blok 28

26
Pendahuluan Efek bising terhadap pendengaran mungkin terjadi sementara atau menetap. Efek ini berupa perubahan ambang batas pendengaran, bila sementara dan reversibel pada penghentian pajanan terhadap bising disebut pergeseran ambang batas pendengaran sementara dan bila berkurangnya pendengaran ireversibel disebut pergeseran ambang batas pendengaran permanen (noise induced hearing loss; NIHL) Pergeseran ambang batas sementara (temporary threshold shift, TTS) adalah berkurangnya pendengaran sementara yang dapat pulih setelah pajanan terhadap bising yang dihentikan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali pulij dari TTS bervariasi. TTS timbul hanya dalam waktu 2 menit setelah terjadi pajanan. Semakin tinggi intensitas dan jangka waktu pajanan, semakin tinggi TTS. Nilai TTS maksimum sekitar setengah oktaf lebih tinggi daripada frekuensi kebisingan. TTS muncul pada 75dB dan 70 dB masing- masing pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Pemulihan TTS dimulai segera setelah pajanan dihentikan dan hampir seluruh proses pemulihan terjadi dalam waktu 16 jam. Namun kehilanagn lebih besar dari 50 dB, penyembuhan biasanya terjadi cepat setelah hari pertama. Pada beberapa kasus reaksi audiologi yang ditimbulkan pulih sempurna setelah 30 hari. Diduga bahwa TTS merupakan kondisi yang mendahului terjadinya tuli secara permanen namun hal ini belum dapat dibuktikan.

description

d

Transcript of blok 28

Page 1: blok 28

Pendahuluan

Efek bising terhadap pendengaran mungkin terjadi sementara atau menetap. Efek ini

berupa perubahan ambang batas pendengaran, bila sementara dan reversibel pada penghentian

pajanan terhadap bising disebut pergeseran ambang batas pendengaran sementara dan bila

berkurangnya pendengaran ireversibel disebut pergeseran ambang batas pendengaran permanen

(noise induced hearing loss; NIHL)

Pergeseran ambang batas sementara (temporary threshold shift, TTS) adalah

berkurangnya pendengaran sementara yang dapat pulih setelah pajanan terhadap bising yang

dihentikan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali pulij dari TTS bervariasi. TTS timbul hanya

dalam waktu 2 menit setelah terjadi pajanan. Semakin tinggi intensitas dan jangka waktu

pajanan, semakin tinggi TTS. Nilai TTS maksimum sekitar setengah oktaf lebih tinggi daripada

frekuensi kebisingan. TTS muncul pada 75dB dan 70 dB masing-masing pada frekuensi rendah

dan frekuensi tinggi. Pemulihan TTS dimulai segera setelah pajanan dihentikan dan hampir

seluruh proses pemulihan terjadi dalam waktu 16 jam. Namun kehilanagn lebih besar dari 50 dB,

penyembuhan biasanya terjadi cepat setelah hari pertama. Pada beberapa kasus reaksi audiologi

yang ditimbulkan pulih sempurna setelah 30 hari. Diduga bahwa TTS merupakan kondisi yang

mendahului terjadinya tuli secara permanen namun hal ini belum dapat dibuktikan.

NIHL merupakan tuli permanen tanpa penyembuhan walaupun pajanan dihentikan.

Berkurangnya pendengaran dimulai pada frekuensi 4kHz dan meluas ke frekuensi lain dengan

pajanan yang terus-menerus. Cekungan yang biasanya tampak maksimum pada 4kHz dalam

audiogram bersifat bilateral dan simetris. Tuli permanen dapat timbul tanpda adanya TTS.

Bising

Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi

ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing

individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah

campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Cacat pendengaran akibat kerja

(occupational deafness/noise induced hearing loss) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh

pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang

disebabkan oleh bising terus menerus di lingkungan tempat kerja.1

Page 2: blok 28

Cara mengukur kebisingan

Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring

dengan bantuan alat adalah Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi

paparan) dan peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk

menganalisis dampak paparan pada pekerja.

Beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter,

sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk

permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup

banyak memberikan informasi.

Dampak bising terhadap kesehatan

Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan

psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Dampak kebisingan terhadap kesehatan

karyawan dijelaskan sebagai berikut :4

1. Gangguan fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus

atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg),

peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,

cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit

psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain.

3. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi

pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus

dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya karyawanan,

sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda

bahaya, gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga

kerja.

Page 3: blok 28

4. Gangguan keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau

melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau

mual-mual.

5. Efek pada pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan

ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih

kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising,

daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan yaitu berupa intensitas

kebisingan, frekuensi kebisingan, lamanya waktu pemaparan bising, kerentanan individu, jenis

kelamin, usia, dan kelainan di telinga tengah. Etiologi dari tuli akibat kerja hampir 60%

disebabkan intensitas kebisingan yang tidak sesuai dengan lama paparan bising yang

diperkenankan.

Upaya Pengendalian Kebisingan

Berbagai upaya dalam pengendalian kebisingan :

1. Pengendalian Pada Sumber

Pengendalian kebisingan pada sumber mencakup perlindungan pada peralatan, struktur dan

karyawan dari dampak bising serta pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber.8,9

2. Pengendalian Pada Media Rambatan

Pengendalian pada lintasan (media rambatan) adalah pengendalian diantara sumber dan

penerima kebisingan. Prinsip pengendaliannya adalah dengan melemahkan intensitas kebisingan

yang merambat dari sumber ke penerima dengan cara membuat hambatan-hambatan. Ada dua

cara pengendalian kebisingan pada lintasan yaitu out door noise control dan indoor noise

control.9

- Outdoor Noise Control

Pengendalian kebisingan di luar sumber suara adalah mengusahakan menghambat rambatan

suara di luar ruangan sedemikian rupa sehingga intensitas suaranya menjadi lemah.9

Page 4: blok 28

- Indoor Noise Control

Pengendalian di dalam ruang sumber suara adalah usaha menghambat rambatan suara atau

kebisingan di dalam ruangan atau gedung sehingga intensitas suara menjadi lemah.9

Pengendalian Kebisingan

Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi tingkat kebisingan

yang diterima harian, sering disebut dengan personal hearing protection. Pengendalian ini

ditujukan pada karyawan pabrik atau mereka yang bertempat tinggal didekat jalan raya yang

ramai. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran

(telinga bagian dalam), maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang

bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah, sebelum

masuk ke telinga bagian dalam. Cara yang biasa digunakan untuk pengendalian kebisingan pada

penerima adalah:9

a. Pengendalian secara teknis, yaitu mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising

menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya, menggunakan penyekat dinding dan

langit-langit yang kedap suara, mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan,

substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising, menggunakan fondasi mesin

yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam

dengan karet, modifikasi mesin atau proses dan merawat mesin dan alat secara teratur dan

periodik sehingga dapat mengurangi suara bising.

b. Pengendalian secara administratif, yaitu berupa kriteria atau tingkat baku kebisingan untuk

tindakan pencegahan yang menetapkan tingkat kebisingan maksimal yang diperbolehkan

dan lamanya kebisingan yang boleh diterima dalam kaitannya dengan perlindungan

pendengaran. Pengendalian secara administratif mempunyai tujuan untuk mengendalikan

tingkat dan lama kebisingan yang diterima oleh karyawan dengan mengatur pola kerja sesuai

lingkungannya

Pengendalian secara administratif yaitu berupa:

1. Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu. Tenaga kerja di bagian tersebut hanya

melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising

tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta menggunakan APD (ear muff).

Page 5: blok 28

2. Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada. Cara ini dilakukan untuk

mengurangi waktu pemajanan dan tingkat kebisingan, sehingga suara yang diterima

organ pendengaran karyawan, masih dalam batas aman.

Tabel 1. Nilai ambang kebisingan menurut Kepmenaker No. KEP-51/MEN/1999 16

April 1999.

Angka dalam tabel di atas mengikuti ‘5 dB rule’, yakni apabila intensitas bising naik atau

turun 5 dB maka lama waktu pemaparan yang diperkenankan turun menjadi setengahnya atau

naik menjadi dua kali.

c. Pengendalian Secara Medis

Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja, secara

periodik, secara khusus dan pada akhir masa kerja.

Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (1987) adalah sebagai berikut :

Page 6: blok 28

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan klinis secara

umum, pemeriksaan klinis terhadap telinga, dan tes audiometri yang sederhana.

2. Pemeriksaan berkala, meliputi riwayat penyakit secara pendek, pemeriksaan klinis terhadap

telinga, dan tes audiometri yang sederhana.

3. Pemeriksaan khusus, meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan klinis secara umum,

pemeriksaan klinis yang menyeluruh terhadap telinga, hidung dan tenggorokan, dan tes

audiometri yang kompleks. Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin

dengan hantaran udara yang dilakukan secara terpisah untuk masing-masing telinga terhadap

beberapa frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan 6000 Hz). Tes audiometri yang

kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masing-masing telinga terpisah terhadap

beberapa frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan 8000 Hz) dan sebelumnya orang

yang akan diperiksa di isolir dalam ruang hampa suara selama 12 jam atau lebih baik 16 jam.

2.2 Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Indonesia

menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising di tempat kerja sebesar 85 dBA. Bila NAB ini

dilampaui terus menerus dalam waktu lama maka akan menimbulkan noise induced hearing loss

(NHIL). NIHL adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat

menetap, mengenai satu atau dua telinga yang disebabkan oleh paparan bising yang terus-

menerus dilingkungan sekitarnya.2,3

Pembagian Tuli Akibat Bising

Ketulian akibat pengaruh bising ini dikelompokkan sebagai berikut:5

a. Temporary Threshold Shift = Noise-induced Temporary Threshold Shift = auditory fatigue =

TTS.

Ketulian ini bersifat non-patologis, sementara dengan waktu pemulihan bervariasi dan

reversible atau bisa kembali normal.

Penderita TTS ini bila diberi cukup istirahat, daya dengarnya akan pulih sempurna. Untuk

suara yang lebih besar dari 85 dB dibutuhkan waktu bebas paparan atau istirahat 3-7 hari. Bila

waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja kembali terpapar bising semula, dan keadaan ini

berlangsung terus menerus maka ketulian sementara akan bertambah setiap hari, kemudian

menjadi ketulian menetap. Untuk mendiagnosis TTS perlu dilakukan dua kali audiometri yaitu

Page 7: blok 28

sebelum dan sesudah tenaga kerja terpapar bising. Sebelumnya tenaga kerja dijauhkan dari

tempat bising sekurangnya 14 jam.

b. Permanent Threshold Shift (PTS) = Tuli menetap

Ketulian bersifat patologis dan menetap. PTS terjadi karena paparan yang lama dan terus

menerus. Ketulian ini disebut tuli perseptif atau tuli sensorineural. Penurunan daya dengar terjadi

perlahan dan bertahap yaitu :

1) Tahap 1, yang timbul setelah 10-20 hari terpapar bising, tenaga kerja mengeluh telinganya

berbunyi pada setiap akhir waktu kerja.

2) Tahap 2, yaitu keluhan telinga berbunyi secara intermiten, sedangkan keluhan subjektif

lainnya menghilang. Tahap ini berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.

3) Tahap 3, terjadi dimana tenaga kerja sudah mulai merasa terjadi gangguan pendengaran

seperti tidak mendengar detak jam, tidak mendengar percakapan terutama bila ada suara

lain.

4) Tahap 4, ketika gangguan pendengaran bertambah jelas dan mulai sulit berkomunikasi. Pada

tahap ini nilai ambang pendengaran menurun dan tidak akan kembali ke nilai ambang

semula meskipun diberi istirahat yang cukup.

c. Tuli karena trauma akustik

Perubahan pendengaran terjadi secara tiba-tiba, karena suara impulsif dengan intensitas

tinggi, seperti letusan, ledakan dan lainnya. Diagnosis mudah dibuat karena penderita dapat

mengatakan dengan tepat terjadinya ketulian. Tuli ini biasanya bersifat akut, tinitus, cepat

sembuh secara parsial atau komplit.6

2.2.2 Akibat Ketulian Terhadap Aktivitas Sebagai Tenaga Kerja

Akibat ketulian terhadap aktivitas sebagai tenaga kerja dibedakan atas:6

1. Hearing Impairment

Didefinisikan sebagai kerusakan fisik telinga baik yang irreversible (NIHL/PTS) maupun

yang reversible (TTS).

2. Hearing Disability

Page 8: blok 28

Hearing disability didefinisikan sebagai kesulitan mendengarkan akibat hearing

impairment, misalnya problem komunikasi di tempat kerja, problem dalam mendengarkan

musik,problem mencari arah/asal suara dan problem membedakan suara.

Secara ringkas dapat dikatakan efek hearing impairment terhadap disability berbeda pada

setiap individu, tergantung fungsi psikologis dan aktivitas sosial yang bersangkutan.

3. Handicap

Ketidakmampuan atau keterbatasan seseorang untuk melakukan suatu tugas yang normal

dan berguna baginya.

Gambaran Klinis

Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech

discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekuensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan

dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi

menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral.

Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu

ketajaman pendengaran dan konsentrasi. Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising

(noise induced hearing loss) adalah:1

a. Bersifat sensorineural

b. Hampir selalu bilateral

c. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss). Derajat ketulian

berkisar antara 40 s/d 75 dB.

d. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang

signifikan.

e. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana

kerusakan yang paling berat terjadi pada frekuensi 4000 Hz.

f. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000Hz akan

mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 –15 tahun. Selain pengaruh terhadap

pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory

seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai

memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi.

Page 9: blok 28

Diagnosis klinis

Riwayat panyakit sekarang, dipertanyakan dahulu kualitas dan kuantitasnya, lokasi, dan

lamanya Ditanyakan apakah berdengingnya mengganggu atau bertambah berat pada waktu siang

atau malam hari, gejala-gejala lain yang menyertai, misalnya vertigo atau gangguan pendengaran

serta gejala neurologic lain. Ditanyakan apakah berdengingnya pada satu telinga atau keduanya,

apakah mengganggu aktifitas sehari-hari. Apakah pasien pernah mengkonsumsi atau lagi

mengkonsumsi obat yang ototoksik seperti aminoglikosida, eritomisin, loop diuretics, ibat

antiinflamasi seperti aspirin, obat anti malaria kina atau klorokuin, dan lain-lain. Bagaimana

dengan kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan minum kopo. Pasien juga hendaknya

ditanyakan tentang riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik, riwayat infeksi telinga

dan operasi telinga.

Riwayat penyakit dahulu seperti apakah sebelum ini pernah mengalami masalah yang

sama? Jika ada, ditanyakan kapan, brapa lama dan apakah pernah berobat?

Riwayat penyakit keluarga juga dipertanyakan seperti apakah dalam keluarga ada

anggota keluarga yang mempunyai masalah tuli dan jika ada siapa dan sejak kapan?

Riwayat pekerjaan pasien juga ditanyakan seperti:

- Sudah brapa lama bekerja?

- Riwayat pekerjaan sebelumnya?

- Alat kerja, bahan kerja, dan proses kerja?

- Barang yang diproduksi/dihasilkan?

- Kemungkinan pajanan yang dialami?

- APD yang dipakai? Sudah berapa lama? Apakah masih bagus atau tidak?

- Apakah ada hubungan gejala dan waktu kerja?

- Apakah pekerja lain ada yang mengalami masalah yang sama?

Page 10: blok 28

A. Pemeriksaan fisik

Pertama dilakukan pemeriksaan tanda vital pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, laju

pernafasan dan suhu tubuh. Setelah itu dilakukan pemeriksaan umum dari atas kepala hingga ke

kaki.

Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik telinga hindung dan tenggorokan (THT) serta

otoskopi harus dilakukan. Juga dilakukan pemeriksaan penala. dan pemeriksaan ini harus

menyingkirkan adanya serumen, infeksi, dan perforasi membran timpani.

B. Pemeriksaan penunjang: Audiometri Nada Murni

Audiometri nada murni (pure tone audiometry, PTA) penting sekali pada NIHL baik

untuk penyaringan (konduksi udara) dan diagnosis (konduksi tulang dan udara). Selama

pemeriksaan PTA, nada murni disampaikan menuju telinga melalui earphone yang sesuai.

Frekuensi yang diperiksa antara 125-8kHz (tes dilakukan minimal pada frekuensi 0, 5, 1, 2, 3, 4,

dan 6 kHz) pada intensitas 0-120 dB ditingkatkan etiap 5 dB. Terdapat ambang batas intensitas

nada murni yaitu nada di atas ambang tersebut akan terdengar dan sebaliknya, nada di bawah

ambang tersebut tidak akan terdengar. Namun, hasil pemeriksaan dapat berbeda pada waktu

pemeriksaan yang berbeda dipengaruhi ketrampilan operator alat, motivasi pekerja, dan adanya

bising di sekitar tempat pemeriksaan.

Gambar 1: Contah hasil test audiometric nada murni yang menunjukkan hasil sinyal tes konduksi udara dan

konduksi tulang

Page 11: blok 28

.

C. Pemeriksaan tempat kerja: Kebisingan

Untuk menunjang bahwa masalah yang dialami pasien adalah disebabkan kebisingan ditempat

kerja dilakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan sejumlah alat ukur tingkat

kebisingan dengan berbagai tingkat ketelitian.

Alat ukur kebisingan adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dan

memiliki tida jenis dasar:

- Alat ukur keperluan umum:

Relatif murah

Cukup teliti untuk mengidentifikasi area yang bermasalah dengan kebisingan

- instrumen kualitas 1:

Memberikan pembacaan teliti yang dapat digunakan dalam tindakan pengendalian

kebisingan

Bisa mengikutsertakan fasilitas untuk menganalisis pita gelombang (wave band

analysis) dan memadukan tingkat eksposur

Cukup mahal namun dibutuhkan jika pengukuran kebisingan secara teratur perlu

dilakukan.

- Instrument presisi (precission instrument)

Mengukur sejumlah fungsi-fungsi kebisingan

Memberikan pembacaan yang sangat teliti

Kerap disambungkan ke instrument pencatat yang mengukur tingkat kebisingan

dalam satu periode waktu

Sangat mahal dan memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannya

Dalam kasus ini, cukup digunakan alat ukur keperluan umum.

Page 12: blok 28

Dosimeter diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian:

- Berupa instrument kecil yang dikenakan oleh pekerja

- Terdiri atas alat pencatat kecil dan mikrofon yang disematkan pada kerah baju di dekat

telinga

- Mengukur dan mencatat tingkat kebisingan setiap menit dalam satu giliran-kerja

- Instrument sederhana yang memadukan pembacaan untuk memberikan pemajanan bising

harian TWA

LANGKAH 2: PAJANAN YANG DIALAMI

Dalam langkah ini ditentukan pajanan kebisingan yang dialami saat ini dan sebelumnya dan ini

didapatkan terutama dari anamnesis yang teliti dan adalah lebih baik jika ada pengukuran

lingkungan pasien.

LANGKAH 3: HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKIT

Pertama-tama diidentifikasikan pajanan yang ada. Dalam hal ini pajanannya adalah kebisingan.

Dihubungkan apakah ada hubungan antara pajanan kebisingan dengan gejala penyakit yang

dialami pasien berdasarkan evidence based yang didapatkan dari hasil anamnesis pada pasien

dan pengukuran kebisingan pada tempat kerja. Dalam kasus ini didapatkan bahwa pasien

mengeluh kedua telinga berdenging sehabis kerja sejak tiga bulan lalu dan tempat kerjanya

adalah di bagian pembangkit listrik (turbin: mempunyai intensitas kebisingan melebihi 85 dBA).

Pasien terpapar dengan intensitas kebisingan melebihi 85 dBA dalam 8 jam kerjanya selama 6

hari seminggu yang sangat ada hubungan antara keluhan berdenging dan pajanan kebisingan di

tempat kerja.

LANGKAH 4: PAJANAN CUKUP BESAR?

Patofisiologis penyakit

Mekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya stres mekanis dan metabolik pada

organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau bahkan kerusakan total

organ Corti di dalam koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah yang sesuai dengan frekuensi

yang terlibat adalah penyebab NIHL yang paling penting. Kepekaan terhadap stres pada sel

Page 13: blok 28

rambut luar ini berada dalam kisaran 0-50 dB, sedangkan untuk sel rambut dalam di atas 50 dB.

Biasanya dengan terjadinya TTS, ada kerusakan bermakna pada sel rambut luar. Frekuensi yang

sangat tinggi lebih dari 8kHz memengaruhi dasar koklea.

Proses Mekanis

Berbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel rambut akibat pajanan terhadap

bising meliputi:

1. Aliran cairan yang kuar pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya membran

Reissner sehingga cairan dalam endolimfe dan perilimfe bercampur yang mengakibatkan

kerusakan sel rambut.

2. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan organ Corti dengan

pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan sel rambur.

3. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung merusak sel rambut dengan

melepaskan organ Corti atau merobek membran basiler

Proses di atas biasanya dapat dilihat pada pajanan terhadap bising dengan intensitas tinggi dan

NIHL terjadi dengan cepat.

Proses metabolik

Proses metabolik yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi:

1. Pembentukan vesikel dan vakuol di dalam reticulum endoplasma sel rambut serta

pembengkakan mitokondria dapat berlanjut menjadi robekan membran sel dan hilangnya

sel rambut.

2. Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan kelelahan metabolic akibat gangguan sistem

enzim yang esensial untuk produksi energi, biosintesis protein, dan pengangkutan ion.

3. Cedera stria vaskularis menyebabkan gangguan kandungan kadar Na, K, dan ATP. Hal

ini menyebabkan hambatan proses transport aktif dan pemakaian energi oleh sel sensorik.

Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada membran reticular bersamaan

dengan percampuran cairan endolimfe dan kortilimfe serta perluasan kerusakan sel

sensorik lain.

Page 14: blok 28

4. Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan membutuhkan energi yang lebih besar

sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.

5. Mungkin terdapat interaksi sinergis antara bising dengan pengaruh lain yang merusak

telinga.

Daerah organ Corti sekitar 8 hingga 10 mm dari ujung basal (sesuai dengan daerah 4 kHz pada

audiogram) dianggap sebagai daerah yang secara khas rentan terhadap kebisingan. Walaupun

penjelasan mengenai cekungan 4 kHz yang paling mungkin adalah adanya ciri resonansi saluran

telinga, penyebab lain juga telah dikemukan. Hal ini meliputi: daerah 4 kHz mungkin lebih

rentan karena insufisiensi vaskular akibat bentuk anatomis yang tidak biasa di daerah ini dan

amplitude pemindahan di dalam saluran koklea mulai terbentuk di daerah 4 kHz saat kecepatan

perambatan gelombang yang berjalan masih cukup tinggi dan struktur anatomi koklea

menyebabkan pergeseran cairan pada daerah 4 kHz.

Efek pendengaran lain akibat bising

Tinitus (suara berdenging di dalam telinga) biasanya timbul segera setelah pajanan terhadap

bising dan dapat menjadi permanen pada pajanan yang terus berlangsung. Tinitus akibat pajanan

terhadap bising biasanya bernada tinggi. Vertigo hanya timbul setelah mengalami pajanan yang

amat kuat. Vertigo sementara dijelaskan sebagai vertigo yang erjadi setelah pajanan terhadap

bising dari suara mesin jet yang berbunyi, Vertigo sementara atau permanen dapat terjadi setelah

ledakan senjata api. Vertigo tidak terjadi pada pajanan industry biasa. Presbiakusis akibat usia

lanjut timbul pada frekuensi tinggi adalah tambahan bagi NIHL.

Efek bising pada organ selain organ pendengaran

Meningkatnya kadar kebisingan juga menimbulkan reaksi stres dengan variasi detak jantung,

tekanan darah, pernafasan, gula darah, dan kadar lemak darah. Bertambahnya motilitas saluran

pencernaan dan tukak lambung juga dilaporkan. Penelitian mengemukakan bahwa tingkat

kebisingan di atas 55 dBA menyebabkan timbulnya rasa terganggu maupun berkurangnya

efisiensi.

LANGKAH 5: FAKTOR INDIVIDU

Page 15: blok 28

Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa faktor keabaian menggunakan alat pelindung diri yang baik.

Pasien menggunakan penyumbat telinga sebagai alat pelindung telinga tetapi alat penyumbat

telinganya sudah usang. Ini bermakna pelindungan telinga daripada kebisingan yang terpapar

tidak sempurna sehingga menyebabkan berlakunya gangguan pendengaran.

LANGKAH 6: FAKTOR LAIN DI LUAR PEKERJAAN

Apakah ada hubungan gejala pasien dengan hobi seperti mendengar musik dengan menggunakan

earphone atau mendengar musik atau menonton televisi dengan suara yang kuat. Juga dilihat apa

ada hubungan antara gejala pasien dengan pajanan bising di rumah atau diluar rumah dan apakah

pasien berkerja sambilan di tempat yang bising juga. Juga apakah dia merokok dan mempunyai

gangguan psikologis seperti insomnia (

LANGKAH 7: DIAGNOSIS OKUPASI

Diagnosis NIHL akibat kerja ditegakkan berdasarkan riwayat pajanan terhadap bising di tempat

kerja dan tidak ditempat lainnya, pemeriksaan fisik yang telah disingkirkan penyebab tuli lain

dan profil audiologi. Dari kasus ini, dari anamnesis dapat diketahui bahwa pasien mengeluh

kedua telinga berdenging sehabis kerja sejak 3 bulan yang lalu dan ia bekerja di bagian

pembangkit listrik (turbin) dengan sistem kerja shift yang 2-2-2-libur (berarti 8 jam kerja sehari

dalam seminggu kerjanya selama 6 hari) da menggunakan ear muff yang telah usang. Dari sini

dapat kita lihat bahwa pasien mengalami masalah berdenging bukan karena terpapar dengan

bising lain seperti music dengan menggunakan earphone maupun karena penggunaan obat

ototoksik. Jadi gangguan pendengaran yang dialami pasien ini murni karena kebisingan ditempat

kerja. Hal ini diperkuatkan lagi dari anamnesis bahwa pasien menggunakan penyumbat telinga

yang usang sewaktu bekerja. Jadi dari kasus ini pasien mengalami penyakit akibat kerja NIHL.

0 GAMBARAN KLINIS NIHL

Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech

discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan

kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,

seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali.

Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan

Page 16: blok 28

akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise induced hearing loss)

adalah:

Bersifat sensorineural

Hampir selalu bilateral

Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss). Derajat ketulian

berkisar antara 40 s/d 75 dB.

Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang

signifikan.

Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz,

dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.

Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000Hz

akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.Selain pengaruhterhadap

pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyaipengaruh non auditory

seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguankonsentrasi, gangguan tidur

sampai memicu stress akibat gangguan pendengaranyang terjadi.

Tatalaksana

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari

lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga

yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga ( ear muffs ) dan pelindung kepala

(helmet ).1

Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap

(irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan

volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar ( ABD ). Apabila

pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat

berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat menerima

keadaannya. Latihan pendengaran ( auditory training ) juga dapat dilakukan agar pasien dapat

menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan

Page 17: blok 28

bibir ( lip reading ), mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat

berkomunikasi.1,5

Hearing conversation program

Hearing conversation programme adalah program yang bertujuan untuk mencegah atau

mengurangi kerusakan atau kehilangan pendengaran tenaga kerja akibat kebisingan ditempat

kerja. Salah satu tujuan konservasi pendengaran adalah mengetahui status kesehatan

pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising berdasarkan data .7

Program tersebut terdiri atas 7 komponen yaitu:

1. Indentifikasi dan analisis sumber bising

2. Kontrol kebisingan dan kontrol administrasi

3. Tes audiometri berkala

4. Alat pelindung diri: Potensi bahaya yang terdapat disetiap perusahaan berbeda-beda. Hal ini

tergantung pada jenis produksi, jenis teknologi yang digunakan, bahan produksi dan proses

produksi.Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan

sebagai berikut:

a. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya

b. Berbobot ringan

c. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin)

d. Tidak menimbulkan bahaya tambahan

e. Tidak mudah rusak

f. Memenuhi standar dari ketentuan yang ada

g. Pemeliharan mudah

h. Penggantian suku cadang mudah

i. Tidak membatasi gerak

j. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa tidak nyaman tidak mungkin hilang sama

sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi)

h. Bentuknya cukup menarik

5. Motivasi dan edukasi karyawan.

6. Pencatatan dan pelaporan data

Page 18: blok 28

7. Evaluasi program