Bidang : Pertanian Topik tematik : Perubahan Iklim dan...
Transcript of Bidang : Pertanian Topik tematik : Perubahan Iklim dan...
LAPORAN KEGIATAN
APLIKASI RISET
UJI PRODUKTIVITAS HASIL 16 VARIETAS UBI JALAR UNGGUL BARU UNPAD
DALAM MENUNJANG PASOKAN INDUSTRI BERBAHAN BAKU UBI JALAR DI JAWA
BARAT SELATAN
Tim Pengusul
Ir. Sitaresmi Dewayani,MM. (Ketua)
Dr. Sc. Agr. Agung Karuniawan,Ir.,Sc.Agr. (Anggota)
Tahun 2017
Bidang : Pertanian
Topik tematik : Perubahan Iklim dan
Keragaman Hayati
1
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Uji Produktivitas Hasil 16 Varietas Ubi Jalar Unggul Baru
Unpad Dalam Menunjang Pasokan Industri Berbahan
Baku Ubi Jalar di Jawa Barat Selatan
Bidang : Pertanian
Topik tematik : Perubahan Iklim dan Keragaman Hayati
Institusi : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa
Barat
Ketua
a. Nama : Ir. Sitaresmi Dewayani,MM.
b. NIP : 19670429200005 2001
c. Jabatan : POPT Muda
d. Email/HP : [email protected]
Anggota (1)
a. Nama : Dr.Sc.Agr. Agung Karuniawan,Ir.,M.Sc.Agr.
b. NIP/NIDN : 19661101 199103 1 001/ 0001116602
c. Institusi : Universitas Padjadjaran
Biaya Disetujui : Rp. 95.250.000,-
Bandung, 17 September 2017
Mengetahui,
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Jawa Barat
Ir. Hendy Jatnika, MM
NIP.196110021986031010
Ketua Peneliti
Ir. Sitaresmi Dewayani,MM.
NIP. 19670429200005 2001
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………….……………………………………………….…… 1
DAFTAR ISI ………….……………………………………………….………………… 2
RINGKASAN LAPORAN .…..…………………………………………………………… 3
I. PENDAHULUAN ……….…………………………………………………….…….. 4
1.1. Latar Belakang ………….……………………………………………….………… 4
1.2. Tujuan ….………………………….…………………………………….………… 6
1.3. Luaran ….…………………………….…….……………………………………… 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ….…………………………………………………… 7
2.1. Tinjauan Umum Ubi Jalar ….…….……………………………………………… 7
2.2. Interaksi Genotip x Lingkungan Ubi Jalar .……….……….…………………… 8
III. METODOLOGI ….……….……………………………………………......…… 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .……….……….…………………… .……….…… 13
4.1. Pengamatan Penunjang .……….……….…………………… .……….……….… 13
4.1.1. Gulma .……….……….…………………… .……….……….……………… 13
4.1.2. Hama dan Penyakit yang Menyerang .……….……….…………………… .… 13
4.2.Pengamatan Utama .….....................…….……….…………………… .………. 14
4.2.1. Variasi Karakter Komponen Hasil Ubi Jalar di Bogor dan Cikadu …...……… 14
4.2.2. Interaksi Genotip x Lingkungan .……….……….…………………… .……… 15
4.2.3. Potensi Hasil Ubi Jalar Unggul di Lokasi Bogor dan Cikadu …….…………… 17
V. KESIMPULAN DAN SARAN ….……………………………………….………. 18
DAFTAR PUSTAKA ….…………………………………………………………… 19
LAMPIRAN ….……….…………………………………………………………… 22
3
RINGKASAN LAPORAN
Kebutuhan bahan baku ubi segar tahan 2014 sekitar 15 t/hari untuk ekspor ubi “madu”, 20
t/hari untuk bahan baku stick ekspor, dan 25 t/hari untuk paste. Namun demikian, terdapat
empat masalah utamayang dihadapi oleh industri pertanian berbasis ubi jalar di Indonesia.
masalah utama tersebut adalah terbatasnya kapasitas dan kualitas produksi ubi jalar dalam
memenuhi permintaan pasar dan sesuai spesifikasi industri, serta belum dipetakannya
wilayah potensial bagi perluasan budidaya ubi jalar unggul terpilih di Jawa Barat. Universitas
Padjadjaran (UNPAD) telah menghasilkan beberapa inovasi dan teknologi terkait upaya
pemecahan persoalan ubi jalar. Temuan teknologi UNPADyang sudah tersedia adalah antara
lain klon-klon unggul ubi jalar yang dimuliakan khusus sesuai spesifikasi mitra yang beragam
serta teknologi rekyasa budidaya dan lahan pertanaman ubi jalar. UNPAD bersama Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Barat, telah merancang kegiatan utama yang sudah dilaksanakan
dalam skema Usulan Aplikasi Riset. Kegiatan tersebut meliputi uji produktivitas dan kualitas
beberapa varietas ubi jalar unggul baru UNPAD sesuai standar industri, serta alih teknologi
budidaya ubi jalar. Metode yang digunakan yaitu : Field trials 10 klon Ubi Jalar unggul baru
terseleksi pada wilayah Jawa Barat selama satu musim tanam di lokasi Bogor dan Cikadu.
Saat ini telah diperoleh kandidat varietas unggul baru ubi jalar standar industri yang cocok
ditanam di lokasi Bogor yaitu Awachy 5, 15(112), 57(97), 80(109), 54(160), 68(120), dan
35(180). Sedangkan lokasi Cikadu terdapat empat kandidat varietas unggul baru yaitu
Awachy 1, 57(97), 80(109), dan 35(180). Kerjasama antara UNPAD, pemerintah Jawa Barat,
mitra petani produsen ubi jalar diharapkan akan lebih baik, melembaga dan saling
menguntungkan.
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam.) merupakan salah satu sumberdaya nabati
potensial dengan kandungan karbohidrat tinggi yang dapat mendukung terwujudnya
ketahanan pangan nasional. Selain itu, ubi jalar juga mengandung mineral dan vitamin ubi
jalar yang tinggi (Ishida et al., 2000; Manrique and Roca, 2007; Burri, 2011). Ubi jalar dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pangan maupun sebagai bahan baku industri seperti a)
Daun untuk sayuran dan pakan ternak, b) Batang untuk bahan tanam dan pakan ternak, c)
Kulit ubi untuk pakan ternak, d) Ubi segar digunakan sebagai bahan makanan, e) Tepung ubi
jalar sebagai bahan makanan, f) Pati ubi jalar dimanfaatkan untuk fermentasi, pakan ternak,
asam sitrat (Zuraida dan Supariati, 2001). Pemanfaatan ubi jalar sebagai bahan pangan, bahan
baku industri dan sumber energi merupakan respon terhadap kebijakan pemerintah tentang
“Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal”(Peraturan Presiden No 22 tahun 2009), dan “Gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal” (Peraturan Menteri Pertanian No. 43/
Permentan/ OT.140/ 10/ 2009), menunjang visi misi Jawa Barat “meningkatkan ekonomi
pertanian” dengan prioritas tematik sektoral/tema riset potensial yaitu Jawa Barat bebas
rawan pangan (Common Goals Jawa Barat, 2015),serta dilandasi topik riset pilar pangan
Universitas Padjadjaran yaitu “pangan lokal untuk pangan nasional” (Renstra Unpad, 2012-
2016).
Permintaan pasar eksport ubi jalar yang beragam (ubi madu, stick, dan paste) terus
meningkat. Kebutuhan bahan baku ubi segar 2014 sekitar 15 ton/hari untuk ekspor ubi
“madu”, 20 ton/hari untuk bahan baku stick ekspor, dan 25 ton/hari untuk paste (komunikasi
pribadi dengan mitra industri PT. Indowooyang). Namun, dalam potensi tersebut terdapat
beberapa masalah yang dihadapi oleh industri berbasis ubi jalar di Indonesia diantaranya
adalah tidak terjaminnya kontinyuitas bahan baku ubi jalar dari produsen ubi jalar baik
kuantitas maupun kualitasnya, dan potensi hasil yang masih rendah. Hal ini terjadi karena
berbagai faktor yang terkait kegiatan usaha tani ubi jalar, seperti masih rendahnya kapasitas
produksi ubi jalar produsen (kuantitas dan kualitas), masih terbatasnya luasan tanam, masih
rendahnya pemahaman bisnis dari pelaku produsen ubijalar, dan masih rendahnya keterkaitan
antara produsen ubi jalar sebagai penghasil bahan baku industri dengan mitra industri.
5
Luas areal tanam ubi jalar dari tahun ke tahun terus meningkat. Wilayah sentra
produksi utama adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bali,
NTT, dan Papua (BPS, 2011). Namun budidaya ubi jalar yang berorientasi pada industri
sebagian besar berada di Jawa Barat. Belum adanya arahan pengembangan ubi jalar
menyebabkan petani melakukan uji tanam ubi jalar pada lahan yang belum tentu sesuai atau
di lahan marginal. Perbedaan lingkungan tumbuh ubi jalar menyebabkan perkembangan dan
hasil ubi baik secara kualitas maupun kuantitas dapat berbeda (Nedunchezhiyanet al.,2012).
Diketahuinya wilayah yang sesuai bagi pertumbuhan dan hasil ubi jalar dapat menunjang
ekstensifikasi budidaya ubi jalar secara optimal. Terlebih dengan adanya varietas ubi jalar
unggul yang berpeluang untuk digunakan secara luas. Hal ini dapat menunjang peningkatkan
ketersediaan pasokan bahan baku industri berbasis pangan ubi jalar.
Menurut Manrique and Roca (2007) Indonesia menyumbangkan 2% bagi produksi ubi
jalar di seluruh dunia. Tingkat adopsi petani akan varietas unggul ubi jalar di Indonesia
sangat rendah dan didominasi beragam varietas lokal yang spesifik lokasi. Dengan banyaknya
varietas lokal ini, maka kemungkinan variasi produktivitas ubi jalar di Indonesia berbasis
masyarakat melalui penanaman varietas lokal yang beragam sangatlah besar. Namun
demikian beragamnya varietas lokal yang dimanfaatkan masyarakat merupakan potensi
genetik potensial untuk meningkatkan kapasitas genetik. Temuan teknologi UNPAD berupa
varietas ubi jalar unggul baru yang sudah memiliki HKI PVT (varietas AWACHY1-5)
maupun calon klon ungul baru lainnya dapat memberikan dampak lebih pada petani dan
industri pengguna. Terlebih pengembangan varietas unggul tersebut dapat ditunjang dengan
ketersediaan informasi lokasi penanaman yang sesuai bagi pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
Upaya peningkatan ketersediaan produksi dan hasil produk ubi jalar bagi industri belum
cukup apabila keterkaitan sektor produksi yang dilakukan oleh petani belum berkaitan erat
dengan sektor industri yang membutuhkannya. Keterkaitan timbal balik antara keduanya
diperlukan agar produksi yang dihasilkan sesuai dengan standar kebutuhan industri
sedangkan industri mendapatkan jaminan ketersediaan pasokan baik secara kualitas maupun
kuantitas. Hal ini dapat dilakukan melalui penerapan hubungan bisnis yang saling
menguntungkan diantara keduanya.
Teknologi varietas terbaru, informasi sumberdaya lahan potensial bagi budidaya ubi
jalar, konsep teknologi budidaya serta kemitraan bisa menjadi salah satu solusi untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dalam pengembangan industri berbasis ubi jalar. Kegiatan
penelitian ini meliputi uji daya hasil varietas unggul baru ubi jalar dalam menunjang pasokan
6
industri berbahan baku ubi jalar di jawa barat serta alih teknologi budidaya ubi jalar sehingga
adopsi hasil kegiatan penelitian berlangsung optimal.
1.2.Tujuan
i. Mendapatkan varietas ubi jalar unggul baru UNPAD sesuai spesifikasi industri yang
memiliki potensi hasil tinggi pada wilayah spesifik.
ii. Meningkatkan kapasitas produksi ubi jalar untuk jaminan kontinyuitas industri
1.3.Luaran
Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
i. Varietas ungul baru ubi jalar standar industri spesifik lokasi yang memiliki daya hasil
tinggi
ii. Publikasi artikel ilmiah nasional/internasional
Dampak (outcome) dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas peneliti (pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan).
2. Peningkatkan produktivitas ubi jalar di masyarakat melalui teknologi budidaya ubi jalar
yang baik.
3. Berkembangnya industri pangan yang menggunakan ubi jalar sebagai bahan baku
utamanya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomoea batatas L. (Lam ) adalah salah satu tanaman yang hampir ada di
setiap negara. Rossel et al. (2000) menyebutkan bahwa tanaman ubi jalar merupakan
introduksi tanaman pertama dari Amerika ke Eropa dari pelayaran Columbus pada tahun
1492. Dari Eropa tanaman ini dibawa oleh penjelajah Portugis pada abad keenam belas ke
Afrika, India, Asia Tenggara dan Hindia. Papua nugini merupakan salah satu centre of
diversity ubi jalar (Roullier el al., 2013). Di wilayah Indonesia, Papua Nugini, dan kepulauan
di Pasifik Selatan ditemukan sekitar lima ribu kultivar lebih pada daerah-daerah yang
terisolasi hingga ketinggian 2.800 meter di atas permukaan laut (m dpl), bahkan di atas 3.000
m dpl (Mok and Schneider, 1998).
Ubi jalar banyak digunakan sebagai bahan baku makanan,baik olahan rumah tangga
maupun industri. Yasni dkk. (2009) menyebutkan bahwa pemanfaatan bahan pangan lokal
seperti ubi jalar dapat dijadikan alternatif dalam diversifikasi pangan substitusi beras dalam
rangka meningkatkan ketahanan pangan nasional. Potensi ubi jalar sebagai pangan substitusi
beras tersebut didukung oleh budidaya tanaman ubi jalar sesuai dengan agroklimat sebagian
besar wilayah Indonesia.
Di beberapa negara, ubi jalar merupakan produk komersial yang cukup diminati.
Negara-negara seperti Jepang, China, Korea, dan Singapura sudah memanfaatkan bahan
pangan ini sebagai produk olahan bernilai gizi tinggi, dan secara ekonomis memiliki peluang
pasar yang besar. Bahkan di Vietnam, industri mie di sana sudah menggunakan tepung ubi
jalar sebagai bahan bakunya (Pratiwi J.,2013). Di Indonesia sekitar 89% produksi ubi jalar di
Indonesia digunakan untuk bahan pangan, sisanya untuk pakan ternak dan bahan baku
industri. Akan tetapi, pengembangan ubi jalar belum mendapat perhatian serius,
sebagaimana tercermin dari luas tanam yang fluktuatif dengan produktivitas yang baru
mencapai 9,5 t umbi/ha.
Banyaknya industri yang menggunakan ubi jalar sebagai bahan baku utama tidak
terlepas dari kandungan pati yang terdapat dalam ubi jalar. Tsuno (1992) mengatakan bahwa
pati merupakan karbohidrat utama yang paling banyak ditimbun di dalam umbi dan sukrosa
merupakan bentuk karbohidrat utama yang ditranslokasikan ke dalam proses pembentukan
umbi dan juga merupakan gula non reduksi yang utama.
8
2.2. Interaksi Genotip x Lingkungan Ubi Jalar
Varietas lokal potensial meningkatkan kapasitas produksi agroindustri berbasis bahan
baku ubi jalar. Pengggunaan plasma nutfah ubi jalar lokal sebagai sumber perbaikan genetik
adalah dalam upaya pelestarian sumber genetik potensial dari kepunahan, dan dapat dijadikan
acuan karakteristik spesifik dalam pembentukan varietas unggul baru. Ubi jalar lokal ini
merupakan kumpulan gen “baik” hasil seleksi masyarakat berdasarkan pendekatan kearifan
lokal (Shaumi et al., 2011a; Waluyo and Karuniawan, 2011). Adanya keragaman pada ubi
jalar lokal pada dasarnya memberikan pilihan kepada petani untuk menanam ubi jalar sesuai
dengan kebutuhannya.
Saat ini penelitian tentang peningkatan kapasitas genetik ubi jalar dengan diferensiasi
fungsi bahan baku sedang dilaksanakan berdasarkan konservasi dan pemanfaatan varietas-
varietas lokal agar tidak punah. Unpad telah melakukan eksplorasi dan mengoleksi aksesi-
aksesi ubi jalar lokal dari Jawa Barat (Chandria et al., 2009b; Karuniawan et al., 2011a,
2012a; b), dan sebagian telah diidentifikasi serta dikarakterisasi untuk dimanfaatkan dalam
program pemuliaan tanaman (Karuniawan et al., 2011a; Rahmannisa et al., 2011b; Waluyo
and Karuniawan, 2011). Persilangan telah dilakukan berdasarkan metode polycros dan
keragaman juga diperlihatkan oleh keturunan-keturunan ubi jalar asal biji yang memberikan
peluang kepada petani untuk menyeleksi sendiri (Maulana et al., 2010; Roosda et al., 2010).
Aksesi ubi jalar lokal dimanfaatkan sebagai tetua persilangan akan menghasilkan calon-
calon tetua yang potensial berdasarkan karakter yang diinginkan (Ma et al., 2009).
Pembentukan koleksi inti dapat dilakukan melalui identifikasi morfologi dengan pendekatan
analisis statistik (Shiotani et al., 1990; Sahuquillo et al., 1997; Tutel et al., 2005; Afuape et
al., 2011) yang diperkuat dengan identifikasi marka molekular (Komaki et al., 1998; Huaman
et al., 1999; Mondal et al., 2006; Veasey et al., 2007; Tairo et al., 2008; Karuri et al., 2010;
Manifesto et al., 2010). Gichuru et al. (2004) menganalisis keragaman kultivar –kultivar ubi
jalar dari wilayah agroekologi yang berbeda menggunakan karakter morfologi dan marka
SSR untuk analisis genetik yang berguna dalam program pemuliaan tanaman ubi jalar.
Hasil studi menunjukkan varietas penampilan varietas lokal sangat dipengaruhi oleh
interaksi genotip x lingkungan (Chandria et al., 2010). Dari hasil persilangan varietas lokal
dapat dihasilkan genotip genotip potensial yang dapat digunakan untuk bahan baku yang
spesifik (Maulana et al., 2010; Roosda et al., 2010). Dengan demikian genotip-genotip baru
hasil persilangan yang diajukan untuk calon varietas unggul harus diuji penampilan pada
wilayah yang luas. Penampilan calon varietas unggul sebaian akan dipengaruhi oleh interaksi
genotip lingkungan (Jusuf et al., 2008). Interaksi genotip x lingkungan pada ubi jalar
9
merupakan fenomena respons genotip terhadap lingkungan dalam menampilkan hasil
maksimal (Ngeve, 1993; Hartemink et al., 2000; Moussa et al., 2011). Allard dan Bradshaw
(1964) mengemukakan, pertumbuhan dan hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh interaksi
genotip x lingkungan. Bilbro dan Ray (1976) mengemukakan bahwa keberhasilan program
pemuliaan tanaman akan tercapai jika memperhatikan aspek (i) tingkat hasil genotip yang
mempunyai hasil di atas rata-rata, (ii) adaptasi, yaitu bentuk lingkungan yang dapat
memunculkan genotip-genotip terbaik, dan (iii) stabilitas, yaitu konsistensi hasil suatu
genotip dibandingkan dengan genotip lain. Suatu pengukuran pengaruh lingkungan terhadap
hasil adalah juga merupakan pengukuran untuk mengetahui daya adaptasi (Nor and Cady,
1979). Berdasarkan uji adaptasi ini dapat ditentukan calon varietas yang beradaptasi luas dan
beradaptasi spesifik wilayah (Asfaw et al., 2009; Fritsche-Neto et al., 2010).
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Uji Produktivitas Hasil 16 Varietas Ubi Jalar Unggul Baru Unpad Dalam Menunjang Pasokan
Industri Berbahan Baku Ubi Jalar di Jawa Barat Selatan
Petani Mitra : Kelompok Tani Jawa Barat Selatan
Kegiatan : Uji Produktifitas Varietas 16 Ubi Jalar Unggul Baru
Sesuai Standar Industri
Metode : Percobaan lapangan dilakukan pada dua lokasi tanam
yaitu Bogor dan Cikadu menggunakan metode eksperimen
yang disusun berdasarkan prosedur uji multilokasi Kementrian
Pertanian RI. Percobaan dilaksanakan di dilokasi Bogor
dilaksanakan pada tanggal 3 November 2016 sampai 18 Maret
2017 dan lokasi Cikadu, Cianjur Selatan, sejak tanggal 28
Januari 2017. Sepuluh klon unggul baru terpilih dan enam
varietas cek diuji produktivitas dan kualitasnya di Jawa Barat.
Karakter yang diukur adalah karakter komponen hasil dan
kualitas hasil serta Interaksi Genotip x Lingkungan pada
karakter hasil dan komponen hasil.
Analisis data : Analisis data akan menggunakan perangkat lunak Ms. Office
Excel dan SPSS.
11
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan dala percobaan ini adalah 10 Varietas ubi jalar unggul baru
dan 6 varietas cek/ kontrol, pupuk urea, pupuk KCl, pupuk SP 36. Sedangkan alat yang
digunakan adalah gunting, cangkul, kored, sabit, patok, alat tulis, label, benang kasur, jangka
sorong, meteran, refractometer, dan timbangan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak kelompok (RAK)
menggunakan 10 Varietas ubi jalar madu tipe baru dan 6 varietas cek sebagai kontrol dengan
tiga kali ulangan. Menurut Gomez and Gomez (1995), model linear untuk RAK adalah
sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + ɛij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan perlakuan (genotip) ke-i dalam ulangan ke j
µ = Nilai tengah hasil pengamatan
τi = Pengaruh perlakuan ke i (genotip)
βj = Pengaruh ulangan ke j
ɛij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i ulangan ke j
Berdasarkan model linear di atas, dapat disusun daftar analisis varians per musim seperti
terlihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Analisis Varians Rancangan Acak Kelompok
Sumber Varians Derajat Bebas KT Varians F hitung
Ulangan r-1 KTB 𝜎e + t𝜎r2 KTB/KTE
Genotip g-1 KTT 𝜎e + t𝜎g2 KTT/KTE
Galat (r-1)(g-1) KTE 𝜎e2
Total rg-1 Sumber : Gomez dan Gomez (1995)
Keterangan :
G = jumlah kombinasi perlakuan, r = jumlah ulangan, 𝜎g2 = komponen varian genetik, 𝜎r2 = komponen varians
ulangan, 𝜎e2 = komponen varians galat.
Dari hasil uji F pada analisi varians tunggal, apabila menunjukkan perbedaan yang
nyata maka karakter – karakter yang diamati memberikan variasi yang nyata setiap lokasinya.
Untuk melihat homogenitas varians galat dari keempat lokasi maka digunakan uji Bartlett
(Gomez dan Gomez, 1995) sebagai berikut :
12
X2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =(2,3026)f(log 𝑆2p − ∑i (log 𝑆2i))
1 + (K + 1
3kf )
Keterangan :
K = Banyaknya varians yang diuji
F = Derajat bebas varians yang diuji
S2i = Nilai varians pada penelitian lingkungan ke i
S2p = Nilai penduga varians gabungan dari seluruh lingkungan penelitian = i∑k S2
i/ k
Apabila X2 hitung > X2 tabel maka galat tidak homogen dan pengujian dilakukan
terpisah, tetapi apabila X2 hitung < X2 tabel, maka varians galat adalah homogen sehingga
perlu dilakukan analisis gabungan (Gomez dan Gomez, 1995).
Analisis gabungan yang akan digunakan adalah model analisis Eberhart dan Rushell
yang telah dideskripsikan oleh Singh dan Chaudhary (1977) :
Yijr = µ + gi + lj + (gl)ij + ɛijr
Yijr = Hasil pengamatan dari genotip ke i, lingkungan ke j, dan ulangan ke r
µ = Nilai tengah rata-rata umum
gi = Pengaruh genotip ke i
lj = Pengaruh lingkungan ke j
(gl)ij = Pengaruh interaksi genotip ke i dan lingkungan ke j
ɛijr = Pengaruh galat percobaan
Berdasarkan model linear di atas, maka dapat disusun tabel analisis varians gabungan
menurut Gomez dan Gomez (1995).
Tabel 3. Analisis Varians Dalam Beberapa Musim Tanam
Sumber Varians Derajat Bebas KT KTH F hitung
Musim (l-l)
Musim Replikasi l(r-1)
Genotip (g-1) M3 σ2e + r σ2
gl + rl σ2g M3/M2
Genotip x Musim (r-1)(g-1) M2 σ2e + r σ2
gl M2/M1
Error l(r-1)(g-1) M1 σ2e
Total (glr-1) Sumber : Gomez dan Gomez (1995)
Untuk mengetahui interaksi antara genotip dengan lingkungan tumbuh tanaman
digunakan uji F taraf 5%. Apabila berbeda nyata maka menunjukkan bahwa penampilan
genotip-genotip yang diuji dipengaruhi oleh interaksi genotip dalam lingkungan.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengamatan Penunjang
4.1.1. Gulma
Gulma yang tumbuh selama percobaan yaitu rumput teki (Cyperus rotundus), Mimosa
pudica, Mimosa indica, Kakawatan (Cynodon dactylon), Cyperus iria, dan Euphorbia
hirta(Gambar 3). Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan secara mekanik.
Pengendalian gulma dilakukan pada saat fase vegetatif dan generatif awal. Tujuan dari
pengendalian gulma adalah untuk mencegah adanya kompetisi antara gulma dengan tanaman
ubi jalar.
Gambar 3. Gulma yang menyerang pada saat percobaan : a. Kakawatan (Cynodon dactylon)b.
Euphorbia hirta c. Mimosa pudica d. Cyperus iria e.Cyperus rotundus f.Mimosa
indica
4.1.2. Hama dan Penyakit yang Menyerang
Hama yang menyerang selama percobaan berlangsung yaitu boleng atau lanas (Cylas
formicarius). Hama ini menyerang pada semua genotip yang diuji. Umbi yang terserang lanas
dapat dilihat pada Gambar 4. Gejala yang ditimbulkan oleh serangan hama lanas ini adalah
umbi menjadi bau dan rasanya pahit. Selama percobaan, penyakit yang menyerang tanaman
yaitu penyakit scab yang disebabkan oleh jamur Spacheloma batatas.
a b c
d e f
14
Gambar 4. a. Ubi yang terserang oleh hama lanas (Cylas formicarius); b. Tanaman ubi jalar
yang terserang penyakit scab (Sphaceloma batatas)
4.2. Pengamatan Utama
4.2.1. Variasi Karakter Komponen Hasil Ubi Jalar di Bogor dan Cikadu
Karakter komponen hasil termasuk ke dalam karakter kuantitatif yang dikendalikan
oleh banyak gen dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karakter komponen hasil yang
diamati adalah jumlah ubi total, jumlah umbi pertanaman, bobot ubi pertanaman, bobot ubi
ekonomis, panjang ubi, diameter ubi, kadar kemanisan (brix).
Analisis ragam terhadap tujuh karakter pada 16 klon ubi jalar unggul unpad bersifat
menyebar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat karakter yang mempunyai
keragaman genotip di lokasi Bogor dan ada karakter yang tidak menunjukkan keragaman
genotip pada lokasi tersebut (Tabel 4). Karakter-karakter komponen hasil yang menunjukkan
keragaman di lokasi pengujian adalah bobot ubi pertanaman, bobot ubi ekonomis, panjang
ubi, diameter ubi, dan kadar kemanisan ubi (brix).
Tabel 4 . Nilai F Hitung Karakter Komponen Hasil 16 Varietas Ubi Jalar Pada Lokasi Bogor
No. Sumber Ragam Bogor Cikadu
Means F. hitung KV (%) Means F. hitung KV (%)
1 Bobot ubi pertanaman (Kg) 0,3426 2,2000* 16,64 0,4300 6,7167* 11,62
2 Bobot ubi ekonomis (Kg) 1,2546 2,6016* 40,37 8,0520 1,1816 67,81
3 Jumlah ubi total 29,195 1,9648 47,94 82,6875 1,4427 31,55
4 Jumlah ubi pertanaman 2,2833 1,8818 33,14 2,4236 1,0948 23
5 Panjang (cm) 15,8757 4,7031* 22,42 13,0229 1,108 25,75
6 Diameter (cm) 6,5158 2,8674* 23,74 5,5085 0,9724 17,94
7 Brix (o brix) 6,6892 4,1209* 17,11 10,9458 2,75* 14,04
Keterangan : *Berbeda nyata pada taraf 5%
Karakter komponen hasil yang diamati pada lokasi tersebut menunjukkan kuantitas
dan kualitas yang berbeda serta daya dukung lingkungan yang berbeda pada setiap ulangan
15
pengujian. Hal ini diduga karena kontribusi faktor genetik setiap klon ubi jalar berbeda
terhadap pengaruh lingkungan.
Pada Tabel 4 juga terlihat nilai koefisien variasi (KV). Nilai KV yang dihasilkan dari hasil
pengamatan menunjukkan nilai yang relativ besar dengan rentang antara 16,64%-47,94%
pada lokasi Bogor dan 11,62% - 67,81% pada lokasi Cikadu. Nilai KV yang besar disebabkan
oleh nilai galat baku rata-rata penampilan klon terhadap rata-rata total. Menurut gomez dan
gomez (1995), besarnya nilai KV tergantung pada jenis percobaan, tanaman yang diuji, serta
karakter yang diamati. Semakin besar nilai KV menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari
hasil percobaan bersifat heterogen. Pada percobaan yang dilakukan, besarnya nilai KV
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pengaruh lingkungan pada setiap ulangan yang
tidak homogen sehingga menimbulkan respon yang berbeda setiap klon yang diuji pada
lokasi percobaan.
4.2.2. Interaksi Genotip Dengan Lingkungan
Informasi mengenai interaksi genotip dengan lingkungan sangat diperlukan dalam
perakitan varietas unggul tanaman. Hal ini diperlukan untuk mengetahui klon-klon mana saja
yang memiliki penampilan stabil di suatu wilayah atau beradaptasi spesifik wilayah dan
beradaptasi luas. Adanya interaksi genotip x lingkungan akan mempengaruhi penampilan
suatu klon ubi jalar apabila ditanam pada lingkungan yang berbeda. Analisis interaksi genotip
x lingkungan berguna untuk memberikan informasi apakah klon – klon ubi jalar yang diuji
memperlihatkan tingkat penampilan yang sama di setiap lingkungan yang berbeda (Petersen,
1994). Tabel 5 menunjukkan hasil analisis varians gabungan karakter komponen hasil.
Tabel 5. Analisis Varians Gabungan Pada Sembilan Karakter Komponen Hasil Ubi Jalar
Karakter Fhitung Kuadrat Tengah KV (%)
Bobot ubi pertanaman (Kg) 2,3063* 1,7678 41,93
Bobot ubi ekonomis (Kg) 1,4517 1,9252 67,40
Jumlah ubi total 0,9602 5,9387 38,53
Jumlah ubi pertanaman 0,7546 0,1273 30,34
Jumlah ubi ekonomis 2,1302* 2,9861 42,10
Panjang (cm) 1,0696 0,9789 26,55 Diameter (cm) 1,0131 0,9056 19,28
Brix (o brix) 1,6646 0,2179 12,41
Keterangan : * Berbeda nyata pada taraf 5%
16
Berdasarkan Tabel 5 tersebut terlihat bahwa penampilan karakter komponen hasil
yang diuji tidak dipengaruhi interaksi genotip x lingkungan. Kondisi tersebut menunjukkan
klon-klon ubi jalar untuk penanaman pada tiga lokasi tanam berdasarkan karakter komponen
hasil memberi respon yang berbeda.
Adanya interaksi genotip x lingkungan yang mempengaruhi penampilan karakter
komponen hasil, disebabkan oleh adanya pengaruh faktor perbedaan lingkungan dalam
percobaan yang dilakukan. Hal tersebut karena kondisi lingkungan pada dua lokasi percobaan
memiliki perbedaan. Sehingga menyebabkan berbedanya respon dan penampilan klon ubi
jalar di antara ketiga lokasi penanaman tersebut. Oleh karena itu, analisis gabungan pada dua
wilayah penanaman dengan kondisi lingkungan yang berbeda menyebabkan munculnya
interaksi genotip x lingkungan.
Pada Tabel 5 juga trelihat nilai koevisien variasi (KV) hasil analisis gabungan
menunjukkan nilai yang relativ besar. Nilai KV yang besar disebabkan oleh nilai galat baku
rata-rata penampilan klon terhadap rata-rata total. Menurut gomez dan gomez (1995),
besarnya nilai KV tergantung pada jenis percobaan, tanaman yang diuji, serta karakter yang
diamati. Semakin besar nilai KV menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari hasil
percobaan bersifat heterogen. Pada percobaan yang dilakukan, besarnya nilai KV
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan lingkungan tumbuh yang tidak homogen sehingga
menimbulkan respon yang berbeda setiap klon yang diuji pada setiap lokasi percobaan.
4.2.3. Potensi Hasil Klon Ubi Jalar Unggul Di Lokasi Bogor dan Cikadu
Penampilan karakter hasil 16 klon ubi jalar menunjukkan penampilan yang bervariasi.
Penampilan suatu karakter selalu terdiri dari kontribusi faktor genotip, lingkungan, dan
interaksinya (Annichiarico, 2002). Untuk mengestimasi potensi hasil suatu klon dilakukan
analisis pada karakter bobot per tanaman. Seleksi potensi hasil ubi jalar pada lokasi tanam di
Bogor, Jawa Barat dihitung bredasarkan potensi hasil masing-masing klon pada lokasi
tersebut. Tabel potensi hasil klon-klon yang diuji tersaji pada Tabel 6.
17
Tabel 6. Potensi Hasil 16 Genotip Ubi Jalar di Lokasi Bogor dan Cikadu
No. Genotip Potensi hasil (ton/ha)
Bogor Cikadu
1 RANCING 19,075 18,200
2 AC PUTIH 14,525 20,980
3 AYAMURASAKI 9,158 12,380
4 BENIAZUMA 26,506 10,820
5 NARUTOKINOTOKI 9,566 8,680
6 KRITING MAJA 12,405 19,508
7 AWACHY 1 12,425 21,520
8 AWACHY 2 4,637 12,060
9 AWACHY 4 4,748 8,588
10 AWACHY 5 30,041 9,020
11 15(112) 18,841 12,540
12 57(97) 38,966 27,400
13 80(109) 15,471 17,400
14 54(160) 26,833 11,200
15 68(120) 20,825 10,480
16 35(180) 11,579 26,760
Pada Tabel 6 terlihat potensi hasil setiap klon ubi jalar pada lokasi Bogor. Setiap klon
menunjukkan variasi potensi hasil pada lokasi tersebut. Maulana et al. (2015) menyebutkan
bahwa potensi hasil yang memberikan keuntungan bagi petani adalah klon yang dapat
menghasilkan panen ubi sebanyak 15 ton per hektar. Hal ini dikuatkan oleh hasil komunikasi
pribadi dengan perusahaan mitra (PT. INDOWOOYANG) yang menyebutkan bahwa hasil
panen 15 ton per hektar sudah memberikan keuntungan bagi petani ubi jalar. Dari hasil
pengujian potensi hasil, terdapat enam klon yang memeiliki potensi hasil lebih dari 15 ton/ ha
pada lokasi Bogor yaitu Awachy 5, 15(112), 57(97), 80(109), 54(160), dan 68(120),
sedangkan pada lokasi Cikadu terdapat empat klon yaitu Awachy 1, 57(97), 80(109), dan
35(180). Sedangkan untuk varietas cek, hanya terdapat 2 varietas yang memiliki potensi hasil
diatas 15 ton/ha yaitu Rancing dan Beniazuma, sedangkan pada lokasi Bogor Rancing, AC
putih dan Kriting maja. Klon-klon baru tersebut potensial untuk dikembangkan sebagai
varietas spesifik lokasi Bogor dan Cikadu untuk menunjang industri pangan Jawa Barat.
18
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat interaksi genotip x lingkungan pada dua karakter hasil dan komponen hasil,
yaitu karakter bobot ubi pertanaman dan jumlah ubi ekonomis
2. Diperoleh kandidat klon ubi jalar standar industri yang memiliki potensi hasil tinggi
di lokasi bogor yaitu Awachy 5, 15(112), 57(97), 80(109), 54(160), dan 68 (120),
lokasi Cikadu Awachy 1, 57(97), 80(109), dan 35(180)
5.2.Saran
Klon-klon unggul baru yang memiliki potensi hasil tinggi di setiap wilayah, dapat dijadikan
sebagai kandidat klon unggul spesifik wilayah. Informasi interaksi genotip x lingkungan
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan produk ubi jalar
kedepannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aigster A, Susan ED, Frank DC, William EB. 2011. Physicochemical properties and sensory
attributes of resistant starch-supplemented granola bars and cereals. Food Science and
Technology 44 (2011) 2159-2165.
Allard, R.W., and A.D. Bradshaw. 1964. Implication of genotype-environment in applied
plant breeding. Crop Sci. 4: 503–507.
Bilbro, J.D., and L.L. Ray. 1976. Environmental stability and adaptation of several cotton
cultivars. Crop Sci. 16: 821–824.
Burri, B.J. 2011. Evaluating sweet potato as an intervention food to prevent Vitamin A
deficiency. Comprehensive Reviews In Food Science And Food Safety 10: 118–130.
Chandria, W., and A. Karuniawan. 2010. Genetic relationships of exotic sweet potato
(Ipomoea batatas (L.) Lam) collected from West Java based on cluster analysis of agro-
morphological traits. [in Bahasa Indonesia with an English abstract]. In Proceeding on a
National Seminar “Perhimpunan Hortikultura Indonesia” (PERHORTI), in cooperation
with Center for Horticultural Crops, University of Udayana Bali. 25-26 November
2010. Denpasar, Bali.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2013. KeragaanAgribisnis Ubi
Jalar dan Aneka Ubi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis
Pengelolaan Produksi Ubi jalar& Aneka Umbi.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2013. Prospek Pengembangan
Agribisnis Ubi Jalar dan Aneka Ubi.
Fritsche-Neto, R., G.V. Miranda, R.O. DeLima, and H.N. De Souza. 2010. Factor analysis
and SREG GGE biplot for the genotype × environment interaction stratification in
maize. Ciência Rural 40(5): 1043–1048Available at
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0103-
84782010000500007&lng=en&nrm=iso&tlng=en.
Hasanuddin, A. dan J. Wargiono. 2003. Research Priorities for Sweet Potato in Indonesia. Di
dalam: Fuglie, K.O. (ed). Progress in Potato and Sweetpotato Research in Indonesia.
Proceedings of CIP-Indonesia Reserch Revies Workshop. Pp.15-19. International
Potato Center (CIP), Bogor.
20
Isnaeni, N.F. 2007. Formulasi Produk Pure Instan Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam)
Sebagai Salah Satu Upaya Diversifikasi Pangan Pokok. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jusuf, M., S.A. Rahayuningsih, T.S. Wahyuni, and J. Restuono. 2008. Adaptasi dan stabilitas
hasil klon harapan ubi jalar. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27(1): 37–41.
Karuniawan, A., Hanny Hidayati Naf’ah, Fitratul H. Rusli, and Debby Ustary. 2015.
Selection Of 180 Sweet Potato Superior Clones In Wet Land And Dry Land. Paper. In
SABRAO 13th Congress and International Conference, Bogor 14-16 September 2015.
Karuniawan, A., B. Waluyo, S.L. Rahmannisa, and H. Maulana. 2011b. Potential loss of
genetic resources honey sweetpotato from Cilembu Village, Sumedang Indonesia.
Paper. In International Conference on Sustainable Agriculture and Food Security:
Challenges and Opportunities (ICSAFS 2011). Bandung-Indonesia 27-28 September
2011. Organized by Faculty of Agiculture, Faculty of Animal Husbandry, Faculty of
Fisheries and Marine Sciences, and Faculty of Agro-Industrial Technology- Universitas
Padjadjaran., Bandung.
Manifesto, M.M., S.M.C. Tartara, C.M. Arizio, M.A. Alvarez, and N.R. Hompanera. 2010.
Analysis of the morphological attributes of a sweetpotato. Ann. Appl. Bio. 157: 273–
281.
Maulana, H., W. Chandria, and A. Karuniawan. 2010. Evaluation and selection of F1 sweet
potato (Ipomoea batatas (L.) Lam) var Cilembu based on Vegetative traits in
Jatinangor. [in Bahasa Indonesia with an English abstract]. In Proceeding on a National
Seminar “Perhimpunan Hortikultura Indonesia” (PERHORTI), in cooperation with
Center for Horticultural Crops, University of Udayana Bali 25-26 November 2010.
Denpasar, Bali.
Maulana, H., M. Divo Nugroho, Lucyana Trimo, and Agung Karuniawan. 2015. Participatory
Selection Of Sweet Potato Based On Farmers Preferences In Banjar City, West Java,
Indonesia. Paper. In SABRAO 13th Congress and International Conference, Bogor 14-
16 September 2015.
Moussa, S.A.M., H.A. Abd-Aal, and N.I.A. El-Fadl. 2011. Stability study of sweet potato
yield and its component characters under different environments by joint regression
analysis. Jurnal of Horticultural Science and Ornamental Plants 3(1): 43–54.
Neduncheshiyan M, Byju G, Jata SK. 2012. Sweet Potato Agronomy. Fruit, Vegetable and
Cereal Science and Biotechnology. 6 (Special Issue 1): 1-10. Global Science Books
21
Nor, K.M., and F.B. Cady. 1979. Methodology for identifying wide adaptability in crops.
Agron. J. 71: 556–559.
Rahmannisa, S.L., B. Waluyo, and A. Karuniawan. 2011a. Keragaman Varietas Ubi Jalar
Asal Desa Cilembu Berdasarkan Karakter Kuantitatif di Daerah Jatinangor. Makalah.
In Seminar Nasional Hortikultura 2011 Kemandirian Produk Hortikultura untuk
Memenuhi Pasar Domestik dan Ekspor. Kerjasama Perhimpunan Hortikultura
Indonesia (Perhorti), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Penelitian Tanaman
Sayuran (BALITSA), Lembang, Bandung Barat 23-24 November 2011.
Rahmannisa, S.L., B. Waluyo, and A. Karuniawan. 2011b. Penampilan dan Parameter
Genetik Varietas Lokal Ubi Jalar asal Desa Cilembu Jawa Barat. Makalah. In Seminar
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi “Inovasi Teknologi dan Kajian Ekonomi
Komoditas Aneka Kacang dan Umbi Mendukung Empat Sukses Kementerian
Pertanian”, Balitkabi, Malang 15 November 2011. Balai Penelitian Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian, Balitkabi, Malang 15 November 2011.
Roosda, A., A. Ismail, W. Chandria, and A. Karuniawan. 2010. Evaluation and selection of
F1 clones of sweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam) var. Japan in Jatinangor. [in
Bahasa Indonesia with an English. In Proceeding on a National Seminar “Perhimpunan
Hortikultura Indonesia” (PERHORTI), in cooperation with Center for Horticultural
Crops, University of Udayana Bali 25-26 November 2010. Denpasar, Bali
Suda, I., T. Oki, M. Masuda, M. Kobayashi, Y. Nishiba, and S. Furuta. 2003. Physiological
functionality of purple-fleshed sweet potatoes containing anthocyanins and their
utilization in foods. JARQ 37(3): 167 – 173Available at http://www.jircas.affrc.go.jp.
Thoyib, M. 2007. Model pembelajaran partisipatif.Website.Departemen Sosial RI.
http://www.mirror.depsos.go.id/, Di akses, 5 Agustus 2015.
Truong, V.-D.and R.Y. Avula. 2010. Sweet Potato Purees ad Powders For Functional Food
and Ingredients. Nova Science Publishers, Inc., New York.
Woolfe (1992). Sweet potato: An Untapped Food Resource. Cambridge University Press,
Cambridge.
Zhang Z, Wheatlet CC, Corke H. 2002. Biochemical changes during storage of sweet potato
roots differing in dry matter content. Journal of Postharvest Biology and Technology.
24(3): 317-325
Zuraida N, Supariati Y. 2001. Usaha tani Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan Alternatif dan
Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buletin Agrobio. 4(1): 13-23.
22
Gambar 1. Pengolahan Lahan untuk persiapan tanam di Kabupaten Bogor
Gambar 2. Pertumbuhan Ubijalar umur 1 bulan
23
Gambar 3. Pemupukan pada umur 2 bulan setelah tanam
Gambar 4. Pengambilan stek untuk penanaman musim ke 2
24
Gambar 5. Panen 4 bulan setelah tanam
Gambar 6. Panen dan pembongkaran tanaman
25
Gambar 7. Panen Varietas Biang
Gambar 8. Panen Ubi
26
Gambar 9. Pengolahan lahan Persiapan tanam Ubijalar di Cikadu
Gambar 10 lahan telah diolah di Kecamatan Cikadu Cianjur
27
Gambar 11. Pembuatan lubang tanam
Gambar 12. Persiapan Penenaman
28
Gambar 13. Penanaman 16 Varietas Ubijalar Unngul
Baru UNPAD di Cikadu
Gambar 14. Kondisi lahan setelah
penanaman di Cikadu
29
Gambar. 15. Kondisi pertanaman sehari setelah tanam
Gambar 16. Pertanaman Ubijalar pada usia 2 bulan setelah tanam
30
Gambar 17. Pertumbuhan Ubijalar yang cukup baik. Pada umur 2 bulan setelah tanam
Gambar 18. Pertumbuhan ubijalar pada umur 3 bulan setelah tanam