Benign Prostat Hyperplasia
-
Upload
sisilia-fitria-purnaningrum -
Category
Documents
-
view
192 -
download
0
Transcript of Benign Prostat Hyperplasia
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 1/8
1
Benign Prostat Hyperplasia
1. Teori terjadinya Benign Prostat Hiperplasia 1
a. Teori dihidrotestosteron
Dihidrotestosteron (DHT) adalah metabolit androgen yang
sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk
dari testosterone di dalam sel prostat oleh enzim 5-reduktase
dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk
berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks
DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein
growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.
Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada
BPH tidak jauh berbeda dengna kadarnya pada prostat normal,
hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5-reduktase dan jumlah
reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan
sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga
replikasi sel lebih baynak terjadi dibandingkan pada sel prostat
normal.
b. Teori ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun,
sedangkan kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan
antara estrogen dan testosteron relative meningkat. Telah diketahui
pada estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya
proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan
sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormone androgen,
peningkatan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah
kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua
keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru
akibat rangsangan testosterone menurun, tetapi sel-sel prostat yang
telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat jadi lebih besar.
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 2/8
2
c. Teori interaksi struma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan
pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh
sel-sel stroma melalui suata mediator (growth factor) tertentu.
Setelah sel-sel stroma, mendapatkan stimulasi dari DHT dan
estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang
selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara
intrakrim dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel secara
parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel
epitel maupun sel stroma.
d. Teori berkurangnya kematian sel prostat
Program kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah
mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostatis kelenjar
prostat. Pada apoptosis terjadi kondensasai dan segmentasi sel
yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis akan
difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya kemudian didegradasi oleh
enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju
proliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan
prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel
prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis
menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi
meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.
Sampai sekarang belum dapat diterangkan secara pasti faktor-
faktor yang menghambat proses apoptosis. Diduga hormone
androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena
setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian
sel kelenjar prostat. Estrogen diduga mampu memperpanjang usia
sel-sel prostat, sedangkan faktor pertumbuhan TGF berperan
dalam proses apoptosis.
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 3/8
3
e. Teori stem cell
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis,
selalu dibentuk sel-sel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal
suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan
berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung
pada keberadaan hormone androgen, sehingga jika hormone ini
kadarnya menurun seperti yang terjadi pada kastrasi menyebabkan
terjadinya apoptosis. Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH
dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga
terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1
Obtruksi prostat dapat menimbulkan pada saluran kemih maupun keluhan
diluar saluran kemih. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri
atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.
Tabel 1. Gejala Obstruktif dan Iritasi
Obtruksi Iritasi
Hesitansi
Pancaran miksi lemah
IntermitensiMiksi tidak puas
Menetes setelah miksi (terminal
dribbling)
Frekuensi
Nokturi
UrgensiDisuri
Hesitansi adalah harus menggunakan waktu lama bila mau miksi dan seringkali
disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli
memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna
mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 4/8
4
Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing. Pancaran
lemah disebabkan karena kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
Diagnosis Benign Prostat Hyperplasia dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan salah satu diantaranya dengan
menggunakan IVP, kontras disuntikkan melalui vena dan kemudian difoto
menggunakan sinar X. Pada IVP ditemukan:
a. Indentasi prostat/impresi prostat ( prostat yang membesar dan
mendesak ke arah buli), terdapat gambaran filling defect pada buli.
b. Terdapat f ish hook sign ( J-hooking , hockey stick ureter) pada ureter
bagian distal berbentuk seperti mata kail akibat pembesaran prostat
yang menyebabkan kenaikan posisi dari dasar buli.
c. Terdapat penebalan dinding buli serta adanya trabekulasi, divertikel,
atau sakulasi buli-buli.1
Gambar 1 : fish hook ureter, ditunjukkan dengan anak panah
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 5/8
5
Kriteria Gambar
1.
Foto 5 menit post injeksio Tampak fungsi sekresi dan ekskresi ginjal
2. Foto 15 menit post injeksi
o Tampak kontras mengisi system pelviocalyseal.
3. Foto 30 menit post injeksi (full blass)
o Tampak vesica urinaria terisi penuh oleh kontras
4. Foto Post Mixi
o Tampak vesica urinaria yang telah kosong.
Kelebihan dan kekurangan IVP
y Kelebihan
1. Bersifat invasif.
2. IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga
dokter dapat mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat
mulai dari adanya batu ginjal hingga kanker tanpa harus melakukan
pembedahan
3. Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal
dapat dilakukan.
4. Radiasi relative rendah 5. relative aman
y Kekurangan
1. Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi
yang diperoleh.
2.
Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3 mSv, sama dengan rata-rata radiasi yang diterima dari alam dalam satu tahun.
3. Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek
alergi pada pasien, yang menyebabkan pasien harus mendapatkan
pengobatan lanjut.
4. Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil.
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 6/8
6
Batu Saluran Kemih
Tempat terbentuknya batu
Batu bisa terbentuk pada seluruh saluran kemih, terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine)
, seperti pada sistem kalises ginjal dan buli-buli. Adanya kelainan bawaan
pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika
kronis seperti pada BPH merupakan keadaan yang mudah menyebabkan
terbentuknya batu.
Hernia
Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) sebagian atau
seluruh viscus dari posisi normalnya melalui suatu celah (defek atau bukaan)
dimana organ dalam itu berada.
Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal
melewati defek fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi adalah
inguinal, femoral, umbilical, dan paraumbilikal.
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (organ) dari kavum peritoneal ke
dalam canalis inguinalis. Semua hernia terjadi melalui celah lemah ataukelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan
Macam-macam hernia:
Hernia dibagi menurut :
1. Terjadinya
a. Kongenital
b. akuisita
2. Letaknya
a. Hernia diaphragma
b. Hernia umbilical
c. Hernia inguinal
d. Hernia femoral
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 7/8
7
3. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :
a. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk.
Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peri tonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia
akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa
nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap,
carcer = penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia
inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi.
5/13/2018 Benign Prostat Hyperplasia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/benign-prostat-hyperplasia-55a750c40e4fb 8/8
8
DAFTAR PUSTAK A
Jafri, SZH et al. 1997. Lower Genitoury Radiology : Imaging and Intervention.
Springer : California
Martin I. Resnick, Robert A. Older. 1997. Diagnosis of genitourinary disease-
second edition. New York : Thieme Medical Publisher , inc
Purnomo, BB. 2003. Hiperplasia Prostat dalam Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV
Sagung Seto
Sjamsuhidayat, R. & Jong, Wim de. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Tierney, LM et al. 2006. Current Medical Diagnosis and Treatment 46
th
edition.McGraw-Hill : California
http://radiopaedia.org/articles/benign-prostatic-hypertrophy