BBLR

34
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) a. Pengertian Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling sering di gunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat badan bayi lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi maupun balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor (Zulkaida, 2003). Berat lahir dipengaruhi oleh dua proses penting yaitu : lamanya (usia) kehamilan dan pertumbuhan intrauterine, jadi BBLR dapat disebabkan oleh umur kehamilan yang pendek dan pertumbuhan intrauterine yang lambat (tampak pada berat bayi) atau kedua-duanya. Di negara maju antara 4%-8% bayi dilahirkan kurang dari 2500 gram. Dengan pengetahuan yang semakin meningkat mengenai patofisiologi bayi, kelompok BBLR dapat dibagi menjadi dua kelompok lain yaitu :bayi cukup bulan tapi kecil untuk masa kehamilan (KMK=Small for gestational Age = SGA) dan bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau ˝premature˝. Kedua–duanya merupakan akibat interaksi berbagai faktor sebelum dan selama masa kehamilan. Dan pada saat yang sama merupakan faktor penentu kesehatan dan kelanjutan hidup bayi. Bagi bayi–bayi itu sendiri, PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Transcript of BBLR

Page 1: BBLR

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)

a. Pengertian

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling

sering di gunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk

mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat badan bayi

lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi maupun balita,

berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status

gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya

tumor (Zulkaida, 2003).

Berat lahir dipengaruhi oleh dua proses penting yaitu : lamanya (usia)

kehamilan dan pertumbuhan intrauterine, jadi BBLR dapat disebabkan oleh

umur kehamilan yang pendek dan pertumbuhan intrauterine yang lambat

(tampak pada berat bayi) atau kedua-duanya. Di negara maju antara 4%-8% bayi

dilahirkan kurang dari 2500 gram. Dengan pengetahuan yang semakin meningkat

mengenai patofisiologi bayi, kelompok BBLR dapat dibagi menjadi dua

kelompok lain yaitu :bayi cukup bulan tapi kecil untuk masa kehamilan

(KMK=Small for gestational Age = SGA) dan bayi kurang bulan (< 37 minggu)

atau ˝premature˝. Kedua–duanya merupakan akibat interaksi berbagai faktor

sebelum dan selama masa kehamilan. Dan pada saat yang sama merupakan

faktor penentu kesehatan dan kelanjutan hidup bayi. Bagi bayi–bayi itu sendiri,

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 2: BBLR

9

berbagai masalah dihadapi postnatal akibat penyesuaian dengan lingkungan

(Husaini, 2000).

BBLR dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu : cukup bulan tetapi

beratnya tidak sesuai untuk umur kehamilannya dan bayi kurang bulan dan

KMK. Bayi–bayi ini mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine

(IUG/Intrauterine Gowth Retardation) dan menunjukan sifat–sifat tertentu.

Faktor penyebab dapat di bagi kedalam faktor intrinsik dan ekstrinsik. Termasuk

faktor intrinsic biasanya termasuk faktor yang mempergaruhi transport nutrisi ke

plasenta (kebiasaan merokok, kerja fisik berat, dan beberapa penyakit ibu dan

perinatal). Faktor ekstrinsik menyangkut kuantitas dan kualitas makanan sebelum

atau waktu hamil atau kombinasi dari faktor tadi.

Bayi yang mengalami gangguan intrinsik di sebabkan oleh faktor intrinsik

dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang mempengaruhi transport

nuterisi ke plasenta sedangkan faktor ekstrinsik adalah social, ekonomi,

pendidikan, lingkungan, kebiasaan ibu hamil.

Puffer dan Serano dalam Alisyahbana (2000) membagi berat lahir dalam

tiga golongan yaitu :

1. Bayi dengan berat lahir < 2500 gram, bayi berat lahir rendah (BBLR) =

Low Birth Weight.

2. Bayi dengan berat lahir 2500 – 2999 gram atau lebih, bayi berat badan

kurang = Deficient Birth Weight.

3. Bayi dengan berat lahir >3000 gram, bayi berat lahir baik = Favorabel

Birth Weight.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 3: BBLR

10

Kelompok berat bayi lahir rendah juga diistilahkan dengan kelompok risiko

tinggi, karena pada bayi dengan berat lahir rendah menunjukan angka kematian

dan kematian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi berat lahir cukup.

Dari pengertian diatas maka bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan,

yaitu

1. Prematuritas Murni

Prematuritas Murni adalah neonatus dengan kehamilan kurang dari 37

minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa

kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-

SMK) penyebabnya dari berbagai faktor, baik faktor ibu, janin, maupun

lingkungan.

2. Dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan

pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilan (KMK). Penyebab yang lain sama dengan prematuritas murni.

Bayi BBLR mempunyai resiko meninggal 40 kali lebih tinggi dibandingkan

bayi dengan berat badan normal pada tahun pertama. Makin kecil berat bayi lahir

makin tinggi kejadian kelainan neorologis dan psikomotorik bayi. WHO

memperkirakan diseluruh dunia 16% dari semua bayi mempunyai berat < 2500

gram. Dari jumlah ini 90% berasal dari Negara-negara berkembang, khususnya

Negara Asia Tenggara BBLR berkisar 20% - 30% jumlah kelahiran.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 4: BBLR

11

BBLR mempunyai resiko tinggi untuk kematian, kecenderungan menderita

penyakit seperti ISPA, diare, respon imunitas yang rendah dan keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan. Angka kematian prenatal pada BBLR di

Indonesia tinggi yaitu 181,1 tiap 1000 kelahiran bayi hidup 22,34 penyebab

BBLR sampai saat ini masih terus dikaji. Beberapa studi menyebutkan bahwa

penyebab BBLR adalah multi faktor, antara lain faktor demografi, biologi ibu,

status gizi obstetric, morbiditas ibu hamil, perilaku atau kebiasaan ibu dan

keluarga yang kurang mendukung, tabu, pelayanan kesehatan dan gizi termasuk

deteksi dini BBLR serta upaya intervensinya.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya BBLR antara lain :

Faktor–faktor yang dapat memperngaruhi berat bayi lahir dikelompokan

sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan internal, yang meliputi umur ibu, parietas, jarak

kelahiran, kesehatan ibu, kadar haemoglobin ibu hamil serta ukuran

antropometri ibu hamil.

2. Faktor lingkungan eksternal, yang meliputi kondisi lingkungan,

masukan makanan ibu selama hamil, jenis pekerjaan ibu, tingkat

pendidikan ibu dan bapak (kepala keluarga), pengetahuan gizi dan tingkat

social ekonomi.

3. Faktor pengunaan pelayanan kesehatan yaitu frequensi pemeriksaan

kehamilan (ANC).

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 5: BBLR

12

Adapun penjelasan faktor–faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir adalah

1. Umur ibu

Umur ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir pada umur ibu

yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup

matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat mengadapi

kehamilannya secara sempurna, dan sering terjadi komplikasi-komplikasi. Telah

dibuktikan pula bahwa angka kejadian persalinan kurang bulan akan tinggi pada

usia dibawah 20 tahun dan kejadian paling rendah pada usia 26 – 35 tahun,

semakin muda umur ibu maka anak yang dilahirkan akan semakin ringan.

Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Depkes RI dalam hubungannya

dengan umur ibu melahirkan, dikatakan bahwa risiko kehamilan akan terjadi

pada ibu yang melahirkan dengan umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35

tahun erat kaitannya dengan terjadinya kanker rahim dan BBLR.

2. Parietas

Parietas dalam arti luas mencakup gavida (jumlah kehamilan), partus

(jumlah kelahiran), dan abortus (jumlah keguguran), sedang dalam arti khusus

yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Parietas dikatakan tinggi bila

seseorang wanita melahirkan anak ke empat atau lebih. Seorang wanita yang

sadar mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi, keadaan kesehatannya

akan mulai menurun, Seorang mengalami kurang darah (anemia), terjadi

pendarahan lewat jalan lahir dan letak janin sungsang bahkan melintang. Pada

waktu persalinan yang sukar maupun pendarahan setelah persalinan.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 6: BBLR

13

3. Jarak kehamilan

Menurut ketentuan yang di keluarkan oleh badan kordinasi keluarga

berencana (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antara kelahiran yang ideal adalah

3 tahun atau lebih. Hal tersebut karena jarak kelahiran yang pendek dapat

menyebabkan seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi

tubuhnya setelah kelahiran sebelumnya, sehingga merupakan salah satu factor

penyebab kelemahan dan kematian ibu dan bayi yang di lahirkan.

Menurut Bobby Rawadi (1986) menyatakan bahwa jarak kehamilan yang

terbaik adalah 25 – 48 bulan karena akan menghasilkan bayi dengan berat lahir

3000 – 3499 gram.

4. Kadar Hb

Haemoglobin (Hb) adalah bagian dari eritosit (sel darah merah) yang

dibentuk dalam sumsum tulang. Haemoglobin dibentuk dari heme dan globin,

heme terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida.

Haemoglobin adalah molekul yang mengandung 4 sub unit yang berinteraksi

sehingga menimbulkan efek kooperatif yaitu bila sebuah molekul haemoglobin

mengenai molekul Oksigen cenderung terus memperoleh 4 molekul Oksigen.

Haemoglobim adalah suatu senyawa protein dengan Fe dinamakan

Conjugated protein. Adanya ion Fe mengakibatkan warna darah menjadi merah,

oleh karena itu Hb juga di sebut zat warna merah darah. Jika Hb berikatan

dengan sel darah merah dan CO2 akan menjadi karboxy haemoglobin yang

berwarna merah tua. Darah arteri mengandung O2 sedangkan darah vena

mengandung CO2.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 7: BBLR

14

Kriteria menurut WHO, dinyatakan anemia pada ibu hamil jika kadar

haemoglobin < 6 g/dl, anemia sedang jika kadar haemoglobin 6 – 7 g/dl.

5. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungsn adalah kondisi dimana ibu hamil tinggal apabila kondisi

lingkungan tidak sehat dan miskin maka akan menyebabkan kejadian infeksi

yang meningkat dan pengaruhnya dapat berlipat ganda pada ibu hamildan

janinnya. Penyakit infeksi tersebut antara lain penyakit malaria, hepatitis,

syphilis dan penyakit karena bakteri lainnya yang diderita ibu hamil yang dapat

memberikan angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi pada bayi.

Selain itu pada daerah geografis yang buruk, juga dapat menyebabkan

anemia gizi. Hal ini yang sulit dijangkau dari segipendidikan dan ekonomi,

seperti daerah terpencil serta daerah yang endemis dengan penyakit yang

memperberat anemia seperti kejadian endemis malaria.

6. Asupan makanan ibu selama hamil

Kebutuhan fisiologis sewaktu hamil adalah jumlah energi, protein dan zat-

zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perubahan

metabolisme tubuh ibu, ibu hamil dan bayi merupakan kelompok rawan dalam

risiko kematian yang tinggi. Apabila asupan makanan ibu selama kehamilan

kurang 1800 kalori sehari angka prevalensi bayi dengan BBLR akan timggi

karena pemenuhan akan zat-zat yang di perlukan janin berkurang.

7. Jenis perkerjaan ibu

Jenis pekerjan juga dapat mempergaruhi produk kehamilan, pada wanita

yang memiliki pekerjaan yang berat terutama pekerjaan yang berat, akan

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 8: BBLR

15

cenderung melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dengan risiko

kematian yang lebih tinggi bagi ibu maupun baynya. Sebaliknya wanita yang

memilih jenis pekerjaan yang kurang memerlukan tenaga fisik seperti pekerjaan

profesi atau managemen tampaknya kurang mempengaruhi berat bayi yang di

lahirkan.

8. Tingkat pendidikan ibu

Pendidikan yang rendah, adapt istiadat yang ketat serta nilai dan

kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih rendah

merupakan faktor penghambat dalam upaya penggalakkan potensi masyarakat

untuk berperan serta dalam pengembangan kesehatan.

Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya dikalangan

ibu hamil merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap masalah-

masalah kesehatan, sehingga sikap hidup dan perilaku yang mendorong

peningkatan kesehatan masyarakat masih kurang.

Pendidikan ibu yang masih rendah dapat mengakibatkan kejadian BBLR

meningkat akibat kurang pengetahuan dalam menjaga kehamilannya, makin

tanggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbiditas makin menurun, hal tersebut

hanya akibat kesadaran ibu akan kesehatannya lebih tinggi, tetapi juga karena

adanya pengaruh social ekonominya. Kemungkinan melahirkan anak dengan

berat 3000-3499 gram paling banyak ditemukan pada ibu dengan pendidikan

perguruan tinggi dan makin menurun dengan makin rendahnya pendidikan.

Ibu hamil yang menderita anemia gizi terjadi pada kelompok penduduk yang

berpenghasilan rendah. Kelompok ini umumnya kurang memahami kaitan

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 9: BBLR

16

anemia dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi

penanggulangan anemia, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi,

khususnya mengandung zat besi relative tinggi, kurang dapat menggunakan

pelayanan kesehatan yang tersedia.

9. Pengetahuan gizi

Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satu

melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi berusaha menambah pengetahuan dan

perbaikan kebiasaan konsumsi pangan yang umumnya dipandang baik diberikan

sedini mungkin. Selain itu pengetahuan diharapkan akan menghasilkan perilaku

individu dalam penerapan konsumsi pangan untuk mempertahankan gizi yang

baik. Selain itu akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan

makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang

bersangkutan.

10. Keadaan Sosial Ekonomi

Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang rendah

karena kelompok penduduk ekonomi rendah, khususnya pada ibu hamil kurang

mampu membeli makanan sumber zat besi dikarenakan harga yang relative

mahal, kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia.

Status sosial yang masih rendah di masyarakat mempunyai beberapa akibat

yang mempermudah timbulnya anemia gizi. Contohnya dari masih lebih

rendahnya status wanita dibandingkan laki-laki yaitu adanya kepercayaan yang

merugikan, seperti pantang makanan tertentu, mengurangi makan setelah

trimester III agar bayinya kecil sehingga mudah melahirkan,

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 10: BBLR

17

Selain itu keadaan ekonomi dapat mempengaruhi daya beli ibu hamil.

Apabila makin rendahnya daya beli semakin sedikit makanan yang di konsumsi.

Lebih jauh lagi semakin rendah makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil,

semakin tinggi pula prevalensi kejadian BBLR.

B. Ibu Hamil

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok didalam masyarakat yang paling

mudah menderita gangguan kesehatan atau rawan gizi, sehingga pada masa

kehamilan, ibu hamil memerlukan unsur-unsur gizi lebih banyak dibandingkan

dengan keadaan biasanya (Hall, 2000). Selama kehamilan, ibu hamil akan

mengalami proses fisiologis yaitu keadaan kesehatan fisik dan mental

sebelumdan selama hamil berpengaruh terhadap keadaan janin dan waktu

persalinan.

1. Diagnosa Kehamilan

Lamanya kehamilan mulai ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari

(40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Dimana kehamilan 40

minggu disebut sebagai kehamilan matur (cukup bulan), bila kehamilan lebih

dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan kehamilan antara 28 dan

36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang ditinjau dari umur

kehamilan dibagi dalam tiga bagian, yaitu kehamilan trimester I (antara 0-12

minggu), trimester II (antara 12-28 minggu) dan trimester III (antara 28-40

minggu) (Wiknjosastro, 1999).

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 11: BBLR

18

2. Fisiologi Kehamilan

Kehamilan adalah periode khusus dimana kebutuhan akan sebagian gizi

meningkat selama masa tersebut. Penambahan berat badan selama kehamilan

disebabkan oleh peningkatan ukuran jaringan reproduksi, adanya janin dalam

kandungan dan cadangan lemak dalam tubuh ibu. Selama hamil akan bertambah

beratnya sebanyak kurang lebih 12,5 kg (rentang 9-15 kg), dimana penambahan

sebesar kurang lebih 9 kg diantaranya terjadi dalam 20 minggu terakhir

(Hadyanto, 2002).

Penambahan berat badan diatas merupakan bagian dari kehamilanyang

normal, karena pada kehamilan terjadi perubahan ganda dalam tubuh wanita

hamil. Perubahan terutama berhubungan dengan system peredaran darah dan

pembentukan komponen darah, kardivaskuler, pencernaan, jaringan lemakdan

saluran genilitas (Nasoetion & Darwin, 1998).

Selama masa kehamilan normal hamper semua perempuan merasa sama

sehatnya dengan masa-masa di luar kehamilan, yang ditandai dengan perubahan

fisik karena berat badan bertambah dan perubahan mental karena di dalam

perutnya terdapat kehidupan baru (Hall, 2000). Pada masa kehamilan ibu hamil

mengalami gejala-gejala fisilogis yang disebabkan oleh pengaruh hormon

kehamilan seperti gejala pening di pagi hari yang diikuti gejala lain seperti lesu,

perkembangan payudara, pembesaran perut, bertambah cepatnya denyut nadi,

perubahan pigmentasi pada kulit dan wajah, puting payudara dan bagian tengah

perut yang berubah warnanya menjadi gelap, serta kejang pada kaki yang

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 12: BBLR

19

kemungkinan disebabkan kekurangan kalsium dalam darah atau mungkin oleh

sirkulasi darah yang kurang lancer pada bagian kaki (Hall, 2000).

Pada masa kehamilan, kantung peranakan berkembang untuk menampung

hasil pembuahan. Peningkatan volume sirkulasi darah digunakan untuk

memungkinkan terjadinya aliran CO2 dari sisa metabolisme lainnya. Terjadinya

pembesaran payudara dan penimbunan lemak dipersiapkan untuk masa menyusui

segera setelah melahirkan (Winarno, 1990). Dengan adanya janin yang

dikandung, fungsi dan kerja tubuh ibu akan berubah. Jumlah cairan darah

bertambah, sel-sel darah tetap dan unsur-unsur darah berkurang. Hemoglobin dan

albumin darah menurun, akibatnya terjadi kurang darah (Nadesul, 1997).

Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya daya metabolisme energi.

Terjadi dua proses anabolik fundamental yang bebas satu sama lain terjadi

selama kehamilan. Ibu akan menjalani penyesuaian fisiologik dan metabolik

selama kehamilan. Dimana seorang ibu yang sedang hamil akan menjalani

penyesuaian fisiologik dan metabolik selama kehamilan, yang sebenarnya serasi

dengan proses-proses anabolic yang terjadi pada janin dan plasenta, yang

dikatalisis oleh perubahan kelenjar-kelenjar endokrin pada ibu hamil sehingga

memperbesar ukuran uterus, payudara dan volume cairan darah, cairan ketuban

dan massa jaringan adipose (Nasoetion & Darwin, 1998).

Dengan melihat gejala fisiologis yang ada, maka keadaan ibu hamil pada awal

kehamilan perlu diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

janin pada usia kehamilan selanjutnya. Menurut Moehji (2003), pada umumnya

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 13: BBLR

20

selama kehamilan ibu hamil memiliki karakteristik pada tiap triwulan sebagai

berikut :

1. Pada trimester pertama dari kehamilan, biasanya nafsu makan sangat

kurang, karena timbul rasa mual dan muntah, serta dari bentuk tubuh yang

semakin melebar, payudara yang semakin kencang. Kondisi psikis ibu juga

mengalami tingkat kepekaan yang sangat tinggi. Ibu akan mudah marah

atau akan merasa sedih bila terjadi sesuatu.

2. Pada trimester kedua kehamilan, metabolisme basal mulai meningkat, berat

badan juga mulai bertambah. Pada masa ini tingkat konsumsi protein

sangat diutamakan. Hal ini disebabkan perkembangan janin sebagaimana

telah protein memiliki pengaruh diselidiki kadar protein sangat rendah. Ibu

hamil yang mengkonsumsi makanan mungkin juga lebih pendek dan lebih

ringan dari normal. Adapun perubahan fisik yaitu perut sudah mulai

membuncit serta emosi ibu sudah mulai stabil (Moechji, 2003).

3. Pada trimester ketiga, metabolisme basal tetap mengalami kenaikan dimana

keadaan ini umumnya nafsu makan sangat baik. Selain itu, kandungan pada

trimester ketiga menjadi besar, sehingga menyebabkan lambung terdesak.

Perubahan fisik misalnya, perut ibu semakin membesar. Keadaan janin juga

semakin besar, dan ibu siap melahirkan. Kondisi emosi ibu kembali tidak

stabil karena menanti masa kelahiran ( Moechji, 2003)

Menurut Arisman (2004), secara umum terdapat kondisi yang biasanya ada

selama kehamilan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi zat gizi

yaitu :

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 14: BBLR

21

1. Pegal linu dan kaku

Kondisi ini biasanya terjadi pada malam hari yang diakibatkan oleh

pertumbuhan janin sekaligus perubahan hormonal. Selain itu, keadaan ini juga

disebabkan karena Ca serum rendah, dan kadar fosfat tinggi, sehingga system

neuromuskuler mudah terangsang (Arisman, 2004).

2. Sembelit

Keadaan ini dapat terjadi bila berkaitan dengan 6 kondisi yang ada di dalam

tubuh yaitu (1) Rahim yang semakin besar sehingga menekan kolon dan rectum

sehingga mengganggu ekskresi, (2) Adanya peningkatan kadar progesteron

sehingga merelaksasikan otot saluran cerna dan menurunkan motilitas, (3)

Tingkat konsumsi cairan tidak cukup, (4) Tingkat konsumsi serat tidak cukup, (5)

Kebiasaan defekasi yang buruk, (6) Jarang berolah raga dan sering melewatkan

satu waktu makan (terutama sarapan). (Arisman, 2004).

3. Mual dan Muntah

Rasa mual atau yang sering kita sebut dengan morning sickness dapat terjadi

karena kadar progesterone diawal kehamilan meningkat sedangkan kadar gula

darah dan pergerakan usus menurun. Hal itu juga disebabkan karena produksi

asam lambung dan pepsin menurun. Keadaan ini biasanya terjadi pada trimester I

kehamilan sehingga tingkat konsumsi makanan atau zat gizi pada trimester ini

menjadi berkurang (Arisman, 2004).

4. Pica

Pica diartikan sebagai perilaku tidak umum yaitu mengkonsumsi bahan

bukan makanan, seperti kain, arang, dan lain-lain. Dampak dari keadaan ini yaitu

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 15: BBLR

22

tingkat konsumsi zat gizi dari makanan berkurang serta terjadi penyumbatan usus

(Almatsier, 2001).

5. Perilaku kesehatan ibu pada masa hamil

Perilaku kesehatan perlu diperhatikan agar terhindar dari komplikasi

kehamilan. Dimana penggunaan fasilitas pelayanan untuk pemeriksaan kesehatan

selama kehamilan sangat diperlukan, apabila pelayanan anternal yang tidak

memenuhi standar minimal 5 T (mengukur tinggi badan dan berat badan, tekanan

darah tinggi fundus, imunisasi Tetanus Toxoid, dan pemberian tablet tambah

darah minimal 90 tablet) bisa terjadi komplikasi pada kehamilan (Flourisa 2006,

Hasil Survei Kesehatan Ibu, 3, http://www. Bkkbn.com, diperoleh tanggal 1

Maret 2006).

C. Karakteristik Ibu Hamil

1. Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikatordalam

kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap

pengalamannya. Karakteristik pada ibu hamil berdasarkan umur sangat

berpengaruh terhadap status berat badan ibu, dimana semakin muda umur ibu

hamil karena ketidaksiapan ibu dalam mnerima sebuah kehamilan, maka akan

berisiko terjadi gangguan selama kehamilan misalnya umur yang masih muda

system reproduksi yang belum matang. Hal ini akan berdampak pada ukuran bayi

yang akan dilahirkannya. Pada ibu yang hamil dengan keadaan seperti ini akan

mengakibatkan kondisi bayi yang dilahirkan akan mengalami gangguan misalnya

terjadi bayi prematur atau BBLR (Nasoetion & Darwin, 1998).

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 16: BBLR

23

Pada seorang bayi dengan BBLR biasanya dipengaruhi oleh umur sang ibu,

presentase tertinggi bayi dengan BBLR terdapat pada kelompok remaja dan

wanita yang berumur lebih dari 40 tahun. Sebagian remaja seringkali melahirkan

bayi dengan berat badan lebih rendah, bila dibandingkan dengan wanita dewasa

yang mengalami peningkatanberat yang sama selama hamil. Hal ini terjadi

karena system reproduksi mereka belum matur dan mereka belum memiliki

system transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Wanita yang lebih tua

memerlukan lebih sedikit kalori untuk mendukung kehamilannya, tetapi memiliki

kebutuhan khusus akan nutrient tertentu (Nasoetion & Darwin, 1998).

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dari kepentingan

keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang agar lebih tanggap

dengan adanya masalah gizi di dalam keluarganya dan bias mengambil tindakan

secepatnya (Kodyat, 1993).

Rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian tentang

perawatan kesehatan, hygiene, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak dan

keluarga. Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang dan

memakai pengetahuan tentang gizi yang mereka peroleh. Keadaan gizi anak

sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu yang

rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan gizi akan

terbatas (Suhardjo, Riyadi, 1990).

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 17: BBLR

24

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan kepercayaan

akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih rendah, merupakan

penghambat dalam pembangunan kesehatan. Pendidikan rata-rata penduduk yang

masih rendah, khususnya di kalangan ibu hamil, merupakan salah satu masalah

yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan, sehingga sikap hidup dan

perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih rendah.

Semakin tinggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbilitas semakin menurun, hal

ini terjadi tidak hanya akibat kesadaran ibu akan kesehatannya lebih tinggi, tetapi

juga karena adanya pengaruh sosial ekonominya. Adapun pendidikan dibagi dua,

yaitu :

1. Pendidikan Informal

Pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di

rumah, di lingkungan sekolah dan di dalam kelas.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan formal ialah pendidikan yang mempunyai bentuk atau

organisasi tertentu, seperti yang terdapat di sekolah atau universitas

(IKIP Semarang, 1989). Dalam arti sederhana pendidikan gizi

merupakan suatu proses belajar tentang pangan, bagaimana tubuh kita

menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan. Pendidikan

gizi mengarah pada perubahan perilaku perbaikan konsumsi pangan dan

status gizi. Pendidikan berpengaruh secara tidak langsung melalui

peningkatan status sosial dan kedudukan seorang wanita, peningkatan

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 18: BBLR

25

pilihan terhadap kehidupan serta kemampuan untuk menyatakan

pendapat atau membuat keputusan sendiri (Suhardjo, Riyadi, 1990).

3. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri

maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya

suatu masalah gizi, tetapi kondisi kerja yang menonjol sebagai faktor yang

mempengaruhi pemberian makanan, gizi dan perawatan anak. Nampaknya ibu-

ibu yang bekerja di luar rumah sudah membuat persiapan untuk merawat

anaknya, meskipun kadang-kadang belum sesuai (Depkes, 2002).

4. Pendapatan

Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi daya beli seseorang

untuk membeli sesuatu. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan

kuantitas maupun kualitas makanan sehingga ada hubungan yang erat antara

pendapatan dengan keadaan gizi. Pendapatan yang meningkat bukan merupakan

kondisi yang menunjang bagi keadaan gizi yang memadai, terutama dalam kasus

dimana kepercayaan mengenai jenis makanan dan praktek pengolahan masakan

yang merusak pada keadaan gizinya (Berg, 1986).

D. Status Gizi

1. Pengertian

Menurut Almatzsier (2001) status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan menjadi status

gizi buruk, kurang, baik dan lebih atau keadaan tubuh akibat interaksi antara

makanan, tubuh, manusia dan lingkungan hidup manusia. Salah satu masalah gizi

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 19: BBLR

26

pada ibu hamil yaitu KEK adalah suatu keadaan pada wanita usia subur termasuk

ibu hamil yang menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun

(kronis), sehingga mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan (Sediaoetama,

1997).

a. Penilaian status gizi ibu hamil

Penilaian status gizi ibu hamil dilakukan secara langsung dan tidak langsung

(Supriasa, 2002) meliputi :

1. Penilaian status gizi secara langsung adalah dengan antropometri,

pemeriksaan fisik seperti gejala-gejala klinis, biokimia dan biofisik.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu penilaian status gizi

secara tidak langsung dapat dibagi, yaitu : survey, konsumsi makanan,

statistic vital dan faktor ekologi.

3. Metode Antropometri yaitu metode penilaian status gizi yang umum

dipakai adalah pencatatan berat badan secara teratur selama kehamilan

dan dibandingkan dengan berat badan sebelum hamil. Penambahan berat

badan normal yaitu 12,5 kg sampai 17,5 kg (Anies, 1997). Pengukuran

alternative dengan pendekatan LLA lebih banyak digunakan untuk

melihat status gizi ibu hamil (Kartini, 1996).

b. Cara pemantauan status gizi

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu

hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur

LLA untuk mengetahui apakah seseorang menderita KEK, dan mengukur kadar

Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi. Pertambahan

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 20: BBLR

27

berat badan selama hamil sekitar 10-12 kg, dimana pada trimester I pertambahan

kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg.

Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan

janin.

Bayi lahir dengan BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang,

gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan, perlu mencegah adanya

resiko KEK pada ibu hamil. Dimana sebelum hamil pada wanita usia subur

diusahakan memiliki gizi yang baik dengan LLA sekitar 23,5 cm, jika LLA

sebelum hamil kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda

sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.

LLA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui

faktor penentu apakah ibu hamil tersebut KEK dan memiliki resiko melahirkan

dengan BBLR atau normal. Pengukuran LLA dengan menggunakan pita LLA

dengan ketelitian 0,1 cm dan ambang batas 23,5 cm. Bila pengukuran di bawah

23,5 cm artinya ibu hamil tersebut menderita KEK dan jika di atas 23,5 cm

berarti ibu hamil berstatus gizinya baik atau normal (Askandar, 1993).

Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi lebih mudah dipakai

dibandingkan dengan metode antropometri lainnya sehingga untuk memprediksi

hasil kehamilan, beberapa penelitian merekomendasikan LLA sebagai alat

screening pada ibu hamil. LLA relative stabil selama masa hamil sehinnga

pengukuran LLA dianjurkan pertama kali pada saat pertama kali diukur atau

pada bulan pertama kehamilan (Husaini, 2000). Adapun lambang batas LLA

WUS dengan resiko KEK di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 21: BBLR

28

Table 2.1 Klasifikasi Resiko KEK menurut Pengukuran LILA WUS

c. Penilaian status gizi bayi

1. Pengertian

Penilaian status gizi pada bayi dengan menggunakan indeks antropometri

yaitu parameter antropometri merupakan dasar penilaian status gizi. Kombinasi

antara beberapa parameter disebut indeks antropometri, indeks antropometri yang

sering digunakan untuk bayi yaitu antara lain :

a). Berat badan Menurut Umur (BB/U)

Salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh

sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak dan merupakan parameter

antropometri yang sangat labil serta menggambarkan status gizi seseorang saat

ini (Supariasa, 2002).

b). Berat badan Menurut Panjang Badan (BB/PB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Indeks

BB/PB adalah indeks yang independent terhadap umur dan merupakan indikator

yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang) (

Supariasa, 2002).

Nilai Ambang Batas LLA (cm) KEK

< 23,5

≥ 23,5

Risiko

Tidak Risiko

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 22: BBLR

29

2. Cara Penyajian Antropometri

Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya

dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas dapat disajikan ke dalam tiga

cara yaitu: persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit. Dari ketiga

cara ini, dipilih metode Standar Deviasi Unit (Z_Score BB/U) untuk menghitung

status gizi bayi (Supariasa, 2002).

Rumus Penghitungan Z_Score adalah :

Z_Score = nilai individu subyek – nilai median baku rujukan

Nilai simpangan baku rujukan

3. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis adalah penilaian status gizi yang didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi

missal pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada

organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid

(Supriasa, 2001). Metode ini digunakan pada suvai klinis secara cepat serta untuk

mendeteksi tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(simpsom) atau riwayat penyakit.

4. Pemeriksaan biokimia

Penelitian status gizi dengan metoda biokimia adalah pemeriksaan specimen

yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh seperti darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati,

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 23: BBLR

30

otot (Supriasa, 2001). Dari hasil literatur lain memberikan batasan (1)

hemoglobin (Hb) normal pada laki-laki: 14-17 gr/dl, dan wanita: 37-47 %, (2)

serum albumin, bila konsentrasi albumin darah <3,4 gr/dl maka diperlukan

pemeriksaan penunjang lain dan bila konsentrasinya 2,5 gr/dl biasanya

menunjukkan penurunan atau deplesi protein yang parah (Arisman, 2004).

Dasar penentuan biokomia ini terdiri atas dua fase yang dapat dilakukan

yaitu pengukuran kadar zat gizi pada darah atau urin dan pemeriksaan uji fungsi,

cara yang pertama menunjukkan tingkat defisiensinya. Metode ini cukup objektif

dan teliti, namun mempunyai kelemahan yaitu: kurang praktis di lapangan, yang

memerlukan ahli khusus, hasilnya sulit dihubungkan dengan status gizi,

konsumsi makanan dan lainnya.

5. Pemeriksaan biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan dengan melihat kemampuan

fungsi (khusunya jaringan) dan melhat perubahan struktur jaringan (Supriasa,

2002). Metode ini digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja,

epidemik dengan cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2. Kebutuhan gizi pada ibu hamil

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kemahilan. Peningkatan

energi dan gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,

pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 24: BBLR

31

tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat

menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Nasoetion, 1998).

Bagi ibu hamil semua zat gizi memerlukan tambahan,dan seringkali terjadi

kekurangan energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium

(Nasoetion, 1998). Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak

5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal, agar energi ini bias ditabung dibutuhkan

tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi

yang terkait dalam makanan menjadi energi yang bias dimetabolisme (Nasoetion,

1998). Dengan demikian jumlah total energi yang tersedia selama kehamilan

adalah 74.537 Kkal dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran

energi per hari, dihasilkan penjumlahan dengan angka 300 Kkal (Nasoetion,

1998).

Untuk membutuhkan energi pada ibu hamil pada trimester I akan meningkat

secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi saat

kehamilan terus meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama

trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume

darah, pertumbuhan uterus, payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester

II dan III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO

menganjurkan jumlah tambahan selama kehamilan sebesar 150 Kkal sehari pada

trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II dan III (Depkes, 1993).

Di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun

2004 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 25: BBLR

32

tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperature ruangan, kegiatan

fisik, dan pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah

kegiatan fisik selama hamil. Sama halnya dengan enegi, kebutuhan wanita hamil

akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68% dari sebelum hamil. Jumlah

protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925

gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 2004 menganjurkan

penambahan protein 50 gr/hari selama kehamilan. Dalam satu hari asupan prtein

mencapai 50-100 gr (sekitar 15 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,5

g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kgBB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7

g/kgBB/hari (< 15 tahun), (Depkes, 2004). Bahan pangan sebagai sumber protein

sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai tinggi, seperti daging tak berlemak,

ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein dari tumbuhan (nilai biologinya

rendah) cukup 1/3 bagian. Kenaikan volume darah selama kehamilan

meningkatkan kebutuhan Fe atau zat besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir 300 mg

dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya

volume darah adalah 500 mg (Depkes, 2004).

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 26: BBLR

33

Tabel 2.2 Rata-Rata AKG Yang Dianjurkan Perorang Perhari Khusus Ibu Hamil

Gizi Wanita tidak Hamil (20-

45th) BB (52-55) TB

(154-156)

Ibu Hamil

Energi (kal)

Protein (gr)

Vitamin A (RE)

Vitamin D (Ug)

Vitamin E (Mg)

Vitamin K (Mg)

Vitamin C (Mg)

Vitamin B12 (Mg)

Fosfor

Asam folat (Ug)

Yodium

Kalsium (Mg)

Besi (Mg)

Seng (Mg)

Selenium

2200

50

500

5

15

55

75

2,4

600

400

150

800

26

15

30

+ 180 (Trimester I)

+ 300 (Trimester II & III)

17

300

5

15

55

0,3

0,3

4

200

50

150

600

+0 (trimester I)

+9 (trimester II)

+13 (trimester III)

5

10

Sumber: WNPG VIII Tahun 2004 (Almatsier, Sunita 2001).

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 27: BBLR

34

Selama kehamilan, ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg

termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri.

Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 2004, seorang ibu hamil

perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari, kebutuhan sebelum hamil atau

pada kondisi normal rata-rata 26 mg perhari (umur 20-45 tahun). Adapun

kebutuhan ibu hamil selama kehamilan (Almatsier Sunita, 2001) yaitu :

a. Energi

Sebagai salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein, lemak.

Kebutuhan energi selama ibu hamil adalah untuk membentuk atau membangun

jaringan baru (fetus, uterus, cairan amniotic, breast) peningkatan volume darah

dan suplai jaringan baru. Sumber energi dari karbohidrat misalnya beras, jagung,

ocat, serealia. Sumber protein (daging, ikan, telur, susu), sumber lemak (minyak,

buah berlemak, biji berlemak).

b. Zat gizi mikro

Selama kehamilan, disamping zat gizi makro yaitu energi dan protein, ibu

juga membutuhkan tambahan zat mikro seperti diuraikan berikut :

1) Asam folat

Kekurangan asam folat pada ibu hamil akan menyebabkan resiko terjadinya

cacat tabung syaraf (Neural Tube Defects/NTD), BBLR dan resiko lahirnya

premature. Sumber pangan yang banyak mengandung asam folat adalah brokoli,

jeruk, bayam, roti dan susu.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 28: BBLR

35

2) Vitamin A

Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan

pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retinoic acid mengatur

pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun demikian ibu tidak

dianjurkan untuk mengkonsumsi suplementasi vitamin A selama hamil karena

dosis tinggi vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Dengan

mengkonsumsi buah-buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau,

akar dan umbi-umbian sehari-hari, akan membantu ibu memenuhi kebutuhan

vitaminnya.

3) Kalsium

Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung

yang sehat, saraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan pertumbuhan

tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak mengandung

kalsium adalah susu, ikan, biji-bijian sayuran hijau, kacang-kacangan.

4) Magnesium

Magnesium merupakan zat gizi lainnya yang berperan dalam membantu

membangun dan memperbaiki jaringan tubuh. Kekurangan magnesium akan

menyebabkan preeklamsia, bayi cacat dan kematian bayi. Sumber pangan yang

banyak mengandung magnesium adalah sayur-sayuran, sumber makanan laut,

ikan tawar segar, kacang-kacangan, daging.

5) Zat Besi

Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang

berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 29: BBLR

36

menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang

disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah

yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak

mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun hijau

dan rumput laut.

6) Iodium

Kekurangan iodium selama hamil akan berefek pada keguguran,

penyimpangan perkembangan otak janin, berat bayi lahir rendah dan kretinisme.

Di Indonesia kekurangan iodium dialami oleh masyarakat, sehingga pemerintah

dapat mencanagkan kebijakan tentang garam beryodium, sumber yang banyak

mengandung iodium missal ikan, kerang dan rumput laut.

3. Gizi Kurang pada Ibu Hamil

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama masa kehamilan akan

menimbulkan masalah baik ibu maupun pada janin, menurut WNPG (2004)

seperti diuraikan berikut ini :

a. Terhadap Ibu

Gizi yang kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko serta adanya

komplikasi pada ibu antara lain pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah

secara normal, dan terkena penyakit infeksi dan anemia yang dapat didefinisikan

sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal yang disebabkan oleh

kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah anemia defisiensi besi

merupakan salah satu gangguan yang paling terjadi selama kehamilan. Ibu hamil

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 30: BBLR

37

umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada

janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Dan anemia pada

saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada

pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat

mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan.

BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbilitas dan

mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu

hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbilitas

maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan

prematur juga lebih besar.

b. Terhadap Persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama, persalinan sebelumwaktunya (premature), pendarahan

setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderumg meningkat.

c. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan

janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian

neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam

kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 31: BBLR

38

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil

a. Asupan makanan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh

setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai energi dan zat-zat gizi. Kekurangan

atau kelebihan dalam jangka lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan.

Makanan sehari-hari yang dikonsumsi yang dipilih dengan baik dan memberikan

semua zat gizi dalam tubuh yang terdiri dari tiga yaitu memberi energi

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta mengatur proses tubuh

(Almatsier, 2001).

Asupan makanan adalah banyaknya bahan makanan sumber zat gizi yang

dikonsumsi oleh seseorang yang berguna bagi kesehatannya. Asupan makanan

seseorang antara lain dipengaruhi oleh ketersediaan bahan pangan, jumlah yang

dimakan dan mutu atau nilai gizi bahan makanan tersebut. Sebaiknya jumlah dan

mutu nilai gizi tidak akan cukup jika ketersediaan bahan pangan dalam rumah

tangga kurang. Jumlah dan mutu zat gizi merupakan salah satu faktor penyebab

utama dalam menetukan stauts gizi seseorang, disamping factor kemampuan

tubuh untuk memanfaatkan zat gizi. Jumlah dan mutu zat gizi yang dikonsumsi

seseorang dapat diketahui dari jumlah dan macamnya. Macam-macam zat gizi

adalah karbohidrat, protein, lemak, dan zat lainnya (Tarwotjo, 1989).

b. Penyakit Infeksi

Defisiensi gizi sering dipengaruhi dengan infeksi. Penyakit infeksi terjadi

biasanya karena gangguan gizi dan rawan infeksi yang merupakan suatu

pasangan yang erat, yang perlu ditinjau kaitannya satu sama lainnya. Secara

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 32: BBLR

39

umum defensiasi gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem pertahanan

tubuh. Penyakit infeksi sering mengakibatkan penderita kehilangan nafsu makan,

muntah-muntah dan diare. Selain itu penghancuran jaringan tubuh akan

meningkat karena dipakai untuk pembentukan protein dan enzim-enzim yang

diperlukan dalam usaha mempertahankan tubuh (Pudjiadi, 2002).

c. Daya Beli dan Ketersediaan Pangan Keluarga

Tingkat knsumsi pangan ditentukan oleh adanya pangan yang cukup yang

dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh bahan makanan yang

diperlukan (Happer, 1996). Daya beli keluarga biasanya dipengaruhi oleh faktor

harga dan pendapatan keluarga. Daya beli keluarga dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan di rumah tangga. Jika daya beli menurun maka ketersediaan

pangan keluarga berkurang sehingga konsumsi makanan juga berkurang yang

dampaknya dapat menyebabkan gangguan gizi (Soekirman, 1990).

d. Pola Sosial Budaya

Kegiatan budaya keluarga merupakan suatu kelompok masyarakat, negara

dan bangsa yang mempunyai pengaruh yang kuat dan kekal terhadap apa, kapan

dan bagaimana penduduk biasa makan. Kebudayaan tidak hanya menentukan

pangan apa, tetapi untuk siapa dan dalam keadaan bagaimana pangan tersebut,

dan cara memilih bahan pangan yang mempengaruhi jenis pangan yang harus

diproduksi, bagaimana diolah, disiapkan dan disajikan (Soekirman, 1990).

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 33: BBLR

40

F. Kerangka Teori

Skema 2.1. kerangka Teori. Sumber : Supariasa, Penilaian Status Gizi, 2001,

Notoatmodjo, 2003.

G. Kerangka Konsep

Karakteristik

BBLR Status gizi

Skema 2.2. kerangka Konsep. Sumber : Metodologi Dasar Penelitian,

Praktiknya, 2007.

Karakteristik 1. umur 2. pendidikan 3. pekerjaan 4. pendapatan

1. Asupan makanan

2. Daya beli /

Ketersediaan

pangan

3. Penyakit infeksi

4. Pola social budaya

BBLR

Status gizi ibu

hamil trimester III

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com

Page 34: BBLR

41

H. Hipotesa

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka hipotesa penelitiannya yaitu

“Adakah hubungan antara karakteristik dan status gizi ibu hamil trimester III

dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) di RSUD Djojonegoro Temanggung“.

PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com