BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

98
BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM (STUDI KASUS PERNIKAHAN DI LINGKUNGAN ALORANG KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar ASNIATI 105190134511 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2015 M

Transcript of BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

Page 1: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM

(STUDI KASUS PERNIKAHAN DI LINGKUNGAN ALORANG

KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Pada Prodi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ASNIATI 105190134511

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H/2015 M

Page 2: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

ii

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin II/ 17 Fax Telp. (0411) - 851 914 Makassar

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Asniati

NIM : 105 190 134511

Fakultas : Agama Islam

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Dengan Judul : Budaya Perkawinan Dalam Tinjauan Pendidikan Islam (Studi Kasus Perkawinan Di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba)

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka Skripsi ini telah

memenuhi persyaratan dan layak untuk dipertanggung jawabkan di depan

penguji Ujian skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, 8 September 2015 M

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I. NBM : 554 612

Pembimbing II

Dr.Abd.Aziz Muslimin S.Ag. M.Pd.I NBM : 103536 Nip.197307031999031004

Page 3: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah

mengadakan sidang Munaqasyah pada :

Hari/Tanggal : Jum‟at, 13 November 2015 M / 01 Shafar 1437 H

Tempat : Kampus Unismuh Makassar Jln. Sultan Alauddin

MEMUTUSKAN

Bahwa saudara Nama : ASNIATI NIM : 105 190 1345 11 Judul Skripsi : “BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN

PENDIDIKAN ISLAM (STUDI KASUS PERNIKAHAN DI LINGKUNGAN ALORANG KEC. HERLANG KAB. BULUKUMBA)”

Dinyatakan : LULUS

Mengetahui

Ketua Sekretaris Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Drs. Abd. Rahim Razaq, M.Pd NBM : 554 612 NIDN : 0920085901 Penguji I : Dr.Ilham Muchtar Lc.,M.A (……….....…………...)

Penguji II : Dahlan Lama Bawa,S. Ag.,MSi

(……………………....)

Pembimbing I : Drs.H.Mawardi Pewangi,M.Pd.I (……………………....)

Pembimbing II : Dr.Abd.Aziz Muslimin S.Ag.M.Pd.I(……………………....)

Dekan

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. ( 0411 ) 851914 Makasar 90223

Page 4: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

iv

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Budaya Pernikahan Dalam Tinjauan

Pendidikan Islam (Studi Kasus Pernikahan Di Lingkungan Alorang

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba)” telah diujikan pada hari

Jum‟at, 01 Shafar 1437 H bertepatan dengan tanggal 13 November 2015

M dihadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan

disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, 01 Shafar 1437 H

13 November 2015 M

Dewan Penguji

1. Ketua : Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I (……………………....)

2. Sekretaris : Dr. Abd. Rahim Razaq, M.Pd (……………………....)

3. Tim Penguji : 1. Dr. Ilham Muchtar Lc.,MA (……….....…………...)

2. Dahlan Lama Bawa,S.Ag.,M.Si (……………………....)

3. Drs. H. Mawardi Pewangi,M.Pd.I (……………………....)

4. Dr. Abd. Aziz Muslimin S.Ag.M.Pd.I (……………………....)

Disahkan Oleh:

Dekan Fakultas Agama Islam

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259 Gedung Iqra Lt. IV Telp. ( 0411 ) 851914 Makasar 90223

Page 5: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis/ peneliti yang bertanda tangan

di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya

penulis/ peneliti sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikat, tiruan, plagiat di buat atau dibantu secara langsung orang lain

baik keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh

karenanya batal demi hukum.

Makassar, 23 Muharram 1437 H 05 November 2015 M

Peneliti

Asniati

Page 6: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ketika waktu pagi tiba, jangan menunggu sampai sore. Hiduplah

dalam batasan hari Ini. Kerahkanlah seluruh semangat yang ada untuk

menjadi lebih baik hari ini. Biarkan masa depan itu hingga ia datan sendiri.

Karena jika anda melakukan yang terbaik hari ini, maka hari esok juga

akan lebih baik. Kesedihan tidak pernah mengembalikan yang telah

hilang. Kekhawatiran tidak akan pernah membuat masa depan lebih baik.

Dan keruwetan hati tidak akan pernah melahirkan keberhasilan.

Hanya jiwa yang lurus dan hati yang ridha yang akan menjadi

sayap kebahagiaan. Tiang penyanggah ketika aku membangun masa

depanku adalah orang tuaku, Pendorong semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini adalah suamiku, Serta penghibur hatiku setiap saat adalah

sahabat-sahabatku, Karena itu kupersembahkan karya sederhana ini

sebagai tanda terima kasihku kepada Mereka.

Page 7: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

vii

ABSTRAK

Asniati. 105190134511. “Budaya Pernikahan Dalam Tinjauan Pendidikan Islam (Studi Kasus Perkawinan Di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba”). Skripsi ini, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bawah bimbingan, oleh H. Mawardi Pewangi dan Abd. Aziz Muslimin.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui budaya dan tata cara dalam perkawinan di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba, mengetahui peran pendidikan dalam pelaksanaan perkawinan di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba, mengetahui cara menyelesaikan sebuah kasus budaya perkawinan Di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juni sampai bulan Agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah 25 orang, dengan rincian kampung Bogoro sebanyak 6 orang, Bonto Bilang sebanyak 4 orang, Alorang sebanyak 7 orang dan Kampong Baru sebanyak 8 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Perkawinan pada

masyarakat Alorang masih dipengaruhi oleh budaya masyarakatnya yang masih mengandung nilai-nilai islam yaitu pemilihan jodoh, accarita rua-rua, adduta atau meminang, pembacaan barasanji, mappaccing, akad nikah, duduk pengantin, appakanre bunting dan ziarah kubur. Sedangkan jika ditinjau dari sudut pandangan pendidikan islam tentang budaya perkawinan masyarakat Alorang masih terdapat nilai-nilai syariat islam yaitu: nilai aqidah, nilai ibadah, dan nilai akhlak. Akan tetapi dalam prosesi perkawinan terdapat banyak hal yang bertentangan dengan islam, oleh sebab itu pendidikan islam berperan penting dalam budaya perkawinan tersebut. 2). Metode yang digunakan secara garis besar adalah dengan mengunakan pendekatan instrikti dan ekstrintik kepada masyarakat di Alorang. 3). Adapun Faktor-faktor pendukung, adanya dorongan dari tokoh pemangku adat yang memberikan motivasi berlangsungnya budaya perkawinan yang mengandung nilai islam, serta dari masyarakat yang tetap melestarikan budaya di Lingkungan Alorang. Faktor-faktor penghambat adalah adanya kekeliruan tentang budaya perkawinan yang banyak pula mengandung nilai-nilai yang tidak sesuai dalam islam, kurangnya pemahaman masyarakat dalam tradisi perkawinan tersebut.

Page 8: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, itulah kata yang sepantasnya penulis ucapkan

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt atas inayah, taufik dan

hidayahnya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Banyak kendala

dan hambatan yang dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini,

akan tetapi dengan segala usaha yang penulis lakukan sehingga

semuanya itu dapat teratasi shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan

kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi pembawa risalah, petunjuk

dan menjadi suri tauladan di permukaan bumi ini.

Keberadaan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai

pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada

semua pihak yang telah membantu peneliti. Dalam kesempatan ini peneliti

menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Kedua orangtua Bapak Syamsuddin dan Ibu Arta, dan suami Anwar

serta saudara-saudaraku tercinta, yang dengan kelembutan dan

kesabaran hati telah memberikan perhatian, kasih sayang dan

motivasi baik spiritual maupun material yang senangtiasa mengiringi

langkahku.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Dr.H.Irwan Akib. M.Pd

dan para wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 9: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

ix

3. Dekan fakultas Agama Islam Drs.Mawardi Pewangi M.Pd.I beserta

seluruh wakil Dekan.

4. Dra.Amirah Mawardi,S.Ag dan Dr.H.Maryam,M.Th.I selaku ketua dan

sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

5. Drs.H.Mawardi Pewangi.M.Pd.I dan Dr. Abd. Aziz

Muslimin.S.Ag.M.Pd.I yang telah membimbing penulis dengan

mencurahkan segala waktu dan fikirannya dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Para Dosen serta Pegawai dalam lingkup Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan

bantuan, bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis

menempuh pendidikan.

7. Pemerintah dan para tokoh masyarakat Bulukumba terkhusus

kepada masyarakat Lingkungan Alorang atas segala bantuannya

dalam proses penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Serta masih banyak lagi yang tidak disebut satu persatu, akhirnya

kepada Allah peneliti serahkan segalanya, semoga segala bantuan dan

kerjasamanya mendapat pahala dari sisi Allah, Amin.

Makassar, 26 Agustus 2015

Asniati

Page 10: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………....i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI…………………………………………ii

BERITA ACARA MUNAQASYAH…………………………………………….iii

PENGESAHAN SKRIPSI………………………………………………………iv

PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………….....v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………vi

ABSTRAK………………………………………………………………………vii

KATA PENGANTAR.…………...…………………………………………….viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….....xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Budaya .................................................................................... 8 1. Pengertian Budaya ............................................................ 8 2. Unsur-Unsur Budaya ......................................................... 9 3. Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat .............................. 10

B. Pernikahan ............................................................................ 11 1. Pengertian Pernikahan .................................................... 11 2. Pernikahan Ditinjau Dari Segi Agama Islam .................... 12 3. Tujuan Melakukan Pernikahan ........................................ 13 4. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pernikahan .......................... 14 5. Hukum Pernikahan .......................................................... 16 6. Hakekat Pernikahan ........................................................ 17 7. Hikmah Pernikahan ......................................................... 20 8. Tata Cara Pernikahan ...................................................... 21

Page 11: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

xi

C. Tinjauan Pendidikan Islam .................................................... 30 1. Jenis-Jenis Pendidikan Islam ........................................... 35 2. Tujuan Pendidikan Islam .................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................... 37 B. Lokasi Dan Objek Penelitian ................................................. 37 C. Variabel Penelitian ................................................................ 38 D. Defenisi Operasional Variabel ............................................... 38 E. Sasaran Penelitian ................................................................ 39 F. Instrument Penelitian ............................................................ 40 G. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 41 H. Teknik Analisis Data .............................................................. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………..….43 1. Kondisi geografis……………………………………………..43 2. Kondisi masyarakat………………………………..................45

B. Budaya Perkawinan Masyarakat Alorang Kec. Herlang Kab. Bulukumba…….. ............................................................ ….....46

C. Kandungan Nilai-nilai Islam Dalam Budaya Perkawinan Masyarakat Alorang Kec. Herlang Kab. Bulukumba………...57

D. Tinjauan Pendidikan Islam Terhadap Budaya Perkawinan Masyarakat Alorang Kec. Herlang Kab. Bulukumba........................ ............................................. ….....61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….70 B. Saran……………………………………………………………....72

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Batas Wilayah Lingkungan Alorang ............................................... 39

Tabel 2 Jumlah Penduduk Dan Luas Wilayah Lingkungan Alorang............ 40

Tabel 3 Tingkat Pendidikan Dan Jumlah Siswa .......................................... 41

Page 13: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan sebagai hamba-Nya yang mempunyai

perasaan tertentu terhadap jenis yang lain di mana perasaan-perasaan

dan pikiran-pikiran itu ditimbulkan oleh daya tarik yang ada pada masing-

masing mereka, yang menjadikan yang satu tertarik kepada yang lain,

sehingga antara kedua jenis pria dan wanita itu terjalin hubungan yang

wajar. Mereka melangkah maju dan bergiat agar perasaan-perasaan itu

dan kecenderungan-kecenderungan antara laki-laki dan wanita itu

tercapai. Puncak dari semua itu adalah terjadinya perkawinan antara laki-

laki dan perempuan yang penuh ridho dan barokah dari Allah Swt, yang

juga disunahkan dalam hadist Rasulullah Saw, yang artinya “Bahwa

perkawinan adalah sunahku, barang siapa membenci sunnahku ia

bukanlah termasuk golonganku”. Perkawinan yang sah harus memenuhi

rukun dan syarat perkawinan yang sah harus memperhatikan larangan-

larangan perkawinan .

Maka jelaslah bahwa diperintahkan bagi hamba Allah untuk segera

menikah jika sudah mampu, dan apabila belum mampu maka

berpuasalah, untuk menjaga dari perbuatan zina. Perkawinan diciptakan

Allah Swt untuk meninggikan harkat dan martabat manusia. Dengan

perkawinan, keturunan manusia akan mempunyai nasab serta kedudukan

Page 14: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

2

yang terhormat dalam lingkungan sosialnya yang paling penting dari

semua itu, perkawinan akan menyempurnakan keimanan seseorang

sehingga ia akan lebih kuat dalam menghadapi godaan setan. Perkawinan

adalah bentuk paling sempurna dari kehidupan bersama. Hidup bersama

tanpa nikah hanyalah membuat kesenangan semu (selintas waktu).

Kebahagiaan hakiki akan terpenuhi dalam kehidupan bersama yang diikat

oleh perkawinan.

Itulah sebabnya, agama Islam menganjurkan pernikahan dan

mendorong umatnya agar menyukai pernikahan itu. Selain sebagai

sarana penyaluran kebutuhan biologis, nikah merupakan pencegahan

penyaluran kebutuhan itu tanpa jalan yang tidak dikehendaki oleh

agama. Perkawinan juga merupakan lembaga yang suci dapat dibuktikan

dari tata cara melangsungkannya, dan tata hubungan suami istri.

Berbicara tentang soal perkawinan selalu akan menarik karena lembaga

perkawinan itulah yang melahirkan keluarga, tempat seluruh hidup dan

kehidupan manusia yang berputar, dan karena kedudukannya yang

istimewa dalam hidup dan kehidupan manusia, maka masalah

perkawinan perlu di atur dalam undang-undang. Undang-undang

perkawinan Republik Indonesia yang berlaku mulai tanggal 1 Oktober

1975, adalah undang-undang perkawinan yang luas sekali ruang

lingkupnya. Ia tidak hanya mengatur soal perkawinan, tetapi juga

masalah perceraian serta akibatnya.

Page 15: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

3

Perkawinan sebagai suatu lembaga mempunyai banyak segi

dan dapat dilihat dari berbagai sudut pandangan, misalnya dari sudut

agama, hukum masyarakat dan sebagainya. Jika di pandang dari segi

ajaran agama dan hukum Islam perkawinan adalah suatu lembaga yang

suci. Pokok-pokok pengaturan hidup dan kehidupan keluarga muslim

dengan jelas yang tercantum di dalam Al-quran. Menurut perhitungan

Abdul Wahab Khallaf, yang di sebut oleh Said Ramadan di dalam

bukunya Islamic Law, dari 228 ayat hukum yang mengatur soal

kemasyarakatan umat Islam, tujuh puluh (70) di antaranya adalah ayat-

ayat hukum yang berkenaan dengan keluarga. Dengan demikian, ia

merupakan tiga puluh persen (30) dari seluruh ayat-ayat hukum

mengenai mu‟amalah. Banyaknya ayat hukum yang mengatur soal

keluarga, termasuk perkawinan di dalamnya, mengandung makna bahwa

keluarga, khususnya perkawinan sangat penting menurut ajaran Islam.

Allah Swt tidak menjadikan manusia seperti makhluk yang

lainnya, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan hubungan antara

jantan dan betina secara anargik atau tidak ada aturan. Akan tetapi,

untuk menjaga kehormatan dan martabat manusia, Allah Swt

mengadakan hukum sesuai dengan martabat tersebut. Dengan

demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara hormat

berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan berupa pernikahan. Bentuk

pernikahan ini memberikan jalan yang aman pada naluri seksual untuk

memelihara keturunan dengan baik dan menjaga harga diri wanita agar

Page 16: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

4

ia tidak laksana rumput yang bisa di makan oleh binatang ternak

manapun seenaknya. Pernikahan akan berperan setelah masing-masing

pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan

tujuan dan perkawinan itu sendiri. Allah Swt berfirman dalam (Q.S.An-

Nisa:1) yang berbunyi:

Terjemahannya:

“hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan darinyalah Allah menciptakan istrinya, dan dari kedua Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.(Departemen Agama RI,1989:114)

Perkawinan di dalam ajaran Islam ditempatkan pada tempat yang

tinggi dan mulia, karena itu Islam menganjurkan agar perkawinan itu

disiapkan secara matang, sebab dalam pandangan Islam pernikahan

bukan sekedar mengesahkan hubungan badan antara laki-laki dan

perempuan saja, atau memuaskan kebutuhan seksual semata-mata,

melainkan memiliki arti yang luas, tinggi dan mulia. Dari perkawinan akan

lahir generasi penerus, baik maupun buruknya perilaku mereka sangat

dipengaruhi oleh peristiwa yang dimulai dari perkawinan. Dan

sesungguhnya Allah Swt menciptakan manusia untuk memakmurkan

bumi dengan memperbanyak keturunan dalam keluarga.

Page 17: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

5

Secara sadar, kita harus mengakui bahwa pola kehidupan kita

sedang digiring ke arah materialistis, konsumtif dan mengedepankan

cover luar ketimbang substansianya. Pola ini mau tidak mau

mempengaruhi cara pandang kita dalam mensikapi perkawinan sebagai

anjuran syariat yang bersifat mulia dan fleksibel serta mengandung nilai

preventif terjadinya tindak asusila ataupun kriminal. Lebih dari sikap

mempermudah urusan perkawinan bukanlah sebuah ide baru yang

hanya dilontarkan karena kehidupan kita yang semakin glamour, tetapi

memang sebuah anjuran yang diusung oleh Islam.

Semoga dengan mengamalkan tuntunan yang diajarkan dalam

agama Islam, tentang bagaimana berumah tangga yang baik, agar

sesuai dengan tujuannya yaitu sebuah keluarga yang sakinah,

mawaddah, dan warahmah, yang penuh barokah ini akan tercapai.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian dan berdasarkan pada latar

belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka, masalah

yang akan diteliti, penulis batasi dan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana budaya dan tata cara perkawinan di Lingkungan

Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba?

2. Bagaimana peran pendidikan Islam dalam pelaksanaan

perkawinan di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang

Kabupaten Bulukumba?

Page 18: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

6

3. Bagaimana cara penyelesaian sebuah kasus budaya perkawinan

di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten

Bulukumba?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui budaya dan tata cara dalam perkawinan di

lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

2. Untuk mengetahui peran pendidikan dalam pelaksanaan

perkawinan di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten

Bulukumba.

3. Untuk mengetahui cara menyelesaikan sebuah kasus budaya

perkawinan di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten

Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian nantinya dapat menjadi masukan kepada

pemerintah daerah dan seluruh masyarakat setempat, terkait

dengan pentingnya mengkaji berbagai pokok permasalahan dalam

perkawinan, tentang budaya dan tata cara pelaksanaan

perkawinan, serta peran pendidikan Islam pada perkawinan di

Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

2. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan menjadi referensi

yang berguna bagi penelitian selanjutnya dan dapat memperluas

khasanah ilmu dan pemahaman bagi masyarakat setempat.

Page 19: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

7

3. Dengan tulisan ini, dapat memberikan konstribusi pemikiran baru

untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi para masyarakat, dan

menjadi bahan bacaan serta bahan rujukan terhadap penelitian

serupa di tempat lain dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam.

Page 20: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Budaya

1. Pengertian Budaya

Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sansekerta) buddhayah

yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal

kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi

atau akal”. Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing

yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin colore.

Artinya mengolah atau m engerjakan, yaitu mengolah tanah bertani. Dari

asal arti tersebut yaitu colore kemudian culture, diartikan sebagai segala

daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Pengertian budaya menurut Joko Tri Prasetya (1998:28)

mengatakan bahwa, Budaya adalah sebagai suatu perkembangan dari

kata majemuk budidaya, yang berarti daya dan budi.

Soerjono Soekanto (2003:172) pernah mencoba memberikan

definisi yaitu:

Mengenai kebudayaan, bahwa budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Dengan kata lain kebudayaan mencakup kesemuanya yang

didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat

Page 21: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

9

kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola

perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola

berpikir, merasakan dan bertindak seorang yang meneliti kebudayaan

tertentu, akan sangat tertarik oleh obyek-obyek kebudayaan seperti

rumah, sandang, jembatan, alat-alat komunikasi dan sebagainya.

Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan

atau kebudayaan jasmaniah (material cultural) yang diperlukan oleh

manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya

dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

2. Unsur-Unsur Kebudayaan

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-

unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu

bulatan yang bersifat sebagai kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan

Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian perumahan, alat-

alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transport dan

sebagainya).

2. Mata pencaharian hidup dan system ekonomi (pertanian, peternakan,

sistem produksi, sistem distribusi dan sebagainya).

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem

hukum, sistem perkawinan).

4. Bahasa (lisan maupun tertulis).

Page 22: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

10

5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya).

6. Sistem pengetahuan.

7. Religi (kepercayaan).

3. Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat

Kebudayaan menjadi fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat. bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan

anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun kekuatan-kekuatan

lainnya di dalam masyarakt itu sendiri yang tidak selalu baik baginya.

Kecuali itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik di

bidang spiritual maupun materiil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat

tersebut di atas, untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang

bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan sebagian besar oleh

karena kemampuan manusia adalah terbatas, dan dengan demikian

kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas

di dalam memenuhi segala kebutuhannya. Hasil karya masyarakat

melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai

kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan

dalamnya.

B. Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Menurut Mahmud Muhammad Al-Jauhari Dan Muhammad Abdul

Hakim Khayyal (2005/161) mengatakan bahwa:

Pernikahan adalah jalan menuju pertemuan lawan jenis yang diinginkan Allah dalam rangka membangun rumah tangga dan

Page 23: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

11

mendirikan institusi keluarga, dan menikmati pertemuan tersebut dalam suasana bersih, suci, dan kesungguhan yang paralel dengan kesabaran statusnya, demi menjaga masyarakat dari pencemaran atau campur aduk nasab yang bersumber dari komunisme hubungan seksual atau merebaknya tindak asusila.

Mohd. Idris Ramulyo (2002:30) mengemukakan bahwa:

Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita (hanafi).

Aqdu al nikah dibaca dihubungkan dengan aqdunnikah sebutan

alquran yang lazim dalam bahasa indonesia sehari-hari disebut akad

nikah dari kata-kata akad nikah. Nikah artinya perkawinan sedangkan

akad artinya perjanjian. Jadi akad berarti perjanjian suci untuk

mengikatkan diri dalam perkawinan antara seorang wanita dengan

seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kekal (abadi). Imam Syafi‟i

(2002:10) berpendapat bahwa, pengertian nikah adalah suatu akad yang

dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita.

Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974 (pasal 1),

perkawinan itu ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (berumah

tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Pertimbangannya ialah sebagai negara yang berdasarkan pancasila

di mana sila yang pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka

perkawinan yang erat sekali dengan agama/kerohanian, sehingga

perkawinan bukan saja mempunyai unsur/jasmani, tetapi unsur

batin/rohani juga mempunyai peranan yang penting.

Page 24: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

12

2. Pernikahan Ditinjau Dari Segi Agama Islam

Sebagaimana diketahui bahwa pada dasarnya perkawinan menurut

ajaran islam yang pertama adalah untuk melaksanakan tuntunan Allah

sebagaimana tersebut dalam firman Allah(Q.S. An-Nur:32):

Terjemahannya:

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan mereka yang berbudi pekerti yang baik, termasuk hamba sahayamu yang lelaki dan perempuan.”(Departemen Agama RI,1989:549) Dasar perkawinan yang kedua adalah untuk mengamalkan

sunnah Rasulullah Saw. Rasul menyampaikan berita bahwa wanita

biasanya dinikahi dengan pertimbangan empat perkara: hartanya, nasab

keturunannya, kecantikannya dan kebagusan agamanya. Beliau

memerintahkan agar kebagusan agama yang menjadi tujuan utama.

Apabila hal ini dilaksanakan maka sang suami akan mendapatkan

keuntungan. Disisi lain Rasulullah Saw memperingatkan bila seseorang

menikahi wanita karena kemuliaannya maka Allah justru akan

menghinakannya. Bila dia menikahinya karena harta, maka Allah justru

akan membuatnya fakir. Bila dia menikahinya karena nasab

keturunannya, maka Allah akan merendahkannya. Tetapi jika seorang

laki-laki menikahi seorang wanita dengan tujuan menundukkan

pandangannya, menjaga kemaluannya atau menyambung tali

Page 25: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

13

kekeluargaan, maka Allah akan memberikan barokah kepadanya dengan

istrinya. Rasul juga melarang menikahi wanita karena kecantikan dan

kekayaannya saja. Pernikahan berarti hubungan persaudaraan,

tumbuhlah rasa cinta. Pernikahan nabi juga bertujuan agar istri-istri beliau

menjadi pengajar bagi wanita muslim tentang hukum-hukum agama

seorang wanita tidak akan malu untuk bertanya kepada sesamanya

tentang hal-hal khusus berkenaan hukum kewanitaan, tetapi dia akan

malu bila bertanya hal tersebut kepada laki-laki.

3. Tujuan Melakukan Pernikahan

Tujuan perkawinan adalah menurut perintah Allah untuk

memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan

rumah tangga yang damai dan teratur. Menurut Soemijati dalam buku

Nurdin Ilyas (2000:25) disebutkan bahwa:

Tujuan perkawinan dalam islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syari‟ah.

Menurut Nurdin Ilyas (2000:12) mengatakan bahwa:

Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmah, agar dapat melahirkan keturunan yang baik dan berkualitas, sebagaimana Allah berfirman(Q.S.AL-Furqon:74):

Terjemahannya:

Page 26: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

14

“Dan orang-orang yang berkata”Ya, Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami, istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(Departemen Agama RI, 1989:569)

Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:

a. Menghalalkan hubungan kelamin untuk dengan dasar cinta kasih.

b. Mewujudkan suatu keluarga dengan dasar cinta kasih.

c. Memperoleh keturunan yang sah.

Serta tujuan pokok perkawinan dalam islam adalah untuk

mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan penuh rahmah.

4. Syarat-syarat Pelaksanaan Pernikahan

Jika prosesi perkawinan tidak melalui prosedur, perkawinan

tersebut berarti menyalahi status fitrah yang benar dalam hubungan pria

dan wanita dan termasuk tindak perzinahan dalam pandangan islam.

Pernikahan berbasis syariat harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut:

a. Terang-terangan dan publikasi ramai. Dianjurkan lagi jika

mengundang tokoh-tokoh masyarakat, dan karena itu disunahkan

bagi yang diundang untuk menghadiri resepsi pernikahan tersebut.

b. Permintaan restu wali si wanita. Hal ini diperlukan guna

melindunginya dari bahaya-bahaya penipuan dan dorongan hasrat

yang membara, juga lebih memuliakan dan menghormatinya, serta

agar terwujud hubungan kekeluargaan lewat nasab dan pernikahan

Page 27: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

15

sebagai salah satu tujuan pernikahan. Hal ini berdasarkan sabda

Nabi shallallahu „alaihi wasallam:

. ص قال: لا نكاح الا بول ب )الخمسة الا النسائى(عن ابى موسى رض عن الن

Artinya :

Abu Musa RA dari Nabi Saw,Beliau bersabda “Tidak ada nikah melainkan dengan (adanya) wali”. (HR. Khamsah kecuali Nasai).

Dari hadist di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam

perkawinan menurut syariah itu tidak sahnya pernikahan tanpa ada wali

yang ingin menikahkan.

c. Ijab Kabul dilakukan dengan suka sama suka tanpa ada

pemaksaan salah satu pihak atau kedua-duanya.

d. Pemberian mas kawin pada wanita agar ia merasa bahwa dirinya di

cari pria dan bukan dia yang mencarinya, sehingga terjagalah

kehormatan dan rasa malunya yang merupakan kekayaan paling

berharga yang dimiliki wanita.

e. Pengiringan niat hidup bersama untuk selama-lamanya, bukan

temporal semata.

5. Hukum Pernikahan

Pertama, hukum nikah adalah mubah atau jaiz, yaitu apabila

seseorang telah memenuhi syarat untuk melangsungkan pernikahan,

minimal untuk melakukan akad.

Kedua, hukum pernikahan menjadi sunnat bila dipandang dari segi

pertumbuhan fisik yang sudah dapat dianggap wajar menurut masyarakat

Page 28: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

16

dan berkeinginan kuat untuk melakukan hubungan (kelamin). Tujuannya

yakni agar memperoleh keturunan dan terhindar dari perbuatan zina

Ketiga, apabila seseorang mempunyai keinginan kuat melakukan

hubungan dengan lawan jenisnya dan kurang mampu untuk menahan,

sedangkan ia dianggap mampu dalam urusan duniawi, maka hukum nikah

baginya wajib.

Keempat, nikah dapat menjadi makruh hukumnya, apabila

seorang laki-laki menikah yang dengan nikahnya itu dapat membawa istri

dan anaknya kepada kesengsaraan, dikarenakan dia belum mampu

dalam memenuhi kewajibannya sebagai suami untuk memberikan nafkah.

Kelima, nikah akan menjadi haram apabila seseorang yang

hendak menikah tidak mampu untuk memberikan nafkah kepada istrinya,

bahkan untuk dirinya sendiri tidak mampu karena tidak memiliki sumber

penghasilan.

6. Hakekat Pernikahan

Menurut Muhammad Nabil Kazhim dalam bukunya (2007:25)

mengatakan bahwa:

Hakekat Perkawinan adalah sebuah konsepsi insani yang bersifat sosial dan kejiwaan, sedangkan kawin adalah konsepsi hewani (hubungan biologis) semata. Ia merupakan sistem sosial yang memiliki sifat langgeng serta berpegang pada neraca sosial untuk mengatur masalah-masalah seksual dan mengatur tanggung jawab bagi mereka yang sudah sampai ke sana. Ia dipandang sebagai fenomena suci atau tatanan ilahi yang dikuatkan oleh syariat langit dan kitab-kitab suci sebagai asas bagi kehidupan insan. Perhatian para pakar ilmu sosial terfokus pada neraca, rentang waktu, kemungkinan dan nilai yang menyertai berbagai kondisi. Ia merupakan hubungan timbal balik antara sesama pasangan dan

Page 29: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

17

juga individu dalam keluarga. Tanpa adanya keluarga, maka warisan biologis bagi manusia akan berakhir menuju bencana. Adapun beberapa makna dalam perkawinan yang terdiri atas tiga

(3) bagian, yaitu:

a. Makna-makna Kebahasaan (Lughawiyah)

Dalam bahasa arab, kata zauj (pasangan) berarti suami (ba‟l) dan

juga istri (zaujah); yang merupakan kebalikan dari kata fard (seorang diri

tanpa yang lain). Zauj berarti dua (sepasang), baik laki-laki maupun

perempuan.

Muzawij adalah orang yang banyak menikah, entah laki-laki

maupun perempuan. Sedangkan kata azwaj (bentuk jamak dari zauj),

adalah qurana‟(jamak dari qarin;pendamping). Zawaj (perkawinan atau

pernikahan) adalah penyatuan suami istri, atau laki-laki dengan

perempuan. Sedangkan zauj adalah setiap orang yang didampingi oleh

yang lain dari sejenisnya. Zauj juga biasa berarti sesuatu dan lawannya;

siang dan malam, manis dan pahit, basah dan kering, dan seterusnya.

Zaujiyah adalah bentuk mashdar shina‟I, yang juga berarti zawaj.

Biasanya orang mengatakan, “Di antara keduanya terdapat haqaz-

zaujiyah (di antara keduanya terdapat hak suami istri).”

Muzdauj (dalam biologi) adalah tumbuhan yang menghasilkan dua

jenis buah yang berbeda sifatnya.

Muzawajah (dalam ilmu badi‟) adalah tumbuhan bagian dari

keelokan dalam menggunakan kata-kata.

b. Makna-makna Kemasyarakatan

Page 30: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

18

1. Aim atau ayyim adalah „azab (sendirian;tidak menikah), entah laki-

laki maupun perempuan, gadis maupun bukan gadis. Wanitanya

biasanya disebut farighah (kosong; belum ada yang punya).

2. Bikr (perjaka/gadis) adalah laki-laki maupun perempuan yang

belum pernah menikah. Demikian juga, kata tersebut dipakai untuk

memaknai yang pertama, entah berupa anak ataupun buah. Wanita

yang masih bikr biasanya disebut „adzra‟ (gadis).

3. Tasyyib adalah wanita yang sudah tidak gadis lagi (tidak lagi

„adzra‟) dan dia sudah pernah menikah biasanya disebut „awan.

4. „Anis adalah wanita yang masih ikut bersama kedua orang tua dan

belum menikah.

5. Armalah dan aramil adalah wanita yang tidak punya atau

kehilangan suami karena meninggal.

6. Muthallaqah adalah wanita yang tidak lagi punya suami karena

gugurnya akad pernikahan.

c. Makna-makna Syar‟iyah

Zawaj (perkawinan) adalah akad yang menyebabkan bolehnya

seseorang laki-laki dan perempuan saling memadu kasih sesuai dengan

aturan syariat. Kata nikah dan zawaj menurut ahli ushul dan ahli bahasa

berarti wath‟ (persetubuhan/jimak) jika dimaknai secara hakiki, sedangkan

secara majazi berarti akad.

Kata wath‟ berarti jima‟ (bersetubuh). Secara bahasa, kata watha‟a

(sejalan), sedangkan kata wattha‟a berarti hayya‟a asy-syai‟ (menyiapkan

Page 31: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

19

sesuatu al-watha‟ah berarti al-layyin wa as-suhulah (lunak dan mudah). Al-

wath‟ah berarti adh-dhaghthah (menekan atau menindih) dan al-akhdzah

asy-sya-syadidah (mengambil dengan keras).

Khithbah (melamar) adalah tindakan menunjukkan atau

mengungkapkan keinginan untuk menikahi wanita tertentu serta meminta

persetujuan pihak wanita yang dilamar atau keluarganya (wali) untuk

menjalin pernikahan dengannya. Pada proses lamaran terlebih dahulu

melihat calon/ wanita. Melihat yang di maksudkan disini adalah melihat diri

wanita yang ingin dinikahi dengan tetap berpanutan pada aturan syar‟i.

Sebelum meminang seorang wanita, pihak laki-laki boleh melihatnya lebih

dulu. Hal ini dikuatkan dengan adanya hadits Rasulullah Shallallahu „alaihi

wa sallam:

عليه وس صلهى الله لهم إذا خطب أحدكم المرأة فإن اسإططا أن يظرإر مظ إا إلإى عن جابر قال قال رسول الله

)رواه احمد(. ما يدعوه إلى ظكاح ا فليفعل

Artinya:

Dari Jabir Berkata : Bahwasanya Rasulullah Saw Pernah bersabda “Bila seorang dari kalian meminang seorang wanita, lalu ia mampu melihat dari si wanita apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka hendaklah ia melakukannya.” (HR. Ahmad)

Thalaq (talak) adalah mengangkat atau menggugurkan ikatan

pernikahan yang terjalin antara dua belah pihak dengan kata-kata tertentu.

Zhihar adalah tindakan seorang suami yang mengharamkan dirinya

untuk menggauli istrinya sendiri dengan mengucapkan “engkau atas diriku

adalah seperti punggung ibuku.”

Page 32: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

20

Ila‟ adalah sumpah yang diucapkan oleh seorang suami untuk

tidak menyetubuhi istrinya, entah secara langsung atau terikat kepada

suatu hal. Mahr adalah shadaq (mahar atau mas kawin).

7. Hikmah Pernikahan

Hikmah pernikahan adalah fondasi masyarakat, setiap gerakan

dalam kehidupan dan masyarakat secara pokok bertopang pada masa

pernikahan. Allah Swt menghendaki memberikan jaminan kedamaian dan

kebahagiaan terhadap makhluk yang dia berikan kemuliaan, dia jadikan

sebagai khalifah di muka bumi, dan dia jadikan seluruh jenis makhluk

hidup tunduk untuk berkhidmat kepada-Nya. Tentulah Allah Swt Maha

Kuasa, yang telah mengatur semua itu. Sehingga jenis-jenis tanaman

tersebut terjaga keberlangsungan hidupnya, tanpa kita banyak ketahui

tentang hal itu. Hingga hujan pun tidak turun, kecuali jika padanya telah

terjadi proses pembuahan.

8. Tata Cara Perkawinan

1. Pemeriksaan Hendak Nikah

Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan

memberitahukan kehendaknya itu kepada pegawai pencatat nikah di

tempat perkawinan akan dilangsungkan. Pemberitahuan tersebut

dilakukan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum

perkawinan dilangsungkan. Pengecualian terhadap jangka waktu tersebut

disebabkan sesuatu alasan yang penting dapat diberikan oleh camat atas

nama bupati kepala daerah. Pemberitahuan secara lisan atau tertulis oleh

Page 33: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

21

orang tuanya atau walinya. Pemberitahuan memuat nama, umur,

agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman calon mempelai dan

apabila salah seorang atau keduanya pernah kawin, disebutkan juga

nama istri atau suami terdahulu (pasal 3, 4, dan 5, PP 9 Tahun 1975).

Surat persetujuan dan keterangan asal-usul, pembantu pegawai pencatat

nikah, talak, dan rujuk atau P3NTR yang menerima pemberitahuan

kehendak nikah memeriksa calon suami, calon istri, dan wali nikah tentang

ada atau tidaknya halangan dalam pernikahan itu dilangsungkan baik

karena halangan melanggar hukum Munakahat atau karena melanggar

peraturan tentang perkawinan. Selain surat keterangan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) peraturan menteri agama nomor 3 tahun

1975 tentang kewajiban pegawai pencatat nikah dan tata kerja pengadilan

agama dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perkawinan

bagi yang beragama islam atau disingkat PMA No. 3/1975, yang berbunyi:

1. Orang yang hendak menikah, talak, cerai, dan rujuk harus membawa

surat keterangan dari kepala desanya masing-masing menurut

contoh model Na-Tra.

2. Orang yang tidak yang mampu harus pula membawa “surat

keterangan tidak mampu” dari kepala desanya.

I. Maka di dalam pemeriksaan diperlukan pula penelitian terhadap:

a. Kutipan akta kelahiran atau surat kenal lahir calon mempelai.

Dalam hal tidak ada akta kelahiran atau surat kenal lahir, dapat

Page 34: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

22

dipergunakan surat keterangan asal-usul calon mempelai yang

diberikan oleh kepala desa model Nf.

b. Persetujuan calon mempelai sebagai dimaksud pasal 6 ayat (1)

undang-undang 1 tahun 1974.

c. Surat keterangan tentang orang tua (ibu-bapak) dari kepala

desanya menurut model Nb.

d. Surat izin dari pengadilan agama sebagai dimaksud pasal 6 ayat

5 undang-undang nomor 1 tahun 1974 bagi calon mempelai yang

belum mencapai umur 21 tahun.

e. Surat dispensasi dari pengadilan agama, bagi calon suami yang

belum mencapai umur 19 tahun dan bagi calon istri yang belum

mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

f. Surat izin dari pejabat menurut peraturan yang berlaku baginya,

jika salah seorang calon mempelai atau keduanya anggota

angkatan bersenjata

g. Surat keterangan pejabat yang berwenang mencatat perkawinan

tentang ada atau tidaknya halangan menikah bagi calon istri,

karena perbedaan hukum dan atau kewarganegaraan.

II. Bagi duda, janda yang hendak menikah lagi harus membawa:

a. Kutipan buku pendaftaran talak, kutipan buku pendaftaran cerai:

atau

Page 35: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

23

b. Surat keterangan kematian suami/istri yang dibuat oleh kepala

desa yang mewilayahi tempat tinggal atau walinya, menurut

contoh model Nd.

III. Bagi suami yang hendak beristri lebih dari seorang, harus membawa

surat izin dari pengadilan agama.

IV. Apabila kutipan buku pendaftaran talak, kutipan buku pendaftaran

cerai, rujuk hilang, maka diminta duplikatnya atau keterangan lain

sebagaimana diatur dalam pasal 39PMA No. 3/1975 ini.

Untuk mendapatkan duplikat surat itu tidak dipungut biaya kecuali

ada peraturan lain. Duplikat surat-surat itu tidak harus dibubuhi meterai

menurut peraturan yang berlaku. Apabila kantor yang dahulu

mengeluarkan surat-surat itu tidak bisa membuat duplikatnya disebabkan

catatannya telah rusak atau hilang atau karena sebab-sebab lain, maka

untuk menetapkan adanya nikah, talak, cerai, atau rujuk harus dibuktikan

dengan keputusan pengadilan agama. Apabila kepala desa tidak dapat

memberikan keterangan kematian karena tidak menerima laporannya,

dapat diberikan keterangan lain (pasal 6 pp no.9 tahun 1975). Pasal 7 dan

8 PMA nomor 3/75). Hasil pemeriksaan itu ditulis dan ditandatangani oleh

pegawai pencatat nikah atau P3NTR dan mereka yang berkepentingan

dalam daftar pemeriksaan nikah menurut contoh yang diumumkan oleh

menteri agama. P3NTR membuat daftar pemeriksaan nikah itu rangkap 2

(dua) sehelai dikirim kepada pegawai pencatat nikah yang mewilayahinya

beserta surat-surat yang diperlukan dan yang lain disimpan. Calon suami,

Page 36: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

24

calon istri dan wali nikah masing-masing mengisi ruang nomor III, IV, dan

V dari daftar pemeriksaan nikah sedang ruang-ruang lainnya diisi oleh

pembantu pegawai pencatat nikah, talak dan rujuk (P3NTR).

Apabila mereka tidak pandai menulis, maka ruang III, IV, yaitu diisi

oleh pembantu pegawai pencatat nikah, talak, dan rujuk atau P3NTR.

Pengiriman lembar pertama daftar pemeriksaan nikah oleh P3NTR

dilakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sesudah akad nikah

dilangsungkan. Apabila lembar-lembar pertama dari daftar pemeriksaan

hilang, maka oleh P3NTR dibuatkan salinan dari daftar lembar kedua

dengan berita acara sebab-sebab hilangnya. Apabila calon suami atau

wali nikah karena bertempat tinggal di luar daerah, tidak hadir untuk

diperiksa, maka pemeriksaan padanya dimintakan pertolongan kepada

pegawai pencatat nikah atau P3NTR yang mewilayahi tempat tinggalnya.

Pembantu pegawai pencatat nikah, talak dan rujuk atau P3NTR ini

memeriksa calon suami atau wali nikah itu, kemudian mengirimkan daftar

pemeriksaannya kepada pembantu pegawai pencatat nikah, talak dan

rujuk atau P3NTR yang bersangkutan. Apabila ternyata dari pemeriksaan

itu terdapat halangan pernikahan menurut hukum agama atau peraturan

perundangan-undangan tentang perkawinan atau belum dipenuhi

persyaratan atau ketentuan tersebut dalam pasal 8 peraturan menteri

agama nomor 6 tahun 1975 ini keadaan itu segera diberitahukan kepada

calon suami dan wali nikah atau wakilnya oleh pegawai pencatat nikah

Page 37: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

25

atau P3NTR menurut model 2 (lampiran XI) pasal 7 PP No. 9 tahun 1975

jo. pasal 9 dan 10 PMA No.3/1975).

2. Pengumuman Kehendak Nikah

Setelah dipenuhinya tata cara dan syarat-syarat pemberitahuan

serta tiada sesuatu halangan perkawinan, pegawai pencatat

menyelenggarakan pengumuman tentang pemberitahuan menurut formulir

yang ditetapkan pada kantor perwakilan. Pengumuman itu ditanda tangani

oleh pegawai pencatat dengan mempergunakan model Nc(lampiran XIV)

dan memuat:

a. Nama, umur, agama/kepercayaan, pekerjaan, tempat kediaman

dari calon mempelai dan dari orang tua calon mempelai, apabila

salah seorang atau keduanya pernah kawin disebutkan nama istri

atau suami mereka terdahulu.

b. Hari, tanggal, jam, dan tempat perkawinan akan dilangsungkan.

Surat pengumuman itu selama 10 (sepuluh) hari sejak ditempelkan

tidak boleh diambil atau dirobek (pasal 8 dan 9 PP 9/75 jo. Pasal 10

PMA 3/75).

3. Prosedur Pencatatan Perkawinan

Sejak disahkannya undang-undang nomor 1 tahun 1974,

departemen agama RI dalam hal ini direktorat jenderal bimbingan

masyarakat islam telah mengalami peranan secara langsung dan aktif

untuk melaksanakan undang-undang itu, yang melibatkan dua direktorat

yakni direktorat urusan agama islam dan direktorat pembinaan badan

Page 38: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

26

peradilan agama islam berdasarkan KMA nomor 18 tahun 1975. Masalah

pencatatan menjadi beban tugas direktorat urusan agama islam. Sesuai

dengan undang-undang no. 22/1946 jo. Undang-undang nomor 32/1954

jo. Undang-undang nomor1/1974. Peraturan pemerintah nomor 9/1995

dan peraturan menteri agama nomor 3 tahun 1975 maka depertemen

agama melaksanakan secara vertical sampai dengan kantor urusan

agama kecamatan melaksanakan tugas-tugas sebagai pencatat

perkawinan, atau pencatat nikah. Perlu juga dijelaskan di sini bahwa

pencatatan perkawinan/nikah ini termasuk pencatatan talak, cerai, dan

rujuk. Karena hal ini sangat erat hubungannya dengan masalah

perkawinan itu sendiri.

Pencatatan perkawinan dalam pelaksanaannya diatur dengan PP

No. 9 tahun 1975 dan peraturan menteri agama nomor 3 dan 4 tahun

1975 bab II pasal 2 ayat (1) PP nomor 9 tahun 1975, pencatatan

perkawinan dari mereka yang melangsungkannya menurut agama islam

dilakukan oleh pegawai pencatat, sebagaimana dimaksud dalam undang-

undang nomor 32 tahun 1954, tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk.

Seperti diketahui pelaksanaan perkawinan itu didahului kegiatan-kegiatan,

baik yang dilakukan oleh calon mempelai maupun oleh pegawai pencatat

perkawinan. Calon mempelai atau orang tuanya atau wakilnya

memberitahukan kehendak melangsungkan perkawinan kepada pegawai

pencatat perkawinan (pasal 3 dan 4 PP). Selanjutnya pegawai meneliti

apakah syarat-syarat perkawinan telah dipenuhi, dan apakah tidak

Page 39: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

27

terdapat halangan menurut undang-undang. Demikian pula meneliti surat-

surat yang diperlukan (pasal 5 dan 6 PP) ini. Apabila ternyata dari hasil

penelitian itu terdapat halangan perkawinan atau belum dipenuhi syarat-

syarat yang diperlukan maka keadaan itu segera diberitahukan kepada

calon mempelai atau kepada orang tua atau kepada wakilnya (pasal 7

ayat (2) – PP).

Bila pemberitahuan itu telah dipandang cukup dan memenuhi

syarat-syarat yang diperlukan serta tidak terdapat halangan untuk kawin,

maka pegawai pencatat membuat pengumuman tentang pemberitahuan

kehendak melangsungkan perkawinan, menurut formulir yang telah

ditetapkan, dan menempelnya di kantor pencatatan yang mudah dibaca

oleh umum.

Pengumuman serupa itu juga dilakukan di kantor pencatatan

yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman masing-masing calon

mempelai (pasal 8 dan penjelasan pasal 9 PP). Dengan memperhatikan

tata cara dan ketentuan perkawinan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu, maka perkawinan dilaksanakan

dihadapan pegawai pencatat perkawinan dan dihadiri oleh dua orang

saksi (pasal 10 PP). Dan bagi mereka yang melangsungkan perkawinan

menurut agama islam, maka akad nikahnya dilakukan oleh wali nikah atau

yang mewakilinya. Sesaat sesudah dilangsungkannya perkawinan

tersebut, maka kedua mempelai menandatangani akta perkawinan yang

telah ditetapkan oleh pegawai pencatat perkawinan, yang kemudian diikuti

Page 40: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

28

oleh kedua orang saksi, dan oleh wali nikah dalam hal perkawinan

dilakukan menurut agama islam. Penandatanganan tersebut juga

dilakukan oleh pegawai pencatat perkawinan, bersangkutan. Dan dengan

selesainya penandatanganan tersebut, maka perkawinan telah tercatat

secara resmi (pasal 11 PP). Akta perkawinan adalah sebuah daftar besar

(dahulu register nikah) yang memuat antara lain sebagai berikut (pasal 12

PP):

1. Nama, tempat dan tanggal lahir, agama/kepercayaan, pekerjaan dan

tempat kediaman dari suami dan istri, wali nikah, orang tua dari

suami istri, saksi-saksi, wakil atau kuasa bila perkawinan melalui

seorang kuasa.

2. Surat-surat yang diperlukan seperti izin kawin (pasal 6 undang-

undang). Dispensasi kawin (pasal 7 undang-undang). Izin poligami

(pasal 4). Izin dari Menteri Hankam Pangab bagi ABRI, perjanjian

sebagai dimaksud pasal 29 undang-undang.

3. Dan lain-lain.

Akta perkawinan itu oleh pegawai pencatat perkawinan dibuat

rangkap 2(dua). Helai pertama disimpan di kantor pencatatan (KUA atau

KCS), sedangkan helai kedua dikirim kepengadilan yang daerah

hukumnya mewilayahi kantor pencatatan tersebut (pasal 12 PP). Hal ini

untuk memudahkan pemeriksaan oleh pengadilan bila dikemudian hari

terjadi talak atau gugatan perceraian. Sebab undang-undang pasal 39

menentukan bahwa cerai hanya dapat dilakukan di depan sidang

Page 41: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

29

pengadilan (pasal 40 undang-undang). Kepada suami istri masing-masing

diberikan “kutipan akta perkawinan”, yang mirip dengan buku nikah

sekarang, dengan isi yang sama.

4. Harta Benda Dalam Perkawinan

Harta benda yang diperoleh selama perkawinan berlangsung

menjadi

harta bersama. Harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta

benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan,

adalah di bawah pengawasan masing-masing sepanjang para pihak tidak

menentukan lain. Mengenai harta bersama suami atau istri dapat

bertindak atas persetujuan kedua belah pihak, sedangkan mengenaI harta

bawaan masing-masing suami istri mempunyai hak sepenuhnya untuk

melakukan perbuatan mengenai harta bendanya.

5. Pandangan Agama Islam Tentang Perkawinan

Di dalam agama islam istilah perkawinan disebut akad nikah.

Menurut Ahmad Azhar Basyir (1980:11) mengemukakan bahwa:

Perkawinan menurut hukum islam adalah suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagian hidup keluarga, yang diliputi rasa ketenteraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah.

Untuk melakukan suatu perkawinan, bagi para pemeluk agama

islam selain memenuhi syarat-syarat perkawinan juga harus rukun

perkawinan. Adapun perbedaan antara syarat-syarat dan rukun

perkawinan, yaitu bahwa syarat-syarat merupakan hal-hal yang harus

Page 42: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

30

dipenuhi sebelum perkawinan dilangsungkan, sedangkan rukun

perkawinan merupakan hal-hal yang harus dipenuhi pada waktu

perkawinan dilangsungkan. Rukun perkawinan adalah hakikat dari

perkawinan itu sendiri, jadi tanpa adanya salah satu rukun perkawinan

tidak dapat di langsungkan.

C. Tinjauan Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan menurut Abdul Rachman Saleh (2005:27) yaitu:

“Kata” pendidikan” secara etimologis berasal dari kata didik yang berarti “proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan.”Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogi yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan kata education yang berarti pengembangan dan bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini dikenal dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya rabba-yurobbi-tarbiyatan yang berarti “mengaduh, mendidik, dan memelihara.” Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system

pendidikan nasional, ketentuan umum pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa :

Adapun pendidikan secara etimologis, menurut para pakar yang

memberikan pengertian secara berbeda, antara lain:

1. Langeveld mengatakan, pendidikan adalah suatu bimbingan yang

diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk

mencapai kedewasaan.

Page 43: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

31

2. Jhon Dewey mengatakan, pendidikan adalah proses pembentukan

kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan

emosional ke arah alam dan sesama manusia.

3. Arifin mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha orang

dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan

kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik di dalam

pendidikan maupun informal.

Dari beberapa pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar yang dilakukan seseorang

dengan sengaja untuk menyiapkan kepada anak menuju kedewasaan,

berkecakapan tinggi, berkepribadian/berakhlak mulia dan kecerdasan

berpikir melalui bimbingan dan latihan. Orang tersebut tunduk dan patuh

kepada Allah Swt dengan cara menjalankan perintah-Nya dan menjauhi

segala larangan-Nya. Agama juga membawa kewajiban–kewajiban yang

kalau tidak dilaksanakan akan menjadi utang bagi para penganutnya.

Paham kewajiban dan kepatuhan ini selanjutnya membawa pula pada

paham akan adanya balasan. Yang menjalankan kewajiban dan yang

patuh akan mendapatkan balasan yang baik dari Allah, sedangkan yang

tidak menjalankan kewajiban dan yang tidak patuh akan mendapat

balasan yang tidak menyenangkan.

Pendidikan yang benar, didasari atau tidak, ternyata kita belum

mempunyai sistem pendidikan agama yang ideal, sedangkan

pengetahuan keislaman yang berkembang dalam masyarakat baik yang

Page 44: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

32

benar ataupun salah didapat secara sepintas. Pendidikan politik dalam

masyarakat berdasar atas kebenaran, yaitu: ”mengakui kebenaran jika

benar dan mengakui jika salah”. Ini merupakan bentuk ideal yang

dilakukan dalam da‟wah Islamiah semenjak pertama kali islam muncul.

Yaitu agar manusia selalu menjunjung nilai-nilai amar ma‟ruf nahi munkar

(menyeru kepada kebaikan dan melarang kemungkaran), dan bukan

sebaliknya. Allah berfirman dalam kitab suci-Nya,(Q.S. AN-Nahl) [16]:125):

Terjemahannya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Departemen Agama RI, 1989:421)

b. Pengertian Islam

Pada abad pertama islam, muncul dua isu dan proses yang utama,

Muhammad Al-Ghazali (2002:130) yaitu:

Membentuk latar belakang penting bagi perkembangan kebudayaan islam. Isu besar pertama yang dihadapi oleh masyarakat islam, dan yang memicu perdebatan politik panas di antara mereka adalah persoalan kepimpinan umat.

Secara umum, ada dua tradisi atau cara pandang yang

berkembang pada masa awal islam yang berkenaan dengan isu-isu

krusial yang harus memimpin komunitas islam. Isu yang kedua, tentu saja

persoalan penyebaran islam. Kalangan intelektual muslim masa awal

disibukkan oleh masalah-masalah yang berhubungan dengan penyebaran

Page 45: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

33

islam. Salah satunya adalah tentu saja bahwa bagi mereka muslim

generasi pertama kenangan akan ucapan dan perbuatan nabi, kalaupun

tidak lagi segar dalam ingatan, akan tetapi paling tidak ia bersumber dari

hubungan personal bagi masyarakat muslim generasi kedua pun masih

ada perasaan bahwa mereka bertemu langsung dengan orang-orang yang

mengenal nabi.

Menurut Mohammad Daud Ali (2002:23) mengemukakan bahwa:

Islam kata turunan/jadian yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasal dari kata salama artinya patuh/menerima;berakar dari huruf sin lam mim (s-l-m). Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata masdar salamat (yang dalam bahasa indonesia menjadi selamat). Dari akar kata juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri), dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti yang dikandung perkataan islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri, ketaatan dan kepatuhan. Islam sebagai agama wahyu yang memberi bimbingan kepada manusia mengenai semua aspek hidup dan kehidupannya, dapat diibaratkan seperti jalan raya yang lurus dan mendaki, memberi peluang kepada manusia yang melaluinya sampai ke tempat yang di tuju, tempat tertinggi dan mulia. Dari pengertian di atas, 2 (dua) orang ahli dalam bidang pendidikan

islam mendefenisikan antara lain:

Menurut Ahmad Tafsir (1992:29) berpendapat bahwa:

Istilah pendidikan islam, atau dalam bahasa arab “al-tarbiyah al-islamiah” sudah dimengerti gambaran umum maksudnya oleh sebagian kalangan umat. Walaupun rumusan difinitif dari masing-masing pakar berbeda-beda. Kata “islam” menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berdasarkan islam. Sedangkan menurut Ahmad D.Marimba Dalam Buku Djamaluddin

dan Abdullah Aly (1999:9) mengemukakan bahwa:

Page 46: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

34

Pendidikan islam yaitu bimbingan jasmaniah dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam. Potensi yang dimaksud meliputi potensi jasmaniah dan rohaniah

seperti akal, perasaan, kehendak dan aspek rohaniah lainnya. Dalam

wujudnya, pendidikan islam dapat menjadi upaya umat secara bersama,

atau upaya lembaga kemasyarakatan yang memberikan jasa pendidikan

bahwa dapat pula menjadi usaha manusia itu sendiri untuk mendidik

dirinya sendiri. Ruang lingkup pendidikan islam meliputi keseluruhan

ajaran islam yang terpadu dalam keimanan (aqidah) serta ibadah dan

muamalah yang implikasinya mempengaruhi proses berpikir, merasa,

berbuat dan terbentuknya kepribadian yang pada gilirannya terwujud

dalam akhlak al-karimah sebagai wujud manusia muslim.

1. Jenis-jenis Pendidikan Islam

a. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilaksanakan di rumah

tangga, di mana orangtua sebagai penanggung jawab, pendidikan

informal ini tidak mengenal penjenjangan secara structural. Pada

pendidikan informal tidak ditentukan persyaratan credential sama

sekali.

b. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal ialah pendidikan yang dilaksanakan di dalam

masyarakat, pendidikan nonformal kadang-kadang mempunyai

Page 47: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

35

perjenjangan secara struktural tetapi tidak jelas dan tidak ketat.

(Seolaiman Joesoef, 1981:36).

c. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah

dengan ketentuan-ketentuan dan norma-norma yang ketat, dengan

pembatasan umur dan lamanya pendidikan berjenang dari sekolah

dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas, dan

perguruan tinggi. (Rahmat Djatmika, 1986:17).

2. Tujuan Pendidikan Islam

Rahman Getteng (1997:35) mengemukakan bahwa:

Tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya adalah pribadi yang ideal menurut ajaran islam, yakni meliputi aspek-aspek individual, sosial dan aspek intelektual, semua aspek itu adalah sesuai dengan hakekatnya sebagai seorang muslim yang mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah Swt sesuai dengan tuntunan alquran.

Dengan demikian mengenai tujuan pendidikan islam adalah untuk

membentuk kepribadian pada diri sendiri, yang sesuai dalam ajaran islam,

membina dalam diri tentang berakhlak yang baik, serta mampu

memberikan contoh perilaku yang baik yang sesuai dengan tuntunan

syariat islam.

Page 48: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu field research dengan pendekatan studi

kasus, tujuan untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang

masalah yang dibahas dari lapangan (tempat melakukan penelitian

tersebut). Peneliti juga menggunakan deskriptif kualitatif sebagai analisis.

Deskripsi kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu

keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian dilakukan. Kualitatif

yaitu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada

pernyataan keadaan, ukuran kualitas.

Maka penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, data-data, situasi-

situasi atau kejadian dan karakteristik yaitu mengenai budaya perkawinan

serta dalam tinjauan pendidikan islam di Lingkungan Alorang Kecamatan

Herlang Kabupaten Bulukumba.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di Lingkungan Alorang

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Obyek penelitian ini adalah

perkawinan keluarga masyarakat di Lingkungan Alorang Kecamatan

Herlang Kabupaten Bulukumba.

Page 49: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

37

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek

pengamatan penelitian. (Sumadi Suryabrata 2002:72).

Skripsi ini berjudul “Budaya Perkawinan Dalam Tinjauan

Pendidikan Islam (Studi Kasus Perkawinan Di Lingkungan Alorang

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba)”. Menyimak judul ini maka

yang menjadi variabelnya adalah:

1. Budaya perkawinan, yang disimbolkan dengan variabel X (bebas).

2. Tinjauan pendidikan islam, yang disimbolkan dengan variabel Y

(terikat).

D. Definisi Operasional Variabel

Maksud ditetapkannya definisi penelitian adalah agar proses

penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan alur penelitian dan

menghindari kesalah pahaman dalam memahami pembahasan lebih

lanjut, maka peneliti akan menegaskan beberapa definisi operasional

variabel sebagai berikut :

1. Budaya perkawinan adalah suatu upaya dan keinginan atau

kecenderungan jiwa yang relatif menetap dalam diri seseorang dan

biasanya disertai dengan perasaan senang, dan termotivasi untuk

mengetahui budaya dalam perkawinan itu, yang sesuai dalam

ajaran islam serta studi kasus dalam perkawinan tersebut.

Page 50: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

38

2. Tinjauan pendidikan islam adalah wadah pendidikan yang

mempunyai visi dan misi mengembangkan kemampuan para

masyarakat sebagai umat islam yang beragama dalam mengetahui

dan meningkatkan pemahamannya tentang pentingnya pendidikan

islam dalam perkawinan keluarga masyarakat di Lingkungan

Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Dari beberapa uraian di atas, maka yang dimaksud dari judul di atas

adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui budaya

perkawinan tersebut yang sesuai dalam tinjauan pendidikan islam (studi

kasus dalam perkawinan keluarga masyarakat di Lingkungan Alorang

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba).

E. Sasaran Penelitian

Adapun sasaran penelitian ini yaitu dua prosesi pernikahan yang

berlangsung di periode Juli-Agustus 2015 di Lingkungan Alorang

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba. Peneliti melakukan penelitian

terhadap prosesi pernikahan dengan mengamati dan menginterview

beberapa tokoh keluarga tentang prosesi adat.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang amat penting dan

strategis kedudukannya dalam keseluruhan kegiatan penelitian, karena

data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian

diperoleh melalui instrumen. (Marjuni, 2012:164)

Page 51: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

39

Analisis saya mengenai instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk menyaring informasi yang dapat menggambarkan

variabel-variabel penelitian. Suatu instrumen harus teruji validitas dan

realibilitasnya agar dapat memperoleh data yang valid dan reliabel pula.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah:

1. Pedoman Observasi, yaitu berupa catatan bagi peneliti sebagai

acuan dengan mengamati baik lokasi maupun responden.

2. Pedoman wawancara, adalah alat bantu pengumpulan data berupa

daftar pertanyaan-pertanyaan dengan cara melakukan tanya jawab

atau percakapan dengan informan untuk memperoleh data yang

diperlukan, baik dengan menggunakan daftar pertanyaan ataupun

percakapan bebas yang berhubungan dengan permasalahan yang

telah dirumuskan sebelumnya. Pedoman ini merupakan pedoman

pembantu.

3. Catatan dokumentasi merupakan alat yang digunakan untuk

mencatat/ mengumpulkan data dari beberapa dokumen.

Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang

tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menggunakan instrumen catatan dokumentasi berupa keadaan,

masyarakat, agenda dalam pelaksanaan perkawinan dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan penelitian ini.

Page 52: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

40

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan penelitian, teknik pengumpulan data merupakan

faktor penting yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti. Penggunaan

teknik pengumpulan data ini sifatnya lebih disesuaikan pada analisis

kebutuhan dan kemampuan peneliti itu sendiri. Oleh sebab itu, dapat

dipilih sesuai dengan keperluan pengumpulan data .

Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang

dibutuhkan seperti menyiapkan proposal penelitian, menyusun instrumen

penelitian, mengurus surat izin untuk penelitian kepada pihak-pihak yang

bersangkutan. Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan sebagai

berikut:

Teknik observasi, wawancara serta dokumentasi untuk mengetahui

Budaya Perkawinan Dalam Tinjauan Pendidikan Islam (Studi Kasus

Perkawinan Di Lingkungan Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten

Bulukumba).

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan metode data

kualitatif yaitu data yang diukur secara tidak langsung atau tanpa

perhitungan angka-angka, yang diperoleh dari hasil interview, dan

dokumentasi. Di dalam mengelola data ini, peneliti menggunakan metode

sebagai berikut:

Page 53: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

41

1. Metode dedukatif yaitu menganalisis data yang bersifat khusus

kemudian mengambil kesimpulan secara umum.

2. Metode induktif yaitu menganalisis data dari yang bersifat umum

kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat khusus.

3. Metode komparatif yaitu menganalisis data dengan

membandingkan antara satu pendapat yang lainnya kemudian

diinterpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan.

Page 54: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis

Lingkungan Alorang adalah salah satu daerah yang ada di

Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba, yaitu jarak dari pusat kota

Bulukumba lebih kurang 100 km, dan terdapat di sebelah timur dari kota

Bulukumba. (profil Lingkungan Alorang). Untuk mendapatkan gambaran

yang lebih lanjut tentang wilayah Lingkungan Alorang tersebut maka

berikut ini akan diuraikan batas-batasnya sebagai berikut:

TABEL I

Batas Wilayah Lingkungan Alorang

Letak batas Batas wilayah Keterangan

Sebelah utara Dajo _

Sebelah selatan Turungang beru _

Sebelah barat Tanuntung _

Sebelah timur Laut _

Sumber: daftar isian data dasar profil Lingkungan Alorang tahun 2015

Page 55: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

43

Adapun luas wilayah Lingkungan Alorang adalah 900 ha. Yang

terbagi dalam dua Lingkungan, dengan pusat pemerintahan (Kantor

Kecamatan) berada di Kelurahan Tanuntung.

Demikian pula Lingkungan Alorang mengalami pergantian musim

dua kali setahun, sama halnya dengan daerah-daerah lain yang ada di

Sulawesi Selatan ini. Sedangkan penduduk lingkungan Alorang tersebut di

huni oleh ± 997 yang terdiri dari 300 kepala keluarga (KK), yang

kebanyakan penduduk sebagai petani, pedagang, pegawai negeri sipil,

wiraswasta, dan nelayan. Hal ini didukung oleh kondisi alam setempat.

Tabel II

Jumlah Penduduk Dan Luas Wilayah Lingkungan Alorang

No Nama Kampung Jumlah KK Jumlah Penduduk Luas Wilayah Ket

1 Bogoro 43 216 200 Ha _

2 Bonto Bilang 27 117 150 Ha _

3 Alorang 79 233 250 Ha _

4 Kampong Baru 151 431 300 Ha _

Sumber Data: di Kantor Kelurahan Tanuntung tahun 2015

Oleh karena itu, sebagian besar mata pencaharian penduduk

Lingkungan Alorang hidup dari hasi pertanian, sehingga pihak pemerintah

berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat dengan cara panca usaha tani atau menganurkan para petani

khususnya yang punya tanah (kebun) yang kosongsupaya ditanami

dengan tanaman seperti: jagung, kapas kedelai, dan lain sebagainya.

Page 56: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

44

2. Kondisi Masyarakat

Di lihat dari segi sosial pendidikannya masyarakat Alorang

mempunyai kepedulian yang cukup besar dalam hal pendidikan. Hal ini

terlihat dari orang tua mereka yang menyekolahkan anak-anak mereka

karena di Lingkungan Alorang sendiri terdapat berbagai tingkat pendidikan

yang terdidri dari TK Babur Rahman, SDN 344 Alorang, SMP 28

Bulukumba, dan SMA Negeri 6 Bulukumba. Sedangkan untuk pendidikan

tingkat tinggi di lingkungan tersebut masih belum ada sarana prasarana

yang mendukung. Namun hal itu tidak mematahkan semangat generasi

muda Lingkungan Alorang, untuk menempuh pendidikan tingkat tingginya,

di Kota Bulukumba dan di Makassar.

TABEL III

TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH SISWA

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan

1 TK Baburrahman 15 21

2 SDN 344 Alorang 42 47

3 SMPN 28 Bulukumba 195 196

4 SMA Negeri 6 Bulukumba 276 285

5 TPA 23 18

Sumber : Data Statistik Lingkungan Alorang tahun 2015/2016

Page 57: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

45

Masyarakat Kabupaten Bulukumba khususnya masyarakat

lingkungan Alorang sebagaimana masyarakat Kabupaten lainnya di

Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya merupakan pemeluk agama

Islam yang taat, kehidupan mereka diwarnai dengan adat istiadat yang

berlaku sejak dahulu kala. Secara garis besar kondisi sosial keagamaan

masyarakat setempat hampir sama dengan kondisi keagamaan di daerah

lain. Hal ini terbukti dengan diadakannya pengajian terus menerus di

Mesjid. Akan tetapi perilaku keseharian mayoritas dari mereka sering

menyimpan dari agama, hal ini terbukti dengan banyaknya kasus minum-

minuman keras yang memabukkan yang mereka sebut dengan ballo‟.

Namun hal ini belum terlihat pada anak-anak mereka yang mengecap

dunia pendidikan.

B. Budaya Pernikahan Di Lingkungan Alorang Kec. Herlang Kab.

Bulukumba

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Lingkungan Alorang

Kec. Herlang Kab. Bulukumba, dapatlah dikemukakan bahwa pada

umumnya budaya dan upacara pernikahan di Lingkungan Alorang hampir

sama. Perkawinan adalah sesuatu yang suci, yang kalau dapat

diusahakan untuk sekali saja dilakukan seumur hidup. Bagi masayarakat

Alorang pada umumnya, orang yang menikah dua kali atau lebih tanpa

disebabkan oleh kematian salah satu pihak, baik pihak suami ataupun

istri, maka hal itu merupakan perbuatan yang tidak terpuji. Oleh sebab itu,

Page 58: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

46

sebelum seseorang menentukan jodoh, ia harus berhati-hati benar dalam

menentukan pilihannya. Sehingga tidak akan kecewa dikemudian hari

setelah pernikahan dilangsungkannya. Masyarakat Alorang pada

umumnya mempunyai patokan (ukuran) dalam memilih jodoh yang ideal.

Ukuran yang dimaksud adalah penilaian seseorang ditinjau dari segi

keturunan. Seperti pada umumnya, dan khususnya masyarakat Sulawesi

Selatan, maka masyarakat Alorang uga mengenal adanya stratifikasi

sosial pada masyarakatnya yaitu: bangsawan (kerabat raja-raa), orang

merdeka (to maradeka), orang berketurunan karaeng. Ketiga hal tersebut

turut berpengaruh di dalam menentkan jodoh, artinya harus dari sesame

golongan.

Jika yang dipilih adalah saudara sepupu derajat pertama, baik dari

pihak ayah maupun ibu, maka pernikahan itu disebut assialli sampo sikali,

jika pernikahan dilakukan dengan saudara sepupu kedua, baik dari pihak

ayah maupun ibu, maka pernikahan disebut assialle sampo pinruang.

Kendati ada aturan tidak tertulis mengenai cara mencari jodoh

sebagaimana digambarkan di atas, akan tetapi hal tersebut bukanlah

sesuatu yang wajib. Pernikahan dengan anggota masyarakat lainnya di

luar keluarga pun dapat terjadi.

1. Upacara Pra Pernikahan

Pada tahap pra pernikahan ini, dilakukan beberapa kegiatan yaitu:

a. Accarita Rua-rua (penjajakan)

Page 59: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

47

Accarita rua-rua adalah suatu kegiatan penyelidikan yang

biasanya dilakukan secara rahasia oleh seorang perempuan dari pihak

laki-laki untuk memastikan apakah gadis yang telah dipilih sudah ada

yang mengikatnya atau belum. Oleh sebab itu dilarang melamar wanita

yang telah dilamar Lelaki lain (meskipun belum memberi jawaban).

Meminang/melamar ini berarti melamar secara resmi. Hal ini diharamkan

karena sebagaimana sabda Rasulullah Saw bahwa, “Orang mukmin

dengan orang mukmin adalah bersaudara, maka tidak halal bagi seorang

mukmin meminang seorang wanita yang sedang dipinang oleh

saudaranya. Seperti hadist di bawah ini:

عن ابن عمر رض الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عله و سلم

)رواه البخاري(

Artinya:

Dari Ibnu Umar Ra berkata: bahwa Rosulullah Saw bersabda:

“Tidak boleh seseorang meminang wanita yang telah dipinang

oleh saudaranya hingga saudaranya itu menikahi si wanita atau

meninggalkannya (membatalkan pinangannya).” (HR. Al-Bukhari

no. 5144)

Menurut analisis saya mengenai accarita rua-rua adalah suatu

proses penyelidikan salah seorang wali dari calon mempelai laki-laki untuk

memastikan apakah wanita yang menjadi pilihannya itu, tidak ada yang

punya, dan apabila belum terikat sama laki-laki lain perlu dipertanyakan

juga kepada perempuan tersebut, apakah dia bersedia untuk di lamar.

Page 60: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

48

b. Pemilihan Jodoh

Proses paling awal menuju pernikahan adalah pemilihan jodoh.

Masyarakat Alorang umumnya mempunyai kecenderungan memilih jodoh

dari Lingkungan keluarga sendiri karena dianggap sebagai hubungan

pernikahan atau perjodohan ideal. Perjodohan ideal yang dimaksud adalah

pernikahan antara sepupu satu kali atau dua kali.

Kendati demikian, kedua jenis perjodohan tersebut di atas

bukanlah hal yang diwajibkan. Dewasa ini, pria yang akan menikah dapat

memilih jodoh di luar Lingkungan kerabat. Adapun perjodohan yang ideal,

selain dari kerabat adalah perjodohan yang didasarkan pada kedudukan

yang sama dalam artian, yaitu kedua mempelai memiliki stratifikasi

sosialyang sederajat di dalam masyarakat, baik dilihat dari segi keturunan (

bangsawan atau orang biasa), pendidikan, kedudukan di dalam struktur

pemerintahan, maupun harta kekayaaan. Setelah jodoh yang telah dipilih

dirasa cocok, maka proses selanjutnya adalah accrita rua-rua (penjajakan)

Menurut analisis saya mengenai pemilihan jodoh yaitu memilih

suatu pasangan yang dilakukan oleh seorang calon mempelai pria untuk

mencari sebuah pasangan hidup suami istri, yang terkadang pula orang

tua yang memilihkan jodoh untuk anaknya.

c. Adduta atau assuro (meminang)

Adduta atau assuro artinya pihak laki-laki mengutus beberapa orang

terpandang, baik dari kalangan keluarga maupun selain keluarga, untuk

menyampaikan lamaran kepada pihak keluarga gadis.

Page 61: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

49

Kegiatan Adduta yaitu pertemuan antara kedua belah pihak

keluarga untuk merundingkan dan memutuskan segala sesuatu yang

bertalian dengan upacara pernikahan putra putri mereka. Hal-hal yang

dibicarakan dalam adduta tersebut diantanya mahar (meliputi doi panai‟

dan sunrang) dan penentuan hari. Hasil wawancara peneliti dengan Tina

yang akan melangsungkan pernikahannya;

Budaya perkawinan Lingkungan Alorang pada umumnya tata cara

perkawinannya, biasanya mahar berupa tanah atau perhiasan.

Menikah di daerah konjo membutuhkan biaya yang mahal, berbeda

dengan daerah-daerah lainnya yang bisa menjadikan seperangkat

alat sholat sebagai mahar. (wawancara Tina, 20 juli 2015).

Penempatan mahar dari zaman dahulu memang menjadi penanda

status sosial ekonomi daerah. Adduta roa‟ berarti mengukuhkan kembali

kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Acara ini

dilaksanakan di rumah mempelai perempuan. Adduta roa‟ ditandai dengan

memberian hadiah pertunangan dari pihak mempelai wanita passekko‟

atau pengikat berupa sebuah cincin emas dan sebuah pemberian simbolis

lainnya, seperti halnya membawa kue tradisional ke pihak perempuan

tersebut. Pada acara mengukuhkan kesepakatan tersebut pihak laki-laki

juga menyerahkan doi‟ panai‟ yang jumlahnya berdasarkan kesepakatan

kepada pihak perempuan untuk digunakan dalam pesta pernikahan.

Analisis saya tentang adduta merupakan sebuah proses lamaran

ke rumah mempelai wanita dengan mengutus keluarga dari pihak calon

mempelai laki-laki. Adduta ini diartikan dengan pemberian sebuah hadiah

Page 62: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

50

pertunangan berupa cincin emas yang diberikan kepada calon mempelai

wanita dengan membawa sebagian mahar (doi‟ panai‟)

d. Akkio‟

Akkio‟ adalah mewartakan berita mengenai perkawinan putra-putri

mereka kepada pihak keluarga yang dekat, para tokoh masyarakat dan

para tetangga. Pemberitahuan tersebut sekaligus sebagai permohonan

bantuan baik fikiran tenaga maupun harta demi kesuksesan seluruh

rangkaian upacara perkawinan tersebut. Sementara itu, appalele

undangan adalah mengundang seluruh sanak keluarga dan handai taulan

yang rumahnya jauh, baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Kegiatan ini

biasanya dilakukan sekitar satu hingga sepuluh hari sebelum resepsi

perkawinan dilangsungkan.

Menurut saya akkio‟ adalah memberitakan hari, tanggal dan bulan

perkawinan putra-putrinya kepada keluarga terdekat, serta tetangga.

Kegiatan akkio‟ ini dilakukan tiga minggu sebelum perkawinan.

e. Pakanre‟ tamma‟ dan pembacaan barazanji yaitu, khatam Al-qur‟an

dan pembacaan barazanji

Sebelum memasuki acara mappaccing, terlebih dahulu dilakukan

acara khatam Al-quran dan pembacaan barazanji sebagai ungkapan rasa

syukur kepada Allah Swt dan sanjungan kepada nabi Muhammad Saw.

Acara ini biasanya dilaksanakan pada sore hari atau sesudah sholat azhar

dan pimpin oleh seorang imam dan dihadiri oleh rekan-rekannya setelah

Page 63: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

51

itu, dilanjutkan acara makan bersama dan sebelum pulang, para pembaca

barazanji diberi uang sebagai tanda terima kasih dan hadiahi sebuah kado,

berupa nasi ketan putih dan hitam serta kue-kue tradisional lainnya

sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah.

Analisis saya tentang pakanre tamma‟ dan pembacaan barazanji

adalah awalnya dilakukan khatam Al-quran, dan dilanjutkan dengan

pembacaan barazanji dengan melakukan pembacaan ayat-ayat Al-quran

yang menyimbolkan salah satu kesyukuran kepada Allah Swt serta Nabi

dan Rasul-Nya.

f. Mappaccing, mensucikan diri pada malam menjelang hari

perkawinan

Pada malam menjelang hari perkawinan, kedua mempelai

melakukan kegiatan mappaccing di rumah masing-masing. Acara ini

dihadiri oleh keluarga, kerabat, orang-orang terhormat dan para tetangga.

Kata mappaccing berasal dari kata paccing, yaitu daun pacar (raung

burangga). Paccing dalam bahasa konjo berarti bersih atau suci.

Dalam upacara mappaccing, secara simbolik digunakan daun

paccing dan barang-barang lainnya, antara lain :

1. Bantal yang menyimbolkan harkat atau kehormatan yang harus

dijaga.

2. Sarung sutra (lipa sabbe) yang melambangkan keharusan menjaga

harga diri.

3. Daun pisang yang melambangkan kesejahteraan hidup.

Page 64: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

52

4. Daun nangka yang melambangkan kehidupan yang dipenuhi dengan

harapan baik.

5. Lilin yang dinyalakan yang melambangkan kehidupan cemerlang.

6. Beras yang dihamburkan sebanyak 3 kali yang menyimbolkan bahwa

calon mempelai hidup berkembang dengan penuh rejeki.

7. Daun paccing yang menyimbolkan kehidupannya selalu bersih.

8. Buah kelapa menyimbolkan semakin tua semakin erat hubungan istri

dan suami.

9. Sisir menyimbolkan hatinya selalu merata, tidak membeda-bedakan

antara satu dengan yang lain.

10. Cermin menyimbolkan agar dirinya selalu melihat dengan keadaan

yang suci.

11. Bedak menyimbolkan agar dirinya selalu dirawat dengan baik.

12. Gula merah menyimbolkan agar hatinya selalu manis atau baik

kepada orang lain.

Menurut pemahaman saya mengenai adat mappaccing adalah

mensucikan diri pada malam menjelang perkawinan, mappaccing dengan

menggunakan daun pacar (raung burangga), yang di hadiri oleh orangtua,

saudara, keluarga, serta orang terpandang.

2. Resepsi Atau Pesta Pernikahan

a. Akad Nikah

Setelah sampai di rumah mempelai perempuan, maka segera

dilakukan upacara akad nikah yang dihadiri oleh orang tua mempelai

wanita, Pak Penghulu, Pak Kepala Lingkungan, beserta keluarga

mempelai. Pelaksanaan akad nikah ini dilakukan sesuai ajaran Islam.

Page 65: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

53

b. Mappasirusa‟ (persentuhan pertama)

Setelah proses akad nikah selesai, mempelai pria dituntun oleh

orang yang yang dituakan menuju ke dalam kamar mempelai wanita untuk

nipasirusa‟ atau dipersentuhkan. Kegiatan ini disebut mappasirusa‟ yaitu

mempelai pria harus menyentuh salah satu anggota tubuh mempelai

wanita. Kegiatan ini dianggap penting karena menurut anggapan sebagian

masyarakat konjo bahwa keberhasilan kehidupan rumah tangga kedua

mempelai tergantung pada sentuhan pertama mempelai pria terhadap

mempelai wanita. Penjelasan informan puang Marni mengenai adat

mappasirusa‟

Sentuhan pada buah dada melambangkan gunung dengan

harapan rejeki kedua mempelai menggunung, ubun-ubun,

yaitumengandung agar wanita tunduk kepada suaminya. Memegang

tangan mempelai wanita agar kelak keduanya langgeng. Setelah acara

mappasirusa‟ selesai, kedua mempelai dituntun untuk duduk di kursi

pelaminan yang telah disiapkan.

Analisis saya mengenai mappasirusa‟ (persentuhan pertama) adalah

mempelai pria menyentuh dada, dan ubun-ubun mempelai wanita dengan

melakukan sentuhan pertama, selesai mappasirusa‟ mempelai wanita

mencium tangan suaminya dan suaminya mencium dahi istrinya.

c. Upacara perjamuan

Upacara perjamuan dilakukan dengan melantai tau lesehan.

Hidangan nasi dengan berbagai lauk-pauknya serta kue-kue tradisional

Page 66: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

54

khas konjo dihidangkan di meja yang diberi alas kain yang panjang

berwarna warni. Rombongan mempelai pria berpamitan kepada pihak

keluarga mempelai wanita. Sementara itu, pengantin pria serta

rombongannya. Karena mempelai pria harus melakukan acara basa

bersama mempelai wanita.

Menurut analisis saya upacara perjamuan adalah menjamu tamu-

tamu yang datang, serta rombongan keluarga pria dengan hidangan di

meja yang beralaskan kain berwarna-warni, yang biasa dilakukan di lantai

atau lesehan.

d. Lampa basa

Lampa basa adalah kunjungan balasan dari pihak mempelai

wanita ke rumah mempelai pria. pengantin wanita diantar oleh iring-iringan

yang biasanya membawa hadiah sarung tenun untuk keluarga suaminya.

Setelah mempelai wanita dan pengiringnya tiba di rumah mempelai pria,

mereka langsung disambut oleh wali mempelai pria dan diberiakn cincin

emas sebagai tanda kegembiraan. Mempelai wanita di bawah masuk ke

rumah sebagai tanda pengenalan dan penyambutan kepada keluarga

mempelai pria. setelah duduk sejenak di dalam runah kedua mempelai di

bawa ke pelaminan untuk duduk pengantin, dan para tamu memberikan

ucapan selamat.

Analisis saya tentang lampa basa adaah kunjungan balasan

pertama kalinya antara mempelai pria dan wanita yang dilakukan dengan

Page 67: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

55

membawa kue tradisional beserta jenis-jenis yang lainnya dalam budaya

masyarakat Alorang.

3. Upacara Pasca Pernikahan

Setelah upacara pernikahan dilangsungkan, masih terdapat

sejumlah kegiatan yang juga dilakukan sebagai bagian dari adat

pernikahan, yaitu:

a. Ziarah kubur

Sehari setelah pernikahan berlangsung, kedua pengantin baru

bersama keluarga sang istri melakukan ziarah ke kuburang leluhur.

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai penghormatan dan rasa syukur bahwa

keluarga mereka telah melaksanakan pesta pernikahan.

Menurut saya ziarah kubur adalah berziarah ke makam para

leluhur dengan menaburkan sebuah bunga, atau daun pandang yang

sudahb diiris kecil yang dijadikan sebagai bunga, ditaburkan di atas

kuburan para leluhur.

b. Upacara Penyajian Pada Leluhur

Upacara seperti ini dilakukan dengan membawa sesaji pada pohon

yang dianggap keramat, dan kepada roh-roh setempat menunjukkan

bahwa apa yang diyakini oleh masyarakat tradisional Alorang, yang masih

saja menganut kepercayaan-kepercayaan pendahulu mereka.

Analisis saya mengenai masalah upacara penyajian pada leluhur,

yaitu membawa sesaji ke tempat-tempat yang keramat. Contohnya ke

sumur tua dan sungai kecil. Menurut pemahaman masyarakat Alorang

Page 68: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

56

bahwa bahwa di tempat itu dihuni seekor gurita dan ular kecil yang

merupakan leluhur mereka.

c. Bertemu Besan

Kunjungan kedua orang tua pengantin laki-laki bersama beberapa

kerabat dekat ke rumah pengantin wanita untuk bertemu dengan besannya

(orang tua pengantin wanita). Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada

malam harinya yakni seusai acara satu hari setelah pesta pernikahnan

selesai. Tujuannya adalah untuk bersilaturrahmi dan saling mengenal antar

kedua keluarga secara lebih dekat. Dalam kunjungan tersebut, rombongan

orang tua pengantin pria membawa rantang danpanci yang berisi buras,

gogos, serta kue-kue tradisional untuk keluarga pengantin wanita.

Analisis saya mengenai bertemu besan (bangngi matoang)

merupakan proses kunjungan orangtua beserta keluarga pengantin pria

dan wanita, yang dilakukan secara bergantian. Artinya orangtua pria

dahulu yang berkunjung ke rumah pengantin wanita, baru keluarga wanita

yang datang ke tempat pria tersebut. Dengan membawa berupa kue

tradisional, buras dan gogos.

C. Kandungan Nilai-Nilai Dalam Budaya Perkawinan Masyarakat

Alorang Kecamtan Herlang Kabupaten Bulukumba

Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya perkawinan masyarakat

Alorang Kecamatan herlang Kabupaten Bulukumba sebagai berikut:

Page 69: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

57

1. Upacara Pra Pernikahan

a. Penjajakan

Penjajakan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rahasia

oleh seorang perempuan dari pihak laki-laki untuk memastikan apakah

gadis yang telah dipilih sudah ada yang mengikatnya tau belum. Menurut

pandangan Islam adalah di dalam agama Islam telah ditekankan

bahwasanya seorang gadis yang telah dipinang oleh pihak pertama maka

diharamkan pihak kedua untuk melakukan pinangan juga karena ini bisa

memecah belah persaudaraan dan kekeluargaan sesama muslim.

b. Adduta atau assura (meminang)

Adduta atau assuro artinya pihak laki-laki mengutus beberapa orang

terpandang, baik dari kalangan keluarga maupun selain keluarga, untuk

menyampaikan lamaran kepada pihak keluarga gadis.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 235 Allah Swt berfirman:

Terjemahannya:

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan

sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini

mereka) dalam hatimu…. (Departement Agama RI, 1989:57)

c. Pengukuhan Kesepakatan

Mengukuhkan kesepakatan kembali kesepakatan-kesepakatan

yang telah dibuat sebelumnya. Nilai-nilai Islam yang terkandung di

Page 70: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

58

dalamnya adalah sangat Islam tidak menyukai keraguan-keraguan, itulah

sebabnya dilakukan pengukuhan kembali.

a. Menyebarkan Undangan

Mewartakan berita mengenai perkawinan putra-putri mereka

kepada pihak keluarga yang dekat, para tokoh masyarakat dan para

tetangga. Di mana Rasulullah Saw pernah berkata siarkanlah nikah ini,

adakanlah di mesjid-mesjid dan pukullah rebana-rebana untuk kemeriahan

pernikahan ini.

b. Pakanretamma‟ Dan Pembacaan Barazanji, Yaitu Khatam Al-Quran

Dan Pembacaan Barazanji

Yang dimaksud dengan pakanre tamma adalah khatam Al-quran.

Sebagai umat Nabi Muhammad Saw yang dikaruniakan kitab suci Al-

quran, maka kita wajib untuk khatam Al-quran.

c. Mappaccing

Mappaccing adalah mensucikan diri pada malam menjelang hari

pernikahan bersuci ada dua macam yaitu bai dan zhahir. Adapun bersuci

secara batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan

maksiat. Hal ini dilakukan denganbertobat dari segala dosa dan maksiat,

membersihkan hati dari kotoran-kotoran syirik, perasaan ragu, dendam,

khianat, dan sifat tercela lainnya. Adapun bersuci secara zhahir dilakukan

dengan membersihkan kotoran dan hadas.

Page 71: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

59

2. Resepsi Atau Pesta Pernikahan

a. Akad Nikah

Sangatlah jelas bahwa nilai-nilai yang dapat diambil dari sini yaitu

untuk mengesahkan hubungan suami istri. Sebagaimana disebutkan

dalam Surah Maidah Ayat 5, Allah Swt berfirman:

Terjemahannya:

“Pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan

(sembelihan) orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan

makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan

mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-

wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan

di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum kamu, bila kamu

telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya,

tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya

gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak

menerima hukum-hukum Islam). Maka hapuslah amalannya dan ia

di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. Ada yang mengatakan

wanita-wanita yang merdeka. (Departemen Agama RI, 1989:158)

b. Persentuhan Pertama

Kegiatan pasirusa‟ yaitu mempelai pria harus menyentuh salah satu

anggota tubuh mempelai wanita. Hal seperti ini merupakan sesuatu yang

tidak ada di dalam ajaran islam.

Page 72: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

60

c. Lampa Basa

Lampa basa adalah kunjungan balasan dari pihak mempelai

wanita ke rumah mempelai pria. pengantin wanita di antar oleh hiring-

iringan yang biasanya membawa hadiah sarung tenun untuk keluarga

suaminya. Nilai-nilai islam yang terkandung di dalamnya adalah bahwa

sebagai umat islam yang kita diwajibkan menyambung tali silaturrahmi

yakni saling mengunjungi.

3. Upacara Pasca Pernikahan

a. Ziarah Kubur

Ziarah kubur dimaksudkan untuk mendoakan para leluhur mereka

dan juga sebagai penghormatan serta rasa syukur mereka karena telah

mengadakan pesta perkawinan. Nilai-nilai islam yang terkandung di

dalamnya adalah rasulullah saw pernah berkata sungguh dahulu aku

melarang kalian siarah kubur (kemudian nabi Muhammad di izinkan

menziarahi kubur ibunya) maka sekarang ziaralah, karena ziarah itu akan

mengingatkan kepada kehidupan akhirat.

b. Bertemu Besan

Sama halnya dengan lampabasa yang tujuannya adalah untuk

menyambung silaturrahmi dan mempererat hubungan kekerabatan. Maka

islam sendiri sangat mendukung hal ini, ini sesuai dengan banyaknya ayat

maupun hadits yang menuntun kita untuk berbuat baik, saling tolong

menolong dalam kebaikan dan saling mengunjungi satu sama lain.

Page 73: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

61

D. Tinjauan Pendidikan Islam Terhadap Budaya Perkawinan

Masyarakat Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba.

Upacara budaya perkawinan masyarakat Alorang merupakan

hasil budi dan daya masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidupnya di

dalam mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana

telah dicantumkan di dalam surah Al Ikhlas:

Terjemahannya:

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala

sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

(Departemen Agama RI, 1989:1118)

Mengenai analisis saya tentang ayat di atas bahwa ayat ini

menegaskan tentang kemurnian ke Esaan Allah Swt, yang akan selalu

mengabdikan diri terhadap tuhan yang Maha Esa, meski dalam

perkawinan ini masih banyak mendalami kemusyrikan akan tetapi pada

dasarnya budaya perkawinan banyak pula yang terkandung nilai-nilai

islam, seperti halnya dalam proses barazanji,dengan adanya khatam Al-

quran, dan bahkan pula meski sibuk dengan persiapan perkawinan

tersebut, sebagai umat beragama akan tetap mengingat kepada Tuhan

yang Maha Esa untuk menjalankan shalat lima waktu.

Page 74: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

62

Upacara budaya perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat

Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba bila ditinjau dari segi

tujuan dan pelaksanaannya dapat digolongkan dalam bentuk upacara

perkawinan yang mengandung nilai-nilai islam, antara lain:

1. Nilai Aqidah

Aqidah atau keimanan dalam islam merupakan hakekat yang

meresap ke dalam hati dan akal iman merupakan pedoman dan pegangan

yang terbaik bagi manusia dalam mengarungi kehidupan. Iman menjadi

sumber kehidupan yang paling luhur, pendidik karakter dan akhlak bagi

manusia. Sehingga dengan iman tersebut manusia dapat mengatur

keseimbangan harmonis antara jasmani dan rohani.

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang saklar setelah aqidah

dan keimanan. Kesamaan aqidah dalam sebuah rumah tangga sangat

penting, agar tujuan yang hendak dicapai antara suami dan istri dapat

dipersatukan dan dapat memberikan faedah yang optimal serta sempurna

tanpa ada yang kurang dan saling berbenturan. Prosesi pemilihan jodoh

yang merupakan tahap awal dalam upacara budaya perkawinan

masyarakat Alorang.

Kesamaan agama menjadi hal utama dalam memilih calon istri

sebelum ditelusuri kriteria-kriteria yang lain sesuai dengan standar yang

dikehendaki. Dengan agama seseorang akan menjadi kaya, dan menjadi

manusia yang baik dan dapat mewujudkan kehidupan yang sempurna

Page 75: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

63

bagi suami istri. Pendidikan utama bagi anak-anak serta kehormatan dan

ketenangan keluarga yang diidam-idamkan.

Aspek aqidah lain dapat ditelusuri dalam tradisi pakanretamma‟

yaitu pengantin perempuan membaca Al-qur‟an meskipun hal ini bukanlah

ketentuan islam akan tetapi amalan ini terus dilakukan untuk menguji

kemantapan beragam calon pengantin.

2. Nilai Ibadah

Di samping nilai aqidah,terdapat juga nilai-nilai islam lainnya yaitu

nilai ibadah. Nilai-nilai di sini adalah nilai-nilai islam yang pernah dilakukan

nabi saw, sahabat nabi saw, dan para ulama. Antara lain adalah adat

madduta atau adat massuro. Setelah seorang laki-laki menemukan calon

istri yang dipilih berdasarkan nilai-nilai islam, maka iya memulai tahapan

selanjutnya yaitu akad nikah. Akad nikah ialah halalnya bergaul antara

laki-laki dan perempuan dalam ikatan suami istri secara syar‟i untuk

mendapatkan ketenangan jiwa, melahirkan keturunan yang sholeh dan

bekerja sama dalam membangun keluarga dan pendidikan anak.

Adapun nilai-nilai pendidikan islam pada akad perkawinan

masyarakat Alorang adalah syarat-syarat perkawinan itu sendiri, yaitu:

a. Adanya calon pengantin laki-laki dan perempuan yang keduanya

beragama islam dan tidak terikat secara nasab perkawinan dan

sesusuan.

Page 76: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

64

b. Niat nikah untuk selamanya.

c. Kerelaan dari mempelai wanita.

d. Kerelaan suatu upacara akad nikah tidak sah tanpa kehadiran dan

persetujuan wali, karena keridhaan wali adalah salah satu syarat

sahnya perkawinan. Hal ini dilakukan guna mengangkat kaum derajat

perempuan yang merupakan hal-hal yang tepat terhadap tindakan

yang mengandung fitnah dari masyarakat sekitar khususnya sanak,

kerabat, mempelai wanita.

e. Adanya saksi untuk menjaga hak-hak jika terjadi pertengkaran dari

salah satu pihak.

f. Mahar.

g. Adanya ucapan ijab dan qabul sebagai bukti kesediaan dari kedua

belah pihak.

Aspek pendidikan islam adalah khatamul qur‟an atau

pakanretamma‟, dalam islam kita diperintahkan supaya membaca Al-

qur‟an serta menjaga hafalan jangan sampai hilang. Upacara khatam

qur‟an bagi calon perempuan biasanya dilakukan sebelum memasuki

acara mappaccing. Aspek lainnya adalah walimah atau pesta pernikahan.

Menurut budaya masyarakat Alorang setiap perkawinan harus diumumkan

sebagai pernyataan rasa gembira meskipun hanya mengadakan

syukuran, menyiarkan perkawinan merupakan sunnah rasulullah. Walimah

budaya masyarakat Alorang biasanya berlangsung dua sampai tiga hari,

mengingat kemungkinan tamu atau sanak kerabat yang datang dari

Page 77: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

65

tempat yang jauh. Hal ini diperbolehkan juga dalam islam. Masyarakat

Alorang saling membantu dan bergotong royong dari awal sampai akhir

acara. yang mana telah di paparkan oleh Ustadz Asriadi, dan Ibu Kartina,

bahwa:

Perkawinan ini dilaksanakan pula berdasarkan dalam hukum islam

yang sudah menjadi ketentuan di dalamnya, seperti halnya imam

menikahkan kedua mempelai itu karena Allah semata

(wawancara,22 juli:2015)

Sedangkan Sukmawati dan Ibu Eni mengatakan bahwa:

Pendidikan islam dalam perkawinan, memiliki peran yang begitu

banyak karena perkawinan ini memang didasari dalam islam, dan

banyak mengandung nilai-nilai islam yang berlaku dalam prosesi

perkawinan, seperti halnya mulai dari awal pencarian jodoh

sampai dengan selesainya perkawinan itu, karena tata cara

pelaksanaannya didasari dalam pendidikan islam.(wawancara,23

juli 2015).

Analisis saya mengenai pendidikan islam itu memiliki peran dalam

perkawinan, yang dapat menjadikan sahnya perkawinan tersebut, di mana

perkawinan terlaksana berdasarkan dengan ketentuan islam yang berlaku

seperti halnya dalam buku nikah,tercantumnya banyak hal di dalamnya,

yang di taati, sebagai umat islam.

3. Nilai Akhlak

Masyarakat Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

sangat menekankan akhlak dalam segala aspek kehidupan, terutama

menyangkut upacara adat. Mereka melaksanakan dengan benar serta

menjunjung tata susila yang tinggi. Karena mereka menganggap bahwa

Page 78: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

66

akhlak bukanlah sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan lahir

tetapi merupakan satu dimensi kehidupan seorang muslim yang

mencakup aqidah, ibadah yang diajarkan Allah melalui perantaraan Nabi.

Dalam perkawinan masyarakat Alorang terdapat nilai-nilai etika

yang tinggi baik diungkapkan secara nyata maupun secara simbol,

misalnya dalam adat pemilihan jodoh, akhlak perempuan menjadi fokus

kedua setelah agama begitu pula sebaliknya. Perilaku keluarga kedua

belah pihak turut menjadi sorotan karena mereka percaya bahwa seorang

suami istri yang baik akan melahirkan keturunan yang baik pula. Di

samping itu, seorang suami maupun istri yang berakhlak baik akan

membawa kebaikan untuk dunia dan akhirat. Dalam upacara madduta

atau massuro mengandung nilai-nilai sopan santun yang tinggi. Upacara

madduta atau massuro tidak dilakukan sendiri oleh orang tua pihak laki-

laki yang ingin menikah, tetapi diwakilkan kepada kerabat atau orang yang

lebih dihormati serta lebih berpengalaman. Konsep perwakilan yang

digunakan masyakat Alorang melambangkan kehalusan budi, yaitu dalam

menyampaikan niat. Mereka tidak bertanya langsung kepada pihak

keluarga perempuan karena menurut mereka tidak sopan orang yang

berkepentingan berbuat demikian.

4. Nilai Budaya

Budaya memang selalu menyajikan sesuatu yang khas dan unuk,

karena pada umumya dikatakan sebagai proses atau hasil cipta,

rasa dan hasil karya dalam upaya menjawab tantangan

kehidupan yang berasal dari alam sekitarnya (sumiah 2003:1)

Page 79: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

67

Pada pemahaman yang lebih sederhana budaya merupakan hasil

karya manusia yang tanpa disadari menjadi adat istiadat bahkan menjadi

suatu peradaban (Koentjadiningrat,1984:322). Hal ini biasanya tercermin

dalam suatu upacara, dalam upacara manusia biasanya mengespresikan

apa yang menjadi kehendak dan fikiran, dengan fikiran dan perbuatan

pada akhirnya menjadi suatu tradisi. Dalam perkembangannya upacara

adat perkawinan tidak lagi sesuai dengan pelaksanaan semula. Upacara

adat awalnya dilakukan begitu sakral dan hikmat, tetapi sekarang hanya

merupakan upaya melaksanakan tradisi serta mempererat tali silaturrahmi

mereka, serta lebih pada hiburan dan tontonan semata.

Berbicara tentang masalah perkawinan sangatlah begitu menarik,

sebab banyak hal yang perlu kita teliti dan perlu disadari dalam budaya

perkawinan tersebut. Nah, disini perlu disadari bahwa perkawinan ini

banyak hal, atau sebuah kasus di dalamnya, khususnya perkawinan di

Lingkungan Alorang ini sendiri. Kasus dalam perkawinan ini, merupakan

simbol yang utama yang harus diteliti dan di koreksi karena bertentangan

di dalam ajaran islam, contoh sebuah kasus yang di maksudkan ini, yaitu

dengan adanya istilah barazanji, mencari bulan,tanggal dan hari yang baik

dalam pelaksanaan perkawinan, mappaccing, Adanya upacara-upacara

penyajian kepada leluhur, sesaji pada pohon yang dianggap keramat ,

dan kepada roh-roh setempat menunjukkan bahwa apa yang diyakini oleh

masyarakat tradisional Alorang masih menganut kepercayaan-

kepercayaan pendahulu mereka. Masih banyak yang lainnya yang

Page 80: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

68

mengarah kemusyrikan, dan tidak sesuai dengan ketentuan dalam islam.

Dengan hal-hal seperti inilah yang perlu diluruskan dan diberikannya

pemahaman kepada masyarakat, supaya kegiatan ritual-ritual ini

dihilangkan. Perlu kita ketahui cara penyelesaian sebuah kasus dalam

perkawinan ini, yang mana telah dipaparkan oleh Ra‟jako sebagai tokoh

agama dan Andi Sukman sebagai tokoh adat mengatakan bahwa:

Penyelesaian sebuah kasus dalam perkawinan ini, membutuhkan

waktu yang berkepanjangan, dan itu sulit untuk dirubah secara

cepat karena pemahaman masyarakat sangatlah kurang. Budaya

yang seperti ini perlu dihilangkan secara bertahap atau secara

berangsur-angsur, bukan secara langsung.(wawancara, 23 juli

2015).

Sedangkan menurut Rahmatia dan Dedi mengatakan bahwa:

Penyelesaian sebuah kasus dalam perkawinan ini yang tidak

sesuai di dalam ajaran islam memiliki proses yang begitu lama,

karena harusnya memberikan pemahaman kepada masyarakat

secara perlahan-lahan, dan tidak boleh mengenal kata bosan

untuk memperingati masyarakat bahwa apa yang dilakukan

dalam budaya perkawinan ini salah, dan tidak sesuai ketentuan

islam. (wawancara, 25 juli 2015)

Menurut saya mengenai cara penyelesaian sebuah kasus dalam

perkawinan yang tidak sesuai dalam ajaran islam yaitu memberikan

pemahaman kepada masyarakat Alorang bahwa budaya perkawinan yang

dilakukan itu,banyak hal yang tidak sesuai dalam tuntunan islam, oleh

sebab itu pemahaman yang diberikan kepada masyarakat Alorang

tersebut, dilakukannya secara perlahan-lahan. Karena masyarakat ini

Page 81: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

69

tidak langsung paham terhadap budaya yang dilakukannya itu, banyak

yang tidak sesuai di dalam syariat islam.

Page 82: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari rangkaian pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Islam adalah agama yang syumul (universal), agama yang

mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu dalam kehidupan

ini, yang tidak di jelaskan di dalam islam baik itu di dalam Al-qur‟an

maupun As-Sunnah dan tidak ada satupun masalah yang tidak di

sentuh oleh nilai islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan

sepeleh. Termasuk tata cara perkawinan yang menurut islam yang

begitu agung dan mulia, adapun tata cara pelaksanaan perkawinan

menurut pendidikan islam yaitu: meminang, mahar, wali, dan pesta

perkawinan (walima).

2. Pelaksanaan upacara perkawinan menurut budaya masyarakat

Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba terdiri atas tiga

tahap: tahap pertama, upacara pra perkawinan yang terdiri dari:

pemilihan jodoh, accarita rua-rua, madduta, pengukuhan

kesepakatan, pengedaran undangan, khatam Al-qur‟an dan

pembacaan barasanji serta mappaccing. Upacara kedua yaitu:

akad nikah, mappasirusa‟. Upacara pasca perkawinan, siarah

kubur, bertemu besan. Hal ini merupakan rangkaian upacara

Page 83: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

71

3. peninggalan nenek moyang zaman dahulu yang diwariskan secara

turun temurung kepada masyarakat Alorang.

4. Perkawinan budaya masyarakat Alorang yang rangkaian

pelaksanaannya memiliki suatu makna tertentu. Setiap tahapan-

tahapan mulai dari proses penyelidikan sampai pada acara resepsi

perkawinan memiliki maksud, pesan dan harapan, yang bermanfaat

untuk kedua calon pengantin yang akan menjalani kehidupan

berumah tangga. Upacara adat perkawinan masyarakat Alorang,

tidak terlepas dari perpaduan atau keterkaitan budaya masyarakat

bugis pada umumnya dan masyarakat Alorang pada khususnya,

dengan unsur pendidikan islam. Akan tetapi dalam budaya ini

banyak hal yang tidak sesuai dengan syariat islam. Kasus yang

seperti inilah yang ingin dipecahkan dan memberikan pula

pemahaman kepada masyarakat Alorang bahwa budaya yang

diterapkan dalam Lingkungan Alorang ini haruslah sesuai dengan

nilai-nilai islam yang terkandung di dalamnya. Dalam unsur

pendidikan islam terdapat nilai aqidah, nilai akhlak, nilai ibadah

yang kesemuanya saling menopang satu sama lainnya. Unsur

islam itu terdapat dalam isi, makna dan simbol dari upacara budaya

perkawinan.

Page 84: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

72

B. Saran

Dari penelitian yang dilakukan penulis mempunyai harapan agar

masyarakat Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba pada

umumnya dan tokoh adat pada khususnya untuk tetap melestarikan

budaya perkawinan yang mengandung nilai-nilai islam.

1. Diharapkan kepada tokoh masyarakat agar dapat memahami bentuk

budaya perkawinan menurut islam.

2. Kepada tokoh pemangku adat yang melestarikan budaya perkawinan

masyarakat Alorang Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba

supaya bisa mengadaptasikannya dengan perkawinan sesuai

pendidikan islam.

3. Diharapkan kepada masyarakat setempat agar dapat melestarikan

budaya perkawinan masyarakat Alorang Kecamatan Herlang

Kabupaten Bulukumba sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung

dalam pendidikan islam.

4. Sebagai akademik kita harus membedakan mana syariat dan mana

adat, kalau adat dan tidak bertentangan dengan syariat maka itu di

katakan Al-ur‟uf.

5. Menikah karena kawin paksa merupakan hal yang sulit dihadapi oleh

kedua mempelai calon pengantin, dibandingkan menikah dengan

suka sama suka. Oleh sebab itu, perceraian sering kali terjadi di

kalangan orang yang menikah karena kawin paksa, dibandingkan

orang yang menikah karena suka sama suka. Menikah dengan calon

Page 85: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

73

pendamping, yang perlu dilihat adalah dari segi agama dan

akhlaknya. Jadi, diharapkan agar sistem perjodohan, atau kawin

paksa itu, dihilangkan pada kalangan masyarakat Alorang kec.

Herlang Kab. Bulukumba, karena budaya seperti itu tidak termasuk

pula di dalam syariat Islam.

Page 86: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

74

DAFTAR PUSTAKA

Alqur‟anul Karim

Abdul fatah rohadi. Analisis fatwa keagamaan. Jakarta. Bumi aksara. April 2006

Abdul Shaleh Rachman. Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak

Bangsa. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2005.

Al-ghazali. Memahami Islam Cara Terbaik Menanamkan Nilai-Nilai Agama. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Februari 2002.

Ali Muhammad Daud. Hukum Islam Dan Peradilan Agama. Jakarta. PT

Raja Grafindo Persada. Agustus 2002.

Anam Mishabul Syaik Dan Asfari Syahrillah. Menjaga Cinta Dan Ridha Allah Yang Abadi. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. 2005.

Asy-Sya Mutawalli Rawi. Istri Salehah. Jakarta. Daar Raudhah Kairo. Agustus 2004

Daftary Farhad. Tradisi-Tradisi Intelektual Islam. London. Erlangga. 2002.

Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2002.

Dauly Putra Haidar Dan Pasa Nurgaya. Pendidikan Islam Dalam Lintasan

Sejarah. Jakarta. Kecana Prenada Media Group. Mei 2013. Djamaluddin Dan Aly Abdullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam.

Bandung. CV Pustaka Setia. September 1999. Eoh. O. S. Perkawinan Antara Agama Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta.

Pt Raja Grafindo Persada. Februari 2001.

Getting Rahman. Pendidikan Islam. Yayasan Al-Ahkam. Ujung Pandang.

Husain Syahatah. Mempermudah Pernikahan Suatu Keharusan. DKI Jakarta. Pustaka Azzam . Oktober 2005.

Ilyas Nurdin. Pernikahan Yang Suci. Jakarta. Celeban UH III/631. November.

Joko Prasetya Tri. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Rineka Cipta. 1998.

Kazhim Nabil. Buku Pintar Nikah Strategi Jitu Menuju Pernikahan Sukses. Samudera. Erlangga. Agustus 2007.

Page 87: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

75

Ramulyo Idris. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta. Bumi Aksara 2002.

Setiady, Tholib, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan), Alfabeta, Bandung. 2009.

Sumiah, Islam Dan Pergaulan Budaya Jawa, Terajun, Jakarta. 2003.

Soekanto Soerjono. Sosiologi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. September 2003.

Syafi‟I Umam Dan Ulfiah Ufi. Ada Apa Dengan Nikah Berbeda Agama?. Tangerang. Qultummedia. 2002.

Tholib, M., Perkawinan Menurut Islam, Al-Ikhlas, Surabaya. 1993.

Wignjodipero, Soeroso, Asas-Asas Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta.1988.

Page 88: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …
Page 89: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

BUDAYA PERKAWINAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM

(STUDI KASUS PERKAWINAN DI LINGKUNGAN ALORANG

KECAMATAN HERLANG KABUPATEN BULUKUMBA)

A. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan terakhir :

Status perkawinan :

1. Tidak menikah ( ) 2. Menikah ( )

B. Daftar Pertanyaan

1. Budaya apakah yang anda pakai pada saat melangsungkan

perkawinan?

2. Bagaimana proses perkawinan dalam budaya masyarakat

Alorang (dimulai dari proses pelamaran sampai pesta

perkawinan)?

3. Apa yang dimaksud dengan upacara adat mappaccing?

4. Apa yang dimaksud dengan upacara adat mappasirusa‟?

5. Bagaimana jika salah satu dari budaya perkawinan tidak

dilakukan?

6. Adakah yang berubah dari tradisi budaya perkawinan

masyarakat Alorang?

7. Bagaimana menurut anda mengenai budaya perkawinan

masyarakat alorang?

Page 90: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

8. Adakah kesulitan yang anda dapatkan dalam melakukan tradisi

budaya perkawinan masyarakat Alorang?

9. Apakah budaya perkawinan masyarakat Alorang dipengaruhi

oleh budaya perkawinan di luar dari masyarakat Kabupaten

Bulukumba?

10. Menurut anda, apakah ada kaitan antara budaya perkawinan

masyarakat Alorang dengan tata cara perkawinan menurut

Pendidikan Islam?

Page 91: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

FOTO-FOTO PERKAWINAN DI LINGKUNGAN ALORANG KEC.

HERLANG KAB. BULUKUMBA PADA SAAT PENELITIAN

A. Foto-Foto Pada Saat Acara Barazanji

B. Foto-Foto Pada Saat Acara Mappaccing

Page 92: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

C. Foto-Foto Hari Akad Nikah Dan Resepsinya

Page 93: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …
Page 94: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …
Page 95: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …
Page 96: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …
Page 97: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …
Page 98: BUDAYA PERNIKAHAN DALAM TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM …

RIWAYAT HIDUP

Asniati, lahir dari rahim seorang ibu yang sangat tulus

dan penuh kasih sayang, Tanuntung, pada tanggal 24

Agustus 1990. Anak keempat dari lima bersaudara,

buah hati dari pasangan Sune‟ dan Arta. Adapun

jenjang pendidikan penulis yang pernah dilalui yaitu

penulis memulai pendidikan pada Tahun 1997-2003,di SD Negeri 193

Tanuntung Kec. Herlang Kab. Bulukumba Prov. Sulawesi Selatan pada

tahun 2003. Di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 2 Herlang dan lulus pada tahun 2006. Selanjutnya penulis masuk

di SMA Negeri 1 Herlang di Kab. Bulukumba dan selesai pada tahun

2009. Kemudian pada tahun 2011, penulis menempuh pendidikan ke

tingkat Perguruan Tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar,

Program Strata Satu (S1) di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada

Fakultas Agama Islam sampai pada tahun 2015.