Zero Waste - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/Zero-Waste-Prinsip...tetap menjaga...

12
Zero Waste [Prinsip Menciptakan Agro-Industri Ramah Lingkungan] Dede Sulaeman

Transcript of Zero Waste - blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/dermolen/files/2012/04/Zero-Waste-Prinsip...tetap menjaga...

[1]

Zero Waste

[Prinsip Menciptakan Agro-Industri

Ramah Lingkungan]

Dede Sulaeman

[i]

Zero Waste [Prinsip Menciptakan Agro-industri Ramah Lingkungan]

© April 2008

Penulis:

Dede Sulaeman, ST, M.Si

Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP-Deptan

Anggota Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia (Perwaku)

Ged D. Lt. 3 Kantor Pusat Dep. Pertanian

Jl. Harsono RM No. 3 Jakarta Selatan

T/F: 021-78842572, 7815380 ext 5334

e-mail: [email protected]

[ii]

Daftar Isi

Pengantar

Masalah Agro-industri: Keterbatasan Sumber Daya dan Pencemaran Lingkungan

Zero Waste: Menjawab Tantangan Pencemaran Lingkungan, Keterbatasan Sumber Daya dan Menciptakan Agro-industri Ramah Lingkungan

Penutup

Daftar Pustaka

[1]

Pengantar

ntuk menjalankan aktivitas industri, diperlukan berbagai komponen

yang saling berterkait erat sehingga mampu dihasilkan produk/barang

yang baik. Komponen tersebut meliputi bahan baku, energi, bahan

tambahan, peralatan, air, dan pekerja.

Selain menghasilkan produk, dalam proses produksi industri dihasilkan pula

limbah sebagai ekses negatif dari proses tersebut. Limbah yang dihasilkan

sangat beragam dan bergantung pada jenis industri, bahan yang digunakan dan

proses yang dijalankan.

Perkembangan industri yang pesat –untuk menghasilkan produk- ternyata tidak

selalu dibarengi dengan upaya untuk menekan jumlah, jenis dan tingkat bahaya

limbah yang dihasilkan. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan pencemaran

lingkungan dan berdampak pada penurunan kesehatan manusia, hilangnya

habitat alami, tercemarnya sumber-sumber air serta mengakibatkan kerugian

sosial dan ekonomi yang cukup besar.

Salah satu solusi untuk mengendalikan pencemaran limbah industri dengan

tetap menjaga produktivitas adalah dengan menerapkan kebijakan nir limbah

(zero waste) pada seluruh rantai produksi. Selain itu untuk menyempurnakan

kebijakan nir limbah dapat diterapkan pengelolaan dan pengolahan limbah

yang dihasilkan untuk mengurangi tingkat bahaya limbah yang dihasilkan dan

menciptakan nilai ekonomis dari limbah tersebut.

U

Masalah Agro-industri: Keterbatasan Sumber Daya dan Pencemaran Lingkungan

asalah yang dihadapi oleh agro-industri adalah bagaimana

menyediakan atau mengatasi sumber daya berupa bahan baku, air

dan energi untuk menunjang proses produksi, dan mengendalikan

pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan yang dilakukan.

◙ Keterbatasan Sumber Daya: Bahan Baku dan Energi

Untuk menjalankan kegiatan industri, dua hal yang harus tersedia yaitu bahan

baku dan energi. Bahan baku adalah sumber bahan yang akan diolah

sedangkan energi digunakan untuk mempercepat proses yang dilakukan.

Kondisi yang terjadi saat ini adalah, bahan baku untuk produksi di industri

pertanian dan pendukungnya memiliki kualitas yang kurang baik, harga yang

mahal dan belum adanya jaminan kontinuitas. Kondisi ini timbul karena proses

untuk memproduksi bahan baku belum dilakukan dengan baik dan minimnya

kontrol serta insentif. Pada sisi lain, energi –yang berfungsi sebagai penggerak

proses produksi dan peralatan- ketersediaannya semakin langka, harga yang

terus meninggi dan ketidaksesuaian energi yang tersedia dengan kebutuhan

yang ada. Bila bahan baku dan energi untuk proses produksi industri tidak

dapat dipenuhi, maka dapat dipastikan keberlanjutan usaha dan produksi

barang akan tersendat bahkan terhenti.

◙ Pencemaran Lingkungan

Secara umum, setiap unit proses membutuhkan bahan baku untuk

menghasilkan produk serta akan mengeluarkan ekses negatif berupa limbah.

Secara garis besar unit proses mengikuti diagram alir (flow diagram) seperti

gambar 1 berikut.

M

Gambar 1. Diagram Proses Produksi

Limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi sangat dipengaruhi oleh

jenis, jumlah dan kualitas bahan baku serta bahan tambahan yang digunakan;

jenis proses yang dijalankan; jumlah air; jenis energi dan pembangkitannya;

kompetensi pekerja; dan pengelolaan lingkungan/limbah yang dilakukan.

Secara umum, industri pertanian (budidaya dan pengolahan hasil)

menghasilkan limbah dengan karakteristik didominasi kandungan bahan

organik yang tinggi, padatan tersuspensi yang tinggi, mengandung minyak, dan

mudah membusuk. Selain itu industri pertanian menghasilkan limbah dalam

jumlah yang besar karena banyaknya bagian-bagian dari tanaman yang tidak

digunakan sebagai bahan baku proses.

Sebagai contoh, limbah dari penggilingan padi berupa sekam jumlahnya

mencapai 20 hingga 23 persen dari gabah sehingga bila dalam 1 hektar

dihasilkan 3 ton gabah kering giling maka jumlah limbah sekam yang dihasilkan

mencapai 600-690 kg. Belum lagi bila kita menghitung jerami sebagai limbah

dari tanaman padi, maka jumlah limbah yang dihasilkan dari kegiatan panen

padi akan setara atau lebih besar dari produk (beras) yang dihasilkan.

Pada kegiatan pemotongan ternak, dihasilkan limbah padat, cair dan gas.

Limbah padat dari pemotongan sapi terutama berupa isi rumen, kotoran ternak

dan sisa pakan dengan jumlah mencapai 56 kg, sedangkan limbah cair berupa

darah, air bekas pencucian, urine dan cairan rumen. Kualitas limbah cair dari

pemotongan ternak sapi mempunyai nilai BOD antara 400-3.000 mg/l, bahan

tersuspensi 400-3.000 mg/l dan lemak 200-1.000 mg/l.

Dari kegiatan pengolahan kelapa sawit, dihasilkan limbah cair sebanyak 2,5 ton

dari setiap produksi 1 ton CPO (crude palm oil). Kualitas limbahnyapun

terbilang tinggi dan sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran

lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Data kualitas limbah dari 28 pabrik

kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nusantara menunjukkan nilai BOD antara

8.200-35.000 mg/l, TSS antara 1.330-50.700 mg/l dan minyak & lemak antara

190-14.720 mg/l.

Berdasarkan contoh industri dan limbah yang dihasilkannya, maka limbah

industri pertanian harus dikelola dengan baik karena memiliki jumlah yang

besar dan kualitas limbahnya berada di atas baku mutu kualitas limbah yang

ditetapkan.

Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana untuk menyelesaikan

permasalahan di industri pertanian berkaitan dengan pencemaran lingkungan

yang ditimbulkannya dan masalah minimnya ketersediaan sumberdaya (bahan

baku dan energi) untuk proses produksi?

Zero Waste: Menjawab Tantangan Pencemaran Lingkungan, Keterbatasan Sumber Daya dan Menciptakan Agro-industri Ramah Lingkungan

ntuk menjawab tantangan pengendalian pencemaran lingkungan dan

keterbatasan sumberdaya dapat dilakukan dengan cara menerapkan

prinsip dan aktivitas nir limbah (zero waste) dalam proses industri.

Berdasarkan pengertiannya, aktivitas zero waste didefinisikan sebagai “aktivitas

meniadakan limbah dari suatu proses produksi dengan cara pengelolaan proses

produksi yang terintegrasi dengan minimisasi, segregasi dan pengolahan

limbah”.

Dengan kata lain, pelaku industri harus berupaya agar meminimalkan limbah

yang dihasilkan dan apabila masih tetap dihasilkan limbah maka diupayakan

untuk dioleh sehingga menjadi produk yang aman namun masih memiliki nilai

ekonomis. Dari sisi proses produksi perlu diupayakan aktivitas pencegahan

pencemaran (pollution prevention) yang meliputi keseluruhan dari proses

produksi seperti pemilihan bahan baku yang murni, penggunaan alat proses

yang efisien-efektif dalam pemakaian bahan-energi-air, perawatan peralatan

untuk optimalisasi proses, dan SDM yang cakap dalam proses dan pengelolaan

lingkungan.

Meniadakan limbah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

Pertama, menjalankan proses produksi yang efisien-efektif dengan dukungan

faktor pendukung produksi yang juga optimum. Secara teoritis dan praktis

meniadakan 100% limbah dari proses produksi adalah hal yang tidak mungkin.

Dengan tingkat efisiensi-efektivitas yang paling optimum sekalipun, limbah

masih akan tetap dihasilkan, namun jumlahnya sangat sedikit. Limbah yang

sedikit ini selanjutnya harus dikelola dengan baik agar tidak mencemari

lingkungan.

Kedua, mengolah limbah yang dihasilkan apabila ada keterbatasan dalam

mencapai kondisi efisien-efektif dalam proses produksi. Dengan mengolah

U

limbah maka secara aktual limbah menjadi tidak ada. Persepsi yang lebih baik

adalah bila limbah sudah dipandang sebagai bahan baku untuk memproduksi

barang tertentu yang tentu bernilai ekonomis.

Pembahasan lebih mendalam akan ditujukan pada cara yang kedua yaitu

pengolahan/pemanfaatan limbah sebagai bahan baku produksi dan penyediaan

energi, karena seperti dipaparkan di awal bahwa agro-industri banyak

menghasilkan limbah sehingga perlu ada tindakan nyata untuk pengendalian

pencemarannya.

Berikut ini disampaikan beberapa potensi pemanfaatan limbah untuk dijadikan

bahan baku dan sumber energi, meliputi:

Sekam padi dapat dijadikan bahan bakar yang merata dan stabil karena

sebagian besar terdiri dari selulosa. Dari sisi biaya penggunaan sekam

sebagai bahan bakar sangat murah karena ketersediaannya di perdesaan

melimpah dan nyaris tidak memiliki nilai ekonomis. Menurut penelitian

Ridwan Rachmat dkk (2007), untuk mendidihkan 6 liter air diperlkan biaya

gas sebesar Rp. 500, atau minyak tanah sebesar Rp. 350, atau sekam

sebesar Rp. 20. Untuk penggunaan yang lebih luas, sekam dapat diolah lebih

lanjut menjadi arang sekam.

Limbah kulit buah kakao dapat diolah menjadi kompos dan diaplikasikan

pada perkebunan kakao atau tanaman keras lainnya. Dengan pengolahan

limbah kulit kakao menjadi kompos, maka akan diperoleh dua keuntungan

yaitu hilangnya potensi timbunan limbah sebanyak 15-22 m3/tahun dari

satu hektar perkebunan kakao dan dihasilkannya pupuk kompos sebagai

sumber hara bagi tanaman. Proses pengomposan kulit kakao dilakukan

lazimnya pengomposan bahan organik/limbah pertanian lainnya yaitu

pencacahan, penumpukan, pembalikan, dan penyaringan (Disarikan dari

Sukrisno Widyotomo dkk, 2007).

Limbah kotoran ternak dapat diolah menjadi biogas untuk pemenuhan

kebutuhan energi rumah tangga dan industri pertanian. Dengan mengolah

limbah ternak menjadi bogas maka akan didapat beberapa keuntungan

yaitu: didapatkan energi, menghasilkan pupuk organik dan menurunkan

tingkat pencemaran dari kotoran (BOD dan COD turun 90%) (M. Junaidi

Chasani,2007).

Limbah dari perkebunan dan pengolahan kelapa sawit dapat diolah dan

digunakan sebagai bahan bakar, kompos dan pakan ternak. Limbah dari

kelapa berupa tempurung dapat diolah menjadi arang tempurung, sabut

kelapa diolah menjadi media tanaman dan bahan serat organik.

Limbah pertanian, perkebunan dan agro-industri dapat diolah menjadi

pakan ternak. Limbah tersebut diantaranya: pucuk tebu, jerami kedelai,

batang jagung, kulit singkong, kulit kopi, ampas tebu, dedak padi, bungkil

sawit, ampas tahu (Muhardini, 2006 dalam Mariyono dkk, 2007)

Penutup

paya untuk menciptakan agro-industri ramah lingkungan dapat

dilakukan melalui penerapan konsep nir limbah (zero waste) yaitu

meningkatkan efisiensi-efektifitas proses industri dan

pengolahan/pemanfaatan limbah yang dihasilkan. Keuntungan yang didapat

dari penerapan konsep ini adalah menurunnya tingkat pencemaran lingkungan

dari limbah, dihasilkannya produk serta energi dari limbah yang tentunya

bernilai ekonomis dan dapat meningkatkan produktivitas di perdesaan.

U

Daftar Pustaka

Costanza, Robert (ed), Ecological Economic: The Science and Management of

Sustainability, Columbia University Press, New York, 1991

Departemen Pertanian, Draft Naskah “Pedoman Umum Pengelolaan Agro-

industri Ramah Lingkungan”, Jakarta, 2007

Mariyono dkk, Teknik Pengolahan Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak,

Makalah pada Dialog Bioenergi, Temu Karya dan Pameran Bioenergi

Pedesaan dan Pemanfaatan Limbah Pertanian, P2HP-Deptan Jakarta 23-24

Agustus 2007

Ridwan Rachmat dkk, Sekam Untuk Bahan Bakar Rumah Tangga, Warung, dan

Pengering Gabah, Makalah pada Dialog Bioenergi, Temu Karya dan

Pameran Bioenergi Pedesaan dan Pemanfaatan Limbah Pertanian, P2HP-

Deptan Jakarta 23-24 Agustus 2007

Sarwono, Edhie et. al (ed), Green Company: Pedoman Pengelolaan Lingkungan,

Keselamatan & Kesehatan Kerja (LK3), PT. Astra International Tbk, Jakarta,

2002

Sukrisno Widyotomo dkk, Rekayasa Teknologi Proses dan Alsin untuk produksi

Kompos Organik dari Kulit Buah Kakao, Makalah pada Dialog Bioenergi,

Temu Karya dan Pameran Bioenergi Pedesaan dan Pemanfaatan Limbah

Pertanian, P2HP-Deptan Jakarta 23-24 Agustus 2007

Tatang Hidayat dan Ridwan Rachmat, Teknik Pengolahan Briket Arang Dari

Limbah Pertanian, Makalah pada Dialog Bioenergi, Temu Karya dan

Pameran Bioenergi Pedesaan dan Pemanfaatan Limbah Pertanian, P2HP-

Deptan Jakarta 23-24 Agustus 2007