80% dengan HD mencapai puncak produksi pada angka 95% dan persistensi produksi (lama bertahan dipuncak HD>90%) selama 23-24 minggu (rata-rata strain ayam petelur).Hen-day production merupakan salah satu indikasi untuk mengukur produksi telur dengan cara membandingkan antara produksi telur yang diperoleh dengan jumlah ayam yang hidup pada hari ini.Rumus :

Ukuran tersebut adalah untuk satu hari, karena untuk dinamakan Hen-day, untuk mengukur produksi mingguan dapat digunakan rumus sebagai berikut:Rumus :

2.3. Income Over Feed Cost (IOFC) Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990).2.4. Kesehatan Ternak UnggasPemberian Vaksinasi dan ObatVaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

Macam-macam vaksin:a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kurynab) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

Persyaratan dalam vaksinasi adalah:a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.c) Sterilisasi alat-alat.

Pemeliharaan KandangAgar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

2.5. Ciri-Ciri Fisik Ternak UnggasAyam petelur (layer) pullet dikatakan berkualitas jika memiliki karakteristik seperti di bawah ini:

1.Memiliki ciri fisik ayam petelur yang baik

Seleksi dilakukan terhadap ayam berciri petelur yang buruk dan memiliki kelainan fisik seperti cacat, carrier atau pembawa penyakit dan bantet atau berat badan tidak bisa meningkat serta frame size tidak berkembang.Ayam yang berciri fisik petelur yang buruk, bantet atau cacat sebaiknya di-culling agar tidak merugikan peternak. Lakukan culling rutin setiap minggu selama grower. Beberapa ciri fisik ayam petelur yang baik burukdijelaskan dalam tabel berikut ini:Bagian TubuhCiri Petelur yang BaikCiri petelur yang Buruk

Kepala dan muka Halus, lebar, merah, cerah Kasar, kecil, dan pucat

Jenggel dan Pial Halus, lembab, lebih lebar, merah Pucat, keriput (kering), tebal seperti ayam jantan, mengecil dan jantan

Mata Bercahaya dan cerah Malas dan sayu

Tulang Pubis Kecil, kenyal, elastis, dan berjauhan Besar, kaku, dan terletak berdekatan

Perut Halus, penuh, dan elastis Keras, berlemak, dan kontaksi (mengkerut)

Kloaka (dubur) Lebar, basah, dan pucat Kecil, kering, keriput, dan kontraksi

Kulit Tipis, halus, dan longgar Tebal, melekat pada tubuh dan dibawah kulit berlemak

Badan Lebar dan dan dalam Sempit

Bulu Lengkap, padat, dan mengkilap Gugur (rontok dan suram)

Kaki Panjang, cerah, dan kokoh Kecil dan pucat

2.Berat badan sesuai standar dari breederBerat badan merupakan indikator kualitas pullet yang paling mudah diamati.Dengan penimbangan rutin, peternak bisa menilai apakah pullet sudah dikatakan berkualitas atau belum.Berat badan hendaknya tercapai tiap minggunya. Jika ada ayam dengan bobot badan yang rendah (kurang dari 10% di bawah standar) atau memiliki frame size kecil maka segera pisahkan. Beri perlakuan khusus agar dapat mengejar ketinggalan bobot badan.Tambahkan beberapa gram ransum harian ayam.Ayam dengan berat badan lebih dari 10% terhadap standar diberikan ransum lebih sedikit dari standar.Jumlah ransum dikurangi beberapa gram, maksimal 15% konsumsi ransum harian.Lakukan beberapa hari hingga berat badan sesuai standar. Tindakan ini akan sedikit menghemat ransum, menurunkan lemak, memperbaiki Feed Convertion Rate (FCR), menurunkan kematian saat masa produksi dan mencegah kematian saat masa produksi dan mencegah pematangan kelamin ayam dini. Teknik pembatasan ransum ini mesti dilakukan dengan cermat dan teliti.Hal-hal seperti peningkatan resiko kematian, kanibalisme dan pertumbuhan tidak merata harus tetap diperhitungkan.Jika tidak maka teknik ini lebih cenderung membawa kerugian daripada keuntungan.

3.Kerangka tubuh (frame size) optimal 85% (berat badan, frame size dan kematangan seksual)

Penyeragaman berat badan dilakukan melalui penimbangan berat badan rutin. Keseragaman >85% berarti dari 100 ekor ayam minimal terdapat 85 ekor ayam yang berat badannya +10% terhadap standar. Segera setelah penimbangan, peternak membagi ayam-ayam tersebut dalam kandang berbeda berda-sarkan berat badan danframe size-nya. Hal ini akan memudahkan peternak dalam mengamati perkembangan performa ayam dan menentukan jumlah konsumsi ransum ayam.Menurut kusumo (2010), faktor-faktor yang perlu diperhatikan ayam petelur yaitu, ukuran tubuh, berat tubuh, kerangka tubuh (frame), cacat fisik, status kesehatan.Berat tubuh bukanlah ukuran mutlak terhadap kualitas ayam petelur, karena pada banyak kasus, ayam-ayam yang produktivitasnya bagus, justru mengalami keterlambatan kedewasaan. Faktor yang jauh lebih penting untuk diperhatikan adalah kerangka tubuh (frame), karena merupakan refleksi dari kemampuan ayam untuk bereproduksi. Beberapa karakteristik ayam yang produktif dan kurang produktif dijelaskan dalam tabel dibawah ini:KarakterAyam petelur produktifAyam petelur kurang produktif

Jengger dan pialBesar, merah menyala, mengkilapKecil, kusam, keriput

Kepala Ramping, halus, cerahGemuk, lemah

Mata Cerah, menonjolRedup, cekung

Lingkar mataPutih, pucatKuning

ParuhPutih, pucatKuning

PerutDalam, lembut, lenturDangkal, keras, kencang

Tulang pubisFleksibel, lebarKaku, rapat

AnusBesar, basah, pucatKecil, kering, berkerut, kuning

Ayam petelur ada yang bertelur dan ada yang tidak bertelur memiliki ciri-ciri seperti pada ayam petelur atau ayam breeder layer, breeder layer sebagai berikut :1) Ciri ayam bertelur Bagian jengger dan pial terlihar bersinar, dan tidak terlihat pucat. Bagian kloaka,ayam yang bertelur akan terlihat cairan (lembab) dan tidak kering, bagian anus terbuka dengan lebar atau tidak menyempit. Tulang pubisatau tulang pinggul belakang, selalunya sangat pleksibel dan lentur, dan berjarak antara 3 jari orang dewasa. Bagian abdomen: pada bagian abdomen sangat lentur lembut dan terasa dalam bila di sentuh oleh tangan dan tidak keras.2) Ciri ayam yang tidak bertelur Bagian jengger dan vial terlihat pucat dan tidak bersinar, jengger kecil tidak cerah dan tidak mengkilap, pial kecil dan warna yang memudar. Bagian kloaka, ayam yang tidak bertelur sangat terlihat kering dan lubang kloaka yang kecil, dan tidak lembab.tidakterlihat kandungan air di bagian kloaka ayam yang tidak bertelur. Jarak antara tulang pubis, ayam yang tidak bertelur jarak antara tulang pubis sangat sempit, biasanya kurang dari 2 jari orang dewasa, dan tentunya sangat berlainan dengan ayam yang bertelur yang memiliki jarak yang sangat lebar. Bagian abdomen ayam yang tidak bertelur bila di raba sangat keras, dan tidak lentur, dan tidak dalam (dangkal) bila di raba. Bagian abdomenbiasanya hanya berjarak antara 2 jari saja, dan sangat sempit.

Penilaian ternak unggas yang digunakan adalah ternak ayam petelur.Faktor penilaian ternak ayam petelur dinilai dari kesehatan dan kelincahan, keadaan bulu, konfirmasi/keserasian, sternum/tulang dada, punggung, sayap/lengan dan finger, fleshing/perdagingan, shank dan digiti, cacat, sobekan, patah tulang, memar, lemak bawah kulit, jengger dan pial, anus, kepala, bentuk dan warna paruh. Hasil penilaian yang didapat dari ternak ayam petelur tersebut yaitu dapat dilihat dari ciri-ciri ayam petelur yang baik dan buruk bahwa ayam petelur tersebut termasuk ciri-ciri ayam petelur yang baik, karena ciri-ciri ayam petelur tersebut sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan seperti jengger dan pial terlihat cerah dan lebar; kepala dan muka ayam petelur terlihat halus, lebar, merah, cerah; mata bercahaya dan cerah; kaki panjang, cerah dan kokoh; bulu padat, lengkap, dan mengkilap; perut halus, penuh, da elastis; tulang dada/sternum normal; serta tulang pubis tersebut berjarak 3 jari dewasa yang berarti termasuk ayam petelur yang baik. Sedangkan dilihat dari karakteristik produktif dan kurang produktif, ayam petelur tersebut termasuk ayam yang kurang produktif dikarenakan ayam tersebut sudah afkir, sesuai dengan kusumo (2010) yang menyebutkan bahwa ayam yang kurang produktif memiliki ciri-ciri paruh yang berwarna kuning, karena kurangnya pakan yang mengandung mineral serta kloaka (dubur) yang terlihat kecil, kering, berkerut, dan kuning

2.6. Manajemen Pemeliharaan 1. Sanitasi dan Tindakan PreventifKebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.2. Pemberian PakanUntuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).a.Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:-Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.

-Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.

b.Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:-Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.

-Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.

3. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:a.Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.

b.Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor; minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

BAB IIIPENUTUP