Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

27
Batasan, Fungsi & Peran Penyuntingan A. Prolog Penyuntingan telah ada dalam dunia penerbitan buku di Indonesia sejak 1890 (dikerjakan oleh orang non pribumi, yaitu oleh orang Belanda dan Tionghoa). Pendidikan Editing/penyuntingan di Indonesia, setingkat D3 baru dimulai tahun 80 an yaitu, program studi editing D3 di Universitas Pajajaran, Bandung dan Program Studi penerbitan D3 di Politeknik Negeri Jakarta, dimulai tahun 1990 awal berdirinya Poltek jurusan ini (dahulu bernama Politeknik Universitas Indonesia). Dengan demikian, editor-editor yang sampai saat ini menggeluti dunia penerbitan buku nasional, mungkin berbekal pengalaman dan autodidak, karena memang belum memasyarakatnya pendidikan tinggi editing (terutama sampai jenjang S1, S2, bahkan S3). Bekerja menjadi Editor, mungkin tidak dicita- citakan atau direncanakan sebelumnya, selain itu profesi editor juga belum mendapatkan perhatian dari pihak penerbit buku. Menyunting/mengedit jamaknya dihubungkan dengan kegiatan mempersiapkan sebuah naskah, baik berupa tulisan pendek ataupun calon buku, dari segi bahasa. Tugas penyunting adalah mengelola bahasa sebuah naskah, melakukan perbaikan di mana perlu, dengan berpegang pada kaidah bahasa hingga sesampai di tangan pembaca, naskah itu menjadi lebih tertib secara tata bahasa. Dengan kata lain, kerja menyunting berurusan dengan 1

description

free

Transcript of Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Page 1: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Batasan, Fungsi & Peran Penyuntingan

A. Prolog

Penyuntingan telah ada dalam dunia penerbitan buku di Indonesia

sejak 1890 (dikerjakan oleh orang non pribumi, yaitu oleh orang Belanda

dan Tionghoa). Pendidikan Editing/penyuntingan di Indonesia, setingkat

D3 baru dimulai tahun 80 an yaitu, program studi editing D3 di Universitas

Pajajaran, Bandung dan Program Studi penerbitan D3 di Politeknik Negeri

Jakarta,  dimulai tahun 1990 awal berdirinya Poltek jurusan ini (dahulu

bernama Politeknik Universitas Indonesia).

Dengan demikian, editor-editor yang sampai saat ini menggeluti

dunia penerbitan buku nasional, mungkin berbekal pengalaman dan

autodidak, karena memang belum memasyarakatnya pendidikan tinggi

editing (terutama sampai jenjang S1, S2, bahkan S3). Bekerja menjadi

Editor, mungkin tidak dicita-citakan atau direncanakan sebelumnya, selain

itu profesi editor juga belum mendapatkan perhatian dari pihak penerbit

buku.

Menyunting/mengedit jamaknya dihubungkan dengan kegiatan

mempersiapkan sebuah naskah, baik berupa tulisan pendek ataupun

calon buku, dari segi bahasa. Tugas penyunting adalah mengelola bahasa

sebuah naskah, melakukan perbaikan di mana perlu, dengan berpegang

pada kaidah bahasa hingga sesampai di tangan pembaca, naskah itu

menjadi lebih tertib secara tata bahasa. Dengan kata lain, kerja

menyunting berurusan dengan bahasa, dan bahasa di sini diperlakukan

sebagai sarana belaka bagi penulis guna menyampaikan ide atau

perasaannya.

Fungsi seorang penyunting tidak berhenti pada perbaikan ejaan dan

tata kalimat, tapi juga berperan untuk memastikan apakah ide penulis

sampai ke pembaca secara utuh, tidak kurang tidak lebih. Dan benar,

dalam arti bersesuaian dengan fakta.

1

Page 2: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

B. Pengertian Editing / Menyunting

Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari Ingris.

Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya ‘menyajikan

kembali’. Editing dalam bahasa indonesia bersinonim dengan kata editing.

Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha

merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna

dan enak ditonton. Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan

dasarnya berupa shot (stock shot) dan unsur pendukung seperti voice,

sound effect, dan musik sudah mencukupi. Selain itu, dalam kegiatan

editing seorang editor harus betul-betul mampu merekontruksi (menata

ulang) potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Leo

Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta

menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera

untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977).

Ada istilah lain yang sering muncul dalam dunia penerbitan seperti

penyunting bahasa, penyunting buku, editor bahasa, editor penyelia dan

editor buku. Istilah penyunting bahasa biasanya dipadankan dengan

editor penyelia, sedangkan penyunting buku dipadankan dengan editor

buku. Sedangkan istilah penyunting penyelia berarti orang (pemimpin)

yang bertugas mengawasi kegiatan penyuntingan (KBBI, 2001). Contoh:

Anton M.Moeliono adalah penyunting penyelia Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1988).

Istilah editor buku/penyunting buku mengacu pada orang yang yang

mengumpulkan tulisan/karangan orang lain untuk ditawarkan ke penerbit

atau diterbitkan. Jadi, seseorang yang mengumpulkan tulisan/karangan

orang lain untuk ditawarkan ke penerbit atau untuk diterbitkan disebut

editor buku. Nama editor buku biasanya dicantumkan pada kulit depa

buku (cover depan). Contoh: Acep Zamzam Noor adalah editor buku

Muktamar: Antologi Penyair Jabar (2003), Korrie Layun Rampan adalah

editor buku Dunia Perempuan: Antologi Ceria Pendek Cerpenis Wanita

Indonesia (2002).2

Page 3: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Editor buku/penyunting buku dapat juga disebut editor antologi atau

anthology editor. Biasanya editor buku/penyunting buku berada di luar

penerbit. Jadi, editor buku bukanlah karyawan/pegawai penerbit dan tidak

mendapatkan gaji tetap/bulanan dari penerbit.

C. Fungsi dan Peran Editor

Kata editor berasal dari bahasa Inggris. Menurut Kamus Inggris-

Indonesia (Echols & Shadily), kata editor bermakna redaktur, pemeriksa

naskah untuk penerbitan. Kata edit sendiri bermakna membaca dan

memperbaiki (naskah), mempersiapkan (naskah) untuk diterbitkan

(1975).

Akan tetapi, saat ini kata editor sudah diadopsi ke dalam bahasa

Indonesia. Menurut KBBI (2001), kata editor berasala dari kata edit. Dari

kata edit muncul kata mengedit (kata kerja) dan editor (kata

benda/nomina). Kata editor bermakna orang yang mengedit naskah

tulisan atau karangan yang akan diterbitkan di majalah, surat kabar, dan

sebagainya; penyunting.

Dalam kaitannya dengan penerbitan buku di Indonesia, istilah editor

lebih luas cakupan da pengertiannya dari yang tercantum dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Inggris-Indonesia. Istilah editor pada

istilah kedua kamus tersebut lebih cocok untuk penerbitan media cetak

(Koran, majalah dan sebagainya) dan kurang pas untuk editor yang

bekerja di penerbit buku.

Editor yang bekerja di penerbit buku tidak hanya mengedit naskah

tulisan atau karangan yang akan diterbitkan (KBBI) atau pemeriksa

naskah untuk penerbitan (Echols dan Shadily). Akan tetapi, lebih dari itu,

editor juga harus mencari naskah dan merencanakan naskah yang akand

diterbitkan.

Dengan demikian fungsia (tugas) pokok dari editor penerbit buku

sebagaimana berikut:

a. Merencanakan naskah yang akan diterbitkan oleh penerbit

3

Page 4: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

b. Mencari naskah yang akan diterbitkan

c. Mempertimbangkan naskah yang masuk ke penerbit (ikut

mempertimbangkan layak-tidaknya sebuah naskah diterbitkan)

d. Menyunting naskah dari segi isi/materi

e. Memberi petunjuk/arahan pada kopieditor (penyunting

bahasa/editor bahasa) yang membantunya mengenai cara

penyuntingan naskah.

Tugas lain dari seorang editor di penerbit buku adalah:

a. menyetujui naskah untuk dicetak

b. memberi saran terhadap rencangan kulit depan buku, dan

c. menyetujui rancangan kulit depan (cover depan)

Mengingat salah satu tugas dari seorang editor mencari naskah,

maka dia mau tak mau sering berada di luar kantor. Jika perlu, editor bisa

melakukan perjalanan ke luar kota maupun ke luar negeri (sepanjang

penerbit tempat kerjanya mampu membiayainya). Di dalam negeri

misalnya, editor mengunjungi calon pengarang/penulis di luar kota. Di luar

negeri, misalnya, editor mengunjungi pameran-pameran buku

internasional guna mendapatkan hak cipta (copyright) buku tertentu

untuk diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Dilihat dari tugas editor dan penyunting naskah tersebut di atas,

boleh dikatakan tanggung jawab editor lebih berat dari penyunting

naskah. Namun dalam sebuah penerbit yang terdiri dari berbagai unsur

(redaksi, pemasaran, produksi, dan administrasi keuangan), keduanya

memiliki fungsi masing-masing. Nama editor biasanya dicantumkan pada

halaman hak cipta buku yang diterbitkan.

Hal yang harus dipahami adalah fungsi penyunting dan editor hanya

terbatas pada pengolahan naskah menjadi suatu bahan yag siap cetak

dan mengawasi pengolahan pelaksanaan segi tehnis sampai naskah tadi

terbit. Penyunting bukan penerbit, jadi mereka tidak bertanggung jawab

atas masalah keuangan, penyebarluasan, dan pengelolaan ketatausahaan

4

Page 5: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

penerbitan. Para penyunting semata-mata bertanggung jawab atas isi dan

buka produksi bahan yang diterbitkan.

Untuk memapankan peran dan kedudukan penyunting sebagai agen

yang ikut berperan dalam memajukan ilmu dan tehnologi, setiap sepak

terjang kegiatan penyunting haruslah didasarkan pada pemahaman

seperangkat kode etik cara bersikap dan bekerja.

D. Tugas/Jabatan Editor

Para ahli dari Negara maju telah membuat kelompok editor sesuai

tugas/jabatan dan kewenangannya, sebagai berikut.

a. Chief Editor, adalah kedudukan, tugas (jabatan tertinggi, tugasnya

mengelola bidang editoral. Ia memberi tugas, mengorganisasi memberi

keputusan dalam editorial.

b. Managing Editor, adalah pembantu chief editor yang tugasnya

mengatur pelaksanaan teknis kegiatan editorial. Setiap editor yang tugas

teknisnya berbedabeda, dalam bidang editorial, dikoordinasi oleh

Managing Editoria; agar dapat bersinergi positif.

c. Senior Editor, adalah pembantu chief editor yang tugasnya

melakukan Substantive Editing (editing substansi) dan merencanakan

semua pekerjaan editorial, mulai perencanaan dan perolehan naskah

(naskah dam penulisnya,, negosiasi dengan penulis atau pialang naskah,

dam pemerriksaan berkas naskah/kelengkapan naskah). Tugas/jabatan ini

biasa disebut pula sebagai Acquisition Editor, yaitu editor yang memberi

keputusan layak/tidak banyaknya naskah untuk diterbitkan.

d. Copy Editor, adalah editor yang melakukan tugas teknis berupa

perbaikan dan pemeriksaan naskah sesuai kaidah yang berlaku. Pekerjaan

editing (memeriksa dan memperbaiki naskah ini), meliputi kesalahan

penulisan (data/fakta), kesalahan bahasa (ejaan, tanda baca, penawaran,

dsb), dan konsistensi dalam penulisan. Ia harus dapat mewakili

kepentingan penulis, penerbit, dan pembaca. Karya penulis menjadi

maksimal, pembaca puas, dan penerbit sukses usahanya.

5

Page 6: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

e. Right Editor, adalah editor yang melakukan tugas (urusan) tantang

hak cipta, ISBN, KDT, dan atau penerbitan dengan pihak terkait.

f. Picture Editor, adalah editor yang melakukan tugas (urusan) tentang

visual frafik, misalnya ilustrasi (lukisan, foto, table, diagram, dsb, meliputi

bentuk, ukuran, dan warnanya), desain, seting, dan tata letak halaman

sehingga hasil (terbitan) produksi cetak berkualitas baik.

Perbedaan Editor dan Copy Editor secara lebih rinci dapat dilihat dari

rincian penjelasan berikut ini:

E ditor

a. Memahami tata cara mandapatkan naskah, yaitu:

1. Naskah datang sendiri ke penerbit (pengarang menawarkan ke

penerbit)

2. Naskah diperan oleh penerbit (penerbit memesan/menugasi pengarang

atau penerbit memesan melalui jasa pialang naskah)

b. Memahami Teknis Administratip penerima, naskah yang masuk ke

penerbit, yaitu :

1. Fisik naskah dalam bentuk lembaran, sebaliknya tidak dijilid

2. Naskah disimpan dalam map, ditulis judul (jilid sementara) naskah dan

pengarangnya.

3.  Naskah dibuatkan “kartu naskah”, memuat penjelasan:

    - judul (judul sementara)

    - nama, alamat, telpon pengarang

    - tanggal penerimaan naskah

    - tanggal rencana pemberitahuan ke pengarang (tentang keputusan)

    - Status naskah, misalnya: disetujui, diterbitkan, sudah dibaca, sedang

dibaca, belum dibaca.

4.     Menyimpan naskah ditempat tertentu, jelas diketahui oleh pihak

yang berkaitan dengan naskah, dan terjaga keamanannya.

5.     Naskah dibuat dalam beberapa rangkap, biasanya tiga rangkap,

sebagai antisipasi hilangnya lembar naskah selama proses penanganan

naskah.

6

Page 7: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

6.     Adanya petugas yang bertanggung jawab dalam penyimpanan

naskah.

c. Memahami faktor-faktor penentu untuk menilai (menimbang kelayakan

naskah yang akan diterbitkan).

1.     Naskah yang masuk ke penerbit, harus melalui tahap Baca (baca

pertama), biasanya oleh Editor Utama atau Direktur atau pokok ain yang

ditunjuk penerbit. Dalam tahap baca ini, perlu dipertimbangkan juga

efisiensi waktu, baik untuk kepentingan penerbit maupun pengarang.

   Naskah sesuai dengan kebijakan penerbitan bias diterima dan diproses

lebih lanjut.

    Naskah tidak sesuai dengan kebijakan penerbitan segera dikembalikan

ke pengarang/penulisannya. Merupakan sifat terpuji, bila penolakan ini

secara sopan, apalagi sambil menyarankan untuk ditawarkan ke penerbit

lain yang biasanya menerima jenis naskah tersebut.

2.     Meneliti beberapa factor penentu kelayakan ‘disetujui’, untuk

diterbitkan, yaitu:

    -  Aktualitas isi karangan

    -  Bobot pengarang di masyarakat

    -  Otoritas pengarang mengenai materi yang ditulis

    -  Kelancaran penjualan buku yang telah diterbitkan sebelumnya.

    -  Sesuai/tidak sesuai dengan kebijakan penerbitan yang telah

ditetapkan

    -  Tersedianya dana untuk investasi baru

    -  Perkiraan laju penjualan masa mendatang.

d. Memahami kerjasama dengan rekan-rekan kerja dari bagian lainnya,

misalnya: editor lain yang terkait, kepala bagian keuangan, kepala bagian

produksi, kepala bagian penjualan, dan balikan dengan pihak lain diluar

penerbit yang bias dijadikan mitra kerjasama untuk konsultasi.

c.Memahami 3 (tiga) aspek penting dalam kegiatan penerbitan, yaitu:

[1] Manfaat, [2] Biaya, dan [3] Komersialnya.

Copy Editor

7

Page 8: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

a. Melaksanakan penyuntingan naskah yang telah ‘disetujui’ untuk

diterbitkan, sebagai keputusan dari tahap baca (baca pertama) naskah

pada penilaian/ pertimbangan kelayakan

b. Melaksanakan penyuntingan naskah dan aspek materi, bahasa, dan

gambar/ ilustrasi pada naskah tersebut yang dirasakan mengganggu

kelancaran, kebijakan dan ketepatan naskah.

c. Memahami tugas yang dilaksanakan terhadap naskah, agar pihak

produksi (percetakan) cepat pekerjaannya dan pihak pembaca tertarik

membaca, nyaman dalam membaca, dan tepat/benar bacaannya.

E. Penyuntingan Naskah

Menjadi seorang penyunting (editor) ternyata bukanlah tugas yang

biasa saja. Jika ingin menyandang jabatan itu, seseorang harus

memikirkan bahwa dia memiliki tanggung jawab untuk melengkapi dirinya

dalam dunia yang luas, yaitu dunia literatur. Jadi, seorang penyunting

tidak hanya bermodal ejaan yang baik dan benar saja, akan tetapi harus

memiliki "beban" sebagai seorang penyunting yang baik dan benar pula.

Berikut ini bebarapa syarat untuk menjadi seorang editor yang

dituliskan Pamusuk Eneste dalam "Buku Pintar Penyuntingan Naskah".

1. Menguasai ejaan.

Harus paham benar ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini.

Penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan

penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain) harus

dipahami benar. Bagaimana bisa memperbaiki naskah orang lain

jika tidak memahami seluk beluk ejaan bahasa Indonesia.

2. Menguasai tatabahasa.

Seorang editor harus menguasai bahasa Indonesia dalam arti luas,

tahu kalimat yang baik dan benar, kalimat yang salah dan tidak

benar, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah,

pilihan kata yang pas, dan sebagainya.

8

Page 9: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

3. Bersahabat dengan kamus.

Seseorang yang malas membuka kamus sebetulnya tidak cocok

menjadi penyunting naskah karena ahli bahasa sekalipun tidak

mungkin menguasai semua kata ag ada dalam satu bahasa

tertentu, apalagi kalau berbicara mengenai bahasa asing.

4. Memiliki kepekaan bahasa.

Peyunting naskah harus tahu mana kalimat yang kasar dan kalimat

yang halus; harus tahu mana kata yang perlu dihindari dan maa

kata yang sebaiknya dipakai, harus tahu kapan kalimat atau kata

tertentu digunakan atau dihindari. Untuk itu seorang penyunting

naskah peru mengikuti tulisan-tulisan pakar bahasa atau kolom

bahasa yang ada di sejumlah media cetak.

5. Memiliki pengetahuan luas.

Harus banyak membaca buku, majalah, koran, dan menyerap

informasi dari media audiovisual agar tidak ketinggalan informasi.

6. Memiliki ketelitian dan kesabaran.

Dalam keadaan apapun, ketika menjalankan tugasnya seorang

editor harus tetap teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan

setiap istilah yang digunakan penulis naskah. Ia juga harus sabar

menghadapi setiap naskah, karena proses penyuntingan itu

memakan proses yang berulang-ulang.

7. Memiliki kepekaan terhadap SARA dan Pornografi.

Penyunting naskah harus tahu kalimat yang layak cetak, kalimat

yang perlu diubah konstruksinya, dan kata yang perlu diganti

dengan kata lain. Dalam hal ini seorang penyunting harus peka

terhadap hal-hal yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan

(SARA).

8. Memiliki keluwesan.

9

Page 10: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Sikap luwes dan supel harus dimiliki seorang penyunting naskah

karena akan sering berhubungan dengan orang lain. Penyunting

harus bersedia mendengarkan berbagai pertanyaan, saran, dan

keluhan. Dengan kata lain, seorang yang kaku tidaklah cocok

menjadi penyunting naskah.

9. Memiliki kemampuan menulis.

Hal ini perlu dimiliki seorang penyunting naskah karena kalau tidak

tahu menulis kalimat yang benar tentu kita pun akan sulit

membetulkan atau memperbaiki kalimat orang lain.

10. Menguasai bidang tertentu.

Ada baiknya jika seorang penyunting naskah menguasai salah satu

bidang keilmuan tertentu karena akan sangat membantu dalam

tugasnya sehari-hari.

11. Menguasai bahasa asing.

Dalam tugasnya, seorang penyunting naskah akan berhadapan

dengan istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Minimal,

seorang penyunting naskah dapat menguasai bahasa Inggris secara

pasif. Artinya dapat membaca dan memahami teks bahasa Inggris.

12. Memahami kode etik penyuntingan naskah.

Berikut beberapa kode etik penyuntingan naskah yang ada dalam

buku ini.

1. Editor wajib mencari informasi mengenai penulis naskah.

2. Editor bukanlah penulis naskah.

3. Wajib menghormati gaya penulis naskah.

4. Wajib merahasiakan informasi yang terdapat dalam naskah yang

disuntingnya.

5. Wajib mengonsultasikan hal-hal yang mungkin akan diubahnya

dalam naskah.

6. Tidak boleh menghilangkan naskah yang akan, sedang, atau

telah ditulisnya.

10

Page 11: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Dalam proses penyuntingan banyak hal yang perlu diperhatilan oleh

seorang penyunting antara lain:

1. Proses Pra penyuntingan naskah yang meliputi pengecekan

kelengkapan naskah, ragam naskah, daftar isi, bagian-bagian bab,

ilustrasi/tabel/gambar, catatan kaki, informasi mengenai penulis, dan

membaca naskah secara keseluruhan.

2. Dalam proses penyuntingan itu sendiri, yang perlu diperhatikan dengan

cermat dan seksama oleh penyunting adalah masalah ejaan,

tatabahasa, kebenaran fakta, legalitas, konsistensi, gaya penulis,

konvensi penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya selingkung.

3. Proses pasca penyuntingan naskah. Dalam proses ini setiap editor

harus memeriksan kembali kelengkapan naskah, nama penulis,

kesesuai daftar isi dan isi naskah, tabel/ilustrasi/gambar, prakata/kata

pengantar, sistematikan tiap bab, catatan kaki, daftar pustaka, daftar

kata/istilah, lampiran, indkes, biografi singkat, sinopsis, nomor halaman,

sampai siap diserahkan kepada penulis atau penerbit.

F. Tujuh (7) Macam Uraian Pekerjaan dalam

Penyuntingan Naskah

1.    Keterbacaan (Readibility), bahwa naskah itu, pada akhirnya harus

dapat dibaca oleh pembaca yang dituju, (sasaran pembacanya ). Selain

hal itu kejelasan (legibility), bahwa naskah itu jelas bias difahami

pembacanya, tidak membingungkan bahkan dapat menimbulkan

penafsiran yang salah.

2.    Konsitensi (Consistency), bahwa naskah itu dalam penulisannya

harus taat asas/ konsisten (dalam ejaan penulisan,

penawaran/pembabakan, dsb).

3.    Kebahasan/Tatabahasa (Structure) bahwa naskah itu tata

bahasanya enak, benar dan sesuai jenis bacaannya. Masalah bahasa ini

menjadi sangat penting, karena tidak semua buku memiliki kebahsaan

yang selalu sama . Buku anak, buku remaja, buku orang dewasa, dan

11

Page 12: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

buku orang tua terlihat perbedaan yang jelas dalam kebahasaannya.

Apalagi dikaitkan pada jenis buku yang diterbitkannya. Apalagi dikaitkan

pada jenis buku yang diterbitkan: buku Ilmu Pengetahuan, bukan komik,

buku sastra, dan lainnya akan dapat kita lihat perbedaannya karena

kelaziman dalam kebahasaannya.

4.    Gaya bahasa (House Style) bahwa naskah itu dalam

penulisannya/penyajiannya, memiliki gaya yang disebut gaya

bahasa/gaya penulisan. Setiap gaya ini tidak dapat dihilangkanatau tidak

boleh dijadikan satu jenis gaya saja, karena identitas/cirri lkarya tulis

seorang penulis akan hilang.

5.    Ketelitian data/fakta (Accuracy), bahwa naskah itu memuat

data/fakta yang tepat dan bias dipertanggung jawabkan ketepatannya,

sehingga tidak membuat pembaca melakukan kesalahan akibat membaca

naskah tersebut.

6.    Legilitas (Legality), dan kesopanan bahwa naskah itu memiliki

keabsahan untuk diterbitkan, karena tidak ada pihak lain yang menuntut

kepemilikan atas naskah tersebut. Selain itu kesopanan, karena naskah

akan mengganggu keterkaitan masyarakat dan melanggar peraturan atau

warna yang ada, bila tidak dijaga kesopanannya.

7.    Kelengkapan naskah (untuk diproduksi) bagian-bagian naskah

haruslah lengkap detailnya (Production details), karena aturan naskah

akan terputus, bila tidak diperbaiki /diperiksa lebih dahulu pembaca yang

memerlukan kelengkapan data/ fakta, bahkan mengganggu pemahaman.

Selain itu bagian-bagian penting dari buku secara fisikal (hasil

produksi)telah lengkap penaskahannya.

G. Substansi Penyuntingan Karya Ilmiah

Ketika Anda menyunting karya ilmiah sebetulnya amat dekat

persamaannya saat menyunting karya yang lain, seperti karya jurnalistik

atau reportase perjalanan. Perbedaannya, penyuntingan karya ilmiah

mengikuti metode ilmiah yang terdiri atas langkah-langkah untuk

mengorganisasi dan mengatur gagasan via garis pemikiran konseptual

12

Page 13: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

dan prosedural yang disepakati oleh para ilmuwan. Penyuntingan karya

jurnalistik mengikuti metode jurnalistik seperti apa informasi terbaru yang

disampaikan, siapa yang menerima isi pernyataan atas info terbaru, di

mana peristiwa terjadi, kapan peristiwa berlangsung, mengapa isi

pernyataannya segera disampaikan, bagaimana cara penyampaian, dan

sisi-sisi kemanusiaan yang menjadi kebijakan isi redaksi. Berikut ini

penyuntingan karya ilmiah dan cara mempelajari dengan pendekatan

karya jurnalistik atau yang sering disebut sebagai karya ilmiah populer.

Syarat utama karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat

berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibat. Kebenaran dalam karya

ilmiah adalah kebenaran objektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di

lapangan, dan bukan kebenaran normatif.

Hasil-hasil karya ilmiah yang biasa ditulis oleh peneliti, selain

makalah dan skripsi, Anda tentu sering juga mendengar nama lain, seperti

kertas kerja, laporan penelitian, tesis, dan disertasi. Istilah-istilah itu

dipakai untuk memberi nama suatu karya tulis yang bersifat ilmiah.

Semua jenis karya ilmiah selalu menyajikan hasil kegiatan penelitian

tentang suatu pokok masalah berdasarkan data dan fakta di lapangan.

Karya-karya ilmiah ini disusun berdasarkan metode ilmiah yang

menyajikan suatu topik secara sistematis dan dilengkapi dengan fakta

dan data yang sahih dengan menggunakan bahasa yang khas.

Perhatikan, pada dasarnya, penyuntingan karya ilmiah terdapat lima

tahap, antara lain (1) persiapan, (2) penyuntingan data, (3)

pengorganisasian dan pengonsepan, (4) pemeriksaan/penyuntingan

konsep, (5) penyajian/pengetikan.

Pada tahap persiapan, penyunting memerhatikan (a) penyuntingan

masalah/topik, (b) penyuntingan judul, dan (c) penyuntingan rangka

karangan. Yang termasuk tahap penyuntingan data adalah (a) pencarian

keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, majalah, dan surat kabar, (b)

pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah

yang akan disunting, pengamatan langsung ke objek yang akan disunting,

13

Page 14: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

serta (d) percobaan dan pengujian di lapangan atau laboratorium. Ini

tahap ideal.

Yang termasuk tahap pengorganisasian dan pengonsepan adalah

(a) pengelompokan bahan, yaitu bagian-bagian mana yang didahulukan

untuk disunting dan bagian mana yang akan dikemudiankan, dan (b)

pengonsepan.

Yang termasuk tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep adalah

pembacaan dan pengecekan kembali hasil suntingan; yang kurang

lengkap dilengkapi, yang kurang relevan dibuang. Tentu ada penyajian

yang berulang-ulang atau tumpang tindih, pemakaian bahasa yang

kurang efektif, baik dari segi penulisan dan pemilihan kata, penyuntingan

kalimat, penyuntingan paragraf, maupun segi penerapan kaidah ejaan.

Yang termasuk tahap penyajian adalah pengetikan atau pengesetan

hasil penyuntingan. Rincian tiap-tiap kegiatan itu adalah sebagai berikut.

Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan (a) penyuntingan topik/masalah, (b)

penyuntingan judul, dan (c) penyuntingan rangka karangan (outliner).

a. Penyuntingan Topik/Masalah

Topik/masalah adalah pokok penyuntingan. Dalam hubungan dengan

penyuntingan topik, penyunting karya ilmiah lebih baik menyunting

sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benar-

benar diketahui daripada menyunting pokok-pokok yang tidak menarik

atau tidak diketahui sama sekali.

Sehubungan dengan isi pernyataan itu, hal-hal berikut patut

dipertimbangkan dengan saksama oleh penyunting karya ilmiah.

1. Topik yang disunting harus berada di sekitar Anda, baik di sekitar

pengalaman Anda maupun di sekitar pengetahuan Anda. Hindarilah topik

yang jauh dari diri Anda karena hal itu akan menyulitkan Anda ketika

menggarapnya.

2. Topik yang disunting harus topik yang paling menarik perhatian Anda.

14

Page 15: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

3. Topik yang disunting terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan

terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret Anda kepada

pengumpulan informasi yang beraneka ragam.

4. Topik yang disunting memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari

topik yang bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan Anda.

5. Topik yang disunting harus Anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya —

walaupun serba sedikit. Artinya, topik yang disunting itu janganlah terlalu

baru bagi Anda.

6. Topik yang disunting harus memiliki sumber acuan, memiliki bahasa

kepustakaan yang memberikan informasi tentang pokok masalah yang

akan disunting. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat

kabar, brosur, surat keputusan, situs web atau undang-undang.

b. Penyuntingan Judul

Jika topik sudah disunting dengan pasti sesuai dengan petunjuk-

petunjuk, tinggal Anda menguji sekali lagi: apakah topik itu betul-betul

cukup sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan

mengambang.

Penyuntingan judul karya ilmiah dapat ditempuh dengan

melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana,

di mana, dan kapan.

Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus digunakan pada

penyuntingan judul. Mungkin, pertanyaan itu perlu dikurangi atau

ditambah dengan pertanyaan lain.

Adakalanya penyuntingan judul dilakukan dengan memberikan anak

judul. Anak judul itu selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi

sebagai penjelasan atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti ini,

antara judul utama dan anak judul harus dibubuhkan titik dua, misalnya

“Peningkatan Posting Pengguna WordPress di Kalimantan, Sumatra, dan

Sulawesi: Tinjauan Segi Kualitas dan Kuantitas”.

15

Page 16: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Berikut ini judul-judul karya ilmiah yang dapat Anda sunting,

misalnya “Meningkatkan Frekuensi Kunjungan Pembaca WordPress di

Australia dengan Cara Pelatihan”, “Manfaat WordPress di Tempo Grup

Jakarta”, “Pengendalian Anggaran Aktivitas Blog bagi Warga BSD City

Tangerang”, “Tema Keagamaan dalam Novel-Novel Karya Nh. Dini”,

“Pengawasan terhadap Sirkulasi dan Pemakaian Linen di Hotel Santika

Jakarta”, “Peningkatan Industri Kertas di PT Gramedia Periode 2005—

2010”.

c. Penyuntingan Rangka Karangan

Penyuntingan rangka karangan, pada prinsipnya adalah proses

penggolongan dan penataan berbagai fakta. Penyunting karya ilmiah

dapat membuat rangka buram, yakni rangka yang hanya memuat pokok-

pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang dibatasi, atau dapat juga

membuat rangka kerja, yakni rangka yang merupakan perluasan atau

penjabaran dari rangka buram. Tentu saja, jenis yang kedua yang

memudahkan penyunting untuk mengembangkan karya ilmiah populer.

Penyunting karya ilmiah menentukan dahulu judul-judul bab dan

judul anak bab sebelum menyunting rangka karangan. Judul bab dan judul

anak bab itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang

disunting. Untuk menyunting judul bab dan judul anak bab, penyunting

karya ilmiah dapat bertanya kepada judul karya ilmiahnya. Pertanyaan

yang dapat diajukan ialah apa yang dilakukan dengan judul itu, akan

diapakan judul itu, atau masalah apa saja yang dapat dibicarakan di

bawah judul tersebut. Berdasarkan garis besar pemikiran itulah Anda

bekerja.

Penyuntingan Data

Jika judul karya ilmiah dan rangka karangan sudah disunting,

selanjutnya penyunting dapat menyunting data. Langkah pertama yang

harus ditempuh dalam penyuntingan data adalah mencari informasi dari

kepustakaan (buku, koran, majalah, brosur) mengenai hal-hal yang ada

relevansinya dengan judul garapan saat ini.

16

Page 17: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Informasi yang relevan diambil sarinya dan dicatat. Di samping

pencarian informasi dari kepustakaan, penyunting juga dapat memulai

terjun ke lapangan. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui

pengamatan, wawancara atau eksperimen.

Pengorganisasian dan Pengonsepan

Jika data terkumpul, penyunting menyeleksi dan mengorganisasi

data itu. Penyunting menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat atau

bentuk. Penyunting menentukan data mana yang dibicarakan kemudian.

Jadi, penyunting mengolah dan menganalisis data yang ada dengan

teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya jika penelitian bersifat kuantitatif,

data diolah dan dianalisis dengan teknik statistik yang sederhana.

Selanjutnya, penyunting mulai mengonsep karya ilmiah sesuai

dengan urutan dalam rangka karangan yang ditetapkan.

Pemeriksaan atau Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyunting memeriksa dahulu konsep

itu. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang

berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan

penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara

ringkas, pemeriksaan konsep mencakupi pemeriksaan isi karya ilmiah dan

cara penyajian karya ilmiah, termasuk penyuntingan bahasa yang

digunakan.

Penyajian atau Pengetikan

Ketika mengetik, penyunting memerhatikan segi kepentingan

pembeli buku itu kelak, seperti kulit depan, unsur-unsur dalam halaman

judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.

Tiap perguruan tinggi memiliki ketentuan masing-masing tentang

prosedur pembuatan karya ilmiah. Oleh karena itu, pada dasarnya

konvensipenulisannya sama. Konvensi penulisan karya ilmiah itu

menyangkut bentuk karya ilmiah dan bagian-bagian karya ilmiah.

Pembicaraan bentuk karya ilmiah mencakupi bahan yang

digunakan, perwajahan, dan penomoran halaman. Pembicaraan bagian-17

Page 18: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

bagian karya ilmiah mencakupi judul karya ilmiah, judul bab-bab dalam

karya ilmiah, judul anak bab, (d) judul tabel, grafik, bagan, gambar, daftar

pustaka, dan lampiran.

Kulit Depan

Yang dicantumkan oleh penyunting pada kulit depan adalah judul

karya ilmiah, lengkap dengan anak judul (jika ada), nama penyusun dan

nama penyunting, nama lembaga atau logo penerbit.

Halaman Judul

Penulisan halaman judul atau halaman prancis setelah kulit depan

biasanya memuat judul buku.

Halaman Hak Cipta

Halaman hak cipta merupakan halaman setelah halaman judul

utama. Halaman ini memuat judul buku, nama penyusun/nama

penyunting, kode penerbit dan nomor buku, hak cipta, nama dan alamat

penerbit, dan larangan pengutipan tanpa izin.

Daftar Isi

Halaman daftar isi diletakkan sesudah atau sebelum daftar isi.

Prakata

Prakata disunting untuk memberikan gambaran umum kepada

pembaca. Dengan membaca prakata, seseorang segera mengetahui,

antara lain maksud penulis menyajikan karya ilmiah, hal-hal apa saja yang

termuat dalam karya ilmiah, dan pihak-pihak mana saja yang memberikan

keterangan kepada penyusun buku.

Penyajian prakata itu singkat dan jelas.

Tabel/Grafik/Bagan/Ilustrasi/Gambar

Tabel merupakan gambaran nyata analisis masalah. Nama-nama

tabel yang tercantum di dalam karya ilmiah itu dimuat dalam daftar tabel

(jika ada).

18

Page 19: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Pada dasarnya, penyuntingan daftar grafik, daftar bagan, atau daftar

skema (jika ada) hampir sama dengan penyuntingan daftar tabel.

Singkatan dan Lambang

Penyunting dapat menggunakan singkatan atau lambang istilah

atau nama sesuatu. Singkatan dan lambang yang disunting dapat

digunakan dalam bagian analisis dan dimuat dalam daftar singkatan dan

lambang.

Isi Buku

Dalam bagian isi buku terdapat tiga jenis sajian, yakni pendahuluan,

isi analisis dan pembahasan, dan kesimpulan atau saran (jika diperlukan).

Bagian ini dapat dibagi menjadi beberapa bab, setiap bab dibagi-

bagimenjadi anak bab, sesuai dengan kebutuhan pembaca. Dengan

demikian, segala masalah yang akan dijangkau terbicarakan dalam bab

ini. Bab ini dapat diuji dengan beberapa pertanyaan.

1. Sudahkah keseluruhan tahap pengolahan data (deskripsi, analisis,

interpretasi) itu memberikan keyakinan terhadap pembaca?

2. Sudahkah semua masalah dapat dilaksanakan secara taat asas dan

lengkap?

3. Sudahkah keseluruhan gambaran analisis dan interpretasi itu

mempunyai korelasi satu dengan yang lain?

4. Sudahkah teori ditegaskan secara tepat dalam analisis ini?

5. Sudahkah istilah-istilah digunakan secara tepat dan taat asas dalam

analisis?

Bab kesimpulan berisi gambaran umum seluruh analisis dan

relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan. Selanjutnya,

saran-saran berisi penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, dan

beberapa saran yang mempunyai relevansi dengan hambatan yang

dialami selama penelitian dapat pula disunting. Namun, saran tidak selalu

diperlukan dalam penerbitan buku.

Penutup

19

Page 20: Batasan,+Fungsi+dan+Peran+Penyuntingan

Bagian ini terdiri atas daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

Biasanya juga ada catatan kaki. Menurut arti sesungguhnya catatan kaki

terletak pada kaki (bawah) halaman. Namun, penyunting dapat

meletakkan catatan kaki bukan pada kaki halaman, melainkan pada

halaman penutup. Jadi, catatan kaki dikumpulkan pada bab tersendiri.

Salah satu hal yang mutlak ada pada karya ilmiah adalah daftar

pustaka. Penyunting juga dapat mengukur kedalaman pembahasan

masalah dalam karya ilmiah itu berdasarkan daftar pustaka ini.

Semua pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar pustaka itu

disusun menurut abjad nama-nama pengarang atau lembaga yang

menerbitkannya, baik ke bawah maupun ke kanan. Jadi, daftar pustaka

tidak diberi nomor urut seperti 1, 2, 3, 4, dan 5 atau diberi huruf a, b, c, d,

dan e. Jika nama pengarang dan nama lembaga yang menerbitkan itu

tidak ada, penyuntingan daftar pustaka didasarkan pada judul pustaka

H. Epilog

Demikian pembahasan singkat batasan, fungsi dan peran

penyuntingan, semoga dapat memberikan penambahan wawasan dalam

dunia penyuntingan atau editing.

I. Daftar Pustaka

A. Rifa, Mien: PEGANGAN GAYA, PENULISAN, PENYUNTINGAN DAN

PENERBITAN KARYA ILMIAH-INDONESIA, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta, 2005.

Eneste, Panusuk: Buku Pintar Penyuntingan NASKAH Edisi Kedua,

Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2005.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001.

Kamus Inggris-Indonesia (Echols & Shadily), 2000.

Internet via www.google.com

20