biokimia respi
-
Upload
ridhanhabibie -
Category
Documents
-
view
15 -
download
4
description
Transcript of biokimia respi
Penentuan Aktivasi Enzim Amylase Saliva
A. Dasar Teori
Enzim sebagai biokatalisator menyebabkan organisme hidup dapat memperoleh
atau menggunakan energy dengan cepat. Enzim mengubah kecepatan reaksi, tetapi tidak
mempengaruhi hasil akhir.enzim bekerja khusus pada reaksi-reaksi tertentu, dan hanya
bekerja dibawah syarat-syarat tertentu, yaitu pH, suhu, kofaktor, koenzim, kadar substrat,
dan lain-lain. pH optimum untuk enzim yang bekerja dilambung adalah 1-2, di usus 7-8,
dan di sel 7.4. suhu optimum untuk enzim bekerja pada tubuh manusia adalah 37°C,
sedangkan pada tumbuh-tumbuhan 60°C. enzim kadang sulit ditentukan karena kadarnya
rendah, sehingga dapat ditentukan dengan cara yang tidak langsung yaitu dengan
mengikuti perubahan koenzim dan enzim yang tidak aktiv. Sebagian enzim mudah
dijadikan inaktif dengan pemanasan 100°C selama kira-kira 5 menit.
Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar diberbagai
bagian, dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam pencernaan
manusia adalah enzim amylase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia.
Saliva yang disekresi oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amylase juga
mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang berfungsi sebagai pelumas sewaktu
mengunyah dan menelan makanan. Amylase yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase
liur yang mampu membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltose
dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat. Amylase akan segera
terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam mulut
akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan.
Amylase menghidrolisis unit-unit D-glukosa yang terangkai dengan ikatan rantai
C-1,4. Hidrolisis berlangsung dengan cara acak dan menghasilkan disakarida maltose
sebagai hasil akhirnya. Amylase bekerja pada bermacam-macam polisakarida dan
oligosakarida tetapi pengaruhnya paling mudah ditunjukan dengan menggunakan amilum
sebagai substrat. Pada pH 6-7, dalam larutan yang mengandung ion klorida, amylase
mengkatalis hidrolisisi amilum menjadi maltose dengan pembentukan hasil antara
bermacam-macam dekstrin. Amilum dan dekstrin yang molekulnya masih besar dengan
iodium member warna biru, dekstrin-dekstrin antaranya (eritodekstrin) member warna
coklat kemerah-merahan. Dekstrin yang molekul-molekulnya sudah kecil lagi
(akhrodekstrin) dan maltose tidak member reaksi dengan iodium. Jadi amylase
pengaruhnya dapat diikuti dengan mengamati waktu yang diperlukan untuk mencapai
titik saat campuran reaksi tidak memberikan warna lagi dengan larutan iodium, titik ini
disebut titik akromik.
B. Alat dan Bahan
No. Alat Bahan
1. Tabung reaksi 5ml dan 10ml Saliva
2. Rak tabung reaksi Larutan NaCl 0,2%
3. Cawan petri Larutan amilum 1%
4. Pipet tetes Larutan iodium 0,01 N
5. Gelas kimia
6. Penjepit tabung reaksi
7. Bunsen
C. Cara Kerja
1. Siapkan gelas kimia dan diisi larutan NaCl.
2. Tambahkan sampel/saliva kedalam larutan NaCl dalam gelas kimia.
3. Campurkan, lalu masukan kedalam 2 tabung reaksi, masing-masing sebanyak 2,5cc.
4. Salah satu tabung dipanaskan, yang satu lagi didiamkan.
5. Campurkan kedua larutan tersebut pada cawan petrihasil tetesan pada cawan petri
diberi tetesan iodium ditunggu selama 5 menit hingga terjadi perubahan warna.
6. Penetesan dilakukan berturut-turut hingga larutan tidak menghasilkan warna lagi dan
kemudian dibandingkan.
Penentuan Aktivasi Enzim Amylase Darah
A. Dasar Teori
Enzim sebagai biokatalisator menyebabkan organisme hidup dapat memperoleh
atau menggunakan energy dengan cepat. Enzim mengubah kecepatan reaksi, tetapi tidak
mempengaruhi hasil akhir.enzim bekerja khusus pada reaksi-reaksi tertentu, dan hanya
bekerja dibawah syarat-syarat tertentu, yaitu pH, suhu, kofaktor, koenzim, kadar substrat,
dan lain-lain. pH optimum untuk enzim yang bekerja dilambung adalah 1-2, di usus 7-8,
dan di sel 7.4. suhu optimum untuk enzim bekerja pada tubuh manusia adalah 37°C,
sedangkan pada tumbuh-tumbuhan 60°C. enzim kadang sulit ditentukan karena kadarnya
rendah, sehingga dapat ditentukan dengan cara yang tidak langsung yaitu dengan
mengikuti perubahan koenzim dan enzim yang tidak aktiv. Sebagian enzim mudah
dijadikan inaktif dengan pemanasan 100°C selama kira-kira 5 menit.
Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar diberbagai
bagian, dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam pencernaan
manusia adalah enzim amylase. Enzim ini terdapat dalam saliva atau air liur manusia.
Saliva yang disekresi oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amylase juga
mengandung 99,5% air, glikoprotein, dan musin yang berfungsi sebagai pelumas sewaktu
mengunyah dan menelan makanan. Amylase yang terdapat dalam saliva adalah α-amilase
liur yang mampu membuat polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltose
dan oligosakarida lain dengan menyerang ikatan glikosidat. Amylase akan segera
terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam mulut
akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel makanan.
Amylase menghidrolisis unit-unit D-glukosa yang terangkai dengan ikatan rantai
C-1,4. Hidrolisis berlangsung dengan cara acak dan menghasilkan disakarida maltose
sebagai hasil akhirnya. Amylase bekerja pada bermacam-macam polisakarida dan
oligosakarida tetapi pengaruhnya paling mudah ditunjukan dengan menggunakan amilum
sebagai substrat. Pada pH 6-7, dalam larutan yang mengandung ion klorida, amylase
mengkatalis hidrolisisi amilum menjadi maltose dengan pembentukan hasil antara
bermacam-macam dekstrin. Amilum dan dekstrin yang molekulnya masih besar dengan
iodium member warna biru, dekstrin-dekstrin antaranya (eritodekstrin) member warna
coklat kemerah-merahan. Dekstrin yang molekul-molekulnya sudah kecil lagi
(akhrodekstrin) dan maltose tidak member reaksi dengan iodium. Jadi amylase
pengaruhnya dapat diikuti dengan mengamati waktu yang diperlukan untuk mencapai
titik saat campuran reaksi tidak memberikan warna lagi dengan larutan iodium, titik ini
disebut titik akromik.
B. Alat dan Bahan
No. Alat Bahan
1. Spuit 3cc Wrokingreagen 1cc
2. Tourniquet 1buah Serum darah 20 µl
3. Eppendorf 1buah Alcohol 70%
4. Rak tabung reaksi
5. Mikropipet 10-100 µl
6. Mikropipet 100-1000 µl
7. Blue tip 1buah
8. Yellow tip 1buah
9. Kuvet 1buah
10. Spektovotometer
11. sentrifugator
C. Cara Kerja
1. Persiapan sampel:
a. Ambil darah menggunakan spuit sebanyak 3cc
b. Darah dimasukan kedalam tabung eppendorf dan disintrifugasi dengan kecepatan
4000rpm selama 10menit, lalu ambil serumnya untuk sampel
2. 1cc reagen masukan kedalam kuvet
3. Masukan 20µl serum kedalam kuvet hingga tercampur
4. Kadar enzim amylase dibaca dengan spektofotometer
D. Nilai normal amylase darah =<100 U/L untuk pria dan wanita