blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH...

51
PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar Masalah-Masalah/Isu-Isu Lingkungan Diampu Oleh Bapak Drs. Mochamad Rozikin M.AP Kelompok 9: Ahmad Hadi (135030101111132) Reza Krisna Putra (135030107111101) Rizki Adila Ramadhan (135030100111037) Eka Prasetya Surya (135030100111113) Kelas B ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRAS

Transcript of blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH...

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI

(Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit)

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar

Masalah-Masalah/Isu-Isu Lingkungan Diampu Oleh Bapak Drs. Mochamad

Rozikin M.AP

Kelompok 9:

Ahmad Hadi (135030101111132)

Reza Krisna Putra (135030107111101)

Rizki Adila Ramadhan (135030100111037)

Eka Prasetya Surya (135030100111113)

Kelas B

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRAS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

BAB ILATAR BELAKANG

1.1 Latar BelakangLimbah berupakan benda (Padat, Cair, Gas, B3) yang tidak diperlukan

dan dibuang, limbah pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan

konsentrasi bervariasi. Bila dikembalikan ke alam dalam jumlah besar, limbah ini

akan terakumulasi di alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem

Alam

Penumpukan limbah di alam menyebabkan ketidakseimbangan

ekosistem tidak dikelolah dengan baik. Pengelolahan limbah ini merupakan

upaya merencanakan melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi

pendayagunaan limbah, serta pengendalian dampak yang ditimbulkannya

Upaya pengelolahan limbah tidak mudah dan memerlukan pengetahuan

tentang limbah ( Padat, Cair, Gas, B3) unsur-unsur yang terkandung serta

penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan selain itu perlu

keterampilan mengelolah limbah menjadi ekonomis dan mengurang jumlah

limbah yang terbuang ke alam.

Pelaksanaan kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan atau

pembangunan berkelanjutan (Suistanable Development) telah diatur dalam

Undang – Undang No 23 Tahun 1997 tentang pengeloaan Lingkungan Hidup.

Pembangunan merupakan upaya sadar mengelola dan memanfaatkan

sumberdaya guna meningkatkan mutu kehipan rakyat dimana pelaksanaan

kegiatan pembangunan semakin meningkat dan menanggung resiko

pencemaran serta kerusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar

ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak karenanya (Amsyari,

1996).

Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan kegiatan usaha

yang secara ekonomi penting bagi negara dan secara sosial berperan besar bagi

lingkungan sekitarnya. Namun disisi lain kegiatan Perkebunan dan PKS

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

berpotensi mencemari lingkungan dan di perkirakan dapat menimbulkan dampak

penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi serta sosial, ekonomi

dan budaya.

Perkebunan Kelapa Sawit beserta pabrik pengelohannya merupakan

industry yang unik dimana pada industry ini sebenarnya dapat diterapkan konsep

Nir emisi. Dalam artian bahwa semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan

kembali sehingga tidak ada limbah yang terbuang dan mencemari lingkungan.

Namun dalam pengembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti

dengan pembangunan pabrik juga dapat menimbulkan dampak negative

terhadap lingkungan yaitu berupa limbah cair, padat dan gas yang dikeluarkan

dari pabrik kelapa sawit yang apabila tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan pencemaran lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Limbah industry ?2. Bagaiman limbah dari perkebunan dan pabrik kelapa sawit ?3. Bagaimana kebijakan mengenai limbah kelapa sawit ?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetetahui apa yang di maksud Limbah Industry.

2. Untuk mengetahui limbah dari kelapa sawit.

3. Memahami kebijakan mengenai limbah kelapa sawit.

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

BAB II

Landasan Teori

2.1. Kebijakan Lingkungan

Kebijakan public adalah pemanfaatan yang strategis terhadap

sumberdaya – sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah – masalah

public atau pemerintah (Chandler dan Plano 1988). Bahkan Chandler dan Plano

juga beranggapan bahwa kebijakan public merupakan suatu bentuk intervensi

yang kontinum oleh pemerintah demi kepentingan orang – orang yang tidak

berdaya dalam masayrakat agar mereka dapat hidup, dan ikut berpartisipasi

dalam pemerintah. Disini dapat dilihat bahwa kebijkan tidak semata dilihat dari

pemanfaatan strategis dari sumberdaya tetapi juga memiliki dimensi moral yang

sangat mendalam bahkan sangat menentukan (Donahue 2003). Kebijakan public

adalah segalah sesautu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka

melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda

(Dye 2011).

Analisi

skebijakanpadadasarnyamencakuptigahalutama,yaitubagaimanamerumuskanke

bijakan,implementasikebijakandanevaluasikebijakan(Dwijowijoto,2003).Setiapke

bijakandirumuskanuntuktujuantertentuyaitumengatursistemyangsedangberjalan

untukmencapaitujuan(visidanmisi)bersamayangtelahdisepakati.Dengandemikian

,analisiskebijakanadalahtindakanyangdiperlukanuntukdibuatnyasebuahkebijaka

n,baikkebijakanyangbarusamasekaliataukebijakanyangbarusebagaikonsekuensi

darikebijakanyangada.

Analisi

skebijakanmerupakansuatukeharusanbagiperumuskebijakan,namuntidakterlalud

itekankanpadaimplementasikebijakandanlingkungankebijakan.Padaimplementas

ikebijakandanlingkunganbiasanyadilakukanevaluasi.Namundemikian,evaluasike

bijakanmerupakanbagiandarianalisiskebijakanyanglebihberkenaandenganprose

durdanmanfaatdarikebijakan.Meskianalisakebijakanlebihfokuskepada

perumusan,pad

aprinsipnyasetiapanalisiskebijakanpastimencakupevaluasikebijakankarenaanalis

iskebijakanmenjangkausejakawalproseskebijakan,yaitumenemukanisukebijakan,

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

menganalisafaktor pendukungkebijakan,implementasinya,peluang

evaluasi,dankondisilingkungankebijakan.

Analisi

skebijakanpadadasarnyaadalahmenemukanlangkahstrategisuntukmempengaru

hisistem.Adaduapilihanskenarioyangdapatdilakukanuntukmempengaruhikinerjas

istemyaitu:

(1)kebijaka

nfungsional,skenariodengantindakanyangmempengaruhifungsidariunsursistemt

anpamerubahsistem;dan(2)kebijakanstruktural,skenariodengantindakanyangaka

nmenghasilkansistemyangberbeda(Aminullah,2004).

Tujuandarianalisiskebijaka

nadalahmenganalisisdanmencarialternatifkebijakanyangdapatdipakaisebagaida

sarpengambilankeputusanbagipenentukebijakan.Analisiskebijakanadalahilmuya

ngmenghasilkaninformasiyangrelevandengankebijakanpublik.Produkanalisiskebi

jakanadalahnasehatsehinggaseoranganaliskebijakanhanyalahpenasehatkebijak

anbukanpenentukebijakan.Olehkarenaituseoranganaliskebijakanmemerlukanhal

-halsebagaiberikut.

1. Harustahubagaimanamengumpulkan,mengorganisasidanmengko

munikasikaninformasidalamsituasidimanaterdapatketerbatasanwak

tudanakses.

2. Membutuhkanperspektif(pandangan)untukmelihatmasalah-

masalahsosialyangdihadapidalamkonteksnya.

3. Membutuhkankemampuantekni

kagardapatmemprediksikebijakanyangdiperlukandimasayangakan

datangdanmengevaluasialternatifkebijakandenganlebihbaik.

4. Harusmengert

iinstitusidanimplementasidarimasalahyangdiamatiuntukdapatmera

malkanakibatdarikebijakanyangdipilih,sehinggadapatmenyusunfakt

adanargumentasisecaralebihefektif.

Muhammadi et al. (2001) menyatakanbahwa analisis kebijakan adalah

pekerjaa

nintelektualmemilahdanmengelompokkanupayaatauuntukmemperolehpengetah

uantentangcara-

car

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

ayangstrategisdalammempengaruhisistemmencapaitujuanyangdiinginkan.Dala

msistemdinamisuntukmenyederhanakansistemdalamanalisiskebijakandigunaka

nsimulasimodel.Adaduatahapsimulasimodeluntukanalisiskebijakanyaitu:(1)

pengembangan kebijakan alternatif,yaitu suatu proses

berpikirkreatifuntukmenciptakanide-

id

ebarutentangtindakanyangdiperlukandalamrangkamempengaruhisistemuntukm

encapaitujuan,baikdengancaramerubahmodelmaupuntanpa merubah model;

dan (2) analisis kebijakan alternatif, suatuupaya untuk

menentukanalternatifkebijakanyangterbaikdenganmempertimbangka

nperubahansistemsertaperubahanlingkungankedepan.

2.2 Produksi BersihPembangunan berkelanjutan dapat dipromosikan melalui rancangan

kebijakan yang mendorong pada pengembangan, penyebaran dan perpindahan

teknologi yang sesuai dengan tujuan meningkatkan efisiensi energi, air dan

bahan baku, serta meminimalisasi terbentuknya limbah dan terlepasnya

kontaminan ke media lingkungan dalam rangka menghasilkan produk dan jasa

ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu strategi

merealisasikan pembangunan berkelanjutan adalah melalui pengembangan dan

menerapkan prinsip-prinsip Produksi Bersih.

Produksi bersih didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan

yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada

setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi,

produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya,

sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan

manusia serta kerusakan lingkungan (KLH, 2003). Produksi bersih merupakan

suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang

perlu diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup

produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan

(Alamsyah, 2000).

Definisi produksi bersih (cleaner production) seperti yang diadopsi oleh

UNEP adalah aplikasi terus-menerus strategi terintegrasi perlindungan

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

lingkungan pada proses, produk, dan jasa-jasa untuk meningkatkan efisiensi

keseluruhan, dan mengurangi resiko pada manusia dan lingkungan. Produksi

bersih dapat diaplikasikan pada proses yang digunakan dalam setiap industri,

untuk memproduksi, dan pada macam-macam jasa yang disediakan dalam

masyarakat.

Produksi bersih berfokus pada strategi untuk secara terus-menerus

mengurangi polusi dan dampak lingkungan melalui pengurangan di sumbernya

yaitu menghilangkan limbah dalam proses. Bagi proses produksi, produksi bersih

dihasilkan dari satu atau kombinasi mengkonservasi material mentah, air, energi,

menghilangkan material mentah beracun dan berbahaya; dan mengurangi

jumlah dan toksisitas semua emisi dan limbah di sumbernya selama proses

produksi. Bagi produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak

lingkungan, kesehatan, dan keselamatan produk selama keseluruhan siklus

hidupnya, dari ekstraksi material mentah, melalui pembuatan, penggunaan,

sampai pembuangan akhir dari produk. Bagi jasa, produksi bersih

mengimplikasikan penggabungan perhatian lingkungan kedalam disain dan

pengiriman jasa.

Produksi bersih mengacu pada mentalitas seberapa baik barang-barang

dan jasa diproduksi dengan dampak lingkungan minimum di bawah batasan

teknologis dan ekonomis sekarang. Produksi bersih tidak menghalangi

pertumbuhan, hanya menekankan bahwa pertumbuhan harus berkelanjutan

secara ekologis. Produksi bersih sebaiknya tidak dianggap hanya sebagai

strategi lingkungan, karena juga berhubungan dengan pertimbangan ekonomis.

Dalam konteks ini, limbah dianggap sebagai ‘produk’ dengan nilai ekonomi

negatif. Setiap aksi untuk m engurangi konsumsi material mentah dan energi,

dan mencegah atau mengurangi pembangkitan limbah, dapat meningkatkan

produktivitas dan membawa manfaat keuangan pada perusahaan.

Produksi bersih adalah strategi ‘win-win’, yaitu dengan tetap melindungi

lingkungan, konsumen, dan pekerja sementara juga memperbaiki efisiensi

industri, profitabilitas, dan daya kompetitif. Perbedaan kunci antara kontrol polusi

dan produksi bersih adalah dari segi waktu. Kontrol polusi terjadi setelah

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

peristiwa (after-the-event), pendekatan reaktif dan mengolah. Produksi bersih

adalah filosofi antisipasi dan pencegahan dengan melihat ke depan.

Diperkenalkan oleh UNEP tahun 1989, produksi bersih adalah aplikasi

berkelanjutan dari strategi lingkungan preventif terintegrasi yang diaplikasikan

pada proses, produk, dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi dan mengurangi

resiko bagi manusia dan lingkungan (WBCSD, 1996). Segala upaya yang dapat

mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan, atau kontaminan yang terbuang

melalui saluran pembuangan limbah atau terlepas ke lingkungan (termasuk

emisi-emisi yang cepat menguap di udara) sebelum didaur ulang, doilah, atau

dibuang.

Produksi adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus-menerus pada proses

produksi dan daur hidup dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap

manusia dan lingkungan (Bappedal, 1996). Thorpe (1999) menyatakan bahwa

produksi bersih adalah suatu konsep holistik bagaimana suatu produk dirancang

dan dikonsumsi secara benar tanpa mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Tujuan utama produksi bersih ini adalah implementasi perubahan dalam

disain produk, proses manufakturing, dan teknik-teknik manajemen untuk

meningkatkan efisiensi, mencegah polusi dan mengurangi limbah (Dames and

Moore, 1998:1). Berdasarkan pada definisi dan tujuan objektif mereka,

perbedaan antara eko-efisiensi dan produksi bersih adalah eko-efisiensi bermula

dari isu-isu efisiensi ekonomi yang mempunyai manfaat positif pada lingkungan,

sementara produksi bersih bermula dari isu- isu efisiensi lingkungan yang

mempunyai manfaat ekonomi positif (WBCSD, 1996).

Keuntungan implementasi produksi bersih antara lain (Environment Australia

2000): (1) mengurangi biaya-biaya produksi melalui peningkatan efisiensi,

penurunan limbah dari input material, (2) Meningkatkan produktivitas dan

memperbaiki produk; (3) Mengurangi konsumsi energi; (4) Mengembalikan nilai

produk sekunder (by-product); dan (5) Meminimalkan masalah pembuangan

limbah termasuk biaya pengolahan limbah. Potensi kerugian dalam implementasi

produksi bersih antara lain kesulitan dalam merubah sistem dan teknologi yang

ada. Perubahan dalam sistem dan teknologi akan memerlukan investasi yang

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

relatif besar, tingkatan sumber daya manusia yang baik, dan dukungan investor

(OECD, 1995).

Produksi bersih diperkenalkan oleh BAPEDAL pada tahun 1993. Sejak

saat itu produksi bersih terus dikembangkan dan disebarluaskan ke seluruh

sektor terkait di Indonesia. Pada tahun 1995 Pemerintah Indonesia

mencanangkan Komitmen Nasional Penerapan Produksi Bersih. Produksi bersih

bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan

pencemar lingkungan di seluruh tahapan produksi. Di samping itu, produksi

bersih juga melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan

bahan baku, bahan penunjang dan energi di seluruh tahapan produksi.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2004), prinsip-prinsip pokok

dalam strategi produksi bersih dituangkan dalam 5R (re-think, re - use, reduction,

recovery and recycle) adalah :

Re-think adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat

awal kegiatan akan beroperasi. Implikasi dari re-think adalah: perubahan

dalam pola produksi dan konsumsi yang berlaku baik pada proses

maupun produk yang dihasilkan sehingga perlu dipahami secara benar

analisis daur hidup produk. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil

tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari

semua pihak terkait baik pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia

usaha.

Reuse atau penggunaan kembali adalah teknologi yang memungkinkan

suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan fisika,

kimia, dan biologi. Implikasi dari re-use adalah penggunaan kembali un-

treated water, pemakaian kemasan bahan kimia untuk bahan kimia

sejenis.

Reduction atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi

yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal

produksi. Implikasi dari reduction adalah mengurangi dan meminimalisasi

penggunaan bahan baku, air dan energi serta menghindari pemakaian

bahan baku berbahaya dan beracun serta mereduksi terbentuknya limbah

pada sumbernya, sehingga mencegah dari atau mengurangi timbulnya

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta resikonya

terhadap manusia.

Recovery adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan atau energi

dari suatu limbah untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi

dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia, dan biologi. Implikasi recovery

adalah : Me-recover krom pada limbah padat dari industri kulit, me-

recover timah hitam dari limbah aki bekas dan lain- lain.

Recycling atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk

memanfaatkan limbah dengan memproses kembali ke proses semula

yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika, kimia, dan biologi. Implikasi

recycling adalah: daur ulang limbah plastik menjadi bijih plastik, daur

ulang air proses, energi dan lain-lain.

Prinsip-prinsip tersebut lebih diarahkan pada pengaturan diri sendiri (self

regulation) daripada pengaturan secara commond and control. Jadi pelaksanaan

program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah

saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk mengubah sikap dan

perilaku seluruh stakeholder. Keuntungan penerapan produksi bersih adalah:

mengurangi terbentuknya pencemar, mencegah berpindahnya pencemar dari

suatu media ke media lain, mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan

lingkungan, memberikan peluang untuk mencapai sistem manajemen

lingkungan, mengurangi biaya pentaatan hukum, menghindari biaya

pembersihan lingkungan, dan memberi keunggulan daya saing di pasar

internasional (Noor, 2006). Produksi bersih dilakukan dengan cara

mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan

pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Penerapan produksi bersih dapat:

1. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi

bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya yaitu

mencegah terbentuknya limbah secara dini, yang dapat mengurangi biaya

investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya

perbaikan lingkungan.

2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui

pengurangan limbah, daur ulang, pengolahan dan pembuangan yang

aman.

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang melalui penerapan proses produksi dan penggunaan bahan baku

dan energi yang lebih efisien (konservasi sumberdaya, bahan baku dan

energi).

4. Mendukung prinsip environmental equity dalam rangka pembangunan

berkelanjutan.

5. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dan

memanfaatkan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di

dalam proses.

6. Memelihara ekosistem lingkungan.

7. Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.

Strategi produksi bersih mempunyai arti yang luas karena didalamnya

termasuk upaya pencegahan pencemaran melalui pilihan jenis proses yang

ramah lingkungan, minimalisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.

Dengan adanya perkembangan dan perubahan cara pandang dalam

pengelolaan limbah, konsep produksi bersih menjadi pilihan kebijaksanaan

pemerintah untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2.3 Pengertian Limbah Industri

Kegiatan manusia hampir semuanya menghasilkan barang sisa. Barang

sisaitu pun bisa berupa zat padat, cair ataupun gas. Jika tidak terjadi pengolahan

yangbersih dan sehat serta sesuai cara yang tepat maka zat sisa tersebut dapat

berdampakburuk bagi semua aspek, misalnya kesehatan tubuh, kesehatan

lingkungan dan jugakelestarian alam. Dalam pengendalian zat sisa yang

kemudian disebut sampah danlimbah maka pemerintah mengaturnya dalam

undang – undang dan peraturan.

Limbah dapat mencemari lingkungan dalam kondisi tertentu. Untuk

mencegah terjadinya pencemaran maka dibutuhkan tindakan khusus dalam

mengatur danmengolah limbah yang dihasilkan baik berupa zat padat, cair

ataupun gas.

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai

ekonomi.Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah , yang seringkali tidak

dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau

secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa

anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat

berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,

sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya

keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik

limbah.Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya.

Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya).Bahan ini

dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi

mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Bahan

beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai keperluan

rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan,

diangkut dan lain-lain.Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk

pembersih deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna,

bahan pengawet dan masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila

ditinjau secara kimia bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan

anorganik.Terdapat lima juta jenis bahan kimia telah dikenal dan di antaranya

60.000 jenis sudah dipergunakan dan ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap

tahun diperdagangkan.

Pengertian lain mengenai limbah adalah bahan sisa pada suatu kegiatan

dan/atau proses produksi,termasuk di sini limbah B3 (bahan berbahaya dan

beracun). Menurut PeraturanPemerintah no 18 tahun 1999 tentang pengolahan

limbah berbahaya dalam pasal 1menyebutkan “Limbah bahan berbahaya dan

beracun, disingkat limbah B3, adalahsisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang

mengandung bahan berbahaya dan/atauberacun yang karena sifat dan/atau

konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secaralangsung maupun tidak

langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkanlingkungan hidup, dan/atau

dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lain”. (PP no 18 tahun 1999).

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat

digolongkandalam 2 golongan yaitu :

1. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses

lebihlanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari

pabrik gulayaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol,

ampas tebunya dapatdijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik

kertas. Limbah pabrik tahu masihbanyak mengandung protein dapat

dimanfaatkan sebagai media untukpertumbuhan mikroba misalnya untuk

produksi Protein Sel Tunggal/PST atauuntuk alga, misalnya Chlorella sp.

2. Limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai

tambahwalaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk

mempermudahsistem pembuangan. Contohnya: limbah pabrik tekstil

yang biasanya terutamaberupa zat-zat pewarna

Dalam peraturan pemerintah yang sama pun menyebutkan setiap badan

usahayang menghasilkan limbah cair, padat dan gas pun wajib pengolahan

untukmereduksi kandungan limbah cair yang ada melakukan pembuangan

langsung kelingkungan alam bebas . Banyak hal yang perlu dipertimbangkan

untuk melakukanpengolahan, terutama dapat menimbulkan ketidakstabilan

lingkungan ekosistem danbisa memperngaruhi kesehatan lingkungan.

Di dalam PP no 20 tahun 1990 menjelaskan bahwa pengendalian

lingkunganakan diatur oleh pemerintah setempat dalam hal ini kekuasaan

tertinggi yaitu Gubernur, pemerintah setempat harus tegas bagi mereka pelaku

usaha yangmenghasilkan limbah untuk melakukan proses pengolahan terlebih

dahulu.

Limbah Cair

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan

air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung

air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam

proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk

pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut.Air ditambah bahan kimia tertentu .

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena

pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah

juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak

mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan

bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa

berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka

menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu

lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah

secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.

Polusi udara sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau

dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-

asap sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui

keadaan dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor.

Polusi juga dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung

virus-virus penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga

yang mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang

ampuh untuk menangani polusi ,karena semakin hari semakin banyak orang

yang mengendarai kendaraan berotor sehingga makbanyak pula asap-asap yang

dihasilkan dan hal itu akan menyebabkan polusi udara.

Limbah Organik

Limbah ini terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik seperti dari

kegiatan rumah tangga, kegiatan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah

diuraikan melalui proses yang alami.Limbah pertanian berupa sisa tumpahan

atau penyemprotan yang berlebihan, misalnya dari pestisida dan herbisida,

begitu pula dengan pemupukan yang berlebihan. Limbah ini mempunyai sifat

kimia yang setabil sehingga zat tersebut akan mengendap kedalam tanah, dasar

sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang

hidup didalamnya. Sedangkan limbah rumah tangga dapat berupa padatan

seperti kertas, plastik dan lain-lain, dan berupa cairan seperti air cucian, minyak

goreng bekasdan lain-lain. Limbah tersebut ada yang mempunyai daya racun

yang tinggi misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Limbah tersebut

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

tergolong (B3) yaitu bahan berbahaya dan beracun, sedangkan limbah air

cucian.

Limbah anorganik

Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah

anorganik berasal dari sumber daya alamyang tidak dapat di uraikan dan tidak

dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan

anorganik, zat-zat tersebut :

Garam anorganik seperti magnesium sulfat ,magnesium klorida yang

berasal dari kegiatan pertambangan dan industri. Asam anorganik seperti asam

sulfat yang berasal dari industri pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil.

Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol

plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium.

Jika berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1. Limbah Pabrik

Limbah ini bisa dikategorikan sebagai limbah yang berbahaya karena

limbah ini mempunyai kadar gasyang beracun, pada umumnya limbah ini

dibuang di sungai-sungai disekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak

jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-

hari, misalnya MCK(Mandi, Cuci, Kakus) dan secara langsung gas yang

dihasilkan oleh limbah pabrik tersebut dikonsumsi dan dipakai oleh

masyarakat.

2. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah

tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol,

bayam, slada dan lain-lain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton.

Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan

aki.

3. Limbah Industri

Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau

perusahaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya

asam anorganik dan senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup

pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk

juga manusia.

2.3 Pengelolaan limbah

Dalam memproses pengolahan limbah padat terdapat empat proses yaitu

pemisahan, penyusunan ukuran, pengomposan, dan pembuangan limbah.

1. Pemisahan

Karena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbedan dan kandungan

bahan yang berbeda juga maka harus dipisahkan terlebih dahulu, supaya

peralatan pengolahan menjadi awet. Sistem pemisahan ada tiga yaitu

diantaranya :

Sistem Balistik. Adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan

keseragaman ukuran / berat / volume.

Sistem Gravitasi. Adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya berat

misalnya Syarat barang yang ringan / terapung dan barang yang berat /

tenggelam.

Sistem Magnetis. Adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet

yang bersifat magnet, akan langsung menempel. Misalnya untuk

memisahkan campuran logam dan non logam.

2. Penyusunan Ukuran

Penyusunan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil

agar pengolahannya menjadi mudah.

3. Pengomposan

Pengomposan dilakukan terhadap buangan / limbah yang mudah

membusuk, sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada

lumpur pabrik. Supaya hasil pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan

dan disamakan ukurannya atau volumenya.

4. Pembuangan Limbah

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

Proses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan limbah

yang dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pembuangan Di Laut

Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh dilakukan pada

sembarang tempat dan perlu diketahui bahwa tidak semua limbah padat

dapat dibuang ke laut. Hal ini disebabkan :

- Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan.

- Laut sebagai tempat rekreasi dan lalu lintas kapal.

- Laut menjadi dangkal.

- Limbah padat yang mengandung senyawa kimia beracun dan

berbahaya dapat membunuh biota laut.

b. Pembuangan Di Darat Atau Tanah

Untuk pembuangan di darat perlu dilakukan pemilihan lokasi yang harus

dipertimbangkan sebagai berikut :

- Pengaruh iklim, temperatur dan angin.

- Struktur tanah.

- Jaraknya jauh dengan permukiman.

- Pengaruh terhadat sumber lain, perkebunan, perikanan,

peternakan, flora atau fauna. Pilih lokasi yang benar-benar tidak

ekonomis lagi untuk kepentingan apapun.

Pengelolaan  Limbah Cair

`Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani

pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah

yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengelolaan air limbah

dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan

air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi

sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada

Instalasi PengolahanAir Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant / WWTP).

Dalam pengolahan air limbah bertujuan untuk mencegah pencemaran

pada sumber air rumah tangga, melindungi hewan dan tanaman yang hidup

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

didalam air, menghindari pencemaran tanah permukaa dan menghilangkan

tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit. Sedangkan syarat Sistem

Pengelolaan Air Limbah adalah Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap

sumber-sumber air minum,tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan,

tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam

penggunaannya sehari-hari, tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang

mengakibatkan penyakit, tidak terbuka dan harus tertutup, tidak menimbulkan

bau atau aroma tidak sedap.

Metode Pengelolaan Air Limbah.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air

limbah,diantaranya:

a) Pengenceran (disposal by dilution).

Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami

pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami.

Namun, cara semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri

pathogen, larva dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada didalam air

limbah itu. Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan

berikut harus dipenuhi: Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk

keperluan lain.

Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari

30-40 kali3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus

mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.

b) Cesspool

Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk

pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan

mudah meresap kedalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air.

Apabila ceespool sudah penuh (±60bulan), lumpur didalamnya dapat dihisap

keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang

satu penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan

sumur air bersih adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

c) Sumur resapan (seepage pit)

Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang

telah mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy atau

septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam

tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-

2,5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-10

tahun.

d) Septic tank

Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah

air limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic

tank memiliki 4 bagian, antara lain:

Pengelolaan  Limbah Gas

            Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas

atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan

dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan

materi partikulat yang terbawah bersamanya.

1)     Mengontrol Emisi Gas Buang

Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida,

dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas

sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar

dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).

Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada

pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi

partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi

partikulat.

Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan

bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon

monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter)

untuk menyempurnakan pembakaran.

Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang juga dapat

dikurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber

bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang

merupakan polutan.

2)     Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

a) Filter Udara

Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau

stack, agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih

yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus

secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh  (sudah penuh dengan

abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru.

Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan

yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat

asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

b) Pengendap Siklon

Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu

yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.

Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari

udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung

siklon sehingga partikel yang relatif   “berat” akan jatuh ke bawah.

Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah

antara 5 u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut

diendapkan.

c) Filter Basah

Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip

kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara

menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka

debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja

pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan

kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap

debu yang dinamakan.

d) Pegendap Sistem Gravitasi

Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor

yang ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara

kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang

kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu

terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan

jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi).

Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya. 

e) Pengendap Elektrostatik

Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang

kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya

adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat

dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.

Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang

mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung

silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada

sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi

muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan

menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini

menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara

menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-

masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion

negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada

di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Lingkungan Hidup Nasional

Pelaksanaan kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan atau

pembangunan berkelanjutan (Suistanable Development) telah diatur dalam

Undang – Undang No 23 Tahun 1997 tentang pengeloaan Lingkungan Hidup.

Pembangunan merupakan upaya sadar mengelola dan memanfaatkan

sumberdaya guna meningkatkan mutu kehipan rakyat dimana pelaksanaan

kegiatan pembangunan semakin meningkat dan menanggung resiko

pencemaran serta kerusakan lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar

ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak karenanya (Amsyari,

1996).

Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan kegiatan usaha

yang secara ekonomi penting bagi negara dan secara sosial berperan besar bagi

lingkungan sekitarnya. Namun disisi lain kegiatan Perkebunan dan PKS

berpotensi mencemari lingkungan dan di perkirakan dapat menimbulkan dampak

penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi serta sosial, ekonomi

dan budaya.

Perkebunan Kelapa Sawit beserta pabrik pengelohannya merupakan

industry yang unik dimana pada industry ini sebenarnya dapat diterapkan konsep

Nir emisi. Dalam artian bahwa semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan

kembali sehingga tidak ada limbah yang terbuang dan mencemari lingkungan.

Namun dalam pengembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

dengan pembangunan pabrik juga dapat menimbulkan dampak negative

terhadap lingkungan yaitu berupa limbah cair, padat dan gas yang dikeluarkan

dari pabrik kelapa sawit yang apabila tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan pencemaran lingkungan.

Uraian tersebut di atas semakin menjelaskan betapa eratnya hubungan antara

hukum lingkungan dengan kebijaksanaan lingkungan dalam pelaksanaan

pengelolaan lingkungan dengan mendasrakn kepada prinsip-prinsip hukum

lingkungan

Sepertidiketahuibahwahukumlingkunga

nmenyangkutberbagaiaspekataumateridarihukumadministrasi,perdata,pidana,per

pajakan,internasionaldantataruang.Haltersebutdapatdilihatdalampengembangand

anpembangunanlingkunganhidupantaralainmenyangkutperizinan,tuntutangantiker

ugianakibatkerusakanlingkungan,sengketatanahakibatperbuatanpidana,pengena

antarifataubeadalampengelolaan ruang dan peruntukan tanah negara untuk

kepetingan penyelengaraan pemerintah. Banyaknya masalah-masalah lingkungan

sangat membutuhkan berbagai pendekatan disiplin ilmu dan teknologi.

Melihat sejarah pembentukan undang-undang Lingkungan Hidup dalam

Repelita III, bab 7 tentang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dimana

pemerintah berkewajiban untuk menyusun undang-undang yang memuat ketentuan-

ketentuan pokok tentang masalah lingkungan yang mengatur:

a. Pemukiman manusia dan lingkungan hidup

b. Pengelolaan sumber daya alam

c. Pencemaran lingkungan

d. Yuridiksi departemen-departemen di bidang lingkungan

Hal inilah yang melatarbelakangi diterbitkannya Undang-Undang

Lingkungan hidup atau biasa disebut dengan UULH Nomor 4 Tahun 1982.

Undang-undang yang memuat azas serta prinsip-prinsip pokok tentang

perlindungan dan pengembangan lingkungan hidup ini beserta sanksi-sanksinya

akan merupakan dasar bagi semua peraturan perundang-undangan lainnya yang

diciptakan secara sektoral termasuk peraturan pelaksanaannya dan tata cara

pelembagaan, wewenang serta tanggung jawabnya. Saat ini Indonesia telah

mamasuki tahap industrilisasi yang merupakan tahapan pelaksanaan

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

rakyat dan untuk meletakkan landasan untuk pembangunan selanjutnya.

3.2 Permasalahan Limbah Kelapa Sawit

Kelapa Sawit merupakan komoditas perkebunan yang telah diusahakan

di Indonesia secara tahun 1911. Komoditas ini mempunyai peran yang cukup

besar dalam perekenomian nasional maupun daerah (Damoko,2002)

Pada tahun 2014, luas total areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia

mencapai 10,9 juta hektar. Provinsi Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan

Tengah adalah Provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang paling luas.

Seiring dengan perkembangan areal kelapa sawit di Indonesia yang meningkat

dengan pesat pada decade terakhir ini, maka jumlah Pabrik Kelapa Sawit juga

akan bertambah secara nyata. Tahun 2014 jumlah PKS sudah mencapai 608

unit dengan riau yang memiliki 140 Pabrik.

Aktifitas proses produksi atau pengelolaan pada PKS selain

menghasilkan CPO juga menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan dampak

negative terhadap lingkungan baik ke air maupun udara. Oleh sebab itu

pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang No 23 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup serta Peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan

ini seperti : PP No 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendlian Pencemaran Air dan Kep. Men LH/28/2003 tentang Pedoman teknis

Pengkajian Pemanfaatan Air limbah dari industry Minyak Sawit pada tanah di

perkebunan sawit.

Dampak positif dari perkembangan sektor agroindustri umumnya dan

perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negatif terhadap

lingkungan akibat dihasilkan limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan

pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan

dampak negatif dari kegiatan perkebunan kelapa sawit dan PKS perlu dilakukan

sekaligus meningkatkan dampak positifnya. Tindakan tersebut tidak cukup

dengan mengandalkan peraturan perundang - undangan saja, tetapi juga

didukung oleh pengaturan sendiri secara sukarela dan pendekatan instrumen-

Page 25: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

instrumen ekonomi. Pengaturan seperti ini dikenal sebagai mixed policy tools

(Alamsyah, 2000).

Tidak adanya keterpaduan dalam realisasi konservasi lingkungan

menyebabkan Sungai Siak mengalami pencemaran limbah buangan industri

yang berada di sepanjang bantaran sungai. Aktivitas di bantaran sungai yang

telah mengalirkan limbah cair, padat dan jenis limbah beracun lainnya ke

perairan Siak antara lain industri karet, kertas, penggergajian kayu, perkebunan,

pertanian, perkampungan, lalu lintas perkapalan, pelabuhan dan masih banyak

lagi. Keadaan ini disebabkan pemerintah daerah tingkat II yang dilewati sungai ini

menerapkan kebijakan yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan masing-

masing. Apalagi di sepanjang bantaran sungai terdapat berbagai industri yang

memiliki perizinan dari pemerintah pusat melalui berbagai

departemen/kementerian. Fakta ini cukup menyulitkan pengaturan oleh

pemerintah provinsi Riau. Konsep yang ideal untuk mengatasi hal ini adalah “one

river one plan” yaitu konsep konservasi satu sungai satu rencana pengelolaan,

namun hal tersebut memerlukan pemahaman dari masing-masing pihak yang

terkait dengan eksploitasi maupun pelestarian Sungai Siak serta mampu

mengoptimalkan perannya tersebut.

Kementerian Lingkungan Hidup telah mengumumkan peringkat kinerja

perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hasil penilaian KLH sepanjang tahun

2003. Kriteria penilaian mencakup penilaian pengendalian pencemaran air,

udara, pengelolaan limbah B3, penerapan analisis mengenai dampak lingkungan

(amdal), pelaksanaan produksi bersih, manajemen lingkungan dan hubungan

masyarakat serta pengembangannya. Berdasarkan laporan tersebut, jenis usaha

yang masuk kategori hitam (perusahaan belum mengendalikan pencemaran dan

kerusakan lingkungan hidupnya secara berarti) meliputi industri tekstil, penyedap

rasa, kertas, pertambangan, kelapa sawit, kayu lapis dan pabrik gula.

Daftar perusahaan industri kelapa sawit yang termasuk peringkat hitam

PROPER tahun 2003-2004

No Nama perusahaan Lokasi1 PT. Perdana Inti Sawit Rokan Hulu, Riau2. PT. Torganda Rokan Hulu, Riau

Page 26: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

3. PT. Sari Aditya Loka I Merangin Jambi4. PT. Inti Indo Sawit Subur Kebun Handil, Jambi5. PTPN VI PKS Pinang Tinggi Muara Jambi, Jambi

Salah satu ketimpangan yang terjadi dalam industri kelapa sawit adalah

tidak proporsionalnya perbandingan luas perkebunan sawit rakyat dengan

perkebunan besar nasional dan swasta. Ketimpangan ini semakin besar dengan

perbedaan perlakuan oleh pemerintah. Perusahaan asing yang menguasai

perkebunan kelapa sawit besar dilindungi dan diadministrasikan oleh pemerintah,

sedangkan perkebunan sawit rakyat yang luasnya tidak seberapa kurang

mendapatkan perlindungan atau pembinaan.

3.3 Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit

Kenyataan menunjukan bahwa sejak masalah lingkungan hidup mulai

diperhatikan di Indonesia, maka berbagai macam program yang berkaitan

dengan lingkungan tidak mencapai sasaran secara optimal. Hal ini disebabkan

pendekatannya yang bersifat pemaksaan melalui berbagai peraturan perundang-

undangan dengan ancaman sanksi. Belajar dari hal tersebut, dewasa ini telah

terjadi perkembangan pemikiran di mana limbah yang dulunya dikategorikan

sebagai produk samping yang menimbulkan masalah dan selayaknya harus

ditanggulangi (end of pipe), saat ini dianggap sebagai indikator tidak efisiennya

proses produksi. Pemikiran inilah yang mendorong perubahan strategi

penanganan limbah.

Pada awalnya strategi pengelolaan lingkungan didasarkan pada

pendekatan kapasitas daya dukung (carrying capacity approach). Akibat

terbatasnya daya dukung lingkungan alamiah untuk menetralisir pencemaran

yang semakin meningkat, upaya mengatasi masalah pencemaran berkembang

ke arah pendekatan mengolah limbah yang terbentuk (end of pipe treatment).

Pendekatan ini terfokus pada pengolahan dan pembuangan limbah untuk

mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Namun pada kenyataannya

pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap terjadi dan cenderung terus

berlanjut.

Limbah pabrik kelapa sawit terdiri atas limbah padat berupa tandan

kosong, ampas press dan cangkang; serta limbah cair. Limbah tersebut

Page 27: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

merupakan produk samping dari produk utama berupa crude palm oil (CPO) dan

kernel. Pada saat proses pabrikasi untuk menghasilkan produk utama tersebut

dibutuhkan bahan baku berupa tandan buah segar (TBS) dan air. Secara

skematis proses pengolahan kelapa sawit

sampaimenghasilkanproduksampingberupalimbahpadatdancairdapatdilihatpada

gambar di bawah ini.

Limbah pabrik kelapa sawit yang lain yaitu tandan kosong sawit (TKS)

yang dihasilkan dari 23% tandan buah segar (TBS) yang diolah dan serat

mesokarp yang juga berasal dari olahan TBS sebanyak 13%. Serat mesokarp ini

dapat digunakan sebagai bahan bakar di pabrik kelapa sawit, namun perlakuan

itu tidak bisa diaplikasikan pada tandan kosong sawit. Pembakaran tandan

kosong sawit tidak diijinkan karena menyebabkan polusi udara. Pada ekologi

produksi kelapa sawit, penggunaan kembali tandan kosong sawit dan serat

mesokarp sebagai pupuk, baik langsung pada tanaman di perkebunan ataupun

tidak langsung pada nursery, merupakan salah satu cara pemanfaatan.

Page 28: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

Limbah cair dari PKS dapat menimbulkan dampak negatif kepada

lingkungan di sekitar pabrik. Dampak tersebut akan terjadi di lingkungan air

(sungai tempat pembuangan limbah cair) dalam bentuk: (1) kerusakan jenis

algae bloom/eutrophication dalam bentuk penurunan kadar oksigen dan

peningkatan toksin (sebagian alga beracun),kematian organisme air dan makhluk

hidup yang mengkonsumsi air tercemar seperti hewan darat dan bahkan

manusia, (3) bau busuk, (4) timbulnya penyakit, dan (5) pendangkalan perairan.

Pada lingkungan darat, limbah cair PKS dapat menyebabkan gangguan dan

kerusakan tanah, terutama untuk limbah yang mengandung minyak,

pencemaran air tanah, dan bau busuk.

3.4 Kebijakan Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit

Pada awalnya pengelolaan lingkungan didasarkan pada pendekatan

kapasitas daya dukung akibat terbatasnya daya dukung alamiah untuk

menetralisir pencemaran yang semakin meningkat. Upaya dalam mengatasi

masalah pencemaran berubah pendekatan pengolahan limbah yang terbentuk

(end of pipe treatment). Namun kenyataannya tidak memecahkan permasalahan

yang ada. Dalam prakteknya pendekatan pengolahan limbah mengalami

berbagai kendala yaitu: rendahnya pentaatan dan penegakan hukum, lemahnya

perangkat peraturan yang tersedia, rendahnya tingkat kesadaran, sifatnya reaktif

atau bereaksi setelah limbah itu terbentuk, memerlukan biaya investasi, operasi

serta pemeliharaan relatif tinggi. Hal tersebut menjadi salah satu alasan

mengapa kalangan industri tidak atau belum dapat melaksanakan pengelolaan

lingkungan secara optimal.

Di Indonesia, pengelolaan lingkungan diatur dalam Undang Undang

Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pada pasal 1

dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan

pengendalian lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan

secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan

tanggung jawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku pembangunan lain

dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan

Page 29: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan

hidup wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang, perlindungan

sumberdaya alam non hayati, perlindungan sumberdaya buatan, konservasi

sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman

hayati dan perubahan iklim (pasal 9).

Sistem pengelolaan lingkungan ISO 14001 merupakan bagian dari

keseluruhan sistem manajemen termasuk struktur organisasi, kegiatan

perencanaan, tanggung jawab, praktek-praktek, prosedur, proses dan sumber

daya untuk mengembangkan dan melaksanakan, mencapai, mengkaji, dan

memelihara kebijakan lingkungan.

Selain manajemen lingkungan, perangkat lain yang disarankan pakar

manajemen lingkungan untuk sebaiknya dipergunakan perusahaan dalam

rangka meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya adalah produksi bersih.

Pengembangan program produksi bersih di Indonesia dimulai sejak tahun 1993

dengan melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan kesadaran dan pelatihan,

bantuan teknis, pengembangan sistem informasi serta pengembangan insentif.

Perkembangan program produksi bersih dibagi dalam 4 periode waktu yaitu:

tahun 1993: rencana strategi penerapan produksi bersih; tahun 1994:

peningkatan kesadaran dan kemampuan; tahun 1995: komitmen nasional

produksi bersih; dan tahun 1996: cleaner production action plant.

Produksi bersih dalam kebijakan nasional produksi bersih, dimaksudkan

untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar

lingkungan pada seluruh tahapan produksi. Di samping itu, produksi bersih juga

untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang, dan

energi. Salah satu komponen dalam promosi produksi bersih adalah mendorong

perubahan perilaku masyarakat untuk menghasilkan dan menggunakan produk-

produk dan jasa-jasa yang ramah lingkungan.

Penerapan produksi bersih pada industri dapat dilakukan dengan aplikasi

teknologi bersih. Penerapan teknologi bersih merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja usaha yang nantinya akan terkait dengan penilaian

program PROPER (environmental performance rating) yang dilakukan oleh

Kementrian Lingkungan Hidup. Keterbatasan teknologi pemisahan konvensional

Page 30: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

pada industri kelapa sawit, merupakan salah satu kendala rendahnya recovery

dan banyaknya bahan yang terbuang menjadi limbah.

Dalam kaitan dengan rencana kegiatan usaha diatur tentang kwajiban

melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Peraturan

pemerintah yang terkait dengan AMDAL adalah PP No.27 tahun 1999 tentang

analisis mengenai dampak lingkungan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang

wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Kepmen

ini menyatakan bahwa: Pada umumnya dampak penting yang ditimbulkan usaha

budidaya tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan berupa erosi tanah,

perubahan ketersediaan dan kualitas air, persebaran hama, penyakit dan gulma,

serta perubahan kesehatan tanah akibat penggunaan pestisida/herbisida.

Disamping itu sering pula muncul potensi konflik sosial dan penyebaran penyakit

endemik. Skala/besaran yang tercantum di bawah ini telah memperhitungkan

potensi dampak penting kegiatan terhadap ekosistem, hidrologi, dan bentang

alam. Skala /besaran tersebut merupakan luasan rata-rata dari berbagai ujicoba

untuk masing-masing kegiatan dengan mengambil lokasi di daerah dataran

rendah, sedang, dan tinggi.

Dalam kaitan dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran diatur dalam PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air. Pengendalian pencemaran udara diatur

dalam PP No.41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. Baku

mutu lingkungan ditetapkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No.02 tahun 1998 tentang pedoman penetapan baku mutu lingkungan.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 tentang indeks

standar pencemar udara. Peraturan ini menjelaskan bahwa Indeks Standar

Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang

menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang

didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan

makhluk hidup lainnya. Dalam peraturan ini diatur tentang: rentang Indeks

Standar Pencemar Udara. Indeks ini ditetapkan dengan cara mengubah kadar

Page 31: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi (pasal

2).

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang

baku tingkat kebauan. Isi peraturan ini adalah bahwa baku tingkat Kebauan

untuk odoran tunggal dan campuran, metoda pengukuran/pengujian dan

peralatan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran. Pada peraturan ini

dijelaskan bahwa: kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan

waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan; baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang

diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan

lingkungan; sumber bau atau zat odoran adalah setiap zat yang dapat

menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu; zat odoran adalah zat

yang dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai macam senyawa.

tentang pembuangan air limbah ke air atau sumber air diatur dalam Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang pedoman

mengenai syarat dan tata cara perizinan serta pedoman kajian pembuangan air

limbah ke air atau sumber air yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup nomor 142 tahun 2003 tentang perubahan atas

keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003. Peraturan

ini menyatakan bahwa setiap usaha dan atau kegiatan dilarang membuang air

limbah yang mengandung radioaktif ke air atau sumber air (pasal 1) dan

Bupati/Walikota dilarang menerbitkan izin pembuangan air limbah ke air atau

sumber air yang melanggar baku mutu air dan menimbulkan pencemaran air

(pasal 2). Pada pasal 3 dinyatakan bahwa syarat-syarat perizinan pembuangan

air limbah ke air atau sumber air wajib mematuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Untuk melakukan pengelolaan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian

terlebih dahulu tentang kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada

tanah diperkebunan. Hasil kajian ini akan menjadi dasar dalam pemberian ijin

pemanfaatan tersebut. Selain kedua peraturan tersebut di atas yang mengatur

secara spesifik pemanfaatan air limbah industri kelapa sawit, ada satu peraturan

Page 32: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

lagi yang dikeluarkan oleh KLH yang mengatur tentang baku mutu air limbah

yang boleh dibuang ke lingkungan, yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 51 Tahun 1995.

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pemanfaatan air limbah

untuk digunakan sebagai pupuk pada lahan di perkebunan kelapa sawit yaitu:

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang

pedoman teknis pengkajian pemanfaatan air limbah dari industri minyak sawit

pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Tujuan pedoman ini adalah sebagai

acuan dalam melakukan pengkajian pemanfaatan air limbah dari industri minyak

sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Pedoman teknis pengkajian

pemanfaatan air limbah pada tanah ini dibuat agar terdapat kesesuaian

pemahaman mengenai aspek-aspek yang harus ditinjau dalam menentukan

kelayakan lingkungan dari suatu kegiatan pemanfaatan air limbah pada tanah.

Pengkajian air limbah pada tanah perlu dilakukan karena adanya potensi

akumulasi bahan pencemar dalam tanah serta kemampuan tanah dalam

menetralisasi air limbah terbatas dan berbeda-beda tergantung pada karakteristik

tanah seperti permeabilitas tanah, komposisi dan sifat kimia tanah.

Dalam melakukan Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah, pemrakarsa

wajib terlebih dahulu memberitahukan rencana kegiatan Pengkajian

Pemanfaatan Air Limbah kepada Bupati/Walikota dengan menyampaikan surat

pemberitahuan beserta usulan rencana pengkajian. Selanjutnya Bupati/Walikota

menyampaikan usulan pengkajian kepada Instansi yang bertanggungjawab.

Pemrakarsa wajib menyampaikan laporan pengkajian pemanfaatan air limbah

yang sedang dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada

Instansi yang bertanggung jawab. Evaluasi Laporan Hasil Pemantauan

Pelaksanaan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit di Perkebunan

Kelapa Sawit dilakukan Instansi yang bertanggungjawab yang ditunjuk oleh

Bupati/Walikota.

Evaluasi dilakukan dengan melakukan pengecekan ada tidaknya indikasi

pencemaran dan atau perusakan lingkungan yang meliputi: kondisi tanah,

kondisi air tanah, kebauan, kondisi tanaman, serta kondisi air limbah yang sesuai

dengan baku mutu sebagaimana ditetapkan dalam izin. Apabila dari hasil

Page 33: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

evaluasi tersebut tidak menunjukkan adanya indikasi pencemaran dan atau

kerusakan lingkungan, maka pelaksanaan pengkajian pemanfaatan air limbah

dapat dilanjutkan. Sedangkan bila hasil evaluasi menunjukkan adanya indikasi

pencemaran maka pelaksanaan pemanfaatan air limbah harus dihentikan yang

berarti persetujuan pelaksanaan pengkajian pemanfaatan air limbah dicabut dan

pemrakarsa harus melakukan pemulihan kualitas lingkungannya.

Tata cara perizinan pemanfaatan air limbah industri minyak sawit diatur

dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003

tentang pedoman syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air limbah industri

minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Dijelaskan bahwa

Bupati/Walikota menetapkan syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air

limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit di

kabupaten/kota dengan berpedoman pada Keputusan ini.

Pengajuan permohonan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada

tanah di perkebunan kelapa sawit diajukan berdasarkan hasil kajian

pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa

sawit. Persyaratan minimal yang wajib dipenuhi dalam hal pengajuan izin

pemanfaatan air limbah industri sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit,

yaitu: BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter; nilai pH berkisar 6-9; dilakukan

pada lahan selain lahan gambut; dilakukan pada lahan selain lahan dengan

permeabilitas lebih besar 15 cm/jam; dilakukan pada lahan selain lahan dengan

permeabilitas kurang dari 1,5 cm/jam; tidak boleh dilaksanakan pada lahan

dengan kedalaman air tanah kurang dari 2 meter; dan pembuatan sumur pantau.

Surat Keputusan izin pemanfaatan air limbah industri minyak sawit pada

tanah di perkebunan kelapa sawit wajib mencantumkan ketentuan sekurang-

kurangnya meliputi: hasil pemantauan terhadap air limbah, air tanah, tanah,

tanaman, ikan, hewan dan kesehatan masyarakat; metode dan frekuensi

pemantauan; pelaporan hasil pemantauan, dilakukan oleh pemrakarsa kepada

Bupati/Walikota sekurang-kurangnya dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan

tembusan disampaikan kepada Gubernur provinsi yang bersangkutan dan

Menteri Negara Lingkungan Hidup; larangan mengenai : (1) adanya air larian

(run off) yang masuk ke sungai; (2) pengenceran air limbah yang dimanfaatkan;

Page 34: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

(3) membuang air limbah pada tanah di luar lokasi yang ditetapkan dalam

Keputusan in; dan (4) membuang air limbah ke sungai bila air limbahnya melebihi

ketentuan yang berlaku.

Pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk/bahan pembenah tanah di

pertanaman kelapa sawit sangat dimungkinkan atas dasar adanya kandungan

hara dalam limbah tersebut. Pemanfaatan limbah ini disamping sebagai sumber

pupuk/bahan organik, juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah dimana

biaya tersebut diperkirakan dapat diturunkan sebesar 50 - 60 % (Pamin dkk.,

1996). Penurunan biaya ini disebabkan limbah cair yang digunakan adalah

limbah yang masih memiliki nilai BOD antara 3.500-5000 mg/l yang berasal dari

kolam anaerobik primer. Hal tersebut masih memenuhi persyaratan yang telah

diatur dalam Peraturan Menteri No.KB.310/452/MENTAN/XII/95 tentang

standarisasi pengolahan limbah PKS dan karet terutama untuk aplikasi lahan

sebagai sumber air dan pupuk. Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh

menyebabkan penurunan mutu air tanah, kerusakan tanah dan penurunan mutu

air tanah pada sumber-sumber air yang berasal dari air larian dari kegiatan

pemanfaatan pupuk tersebut (Sutarta et al., 2000).

Direktorat Pengendalian Pencemaran Air dan Tanah BAPEDAL (1999)

menyatakan bahwa pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai sumber air

dan hara bagi tanaman kelapa sawit, sementara dipandang sebagai alternatif

penanganan limbah cair sekaligus sebagai salah satu upaya menuju produksi

bersih. Lebih lanjut disebutkan mengenai prinsip-prinsip pemanfaatan limbah cair

ke tanah, antara lain: (a) limbah tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan

produktifitas; (b) limbah tidak mengandung B3; (c) tidak menyebabkan

pencemaran lingkungan, baik air, tanah dan wilayah sekitarnya; (d) limbah yang

dimanfaatkan memenuhi baku mutu yang ditentukan; (e) Penelitian dilakukan

untuk butir-butir sebelumnya oleh pihak netral; dan (f) ijin pemanfaatan limbah

diberikan setelah adanya pengkajian terhadap hasil penelitian tersebut.

Berbagai kebijakan tersebut telah mendorong perusahaan untuk

melakukan pengelolaan lingkungan, baik secara mandatory maupun voluntary.

Namun demikian, masih terdapat beberapa peraturan yang dianggap sebagai

beban bagi perusahaan baik beban administratif maupun biaya. Penerapan

Page 35: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

sistem produksi bersih masih tergantung pada komitmen perusahaan untuk

mencapai daya saing produk di pasar internasional. Rangkuman peraturan yang

berkaitan dengan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan limbah kelapa sawit

serta kinerjanya.

Berdasarkan hasil review kebijakan tersebut dapat simpulkan bahwa faktor-faktor

yang penting diperhatikan dalam pengelolaan limbah pabrik kelapa sawit menuju

nir limbah adalah: (1) komitmen perusahaan dalam menerapkan sistem

manajemen lingkungan khususnya terkait pengelolaan limbah yang ramah

lingkungan, (2) komitmen pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan

limbah yang ditunjukan dengan penegakan hukum secara adil dan konsisten,

dan (3) ketersediaan peraturan perundang-undangan mulai dari tingkat pusat

(undang-undang) sampai pada tingkat SK. Bupati/ Kepala Dinas Teknis Bidang

Lingkungan.

BAB IV

KESIMPULAN

Pada dasarnya limbah adalah sejenis kotoran yang berasal dari hasil

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi

sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak

Page 36: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../2016/05/penanganan-limbah-industri.docxWeb viewPENANGANAN LIMBAH INDUSTRI (Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Kelapa Sawit) Makalah ini Disusun Untuk

yang dihasilkan oleh limbah, meskipun demikian pada kenyataannya cara atau

solusi tersebut tidak ada hasilnya karena masih banyak pula kita jumpai limbah

atau sampah disungai dan didarat yang dapat pula menimbulkan banjir serta

kerusakan lingkungan lainnya

DAFTAR PUSTAKA