Blok 26

download Blok 26

of 18

description

a

Transcript of Blok 26

Program Pemberantasan DHF di PuskesmasGrandy Talanila102012432Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510Telephone : (021) 5694-2061Fax : (021)- 563 1731

PendahuluanDemam Berdarah Dengue (DHF) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh menteri Kesehatan Republik Indonesia. DHF telah ditetapkan menjadi salah satu penyakit menular yang harus dilaporkan dalam wakti satu kali dua puluh empat jam. Hal ini disebabkan karena angka kematian yang tinggi, angka kesakitan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, daerah yang terjangkit semakin meluas khususnya di daerah perkotaan yang padat dan adanya beberapa Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berdampak pada bidang pariwisata.Penyakit DHF dalam dua puluh tahun terakhir merupakan penyakit yang menimbulkan keresahan masyarakat karena menyerang terutama pada anak-anak dan terjadinya kematian yang mendadak sesudah demam tinggi yang timbul mendadak, serta menyerang beberapa anggota keluarga secara bersamaan atau selang beberapa hari dan penyakit ini sulit diramalkan kesudahannya.

Penyebab penyakit DHF adalah virus dengue yang termasuk dalam group B arbovirus. Sebelum pertengahan abad ke-20 virus dengue dikenal hanya menyebabkan penyakit demam dengue (demam klasik) dengan gejala utama yaitu demam tinggi, nyeri pada sendi atau anggota tubuh, kadang-kadang timbul ruam makulo-papular dan sembuh dalam waktu 5 hari dengan atau tanpa pengobatan. DHF pertama kali dilaporkan di Manila pada tahun 1953. Pada saat wabah menyerang anak-anak dengan tanda demam tinggi disertai perdarahan dan shock. Tahun-tahun berikutnya menyebar ke Asia Tenggara dan ke Kepulauan Pasific.Vektor penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang banyak terdapat di perkotaan dan Aedes Albopictus (transmitan co-vector) di perdesaan.Penularan DHF berkaitan dengan musim penghujan khususnya pada permulaan dan pada akhir musim penghujan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tempat perindukan nyamuk Aedes aegypty di luar rumah sehingga populasi nyamuk Aedes aegypti yang meningkat.EpidemiologiFaktor agent

Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup B Antropod Bone Virus (Arbo virus) kelompok flavivirus dari famili flaviviridae yang terdiri dari empat serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4.1-6 Infeksi virus dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijvdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts).1 Disebut demikian karena demam yang terjadi meghilang dalam lima hari dan disertai nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. Pada masa itu infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah menimbulkan kematian.1 Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat yaitu DHF yang ditemukan di Manila, Filipina.1 Kemudian menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 1968, penyakit DHF dilaporkan di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian yang sangat tinggi.

Masing-masing saling berkaitan sifat antigennya di berbagai daerah di Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama terjadinya KLB di Indonesia yang diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4.2 DEN 3 juga merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita banyak yang meninggal.Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DHF sangat kompleks yaitu:1Pertumbuhan penduduk yang tinggiUrbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendaliTidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemisPeningkatan sarana transportasi

Faktor nyamuk penular

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopticus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan daerah perdesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut berperan dalam penularan.Nyamuk Aedes aegypti dewasa warna dasarnya hitam dengan belang-belang putih pada badan terutama pada kaki. Pada thorax ada tanda khas berupa bulu-bulu putih membentuk gambaran lire.Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus tersebut. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit demam berdarah sebab orang yang mempunyai kekebalan tidak akan tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang tersebut dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia selama 1 minggu.7 Biasanya orang dewasa mempunyai kekebalan dengan virus ini. Nyamuk aedes aegypti bersifat endo dan eksofagik. Aktif menghisap darah pada siang hari dengan dua puncak waktu yaitu pada jam 8.00-12.00 dan pada jam 15.00-17.00.2- Beristirahat pada benda-benda tergantung dan perabot-perabot yang terlindungi dari cahaya matahari atau pada tumbuhan-tumbuhan di luar rumahDi alam bebas nyamuk dewasa hidup kurang lebih 10 hari. Jarak terbang nyamuk kurang lebih 30 meter dalam radius lebih kurang 100 meter.4

Tempat perindukan nyamuk aedes aegypti ialah tempat-tempat yang mengandung air jernih. Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam berdarah ialah tempat umum seperti rumah sakit, puskesmas, selolah, hotel atau tempat penginapan yang kebersihan lingkungannya tidak terjaga khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air (bak mandi, WC, dan lain-lain)Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan seperti:8Infeksi saluran napas

Contoh: Common cold, TBC, influenza, pertusisInfeksi pada kulit

Contoh: Skabies, ring worm, impetigo, dan lepra.Infeksi akibat infestasi tikus

Contoh: Pes dan leptospirosis.Arthropoda

Contoh: dengue, malaria, dan kaki gajah.Kecelakaan

Contoh: bangunan rumah, terpeleset, patah tulang, dan gegar otak.Mental

Contoh: neurosis, gangguan kepribadian, psikosomatis, dan ulkus peptikum.Terdapat kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan yaitu:8Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahunMemiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baikDapat mencegah terjadi pengembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, tikus, dan sebagainyaLetak perumahan jauh dari sumber pencemaran (kawasan industri) dengan jarak minimal 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah hijau serta bebas banjir

Host

Karakteristik host (pejamu) adalah manusia yang kemungkinan terjangkit penyakit DHF. Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa anak-anak lebih rentan tertular penyakit yang berpotensi mematikan ini. Di daerah endemik, mayoritas kasus penyakit DHF terjadi pada usia kurang dari 15 tahun.9 Sebuah studi retrospektif di Bangkok yang dilaporkan WHO pada bulan Mei-November 1962 menunjukan bahwa pada populasi 870.000 anak-anak usia di bawah 15 tahun diperkirakan 150.000-200.000 mengalami demam ringan akibat infeksi virus dengue.9Di Indonesia, penderita penyakit DBD terbanyak berusia 11 tahun. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan kelamin penderita tetapi angka kematian lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki.2Anak-anak cenderung lebih rentan daripada kelompok usia lain. Salah satu penyebabnya adalah faktor imunitas yang relatif rendah dibandingkan orang dewasa. Selain itu, pada kasus-kasus berat, yakni DHF derajat 3 dan 4, komplikasi terberat yang kerap muncul yaitu syok yang relatif lebih banyak dijumpai pada anak-anak dan sering kali tidak tertangani dan berakhir dengan kematian penderitaPendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan. Hasil penelitian Nicolas Duma pada tahun 2007 di Kecamatan Baruga kota Kendari, ada hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan kejadian DHF.Environment

Di awal Musim hujan (September hingga Februari) meningkatkan populasi nyamuk.5 Hal ini disebabkan karena terdapat genangan air bersih di dalam sisa-sisa kaleng bekas, ban bekas, maupun benda-benda lain yang mampu menampung sisa air hujan. Di Indonesia musim kering pun populasinya tetap banyak karena orang cenderung menampung air dan di daerah sulit air orang menampung air di dalam bak air atau drum sehingga nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun.5Nyamuk Aedes aegypti sangat suka tinggal dan berkembang biak di genangan air bersih yang tidak terkontak langsung dengan tanah. Vektor penyakit DHF diketahui banyak bertelur di genangan air yang terdapat pada sisa-sisa kaleng bekas, tempat penampungan air, bak mandi, ban bekas, dan sebagainyaDi daerah Urban berpenduduk padat, puncak penderita penyakit DBD adalah bulan Juni atau Juli bertepatan dengan awal musim kemarau

Management Program DHFPerencanaan

Perencanaan suatu program bisa kita pakai analisis situasi berdasarkan data sebelumnya seperti penanggulangan DHF, pengobatan DHF kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam upaya pencegahan DHF. Jika program terdahulu berhasil, program tersebut bisa kita pakai untuk acuan kita untuk merencanakan program sekarang yang sedang direncanakan. Dalam membuat perencanaan diperlukan dokumen yang menjadi acuan dalam pembuatan perencanaan yang berkaitan dengan penanggulangan DHF. Selain itu perencanaan anggaran perlu diperhitungkan secara cermat demi kelancaran progam tersebut. Dalam menyusun perencanaan diperlukan data-data dari puskesmas seperti:Jumlah kasus sebelumnyaData jumlah penderitaJumlah pendudukBesar wilayahJumlah rumahJumlah tenaga yang adaSarana yang adaData situasi DHF sebelumnyaAngka Bebas Jentik

Rendahnya angka bebas jentik sangat berhubungan erat dengan peningkatan kasus DBD dan diharapkan dengan meningkatnya cakupan Angka Bebas Jentik dapat menekan insiden Penyakit DHFPengorganisasi

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengorganisasian petugas yang terlibat dalam penanggulangan DBD adalah dengan cara menyebarkan informasi terkait dengan kasus. Setelah informasi disebarkan maka masing-masing petugas kelurahan akan langsung turun ke lapangan. Informasi bisa didapat dari warga yang melapor ataupun media massa.Untuk melaksanakan kegiatan di lapangan, semua Puskesmas Kelurahan memiliki koordinator DBD, petugas jumanti di setiap RT, dan petugas fogging tiap wilayah. Petugas kecamatan tinggal mengkoordinir saja. Petugas tersebut akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang sudah ditetapkan dari awal. Contoh: petugas fogging, kalau penyelidikan epidemiologi positif maka segera dilakukan foggingPelaksanaan

Penyelidikan epidemiologi (PE)

Tenaga untuk melaksanakan Penyelidikan epidemiologi adalah petugas DBD yang dibantu oleh jumantik serta masyarakat. Setelah data kasus diterima kemudian diinformasikan ke kelurahan sesuai dengan alamat kasus, petugas puskesmas kelurahan yang akan melaksanakan PE. PE dilakukan jika ada kasus baik yang bersumber dari internet maupun yang langsung dilaporkan oleh warga. PE dilaksanakan di rumah pasien DHF dan rumah-rumah di sekitar penderita DHF. Hasil dari kegiatan PE berupa laporan dapat mengetahui perlu atau tidaknya fogging di daerah tersebutPengendalian vektor DHF

Ada beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam pengendalian arthopoda antara lain:6-8Pengendalian lingkungan

Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthopoda karena hasilnya dapat bersifat permanen serta tidak merusak keseimbangan alam dan tidak mencemari lingkungan. Pengendalian lingkungan dibagi menjadi 2 macam yaitu:Modifikasi lingkungan

Cara ini berkaitan dengan mengubah sarana fisik dan hasilnya bersifat permanen. Contoh modifikasi lingkungan yaitu:Pengaturan sistim irigasiPenimbunan tempat-tempat yang dapat menampung air dan tempat-tempat pembuangan sampahPenimbunan tempat pengaliran air yang menggenang menjadi keringPengubahan rawa menjadi sawahPengubahan hutan menjadi pemukiman

Manipulasi lingkungan

Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan sarana fisik yang telah ada supaya tidak terbentuk tempat-tempat perindukan atau tempat istirahat serangga dan bersifat tidak permanen. Contohnya adalah melancarkan got yang tersumbatPengendalian kimia

Pada pendekatan ini dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida. Pengendalian kimia untuk DHF dapat dilaksanakan dengan menggunakan mineral oils, paris green, insektisida sintetis seperti chlorpyrofos, abate, dan malathion. Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera, meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu singkat. Penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan serta kematian beberapa pemangsa dan organisme yang bukan target. Selain itu, pengendalian kimia dengan cara penyemprotan banyak ditolak oleh penduduk setempat. Hal ini disebabkan karena khawatir binatang peliharaaan mati.Pengendalian fisik

Pada cara pengendalian ini digunakan alat fisika untuk pemanasan, pembekuan, dan penggunaan alat listrik untuk pengadaan angin, penyinaran yang dapat membunuh atau mengganggu kehidupan serangga. Di Indonesia, cara ini dapat dilihat di hotel, restoran, dan pasar swalayan yang memasang hembusan angin keras di pintu masuk. Memasang lampu kuning dapat menghalau nyamuk.Pengendalian biologi

Pengendalian biologi bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. Pengendalian ini dilakukan dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi serangga. Beberapa parasit yang bertujuan mengendalikan larva yaitu:Nematoda (Romanomersis iyengari merupakan cacing yang dapat menembus badan larva nyamuk dan hidup sebagai parasit hingga larva mati dan mencari hospes baru)BakteriProtozoa (Pleistophora culicis dan Nosema algerae dapat menjadi parasit larva nyamuk)Jamur (Tolypocladium cylindrosporum dan Culicinomyces clavisporus yang bertujuan untuk pengendalian larva Anopheles, Aedes, Culex, Simulium, dan Culicoides)Virus dapat dipakai sebagai pengendali larva nyamuk.

Arthopoda juga dapat dipakai sebagai pengendali nyamuk dewasa. Predator atau pemangsa yang baik untuk pengendalian larva nyamuk terdiri dari:Ikan

Beberapa jenis ikan yang cocok untuk pengendalian larva ialah:Panchax panchax (ikan kepala timah)

Gambar 1. Kepala ikan timah

Gambar 2. Kepala ikan timahLebistus reticularis ( Guppy = water ceto)

Gambar 3. Ikan guppy

Gambar 4. Ikan guppyGambusia affinis (ikan gabus)

Gambar 5. Ikan gabusPoecilia reticulata

Gambar 6. Poecilia reticulata

Gambar 7. Poecilia reticulataTrichogaster trichopterus

Gambar 8. Trichogaster trichopterus

Gambar 9. Trichogaster trichopterusCyprinus carpio (ikan karpa)

Gambar 10. Cyprinus carpio

Gambar 11. Cyprinus carpioTilapia nilotica

Gambar 12. Tilapia nilotica

Gambar 13. Tilapia niloticaPuntious binolatus

Gambar 14. Puntious binolatus

Gambar 15. Puntious binolatusRasbora lateristriata

Gambar 16. Rasbora lateristriata

Gambar 17. Rasbora lateristriataLarva nyamuk yang berukuran lebih besarLarva capung

Gambar 18. Larva capung

Gambar 19. Larva capungCrustaceae

Contohnya adalah mesacyclops yang terdapat pada gambar 20.

Gambar 20. MesacyclopsPengendalian genetik

Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan yaitu:Steril male technique

Perusakan DNA di dalam kromosom tanpa mengganggu proses pematangan dengan zat kimia (preparat TPA atau dengan radiasi Cobalt 60, antimitotik, antimetabolit, dan bazarone) atau cara radiasi, Setelah dilakukan perusakan DNA, serangga tersebut dilepaskan di aam bebas, tempat populasi serangga bahaya tadi. Citoplasmic incompatibility

Dilakukan dengan cara mengawinkan antar strain nyamuk sehingga sitoplasma telur tidak dapat ditembus sperma dan tidak terjadi pembuahan.Chorosomal translocation

Radiasi yang dapat mengubah letak susunan dalam kromosom.Hybrid strerility

Mengawinkan serangga antar spesies terdekat akan mendapatkan keturunan jantan yang steril.Untuk pengendalian antilarva dapat kita terapkan 3 pengendalian yaitu pengendalian lingkungan, pengendalian kimia, dan pengendalian biologi.Dalam upaya pengendalian terhadap nyamuk dewasa, beberapa merode di bawah ini dapat dilakukan yaitu:Residual spray yang terdapat pada tabel 1

Tabel 1 Pengendalian nyamuk dengan insektisidaResidual sprayDosis g/m2Durasi (bulan)

DDT1-226-12Lindane0,53Malathion23Sesuai dengan kepustakaan no.Space spray

Penyemprotan ruangan ini dapat menggunakan ekstrak pyrethrum maupun residual insektisida.Pengendalian genetik

Cara-cara untuk melakukan pengendalian genetik di antaranya steril male technique, cytoplasmic incompatibility, chromosom translocation, dan sex distortion.Untuk pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan tindakan-tindakan berikut ini yaitu:Pemasangan mosquito net (kelambu)Pelaksanaan screeningPenggunaan repellent (kimia)

Repellent (penolak nyamuk) yang digunakan mengandung zat kimia seperti diethyltoluamide, indalon, atau dimethyl karbote.Pengendalian vektor DHF adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menekan kepadatan nyamuk dan jentik nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit DHF di rumah atau bangunan yang meliputi perumahan, perkantoran, tempat umum, sekolah, gudang, dan sebagainya.Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara paling memadai saat ini. Vektor demam berdarah dengue khususnya Aedes aegyti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbang maksimal nyamuk ini hanya 100 meter. Tetapi karena vektor tersebut tersebar luas maka untuk keberhasilan pemberantasan perlu dilakukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi.Langkah-langkah kegiatan berhubungan dengan pengendalian vektor demam berdarah dengue yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu:1Survalensi tempat perindukan vektor

Pendataan rumah/bangunan di wilayah kerjaPemeriksaan tempat perindukan vektor pada rumah atau bangunanPengolahan data hasil pemeriksaan tempat perindukan vektorRekomendasi kepada petugas kesehatan dan sektor terkaitLaporan kepada atasan langsung dan sektor terkaitPenyebarluasan (sosialisasi informasi) hasil survalensi atau pengamatan

Pengendalian vektor

Investigasi rumah atau bangunan dan lingkungan yang berpotensi jentik di wilayah kerja melalui survey lingkunganMenentukan jenis pengendalian vektor sesuai dengan permasalahan di wilayah kerjaMelakukan pemberantasan vektor

Penyuluhan dan pergerakan masyarakat

Melakukan identifikasi masalah sesuai dengan sasaran

Menentukan jenis media penyuluhan sesuai dengan sasaranMenentukan materi penyuluhan pengendalian vektorMelaksanakan penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam rangka pengendalian vektor khususnya tempat perindukanMenghimpun umpan balik yang diberikan oleh sasaran

Sosialisasi, advokasi, dan kemitraan

Melakukan pertemuan untuk sosialisasi terhadap lintas program, lintas sektor terkait, swasta, dan masyarakatMenentukan jumlah dan jenis pedoman yang akan disosialisasikanMelakukan advokasi terhadap pengambilan keputusan di tingkat kecamatan maupun kabupaten atau kotaMenjalin kerja sama baik terhadap lintas sektor maupun swastaHasil sosialisasi dilaporkan kepada atasan langsung dan sektor terkait

Monitoring dan evaluasi

Pemantauan secara terus menerus terhadap hasil survalensi tempat perindukanPembinaan teknis terhadap pemerintah (dinas kesehatan, puskesmas), swasta, dan masyarakat

Peningkatan SDM

Menentukan jenis pelatihan yang sesuai dengan peserta yang dilatihMelaksanakan pelatihan pengendalian vektor

Langkah-langkah kegiatan penanggulangan kasus demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas meliputi penyelidikan epidemiologi (PE) yaitu pendarian penderita atau tersangka DHF lainnya dan pemeriksaan jentik di rumah penderita atau tersangka dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter (di rumah penderita dan 20 rumah sekitarnya) serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan. Dari hasil PE bila ditemukan penderita DHF lain atau ada jentik dan penderita panas tanpa sebab yang jelas > 3 orang maka dilakukan penyuluhan mengenai 3M, tindakan larvadisasi, pengasapan. Apabila tidak ditemukan maka hanya dilakukan penyuluhan dan kegiatan 3MDalam hal pemberantasan vektor, langkah kegiatannya meliputi pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DHF) dengan cara 3M dan pemeriksaan jentik berkala (PJB) setiap 3 bulan sekali tiap desa atau kelurahan endemis pada 100 rumah atau bangunan yang dipilih secara acak yang merupakan evaluasi hasil kegiatan PSN DHF yang telah dilakukan masyarakat. Kegiatan ini harus ditunjang dengan pelaksanaan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dengue dan kegiatan evaluasi yang dilakukan secara aktif yaitu melalui supervisi dan secara pasif melalui laporan hasil kegiatan.Pemeriksaan jentik berkala di sekolah dan kelurahan

Pemeriksaan jentik berkala dilaksanakan di sekolah-sekolah dan kelurahan-kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Pemeriksaan jentik berkala di sekolah dilakukan oleh petugas UKS yang ada di sekolah-sekolah. Pemeriksaan jentik berkala di kelurahan dilakukan oleh orang-orang yang bekerja di kantor kelurahan.Kunjungan rumah penderita DHF

Puskesmas melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita DHF untuk mengkaji lebih lanjut masalah DHF yang ada di wilayah tersebut seperti melakukan pemeriksaan terhadap anggota keluarga yang menderita DHF. Selain itu, petugas kesehatan juga memeriksa 10 rumah yang ada di samping kiri, samping kanan, depan, dan belakang dari rumah pasien. Apabila didaptkan kasus di antara rumah yang diperiksa maka puskesmas akan melakukan fogging di daerah tersebut.Melakukan fogging

Melakukan fogging dengan malanthion untuk membunuh nyamuk dewasa setidak-tidaknya 2 kali dengan jarak waktu 10 hari. Pengasapan hanya dilakukan bila di lokasi ditemukan 3 kasus positif DHF dengan radius 100 meter (40 rumah) dan bila di daerah tersebut ditemukan banyak jentik nyamuk DHF.9 Misalnya di daerah yang terkena wabah dan di daerah endemi DHF yang indeks kepadatan nyamuknya relatif tinggi dengan cara pemantauan kepadatan populasi nyamuk. Pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa (stadium jentik) dilakukan dengan cara pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam atau di luar rumah dari 100 rumah yang terdapat di daerah pemeriksaanPemantauan dan pelaksanaan PSN di sekolah

Pemantauan dan pelaksanaan PSN di sekolah dilakukan oleh petugas UKS. Petugas UKS akan membuat kartu dan mereka diberikan tugas untuk memeriksa jentik di rumah masing-masing seminggu sekali. Apabila terdapat jentik di rumah, mereka harus menulisnya di kartu yang dibagikan. Kartu tersebut dikumpulkan kepada petugas UKS kemudian dibuat laporan kepada puskesmas setiap 3 bulan sekaliPengawasan

Metode pengawasan dibagi menjadi 2 macam yaitu:Pengawasan langsung (dilakukan ketika ada kegiatan penanggulangan DHF).

Waktu pengawasan dilaksanakan ketika kegiatan berlangsungPengawasan tidak langsung (melalui laporan kegiatan)

Waktu pengawasan dilakukan setiap bulannya dari hasil laporan kegiatan.Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan membuat mini lokakarya. Mini lokakarya ini dilaksanakan dengan mempresentasikan semua hasil kegiatan Puskesmas. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan setiap bulan, 3 bulan sekali, atau 6 bulan sekali. Evaluasi bertujuan untuk membandingkan hasil yang ada dengan indikator yang ingin dicapai saat perencanaan.Abatisasi

Teknik abatisasi ini lebih mudah dilaksanakan daripada fogging. Tujuannya agar kalau sampai telur nyamuk menetas, jentik nyamuk tidak akan menjadi nyamuk dewasa. Semua TPA (Tempat Penampungan Air) yang ditemukan jentik Aedes aegypti ditaburi bubuk abate seduai dengan dosis 1 sendok makanan penuh (10 gram) abate (temephos) atau altosid untuk 100 liter air.1,8,10 Bubuk abate dapat diperoleh di Puskesmas atau di apotik.Bubuk abate juga diberikan pada bak mandi. Konsekuensinya adalah kita jangan menyikat bak/TPA tersebut selama kurang lebih 3 bulan. Hal ini disebabkan lapisan abate yang sudah terbentuk di dinding yang berpotensi membunuh jentik nyamuk ini mampu bertahan sampai 3 bulan. Jika dinding TPA atau bak mandi disikat sebelum 3 bulan maka lapisan abate tersebut akan terkelupas dan hilang. Meskipun abatisasi bisa dilakukan pada semua tempat penampungan air namun secara bijaksana kita bisa melakukan abatisasi pada tempat-tempat yang potensi nyamuk bersarang dan bertelur yaitu pada tempat-tempat yang jarang digunakan atau diganti airnya. Untuk tempat-tempat lain bisa dilakukan pengurasan setiap hari. PreventifPemberantasan sarang nyamuk (PSN)

PSN yaitu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penularan demam berdarah dengan cara 3M Plus yaitu:Menguras secara teratur (seminggu sekali), mengganti air secara teratur tiap kurang dari 1 minggu pada vas bunga, tempat minum, atau menaburkan abate ke TPA untuk mencegah pertumbuhan jentik dan membunuh telur.Menutup rapat-rapat tempat perkembangbiakan nyamuk penular

Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokan sebagai berikut:7Tempat penampungan air (TPA)

Tempat-tempat untuk menampung air guna keperluan sehari-hari seperti tempayan, bak mandi, ember, dan lain-lainBukan tempat penampungan air (non TPA)

Tempat-tempat menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), barang bekas (kaleng, botol, ban, pecahan gelas, dan lain-lain), vas bunga, perangkat semut, penampung air dispenser, dan lain-lainTempat penampungan air alamiah

Lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lain.Mekanisme penularan penyakit melalui air dibagi menjadi 4 macam yaitu:8Waterborne mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan seperti kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomielitis.Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan yaitu:Infeksi melalui alat pencernaan seperti diare pada anak-anakInfeksi kulit dan mata seperti skabies dan trachomaPenularan melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis

Water-based mechanism

Penyakit ini ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air seperti skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis. Water-related insect vector mechanism

Agen penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air seperti filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik, dan barang-barang lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamukPlus adalah tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk dengan cara:9,10

Proteksi diri untuk mencegah terjadinya gigitan nyamuk Aedes Aegypti

Tidak seperti nyamuk yang lain, nyamuk ini menggigit pada siang hari. Untuk mencegah hal ini bisa menggunakan salep (repellent) atau minyak yang dioles di bagian tubuh yang terbuka. Selain menggunakan salep yang diperuntukkan mencegah gigitan nyamuk, kita juga menggunakan minyak sereh. Cara lain adalah dengan menggunakan kawat nyamuk (kawat kasa) di lubang-lubang angin di atas pintu-pintu dan jendela rumah agar nyamuk tidak bisa masuk ke dalam rumah kita. Selain itu dapat dilakukan dengan cara tidur dengan kelambu dan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida malathion.Jangan mempunyai kebiasaan meletakkan pakaian di gantungan yang terbuka seperti di belakang pintu kamar. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap pada pakaian atau kain tersebutTutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semenMemelihara ikan pemakan jentik nyamuk Mengusir nyamuk dengan obat nyamuk

Promosi KesehatanAvokasi

Advokasi berkaitan erat dengan pemerintahan. Jika terjadi wabah penyakit dan tidak bisa diatasi biasanya dapat bekerja sama dengan pemerintahan seperti kecamatan.Mediasi

Selain melalui instansi pemerintah, untuk menyukseskan program penangggulangan DHF kita memerlukan mediasi oleh tokoh-tokoh yang diseganin di daerah tersebut seperti pemuka agama, kepala sukuEdukasi

Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dipadukan dengan penyuluhan kebersihan lingkungan lainnya seperti sampah, pembuangan air limbah, dan lainnya yang dilakukan secara intensif, berkesinambungan, dan dengan sasaran yang luas baik melalui media massa (TV, radio, surat kabar, internet) dan melalui penyuluhan dengan memberikan ceramah kepada kelompok-kelompok masyarakat (Posyandu dan Usaha Kesehatan Sekolah). Selain itu penyuluhan juga dilakukan untuk pertolongan pertama terhadap penderita DHF seperti:Beri minum sebanyak mungkinKompres agar panasnya turunBerikan obat penurun panasSegera bawa ke Puskesmas atau rumah sakit bila:

Tidak bisa minum, muntah terus menerusBertambah parahKesadaran menurun dan hilang kesadaranKejangNyeri ulu hati dan gelisahEkstremitas atas dan bawah teraba dinginPendarahan hidung dan gusiMuntah dan BAB berwarna hitam

Segera lapor ke RT atau RW atau sarana pelayanan kesehatan terdekat bila ada anggota masyarakat yang terkena DHF

Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan mayarakat dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan dan mengajak masyarakat di sekitar tempat tinggal untuk menjadi pemantau jentik sendiri (self jumantik) serta selalu bergotong royong menjaga kebersihan lingkungan dan rumah khususnya melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DHF. Jumantik merupakan singkatan dari Juru Pemantau Jentik. Dalam rangka pemberantasan sarang nyamuk DHF, Departemen Kesehatan RI memunculkan gagasan tentang Jumantik. Jumantik adalah orang-orang yang bertugas melakukan pemantauan secara rutin terhadap ada atau tidaknya jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air di sekitar rumah. Setiap orang pun bisa menjadi jumantik.Selain itu, bagi pelajar bisa menjadi Wamantik (Siswa atau Mahasiswa Pemantau Jentik). Tugas wamantik adalah melakukan pengamatan mengenai keberadaan jentik-jentik nyamuk di lingkungan sendiri seperti kamar mandi di sekolah, di rumah, di tempat wisata, toilet tempat umum, dan sebagainya.Kejadian Luar BiasaTujuh kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut Permenkes 1501 tahun 2010 yaitu:1Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerahPeningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama tiga kurun waktu dalm jam, hari, atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnyaPeningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnyaJumlah penderita baru dalam periode wakti satu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnyaRata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian sakit per bulan pada tahun sebelumnyaAngka kematian kasus suatu penyakit (Case fatality rate) dalam satu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang samaAngka proporsi penyakit penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih daripada satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

KesimpulanPenyakit Demam berdarah Dengue/Demam Hemorhagic Fever merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh keadaan sanitasi lingkungan yang buruk. Setiap penyakit dilihat dari segi epidemiologi terdiri dari faktor host, agent, lingkungan. Dalam hal ini yang berperan menjadi host adalah manusia, sebagai agent yaitu bector melalui nyamuk. Manajemen dalam menanggulangi DBD tentunya harus berdasarkan atas POAC (Planning, Organisating, Acuating, Controling). Manajemen tersebut tentunya dibuat oleh PUSKESMAS sebagai pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki program. Telah banyak dilakukan upaya PUSKESMAS dalam menanggulangi penyakit DBD berupa pemberian penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, kuratif, rehabilitatie, dsb. Untuk itu, kerjasama yang baik antara petugas kesehatandan peran serta masyarakat adalah sebuah kesatuan yang amat penting dalam menanggulangi DBD.

Daftar PustakaTata laksana DBD. Diunduh dari www.depkes.go.id, 16 Juni 2012.Yuswulandary. Penyakit DBD. Edisi 2010. Diunduh dari www.usu.ac.id, 16 Juni 2012.Djaenudin N, Ridad A. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta: EGC; 2009.p.316-7.Anies. Manajemen berbasis lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2006.p.61-9.Okti H. Demam berdarah dengue. Edisi ke-5. Yogyakarta: Kanisius; 2008.p.8.Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI. Parasitologi kedokteran. Dalam: Haedojo, Zulhasril, penyunting. Pengendalian vektor. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.p.275-8.Indonesia Departemen Kesehatan. Pedoman kerja puskesmas. Jilid ke-3. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2004.p. G-24-5.Budiman C. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2009.p.34-6, 41-2, 165-6.Genis G. Apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka; 2009.p.14-5.Nyoman K. Manual pemberantasan penyakit menular. Edisi ke-7. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2000.p.200-5.

23

Erik T. Flu, HFMD, diare pada pelancong, malaria, demam berdarah, tifus. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2004.p.93-5.

24