Berita Acara Sidang 003-080
-
Upload
amaliah-annisa -
Category
Documents
-
view
49 -
download
3
description
Transcript of Berita Acara Sidang 003-080
BAB I
PEMBAHASAN UMUM
1.1 Pendahuluan
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang telah melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Salah satu wujud pembangunan itu adalah
pembangunan industri Kimia di Indonesia. Industri kimia belakangan ini terus
berkembang secara terintegrasi. Perkembangan industri hilir dan juga industri
bahan setengah jadi yang pesat selama ini, merupakan pendorong dibangunnya
industri-industri hulu. Dengan kata lain, kebutuhan bahan baku atau penyedia
bahan baku dalam sektor industri saling terkait. Oleh karena itu, pembangunan
industri kimia haruslah seimbang antara industri hulu yang merupakan penyedia
bahan baku, dengan industri hilir yang akan memproses bahan baku tersebut
menjadi produk.
Metil Metakrilat merupakan bahan baku penting yang akhir-akhir ini
banyak sekali dibutuhkan di beberapa negara tak terkecuali Indonesia karena
perannya yang bisa diaplikasikan ke berbagai tujuan. Aplikasi utama metil
metakrilat adalah sebagai pengganti kaca dan produksi plastik akrilik, yang
digunakan dalam konstruksi, otomotif, sebagai resin dalam pembuatan botol, dan
dari segi kedokteran untuk memperkuat perekat gigi serta bedah implan.
Namun, hingga saat ini tidak ada satupun pabrik metil metakrilat di
Indonesia, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya Indonesia mengimpor dari
negara lain. Hingga tahun 2013 jumlah metil metakrilat yang diimpor mengalami
kenaikan tiap tahunnya. Oleh karena itu, pra rencana pendirian pabrik metil
metakrilat dipandang perlu untuk memenuhi kebutuhan metil metakrilat di
Indonesia dan diharapkan dapat memberikan devisa bagi negara, menambah
lapangan pekerjaan dan mengurangi ketergantungan terhadap produk negara lain.
1.2 Sejarah dan Perkembangannya
Pada awalnya ester metil metakrilat dihasilkan dari reaksi antara asam dan
metakrilat metanol. Asam akrilik pertama diciptakan pada 1843. Kemudian dari
1
asam akrilik, asam metakrilat dirumuskan pada tahun 1865. Pada tahun 1877 ahli
kimia Jerman Wilhelm Rudolph Fittig menemukan proses polimerisasi yang
mengubah metil metakrilat ke polimetil metakrilat. Bahan ini dikembangkan pada
tahun 1928 di berbagai laboratorium dan dibawa ke pasaran oleh Rohm and Haas
Company pada tahun 1933. Pada tahun ini nama merek "kaca" telah dipatenkan
dan didaftarkan. Pada tahun 1936 ICI akrilik (sekarang Lucite International)
memulai produksi komersial pertama dari kaca pengaman akrilik. Selama Perang
Dunia II baik Sekutu dan pasukan Axis menggunakan kaca akrilik untuk periskop
kapal selam dan kaca depan pesawat, kanopi, dan pistol menara.
Berdasarkan USITC (United States International Trade Commission),
Cyro Industries, DuPont Company, dan Rohm & Haas Company adalah produsen
utama metil metakrilat di Amerika Serikat pada tahun 1992. Pada tahun 1992,
produksi metil metakrilat diperkirakan 547,824 ton. Amerika Serikat mengimpor
£ 10.000.000 dan mengekspor £ 120,000,000 metil metakrilat pada tahun 1992.
Hingga saat ini perkembangan metil metakrilat sangat signifikan karena
fungsinya yang dapat daplikasikan di banyak bidang. Metil metakrilat merupakan
bahan baku untuk pembuatan metakrilat lainnya. Turunannya ini meliputi etil
metakrilat (EMA), butil metakrilat (BMA) dan 2-etil heksil metakrilat (2-EHMA).
Namun, aplikasi utama dari metil metakrilat adalah pembuatan polimetil
metakrilat (PMMA). Poli metil metakrilat (PMMA) merupakan senyawa
homopolimer yang dibentuk dari reaksi polimerisasi adisi senyawa metil
metakrilat. Senyawa ini juga dikenal dengan nama dagang flexiglass (gelas yang
fleksibel).
PMMA berupa plastik bening, keras dan kuat, namun ringan dan fleksibel.
Pemanfaatannya sebagai bahan pencampur gelas dan pencampur logam, dan yang
paling mudah kita amati adalah digunakan untuk lampu belakang mobil ataupun
kaca jendela pesawat terbang. Polimetil metakrilat (Polymethyl methacrylate) atau
poli (metil 2-metilpropenoat) adalah polimer sintetis dari metil metakrilat. Bahan
yang bersifat thermoplastis (mencair bila dipanasi) dan transparan ini dijual
dengan merek dagang Plexiglas, Vitroflex, Perspex, Limacryl, Acrylite,
Acrylplast, Altuglas, dan Lucite serta pada umumnya disebut dengan 'kaca akrilik'
2
atau sekedar 'akrilik'. Metil metakrilat juga digunakan untuk produksi co-polymer
metil metakrilat-butadiena-stirena (MBS), digunakan sebagai pengubah
untuk PVC. Digunakan sebagai "nat" oleh ahli bedah ortopedi untuk membuat
sisipan tulang untuk memperbaiki tulang
1.3 Macam-macam Proses Pembuatan
1.3.1 Proses Acetone Cyanohydrin
Pada proses pembuatan metil metakrilat dengan metode Acetone
Cyanohydrin, Aseton direaksikan dengan Hidrogen Sianida untuk
membentuk Aseton Cyanohydrin. Cyanohydrin di hidrolisis dan di
dehidrasi dengan berbagai senyawa, biasanya Asam sulfur, dan
direaksikan dengan methanol atau turunan methanol untuk membentuk
Metil Metakrilat (MMA)
1.3.2 Proses oksidasi Isobutilen
Pada proses oksidasi Isobutilen, isobutilen ( atau t-butil alcohol )
dioksidasi pada fase uap untuk membentuk Metakrolein dan selanjutnya
dioksidasi menjadi asam metakrilat, juga dalam oksidasi fase uap. Asam
Metakrilat selanjutnya diesterifikasi dengan methanol untuk membentuk
MMA.
1.3.3 Proses Oxidative Esterification
Modifikasi terhadap Proses Oksidasi Isobutilen, dua tahap terakhir
digabungkan, yaitu oksidasi metakrolein dan esterifikasi dengan methanol
dilakukan di reaktor yang sama, reaksi ini dikenal dengan Oxidative
Esterification. Tidak hanya ini saja improvisasi pengurangan reaksi dan
peralatan purifikasi dengan langkah yang digabung, secara spesifik
langkah oksidasi metakrolein ke asam metakrilat dihilangkan, yang
merupakan berbagai tantangan pabrikasi katalis dan performa.
1.3.4 Propionaldehid Formylation
Pada proses propionaldehid formylation, etilene pertama kali di
hydroformylated dengan CO dan Hidrogen untuk membentuk
3
Propionaldehid. Selanjutnya, Propionaldehid direaksikan dengan
formaldehid pada kondensasi aldol untuk membentuk metakrolein.
Metakrolein dioksidasi menjadi Aam metkrilat, pada proses fase liquid.
Terakhir, Asam metakrilat diesterifikasi dengan methanol untuk
membentuk MMA.
1.3.5 Propionic Acid Formylation
Pada Proses Propionic Acid Formylation, etilene pertama kali di
karbonilasi untuk membentuk asam propionate. Asam Propionat kemudian
direaksikan dengan formaldehid untuk membentuk Asam metakrilat.
Kemudian Asam metakrilat diesterifikasi dengan methanol untuk
membentuk MMA.
1.3.6 Metil Propionat Formylation
Pada proses Metil Propionat Formylation, Etilene di Karbonilasi dengan
methanol untuk membentuk Metil Propionat. Metil Propionat kemudian
direaksikan dengan formaldehid utnuk membentuk MMA.
1.4 Sifat-sifat Fisik dan Kimia
1. Propionaldehida
Rumus Molekul : C3H6O
Berat Molekul : 58,0791 Kg/Kmol
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna
Titik Didih : 48 0C
Titik Beku : -103,15 0C
Densitas likuid : 791.1983 Kg/m3 (250C)
Viskositas : 0.3174 cP (250C)
Temperatur Kritis : 231,25 oC
Tekanan Kritis : 48,5567 atm
Spesific gravity : 0,809995(250C)
Hazard : Mudah Terbakar dan bersifat iritasi
4
2. Formaldehida (37 %)
Rumus Molekul : CH2O
Berat Molekul : 30,026 Kg/Kmol
Wujud : Cair
Titik Beku : -92 oC
Titik Didih : 90 oC
Densitas likuid : 906.2793 Kg/m3 (250C)
Viskositas : 0.6598 cP (250C)
Temperatur Kritis : 134,85 oC
Tekanan Kritis : 64,9998 atm
Spesific gravity : 0.756386 (250C)
3. Metakrolein
Rumus Molekul : C4H6O
Berat Molekul : 70,091 Kg/Kmol
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna
Titik Beku : -81oC
Titik Didih : 68 oC
Densitas likuid : 832.1710 Kg/m3
Viskositas : 0.4389 cP (250C)
Temperatur Kritis : 256,85 oC
Tekanan Kritis : 41,9443 atm
Spesific gravity : 0.756386 (250C)
Hazard : Mudah Terbakar
4. Metanol
Rumus Molekul : CH3OH
Berat Molekul : 32,042 Kg/Kmol
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna
Titik Beku : -97,68oC
5
Titik Didih : 64,7 oC
Densitas likuid : 789.5790 Kg/m3
Viskositas : 0.5380 cP (250C)
Temperatur Kritis : 239,49 oC
Tekanan Kritis : 79,9112 atm
Spesific gravity : 0,8005 (250C)
Hazard : Mudah Terbakar dan beracun
5. Oksigen
Rumus molekul : O2
Berat molekul : 32 kg/koml
Wujud : Gas
Warna : Tidak berwarna
Titik didih : -183,0oC
Titik leleh : -218,4oC
Temperatur kritis : 154,77 K
Tekanan kritis : 50,8 bar
Densitas pada 25 oC : 49,7 Kg/m3
Panas Penguapan : 6,82KJ/mol
6. Metil Metakrilat
Rumus Molekul : C5H8O2
Berat Molekul : 100,117 Kg/Kmol
Wujud : Cair
Warna : Tidak berwarna
Titik Beku : -48,2 oC
Titik Didih : 100.3 oC
Densitas likuid : 937.0287 Kg/m3
Viskositas : 0.5439 cP (250C)
Temperatur Kritis : 290,85 oC
Tekanan Kritis : 36,3188 atm
Spesific gravity : 0,9476 (250C)
6
Hazard : Mudah Terbakar
7. Asam Asetat
Rumus Molekul : CH3COOH
Berat Molekul : 60,053 Kg/Kmol
Wujud : Cair
Titik Beku : 16,66 0C
Titik Didih : 117,9 0C
Densitas likuid : 937.0287 Kg/m3 (250C)
Viskositas : 0.5439 cP (250C)
Temperatur Kritis : 318.8 oC
Tekanan Kritis : 57.10339 atm
Spesific gravity : 0,9476 (250C)
Hazard : Korosif
8. Dibutil Amina
Rumus Molekul : C8H19N
Berat Molekul : 129,246 Kg/Kmol
Wujud : Liquid
Warna : Tidak berwarna
Titik Leleh : -62 oC
Titik Didih : 158,85 oC
Densitas likuid : 937.0287 Kg/m3 (250C)
Viskositas : 0.5439 cP (250C)
Temperatur Kritis : 334,35 oC
Tekanan Kritis : 30,6933 atm
Spesific gravity : 0,9476 (250C)
Hazard : Mudah Terbakar dan Beracun
9. Air
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,016
Wujud : Liquid
7
Warna : Tidak berwarna
Titik didih : 100oC
Titik leleh : 0oC
Temperatur kritis : 374,15 K
Tekanan kritis : 218,4 bar
Densitas pada 20 oC : 0,998 g/cm3
Specific grafity : 1,000
10. Palladium
Rumus Molekul : Pd
Berat Molekul : 106,42 gr/mol
Wujud : Padat
Warna : Putih Perak
Titik Leleh : 1.554,9 oC
Titik Didih : 2.963 oC
Densitas : 12,023 g/cm3
11. Timbal
Rumus Molekul : Pb
Berat Molekul : 207,2 gr/mol
Wujud : Padat
Warna : Abu-abu metalik
Titik Leleh : 327,46 oC
Titik Didih : 1.749 oC
Densitas : 11,34 g/cm3
Hazard : Beracun
12. Magnesium
Rumus Molekul : Mg
Berat Molekul : 24,305 gr/mol
Wujud : Padat
Warna : Abu-abu
Titik Leleh : 650 oC
8
Titik Didih : 1.091 oC
Densitas : 1,738 g/cm3
13. Aluminium Oksida
Rumus Molekul : Al2O3
Berat Molekul : 101,96 gr/mol
Wujud : Padat
Warna : Putih
Titik Leleh : 2,072 oC
Titik Didih : 2,977 oC
Densitas : 3,95 g/cm3
(sumber: Physical and Chemical Data, Perry’s 7th edition, page 2-39 and
Properties Component of ChemCAD 6.1.4)
BAB II
9
PERENCANAAN PABRIK
2.1 Pemilihan Proses
Dari proses yang terdapat pada pra rencana pabrik pembuatan Metil
Metakrilat yang dipilih dari U.S.Patent No. US 2014/0206897 A1, 24 Juli 2014,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahan baku berupa propionaldehida dan Fomaledehida yang mudah
didapat dan tersedia dalam jumlah yang memadai di Indonesia.
2. Secara ekonomi proses yang dipilih dalam pembuatan MMA ini relatif
murah dan hemat jika dibandingkan dengan proses pembuatan MMA
lainnya.
3. Proses yang dipilih tidak menyebabkan polusi dan ramah terhadap
lingkungan.
2.2 Pemilihan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada pabrik pembuatan Metil Metakrilat ini
adalah Propionaldehida, Formaldehida, Metanol, dan Udara. Pemilihan bahan
baku tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Propionaldehida dapat diperoleh dari Eastman Chemical Pte Ltd di
Singapura.
2. Formaldehida didapat dari PT. Dover Chemical di Merak Banten.
3. Metanol didapat dari PT. Kaltim Metanol Industri di Kalimantan Timur.
4. Udara digunakan sebagai bahan baku pada proses oksidatif esterifikasi
diambil dari lingkungan pabrik.
5. Harga bahan baku dan biaya transportasinya masih dalam harga wajar
terkait lokasinya yang berdekatan dengan lokasi pabrik MMA. Didukung
juga dengan sarana transportasi yang memadai untuk menghemat waktu
perjalanannya.
2.3 Uraian Proses
10
2.3.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku Propionaldehida dari Storage Tank-01 (ST-01) dialirkan
menuju Mix Point (MP-01) bersama dua jenis katalis yaitu Asam Asetat dari
Storage Tank-03 (ST-03) dan Dibutilamina dari Storage Tank-04 (ST-04), serta
aliran Recycle dari Decanter-01 (DC-01) dan Decanter-02 (DC-02). Semua
campuran yang keluar dari Mix Point (MP-01) diatur laju alirnya agar rasio mol
bahan baku dan katalis tetap terjaga karena adanya aliran recycle, Selanjutnya
campuran dipanaskan oleh Heater-01 (H-01) sampai temperatur 80 oC, sebelum
masuk ke Reaktor-01 (R-01).
2.3.2 Proses Formilasi Propionaldehida
Aliran dari Mix Point (MP-01) dengan rasio mol yang telah diatur masuk
ke Reaktor-01 (R-01). Bahan baku kedua yaitu Formaldehida dari Storage Tank-
02 (ST-02) langsung dipompakan ke Reaktor-01 (R-01) sesuai dengan rasio mol
yang ditetapkan. Reaktor-01 (R-01) merupakan reaktor STR (stirred tank reactor)
terdiri dari dua (2) unit yang bekerja secara parallel sehingga reaksi dapat berjalan
secara kontinyu.
Reaksi antara Formaldehida dan Propionaldehida adalah reaksi adisi untuk
menghasilkan Metakrolein.
C3H6O + CHOH C4H6O + H2O
(Propionaldehida) (Formaldehida) (Metakrolein) (Air)
Gambar 2.1. Reaksi Formilasi Propionaldehida
Reaksi berlangsung selama 1 jam, pada temperatur 80 oC dan tekanan 2,5 atm
2.3.3 Proses Pemurnian Metakrolein
Produk keluaran Reaktor-01 (R-01) mengandung Metakrolein, reaktan tak
bereaksi dan air, kandungan air yaitu sekitar 47 % sehingga harus dipisahkan.
Keluaran Reaktor-01 (R-01) akan dipompakan ke Heater-02 (H-02) dan Kolom
Distilasi-01 (KD-01). Aliran masuk KD-01 pada temperatur 85,7 oC pada tekanan
1,8 atm. Kolom Distilasi-01 (KD-01) memisahkan Produk dari reaktan tak
bereaksi dan air. Aliran top KD-01 keluar Metakrolein, air, katalis, dan
propionaldehida, sedangkan dari bottom KD-01 keluar air dan Formaldehida.
11
Produk bottom KD-01 keluar dari Reboiler-01 Pada suhu 120 oC dan tekanan 2,1
atm kemudian dipompakan menuju Flash Distillation-01 (FD-01), sebelum masuk
ke FD-01 tekanan aliran diturunkan menjadi 1,8 atm agar kesetimbangan uap cair
berubah sehingga air dan formaldehida dapat dipisahkan, air akan mengalir ke
bottom FD-01, sedangkan formaldehida dengan konsentrasi 37 % akan ke top FD-
01. Aliran top FD-01 akan masuk ke Condensor-04 (CD-04) untuk dialirkan ke
storage tank-02 (ST-02).
Metakrolein dari top KD-01dialirkan menuju Cooler-01 ( C-01) sampai
temperatur 25 oC. Dekanter-01 (DC-01) akan memisahkan produk berdasarkan
kelarutan terhadap air dan perbedaan densitas. Fase berat dari DC-01 akan
direcycle menuju MP-01, sedangkan fase ringan akan menuju Heater-03 (H-03)
dan Kolom Distilasi-02 (KD-02). Aliran top KD-02 yaitu Propionaldehida
dialirkan ke MP-03 untuk direcycle ke MP-01, sedangkan aliran bottom KD-02
akan dialirkan ke Dekanter-02 (DC-02) Aliran masuk DC-02 yaitu Dibutilamina
dan Metakrolein yang tidak saling larut sehingga mudah dipisahkan. Dibutilamina
sebagai fase ringan dialirkan ke MP-0, sedangkan Metakrolein dipompakan ke
MP-02.
2.3.4 Proses Esterifikasi Oksidatif
Aliran metanol dari storage tank-05 (ST-05) dialirkan ke MP-02 bersama
Metakrolein, lalu dialirkan ke Heater-04 (H-04) lalu dialirkan ke Reaktor-02.
Reaktor-02 (R-02) adalah reaktor STR (stirred tank reactor) dilengkapi dengan
gas distributor (sparger). Blower-01 (BL-01) mengalirkan udara ke dalam
reaktor dan didistribusikan menggunakan sparger yang dipasang didasar reaktor.
Reaksi esterifikasi oksidatif ini berlangsung selama 55 menit, temperatur 50oC
dan tekanan 1 atm dengan konversi sebesar 93,7 % , sehingga diperlukan 2 unit
reaktor yang bekerja secara parallel agar proses berjalan kontinyu. Reaksi
Esterifikasi Oksidatif yaitu :
C4H6O + CH3OH +1/2 O2 C5H8O2 + H2O
Gambar 2.2. Reaksi Esterifikasi Oksidatif Metakrolein
2.3.5 Proses Pemurnian Metil Metakrilat
12
Reaksi esterifikasi oksidatif metakrolein menggunakan katalis padat
berupa fine powder, katalis tersebut akan terikut keluar bersama produk dari
Reaktor-02, sehingga untuk memisahkan katalis tersebut, produk Reaktor-02
dialirkan menuju Filter-01 sehingga katalis dapat dipisahkan dan diregenerasi.
Katalis Pd5Pb5Mg2/Al2O3 yang terikut keluar dari Reaktor-02 harus di make up
agar massa katalis di dalam Reaktor-02 tidak berkurang.
Produk yang dipisahkan dari katalis, dipompakan ke Heater-05 (H-05)
sebelum masuk ke Kolom Distilasi-03 (KD-03). Produk dipanaskan sampai
temperatur 123,6 oC dan tekana 1,4 atm. Dari Kolom Distilasi-03 (KD-03), aliran
top KD-03 yaitu metanol, metakrolein dan sedikit air dipompakan kembali
menuju MP-02 untuk direaksikan kembali. Aliran bottom KD-03 yaitu Metil
Metakrilat, sedikit metanol dan metakrolein serta air dipompakan dan didinginkan
di Cooler-03 (C-03) sampai temperatur 30 oC dan dialirkan ke Dekanter-03 (DC-
03). Senyawa metanol dan metakrolein akan terlarut dengan air sedangkan Metil
metakrilat bersifat tidak larut (insoluble) dalam air. Fase ringan yaitu Metil
Metakrilat akan dipompakan ke storage tank-06 (ST-06), sedangkan kandungan
air dan sedikit reaktan tak bereaksi akan dialirkan ke sistem utilitas.
BAB III
13
LOKASI DAN UTILITAS
3.1 Lokasi Pabrik
Lokasi suatu pabrik (plant site) merupakan hal penting dalam menentukan
kemajuan serta kelangsungan suatu industri pada saat ini dan pada masa yang
akan datang, karena berpengaruh terhadap faktor produksi, distribusi dan
eksistensi dari pabrik yang didirikan. Pemilihan lokasi pabrik dikelompokkan
berdasarkan beberapa alasan yaitu sumber bahan baku, pasar, transportasi,
ketersediaan tenaga kerja, iklim dan kebijakan pemerintah daerah setempat
(Petters & Timmerhaus, 1991). Berdasarkan faktor-faktor di atas, lokasi yang
dipilih untuk mendirikan pabrik ini adalah Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon,
Provinsi Banten.
3.2 Utilitas
Utilitas merupakan unit yang berperan dalam membantuk kelancaran dan
kelangsungan operasi pabrik yang akan didirikan. Berdasarkan perhitungan neraca
massa, neraca panas, dan perencanaan spesifikasi peralatan, maka dibutuhkan unit
utilitas untuk menyediakan dan mendistribusikan kebutuhan bahan penunjang
yaitu: air, steam, listrik, dan bahan bakar. Kebutuhan bahan penunjang yang harus
disediakan oleh unit utilitas secara kontinu demi kelangsungan operasi pabrik
dirincikan sebagai berikut :
1) Kebutuhan total air = 4.941,8707 kg/jam
2) Kebutuhan steam (180oC) = 26.003,9197 kg/jam
3) Kebutuhan Refrigeran (NH3) = 4.076,0767 kg/jam
4) Kebutuhan listrik = 423,2380 kW
5) Kebutuhan bahan bakar = 1.311,1100 liter/jam
BAB IV
14
ORGANISASI PERUSAHAAN DAN ANALISA EKONOMI
4.1 Organisasi Perusahaan
Pabrik pembuatan Metil Metakrilat (MMA) adalah Perseroan Terbatas
(PT), yaitu suatu bentuk usaha berbadan hukum yang dapat memiliki, mengatur,
dan mengolah kekayaannya sendiri, serta dapat mengumpulkan modal secara
efektif. Struktur organisasi berbentuk Line and staff, dipimpin oleh seorang
direktur utama, dibantu oleh 3(tiga) Direktur Operasional dan 7 (tujuh) kepala
bagian sehingga jumlah karyawan sebanyak 192 orang.
4.2 Analisa Ekonomi
Pabrik Metil Metakrilat (MMA) dinyatakan layak untuk didirikan
berdasarkan analisa ekonomi berikut :
a) Investasi = US $ 26.653.616,0400
b) Hasil penjualan per tahun = US $ 108.000.000,0000
c) Biaya produksi per tahun = US $ 70.090.676,6900
d) Laba bersih per tahun = US$ 24.641.060,1500
e) Pay Out time = 1,2 tahun
f) Rate of return on investment= 99,1000 %
g) Discounted Cash Flow –ROR = 88,8200 %
h) Break Even Point = 28,2457 %
i) Service Life = 11 tahun
BAB V
15
KESIMPULAN
Dari hasil analisa dan perhitungan Pra Rencana Pabrik Metil Metakrilat
(MMA) dapat disimpulkan :
1. Pra Rencana pabrik pembuatan Metil Metakrilat (MMA) dengan kapasitas
36.000 ton/tahun direncanakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2. Dilihat dari faktor bahan baku, transportasi, pemasaran dan lingkungan,
pabrik Metil Metakrilat (MMA) didirikan di daerah Ciwandan – Cilegon ,
Banten.
3. Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas dengan struktur organisasi line
and staff, dimana pelaksana harian dipimpin oleh direktur utama dengan
karyawan pabrik sebanyak 192 orang.
4. Berdasarkan hasil analisa ekonomi, maka pabrik Metil Metakrilat (MMA)
dinyatakan layak untuk didirikan. Dengan berdasarkan analisa ekonomi
berikut :
j) Investasi = US $ 23.677.128,1500
k) Hasil penjualan per tahun = US $ 93.600.000,0000
l) Biaya produksi per tahun = US $ 70.090.676,6900
m)Laba bersih per tahun = US $ 15.281.060,1500
n) Pay Out time = 2,4 tahun
o) Rate of return on investment = 64,5400 %
p) Discounted Cash Flow –ROR = 88,8200 %
q) Break Even Point = 38,8300 %
r) Service Life = 11 tahun
16