Bentuk Lahan Asal Vulkanis

27
BENTUK LAHAN ASAL VULKANIS DAN PENGEMBANGAN WILAYAHNYA MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Geomorfologi Umum yang dibimbing oleh Drs. Sudarno Herlambang M,Si oleh: Syafitri Rahmadina : 205351480149 Neni Wahyuningtyas : 205351480156 Dikin Faisol : 205351480157 Elly Mulia : 205351480167 Anna Faizah : 205351484075 Sri Muji Lestari : 205351484083 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN GEOGRAFI September 2006

description

makalah bentuk lahan asal vulkanis tugas geomorfo

Transcript of Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Page 1: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

BENTUK LAHAN ASAL VULKANIS

DAN PENGEMBANGAN WILAYAHNYA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi

Tugas mata kuliah Geomorfologi Umum

yang dibimbing oleh Drs. Sudarno Herlambang M,Si

oleh:

Syafitri Rahmadina : 205351480149

Neni Wahyuningtyas : 205351480156

Dikin Faisol : 205351480157

Elly Mulia : 205351480167

Anna Faizah : 205351484075

Sri Muji Lestari : 205351484083

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN GEOGRAFI

September 2006

Page 2: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebaran gunungapi yang luas, baik di dunia maupun di Indonesia,

menyebabkan adanya hubungan yang sangat erat dengan manusia dan

lingkungan hidup. Dalam interaksinya, gunung api telah, sedang dan akan

terus memberikan sumberdayanya bagi kelangsungan hidup manusia.

Namun di sisi lain, gunung api sekali waktu dapat menimbulkan bencana

bagi kehidupan di sekitarnya. Disilah dituntut peranan manusia untuk

menyikapinya secara baik dan benar terhadap perilaku gunungapi agar tetap

dapat hidup harmonis berampingan dengan alam gunungapi. Manusia wajib

mengolah sumber daya alam gunungapi untuk dimanfaatkan bagi

kelangsungang hidup secara aman.

Selain itu kejadian yang sangat langka dalam kurun waktu

kehidupan manusia mendorong para ahli mempelajari dan meningkatkan

penelitian baik pengembangan IPTEK khususnya tentang ilmu gunungapi

maupun aplikasi teknologi dari ilmu tersebut untuk menanggulangi bencana

letusan gunungapi maupun memanfaatkan SDA gunungapi. Di Indonesia

sangat banyak dijumpai gunungapi dan batuan gunungapi diantaranya

banyak yang tergolong aktif yang tersebar di kepulauan wilayah Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini merumuskan masalah tentang :

1. Bagaimana bentuk dan struktur gunungapi serta sebaran gunungapi di

Indonesia ?

2. Bagaimana proses erupsi gunungapi ?

3. Bagaimana stadia gunungapi ?

4. Bagaimana aplikasi teknologi penanggulangan bencana letusan maupun

pemanfaatan Sumber Daya Alam gunungapi ?

5. Bagaimana aplikasi bentuk lahan vulkanik Gunung Merapi?

1

Page 3: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Menguraikan bentuk dan struktur gunungapi serta sebaran gunungapi di

Indonesia.

2. Mengetahui proses erupsi gunungapi,

3. Mengetahui stadia gunungapi.

4. Mengaplikasikan teknologi ilmu gunungapi untuk penanggulangan

bencana dan bahaya gunungapi.

5. Mengaplikasikan bentuk lahan vulkanik Gunung Merapi.

2

Page 4: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dasar Vulkanik (gunungapi)

Alzwar dkk (1988) mendefinisikan guungapi dalam buku

Volcanologi, Sutikno Bronto (2001) bahwa gunungapi merupakan tempat

munculnya batuan leleran dan rempah lepas gunungapi yang berasal dari

dalam bumi, jenis atau kegiatan magma yang sedang berlangsung serta

bentuk timbulan dipermukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah

gunungapi.

Definisi yang lain menyatakan bahwa gunungapi ialah tempat

dimana magama keluar kepermukaan bumi.Dari definisi diatas bahwa

bentuk luar dari suatu gunungapi tidak perlu berbentuk kerucut melainkan

dapat berbentuk lain yaitu hanya berupa lubang kepundan saja atau bentuk

lain sebagai rekah memanjang.

2.2 Bentuk, Struktur, serta sebaran gunungapi di Indonesia.

2.2.1 Bentuk dan struktur gunungapi di Indonesia.

Magma yang keluar kepermukaan bumi menghasilkan berbagai

bentuk dan struktur gunungapi. Pengertian bentuk gunungapi di sini

dimaksudkan untuk menguraikan bermacam-macam kenampakan bentang

alam gunungapi. Sedangkan pengertian struktur gunungapi ditekankan pada

kenampakan dalam dari setiap bentuk dan struktur bentang alam gunungapi.

Secara umum dan berdasarkan kegiatannya gunungapi dibagi

menjadi dua kelompok yaitu: gunungapi monogenesa adalah gunungapi

yang terbentuk oleh satu erupsi atau satu fase erupsi saja, sehingga waktu

hidupnya relatif pendek dan ukurannya relatif kecil. Bentuk-bentuk

gunungapi monogenesa antara lain kubah lava, aliran lava, kerucut sinder

dan maar. Gunungapi poligenesa adalah gunungapi yang terbentuk oleh

banyak erupsi, dimana antar erupsi dipisahkan oleh waktu istirahat yang

panjang dan melibatkan berbagai jenis magma. Bentuk-bentuk gunungapi

poligenesa adalah gunungapi komposit, jamak, kompleks gunungapi,

gunungapi kaldera dan gunungapi perisai.

Page 5: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

2.2.2 Sebaran gunungapi aktif di Indonesia.

Di Indonesia sebaran gunungapi aktif dibagi menjadi empat busur

gunungapi yaitu:

1. Busur gunungapi Sunda, meliputi sebaran gunungapi mulai pulau

Sumatra, Pulau Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara. Dari Pulau

Sumatra ke arah baratlaut sebaran gunungapi berlanjut ke Kepulauan

Andaman.

2. Busur gunungapi Banda, merupakan kelompok gunungapi yang

terdapat di Kepulauan Banda.

3. Busur gunungapi Halmahera, mencakup gunungapi-gunungapi di

Halmahera dan Kepulauan Maluku.

4. Busur gunungapi Sulawesi Utara-Kepulauan Sangihe, merupakan

kelompok gunungapi yang terdapat di Selawesi Utara ke arah utara

hingga Kepulauan Sangir-Talaud atau Kepualauan Sangihe. Busur

gunungapi Halmahera dan Sangihe tersebut berlanjut lebih ke utara

menunju Filipina.

Pembagian gunungapi aktif di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Gunungapi aktif tipe A yaitu gunungapi yang kegiatannya atau

letusannya tercatat dalam sejarah sejak tahun 1600

2. Gunungapi aktif tipe B yaitu gunungapi yang kegiatannya terjadi

pada masa prasejara atau sebelum tahun 1600.

3. Gunungapi aktif tipe C yaitu gunungapi yang merupakan lapangan

panas bumi, yaitui munculnya gas-gas gunungapi, mata air panas,

bualan lumpur panas, lapangan alterasi hidrotermal dan lain-lain.

Sebaran gunungapi berdasarkan tektonik lempeng dibagi menjadi

lima kelompok yaitu:

1. Gunungapi yang muncul dipemekaran kerak tengah samudera.

Gunungapi ini muncul ditengah-tengah samudera berasal dari

pemekaran kerak bumi didasar samudra.

2. Gunungapi yangmuncul dipemekaran kerak benua. Disini diyakini

bahwa kerak benua juga mengalami pemekaran sehingga

menghasilkan kegiatan gunungapi.

4

Page 6: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

3. Pulau gunungapi lautan. Gunungapi ini muncul sebagai akibat

menyempitnya kerak samudra, sehingga magma yang berasal dari

selubung bumi (mantle) dengan mudah keluar ke permukaan bumi.

4. Busur gunungapi tepi benua. Busur gunungapi ini muncul di tepi

benua sebagai akibat penujaman kerak samudra (Oceanic crust) ke

bawah kerak benua (Continental crust). Penunjaman tersebut

menimbulkan panas yang mampu meleburkan selubung bumi

sehingga terbentuk magma yang karena sifatnya cenderung bergerak

keatas sehingga keluar sebagai kegiatan gunungapi.

2.3 Proses Erupsi Gunungapi

2.3.1 Definisi erupsi

Erupsi gunungapi adalah proses keluarnya magama dari dalam

bumi kepermukaan. Dari pernyataan proses keluarnya magma diartikan

bahwa magma dapat benar-benar keluar (ekstrusi) kepermukan bumi atau

sebelum mencapai permukaan bumi sudah membeku didalam bumi (intrusi).

Magma yang benar-benar keluar kepermukaan bumi dalam bentuk cair liat

dan pijar setelah membeku dan membentuk batuan ekstrusiva (extrusive

rocks) atau batuan beku luar. Sedangkan magma yang sudah membeku

sebelum mencapai permukaan disebut batuan beku intrusi dangkal atau

batuan beku terobosan di dekat permukaan. Baik proses keluarnya magma

kepermukaan bumi maupun hanya menerobos sampai di dekat permukaan

tersebut digolongkan sebagai erupsi gunungapi. Hal ini dengan

pertimbangan karena keduanya mempunyai kesaman di dalam lokasi

kejadian yaitu di daerah gunungapi.

Awal erupsi yang dimaksud adalah kelahiran gunungapi. Kejadian

permulaan adalah gempa yang dahsyat sehingga permukaan tanah rekah.

Pertama kali gas akan dikeluarkan, terjadi lubang dan batu-batuan akan

dilemparkan ke atas membentuk lubang breksi terbuka. Material yang

dikeluarkan seperti debu, batu apung, fragmen lava.

Suatu ciri khas terjadinya gunungapi ialah bagian bawah sekitar

lubang dijumpai batuan terdahulu yang tertutup oleh fragmen-fragmen dari

hasil kegiatan magma. Apabila ledakan sangat kuat batu apung, debu dan

5

Page 7: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

lainnya akan diendapkan di sekitar dan membentuk lapisan tipis. Dengan

demikian gunung api terdiri dari lubang kepundan apabila terisi air maka

disebut maar.

2.3.2 Jenis-jenis erupsi

Jenis erupsi berdasarkan sifatnya erupsi adalah sebagai berikut:

1. Erupsi eksplosif (letusan) terjadi apabila letak dapur magama dalam,

volume gas besar, sifat magma asam. Material yang dikeluarkan

adalah piroklastik dengan kandungan S1O2 tinggi.

2. Erupsi effusif (lelehan), terjadi karena letak dapur magma dngkal,

volume gas kecil, sifat magma basa. Material yang dikeluarkan

berupa lava dengan kandungan S1O2 kecil bentuk volkan yang

dihasilkan adalah rounded cone.

3. Erupsi campuran, terjadi karena adanya variasi letak dapur magma,

volume gas dan sifat magma yang tidak asam dan tidak basa

(intermidier). Sebagian besar erupsi volkan di Indonesia bertipe

campuran dengan material intermidier yang cenderung basa. Bentuk

volkan yang dihasilkan adalah strato (kerucut).

Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan tempat keluarnya magma,

erupsi dibedakan:

1. Erupai celah/linier (fissure eruption), adalah erupsi yang tidak

melalui lubang kepundan gunungapi melainkan mengalir keluar

melalui retakan-retakan batuan. Dengan demikian sifat letusannya

effusif. Lebih banyak magma yang sampai di permukaan bumi

melalui retakan-retakan batuan dibanding melalui pipa kepundan

gunungapi. Karena itu kurang tepat bila vulkanisme diartikan sebagai

aktivitas gunungapi. Hampir 2,6 x 106 km2 permukaan daratan

tertutup dengan lava yang keluar lewat erupsi celah.

2. Erupsi areal (areal eruption), terjadi karena dinding atas/atap

batholith runtuh sehingga magma keluar ke permukaan meliputi

daerah yang luas. Proses ini sering disebut de roofing karena

prosesnya menimpa bagian atap batholith.

6

Page 8: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

3. Erupsi pusat/puncak (central eruption/pipe eruption/summit

eruption), terjadi melalui pipa kepundan, pada umumnya

berlangsung singkat. Apabila magma agak kental/kental kadang-

kadang pipa kepundan tersumbat oleh magma yang membeku,

disebut sumbat lava (lava plug). Sumbat lava tersebut akan

menghalangi keluarnya magma. Gas-gas yang menyertai magma

menyusun kekuatan dibawahnya, dan apabila sudah cukup kuat

sumbat lava didobrak ke atas sehingga terjadi erupsi berikutnya.

Berdasarkan penyebabnya erupsi dapat digolongkan menjadi 4

tipe, yaitu:

1. Erupsi magma (magmatic eruption) yaitu erupsi yang menghasilkan

bahan padat langsung berasal dari magma.

2. Erupsi Hidro (hydro eruption) adalah erupsi yang disebabkan oleh

uap yang berasal dari pemanasan air diluar magma.

3. Erupsi phreatik (prheatic eruption) yaitu erupsi yang disebabkan

oleh tekanan uap yang berasal dari air tanah yang mengalami

pemanasan.

4. Erupsi phreato-magmatic (phreato magmatic eruption) adalah

gabungan erupsi magma dan phreatik.

Magma yang tidak sampai kepermukaan membentuk tubuh batuan

beku intrusi dangkal. Dipandang dari bahan padat yang dikeluarkan ke

permukaan bumi maka ada erupsi magmatik, erupsi freatik dan erupsi

freatomagmatik, ditinjau dari sifat kegiatan berupa erusi letusan dan erusi

lelehan, sedang berdasar lokasinya ada erupsi pusat, erupsi lereng

(terminal atau lateral) dan erupsi eksentrik. Erupsi secara meletus

disebabkan oleh adanya gas gunungapi yang bertekanan tinggi. Akumulasi

gas magma dihasilkan oleh proses diferensiasi, atau percampuran magma

basa dengan magma asam. Dalam beberapa hal magma asam hanya keluar

secara meleleh karena adanya proses penghilangan gas (degassing). Di

dalam erupsi secara vertikal besarnya letusan gunungapi ditentukan

dengan nilai indeks letusan gunungapi (VEI) mulai dari 0-8, dan erupsinya

secara berturut-turut diberi nama:

7

Page 9: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

a. Tipe Islandia, mempunyai ciri erupsi sangat lemah, magma sangat

cair yang mengalir keluar ke permukaan bumi melalui suatu saluran

kemudian menyebar di permukaan bumi menghasilkan lapisan-

lapisan lava. Erupsi ini biasanya berlangsung berbulan-bulan dan

pada erupsi berikutnya saluran seringkali bergeser tempat.

b. Tipe Hawaii, erupsinya ini juga lemah, magma meleleh keluar karena

magmanya cair dan tekanan gasnya rendah, namun berlangsung

lama. Biasanya dapur magama dangkal.

c. Tipe Stromboli, erpsinya tidak terlalu eksplosif dengan magma agak

cair, tekanan gas sedang dan dapur magma agak dalam. Selain

mengeluarkan lava, juga bahan-bahan pyroklastik sehingga

membentuk kerucut campuran.

d. Tipe Vulkano, erupsinya lebih eksplosif dengan magma agak cair,

tekanan gas sedang dan dapur magma agak dalam. Tipe ini ditandai

dengan awan abu, juga mengeluarkan sedikit lava.

e. Tipe Pele, erupsinya sangat kuat karena magma sangat kental,

tekanan gasnya tinggi dan dapur magma dalam.

Semakin panjang masa istirahat suatu gunungapi maka letusan mendatang

akan mempunyai nilai VEI lebih tinggi. Hal ini berhubungan dengan

proses diferensiasi magma dari komposisi basa ke asam dan akumulasi gas

gunungapi yang semakin lama semakin banyak dan bertekanan sangat

tinggi.

2.3.3 Stadia Gunungapi

Berdasarkan analisa umur batuan gunungapi terutama penarikan

umur secara radiometri menyatakan bahwa seluruh gunungapi yang pernah

meletus antara 50.000 tahun yang lalu hingga sekarang dinyatakan sebagai

gunungapi aktif. Gunungapi yang kegiatannya antara 50.000 tahun dan

100.000 tahun dinyatakan mempunyai potensi aktif kembali sedangkan

gunungapi yang kegitannya lebih tua dari 100.000 tahun yang lalu

dipandang sudah mati atau fosil gunungapi.

8

Page 10: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral RI

menyatakan bahwa gunungapi aktif adalah semua gunungapi yang pernah

meletus sejak tahun 1600, sedangkan gunungapi yang belum pernah

meletus sejak 1600 tetapi masih memperlihatkan kenampakan vulkanisme

serta daerah yang bentuk gunungapinya tidak jelas tetapi masih dijumpai

solfatar dan fumarol. Oleh karena itu gunungapi yang berumur kurang dari

5 juta tahun masih perlu diperhatikan karena kemungkinan terjadi letusan

kembali. Salah satu contoh gunungapi yang dipandang sudah tidak aktif

ttapi setelah beristirahat 14.500 tahun kemudian meletus adalah gunung

Anak Ranakah, di Pulau Flores bagian barat (Abdurrahman dkk, 1988

dalam Sutikno Bronto, Volcanologi 2001)

Secara geomorfologi material penyusun gunungapi dapat

dibedakan menjadi:

1. Endapan vulkanik muda, dengan ciri belum memadat berupa

endapan yang bentuknya

a. medan abu dan pasir. Contoh Segoro Wedi-Bromo,

b. Kerucut atau sinder, merupakan gunungapi fragmental, materi

kasar. Contoh Galunggung.

c. Lahar membentuk dataran dan lereng kaki fluviovulkanik.

2. Batuan vulkanik muda, memadat yang bentuknya:

a. Aliran lava dan medan lava,

b. Kubah lava berupa lava mengental pada pipa kepundan apabila

vulkan mati akan terbentuk sumbat lava.

c. Lava pada kerucut gunungapi strato, setelah erupsi akan

membentuk puncak baru.

3. Formasi volkanik tua yang bentuknya:

a. Abu, lapini, sinder, lahar yang tertumpuk kuat.

b. Endapan breksi, piroklastik terlapuk kuat

c. Endapan vulkanik bercampur dengan sedimen terlapuk.

9

Page 11: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

2.4 Aplikasi teknologi penanggulangan bencana letusan serta

pemanfaatan Sumber Daya Alam gunungapi.

2.4.1 Klasifikasi bahaya gunungapi

Secara umum semakin lama suatu gunungapi beristirahat maka

erupsi yang akan datang dapat meletus sangat dahsyat, misalnya letusan

pembentukan kaldera. Ini berarti ancaman bahayanya semakin besar

karena selain mengancam daerah yang lebih luas, selam wktu istirahat

panjang itu pemukiman dan kegiatan manusia terus meningkat dan

cenderung mendekati lokasi sumber bencana sementara pemahaman,

kesadaran dan kewaspadaan terhadap ancaman bahaya semakin berkurang.

Berdasarkan waktu kejadian, bahaya gunungapi dibagi menjadi

empat golongan, yaitu:

1. Bahaya gunungapi jangka panjang, bila kejadiannya kurang dari 1

kali dalam kurun waktu 100 tahun, sebagaimana contoh G. Agung di

P. Bali.

2. Bahaya gunungapi jangka menengah, jika kejadian letusan paling

tidak satu kali dalam waktu antara 50-100 tahun, umpamanya G. Kie

Besi di Maluku Utara.

3. Bahaya gunungapi jangka pendek, kalau kegiatan gunungapi yang

membahayakan terjadi paling tidak satu kali dalam waktu 10-50

tahun, misalnya G. Kelut di Jawa Timur.

4. Bahaya gunungapi jangka sangat pendek, bila kegiatannya sangat

sering, paling tidak satu kali setiap 10 tahun. Contoh G. Semeru di

Jawa Timur.

Berdasarkan proses kegiatan gunungapi maka bahaya gunungapi

dapat dibagi menjadi bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

adalah bahaya yang timbul secara langsung pada saat terjadi erupsi atau

letusan gunungapi. Bahaya sekunder adalah bahaya yang terjadi secara

tidak langsung atau setelah kegiatan gunungapi berlalu atau sedang

beristirahat.

10

Page 12: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Bahaya primer Bahaya sekunder

1. Awan panas 1. Lahar hujan 2. Lontaran atau hujan batu (pijar) 2. Banjir bandang 3. Longsoran batuan gunungapi 3.Pencemaran air tanah 4. Lahar letusan 4. Kekurangan air bersih 5. Aliran lava 5. Pencemaran air permukaan 6. hujan abu 6. Kelaparan dan penyakit menular 7. Tsunami (gelombang pasang air laut) 8. Gas beracun 9. Gempa bumi 10. Hentakan udara dan petir 11. Deformasi permukaan tanah 12. Anomali geotermal 13. Anomali air tanah 14. Lubang letusan baru 2.4.2 Penanggulangan bencana letusan gunungapi

Menejemen penanggulangan bencana sangat penting dipahami dan

dilaksanakan supaya penanggulangan bencana dapat diorganisir dengan

baik, rapi, tertib dan lancar. Untuk mencegah terulangnya bencana diwaktu

yang akan datang diperlukan usaha pencegahan mitigasi dan kesiap

siagaan.

Usaha-usaha penanggulangan bencana pada tahap pencegahan

antara lain:

pembangunan sabodam untuk mengendalikan lahar dan banjir,

penyusunan peraturan tata guna lahan agar masyarakat tidak

mengembangkan pemukiman di daerah rawan bencana.

Pembuatan terowongan air untuk mengurangi volume air di danau

kawah.

Pembuatan rumah beratap seng dengan kemiringan tajam.

Penelitian bencana gunungapi untuk menilai potensi bahaya yang

akan datang.

Pembuatan peta kawasan rawan bencana gunungapi.

Pemantauan kegiatan gunungapi.

Penyuluhan terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana baik

secara langsung maupun melalui media cetak elektronika.

11

Page 13: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Pengertian mitigasi bencana alam gunungapi adalah tindakan untuk

mengurangi dampak bencana pada masyarakat. Seperti penerapan

bangunan standar untuk mengantisipasi gempa bumi, hujan abu dan banjir.

Pengamanan sistim instalasi strategis dan fital seperti pusat PLTA, air

minum dan komunikasi. Pengembangan infrastruktur seperti pembuatan

jalan raya baru yang menjahui rawan bencana.

Tahap kesiap siagaan merupakan tindakan-tindakan yang

mmungkinkan pemerintah, masyarakat maupin perorangan mampu

mengantisipasi segera mungkin dan seefektif mungkin terhadap situasi

kejadian bencana misalnya:

Menyiapkan peralatan penanggulangan bencana untuk digunakan

sewaktu-waktu.

Pelaksanaan efakuasi atau pengungsian.

Menyiapkan sistem peringatan dini (komunikasi darurat).

Melakukan penyuluhan serta memberi informasi tentang

kebencanaan pada masyarakat.

Melakukan pelatihan penanggulangan bencana.

2.4.3 Pemantauan gunungapi

Tujuan utama pemantaun kegiatan gunungapi adalah untuk

memperkirakan besaran letusan yang akan terjadi melalui model erupsi

gunungapi antara lain,

Memperkirakan waktu dan besaran letusan awal.

Mendeteksi adanya peningkatan kegiatan.

Memperkirakan waktu dan besaran letusan berikutnya terutama

letusan puncak.

Memperkirakan lama letusan dan mengidentifikasi penurunan

kegiatan guna memperkirakan luasan dan daerah yang akan terlanda,

jenis ancaman bahaya yang akan terjadi apakah awan panas, lontaran

batu, hujan abu, aliran lava, aliran lahar.

12

Page 14: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

13

2.4.4 Manfaat gunungapi

Secara umum keberadaan gunungapi mempunyai dua manfaat

utama yaitu: manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan manfaat

praktis (terapan) untuk meningkatan dan taraf hidup manusia. Gunungapi

dapat dipandang sebagai laboratorium alam yang dijadikan objek

panelitian secara terus-menerus untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang kegunungapian.

Sumberdaya gunungapi adalah bahan atau keadaan di kawasan

gunungapi yang merupakan hasil kegiatan gunungapi baik secara langsung

maupun tidak langsung. Sumberdaya gunungapi terdiri dari, sumberdaya

energi, sumberdaya lingkungan dan sumberdaya mineral.

Sumberdaya energi gunungapi berupa:

• Uap panas bumi

• Energi air

• Cebakan hidrokarbon dan tenaga nuklir

Sumberdaya lingkungan kawasan gunungapi menyediakan:

• Obyek wisata

• Kehutanan

• Perkebunan

• Pertanian

• Pemukiman

• Sumber air

• Olahraga dan pengobatan

Sumberdaya mineral kawasan gunungapi mengandung mineral

logam dan non logam. Mineral logam terdiri dari biji logam mulia, logam

dasar dan logam tanah jarang. Bahan non logam disebut bahan galian

industri misalnya kuarsa, kaulin, tras, batu apung, andesit, gipsum,

belerang. Pemanfaatan sumberdaya gunungapi hendaknya tetap mengacu

pada prinsip aman, menguntungkan dan tidak merusak lingkungan.

2.5 Aplikasi bentuk lahan vulkanik

Gunung Merapi merupakan aplikasi bentuk lahan vulkanik yang

terdapat di Indonesia.

Koordinat puncak : 70 32’ 29’’ LS dan 1100 26’ 47’’ BT

Ketinggian : 2.975 meter dpl

Page 15: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Letak administrasi :

Lereng Utara : Kab. Boyolali Provinsi Jawa Tengah

Lereng Barat : Kab. Magelang Provinsi Jawa Tengah

Lereng Selatan : Kab. Sleman Provinsi DIY

Lereng Timur : Kab. Klaten dan Kab. Boyolali Provinsi Jawa

Tengah

Bentuk lahan

Bentuk lahan yang terbentuk di kompleks Gunung Merapi yaitu;

Kawah aktif, Sumbat lava, Vulcanic neck atau Lecher gunungapi, Lereng

gunungapi, Lembah barranco, Kaki gunungapi, Dataran kaki gunungapi,

Dataran gunungapi, Medan lava dan Teras sungai erosional.

Daerah Bahaya Letusan Gunung Merapi

Terdapat kaitan antara bentuk lahan dengan tingkat kerentanan

terhadap letusan gunungapi. Tingkat kerentanan tiap-tiap bentuklahan

terhadap bencana Gunungapi Merapi dikelaskan ke dalam tiga tingkat,

yaitu sangat rentan, rentan, dan kurang rentan. Masing-masing yaitu

tingkat sangat rentan meliputi Kawah Aktif, Sumbat Lava, dan Medan

Lava, tingkat rentan meliputi Lecher Gunungapi, Lereng Gunungapi,

Lembah Barranco, Teras Sungai Erosional, sedangkan untuk tingkat

kurang rentan meliputi Kaki Gunungapi, Dataran Kaki Gunungapi, dan

Dataran Gunungapi.

Bentuk lahan yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rentan

dan rentan pada zonasi daerah bahaya letusan gunungapi dimasukkan ke

dalam daerah bahaya, baik Daerah Terlarang, Daerah Bahaya I, ataupun

Daerah Bahaya II. Daerah-daerah tersebut dominan terdapat di lereng

bagian Barat daya dan sekitarnya yang secara administrasi termasuk

wilayah Kabupaten Magelang Propinsi Jawa Tengah dan sebagian

kecilnya termasuk wilayah Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

14

Page 16: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Morfologi Gunung Merapi

Gunung Merapi tumbuh di atas titik potong antara kelurusan

vulkanik Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi dan kelurusan

vulkanik Lawu - Merapi - Sumbing - Sindoro - Slamet. Kelurusan

vulkanik Ungaran-Merapi tersebut merupakan sesar mendatar yang

berbentuk konkaf hingga sampai ke barat, dan berangsur-angsur

berkembang kegiatan vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari arah

utara ke selatan. Dapat diurut dari utara yaitu Ungaran Tua berumur

Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu di Gunung Merapi yang sangat

aktif hingga saat ini. Kadang disebutkan bahwa Gunung Merapi

terletak pada perpotongan dua sesar kwarter yaitu Sesar Semarang yang

berorientasi utara-selatan dan Sesar Solo yang berorientasi barat-timur.

Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi

empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki

dan Dataran Kaki (Sari,1992). Kerucut puncak dibangun oleh endapan

paling muda berupa lava dan piroklastik. Satuan lereng tengah

dibangun oleh endapan lava, piroklastik dan lahar. Lereng kaki dan

Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Dari

bentuknya, dibandingkan dengan gunungapi disebelahnya yaitu

Gunung Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh lebih runcing. Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan bagian puncaknya relatif lebih

cepat. Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa pada saat ini

produk aktivitas Merapi hanya tersebar pada jarak yang dekat dari

puncak Merapi.

Kerucut puncak Merapi yang sering disebut sebagai Gunung

Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda. Semua aktivitas

Merapi terpusat pada puncak kerucut ini. Kawah utama Merapi saat ini

berupa bukaan berbentuk tapal kuda yang mengarah ke barat-baratdaya.

Morfologi kawah ini terbentuk sesudah letusan tahun 1961. Secara

umum, dataran puncak Merapi tersusun dari kubah-kubah lava yang

tidak terlongsorkan. Beberapa area di dataran puncak Merapi di luar

kawah utama mengeluarkan banyak uap vulkanik yaitu di area Gendol

15

Page 17: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

dan Woro, bagian tenggara dataran puncak.

Bagian lereng barat Merapi merupakan daerah aliran guguran

dan piroklastik. Daerah ini merupakan daerah terbuka karena sering

terlanda awanpanas. Daerah lereng timur sebagai bagian dari struktur

Merapi Tua jarang terkena dampak aktivitas Merapi. Lereng ini lebih

banyak tedutup dengan vegetasi. Morfologinya nampak dipisahkan dari

kerucut-Merapi dengan sesar yang berbentuk tapal kuda yang melalui

bawah Gunung ljo, lereng timur Merapi.Lereng kaki Merapi tersusun

dari punggungan-punggungan radial yang diselingi dengan hulu-hulu

sungai. Beberapa sungai penting yang berada di lereng barat yaitu

Batang, Bebeng, Putih, Blongkeng, Sat, Lamat dan Senowo. Alur-alur

pada hulu sungai tersebut yang sering mendapat tambahan material

produk letusan.

Stratigrafi

Penelitian terdahulu dari G. Merapi menunjukkan bahwa

sejarah G. Merapi cukup komplek dan pembagian detail dari sejarah

Merapi sendiri masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Berbagai

penelitian geologi yang dilakukan di Merapi antara lain Wirakusumah

(1989), Berthommier (1990), Newhall & Bronto (1995) dan Newhall et

al (in press). Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2

kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian yang

dilakukan sesudahnya semakin merinci unit-unit stratigraf! di Merapi.

Secara garis besar sejarah G. Merapi dapat dibagi menjadi 4

bagian (Bedhommier, 1990), yaitu :

Pra Merapi (lebih dari 400.000 tahun yang lalu)

Sebelum terbentuk Gunung Merapi, pada masa ini sudah

terdapat apa yang sekarang nampak sebagai Gunung Bibi, gunung

basaltik andesit, yang terletak di lereng timur Merapi, termasuk di

daerah Boyolali. Walaupun sama sepeni lava Merapi berjenis basalt-

andesitik, batuan gunung Bibi berbeda dari batuan Merapi, karena tidak

mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar

2050 meter di atas muka laut. Lokasi ini dapat dicapai melalui desa

16

Page 18: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Cepogo naik ke arah Merapi. Jarak datar antara puncak Bibi dan

puncak Merapi sekitar 2.5 kilometer. Karena umurnya yang jauh lebih

tua darl gunung Merapi bukit ini telah mengalami alterasi yang kuat,

contoh batuan segar sudah sulit sekali ditemukan. Umurnya

diperkirakan sekitar 700.000 tahun.

Merapi Tua (60.000 sampai 8000 tahun yang lalu)

Pada masa ini mulal lahir Gunung Merapi dan merupakan fase

awal dari pembentukannya. Kerucut G. Merapi belum terbentuk

sempurna. Produk erupsinya bervariasi. Ekstrusi awalnya berupa lava

basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur

sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan

komposisi andesit basaltik; dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

Merapi pertengahan (8000 sampai 2000 tahun yang lalu)

Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit

Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara

Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan

panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan

eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan "debris-

avalanche" (sebagaimana terjadi di Mount St. Helens, dalam skala

kecil), ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan

panjang 7 kilometer, lebar 1-2 kilometer dengan beberapa bukit di

lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.

Merapi baru (2000 sampai sekarang)

Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi

yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar. Aktivitas Merapi terdiri

dari aliran basalt dan andesit lava, awanpanas serta letusan magmatik

dan phreatomagmatik. Kubah lava menjadi pusat aktivitas Gunung

Merapi sampai saat ini.Batuan dasar dari G. Merapi diperkirakan

berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur

sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari G. Merapi terjadi di masa lalu

yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang

terletak + 23 km dari G. Merapi. Newhall et al (in press) juga

17

Page 19: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

menyatakan bahwa akibat letusan besar di masa lalu dari G. Merapi,

material hasil letusannya diperkirakan telah membendung K. Progo

yang kemudian membentuk danau. Namun demikian, waktu dari

letusannya masih diperdebatkan.

Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah

menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan

(VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar

terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo

tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu (490 + 100 yrs.

B.P) (MN15 NB-1). Namun demikian, erupsi eksplosif dari G. Merapi

yang teramati diperkirakan masih terjadi lagi pada sekitar 250 tahun

yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Meskipun demikian, letusannya

relatif kecil dibandingkan letusan yang menghasilkan Selokopo tephra.

Berdasarkan pengamatan terhadap jenis endapan dan besar

letusannya, letusan G. Merapi di masa lalu (3000 BP - 1800 AD) dapat

dibedakan menjadi 3 (Andreastuti, 1999) kelompok:

Kelompok 1 letusan kecil menghasilkan satu jenis endapan yang

relatif tipis atau aliran lava.

Kelompok 2 letusan medium menghasilkan endapan tephra yang

menunjukkan asosiasi sederhana dari endapan yang ketebalannya relatif

tipis.

Kelompok 3 letusan besar yang menghasilkan endapan tebal dengan

asosiasi jenis endapan yang komplek.

Pembagian tersebut diatas berlaku untuk kejadian letusan pra-1 800

AD. Bila diterapkan pada letusan sekarang (sesudah-1 800 AD), maka

endapan yang terbentuk dapat digolongkan dalam kelompok 1,

contohnya lava, awanpanas atau endapan surge dan kelompok 2, yaitu

asosiasi endapan awanpanas dan surge.

Endapan hasil letusan yang sekarang berupa awanpanas yang

meskipun cukup tebal (mencapai 8m), namun hanya tersebar di

lembah-lembah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa letusannya relatif

kecil. Pada letusan pra-1 800, hasil letusan berupa endapan jatuhan

18

Page 20: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

yang ketebalannya lebih tipis namun merata di sekitar gunung. Tekanan

internal magma pada letusan yang menghasilkan awanpanas lebih kecil

daripada yang menghasilkan letusan dengan endapan jatuhan.

Dalam perkembangannya, sifat letusan G. Merapi

menunjukkan sifat perubahan komposisi magma yang berulang dari

basa ke asam. Komposisi SiO2 pada sekitar 1000 tahun terakhir

mengalami variasi dengan nilai terendah sekitar 50.5 % sampal 56.5 %.

Tentu saja perubahan komposisi in! akan berpengaruh pada tingkah

laku Merapi. Walaupun perubahan SiO2 berfluktuasi, dalam jangka

panjang terjadi kecenderungan kenaikan komposisi yang jelas. Hal ini

tedilhat baik dari letusan yang sekarang maupun letusan masa lalu

(Andreastuti, 1999). Namun demikian, perubahan sifat letusan dari

eksplosif menjadi efusif pada periode saat ini merupakan perubahan

yang penting, karena berpengaruh pada jenis dan resiko dari letusan.

Dibandingkan dengan letusan masa lampau, letusan masa kini relatif

kecil (VEI 1-3).

Petrografi

Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe basalt-andesitik

dengan komposisi SiO2 berkisar antara 50-58 %. Beberapa lava yang

bersifat lebih basa mempunyai SiO2 yang lebih rendah sampal sekitar

48%. Batuan Merapi tersusun dari plagiolklas, olivin, piroksen,

magnetit dan amphibol. Plagioklas merupakan mineral utama pada

batuan Merapi dengan komposisi sekitar 34%. Menurut del Marmol

(1989), lava Merapi mempunyai tingkat kristalinitas 32 58% (fenokris

> 0.2 mm). Sedangkan penelitian dari endapan tephra pra-1800 AD

(Andreastuti, 1999), mengandung fenokris 15-50%.

Asosiasi mineral dari endapan tephra Merapi , yaitu:

a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende

b. Plagioklas-hornblende-klinopiroksen

Asosiasi mineral (a) merupakan kelompok yang dominan untuk

endapan pra-1800 AD.

19

Page 21: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Sedangkan endapan lava dan tephra sesudah-1800 AD terutama

mempunyai asosiasi mineral:

a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende-olivin

b. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen

Asosiasi mineral (b) adalah umum ditemukan dalam endapan tephra

dan lava sesudah1800 AD.

Batuan Merapi yang bersifat basalt-andesitik dan andesitik

merupakan hasil evolusi dari high-Al basalt sebagai magma asalnya.

Disamping differensiasi kristalisasi, magma Merapi dipengaruhi juga

oleh adanya kontaminasi dari batuan mantel dan kerak bumL Adanya

kontaminasi dari mantel bumi ditunjukkan dengan. adanya asimilasi

antara olivin forsteritik dan high-Al basalt. Xenolith karbonat

merupakan indikasi adanya kontaminasi dari batuan sedimen di kerak

bumL Xenolith gabbro, walaupun tingkat kontaminasinya kecil,

menjadi petunjuk adanya kontaminasi dari batuan tertua yang

ditemukan di pulau Jawa (del Marmol, 1989).

Magma Merapi berasal dari high-Al basalt yang terkumpul di

dapur magma. Magma basalt ini mempunyai kandungan air sekitar 2%

berat. Dari analisis kristalisasi disimpulkan bahwa dapur magma berada

pada suatu kedalaman antara 7-17 kilometer (estimasi petrografik) atau

setara dengan tekanan lithostatik 2 sampai 5 kilobar (del Marmol,

1989). Dapur magma diperkirakan mempunyai volume sekitar 10 kmI.

Nilai volume ini diperoleh dari perhitungan berdasarkan data laju

erupsi, pertumbuhan kristal, ukuran kubah lava.

Karakter dan Gejala Letusan

Sejak awal sejarah letusan Gunung Merapi sudah tercatat bahwa

tipe letusannya adalah pertumbuhan kubah lava kemudian gugur dan

menghasilkan awanpanas guguran yang dikenal dengan Tipe Merapi

(Merapi Type). Kejadiannya adalah kubahlava yang tumbuh di puncak

dalam suatu waktu karena posisinya tidak stabil atau terdesak oleh

magma dari dalam dan runtuh yang diikuti oleh guguran lava pijar.

20

Page 22: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

Dalam volume besar akan berubah menjadi awanpanas guguran

(rock avalance), atau penduduk sekitar Merapi mengenalnya dengan

sebutan wedhus gembel, berupa campuran material berukuran debu

hingga blok bersuhu tinggi (>700oC) dalam terjangan turbulensi

meluncur dengan kecepatan tinggi (100 km/jam) ke dalam lembah.

Puncak letusan umumnya berupa penghancuran kubah yang didahului

dengan letusan eksplosif disertai awanpanas guguran akibat hancurnya

kubah. Secara bertahap, akan terbentuk kubahlava yang baru

Hartman (1935) membuat simpulan tentang siklus letusan Gunung Merapi

dalam 4 kronologi yaitu:

Kronologi 1.

Diawali dengan satu letusan kecil sebagai ektrusi lava. Fase utama berupa

pembentukan kubahlava hingga mencapai volume besar kemudian

berhenti. Siklus ini berakhir dengan proses guguran lava pijar yang berasal

dari kubah yang terkadang disertai dengan awanpanas kecil yang

berlangsung hingga bulanan.

Kronologi 2.

Kubahlava sudah sudah terbentuk sebelumnya di puncak. Fase utama

berupa letusan bertipe vulkanian dan menghancurkan kubah yang ada dan

menghasilkan awanpanas. Kronologi 2 ini berakhir dengan tumbuhnya

kubah yang baru. Kubah yang baru tersebut menerobos tempat lain di

puncak atau sekitar puncak atau tumbuh pada bekas kubah yang

dilongsorkan sebelumnya.

Kronologi 3.

Mirip dengan kronologi 2, yang membedakan adalah tidak terdapat kubah

di puncak, tetapi kawah tersumbat. Akibatnya fase utama terjadi dengan

letusan vulkanian disertai dengan awanpanas besar (tipe St. Vincent ?).

Sebagai fase akhir akan terbentu kubah yang baru.

Kronologi 4.

Diawali dengan letusan kecil dan berlanjut dengan terbentuknya

sumbatlava sebagai fase utama yang diikuti dengan letusan vertikal yang

21

Page 23: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

besar disertai awanpanas dan asap letusan yang tinggi yang merupakan

fase yang terakhir.

Bahaya Gunung Merapi

Bahaya gunung Merapi dapat dibedakan menjadi bahaya

primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer merupakan bahaya

yang timbul sebagai akibat langsung dari letusan. Sedangkan, bahaya

sekunder merupakan bahaya yang secara tidak langsung disebabkan

oleh letusan atau produk letusan. Bahaya primer yaitu awanpanas

letusan, lemparan material letusan dan abu letusan. Bahaya sekunder

yaitu lahar, kerusakan rumah dan tempat tinggal dan bahkan

kekurangan pangan.

Awanpanas saat ini merupakan kejadian yang paling berbahaya

di Merapi. Suhu yang tinggi, mencapai 3000C merupakan faktor yang

paling berbahaya dari awanpanas. Material panas hancuran dari kubah

lava meluncur menyusuri lereng dengan asap yang membubung tinggi

bergulung-gulung dengan kecepatan luncur yang dapat mencapal 90

kilometer per jam. Sebagai ilustrasi, jarak 5 kilometer dari puncak akan

tercapai oleh awanpanas pada waktu 3-4 menit. Walaupun material

awanpanas mengalir menyusuri alur hulu sungai, asap awanpanas

mengikuti aliran materialnya dan dapat membubung tinggi mencapai 1-

2 kilometer.

Awan panas menyapu dan membakar daerah yang dilaluinya.

Asap yang bergulung-gulung dapat membakar daerah sekitar jalur

aliran. Sebagai aliran suspensi material abu, pasir, kerikil, batu dan gas

yang bertekanan tinggi, awanpanas biasanya lebih tidak berisik dari

pada guguran biasa. Awanpanas dari longsoran kubah lava aktif sangat

berbahaya karena dapat terjadi sewaktu-waktu. Kalau awan panas

sudah atau sedang terjadi penanggulangannya sangat sulit.

Bahaya awanpanas hanya bisa dihindari dengan tidak terlalu

dekat dengan jalur-jalur awanpanas yaitu hulu-hulu sungai yang ada di

lereng Merapi. Karena awan panas Merapi terutama berasal dari kubah

lava maka alur yang paling mungkin terkena adalah daerah yang ada

22

Page 24: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

lurus di bawah lidah kubah lava aktif dan disebelah kanan-kiri dari alur.

Sampai saat ini ancaman awanpanas masih ke arah sektor

selatan, barat daya, baratdan barat laut. Kubah lava Merapi mempunyai

orientasi yang bervariasi dari waktu ke waktu sehingga tingkat resiko

bahaya di suatu daerah juga tergantung kondisi kubah pada saat itu.

Lontaran bahan letusan, walaupun saat ini jarang terjadi, juga

berbahaya bagi kampungkampung yang berada pada posisi dekat,

kurang dari 3 kilometer dari Merapi. Lontaran bahan letusan hanya

terjadi pada saat letusan mengarah vertikal atau jenis letusan vulkanian

dan plinian.

Bahaya ini juga mengancam para pendaki yang sedang

melakukan pendakian di G. Merapi pada saat aktivitas Merapi sedang

giat-giatnya. Itulah sebabnya pada saat status Merapi dalam tingkat

"Siaga" dianjurkan untuk tidak melakukan pendakian.

Abu letusan, atau hujan abu, bukan merupakan bahaya yang

besar bagi penduduk. Iritasi tenggorokan merupakan kejadian yang

paling sering dialami oleh penduduk yang terkena hujan abu. Abu pada

beberapa kasus dapat mematikan tanaman pertanian penduduk. Masker

penutup hidung (dari kain) sudah cukup untuk mengurangi dampak

negatif abu vulkanik.Gas beracun di Merapi hampir tidak ada. Namun

demikian bagi para pendaki yang berada di puncak Merapi dan terlalu

dekat dengan solfatara tetap acta resiko untuk terserang keracunan gas

vulkanik. Dianjurkan untuk menggunakan masker gas atau paling tidak

saputangan yang dibasahi air untuk menutup hidung pada saat berada di

daerah solfatara Merapi di puncak.

Lahar merupakan aliran lumpur dan batu dari material hasil

erupsi yang oleh karena adanya tambahan air dari hujan terbawa turun

dan mengalir sebagai aliran pekat. Dua unsur penyusun lahar yaitu

material lahar yang berupa endapan hasil erupsi yang berada di lereng

Merapi dan air yang berasal dari hujan. Material lahar yang sangat

berpotensi adalah material hasil erupsi yang masih baru dan belum

23

Page 25: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

terpadatkan. Itulah sebabnya resiko lahar cukup tinggi apabila terjadi

hujan lebat dalam beberapa hari/minggu sesudah letusan.

Selama ini aliran pada umumnya mengalir di alur-alur sungai

yang berhulu di Merapi. Demikian sehingga bahaya lahar mengancam

terutama para penambang pasir di alur sungai di lereng Merapi.

Disamping bahayanya lahar juga bermanfaat karena menurunkan

material pasir ke ketinggian yang lebih rendah. Cara penanggulangan

lahar saat yang paling sederhana adalah dengan menghindari alur

sungai pada saat terjadi hujan lebat di lereng Merapi terutama yang

masih terdapat material.

24

Page 26: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bentuk dan struktur lahan vulkanik dibagi menjadi empat menurut

letak kepundan ada gunungapi sentral dan gunungapi rekah. Menurut

genesa erupsi ada dua yaitu: monogenetik dan poligenetik. Berdasarkan

rempah yang dihasilkan ada empat yaitu: gunungapi lava, gunungapi

piroklastik, gunungapi campuran dan gunungapi gas. Berdasarkan bentuk

di permukaan ada lima yaitu: gunungapi kerucut, gunungapi kubah,

gunungapi maar, plato dan baranco.

Bentuk lahan vulkanik ini tersebar di semua benua dan samudra

secara berkelompok yang masing-masing wilayah sebaran gunungapi

paling tidak memiliki gunungapi yang sangat terkenal karena seringnya

terjadi kegiatan proses erupsi dan memiliki stadia yang berbeda.

Pemanfaatan sumberdaya gunungapi sangat diperlukan untuk kehidupan

manusia baik pemanfaatan energi , lingkungan, maupun mineral yang

tidak merusak lingkungan dan memperhatikan keseimbangan alam.

Dengan demikian akan tercipta kehidupan secara harmonis, selaras,

seimbang, dan serasi dengan gunungapi khususnya gunungapi di Indonesia

yaitu G.Merapi.

3.2 Saran

Bentuk lahan vulkanik G.Merapi yang ada di Indonesia sebaiknya

ditingkatkan pemantauan, pemetaan kawasan rawan bencana, penilaian

potensi bahaya, sistem peringatan dini, serta manajemen penanggulangan

bencana termasuk mitigasinya agar bahaya gunungapi dapat

diminimalkan dampaknya, sehingga akan tercipta keseimbangan antara

kehidupan manusia dengan Gunung Merapi tersebut.

25

Page 27: Bentuk Lahan Asal Vulkanis

26

DAFTAR RUJUKAN

Buranda, 2005. Geologi. Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang: Malang

Bronto, sutikno. 2001. Volkanologi. Direktur Jenderal pendidikan tinggi:

Yogyakarta.

Geologi. (online), (www.vsi.esdm.go.id/gunungapiindonesia/merapi/geologi.html,

diakses 15 September 2006, 13.00)

Herlambang, Sudarno. 2005. Dasar-dasar Geomorfologi. Universitas Negeri

Malang: Malang.

Indomedia. Antisipasi Bahaya Merapi. (online),

(www.Indomedia.com/bernas/2011/15/utama/15uta2.htm, diakses 15

September 2006, 13.00)

Lapanrs. 2003. Informasi Gunung Api Harian. (online), (www. Lapanrs.

com/SMBA/smba.php?hal=3&data_id=ga_hr_20030819_gmr, diakses 15

September 2006, 13.00 )

Santoso, Djoko. 1992. Volkanofisik. ITB: Bandung.

Sejarah Letusan. (online),

(www.vsi.esdm.go.id/gunungapiindonesia/merapi/sejarah.html, diakses 15

September 2006, 13.00)