BIOPSI

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Biopsi Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa latin bios yang berarti hidup dan opsi berarti tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Biopsi kebanyakan dilakukan untuk mengetahui adanya kanker. Untuk mengalokasikan area biopsi bagian tubuh manapun seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan X-ray, CT scan ataupun ultrasound. Biopsi dapat dilakukan juga dengan proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga mengangkat semua massa atau kelainan yang ada. II.2 Tujuan Biopsi 1.Mengetahui morfologi tumor, diantaranya: a. tipe histologic tumor b. subtype tumor

Transcript of BIOPSI

Page 1: BIOPSI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Biopsi

Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia

untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa latin bios yang berarti

hidup dan opsi berarti tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah

pengangkatan sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke

laboratorium untuk diperiksa. Biopsi kebanyakan dilakukan untuk

mengetahui adanya kanker. Untuk mengalokasikan area biopsi bagian tubuh

manapun seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat dilakukan terlebih

dahulu pemeriksaan X-ray, CT scan ataupun ultrasound. Biopsi dapat

dilakukan juga dengan proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah

pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa dokter bukan untuk terapi

kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga

mengangkat semua massa atau kelainan yang ada.

II.2 Tujuan Biopsi

1. Mengetahui morfologi tumor, diantaranya:

a. tipe histologic tumor

b. subtype tumor

c. grading sel

2. Radikalitas operasi

3. Staging tumor, diantaranya:

a. besar specimen dan tumor dalam centimeter

b. luas ekstensi tumor

c. bentuk tumor

Page 2: BIOPSI

d. nodus regional, meliputi:

Banyak kelenjar limfe yang ditemukan

Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastase

Adanya invasi kapsuler

Metastase ekstra nodal

II.3 Jenis Biopsi

II.3.1. Biopsi Kapsul

Biopsi kapsul merupakan alternatif dari biopsi endoskopik. Biopsi

ini dilakukan bila diperlukan sampel dari lapisan intestinal. Selama

pelaksanaan biopsi kapsul, pasien akan diberikan sebuah kapsul kecil

untuk ditelan dimana kapsul tersebut dilapisi oleh tabung tipis.

Gambaran x-ray akan digunakan untuk mengetahui kapan kapsul

tersebut telah mencapai titik yang tepat di dalam usus. Saat kapsul

tersebut telah mencapai titik yang tepat tercipta tekanan dalam tabung,

sehingga bagian kecil dari lapisan intestinal terserap ke dalam kapsul.

Biopsi usus halus dapat diperoleh dengan endoskopi atau dengan

kapsul Crosby. Biopsi usus dapat dilakukan dengan mengukur enzim

brush border untuk membantu mendiagnosis malabsrobsi akibat

defisiensi enzim. (Hayes, Peter C, 1993)

II.3.2. Biopsi Endoskopik

Biopsi endoskopik adalah suatu tindakan pengambilan contoh

jaringan untuk pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi dengan

menggunakan alat biopsi panendoskopik yang dikerjakan bersamaan

dengan pemeriksaan endoskopi.

Page 3: BIOPSI

a. Indikasi dari biopsi endoskopik adalah:

- Perubahan gambaran mukosa saluran cerna disertai keluhan-keluhan

berlangsung lama dan menahun seperti dyspepsia, diare, dan

konstipasi

- Ulkus pada saluran cerna bagian atas dan bawah terutama pada usia

tua

- Polip/tumor saluran cerna bagian atas dan bawah

- Penyakit seliac, colitis ulseratif, corhn atau infektif

b. Kontraindikasi dari biopsi endoskopik diantaranya adalah:

- Esophagus pasca dilatasi 1 minggu

- Ulkus bulbus duodeni, kecuali dicurigai massa tumor/limfoma

c. Persiapan alat dan teknik

Forsep biopsi dimasukkan melalui saluran instrument endoscop

menuju organ target/sampel. Usahakan posisi sampel pada jam 6 dan

dengan teknik “aiming” forsep dibuka-jepit dan ditarik (oleh asisten).

Jaringan yang didapat dimasukkan ke dalam formalin 10 %. Pada

keadaan tertentu biopsi dilakukan dengan brush cytology atau hos

biopsi pada lesi polipoid.

Page 4: BIOPSI

d. Perawatan pasca biopsi

Perawatan pasca biopsi dapat dilakukan dengan penyemprotan air

es atau adrenalin 1:10.000 dalam NaCI 0,9% melalui endoscop.

II.3.3. Biopsi Jarum

Biopsi jarum merupakan cara paling sederhana untuk

mendapatkan jaringan untuk pemeriksaan histologik. Cara ini hanya

sedikit mengganggu jaringan sekitarnya. Risiko menyebabkan

implantasi sel tumor melalui jarum saat diaspirasi sangat kecil. Namun

demikian, interpretasi dan specimen biopsi jarum memerlukan orang

yang cukup berpengalaman.

Biopsi ini merupakan pengambilan sampel jaringan atau cairan

dengan cara diambil lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan

bius lokal (hanya area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung

atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai

panduan bagi dokter untuk membuat jarum mencapai massa atau

lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum

berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila

menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle

aspiration biopsi. (anonim, 2011)

Biopsi jarum transtorakis perkutaneus (PTNB = percutaneus

transthoracis needly biopsi) lebih populer karena ketrampilan ahli

radiologi dan patologi meningkat. Hal ini dilakukan di bawah anestesi

lokal dan disertai beberapa komplikasi lanjut yang membutuhkan

terapi lebih lanjut. Biopsi ini dapat menngidentifikasi keganasan,

infeksi sarkoidisis, dan penyakit pulmonar lainnya. Kontraindikasi

termasuk koagulopati, hipertensi pulmonary, penyakit baru bulosa dan

ventilasi tekanan positif. (Schwatz, 2000).

Page 5: BIOPSI

Biopsi tusuk jarum atau yang lebih dikenal dengan Fine Needle

Aspiration biopsi yang biasa disingkat FNAB. FNAB adalah suatu

tindakan biopsi tumor atau benjolan yang dilakukan dengan jarum

halus 25G berdiameter 0,5 mm atau lebih kecil, untuk mengambil

contoh jaringan lalu memeriksanya dibawah mikroskop secara

sitologi. Dengan FNAB diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau

ganas, tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan,

sehingga keraguan seorang penderita apakah dirinya menderita kanker

atau tidak segera terjawab dengan cepat dan akurat.

Tindakan FNAB ini mudah dikerjakan, waktunya cepat hanya

memerlukan beberapa detik, tidak nyeri, relatif tanpa komplikasi,

biaya murah dan akurasinya cukup memuaskan. Dapat dikerjakan

pada siapa saja, laki-laki atau perempuan, orang tua, anak-anak,

bahkan pada bayi. FNAB dapat dilakukan pada tumor yang terletak di

permukaan tubuh yang dapat dilihat atau diraba seperti tumor kulit,

payudara, kelenjar gondok, dan kelenjar getah bening. Untuk tumor-

tumor organ tubuh yang lebih dalam, juga dapat dilakukan FNAB,

namun biasanya dibutuhkan bantuan dokter ahli radiologi untuk

membimbingnya dengan USG, misalnya pada tumor paru, tumor hati,

tumor ginjal, tumor pancreas dsb.

FNAB juga sangat dianjurkan pada penderita tumor atau kanker

dengan keadaan umum lemah, sehingga dapat ditegakkan

diagnosisnya segera dengan risiko yang rendah, dimana pemeriksaan

Page 6: BIOPSI

ini biasanya tidak memberatkan kondisi pasien. Pada kanker yang

sudah tersebar di kelenjar getah bening, seperti kanker nasofaring atau

kanker lainnya, untuk memastikan benaar tidaknya penyebaran

tersebut, dianjurkan dilakukan FNAB padda benjolan di kelenjar getah

bening. Hal ini sangat bermanfaat untuk memastikan stadium penyakit

dan tindakan selanjutnya. (Anonim, 2009)

Pengamatan klinisi yang cermat tentang sasaran biopsi aspirasi

baik pada tumor yang letaknya superficial (palpable tumor) maupun

tumor di dalam rongga tubuh (nonpalpable) diperlukan untuk

memperoleh hasil optimal. Tumor yang letaknya superficial dapat

dilakukan langsung biopsi aspirasi tanpa kombinasi pemeriksaan lain.

Pada tumor difus dan letaknya dalam sering diperlukan pemeriksaan

radiologi. (Linsk dan Franzen, 1986)

a. Keterbatasan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)

Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas

pada:

- Luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan

- Subtipe kanker tidak selalu dapat diindentifikasi

- Dapat terjadi negatif palsu

- Harus ada kerjasama klinisi dengan patologis

(Linsk dan Franzen, 1986)

b. Indikasi biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)

Hampir pada semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik

yang terletaknya superficial palpable ataupun tumor yang terletak di

dalam rongga tubuh unpalpable dengan indikasi :

a) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna

operable. Tujuannya adalah untuk diagnosis dan menentukan

Page 7: BIOPSI

pola tindakan bedah selanjutnya. Contohnya tumor payudara

dan kelenjar tiroid.

b) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi pada maligna inoperable

merupakan diagnosis konfirmatif.

c) Diagnosis konfirmatif tumor “rekuren” dan metastasis

d) Membedakan tumor kistik, solid, dan peradangan

e) Mengambil specimen untuk kultur dan penelitian

(Linsk dan Franzen, 1986)

c. Teknik biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)

Teknik biopsi aspirasi terdiri dari:

a) Persiapaan alat

Alat yang digunakan terdiri dari tabung suntik plastik

ukuran 10 mil jarum halus, gagang pemegang tabung suntik,

kaca objek dan desinfektan alcohol atau betadin.

b) Pendekatan pasien

Dengan ramah pasien dianamnesis singkat. Wawancara

singkat ini dibuat sedemikian rupa, sehingga pasien tidak takut

atau stress dan bersedia menjalani biopsi aspirasi. Biopsi

dilakukan dengan kelembutan hati dan rasa tanggung jawab

terhadap sesama manusia.

c) Pengambilan aspirat tumor dengan cara:

Tumor dipegang lembut

Jarum diinsersi segera ke dalam tumor

Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal

sehingga tekanan di dalam tabung menjadi negatif, jarum

maneuver diaspirasikan. Dengan cara demikian sejumlah sel

massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik

Piston dalam tabung dikembalikan pada posisi semula

dengan cara melepaskan pegangan

Page 8: BIOPSI

Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan

di udara dan dikirimkan ke laboratorium pusat pemeriksaan

kanker

d) Diagnosis sitologik biopsi aspirasi dan nilai klinik dari FNAB :

Positif

Sitologi positif merupakan “worning” untuk melakukan

tindakan lebih lanjut antara lain survey metastasis,

menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila

diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan.

Negatif

Sitologi negatif atau kelainan jinak, belum dapat

menyingkirkan adanya kanker, perlu dipikirkan kemungkinan

negatif palsu. Negatif palsu dapat terjadi karena kesalahan

teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada

sediaan. Bila terdapat diskrepansi sitologi dan data klinik,

alternatif tindakan terbaik adalah biopsi bedah. Akan tetapi,

pada kasus sitologi negative dengan spesifikasi kelainan dan

cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan dapat

ditentukan.

Suspek

Sitologi dari suspek mungkin memerlukan pemeriksaan

lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan

beku ataupun sitologi imprint atau kerokan durante

operasionam.

Inkonklusif

Inklonkusif dapat terjadi karena kesalahan teknik atau

karena kondisi tumor yang terganggu, misalnya mudah

berdarah, jaringan ikat yang banyak sehingga sulit

membentuk sel tumor.

Page 9: BIOPSI

II.3.4. Biopsi Eksisional

Biopsi eksisional merupakan insisi lesi secara in toto yaitu

pendekatan yang umum untuk lesi yang kecil. Eksisi ini di lakukan

dengan melibatkan jaringan normal dan memungkinkan dilakukan

penutupan kembali. Lesi di mulut yang paling sering dilakukan biopsi

eksisional adalah fibroma, serta lesi yang ukuran dan lokasinya

memungkinkan untuk diambil secara eksisi. Papiloma, granuloma

periferal dan banyak lesi berpigmen biasannya juga diambil secara

eksisi total.

Sebagian besar biopsi eksisional maupun insisional dilakukan

dengan teknik elips. Bentuk elips didesain sedemikian rupa sehingga

dapat dibuat biopsi yang mencakup lesi dan jaringan normal

disekitarnya setebal 2-3 mm. (Pedersen,1996).

Biopsi eksisional digunakan untuk pengambilan lesi kecil yang

secara klinis merupakan lesi yang jinak, secara keseluruhan (diameter

kurang dari 1 cm) baik lesi superfisial atau profundus, lunak atau

keras. Pendekatan yang dilakukan bisa dengan insisi berbentuk elips

(untuk lesi permukaan) atau modifikasinya, apabila lesi terletak di

jaringan lunak. Lesi keras yang kecil baik superfisial atau profunda

biasanya juga diambil in toto (Pedersen,1996).

Page 10: BIOPSI

II.3.5. Oral Punch Biopsy

Punch biopsy merupakan pengangkatan jaringan atau sel dengan

cara membuat lubang pada area yang patologis. Punch Biopsy

merupakan teknik alternatif dari biopsi insisional tradisional. Pada

dasarnya, “punch” ini merupakan pisau berbentuk sirkuler/bulat yang

menempel pada handle plastik, seperti yang terlihat pada gambar 1

dan 2. Diameter dari pisau punch bervariasi antara 2 sampai 10 mm.

Gambar 1. Punch diameter 3 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm

Gambar 2. Punch diameter 6 mm

Dokter gigi sering dihadapkan dengan neoplasma dan penyakit

rongga mulut. Namun dikarenakan kebanyakan pasien enggan untuk

dilakukan prosedur bedah mulut, sehingga biopsi diperlukan untuk

menentukan diagnosis pasti. Biopsi ini memiliki kegunaan yang

terbatas dalam mulut. Biopsi lebih aplikatif dalam pengangkatan

spesimen kecil jaringan yang tidak dapat dicapai, seperti sinus

maksilaris dan lateral atau dinding posterior faring. Biopsi ini

membantu dalam pengendalian perdarahan. Jika biopsi dilakukan di

Page 11: BIOPSI

rumah sakit dapat diperoleh potongan beku yang memungkinkan

untuk melanjutkan tindakan dengan pengangkatan lesi secara total.

Teknik Punch Biopsy:

a. Menentukan daerah biopsi di rongga mulut.b. Memberikan anestesi lokal.

Biopsi biasanya dilakukan menggunakan anestesi lokal.

Pada saat preparasi, lebih baik tidak menggunakan antiseptik

yang kuat karena cenderung dapat merubah jaringan dan

mempengaruhi perubahan kualitas warna. Anestesi seharusnya

tidak disuntikan pada tumor, karena infiltrasi dengan anestesi

cenderung menggembungkan jaringan dan mengubah

bentuknya, dan jika lesi ganas dapat menyebabkan penyebaran.

c. Menetapkan ukuran biopsi

Biopsi mukosa seharusnya kurang lebih berdiameter 3 mm.

Akan tetapi, lesi oral yang belum ganas dan SCC seringkali

membutuhkan biopsi yang lebih dalam karena mempunyai ciri

lapisan epitel yang lebih tebal dan hiperkeratosis. Untuk lesi ini,

kedalaman yang direkomendasikan adalah 4 mm atau 5 mm.

d. Memperoleh sampel biopsi dengan punch biopsy

Selama punch biopsy, punch dimasukan ke dalam mukosa

dengan gerakan rotasi untuk menyertai pemotongan jaringan

dengan kedalaman yang tepat.

Gambar 4. Ilustrasi Punch Biopsy pada area mukosa bukal

Page 12: BIOPSI

Sampel kemudian diletakan di 10% fiksatif formalin buffer

netral. Volume fiksatif seharusnya kurang lebih 20 kali volume

sampel untuk menghindari fiksasi yang tidak baik atau autolisis.

e. Memastikan hemostatis

Jika memungkinkan, tempat biopsi seharusnya dijahit

untuk menutup luka dan menjamin hemostasis yang baik.