Budaya Organisasi Dan Kinerja Perusahaan
-
Upload
ilhamwardana -
Category
Documents
-
view
58 -
download
11
Transcript of Budaya Organisasi Dan Kinerja Perusahaan
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………2
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………...
…….3
1. Latar Belakang………………………………………………………….3
2. Rumusan Masalah……………………………………………………....3
3. Tujuan Makalah………………………………………………………...3
4. Manfaat Makalah……………………………………………………….4
Bab II
Tinjauan Pustaka………….………........………………………………………5
A. Apakah Budaya Orgaisasi itu?................................................................5
B. Proses Penciptaan Budaya......................................................................7
C. Fungsi Budaya............................................…………………….............9
D. Bagaimana Karyawan memperlajari Budaya……………….................11
E. Budaya Nasional dan Budaya Organisasi………………………...........12
F. Menciptakan Budaya Organisasi yang Etis...............….....…………....13
G. Spiritualitas dan Budaya Organisasional………………………………13
BAB III Kesimpulan……………………………………………………………...
…….17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….………..18
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “Budaya
Organisasi”. Dalam penyelesaian makalah ini, kami juga dibantu oleh
banyak pihak. Kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Suharnomo, S.E.,
M.Si dan Bapak Drs.H. Mudji Rahardjo, SU. yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tak
lupa kami juga berterima kasih kepada beberapa pihak yang tidak dapat
kami sebutkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua khususnya bagi kami. Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun kami selalu
siap menerima setiap kritik serta saran untuk pembelajaran kami
selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Semarang, 15 September 2013
Kelompok I
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Budaya organisasi mengacu pada suatu sistem makna bersama
yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari
organisasi-organisasi lain atau merupakan seperangkat karakteristik utama
yang dihargai oleh organisasi itu. Budaya organisasi dapat dijadikan alat
untuk mempertinggi komitmen organisasi dan meningkatkan eksistensi
perilaku karyawan. Setiap organisasi mempunyai karakteristik masing-
masing dengan kata lain, masing-masing organisasi mempunyai
karakteristik yang berbeda yang dianut oleh semua anggotanya. Dalam
makalah ini, kami tunjukan bahwa setiap organisasi mempunyai budaya,
dan bergantung kepada kekuatannya, budaya dapat mempunyai pengaruh
yang bermakna pada sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi.
2. Rumusan Masalah
Dari apa yang dipaparkan diatas Budaya organisasi memiliki
pengaruh terhadap sikap dan perilaku anggota-anggota dalam organisasi.
Dari latar belakag tersebut, kami rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah budaya Organisasional itu?
2. Apakah organisasi mempunyai budaya yang seragam?
3. Apakah Fungsi Budaya?
4. Bagaimana Proses Penciptaan Budaya?
5. Bagaimana menciptakan dan mempertahankan budaya?
6. Bagaimana karyawan mempelajari budaya?
7. Bagaimana menciptakan budaya organisasi yang etis?
8. Bagaimana Spiritualitas dan Budaya organisasi?
3
3. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan pembuatan makalah adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari budaya organisasional.
2. Untuk mengetahui budaya yang memiliki seragam.
3. Untuk menetahui apakah fungsi budaya.
4. Untuk mengetahui bagaimana menciptkan dan mempertahankan
budaya.
5. Untuk mengetahui bagaimana karyawan mempelajari budaya.
6. Untuk mengetahui bagaimana menciptakan budaya organisasi yang
etis.
7. Untuk mengetahui spiritualitas dan budaya organisasi.
4. Manfaat Makalah
1. Menambah wawasan mengenai budaya organisasi.
2. Menjadi referensi dalam perkuliahan.
3. Menyelesaikan tugas yang diberikan dalam mata kuliah perilaku
keorganisasian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BUDAYA ORGANISASI
Budaya merupakan suatu istilah deskriptif yang dapat didefinisikan
sebagai nilai-nilai berkehidupan bersama, sedangkan organisasi adalah suatu
sistem perserikatan formal dari dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Stephen P Robbins, budaya organisasi adalah suatu persepsi
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi.
Budaya organisasi mengacu pada suatu system makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-
organisasi lain atau merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh
organisasi itu. Setiap karakteristik tersebut berada pada kontinum dari rendah ke
tinggi. Maka dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakterstik ini,
akan diperoleh gabungan atas budaya organisasi itu.
Budaya organisasi dapat dijadikan alat untuk mempertinggi komitmen
organisasi dan meningkatkan eksistensi perilaku karyawan. Setiap organisasi
mempunyai karakteristik masing-masing dengan kata lain, masing-masing
organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda yang dianut oleh semua
anggotanya.
Budaya organisasi adalah nilai inti yang disepakati bersama oleh para
anggota sehingga nilai inti tersebut dihargai oleh semua anggota organisasi.
Budaya organisasi ini diturunkan dari para pendiri organisasi dan diteruskan oleh
para penerusnya serta dipertahankan oleh seluruh anggota organisasi, misalnya
sebuah perusahaan terkenal dengan kecepatan pelayanan dan paling berani
mengambil resiko, karakter tersebut dipertahankan oleh seluruh anggoota
organisasi sehingga secara terus menerus tercipta dan berkembang serta
dimodifikasi sehingga dapat menuntun seluruh anggota organisasi.
5
B. PROSES PENCIPTAAN BUDAYA
Proses penciptaan budaya organisasi terjadi dalam tiga cara :
1. Pendiri hanya merekrut dan mempetahankan anggota-anggota yang se-idiologi,
sepikiran dan seperasaan dengan mereka.
2. Pendiri mensosialisasikan, menanamkan serta meng- indoktrinasi seluruh
anggota organisasi mengenai cara berfikir dan perilaku mereka.
3. Perilaku pendiri bertindak sebagai model bagi perilaku seluruh anggota dan
bertindak sebagai pendorong bagi seluruh anggota untuk mengidentifikasi dan
akhirnya dapat menginternalisasi keyakinan, nilai dan asumsi dari pendiri
tersebut. Apabila organisasi mencapai keberhasilan dan kesuksesan, visi dari para
pendiri tersebut dijadikan sebagai acuan dan faktor utama dari keberhasilan dan
kesuksesan tersebut sehingga seluruh pemikiran, perilaku dan kepribadian pendiri
melekat dalam budaya organisasi.
Makna bersama dari budaya organisasi dijadikan sebagai alat potensial
untuk menuntun dan membentuk perilaku.
Terdapat budaya organisasi yang kuat dan lemah, budaya yang kuat
akan lebih berpengaruh terhadap perilaku semua anggotanya. Dalam budaya yang
kuat nilai-nilai yang inti dari organisasi tersebut dipegang teguh dan dijunjung
bersama. Sedangkan dalam budaya yang lemah nilai-nilai tersebut tidak
berdampak luas terhadap seluruh anggota organisasi serta nilai-nilai inti dari
organisasi tersebut tidak dipegang teguh.
Dalam budaya organisasi yang kuat, memiliki pengaruh yang kuat
terhadap prilaku para anggotanya, sehingga seluruh anggota organisasi tahu apa
yang diharapkan oleh organisasi dari mereka. Budaya yang kuat menunjukkan
kesepakatan yang tinggi akan tujuan dari organisasi. Keharmonisan tujuan ini
akan membangun kebersamaan, loyalitas dan komitmen keorganisasian sehingga
memperkecil kecendrungan anggota untuk meninggalkan organisasinya.
Suatu budaya organisasi yang kuat mempengaruhi perilaku anggota
organisasi/karyawan tersebut. Agar seluruh karyawan berperilaku yang baik dan
sesuai dengan tujuan perusahaan yang ingin dicapai, maka perlu ditanamkan
budaya organisasi yang kuat dan baik sesuai dengan harapan perusahaan.
6
Budaya organisasi yang kuat akan lebih berpengaruh dibandingkan dengan
budaya organisasi yang lemah. Jika budayanya kuat dan mendorong kualitas etika
yang tinggi hal tersbut pasti akan berpengaruh kuat dan positif bagi perilaku
seluruh karyawan.
Sebaiknya dihindari penciptaan budaya organisasi yang kuat yang
mendorong sikap yang sangat agresif sebab hal tersebut bisa menjadi faktor yang
dominan dalam membentuk perilaku yang tidak etis. Sebagai contoh dalam
melakukan tekanan yang tidak henti-hentinya terhadap pencapaian target produksi
dan pendapatan kepada para eksekutif, mendorong dilanggarnya nilai-nilai etis
yang akhirnya berkontribusi terhadap kehancuran perusahaan.
Kinerja organisasi
Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah
pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam
Keban 1995). Hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari
tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Mengingat bahwa Raison d’etre dari suatu organisasi itu adalah untuk
mencapai tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi
tentang kinerja organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting.
Informasi tentang kinerja organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah
proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan
yang diharapkan atau belum. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak organisasi
yang justru kurang atau bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi
tentang kinerja dalam organisasinya.
Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-
indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas. Tanpa indikator
dan kriteria yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk
menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara : alternatif alokasi sumber
daya yang berbeda, alternatif desain-desain organisasi yang berbeda, dan diantara
7
pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda (Bryson, 2002).
Sekarang permasalahannya adalah kriteria apa yang digunakan untuk menilai
organisasi.
Sebagai sebuah pedoman, dalam menilai kinerja organisasi harus
dikembalikan pada tujuan atau alasan dibentuknya suatu organisasi. Misalnya,
untuk sebuah organisasi privat/swasta yang bertujuan untuk menghasilkan
keuntungan dan barang yang dihasilkan, maka ukuran kinerjanya adalah seberapa
besar organisasi tersebut mampu memproduksi barang untuk menghasilkan
keuntungan bagi organisasi. Indikator yang masih bertalian dengan sebelumnya
adalah seberapa besar efficiency pemanfaatan input untuk meraih keuntungan itu
dan seberapa besar effectivity process yang dilakukan untuk meraih keuntungan
tersebut.
Konsep Peningkatan Kinerja Organisasi
Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses
tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-
sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan
hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu organisasi.
Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama
diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi. Sederhananya, kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi,
yaitu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang pengelolaannya biasa
disebut sebagai manajemen.
Sebagai produk dari kegiatan organisasi dan manajemen, kinerja
organisasi selain dipengaruhi oleh faktor-faktor input juga sangat dipengaruhi
oleh proses-proses administrasi dan manajemen yang berlangsung. Sebagus
apapun input yang tersedia tidak akan menghasilkan suatu produk kinerja yang
diharapkan secara memuaskan, apabila dalam proses administrasi dan
manajemennya tidak bisa berjalan dengan baik. Antara input dan proses
8
mempunyai keterkaitan yang erat dan sangat menentukan dalam menghasilkan
suatu output kinerja yang sesuai harapan atau tidak.
Mengingat bahwa kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor input
dan proses-proses manajemen dalam organisasi, maka upaya peningkatan kinerja
organisasi juga terkait erat dengan peningkatan kualitas faktor input dan kualitas
proses manajemen dalam organisasi tersebut.
Berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja organisasi, maka pilihan
mana yang akan dioptimalkan penanganannya, apakah pada sisi internal
organisasi atau pada sisi eksternal organisasi, itu tergantung pada permasalahan
yang dihadapi organisasi.
C. FUNGSI BUDAYA
Budaya memilki sejumlah fungsi dalam organisasi yaitu:
1. Budaya sbg penentu batas-batas, artinya, budaya menciptakan perbedaan
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
2. Budaya memuat rasa identitas anggota organisasi.
3. Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih
besar daripada kepentingan individu.
4. Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial. Budaya adalah perekat
sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan
standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali sbg mekanisme
sense-making serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan
perilaku karyawan.
9
Budaya sebagai suatu beban
Dari titik pandang seorang karyawan, budaya bernilai karena mengurangi
kedwiartian. Budaya memberitahu para karyawan bagaimana segala sesuatu
dilakukan dan apa yang penting. Namun kita tidak boleh mengabaikan aspek
budaya yang secara potensial bersifat disfungsional. Teristimewa budaya yang
kuat, pada keefektifan suatu organisasi.
Penghalang terhadap perubahan
Budaya merupakan suatu beban, bilamana nilai-nilai bersama tidak cocok dengan
nilai yang akan meningkatkan keefektifan organisasi itu. Ini paling mungkin
terjadi bila lingkungan organisasi itu dinamis. Bila lingkungan itu mengalami
perubahan yang cepat, budaya yang telah berakar dari organisasi itu mungkin
tidak lagi tepat. Contohnya terjadi pada para eksekutif perusahaan seperti IBM,
Eastman Kodak, dan General Dynamics dalam belakangan ini dalam
menyesuaikan diri dengan pergolakan dalam lingkungan mereka. Perusahaan-
perusahaan ini mempunyai budaya yang kuat yang berhasil dengan baik untuk
mereka di masa lalu. Tetapi budaya kuat ini menjadi penghalang terhadap
perubahan ketika “bisnis seperti lazimnya” tidak lagi efektif. Bagi banyak
organisasi dengan budaya yang kuat. Praktik yang mendorong ke sukses
sebelumnya dapat mendorong ke kegagaln bila praktik-praktik itu tidak lagi
dicocokkan dengan baik pada kebutuhan lingkungan.
Penghalang terhadap keanekaragaman
Mempekerjakan karyawan-karyawan baru yang, karena ras, kelamin, etnis, atau
perbedaan lain, tidak sama dengan mayoritas anggota organisasi, menciptakan
suatu paradoks. Manajemen menginginkan karyawan baru itu menerima baik
budaya inti dari organisasi itu. Bila tidak, karyawan ini kecil kemungkinan cocok
atau dapat diterima.
Budaya yang kuat mengenakan tekanan yang cukup besar pada para karyawan
untuk menyesuaikan diri. Mereka membatasi rentang nilai dan gaya yang dapat
diterima.
10
Penghalang terhadap merjer dan pencaplokan
Secara historis faktor-faktor utama yang dipandang oleh manajemen dalam
mengambil keputusan merjer atau akuisisi dikaitkan dengan keuntungan finansial
atau sinergi produk. Tahun-tahun terakhir ini, kecocokan budaya telah menjadi
kepedulian yang primer. Walaupun suatu laporan keuangan atau lini produk yang
mendukung mungkin merupakan tarikan awal dari suatu calon akuisisi, apakah
akusisi benar-benar berhasil tampaknya lebih berurusan dengan betapa baik
budaya kedua organisasi itu setanding.
D. Cara karyawan mempelajari budaya perusahaan
Budaya perusahaan harus dipelajari dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Karena harus ada usaha-usaha khusus untuk itu agar karyawan lama
mentransformasikan element-elemen budaya perusahaan itu kepada karyawan
yang baru adapun proses transformasi ini dapat dilakukan melalui beberapa cara,
yaitu:
Cerita-cerita
yaitu cerita-cerita mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri
organisasi didalam memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti
sekarang merupakan hal yang baik untuk disebar luaskan. Bagaimana sejarah
pasang surut perusahaan dan bagaimana perusahaan mengatasi kemelut dalam
situasi tak menentu merupakan kisah yang dapat mendorong dan memotivasi
karyawan untuk bekerja keras.
Ritual/upacara-upacara
Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Didalam perusahaan
tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi
bagian-bagian hidup perusahaan sehingga tetap dipelihatra keberadaannya.
Contohnya selamatan wakru mulai musim giling dipabrik gula.
Simbol-simbol material
Simbol simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam ruang
kantor dan lain lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting
budaya organisasi yang harus diperhatiakan sebab dengan simbol itulah dapat
dengan cepat diidentifikasi bagaimana nilai, keyakinan, norma dan berbagai
11
hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota organisasi. Bahasa
merupakan salah satu media terpenting didalam mentransformasikan nilai
dalam suatu organisasi atau perusahaan, tiap bidang divisi, strata atau
semacamnya memiliki bahasa atau jargon yang khas yang kadang-kadang
hanya difahami oleh kalangan itu sendiri. Hal ini penting karena untuk dapat
diterima disuatu lingkungan dan menjadi bagian di suatu lingkungan dan
menjadi bagian dari lingkungan, salah atu syaratnya adalah memahami bahasa
yang berlaku dilingkungan.dengan demikian menjadi jelas bahwa merupakan
unsur penting dalam budaya perusahaan.
E. Budaya Nasional dan Budaya Organisasi
Budaya nasional memiliki komposisi tingkat nilai lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat prakteknya, sedangkan budaya organisasi
memiliki tingkat praktek yang lebih beragam dibandingkan tingkat nilainya.
Budaya nasional adalah program yang pertama yang tertanam kedalam diri
kita, nilai merupakan komponen terdalam dari program tersebut. Pada saat kita
dewasa biasanya nilai-nilai sudah tertanam dengan baik sehingga sulit berubah.
Budaya kerja biasanya didapatkan disekolah ketika kita remaja, sedangkan
budaya organisasi didapatkan pada tahap akhir setelah kita menjadi karyawan
dari sebuah perusahaan, biasanya pada saat dewasa.
Budaya nasional memiliki arti bahwa suatu cara bertindak tertentu lebih
disukai karena dinggap cocok dengan nilai-nilai budaya daripada yang lain.
Bila praktek manajemen tidak sesuai dengan budaya nasional yang telah
dipercaya dan dianut, karyawan akan merasa tidak enak, tidak puas, tidak
berkomitmen dan tidak menyukai. Karyawan akan merasa tidak suka atau
terganggu bila diminta oleh manajemen untuk bertindak yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budayanya.
Riset menunjukkan bahwa budaya nasional mempunyai dampak yang
lebih besar pada para karyawan daripada budaya organisasi mereka. Karenanya
karyawan Jerman pada sebuah fasilitas IBM di Munich akan lebih dipengaruhi
oleh budaya Jerman daripada oleh budaya IBM. Ini berarti bahwa seberapa
12
besarnya pengaruh budaya organisasi dalam membentuk perilaku karyawan,
budaya nasional bahkan lebih berpengaruh.
F. . Menciptakan Budaya Organisasi yang Etis
Isi dan kekuatan budaya mempengaruhi iklim etis organisasi dan perilaku
etis para anggotanya. Budaya organisasi yang paling mungkin membentuk
standar etis tinggi adalah budaya yang tinggi dalam mentolerir risiko, rendah
sampai sedang dalam keagresifan, dan berfokus pada sarana dan juga hasil.
Para manajer dalam budaya semacam itu didukung untuk mengambil risiko dan
melakukan inivasi, ikut melibatkan diri dalam persaingan yang tak terkendali,
dan memberikan perhatian pada bagaimana caranya mencapai sasaran dan
sasaran apa yang mau dicapai.
Budaya organisasi yang kuat akan berpengaruh lebih besar terhadap
karyawan dibandingkan buadaya yang lemah. Jika memang kuat dan
mendukung standar etis yang tinggi, budaya itu seharusnya memiliki pengaruh
yang sangat kuat dan positif terhadap perilaku karyawan.
Yang dapat dilakukan manajemen untuk menciptakan budaya yang lebih etis
Jadilah model peran yang kelihatan
Komunikasikanlah harapan etis
Berikanlah pelatihan etis
Berikanlah imbalan secara terang-terangan terhadap tindakan etis dan
berikan hukuman terhadap tindakan yang tidak etis
Sediakanlah mekanisme yang bersifat melindungi
G. Spiritualitas dan Budaya Organisasi
Spiritualitas tempat kerja mengakui bahwa orang memiliki kehidupan
batiniah yang memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan bermakna yang ada
dalam konteks masyarakat. Organisasi-organisasi yang mempromosikan
budaya spiritual mengakui bahwa orang yang memiliki pikiran dan roh,
berusaha menemukan makna dan tujuan hidup dalam kerja mereka, dan ingin
berhubungan dengan umat manusia lain dan ingin menjadi bagian dari
13
masyarakat. Sepanjang sejarang, model manajemen dan perilaku organisasi
tidak mempunyai ruang untuk spiritualitas. Mitos tentang rasionalitas
mengansumsikan bahwa organisasi yang dijalankan dengan baik akan
menghilangkan perasaan. Sama halnya, perhatian terhadap kehidupan batin
karyawan tidak berperan dalam model yang benar-benar rasional. Tetapi
karena kita sekarang sudah menyadari bahwa studi tentang emosi
meningkatkan pemahaman kita tentang perilaku organisasi, kesadaran
spiritualitas dapat membantu kita memahami lebih baik perilaku karyawan
dalam dewasa ini.
Alasan-alasan Meningkatnya Perhatian pada Spiritualitas
Sebagai penyeimbang bagi tekanan dan stres pada langkah kehidupan yang
kacau. Gaya hidup kontemporer –keluarga dengan orang tua tunggal,
mobilitas geografis, pekerjaan yang sifatnya temporer, teknologi baru yang
menciptakan jarak antarmanusia– semakin memperkuat kenyataan betapa
manusia membutuhkan komunitas dan keterlibatan dan hubungan dengan
orang lain.
Agama formal tidak lagi berfungsi untuk banyak orang serta mereka terus
mencari “pelabuhan” yang dapat menggantikan ketiadaan iman dan
mengisi rasa kehampaan yang muncul.
Tuntutan kerja telah membuat tempat kerja jadi dominan dalam kehidupan
banyak orang, namun mereka terus mempertanyakan makna kerja itu
sendiri.
Hasrat untuk mengintegrasikan nilai-nilai kehidupan pribadi dalam
kehidupan professional seseorang.
Semakin banyak orang yang menemukan bahwa mengejar sesuatu yang
lebih bersifat material membuat mereka tidak puas.
Ciri-ciri Organisasi Spiritual
Sangat memperhatikan tujuan. Organisasi spiritual membangun budaya
mereka berdasarkan tujuan yang bermanfaat. Walaupun mungkin penting,
laba bukan merupakan nilai utama organisasi.
14
Fokus pada pengembangan individu. Organisasi-organisasi spiritual
mengakui bobot dan nilai orang. Mereka tidak hanya memberikan jabatan.
Mereka berusaha menciptakan budaya yang memungkinkan karyawan
dapat terus menerus belajar dan tumbuh.
Kepercayaan dan keterbukaan. Ciri-ciri organisasi spiritual adalah
kepercayaan timbal balik, kejujuran, dan keterbukaan.
Pemberdayaan karyawan. Iklim kepercayaan tinggi dalam organisasi
spiritual, bila digabungkan dengan keinginan memajukan pembelajaran
dan pertumbuhan karyawan, mengakibatkan manajemen memberdayakan
karyawan sehingga mampu mengambil sebagian besar keputusan yang
berhubungan dengan kerja.
Toleransi terhadap ekspresi karyawan. Karakter terakhir yang
membedakan organisasi berbasis spiritual adalah bahwa mereka tidak
melumpuhkan emosi karyawan.
Kritik tentang spiritualitas
Para pengeritik gerakan spiritualitas dalam organisasi telah berfokus pada
dua isu, pertama adalah pertanyaan tentang legitimasi, apakah organisasi
memiliki hak untuk memberikan nilai spiritual ke karyawan mereka? Dan
kedua adalah pertanyaan tentang ekonomi, apakah spiritualitas dan laba itu
kompatibel?
Tentang pertanyaan pertama, jelas ada potensi pemberian tekanan pada
spiritualitas yang akan membuat beberapa karyawan merasa tidak enak. Para
pengeritik mungkin berpendapat bahwa lembaga-lembaga sekuler khususnya
perusahaan bisnis, tidak berurusan dengan soal pemberian nilai spiritual ke
karywan. Tidak diragukan, kritik ini abash bila spiritualitas didefinisikan
sebagai membawa agama dan Tuhan ke tempat kerja. Akan tetapi kritik itu
kurang mengena bila tujuannya terbatas pada membantu karyawan menemukan
makna dalam kehidupan kerja mereka.
Isu tentang apakah spiritualitas dan laba itu kompatibel tentu saja
pertanyaan yang relevan bagi para manajer dan investor bisnis. Buktinya,
walaupun terbatas, menunjukkan bahwa dua tujuan itu bisa sangat kompatibel.
15
Studi riset terbaru yang dilakukan oleh perusahaan konsulting menemukan
bahwa perusahaan yang memperkenalkan spiritualitas mampu meningkatkan
produktivitas dan sangat mengurangi keluar-masuk karyawan.
16
BAB III
KESIMPULAN
Budaya merupakan suatu istilah deskriptif yang dapat didefinisikan
sebagai nilai-nilai berkehidupan bersama, sedangkan organisasi adalah suatu
sistem perserikatan formal dari dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Budaya nasional adalah program yang pertama yang tertanam kedalam diri
kita, nilai merupakan komponen terdalam dari program tersebut. Pada saat kita
dewasa biasanya nilai-nilai sudah tertanam dengan baik sehingga sulit berubah.
Budaya kerja biasanya didapatkan disekolah ketika kita remaja, sedangkan
budaya organisasi didapatkan pada tahap akhir setelah kita menjadi karyawan
dari sebuah perusahaan, biasanya pada saat dewasa.
Budaya nasional memiliki arti bahwa suatu cara bertindak tertentu lebih
disukai karena dinggap cocok dengan nilai-nilai budaya daripada yang lain.
Bila praktek manajemen tidak sesuai dengan budaya nasional yang telah
dipercaya dan dianut, karyawan akan merasa tidak enak, tidak puas, tidak
berkomitmen dan tidak menyukai. Karyawan akan merasa tidak suka atau
terganggu bila diminta oleh manajemen untuk bertindak yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budayanya.
Tepat seperti kepribadian orang cenderung mantap dari waktu ke waktu,
demikian pula budaya yang kuat. Ini membuat budaya kuat sukar diubah oleh para
manajer, dan mengubah kebudayaan membutuhkan proses dan waktu yang
panjang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Robin, Stephen P. 2010. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat
http://reconia4training.wordpress.com/2012/08/23/kinerja-organisasi/
“kinerja organisasi,” . Diakses Minggu, 8 September 2013.
http://edwinhafidz.blogspot.com/2012/10/budaya-organisasi. “Budaya
Organisasi” Diakses Minggu, 8 September 2013
18