Bps Pertanian
-
Upload
kade-silaban -
Category
Documents
-
view
12 -
download
9
description
Transcript of Bps Pertanian
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang menyerap paling banyak
tenaga kerja. Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan sekitar 40
juta orang bekerja di sektor pertanian dari 114 juta angkatan kerja (BPS, 2013).
Sebagian besar tenaga kerja pertanian menggunakan pestisida untuk memberantas
hama karena peranan pestisida sangat besar dalam upaya penyelamatan produksi
pertanian dari gangguan hama dan penyakit tanaman (Kementerian Pertanian,
2011). Namun, penggunaan pestisida tidak sesuai prosedur akan mengakibatkan
dampak negatif yang sangat besar, yakni pencemaran lingkungan, residu pestisida
yang membawa keracunan pada konsumen, keracunan pada hewan dan timbulnya
penyakit atau bahkan kematian akibat keracunan bagi pengguna pestisida
(Wudianto, 2001).
World Health Organization (WHO) (1990) memperkirakan setiap tahun
terjadi sekitar 1-5 juta kasus keracunan pestisida tanpa disengaja pada pekerja di
sektor pertanian. Sebagian besar kasus keracunan tersebut terjadi di negara
berkembang dengan tingkat kematian mencapai 20.000 korban jiwa. Sekitar 5000-
10.000 mengalami dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat, mandul,
dan hepatitis setiap tahunnya (WHO dalam Fikri, Setiani, & Nurjazuli, 2012).
Pada tahun 1996, Departemen Kesehatan RI memonitoring keracunan
pestisida dengan melakukan pemeriksaan kadar kolinesterase darah dan
memperhatikan gejala keracunan yang muncul pada petani pengguna pestisida
Universitas Sumatera Utara
organofosfat dan karbamat di 27 provinsi Indonesia, hasilnya menunjukkan
61,82% petani mempunyai aktivitas kolinesterase normal dan 38,18% mengalami
keracunan dengan rincian 26,89% keracunan ringan, 9,98% keracunan sedang dan
1,30% keracunan berat (Raini, 2007)
Hasil pemeriksaaan kolinesterase darah petani di beberapa kabupaten
potensial keracunan di Sumatera Utara oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Utara adalah Kabupaten Labuhan Batu dari 40 responden diperoleh hasil 31
(77,5%) responden keracunan, Kabupaten Karo dari 38 responden diperoleh hasil
28 (73,6%) responden keracunan, Kabupaten Deli Serdang dari 46 responden
diperoleh hasil 31(67,4%) responden keracunan, dan Kabupaten Dairi dari 37
responden diperoleh hasil 18 (48,8%) responden keracunan (Milala, 2005)
Hasil pemeriksaan kolinestrase darah petani di beberapa desa di
Kecamatan Tigapanah yakni desa Aji Mbelang, desa Aji Buhara dan desa Aji Julu
diperoleh hasil dari 54 responden, 23(42,5%) responden keracunan (Dinkes Kab.
Karo, 2008).
Dalam pencegahan keracunan pestisida, dibutuhkan pengetahuan yang
mendukung dari pengguna pestisida. Menurut Prijanto (2009) angka kejadian
keracunan pestisida akan lebih tinggi pada mereka yang mempunyai pengetahuan
kurang dibandingkan dengan mereka yang mempunyai pengetahuan baik.
Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Hermawan, Faturahman, dan Maywati
(2013) di Kabupaten Bandung dimana diperoleh hasil dari 16 responden yang
pengetahuannya kurang, 14 (87,5%) mengalami keracunan dan dari 26 responden
Universitas Sumatera Utara
yang pengetahuannya baik hanya 12 (46,2%) responden yang mengalami
keracunan.
Paparan pestisida menyebabkan pestisida dapat masuk melalui mata,
hidung, mulut, dan kulit sehingga menimbulkan keracunan (Gultom &
Soelistijani, 2008). Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan pestisida sesuai
prosedur, salah satunya menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) secara lengkap
dan penggunaan dosis dengan tepat. Hasil penelitian Marsaulina & Wahyuni
(2007) menyatakan ada pengaruh dosis tidak sesuai anjuran dan tidak memakai
APD terhadap keracunan pestisida sebesar 72,9% dan uji statistik penelitian ini
menjelaskan petani yang tidak menggunakan APD secara lengkap berisiko
keracunan pestisida 5,3 kali lebih besar jika dibandingkan dengan petani yang
menggunakan APD secara lengkap.
Penelitian Afriyanto (2008) mengatakan petani di Desa Candi Kabupaten
Semarang hanya menggunakan rata-rata 3 APD (baju lengan panjang, celana
panjang, dan topi) dari 7 APD yang lengkap (topi, kacamata, masker, celana
panjang, baju lengan panjang, sarung tangan, dan sepatu bot) dan diperoleh hasil
petani yang menggunakan APD buruk sebanyak 10 orang petani (50%)
mengalami keracunan.
Salah satu jenis komoditi pertanian yang sangat terkenal dari Kecamatan
Tigapanah adalah jeruk. Data dari BPS Kabupaten Karo tahun 2012 menyebutkan
Kecamatan Tigapanah mampu menghasilkan 72.067 ton produksi jeruk pada
tahun 2011. Mengetahui begitu besar manfaat dari pestisida, ditambah dengan
hama jeruk yang semakin banyak, maka petani banyak menggunakan pestisida.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survei awal peneliti di Kecamatan Tigapanah Kabupaten
Karo banyak dijumpai petani jeruk yang menggunakan pestisida tidak sesuai
dengan prosedur, seperti tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara
lengkap, menggunakan dosis yang berlebih, dan membuang wadah bekas
pestisida di sembarang tempat. Umumnya penyemprotan pestisida pada tanaman
jeruk dilakukan 10 hari sekali. Namun, ketika panen sudah dekat dan masih
banyak dijumpai hama, petani jeruk mempercepat jadwal penyemprotan sehingga
keterpaparan petani jeruk di Kecamatan Tigapanah terhadap pestisida masih
sangat tinggi dan sangat berisiko untuk keracunan.
Berdasarkan fenomena- fenomena di atas, peneliti tertarik untuk
mengetahui gambaran pengetahuan petani jeruk tentang keracunan akibat
penggunaan pestisida di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan petani jeruk tentang
keracunan akibat penggunaan pestisida di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan petani
jeruk tentang keracunan akibat penggunaan pestisida di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi bidang keperawatan,
masyarakat dan penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber informasi tentang
keracunan akibat pengunaan pestisida dan diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dan perawat, khususnya perawat
komunitas sehingga dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang
keracunan akibat penggunaan pestisida dengan baik.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat terutama masyarakat pengguna
pestisida, seperti petani, bahwa pestisida dapat menyebabkan keracunan bila
penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur penggunaan yang benar.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya jika ingin meneliti hal yang
berkaitan dengan keracunan akibat penggunaan pestisida.
Universitas Sumatera Utara