BDP kel 5

39
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN CONTOH PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA I. PENDAHULUAN Pendekatan inkuiri pada prinsipnya telah lama digunakan dalam kehidupan manusia. Tidak sedikit penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat berguna untuk memperbaiki kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa kanak-kanak sering menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia memperoleh kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin diketahuinya. Jadi, sebenarnya potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu telah banyak dimiliki seseorang sejak kecil, namun sering terhambat oleh lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang memadai. Orang tua sering tidak melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan sebagainya, apabila anaknya banyak bertanya, mencoba melakukan sesuatu yang mungkin sampai rusak. Para guru umumnya kurang mengembangkan metode inkuiri ini sehingga para siswa di sekolah lebih banyak bersifat menerima informasi.

description

model pembelajaran inkuiri

Transcript of BDP kel 5

Page 1: BDP kel 5

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

DAN CONTOH PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

FISIKA

I. PENDAHULUAN

Pendekatan inkuiri pada prinsipnya telah lama digunakan dalam kehidupan

manusia. Tidak sedikit penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dapat berguna untuk memperbaiki kehidupan manusia. Dalam

kehidupannya, seseorang dalam keluarga sejak masa kanak-kanak sering

menanyakan sesuatu, mencoba melakukan sesuatu, sehingga ia memperoleh

kejelasan atau menemukan jawabannya dari apa yang ingin diketahuinya.

Jadi, sebenarnya potensi untuk menyelidiki dan menemukan sesuatu telah

banyak dimiliki seseorang sejak kecil, namun sering terhambat oleh

lingkungan keluarga dan sekolah yang kurang memadai.

Orang tua sering tidak melayani atau merasa terganggu, takut rusak, rugi dan

sebagainya, apabila anaknya banyak bertanya, mencoba melakukan sesuatu

yang mungkin sampai rusak. Para guru umumnya kurang mengembangkan

metode inkuiri ini sehingga para siswa di sekolah lebih banyak bersifat

menerima informasi. Maka hal ini banyak akan menghambat perkembangan

potensi siswa.

Pada makalah ini akan dibahas pengertian inkuiri, prinsip pelaksanaan

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, jenis-jenis pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri,

dan kelebihan dan kekurangan pendekatan inkuiri, serta contoh penerapannya

dalam pembelajaran fisika.

Page 2: BDP kel 5

II.   TUJUAN

1. Dapat memahami pengertian pendekatan inkuiri

2. Dapat mengetahui prinsip pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan

inkuiri

3. Dapat mengetahui jenis-jenis pendekatan inkuiri dalam pembelajaran

4. Dapat memahami langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan

inkuiri

5. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan inkuiri dalam

pembelajaran

6. Dapat mengetahui contoh penerapannya dalam pembelajaran fisika

III. Pengertian Inkuiri

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang

dikembangkan sejak tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan

untuk menjawab kegagalan bentuk pengajaran tradisonal, di mana siswa

dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran.

Pembelajaran inkuiri adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana

kemajuan dinilai dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan

eksperimental dan analitik dari pada seberapa banyak pengetahuan yang

mereka miliki.

Pembelajaran berbasis inkuiri atau sains berbasis inkuiri pada intinya

mencakup keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada

pertanyaan-pertanyaan siswa. Pembelajaran menginginkan siswa bekerja

bersama untuk menyelesaikan masalah daripada menerima pengajaran

langsung dari guru. Guru dipandang sebagai fasilitator dalam pembelajaran

daripada bejana bagi pengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan

pembelajaran inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan melainkan

membantu siswa selama proses mencari pengetahuan mereka sendiri.

Page 3: BDP kel 5

Penggunaan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran dilandasi pandangan

konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan

suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan

oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun

konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru

memang dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang

memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya

paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa

sendiri. Dengan istilah ini, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar

sepenuhnya ada pada siswa.

Pembelajaran berbasis inkuiri telah berpengaruh besar dalam pendidikan

sains, dan biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan biasanya

menggunakan proses inkuiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

berkaitan dunia alam. Mereka menggunakan prinsip-prinsip, konsep-konsep,

dan teori-teori untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala yang terjadi di

alam semesta. Ketika siswa sedang belajar dengan menggunakan proses

inkuiri, mereka menggunakan ide-ide yang sama seperti ilmuwan gunakan

bila mereka melakukan penelitian. Siswa akan menjadi ilmuwan kecil.

Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak

mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar bagi

mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode yang

digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh siswa, dapat

ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh siswa dan guru.

Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide konstruktivis dari belajar.

Kemajuan belajar terbaik terjadi dalam situasi kelompok.

Inkuiri juga didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran, informasi, atau

pengetahuan dengan bertanya. Proses inkuiri memulai dengan mengumpulkan

informasi dan data dengan melibatkan panca indera seperti melihat,

mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium. Sistem pendidikan

Page 4: BDP kel 5

tradisional telah terlaksana dalam cara yang menghilangkan semangat proses

alami dari inkuiri. Siswa menjadi cenderung kurang mengajukan pertanyaan.

Dalam pengajaran tradisional, siswa belajar bukan untuk bertanya banyak

pertanyaan, melainkan mendengar dan mengulang jawaban yang diharapkan.

Beberapa kehilangan semangat proses belajar sains muncul dari kurang

pemahaman tentang hakekat dari pembelajaran berbasis inkuiri. Bahkan hal

ini  cenderung memandang sebagai kegagalan pembelajaran. Inkuiri yang

efektif lebih daripada hanya bertanya. Suatu proses yang kompleks terlibat

bila setiap siswa berusaha untuk mengubah informasi dan data ke dalam

pengetahuan yang berguna. Penerapan pembelajaran inkuiri melibatkan

beberapa faktor seperti suatu konteks untuk pertanyaan, kerangka pertanyaan,

fokus pertanyaan, dan tingkat perbedaan pertanyaan. Pembelajaran inkuiri

yang dirancang baik menghasilkan bentuk pengetahuan yang dapat diterapkan

secara luas.

Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan

siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund

(1975), inkuiri adalah proses mental, dan dalam proses itu individu

mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Contoh konsep: inti sel, kecepatan,

panas, energi, masyarakat, demokrasi, tragedi, reaksi, segitiga, dan lain-lain;

contoh prinsip: logam bila dipanasi memuai, atau lingkungan berpengaruh

terhadap organisme; contoh proses-proses mental: mengamati, menggolong-

golongkan, membuat dugaan/menduga, menjelaskan, mengukur, menarik

kesimpulan, dan sebagainya.

IV. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri

Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang menekankan

kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada beberapa prinsip yang

harus diperhatikan dalam melaksanakan pendekatan pembelajaran inkuiri:

Page 5: BDP kel 5

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan kemampuan

berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini selain berorientasi

kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu,

kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik dapat

menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana peserta didik beraktivitas

mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan

oleh peserta didik melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat

ditentukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang

harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.

b. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi

antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru bahkan

interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai

proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,

akan tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

Guru perlu mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan

kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk

mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru

terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.

c. Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pendekatan

pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta

didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan

bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya

dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik

bertanya perlu dikuasai oleh setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar

Page 6: BDP kel 5

untuk meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk

mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.

d. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah

proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi

seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah

pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya

cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk

berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi kering dan

hampa. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung

oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang

dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang

menyenangkan dan menggairahkan.

e. Prinsip keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu

mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk

mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.

Pembelajaran  yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.

Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada

peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan

kebenaran hipotesis yang diajukan.

V. Jenis-jenis Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri

Metode penemuan (inkuiri) terdiri atas beberapa jenis. Ada jenis metode

penemuan yang masih banyak dibimbing atau diarahkan guru, tetapi ada pula

jenis metode penemuan di mana siswa banyak diberi kebebasan dan dilepas

oleh guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajarnya. Moh. Amin

menguraikan jenis-jenis inkuiri yang dapat dilakukan seperti berikut:

Page 7: BDP kel 5

Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)

  Pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry sebagian besar perencanaan

dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau

petunjuk  yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak

merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang

bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.

Umumnya guided inquiry  dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai

pertanyaan atau pernyataan biasa.

konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa

melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat.

alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa,

untuk melakukan kegiatan

diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa

melakukan kegiatan  inkuiri

kegiatan metode inkuiri oleh siswa berupa kegiatan percobaan

penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-

konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru

proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental

operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung

pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang

mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan

yang dapat dilakukan oleh siswa

catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi:

  penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-

kegiatan/pelajaran

  isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan

Page 8: BDP kel 5

  faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama

penting sekali apabila kegiatan percobaan/penyelidikan tidak berjalan (gagal).

Modified inquiry

Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja. Biasanya

disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan, kemudian siswa

diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi dan atau

melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan

masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara kelompok atau

perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, narasumber (resourse

person), dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin

kelancaran proses belajar siswa. Kegiatan-kegiatan belajar siswa terutama

ditekankan dengan eksplorasi, merancang, dan melaksanakan eksperimen.

Pada waktu siswa melakukan proses belajarnya untuk mencari pemecahan

atau jawaban masalah itu, bantuan yang dapat diberikan guru ialah dengan

teknik-teknik pertanyaan, bukan berupa penjelasan. Ini dimaksudkan agar

siswa tetap dirangsang berpikir untuk mencari dan menemukan cara-cara

penelitian yang tepat. Untuk itu berikanlah pertanyaan-pertanyaan pengarah

kepada pemecahan masalah yang perlu dilakukan siswa.

Invitation into inquiry

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara

yang lazim diikuti oleh ilmuwan. Suatu undangan (invitation) memberikan

suatu problema kepada siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah

direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa untuk melakukan beberapa

kegiatan atau kalau mungkin semua kegiatan berikut:

a. Merancang eksperimen

b. Merumuskan hipotesis

c. Menetapkan kontrol

d. Menentukan sebab dan akibat

e. Menginterpretasi data

Page 9: BDP kel 5

f. Membuat grafik

g. Menentukan peranan diskusi dan simpulan dalam merencanakan

penelitian

h. Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat

dikurangi atau diperkecil

Pictorial riddle

Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik

atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam situasi

kelompok kecil maupun besar. Gambar, peragaan, atau situasi yang

sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan

kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan

poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan

pertanyaan yang berkaitan dengan riddle tersebut.

Dalam membuat rancangan (design) suatu riddle, guru harus mengikuti

langkah sebagai berikut:

a. Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkan atau

didiskusikan

b. Melukiskan suatu gambar, menunjukkan ilustrasi, atau

menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses,

atau situasi

c. Suatu proses bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu yang

tidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari

dan menemukan mana yang salah dengan riddle tersebut.

Misalnya, tunjukkan suatu masyarakat petani di mana semua

prinsip ekologi disalahgunakan. Kemudian ajukan pertanyaan

kepada siswa mengenai hal-hal apa yang keliru atau salah dalam

hubungan dengan segala sesuatu yang telah dilakukan di dalam

komunitas tersebut.

Page 10: BDP kel 5

d. Membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk divergen yang

berorientasi proses dan berkaitan dengan riddle (gambar dan

sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh pengertian

tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.

VI. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri

Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar

siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah pendekatan

pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir

memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat

penting. Keberhasilan pendekatan pembelajaran inkuiri sangat tergantung

pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam

memecahkan masalah.

Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan

masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban

yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam

pendekatan inkuiri, oleh sebab melalui proses tersebut siswa akan

memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya 

mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki

yang menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung

konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.

Page 11: BDP kel 5

Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.

Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan

atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak

individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu

untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan.

Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada

posisi yang dapat mendorong untuk berpikir lebih lanjut.

Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan pembelajaran

inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting

dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya

memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar tetapi juga membutuhkan

ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu,

tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi

yang dibutuhkan.

Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan

data. Bahwa yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat

keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji

hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi

harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Merumuskan kesimpulan

Page 12: BDP kel 5

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan

merupakan akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena

banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan

tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada

siswa data mana yang relevan.

VII. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri

Kelebihannya:

Beberapa kelebihan metode ini ialah:

1. Strategi (model atau siasat) pengajaran menjadi berubah dari yang

bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai

penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar

rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses

pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan

mengolah sendiri informasi dengan kadar proses mental yang lebih

tinggi atau lebih banyak.

2. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered.

Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya kegiatan belajar siswa,

tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan

kebebasan belajar kepada siswa.

3. Keuntungan metode ini adalah:

Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih

baik

Membantu dalam menggunakan ingatan dan dalam transfer

kepada situasi-situasi proses belajar yang baru

Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya

sendiri

Page 13: BDP kel 5

Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan

hipotesisnya sendiri

Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik

Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

4. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju

kepada pembentukan manusia seutuhnya ( a fully functioning

person); misalnya di dalam situasi inkuiri, siswa tidak hanya belajar

tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi ia juga

mengalami proses belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung

jawab, komunikasi sosial.

5. Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan

mengembangkan self-concept pada diri siswa. Dengan demikian,

secara psikologis diri peserta didik akan merasa aman, terbuka

terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu

mengambil dan mengeksplorasi (menjelajahi) kesempatan-

kesempatan yang ada, lebih kreatif, dan umumnya memiliki mental

yang sehat.

6. Menambah tingkat penghargaan siswa. Tidak sedikit siswa yang

mengeluh karena dia tidak dapat mengerjakan soal-soal dari guru,

atau prestasi belajarnya tidak baik. Akan tetapi dengan inkuiri

mungkin saja dia dapat mengerjakan soal-soal itu atau prestasi

belajarnya meningkat. Sering kita dengar siswa berkata bahwa ia

dapat mengerjakan tugas-tugas dengan caranya sendiri. Ini berarti

ada hal-hal tertentu yang ditemukannya untuk menyelesaikan tugas-

tugas itu.

7. Penggunaan inkuiri memungkinkan siswa belajar dengan

memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya

menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

8. Metode ini dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu.

Page 14: BDP kel 5

9. Metode ini dapat menghindarkan cara belajar tradisional

(menghafal) dan memberikan waktu yang memadai bagi siswa

untuk mengumpulkan dan mengolah informasi.

10. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang

dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi

lebih baik.

Kekurangannya:

Kekurangan metode ini adalah:

1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara berpikir siswa yang menerima

informasi dari guru secara apa adanya, kalau guru tidak ada tidak

belajar, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok

dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan

bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah

bertahun-tahun dilakukan.

2. Guru juga dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya

sebagai pemberi atau penyaji informasi menjadi sebagai fasilitator,

motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun merupakan

pekerjaan yang tidak gampang karena pada umumnya guru belum

mengajar dan belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi

(ceramah).

3. Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam

belajar, tetapi kebiasaan itu tidak berarti menjamin bahwa siswa

belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun, penuh

aktivitas, dan terarah.

4. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai

sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah

disediakan.

5. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang

lebih baik seperti pada waktu siswa melakukan penyelidikan dan

Page 15: BDP kel 5

sebagainya. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru

terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.

6. Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis,

formalitas, dan membosankan. Apabila hal ini terjadi tidak menjamin

penemuan yang penuh arti.

VIII. Contoh Penerapannya dalam Pembelajaran Fisika

Fisika pada khususnya dan IPA pada umumnya sebagai hasil dari kegiatan

manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi

tentang alam sekitar yang diperoleh dari serangkaian proses ilmiah antara lain

penyelidikan, penyusunan, pengujian. Menurut Y. Padmono (2000 : 142 ),

“Secara umum IPA memiliki tiga sifat dasar atau hakikat yaitu (a) kontent

atau produk, (b) proses, (c) sikap “. IPA sebagai produk merupakan produk

ilmu pengetahuan baik itu sebagai teori, konsep, hipotesis, atau postulat.

Selanjutnya IPA sebagai proses pada hakikatnya merupakan suatu cara untuk

memecahkan masalah dengan prosedur tertentu mengenai gejala alam.

Sedangkan IPA sebagai sikap merupakan cara memandang terhadap gejala-

gejala alam dalam rangka memahami gejala alam tersebut. Sesuai hakikat atau

sifat dasarnya maka tujuan pendidikan/pembelajaran IPA adalah tidaklah

hanya sekedar agar siswa diharapkan terbentuk kemampuannya dalam

memecahkan masalah mengenai alam sekitar sesuai dengan cara/proses yang

dikehendaki dalam IPA.

Pembelajaran Fisika di tingkat SMA seperti tercantum dalam panduan

pengembangan silabus mempunyai tujuan 5 tujuan yaitu

Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,  obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan

dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen

Page 16: BDP kel 5

percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif

maupun kuantitatif.

Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan

mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi

Di dalam tujuan-tujuan pembelajaran fisika di SMA dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa pembelajaran fisika di SMA dimaksudkan agar siswa

memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyelidiki dan memperoleh

pengetahuan melalui proses berfikir sistematis dan ilmiah. Selanjutnya akan

tertanam sikap positif  di dalam diri siswa terhadap pelajaran fisika dan

kesadaran akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

1. Strategi Inkuiri

Strategi inkuiri adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan

untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami pengetahuan dan

masalah-masalah ilmiah sebagaimana para ilmuwan memperoleh

pengetahuan. Tampaknya strategi inkuiri ini cocok digunakan dalam

pembelajaran fisika, karena dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

memahami dan memperoleh pengetahuan melalui cara berfikir sistematis dan

ilmiah. Tetapi juga harus dipahami bahwa bagaimanapun juga akan lebih baik

menggunakan strategi pembelajaran yang beragam sesuai dengan kebutuhan

(Piotr Skurski, 2008).

Strategi inkuiri mengajarkan siswa untuk memahami proses meneliti dan

menerangkan suatu kejadian. Menurut Richard Suchman (1962) kesadaran

siswa terhadap proses inkuiri dapat ditingkatkan sehingga mereka dapat

Page 17: BDP kel 5

diajarkan prosedur pemecahan masalah secara ilmiah. Secara umum tahapan

strategi inkuiri tersebut adalah sebagai berikut

Penyajian masalah (confrontation with problem), dalam tahap ini guru

menyajikan masalah dan menerangkan prosedur inkuiri pada siswa. Bentuk

masalah perlu disesuiakan dengan pemgetetahuan siswa. Masalah yang

disajikan haruslah berupa suatu kejadian yang dapat merangsang aktivitas

intelektual siswa.

Pengumpulan data verifikasi (data gathering verification), siswa didorong atau

dimotivasi untuk mengumpulkan informasi mengenai kejadian yang diajukan

sebagai masalah.

Pengumpulan data eksperimen (data gathering experimentation), siswa

melakukan eksperimen dengan memasukkan hal-hal (variabel) baru dan

melihat apakah terjadi perubahan. Tahap eksperimentasi mempunyai dua

fungsi yaitu eksplorasi dan uji langsung. Dalam eksplorasi siswa mengubah

beberapa hal dan melihat apa yang terjadi, sedangkan dalam uji langsung

siswa melakukan pengujian.

Organisasi data dan formulasi kesimpulan (organizing, formulating and

explanation), siswa mengorganisasi dan menganalisis data untuk membuat

suatu kesimpulan terhadap masalah atau pertanyaan yang disajikan.

Analisis proses inkuiri (analysis of the inquiry process), siswa diminta untuk

menganalisis proses inkuiri yang telah mereka jalani. Tahap ini penting untuk

memperbaiki proses inkuiri mereka sendiri.

Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dapat

dijabarkan sebagai berikut :

(hal 80)

Wenning (2005) mengusulkan suatu metode proses inkuiri dengan hipotesis

(Hypothetical Inquiry Process). Diagram berikut akan mengambarkan

langkah-langkah dalam proses inkuiri dengan hipotesis.

Page 18: BDP kel 5

Siswa memberikan gagasan, selanjutnya gagasan tersebut diuji melalui

kegiatan terencana dan penelaahan

Siswa melakukan dan mengamati kegiatan terencana

Siswa memformulasikan hipotesis dengan berdasar kegiatan terencana

dan penelahaan

Siswa melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis

Siswa mengumpulkan data eksperimen

Siswa menafsirkan data untuk mendapatkan temuan

Akhirnya siswa mendapatkan pembenaran dari hipotesis mereka atau

jika gagal,mereka mengajukan ulang hipotesis yang baru.

Menurut Lawson yang dikutip Manzoor Ali, terdapat tiga masalah penting

dalam penerapan strategi inkuiri di kelas, yaitu (1) guru harus memahami

benar tentang sifat-sifat inkuiri ilmiah, (2) guru harus memahami struktur

keilmuan yang diajarkannya dan (3) guru harus menguasai teknik-teknik

inkuiri.

C.J. Wenning secara jalas menyebutkan formulasi hipotesis dalam strategi

inkuiri yang diusulkannya, sedang Made Wena tidak menyebutkan adanya

perumusan hipotesis, tetapi sebenarnya perumusan dugaan terhadap jawaban

masalah sudah muncul pada tahap pengumpulan informasi dan verifikasi.

Made Wena sebenarnya mengadaptasi metode ilmiah dalam penerapan

strategi inkuiri, yaitu dengan kombinasi antara metode deduktif, pada saat

pengumpulan informasi dan verifikasi kemudian dilanjutkan dengan

perumusan dugaan jawabam masalah. Selanjutnya adalah metode induktif,

yaitu pada saat pengujian hipotesis dengan eksperimen. Akhirnya pada tahap

pengambilan kesimpulan dan umpan balik kepada proses inkuiri itu sendiri.

dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

E.  Penerapan Strategi Inkuiri di Dalam Kelas

Page 19: BDP kel 5

Pembelajaran Fisika dengan strategi inkuiri ini akan diterapkan di kelas X

dengan mengambil contoh satu kompetensi dasar, yaitu menganalisis

pengaruh kalor terhadap suatu zat. Adapun skenario pembelajaran dengan

menggunakan strategi inkuiri pada kompetensi dasar tersebut dengan mengacu

kepada tahapan seperti telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut :

Siswa diberi suatu permasalahan mengenai kalor, permasalahan tersebut

disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Apakah sama besarnya kalor yang

terdapat pada 100 ml air bersuhu 70 0C (wadah A) dan  40 ml air bersushu 70 0C (wadah B)?

Siswa diminta diminta menjawab pertanyaan tersebut, mungkin ada sebagian

yang akan menjawab sama dan sebagian yang lain menjawab tidak

sama.Mereka juga diminta memberi alasan jawaban masing-masing. Pada

tahap ini terjadi perdebatan diantara siswa. Guru hanya memfasilitasi

perdebatan tersebut dan belum perlu untuk memberikan jawaban yang benar

terhadap pertanyaan di atas. Perdebatan juga diarahkan untuk menemukan

cara untuk membuktikan kebenaran jawaban masing-masing. Siswa akan

mengusulkan berbagai cara untuk membuktikan kebenaran jawaban mereka.

Cara-cara tersebut haruslah dapat dilakukan di laboraturium sekolah. Guru

mendaftar cara-cara yang diusulkan oleh siswa, kemudian secara bersama

mendiskusikan kemungkinan pelaksanaannya. Mungkin akan didapati lebih

dari satu cara yang dapat dicoba untuk membuktikan jawaban yang benar.

Tetapi apabila dari usulan-usulan tersebut masih belum ada cara yang

dianggap tepat dan dapat dilakukan maka guru memberikan petunjuk

tambahan yang digunakan untuk mengarahkan jawaban siswa terhadap cara

yang dapat dilakukan.

Siswa diminta untuk melakukan kegiatan atau percobaan untuk membuktikan

jawaban mereka secara berkelompok. Kemudian setiap kelompok

mempersiapkan presentasi tentang jawaban awal dari permasalahan yang ada

Page 20: BDP kel 5

(hipotesis), prosedur percobaan untuk membuktikan jawaban tersebut dan

menyampaikan hasil percobaan.

Dengan data yang mereka peroleh selama percobaan, mereka diminta untuk

membuat kesimpulan. Hasil percobaan dapat sesuai atau tidak sesuai dengan

jawaban awal mereka, atau bahkan tidak dapat digunakan untuk menentukan

kebenaran jawaban awal mereka. Mereka juga diminta untuk menilai apa yang

sudah mereka lakukan untuk membuktikan jawaban awal, apakah cara

pembuktiannya sudah tepat, adakah kelemahan, kelebihan atau perlukah

mengontrol faktor lain selama percobaan tersebut.

Kelompok lain mendengarkan presentasi mereka dan memberikan tanggapan

terhadap hasil yang mereka peroleh. Tanggapan dari kelompok lain dicatat

dan diberi komentar oleh kelompok yang sedang mempresentasikan hasil

percobaannya. Guru menginventaris hasil, kelebihan dan kelemahan masing-

masing cara.

Apabila guru menilai tidak ada satu kelompok yang dapat memberikan cara

membuktikan jawaban awal terhadap pertanyaan di atas, maka guru dapat

mengusulkan suatu cara yang dapat dicoba secara bersama dan masing-

masing kelompok memberikan catatan yang berbeda terhadap hasil yang

diperoleh. Salah satu cara yang dapat diusulkan oleh guru adalah sebagai

berikut dengan mencampur air dalam wadah A dengan 50 ml air 500C dalam

wadah C, dan mencampur air dalam wadah B dengan 50 ml air 500C dalam

wadah D. Selanjutnya dalam interval waktu yang sama, siswa ,mencatat

temperatur campuran tersebut. Apabila temperatur campuran tersebut

cenderung sama maka berarti kalor yang terkandung dalam wadah A dan B

adalah sama, tetapi apabila temperatur campuran tersebut berbeda, maka dapat

disimpulkan kalor yang terdapat pada wadah A berbeda dengan wadah B.

Siswa juga dapat mengetahui kalor lebih banyak terdapat pada wadah yang

mana.Dari kegiatan ini siswa dapat menarik hubungan antara besar kalor dan

massa atau volume suatu zat.

Page 21: BDP kel 5

Kegiatan pembelajaran di atas dapat berlangsung dalam waktu dua jam

pelajaran atau 90 menit. Untuk menurunkan hubungan kalor dengan

temperatur dapat menggunakan cara seperti di atas, tetapi dengan pemahaman

dan pengalaman yang sudah diperoleh melalui kegiatan ini, maka tidak perlu

dilakukan percobaan secara khusus untuk membuktikan hal tersebut, cukup

melakukan diskusi dengan siswa mengenai pengaruh temperatur terhadap

besar kalor yang dimiliki  oleh suatu zat dan pengaruh jenis zat terhadap besar

kalor yang dimilikinya. Pengaruh temperatur terhadap besar kalor yang

dimiliki suatu zat dapat diselidiki dengan menuangkan sejumlah air dengan

temperatur berbeda ke dalam wadah yang berisi air dengan temperatur

tertentu, lalu melihat temperatur campuran. Sedangkan untuk menyelidiki

pengaruh jenis zat terhadap besar kalor yang dimilikinya dapat dilakukan

dengan memasukkan benda yang berukuran dan bersuhu sama tetapi terbuat

dari bahan berbeda ke dalam wadah yang berisi air dengan suhu tertentu, lalu

mengamati temperatur campuran tersebut.

Evaluasi Penerapan Strategi Inkuiri

Penerapan strategi inkuiri pada pembelajaran Fisika dengan contoh kasus pada

materi kalor dievaluasi untuk mendapatkan umpan baliknya. Selama proses

pembelajaran tersebut, guru mengamati kegiatan yang dilakukan  siswa baik

di dalam kelompok maupun individual. Proses sosialisasi, kolaborasi dan

aktualisasi diri akan terjadi di dalam kelompok. Guru dapat mengamati

motivasi dan minat siswa dalam mempelajari kompetensi dasar ini. Pada akhir

pembelajaran guru juga dapat mengevaluasi pemahaman siswa mengenai

materi yang diajarkan dan pemahaman mereka tentang metode ilmiah.

Untuk mengamati minat  dan sikap siswa terhadap mata pelajarn Fisika,

terutama pada materi kalor, maka dapat dikembangkan suatu lembar

pengamatan tentang sikap, minat, kemampuan bekerjasama dan

berkomunikasi.

Page 22: BDP kel 5

Pemahaman siswa terhadap metode ilmiah dapat digali melalui sebuah tes

objektif. Instrumen tes objektif mengenai pemahaman terhadap metode ilmiah

sudah dikembangkan oleh C.J. Wenning. Agar instrumen tersebut dapat

digunakan, maka perlu dilakukan adaptasi.

Dalam rangka mengamati hasil belajar Fisika siswa pada materi kalor,

dikembangkan suatu bentuk tes objektif. Tes tersebut diberikan sebelum

kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai tes awal dan sesudah kegiatan

pembelajaran selesai sebagai tes akhir. Indikator yang mendasari

pengembangan tes tersebut adalah sebagai berikut.

Siswa dapat membedakan pengertian kalor dan temperatur

Siswa memahami bahwa besarnya kalor yang dimiliki suatu zat

dipengaruhi oleh jumlah zat tersebut.

Siswa memahami bahwa besarnya kalor yang dimiliki suatu zat

dipengaruhi oleh temperatur zat tersebut.

Siswa dapat memahami bahwa besarnya kalor yang dimiliki suatu zat

dipengaruhi oleh jenis zat tersebut.

Siswa dapat memperkirakan apa yang terjadi pada temperatur suatu zat

apabila zat tersebut diberikan kalor dengan besar yang berbeda-beda.

Siswa dapat membandingkan besar kalor yang dimiliki oleh dua zat sejenis

dengan temperatur sama tetapi massa berbeda.

Siswa dapat membandingkan besar kalor yang dimiliki oleh dua zat sejenis

dengan massa sama dan temperatur berbeda.

Siswa dapat membandingkan kalor yang dimiliki oleh dua zat yang

berbeda tetapi memiliki massa dan temperatur sama.

Apabila sudah dilakukan pengamatan dan diadakan tes, maka akan dapat

diperoleh umpan balik terhadap penerapan strategi inkuiri pada pembelajaran

Fisika terutama pada materi kalor. Umpan balik ini akan menjadi catatan

untuk perbaikan penerapan strategi inkuiri pada pembelajaran Fisika.\

Page 23: BDP kel 5

IX. PENUTUP

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan

dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA

diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

X. Daftar Pustaka

Akhmad Sudrajat, Strategi pembelajaran,

http://akhmadsudrajat.wordpress.com, 2008

Akhmad Sudrajat, Strategi pembelajaran,

http://akhmadsudrajat.wordpress.com, 2008

Amin, Moh. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiri. Jakarta: Depdikbud.

Page 24: BDP kel 5

http://en.wikipedia.org/wiki/Inquiry-based_learning

http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub1.html

http://wwwpojokfisikauniflor.blogspot.com/2011/02/pendekatan-inkuiri-

dalam-pembelajaran.html

Journal Physics Teacher Education online Vol 5 No 2, autumn 2009

Journal Physics Teacher Education online Vol 5 No 2, autumn 2009

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik

Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudirman, N., dkk. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.