Beragama Yang Benar

11
Beragama Yang Benar, Kunci Kebahagiaan Seorang Hamba Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. Setiap orang ingin bahagia dan berusaha untuk mencapainya dengan segala daya dan upayanya. Mereka bersusah payah siang dan malam tanpa kenal lelah hanya untuk mendapatkan kebahagiaan yang mereka cita-citakan tersebut. Namun berapa banyak orang yang menginginkannya tidak dapat menggapainya dan berapa banyak orang yang telah lelah mencarinya, tidak dapat memilikinya?!!! Yang lebih menyedihkan lagi banyak orang mencari dan berusaha mendefinisikan kebahagiaan namun ia orang yang paling bodoh dan jauh dari kebahagiaan. Juga ada yang menganggap dirinya telah mendapatkan kebahagiaan tersebut tapi sebenarnya itu adalah kebinasaan dan kesengsaraannya di dunia apalagi di akhirat nanti. Memang cukup ironis tapi itulah realita yang ada dan tidak mungkin dipungkiri. Syariat Sebagai Petunjuk Ilahi Menuju Kebahagiaan Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan syariat-Nya, agar menjadi hujjah bagi semua makhluk-Nya dan menutupnya dengan mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasul yang menerangi manusia dan mengeluarkan mereka dari kegelapan, membawa ke jalan yang lurus. Demikian ketetapan Allah; menunjuki manusia, sehingga mendapatkan keridhaan-Nya. Allah berfirman, اَ نْ لُ ق واُ طِ بْ ه ا اَ هْ نِ م اً ع يِ مَ ج اَ ّ مِ اَ ق مُ كَ ّ نَ $ يِ تْ ) اَ ي يِ ّ نِ ّ م ىً دُ ه0 نَ مَ فَ عِ يَ تَ اىَ دُ هَ لاَ قٌ فْ وَ خْ مِ هْ نَ لَ عَ لاَ وْ مُ هَ 0 ونُ نَ زْ حَ يKami berfirman, “Turunlah kamu dari jannah itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al Baqarah: 38) Petunjuk di sini bermakna Rasul dan kitab suci (Taisir Karimirrahman hal. 32). Petunjuk ini merupakan sumber kebahagiaan dan kejayaan umat yang menghilangkan kebodohan dan membawa keselamatan. Hal ini didukung juga dengan tujuan penciptaan manusia yaitu beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya: اَ مَ وُ تْ قَ لَ خَ ّ 0 نِ جْ ل اَ س نِ اْ الَ و اَ ّ لِ اِ 0 ونُ دُ نْ عَ يِ لَ ّ 0 نِ اَ َ ّ اَ وُ هُ اقَ ّ زَ ّ ر ل ا وُ ذِ ةَ ّ وُ قْ ل اُ 0 ن$ يِ نَ مْ ل ا

description

Topics

Transcript of Beragama Yang Benar

Page 1: Beragama Yang Benar

Beragama Yang Benar, Kunci Kebahagiaan Seorang Hamba

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

Setiap orang ingin bahagia dan berusaha untuk mencapainya dengan segala daya dan upayanya. Mereka bersusah payah siang dan malam tanpa kenal lelah hanya untuk mendapatkan kebahagiaan yang mereka cita-citakan tersebut. Namun berapa banyak orang yang menginginkannya tidak dapat menggapainya dan berapa banyak orang yang telah lelah mencarinya, tidak dapat memilikinya?!!! Yang lebih menyedihkan lagi banyak orang mencari dan berusaha mendefinisikan kebahagiaan namun ia orang yang paling bodoh dan jauh dari kebahagiaan. Juga ada yang menganggap dirinya telah mendapatkan kebahagiaan tersebut tapi sebenarnya itu adalah kebinasaan dan kesengsaraannya di dunia apalagi di akhirat nanti. Memang cukup ironis tapi itulah realita yang ada dan tidak mungkin dipungkiri.

Syariat Sebagai Petunjuk Ilahi Menuju Kebahagiaan

Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan syariat-Nya, agar menjadi hujjah bagi semua makhluk-Nya dan menutupnya dengan mengutus Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasul yang menerangi manusia dan mengeluarkan mereka dari kegelapan, membawa ke jalan yang lurus. Demikian ketetapan Allah; menunjuki manusia, sehingga mendapatkan keridhaan-Nya. Allah berfirman,

ل�ن�ا ب�ط�وا ق� ا اه� ن�ه� يع$ا م� م� ا ج� إ�م( �ت�ي�ن(ك�م ف� ن2ي ي�أ ه�د$ى م2 د�اي� ت�ب�ع� ف�م�ن ال� ه� و�ف9 ف� م� خ� ن�ون� ه�م� و�ال� ع�ل�ي�ه� ز� ي�ح�

Kami berfirman, “Turunlah kamu dari jannah itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al Baqarah: 38)

Petunjuk di sini bermakna Rasul dan kitab suci (Taisir Karimirrahman hal. 32). Petunjuk ini merupakan sumber kebahagiaan dan kejayaan umat yang menghilangkan kebodohan dan membawa keselamatan. Hal ini didukung juga dengan tujuan penciptaan manusia yaitu beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:

ا ت� و�م� ل�ق� ن( خ� �نس� ال�ج� و� الل(ه� إ�ن( ل�ي�ع�ب�د�ون� إ�ال( و�اإل� ه� اق� ز( و(ة� ذ�و الر( ت�ين� ال�ق� ال�م�

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariat: 56-58)

Sehingga kunci sukses seseorang ada pada ibadah dan bukan selainnya, sebab dikatakan sukses apabila bila merealisasikan satu tujuan. Suksesnya manusia tentunya dengan terwujudnya peribadatan yang total dan sempurna kepada Allah

Page 2: Beragama Yang Benar

dalam diri manusia tersebut. Oleh karena itu kita semua membaca dan mendengar minimal dalam sehari 17 kali pernyataan kita:

�ي(اك� �ي(اك� ن�ع�ب�د� إ ت�ع�ين� وإ ن�س�

“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 5)

Padahal untuk merealisasikan pernyataan tersebut harus dengan mengenal syariat yang Allah turunkan kepada para Rasul yang merupakan jalan menuju kesuksesannya. Demikianlah akhirnya kita pun diperintahkan untuk memohon kepada Allah juga minimal 17 kali dalam sehari dengan mengucapkan:

ـــا اط� اهد�نـ� ر� يم� الص2 الم�ست�ق�

“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al Fatihah: 6)

Jalan Yang Benar Dalam Memahami Agama

Memang kesuksesan dan kebahagiaan kita berporos pada ibadah dan beragama dengan benar. Namun jalan mana yang harus ditempuh, sebab banyak jalan terpampang di hadapan kita dan semua mengaku benar, padahal yang benar hanyalah satu. Oleh sebab itu kita diperintahkan untuk memohon ditunjukkan jalan yang lurus. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggambarkan hal ini dalam hadits yang berbunyi:

اب�ر� ع�ن� ال� الل(ه� ع�ب�د� ب�ن� ج� ن�د� ك�ن(ا ق� ل(ى الن(ب�ي2 ع� الل(ه� ص� ل(م� ع�ل�ي�ه� خ�ط( و�س� طeا ف� ط(ي�ن� و�خ�ط( خ� ين�ه� ع�ن� خ� ي�م� ط( ط(ي�ن� و�خ� ار�ه� ع�ن� خ� ع� ث�م( ي�س� ال�خ�ط2 ف�ي ي�د�ه� و�ض�

ط� و�س�� ال� األ� ق� ذ�ا ف� ب�يل� ه� ذ�ه� ت�ال� ث�م( الل(ه� س� ي�ة� ه� أ�ن( اآل� و�

ذ�ا اط�ي ه� ر� ا ص� يم$ ت�ق� ات(ب�ع�وه� م�س� ب�ل� ت�ت(ب�ع�وا و�ال� ف� qالس ق� ر( ت�ف� ب�يل�ه� ع�ن� ب�ك�م� ف� س�

Dari Jabir bin Abdillah beliau berkata: Kami pernah bersama Rasulullah. Lalu beliau menggaris satu garisan dan menggaris dua garis di samping kanannya dan menggaris dua garis disamping kirinya. Kemudian meletakkan tangannya di garis tengah, lalu berkata: Inilah jalan Allah, kemudian membacakan:

أ�ن( ـذ�ا و� اط�ي ه� ر� يما$ ص� ت�ق� ات(ب�ع�وه� م�س� ت�ت(ب�ع�وا� و�ال� ف� ب�ل� qق� الس ر( ت�ف� ب�يل�ه� ع�ن ب�ك�م� ف� اك�م ذ�ل�ك�م� س� ب�ه� و�ص( ون� ل�ع�ل(ك�م� ت�ت(ق�

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu

Page 3: Beragama Yang Benar

mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’aam: 153)

Lalu apa jalan yang lurus tersebut? Untuk menjawabnya, kita cukup melanjutkan ayat dalam surat Al fatihah yaitu:

اط� ر� م� أ�نع�مت� ال(ذ�ين� ص� وب� غ�ير� ع�ل�يه� م� الم�غض� ع�ل�يه� � ال ال2ين� و� الض(

“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al Fatihah: 7)

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan jalan yang lurus adalah jalan orang yang Allah anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan yang Allah murkai dan sesat. Lalu siapakah orang yang Allah anugerahi nikmat tersebut? Jawabnya ada pada firman Allah:

ول� اللwه� ي�ط�ع� و�م�ن س� الر( ئ�ك� و� لـ� و�أ� ع� ف� �ن�ع�م� ال(ذ�ين� م� أ

م اللwه� ين� الن(ب�ي2ين� م2ن� ع�ل�ي�ه� د2يق� د�اء و�الص2 ه� qو�الش ين� ال�ح� ن� و�الص( ئ�ك� و�ح�س� ف�يقا$ أ�ولـ� ر�

“Dan barang sapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisaa: 9)

Orang yang dianugerahi nikmat tersebut adalah para nabi, shiddiq, syuhada dan shalihin. Sedangkan orang yang bersama mereka adalah orang yang menaati Allah dan menaati Rasul-Nya. Kesimpulannya jalan yang lurus itu tidak lain adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun ketaatan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama dengan menaati Allah, sebagaimana firman Allah:

ن� ول� ي�ط�ع� م( س� د� الر( ق� ل(ى و�م�ن اللwه� أ�ط�اع� ف� ا ت�و� م� ف� ل�ن�اك� س� ر�

م� أ� يظا$ ع�ل�ي�ه� ف� ح�

“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara mereka.” (QS. An Nisaa: 80)

Dengan demikian kunci kebahagiaan hamba ada pada sikap mengikuti Rasulullah yang merupakan jalan yang lurus yang senantiasa kita mohon dalam sholat kita. Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak ada kebahagiaan dan keselamatan di hari akhirat, kecuali dengan mengikuti Rasulullah berdasarkan firman-Nya:

Page 4: Beragama Yang Benar

ول�ه� الله� ي�ط�ع� و�م�ن س� ل�ه� و�ر� ن(ات� ي�د�خ� ر�ي ج� م�ن ت�ج� ا ت�ه� ار� ت�ح� ال�د�ين� ا�أل�ن�ه� ا خ� يه� ذ�ل�ك� ف� و�ز� و� ال�ع�ظ�يم� ال�ف� ول�ه� الله� ي�ع�ص� و�م�ن س� ي�ت�ع�د( و�ر� د�ود�ه� و� ل�ه� ح� ا ي�د�خ� نا�ر$ ال�د$ا ا خ� يه� ل�ه� ف� ين�� ع�ذ�اب�� و� ه� qم

“Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 13-14)

Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah poros kebahagiaan dan tempat keselamatan yang pasti, karena Allah telah menciptakan makhluk-Nya untuk ibadah. Sebagaimana firman-Nya:

ت� ل�ق� اخ� ن( و�م� ا�إل�نس� ال�ج� إ�ال(ل�ي�ع�ب�د�ون� و�

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat: 56)

Ibadah itu hanyalah menaati Allah dan menaati rasul-Nya, maka tidak ada peribadatan dalam agama Islam kecuali kewajiban atau sunnah. Selainnya adalah kesesatan dari jalan Allah. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ن� ن�ا ع�ل�ي�ه� ل�ي�س� ع�م�ال$ ع�م�ل� م� ر� م�و� أ� ه� د� ف� ر�

“Barang siapa yang beramal satu amalan tiada padanya perintah kami maka dia tertolak.”

Beliau bersabda juga dalam hadits Irbadh bin Saariyah yang diriwayatkan Ashabu Sunan dan dishohihkan At Tirmidzi:

�ن(ه� ن�ك�م� ي�ع�ش� م�ن� إ ى م� ي�ر� ا ف�س� ف$ ت�ال� ا اخ� �ي(اك�م� ك�ث�ير$ إ و� ع�ل�ي�ك�م� ن(ت�ي ف� ن(ة� ب�س� اء� و�س� ل�ف� د�ين� ال�خ� اش� د�ي2ين� الر( ه� ال�م�

ا ك�و� ا ت�م�س( وا و� ب�ه� qا ع�ض ذ� ع�ل�ي�ه� �ي(اك�م� ب�الن(و�اج� إ و� د�ث�ات� ح� �م�ور� و�م� إ�ن( األ� د�ث�ة� ك�ل( ف� ح� ب�د�ع�ة� و�ك�ل( ب�د�ع�ة9 م�

ل�ة9 ال� ض�

“Sesungguhnya barang siapa dari kalian hidup setelahku, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafa’ yang rasyidin lagi mahdiyin. Berpegang teguhlah kepadanya

Page 5: Beragama Yang Benar

dan Gigitlah dengan gigi geraham kalian. Berhati-hatilah dari perkara yang dibuat-buat (baru) karena setiap kebid’ahan adalah sesat.”

Demikian juga dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim dan yang lainnya bahwa Rasulullah bersabda dalam khuthbahnya,

ي�ر� د�ي� الله�� ك�ال�م� الكالم� خ� ال�ه� ي�ر� د�ي� و�خ� د� ه� م( ح� رq م� و�ش�

ور� �م� ا األ� د�ث�ات�ه� ح� ل�ة9 ب�د�ع�ة� و�ك�لq م� ال� ض�

“Sebaik-baik perkataan adalah Kalamullah dan sebaik-baiknya contoh teladan adalah contoh teladan Muhammad. Sejelek-jelek perkara adalah yang dibuat-buat dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (Majmu’ Fatawa 1/4).

Kunci kebahagiaan dunia dan akhirat terletak pada ketaatan Allah dan Rasul-Nya. Jiwa kita lebih butuh mengenal ajaran dan taat kepada Rasulullah daripada kebutuhannya kepada makan dan minum. Sehingga sepatutnya kita semua mengenalnya dengan mempelajari Al Quran dan Sunnah, yang telah diriwayatkan dan dinukilkan para ulama sejak zaman Rasulullah hingga sekarang dan sampai hari kiamat nanti. Karena tidak cukup dengan hanya mengandalkan akal dalam mengenal ajaran beliau.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dengan diutusnya Muhammad, jelaslah sudah kekafiran dari keimanan, keuntungan dari kerugian, petunjuk dari kesesatan, penyimpangan dari kelurusan, kekeliruan dari kebenaran, ahli surga dari ahli neraka, orang yang bertakwa dari orang fajir dan mendahulukan jalan orang yang Allah karuniai nikmat dari kalangan para nabi, shidiqin, syuhada dan shalihin dari jalannya orang yang dimurkai Allah dan sesat. Sehingga jiwa lebih membutuhkan untuk mengenal ajaran dan mengikuti Rasulullah, daripada kebutuhannya kepada makan dan minum. Karena, jika tidak memiliki makan minum hanya terjadi kematian. Sedangkan jika tidak memiliki petunjuk, akan mendapatkan azab. Maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap orang menumpahkan seluruh kekuatan dan kemampuannya untuk mengenal ajaran beliau dan menaatinya. Inilah jalan keselamatan dari azab yang pedih dan jalan kebahagiaan ke surga. Caranya dengan mengambil riwayat dan penukilan (Al Quran dan As Sunnah, pen). Karena tidak akan bisa mengenalnya, bila hanya mengandalkan akal. Sebagaimana cahaya mata, tidak dapat melihat kecuali dengan adanya cahaya yang di depannya. Demikian pula cahaya akal, tidak berfungsi kecuali jika ada cahaya terang risalah Allah. Oleh karena itu dakwah menyampaikan agama termasuk kewajiban Islam yang agung. Dan mengenal perintah Allah dan Rasulullah wajib atas seluruh manusia.” (Majmu’ Fatwa 1/5-6).

Hal ini tidaklah aneh karena beliau telah mengamalkan Al Quran seluruhnya dan menjelaskan dengan rinci dan jelas jalan menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrowi. Bukan hanya itu saja, bahkan beliau aplikasikan dalam pembinaan generasi sahabat hingga menjadi sebaik-baiknya generasi dan umat. Sebagaimana sabda beliau:

ك�م� إ�ن( ي�ر� ن�ي� خ� ر� م ال(ذ�ي�ن� ث�م( ق� ن�ه� م ال(ذ�ي�ن� ث�م( ي�ل�و� ن�ه� ي�ل�و� م ال(ذ�ي�ن� ث�م( ن�ه� ال� ي�ل�و� ان� ق� ر� م� ال� ع� � أ�د�ر�ي� ف� ال� أ ق�

و�ل� س� ن�ه� ب�ع�د� الله� ر� ر� ت�ي�ن� ق� ر( و� م�ي�ك�و�ن� ث�م( ث�ال�ث�ة$ أ�

Page 6: Beragama Yang Benar

م� و�م9 ب�ع�د�ه� د�و�ن� ق� ه� د�و�ن� و�ال� ي�ش� ه� ت�ش� ن�و�ن� و ي�س� و� و�ال� ي�خ� ن�و�ن� و�ن� ي�ئ�ت�م� ي�ن�ذ�ر� و�ن� و�ال� و� ر� و� ي�و�ف� م� ي�ظ�ه� ي�ه� م�ن� ف� الس(

“Sebaik-baik kalian adalah generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya. (Imran mengatakan, “Aku tidak tahu, apakah beliau mengatakannya dua atau tiga kali setelah generasi beliau.”). Kemudian setelah itu akan ada kaum yang memberikan persaksian padahal mereka tidak diminta memberikan persaksian, mereka berkhianat sehingga tidak bisa dipercaya, mereka bernazar tapi tidak dipenuhi dan muncul pada mereka obesitas (kegemukan).” (HR. Al Bukhari 2651 dan Muslim 2535)

Hal ini pun diakui Allah dalam firman-Nya:

ي�ر� ك�نت�م� ة� خ� م(أ�

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (QS. Ali Imran: 110)

 Jalan Kebenaran Ketika Banyak Perselisihan

Telah dimaklumi kewajiban kita mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun bagaimana sikap kita ketika bermunculan banyak perselisihan di kalangan kaum muslimin yang sudah menjadi sunnatullah dan sudah kita saksikan dengan kedua mata kita ini. Islam sebagai agama yang diturunkan dari Allah dan sudah disempurnakan Allah dalam firman-Nya:

ل�ت� ال�ي�و�م� �ت�م�م�ت� د�ين�ك�م� ل�ك�م� أ�ك�م� أ ت�ي ع�ل�ي�ك�م� و� ن�ع�م� يت� ض� ال�م� ل�ك�م� و�ر� د�ين$ا ا�إل�س�

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (QS. Al Maidah: 3)

Tentulah memiliki petunjuk dan penjelas bagaimana bersikap dalam permasalahan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan penjelasan tentang hal ini dalam beberapa hadits, kita bisa ringkas dalam poin berikut:

Pertama, berpegang teguh kepada ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pemahaman para sahabatnya. Ini dijelaskan dalam sabda beliau:

ن� ن�ك�م� ي�ع�ش� م� ى ب�ع�د�ي م� ي�ر� ا ف�س� ف$ ت�ال� ا اخ� ع�ل�ي�ك�م� ك�ث�ير$ ف� ن(ت�ي ن(ة� ب�س� اء� و�س� ل�ف� د�ي2ين� ال�خ� ه� د�ين� ال�م� اش� ك�وا الر( ت�م�س(

ا وا ب�ه� qا و�ع�ض ذ� ع�ل�ي�ه� �ي(اك�م� ب�الن(و�اج� إ د�ث�ات� و� ح� ور� و�م� �م� األ� إ�ن( د�ث�ة� ك�ل( ف� ح� الل�ة ب�د�ع�ة� و�ك�ل( ب�د�ع�ة9 م� ض�

“Barang siapa yang masih hidup dari kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Maka berpegang teguhlah kepada Sunnahku dan Sunnah para kholifah

Page 7: Beragama Yang Benar

Rasyidin yang memberi petunjuk berpegang teguhlah kepadanya dan gigitlah dia dengan gigi geraham kalian Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang baru (yang diada-adakan) karena hal itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

Kedua, mengikuti imam (khalifah) kaum muslimin apa bila ada dan menjauhi kelompok-kelompok yang bermunculan setelah kehilangan imam kaum muslimin dan negara kekhilafahan. Tapi dengan senantiasa mengamalkan langkah pertama. Hal ini dijelaskan dalam sabda beliau:

أ�ل�ون� الن(اس� ك�ان� ول� ي�س� س� ل(ى الل(ه� ر� ع�ل�ي�ه� الل(ه� ص� ل(م� ي�ر� ع�ن� و�س� ك�ن�ت� ال�خ� �ل�ه� و� أ س�

ر2 ع�ن� أ� ة� الش( اف� خ� أ�ن� م� ل�ت� ي�د�ر�ك�ن�ي ق� ول� ي�ا ف� س� �ن(ا الل(ه� ر� ل�ي(ة� ف�ي ك�ن(ا إ اه� ج�

ر� اء�ن�ا و�ش� ج� ذ�ا الل(ه� ف� ي�ر� ب�ه� ل� ال�خ� ه� ذ�ا ب�ع�د� ف� ي�ر� ه� م�ن� ال�خ�

ر� ال� ش� ل�ت� ن�ع�م� ق� ر2 ذ�ل�ك� ب�ع�د� و�ه�ل� ق� ي�ر� م�ن� الش( ال� خ� ق� يه� ن�ع�م� ن9 و�ف� ل�ت� د�خ� ا ق� ن�ه� و�م� ال� د�خ� و�م9 ق� يستنون ق�

د�ون� سنتي بغير د�ي�ي ب�غ�ي�ر� وي�ه� م� ت�ع�ر�ف� ه� ن�ه� ت�ن�ك�ر� م� و� ل�ت� ل� ق� ه� ي�ر� ذ�ل�ك� ب�ع�د� ف� ر� م�ن� ال�خ� ال� ش� د�ع�اة9 ن�ع�م� ق� �ب�و�اب� ع�ل�ى ن(م� أ ه� م� م�ن� ج� اب�ه� ا أ�ج� �ل�ي�ه� وه� إ ذ�ف� ا ق� يه� ف� ل�ت� ول� ي�ا ق� س� م� الل(ه� ر� ه� ف� ال� ل�ن�ا ص� ل�د�ت�ن�ا م�ن� ه�م� ق� ج�

ي�ت�ك�ل(م�ون� ن�ت�ن�ا و� ل�ت� ب�أ�ل�س� ا ق� م� ن�ي ف� ر� م�ك�ن�ي إ�ن� ت�أ� �د�ر� أ

ال� ذ�ل�ك� م� ق� اع�ة� ت�ل�ز� م� ل�م�ين� ج� م� ال�م�س� ه� ام� إ�م� ل�ت� و� ق� إ�ن� م� ي�ك�ن� ل�م� ف� اع�ة9 ل�ه� م� ام9 و�ال� ج� ال� إ�م� اع�ت�ز�ل� ق� ت�ل�ك� ف�

ق� ر� ا ال�ف� ل�و� ك�ل(ه� ل� ت�ع�ض( أ�ن� و� ص�ة� ب�أ� ر� ج� ت(ى ش� ي�د�ر�ك�ك� ح�

�ن�ت� ال�م�و�ت� أ ذ�ل�ك� ع�ل�ى و�

“Dari Hudzaifah bin Al Yaman, beliau berkata: orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepadanya tentang keburukan karena takut jangan-jangan menimpaku,Maka aku bertanya: Wahai Rasululloh kami dahulu berada di zaman jahiliyah dan keburukan, lalu Allah memberikan kami kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan? Beliau menjawab: Ya, aku bertanya: Dan apakah setelah keburukan itu ada kebaikan? Beliau menjawab: Ya, dan ada padanya kabut (dakhon), aku bertanya lagi: Apa kabut (dakhon)nya tersebut, beliau menjawab: Satu kaum yang mengikuti contoh teladan selain sunnahku, dan mengambil petunjuk selain petunjukku, kamu menganggap baik dari mereka dan kamu pun mengingkarinya, aku bertanya lagi: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan lagi, beliau menjawab: Ya, para dai yang mengajak ke pintu-pintu neraka (jahanam), barang siapa yang menerima ajakan mereka, niscaya mereka jerumuskan ke dalam neraka. Aku bertanya lagi: Wahai Rasulullah berilah tahu kami sifat-sifat mereka? Beliau menjawab: Mereka dari kaum kita dan berbicara dengan bahasa kita. Aku bertanya lagi: Wahai Rasulullah apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya?, beliau menjawab: Berpegang teguhlah pada jamaah muslimin dan imamnya, Aku bertanya lagi: Bagaimana jika

Page 8: Beragama Yang Benar

tidak ada jamaah maupun imam? Beliau menjawab: Hindarilah semua kelompok-kelompok itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga kematian menjemputmu dalam keadaan seperti itu.” (HR. Bukhari 6/615-616 dalam Fathul Bari dan Muslim 1847)

Demikianlah kami mengajak saudara sekalian untuk kembali mempelajari ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dipahami langsung para sahabat yang sudah mendapat jaminan dari Allah. Siapa yang sama dengan mereka dalam iman maka mendapatkan petunjuk, seperti dijelaskan dalam firman Allah:

إ�ن� ن�وا ف� ث�ل ء�ام� نت�م� ب�م� آء�ام� د� ب�ه� م� ق� ا ف� ت�د�و� اه�

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk.” (QS. Baqarah: 137)

dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اء�ك�م� م�ن� إ�ن( ر� �ي(ام و� ب�ر� أ ك� الص� ت�م�س2 ن( للم� ي�ه� ئذ� ف� ي�و�م� ا �ن�ت�م� ب�م� ر� ع�ل�ي�ه� أ ي�ن� أ�ج� م�س� ن�ك�م� خ� م�

“Sesungguhnya ada setelah kalian hari-hari kesabaran, orang yang berpegang teguh kepada apa yang kalian ada atasnya pada waktu itu mendapat pahala 50 orang dari kalian.” (Hasan dengan syahid-syahidnya; sebagaimana telah saya jelaskan dalam Darul Irtiyaab An hadits Ma Anaa Alaihi wal Ashhaab hal 15).

Jalan para sahabat inilah yang dinamakan sabilul mukmin karena merekalah Allah turunkan firman-Nya:

اق�ق� و�م�ن ول� ي�ش� س� ات�ب�ي(ن� ب�ع�د� م�ن الر( د�ى ل�ه� م� ال�ه� ي�ت(ب�ع� ب�يل� غ�ي�ر� و� ن�ين� س� ؤ�م� ل2ه� ال�م� ل(ى ن�و� ات�و� ل�ه� م� ن�ص� و� ن(م� ه� آء�ت� ج� ا و�س� ير$ م�ص�

“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. Annisa’: 115)

Oleh karena itu renungkanlah pernyataan Ibnu Mas’ud, “Barang siapa yang mencontoh maka contohlah sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mereka adalah orang-orang dari umat ini yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling tidak macam-macam, paling baik contoh teladannya dan paling bagus keadaannya, mereka adalah satu kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya dan untuk menegakkan agama-Nya, maka akuilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak langkah mereka karena mereka telah berada di atas petunjuk yang lurus.”

Demikian juga ucapan Al Auza’i, “Sabarkan (tetapkan) dirimu di atas Sunnah, berhentilah di mana kaum (para sahabat) berhenti, katakanlah apa yang mereka

Page 9: Beragama Yang Benar

katakan dan diamlah apa yang mereka telah mendiaminya serta berjalanlah di jalan Salafus Salih, karena mencukupkan kamu apa yang telah mencukupkan mereka.” (Al Aajuriy dalam Asy Syari’ah hal 58).

Mudah-mudahan Allah menunjuki kita semua ke jalan-Nya yang lurus. Amiin.

(Diambil dari Makalah Kajian PT Telkom Semarang) sumber: muslim or id