Biomet Hama

3
Tanggal Praktikum/ Pertemuan ke-: Rabu, 13 Mei 2015 / 11 Nama : Hilda Ayu Pratikasiwi NIM : G24120068 Kelompok : 1. Cicilia Cornelia Putri (G24120056) 2. Fajar Syifaul Haq (G24120057) 3. Orita Mega Delani (G24120058) 4. Yansen Irawan (G24120060) 5. Edya Annas (G24120061) 6. Adji Chencana Surya D (G24120062) 7. Claudia Chikita Baskoro (G24120065) HAMA PENGGEREK BATANG JAGUNG (OSTRINIA FURNACALIS) Pengertian hama biasanya berhubungan erat dengan kepentingan ekonomi manusia. Menurut Mudjianto (1991) hama dapat didefinisikan sebagai binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Sehingga tidak semua hewan dapat disebut hama. Salah satu hama yang menyerang tanaman Jagung adalah O. furnacalis yang termasuk ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar luas di Asia dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Larva penggerek batang (O. furnacalis) berwarna kemerahan dengan bagian atas tubuh berwarna kecoklatan.Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan (Nafus dan Schreiner 1991). Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan adanya kotoran berupa serbuk yang keluar dari liang gerekan. Serangan yang berat menyebabkan batang patah sehingga aliran

description

Biometeorologi hama penggerek batang Jagung

Transcript of Biomet Hama

Tanggal Praktikum/ Pertemuan ke-: Rabu, 13 Mei 2015 / 11Nama: Hilda Ayu PratikasiwiNIM: G24120068Kelompok: 1. Cicilia Cornelia Putri(G24120056) 2. Fajar Syifaul Haq(G24120057) 3. Orita Mega Delani(G24120058) 4. Yansen Irawan(G24120060) 5. Edya Annas(G24120061) 6. Adji Chencana Surya D (G24120062) 7. Claudia Chikita Baskoro (G24120065)

HAMA PENGGEREK BATANG JAGUNG (OSTRINIA FURNACALIS)

Pengertian hama biasanya berhubungan erat dengan kepentingan ekonomi manusia. Menurut Mudjianto (1991) hama dapat didefinisikan sebagai binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Sehingga tidak semua hewan dapat disebut hama.Salah satu hama yang menyerang tanaman Jagung adalah O. furnacalisyang termasuk ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar luas di Asia dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun fase generatif.Larva penggerek batang (O. furnacalis)berwarna kemerahan dengan bagian atas tubuh berwarna kecoklatan.Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan (Nafus dan Schreiner 1991). Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan adanya kotoran berupa serbuk yang keluar dari liang gerekan. Serangan yang berat menyebabkan batang patah sehingga aliran makanan terhambat. Kehilangan hasil jagung oleh infestasi hama ini berkisar antara 20 80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larvaO. furnacalisserta umur tanaman saat terserang. TelurO. Furnacalis diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Periode telur berlangsung 34 hari. Larva terdiri atas lima instar, setiap instar lamanya 37 hari. Stadium pupa berlangsung 79 hari. Lama hidup ngengat adalah 27 hari sehingga siklus hidup dari telur hingga ngengat adalah 2746 hari dengan rata-rata 37,50 hari.Kondisi lingkungan yang optimal untuk perkembangan hama ini adalah ada wilayah-wilayah dengan iklim tropis. Kondisi iklim berupa kelembaban dan curah hujan tinggi mendukung perkembangan spesies ini. Jika kondisi sangat kering, telur akan gagal menetas atau larva mati sebelum dia mampu melakukan penetrasi batang. Penetasan dan aktivitas imago terjadi selama kondisi dingin dalam satu hari (Nonci 1991).

Gambar 1 Hama penggerek batang Jagung (O. furnacalis)Hama tersebut merupakan salah satu hama utama pada pertanaman jagung di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan dan Gorontalo , seperti di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Barru, Sidrap, Wajo, dan Luwu (Nonci 1991). Berdasarkan laporan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tahun 2007 luas serangan hama penggerek batang jagung di Provinsi Gorontalo pada tahun 2003 mencapai 1085 ha, dan yang mengalami kerusakan parah (puso) sekitar 10 ha. Pada tahun 2005 serangan hama ini turun menjadi 551 ha (Herman 2007). Luas serangan penggerek batang jagung di Gorontalo dari tahun 2006 sampai 2010 menunjukkan fluktuasi. Hal ini diduga selain disebabkan oleh faktor abiotic (iklim, kandungan C-organik, N-total, C/N Ratio pada tanah dan tanaman) dan biotik (parasitoid, predator), juga dapat disebabkan oleh tekanan dari musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen). Penggerek batang jagung (O. furnacalis), hama ini menyerang tanaman pada vase vegetatif maupun generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Penggerek batang jagung bisa dikendalikan secara teknis dengan mengatur rotasi tanam seperti dengan kedelai dan kacang tanah. Selain itu bisa juga dengan dengan memotong bunga jantan dan menerapkan waktu tanam yang tepat. Pembasmian hayati dengan memanfaatkan musuh alami seperti Trichogramma spp.atau predator alamiEuborellia annulatayang memangsa larva (Lee 1980).DAFTAR PUSTAKAHerman.2007. Sebelas Tahun Perkembangan Jagung Bt dan Statusnya secara Global. Jurnal AgroBiogen. 3(2):73-79Lee Y.B, Hwang, Choi, dan Shim. 1980. Studies on the bionomics of the oriental corn borer Ostrinia furnacalis (Guenee). Korean Journal of Plant Protection. 19(4):187-192Mudjiono G, B. T. Rahardjo , T. Himawan. 1991.Hama-hama Penting Tanaman Pangan. Maalang : Fakultas Pertanian, Universitas BrawijayaNafus dan Schreiner. 1987. Location of Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae) egg and larvae on sweet corn in relation to plant growth stage. J. Econ. Entomol. 80(2): 411416.Nonci N dan D. Baco. 1991. Pengaruh waktu infestasi dan jumlah larva Ostrinia furnacalis Guenee terhadap kerusakan pada tanaman jagung. Agrikam, Buletin Penelitian Pertanian Maros. 2(2): 4959.