Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

41
Borang Portofolio Kasus Etik No. ID dan Nama Wahana - / RSUD Arosuka Topik Kasus Etik Tanggal (kasus) 22 April 2014 pukul 06.00 WIB Nama Pasien By. Erlinda/ 1 hari No. RM 051403 Tanggal Presentasi Pendampin g dr. Elvira Thaher Tempat Presentasi Aula RSUD Arosuka Objektif Presentasi Keilmuan □ Keterampilan Penyegara n □ Tinjauan Pustaka Diagnosti k □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa Lansia □ Bumil Deskripsi Bayi baru lahir dengan BBLSR 900 gram □ Tujuan Mengetahui dan mampu mengenali kasus Aspirasi Air Susu Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Membahas Diskusi Presentas i dan □ E-mail □ Pos 1

Transcript of Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Page 1: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Borang Portofolio Kasus Etik

No. ID dan Nama Wahana - / RSUD Arosuka

Topik Kasus Etik

Tanggal (kasus) 22 April 2014 pukul 06.00 WIB

Nama Pasien By. Erlinda/ 1 hari No. RM 051403

Tanggal Presentasi Pendamping dr. Elvira Thaher

Tempat Presentasi Aula RSUD Arosuka

Objektif Presentasi

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi Bayi baru lahir dengan BBLSR 900 gram

□ Tujuan Mengetahui dan mampu mengenali kasus Aspirasi Air Susu

Bahan

Bahasan□ Tinjauan Pustaka □ Riset

□ Kasus□ Audit

Cara

Membahas□ Diskusi □ Presentasi

dan Diskusi

□ E-mail □ Pos

Data Pasien Nama : By. Erlinda No. Registrasi : 051403

Nama RS : RSUD Arosuka Telp : Terdaftar sejak : 14 April 2014

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Ruptur uretra et causa kesalahan pemasangan kateterisasi

Riwayat Pengobatan : Pasien telah dirawat di bagian Interne selama 13 hari dengan diagnosis

Ischialgia ec. Spondilosis + spondilistesis + Syndrom dyspepsia + Hipertensi stg II dan diberi terapi:

o IVFD RL: KaEn 3B= 1:1=12 jam/kolf

o Ranitidin Inj. 2x1A

o Ondansetron Inj 3x1 A

o Inpepsa syr 3x1c

o Ambroxol syr 3x1c

o Captopril 2x25 mg

o Calsium laktat 1x1 tab

1

Page 2: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

o Mecobalamin 3x1 tab

o Diazepam 1x5 mg tab

o Meloxicam 2x7,5 mg

o Metil prednison 3x4mg

2. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menerita sakit seperti ini sebelumnya

3. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

4. Riwayat Pekerjaan : Petani

5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal bersama istri dan 3 orang anak.

6. Lain-lain : -

Daftar Pustaka :

1. Buku ajar Ilmu Bedah Wim D Jong

2. UU No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran

3. Kode Etik Kedokteran Indonesia

Hasil Pembelajaran :

1. Mengetahui prosedur pemasangan kateter uretra yang benar

2. Mengetahui komplikasi pemasangan kateter uretra yang tidak sesuai prosedur

3. Mampu mendiagnosis ruptur uretra kemudian merujuk pasien

4. Mengetahui penatalaksanaan awal ruptur uretra sebelum dirujuk

5. Mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi pada ruptur uretra

6. Mengetahui Undang-undang yang berhubungan dengan etika

7. Mengetahui Sanksi yang akan diterima jika melanggar Undang-undang dan Etika kedokteran

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO2

Page 3: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

1. SUBJEKTIF :

Seorang pasien bayi baru lahir berjenis kelamin perempuan di bawa ke IGD RSUD

Arosuka pada tanggal 14 April 2014 rujukan dari Puskesmas Tanah Garam dengan :

Keluhan Utama :

Bayi berat badan lahir amat sangat rendah

Riwayat Penyakit Sekarang :

• Neonatus berat badan lahir amat sangat rendah 900 gram lahir prematur 24

minggu, ditolong dokter, saat lahir langsung menangis lemah

• Kulit badan dan ekstremitas kemerahan

• Sianosis (-)

• Jejas persalinan (-)

• Gerak kurang aktif

Riwayat kehamilan ibu:

• G2P1A0H1

• Pemeriksaan antenatal oleh bidan di posyandu, teratur 1 bulan sekali.

• HPHT 13Oktober 2013, Taksiran Persalinan 21 Juli 2014

• BB sebelum kamil 45 kg, BB saat hamil 55 kg

• Penyakit selama kehamilan : riwayat demam dan menderita penyakit infeksi saat

kehamilan tidak ada

• Komplikasi selama kehamilan tidak ada

• Makan : kualitas dan kuantitas cukup

• Riwayat merokok dan minum alkohol selama kehamilan tidak ada

• Riwayat mendapat penyinaran selama kehamilan tidak ada

• Riwayat memakan obat-obatan selain yang diberikan dokter tidak ada

Riwayat Persalinan :

• Anak I : perempuan, lahir spontan, ditolong bidan, 37 minggu, BBL 2700

gram

• Anak II : sekarang

3

Page 4: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Riwayat Natal :

• Spontan/tidak spontan: Spontan

• Nilai APGAR : tidak tahu (lahir di luar)

• Berat badan lahir : 900 gram

• Panjang badan lahir : 34 cm

• Lingkar kepala : 25 cm

• Penolong : Dokter

Riwayat Neonatal :

• Setelah lahir anak langsung menangis, kulit kemerahan, gerak kurang aktif

Riwayat sosial lingkungan :

• Pasien berasal dari keluarga ekonomi rendah.

2. OBJEKTIF :

• Keadaan Umum : kurang aktif :

• Nadi : 144 kali/ menit

• Nafas : 46kali/ menit

• Suhu : 36,7°C

• Panjang badan : 36 cm

• Berat Badan : 900 gram

• Sianosis : tidak ada

• Ikterus : tidak ada

Kepala : normocephal

Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik

Telinga, hidung, mulut : tidak ada kelainan

Leher : tidak ada kelainan

Dada :

Bentuk : normochest, retraksi intercostal dan epigastrium (-)

Paru : bronkovesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Jantung : irama teratur, bising (-)

4

Page 5: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Abdomen

• Distensi (-)

• Supel, hepar dan lien tidak teraba

Anggota Gerak : akral hangat, CRT <2 detik

Anus : ada

Diagnosis : NBBLASR 900 gram partus prematurus di luar

Terapi :

- IVFD D10% + Ca Glukonas 8cc + KCl 8cc + NaCl 3% 8cc → 6 tetes/menit

- Inj Ampicilin 2x50 mg IV

- Inj Cefotaxim 2x50 mg IV

- Inj Aminofilin 3x2,5 mg IV

- Vit K 3x2 mg IV

- Ranitidin 2x2 mg IV

- ASI 8x3cc

19 April 2014

Pasien telah dirawat selama 5 hari di bagian Covice dalam dengan diagnosa : NBBLASR

900 gram partus prematurus di luar

Subjectif:

- Sesak (-)

- Muntah (-)

- Demam (-)

- Menyusui (+) SF

Objectif:

KU Nadi Nafas T

Sedang 137x/i 48x/i 36,80C

kulit : sianosis (-)

Abdomen : supel, distensi (-)

5

Page 6: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Extremitas : akral hangat, perfusi baik

Terapi :

- IVFD D10% + Ca Glukonas 8cc + KCl 8cc + NaCl 3% 8cc → 6 tetes/menit

- Inj Ampicilin 2x50 mg IV

- Inj Cefotaxim 2x50 mg IV

- Inj Aminofilin 3x2,5 mg IV

- Vit K 3x2 mg IV

- Ranitidin 2x2 mg IV

- ASI 8x5cc (5cc dijadikan 2x pemberian, setiap pemberian 2,5cc)

22 April 2014

Subjectif:

- Os dilaporkan apneu

- Gerak Reflex (-)

- Sianosis (+)

Objectif:

Pukul 06.20 WIB : Denyut Jantung (-) →RJP 30x : 2 Ventilasi

Denyut Jantung (-)→ RJP 30x : 2 Ventilasi

Denyut Jantung (-)

RJP 30x : 2 Ventilasi

Pukul 06.50 WIB : denyut jantumg (-), pupil midriasis maksimal → os dinyatakan

meninggal dunia dihadapan keluarga.

3. ASSESMENT

6

Page 7: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Pada pasien ini terdapat kesalahan dalam pemberian ASI. Pada Pasien ini, bayi

bisa minum sehingga tidak diperlukan pemasangan NGT. Sewaktu pemberian ASI

dengan sendok ke mulut bayi seharusnya tenaga kesehatan mengawasi dengan seksama,

karena rentan terjadinya aspirasi. Setelah bayi diberikan ASI oleh tenaga kesehatan,

tenaga kesehatan tidak mengobservasi bayi, sehingga terjadinya aspirasi tidak diketahui.

Terdapat pelanggaran etika medik pada pasien ini yaitu kelalaian oleh petugas

kesehatan dalam tindakan medis. Terjadi pelanggaran dalam pasal 54 ayat (1) Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu tenaga kesehatan yang

melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan

tindakan disiplin. Namun, dalam pasal 351 Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP), tenaga kesehatan yang lalai atau kurang hati-hati sehingga menyebabkan orang

lain (pasien) cacat atau bahkan sampai meninggal dunia dapat diancam hukuman pidana

berupa penjara paling lama lima tahun. Oleh karena itu, perlunya keterampilan petugas

kesehatan yang lebih terampil dalam memberikan pelayanan kesehatan dan peduli

terhadap kesembuhan pasien yang dirawat.

4. PLAN :

Diagnosis klinis : NBBLASR 900 gram + Aspirasi Air Susu

Pengobatan :

Pada pasien ini, dilakukan Resusitasi Jantung Paru dan kontrol tanda vital.

Pendidikan :

Kepada keluarga sebelumnya telah dijelaskan bahwa kondisi pasien

berat.Keluarga diminta untuk mempersiapkan diri jika terjadi hal yang terburuk.

Konsultasi :

Perlu dilakukan konsultasi kepada Spesialis Anak mengenai penangan

selanjutnya pada kasus aspirasi.

TINJAUAN PUSTAKA

7

Page 8: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Berat Badan Lahir Rendah

I. Definisi

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Sumber lain

mendefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir dibawah persentil 10 dari

perkiraan berat menurut masa gestasi.

Klasifikasi menurut berat lahir dan masa gestasi :

a. Berat badan lahir rendah (BBLR) : bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500

gram tanpa memandang usia gestasi

b. Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) : bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir <1500 gram

c. Berat badan ekstrem rendah : bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <1000 gram

d. Berat badan lahir cukup : bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500-4000

gram

e. Berat badan lahir lebih : bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >4000 gram

f. Bayi kurang bulan (BKB): bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37 minggu

g. Bayi cukup bulan (BCB) : bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42

minggu

h. Bayi lebih bulan (BLB) : bayi dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu

i. Bayi kecil masa kehamilan atau Small for Gestasional Age (SGA) : bayi

dilahirkan dengan berat lahir atau abdominal circumference (<10 persentil)

menurut grafik Lubchenco. Severe SGA terjadi bila berat badan lahir atau

abdominal circumference < 3 persentil.

j. Bayi besar untuk masa kehamilan atau Large for gestasional age (LGA) : bayi

dilahirkan dengan berat lahir >10 persentil menurut grafik Lubchenco.

II. Epidemiologi

Angka prevalensi dari BBLR secara global adalah 15,5%, yang berarti sekitar

20,6 juta bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, dan 96,5% berada di negara

berkembang. Insidens tertinggi ada di Asia Tengah-Selatan (27,1%) dan insiden

8

Page 9: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

terendah ada di Eropa (6,4%). Berat badan lahir rendah berkontribusi sebesar 60-

80% pada seluruh kematian neonatus.

Dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia, morbiditas dan mortalitas bayi

masih tinggi. Jika dilihat dari umur saat bayi meninggal berdasarkan SKRT 2001

sekitar 47% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian

adalah prematuritas dan BBLR (29%).

Berat badan lahir rendah adalah hasil keadaan kelahiran preterm, intrauterine

growth restriction, atau gabungan keduanya. Dalam penelitian Kramer menunjukkan

bahwa BBLR berhubungan erat dengan perawatan antenatal yang tidak memadai, BB

sebelum kelahiran ≤45 kg, tinggi ≤145 cm, riwayat obstetrik yang buruk, merokok,

dan anemia.

III. Etiologi

Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Berikut akan

dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.

Faktor Ibu :

Toxemia

Hipertensi dan/atau penyakit ginjal

Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)

Malnutrisi (mikro dan makro)

Menderita penyakit kronis

Anemia sel sabit

Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.

Faktor janin :

infeksi fetal kronik

bayi kembar

defisiensi insulin

anomali kongenital

gangguan kromosom

9

Page 10: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

faktor plasenta :

berkurangnya berat plasenta

berkurangnya luas plasenta

villous placentits

infark

tumor (korioangioma, hydatidiform mole)

twin transfusion syndrome

Sedangkan faktor resiko untuk terjadinya bayi dengan SGA antara lain:

wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi SGA sebelumnya

kondisi medis ibu seperti riwayat diabetes melitus, gangguan ginjal terutama

yang berhubungan dengan hipertensi, gangguan jantung

usia ibu ≥ 35 tahun

nullipara

BMI < 20 atau BMI > 25

Ibu yang melakukan aktivitas fisik berat

Interval kehamilan < 6 bulan atau > 60 bulan dan mengalami perdarahan

vaginal yang banyak pada saat trimester pertama.

Kenaikan berat badan ibu yang rendah saat kehamilan

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan, merokok, atau meminum alkohol

Ibu yang mengkonsumsi kafein ≥ 300 mg per hari pada trimester 3 dan

intake buah yang sedikit saat sebelum hamil

IV. Patofisiologi

Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah sebagai

berikut :

Faktor Ibu:

Malnutrisi

Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin,

yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu

dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih

10

Page 11: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan.

Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap

pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup

simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian,

pada fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,

kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi

ibu rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian

tambahan makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk)

menunjukkan bahwa kaloi tambahan lebih berpengaruh terhadap

peningkatan berat janin dibanding pernmbahan protein.

Infeksi

Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.

Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan

bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki

insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita

infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi

gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat

mereka dilahirkan.

Faktor genetik

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan

kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki

kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%),

dan kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang sama.

Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

Hipertensi atau menderita penyakit ginjal

Hipoksemia (tinggak didataran tinggi, menderita penyakit jantung atau paru-

paru)

Penyakit kronis

Anemia sel sabit

Penggunaan obat-obatan, alkohol, dan merokok

11

Page 12: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Faktor Janin :

Kelainan kromosom (autosomal trisomi)

Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella kongenital,

sifilis)

Anomali kongenital

Radiasi

Kehamilan ganda

Hipoplasi pankreas

Defisiensi insulin

Defisiensi insulin-like growth factor type 1.

dsb.

Faktor plasenta :

Plasenta

Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas

permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga

transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit

vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat

gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen

kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran

darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular

ibu. Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi

kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi

dalam kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH),

insersi plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.

Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta

Penurunan luas permukaan plasenta

Villous plaentitis (disebabkan bakteri, virus, parasit)

Infark plasenta

Tumor ( mola hidatidosa, chorioangioma)

Plasenta terpisah

12

Page 13: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

V. Diagnosis

Kriteria diagnostik pada BBLR adalah sabagai berikut 3 :

1. Menentukan usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid terakhir

(HPHT), ukuran uterus dan USG.

2. Penilaian janin :

Klinis

Pengukuran berat dengan tinggi fundus.

Kadar hormon ibu

Kadar estriol dan human placental lactogen rendah.

USG

Diameter biparietal < optimal

Berkurangnya ukuran lingkaran abdomen menunjukkan

bayi kecil masa kehamilan yang asimetris

Rasio lingkar kepala dan perut > 1 menunjukkan adanya

bayi kecil masa kehamilan yang asimetris

Panjang femur yang rendah menunjukkan adanya bayi kecil

masa kehamilan yang simetris

3. Penilaian bayi baru lahir :

Ukuran berat badan lahir lebih rendah dari masa kehamilan (sesuai

dengan batasan).

Penentuan masa kehamilan berdasarkan HPHT dan atau

berdasarkan pemeriksaan fisik dan neurologis. Selain itu bisa juga

menilai usia kelahiran dengan menggunakan skor Ballard, yang

terdiri dari :

13

Page 14: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Figure 91-7  Maturity rating. The physical and neurologic scores are added to calculate gestational age.

(From Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al: New Ballard score, expanded to include extremely premature infants, J Pediatr 119:417–423, 1991.)

Berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang (untuk mengetahui ada

14

Page 15: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

tidaknya infeksi, kelainan kromosom, dan penggunaan obat-obatan oleh ibu) jika

tidak ada riwayat ibu menderita penyakit atau kelainan yang dapat mengakibatkan

bayi lahir dengan berat lahir rendah.

VII. Komplikasi

Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan suhu

Gangguan termoregulasi pada bayi bisa berupa hipotermia atau

hipertermia. Hipotermia pada BBL bisa terjadi melalui beberapa

mekanisme :

a. Penurunan produksi panas; hal ini disebabkan kegagalan dalam sistem

endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme, sehingga timbul

proses penurunan produksi panas, misalnya pada disfungsi kelenjar

tiroid, adrenal ataupun pituitari.

b. Peningkatan panas yang hilang; terjadi perpindahan panas dari tubuh

ke lingkungan sekitar melalui proses konduksi, konveksi, radiasi,

maupun evaporasi.

c. Kegagalan termoregulasi; pada keadaan hipoksia intrauterin, defek

neurologik, dan sepsis.

Meskipun hipertermia relatif lebih jarang terjadi bila dibandingkan dengan

hipotermia, tetapi hipertermia dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada

BBL. Hipertermia dapat disebabkan oleh suhu lingkungan yang

berlebihan, infeksi, dehidrasi atau perubahan mekanisme pengaturan panas

sentral yang berhubungan dengan trauma lahir pada otak, malformasi dan

obat-obatan.

2. Kesulitan pernapasan

Gangguan napas pada BBL yaitu keadaan meningkatnya kerja pernapasan

yang ditandai dengan:

a. Takipnea : frekuensi napas >60-80 kali/menit

b. Retraksi interkostal dan substernal selama inspirasi

15

Page 16: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

c. Napas cuping hidung : kembang kempis lubang hidung selama

inspirasi

d. Merintih atau grunting : terdengar merintih atau menangis saat

inspirasi

e. Sianosis

f. Apnu atau henti napas

3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi

a. fungsi gastrointerstinal yang tidak baik (motilitas usus yang tidak baik)

b. Necrotizing Enterocolitis (NEC)

c. Hiperbilirubinemia, baik direk maupun indirek

d. Perforasi gastrointestinal spontan

4. Imaturitas hati

5. Imaturitas ginjal

a. Hiponatremia

b. Hipernatremia

c. Hiperkalemia

d. Renal Tubular Asidosis

e. Renal Glikosuria

f. Edema

6. Imaturitas imunologis

a. infeksi

7. Kelainan neurologis

a. Perdarahan Intraventrikular

b. Kejang

c. Retinopathy of prematurity (ROP)

d. Ketulian

e. hipotonia

8. Kelainan kardiovaskuler

a. Patent ductus arteriosus

b. Hipotensi

c. bradikardia

9. Kelainan hematologis

a. Anemia (onset segera atau onset lama)

16

Page 17: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

10. Metabolisme – Endokrin

a. Hipokalsemia

b. Hipoglikemia

c. Hiperglikemia

d. Hipotermia

e. Late Metabolic Acidosis

VIII. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :

1. Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia

Inkubator dapat digunakan untuk menjaga suhu tubuh bayi. Suhu ruangan

optimal untuk meminimalisir kehilangan panas dan konsumsi oksigen bagi

bayi adalah salah satu yang diperhatian sehingga suhu tubuh bayi berkisar

antara 36,5-37oC. Hal ini bergantung pada besar dan maturitas bayi; bayi

yang lebih kecil dan immatur memerlukan suhu ruangan yang lebih tinggi.

Penggunaan inkubator untuk merawat bayi BBLR memerlukan biaya

tinggi. Akibat terbatasnya fasilitas ditemukan metode kangguru (skin to

skin contact) untuk menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan

rahim sehingga memberi peluang BBLR untuk beradaptasi dengan baik di

lingkungan luar. Metode tersebut terdiri dari :

a. Persiapan

Ibu dilatih selama kurang lebih 3 hari mengenai personal hygiene,

kebersiahn kulit bayi, dan tanda-tanda bahaya pada bayi (merintih,

retraksi dada, apnea, hipotermi, kejang, diare, kuning, sulit minum)

b. Pelaksanaan, perlu diperhatikan 4 komponen :

Posisi bayi letakkan bayi diantara payudara dengan posisi

tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. Posisi bayi dijaga

dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi

dipalingkan ke sisi kanan dan kiri, dengan posisi sedikit

tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada dibawah

telinga bayi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi “kodok”;

17

Page 18: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

tangan harus dalam posisi fleksi. Ikatkan kain dengan kuat agar

saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir.

Nutrisi dengan pemberian ASI. Bayi pada kehamilan kurang

dari 32 minggu biasanya perlu diberi minum melalui NGT.

Bayi dengan masa gestasi 32-34 minggu dapat diberi minum

melalui gelas kecil. Sedangkan bayi dengan usia kehamilan 34

minggu lebih, sudah dapat mulai menyusu pada ibu.

Dukungan untuk ibu dalam melakukan metode kangguru

berupa dukungan emosional, dukungan fisik, dukungan edukasi

Pemulangan, bila memenuhi kriteria : kesehatan bayi baik dan

tidak apnea atau infeksi, bayi minum dengan baik, berat bayi

bertambah (sekurang-kurangnya 15gr/kg/hr) selama minimal 3

hari berturut-turut, ibu mampu merawat bayi dengan baik.

Monitoring kondisi bayi : tanda vital 3x/hr, BB 1x/hr, PB dan

LK 1x/minggu, predischarge score setiap hari, jejas persalinan,

skrining BBL, tumbuh kembang bayi

Monitoring kondisi ibu : tanda-tanda vital, involusi uteri,

laktasi, perdarahan post partum, luka operasi, luka perineum.

Penanganan pencegahan : imunisasi, cari tanda yang

mengindikasikan adanya penyakit, cari permasalahan bila berat

badan yidak mencukupi.

2. Pemenuhan kebutuhan cairan

Ebutuhan cairan bergantung pada masa gestasi, keadaan lingkungan

sekitar, dan penyakit penyerta. Intake cairan pada bayi cukup bulan

dimulai dari 60-70ml/kg/hari dan dinaikkan sampai 100-120ml/kg/hari

pada hr edua dan ketiga. pada bayi prematur cairan dimulai dari

70-80ml/kg/hari dan ditingkatkan bertahap sampai 150ml/g/hr. Berat

badan, urine, kadar natrium dan BUN sebaiknya dimonitor untuk

mencapai kebutuhan cairan yang seimbang.

3. Nutrisi Total Parenteral

Tujuan nutrisi parenteral adalah memberikan kebutuhan kalori yang cukup

akan glukosa, protein, dan lipid untuk perkembangan optimal. Infus terdiri

dari 2,5-3,5gr/dl asam amino sintetis dan 10-15 gr/dl glukosa, bisa

18

Page 19: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

ditambahan elektrolit, vitamin, dan mineral. Jika menggunakan jalur

perifer, sebaiknya kadar glukosa yang disarankan < 12,5gr/dl. Jika

menggunakan jalur sentral, kadar glukosa yang diberikan boleh >25 gr/dl.

Emulsi lemak 20% dapat diberikan dimulai dari 0,5gr/kg/hari dan

dinaikkan sampai 3gr/kg/hari. Setelah mendapatkan jumlah kalori sebesar

>100kcal/kg/hari dengan menggunaan total parenteral nutrisi, bayi

diharapkan bertambah berat badannya sebesar 15 gr/kg/hari, dengan

positive nitrogen balance 150-200mg/g/hari, tanpa disertai sepsis, prosedur

bedah, dan keadaan yang berat lainnya. Keadaan ini biasanya dapat

dicapai dalam 1 minggu dengan menggunakan infus jalur perifer yang

terdiri dari 2,5-3,5 gr/kg/hari asam amino, 10gr/dl glukosa, dan 2-3

gr/kg/hari emulsi lemak 20%.

4. Early feeding jika memungkinkan

Waktu yang tepat untuk mengenalkan pemberian makan melalui oral pada

bayi prematur sakit dan BBLR msh kontroversi. Trophic feeding adalah

suatu pelatihan makan dengan jumlah yang kecil melalui oral untuk

menstimulasi perkembangan sistem gastrointestinal. Keuntungan dari

Trophic feeding antara lain meningkatkan motilitas usus, meningkatkan

pertumbuhan, mengurangi pemebrian nutrisi parenteral, menurunkan

kejadian sepsis, dan mengurangi waktu tinggal di rumah sakit.

Pada bayi <1000 gram, trophic feeding dimulai dari10-20ml/kg/hr selama

5-10 hari. Jika bisa ditoleransi, dapat dinaikkan sampai 20-30ml/kg/hr.

Pada bayi >1500 gram diberikan 20-30ml/kg/hr.

5. Mengatasi komplikasi

6. Memberikan terapi pada yang diduga infeksi

7. Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual

Pasien diperboleh pulang dari Rumah Sakit bila :

a. Pasien sudah dapat nutrisi hanya dengan ASI

b. Berat badannya meningkat 30 gram/hari

c. Suhu stabil

d. Tidak ada apnea, bradikardi, dan penggunaan obat melalui parenteral

e. Dilakukan pemeriksaan mata untuk mengetahui kejadian Retinophaty of

19

Page 20: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Prematurity (ROP)

f. Tes pendengaran

g. Pemeriksaan Hemoglobin dan hematokrit untuk mengevaluasi anemia

h. Bila berat badan telah mencapai 1800-2100 gram

i. Diberi imunisasi sesuai yang dianjurkan

j. Berikan edukasi kepada orang tua cara merawat bayi dirumah.

IX. Prognosis

Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada

kebanyakan kasus, bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat mengejar

ketertinggalan pertumbuhannya dalam tiga bulan pertama, dan mencapai

kurva pertumbuhan normal pada usia satu tahun.

X. Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi lahir

dengan berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu

hamil dan dengan kontrol antenatal secara teratur.

20

Page 21: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

ETIKA MEDIK

Pendahuluan

Maraknya kasus dugaan malpraktik belakangan ini, menjadi peringatan dan

sekaligus sebagai dorongan untuk lebih memperbaiki kualitas pelayanan. Melaksanakan

tugas dengan berpegang pada janji profesi dan tekad untuk selalu meningkatkan kualitas

diri perlu untuk selalu dipelihara. Kerja sama yang melibatkan segenap tim pelayanan

kesehatan perlu dieratkan dengan kejelasan dalam wewenang dan fungsinya. Oleh karena

tanpa mengindahkan hal-hal yang disebutkan tadi, maka konsekuensi hukum akan

muncul tatkala terjadi penyimpangan kewenangan atau karena kelalaian. Sebagai contoh

umpamanya, terlambat memberi pertolongan terhadap pasien yang seharusnya segera

mendapat pertolongan, merupakan salah satu bentuk kelalaian yang tidak boleh terjadi.

Mengenai hal itu jelas dapat diketahui dari Pasal 54 ayat (1) Undang-undang

Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu: “Tenaga kesehatan yang melakukan

kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan

21

Page 22: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

disiplin.” Selanjutnya dari penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa tindakan

disiplin berupa tindakan administratif, misalnya pencabutan izin untuk jangka waktu

tertentu atau hukuman lain sesuai dengan kesalahan atau kelalaian yang dilakukan.

Dari sudut hukum, profesi tenaga kesehatan dapat diminta pertanggungjawaban

berdasarkan hukum perdata, hukum pidana, maupun hukum administrasi. Tanggung

jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365 BW (Burgerlijk

Wetboek), atau Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Apabila tenaga kesehatan dalam

melaksanakan tugasnya melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada pasien,

maka tenaga kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang merasa

dirugikan itu berdasarkan ketentuan Pasal 1365 BW, yang bunyinya sebagai berikut:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian yang disebabkan

kelalaian atau kurang hati-hati.”

Dari segi hukum pidana juga seorang tenaga kesehatan dapat dikenai ancaman

Pasal 351 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Ancaman pidana tersebut

dikenakan kepada seseorang (termasuk tenaga kesehatan) yang karena kelalaian atau

kurang hati-hati menyebabkan orang lain (pasien) cacat atau bahkan sampai meninggal

dunia. Meski untuk mengetahui ada tidaknya unsur kelalaian atau kekurang hati-hatian

dalam tindakan seseorang tersebut perlu dibuktikan menurut prosedur hukum pidana.

Ancaman pidana untuk tindakan semacam itu adalah penjara paling lama lima tahun.

Tentu saja semua ancaman, baik ganti rugi perdata maupun pidana penjara, harus

terlebih dahulu dibuktikan berdasarkan pemeriksaan di depan pengadilan. Oleh karena

yang berwenang memutuskan seseorang itu bersalah atau tidak adalah hakim dalam

sidang pengadilan. Tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan

dapat dikenai sanksi berupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan tindakan

medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya.

Tindakan administratif juga dapat dikenakan apabila seorang tenaga kesehatan :

1. Melalaikan kewajiban;

2. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga

kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah

sebagai tenaga kesehatan;

3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;

4. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.

22

Page 23: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Selain oleh aturan hukum, profesi kesehatan juga diatur oleh kode etik profesi (etika

profesi). Namun demikian, menurut Dr. Siswanto Pabidang, masalah etika dan hukum

kadangkala masih dicampur baurkan, sehingga pengertiannya menjadi kabur. Seseorang

yang melanggar etika dapat saja melanggar hukum dan tentu saja seseorang yang

melanggar hukum akan melanggar pula etika.

Kewajiban dan Hak Tenaga Medis

Di dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada pasal 50

disebutkan adanya hak-hak dokter, yakni:

Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi dan SOP.

Memberikan layanan medis menurut standar profesi (SP) dan standar operasional

prosedur (SOP).

Memperoleh info yg jujur dan lengkap dari pasien atau keluarga pasien.

Menerima imbalan jasa.

Adanya perlindungan hukum bagi dokter ini mengingat bahwa pekerjaan dokter

dianggap sah sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan bahwa dalam

bekerja seorang dokter harus bebas dari intervensi pihak lain, dan bebas dari kekerasan.

Jika pun terdapat dugaan “malpraktik” harus melalui proses pembuktian hukum terlebih

dahulu, termasuk diantaranya tentu saja seorang dokter bebas memperoleh pembelaan

hukum.

Pada pasal 52 UU yang sama diatur pula mengenai kewajiban dokter, yang meliputi:

Memberi pelayanan medis sesuai SP dan SOP, serta kebutuhan medis pasien.

Merujuk pasien bila tak mampu.

Menjamin kerahasiaan pasien.

Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain

yg bertugas dan mampu.

Menambah / ikuti perkembangan iptek kedokteran.

Selain dokter, rumah sakit juga memiliki kewajiban dalam melayani pasiennya.

23

Page 24: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Kewajiban itu dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Kewajiban

rumah sakit itu sudah tentu mengikat juga pada para tenaga medis. Dalam pasal 29 UU

No.44 menyatakan kewajiban rumah sakit, diantaranya:

Informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak diskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit.

Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya.

Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai

dengan kemampuan pelayanannya.

Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin.

Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan

pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan

gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan.

Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

Menyelenggarakan rekam medis.

Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,

parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,

lanjut usia.

Melaksanakan sistem rujukan.

Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika

serta peraturan perundang-undangan.

Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban

pasien.

Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

Melaksanakan etika rumah sakit.

Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional.

24

Page 25: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws).

Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit

dalam melaksanakan tugas.

Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Menurut Kode Etik Rumah Sakit Indonesia terdapat beberapa kewajiban bagi

tenaga medis. Kewajiban itu meliputi kewajiban umum, kewajiban kepada masyarakat

dan kewajiban terhadap pasien.

Kewajiban umum rumah sakit terdiri dari menaati Kode Etik Rumah Sakit

Indonesia, mengawasi dan bertanggungjawab terhadap semua kejadian di RS (corporate

liability), memberi pelayanan yang baik (duty of due care), memberi pertolongan darurat

tanpa meminta pembayaran uang muka, memelihara rekam medis pasien, memelihara

peralatan dengan baik dan siap pakai, dan merujuk kepada RS lain bila perlu.

Kewajiban rumah sakit kepada masyarakat terdiri dari berlaku jujur dan terbuka,

peka terhadap saran dan kritik masyarakat, berusaha menjangkau pasien di luar dinding

RS (extramural). Sedangkan Kewajiban rumah sakit kepada pasien adalah mengindahkan

hak-hak asasi pasien, memberikan penjelasan kepada pasien tentang derita pasien dan

tindakan medis atasnya, meminta informed consent, mengindahkan hak pribadi (privacy),

menjaga rahasia pasien.

Kewajiban dan Hak Pasien

Menurut UU no. 29 Tahun 2004 : UU tentang Praktik Kedokteran pasal 50 dan

51 :

Hak Pasien

Pasien, dalam menerima pelayanan para praktik kedokteran, mempunyai hak:

1. .Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

25

Page 26: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

dimaksud dalam pasal 45 ayat (3), yaitu :

Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

Alternatif tindakan lain dan resikonya;

Risiko dan komplikasi yang mukin terjadi; dan

Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

4. Menolak tindakan medis; dan

5. Mendapat isi rekam medis.

Kewajiban Pasien

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;

4. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima.

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,

penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin pasien,

kepentingan pasien, kepentingan masyarakat).

Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan

nyawa atau cegah cacat).

26

Page 27: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R., dan Jong WD. Bab 38 Traktus Urinarius, Buku ajar Ilmu

Bedah. Ed 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997.

2. Rasad, Sjahriar. Bab XI Traktus Urinarius hal 283-284. Radiologi Diagnostik. Ed

2. Jakarta: FKUI, 2006.

3. Sabiston.Bab 39 Sistem Urogenita,Buku Ajar Bedah bagian2. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 1994.

4. Purnomo Basuki, B. Anatomi Sistem Urogenitalia hal 6-7, Trauma Traktus

Urinarius hal 96 -100, Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto, 2007.

5. Flint, Lewis. Section 5 Trauma Contemporary Principles and Therapy page 472-

474.USA, 2008.

6. http://emedicine.medscape.com/article/381840-imaging . Diakses tanggal 12 Januari

2013.

7. http://emedicine.medscape.com/article/381840-overview . Diakses tanggal 12 Januari

2013.

27

Page 28: Borang Portofolio Kasus Etik Aspirasi

8. Achadiat, Chrisdiono. M. Pernik-Pernik Hukum Kedokteran , Melindungi Pasien

dan Dokter. Widya Medika , Jakarta.1996.

9. Adji, Umar Seno. “Profesi Dokter Etika Profesional dan Hukum

Pertangungjawaban Pidana Dokter” Erlangga Jakarta. 1991.

10. Ameln, Fred. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Jakarta : Grafikatama 

Jaya.1991.

28