BPJS

22
SEJARAH PERJALANAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA Tidak Ada Orang Kaya Dalam Dunia Kesehatan Perjalanan Panjang UU SJSN Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga munculah istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen. Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai dampak lainnya. Apabila tidak aday ang menjamin hal ini maka suatu saat hal ini mungkin dapat menjadi masalah yang besar Seperti menemukan air di gurun, ketika Presiden Megawati mensahkan UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, banyak pihak berharap tudingan

description

bpjs

Transcript of BPJS

SEJARAH PERJALANAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIATidak Ada Orang Kaya Dalam Dunia KesehatanPerjalanan Panjang UU SJSNAdanya pengeluaran yang tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut stabilisasi yang rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat tinggi. Hal ini berpengaruh pada penggunaan pendapatan seseorang dari pemenuhan kebutuhan hidup pada umumnya menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi, dan lain lain. Hal ini tentu menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga. Sehingga munculah istilah SADIKIN, sakit sedikit jadi miskin. Dapat disimpulkan, bahwa kesehatan tidak bisa digantikan dengan uang, dan tidak ada orang kaya dalam menghadapi penyakit karena dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati penyakit yang dideritanya.Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu peristiwa yang tidak kita harapkan namun mungkin saja terjadi kapan saja dimana kecelakaan dapat menyebabkan merosotnya kesehatan, kecacatan, ataupun kematian karenanya kita kehilangan pendapatan, baik sementara maupun permanen.Belum lagi menyiapkan diri pada saat jumlah penduduk lanjut usia dimasa datang semakin bertambah. Pada tahun Pada 2030, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia adalah 270 juta orang. 70 juta diantaranya diduga berumur lebih dari 60 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2030 terdapat 25% penduduk Indonesia adalah lansia. Lansia ini sendiri rentan mengalami berbagai penyakit degenerative yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas dan berbagai dampak lainnya. Apabila tidak aday ang menjamin hal ini maka suatu saat hal ini mungkin dapat menjadi masalah yang besarSeperti menemukan air di gurun, ketika Presiden Megawati mensahkan UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004, banyak pihak berharap tudingan Indonesia sebagai negara tanpa jaminan sosial akan segera luntur dan menjawab permasalahan di atas.Munculnya UU SJSN ini juga dipicu oleh UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) mengamanatkan untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Hingga disahkan dan diundangkan UU SJSN telah melalui proses yang panjang, dari tahun 2000 hingga tanggal 19 Oktober 2004.Diawali dengan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000, dimana Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan tentang Pengembangan Konsep SJSN. Pernyataan Presiden tersebut direalisasikan melalui upaya penyusunan konsep tentang Undang-Undang Jaminan Sosial (UU JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep. Menko Kesra dan Taskin No. 25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000, tanggal 3 Agustus 2000, tentang Pembentukan Tim Penyempurnaan Sistem Jaminan Sosial Nasional). Sejalan dengan pernyataan Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No. 30/DPA/2000, tanggal 11 Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera.Dalam Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001 (Ketetapan MPR RI No. X/ MPR-RI Tahun 2001 butir 5.E.2) dihasilkan Putusan Pembahasan MPR RI yang menugaskan Presiden RI Membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu.

Pada tahun 2001, Wakil Presiden RI Megawati Soekarnoputri mengarahkan Sekretaris Wakil Presiden RI membentuk Kelompok Kerja Sistem Jaminan Sosial Nasional (Pokja SJSN - Ke

DEFINISIBerdasarkanUU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah:1. Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial (Pasal 1 angka 6)2. Badan hukum nirlaba (Pasal 4 dan Penjelasan Umum)3. Pembentukan dengan Undang-undang (Pasal 5 ayat (1)2. PEMBENTUKANBerdasarkan ketentuan Pasal 52 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2004, batas waktu paling lambat untuk penyesuaian semua ketentuan yang mengatur mengenai BPJS dengan UU No. 40 Tahun 2004 adalah tanggal 19 Oktober 2009, yaitu 5 tahun sejak UU No. 40 Tahun 2004 diundangkan.Batas waktu penetapan UU tentang BPJS yang ditentukan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah. RUU tentang BPJS tidak selesai dirumuskan.DPR RI mengambil inisiatif menyelesaikan masalah ini melalui Program Legislasi Nasional 2010 untuk merancang RUU tentang BPJS. DPR telah menyampaikan RUU tentang BPJS kepada Pemerintah pada 8 Oktober 2010 untuk dibahas bersama Pemerintah.DPR RI dan Pemerintah mengakhiri pembahasan RUU tentang BPJS pada Sidang Paripurna DPR RI tanggal 28 Oktober 2011. RUU tentang BPJS disetujui untuk disahkan menjadi Undang-undang. DPR RI menyampaikan RUU tentang BPJS kepada Presiden pada tanggal 7 November 2011. Pemerintah mengundangkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS pada tanggal 25 November 2011. Petikan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJSPasal 5(1) Berdasarkan Undang-Undang ini dibentuk BPJS.(2) BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. BPJS Kesehatan; danb. BPJS Ketenagakerjaan.Pasal 6(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a menyelenggarakan program jaminan kesehatan.(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b menyelenggarakan program:a. jaminan kecelakaan kerja;b. jaminan hari tua;c. jaminan pensiun; dand. jaminan kematian.

Pembentukan RUU BPJSa. Pembentukan RUU Inisiatif DPR RI - Program Legislasi Nasional 2010 - 20111. Konsep RUU tentang BPJS inisiatif DPR RI 2010 Tim Pansus RUU tentang BPJS2. DIM RUU tentang BPJS dari Pemerintah3. RUU tentang BPJS (Draft Akhir - tanggal 7 November 2011)4. UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJSb. Pembentukan RUU Inisiatif Pemerintah - Periode Tahun 2007-20091. Naskah AkademikRUU BPJS2. Konsep RUU BPJS Tim dan Kelompok Kerja Penyusun Peraturan Perundang-undangan Pelaksanaan UU No. 40 Tahun 2004, SK Menko Kesra No. 14A/KEP/MENKO/KESRA/VI/2006 Izin Prakarsa Presiden No. B-540/m.Sesneg/D-4/10/2007, tanggal 2 Oktober 20073. TRANSFORMASI BPJS1. PT ASKES (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan dan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 (Pasal 60 ayat (1) UU BPJS)2. PT (Persero) JAMSOSTEK berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014 (Pasal 62 ayat (1) UU BPJS) BPJS Ketenagakerjaan paling lambat mulai beroperasi pada tanggal 1 Juli 2015, termasuk menerima peserta baru (Pasal 62 ayat (2) huruf d UU BPJS)3. PT (Persero) ASABRI menyelesaikan pengalihan program ASABRI dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029 (Pasal 65 ayat (1) UU BPJS)4. PT TASPEN (Persero) menyelesaikan pengalihan program THT dan program pembayaran pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan paling lambat tahun 2029 (Pasal 65 ayat (1) UU BPJS)Proses selanjutnya adalah pembubaran PT ASKES (Persero) dan PT (Persero) JAMSOSTEK tanpa likuidasi. Sedangkan PT (Persero) ASABRI dan PT TASPEN (Persero) tidak secara tegas ditentukan dalam UU BPJS.

JAKARTA - Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat mempertanyakan alasan pemerintah hanya menetapkan jumlah penerima premi bantuan iuran Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebanyak 86,4 juta orang miskin. Angka ini lebih kecil ketimbang hasil survei Pendataan Program Perlindungan Sosial yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyebutkan ada 96,7 juta orang miskin."Kami Komisi Kesehatan akan terus berusaha agar ada peningkatan anggaran bagi yang tidak mampu. Sebelum (APBN 2014) diketuk, masih bisa kami upayakan," ujar anggota Komisi Kesehatan, Rieke Diah Pitaloka, dalam rapat kerja komisi dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Bappenas, dan Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional kemarin.Sebelumnya Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat telah menetapkan penerima bantuan iuran sebanyak 86,4 juta orang, padahal data BPS menyebutkan ada 96,7 juta rakyat miskin. Adapun iuran yang dibayarkan pemerintah ditetapkan naik dari Rp 15.500 menjadi Rp 19.225.SJSN direncanakan mulai berlaku pada 1 Januari 2014, dimulai dengan SJSN Kesehatan. Pelaksanaannya akan berlaku secara bertahap. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan selanjutnya akan ada masa transisi selama 5 tahun sampai 2019.Menanggapi pertanyaan tersebut, Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menjelaskan bahwa survei BPS mengambil 40 persen masyarakat dengan pendapatan terendah. "Itu sudah memasukkan penduduk di atas miskin," katanya.Perubahan jumlah penerima bantuan iuran itu tidak lepas dari perubahan garis kemiskinan yang semula dipakai BPS pada September 2012 sebesar Rp 259.520 per kapita per bulan. Sedangkan per Maret 2013, garis kemiskinan naik menjadi Rp 271.626 per kapita per bulan.Selain itu, menurut Mahendra, ada indeks lain yang dipakai untuk menghitung masyarakat miskin dan bukan hanya pendapatan. Adapun masyarakat hampir miskin berkriteria pendapatan terendah 1,2 kali di atas garis kemiskinan. MARTHA THERTINASumber: Koran Tempo- See more at: http://www.jamsosindonesia.com/newsgroup/selengkapnya/dpr-pertanyakan-jumlah-penerima-iuran-sjsn_6485#sthash.1xQKrwrR.dpuf

Dari 10 peraturan pelaksana UU BPJS, dua peraturan baru tuntas, yakni PP Penerima Bantuan Iuran dan Perpres Jaminan Kesehatan. Saat ini persiapan untuk operasional BPJS sudah mencapai 80%.

ilustrasi google.com

ANGGOTA Komisi IX DPR RI, Zuber Safawi, meminta pemerintah segera membe nahi dua peraturan pelak sana UU Badan Penyelenggara Ja minan Sosial (BPJS) yang sudah di buat. Selain itu, juga menuntaskan empat peraturan pelaksana lainnya yang dinilai sangat mendesak untuk dituntaskan.Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS disebutkan bahwa penyelenggaraan SJSN dibentuk dua badan penyelenggara jaminan sosial, yaitu BPJS kesehatan yang akan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014 dan BPJS ketenagakerjaan paling lam bat 1 Juli 2015. BPJS Kesehatan se bagai pelaksananya ditunjuk PT Askes Persero, sedangkan BPJS Jamin an Sosial Tenaga Kerja ditunjuk PT Jamsostek.Kami berharap pemerintah segera menuntaskan peraturan pelaksana yang mendukung UU BPJS, ujar Zuber Safawi ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin.Keempat peraturan itu adalah per aturan yang mengatur tata kelola BPJS yang baik, antara lain Perpres Ta ta Cara Pemilihan, Penetapan De wan Pengawas, Dewan Direksi BPJS, Pepres Renumerasi Dewan Peng awas dan Direksi BPJS, serta PP ten tang Modal Awal BPJS dan Pengelolaan Dana Amanat.Adapun peraturan lain, seperti Kep pres Pengangkatan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT Askes (persero) yang aktif bertugas di akhir 2013 menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan, menurut Zuber, bisa menunggu dituntaskan pada akhir tahun.Menurut Direktur Utama PT Askes Persero (yang nantinya menjadi BPJS Kesehatan), Fachmi Idris, ada sepuluh peraturan pelaksana UU BPJS.Namun, yang telah tuntas ada dua, yakni PP Penerima Bantuan Iuran dan Perpres Jaminan Kesehatan.Sementara itu, delapan peraturan pelaksana UU BPJS antara lain RPP Pengelolaan Dana, RPP Pengenaan Sanksi Administrasi bagi Pemberi Kerja, RPP Tata Cara Hubungan Antarlembaga, dan RPP Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif bagi Dewan dan Direksi.Fachmi Idris mengakui hal itu menjadi kendala bagi pelaksanaan BPJS. Namun, dia menyatakan optimistis, sebelum berlaku Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 1 Januari 2014, semua peraturan telah terbit.Soal itu saya optimistis sebelum pelaksanaan 1 Januari, semua telah terbit, kata Fachmi ketika berkunjung ke kantor Media Group, di Jakarta, kemarin.Jamin tuntas Di sisi lain, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggaransi sejumlah peraturan pelaksana UU BPJS bakal tuntas pada akhir tahun. Saat ini persiapan untuk operasional BPJS sudah mencapai 80%. Saat Januari 2014, nanti segala peraturan terkait BPJS dijamin sudah siap, ujar Ghufron saat dihubungi kemarin. Dia menambahkan, sejumlah peraturan krusial, yaitu PP No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sudah terbit pada awal tahun ini.Ghufron mengakui dari dua peraturan pelaksana yang terbit itu belum diselesaikan soal jumlah peserta kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan jumlah iuran yang harus dibayarkannya. Selain itu, persentase gaji yang dipotong untuk premi bagi pekerja formal juga belum diputuskan.Menurut dia, soal persentase besaran premi dari pekerja masih membutuhkan pembicaraan segitiga antara buruh, pengusaha, dan pemerintah. Kalau sudah ada kesepakatan antara buruh dan pemerintah, proses penentuan keputusannya diyakini tidak bakal lama. (*/H-1) [email protected]: Media Indonesia EpaperFollow Kami di:

PRA SJSNJAMKESMASJaminan Sosial Masyarakat (JAMKESMAS) adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah, diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin /JPKMM atau lebih dikenal dengan program ASKESKIN yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007.Perubahan mendasar penyelenggaraan dari Program ASKESKIN ke Program JAMKESMAS didasari atas pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparansi dan akutabilitas penyelenggaraan program.Perubahan meliputi: pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota, serta penugasan PT Askes (Persero) untuk melaksanakan pengelolaan kepesertaan1. Landasan FilosofisProgram JAMKESMAS sebagai kelanjutan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin atau dikenal Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN) diselenggarakan sejak Agenda 100 Hari Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu untuk mengatasi hambatan dan kendala akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin.Kebijakan JAMKESMAS/ASKESKIN dilaksanakan untuk memenuhi hak dasar setiap individu/semua warga negara termasuk masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Kebijakan ini merujuk pada Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Tahun 1948 dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28 H.Lebih lanjut, Program JAMKESMAS diselenggarakan untuk: Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang melaksanakan program Jamkesmas. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya. Terselenggaranya pengelolaan keuangan Negara yang transparan dan akuntabel.Kebijakan JAMKESEMAS/ASKESKIN diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu selama masa transisi pelaksanaan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Selanjutnya, penyelenggaraan akan diserahkannya kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai UU SJSN.2. Landasan YuridisKeputusan Menteri Kesehatan No. SK No. 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang Penugasan PT Askes (Persero) Dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin.Peraturan Perundangan Terkait Undang-Undang Dasar 1945:1. Pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.2. Pasal 34 ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3) bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak. Pendanaan dan Pengelolaan Dana:1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286)2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lemb. Negara Nomor 4355)3. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400)4. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)5. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4920)6. UU No. 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4920) PerMen Keuangan No. 134/PMK.6/2005tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara PerMen Keuangan No. 91/PMK.06/2007tentang Bagan Akun Standar Penyelenggaraan pelayanan kesehatan:1. UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063)2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);3. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431) PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4844) PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737) PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741)5. PerPres No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 20066. PerMen Kesehatan No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1279/Menkes/Per/XII/20073. Mekanisme PenyelenggaraanMekanisme penyelenggaraan Program JAMKESMAS diatur dengan:a. Tahun 2013 Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2013. Penyelenggaraan JAMKESMAS Tahun 2013 diatur lebih lanjut dengan:1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 010/Menkes/SK/I/2013 tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jamkesmas Tahun 20132. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan RI No. HK.02.03/I/0395/2013 tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di Pelayanan Dasar untuk Tiap Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 20133. Surat Edaran No. 149 Tahun 2013 tentang Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 20134. Surat Edaran No. HK.03.03/X/573/2013 tentang Pelaksanaan Jamkesmas dan Jampersal Tahun 2013b. Tahun 2012 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011 digunakan sebagai pedoman pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2012 (berdasarkan petunjuk teknis pelayanan kesehatan dasar JAMKESMAS No. 2581/Menkes/Per/XII/2011) Penyelenggaraan JAMKESMAS Tahun 2012 diatur lebih lanjut dengan:1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2581/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jaminan Kesehatan Masyarakat.2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 052/Menkes/SK/II/2012 Tentang Penerima Dana Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Jaminan Persalinan di Pelayanan Dasar untuk Tiap Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 20123. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 053/Menkes/SK/II/2012 Tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 20124. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 173/Menkes/SK/V/2012 Tentang Penerima Dana Tahap Kedua Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 20125. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.03.05/I/431/12 Tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di Pelayanan Dasar untuk Tiap Kab/Kota Tahun Anggaran 20126. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.03.05/I/861/12 Tentang Penerima Dana Tahap Kedua Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di Pelayanan Dasar untuk Tiap Kab/Kota Tahun Anggaran 20127. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK 03.05/1524/2012 tentang Penerima Dana Tahap Ketiga Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di Pelayanan Dasar untuk Tiap Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 20128. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 233/Menkes/SK/VII/2012 tentang Penerima Dana Tahap Ketiga Penyelenggaraan Jamkesmas Tahun 20129. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 382/Menkes/SK/XI/2012 tentang Penerima Dana Tahap Keempat Penyelenggaraan Jamkesmas Tahun 2012c. Tahun 2011 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011, memuat:1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.2. Ketentuan untuk memberlakukan Pemberlakuan INA-CBGs untuk klaim pelayanan kesehatan terhadap peserta Jamkesmas sejak akhir tahun 2010.3. Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan No. 686/Menkes/SK/VI/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Tahun 2010 Penyelenggaraan JAMKESMAS Tahun 2011 diatur lebih lanjut dengan:1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1097/Menkes/Per/VI/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 325/Menkes/SK/II/2011 tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 20113. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 1036/Menkes/SK/V/2011 tentang Penerima Dana Tahap Kedua Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 20114. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 1783/Menkes/SK/VIII/2011 tentang Penerima Dana Tahap Ketiga Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 20115. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 1937/Menkes/SK/IX/2011 tentang Penerima Dana Tahap Keempat Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011d. Tahun 2010 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 686/Menkes/SK/VI/2010Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, memuat:1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.2. Ketentuan untuk memberlakukan INA-DRG Versi 1.6 untuk klaim pelayanan kesehatan terhadap peserta Jamkesmas sejak 1 Maret 2010.3. Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 316/Menkes/SK/V/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 329/MENKES/PER/III/2010Tentang Bantuan Sosial Untuk Pelayanan Kesehatan Di Daerah Tertinggal, Perbatasan, Dan Kepulauan (DTPK) TAHUN 2010, memuat:1. Daftar Penerima Bantuan Sosial Untuk Pelayanan Kesehatan Di Daerah Tertinggal, Perbatasan, Dan Kepulauan (DTPK) Tahun 2010 beserta besarannya2. Dana Bantuan Sosial diperuntukkan bagi dukungan operasional pelayanan kesehatan primer, baik di Puskesmas maupun kunjungan ke lokasi sasaran berupa kegiatan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di DTPK.3. Bantuan Sosial diterima oleh Tim Pengelola Pelayanan Kesehatan DTPK yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.4. Tatacara Pengelolaan Bantuan Sosial mengikuti Petunjuk Teknis5. Petunjuk Teknis digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Bantuan Sosial.6. Dana Bantuan Sosial bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Direktorat Bina Kesehatan Komunitas Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 307/MENKES/PER/V/2009 Tentang Program Bantuan Sosial Dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat, memuat:1. Bentuk bantuan2. Prosedur pelaksanaan pemberian bantuan3. Penggunaan bantuan4. Pelaporan5. Mulai berlaku sejak 25 Mei 2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Serta Rumah Tahanan Negara, memuat:1. Petunjuk Teknis dan ketentuan untuk berpedoman pada KepMenKes No. 316/Menkes/SK/V/20092. Mulai berlaku sejak 23 Desember 2009e. Tahun 2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 316/Menkes/SK/V/2009Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2009, memuat:1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.2. Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 20093. Mulai berlaku sejak 1 Januari 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 307/MENKES/PER/V/2009 Tentang Program Bantuan Sosial Dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat, memuat:1. Bentuk bantuan2. Prosedur pelaksanaan pemberian bantuan3. Penggunaan bantuan4. Pelaporan5. Mulai berlaku sejak 25 Mei 2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Serta Rumah Tahanan Negara, memuat:1. Petunjuk Teknis dan ketentuan untuk berpedoman pada KepMenKes No. 316/Menkes/SK/V/20092. Mulai berlaku sejak 23 Desember 2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 124/Menkes/SK/II/2009 tentang Penerimaan Dana Jamkesmas Tahun 2009, memuat:1. Rumah Sakit dan Pemberi Pelayanan Kesehatan Rujukan penerima dana Jamkesmas beserta besarannya, dibiayai oleh Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Direktoran Jenderal Bina Pelayanan Medik Kemenkes, tahun 20092. Kekurangan atau kelebihan dana akan diperhitungkan dan dibayarkan pada peluncuran dana tahap dua3. Mulai berlaku sejak 6 Februari 2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 434/Menkes/SK/VI/2009 tentang Penerimaan Dana Tahap Dua Jamkesmas Tahun 2009, memuat:1. Rumah Sakit dan Pemberi Pelayanan Kesehatan Rujukan penerima dana tahap dua Jamkesmas beserta besarannya, dibiayai oleh Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Direktoran Jenderal Bina Pelayanan Medik Kemenkes, tahun 20092. Kekurangan atau kelebihan dana akan diperhitungkan dan dibayarkan pada klaim pelayanan kesehatan berikutnya setelah diverifikasi oleh Tenaga Pelaksana Verifikasi3. Mulai berlaku sejak 18 Juni 2009 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 160/Menkes/SK/II/2009 tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1241/Menkes/SK/XII/2009 tentang Perubahan KepMenKes No. 160/Menkes/SK/II/2009,memuat:1. Pedoman dan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak lain untuk rekrutmen tenaga pelaksana verifikasi dalam penyelenggaraan dan pengelolaan program Jamkesmas2. Mencabut KepMenkes No. 274/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat3. Mulai berlaku sejak 24 Februari 2009 dan perubahan mulai berlaku sejak 21 Desember 2009 Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.02.04/BI.1/2708/09Tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2009, memuat:1. Acuan bagi instansi Pemerintah, pemberi pelayanan kesehatan serta pihak lain terkait dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan pemberi pelayanan kesehatan primer lainnya2. Mencabut Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.02.03/BI.3/2318/08 Tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 20083. Mulai berlaku sejak penetapan pada 21 Agustus 2009 dengan masa transisi sampai dengan 30 September 2009.f. Tahun 2008 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 125/Menkes/SK/II/2008Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin sebagaimana diubah dengan Kep.Menkes RI Nomor 1079/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Perubahan Kep.Men.Kes Nomor 125/Menkes/SK/II/2008, memuat:1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.2. Menyatakan bahwa Pemberi Pelayanan Kesehatan yang telah bekerja sama dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam program ASKESKIN tetap melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengacu pada pedoman baru (tahun 2008).3. Menyatakan bahwa penyelesesaian klaim-klaim pelayanan kesehatan Program ASKESKIN tahun 2007 yang belum diselesaikan berdasarkan penugasan kepada PT ASKES (Persero) akan diselesaikan setelah dilakukan audit oleh aparat pengawas fungsional.4. Mulai berlaku sejak 1 Januari 2008. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.02.03/BI.3/2318/08 Tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008, memuat:Acuan bagi instansi Pemerintah, pemberi pelayanan kesehatan serta pihak lain terkait dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan pemberi pelayanan kesehatan primer lainnya

SINGAPURA, KOMPAS.com Pada survei yang dilakukan oleh Barclays Bank, yang dirilis pekan lalu, terungkap bahwa kekayaan warga Singapura meningkat paling cepat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Sebagaimana dikutip dari Forbes, Selasa (9/7/2013), survei tersebut dilakukan dengan melibatkan perseorangan dengan kekayaan individu minimal 1,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 15 miliar. Jumlah responden yang terlibat dalam survei ini mencapai 2.000 orang yang tersebar di seluruh dunia.

Hasil yang paling menonjol dari survei itu adalah kekayaan warga Singapura naik paling cepat jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Rata-rata orang Singapura hanya butuh waktu 10 tahun untuk menjadi orang dengan kekayaan setidaknya Rp 15 miliar.

Meskipun krisis keuangan melanda berbagai negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, hal itu tak banyak memengaruhi laju kenaikan kekayaan orang Singapura, yang dalam hal ini naik hingga 50 persen.

Kenaikan tersebut juga erat hubungannya dengan menguatnya bursa saham Singapura. Indeks Straits Times yang naik dua kali lipat pada periode 2008-2013 membuat kekayaan warga negara ini juga melejit. Namun, kondisi tersebut juga membuat sebagian besar kekayaan warga Singapura selalu dibayangi fluktuasi dari lantai bursa.

Dari survei itu, salah satu yang menarik untuk disimak adalah bagaimana orang Singapura membagi uangnya, yang membuat mereka begitu cepat kaya.

Tabungan dan investasi. Ternyata, orang Singapura begitu memprioritaskan untuk menabung dan berinvestasi. Dari seluruh kekayaan yang dimilikinya, sebanyak 61 persen dimasukkan ke bank maupun diinvestasikan ke instrumen pasar modal. Porsi tersebut di bawah alokasi penduduk Hongkong, yang menyisihkan 66 persen kekayaannya untuk ditabung dan diinvestasikan, sedangkan warga China daratan mengalokasikan 58 persen.

"Traveling" dan kegiatan amal. Orang Singapura adalah warga yang selalu disibukkan dengan berbagai aktivitas. Berjalan selalu terburu-buru menjadi pemandangan yang biasa di setiap sudut negara kecil itu. Namun, di balik kesibukannya itu, warga Singapura adalah orang yang senang bepergian dan menghabiskan waktu luang.

Di sisi lain, mereka juga senang menyisihkan sebagian kekayaan untuk kegiatan sosial kendati mereka identik dengan orang yang money oriented. Untuk keperluan berwisata dan mendukung kegiatan amal, orang Singapura menyisihkan 16 persen dari kekayaan mereka.

Mobil dan perhiasan. Dari survei Barclays, diketahui, ternyata orang Singapura tak begitu terobsesi untuk membeli mobil, perhiasan, maupun benda-benda untuk dikoleksi sehingga untuk pos ini, rata-rata orang Singapura hanya mengalokasikan 7 persen dari kekayaannya.

Kondisi ini berbeda dengan warga India yang sangat gemar membeli mobil dan perhiasan sehingga alokasi dana untuk pembelanjaan ini mencapai 17 persen.

Obsesi. Di sisi lain, survei itu juga mengungkapkan cita-cita orang Singapura dengan harta yang mereka miliki itu. Ini agak mengejutkan lantaran orang Singapura sangat ingin melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Bahkan, karena itu, mereka punya cita-cita untuk memberikan 50 persen kekayaannya untuk lembaga amal dan 13 persen diwariskan kepada keturunannya.

Bagaimana dengan Anda...?