Bedside Teaching Mata Erw
-
Upload
idha-kurniasih -
Category
Documents
-
view
40 -
download
1
Transcript of Bedside Teaching Mata Erw
Bedside Teaching
OD Keratokonjungtivitis
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata
di RSUD Tugurejo Semarang
Pembimbing :
dr. Sudarti, SpM
Disusun oleh :
Erwin Ulinnuha Fahreza
H2A008018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Bed Side Teaching ini telah disetujui oleh dosen pembimbing dari :
Nama : Erwin Ulinnuha F
NIM : H2A008018
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang
Kegiatan : Stase Ilmu Penyakit Mata
Judul : OD Keratokonjungtivitis
Pembimbing : dr. Sudarti, SpM
Nilai :
Semarang, Juli 2013
Pembimbing
dr. Sudarti, SpM
CASE ANALYSIS (Bedside Teaching / BST)
Nama : Erwin Ulinnuha F Nama Pasien : Nn. Kurnia
NIM : H2A008018 Jenis Kelamin : Perempuan
Bagian : Ilmu Penyakit Mata Umur : 24 Tahun
Preceptor :dr. Sudarti, SpM Alamat : Jalan Sirete RT.3/1 kedung loteng
No. RM : -
Problem Hypothesis Mecha
nisme
More Info Don’t
Know
Learning
Issues
Problem Solving
ANAMNESIS (18 Juli 2013 pukul 10.45)
Keluhan Utama : mata kanan merah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RS Tugurejo Semarang
dengan keluhan mata kanan merah. Keluhan ini
sudah dirasakan sejak ± 2 minggu yang lalu,
dirasakan tiba- tiba. Untuk memperingan gejala
pasien menetesi dengan obat tetes mata insto,
keluhan kadang berkurang tetapi kambuh lagi.
Pasien sudah memeriksakan diri di klinik tempat
kerja, diberi obat namun keluhan tidak berkurang.
Apabila mata terkena cahaya terang mata terasa
silau, mata kanan terasa kemeng. Pasien juga
DD :
Keratoko
njungtiviti
s OD
Keratitis
OD
Konjungti
vitis viral
OD
Konjungti
vitis
bakteri
Terlam
pir
(kerato
konjun
gtivitis)
Ip Dx :
Flouresin Test
Pemeriksaan slit lamp
Kultur secret
Keratokonju
ngtivitis
(definisi,
etiologi,
manifestasi
klinis,
patofisiologi
, terapi)
Terlampir DECISION MAKING :
RPS :
± 2 minggu sebelum masuk RS
pasien mengeluh mata kanan
merah, muncul tiba- tiba. Keluhan
berkurang bila diberikan insto,
namun kambuh lagi, pernah
diberikan obat dari klinik kerja
namun keluhan belum berkurang.
Mata terasa silau bila terkena
cahaya, kemeng, gatal, nrocos.
Pada pagi hari mata sulit di buka
mengeluh gatal, nrocos, pada pagi hari mata sulit
dibuka karena lengket, terdapat lendir berwarna
bening. Pasien juga mengeluh mata kanan
pandangan terasa kabur.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya disangkal.
Riwayat batuk lama : disangkal
Riwayat asma (sesak saat perubahan musim) :
disangkal
Alergi obat : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga/ yang tinggal bersama pasien
dengan keluhan yang sama : disangkal
Riwayat Kencing manis dalam keluarga
disangkal
Riwayat tensi tinggi dalam keluarga : disangkal
Riwayat kebiasaan :
Pasien mempunyai kebiasaan mengucek mata dan
jarang cuci tangan
Sosek :
Pasien berkerja di pabrik otomotif PT Sami di
Semarang, tinggal di kos. Periksa di poli dengan
biaya sendiri, pasien tidak tahu bila bisa
menggunakan jamsostek
OD karena mengeluarkan secret
berwarna bening. Pasien juga
mengeluh mata kanan pandangan
terasa kabur
RPD :
Riwayat sakit seperti ini
sebelumnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga/ yang
tinggal bersama pasien dengan
keluhan yang sama : disangkal
Riwayat kebiasaan :
Pasien mempunyai kebiasaan
mengucek mata dan jarang cuci
tangan
Sosek :
Pasien berkerja di pabrik otomotif
PT Sami di Semarang, tinggal di
kos. Periksa di poli dengan biaya
sendiri, pasien tidak tahu bila bisa
menggunakan jamsostek
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : (BB/TB tidak
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : (BB/TB tidak diperiksa) kesan cukup
Vital Sign :
Nadi : 88 kali/menit, regular,
isi dan tegangan cukup
Tekanan darah : 110/75 mmHg
Suhu : tidak diukur
RR : 20 kali/menit, regular
Status Oftalmica : oculi dextra at sinistra
Oc. Dextra Oc. Sinistra
6/20 VISUS 6/6
Kedudukan
(normal)
BULBUS
OCULI
Kedudukan
(normal)
Madarosis (-)SUPERSI
LIAMadarosis (-)
Tumbuh teratur
(+)
Trikiasis (-)
Distikiasis (-)
SILIA
Tumbuh teratur
(+)
Trikiasis (-)
Distikiasis (-)
Pergerakan (N)
Ptosis (-)
Lagoftalmus (-)
PARESE/
PARALIS
IS
Pergerakan (N)
Ptosis (-)
Lagoftalmus (-)
diperiksa) kesan cukup
Vital Sign :
Nadi : 88 kali/menit,
regular, isi dan tegangan
cukup
Tekanan darah : 110/75 mmHg
Suhu : tidak diukur
RR : 20
kali/menit, regular
Status oftalmica : oculi dextra at
sinistra
OD OS
6/20VISU
S6/6
Tenang (n)
Hiperemis (+)
CONJUNGTIVA
PALPEBRA
Tenang (n)
Hiperemis (-)
Tenang (n)
Hiperemis (+)
Kemosis (-)
CONJUNGTIVA
FORNICES
Tenang (n)
Hiperemis (-)
Kemosis (-)
Injeksi CON Injeksi
Hordeolum (-)
Kalazion (-)
Ektropion (-)
Enteropion (-)
Blefaritis (-)
Xantelesma(-)
Hematom (-)
Trauma (-)
PALPEB
RA
SUPERIO
R
Hordeolum (-)
Kalazion (-)
Ektropion (-)
Enteropion (-)
Blefaritis (-)
Xantelesma(-)
Hematom (-)
Trauma (-)
Hordeolum (-)
Kalazion (-)
Ektropion (-)
Enteropion (-)
Blefaritis (-)
Xantelesma(-)
Hematom (-)
Trauma (-)
PALPEB
RA
INFERIO
R
Hordeolum (-)
Kalazion (-)
Ektropion (-)
Enteropion (-)
Blefaritis (-)
Xantelesma(-)
Hematom (-)
Trauma (-)
Tenang (n)Hiperemis (+)
CONJUNGTIVA
PALPEBRA
Tenang (n)Hiperemis (-)
Tenang (n)Hiperemis (+)Kemosis (-)
CONJUNGTIVA
FORNICES
Tenang (n)Hiperemis (-)Kemosis (-)
Injeksi
konjungtiva (+)
CONJUN
GTIVA
BULBI
Injeksi
konjungtiva (-)
konjungti
va (+)
Injeksi
siliar (-)
Pterigiu
m (-)
Pingueku
la (-)
Secret (-)
JUN
GTI
VA
BUL
BI
konjungt
iva (-)
Injeksi
siliar (-)
Pterigiu
m (-)
Pinguek
ula (-)
Secret
(-)
DIAGNOSIS :
OD keratokonjungtivitis
TREATMENT :
Non medikamentosa :
Kompres mata dengan air
dingin, mata ditutup, kompres
dengan washlap yang
dicelupkan di air dingin lalu
kompres ke mata kanan
Medikamentosa
Gentamicin ED 4 kali
dalam sehari, 2 tetes tiap
Injeksi siliar (-)
Pterigium (-)
Pinguekula (-)
Secret (-)
Injeksi siliar (-)
Pterigium (-)
Pinguekula (-)
Secret (-)
Tenang
Ikterik (-)SCLERA
Tenang
Ikterik (-)
Jernih
Arcus senilis (-)
Sikatriks (-)
CORNEA
Jernih
Arcus senilis(-)
Sikatriks (-)
Normal
Hipopion (-)
Hifema (-)
CAMERA
OCULI
ANTERI
OR
Normal
Hipopion (-)
Hifema (-)
Gambaran kripta
baik
Sinekia (-)
IRIS
Gambaran
kripta baik
Sinekia (-)
Diameter 3 mm
Isokor
Reflek direk(N)
Reflek indirek
(N)
PUPIL
Diameter 3 mm
Isokor
Reflek direk(N)
Reflek indirek
(N)
Jernih LENSA Jernih
Tidak dilakukan FUNDUS Tidak
pemberian ODS
Asam mefenamat tab 500
mg 3 x1
Edukasi :
Menjaga kebersihan (sering
cuci tangan) dan jangan
mengucek mata
Memakai kaca mata pelindung
Makan- makanan bergizi
buah, sayur, vitamin A
Mengurangi bermain HP
PROGNOSIS :
Quo ad vitam : dubia ad
bonam
Quo ad sanam : dubia ad
bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad
bonam
REFLEK
Sdilakukan
Tidak dilakukan
CORPUS
VITREU
M
Tidak
dilakukan
Tidak dilakukan RETINATidak
dilakukan
Normal TIO Normal
Tidak dilakukanLAKRIM
ALIS
Tidak
dilakukan
Mechanism
Degeneratif
Sekresi air mata + antimikroba (lisozim,igM, igG)
Sel epitel rusak
Infeksi
SEL RADANG
Alergen + sel mast
Alergi
Visus berkurang dan fotofobi
Proses inflamasi berlanjut sampai kornea
Gatal, kenaikan permeabililitas,
vasodilatasi, injeksi
Perlengkatan palpebra + kemosis
Eksudat Migrasi ke stroma + fibrin + sekresi sel goblet
Mediator inflamasi (heparin, histamin,
tromboksan)
LEARNING ISSUE :
KERATOKONJUNGTIVITIS
1.1. Definisi
Keratokonjungtivitis adalah peradangan ("-itis") dari kornea dan konjungtiva. Ketika
hanya kornea yang meradang, hal itu disebut keratitis, ketika hanya konjungtiva yang
meradang, hal itu disebut konjungtivitis.1,8
1.2. Etiologi
Konjungtivitis dapat diakibatkan oleh virus, bakteri, fungal, parasit, toksik,
chlamydia, kimia dan agen alergik. Konjungtivitis viral lebih sering terjadi daripada
konjungtivitis bakterial. Insidensi konjungtivitis meningkat pada awal musim semi. Etiologi
konjungtivitis dapat diketahui berdasarkan klinis pasien. Pada tingkat seluler terdapat infiltrat
seluler dan eksudat pada konjungtiva. Etiologi keratitis superfisial antara lain adalah infeksi
(bakteri, viral, dan fungal), degeneratif (dry eye, defek neurotropik atau berhubungan dengan
penyakit sistemik), toksik dan alergi. Morfologi dan distribusi lesi pada kornea dapat
membantu mengetahui penyebab keratitis. Ada beberapa penyebab potensial
keratokonjungtivitis yaitu kekeringan, infeksi virus, manifestasi dari atopi atau allergen
maupun trauma mekanik.
1.3. Klasifikasi
Keratokonjunctivitis sicca digunakan ketika peradangan karena kekeringan. ("Sicca"
berarti "kering" dalam konteks medis.) Hal ini terjadi dengan 20% pasien RA.
Istilah " Vernal keratokonjunctivitis "(VKC) digunakan untuk merujuk
keratokonjungtivitis terjadi di musim semi, dan biasanya dianggap karena alergen.
Atopik keratokonjunctivitis adalah salah satu manifestasi dari atopi.
Epidemi keratokonjunctivitis disebabkan oleh adenovirus infeksi.
Keratokonjungtivitis limbus superior diduga disebabkan oleh trauma mekanik
1.4. Patofisiologi
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen
terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari
sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan
pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin,
kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan
segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler,
vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.2,5,8
Konjungtivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan
kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan
atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi
bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik
meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini
mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara
mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.2,3,5
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi
konjungtiva. Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan
sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang
lakrimasi.2
1.5. Diagnosis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas,
sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau
terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai
hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi
papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma),
pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.8
Hiperemia adalah tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan paling
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri dan
keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergika. Berair mata (epiphora) sering
mencolok, diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya
sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca. Eksudasi adalah ciri
semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis
bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya
menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan
jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia. Pseudoptosis adalah
turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis superior).
Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis
epidemika.8
Hipertrofi papila adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena
konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika
berkas pembuluh yang membentuk substansi papila (selain unsur sel dan eksudat) sampai di
membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung.
Eksudat radang mengumpul di antara serabut-serabut dan membentuk tonjolan-tonjolan
konjungtiva. Pada penyakit yang mengalami nekrosis (mis.,trachoma), eksudat dapat
digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.8
Bila papilanya kecil, konjungtiva umumnya tampak licin mirip beludru. Konjungtiva
papiler merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia (mis.,konjungtiva tarsal merah
mirip beludru adalah khas untuk trachoma akut). Infiltrasi nyata ke konjungtiva menghasilkan
papilla besar dengan atap rata, poligonal, dan berwarna merah-keputihan. Pada tarsus
superior papilla seperti ini mengesankan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis
papiler besar dengan sensitivitas lensa kontak; pada tarsus inferior, mengesankan
keratokonjungtivitis atopik. Papila besar dapat pula timbul di limbus, terutama di daerah yang
biasanya terpapar saat mata dibuka (antara pukul 2 dan 4 dan antara pukul 8 dan 10). Di sini
papila tampak berupa tonjolan-tonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai ke kornea.
Papila limbus khas untuk keratokonjungtivitis vernal tetapi jarang pada keratokonjungtivitis
atopi.8
Kemosis dari konjungtiva sangat memberi kesan konjungtivitis alergik akut tapi dapat
juga timbul pada konjungtivitis gonococcal atau meningococcal akut dan terutama pada
konjungtivitis adenoviral. Kemosis dari konjungtiva bulbar terlihat pada pasien dengan
trichinosis. Kadang-kadang, kemosis dapat muncul sebelum infiltrat seluler atau eksudasi
terlihat.8
Folikel terlihat pada kebanyakan kasus konjungtivitis virus. Pada semua kasus
konjungtivitis klamidia kecuali konjungtivitis inklusi pada neonatus, pada beberapa kasus
konjungtivitis parasitik, dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik yang disebabkan obat-
obatan topikal seperti idoxuridine, dipivefrin, dan miotic. Foikel pada forniks inferior dan
pada batas tarsus mempunyai nilai diagnostik yang rendah, tapi saat terletak pada tarsus
(terutama tarsus atas), konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik (yang menyertai obat-obatan
topikal) harus dicurigai. Folikel terdiri dari hiperplasia limfoid fokal berada dalam lapisan
limfoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinativum. Secara klinis, folikel
dapat dikenali sebagai struktur bulat, putih atau abu-abu avaskuler. Dengan pemeriksaan
slitlamp, pembuluh darah kecil dapat terlihat timbul dari batas folikel dan mengelilingi
folikel.8
Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan berbeda derajatnya.
Sebuah pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel
tetap utuh. Sebuah membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel dan jika
diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah. Pseudomembran atau
membran dapat menyertai keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis herpes simplex
virus primer, konjungtivitis streptokokal, difteri, cicatrical pemphigoid, dan eritema
multiforme mayor. Juga mungkin timbul sebagai akibat buruk luka bakar kimiawi, khususnya
basa.8
Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan yang paling sering adalah
chalazia. Penyebab endogen lain termasuk sarcoid, sifilis, cat-scratch disease, dan, yang
jarang koksidiomikosis. Parinaud’s oculoglandular syndrome meliputi granuloma
konjungtival dan nodus limfe periaurikuler yang menonjol, dan kelompok penyakit ini
memerlukan pemeriksaan biopsy untuk menegakkan diagnosa.8
Limfadenopati periaurikuler adalah tanda penting dari konjungtivitis. Nodus
periaurikuler yang terlihat mencolok tampak pada Parinaud’s oculoglandular syndrome dan,
yang jarang, pada epidemic keratoconjunctivitis. Nodus periaurikuler yang besar maupun
kecil, kadang sedikit nyeri tekan, muncul pada konjungtivitis herpes simplex primer,
keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis inklusi, dan trachoma. Nodus periaurikuler
yang kecil dan tidak nyeri tekan muncul pada demam faringokonjungtival dan konjungtivitis
hemoragik akut. Kadang-kadang limfadenopati periaurikuler dapat terlihat pada anak dengan
infeksi kelenjar meibomian.8
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal
dan slit-lamp biomikroskopi. Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:8
· Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
· Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea
· Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi,
kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
· Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,
simblepharon, massa, secret
Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:
· Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, sisa kulit berwarna
darah, keratinisasi
· Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu
· Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, secret
· Konjungtiva tarsal dan forniks: Adanya papila, folikel dan ukurannya; perubahan
sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon; membran dan
psudomembran, ulserasi, perdarahan, benda asing, massa, kelemahan palpebra
· Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi,
luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
· Kornea: Defek epithelial, keratopati punctata dan keratitis dendritik, filament, ulserasi,
infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten, vaskularisasi, keratik presipitat
· Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
· Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea
Gambar 3\. Keratokonjungtivitis epidemika Gambar . Keratokonjungtivitis alergi
Gambar. Keratokonjungtivitis limbus superior Gambar . Keratokonjungtivitis vernalis
1.6. Diagnosis Banding
Gejala subyektif dan obyektif
Glaukoma akut
Uveitis akut
Keratitis K Bakteri K. virus K. alergi
PenurunanVisus +++ +/++ +++ - - -Nyeri ++/+++ ++ ++ - - -
Fotofobia + +++ +++ - - -
Halo ++ - - - - -
Eksudat - - -/++ +++ ++ +
Gatal - - - - - ++
Demam - - - - -/++ -
Injeksi siliar + ++ +++ - - -Injeksi konjungtiva ++ ++ ++ +++ ++ +Kekeruhan kornea +++ - +/++ - -/+ -Kelainan pupil Midriasis
nonrekatifMiosis iregular
Normal/miosis
N N N
Kedalaman COA Dangkal N N N N NTekanan intraokular
Tinggi Rendah N N N N
Sekret - + + ++/+++ ++ +
Kelenjar preaurikular
- - - - + -
1.7. Komplikasi
Kebanyakan konjungtivitis dapat sembuh sendiri, namun apabila konjungtivitis tidak
memperoleh penanganan yang adekuat maka dapat menyebabkan komplikasi:1
a. Blefaritis marginal hingga krusta akibat konjungtivitis akibat staphilococcus
b. Jaringan parut pada konjungtiva akibat konjungtivitis chlamidia pada orang dewasa
yang tidak diobati adekuat
c. Keratitis punctata akibat konjungtivitis viral
d. Keratokonus (perubahan bentuk kornea berupa penipisan kornea sehingga bentuknya
menyerupai kerucut) akibat konjungtivitis alergi.
e. Ulserasi kornea marginal, perforasi kornea hingga endoftalmitis dapat terjadi pada
infeksi N. gonorrhoeae, N. kochii, N. meningitidis, H. aegypticus, S. aureus dan M.
catarrhalis.
f. Pneumonia terjadi 10-20 % pada bayi yang mengalami konjungtivitis chlamydia
g. Meningitis dan septikemia akibat konjungtivitis yang diakibatkan meningococcus.
1.8. Penatalaksanaan
Masing-masing jenis konjungtiva memberikan gejala klinis yang berbeda.
Penatalaksanaan keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya gejala klinik. Pada
kasus ringan sampai sedang, cukup diberikan obat tetes mata tergantung jenis penyebabnya
seperti pada KKV dapat diberikan anti histamin topikal dan dapat ditambahkan
vasokontriktor, kemudian dilanjutkan dengan stabilasator sel mast. Pada kasus yang berat
dapat dikombinasi dalam pengobatannya ataupun dilakukan pembedahan.1,8
Pada konjungtivitis virus yang merupakan “self limiting disease” penanganan yang
diberikan bersifat simtomatik serta dapat pula diberikan antibiotic tetes mata
(chloramfenikol) untuk mencegah infeksi bakteri sekunder. Steroid tetes mata dapat diberikan
jika terdapat lesi epithelial kornea, namun pemberian steroid hanya berdasarkan pengawasan
dokter spesialis mata karena bahaya efek sampingnya cukup besar bila digunakan
berkepanjangan, antara lain infeksi fungal sekunder, katarak maupun glaucoma.9,10
Penanganan primer keratokonjungtivitis epidemika ialah dengan kompres dingin dan
menggunakan tetes mata astrigen. Agen antivirus tidak efektif. Antibiotic topical bermanfaat
untuk mencegah infeksi sekunder. Steroid topical 3 kali sehari akan menghambat terjadinya
infiltrate kornea subepitel atau jika terdapat kekeruhan pada kornea yang mengakibatkan
penurunan visus yang berat, namun pemakaian berkepanjangan akan mengakibatkan sakit
mata yang berkelanjutan. Pemakaian steroid harus di tapering off setelah pemakaian lebih
dari 1 minggu.1,11,12
Penanganan konjungtivitis bakteri ialah dengan antibiotika topical tetes mata
(misalnya kloramfenikol) yang harus diberikan setiap 2 jam dalam 24 jam pertama untuk
mempercepat proses penyembuhan, kemudian dikurangi menjadi setiap empat jam pada hari
berikutnya. Penggunaan salep mata pada malam hari akan mengurangi kekakuan pada
kelopak mata di pagi hari. Antibiotik lainnya yang dapat dipilih untuk gram negative ialah
tobramisin, gentamisin dan polimiksin; sedangkan untuk gram positif icefazolin, vancomysin
dan basitrasin.10
Penanganan infeksi jamur ialah dengan natamisin 5 % setiap 1-2 jam saat bangun,
atau dapat pula diberikan pilihan antijamur lainnya yaitu mikonazol, amfoterisin, nistatin dan
lain-lain.1
1.9. Prognosis
Prognosis pada kasus keratokonjungtivitis tergantung pada berat ringannya gejala
klinis yang dirasakan pasien, namun umumnya baik terutama pada kasus yang tidak terjadi
parut atau vaskularisasi pada kornea.8