Batu Ureter

8
BATU URETER (URETEROLITHIASIS) II.1 PENGERTIAN Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun pielonefritis. II.2 ETIOLOGI Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis papil) dan multifactor. Beberapa teori pembentukan batu adalah : a.Teori Nukleasi Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran kemih.

description

batu ureter adalah

Transcript of Batu Ureter

Page 1: Batu Ureter

BATU URETER (URETEROLITHIASIS)

II.1 PENGERTIAN

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada umumnya

berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke

kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke

kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu

juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik

dengan hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat

menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun

pielonefritis.

                         

II.2 ETIOLOGI

Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan

metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus

mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati (nekrosis papil) dan multifactor.

Beberapa teori pembentukan batu adalah :

a.Teori Nukleasi

Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel

yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di dalam

nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda

asing di saluran kemih.

b.Teori Matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)

merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

c.Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :

magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau

beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.

II.3 PATOFISIOLOGI

Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat,

oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik.

Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan

Page 2: Batu Ureter

dengan sindrom alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit)

kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium

didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga

urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada

artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998

Hal. 1027).

Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor

predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis merupakan

faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau sirkulus visiosus.

Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah

menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor Schisotoma kadang berupa nidus batu

II.4 DIAGNOSIS

II.4.1 Anamnesis

Pasien mengeluh nyeri yang hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut

bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Gerakan

pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan kontraksi yang

kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Pasien juga mengeluh nyeri pada saat kencing

atau sering kencing. Ini disebabkan oleh letak batu yang berada di sebelah distal ureter.

Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang

disebabkan oleh batu Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar

spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi

peradangan (periureteritis) maka akan ditemukan demam. Pasien juga kemungkinan

mengalami gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan distensi abdomen.

II.4.2 Pemeriksaan fisis

Inspeksi

Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran ini

mungkin karena hidronefrosis.

Palpasi

Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri, kanan atau dikedua belah

daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual dengan memakai dua tangan atau dikenal juga

Page 3: Batu Ureter

dengan nama tes Ballotement. Ditemukan pembesaran ginjal yang teraba disebut Ballotement

positif.

Perkusi

Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang dibentuk oleh kosta

terakhir dengan tulang vertebra

II.4.3 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

a)Urinalisis

Makroskopik didapatkan gross hematuria.

Mikroskopik ditemukan sedimen urin yang menunjukkkan adanya leukosituria, hematuria,

kristal-kristal pembentuk batu.

Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan adanya pertumbuhan

kuman pemecah urea dan kemungkinan terbentuk batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam

dan kemungkinan terbentuk batu asam urat.

Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

Pemeriksaan Faal Ginjal. Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat fungsi

ginjal baik atau tidak. Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor penyebab timbulnya

batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam urin.

b)Pemeriksaan Darah Lengkap

Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa juga

didapatkat jumlah lekosit yang meningkat akibat proses peradangan di ureter.

Radiologis

Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi bendungan atau

tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan; pada keadaan ini dapat

dilakukan retrograd pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil

retrograd pielografi tidak memberikan informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang

dapat dilihat disebut sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut

sebagai batu radiolusen, berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling

opaq hingga yang paling bersifat radiolusent; calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium

amonium fosfat, sistin, asam urat, xantine.

 

Page 4: Batu Ureter

.

Ultrasonografi

USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV yaitu pada keadaan seperti

allergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.

Terlihat gambaran echoic shadow jika terdapat batu.

Ct scan

Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat gambaran semua

jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana terjadinya obstruksi.

 II.5PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan.

Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan

pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.

ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun

1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa

melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil

sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

Endourologi

1). Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna

melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu

yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan

ureteroskopi atau uretero-renoskopi ini.

2). Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan keranjang

Dormia.

Page 5: Batu Ureter

Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.

Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

Bedah terbuka :

Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.

 II.6 PENCEGAHAN

Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur yang menyusun

batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Umumnya pencegahan dapat berupa

menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3

liter per hari, diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu, aktifitas harian

yang cukup dan pemberian medikamentosa. Beberapa diet yang dianjurkan untuk

mengurangi kekambuhan adalah diet rendah protein karena protein akan memacu ekskresi

kalsium urin dan menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam.Diet rendah oksalat, diet

rendah garam karena natriuresis akan memicu timbulnya hiperkalsuria dan diet rendah purin.

Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urologi , cetakan I, CV. Infomedika,

Jakarta, 2002

Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,

Jakarta, 1998

Buku ilmu penyakit dalam