Bolehkah dokter PTT melakukan sectio caesaria

7
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia (Dahuri et al, 1996). Hal ini menjadi tantangan di berbagai aspek, salah satunya aspek kesehatan. Dokter sebagai tenaga kerja kesehatan harus siap dalam berbagai keadaan. Ditengah permasalahan yang terjadi, dokter ptt (pegawai tidak tetap) atau dokter kepulauan harus melakukan tindakan Sectio Caesarea (Operasi Sesar). Operasi sesar tidak termasuk dalam kompetensi saat tahap profesi (koas), sedangkan dokter ptt berpengalaman dan pernah menjadi asisten saat melakukan operasi sesar. Sectio Caesarea adalah suatu operasi atau persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi atau pembedahan pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh (Sarwono, 2005 ). Seorang dokter harus bisa melayani masyarakat, karena itu merupakan peran dan fungsi seorang dokter (IFFM, n.d.). Disaat kondisi mendesak, dokter ptt dapat melakukan tindakan operasi sesar. Esai ini akan membahas aspek-aspek yang mendukung tindakan dokter ptt, terkait dengan keuntungan operasi sesar, hukum yang mendukung tindakan dokter ptt, hukum yang membatasi tindakan dokter, dan persentase perbandingan Sectio Caesarea di kota dan desa. Pertolongan medik sebelum dan sesudah kelahiran ada dua, perawatan kehamilan secara teratur agar dapat ditemukan penyakit atau faktor risiko lain secara dini agar mendapat pengobatan lebih cepat, dan pertolongan persalinan yang membutuhkan tindakan Sectio Caesarea (Rochjati, 2003). Salah satu cara untuk memberikan pertolongan saat melahirkan merupakan tindakan operasi sesar. Tindakan ini merupakan tindakan yang harus dilakukan jika keadaan bayi atau ibu kritis untuk menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan resiko. Keuntungan melakukan sesar adalah menyelamatkan nyawa bayi dan ibunya jika kondisi salah satunya bermasalah. Apabila tidak dilakukan operasi sesar, bisa mengakibatkan kematian pada bayi tersebut, operasi sesar sebaiknya dipilih jika memang ada gangguan pada ibu atau bayinya, yang bisa berakibat

description

tugas Essai

Transcript of Bolehkah dokter PTT melakukan sectio caesaria

Page 1: Bolehkah dokter PTT melakukan sectio caesaria

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia (Dahuri et al, 1996). Hal ini menjadi tantangan di berbagai aspek, salah satunya aspek kesehatan. Dokter sebagai tenaga kerja kesehatan harus siap dalam berbagai keadaan. Ditengah permasalahan yang terjadi, dokter ptt (pegawai tidak tetap) atau dokter kepulauan harus melakukan tindakan Sectio Caesarea (Operasi Sesar). Operasi sesar tidak termasuk dalam kompetensi saat tahap profesi (koas), sedangkan dokter ptt berpengalaman dan pernah menjadi asisten saat melakukan operasi sesar. Sectio Caesarea adalah suatu operasi atau persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi atau pembedahan pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh (Sarwono, 2005).

Seorang dokter harus bisa melayani masyarakat, karena itu merupakan peran dan fungsi seorang dokter (IFFM, n.d.). Disaat kondisi mendesak, dokter ptt dapat melakukan tindakan operasi sesar. Esai ini akan membahas aspek-aspek yang mendukung tindakan dokter ptt, terkait dengan keuntungan operasi sesar, hukum yang mendukung tindakan dokter ptt, hukum yang membatasi tindakan dokter, dan persentase perbandingan Sectio Caesarea di kota dan desa.

Pertolongan medik sebelum dan sesudah kelahiran ada dua, perawatan kehamilan secara teratur agar dapat ditemukan penyakit atau faktor risiko lain secara dini agar mendapat pengobatan lebih cepat, dan pertolongan persalinan yang membutuhkan tindakan Sectio Caesarea (Rochjati, 2003). Salah satu cara untuk memberikan pertolongan saat melahirkan merupakan tindakan operasi sesar. Tindakan ini merupakan tindakan yang harus dilakukan jika keadaan bayi atau ibu kritis untuk menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan resiko.

Keuntungan melakukan sesar adalah menyelamatkan nyawa bayi dan ibunya jika kondisi salah satunya bermasalah. Apabila tidak dilakukan operasi sesar, bisa mengakibatkan kematian pada bayi tersebut, operasi sesar sebaiknya dipilih jika memang ada gangguan pada ibu atau bayinya, yang bisa berakibat fatal apabila dilakukan secara normal (Rasyid, 2009). Jika tidak dilakukan tindakan sesar dapat membahayakan nyawa baik ibu maupun anak. Tindakan Sectio Caesarea dapat dilakukan oleh ahli yang berpengalaman, serta fasilitas yang cukup memadai. Operasi sesar sebaiknya dilakukan jika persalinan secara normal mustahil dilakukan.

Menurut pasal 3a, UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, “Praktik kedokteran bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien”. Pada kasus ini dokter dituntut untuk melindungi nyawa pasien dengan cara melakukan operasi sesar. Jika tidak dilakukan operasi maka dokter ini telah gagal melindungi nyawa ibu dan anak, dan dokter ini telah melanggar pasal yang ada di praktik kedokteran.

Hukum yang mendukung tindakan dokter ptt tertuang pada sumpah dokter dan kodeki. Sumpah dokter “Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saaat pembuahan”. Pasal 7d Kodeki “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban makhluk hidup insani” (USU, 2004). Terkadang seorang dokter harus melakukan tindakan yang membahayakan, seperti operasi dan pengobatan yang tidak lazim. Tetapi tindakan ini dapat dilakukan setelah mempertimbangkan bahwa hanya pembedahan dan tindakan medis adalah satu-satunya cara untuk menyelematkan jiwa seseorang.

Page 2: Bolehkah dokter PTT melakukan sectio caesaria

Menurut pasal 45 ayat 5 UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran “Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan”. Persetujuan tertulis dari pasien atau dari keluarga merupakan hal terpenting yang harus dibuat terlebih dahulu sebelum operasi sesar dimulai untuk menghindari hal-hal yang memberatkan dokter di kemudian hari. Bagi pasien yang tidak kompeten (pasien yang tidak sadar), dan jika tidak ada saudara, wali atau wakil secara hukum. Dokter dianggap sebagai pengambil keputusan yang tepat. Dokter sebaiknya berkonsultasi dengan anggota keluarga mengenai pilihan dan tindakan yang ada, walaupun keputusan final ada di tangan dokter (Williams, & John R., 2005: 39). Pasien yang dapat membuat pilihan rasional walaupun secara teori tidak kompeten, maka keputusannya harus dihormati dan dihargai (WMA, 2005).

Dalam menjalankan tugasnya, bagi dokter berlaku “Aegroti Salus Lex Suprema” yang berarti keselamatan pasien adalah hukum tertinggi atau utama (Hanafiah,1999: 45). Dalam menjalankan tugasnya dokter seringkali menghadapi berbagai masalah. Dokter ptt yang tidak memiliki kompetensi melakukan operasi sesar tetapi berpengalaman sebagai asisten, menjadi kekuatan serta kelemahan bagi dokter tersebut. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah menyelamatkan nyawa pasien, karena itu merupakan tugas serta peran seorang dokter.

Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), seorang lulusan dokter harus bermoral, beretika, dan berdisiplin, mampu mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat; berperilaku profesional, mengutamakan keselamatan pasien; menerapkan mawas diri, mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan budaya diri sendiri (Dikti, 2012). Seorang lulusan dokter yang berkompetensi dapat menentukan keputusan terhadap permasalahan yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi terhadap permasahalan yang dihadapi. Bersikap profesional terhadap nyawa pasien karena keselamatan nyawa pasien yang terpenting. Mampu mengenal batas diri sendiri, dan tidak melakukan hal yang membahayakan bagi diri sendiri dan pasien.

Diktum Hippocrates (460-377 SM) yang menjadi prinsip pertama dunia medis, primum non nocere.”Yang terpenting, tidak membahayakan” tidak membahayakan dalam berbagai aspek, baik secara medis sosial maupun ekonomis (Susanto, 2006). Non maleficence yang berarti tidak melakukan kesalahan. Dokter dan peneliti sebagai tenaga kesehatan harus menghindari resiko yang membahyakan bagi pasien (Williams, & John R., 2005: 85). Dalam hal ini profesional medis dituntut untuk menempatkan kepentingan pasien di atas kepentingan yang lainnya. Jangan melakukan hal yang tidak dimengerti, atau hanya sekedar teori tanpa pernah melakukannya secara langsung, karena sangat membahayakan jiwa pasien. Dokter mengerti dimana batas-batas diri mereka sendiri, dan juga tidak mengambil tindakan yang merugikan dan membahayakan bagi pasien.

Page 3: Bolehkah dokter PTT melakukan sectio caesaria

Data perbandingan operasi sesar di kota dan di desa dari tahun 1991-2007 di Indonesia. Terakhir pada tahun 2007 menunjukkan bahwa tingkat operasi sesar 7% disumbang oleh operasi sesar (WHO, 2009). Nilai rata-rata perbandingan kelahiran secara sesar menunjukkan bahwa tingkat operasi sesar di desa cukup tinggi. Pendidikan mengenai operasi sesar secara konkrit untuk dokter ptt sangat diperlukan, karena kelahiran di daerah terpencil tidak hanya dilakukan dengan persalinan normal.

Tindakan yang cepat, tepat, dan akurat, merupakan langkah untuk mencapai kesuksesan dalam menyelesaikan berbagai masalah. Seperti halnya pada tindakan dokter ptt tersebut, seorang dokter harus mengambil keputusan benar dan terbaik untuk nyawa ibu dan anak. Jika tidak bisa dilahirkan secara normal, maka dengan situasi dan kondisi yang mendesak seorang dokter harus mengambil tindakan operasi sesar.

Hukum, pengetahuan dokter, pengalaman, kondisi, fasilitas,dan tidak membahayakan diri sendri dan pasien, menjadi landasan bagaimana seorang dokter mengambil keputusan untuk mengambil tindakan operasi sesar. Sebelum melakukan operasi atau pembedahan, dokter sebaiknya meminta persetujuan dari pasien atau wakil dari pasien secara tertulis, agar tindakan dokter dapat dipertanggungjawabkan. Yang terpenting tidak merugikan diri sendiri dan pasien, serta tidak menimbulkan masalah yang akan menyulitkan di kemudian hari. Perlunya perbaikan kompetensi saat koas juga menjadi upaya agar tidak menimbulkan permasalahan yang sama di masa depan.

Page 4: Bolehkah dokter PTT melakukan sectio caesaria

Daftar Pustaka

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Jakarta: Pradnya Paramita.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2012. Standar kompetensi dokter indonesia. [pdf] Available at:<http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/18.1-draf-standar-kompetensi-dokter-indonesia-16-mei-2012.pdf> [Accesed 29 September 2013].

Hanafiah, M. J., 1999. Hak serta kewajiban pasien dan dokter, dalam etika kedokteran dan hukum kesehatan. Jakarta: EGC.

Institute For Functional Medicine, n.d. Find a functional medicine practitioner. [doc] Available at:<http://www.functionalmedicine.org/practitioner_search.aspx?id=117> [Accesed 30 September 2013].

Rasyid, M.N., 2009 Plus Minus Melahirkan Secara Caesar. [pdf] Available at:<http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=14853> [Accesed 28 September 2013].

Rochjati, Poedji, 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Pusat Safe Mother Hood-Lab/SMF Obgyn RSU Dr. Sutomo/Fakultas Kedokteran UNAIR.

Sarwono, Prawiroharjo. 2005 Ilmu kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedia.

Susanto, A.B., 2006. Primum non nocere [pdf] Available at:<http://www.jakartaconsulting.com/art-99-28.htm> [Accesed 29 September 2013].

Universitas Sumatera Utara, 2004. Kode etik kedokteran indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran indonesia. [pdf] Available at:<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17894/1/pti-feb2003-43(1-2)%2020-23.pdf> [Accessed 25 September 2013].

Undang-Undang Praktik Kedokteran Pasal 29, 2004. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. [pdf] Available at:<http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU-29-2004PraktikKedokteran.pdf> [Accesed 23 September 2013].

Williams, John R., 2005. Medical ethics manual. [pdf] Available at:<http://www.wma.net/en/30publications/30ethicsmanual/pdf/ethics_manual_indonesian.pdf> [Accessed 29 September 2013].

World Health Organization, 2009. Analysis of demographic and health surveys. [pdf] Available at:<http://www.who.int/maternal_child_adolescent/countries/ino.pdf> [Accessed 18 September 2013].

Page 5: Bolehkah dokter PTT melakukan sectio caesaria

World Medical Association, 1995. Declaration of Lisbon on the rights of the patient. [pdf] Available at:<http://www.wma.net/en/30publications/10policies/l4/> [Accesed 29 September 2013].