blok 28
-
Upload
randy-talanila -
Category
Documents
-
view
5 -
download
7
description
Transcript of blok 28
Pendahuluan
Efek bising terhadap pendengaran mungkin terjadi sementara atau menetap. Efek ini
berupa perubahan ambang batas pendengaran, bila sementara dan reversibel pada penghentian
pajanan terhadap bising disebut pergeseran ambang batas pendengaran sementara dan bila
berkurangnya pendengaran ireversibel disebut pergeseran ambang batas pendengaran permanen
(noise induced hearing loss; NIHL)
Pergeseran ambang batas sementara (temporary threshold shift, TTS) adalah
berkurangnya pendengaran sementara yang dapat pulih setelah pajanan terhadap bising yang
dihentikan. Waktu yang dibutuhkan untuk kembali pulij dari TTS bervariasi. TTS timbul hanya
dalam waktu 2 menit setelah terjadi pajanan. Semakin tinggi intensitas dan jangka waktu
pajanan, semakin tinggi TTS. Nilai TTS maksimum sekitar setengah oktaf lebih tinggi daripada
frekuensi kebisingan. TTS muncul pada 75dB dan 70 dB masing-masing pada frekuensi rendah
dan frekuensi tinggi. Pemulihan TTS dimulai segera setelah pajanan dihentikan dan hampir
seluruh proses pemulihan terjadi dalam waktu 16 jam. Namun kehilanagn lebih besar dari 50 dB,
penyembuhan biasanya terjadi cepat setelah hari pertama. Pada beberapa kasus reaksi audiologi
yang ditimbulkan pulih sempurna setelah 30 hari. Diduga bahwa TTS merupakan kondisi yang
mendahului terjadinya tuli secara permanen namun hal ini belum dapat dibuktikan.
NIHL merupakan tuli permanen tanpa penyembuhan walaupun pajanan dihentikan.
Berkurangnya pendengaran dimulai pada frekuensi 4kHz dan meluas ke frekuensi lain dengan
pajanan yang terus-menerus. Cekungan yang biasanya tampak maksimum pada 4kHz dalam
audiogram bersifat bilateral dan simetris. Tuli permanen dapat timbul tanpda adanya TTS.
Bising
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi
ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-masing
individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising adalah
campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Cacat pendengaran akibat kerja
(occupational deafness/noise induced hearing loss) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh
pendengaran seseorang yang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang
disebabkan oleh bising terus menerus di lingkungan tempat kerja.1
Cara mengukur kebisingan
Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring
dengan bantuan alat adalah Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi
paparan) dan peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk
menganalisis dampak paparan pada pekerja.
Beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter,
sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk
permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup
banyak memberikan informasi.
Dampak bising terhadap kesehatan
Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Dampak kebisingan terhadap kesehatan
karyawan dijelaskan sebagai berikut :4
1. Gangguan fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus
atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg),
peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit
psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus
dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya karyawanan,
sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda
bahaya, gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga
kerja.
4. Gangguan keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau
melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau
mual-mual.
5. Efek pada pendengaran
Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan
ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih
kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising,
daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan yaitu berupa intensitas
kebisingan, frekuensi kebisingan, lamanya waktu pemaparan bising, kerentanan individu, jenis
kelamin, usia, dan kelainan di telinga tengah. Etiologi dari tuli akibat kerja hampir 60%
disebabkan intensitas kebisingan yang tidak sesuai dengan lama paparan bising yang
diperkenankan.
Upaya Pengendalian Kebisingan
Berbagai upaya dalam pengendalian kebisingan :
1. Pengendalian Pada Sumber
Pengendalian kebisingan pada sumber mencakup perlindungan pada peralatan, struktur dan
karyawan dari dampak bising serta pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber.8,9
2. Pengendalian Pada Media Rambatan
Pengendalian pada lintasan (media rambatan) adalah pengendalian diantara sumber dan
penerima kebisingan. Prinsip pengendaliannya adalah dengan melemahkan intensitas kebisingan
yang merambat dari sumber ke penerima dengan cara membuat hambatan-hambatan. Ada dua
cara pengendalian kebisingan pada lintasan yaitu out door noise control dan indoor noise
control.9
- Outdoor Noise Control
Pengendalian kebisingan di luar sumber suara adalah mengusahakan menghambat rambatan
suara di luar ruangan sedemikian rupa sehingga intensitas suaranya menjadi lemah.9
- Indoor Noise Control
Pengendalian di dalam ruang sumber suara adalah usaha menghambat rambatan suara atau
kebisingan di dalam ruangan atau gedung sehingga intensitas suara menjadi lemah.9
Pengendalian Kebisingan
Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi tingkat kebisingan
yang diterima harian, sering disebut dengan personal hearing protection. Pengendalian ini
ditujukan pada karyawan pabrik atau mereka yang bertempat tinggal didekat jalan raya yang
ramai. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran
(telinga bagian dalam), maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang
bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah, sebelum
masuk ke telinga bagian dalam. Cara yang biasa digunakan untuk pengendalian kebisingan pada
penerima adalah:9
a. Pengendalian secara teknis, yaitu mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising
menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya, menggunakan penyekat dinding dan
langit-langit yang kedap suara, mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan,
substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising, menggunakan fondasi mesin
yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam
dengan karet, modifikasi mesin atau proses dan merawat mesin dan alat secara teratur dan
periodik sehingga dapat mengurangi suara bising.
b. Pengendalian secara administratif, yaitu berupa kriteria atau tingkat baku kebisingan untuk
tindakan pencegahan yang menetapkan tingkat kebisingan maksimal yang diperbolehkan
dan lamanya kebisingan yang boleh diterima dalam kaitannya dengan perlindungan
pendengaran. Pengendalian secara administratif mempunyai tujuan untuk mengendalikan
tingkat dan lama kebisingan yang diterima oleh karyawan dengan mengatur pola kerja sesuai
lingkungannya
Pengendalian secara administratif yaitu berupa:
1. Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu. Tenaga kerja di bagian tersebut hanya
melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising
tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta menggunakan APD (ear muff).
2. Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada. Cara ini dilakukan untuk
mengurangi waktu pemajanan dan tingkat kebisingan, sehingga suara yang diterima
organ pendengaran karyawan, masih dalam batas aman.
Tabel 1. Nilai ambang kebisingan menurut Kepmenaker No. KEP-51/MEN/1999 16
April 1999.
Angka dalam tabel di atas mengikuti ‘5 dB rule’, yakni apabila intensitas bising naik atau
turun 5 dB maka lama waktu pemaparan yang diperkenankan turun menjadi setengahnya atau
naik menjadi dua kali.
c. Pengendalian Secara Medis
Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja, secara
periodik, secara khusus dan pada akhir masa kerja.
Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (1987) adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan klinis secara
umum, pemeriksaan klinis terhadap telinga, dan tes audiometri yang sederhana.
2. Pemeriksaan berkala, meliputi riwayat penyakit secara pendek, pemeriksaan klinis terhadap
telinga, dan tes audiometri yang sederhana.
3. Pemeriksaan khusus, meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan klinis secara umum,
pemeriksaan klinis yang menyeluruh terhadap telinga, hidung dan tenggorokan, dan tes
audiometri yang kompleks. Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin
dengan hantaran udara yang dilakukan secara terpisah untuk masing-masing telinga terhadap
beberapa frekuensi tertentu (500, 1000, 2000, 4000 dan 6000 Hz). Tes audiometri yang
kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masing-masing telinga terpisah terhadap
beberapa frekuensi (250, 500, 1000, 2000, 3000,4000, 6000 dan 8000 Hz) dan sebelumnya orang
yang akan diperiksa di isolir dalam ruang hampa suara selama 12 jam atau lebih baik 16 jam.
2.2 Noise Induced Hearing Loss (NIHL)
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Indonesia
menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising di tempat kerja sebesar 85 dBA. Bila NAB ini
dilampaui terus menerus dalam waktu lama maka akan menimbulkan noise induced hearing loss
(NHIL). NIHL adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat
menetap, mengenai satu atau dua telinga yang disebabkan oleh paparan bising yang terus-
menerus dilingkungan sekitarnya.2,3
Pembagian Tuli Akibat Bising
Ketulian akibat pengaruh bising ini dikelompokkan sebagai berikut:5
a. Temporary Threshold Shift = Noise-induced Temporary Threshold Shift = auditory fatigue =
TTS.
Ketulian ini bersifat non-patologis, sementara dengan waktu pemulihan bervariasi dan
reversible atau bisa kembali normal.
Penderita TTS ini bila diberi cukup istirahat, daya dengarnya akan pulih sempurna. Untuk
suara yang lebih besar dari 85 dB dibutuhkan waktu bebas paparan atau istirahat 3-7 hari. Bila
waktu istirahat tidak cukup dan tenaga kerja kembali terpapar bising semula, dan keadaan ini
berlangsung terus menerus maka ketulian sementara akan bertambah setiap hari, kemudian
menjadi ketulian menetap. Untuk mendiagnosis TTS perlu dilakukan dua kali audiometri yaitu
sebelum dan sesudah tenaga kerja terpapar bising. Sebelumnya tenaga kerja dijauhkan dari
tempat bising sekurangnya 14 jam.
b. Permanent Threshold Shift (PTS) = Tuli menetap
Ketulian bersifat patologis dan menetap. PTS terjadi karena paparan yang lama dan terus
menerus. Ketulian ini disebut tuli perseptif atau tuli sensorineural. Penurunan daya dengar terjadi
perlahan dan bertahap yaitu :
1) Tahap 1, yang timbul setelah 10-20 hari terpapar bising, tenaga kerja mengeluh telinganya
berbunyi pada setiap akhir waktu kerja.
2) Tahap 2, yaitu keluhan telinga berbunyi secara intermiten, sedangkan keluhan subjektif
lainnya menghilang. Tahap ini berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.
3) Tahap 3, terjadi dimana tenaga kerja sudah mulai merasa terjadi gangguan pendengaran
seperti tidak mendengar detak jam, tidak mendengar percakapan terutama bila ada suara
lain.
4) Tahap 4, ketika gangguan pendengaran bertambah jelas dan mulai sulit berkomunikasi. Pada
tahap ini nilai ambang pendengaran menurun dan tidak akan kembali ke nilai ambang
semula meskipun diberi istirahat yang cukup.
c. Tuli karena trauma akustik
Perubahan pendengaran terjadi secara tiba-tiba, karena suara impulsif dengan intensitas
tinggi, seperti letusan, ledakan dan lainnya. Diagnosis mudah dibuat karena penderita dapat
mengatakan dengan tepat terjadinya ketulian. Tuli ini biasanya bersifat akut, tinitus, cepat
sembuh secara parsial atau komplit.6
2.2.2 Akibat Ketulian Terhadap Aktivitas Sebagai Tenaga Kerja
Akibat ketulian terhadap aktivitas sebagai tenaga kerja dibedakan atas:6
1. Hearing Impairment
Didefinisikan sebagai kerusakan fisik telinga baik yang irreversible (NIHL/PTS) maupun
yang reversible (TTS).
2. Hearing Disability
Hearing disability didefinisikan sebagai kesulitan mendengarkan akibat hearing
impairment, misalnya problem komunikasi di tempat kerja, problem dalam mendengarkan
musik,problem mencari arah/asal suara dan problem membedakan suara.
Secara ringkas dapat dikatakan efek hearing impairment terhadap disability berbeda pada
setiap individu, tergantung fungsi psikologis dan aktivitas sosial yang bersangkutan.
3. Handicap
Ketidakmampuan atau keterbatasan seseorang untuk melakukan suatu tugas yang normal
dan berguna baginya.
Gambaran Klinis
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech
discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekuensi tinggi dapat menyebabkan kesulitan
dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi, seperti suara bayi
menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral.
Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu
ketajaman pendengaran dan konsentrasi. Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising
(noise induced hearing loss) adalah:1
a. Bersifat sensorineural
b. Hampir selalu bilateral
c. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss). Derajat ketulian
berkisar antara 40 s/d 75 dB.
d. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang
signifikan.
e. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana
kerusakan yang paling berat terjadi pada frekuensi 4000 Hz.
f. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000Hz akan
mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 –15 tahun. Selain pengaruh terhadap
pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory
seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai
memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi.
Diagnosis klinis
Riwayat panyakit sekarang, dipertanyakan dahulu kualitas dan kuantitasnya, lokasi, dan
lamanya Ditanyakan apakah berdengingnya mengganggu atau bertambah berat pada waktu siang
atau malam hari, gejala-gejala lain yang menyertai, misalnya vertigo atau gangguan pendengaran
serta gejala neurologic lain. Ditanyakan apakah berdengingnya pada satu telinga atau keduanya,
apakah mengganggu aktifitas sehari-hari. Apakah pasien pernah mengkonsumsi atau lagi
mengkonsumsi obat yang ototoksik seperti aminoglikosida, eritomisin, loop diuretics, ibat
antiinflamasi seperti aspirin, obat anti malaria kina atau klorokuin, dan lain-lain. Bagaimana
dengan kebiasaan sehari-hari seperti merokok dan minum kopo. Pasien juga hendaknya
ditanyakan tentang riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik, riwayat infeksi telinga
dan operasi telinga.
Riwayat penyakit dahulu seperti apakah sebelum ini pernah mengalami masalah yang
sama? Jika ada, ditanyakan kapan, brapa lama dan apakah pernah berobat?
Riwayat penyakit keluarga juga dipertanyakan seperti apakah dalam keluarga ada
anggota keluarga yang mempunyai masalah tuli dan jika ada siapa dan sejak kapan?
Riwayat pekerjaan pasien juga ditanyakan seperti:
- Sudah brapa lama bekerja?
- Riwayat pekerjaan sebelumnya?
- Alat kerja, bahan kerja, dan proses kerja?
- Barang yang diproduksi/dihasilkan?
- Kemungkinan pajanan yang dialami?
- APD yang dipakai? Sudah berapa lama? Apakah masih bagus atau tidak?
- Apakah ada hubungan gejala dan waktu kerja?
- Apakah pekerja lain ada yang mengalami masalah yang sama?
A. Pemeriksaan fisik
Pertama dilakukan pemeriksaan tanda vital pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, laju
pernafasan dan suhu tubuh. Setelah itu dilakukan pemeriksaan umum dari atas kepala hingga ke
kaki.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik telinga hindung dan tenggorokan (THT) serta
otoskopi harus dilakukan. Juga dilakukan pemeriksaan penala. dan pemeriksaan ini harus
menyingkirkan adanya serumen, infeksi, dan perforasi membran timpani.
B. Pemeriksaan penunjang: Audiometri Nada Murni
Audiometri nada murni (pure tone audiometry, PTA) penting sekali pada NIHL baik
untuk penyaringan (konduksi udara) dan diagnosis (konduksi tulang dan udara). Selama
pemeriksaan PTA, nada murni disampaikan menuju telinga melalui earphone yang sesuai.
Frekuensi yang diperiksa antara 125-8kHz (tes dilakukan minimal pada frekuensi 0, 5, 1, 2, 3, 4,
dan 6 kHz) pada intensitas 0-120 dB ditingkatkan etiap 5 dB. Terdapat ambang batas intensitas
nada murni yaitu nada di atas ambang tersebut akan terdengar dan sebaliknya, nada di bawah
ambang tersebut tidak akan terdengar. Namun, hasil pemeriksaan dapat berbeda pada waktu
pemeriksaan yang berbeda dipengaruhi ketrampilan operator alat, motivasi pekerja, dan adanya
bising di sekitar tempat pemeriksaan.
Gambar 1: Contah hasil test audiometric nada murni yang menunjukkan hasil sinyal tes konduksi udara dan
konduksi tulang
.
C. Pemeriksaan tempat kerja: Kebisingan
Untuk menunjang bahwa masalah yang dialami pasien adalah disebabkan kebisingan ditempat
kerja dilakukan pengukuran tingkat kebisingan dengan menggunakan sejumlah alat ukur tingkat
kebisingan dengan berbagai tingkat ketelitian.
Alat ukur kebisingan adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dan
memiliki tida jenis dasar:
- Alat ukur keperluan umum:
Relatif murah
Cukup teliti untuk mengidentifikasi area yang bermasalah dengan kebisingan
- instrumen kualitas 1:
Memberikan pembacaan teliti yang dapat digunakan dalam tindakan pengendalian
kebisingan
Bisa mengikutsertakan fasilitas untuk menganalisis pita gelombang (wave band
analysis) dan memadukan tingkat eksposur
Cukup mahal namun dibutuhkan jika pengukuran kebisingan secara teratur perlu
dilakukan.
- Instrument presisi (precission instrument)
Mengukur sejumlah fungsi-fungsi kebisingan
Memberikan pembacaan yang sangat teliti
Kerap disambungkan ke instrument pencatat yang mengukur tingkat kebisingan
dalam satu periode waktu
Sangat mahal dan memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannya
Dalam kasus ini, cukup digunakan alat ukur keperluan umum.
Dosimeter diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian:
- Berupa instrument kecil yang dikenakan oleh pekerja
- Terdiri atas alat pencatat kecil dan mikrofon yang disematkan pada kerah baju di dekat
telinga
- Mengukur dan mencatat tingkat kebisingan setiap menit dalam satu giliran-kerja
- Instrument sederhana yang memadukan pembacaan untuk memberikan pemajanan bising
harian TWA
LANGKAH 2: PAJANAN YANG DIALAMI
Dalam langkah ini ditentukan pajanan kebisingan yang dialami saat ini dan sebelumnya dan ini
didapatkan terutama dari anamnesis yang teliti dan adalah lebih baik jika ada pengukuran
lingkungan pasien.
LANGKAH 3: HUBUNGAN PAJANAN DENGAN PENYAKIT
Pertama-tama diidentifikasikan pajanan yang ada. Dalam hal ini pajanannya adalah kebisingan.
Dihubungkan apakah ada hubungan antara pajanan kebisingan dengan gejala penyakit yang
dialami pasien berdasarkan evidence based yang didapatkan dari hasil anamnesis pada pasien
dan pengukuran kebisingan pada tempat kerja. Dalam kasus ini didapatkan bahwa pasien
mengeluh kedua telinga berdenging sehabis kerja sejak tiga bulan lalu dan tempat kerjanya
adalah di bagian pembangkit listrik (turbin: mempunyai intensitas kebisingan melebihi 85 dBA).
Pasien terpapar dengan intensitas kebisingan melebihi 85 dBA dalam 8 jam kerjanya selama 6
hari seminggu yang sangat ada hubungan antara keluhan berdenging dan pajanan kebisingan di
tempat kerja.
LANGKAH 4: PAJANAN CUKUP BESAR?
Patofisiologis penyakit
Mekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya stres mekanis dan metabolik pada
organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau bahkan kerusakan total
organ Corti di dalam koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah yang sesuai dengan frekuensi
yang terlibat adalah penyebab NIHL yang paling penting. Kepekaan terhadap stres pada sel
rambut luar ini berada dalam kisaran 0-50 dB, sedangkan untuk sel rambut dalam di atas 50 dB.
Biasanya dengan terjadinya TTS, ada kerusakan bermakna pada sel rambut luar. Frekuensi yang
sangat tinggi lebih dari 8kHz memengaruhi dasar koklea.
Proses Mekanis
Berbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel rambut akibat pajanan terhadap
bising meliputi:
1. Aliran cairan yang kuar pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya membran
Reissner sehingga cairan dalam endolimfe dan perilimfe bercampur yang mengakibatkan
kerusakan sel rambut.
2. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan organ Corti dengan
pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan sel rambur.
3. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung merusak sel rambut dengan
melepaskan organ Corti atau merobek membran basiler
Proses di atas biasanya dapat dilihat pada pajanan terhadap bising dengan intensitas tinggi dan
NIHL terjadi dengan cepat.
Proses metabolik
Proses metabolik yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi:
1. Pembentukan vesikel dan vakuol di dalam reticulum endoplasma sel rambut serta
pembengkakan mitokondria dapat berlanjut menjadi robekan membran sel dan hilangnya
sel rambut.
2. Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan kelelahan metabolic akibat gangguan sistem
enzim yang esensial untuk produksi energi, biosintesis protein, dan pengangkutan ion.
3. Cedera stria vaskularis menyebabkan gangguan kandungan kadar Na, K, dan ATP. Hal
ini menyebabkan hambatan proses transport aktif dan pemakaian energi oleh sel sensorik.
Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada membran reticular bersamaan
dengan percampuran cairan endolimfe dan kortilimfe serta perluasan kerusakan sel
sensorik lain.
4. Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan membutuhkan energi yang lebih besar
sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.
5. Mungkin terdapat interaksi sinergis antara bising dengan pengaruh lain yang merusak
telinga.
Daerah organ Corti sekitar 8 hingga 10 mm dari ujung basal (sesuai dengan daerah 4 kHz pada
audiogram) dianggap sebagai daerah yang secara khas rentan terhadap kebisingan. Walaupun
penjelasan mengenai cekungan 4 kHz yang paling mungkin adalah adanya ciri resonansi saluran
telinga, penyebab lain juga telah dikemukan. Hal ini meliputi: daerah 4 kHz mungkin lebih
rentan karena insufisiensi vaskular akibat bentuk anatomis yang tidak biasa di daerah ini dan
amplitude pemindahan di dalam saluran koklea mulai terbentuk di daerah 4 kHz saat kecepatan
perambatan gelombang yang berjalan masih cukup tinggi dan struktur anatomi koklea
menyebabkan pergeseran cairan pada daerah 4 kHz.
Efek pendengaran lain akibat bising
Tinitus (suara berdenging di dalam telinga) biasanya timbul segera setelah pajanan terhadap
bising dan dapat menjadi permanen pada pajanan yang terus berlangsung. Tinitus akibat pajanan
terhadap bising biasanya bernada tinggi. Vertigo hanya timbul setelah mengalami pajanan yang
amat kuat. Vertigo sementara dijelaskan sebagai vertigo yang erjadi setelah pajanan terhadap
bising dari suara mesin jet yang berbunyi, Vertigo sementara atau permanen dapat terjadi setelah
ledakan senjata api. Vertigo tidak terjadi pada pajanan industry biasa. Presbiakusis akibat usia
lanjut timbul pada frekuensi tinggi adalah tambahan bagi NIHL.
Efek bising pada organ selain organ pendengaran
Meningkatnya kadar kebisingan juga menimbulkan reaksi stres dengan variasi detak jantung,
tekanan darah, pernafasan, gula darah, dan kadar lemak darah. Bertambahnya motilitas saluran
pencernaan dan tukak lambung juga dilaporkan. Penelitian mengemukakan bahwa tingkat
kebisingan di atas 55 dBA menyebabkan timbulnya rasa terganggu maupun berkurangnya
efisiensi.
LANGKAH 5: FAKTOR INDIVIDU
Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa faktor keabaian menggunakan alat pelindung diri yang baik.
Pasien menggunakan penyumbat telinga sebagai alat pelindung telinga tetapi alat penyumbat
telinganya sudah usang. Ini bermakna pelindungan telinga daripada kebisingan yang terpapar
tidak sempurna sehingga menyebabkan berlakunya gangguan pendengaran.
LANGKAH 6: FAKTOR LAIN DI LUAR PEKERJAAN
Apakah ada hubungan gejala pasien dengan hobi seperti mendengar musik dengan menggunakan
earphone atau mendengar musik atau menonton televisi dengan suara yang kuat. Juga dilihat apa
ada hubungan antara gejala pasien dengan pajanan bising di rumah atau diluar rumah dan apakah
pasien berkerja sambilan di tempat yang bising juga. Juga apakah dia merokok dan mempunyai
gangguan psikologis seperti insomnia (
LANGKAH 7: DIAGNOSIS OKUPASI
Diagnosis NIHL akibat kerja ditegakkan berdasarkan riwayat pajanan terhadap bising di tempat
kerja dan tidak ditempat lainnya, pemeriksaan fisik yang telah disingkirkan penyebab tuli lain
dan profil audiologi. Dari kasus ini, dari anamnesis dapat diketahui bahwa pasien mengeluh
kedua telinga berdenging sehabis kerja sejak 3 bulan yang lalu dan ia bekerja di bagian
pembangkit listrik (turbin) dengan sistem kerja shift yang 2-2-2-libur (berarti 8 jam kerja sehari
dalam seminggu kerjanya selama 6 hari) da menggunakan ear muff yang telah usang. Dari sini
dapat kita lihat bahwa pasien mengalami masalah berdenging bukan karena terpapar dengan
bising lain seperti music dengan menggunakan earphone maupun karena penggunaan obat
ototoksik. Jadi gangguan pendengaran yang dialami pasien ini murni karena kebisingan ditempat
kerja. Hal ini diperkuatkan lagi dari anamnesis bahwa pasien menggunakan penyumbat telinga
yang usang sewaktu bekerja. Jadi dari kasus ini pasien mengalami penyakit akibat kerja NIHL.
0 GAMBARAN KLINIS NIHL
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara (speech
discrimination) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan
kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,
seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali.
Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan
akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise induced hearing loss)
adalah:
Bersifat sensorineural
Hampir selalu bilateral
Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss). Derajat ketulian
berkisar antara 40 s/d 75 dB.
Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang
signifikan.
Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz,
dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.
Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000Hz
akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.Selain pengaruhterhadap
pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyaipengaruh non auditory
seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguankonsentrasi, gangguan tidur
sampai memicu stress akibat gangguan pendengaranyang terjadi.
Tatalaksana
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari
lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga
yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga ( ear muffs ) dan pelindung kepala
(helmet ).1
Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap
(irreversible), bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan
volume percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar ( ABD ). Apabila
pendengarannya telah sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat
berkomunikasi dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat menerima
keadaannya. Latihan pendengaran ( auditory training ) juga dapat dilakukan agar pasien dapat
menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan
bibir ( lip reading ), mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat
berkomunikasi.1,5
Hearing conversation program
Hearing conversation programme adalah program yang bertujuan untuk mencegah atau
mengurangi kerusakan atau kehilangan pendengaran tenaga kerja akibat kebisingan ditempat
kerja. Salah satu tujuan konservasi pendengaran adalah mengetahui status kesehatan
pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising berdasarkan data .7
Program tersebut terdiri atas 7 komponen yaitu:
1. Indentifikasi dan analisis sumber bising
2. Kontrol kebisingan dan kontrol administrasi
3. Tes audiometri berkala
4. Alat pelindung diri: Potensi bahaya yang terdapat disetiap perusahaan berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada jenis produksi, jenis teknologi yang digunakan, bahan produksi dan proses
produksi.Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya
b. Berbobot ringan
c. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin)
d. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
e. Tidak mudah rusak
f. Memenuhi standar dari ketentuan yang ada
g. Pemeliharan mudah
h. Penggantian suku cadang mudah
i. Tidak membatasi gerak
j. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa tidak nyaman tidak mungkin hilang sama
sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi)
h. Bentuknya cukup menarik
5. Motivasi dan edukasi karyawan.
6. Pencatatan dan pelaporan data
7. Evaluasi program