Berbagai jenis teks

53
BERBAGAI JENIS TEKS Dr. Tri Wiratno, M.A. Universitas Sebelas Maret [email protected] Teks Faktual versus Fiksional Teks Makro versus Mikro

Transcript of Berbagai jenis teks

BERBAGAI JENIS TEKS

Dr. Tri Wiratno, M.A.Universitas Sebelas Maret

[email protected]

Teks Faktual versus FiksionalTeks Makro versus Mikro

1. Teks: Jenis dan Karakteristiknya

Definisi Teks:

Bahasa yang sedang menjalankan fungsinya (Hasan, 1989)

satuan bahasa yang dimediakan secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna dalam konteks tertentu pula (Wiratno, 2003)

Karakteristik Teks secara Umum:

Teks merupakan satuan bahasa; Teks dapat dimediakan secara tulis atau lisan; Teks ditata menurut struktur teks; Teks mengungkapkan makna secara

kontekstual (untuk yang faktual), sedangkan untuk teks yang nonfaktual makna direkontekstualisasikan;

Teks bersifat fungsional: teks mempunyai fungsi sosial atau tujuan sosial.

Teks, wacana, genre:

Teks dan wacana merupakan satu fenomena yang dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda;

Teks – instantiasi (perwujudan, bentuk fisik);wacana – makna yang terungkap dari bentuk.

Genre dalam arti sempit adalah jenis teks; dalam arti luas, genre adalah proses sosial yang melatarbelakangi lahirnya teks.

Teks dimaknai melalui konteks sosial dan konteks budaya.

2. Jenis-jenis TeksMenurut konteks:

Faktual: deskripsi, laporan, rekon, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi

Nonfaktual: rekon, anekdot, eksemplum, dan naratif

Menurut hubungan logis pada genre:

Teks sederhana (tunggal) – genre mikro Teks kompleks (majemuk) – genre makro

(Martin, 1985; Martin & Rose, 2008)

Genre mikro adalah genre tunggal yang berdiri sendiri sesuai dengan jenis-jenis teks di atas.

Genre makro adalah genre kompleks atau teks

majemuk, yaitu teks yang berwujud dalam campuran dari berbagai jenis teks.

Contoh genre makro: negosiasi, editorial, iklan, brosur, surat, proposal, artikel ilmiah, dan pidato.

Di dalam genre makro mungkin ditemukan satu atau beberapa genre mikro sebagai subgenre.

3. Karakteristik Teks secara Khusus 3.1 Faktual

Laporan

= Struktur teks: Pernyataan Umum ^ Klasifikasi= Umum, universal= Hubungan semantis: hiponimi, kohiponimi, yang menunjukkan

hubungan kelas dan subkelas= Kelompok nomina: Inti (Benda) ^ Penjelas (Penjenis)= Verba material dan relasional= Konjungsi aditif= Partisipan umum bukan manusia

Contoh: Bunga

Pernyataan UmumSemua tanaman bunga terdiri atas empat organ penting: batang, akar,

daun, dan bunga.

KlasifikasiBatang merupakan bagian terpenting pada tanaman bunga, baik pada

tanaman keras maupun pada tanaman perdu. Akar berada di bagian bawah batang dan biasanya tumbuh di bawah tanah. Sebagian tanaman bunga mempunyai akar tunjang, dan sebagian yang lain mempunyai akar serabut. Daun melekat di ranting-ranting di samping batang. Sebagian tanaman berdaun panjang dan tipis, sedangkan sebagian yang lain tebal dan bulat. Ada daun tunggal, ada pula daun bercabang. Bunga terletak di ujung ranting. Bunga mengandung organ reproduksi. Pada sebagian besar tanaman, dalam satu bunga terdapat organ betina dan organ jantan. Dalam tanaman yang lain organ betina dan organ jantan ditemukan pada bunga yang berbeda.

Deskripsi

= Struktur teks: Pernyataan Umum ^ Bagian yang Dideskripsikan

= Unik, individual= Hubungan semantis: meronimi, komeronimi, yang

menunjukkan hubungan keseluruhan dan bagian-bagian

= Kelompok nomina: Inti (Benda) ^ Penjelas (Pendeskripsi)

= Verba material dan relasional= Konjungsi aditif= Partisipan umum bukan manusia

Contoh: Ruang Belajarku

Pernyataan UmumRuang belajar adalah ruang pribadi, dan demikian pula milikku. Hanya

aku sendiri yang menggunakan ruang itu.

Bagian yang DideskripsikanRuang belajarku luas, berukuran 4 meter x 4 meter. Lantainya bersih,

terbuat dari keramik. Dindingnya dicat biru, dan langit-langitnya dicat putih.

Di siang hari, kamarku terang. Jendela dan pintunya menghadap ke kebun. Udara segar langsung mengalir ke dalam. Suasananya selalu sejuk, dan nyaman untuk belajar berlama-lama.

Di malam hari, ruang belajarku tetap nyaman dan terang. Lampu 80 watt yang tergantung di langit-langit itu cukup dapat menerangi setiap sudut ruang. Ruang belajar yang nyaman merupakan surga bagiku.

Rekon

= Struktur teks: Orientasi ^ Urutan Peristiwa ^ Reorientasi

= Peristiwa lampau dengan keterangan waktu lampau= Verba material (dengan sedikit mental)= Konjungsi: ketika, sebelum, sesudah, setelah itu,

sebelum itu, dst. digunakan untuk menata urutan peristiwa

= Partisipan umum manusia= Partisipan berbagi pengalaman dengan orang lain

Contoh: Berpariwisata ke Parang Tritis

OrientasiMinggu lalu, saya dan keluarga saya berpariwisata ke Parang Tritis.

Parang Tritis adalah pantai di Samodra Indonesia yang terletak di DIY.

Urutan PeristiwaPagi-pagi betul, kami semua telah dibangunkan. Sebelum berangkat,

ibu mempersiapkan makanan untuk bekal, ayah memanasi mobil, saya dan adik saya menyiapkan kebutuhan kami masing-masing.

Di Parang Tritis, kami bermain-main di hamparan pasir. Kami berkejar-kejaran. Kemudian, kami bermain layang-lanyang. Setelah itu, kami naik kuda, mengelilingi pantai. Begitu matahari condong ke barat, kami semua lelah. Tiba saatnya kami membuka bekal dan makan bersama.

ReorientasiMeskipun lelah, kami semua merasa berbahagia.

Prosedur

= Struktur teks: Tujuan ^ Langkah-langkah,= Verba material,= Imperatif untuk memberikan perintah atau arahan kepada mitra bicara/pembaca (Kamu, Anda); atau bentuk pasif,= Konjungsi seperti pertama, kedua, sebelum, dan

sesudah untuk mengatur urutan langkah yang tidak dapat dibalik-balik,= Partisipan manusia.

Contoh: Cara Membuat Mi Instan

TujuanCara memasak mi instan sangat sederhana. Langkah-langkah1. Rebus air sampai mendidih.2. Masukkan mi ke dalam air mendidik itu, dan tunggulah selama 3

menit.3. Sambil menunggu, siapkan di dalam mangkok campuran bumbu,

minyak bumbu, dan bubuk cabe.4. Tuangkan mi yang sudah masak itu ke dalam mangkok, dan

aduklah sampai campuran bumbu rata.5. Mi instan siap disajikan.

Eksplanasi

= Struktur teks: Pernyataan Umum ^ Urutan Sebab- akibat,

= Verba material dan relasional,= Bentuk aktif pada eksplanasi yang alami; bentuk aktif pada eksplanasi rekayasa manusia, = Konjungsi temporal dan kausal, seperti ketika, setelah, asalkan, karena, sehingga, dan oleh sebab itu untuk menerangkan hubungan sebab-akibat, = Verba tertentu untuk menyatakan sebab-akibat,

seperti menyebabkan, mengakibatkan, membuat, atau menghasilkan.

Contoh: Bagaimana Binatang Dapat Punah?

Pernyataan Umum Binatang tertentu menjadi langka dan terancam punah sebagai akibat

dari perubahan kondisi alam, perilaku binatang pemangsa, dan perburuan yang dilakukan oleh manusia.

Urutan Sebab-Akibat Pertumbuhan penduduk di bumi ini menimbulkan bertambahnya

permukiman, pabrik, perkantoran, dan lain-lain. Pembangunan permukiman, pabrik, dan perkantoran itu dilakukan dengan memanfaatkan wilayah hutan tempat berbagai jenis binatang hidup. Ketika hutan dirusak untuk tujuan-tujuan tersebut, habitat atau wilayah tempat binatang-binatang itu hidup akan berkurang. Hal itu menyebabkan ketersediaan pangan untuk binatang-binatang itu berkurang. Perubahan kondisi alam yang demikian itu menyebabkan kepunahan beberapa spesies binatang yang hidup di hutan tersebut.

Urutan Sebab-Akibat Binatang pemangsa atau predator juga dapat mengurangi jumlah spesies

binatang tertentu. Jumlah binatang terus berkurang karena binatang ter-tentu memangsa binatang yang lain. Dalam habitat yang terus menyempit, persaingan hidup di antara berbagai jenis binatang menjadi makin ketat. Binatang yang lemah menjadi mangsa binatang yang lebih kuat. Karena hewan tertentu memangsa binatang yang lain, jumlah binatang yang dimangsa menjadi terus-menerus berkurang hingga akhirnya punah.

 Urutan Sebab-Akibat Manusia ikut menyumbang kepunahan binatang karena manusia memburu jenis

binatang tertentu tanpa kendali. Perburuan dilakukan untuk mendapatkan daging untuk dimakan oleh manusia atau untuk tujuan perdagangan binatang secara tidak sah atau untuk dibunuh agar bagian tubuhnya dapat dijual dengan harga mahal. Misalnya, gajah diburu untuk diambil gadingnya, harimau diburu untuk diambil kulitnya, kura-kura diburu untuk diambil cangkangnya. Jumlah binatang itu terus berkurang. Perburuan binatang secara tidak terkendali dapat menyebabkan jenis binatang tertentu punah.

(Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 174-175)

Eksposisi

= Struktur teks: Pernyataan Pendapat ^ Argumentasi ^ Pernyataan Ulang Pendapat, = Argumentasi satu sisi, = Verba material, relasional, dan mental, = konjungsi pertama, kedua, dan selanjutnya untuk menata gagasan (tidak harus urut); atau konjungsi bahkan, juga, sebagai contoh, misalnya, dan dengan demikian untuk memperkuat gagasan; atau kelompok kata yang bermakna konjungtif, seperti kenyataan bahwa, diketahui bahwa, dan dapat digarisbawahi bahwa, = kata ganti persona saya, kami, atau kita untuk menyatakan klaim pendapat atau keberpihakan, = modalitas akan, pasti, harus, dan tentu sebagai kata- kata pemagar.

Contoh: Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai Pendidikan Formal yang TinggiPernyataan PendapatSudah diketahui oleh semua orang bahwa pendidikan formal itu

penting. Akan tetapi, apakah seseorang akan menjadi pemimpin sosial atau pemimpin politik yang bagus pada kemudian hari tidak selalu ditentukan oleh pendidikan formalnya. Diyakini bahwa pengalaman juga menjadi faktor penentu untuk menuju kesuksesan.

ArgumentasiBetul bahwa pendidikan formal memberikan banyak manfaat kepada

para calon pemimpin atau calon orang terkemuka, tetapi pelajaran yang mereka peroleh dari pendidikan formal tidak selalu dapat diterapkan di masyarakat tempat mereka menjadi pemimpin atau menjadi orang terkenal di kemudian hari. Kenyataan bahwa di sekolah dan di perguruan tinggi, orang hanya “mempelajari” teori, sedangkan di masyarakat, orang betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman. Pengalaman semacam inilah yang menghasilkan orang-orang terkemuka, termasuk pemimpin sosial dan politik. Orang-orang terkemuka dan pemimpin-pemimpin itu lahir dari hal-hal yang mereka pelajari di masyarakat.

Sekadar menyebut contoh orang terkemuka atau pemimpin sosial dan politik, kita dapat menunjuk beberapa nama. Almarhum Adam Malik, konon ia hanya menyelesaikan jenjang pendidikan dasar tertentu, diangkatmenjadi Wakil Presiden Indonesia bukan karena pendidikan formalnya, melainkan karena kapasitas yang ia dapatkan dari belajar secara otodidak. Almarhum Hamka adalah contoh pemimpin lain yang lahir dari caranya belajar sendiri. Ia juga menjadi pemimpin agama dan sastrawan terkenal sekaligus karena pengalaman belajar pribadinya, bukan karena pendidikan formalnya yang tinggi. Bahkan, Einstein tidak mempunyai reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli fisika yang sangat termasyhur di dunia.

Pernyataan Ulang PendapatDengan demikian, jelaslah bahwa melalui pendidikan formal orang hanya

mempelajari cara belajar, bukan cara menjalani hidup. Meskipun pendidikan formal diperlukan, pendidikan formal bukan satu-satunya jalan yang dapat ditempuh oleh setiap orang untuk menuju ke puncak kesuksesannya.

 (Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 61—62; Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 103-104)

Diskusi

= struktur teks: Isu ^ Argumentasi Mendukung ^ Argumentasi Menentang ^ Simpulan/Rekomendasi, = Verba material, relasional, dan mental secara proporsional, = konjungsi yang menunjukkan kontras, seperti tetapi, namun, namun demikian, di pihak lain, dan sebaliknya untuk mempertentangkan dua gagasan yang berlawanan yang mewakili masing-masing sudut pandang, = modalitas untuk membangun opini atau rekomendasi.

Contoh: Pro dan Kontra Penggunaan Energi Nuklir

IsuEnergi nuklir pada umumnya ditawarkan sebagai alternatif untuk

mengatasi krisis energi. Debat apakah penggunaan energi nuklir adalah pilhan yang tepat belum berakhir. Sejumlah orang setuju dengan penggunaan nuklir karena manfaatnya. Namun demikian, sejumlah orang yang lain tidak setuju karena resikonya terhadap lingkungan terlalu besar.

Argumentasi MendukungOrang-orang yang setuju dengan pengoperasian rektor nuklir biasanya

berargumentasi bahwa energi yang diproduksi dari reaktor nuklir dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Reaktor tersebut dapat memproduksi radioisotop yang dimanfaatkan di bidang medis, industri, dan pertanian. Mereka juga mengklain bahwa energi nuklir adalah satu-satunua pilihan yang layak untuk menjawab kebutuhan energi yang terus-menerus bertambah. Menurut mereka, sumber-sumber energi yang lain: minyak, batubara, dan gas alam cair tidak terbarukan dan tidak aman, sedangkan energi nuklir dapat diproduksi secara berkelanjutan dengan cara yang aman.

Sejumlah pejabat pemerintah juga mengemukakan bahwa energi jenis ini adalah energi yang paling aman dalam kaitannya dengan lingkungan dibandingkan dengan energi yang takterbarukan yang disebutkan di atas. Mereka mengklaim bahwa reaktor tersebut beroperasi atas basis dengan kebocoran nol, yang berarti bahwa materi sisa diproses sehingga tidak ada sisa yang dibuang ke lingkungan. Selain itu, mereka yakin, energi nuklir tidak akan pernah menyebabkan polusi, tetapi energi yang lain, khususnya minyak dan batubara, betul-betul menyebabkan polusi.

 Argumentasi MenentangNamun demikian, orang-orang yang tidak setuju dengan penggunaan

energi nuklir, di pihak lain, terus-menerus mengkritik bahwa memilihnya sebagai alternatif yang paling bagus untuk mengatasi kebutuhan energi yang terus bertambah adalah bodoh. Kebodohan itu dapat dilihat dari pertanyaan mengapa mereka tertarik kepada tenaga nuklir pada saat masih terdapat berlimpahnya sumber-sumber energi alam: minyak, batubara, hidroelectrik, termo, dan sebagainya.

Dalam reaksinya terhadap lingkungan, mereka menambahkan bahwa pengoperasian tenaga nuklir tidak masuk di akal. Sejumlah LSM yang memusatkan perhatian kepada usaha untuk menyelamatkan lingkungan berargumentasi bahwa produk sisa tenaga nuklir betul-betul menghancurkan lingkungandan kehidupan manusia. Di pihak lain, betul bahwa jenis energi yang lain seperti minyak dan batubara menyumbang polusi lingkungan, tetapi sumbangan energi seperti itu masih dapat ditoleransi. Juga betul bahwa reaktor nuklir menyediakan energi dalam jumlah besar, tetapi sumbangan energi nuklir untuk menghancurkan lingkungan dan kehidupan tdak dapat ditoleransi. Kebocoran pada sebuah reaktor, misalnya, mengakibatkan kontaminasi tanah dan air di bawah inti nuklir, yang membuat kehidupan manusia tidak memungkinkan sampai sejauh bermil-mil di sekitarnya. Reaktor itu juga berbahaya bagi kehidupan karena kebocoran radiasinya. Dalam hal ini, sering dikatakan bahwa di bawah kontrol yang bagus tidak ada produk sisa pecahan dimungkinkan untuk bocor keluar dari reaktor. Akan tetapi siapa dapat menjamin ini?

 

Simpulan/RekomendasiJelaslah bahwa energi nuklir harus dihindari karena energi nuklir itu

membahayakan lingkungan. Jika kita bersikukuh untuk menggunakannya, sementara itu radiasinya dikontrol dengan sangat lemah, maka hal itu akan membunuh kita sendiri cepat atau lambat. Pemerintah harus betul-betul memperhatikan kenyataan itu dan merevisi pilihan tersebut.

(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 66-67)

3.2 Nonfaktual

Rekon

= Teks rekon yang nonfaktual pada dasarnya sama dengan teks rekon yang faktual. Perbedaannya

terletak pada isi yang dimuat. = Di bawah teks faktual, rekon didasarkan pada peristiwa nyata, tetapi di bawah teks nonfaktual, rekon didasarkan pada peristiwa dalam khayalan atau rekaan.

Contoh: Kejadian di Rumah Susun

OrientasiHari-hari berjalan seperti biasa.Tetangga sepasang suami isteri yang

tinggal di lantai bawah saya tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman mereka.

 Urutan PeristiwaMereka berkumpul dan beramai-ramai, tetapi hal itu tidak terlalu

mengganggu, meskipun Jane, isteri saya, terbangun berkali-kali. Akan tetapi, di pagi harinya, ketika saya membuka pintu garasi di lantai

dasar, saya tidak dapat mengeluarkan mobil dari garasi, karena di depan pintu terdapat mobil lain yang menutupi separo jalan keluar. Padahal, saya harus mengantarkan Jane ke kantornya. Dugaan saya, itu pasti mobil tamu yang datang ke pesta tadi malam.

Ternyata mobil tersebut bukan milik tamu. Saya menanyakannya ke sepasang suami isteri itu, tetapi mereka tidak tahu pemiliknya. Lalu saya menelpon polisi. Ketika polisi datang, polisi itu tidak dapat berbuat apa-apa kecuali memberikan surat tilang yang diselipkan di wiper depan. Betul-betul sia-sia. Kami dengan susah payah mendorong mobil itu agar sedikit bergeser.

 ReorientasiAkhirnya, saya dapat mengeluarkan mobil dan mengantarkan Jane ke

tempat kerja.

(Diadaptasikan dari English Text: System and Structure, 1992)

Anekdot

= Struktur teks: Abstrak^Orientasi^Krisis^ Reaksi^Koda.= Secara interpersonal, perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi kepada pihak lain mengenai pertentangan antara nyaman/tidak nyaman, aman/tidak aman, puas/frustrasi, dan tercapai/gagal.= Partisipan cenderung menyalahkan pihak lain (apabila negatif) atau merasa terbantu olehnya (apabila positif).= Dalam hal yang negatif, anekdot sering dijadikan alat kritik.

Contoh: Kejadian di Rumah Susun

AbstrakSaya tinggal di rumah susun. Saya mempunyai pengalaman yang

memalukan tadi pagi. OrientasiTetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya tadi

malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, isteri saya terbangun berkali-kali, tetapi tidaklah mengapa.

 KrisisLalu tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan keluar

kami. Saya mengira bahwa mobil itu milik seseorang yang ikut pesta tadi malam. Saya mengetuk pintu tetangga saya itu. Saya ketuk pintunya berkali-kali, tetapi tak seorang pun keluar.

Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora sampai larut malam, sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam jangkauan. Akhirnya, seorang laki-laki terbangun dan melongok keluar jendela. Saya menjelaskan persoalan yang terjadi. Ternyata, pesta tadi malam itu bukan pestanya. Rumah susun ini terbagi menjadi dua sisi, dan itu adalah pesta orang yang tinggal di sisi sebelah belakang.

ReaksiLelaki itu terlihat tidak berkenan, karena, seperti saya dan Jane, ia juga

tidak dapat tidur semalam, terganggu oleh pesta tetangga di sisi sebelah lain itu!

KodaSaya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi jalan keluar

kami itu.

Eksemplum

= Struktur teks: Abstrak^Orientasi^Insiden^ Interpretasi^Koda= Secara interpersonal, peristiwa pada eksemplum dianggap insiden yang menjadi bahan renungan.= Partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. = Menurut partisipan insiden itu tidak perlu terjadi

Contoh: Kejadian di Rumah Susun

AbstrakSaya mempunyai pengalaman gila pagi tadi. OrientasiTetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya tadi

malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, dan isteri saya terbangun berkali-kali.

 InsidenPagi tadi, ada sebuah mobil yang diparkir di depan pintu garasi,

sehingga menghalangi pintu keluar mobil saya. Saya kira mobil itu milik seseorang yang mengikuti pesta tadi malam. Saya mengetuk pintu tetangga itu dan menanyakan hal ini kepada mereka, tetapi mereka tidak tahu. Saya bertanya kepada tentangga yang lain, sebelum saya menelpon polisi, dengan harapan polisi dapat menindak pemilik mobil dan menyingkirkanya.

InterpretasiNamun demikian, meskipun polisi itu datang dengan cepat, polisi

itu tidak dapat berbuat banyak. Polisi itu hanya dapat memberikan surat tilang yang diselipkan di wiper depan.

 Pengalaman ini sungguh gila. Seseorang memarkir mobil di depan

pintu garasi dan menghalangi jalan keluar mobil saya. Saya hanya dapat menunggu sampai pemilik mobil datang dan memindahkannya. Kalau saya memindakan mobil itu, saya harus masuk secara paksa ke dalamnya, lalu membebaskan rem tangan, sebelum didorong ke tempat lain.

 KodaMobil sial itu masih berada di situ sampai siang.

Naratif

= Struktur teks: Abstrak^Orientasi^Komplikasi^ Evaluasi^Resolusi^Koda = Teks naratif pada umumnya dijumpai pada dongeng, hikayat, legenda, cerita pendek, novel, atau drama. = Partisipan saling bergesekan, sehingga timbullah konflik. = Konflik dievaluasi untuk mendapatkan solusi.

Contoh: Sahabat sejati

AbstrakBetapa enak menjadi anak orang kaya. Semua serba ada. Segala

keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia.

OrientasiSeperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah

selalu diantar mobil mewah dengan sopir pribadi. Meskipun demikian, ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul.

Seperti pada kawan-kawan Iwan yang datang ke rumah. Mereka disambut secara kekeluargaan sehingga mereka betah kalau main di rumah Iwan.

KomplikasiIwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumah momon masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.

“Ke mana, ya, Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tak pernah absen. Selalu datang.” “Mungkin sakit!” jawab Mama.“Ih, iya, siapa tahu ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin nengok!” katanya bersemangat.

Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian ia menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon.

Ia mendapat keterangan bahwa Momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar berita, bapaknya di-PHK dari pekerjaan.

 Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya

mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.

“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati. Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu.

Setiap pulang sekolah wajahnya selalu murung.

“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur.

“Momon, Pa”.

“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Iwan menggeleng.

Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.

EvaluasiPapa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya

dengan omongan Iwan. “Kalau Papa tidak percaya, tanya deh, Pak RT atau ke tetangga sebelah!”

ujarnya.“Lalu apa rencana kamu?”

“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”“Maksudmu?”

“Aku ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat rumah Momon di desa itu!” kata Papa.

 

Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang.

Ini karena berkat pertolongan pemililk rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.

 Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah

Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam.Tempatnya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau dengan naik ojek. Jaraknya kurang lebih dua kilometer.

Kedatangan mereka disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon tatkala bertemu Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.

 Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara

mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau mau pindah ke desa.

“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”“Ah tak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”

ResolusiSetelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan

kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak berkeberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.

 “Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau

ikut kami ke Bandung. Kami anggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” tanya Papa.

“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”

“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”

KodaKemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat dan memeluk

Iwan. Tampak mata Iwan dan Momon berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.

Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.

 Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya masih

tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua.

Oleh SuhartonoBobo No.35/XXVI

http://www.diaryremaja.com/cerpen-sahabat-sejati.html

3.3 Teks dalam Genre Makro

Contoh: Ulasan Buku “Perangi Narkoba”

= Struktur teks: Orientasi ^ Tafsiran Isi ^ Evaluasi ^ Rangkuman Evaluasi= Pada masing-masing tahapan dalam struktur teks terdapat genre mikro yang sesuai

PERANGI NARKOBA

Judul : Mencegah bahaya penyalahgunaan narkoba melalui

pendidikan budaya dan karakter bangsa Penulis : Suyadi Penerbit : Penerbit Andi, YogyakartaTahun : 2013Halaman : 178 halaman + 10 halaman prakata dan daftar isi Bahasa : Indonesia Sampul : Latar putih, merah, dan hitam

(3) Buku ini memaparkan data dan fakta seputar penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja/siswa. Melalui sebuah penelitian lapangan, Suyadi berhasil menemukan lorong-lorong gelap sebagai tempat berlangsungnya praktik penyalahgunaan narkoba oleh kalangan pelajar. Dari penelitian itu pula, Suyadi menangkap banyak paradoks penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja atau siswa menengah.

(4) Satu di antara paradoks itu ialah rentannya kalangan remaja/siswa terperangkap ke dalam penyalahgunaan narkoba, pada satu sisi, padahal bangsa kita adalah bangsa yang religius serta pendidikan nasional kita mengajarkan karakter pancasilais, pada sisi lain. Gejala inilah yang menjadi dorongan utama bagi Suyadi untuk melakukan penelitian saintifik mengenai pola persebaran “penyakit narkoba” di kalangan remaja/siswa.

(5) Dengan metodologi penelitian yang terukur serta analisis teoretik yang mendalam, Suyadi menemukan tiga fakta tentang penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja di Yogyakarta. Ketiga fakta itu berkenaan dengan tingginya penyalahgunaan narkoba di

kalangan pelajar, permisifnya guru dan agresifnya polisi, serta kurangefektifnya penyuluhan narkoba di sekolah. Buku sebagai hasil penelitian ini juga menjawab pertanyaan tentang mengapa remaja/pelajar rentan terhadap penyalahgunaan narkoba dan tentang “lorong-lorong gelap” peredaran narkoba di sekolah. Buku ini juga menyajikan tawaran pemecahan penyalahgunaan narkoba di sekolah. Semuanya diuraikan secara terperinci dengan disertai ilustrasi, sehingga mudah ditangkap dan mengesankan. Selain paparan data yang terperinci kuat dan terperinci, buku ini juga disajikan dengan menggunakan tabel dan gambar ilustrasi sehingga tampak lebih ilmiah dan menarik.

(6) Banyak sekali keunggulan yang terkandung dalam buku ini. Di antaranya ialah buku ditulis berdasarkan penelitian dengan metodologi saintifik. Karena berdasarkan penelitian, yang dituliskan bukan sekadar opini penulis, melainkan data nyata dan faktual. Selain itu, buku ini memberikan informasi secara terperinci dengan disertai ilustrasi,

sehingga mudah ditangkap dan mengesankan serta memberi arahan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Setidaknya, buku ini sangat berguna menambah khasanah ilmu, khususnya mengenai narkoba.

(7) Akan tetapi, buku ini juga bukan tanpa kelemahan. Satu ganjalan pertama dalam membaca buku ini ialah adanya tulisan melingkar (berbentuk seperti stempel) berbunyi “SMA/MA SMK” pada sampul. Tulisan seperti stempel pada sampul ini jelas memberi kesan bahwa buku ini hanya untuk siswa setingkat SLTA. Implikasinya adalah buku ini memberi kesan sebuah buku pelajaran sekolah (textbook). Padahal buku ini bukanlah buku pedoman yang perlu diajarkan kepada siswa.

(8) Buku ini, tampaknya, lebih tepat dan bermanfaat bagi para pengampu pendidikan, misalnya pemerintah sebagai pengelola sekolah, guru/pendidik, dan orang tua untuk dijadikan sebagai acuan membuat suatu kebijakan pendidikan. Berbeda dengan buku ini, buku yang berjudul Remaja dan bahaya narkoba – untuk Sekolah Lanjutan Atas (Abdul Rozak dan Wahdi Sayuti) ditujukan bagi pelajar dan

pembaca remaja. Jika buku yang disebut pertama menitikberatkan pada praktik penyalahgunaan narkoba, buku yang disebut belakangan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan definisi narkoba, jenis-jenisnya, dan bahaya serta sanksi bagi para pemakai, pengedar, dan pembuatnya. Kemudian, jika buku pertama lebih mengedepankan pendidikan karakter sebagai upaya mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, buku kedua mengutamakan pendekatan agama dan pengetahuan terhadap sanksi hukum bagi pelajar sebagai upaya mencegah penyalahgunaan narkoba.

(9) Meskipun terdapat perbedaan dalam hal pendekatan, kedua buku tersebut ditulis sebagai upaya penyebaran virus-virus positif untuk mencegah para pelajar agar tidak terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.

(10) Buku Mencegah bahaya penyalahgunaan narkoba melalui pendidikan budaya dan karakter bangsa sangat berguna, khususnya bagi para pengampu pendidikan dan pembuat kebijakan sekolah. Informasi terperinci tentang fakta penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja/pelajar dapat dijadikan landasan dalam berupaya untuk memerangi penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah. Jadi, upaya Suyadi dalam menguak dan menyingkap “lorong-lorong gelap” peredaran narkoba di sekolah patut diberi apresiasi dan acungan jempol.

Struktur Teks Genre Mikro yang Diharapkan

Fungsi Retoris

Identitas (Opsional)Orientasi

Tafsiran Isi

Evaluasi

Rangkuman Evaluasi

Deskripsi

Deskripsi ( dan atau meliputi Eksposisi)

Deskripsi (dan atau meliputi Rekon)

Diskusi (dan atau meliputi Eksplanasi)

Deskripsi (dan atau meliputi Eksposisi)

Menyajikan gambaran mengenai wujud dan ciri-ciri buku yang diulas.Menyampaikan informasi tentang jenis buku yang diulas.Memposisikan buku yang diulas (beserta jati diri penulisnya dan sasaran pembacanya).Menyampaikan pendapat pengulas tentang buku itu.Menyampaikan uraian mengenai ilmu apa yang diulas di buku itu, cocok tidaknya dengan pembaca yang dituju, dan adakah buku lain selain buku yang diulas tersebut.Menceritakan hal yang dilakukan penulis saat ia menulis buku itu.Menyajikan isi buku itu bab demi bab.Menyampaikan penilaian terhadap buku yang diulas dalam berbagai hal dengan menunjukkan keunggulan dan kelemahannya, melalui perbandingan dengan buku sejenis.Menyampaikan kembali apakah pendapat pengulas di atas benar adanya, dan buku itu memang dibutuhkan oleh pembaca yang dituju.

Tabel 1. Struktur Teks dan Genre Mikro pada Ulasan Buku

(Diambil dari draft buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik untuk Perguruan Tinggi, 2014)

Contoh buku-buku referensi:

Functional English Grammar: An Introduction for Second Language Teachers, Graham Lock, Cambridge University Press, 1996.

Using Functional Grammar: An Explorer’s Guide, David Butt, Rondha Fahey, Sue Spinks, & Collin Yallop, NCELTR, Macquarie University, 1998.

Introducing Functional Grammar, Geoff Thompson, Arnold, 2004.

Grammar and Meaning, Sally Humphrey, Louise Droga, & Susan Feez, PETAA, 2012.

Deploying Functional Grammar, James Martin, Christian matthiessen, & Claire Painter, The Commercial Press, 2010 [Revised from Working with Functional Grammar, Arnold, 1997].