bimbingan koseling

35
BAB II PEMBAHASAN A. Makna Bimbingan Belajar John Dewey, salah seorang filsuf dan pendidik paling berpengaruh di Amerika pada abad ke-20, berprinsip dalam Moore (2009: 4) bahwa sekolah haruslah lebih memberikan perhatian pada mempersiapkan para siswanya menghadapi realita kehidupan saat ini (realities of today), dan bukan pada cita-cita masa depan yang masih belum jelas (vague future). Prinsip ini memiliki konsekuensi bahwa kegiatan belajar haruslah berorientasi pada kehidupan nyata, dan ketrampilan yang dibutuhkan para siswa sebaiknya berasal dari kehidupan sehari-hari. Kemudian berkembang pula teori pembelajaran lebih lanjut yang disebut konstruktivisme (constructivism), yaitu pendekatan yang mengubah paradigma bagaimana kita melihat pembelajaran. Esensi dari pendekatan konstruktivis adalah ide bahwa “learners individually discover and build their own knowledge(Wikipedia, 2012). Pandangan inipun sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsepbimbingandankonselingdisekolah- sekolahIndonesia. Bimbingan sendiri adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial). Sementara Bimbingan dan Konseling Page 1

description

makalah bimbingan koseling

Transcript of bimbingan koseling

BAB IIPEMBAHASAN

A. Makna Bimbingan Belajar John Dewey, salah seorang filsuf dan pendidik paling berpengaruh di Amerika pada abad ke-20, berprinsip dalam Moore (2009: 4) bahwa sekolah haruslah lebih memberikan perhatian pada mempersiapkan para siswanya menghadapi realita kehidupan saat ini (realities of today), dan bukan pada cita-cita masa depan yang masih belum jelas (vague future). Prinsip ini memiliki konsekuensi bahwa kegiatan belajar haruslah berorientasi pada kehidupan nyata, dan ketrampilan yang dibutuhkan para siswa sebaiknya berasal dari kehidupan sehari-hari. Kemudian berkembang pula teori pembelajaran lebih lanjut yang disebut konstruktivisme (constructivism), yaitu pendekatan yang mengubah paradigma bagaimana kita melihat pembelajaran. Esensi dari pendekatan konstruktivis adalah ide bahwa learners individually discover and build their own knowledge (Wikipedia, 2012). Pandangan inipun sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsepbimbingandankonselingdisekolah-sekolahIndonesia. Bimbingan sendiri adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial). Sementara konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konsele (PPPPTK Penjas dan BK Depdikbud, 2012).Jadi, konseling merupakan salah satu teknik pelayanan bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara memberikan bantuan secara individual (face to face relationship). Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral (Depdiknas, 2008). Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan dan konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan.Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.B. Strategi Bimbingan Belajar Bagi Siswa Di Sekolah

Kehidupan siswa merupakan kegiatan yang unik dengan segala lika-likunya, dalam kehidupanya siswa selalu berhadapan dengan masalah masalah yang menuntutnya untuk dapat menyelesaikannya denga baik agar dia dapat terus bergerak maju menuju perubahan yang lebih baik. Permasalahan yang dialami siswa terkadang, dapat diselesaikan sendiri oleh siswa yang bersangkutan, tapi suatu saat mereka juga berkemungkinan unruk tidak bisa menyelesaikannya sendiri.Sehingga dibutuhkanlah bantuan baik dari teman, orang tua, guru maupun konselor.Konselor dalam hal ini adalah orang yang di dalam lembaga sekolah memiliki tugas yang langsung berkaitan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa.Dalam melakukan tugasnya tersebut konselor perlu menggunakan strategi yang jitu agar dapat membantu secara optimal dan tugasnyapun dapat terselesaikan dengan baik.Beberapa pengertian dari strategi, bimbingan, bimbingan belajar, strategi bimbingan belajar dan siswa di sekolah ,dari pendapat para ahli yang akan saya uraikan sebagai berikut:

1. Strategi adalah: rencana yang cermat menyangkut kegiatan untuk mencapai sasaran.2. Bimbingan adalah: menurut Frank Miller (1961), bimbingan adalah proses membantu individu untuk mencapai pemahaman diri dan arah diri terutama untuk membuat penyesuaian tehadap sekolah, keluarga dan masyarakat umum.3. Bimbingan belajar adalah: proses membantu kegiatan belajar kepada siswa baik secara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan (prestasi belajar) secara optimal.4. Strategi bimbingan belajar adalah: suatu upaya berencana yang cermat dalam kegiatan bimbingan belajar untuk meningkatkan aktivitas belajar dan mengentas permasalahan yang menganggu, sehingga prestasi belajarnya meningkat dan optimal (sukses akademik).5. Siswa di sekolah adalah: subyek inividu yang ikut serta alam proses belajar yang kegiatannya dilaksanakan dalam lembaga yang formal (sekolah).6. Dari pengertian yang terpotong-potong di atas maka penulis dapat mensintesiskan bahwa pengertian dari strategi bimbingan belajar siswa di sekolah merupakan suatu upaya yang berencana dan cermat yang dilakukan dalam kegiatan bimbingan belajar untuk meningkatkan aktivitas belajar dan mengentas permasalahan yang menganggu, sehingga prestasi belajar inividu yang ikut serta alam proses belajar yang kegiatannya dilaksanakan dalam lembaga yang formal (sekolah). meningkat dan optimal (sukses akademik)C. Macam-macam bimbingan belajar

Ada beberapa macam bimbingan belajar yaitu:1. Bimbingan belajar dengan cara yang efisien.2. Bimbingan belajar dengan cara membaca buku.3. Bimbingan belajar dengan cara mengikuti pelajaran.4. Bimbingan belajar dengan cara menyiapkan diri untuk ujian.

D. Pendekatan bimbingan belajarAda beberapa macam pendekatan yang dapat dilaksanakan dalam bimbingan belajar, antara lain:1. Bimbingan secara individuBimbingan individu ini dilaksanakan apabila jumlah siswa yang dibimbing sedikit atau yang bersifat pribadi, misalnya: les privat, pelajaran tambahan dan lain-lain. Bimbingan secara individu dibeakan menjadi beberapa teknik yaitu: Directvie counseling yaitu: dengan mnerapkan prosedur atau teknik playanan konseling tertuju pada masalahnya, konselor yang membuka jalan pemecahan masalah. Non-directive counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur bimbingan yang difokuskan pada anak. Adanya pelayanan bimbingan bukan pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi klien sendiri yang mengambil prakarsa, yang menentukan sendiri apakah ia membutuhkan pertolongan atau tidak. Eklective counseling, yaitu: dengan menerapkan prosedur pelayanan tidak dipusatkan pada pembiming atau klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga tenang apa yang dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.2. Bimbingan secara kelompokBimbingan kelompok ini dilaksanakan apabila siswa yang dibimbing jumlahnya banyak. Misalnya: diskusi kelompok, belajar kelompok, kegiatan kelompok, dan lain-lain. Bimbingan secara kelompok ini memiliki beberapa jenis teknik antara lain:1. Home room program2. Kegiatan bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan belajar, melalua kegiatan ini pembimbing dan murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek tentang belajar. 3. Field trip4. Dengan karya wisata murid-murid dapat mengenal dan mengamati secara langsung dari dekat objek situasi yang menarik perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah.5. Diskusi kelompok6. Dalam diskusi kelompok sbaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk didalamnya permasalahan belajar.7. Kegiatan bersama8. Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatam bersama mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik.9. Organisasi murid10. Organisasi siswa dapat membantu dalam proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun secara sebagai anggota masyarakat.11. Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang. Maka dari itu sosiadrama dipergunakan dalam pemecahan-pemecahan masalah.12. Papan bimbingan berfungsi untuk menempelkan banyak hal yang berhubungan dengan pengumuman penting, peristiwa hangat, berita keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, berita pembangunan dan lain-lain.3. Bimbingan secara klasikal Metode yang digunakan dalam bimbingan kelompok Dalam bimbingan kelompok dapat menggunakan berbagai macam metode, antara lain:1. Ceramah atau pemberian informasi.Disini siswa diberi pengetahuan mengenai pentingnya belajar.Jadi dengan adanya pemberian informasi itu siswa diharaokan dapat termotivasi dalam belajarnya.2. Pemberian tugas.Dengan adanya tugas yang diberikan, siswa akan mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut. Jadi secara tidak lang sung dengan sendirinya siswa akan termotivasi untuk belajar.3. Tanya jawab.Setelah proses pembelajar berlangsung, hendaknya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahaminya.4. Konseling inidividu atau kelompok.5. Bimbingan kelompok belajar.6. Belajar kooperatif.Dengan belajar kooperatif iswa dapatmenggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya.7. Diskusi.Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaki anar individu dalam kelompok untuk mempebaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.8. Observasi atau pemantauan.Sasaran yang mendapatkan bimbingan belajaryaitu :Yang perlu mendapatkan bimbingan belajar yaitu seluruh siswa yang menunjukkan adanya gejala kesulitan atau masalah belajar dan siswa yang memiliki nilai dibawah rata-rata.

E. Tujuan bimbingan belajar

Secara umum oleh karena siswa merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan, maka tujuan bimbingan belajar adalah membantu individu (siswa) agar mencapai perkembangan yang optimal; sehingga tidak menghambat perkembangan belajar sisqwa. Siswa yang perkembangannya terlambat atau terganggu akan berpengeruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya.Selain tujuan secara umum di atas, secara lebih khusus berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar.dalam konteks kemandirian, tujuan bimbingan belajar adalah agar siswa mandiri dalam belajar.Kegiatan bimbingan di sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan program kegiatan sekolah, terutama pada bimbingan belajar sehingga dapat diartikan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah merupakan tujuan yang ingin dicapai bimbingan. Yang membedakan diantara keduanya ialah jenis kegiatannya, pendidikan terletak pada proses belajar mengajar yang penekanannya pada usaha-usaha kognitif,afektif dan psikomorik, sedangkan bimbingan terletak pada membina siswa dalam perkembangan pribadi, sosial psikologi, yang didasarkan pada kenyataan yang dihadapi siswa sehingga memerlukan bantuan tenaga profesional kependidikan dalam hal ini adalah guru pembimbing. Proses belajar dapat diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar yang merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru.Program-progran pendidikan di sekolah termasuk program layanan bimbingan dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran sehingga proses pendidikan di sekolah akan lebih bermakna sesuai dengan kebutuhan anak didik dan kebutuhan masyarakatsertapembangunan. Dengan perkataan lain, melalui kegiatan bimbingan di sekolah siswa mampu mengembangkan potensi dalam dirinya. Potensi lingkungannya, sehingga ia merencanakan masa depannya serta melanjutkan pendidikan kepada jenjang yang lebih tinngi. Dalam rangka menjawab tantangan masa depan yang lebih komfektif dan komplek, tenaga-tenaga profesional kependidikan mampu memberikan pelayanan yang terbaik pula bagi perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu : Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan kemampuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

F. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. yaitu: Pemahaman; fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan pemahaman pihak-pihak tertentu untuk pengembangan dan pemacahan masalah peserta didik meliputi pemahaman diri dan dan lingkungan peserta didik. 1. Pencegahan; fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang timbul dan menghambat proses perkembangannya.2. Pengentasan; fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.3. Advokasi; fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan kondisi pembelaaan terhadap pengingkaran atas hak-hak dan/atau kepentingan pendidikan.4. Pemeliharaan dan pengembangan; fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan dalam bentuk berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Sejalan dengan orientasi baru Bimbingan dan Konseling, maka dalam prakteknya, layanan bimbingan dan konseling seyogyanya lebih mengedepankan fungsi-fungsi pemahaman, pencegahan dan pengembangan.Berjalannya fungsi-fungsi tersebut merupakan indikator keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.Kemudian fungsi layanan Bimbingan dan Konseling dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah adalah: (1) fungsi pemahaman, yaitu memahami karakteristik/ potensi/tugas-tugas perkembangan peserta didik dan membantu mereka untuk memahaminya secara objektif/realistik; (2) fungsi preventif, yaitu memberikan layanan orientasi dan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yg patut dipahami peserta didik agar mereka tercegah dari masalah; (3) fungsi pengembangan, yaitu memberikan layanan bimbingan untuk membantu peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya/tugas-tugas perkembangannya; dan (4) fungsi kuratif, yaitu membantu para peserta didik agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (pribadi, sosial, belajar, atau karir) (Depdiknas, 2008).

G. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling :

Sejumlah prinsip mendasari gerak langkah penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta berbagai aspek operasionalisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip tersebut adalah : Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (a) melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial; (b) memperhatikan tahapan perkembangan; (c) perhatian adanya perbedaan individu dalam layanan.Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu; (a) menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat sekitar, (b) timbulnya masalah pada individu oleh karena adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya.Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan Bimbingan dan Konseling; (a) bimbingan dan konseling bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselaraskan dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik; (b) program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan; (c) program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu; (d) program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian hasil layanan.Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (a) diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri; (b) pengambilan keputusan yang diambil oleh klien hendaknya atas kemauan diri sendiri; (c) permaslahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional yang relevan dengan permasalahan individu; (d) perlu adanya kerja sama dengan personil sekolah dan orang tua dan bila perlu dengan pihak lain yang berkewenangan dengan permasalahan individu; dan (e) proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.Selanjutnya dalam Depdikbud (1998), dijelaskan bahwa prinsip-prinsip dasar dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah adalah: (1) BK adalah kegiatan pelayanan, artinya guru BK melayani siswa dan bukan menyuruh. Konsekuensinya layanan BK harus disesuaikan dengan keperluan siswa dan bukan keinginan guru atau sekolah; (2) BK berangkat dari prinsip bahwa setiap individu berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu sangat wajar jika setiap siswa memiliki sifat dan keinginan yag berbeda; (3) BK bertolak dari prinsip membantu siswa agar mereka mampu menolong dirinya sendiri. Oleh karena itu setiap layanan BK diarahkan agar yang bersangkutan semakin mampu mandiri; (4) BK merupakan bagian integral pendidikan di sekolah. Oleh karena itu kegiatan maupun penanganan BK harus dipadukan dengan program sekolah lainnya. Keterpaduan mencakup penyusunan program maupun pelaksanannya.

H. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan. Namun sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai meluncurkan dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis layanan ini belum dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah.Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan ketujuh jenis layanan bimbingan dan konseling yang saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.a. Layanan OrientasiLayanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman. b. Layanan InformasiLayanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.c. Layanan PembelajaranLayanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.d. Layanan Penempatan dan PenyaluranLayanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.e. Layanan Konseling PeroranganLaynanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.f. Layanan Bimbingan KelompokLayanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan membahas pokok bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan g. Layanan Konseling KelompokLayanan Konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok,. Layanan Konseling Kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

I. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu: a. Aplikasi Instrumentasi DataAplikasi instrumentasi data adalah kegiatan untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan. Fungsi kegiatan ini adalah pemahamanb. Himpunan Data Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiaran ini memiliki fungsi pemahaman.c. Konferensi KasusKonferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.Kegiatan konferensi kasus memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.d. Kunjungan RumahKunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.e. Alih Tangan KasusAlih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan.J. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Betapa pentingnya asas-asas bimbingan konseling ini sehingga dikatakan sebagai jiwa dan nafas dari seluruh kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila asas-asas ini tidak dijalankan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan terhenti sama sekali. Asas- asas bimbingan dan konseling tersebut adalah : 1. Asas Kerahasiaan Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin, 2. Asas Kesukarelaan Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.3. Asas Keterbukaan Asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik (klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan dan kekarelaan.4. Asas KegiatanAsas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.5. Asas KemandirianAsas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya kemandirian peserta didik. 6. Asas KekinianAsas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.7. Asas Kedinamisan Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.8. Asas KeterpaduanAsas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.9. Asas KenormatifanAsas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan kebiasaan yang berlaku. Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.10. Asas KeahlianAsas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.11. Asas Alih Tangan KasusAsas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.12. Asas Tut Wuri HandayaniAsas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

K. Aspek-Aspek Bimbingan Belajar

Siswa di sekolah dan madrasah baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat memiliki masalah yang satu sama lain berbeda tingkat kompleksitasnya. Masalah siswa di sekolah dan madrasah ada yang disebabkan oleh kondisi dari luar diri siswa.Beberapa aspek masalah belajar yang memerlukan layanan bimbingan belajar atau bimbingan akademik adalah:1) Kemampauan belajar yang rendah 2) Motivasi belajar yang rendah3) Minat belajar yang rendah4) Tidak berbakat pada mata pelajaran tertentu5) Kesulitan berkonsentrasi dalam belajar 6) Sikap belajar yang tidak terarah7) Prilaku mal adiptif dalam belajar seperti suka mengganggu teman ketika belajar8) Prestasi belajar yang rendah9) Penyaluran kelompok belajar dan kegiatan belajar siswa lainnya10) Pemilihan dan penyaluran jurusan11) Pemilihan pendidikan lanjutan12) Gagal ujian atau tidak naik kelas Menurut Surya (1988) beberapa aspek masalah individu (atau) yang memerlukan layanan bimbingan belajar (bimbingan pendidikan) adalah1) Pengenalan kurikulum2) Pemilihan jurusan 3) Cara belajar yang tepat4) Perencanaan pendidikan. Dan lain sebagainya

L. Bentuk-bentuk layanan bimbingan belajar

Yang lebih tepat, bentuk bimbingan belajar kepada para siswa adlah menyesuaikan dengan masalah belajar yag terjadi dan dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa, guru pembimbing dapat merumuskan program layanan bimbingan belajar kepada para siswa.Beberapa bentuk layanan bimbingan belajar yang bisa diberikan kepada para siswa di sekolah dan madrasah.1) Orientasi kepada para siswa (khususnya siswa baru) tentang tujuan institusional (tujuan sekolah dan madrasah), isi kurikulum pembelajaran, struktur organisasi sekolah (madrasah), cara-cara belajar yang tepat, penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah atau madrasah.2) Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan madrasah maupun di rumah baik secara individual maupun kelompok.3) Bantuan dalam memilih jurusan atau program studi yang sesuai, memilih kegiatan-kegiatan non akademik yang menunjang usaha belajar dan memilih program studi lanjutan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Bantuan ini juga mencakup penyebaran informasi (layanan informasi) tentang program studi yang tersedia pada jenjang pendidikan tertentu.4) Pengumpulan data siswa (layanan pengumpulan data) yang berkenaan dengan kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, cita0-cita hidup, pada program-program studi atau jurusan tertentu, dan lain sebagainya.5) Bantuan dalam mengalami kesulitan-kesulitan belajar seperti, kurang mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ulanganAA atau ujian, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai mata pelajarn, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit cara belajar secara rutin, dan lain sebagainya.6) Bantuan dalam hal membentuk kelompok belajar dan mengatur kegiatan-kegiatan belajar kelompok supaya berjalan secara efektif dan efisien.

M. Prosedur Bimbingan belajar

Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :a) Identifikasi KasusIdentifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni : Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social.b) Identifikasi MasalahLangkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial material; (b) struktural fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk.telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.c) DiagnosisDiagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya;(b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.d) PrognosisLangkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus kasus yang dihadapi.e) Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus).Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri.Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.f) Evaluasi dan Follow UpCara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu : Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya. Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila (a) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.(b) Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi. (c) Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance). (d) Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release). (e) Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya. (f) Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional. (g) Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya

PENUTUP

A. KESIMPULANBimbingan adalah proses bantuan terhadap individu mendapat pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga Kehidupan siswa merupakan kegiatan yang unik dengan segala lika-likunya, dalam kehidupanya siswa selalu berhadapan dengan masalah masalah yang menuntutnya untuk dapat menyelesaikannya denga baik agar dia dapat terus bergerak maju menuju perubahan yang lebih baik.serta masyarakat.Permasalahan yang dialami siswa terkadang, dapat diselesaikan sendiri oleh siswa yang bersangkutan, tapi suatu saat mereka juga berkemungkinan unruk tidak bisa menyelesaikannya sendiri.Sehingga dibutuhkanlah bantuan baik dari teman, orang tua, guru maupun konselor.Konselor dalam hal ini adalah orang yang di dalam lembaga sekolah memiliki tugas yang langsung berkaitan dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa.Dalam melakukan tugasnya tersebut konselor perlu menggunakan strategi yang jitu agar dapat membantu secara optimal dan tugasnyapun dapat terselesaikan dengan baik.Dalam makalah ini penulis berusaha untuk memaparkan seputar strategi bimbingan belajar siswa di sekolah, kiranya tulisan ini bermanfaat baik bagi diri penulis sendiri dan juga semoga bermanfaat bagi kalangan yang lebih luas.

B. SARANAdapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui makna dari bimbingan belajar di sekolah . Selain itu penulis juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Daftar Pustaka :

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.Akhmad Sudrajat. 1986. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri Siswa oleh Orang Tua dengan Prilaku Sosial Siswa di Sekolah (Skripsi). Bandung : PPB-FIP IKIP Bandung.Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik (Klinis) : Jakarta : KanisiusChaplin, J.P. (terj. Kartini Kartono).2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.Depdiknas, 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta : Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Akdemik Dirjen DiktiDjumhar I dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling). Bandung : CV Ilmu.Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York : McMillan Publishing.H.M. Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.Hurlock, Elizabeth B. 1980. Developmental Phsychology. New Yuork : McGraw-Hill Book CompanyMoh. Surya. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP Bandung.Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.Shertzer, B. & Stone, S.C. 1976. Fundamental of Gudance. Boston : HMCSofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : AlfabetaSugiharto.(2005). Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPGSumadi Suryabrata. 1984. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali.Sunaryo Kartadinata.2003. Inventori Tugas Perkembangan. Bandung : Lab. PPB-UPI Bandung W.S. Winkel 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia.

Bimbingan dan KonselingPage 1