Bedside

44
STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. RG Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Tanggal Lahir : Medan, 3 November 1958 Usia : 57 tahun Agama : Kristen Protestan Alamat : Ciracas Suku Bangsa : Batak Pendidikan : SMA Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Wirausaha Tanggal masuk RSUD : Sabtu, 6 Juni 2015 : II. RIWAYAT PSIKIATRI Berdasarkan Autoanamnesis : 30 May 2015 pukul 9. 24 WIB di Ruang Poliklinik RSUD Pasar Rebo Alloanamnesis : 9 Juni 2015 Pukul 09.00 .00 WIB dengan keluarga Tn. B A. Keluhan Utama : 1

description

Bedside

Transcript of Bedside

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN Nama: Ny. RG Jenis Kelamin: Perempuan Tempat Tanggal Lahir: Medan, 3 November 1958 Usia: 57 tahun Agama : Kristen Protestan Alamat: Ciracas Suku Bangsa: Batak Pendidikan : SMA Status pernikahan: Menikah Pekerjaan: Wirausaha Tanggal masuk RSUD: Sabtu, 6 Juni 2015

:II. RIWAYAT PSIKIATRIBerdasarkanAutoanamnesis: 30 May 2015 pukul 9. 24 WIB di Ruang Poliklinik RSUD Pasar ReboAlloanamnesis: 9 Juni 2015 Pukul 09.00 .00 WIB dengan keluarga Tn. B

A. Keluhan Utama : Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Pasar rebo dikarenakan pasien mengeluh badannya lemas dan perutnya sakit

B. Keluhan Tambahan : Pasien mengeluhkan sulit tidur dan pusing.

C. Riwayat Gangguan SekarangPasien sudah sering dirawat di RSUD Pasar Rebo karena memiliki penyakit jantung, ginjal, dan stroke. Pada saat pemeriksaan pasien terlihat lemas dan dalam keadaan mengantuk. Pasien saat ini akan menjalani operasi batu ginjal untuk ketiga kalinya. Berdasarkan alloanamnesis dengan anak pasien, ibunya juga sering mengeluhkan sulit tidur dan kepala terasa pusing. Pemeriksaan penunjang: Analisa Gas Darah & Elektrolit Natrium : 133 mmol/L (N : 135 -147) Kalium : 2,8 mmol/L (N: 3,5 -5,0) Clorida : 97 mmol/L (N :98 -108)

Kimia klinik Kreatinin darah 1,30 mg/ dL 0.35 0.93 Hematologi Hb : 11,2 g/dL Eosinofil H 7% N. batang L 0% N. Segmen L 44% BNO & USG abdomen nephrolithiasis bilateral

D. Riwayat Gangguan Sebelumnyaa. Riwayat PsikiatriBerdasarkan alloanamnesis, pasien dikenal sebagai pribadi yang sensitif. Sejak berdagang, anak pasien mengatakan pasien sering merasa cemas dikarenakan ada perselisihan dengan pemilik toko sebelah. Pemilik toko tersebut sering menyindir pasien dan keluarga pasien tanpa ada alasan yang jelas meskipun pasien sudah mengkonfrontasi pemilik toko sebelah tersebut, malah mendapat respon tidak mengenakan mengenai kondisi kesehatan pasien. Pada bulan Mei, pasien terkena serangan stroke. Semenjak itu pasien kesulitan untuk beraktivitas seperti biasa dan tidak lagi ikut berdagang, Semenjak itu pasien sering terlihat sedih, dan nafsu makannya menurun. Pasien juga terlihat lebih mudah emosi. Selain itu pasien juga sulit tidur.

b. Gangguan MedikPasien memiliki penyakit jantung semenjak 3 tahun yang lalu. Selain itu pasien juga menderita riwayat penyakit batu ginjal semenjak 10 tahun yanng lalu, dan sudah pernah dioperasi 2 kali, dan akan menjalani operasi yang ketiga dalam waktu dekat ini. Pasien juga terkena stroke bulan Mei ini.

c. Gangguan Zat PsikoaktifPasien pernah menjadi perokok, namun sudah berhenti beberapa tahun yang lalu.

E. Riwayat Pribadi Sebelum Sakita. Riwayat Prenatal dan perinatalBerdasarkan alloanamnesis dengan anak pasien, pasien dilahirkan normal dan sehat.

b. Masa Kanak kanak dini / awal (0 - 3tahun)Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya di medan. Tumbuh kembang pasien normal.

c. Masa kanak kanak Pertengahan ( 3 7 tahun )Pasien termasuk anak yang mudah bergaul dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang harmonis.

d. Masa Kanak Akhir ( 7 11 tahun ) Pasien tumbuh secara normal, di sekolah dasar prestasi pasien cukup baik, dan pasien termasuk anak yang mudah bergaul. Namun keluarga pasien sempat mengalami masalah dikeranakan Ayah pasien ditudu terlibat dalam G30SPKI. Keluarga pasien merupakan keluarga yang berkecukupan, namun setelah peristiwa tersebut mengalami kemerosotan keadaan ekonomi.

e. Masa Remaja ( 11 17 tahun ) Hubungan SosialPasien dikenal sebagai anak yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Perkembangan motorik dan kognitifDalam perkembangan fisik, pasien terlihat sesuai dengan usianya, tidak tampak adanya gangguan dalam perkembangannya. Gangguan emosi dan fisikTidak ada. Riwayat pendidikanPasien sempat mengeyam pendidikan hingga SMA . Prestasi cukup baik semasa sekolah. Pasien tidak meneruskan ke bangku kuliah dikarenakan saat itu pasien ingin masuk ke POLRI, namun gagal. Riwayat psikoseksualPasien pernah memiliki hubungan asmara 3-4 kali sebelum menikah.

f. Masa Dewasa Riwayat PekerjaanPasien pindah ke Jakarta tahun 1979 dan menjadi sekertatis di bidang kontraktor hingga menikah tahun 1982. Semenjak itu pasien membuka usaha sendiri dan kini memiliki toko yang dikelola bersama keluarga.

Riwayat pernikahanPasien menikah tahun 1982 dan telah memiliki tiga orang anak wanita. Suami pasien dikenal sebagai sosok yang penyayang dan perhatian di keluarga.

Riwayat keagamaanPasien telah beragama Kristen protestan semenjak lahir dan cukup rajin beribadah.

g. Riwayat aktivitas socialPasien termasuk anak yang suka bergaul, dan termasuk orang yang royal dengan sekitarnya. Pasien dikenal sebagai sosok yang royal dan perfeksionis.

h. Riwayat hukumPasien tidak pernah memiliki riwayat hukum.

i. Riwayat KeluargaPasien adalah anak ketujuh dari 10 bersaudara. Pasien besar di Medan dan hidup berkecukupan hingga peristiwa tuduhan pada Ayahnya mengenai G30SPKI hingga harta keluarga terkuras dan pasien dan keluarga harus hidup bersembunyi karena takut dicelakai. Tahun 1979 pasien meninggalkan medan dan hidup di jakarta.

SKEMA KELUARGA

= laki laki = perempuan = pasien

j. Riwayat kehidupan sekarang Pasien tinggal dengan keluarga intinya, pasien sudah tidak aktif lagi bekerja semenjak terkena stroke. Sehari hari pasien menghabiskan waktunya menjaga cucu atau menonton televisi.

k. Mimpi , fantasi dan nilaiPasien bercita-cita ingin menjadi polisi untuk membersihkan tuduhan terhadap ayah pasien. Pasien merasa dendam terhadap pihak pihak yang ingin menjebloskan ayahnya.

III. STATUS MENTAL1. Deskripsi Umuma. Penampilan UmumPasien wanita berusia 57 tahun, berpenampilan sesuai usianya. Postur tubuh kurus, rambut ikal beruban, kulit sawo matang, dan memakai baju tidur.b. Aktivitas dan Perilaku PsikomotorSaat wawancara, pasien terlihat mengantuk dibawah pengaruh obat dan sulit memusatkan perhatian. Pasien terlihat sakit sedang, lemas, namun sesekali masih bisa merespon pertanyaan pemeriksa. c. Pembicaraan Volume: rendah Irama: Teratur Kelancaran: Artikulasi & Intonasi kurang jelas Kecepatan: lambat

d. Sikap Terhadap PemeriksaKooperatif namun sulit memusatkan perhatian dan pasien tertidur pada saat awal wawancara.

2. Keadaan Afektif Mood : hipotim Afek : Luas Keserasian: Serasi3. Gangguan Persepsi a. Halusinasi : Auditorik : tidak ada Visual: tidak ada Taktil: Tidak ada Olfaktorik: Tidak ada Gustatorik: Tidak adab. Ilusi: Tidak adac. Derealisasi: Tidak adad. Depersonalisasi: Tidak Ada

4. Gangguan Pikiran1) Proses Pikira. Produktivitas: normalb. Kontinuitas Blocking: Tidak Ada Asosiasi Longgar: Tidak Ada Inkoherensi: Tidak ada Flight of idea: Tidak ada Word Salad: Tidak Ada Neologisme: Tidak Ada Waham Cemburu : Tidak ada Erotomania : Tidak ada Obsesi: Tidak ada Kompulsi: Tidak ada Fobia: Tidak ada

2) Isi Pikira. Preokupasi:ada b. Gangguan Isi pikir Waham Bizzare: Tidak Ada Waham Nihilistik: Tidak Ada Waham Somatik: Tidak Ada Waham Paranoid Waham Kejaran: Tidak Ada Waham Kebesaran: Tidak Ada Waham Rujukan: Tidak Ada Waham Dikendalikan: Tidak ada Thought of insertion: Tidak Ada Thought of broadcasting: Tidak Ada Thought of withdrawal: Tidak Ada Thought of control:Tidak Ada

5. Fungsi Kognitif dan Penginderaana. Kesadaran : Somnolenb. Orientasi Waktu : Baik Tempat: Baik Orang : Baik c. Konsentrasi: menurund. Daya Ingat Jangka panjang: tidak dapat dinilai Jangka pendek: tidak dapat dinilai Segera: tidak dapat dinilaie. Intelegensi & Pengetahuan Umum : tidak dapat dinilaif. Pemikiran abstrak: tidak dapat dinilai

6. Daya Nilai: tidak dapat dinilai

7. Reality Test Ability (RTA): tidak terganggu8. Tilikan : Derajat VI9. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA1. Riwayat Psikiatri:a. Pasien terlihat sedih semenjak strokeb. Pasien merasa malas beraktivitas dan kehilangan minatc. Pasien sulit tidurd. Pasien sudah sangat sering dirawat dirumah sakit karena penyakit jantung, ginjal, dan strokenya.e. Pasien cemas akan perlakuan orang di lingkungan kerjanyaf. Pasien termasuk orang yang royal dan perfeksionis.

2. Status Mental: Kesadaran: Somnolen Mood: hipotim Afek: Luas Keserasian: Serasi Gangguan persepsi: - Gangguan proses pikir: - Gangguan isi pikir: - RTA (Reality testing ability): normal Tilikan: Derajat VI Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya

V. FORMULA DIAGNOSIS1. Aksis I: Pada pasien ini ditemukan :a. Pasien terlihat sedih semenjak strokeb. Pasien merasa malas beraktivitas dan kehilangan minatc. Nafsu makan pasien menurund. Pasien sulit tidure. Pasien sudah sangat sering dirawat dirumah sakit karena penyakit jantung, ginjal, dan strokenya.f. Pasien cemas akan perlakuan orang di lingkungan kerjanyag. Pasien termasuk orang yang royal dan perfeksionis.

Periode sekarang gejala yang lebih menonjol adalah : Gangguan emosi meningkat Enggan beraktivitas Terlihat sedih Nafsu makan menurun Sulit tidur

Aksis I : F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

2. Aksis II: Perfeksionis, sensitif terhadap perkataan orang lain, royal

3. Aksis III: CVD, jantung, nephrolitiasis.4. Aksis IV: masalah lingkungan pekerjaan dan chronic ilness. 5. Aksis V: Saat ini GAF 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang)

VI. EVALUASI MULTIAKSIS Aksis I: F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik Aksis II: ciri kepribadian anakastik Aksis III: penyakit cerebrovaskular, jantung, dan ginjal Aksis IV: masalah pekerjaan dan kesehatan Aksis V:GAF 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang).VII. DIAGNOSA KERJAF32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotikVIII. DAFTAR PROBLEM1. Problem organobiologik:Neproliatiasis bilateral, hypokalemia.2. Problem psikologik dan perilaku: Depresi3. Problem Keluarga: Tidak ada

IX. PROGNOSIS Ad vitam: dubia ad malam Ad functionam: dubia ad malam Ad sanactionam: dubia ad malama. Faktor yang memperberat : Usia tua Stressor sulit dihindari (penyakit kronis)b. Faktor yang memperingan : Keluarga pasien mendukung untuk sembuh

X. RENCANA TERAPI a. FarmakoterapiEscitolopram Alprazolamb. Terapi Psikososiala. Terapi Supportif Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam menghadapi masalah serta memberikan dorongan agar pasien lebih terbuka bila mempunyai masalah dan jangan memperberat pikiran dengan menanggapi sebuah masalah terlalu berlebihan. Memberi dukungan pada pasien untuk meminum obat secara teratur. b. Edukasi Keluarga Memberi penjelasan kepada keluarga untuk bersama-sama membantu dan mendukung kesembuhan baik mental, jiwa, emosi, dan rohani pasien dalam kesinambungan dengan pemulihan

TINJAUAN PUSTAKADepresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun. Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood, atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria DSM-IV-TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu makan dan berat badan yang signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik dimana aktivitas atau gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang luar biasa besar.PATOSIOLOGI dan ETIOLOGIPatofisiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu diasumsikan oleh banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa sindrom yang ada dengan gejala yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis, dan sosial berkaitan dengan MDD, tetapi penemuan terbaru menyatakan genetic, gambaran neurologis, dan biologi molekuler sudah menjelaskan beberapa hubungan dengan tekanan yang besar ini, terutama pada modulasi dari kehidupan pada proses genetic dan neurobiology.

GenetikPenemuan keluarga, kembar, dan adaptasiStudi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga kali lebih besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengan MDD, dengan onset umur dan depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar. Studi adopsi, kebanyakan dari mereka di Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh lebih mungkin dengan adanya kekerabatan biologis dibandingkan dengan orang tua asuh untuk menderita depresi. Studi anak kembar yang membandingkan kembar monozigot dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan genetik dari pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit. Perkiraan dari studi anak kembar kapasitas depresi diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang jenis kelamin. hasil yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar genetik untuk MDD.NeurobiologiMonoaminHipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis depresi selama 50 tahun terakhir. Berdasarkan pengamatan dari mekanisme kerja antidepresan, hipotesis ini menyatakan bahwa depresi merupkan hasil dari defisit serotonin (5-HT) di otak atau neurotransmisi norepinefrin pada sinaps. Antidepresan bertindak dengan menghalangi transpor serotonin (SERT), yang meningkatkan ketersediaan neurotransmiter ke dalam celah sinaps. Namun, teori ini tidak sesuai dengan penundaan onset efek terapi antidepresan karena kenaikan neurotransmiter sinapsi terjadi segera penghambatan pengambilan kembali. Studi tryptophan deplesi dan katekolamin juga belum menghasilkan bukti untuk defisit sederhana di tingkat neurotransmitter atau fungsi pada MDD.Tidur Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap sebagai fitur utama dari depresi klinis sehingga tidak mengherankan bahwa studi biologi telah difokuskan pada disregulasi tidur pada MDD. polysomnography digunakan untuk mendeteksi gangguan tidur di MDD, dan memperlihatkan beberapa dari tanda-tanda biologis yang paling kuat di depresi. Masih ada kontroversi tentang apakah depresi menyebabkan perubahan dalam tidur adalah penanda karakteristik, mendahului onset depresi, dan memprediksi relaps pada pasien yang dilaporkan, sehingga menunjukkan peran pathoogenetic untuk gangguan tidur diMDD.Kotak 1. Abnormalitas Tidur Polisomnografi pada gangguan depresi mayor 1

Onset awal REM (Rapid Eye Movement) Peningkatan tidur REM Peningkatan lamanya REM Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep (SWS) Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam Gangguan pada slow wave activity (SWA)

NeuropsikologiKognitif dan Daya IngatPasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan daya ingat, terutama pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang tersamar. Sebagai tambahan, ada beberapa defisit ingatan dalam jangka panjang dan pengambilan daya ingat yang diucapkan, dan fungsi kognitif khusus seperti pemilihan strategi dan pemantauan performa.Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur neuron dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan ingatan. Volume hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama dengan episode yang berulang atau kronis atau trauma masa lalu.

Lingkungan dan kejadian kehidupanDepresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada episode depresi pertama atau kedua. Pengalaman masa kanak yang berat seperti kekerasan pada anak, kehilangan orang tua, dan dukungan sosial yang buruk adalah stres yang paling umum yang terjadi pada pasien depresi. Peningkatan bukti yang menyatakan bahwa stres dan trauma dapat mengakibatkan gangguan sistem biologik pada depresi.Studi kembar memperlihatkan innteraksi antara resiko genetik dan kejadian saat hidup dalam berkembangya depresi. Kehidupan yang penuh dengan stres tidak terdapat resiko dalam menghasilkan depresi pada wanita dengan faktor genetik yang rendah., tetapi kejadian saat hidup dapat meningkatkan resiko depresi dengan adanya peningkatan faktor genetik pada depresi.GEJALA KLINIKMood yang rendah.Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda secara kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan dalam batas normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh orang pada umumnya. Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti ingin menangis, lainnya memperlihatkan respon emosional yang buruk.1Minat. Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada merupakan salah satu tanda penting pada depresi. Anhedonia juga memperlihatkan sebagai pembedanya, dan tetap ada walaupun penderita tidak memperlihatkan mood yang turun. Kehilangan minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau konflik rumah tangga.1,6 Tidur. Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang klasik adalah terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal insomnia), tetapi tidur dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah malam (insomnia pertengahan) juga umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat saat cemas menyertai. Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang umum terjadi pada pasien depresi.1Tenaga. Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti sulit untuk memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik, dan bisa berhubungan dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang berat, aktivitas rutin seperti kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari kelelahan adalah kelumpuhan yang dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya yang membuat hal ini atau mereka seperti berjalan di air.Rasa bersalah. Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi sering salah menginterpretasikan kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian negative diluar kemampuan mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat menyertai dan rasa bersalah yang muncul kembali.1Konsentrasi. Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah hal yang sering dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya menyebabkan permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis sebagai dementia onset dini.1 Nafsu makan/berat badan. Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa dirinya sendiri untuk makan. Bagaimanapun, pasien lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa ketika depresi, atau perlakuan sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. Tetapi, berkurangnya aktifitas dan olahraga akan menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom metabolic. Perubahan berat badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.1

Aktivitas psikomotor. Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi motorik tanpa adanya kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada depresi. Kemunduran psikomotor meliputi sebuah perlambatan (melambatnya gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon pembicaraan yang lama) dimana pada keadaan yang ekstrem dapat menjadi mutisme atau katatonik. Kecemasan juga dapat bersamaan dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat, sangat berenergi, tidak dapat duduk diam).Bunuh diri. Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri diharapkan semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien depresi sering kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri. Tetapi, bunuh diri merupakan hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-15% pasien yang dirawat inap adalah pasien yang matinya karena bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah saat awalan pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik selain gejala kognitif (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti apa yang mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri.Gejala lain. Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum pada depresi. Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam kemarahan dan kesedihan, dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil adalah yang sering terlihat. Variasi diurnal mood, dengan kekhawatiran pada pagi hari, dapat muncul. Depresi sering menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan pemikiran bahwa dirinya tidak berguna didukung dengan keputusasaan. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi sakit fisik, seperti sakit kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya.Gejala pada orang tuaGejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih muda, sering hanya gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas sosial, dan gangguan kognitif seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi serta fungsi kognitif yang memburuk.Perubahan Pikiran Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi. Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar. Kurang percaya diri. Merasa bersalah dan tidak mau dikritik. Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi. Adanya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri. Merasa bersalah, tak berdaya. Tidak adanya perasaan. Merasa sedih. Sering menangis tanpa alas an yang jelas. Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan. Menghindari membuat keputusan. Menunda pekerjaan rumah. Penurunan aktivitas fisik dan latihan. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri. Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.

Pada pasien lanjut gangguan kognitif sering menyebabkan pseudodemensia (sindrom demensia pada depresi) antara lain mengalami:a. Defisit atensi dan kosentrasi yang bervariasib. Jarang memiliki gangguan bahasac. Jika tidak yakin, paling sering menjawab tidak tahud. Gangguan ingatan terbatas pada ingatan bebas

DIAGNOSISDSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi mayor/ major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak terklasifikasikan.MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi mayor (Kotak 2). kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada pada waktu yang sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan. Akhirnya, bereavement dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.Episode depresi berdasarkan ICD-10 Kriteria Umum1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu1. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu1. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organikGejala Utama1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu1. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan1. Penurunan energi atau kelelahan meningkatGejala Lainnya1. Kehilangan percaya diri atau harga diri1. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak tepat1. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri1. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi, seperti keraguan atau kebimbangan1. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis 1. Gangguan tidur 1. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat badan yang sesuai

Kotak 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor 1,5

1. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah1. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal1. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak, berat badan yang tidak naik1. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari1. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)1. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari1. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi) hampir setiap hari1. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari1. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.1. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran1. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis1. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau kondisi medis umum (hipotiroid)1. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan.Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan pola dari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan maksud agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan kriteria-kriteria depresi dengan beberapa kunci-kuncinya.Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6

Sub tipeSpesifikasi DSM-IV-TRKunci

Depresi melankolisDengan gambaran melankolisMood nonreaktif, anhedonia, kehilangan berat badan, rasa bersalah, agitasi dan retardasi psikomotorik, mood yang memburuk pada pagi hari, terbangun di pagi buta

Depresi atipikalDengan gambaran atipikalMood reaktif, terlalu banyak tidur, makan berlebihan, paralisis yang dibuat, sensitive pada penolakan interpersonal

Depresi psikotik (waham)Dengan gambaran psikotikHalusinasi atau waham

Depresi katatonikDengan gambaran katatonikKatalepsi, katatonik, negativism, mutisme, mannerism, echolalia, echopraxia (tidak lazim pada klinis sehari-hari)

Depresi kronikGambaran kronis2 tahun atau lebih dengan kriteria MDD

Gangguan afektif musimanMusiman Onset yang seperti biasa dan kambuh pada saat musim tertentu (biasanya musim gugur/dingin)

Depresi postpartumPostpartum Onset depresi selama 4 minggu postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD menjadi tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi tngkat keparahannya berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung jawab individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat keparahan.Tabel 4. Derajat keparahan depresi 1

Keparahan depresiKriteria DSM-IV-TRKriteria ICD-10

Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan minat + 4 gejala depresi lainnya1. Gangguan minor sosial/ pekerjaan1. 2 gejala tipikal1. 2 gejala inti lainnya

Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan minat + 4 atau lebih gejala depresi lainnya1. Gangguan sosial/pekerjaan yang bervariasi1. 2 gejala tipikal1. 3 atau lebih gejala inti lainnya

Berat 1. Mood depresi atau kehilangan minat + 4 atau lebih gejala depresi lainnya1. Gangguan sosial atau pekerjaan yang berat atau ada gambaran psikotik1. 3 gejala tipikal1. 4 atau lebih gejala inti lainnya Juga dapat dengan atau tanpa gejala psikotik

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :Semua gejala utama depresi :oafek depresifokehilangan minat dan kegembiraanoberkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

Gejala lainnya:okonsentrasi dan perhatian berkurangoharga diri dan kepercayaan diri berkurangogagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunaopandangan masa depan yang suram dan pesimisogagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diriotidur tergangguonafsu makan berkurangEpisode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.Episode depresif ringan menurut PPDGJ III(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.Episode depresif sedang menurut PPDGJ III(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.

Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.Asesmen Depresi Geriatric Depression Scale (GDS)Terdiri dari 30 pertanyaan, biasanya dipergunakan untuk memisahkan apakah pasien tersebut masuk ke dalam kelompok depresi. Alat ukur GDS ini memiliki sensitivitas 88,9% dan spesifisitas 47,8%. Penilaian skala ini berdasarkan aspek kekhawatiran somatik, penurunan afek, gangguan kognitif, berkurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang, dan kurangnya harga diri. Skala ini telah direkomendasikan agar dipergunakan dalam situasi klinis oleh Institute of Medicine.

DIAGNOSIS BANDING1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya suatu hubungan dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan episode depresi mayor. Tingkat keparahan dan durasi dari gejala dan dampaknya pada fungsi sosial dapat membantu dalam menyingkirkan antara kesedihan yang mendalam dan MDD.Tabel 5. Pembeda antara bereavement dan episode depresi mayor1

GejalaBereavementEpisode depresi mayor

Waktu Kurang dari 2 bulanLebih dari 2 bulan

Perasaan tidak berguna/tidak pantasTidak adaAda

Ide bunuh diriTidak adaKebanyakan ada

Rasa bersalah, dllTidak adaMungkin ada

Perubahan psikomotorAgitasi ringanMelambat

Gangguan fungsiRingan Sedang Berat

1. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis UmumGejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis khusus yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis utama sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD. The Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi pasien dengan penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes, penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple sklerosis).1. Gangguan Afektif Disebabkan Karena ZatEfek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk dapat menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan, intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara fisoilogis akan menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus obat dapat berlangsung selama beberapa bulan.Kotak 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan gangguan mood yang dipengaruhi zat1

Alcohol Amfetamin Anxiolitik Kokain Zat-zat halusinogen Hipnotik Inhalant Opioid Phencycline Sedative

TATALAKSANAMemilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode depresif telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi pasien. Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya dengan farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi dan psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada pengobatan lainnya untuk depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan kombinasi harus dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain, atau tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.

FarmakoterapiAnti depresi Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine. Golongan MAOI_Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline, Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, citalopram. Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.Psikologi Terapi Behaviour therapy Interpersonal Therapy Problem solving

DAFTAR PUSTAKA Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740 FKUI. Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua; Jakarta 2014 Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50

14