BATAS KADAR NAFKAH

24
BATAS KADAR NAFKAH (Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah) Karya Ilmiyah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Sosiologi Hukum” Oleh : M. MUJIB ISMA’IL : C51206020 Dosen Pembimbing : MUHAMMAD YAZID, M.Hi FAKULTAS SYARIAH JURUSAN AHWAL AS-SAKHSIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

description

batas kadar nafkah dalam membina rumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah, ini sangat perlu untuk di pelajari dan dimengerti bagi para suami maupun ccalon-calon suami. sebab zaman yang sudah modern ini sangat perlu adanya idealitas jumlah nafkah dalam mewujudkan kelurga yang harmonis dan sejahtera.

Transcript of BATAS KADAR NAFKAH

Page 1: BATAS KADAR NAFKAH

BATAS KADAR NAFKAH

(Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah)

Karya Ilmiyah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Sosiologi Hukum”

Oleh :

M. MUJIB ISMA’IL : C51206020

Dosen Pembimbing :

MUHAMMAD YAZID, M.Hi

FAKULTAS SYARIAHJURUSAN AHWAL AS-SAKHSIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2008

Page 2: BATAS KADAR NAFKAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, bahkan menjadi kebutuhan yang sangat mendasar (basic

demand) bagi setiap manusia normal. Tanpa pernikahan, kehidupan seseorang

tidak akan sempurna bahkan lebih dari itu, menyalahi fitrahnya. Karena Allah

SWT menciptakan makhluq-Nya secara berpasang-pasangan, saling mencurahkan

rasa kasih sayang, saling membantu dan memberi. Sehingga pernikahan

merupakan media sekaligus sebagai faktor yang signifikan dalam membangun

nilai-nilai insaniyah. Sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah dalam Al Qur’an

Surat Ar Ruum ayat 21 :

Artinya: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah

Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,

supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan

dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir”. (Q.S Ar Ruum: 21)1

Nabi Muhammad SAW juga memberikan peringatan

bahwasannya pernikahan merupakan sebagian daripada sunnah-

sunnah beliau, sehingga bagi mereka yang melaksanakan

peernikahan berarti telah mengikuti sunnah beliau. Sebagaimana

sabdanya

ن ت�ي �س" ب 'ع%م'ل% ي 'م% ل ف'م'ن% �ي ن ت س" م�ن% 'اح" 4ك الن ل م' و'س' �%ه 'ي ع'ل الل ه" ص'ل ى �الل ه س"ول" ر' ق'ال'

م�ن4ي %س' 'ي 2 ... ... ف'ل

1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, t.p.,t.t., hal.6442 Muhammad bin Yazid, Sunan Ibn Majjah I, Kairo: Darul Hadist, t.t hal.592

1

Page 3: BATAS KADAR NAFKAH

Artinya: ”Rosulullah SAW Bersabda, pernikahan merupakan sunnahku,

barang siapa yang mengingkari sunnahku maka ia bukanlah termasuk dari

golonganku ……”. (HR. Ibn Majjah)

Dengan adanya akad/ ikatan pernikahan maka terbentuklah sebuah

keluarga. Dari keluarga tersebut minimal terdiri dari seorang suami dan seorang

istri, kemudian anak, cucu, cicit dan sebagainya. Ikatan pernikahan tersebut tak

lain bertujuan untuk mendirikan rumah tangga yang kekal, harmonis, dan

sejahtera, yang mana merupakan dambaan bagi setiap manusia.

Namun, tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam membentuk

keluarga yang harmonis. Dalam fenomena yang terjadi pada masyarakat, tidak

sedikit yang gagal dalam membina keluarga hanya disebabkan oleh masalah-

masalah yang sepele. Banyak perceraian maupun kasus gugatan cerai karena

masalah nafkah yang tidak terpenuhi. Kadar nafkah lahir dan batin yang tidak

seimbang sering menjadi bahan timbulnya percekcokan dalam sebuah rumah

tangga. Banyak juga istri yang tidak mau melayani suami dengan kasih sayang

yang penuh disebabkan nafkah lahirnya kurang tercukupi.

Apakah kadar nafkah yang sedikit mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keharmonisan rumah tangga?, apakah kadar keseimbangan nafkah lahir

dan batin sangat berpengaruh terhadap ketemtraman rumah tangga? Dalam

penelitian inilah akan menguraikan bagaimana pengaruh kadar nafkah dalam

membina keluarga sakinah, keluarga yang kekal harmonis dan sejahtera.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembahasan ini, agar lebih mengarah dan memenuhi target yang

diinginkan maka penulis membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman mengenai nafkah?

2. Mengetahui dasar hukum nafkah

3. Memahami makna keluarga sakinah

4. Bagaimana membentuk keluarga sakinah

5. Pengaruh kadar nafkah untuk mewujudkan keluarga sakinah

2

Page 4: BATAS KADAR NAFKAH

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Nafkah

1. Pengertian Nafkah

Nafkah berasal dari bahasa arab النفقة artinya واالنفاق yaitu المصروف

biaya, belanja, pengeluaran uang.3 Dalam madzahib al arba’ah disebutkan

االخراج اللغة في yaitu pengeluaran4 Sedangkan menurut istilah nafkah النفقة

adalah kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan istri dalam menyediakan

makanan, tempat tinggal, pembantu, dan obat-obatan, apabila suaminya kaya5.

Ditinjau dari makna lughowinya, nafkah merupakan makna yang sempit yang

tidak mencakup semua fungsi dari sebuah pernikahan. Namun dari makna

istilah nafkah merupakan hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan tanpa

adanya usaha yang maksimal.

Dari pengertian tersebut diatas seolah-olah nafkah hanya merupakan

pemenuhan kepada istri dalam bidang materi. Namun lebih dari itu nafkah

terbagi menjadi dua yaitu nafkah lahir (materi) dan nafkah bathin (seks)6 atau

hubungan biologis. Imam Malik mengatakan bahwa nafkah tidak wajib bagi

suami sampai ia dapat mengajak untuk dukhul (wathi, jimak).7 Oleh sebab itu

hal terpenting yang harus dilakukan seorang suami bagi istrinya sebagai

pemimpin dalam rumah tangganya adalah memberikan nafkah terhadap

keluarga. Suami yang baik selalu memerhatikan masalah ini. Dia tidak akan

menyia-siakan amanah yang sekaligus menjadi kewajibannya. Maka sudah

menjadi tanggungjawab suami untuk menafkahi istri secara lahir ataupun

batin.8

3 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif 2002,cet ke-20. hal.1449

4 Al Juzairi, Fiqih Ala Madzahib Al Arba’ah Juz IV. Beirut: Darul Kutub Al Ilmiyah. 1990. hal.485

5 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz II, Beirut: Darul Fikri, 2006. hal.539., lihat Al Hamdani, Risalah Nikah. Hal.144

6 http://adeetea.multiply.com/journal/item/49 04/10/20087 Ibnu Rusydi Al Hafid, Bidayatul Mujtahid dan Nihayatul Muqtashid Juz II, Beirut: Dar Ibnu

Asshashah, 2005 Jilid 1-6. hal.44 (bab huququ al zaujiyah)8 http://qultummedia.com/20070506148/Info/Manfaat-dan-Hikmah-Nafkah-untuk-Keluarga.html

04/10/2008

3

Page 5: BATAS KADAR NAFKAH

2. Dasar Hukum Nafkah

Al Qur’an

... ...

...

Artinya: ... ... dan kewajiban ayah memberi Makan dan

pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak

dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya ... ... (Q.S

Al Baqarah : 233)9

... ... Artinya: ” tempatkanlah mereka (para isteri) di mana

kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan

janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan

(hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah

ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka

nafkahnya hingga mereka bersalin, … (Q.S At Thalaq : 6)10

Artinya: “ Hendaklah orang yang mampu memberi

nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan

rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan

Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada

seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan

kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan

sesudah kesempitan. (Q.S At Thalaq: 7)11

Dalil-dalil tersebut diatas merupakan dasar kewajiban

nafkah secara lahiriyah (materi) yang harus diberikan oleh

seorang suami (atau ayah) untuk keluarganya (istri dan anak)

9 Departemen Agama RI, Op.Cit. hal.3810 Ibid., hal.56011 Ibid.

4

Page 6: BATAS KADAR NAFKAH

dengan cara yang ma’ruf sesuai dengan kadar kemampuan

yang dimilikinya. Kemudian sehubungan dengan nafkah

secara bathiniyah dapat diambil dari dalil sebagai berikut;

... ... ... ... Artinya: ”... ... dan bergaullah dengan mereka secara

patut ... ... (Q.S Al Nisaa’: 19)

Mengenai lafadz “Asyara” dalam bahasa arab adalah sempurna dan

optimal.12 Dan juga akar kata Asyara yaitu ’isyrah’ (رةXالعش) adalah berkumpul

atau bercampur.13 Maka berkumpul disini adalah apa yang seharusnya ada

pada suami istri seperti rasa saling terikat dan bertautan. Karena dalam syariat

islam antara suami istri diwajibkan untuk bergaul dengan sebaik-baiknya,

tidak diperbolehkan menunda hak dan kewajiban, dan juga tidak boleh saling

membenci apalagi bersikap saling menyakiti sebagaimana dalam ayat tersebut.

Oleh sebab itu dalam memaknai lafadz tersebut Al Qusairi menyatakan dalam

tafsirnya yaitu maksudnya mempergauli istri dengan ilmu-ilmu agama dan tata

cara atau adab serta akhlaq yang baik.14

Hadist nabi

ع'ن% ��يه ب' أ ع'ن% و'ة' ع"ر% �%ن ب � ام ه�ش' ع'ن% ه�ر[ م"س% %ن" ب ع'ل�ي_ 'ا 'ن د ث ح' ع%د�ي_ الس ح"ج%ر[ %ن" ب ع'ل�ي_ �ي 'ن ح'د ث

'ت% ق'ال ة' �ش' %ه� ع'ائ 'ي ع'ل الل ه" ص'ل ى �الل ه �س"ول ر' ع'ل'ى 'ان' ف%ي س" �ي ب' أ 'ة" أ ام%ر' 'ة' %ب ع"ت %ت" �ن ب iد% ه�ن د'خ'ل'ت%

م'ا �الن ف'ق'ة م�ن% �ي "ع%ط�ين ي ال' iيح�ح ش' iج"ل ر' 'ان' ف%ي س" 'ا 'ب أ �ن إ �الل ه س"ول' ر' 'ا ي ف'ق'ال'ت% ل م' و'س'

'اح[ ن ج" م�ن% ذ'ل�ك' ف�ي ع'ل'ي ف'ه'ل% �%م�ه ل �ع �%ر �غ'ي ب ��ه م'ال م�ن% 'خ'ذ%ت" أ م'ا �ال إ �ي 'ن ب %ف�ي 'ك و'ي �ي %ف�ين 'ك ي

%ف�ي 'ك و'ي �%ف�يك 'ك ي م'ا �وف %م'ع%ر" �ال ب ��ه م'ال م�ن% خ"ذ�ي ل م' و'س' �%ه 'ي ع'ل الل ه" ص'ل ى �الل ه س"ول" ر' ف'ق'ال'

��يك 'ن 15 ب

Artinya: Hindun istri Abu Sofyan berkata pada Rosulullah, Ya

Rosulallah sesungguhnya Abu Sofyan adalah lelaki yang amat bakhil, tidak

memberiku nafkah yang bisa mencukupiku dan anakku kecuali apa yang

kuambil hartanya tanpa sepengetahuannya, apakah hal ini dosa bagiku?

12 Syeikh Imad Zaki Al-Barudi, Tafsir Wanita, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2007. hal.32713 Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani, 2006. hal.68214 القشيري - 463ص / 1ج تفسير15 ج - ( مسلم 105ص / 9صحيح

5

Page 7: BATAS KADAR NAFKAH

Rosulullah menjawab ambillah hartanya dengan baik dan mencukupi dirimu

dan anakmu.

3. Pendapat Fuqoha’ Mengenai Kadar Nafkah

Nafkah adalah pintu sebuah keberkahan dalam rumah tangga. Dasar

kewajiban suami memberikan sesuai dengan Al Quran dalam surat Al Baqarah

: 233, “…Dan, kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu

dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya.”16  Namun daripada hal tersebut, suami tidak boleh

seenaknya memperlakukan istri dengan semaunya sendiri, memberikan nafkah

dengan semaunya walaupun sebenarnya dia mampu.

Nafkah sebagai tanggungjawab suami kepada istrinya harus terpenuhi

dengan sempurna sesuai dengan kadar kemampuannya sebagai mana

dijelaskan dalam al qur’an surat at thalaq ayat 7 yang artinya “hendaklah

orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya”. Dari ayat

tersebut Qurai Shihab dalam tafsirnya mengatakan bahwa suami memberikan

nafkah sesuai dengan kadar kemampuanya, sehingga istri tidak diperbolehkan

menuntut lebih dari apa yang dimiliki oleh suami sehingga nantinya

mengakibatkan suami itu sampai mencari nafkah dari jalan yang tidak direstui

oleh Allah.17

Ulama’ hanafiyah berpendapat bahwa kadar nafkah tidak ditetapkan

oleh syara’ tetapi suami wajib memenuhi keperluan-keperluan istrinya seperti

makanan, lauk-pauk, daging, sayur, buah-buahan dan keperluannya yang

lazim, sesuai dengan tempat dan keadaan serta selera orangnya. Imam Malik

juga sependapat bahwa kadar nafkah tidak ditetapkan oleh syara’ akan tetapi

diruju’ pada kebutuhan suami dan istri.18 Namun Syafi’iyah berbeda, kadar

nafkah itu tertentu,19 mereka beralasan dengan ayat al qur’an surat at thalaq :

16 http://qultummedia.com/20070506148/Info/Manfaat-dan-Hikmah-Nafkah-untuk-Keluarga.html17 Qurai Shihab, Tafsir Al Misbah Vol.14. hal.30318 Ibnu Rusydi Al Hafid, Op.Cit. hal.4419 Al Hamdani, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, 2002. hal.152

6

Page 8: BATAS KADAR NAFKAH

7. “hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya.

dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta

yang diberikan Allah kepadanya”.

Allah mewajibkan pemberian nafkah, namun tidak menetapkan jumlah

kadarnya secara jelas, namun Imam Syafi’i menetapkan kadar tersebut dengan

dasar/jalan ijtihad dan ukuran yang terdekat. Bagi orang yang kaya (al musir)

adalah 2 mud, bagi orang sedang (al ausath) adalah 1,5 mud, dan bagi orang

lemah/kurang mampu (al mu’sir) adalah 1 mud.20 Dengan kadar makanan

yang digunakan untuk membayar kafarat, karena makanan itu untuk

menghilangkan lapar. Kafarat itu paling banyak adalah dua mud, dan

sekurang-kurangnya satu mud.21

B. Tinjauan Keluarga Sakinah

1. Pengertian Keluarga Sakinah

Keluarga dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan ibu, bapak

dengan anak-anaknya, seisi rumah; orang seisi rumah yang menjadi

tanggungan, batih, sanak saudara dan diartikan juga dengan satuan

kekerabatan yang mendasar dalam masyarakat.22 Dalam literatur Al Qur’an

keluarga diistilahkan dengan kata ahlu (االهل ) jama’nya ahluna dan ahal (

اهXXال, yang (اهلXXون mempunyai makna famili, keluarga dan kerabat.23

Sebagaimana ayat al qur’an

Artinya: ”dan perintahkanlah kepada keluargamu

mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam

mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu,

kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang

baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (Q.S. Thoha :

132)

20 Ibnu Rusydi Al Hafid, Op.Cit. hal.4421 Ibid, hal.153, (satu mud kira-kira 6-7 ons beras)22 Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, t.t., hal.47123 Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit hal.46

7

Page 9: BATAS KADAR NAFKAH

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah

dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya

adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan”. (Q.S Al Tahriim: 6)

Selain itu keluarga diartikan dengan suatu matriks sosial

atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual, dimana

anggota keluarga terikat dalam suatu ikatan khusus untuk

hidup bersama dalam ikatan pernikahan dan bukan ikatan

yang sifatnya statis dan terbelenggu.24 Dan sakinah adalah

kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebagahagiaan,

kecintaan dan kasih sayang.25 Adapun sakinah dalam bahasa

arab diartikan dengan tenang, ketenangan, dan diam.26

Sebagaimana disebutkan dalam ayat al qur’an sebagai

berikut:

... ... Artinya: ”Kemudian Allah menurunkan ketenangan

kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, ... ...

(Q.S Al Taubah: 26)

Menurut Rosyid Ridlo sakinah adalah sikap jiwa yang timbul dari

suasana ketenagan dan merupakan ketenangan dan merupakan lawan dari

kegoncangan batin dan kekalutan. Sedangkan menurut Al Jurjani sakinah

adalah adanya ketentraman dalam hati pada saat datangnya suatu yang tak

diduga, yang dibarengi suatu nur (cahaya) dalam hati yang memberi

ketenangan dan ketentraman pada yang menyaksikannya. Dan menurut

24 Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. 1999. hal.282

25 Pengembangan Bahasa, Op.Cit. hal. 72326 Ahmad Warson Munawir, Op.Cit. hal.646

8

Page 10: BATAS KADAR NAFKAH

Roghib Al Isfahan antara lain mengartikan sakinah dengan tidak adanya rasa

gentar dalam mengahadapi sesuatu.27

Adapun sebuah keluarga itu bisa dikatakan dengan keluarga yang

harmonis/bahagia dan sehat adalah diantaranya harus tercakup didalamnya

enam (6) kriteria, 28 sebagai berikut:

a. kehidupan beragama dalam keluarga

b. mempunyai waktu untuk bersama

c. mempunyai pola komuniksai yang baik bagi sesama anggota

keluarga (ayah-ibu-anak)

d. saling menghargai satu sama lainnya

e. masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan

keluarga sebagai suatu kelompok

f. apabila terjadi suatu permasalahan dalam keluarga akan mampu

menyelesaikan secara positif dan kontruktif.

2. Ikhtiar Mewujudkan Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah merupakan dambaan setiap suami istri atau mereka

yang telah melangsungkan pernikahan, serta menjadi esensi dan tujuan

pernikahan, selain itu merupakan pilar pembentukan masyarakat ideal yang

dapat melahirkan keturunan yang sholeh.29 Sehingga untuk memperoleh

predikat keluarga sakinah diperlukan usaha sebagai berikut;

a. Niat Ikhlas

Pernikahan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, bahkan menjadi kebutuhan yang sangat mendasar (basic

demand) bagi setiap manusia normal, karena pernikahan merupakan sarana

bagi seseorang untuk menyalurkan hasrat biologisnya secara sah dan legal

bersama pasangannya. Saling mencurahkan rasa kasih sayang, namun bukan

semata menyalurkan kebutuhan biologisnya saja, namun lebih jauh dari itu,

27 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islami. Jakarta: PT Ikhtiar Baru, 1994. hal.20228 Dadang Hawari,Op.Cit. hal.21529 M. Nashichin Al Mu’iz, Skripsi Usia Ideal Memasuki Dunia Pernikahan Sebuah Ihtiar

Mewujudkan Keluarga Sakinah. Tulungagung: STAIN, 2007. hal.40

9

Page 11: BATAS KADAR NAFKAH

bahkan ditinjau dari sudut religiusnya pada hakikatnya pernikahan merupakan

salah satu bentuk pengabdian (ibadah) kepada Allah SWT.

Pernikahan yang dilandasi dengan niat yang ikhlas merupakan awal

dari terwujudnya keluarga sakinah, yaitu keluarga yang senantiasa diliputi rasa

kasih sayang serta saling menyadari eksistensi dan tanggungjawab masing-

masing. Karena dengan niat yang ikhlas akan tumbuh dan menghasilkan

keluarga yang baik dan sakinah sebagaimana tujuan pernikahan, dan juga

sabda nabi yang berbunyi;

'و'ى ... ن م'ا م%ر�ئ[ �ال �ن م'ا و'إ �4ي ة �الن ب 'ع%م'ال" األ% �ن م'ا ...إ

Artinya: Bahwa segala sesuatu perbuatan itu tergantung pada niatnya,

dan sesungguhnya setiap sesuatu tersebut sesuai dengan apa yang diniatkan

(niat yang menyertainya) ... (H.R. Bukhori)30

b. Kafa’ah

Kafa’ah atau sekufu berarti sama, setaraf, sederajat, sepadan,

sebanding.31 Sekufu maksudnya adalah antara suami dan istri tersebut

sebanding dalam tingkat sosial, derajat, kedudukan harta dan juga akhlaq.

Namun lebih ditekankan kafa’ah ini pada keseimbangan, keharomonisan dan

keserasian utamanya dalam hal agama yaitu akhlaq dan ibadahnya.

Sehingga perlu diperhatikan tentang kafaah dalam membina keluarga

sakinah. Dan dengan keseimbangan tersebut benar-benar membentuk keluarga

yang endingnya menjadi keluarga sakinah, mawaddah warohmah.

c. Nafkah yang cukup

Nafkah juga merupakan sebuah faktor penting dalam menjaga

keharmonisan rumah tangga. Kerap kali perceraian maupun percekcokan

muncul akibat nafkah yang kurang dan tidak seimbang. Sehingga tidak bisa

dipungkiri lagi bahwa pemberian nafkah lahir dan bathin yang cukup dan

seimbang merupakan penjagaan sebuah keluarga tetap tentram, harmonis

penuh rasa kasih dan sayang.

Karena seperti yang dikatakan Syeikh Taqiyuddin “Timbulnya bahaya

bagi istri dengan tidak disetubuhi suaminya bisa menjadi alasan untuk 30 Shohih Bukhori, Hadits No. 619531 Ahmad Warson Munawir, Op.Cit. hal.1216

10

Page 12: BATAS KADAR NAFKAH

meminta cerai kapan saja dan bagimanapun keadaannya, baik sang suami

melakukan hal itu dengan sengaja atau tidak sengaja. Walaupun sang suami

mampu melakukan hal itu atau tidak. Terutama mengenai alasan nafkah.32

C. Pengaruh Kadar Nafkah

Tujuan pokok pernikahan adalah menciptakan kesenangan, keramah-

tamahan dalam persekutuan serta kepuasan bersama.33 Kemudian nafkah

merupakan hal yang pokok dalam ikatan perkawinan, yang mana harus dipenuhi

oleh seorang suami untuk istrinya. Dengan adanya nafkah beberapa kebutuhan

bisa terpenuhi, maka dengan begitu dapat memperkecil peluang terjadinya

perpecahan diantara keduanya. Sehingga tujuan pernikahan tersebut dapat

terealisasi dengan baik dan sempurna.

Karena tidak sedikit angka perceraian yang terjadi di Indonesia disebabkan

karena permasalahan nafkah, gugatan cerai sebab nafkah yang kurang memenuhi,

dan juga belaian kasih sayang suami yang minim, nafkah lahir dan bathin-pun

tidak terpenuhi secara maksimal, hal ini menyebabkan timbal balik rasa kasih

sayang yang seharusnya menjadi hal yang urgent dan harus dipenuhi oleh istri

berkurang.

Seorang suami dalam membina keluarga menjadi keluarga sakinah,

keluarga yang harmonis, harus pandai mengaplikasikan pemberian nafkah dalam

segala bentuk, menjaga dan melindungi istrinya dengan baik, serta

memperlakukan dengan ma’ruf. Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatka oleh

Abu Hurairah dalam shohih Bukhori ... ... ا %ر� ي خ' �اء 4س' �الن ب 'و%ص"وا ت ...و'اس% ... (…

perlakukanlah istri-istrimu dengan baik … ) (HR. Abu Hurairah)34.

Seorang suami wajib menginap dirumah dengan istrinya yang merdeka

selama sekurang-kurangnya semalam dalam 4 (empat) malamnya, jika memiliki

32 Saleh Al Fauzan, Op.Cit. hal.68633 Hammudah Abd. Al ‘Ati, Keluarga Muslim, hal.22534 البخاري 184ص / 16ج -صحيح

11

Page 13: BATAS KADAR NAFKAH

empat orang istri. Karena mungkin tiga istri yang lain juga memintanya. Namun

Syaikh Taqiyuddin tidak menyepakatinya sebab keadaan sendiri (seorang istri)

tidak bisa disamakan dengan keadaan ramai-ramai (empat istri).

Dalam islam juga diajarkan bahwa seorang suami diwajibkan menyetubuhi

istrinya minimal empat bulan sekali, jika ia mampu dan istri memintanya. Karena

Allah menetapkan empat bulan bagi suami yang menjatuhkan ‘Ilaa’ pada istrinya.

Demikian dengan hak istri lainnya, Syeikh Islam Ibn Taimiyah berpendapat

bahwa kewajiban suami untuk menggauli istrinya disesuaikan dengan kemampuan

istri dalam hal tersebut, serta tidak membahayakan suami.35

Suami dalam memberikan nafkah lahir juga disesuaikan dengan kebiasaan

keadaan istri sebelumnya dan menurut kadar kemampuannya. Sehingga ketika

nafkah (lahir dan bathin) tersebut kurang terpebuhi maka hal itu dapat

mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Sebagaimana perkataan Syeikh

Taqiyuddin “Timbulnya bahaya bagi istri dengan tidak disetubuhi suaminya bisa

menjadi alasan untuk meminta cerai kapan saja dan bagimanapun keadaannya,

baik sang suami melakukan hal itu dengan sengaja atau tidak sengaja. Walaupun

sang suami mampu melakukan hal itu atau tidak. Terutama mengenai alasan

nafkah.36

35 Saleh Al Fauzan, Op.Cit. hal.68636 Ibid.

12

Page 14: BATAS KADAR NAFKAH

BAB III

PENUTUP

Allah SWT menciptakan makhluq-Nya secara berpasang-pasangan, saling

mencurahkan rasa kasih sayang, saling membantu dan memberi. Sehingga

pernikahan merupakan media sekaligus sebagai faktor yang signifikan dalam

membangun nilai-nilai insaniyah. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar

Ruum ayat 21, “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir (Q.S Ar Ruum 21).

Keluarga merupakan ikatan khusus untuk hidup bersama dalam

ikatan pernikahan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan

terbelenggu. Dan sakinah adalah kedamaian, ketentraman,

ketenangan, kebagahagiaan, kecintaan dan kasih sayang. Dan

keluarga sakinah merupakan tujuan yang paling penting dalam

suatu pernikahan.

Nafkah adalah faktor penting dan sangat urgent sekali

dalam membina sebuah keluarga agar tetap harmonis dan

sejahtera. Dalam pembahasan ini dapat disimpulkan

bahwasannya kadar nafkah dapat mempengaruhi sebuah kasih

sayang dalam keluarga atau dalam pembentukan keluarga

sakinah. Karena ternyata dengan nafkah lahir (materi) yang

kurang dapat menimbulkan percekcokan sebuah rumah tangga,

begitu pula nafkah bathin (non materi) atau kebutuhan biologis

yang tidak teratur bahkan kurang juga mempunyai dampak yang

dapat memutuskan sebuah ikatan pernikahan.

Oleh karena itu pemberian nafkah lahir (materi) maupun

bathin (non materi) harus sesuai dengan usaha dan kemampuan

yang maksimal dan juga teratur. Sebab kasih sayang istri yang

diberikan pada suaminya juga tergantung pada pemberian

13

Page 15: BATAS KADAR NAFKAH

nafkah lahir yang cukup dan juga nafkah bathin yang ideal.

Sebagaimana dalam penjelasan yaitu untuk orang kaya (al

musir) 2 mud, orang cukup (al ausath) 1,5 mud dan orang lemah

(al mu’sir) 1 mud. Dan kebutuhan biologis minimal sekali dalam

setiap empat malamnya.

14

Page 16: BATAS KADAR NAFKAH

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progresif, 2002

Al Hamdani, Risalah Nikah, Jakarta: Pustaka Amani, 2002

Al Juzairi, Fiqih Ala Madzahib Al Arba’ah Juz IV. Beirut: Darul Kutub Al

Ilmiyah. 1990

Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,

Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. 1999

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, t.p.,t.t.,

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islami. Jakarta: PT Ikhtiar Baru,

1994

Hammudah Abd. Al ‘Ati, Keluarga Muslim, t.p., t.t

http://adeetea.multiply.com/journal/item/49 04/10/2008

http://qultummedia.com/20070506148/Info/Manfaat-dan-Hikmah-Nafkah-untuk-

Keluarga.html 04/10/2008

Ibnu Rusydi Al Hafid, Bidayatul Mujtahid dan Nihayatul Muqtashid Juz II,

Beirut: Dar Ibnu Asshashah, 2005

M. Nashichin Al Mu’iz, Skripsi Usia Ideal Memasuki Dunia Pernikahan Sebuah

Ihtiar Mewujudkan Keluarga Sakinah. Tulungagung: STAIN, 2007. hal.40

Muhammad bin Yazid, Sunan Ibn Majjah I, Kairo: Darul Hadist, t.t

Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Qurai Shihab, Tafsir Al Misbah Vol.14.

Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani, 2006

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz II, Beirut: Darul Fikri, 2006. hal.539., lihat Al

Hamdani, Risalah Nikah

Syeikh Imad Zaki Al-Barudi, Tafsir Wanita, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2007

القشيري - 1ج تفسير

البخاري 16ج -صحيح

مسلم - 9ج صحيح

15