BISNIS PENGADAAN DOMBA JANTAN LOKAL SEBAGAI …

44
TUGAS AKHIR BISNIS PENGADAAN DOMBA JANTAN LOKAL SEBAGAI HEWAN QURBAN DI BAROKAH FARM Disusun oleh: ANDESTARA ANGGARA PUTRA 301503005 PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK POLITEKNIK PERTANIAN DAN PETERNAKAN MAPENA TUBAN 2018

Transcript of BISNIS PENGADAAN DOMBA JANTAN LOKAL SEBAGAI …

1

TUGAS AKHIR

BISNIS PENGADAAN DOMBA JANTAN LOKAL

SEBAGAI HEWAN QURBAN

DI BAROKAH FARM

Disusun oleh:

ANDESTARA ANGGARA PUTRA

301503005

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK

POLITEKNIK PERTANIAN DAN PETERNAKAN MAPENA

TUBAN

2018

2

TUGAS AKHIR

BISNIS PENGADAAN DOMBA JANTAN LOKAL

SEBAGAI HEWAN QURBAN

DI BAROKAH FARM

Disusun oleh:

ANDESTARA ANGGARA PUTRA

301503005

Tugas Akhir ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

GelarA.Md.Pada Program Diploma III Studi Produksi Ternak

Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK

POLITEKNIK PERTANIAN DAN PETERNAKAN MAPENA

TUBAN

2018

1

HALAMAN PENGESAHAN

BISNIS PENGADAAN DOMBA JANTAN LOKAL

SEBAGAI HEWAN QURBAN

DI BAROKAH FARM

Andestara Anggara Putra

301503005

Diterima dan Disetujui

Tanggal:

Dosen Pembimbing,

Siti Aslimah, S.Pt., M.Si.

NIDN. 0706018901

Dosen Penguji,

Awaludin Ridwan, S.Pt., M.M.

NIDN. 0725077904

Direktur,

Ali Saifudin, drh., M.Sc.

NIDN. 0713048402

Ketua Program Studi,

Andre M. Kasenta, S.Pt., M.Si.

NIDN.0722059002

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun tugas akhir dengan judul

“Bisnis Pengadaan Domba Jantan Lokal sebagai Hewan Qurban di Barokah

Farm”. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis tidak sedikit mendapat hambatan

dan kesulitan, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Kedua orang tua, ayah tercinta Mursim, mama tersayang Kiptiyah Winarsih

(almh), adik tercinta Indah Delyananti Anggara Putri dan keluarga yang telah

memberikan restu, do’a, dan penyemangat.

2. Bapak Ali Saifudin, drh. M.Sc. selaku Direktur Politeknik Pertanian dan

Peternakan Mapena.

3. Ibu Dita Megasari, S.P., M.Si. selaku Wakil Direktur Politeknik Pertanian dan

Peternakan Mapena.

4. Bapak Andre M. Kasenta, S.Pt., M.Si. selaku Ketua Program Studi Produksi

Ternak.

5. Ibu Siti Aslimah, S.Pt., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan proposal dan

pelaksanaan tugas akhir.

6. Bapak dan Ibu dosen Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena yang telah

memberikan ilmu selama ini.

7. Kawan-kawan seangkatan dan seperjuangan Politeknik Pertanian Dan

Peternakan Mapena terimakasih atas semuanya.

8. Agustina Nurahma, yang telah membantu dan memberikan semangat setiap

harinya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tugas akhir ini masih banyak

kesalahan, untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, kritik dan saran

penulis harapkan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.

Tuban, September 2018

Penulis

3

RINGKASAN

Domba merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Kegiatan

tugas akhir skema bisnis ini memilih penyediaan domba untuk hewan qurban di

Barokah Farm. Barokah Farm merupakan unit usaha penyediaan domba qurban

yang dirintis oleh Andestara Anggara Putra awal tahun 2017. Tujuannya adalah

1). Mendapatkan hasil untuk pengembangan bisnis domba qurban di Barokah

Farm kedepannya dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan

lingkungan dan 2). Mengetahui kelayakan usaha yang didapat secara spesifik

dengan aspek finansial. Usaha yang dilakukan bertempat di Barokah Farm, Desa

Sobontoro, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan berlangsung

selama 5 bulan, yaitu dari April-Agustus 2018. Barokah Farm menyediakan

domba jantan lokal sebanyak 8 ekor tanduk dan tidak tanduk. Domba dibeli dari

peternak rakyat dan pasar hewan 1,5 bulan sebelum Idul Adha. Pemasaran

dilakukan dengan media online dan offline. Media online yang digunakan

diantaranya facebook, whatsapp dan instagram. Media offline yang digunakan

dengan menawarkan kepada masyarakat, panitia qurban masjid dan rekan.

Parameter yang digunakan untuk menganalisa kelayakan usaha bisnis yaitu aspek

non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan),

sedangkan aspek finansial yaitu Break Event Point (BEP), B/C ratio dan R/C

ratio. Kegiatan usaha penyediaan domba untuk qurban dari segi non finansial

hanya pada aspek hukum yang belum layak. Aspek finansial menunjukkan B/C

ratio 0.35, R/C ratio 1, BEP produksi 6 ekor, BEP harga Rp 2.082.500. Hasil

analisa menunjukan bahwa usaha penyediaan domba untuk qurban dikatakan

layak untuk dikembangkan.

4

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ….......................................................................... iii

RINGKASAN ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI …........................................................................................ v

DAFTAR TABEL …................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah …........................................................ 2

1.3 Tujuan ….......................................................................... 2

1.4 Manfaat …........................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domba .........….................................................................. 4

2.2 Domba Lokal ..................................................................... 4

2.3 Manajemen Pakan …......................................................... 5

2.4 Manajemen Pemasaran ...................................................... 6

2.5 Studi Analisa Kelayakan usaha ......................................... 7

2.5.1 Analisa Non Finansial ........................................... 7

2.5.2 Analisa Finansial ................................................... 8

BAB III. METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ….................................... 10

3.2 Alat dan Bahan …............................................................. 10

3.3 Metode Pelaksanaan …..................................................... 10

3.4 Studi Kelayakan ................................................................ 11

3.5 Jadwal Pelaksanaan .......................................................... 12

BAB IV. PELAKSANAAN PPL 4.1 Sejarah Perkembangan Barokah Farm .............................. 13

4.2 Pengadaan dan Pemasaran ................................................ 13

4.3 Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan ................... 14

4.4 Analisa Non Finansial ........................................................ 15

4.4.1 Aspek Pasar ............................................................ 15

4.4.2 Aspek Teknis .......................................................... 17

4.4.3 Aspek Manajemen .................................................. 19

4.4.4 Aspek Sosial dan Lingkungan ............................... 19

4.4.5 Aspek Hukum ........................................................ 19

4.5 Analisa Finansial ................................................................ 20

4.6 Realisasi Anggaran ............................................................ 21

5

BAB V. PENUTUP 5.1 Simpulan …...................................................................... 24

5.2 Saran …............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ….......................................................................... 25

LAMPIRAN ............................................................................................. 27

RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 34

6

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penyediaan domba qurban

di Barokah Farm........................................................................ 12

Tabel 2. Analisis finansial pengadaan domba qurban

di Barokah Farm ...................................................................... 21

Tabel 3. Biaya investasi dan operasional pengadaan domba qurban

di Barokah Farm ....................................................................... 22

7

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Layout kandang Barokah Farm ............................................. 18

8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Analisa usaha penyediaan domba qurban …………… 29

Lampiran 2. Kandang Barokah Farm …..............………………… 31

Lampiran 3. Kandang dan domba Barokah Farm…..……………… 31

Lampiran 4. Pakan rendeng kedelai dan dedak……………………. 32

Lampiran 5. Pemberian pakan pada domba ……………………… 32

Lampiran 6. Penjualan domba …................……………………… 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Domba merupakan salah satu ternak yang mempunyai potensi besar

untuk dikembangkan di Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan.

Peranannya cukup besar karena sebagai salah satu sumber pangan protein

hewani dan dapat memenuhi kebutuhan qurban serta aqiqah. Populasi

domba di Kabupaten Bojonegoro sendiri pada tahun 2014 dan 2015 yaitu

138.637 dan 145.662 ekor (Suyoto, 2016). Kebutuhan konsumsi daging di

Bojonegoro pada tahun 2014 dan 2015 yaitu 13.13/kg/kapita dan

14.34/kg/kapita, sedangkan jumlah penyembelihan domba qurban di

Bojonegoro pada tahun 2016-2017 secara berturut-turut mencapai 15.345

dan 16.003 ekor (Pemkab Bojonegoro, 2014). Permintaan rutin setiap tahun

ini mencapai ratusan ribu ekor bahkan lebih.

Peluang untuk beternak domba dapat dikatakan masih terbuka lebar

dengan kebutuhan daging yang ada di Bojonegoro setiap tahun terus

bertambah dan juga jumlah penyembelihan domba qurban terlebih Indonesia

adalah negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di dunia. Beternak

domba lokal dapat dimulai dari pembibitan ataupun yang siap jual, untuk

pembibitan dan siap jual dapat diperoleh dari membeli di pasar hewan

masyarkat atau mengawinkan sendiri untuk pembibitan. Qurban merupakan

ibadah yang bersifat sunnah muakkad (sangat dianjurkan) dan dilaksanakan

setiap tahun bagi orang Islam yang mampu (Rasyid dan Mahmud, 2011).

Tidak semua hewan bisa dijadikan hewan qurban, karena qurban merupakan

ibadah yang sudah memiliki petunjuk bakunya dalam syariat yang tidak

boleh diubah, baik dikurangi atau ditambah (Abdullah, 2016).

Syarat hewan qurban menurut tuntunan Rasulullah SAW adalah 1)

berupa ternak unta, sapi, kambing atau domba (kibasy); 2) umur memenuhi

syariat, yakni genap berusia setengah tahun (jadz’ah) untuk domba dan

genap berusia setahun untuk kambing (tsaniyah) dan 3) tidak cacat.

(Muhammad, 2002). Komariah et al., (2015) menyatakan, bahwa 75,57%

2

konsumen memilih domba atau kambing yang bertanduk sebagai hewan

qurban.

Peluang yang besar tersebut, terdapat tantangan dalam teknis budidaya

maupun pemasarannya untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Salah

satu aspek budidaya yang penting yaitu pakan. Pertumbuhan ternak sangat

dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan. Pemasaran kepada konsumen

mempunyai preferensi yang berbeda terkait kriteria ternak yang akan dibeli.

Pada umumnya, hal itu dipengaruhi oleh tujuannya. Berdasarkan gambaran

tersebut, Barokah Farm melalui tugas akhir ini mencoba melakukan proyek

bisnis pengadaan domba untuk qurban.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas maka masalah-

masalah yang dianggap perlu untuk dikaji yaitu apakah bisnis domba lokal

pada musim qurban menguntungkan atau tidak jika dilihat dari aspek

finansial dan non finansial.

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai dari pengadaan bisnis domba jantan lokal sebagai hewan qurban

adalah:

1. Mendapatkan hasil untuk pengembangan bisnis domba qurban Barokah

Farm kedepannya dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum,

sosial dan lingkungan.

2. Mengetahui kelayakan usaha yang ditinjau dariaspek finansial.

1.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan tugas akhir ini yaitu:

1. Memberikan strategi dan penilaian bisnis domba untuk qurban dari aspek

non finansial.

2. Mendapatkan keuntungan yang optimal dengan menggunakan aspek

finansial

3

3. Sebagai bahan evaluasi bisnis pengadaan domba sebagai hewan qurban

untuk kedepannya bagi Barokah Farm.

4. Memberikan gambaran usaha beternak domba kepada masyarakat

khususnya petani dan pengusaha sehingga menjadi pertimbangan dalam

memulai usaha ini.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Domba

Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan tanaman

dan tumbuhan). Domba memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan,

memiliki kemampuan mengkonversi bahan pakan berkualitas rendah,

menyukai hidup berkoloni dan memiliki kemampuan reproduksi tinggi

(Sodiq dan Abidin, 2009). Menurut Williamson dan Payne (1993) domba

merupakan hewan ruminansia kecil yang masih tergolong kerabat kambing,

sapi, dan kerbau. Secara umum, klasifikasi domba adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Artiodactyla

Famili : Bovidae

Genus : Ovis

Spesies : Ovis aries

Domba merupakan ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh

petani di pedesaan, dengan jumlah kepemilikan relatif sedikit, dipelihara

secara sederhana dan merupakan usaha sambilan dari usaha taninya (Audisi

et al., 2016). Domba lokal yang ada di Indonesia banyak dipelihara dengan

tujuan sebagai domba penghasil daging, bukan domba untuk penghasil

wool. Pemeliharaan ternak dimulai ketika manusia merasa perlu mempunyai

cadangan daging setiap saat diperlukan, sehingga dimulailah pemeliharaan

ternak domba yang merupakan awal dari proses domestikasi (Jerry, 2013).

2.2. Domba Lokal

Domba lokal dapat beradaptasi pada kondisi iklim Indonesia dan

dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal Indonesia mempunyai

karakterstik bertubuh kecil, pertumbuhan dewasa yang lambat, berbulu

kasar, tidak seragam dan hasil daging relatif sedikit (Murtidjo, 1993).

Mulyono (2003) menjelaskan bahwa domba adalah ternak yang mempunyai

5

daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan dan dapat mentoleransi

berbagai jenis pakan. Indonesia memiliki dua tipe domba yang paling

menonjol yaitu domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Di Indonesia

domba terkelompok menjadi tiga yaitu, domba ekor tipis, domba ekor

gemuk dan domba priangan.

Domba Ekor Tipis (DET) atau Javanese Thin Tailed adalah domba

yang banyak ditemukan di seluruh Indonesia, karena sebagian besar domba

yang hidup di Indonesia mempunyai ekor yang kurus atau tipis

(Puslitbangnak, 2008). Karakteristik dari DET memiliki proporsi badan

kecil dan bentuk ekor dari domba yang kecil. Rataan tinggi domba (cm)

ekor tipis yaitu 59 cm pada jantan dan 55 cm pada betina. Rataan bobot

badan 25 kg untuk jantan dan 17 kg untuk betinanya (Iswahyudi, 2011).

DET ini bertanduk satu pasang yang berbentuk melingkar dengan ukuran

kecil (Abdullah, 2016).

DET memiliki ukuran ekor yang relatif kecil dan tipis, bulu pada

umumnya berwarna putih, hanya kadang-kadang ditemukan warna lain,

misal belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian tubuh lain;

betina DET tidak bertanduk, sedangkan jantan bertanduk kecil dan

melingkar; bobot dewasa jantan berkisar 30-40 kg dan betina sekitar 15-20

kg (FAO, 2004). Domba ini merupakan jenis domba ukuran kecil dengan

bobot potong 19 kg dan tinggi pundak 57 cm (FAO, 2004). Menurut

Bradford dan Inounu (1996), DET memiliki bobot badan berkisar antara 20-

30 kg pada sistem manajemen pemeliharaan secara tradisional.

2.3. Manajemen Pakan Domba

Domba merupakan ternak hidup yang membutuhkan makanan setiap

harinya sebagai kebutuhan harian agar dapat hidup. Menurut Mulyono

(2003), pakan sangat penting diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena

mengandung zat gizi. Jumlah kebutuhan pakan pada domba adalah 10% dari

bobot badan (Mathius et al., 2006). Jenis pakan ruminansia umumnya terdiri

dari hijauan, pakan penguat (konsentrat) dan limbah pertanian.

6

Hijauan pakan ternak yang umum diberikan untuk ternak ruminansia

adalah rumput-rumputan dan leguminosa yang berasal dari padang

penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang serta pinggiran jalan.

Konsentrat merupakan pakan yang mempunyai kandungan zat makanan

tertentu dengan kandungan energi dan protein relatif tinggi, serat kasar

rendah, dan daya cerna yang relatif baik. Ketersediaan lahan sebagai sumber

pakan ternak semakin berkurang akibat digunakan lahan terbuka untuk

perumahan dan kecendrungan dari petani untuk menanam lahan dengan

tanaman pertanian yang dapat bermanfaat langsung untuk kebutuhan

manusia.

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif adalah salah

satu solusi untuk menanggulangi kekurangan pakan ternak ruminansia, salah

satunya rendeng kedelai yang banyak disukai ternak karena memiliki

palatabilitas tinggi yang mengandung protein kasar mencapai 6,3%

(Hartadja et al., 2013). Dedak merupakan sumber karbohidrat yang sering

digunakan oleh peternak sebagai bahan campuran pakan, selain itu dedak

juga menghasilkan serat kasar yang dibutuhkan bagi tubuh ternak

(Agrobisnisinfo, 2006).

2.4. Manajemen Pemasaran

Pemasaran komoditas peternakan harus mengacu pada perencanaan

pemasaran, penetapan harga jual, pemilihan saluran distribusi serta

pengelolaan sistem pengangkutan (Suwarta dan Harmoko 2009). Pemasaran

dapat dilakukan secara langsung artinya peternak menjual sendiri ternaknya

kepada pedagang pengepul dan dapat juga melalui promosi media sosial.

Segmentasi pasar (market segmentation) adalah pengelompokan

konsumen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan tertentu. Arti

segmentasi pasar disesuaikan dengan tingkah laku atau perilaku dari

konsumen terkait suatu produk yang ada di pasar. Tujuan segmentasi pasar

antara lain agar penjualan produk lebih tertarget pada kelompok tertentu.

Tujuan segmentasi pasar adalah untuk memperoleh bagian pasar yang

mempunyai karakter dan perilaku yang lebih seragam (Kotler, 2005).

7

Variabel utama yang digunakan untuk menentukan segmentasi pasar

yaitu variabel geografik artinya membagi pasar secara berbeda seperti

kabupaten, kota atau desa, demografik artinya membagi pasar menjadi

sebuah kelompok berdasarkan (usia, gender, ukuran keluarga, pendapatan,

pekerjaan, pendidikan, agama dan ras), dan tingkah laku artinya membagi

konsumen berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan atau tanggapan

konsumen terhadap produk (Oentoro, 2012).

Perilaku konsumen dalam membeli domba qurban bervariasi,

konsumen menyukai jenis domba bertanduk untuk keperluan khusus seperti

qurban. Asumsinya, tampilan domba terlihat lebih gagah, sementara itu

masyarakat di Jakarta lebih memilih kambing daripada domba untuk

keperluan qurban (Lubis et al., 2010). Komariah et al., (2015) menyatakan

75,57% konsumen memilih domba atau kambing yang bertanduk sebagai

hewan qurban. Masyarakat beranggapan performa domba bertanduk lebih

utama.

2.5. Studi Analisa Kelayakan Usaha

Analisa dilakukan secara non finansial dan finansial. Analisis non

finansial merupakan analisis yang dilakukan dengan cara deskriptif untuk

menggambarkansistem usaha yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis,

aspek manajemen, aspek hokum, aspek sosial dan aspek lingkungan.

Analisis secara finansial digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan

investasi. Metode kuantitatif yang akan digunakan adalah analisis kelayakan

usaha berdasarkan kriteria (Fixed Cost), biaya variabel (Variable Cost),

Break Event Point (BEP), B/C ratio, dan R/C ratio.

2.5.1 Analisa Non Finansial

Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial

disesuaikan dengan skala usaha proyek, semakin besar skala usaha

yang dilakukan maka analisis kelayakan non finansial juga akan

semakin kompleks. Beberapa aspek yang dilakukan adalah aspek pasar

yaitu suatu usaha dikategorikan layak untuk dijalankan dilihat dari

aspek pasar dengan syarat jika tersedia pasar yang siap menerima

8

produk perusahaan tersebut (Suratman, 2002). Aspek teknis artinya

suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan dari aspek teknis

produksi adalah jika secara teknis usaha tersebut dapat dilakukan dan

suistainable (Subagyo, 2007).

Aspek manajemen suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan

dari aspek manajemen jika perusahaan menerapkan prinsip-prinsip

manajemen secara konsisten. Aspek hukum suatu usaha dikatakan

layak secara hukumjika usaha tersebut legal. Legal atau ilegalnya suatu

perusahaan ditentukan oleh ada tidaknya surat izin untuk mendirikan

usaha (Subagyo, 2007). Aspek sosial dan lingkungan Menurut

Gittinger (1988) suatu usaha dikatakan layak dari aspek sosial

memberi dampak positif terhadap penghasilan negara, berpengaruh

terhadap devisa negara, membuka peluang kerja, dan berdampak

positif terhadap pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.

Kelayakan dari aspek lingkungan dapat dilihat seberapa besar

pengaruh bisnis tersebut terhadap sistem alami dan kualitas

lingkungan. Dampak bisnis terhadap lingkungan akan menunjang

kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, apakah dengan adanya bisnis

menciptakan lingkungan semakin baik atau rusak sebab tidak ada

bisnisyang bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan

(Nurmalina, 2010).

2.5.2 Analisa Finansial

Kelayakan pengembangan usaha dapat diketahui dengan

menghitung perbandingan antara biaya danhasil. Kriteria kelayakan

investasi yang digunakan antara lain biaya tetap (Fixed Cost), biaya

Variabel (Variable Cost), BEP, B/C ratio dan R/C ratio. Biaya tetap

(Fixed Cost) adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk

menghasilkan output tertentu. Termasuk dalam biaya tetap adalah

lahan usaha, kandang, pembelian peralatan dan sarana tranportasi

(Sodiq dan Abidin, 2009). Biaya variabel (Variable Cost) adalah jenis-

jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya

volume produksi (Sodiq dan Abidin, 2002). Sudarmono dan Bambang,

9

(2003) menyatakan biaya variabel dapat berubah sesuai dengan hasil

produksi dan harga dipasaran. Biaya variabel meliputi domba bakalan,

pakan, obat-obatan, gaji, dan penyusutan kandang (Harianto, 2012).

Break Event Point (BEP) atau analisis titik impas atau pulang

modal adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha

yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan (Purbowati,

2011). Analisis titik impas dibagi menjadi dua yaitu BEP harga dan

BEP volume produksi. BEP volume produksi menggambarkan

produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha tidak mengalami

kerugian, sedangkan BEP harga menggambarkan harga terendah dari

produk yang dihasilkan (Purbowati, 2011).

B/C ratio merupakan angka perbandingan antara penerimaan

dengan biaya yang telah dikeluarkan pada suatu usaha. Menurut,

(Nurmansyah et al., 2014) apabila nilai B/C ratio lebih besar dari 0,

maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha

tersebut dan R/C ratio yaitu jumlah ratio yang dipakai guna melihat

keuntungan relatif yang nantinya akan diperoleh pada sebuah usaha.

Usaha akan dikatakan layak dijalankan jika nilai R/C yang diperoleh

tersebut dinyatakan lebih besar dari 1 (Puriastuti, 2013). Hasil tersebut

dapat terjadi sebab, jika nilai R/C semakin tinggi, maka tingkat

keuntungan yang diperoleh dalam suatu proyek bisa menjadi lebih

tinggi. Penggunaan R/C ratio ini diketahui bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha yang menguntungkan

pada periode tertentu.

10

BAB III

METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Lokasi pengadaan domba qurban dilaksanakan di Barokah Farm Desa

Sobontoro, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Waktu pelaksanaan

pada bulan April-Agustus 2018.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama pemeliharaan adalah kandang panggung

individu dan ember plastik. Bahan yang digunakan adalah domba jantan

ekor tipis sebanyak 8 ekor. Pakan terdiri dari rendeng kedelai 160 kg dan

dedak 100 kg. Vitamin yang digunakan adalah B12.

3.3. Metode Pelaksanaan

Pelaksanaan pemeliharaan domba terdiri dari beberapa tahap yaitu

persiapan kandang, pakan, pembelian domba, pelaksanaan dan pemasaran.

Persiapan kandang dimulai dari pembersihan kandang yang meliputi lantai

kandang, tempat pakan dan minum. Pakan yang akan digunakan diperoleh

dari pengepul bahan pakan disekitar lokasi usaha satu minggu sebelum

domba datang. Pembelian domba diperoleh dari peternak masyarakat, pasar

hewan Dander dan Kapas dengan sistem jogrokan atau harga domba hidup.

Domba selanjutnya diberi tanda pengenal sebelum dipindahkan ke kandang,

hal ini dilakukan untuk mengetahui harga beli dan nama konsumen

nantinya.

Tahap pelaksanaan pemeliharaan dengan waktu pemberian pakan

pagi, sore dan malam hari. Pemberian pakan menggunakan perbandingan

rendeng kedelai sebanyak dua ember dan dedak satu ember, sedangkan air

minum diberikan secara ad libitum. Pembersihan kandang dilakukan setiap

2 hari sekali mulai dari lantai kandang atas dan bawah. Pemasaran

dilaksanakan 2 minggu sebelum qurban melalui media online diantaranya

11

facebook, whatsapp, dan instagram sedangkan offline menawarkan kepada

masyarakat, panitia qurban masjid dan rekan.

3.4. Studi Kelayakan Usaha

Metode dalam studi kelayakan usaha melalui aspek non finansial dan

finansial. Aspek secara non finansial dilakukan untuk mengetahui gambaran

usaha dari aspek aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum,

aspek social dan aspek lingkungan. Aspek finansisal untuk mengetahui

(Fixed Cost), biaya variabel (Variable Cost), Break Event Point (BEP), B/C

ratio, dan R/C ratio. Penghitungan pada finansial sebagai berikut:

a. BEP (Break Event Point)

Analisis titik impas dibagi menjadi dua yaitu BEP harga dan

BEP volume produksi. BEP volume produksi menggambarkan

produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha tidak mengalami

kerugian, sedangkan BEP harga menggambarkan harga terendah dari

produk yang dihasilkan (Purbowati, 2011). Rumus yang digunakan

yaitu:

BEP Harga = TC

Jumlah produksi total

Keterangan :

TC : Biaya Produksi Total

PQ : Harga Jual

b. B/C ratio

Metode analisa ini merupakan angka perbandingan antara

penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan pada suatu usaha.

(Nurmansyah et al., 2014) menyatakan apabila nilai B/C ratio lebih

besar dari 0, maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh

dari usaha tersebut. Rumus untuk mendapatkan B/C ratio adalah:

BEP Produksi = TC

PQ

12

B/C ratio= Keuntungan

Biaya Produksi

c. R/C ratio

Pengertian R/C ratio yaitu adalah jumlah ratio yang dipakai

guna melihat keuntungan relatif yang nantinya akan diperoleh pada

sebuah usaha. Puriastuti (2013), menjelaskan, bahwa usaha akan

dikatakan layak dijalankan jika nilai R/C yang diperoleh tersebut

dinyatakan lebih besar dari 1. Hasil tersebut dapat terjadi sebab, jika

nilai R/C semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh

dalam suatu proyek bisa menjadi lebih tinggi. Penggunaan R/C ratio

ini diketahui bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang

diperoleh dari usaha yang menguntungkan pada periode tertentu.

Rumus untuk mendapatkan R/C ratio adalah

R/C ratio = TR

TC

Keterangan

TR : Penerimaan Total

TC : Biaya Produksi Total

3.5. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan dari kegiatan penggemukan domba dan

penyediaan domba qurban (Tabel 1).

Tabel 1.Jadwal pelaksanaan pengadaan domba di Barokah Farm

No. Jenis Kegiatan Juli Agustus

4 1 2 3

1.

Tahap persiapan

Penyiapan kandang

Penyiapan peralatan ternak

Penyiapan pakan (rendeng kedelai dan dedak)

Pembelian domba

2.

Tahap pelaksanaan

Perlakuan

Penetapan harga domba

3. Tahap pemasaran

13

BAB IV

PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

4.1. Sejarah dan Perkembangan Barokah Farm

Barokah Farm merupakan unit usaha yang bergerak di bidang

peternakan, yaitu agribisnis domba lokal. Lokasinya berada di Desa

Sobontoro, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro. Barokah Farm

dirintis oleh penulis sejak tahun 2017. Modal untuk mendirikan peternakan

ini didapatkan dari investasi sendiri. Tahun pertama Barokah Farm hanya

menyediakan hasil penggemukan domba yang didapat dari peternak Jember.

Wilayah pemasaran Barokah Farm sudah sampai Tasikamalaya, Jawa Barat.

Tahun kedua beralih pada penyediaan domba untuk qurban dan wilayah

pemasaran hanya mencakup Kabupaten Bojonegoro.

Barokah Farm memiliki visi dan misi dalam menjalankan usahanya

karena dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan suatu perencanaan dan

tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya. Pengertian secara umum visi

dan misi adalah suatu konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan

sesuai dengan apa yang di rencanakan untuk mencapai suatu tujuan. Visi

dari Barokah Farm yaitu menciptakan lapangan pekerjaan kepada

masyarakat dan menjadikan Barokah Farm sebagai pusat penjualan domba

di Kabupaten Bojonegoro. Misinya yaitu menyediakan domba murah, sehat

dan berkualitas bagi masyarakat.

4.2. Kegiatan Pengadaan dan Pemasaran

Kegiatan pengadaan domba untuk qurban terdiri dari tiga tahap yaitu

persiapan, pelaksanaan, dan pemasaran. Tahap persiapan yang dilaksanakan

pertama kali adalah persiapan kandang dengan melakukan permbersihan

kandang mulai dari lantai kandang, tempat pakan dan minum dengan air

bersih. Penyediaan pakan sebelum ternak datang yaitu rendeng kedelai

sebanyak 160 kg dibeli dari pedagang pengepul dan dedak 100 kg dari

penggilingan padi di sekitar Barokah Farm.

14

Pemilihan domba salah satu faktor penting dalam pengadaan domba

untuk qurban, karena dapat mempengaruhi penjualan dan pendapatan yang

akan didapat. Kriteria yang diperhatikan Barokah Farm untuk pembelian

domba qurban adalah kesehatan domba dan keinginan konsumen ketika

bulan Idul Adha. Keinginan konsumen yang dimaksud adalah bangsa

domba yang banyak dijadikan qurban di masyarakat dan umur domba yang

sudah memenuhi syariat. Jenis domba yang disediakan Barokah Farm

adalah domba lokal tanduk dan tidak tanduk, umur antara 1,5 tahun sampai

2 tahun yang sudah memenuhi syariat. Penetapan harga saat pembelian

domba berdasarkan ekoran atau jogrokan. Barokah Farm memperoleh

domba dengan cara membeli di pasar hewan Dander dan Kapas, dari

peternak masyarakat yang ada di Desa Sobontoro, Bendo, dan Dander.

Barokah Farm menyediakan 5 domba ekor tipis tanduk dan 3 tidak tanduk

dengan harga rata-rata Rp 1.837.500/ekor.

Pemeliharaan domba merupakan kegiatan yang sangat penting karena

menentukan kualitas domba. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari

yang dilakukan pagi, sore dan malam berupa pakan campuran rendeng

kedelai dan dedak dengan sekali pemberian pakan menggunakan

perbandingan 2 ember kecil rendeng kedalai dan 1 ember dedak untuk 8

ekor domba. Pemeliharaan domba selama satu setengah bulan.

Barokah Farm memasarkan domba dengan cara penjualan langsung ke

konsumen. Harga yang ditetapkan berdasarkan ekoran atau jogrokan.

Kegiatan promosi pemasaran yang dilakukan Barokah Farm diantaranya

melalui media online dan offline. Media online yang digunakan diantaranya

facebook, whatsapp dan instagram. Media offline yang digunakan dengan

menawarkan kepada masyarakat, panitia qurban masjid dan rekan.

4.3. Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan Kegiatan

Domba yang disediakan Barokah Farm sebagai hewan qurban yaitu

sejumlah 8 ekor, semuanya laku terjual. Pembelinya adalah masyarakat

sekitar lokasi Barokah Farm. Banyaknya domba tanduk yang terjual terlebih

dulu daripada yang tidak bertanduk sesuai dengan hasil analisa yang

15

dilakukan (Komariah et al., 2015), bahwa 75,57% konsumen memilih

domba atau kambing yang bertanduk sebagai hewan qurban. Masyarakat

beranggapan performa domba bertanduk lebih utama.

Pemeliharaan yang dilakukan selama 1,5 bulan terdapat 1 ekor domba

yang kurang sehat dan nafsu makan kurang. Pengobatan yang dilakukan

dengan memberikan vitamin B12 dengan cara disuntik. Kebersihan kandang

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan domba. Upaya

pencegahan dilakukan dengan cara pembersihan kandang dan ternak secara

berkala, pemberian vitamin dan obat cacing setiap tiga bulan sekali serta

memisahkan domba yang sakit di kandang tersendiri.

Keuntungan yang didapat Barokah Farm sebesar Rp 5.760.000.Hasil

tersebut masih bisa meningkat jika pembelian domba qurban lima sampai

enam bulan sebelum Idul Adha, sedangkan pembelian yang dilakukan

Barokah Farm satu setengah bulan sebelum Idul Adha sehingga harga beli

domba sudah mahal. Rata-rata harga yang didapat adalah Rp 1.837.500/

ekor. Promosi penjualan domba dilakukan 3 minggu sebelum Idul Adha

melalui penawaran langsung kepada masyarakat, rekan, panitia qurban di

masjid dan melalui media sosial.

4.4. Analisa Non Finansial

Analisia aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui

sampai sejauh mana bisnis pengadaan domba sebagai hewan qurban di

Barokah Farm layak dilihat dari aspek-aspek non finansial. Tugas akhir ini

mengkaji beberapa aspek non finansial diantaranya aspek aspek pasar, aspek

teknis, aspek manajemen, aspek hokum, aspek sosial, dan aspek lingkungan.

4.4.1. Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek yang menjadi prioritas utama

dalam menentukan layak tidaknya suatu usaha. Prospek usaha

kedepannya gagal jika pasar yang dituju tidak jelas, maka resiko

kegagalan usaha menjadi besar. Menentukan layak tidaknya usaha

pengadaan domba untuk qurban di Barokah Farm dari aspek pasar,

perlu mengkaji dengan baik struktur pasar yang terbentuk dan peluang

16

pasar yang ada. Strategi pemasaran yang baik peluang pasar yang

tersediapun dapat diraih dengan baik. Usaha dikategorikan layak

dijalankan dilihat dari aspek pasar dengan syarat jika tersedia pasar

yang siap menerima produk perusahaan tersebut.

Struktur pasar yang terbentuk pada usaha pengadaan domba

untuk qurban adalah pasar oligopoli. Usaha ini terlihat hanya ada

beberapa produsen pengadaan domba untuk qurban yang menguasai

pangsa pasar yang ada. Peternakan di Kabupaten Bojonegoro yang

bergerak di pengadaan domba tercatat ada 2 peternakan. Kedua

peternakan tersebut di kecamatan Kepohbaru dan kecamatan Malo,

peternakan domba ini masing-masing memiliki populasi berkisar 500-

1800 ekor dengan populasi terbesar dimiliki oleh peternak di

Kecamatan Malo yaitu 1800 ekor.

Menurut Sudarmono dan Bambang (2003), domba merupakan

ternak yang memiliki fungsi sosial dan keagamaan. Ketersediaan

pasar untuk ternak jenis ini selalu ada, baik dalam negeri maupun luar

negeri semakin terbuka lebar. Kenyataan ini didorong oleh beberapa

faktor yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk, peningkatan

pendapatan dan kesadaran masyarakat akan gizi, dan penduduk

Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam. Populasi domba di

Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2014 dan 2015 yaitu 138.637 dan

145.662 ekor (Suyoto, 2016). Kebutuhan konsumsi daging pada tahun

2014 dan 2015 yaitu 13.13/kg/kapita dan 14.34/kg/kapita, sedangkan

jumlah penyembelihan domba qurban pada tahun 2016-2017 secara

berturut-turut mencapai 15.345 dan 16.003 ekor (Pemkab Bojonegoro,

2014). Permintaan rutin setiap tahun ini mencapai ratusan ribu ekor

bahkan lebih. Berdasarkan data tersebut peluang bagi Barokah Farm

untuk dapat bersaing dalam mengembangkan usaha walaupun dari

skala kecil, dengan tingkat permintaan domba qurban meningkat tiap

tahun.

Manajemen pemasaran berhubungan dengan bauran pemasaran

yang meliputi analisis terhadap produk, harga, distribusi, dan promosi

17

dari produk usaha domba (Widodo, 2010). Strategi produk yang

dijalankan oleh Barokah Farm dengan selalu berusaha menyediakan

domba untuk qurban yang sehat, berkualitas dan memenuhi syariat,

sedangkan strategi harga dilakukan dengan mengelompokan domba.

Harga domba tanduk Rp 2.400.000-Rp 3.000.000 dan tidak tanduk Rp

2.000.000-Rp 2.400.000. Harga yang dimaksudkan untuk memberi

pilihan kepada calon pembeli dengan melihat harga.

Saluran penjualan yang dimiliki oleh Barokah Farm masih

sedikit dan belum ada pelanggan tetap. Penjualan masih dilakukan

ketika Idul Adha, akan tetapi hal ini bagi Barokah Farm masih

dianggap wajar disebabkan usaha ini baru berdiri dan sedang dalam

tahap pembangunan jaringan. Promosi pemasaran yang dilakukan

Barokah Farm diantaranya melalui media online dan offline. Media

online yang digunakan diantaranya facebook, whatsapp dan

instagram. Pemasaran secara offline dilakukan dengan menawarkan

kepada masyarakat, panitia qurban masjid, rekan.

4.4.2. Aspek Teknis

Aspek teknis produksi usaha dikatakan layak dijalankan

jikausahatersebut dapat dilakukan dan suistainable (Subagyo, 2007).

Aspek teknis yang ditinjau antara lain meliputi lokasi, luasan produksi

dan layout kandang.

1. Lokasi Barokah Farm

Variabel-variabel utama yang perlu mendapat

perhatiandalam penentuan lokasi kandang maka Barokah Farm

memiliki lokasiyang cukup strategis. Dilihat dari keberadaan

bahan baku (pakan hijauan) yang ketersediaannya tidak ada

kendala, tetapi dalam pemberiaan pakan selama pemeliharaan

pakan yang diberikan adalah rendeng kedalai dan dedak. Waktu

perawatan hanya satu setengah bulan, lokasi peternakan juga

tidak dekat dengan jalan raya yang ramai dan berpolusi karena

18

dapat mengganggu perkembangan ternak. Lokasi kandang dapat

diakses dengan baik oleh berbagai jenis kendaraan darat.

Lokasi kandang berada dibelakang rumah, sehingga tidak

mengganggu kenyamanan penduduk. Fasilitas pendukung utama

lainnya berupa tenaga listrik dan air tersedia cukup baik.

Variabel utama lainnya yang terpenting dalam penentuan lokasi

perusahaan adalah letak pasar yang dituju.

2. Luasan Produksi

Barokah Farm dalam pengadaan domba untuk qurban

masih skala kecil. Domba yang disediakan 8 ekor untuk tahun

2018, karena permintaan tinggi ketika bulan Idul Adha, maka

peluang untuk mendapatkan keuntungan besar dapat diperoleh

dengan memperluas skala usaha. Kapasitas kandang juga masih

belum tergarap secara optimal. Pengembangan untuk

kedepannya dapat dijadikan modal dalam rencana perluasan

skala usaha. Barokah Farm dapat dikatakan masih sangat

berpotensi untuk meningkatkan skala usahanya untuk mencapai

skala ekonomis.

3. Layout Kandang

Kandang Barokah Farm dibangun di dalam gudang

belakang rumah dengan bentuk kandang panggung, lantai

bambu dan individu (Gambar 1).

Kandang Domba

Gambar 1. Layout kandang Barokah Farm

6 m

20 m

2,5

m

8 m

Wilayah kandang ( gudang tempat kandang)

19

4.4.3. Aspek Manajemen

Struktur organisasi harus ada untuk menjalankan suatu usaha,

tetapi, semua proses pengadaan, pemeliharaan sampai penjualan

domba dilakukan oleh pemilik. Struktur organisasi juga dapat menjadi

gambaran tipe organisasi yang digunakan oleh usaha. Bila dilihat dari

aspek manajemen, usaha pengadaan domba qurban di Barokah Farm

dengan skala usaha yang dijalankan saat ini masih belum dikatakan

layak, karena belum menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang

semestinya dan kedepannya menjadi evaluasi Barokah Farm. Suranto,

(2010) menyatakan, Bahwa suatu usaha dikatakan layak untuk

dijalankan dari aspek manajemen jika perusahaan menerapkan prinsip-

prinsip manajemen secara konsisten.

4.4.4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Barokah Farm belum memberikan dampak yang signifikan

dalam aspek sosial kepada masyarakat, tetapi masih dapat

memberikan pekerjaan tambahan seperti pembuatan kandang. Barokah

Farm tidak menghasilkan limbah yang berdampak buruk bagi

masyarakat sekitar dalam segi aspek lingkungan. Penanganan limbah

yang dilakukan dengan menampung kotoran ternak tersebut dan

dimasukan kedalam karung yang nantinya akan digunakan sebagai

pupuk kandang. Penanganan limbah kotoran domba tersebut

mengakibatkan tidak adanya pencemaran yang ditimbulkan pada

lingkungan sekitar peternakan sehingga masyarakat sekitar tidak

merasa terganggu dengan adanya usaha pengadaan domba untuk

qurban ini.

Aspek sosial dan lingkungan, usaha pengadaan domba qurban di

Barokah Farm layak untuk dijalankan. Barkoh Farm dapat

memberikan pekerjaan tambahan langsung kepada masyarakat, secara

aspek lingkungan tidak menimbulkan dampak dari limbah yang

dihasilkan oleh ternak.

20

4.4.5. Aspek Hukum

Menurut Subagyo (2007) suatu usaha dikatakan layak secara

aspek hukum jika usaha tersebut legal. Legal atau ilegalnya suatu

perusahaan ditentukan oleh ada tidaknya surat izin untuk mendirikan

usaha. Barokah farm belum memiliki surat izin usaha perdagangan

(SIUP), demikian juga dengan surat izin tempat usaha (SITU).

Barokah Farm dengan skala usahanya yang masih kecil dan umurnya

yang baru satu 1,5 tahun berjalan belum dapat dikatakan layak secara

aspek hukum. Barokah Farm belum ada kepemilikan SIUP dan SITU

yang merupakan bukti bahwa Barokah Farm telah mendirikan usaha

peternakan domba.

4.5. Analisa Finansial

Analisa finansial bertujuan untuk melihat sejauh mana kelayakan

pelaksanaan usaha ini dari segi keuangan. Analisis finansial dilakukan

dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian seperti (Fixed Cost), biaya

variabel (Variable Cost), Break Event Point (BEP), B/C ratio,dan R/C ratio.

Hasil yang didapat dalam perhitungan finansial tersebut dapat menentukan

bagaimana prospek bisnis pengadaan domba kedepannya.

Berdasarkan aspek finansial usaha penyediaan domba untuk qurban di

Barokah Farm untuk tahun 2018 sebanyak 8 ekor yang disediakan dengan

pembelian rata-rata Rp 1.837.500/ekor. Domba yang disediakan Barokah

Farm dipelihara 1,5 bulan didapatkan harga rata-rata penjualan sebesar Rp

2.675.000/ekor. Penerimaan total yang didapatkan dari penjualan 8 ekor

domba sebesar Rp 21.400.000. Indikator untuk mendapatkan keuntungan

yang lebih besar atau tidaknya usaha pengadaan domba qurban salah

satunya adalah efisiensi waktu pembelian dan lama pemeliharaan. Harga

rata-rata pembelian domba 1,5 bulan sebelum Idul Adha yang relatif lebih

mahal. Berikut hasil dari analisis aspek finansial (Tabel 2).

21

Tabel 2. Analisis finansial pengadaan domba qurban di Barokah Farm

Uraian Hasil

BEP produksi 6 ekor

BEP harga Rp. 2.082.500

B/C ratio 0,35

R/C ratio 1

Perhitungan analisa aspek finansial pada tabel 2 mendapatkan hasil

BEP produksi pada penyediaan domba qurban yaitu 6 ekor dan BEP harga

pada usaha ini adalah Rp 2.082.500/ekor, artinya untuk mendapatkan balik

modal yang dikeluarkan Barokah Farm adalah dengan menjual domba

sebanyak 6 ekor dengan harga Rp 2.090.833/ekor. Menurut (Purbowati,

2011) analisis titik impas atau pulang modal (BEP) adalah suatu kondisi

yang menggambarkan bahwa hasil usaha yang diperoleh sama dengan

modal yang dikeluarkan.

Nilai B/C ratio penyediaan domba qurban adalah 0,35 yang berarti

dalam setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan memperoleh keuntungan sebesar

Rp 0,35. Menurut (Nurmasyah et al., 2014) apabila nilai B/C Ratio lebih

besar dari nol (0), semakin besar nilai B/C ratio maka semakin besar pula

manfaat yang akan di peroleh dari usaha tersebut. Nilai R/C ratio yang

didapat adalah 1, jadi usaha Barokah Farm dalam penyediaan domba untuk

qurban dikatakan layak. Sesuai dengan pernyataan Puriastuti (2013), bahwa

usaha akan dikatakan layak dijalankan jika nilai R/C yang diperoleh tersebut

dinyatakan lebih besar dari 1.

4.6. Realisasi Anggaran

Biaya yang dikeluarkan Barokah Farm pada saat awal usaha yaitu

biaya dalam investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi pada

Barokah Farm dapat dilihat pada Tabel 3. Besaran total biaya investasi awal

yang dikeluarkan oleh Barokah Farm yaitu sebesar Rp 16.660.000. Barang-

barang investasi yang mempunyai nilai paling besar yaitu pembelian domba

dan pakan. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan produksi yang digunakan untuk setiap proses produksi selama

22

kegiatan usaha. Biaya operasional pada kegiatan usaha penyediaan domba

untuk qurban di Barokah Farm terdiri dari dua komponen utama yaitu biaya

tetap dan biaya variabel.

Tabel 3. Biaya investasi dan operasional penyediaan domba qurban di

Barokah Farm

No Uraian

Harga

Volume

Harga

Total

(Rp) Rp Satuan

A. Biaya Investasi

1. Perbaikan

kandang

800.000 unit 1 800.000

Jumlah 800.000

B. Biaya Tetap

1. Tenaga kerja 500.000 periode 1 500.000

2. Listrik dan air 25.000 periode 1 25.000

Jumlah 525.000

C. Biaya Variabel

1. Domba 1.837.500 ekor 8 14.700.000

2. Dedak 3.500 kg 100 350.000

3. Rendeng kedelai 1.625 kg 160 260.000

4. Vitamin 25.000 botol 1 25.000

Jumlah 15.335.000

Total Biaya 16.660.000

Kandang merupakan hal yang sangat penting dalam usaha penyediaan

domba untuk qurban, karena kegiatan usaha ini setiap harinya dilakukan di

kandang mulai domba dibeli, dipelihara sampai penjual. Kandang yang

sudah tersedia diperbaiki yang sebelumnya komunal diganti dengan sistem

individu dengan kapasitas 8 ekor domba, dengan biaya perbaikan Rp

500.000. Umur ekonomis kandang yang sudah diperbaiki 5 tahun,

penentuan umur ekonomis usaha juga dilihat dari umur ekonomis kandang

23

karena dalam usaha penyediaan domba, kandang merupakan hal yang paling

berpengaruh terhadap usaha.

Biaya satu tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pemeliharaan 8 ekor

domba selama satu setengah bulan adalah Rp 500.000. Biaya listrik dan air

yang dikeluarkan selama satu setengah bulan sebesar Rp 25.000. Domba

merupakan hal utama yang diperlukan dalam penyediaan domba untuk

qurban. Domba diperoleh dari peternak masyarakat sekitar Barokah Farm,

pasar hewan Kapas dan Dander. Jenis domba yang disediakan adalah domba

jantan lokal. Penyediaan domba untuk qurban dilakukan dengan tujuan

untuk memenuhi kebutuhan selama bulan Idul Adha khususnya di sekitar

Barokah Farm dan Kabupaten Bojonegoro. Barokah Farm menyediakan

domba sebanyak 8 ekor dengan harga rata-rata Rp 1.837.500. Total biaya

untuk pembelian domba adalah Rp 14.700.000.

Biaya pembelian pakan berupa dedak didapat dari usaha penggilingan

padi yang ada di wilayah Barokah Farm dengan harga beli Rp 3.500/kg,

dedak yang digunakan sebanyak 100 kg selama pemeliharaan, sehingga total

biaya yang dikeluarkan adalah Rp 350.000. Rendeng kedelai yang

digunakan sebanyak 160 kg yang didapatkan dari pedagang pengepul

dengan harga beli Rp 1.625/kg, sehingga total biaya yang dikeluarkan

adalah Rp 260.000. Vitamin B12 disediakan selama pemiliharaan, harga

yang dikeluarkan untuk pembelian vitamin Rp 25.000/botol.

24

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan dari pelaksanaan tugas akhir bisnis pengadaan domba jantan

lokal untuk hewan qurban di Barokah Farm adalah:

1. Bisnis pengadaan domba sebagai hewan qurban di Barokah Farm jika

dilihat dari aspek non finansial yang meliputi, aspek pasar, teknis, sosial,

dan lingkungan layak dikembangkan, sedangkan aspek manajemen dan

aspek hukum belum layak.

2. Bisnis pengadaan domba sebagai hewan qurban di Barokah Farm jika

dilihat dari aspek finansial layak dijalankan karena hasil BEP produksi 6

ekor, BEP harga Rp 2.082.500, B/C ratio 0,35, dan R/C ratio 1.

5.2 Saran

1. Waktu pembelian bakalan yang tepat pada usaha pengadaan domba

hewan qurban akan mendapatkan hasil yang optimal.

2. Manajemen pemeliharaan yang tepat akan menghasilkan domba yang

berkualitas.

3. Menyediakan domba dengan harga yang bervariasi dapat menjangkau

semua segmen konsumen.

25

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M. 2016. Wujud kedekatan seorang hamba dengan tuhannya. J

Agrotech. 14(1).

Agrobisnisinfo. 2006. Kandungan Dedak Padi. [Internet]. [diacu 20 November

2018]. Tersedia dari: http://www.agrobisnisinfo.co.id.

Audisi OD, Heriyadi D, Nurrachma S. 2016. Sifat-sifat kuantitatif domba ekor

tipis jantan Yearling pada manajemen pemeliharaan secara tradisional di

pesisir pantai selatan Kabupaten Garut. Jurnal. Universitas Padjajaran.

Bradford GE, Inounu I. 1996. Prolific Breeds of Indonesia. Di dalam: Mohamed

H. Fahmy (Ed.). Prolific Sheep. CAB International. Cambridge University

Press, Cambridge.

Food and Agriculture Organization (FAO) Corporate Document Repository. 2004.

Prolific Sheep in Java. [Internet]. [diacu 02 April 2018]. Tersedia

dari: http://www.fao.org/DOCREP/004/X6517E/ X6517E04 .html.

Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta [ID]: UI

Press.

Harianto B. 2010. Beternak dan Bisnis Domba. Jakarta [ID]: Agromedia.

Hartadja KAP, Suprayogi TH, Sudjatmoko. 2013. Tampilan pertambahan bobot

badan harian dan kadar urea darah pada kambing perah dara peranakan

ettawa akibat pemberian ransum dengan suplementasi urea yang berbeda.

Jurnal. 2 (1): 458-465.

Iswahyudi M. 2011. Studi morfometrik domba lokal jantan di unit pendidikan dan

penelitian peternakan Jonggol sebagai kriteria seleksi. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor.

Jerry. 2013. Penggemukan domba dengan pakan ampas tahu. Jurnal. Universitas

Padjajaran.

Komariah, Setyono DJ, Aslimah. 2015. Karakteristik kuantitatif dan kualitatif

kambing dan domba sebagai hewan qurban di Mitra Tani Farm. Bul Pet.

Vol. 39 (2): 84-9.

Kottler P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid Satu. Edisi Kesebelas. Jakarta [ID]:

PT Indeks.

26

Lubis A, Afnan W, Baharudin, Budi SS. 2010. Beternak dan Bisnis Domba.

Jakarta [ID]: PT Agro Media Pustaka.

Mathius IW, Sastradipradja D, Sutardi T, Natasasmita A, Sofyan LA,

Sihombing DTH. 2002. Strategic study on energy-protein requirements

for local sheep: 4. Ewes during late pregnancy. Jurnal Ilmu Ternak dan

Veterniner. 7(8):167-180.

Muhammad. 2002. Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi. Edisi ke-10. Terjemahan:

Aris Munandar. Yogyakarta [ID]: Media Hidayah.

Mulyono S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Jakarta [ID]: Penebar

Swadaya.

Murtidjo B. 1993. Memelihara Domba. Yogyakarta [ID]: Kanisius.

Nurmalina R. 2010. Studi kelayakan bisnis. Jurnal. Institut Pertanian Bogor.

Nurmansyah D, Rochaeni S, Humaerah AD. 2014. Analisis pendapatan usahatani

sayuran di Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal. 8 (1): 29-44.

Oentoro D. 2012. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta [ID]: Laks Bang Press

Indo.

Pemkab Bojonegoro. 2014. Peternakan dan Perikanan. [Internet]. [diacu 2

September 2018]. Tersedia dari: www.bojonegorokab.go.id.

Purbowati E. 2011. Usaha Penggemukan Domba. Jakarta [ID]: Penebar Swadaya.

Puriastuti DA. 2013. Analisis usaha penggemukan domba ekor tipis dengan

menggunakan pakan fermentasi. Jurnal. Universitas Kanjuruhan Malang.

Puslitbangnak. 2018. Prospek dan arah pengembangan agribisnis kambing, domba

dan sapi. [Internet]. [diacu 25 Agustus 2018]. Tersedia di:

http://www.litbang.deptan.go.id.

Rasyid H, Mahmud A. 2011. Pedoman Qurban Praktis dan Higienis. Jakarta

[ID]: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta.

Sodiq A, Abidin Z. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukan Domba, Kambing dan

Sapi Potong. Jakarta [ID]: Agromedia Pustaka.

Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta [ID]: PT.

Gramedia.

27

Sudarmono AS, Bambang S. 2003. Beternak Domba. Jakarta [ID]: Penebar

Swadaya.

Sudarmono AS, Bambang S. 2003. Beternak Domba. Jakarta [ID]: Penebar

Swadaya.

Suranto. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yoyakarta [ID]: Graha Ilmu.

Suratman. 2002. Analisis studi kelayakan proyek. Sains. 19(1):40-42.

Suwarta F, Harmoko G. 2009. Analisis pemasaran domba dari tingkat peternak

sampai penjual sate di Kabupaten Sleman. Sains. 7(1):25-29.

Suyoto. 2016. Membangun kemandirian pangan dari Bojonegoro untuk indonesia

[Internet]. [diacu 30 Maret 2018]. Tersedia dari:http://bkp.pertanian.go.id

Widodo SW. 2010. Analisa kelayakan usaha penggemukan domba. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor.

Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar peternakan di daerah tropis. Skripsi.

Gadjah Mada University.

28

LAMPIRAN

29

Lampiran I. Analisa usaha penyediaan domba qurban

No Uraian Harga

Volume Harga Total

(Rp) Rp Satuan

A. Biaya Investasi

1. Perbaikan

kandang

800.000 unit 1 800.000

Jumlah 800.000

B. Biaya Tetap

1. Tenaga kerja 500.000 periode 1 500.000

2. Listrik dan air 25.000 periode 1 25.000

Jumlah 525.000

C. Biaya Variabel

1. Domba 1.837.500 ekor 8 14.700.000

2. Dedak 3.500 Kg 100 350.000

3. Rendeng kedelai 1.625 kg 160 260.000

4. Obat 25.000 botol 1 25.000

Jumlah 15.335.000

Total Biaya Produksi 15.860.000

Total Biaya Investasi 16.660.000

D. Pendapatan

1. Harga Jual 2.675.000 ekor 8 21.400.000

2. Total Biaya Produksi 15.860.000

Jumlah Keuntungan 5.540.000

a) Harga jual per ekor:

a. Total domba = 8 ekor

b. Harga/ekor = Rp 2.675.000

c. Harga total = Rp 2.675.000 x 8

= Rp 21.400.000

30

b) Analisa Untung Rugi

1. Populasi domba = 8 ekor

2. Total biaya produksi = Rp 15.860.000

3. Total pendapatan = Rp 21.400.000

4. Keuntungan = Pendapatan – total biaya produksi

= Rp 21.400.000 – Rp 15.860.000

= Rp 5.540.000

Pendapatan yang didapat dari penjualan domba qurban sebanyak 8 ekor

sebesar Rp. 5.540.000.

c) Break Event Point (BEP)

BEP Produksi = Total Biaya Produksi

Harga

= Rp 15.860.000

Rp 2.675.000

= 6 ekor

Artinya, titik impas akan dicapai dalam penyediaan domba qurban apabila

diperoleh produksi sebanyak 6 ekor dengan harga jual Rp 2.675.000

BEP harga = Total Biaya Investasi

Total Produksi

= Rp 16.660.000

8

= Rp 2.082.500

Artinya, titik impas akan dicapai dalam usaha penyediaan domba qurban

dengan produksi sebanyak 8 ekor dengan harga jual sebesar Rp 2.082.500

d) B/C Ratio

B/C Ratio = Keuntungan

Total Biaya Produksi

= Rp 5.540.000

Rp. 15.860.000

= Rp 0,35

Artinya, setiap pengeluaran modal Rp 1, memperoleh kerugian sebesar Rp.

0,35

31

e) R/C Ratio

R/C ratio = Penerimaan Total

Biaya Produksi Total

= Rp 21.400.000

Rp 15.860.000

= Rp. 1

Artinya, usaha penyediaan domba untuk qurban dikatakan layak.

Lampiran 2. Kandang Barokah Farm

Lampiran 3. Kandang dan domba Barokah Farm

32

Lampiran 4. Pakan rendeng kedelai dan dedak

Lampiran 5. Pemberian pakan pada domba

33

Lampiran 6. Penjualan domba

34

RIWAYAT HIDUP

Andestara Anggara Putra, dilahirkan di Jember pada tanggal

30Desember1989. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

Bapak Mursim dan Ibu Kiptiyah Winarsih (Almh). Penulis menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Dasar di SD Negeri Mulyoagung di Kecamatan Balen,

Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2002. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan

Pendidikan di SMP Negeri 1 Balen dan tamat pada tahun 2005 kemudian

melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMK Bima Bojonegoro pada tahun 2005

dan selesai pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di

perguruan tinggi swasta, tepatnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(IKIP) PGRI Bojonegoro Fakultas Bahasa Inggris. Penulis tidak dapat

menyelesaikan kuliah strata satu (S1) tersebut. Pada tahun 2015 penulis

melanjutkan pendidikan Program Diploma III Produksi Ternak, Politeknik

Pertanian dan Peternakan Mapena.