biokim

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutanserta memperthanakan homeostasis cairan tubuh. Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pemebentukan urin sebab urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml Pada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari. Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk urin) pada suatu keadaan tertentu dapat menyebabkan syok,keracunan air raksa,nefritis akut, atau batu ginjal.

description

sjahdja

Transcript of biokim

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangUrin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutanserta memperthanakan homeostasis cairan tubuh.Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pemebentukan urin sebab urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 mlPada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari. Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk urin) pada suatu keadaan tertentu dapat menyebabkan syok,keracunan air raksa,nefritis akut, atau batu ginjal.Rasio antara urin siang hari (pk. 08.00- pk. 20.00) dan urin malam hari (pk. 20.00-pk. 08.00) adalah 2 : 1, kadang-kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini akar berubah bahkan terbalik. Pada keadaan normal, urin yang terbentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,000-1,030. Ph bersifat asam (6,0) dan sangat bervariasi anatar 4,9 8,0.Kandungan zat pada urin 24 jam adalah sebagai berikut :-Klorida sebagai NaCl : 10 gr.-Ca++, Mg++, dan Iodium : sedikit-Urea : 20 30 gr-Kreatinin : 1,5 gr-Amonia : 0,7 gr-Asam urat : 0,7 grSelain itu ditemukan sulfat, fosfat,oksalat,asam amino, vitamin,enzim,dan hormon,Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa,benda keton,protein dan berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi batu sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira-kira 1/3 batu saluran kemih terdiri dari Ca fosfat, Ca Karbonat, dan Mg-Amonium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan ekskresi kalsium, infeksi, dan peningkatan Ph. Dalam urin juga dpat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat.Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan penetapan jumlah zat dalam urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Pada pengumpulan urin 24 jam ini perludigunakan bahan pengawet seperti toluen,sebab dapat terjadi perubahan senyawa dalam urin akibat kerja bakteri didalam urin.Pada wanita hamil dalam urin ditemukan hormon hCG (Human chorionic gonadotropin) yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini menunjukkan hasil positif pada uji kehamilan.1.2 Tujuan Praktikuma. Mengamati sifat fisik urinb. Membuktikan adanya indikan dalam urinc. Menetapkan kadar kreatinin urind. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif (uji Benedict)e. Membuktikan adanya protein dalam urinf. Membuktikan adanya benda keton dalam uring. Membuktikan adanya pigmen empedu dalam urin

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik UrinMengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal, kelainan dan kesetimbangan cairan badan dan berguna juga untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi-kuantitatif dengan urin.Adapun mengukur jumlah urin dapat dilakukan dengan:a. Urin 24 jam.b. Urin siang 12 jam dan urin malam 12 jam.c. Timed specimen pada sesuatu percobaan tertentu.d. Urin sewaktu.Volume urin normal per hari adalah 900 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

Pada keadaan normal,berat jenis urin 24 jam 1,020 dengan kisaran 1,016 1,024. Berat jenis urin bervariasi. Setelah minum sejumlah besar air, berat jenis urin akan turun jadi 1,002 dan bila berkeringat banyak berat jenis urin dapat mencapai 1,040. Variasi berat jenis urin normal terutama diakibatkan oleh kandungan urea, Nacl, dan fosfat. Berat jenis urin pada keadaan patologis akan berubah. Berat jenis urin padapenderita diabetes melitusakan meningkat karena adanya glukosa pada urinnya.Dalam penetapan berat jenis urin ini akan diperkirakan kandungan zat padat dalam urin. Jumlah zat padat pada urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka terakhir berat jenis dengan 2,6 (= koefisien long). Angka yang diperoleh menyatakan gram zat pada dalam 1 liter urin.alay yang digunakan untuk menentukan berat jenis urin adalah urinometer.Bau urin yang normal tidak disebabkan untuk sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari yang normal(Gandasoebrata, 2004):1. Oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri, seperti jengkol, petai, durian, asperse, dll. Mudah dapat dikenal dan bau itu ada dari semula.2. Oleh obat-obatan seperti: terpentin, menthol, dsb. Telah ada dalam urin segar.3. Bau amoniak oleh perombakan bakteriil dari ureum. Biasanya terjadi dengan urin yang dibiarkan tanpa pengawet: reaksi urin menjadi lindi. Kadang-kadang juga oleh perombakan ureum di dalam kantong kencing oleh infeksi dengan bakteri tertentu.4. Bau pada ketonuri: bau ituada dari semula dan menyerupai bau buah-buahan atau bunga setelah layu. (meskipun acetinlah yang banyak didapat, baunya berbeda dari bau aceton murni).Bau busuk. Kalau ada dari mula-mula mungkin berasal dari perombakan zat-zat protein, umpamanya pada carcinoma dalam saluran kencin. Mungkin pula terjadi oleh pembusukan urin yang mengandung banyak protein di luar badan.2.2 Uji IndikanBahan makanan akan diserap dari usus halus dan sisa makanan yang tidak diserap akan terus ke usus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air secara gradual isi usus akan menjadi padat. Dalam usus besar terjadi proses fermentasi dan pembusukan terhadap sisa bahan makanan oleh pengaruh enzim enzim bakteri usus. Pada proses ini akan dihasilkan gas CO2,metan,hidrogen,nitrogen,dan H2S,serta asam laktat,asam asetat,dan asam butirat.Indikan dalam urin berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Ekskresi indikan ke dalam urin memberi gambaran proses pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10 20 mg. variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat. Bila terjadi peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga karena terjadi peningkatan ekskresi indikan urin. Peningkatan indikan urin juga dapat ditemukan bila ada dekompensasi protein dalam tubuh oleh bakteri sperti gangren. Indikasi dalam urin dpat ditetapkan dalam uji orbenmeyer. Berikut ini reaksi pembentukan indikan :

Conditions with Elevated Levels of Urinary IndicanKondisi tingginya tingkat indicant dalam urin : Inflammatory bowel diseasePenyakitusus Celiac diseaseHypochlorhydriaHypochlorhydria AchlorhydriaAchlorhydria Gastric ulcerJejunal diverticulosisDiverticulosis jejunum Scleroderma Scleroderma PostgastrectomyPostgastrectomy Hartnup's diseasePancreatic insufficiencyPancreatic ketidak cukupan Diminished peristalsisHypermotility of the small intestineHypermotilitas dari usus kecil

2.3 Uji KreatininKreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot . Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi ginjal . Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit..2.4 Uji BenedictPemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai pereduksi; pada tes-tes semacam itu terdapat suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang menngandung garam cuprilah banyak dipergunakan. Glukosuria dapat dibuktikan jjuga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim glukosa-oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan warna dalam reagens yang digunakan.(Gandasoebrata, 2007)Aldosa dan ketosa mempunyai gugus pereduksi, yaitu gugus aldehid dan keton sebagai gugus aktif. Disakarida juga mengandung gugus yang sama sehingga dapat mereduksi reagens Benedict yang mengandung ion Cu2+ jika gugus aldehid dan keton yang terdapat pada karbohidrat dalam keadaan bebas. Pada sukrosa, ikatan glikosida berada di antara C1 glukosa dan C2 fruktosa. Di sini, gugus pereduksi saling terikat maka sukrosa kehilangan daya reduksinya terhadap reagens Benedict dan juga reagen-reagen lain yang sejenis, seperti Fehling.Uji Benedict akan bereaksi positif dengan glukosa(aldosa), fruktosa(ketosa), galaktosa(aldosa), manosa(aldosa), maltosa(glukosa disakarida C1-4). Prinsip reaksi adalah proses reduksi ion Cupri menjadi Cupro, dan akibat pemanasan terbentuk endapan Cu2O berwarna merah bata. Aplikasi klinis Benedict pada laboratorium klinik adalah untuk menguji urine penderita diabetes mellitus.Reaksi :CuSO4 Cu2+ + SO4-Cu2+ + O2 Cu2O (merah bata)Hasil pemeriksaan reduksi hendaknya disebut dengan cara semikuantitatif. Penilaian Warna Kadar

Negative (-)Tetap biru jernih/ sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh0

Positif +Hijau kekuning-kuningan dan keruh0,5-1% glukosa

Positif ++Kuning keruh1-1,5% glukosa

Positif +++Jingga atau warna lumpur keruh2-3,5% glukosa

Positif ++++Merah keruh>3,5% glukosa

2.5 Uji ProteinPenetapan kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkantimbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itumenjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urin yang jernih menjadi syarat yang penting.Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Cara penilaian uji protein urin adalah sebagai berikut:NILAISIMBOLDESKRIPSI

Negatif-Tidak ada kekeruhan sedikitpun

Positif +1 +Kekeruhan ringan tanpa butir-butir; kadar protein kira-kira 0,010,05%

Positif + +2 +Kekeruhan mudah terlihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan tersebut; kadar protein kira-kira 0,05-0,2%

Positif + + +3 +Jelas keruh dengan kepingan-kepingan; kadar protein kira-kira 0,02-0,5%

Positif + + + +4 +Sangat keruh dengan kepingan-kepingan besar atau bergumpal-gumpal atau memadat; kadar protein kira-kira lebih dari 0,5%. Jika terdapat lebih dari 3% protein akan membeku.

Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius. Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif. Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya. Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda. Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal. Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin. Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin. Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:1. Filtrasi glomerulus 2. Reabsorbsi protein tubulus2.6 Uji KetonBenda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam eseto asetat dan asm - hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk maenghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL. Keton memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.Faktor yang mempengaruhi hasil laborat :a. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.b. Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama dapatmenyebabkanhasil uji negative palsu.c. Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat.d. Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daari pada dewasa.

BAB IIIMETODOLOGI

Alat1. Gelas ukur2. Urinometer3. Termometer4. Pipet tetes5. Tabung reaksi6. Labu takar 100 mL7. Penangas airBahan1. Sampel urin2. Pereaksi Obermeyer (asam klorida pekat)3. Kloroform4. Larutan pikrat jenuh5. Larutan NaOH 10%6. Larutan standar kreatinin (larutan 1 g kreatinin dalam HCL 0,1 N)7. Aquades8. Larutan glukosa 0,3%, 1%, dan 5%9. Pereaksi Benedict10. Asam nitrat pekat11. Asam asetat 2%12. Kristal amonium sulfat13. Larutan Na nitroprusid 5%14. Amonium hidroksida pekatCara Kerja1. Sifat fisik urinCara pengumpulan urin 24 jam :Urin pertama hari tertentu (misalnya pukul 06.00) dibuang. Semua urin mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama pada hari berikutnya dikumpulkan. Seluruh urin tersebut harus disimpan dalam keadaan dingin dengan toluen sebagai pengawet.Berat jenis urinIsilah gelas ukur 100 mL dengan urin (bahan pengawet harus dibuang terlebih dahulu). Letakkan urinometer di dalamnya. Urinometer akan mengapung dan tidak boleh menyentuh dinding tabung. Baca angka pada urinometer yang bersesuaian dengan permukaan urin dalam tabung. Catat suhu urin tersebut. Tiap urinometer telah ditera untuk suhu tertentu dan tertulis pada alat. Bila suhu urin tidak sama dengan suhu tera alat, perlu dilakukan koreksi pada angka yang ditunjukkan oleh urinometer. Tiap perbedaan 30C di atas suhu tera alat berat jenis urin harus ditambah 0,001 dan tiap perbedaan 30C di bawah suhu tera alat berat jenis urin harus dikurangi 0,001.2. Uji indikan (Obermeyer)Pipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Urin8 mL

Pereaksi Obermeyer8 mL

Diamkan beberapa menit

Kloroform3 mL

Campur dengan membalik-balik tabung kira-kira 10 kali (jangan dikocok). Kloroform akan mengekstraksi biru indigo.

3. Penetapan kadar kreatininPipetkan ke dalam labu takar 100 mLLarutanBlankoStandar 1Standar 2Uji 1Uji 2

Akuades1 mL----

Standar-1 mL1 mL--

Urin---1 mL1 mL

Larutan asam pikrat jenuh10 mL20 mL20 mL20 mL20 mL

NaOH1,5 mL1,5 mL1,5 mL1,5 mL1,5 mL

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 mL campur dengan membalik-balik labu. Bacalah serapan pada panjang gelombang 540 nm.

Perhitungan :Kadar kreatinin = x 1 x x g/24 jamKoefisien kreatinin = 4. Uji benedict semikuantitatifPipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4

Pereaksi Benedict2,5 mL2,5 mL2,5 mL2,5 mL

Urin4 tetes---

Larutan glukosa 0,3%-4 tetes--

Larutan glukosa 1%--4 tetes-

Larutan glukosa 5%---4 tetes

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan diatas api kecil selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna hijau, kuning atau merah menandakan reaksi positif, sedangkan perubahan warna larutan saja tidak berarti reaksi positif.

Penafsiran :WarnaPenialaianKadar

Biru jernihNegatif0

Hijau/kuning hijau+2%

5. Uji proteinPipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Asam nitrat pekat5 mL

Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan

Urin jernih (normal/patologis)5 mL

Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat

6. Uji koagulasiPipetkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Urin jernih (bila perlu disaring terlebih dahulu)5 mL

Didihkan. Endapan yang terbentuk adalah protein atau fosfat

Asam asetat 2%5 tetes

Bila endapan tetap ada, menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam

7. Uji benda keton (rothera)Pietkan ke dalam tabung reaksiLarutanTabung

Urin (noemal/patologis)5 mL

Kristal amonium sulfatDitambah sampai jenuh

Na nitroprusid 5%2-3 tetes

Amonium hidroksida pekat1-2 tetes

Campur, diamkan 30 menit. Hasil positif ditandai oleh warna ungu.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil1. Sifat Fisik UrinVolume urin1350 ml

Warna urinKuning muda

Kejernihanjernih

Berat jenis1005

Suhu urin28 C

2. Uji Indikan (Obermeyer)Hasil : negatifTidak terjadinya perubahan warna pada urin yang telah diberi klorofom.3. Uji KoagulasiUrin OPTidak terbentuk endapan

Urin patologisTerbentuk endapan

4. Penetapan kadar kreatinin urinTabungNilai Absorben

Blanko0

Standar 10,312

Standar 20,314

Uji 10,267

Uji 20,251

Standar: 0,313Uji: 0,259BB OP: 52 kgKadar kreatinin = x 1 x = 11,1709 g/24 jam Koefisien kreatinin = = 0,215. Uji benedictTabungWarna

1Biru jernih

2Hijau/kuning hijau

3Kuning/kuning kehijauan

4merah

6. Uji benda ketonUrin OPTidak terbentuk warna ungu

Urin PatologisTerbentuk warna ungu

4.2 Pembahasan1. Sifat Fisik UrinPada uji sifat fisik urin didapatkan hasil dengan volume urin 1350 ml,suhu urin 28 0c dan berat jenis urin 1,005 Volume urin normal 600 2500 ml / 24 jam . volume urin 24 jam dipengaruhi oleh asupan cairan,temperatur lingkungan , keseimbangan diet , mental,kerja, dan ukuran fisik . berat jenis urin normal 1,003-1,030 . dengan demikian bahan bahan terlarut dalam urin 5-70 g/l . pengukuran berat jenis urin dengan urino meter .Urinometer termasuk hidro meter yaitu alat untuk mengukur berat jenis larutan . alat ini akan mengapung dalam urin.Untuk suhu cairan yang terukur dengan thermometer lebih tinggi dari suhu tara alat . berat jenis cairan yang terbaca pada alat harus ditambah .sebaliknya, jika suhu pemakaian dibawah suhu tera alat , berat jenis cairan yang terbaca pada alat harus dikurangi . setiap perubahan suhu 3o c , berat jenis akan berubah. Jika suhu makin tinggi , volume zat akan bertambah dan berat nya tetap sehingga berat jenis menurun . sebalik nya jika suhu turun , volume zat akan turun dan berat nya akan tetap sehingga berat jenis akan bertambah . 2. Uji Indikan (Obermeyer)Pada urin yang telah dicampur pereaksi ober mayer dan kloroform kemudian dikocok hasilnya tidak terbentuk endapan warna biru. Hanya ada endapan berwarna putih. Hal ini menandakan orang yang memiliki urin tersebut lebih banyak memakan karbohidrat dari pada protein.Sebagaimana yang kita ketahui bahwa asam amino Triptofan banyak terdapat di hewan terutama pada daging sapi dan susu, dimana asam amino triptofan akan mengalami dekarboksilasi di dalam usus besar oleh enzim bakteri usus menghasilkan amin toksik (ptomain)..Asam amino triptofan akan membentuk indol dan skatol yang akan diserap usus, selanjutnya di dalam hati akan dioksidasi menjadi indoksil yang akan berkombinasi dengan sulfat melalui proses konjugasi membentuk indikan (indoksil sulfat), yang kemudian akan dieksresikan dalam urin. Makanan tinggi protein akan meningkatkan eksresi indikan dalam urin, dan terbentuk biru indigo pada uji obermeyer. Maka pada praktikum kali ini yang tidak terbentuk warna biru indigo karena OP yang dipakai urinnya kurang asupan protein (diet rendah protein). Dan dapat disimpulkan bahwa uji obermeyer sangat bergantung dengan asupan makanan, semakin tinggi diet protein terutama daging sapi maka semakin banyak indikan yang dieksresikan dalam urin dan akan membentuk warna biru indigo pada uji obermeyer.3. Penetapan Kadar KreatininPada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin urin menggunakan sampel urin, serta hasilnya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dan akan diperolehhasil rata-rata dari kelompok kami 11,1709 jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin urin tersebut tergolong tidak normal, karenahasil kadarnya terlalu(tinggi lebih dari 1,2 mg%).Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboraturium adalah obat tertentu yang dapat meningkatkan kadar kreatinin urin; kehamilan; aktivitas fisik yang berlebihan; konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboratorium.4.Uji benedict semikuantitatifDari hasil praktikum didapatkan pada tabung 1 berwarna biru jernih yang menandakan hasil negatif, tidak adanya glukosa didalam urin. Pada tabung 2 didapatkan warna hijau/kuning hijau yang menandakan hasil postif 1 dengan kadar glukosa 5%.5.Uji ProteinPada praktikum kali ini kami menggunakan uji asam asetat sebagai pembukti ada tidaknya protein di dalam urin. Uji protein yang dilakukan yaitu uji koagulasi dimana didapatkan hasil pada urin OP yaitu tidak terdapat endapan yang berarti tidak terdapat protein didalam urin. Sedangkan pada urin patologis terdapat endapan yang berarti uji proteinnya positif. Proteinuria sebenarnya tidak selalu menunjukkan kelainan atau penyakit pada ginjal. Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria. Karena pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara sedangkan proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.

6.Uji benda keton Pada praktikum kali ini kami melakukan uji keton bodies dalam urin dengan pereaksi rothera, pada urin OP tidak menunjukkan perubahan warna sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat keton bodies, sedangkan pada urin patologis terdapat perubahan menjadi warna ungu sehingga dapat disimpulkan urin tersebut positifmengandung keton bodies . pada urin normal , seharus nya tidak ditemukan benda keton . Ada nya benda ketin dalam urin dapat dijumpai pada diabetes mellitus , alkalisme , kelapran yang berkepanjangan , terjadi gangguan metaboisme karbohidrat yang disertai peningkatan metabolism lemak .

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan1. Sifat Fisik UrinSifat fisik urin OP yang dinilai dari volume urin, warna, kejernihan, berat jenis dan suhu urin semuanya masih dalam rentang normal.2. Uji Indikan (Obermeyer)Hasil uji indikan urin OP negatif3. Penetapan Kadar KreatininKadar kreatinin urin OP terlalu tinggi.4.Uji benedictTidak ditemukan glukosa didalam urin (negatif)5. Uji proteinTidak terbentuk endapan. Urin OP tidak mengandung protein6. Uji benda KetonTidak ditemukannya benda keton dalam urin (negatif).

5.2 SaranPada saat praktikum usahakan agar semua yang dilakukan sesuai dengan prosedur agar hasilnya lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata, R. 2006. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.2. Murray, Robert K. Granner, Daryl K. Mayes, Peter A. Rodwell, Victor W. 2003.Harpers Illustrated Biochemistry, Twenty-Sixth Edition.New York: Mc. Graw Hill.3. Armstrong, Frank B. 1995.Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga. Jakarta : EGC.4. Arthur C. Guyton dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta : EGC5. Dawn B. Marks et all. 2000. Biokimia kedokteran Dasar. Jakarta : EGC