BTT

26
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keanekaragaman Tumbuhan Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al., 1992). Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati yang utama di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi 1,3% permukaan bumi namun kawasan ini mengandung berbagai jenis makhluk hidup. Ditinjau dari keanekaragaman tumbuhan ditemukan 225-300 jenis bakteri dan alga biru, 4.280- 12.000 jenis jamur (Fungi), 1.000-18.000 jenis ganggang (Alga), 1500 jenis lumut (Bryophyta), 1.250- 1.500 jenis paku-pakuan (Pteridophyta), 100 jenis Gymnospermae dan 2500-30.000 jenis tumbuhan berbunga (Angiospermae) dengan 100-150 suku tumbuhan (Hasairin

description

btt

Transcript of BTT

Page 1: BTT

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keanekaragaman Tumbuhan

Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau

Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang diterjemahkan

secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung. Tumbuhan paku

merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan

berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dengan

tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al., 1992).

Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati yang utama

di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi 1,3% permukaan bumi namun kawasan

ini mengandung berbagai jenis makhluk hidup. Ditinjau dari keanekaragaman

tumbuhan ditemukan 225-300 jenis bakteri dan alga biru, 4.280-12.000 jenis jamur

(Fungi), 1.000-18.000 jenis ganggang (Alga), 1500 jenis lumut (Bryophyta), 1.250-

1.500 jenis paku-pakuan (Pteridophyta), 100 jenis Gymnospermae dan 2500-30.000

jenis tumbuhan berbunga (Angiospermae) dengan 100-150 suku tumbuhan (Hasairin

et al, 1997).

2.2. Ciri-ciri Khas Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi tumbuhan kormus, artinya

tumbuhnya dengan nyata dapat dibedakan atas akar, batang dan daun. Namun

demikian, tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Alat perkembangbiakan

Universitas Sumatera Utaratumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu ahli taksonomi membagi

dunia tumbuhan dalam dua kelompok yaitu Cryptogamae dan Phanerogamae

(Tjitrosoepomo, 1991).

Menurut Rismunandar dan Ekowati (1991), Pteridophyta disebut dengan

Page 2: BTT

nama Tracheopyta yang berarti tumbuhan yang berjaringan pembuluh. Jaringan

pembuluh ini terdiri atas 2 yaitu:

a. Pembuluh kayu (xylem)

Berfungsi mengangkut air dan garam-garam tanah dari akar kebagian atas

hingga daun.

b. Pembuluh tapis (floem)

Berfungsi mengangkat hasil asimilasi dari daun keseluruh bagian organ

termasuk akar.

Tumbuhan Tracheophyta mengadakan perkawinan dengan menghasilkan

spora dan dapat tumbuh menjadi tumbuhan paku. Ciri-ciri khas dari paku-pakuan

adalah:

a. Membentuk sporangia yang sangat besar jumlahnya.

b. Sporangia dibentuk di bagian bawah sporofil.

c. Sperma masuk kedalam telur arkegonium dengan persaingan langsung.

2.3. Asal Daerah Persebaran Tumbuhan Paku

Menurut Tjitrosomo et al., (1983), Pteridophyta hidup tersebar luas

dari tropika yang lembab sampai melampaui lingkaran Arktika. Jumlah yang

Universitas Sumatera Utarateramat besar dijumpai di hutan-hutan hujan tropika dan juga tumbuh dengan

subur di daerah beriklim sedang, di hutan-hutan, padang rumput yang lembab,

sepanjang sisi jalan dan sungai.

Jones dan Luchsinger (1986) melaporkan di muka bumi ini terdapat

13.000 jenis Pteridophyta. Di kawasan Malesiana yang terdiri dari hampir

sebagian besar kepulauan Indonesia, Philipina, Guinea, dan Australia Utara

diperkirakan terdapat 4000 jenis paku yang mayoritasnya Filicinae (Whitten

Page 3: BTT

dan Whitten, 1995). Menurut Loveless (1999), paku diwakili oleh kurang dari

10.000 jenis yang hidup, tetapi karena ukurannya yang besar dan

penampilannya yang khas, tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi

yang menonjol.

Melihat cara tumbuhnya, tumbuhan paku hidup di alam, ada yang menempel

di batang pohon atau tumbuh di tanah. Masing-masing jenis atau kelompok tumbuhan

paku memiliki lingkungannya sendiri, pada lingkungan sejuk, terlindung, terkena

panas sinar matahari langsung (Sastrapradja et al., 1985).

2.4. Ekologi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak

jarang dijumpai paku dapat hidup di mana-mana, diantaranya di daerah lembab,

di bawah pohon, di pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan bahkan

banyak yang sifatnya menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di atas tanah.

Jenis-jenis paku epifit yang berbeda, juga akan berbeda kebutuhannya terhadap

Universitas Sumatera Utaracahaya. Ada yang menyenangi tempat terlindung dan ada sebagian pada tempat

tertutup (Wiesner (1907), Went (1940) dalam Hasar dan Kaban, (1997)).

Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar

yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya

sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup yang seragam dan

lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat

beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai di hutan yang

benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai

cahaya matahari (Holtum, 1986).

Page 4: BTT

Paku yang menyenangi sinar matahari ìsun-fernî selain ada yang membentuk

belukar dan ada juga yang memanjat. Sebagian kecil ìsun-fernî tumbuh di tempat

yang benar-benar terbuka. Namun demikan memerlukan juga lindungan dari sinar

matahari. Sehingga sering ditemukan tumbuh di antara tumbuhan lain, tidak

terisolasi. Paku yang berbentuk belukar membuat sendiri naungannya dengan cara

membuat rimbunan yang terdiri dari daun-daunan (Richard, 1952).

2.5. Botani Sistematika Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan ukuran spora

yang dihasilkan, sifat anulus, letak sporangium, dan sorusnya pada daun. Divisi

Pteridophyta dibagi menjadi 4 kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae

dan Filicinae.

Universitas Sumatera Utaraa. Kelas Psilophytinae (Paku purba)

Anggota paku kelas ini telah lama punah. Oleh karena itu orang sering

menyebutnya dengan nama paku purba.

Contoh: Psilotum nudum

b. Kelas Equisetinae (Paku ekor kuda)

Seperti halnya kelas Psilophytinae sebagian besar anggota paku ekor kuda

juga sudah banyak yang punah. Umumnya paku ekor kuda memiliki batang

berupa rhyzoma. Cabang-cabang batangnya beruas-ruas. Pada ujung cahang

batang sering ditemukan badan bulat disebut elatern. Badan ini merupakan

penghasil spora.

Contoh: Equisetum debile dan Equisetutn arvense

c. Kelas Lycopodinae (Paku rambut atau Paku kawat)

Kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu:

1) Ordo Selaginellales

Page 5: BTT

Family : Selaginellaceae

Spesies : Selagenella weldonowi

2) Ordo Lycopodiales

Family : Lycopodiaceae

Spesies : Lycopodium clavatum

Universitas Sumatera Utarad. Kelas Filicinae (Paku sejati)

Paku kelompok ini paling banyak anggota spesiesnya. Habitatnya di darat, air

dan ada pula yang hidup menumpang pada tumbuhan lain sebagai epifit. Kelas ini

mencakup beberapa sub kelas, yaitu:

1) Sub kelas Eusporangiatae

Ordo : Marattiales

Family : Marattiaceae

Spesies : Christensenia aescul

2) Sub kelas Hydropterides

Semua anggota sub kelas ini hidup di air. Jadi, termasuk tumbuhan hidrofit.

Dibagi atas dua family, yaitu:

Family : Salviniaceae

Spesies : Salvinia natans

Family : Marciliaceae

Spesies : Marcillea crenata

Sub kelas Leptosporangiatae

Family : Schyzaeceae

Spesies : Lygodiun circinatum

Family: Hymenophillaceae

Spesies : Hymenophillum austrate

Page 6: BTT

Family : Cyatheaccae

Spesies : Cyathea conlarninans

Universitas Sumatera Utara Family : Gleicheinaceae

Spesies : Gleichenia linearis (Paku resam)

Family : Davalliaceae

Spesies : Dava irichoinonuies

Family : Aspleniaceae

Spesies : Asplenium nidus (Paku sarang burung)

Family : Pteridaceae

Spesies : Adiantum peruvianum (Suplir gunung)

Family : Polypodiaceae

Spesies : Draymoglosum phaseolides (Sisik naga)

Family : Acrostichaceae

Spesies : Platycerurn bifurcatum (Tanduk rusa)

(Tjitrosoepomo, 1991).

2.6. Distribusi Tumbuhan Paku

Hutan pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur dan

penampilan yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di semua

gunung di daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian saja. Di dataran

rendah, semua zona vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang tinggi atau

di bagian yang tengah suatu jajaran pegunungan, zona itu lebih luas (Mackinnon,

2000). Namun dengan naiknya ketinggian tempat, pohon-pohon semakin pendek,

kelimpahan epifit serta tumbuhan pemanjat berubah (Anwar et al., 1984).

Universitas Sumatera Utara Umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak daripada

Page 7: BTT

di dataran rendah. Ini disebabkan oleh kelembaban yang lebih tinggi banyaknya

aliran air dan adanya kabut. Banyaknya curah hujanpun mempengaruhi jumlah paku

yang dapat tumbuh (Sastrapradja et al., 1980).

Pada daerah tropis dan subtropis, tumbuhan paku-pakuan berada di tempattempat yang lembab, di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun sungai,

di pegunungan, di lereng-lereng yang terjal hingga dekat kawah gunung berapi

bahkan sampai di sungai-sungai. Melihat cara tumbuhnya, paku di alam cukup

beragam, ada yang menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di tanah. Pada

lingkungan yang sejuk terlindung atau panas kena sinar matahari langsung. Masingmasing jenis atau kelompok memiliki lingkungannya sendiri (Sastrapradja &

Afriastini, 1985).

Menurut Faizah (2002), suhu udara, suhu tanah dan intensitas cahaya

berpengaruh sangat nyata terhadap keanekaragaman Chaytea spp di hutan Tongkoh

kawasan Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara.

Di lokasi terbuka beberapa epifit berhasil tumbuh di tanah. Namun di hutan

mereka sangat tergantung pada inangnya, untuk tempat hidup bukan sebagai sumber

makanan. Epifit tidak membutuhkan makanan organik dari tumbuhan lain. Epifit

memainkan peranan yang penting dalam ekosistem hutan hujan sebagai habitat bagi

beberapa hewan (Richard, 1952). Menurut LIPI (1980), menyatakan bahwa paku

epifit ikut membantu dalam mempertahankan kelembaban lapisan vegetasi dasar

karena mampu beradaptasi terhadap kekeringan.

Universitas Sumatera UtaraVegetasi pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim pada

ketinggian yang berbeda-beda. Suhu menurun secara teratur sejalan dengan

ketinggian yang meningkat (Ewusie, 1990). Selanjutnya Anwar et al., (1984),

menyatakan bahwa laju penurunan suhu umumnya sekitar 0,6°C setiap penambahan

Page 8: BTT

ketinggian sebesar 100 m. Tetapi hal ini berbeda-beda tergantung kepada tempat,

musim, waktu, kandungan uap air dalam udara dan lain sebagainya.

2.7. Manfaat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku banyak ragamnya. Banyak diantaranya yang mempunyai

bentuk yang menarik sehingga bagus untuk dijadikan sebagai tanaman hias. Selain

sebagai tanaman hias, paku dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran berupa pucukpucuk paku. Dari segi obat-obatan tradisional, paku pun tidak luput dari kehidupan

manusia. Ada jenis-jenis yang daunnya dipakai untuk ramuan obat, ada pula yang

rhizomanya. Batang paku yang tumbuh baik dan yang sudah keras, diperuntukkan

untuk berbagai keperluan. Tidak jarang sebagai tiang rumah, paku dipakai untuk

pengganti kayu, batang paku diukir untuk dijadikan patung-patung yang dapat

ditempatkan di taman. Kadang-kadang dipotong-potong untuk tempat bunga,

misalnya tanaman anggrek (Sastrapradja dan Afriastini, 1979).

Sejak dulu tumbuhan paku telah dimanfaatkan oleh manusia terutama sebagai

bahan makanan (sayuran). Dewasa ini pemanfaatannya berkembang sebagai material

baku untuk pembuatan kerajinan tangan, pupuk organik dan tumbuhan obat

(Amoroso, 1990).

Universitas Sumatera UtaraNilai ekonomi tumbuhan paku terutama terletak pada keindahannya dan

sebagai tanaman hortikultura beberapa jenis Lycopodinae yang suka panas digunakan

sebagai tanaman hias dalam pot, dan paku kawat yang merayap yang digunakan

dalam pembuatan karangan bunga, sedang sporanya kecil-kecil yang mudah terbakar

karena kandungannya akan minyak, sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan

kilat panggung (Polunin, 1990).

2.8. Hutan

Hutan merupakan masyarakat tumbuhan yang hidup pada suatu tempat

Page 9: BTT

di mana terdapat hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Salah satu

sumberdaya alam yang perlu dikelola sebaik mungkin adalah hutan, sehingga dapat

dimanfaatkan secara lestari baik oleh generasi masa kini maupun masa mendatang.

Hal ini mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan manusia, diantaranya

sumber makanan, sumber air untuk mengatur tata air serta mencegah erosi dan banjir.

Di samping dapat memberi konstribusi pada bidang pariwisata, hutan juga memberi

arti yang sangat besar di bidang pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan

(Departemen kehutanan, 1989).

Hutan ditempati oleh berbagai jenis tumbuhan diantaranya adalah pakupakuan yang telah tersebar di seluruh dunia, tetapi terbanyak di daerah tropik lembab

juga dipelihara secara ekstensif di kebun-kebun dan kamar kaca karena daunnya yang

sangat menarik. Kebanyakan tumbuhan paku memiliki perawakan yang khas, hingga

tidak mudah keliru dengan tumbuhan yang lain (Loveless, 1989).

Universitas Sumatera Utara

Laporan Praktikum Lapangan Botani Tumbuhan   Rendah  29 Oktober 2009

Filed under: Uncategorized — nurmuliayanti muis @ 1:32 am 

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Botani tumbuhan rendah merupakan disiplin ilmu yang mengkaji berbagai  jenis tumbuhan berupa tallus, tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Dalam dunia botani tumbuhan rendah dikenal berbagai divisi yang termasuk kedalam tumbuhan rendah antara lain :Schyzophyta(tumbuhan belah), Thallophyta(tumbuhan tahlus),  Bryophyta (tumbuhan lumut),  Pteridophyta(tumbuhan paku).

Tumbuhan nonvaskuler –lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk-dikelompokkan bersama dalam satu divisi tunggal, Bryophtya(Bahasa Yunani  bryon, “lumut”). Bryophyta kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri atas selulosa.

Pteridophyta merupakan suatu golongan tumbuhan yang  mempunyai daur perkembangan dengan pergiliran keturunan yang beraturan.  Tumbuhan ini juga banyak ditemukan di darat, biasanya juga menempel pada substrat.

Page 10: BTT

Fungi hidup sebagai saprofit atau parasit, ada yang dalam air, tetapi lebih banyak yang hidup didaratan. Sedangkan di dalam laut jarang sekali didapatkan. Kebanyakan jamur yang hidup saprofit dapat dipelihara pada substrat buatan.

Dengan demikian  untuk lebih mengetahui secara langsung ciri morfologi, struktur tubuh dan kondisi lingkungan habitat dari berbagai  jenis tumbuhan tingkat rendah yang dimaksud, khususnya jenis tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan jamur, maka dilakukanlah praktikum lapangan untuk mengamati langsung spesimen yang dimaksud.

B. TUJUAN  PRAKTIKUM

Melalui  kegiatan praktikum lapangan, para  mahasiswa diharapkan untuk:

1. Menjelaskan struktur tubuh dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang ditemukan.2. Menjelaskan habitat/ substrat tempat melekat dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi

yang ditemukan.3. Menjelaskan tekstur dan permukaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang

ditemukan.4. Menjelaskan warna/ pigmen dari Bryophyta, Pteridophyta, dan fungi yang ditemukan.5. Menuliskan klasifikasi dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Fungi yang ditemukan.

C.  WAKTU  DAN  TEMPAT

Hari/ Tanggal:  Sabtu / 21 Januari 2007

Waktu            :  Pukul 10.00 WITA sampai selesai

Tempat          :  Taman Wisata Alam Gua Pattunuang Maros.

Sulawesi Selatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang lebih menonjol dari pada lumut, walaupun kelompok tersebut jumlah jenisnya jauh lebih besar (sekitar 20.000 jenis). Diduga tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang menghuni daratan bumi. Fosilnya dijumpai pada batu-batuan zaman Karbon, yaitu kira-kira 345 juta tahun yang lalu. Tumbuhan paku ada yang hidup di air (hidrofit), hidup di tempat lembab (higrofit), hidup menempel pada tumbuhan lain (epifit), dan ada yang hidup pada sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah-sampah (saprofit).

Paku tersebar di seluruh dunia, tetapi terbanyak di daerah tropic lembab. Kebanyakan paku memiliki perawakan yang khas, sehingga tidak mudah keliru dengan macam tumbuhan lain. Sebagian dari kekhasan itu adalah adanya daun muda yang bergelung  yang akan membuka jika dewasa, cirri yang hamper unik ini disebut vernasi bergelung. Ukuran dan bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari paku pohon yang dapat mencapai tinggi sekitar 5 meter sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan sering tertukar dengan lumut (Loveless, 1989).

Fungi adalah heterotrof  yang mendapatkan nutriennya melalui penyerapan (absorption). Dalam cara nutrisi ini, molekul-molekul organic kecil  diserap dari mdium sekitarnya. Fungi akan mencerna makanan di luar tubuhnya dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik yang sangat ampuh pada ke dalam makanan tersebut. Enzim-enzim itu akan menguraikan

Page 11: BTT

molekul kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh fungi (Campbell, 1999).

Menurut Tjitrosomo(1990), Thallophyta yang tidak berklorofil dapat dibedakan atas:

1. Phylum Schizomycophyta (bakteri)2. Phylum Myxomycophyta (jamur lendir)3. Phylum Eumycophyta (jamur benar)

Phylum Eumycophyta terbagi atas 4 class, yaitu:

1.1. Class Phycomycetes (jamur ganggang)2. Class Ascomycetes3. Class Deuteromycetes atau fungi imperfecti (jamur tak sempurna)4. Class Basidiomycetes.

Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat lembab. Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf),  tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri  yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit. Pada lumut, gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai  talus, tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid (Birsyam, 2004).

Menurut Gembong (1989),  tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam dua kelas dengan cirri-ciri yang jelas yaitu:

1. Hepaticae (lumut hati)2. Musci (lumut daun)

Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya. Keduanya selalu berwarna hijau, autotrof dan sebagai hasil asimilasi telah terdapat zat tepung.

Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofitnya dinamakan protalus(prothallus) atau protalium(prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil yang berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar(tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteredium(antheredium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin  jantan) dan arkegonium(archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang dibuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru(Anonim, 2006).

 

Page 12: BTT

 

BAB III

METODE PRAKTIKUM

1. A. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

1. Kamera digital/ tustel2. Termometer3. Soil tester4. Higrometer5. Vakum box6. Altimeter7. Kertas latar8. Alat tulis-menulis9. Kantung plastic10. Cutter11. Label gantung12. Buku cetak BTR

 

b. Bahan

1. 1. Pogonatum cirrhatum                  4.   Nephrolevis cardifolia2. 2. Salaginella caudata                       5.   Polyporus sp3. 3. Davallia denticulate                        6.  Blechnum patersonii4. B. PROSEDUR KERJA

1. Persiapan1. Menyiapkan alat yang diperlukan saat praktikum dan memastikan bahwa

peralatan yang digunakan masih berfungsi normal.2. Menguasai cara penggunaan alat.3. Mendengarkan instruksi dan arahan dari asisten / dosen pendamping.4. Pengambilan spesimen

1. Berjalan ke lokasi pengambilan specimen dengan hati-hati secara berkelompok dengan didampingi oleh asisten pendamping yang telah ditetapkan.

2. Mengamati specimen yang ditemukan dan mencatat ciri-cirinya. (meliputi: suhu, pH tanah dan kelembapan, kelembapan udara, ketinggian tempat, habitat, habitus/ perawakan) dengan cermat serta mencatat namanya.

3. Mengambil gambar specimen dengan kamera yang ditemukan pada tempat melekatnya atau substrat.

4. Memberi label tertentu dan mencatat ciri-cirinya pada specimen yang tidak diketahui namanya.

Page 13: BTT

5. Memasukkan specimen seperti jamur, lumut ke dalam vacuum box, dan tumbuhan paku ke dalam kantung plastik.

6. Pengidentifikasian1. Mengumpulkan semua specimen yang ditemukan.2. Membuka  buku/ atlas/ gambar tumbuhan paku, lumut, dan

jamur yang dimiliki, kemudian  mencocokkan dengan specimen yang ditemukan untuk identifikasi nama.

3. Spesimen yang telah teridentifikasi nama spesiesnya, kemudian  segera menyusun klasifikasinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENGAMATAN

1. Selaginella caudata

 

Klasifikasi:                                                 Suhu                    : 25oC

Regnum   : Plantae                                 Kelembaban      : 98 hg/mm

Divisi      : Pteridophyta                         Habitat              : Tanah

Classis    : Lycopodiacea

Ordo       : Selaginellales

Family    : Selaginellaceae

Genus    : Selaginella

Spesies  : Selaginella caudata

(Gembong,1989)

 

Page 14: BTT

1. Polyporus sp.

 

 

 

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                              Suhu                : 24oC

Divisi     : Thallophyta                       Kelembaban     : 93 hg/mm

Classis   : Eumyocetes                        Habitat            : Batang kayu

Ordo     : Hymenomycetales

Family  : Polyporaceae

Genus   : Polyporus

Spesies  : Polyporus sp

(Gembong,1989)

1. Davallia denticulata

 

 

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                       Suhu                       : 25 oC

Divisi    : Pteridophyta                Kelembaban           : 95 hg/mm

Classis  : Filicinae                      Habitat                    : Bebatuan

Ordo     : Marattiales

Family  : Polipodiaceae

Genus   : Davallia

Spesies  : Davallia denticulata

(Gembong,1989)

1. Pogonatum cirrhatum

Klasifikasi:

Regnum : Plantae                                   Suhu                        : 27oC

Divisi     : Bryophyta                             Kelembaban              : 91 hg/mm

Classis    : Musci                                    Habitat                     : Bebatuan

Ordo       : Bryales

Family   : Polytrichaceae

Genus    : Pogonatum

Spesies  : Pogonatum cirrhatum

(Gembong,1989)

Page 15: BTT

 

1. Nephrolepis cordifolia

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                        Suhu                : 28oC

Divisi      : Pteridophyta               Kelebamban    : 91 hg/mm

Classis     : Filicinae                    Habitat             : Epifit pada batu

Ordo        : Marattiales

Family     : Polypodiaceae

Genus      : Nephrolepis

Spesies    : Nephrolepis cordifolia

(Gembong, 1989)

1. Blechnum patersonii

 

Klasifikasi:

Regnum  : Plantae                                      Suhu                   :   28oC

Divisi      : Pteridophyta                             Kelembaban       : 91 hg/mm       Classis     : Filicinae                                  Habitat                        :   Epifit pada

Ordo        : Maratiales                                                              pohon

Family     : Polypodiaceae

Genus      : Blechnum

Spesies    : Blechnum patersonii

(Gembong,1989)

B. PEMBAHASAN

1 . Polyporus sp.

Tubuh buah merupakan suatu kipas yang berupa setengah lingkaran. Dimana himenoforanya berupa buluh-buluh yang mereyerupai suatu lubang dimana sisi dalam lubang-lubang itu dilapisi himenium. Tubuh buah jamur itu dapat berumur beberapa tahun dengan beberapa kali membentuk lapisan-lapisan himenofera baru. Sebagian dari spesies ini hidup  sebagai saprofit. Dimana habitatnya banyak terdapat pada kayu yang lapuk. Basidium yang dimilikinya  terkumpul berupa kumpulan himen.

Apabila himeniumnya terbuka atau masak maka ia kebanyakan terdapat di atas tubuh buah atau disebut juga dengan gimnoka. Sel-sel yang letaknya paling ujung akan membentuk suatu kait yang disebut gesper. Dalam himenium tubuh buah tersebut disamping terdapat basidium juga terdapat  hifa yang sifatnya  steril yang memiliki  sepasang inti yang telah mengalami degenerasi seperti pada badan buah ascomycetes atau juga dinamakan parafisis.

2.  Selaginella caudata

Salaginella memiliki batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-cabang menggarpu dan tidak meperlihatkan pertumbuan sekunder.  Dimana ia memiliki akar-akar

Page 16: BTT

yang keluar dari bagian-bagian batang yang tidak  memiliki daun dan  dinamakan pendukung akar.  Habitatnya pada tanah atau ia dapat epifit pada bebatuan.

Memiliki protalium yang amat kecil yang merupakan suatu bulir tunggal atau bercabang, biasanya berbentuk  radial jarang sekali dorsiventral.  Sporangium membuka dengan  mekaisem kohesi dan telah mengikuti garis yang telah ditentukan. Dengan membukanya sporangium maka spora akan  terlempar keluar spora dan sporangium akan mengalami perkembangan membentuik protalium. Dimana dalam setiap protalium hanya terdapat satu anteredium saja yang terletak dipusat. Anteredium ini  yang akan mebelah lagi membentuk sel-sel yang membulat yang disebut sel-sel induk spermatozoid.

Protalium betina tidak mengalami reduksi perkembangan. Protalium betina berkembang dalam makrospora dimana inti spora akan  membelah secara bebas dan tersebar dalam plasma pada bagian atas spora, dimana pada akhirnya dinding makrospora akan pecah dan protalium yang terdiri atas sel-sel kecil yang tidak berwarna tersembul keluar dan membentuk tiga rizoid pada tiga tempat setelah satu atau bebrapa arkegonium dibuahi, mulailah perkembangan embrionya yang dimana  biasanya  embrio ini bersifat endoskopik.

3. Davallia denticulata

Davallia biasanya terdapat pada daerah palaetropis, memiliki sorus yang  bulat atau memanjang, dimana sorus ini  terletakt pada sisi bawah duan, atau disepanjang tepi daun, dan terpisah-pisah. Indisium dari Davallia denticulate ini terdapat pada pangkal dan kanan kiri spesies ini. Dimana indusium  berlekatan pada permukaan daun  sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah ketepi daun. Memiliki  daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-urat yang bebas. Rimpangnya merayap dan memperlihatkan batang yang nyata. Spesiens ini merupakan epifit dan termasuk paku tanah yang isospor

Sporangium  pada sisi bawah daun, mempunyai dinding yang tebal tidak mempunyai cincin atau annulus membuka dengan satu celah atau liang, dalam satu sorus sporangium sering berlekatan.

4.    Pogonatum cirrhatum

Memiliki kapsul spora yang telah mencapai differensiasi yang paling mendalam. Dimana kapsul spora ini memiliki dinding kapsul di bagian atas yang tersusun berupa tutup atau  disebut operculum.  Lumut ini berupa tumbuhan darat, habitatnya pada daerah yang lembab dan biasanya melekat pada bebatuan. Memiliki talus yang bersimetri radial. Memiliki kaliptra yang berasal dari bagian atas dinding arkegonium dimana sel-sel yang menyusun kaliptra ini merupakan sel-sel diploid  akan tetapi terdiri atas sel-sel gametofit yang haploid.  Mengalami fase sporofit dan gametofit dengan  fase gametofit berupa tumbuhan yang tegak, terdiri atas batang, daun yang tebalnya satu lapis sel dan umumnya berurat daun tengah, dimana rhizoidnya bercabang dan bersepta. Anteredium dan arkegoniumnya dibentuk pada pucuk gametofit di antara daun-daun.  Sedangkan fase sporofitnya sangat berbeda dengan fase gametofitnya. Sporofit yang biasanya juga disebut sporogonium, hidup sebagai parasit pada gametofitnya dimana perkembangan sporofitnyan berakhir dengan terjadinya pembelahan reduksi  yaitu pembentukan spora.

5.  Nephrolepis cordifolia

Paku  ini  berasal dari golongan paku yang terbesar dimana ia memiliki  sorus bulat atau garis pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Indisiun sesuai dengan bentuk sorus. Daun yang mati ter;lepas dari rimpang, panjang, relative sempit, menyirip dan sampai lama tetap tumbuh memanjang, mempunyai hidatoda pada sisi atas

Page 17: BTT

daun. Rimpang berdiri tegak dan sering ditunjang oleh akar-akar, kadang-kadang mengeluarkan cabang-cabang. Kebanyakan tumbuh di daerah tropic. Sporangium kadang-kadang sampai menutupi seluruh permukaan daun yang fertil. Sporangium bertangkai dengan annulus vertika, tidak semputrana, jika massak, pecah dengan celah melintang.  Tersebar diseluruh dunia, kebanyakan di daerah tropoka, berupa tumbuhan darat. Habitatnya ditemukan  epifit pada bebatuan dengan tingkat kelembaban sekitar 28 oC.

 

 

6.  Blechnum patersonii

Memiliki daun yang agak lebar dengan sorus yang berbentuk garis pada bagian sisi bawah daun. Kadang – kadang sepanjang tepi, seluruh sisi bawah kecuali  pada bagian ibu tulang daun. Ada indusium berasal dari tepi daun itu. Daun tidak terputus dari  rimpang , berbagi menyirip. Habiitatnya biasa epifit pada batang pohon besar atau bebatuan yang lembab. Alat reproduksinya berupa aseksual dan seksual, dimnana aseksualnya dengan pembentukan spora dan seksualnya dengan cara oogami.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. A. KESIMPULAN1. 1. Polyporus sp.

Tubuh buah berupa suatu kipas, himenofora merupakn buluh-buluh pori yang dilihat dari luar berupa lubang-lubang. Habitatnya pada tanah berserasah dengan habitat pada daerah yang lembab dibawah pepohonan. Berwarna cream, berbentuk seperti payung. Polyporus ini berasal dari  salah satu kelas dari Thallophyta yaitu  kelas eumyocetes.

1. Pogonatum cirrathum

Memiliki kapsul spora yang telah mencapai differensiasi yang paling mendalam. Dimana kapsul spora ini memiliki dinding kapsul di bagian atas yang tersusun berupa tutup atau  disebut operculum.  Lumut ini berupa tumbuhan darat, habitatnya pada daerah yang lembab dan biasanya melekat pada bebatuan. Memiliki pigmen warna hijau. Merupakan spesies dari kelas musci yang berasal dari division bryophyta.

1. 3. Sellaginela caudata

Salaginella mempunyai batang berbaring dan sebagian berdiri tegak, bercabang-cabang menggarpu ansiotom dan tidak meperlihatkan pertumbuan sekunder pada batang terdapat daun –daun kecil yang tersusun dalam garis spiral. Pada bagian sisi atas daun terdapat suatu sisik yang dinamakan lidah-lidah atau ligula. Berpigmen hijau daun(klorofil) dengan habitatnya pada tanah, merupakan salahsatu spesies yang berasal dari kelas lycopodiacea yang merupakan salahsatu kelas dari pteridophyta.

1. 4. Davalia denticulate

Page 18: BTT

Davallia memiliki sorus bulat atau memanjang, terdapat pada sisi bawah duan, daun menyirip ganda dua atau lebih dengan urat-uerat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruas-ruas yang panjang bersisik rapat dan sisiknya berwarna pirang, dan memperluhatkan batang yang nyata. Habitatnya melekat pada bebatuan dengan pigmen warna hijau(klorofil). Spesies ini berasal dari divisi pteridophyta dan berasal dari kelas filicinae.

1. 5. Blechnum patersonii

Daunnya tidak terputus dari rimpang, berbagi menyirip dan sorusnya berbentuk garis pada sisi bawah daun  dan kadang-kadang sepanjang tepi daunnya. Habitatnya epifit pada batang pohon besar atau bebatuan yang lembab. Memiliki pigmen berwarna hijau(berklorofil). Merupakan anggota dari kelas fillicinae yang merupakan salahsatu kelas dari divisi teridopphtya.

1. 6. Nephrolepis cordivolia

Sorus bulat atau garis pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak jauh sejajar dengan tepi itu. Rimpang berdiri tegak dan sering ditunjang oleh akar-akar, kadang-kadang mengeluarkan cabang-cabang. Habitatnya melekat  pada bebatuan Berwarna hijau(klorofil), merupakan spesies division pteridophyta dan berasal  dari kelas filicinae.