SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT...

130
SISTEM PEMBERIAN NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : Putri Permata Raminingsih NIM : 11140440000026 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H /2018 M

Transcript of SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT...

Page 1: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

SISTEM PEMBERIAN NAFKAH

(STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN

MOJOKERTO)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Putri Permata Raminingsih

NIM : 11140440000026

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H /2018 M

Page 2: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

SISTEM PEMBERIAN NAFKAH

(STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN

MOJOKERTO)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Putri Permata Raminingsih

NIM : 11140440000026

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H /2018 M

Page 3: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 4: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 5: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 6: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

iv

ABSTRAK

Putri Permata Raminingsih. NIM 11140440000026. “SISTEM PEMBERIAN

NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO

KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi Program Studi Hukum Keluarga,

Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1440 H/2018 M. (88 Halaman, 32 halaman lampiran).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan nafkah

didalam hukum Islam (fiqh) dan hukum positif baik Undang-Undang Perkawinan

maupun Kompilasi Hukum Islam, serta untuk mengetahui pula bagaimana sistem

pemberian nafkah pada masyarakat di Kecamatan Sooko Mojokerto dan

bagaimana pula pandangan tokoh masyarakat terkait sistem pemberian nafkah

tersebut.

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research),

dan merupakan jenis penelitian kualitatif. Metode penulisan yang digunakan

adalah deskriptif analisis yaitu suatu penelitian untuk memberikan gambaran

tentang suatu gejala/keadaan suatu masyarakat tertentu, yang didasari oleh data-

data yang didapat. Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan normatif empiris yang mana merupakan penelitian yang

bertitik tolak pada data primer. Kriteria data yang didapatkan berupa data primer

dan data sekunder. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa

observasi, wawancara secara mendalam, dan studi pustaka.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga macam sistem

pemberian nafkah pada masyarakat di Kecamatan Sooko yang pertama adalah

isteri menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga menggantikan peran suami,

kedua isteri ikut mencari nafkah untuk membantu penghasilan suami dan yang

ketiga adalah nafkah yang masih didapat dari orang tua. Ketiga sistem pemberian

nafkah tersebut mayoritas memang menunjukkan bahwa masih banyak suami

yang lalai akan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk memberikan nafkah

dengan berbagai faktor, diantaranya (1) Karena ketidakmampuan suami untuk

mencari nafkah, baik karena faktor kesehatan atau usia yang sudah terlalu tua. (2)

Karena kemampuan atau pendidikan isteri lebih unggul atau lebih mumpuni dari

suami, sehingga lebih banyak isteri yang dibutuhkan diluar untuk bekerja. (3)

Karena memang kurang kesadarannya para suami akan tanggung jawab terutama

dalam hal pemenuhan nafkah.

Kata Kunci : Sistem Pemberian Nafkah, Masyarakat Kecamatan Sooko

Pembimbing : Dr. H. Moh. Ali Wafa, SH, S.Ag, M.Ag

Daftar Pustaka : 1974-2015

Page 7: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

v

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan hidayah

serta inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Shalawat serta salam

semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW

serta seluruh keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas

keterlibatan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil Dekan

I, II, dan III fakultas Syariah dan Hukum.

2. Dr. H. Abdul Halim, MA. Ketua Progam Studi Hukum Keluarga beserta

Sekretaris Prodi Hukum Keluarga, Indra Rahmatullah, SHI.,MH yang senantiasa

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi

ini.

3. Dr.Moh Ali Wafa, SH.,S.Ag.,M.Ag, dosen pembimbing skripsi penulis, yang

telah sabar dan terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis dalam

proses penyusunan skripsi ini.

4. Sri Hidayati, M.A., selaku dosen penasihat akademik penulis, yang telah sabar

mendampingi hingga akhir semester dan memberikan arahan kepada penulis

terkait desain judul skripsi ini dan untuk seluruh Dosen Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing

penulis selama masa perkuliahan, yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa

mengurangi rasa hormat penulis.

5. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf Perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis

serta memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini.

6. Para narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan data data

terkait penelitian ini, diantaranya Pengadilan Agama Mojokerto, Ibu Husnul

Page 8: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

vi

Alfiah, Ibu Sari’ah, Ibu Lailatul Maghfiroh, Ibu Iswahyuni, Ibu Merry Andriatik,

Ibu Nila, Ibu Atik, Ibu Sutiyah, Bapak Ahirizzen selaku Kepala KUA Kecamatan

Sooko dan Bapak H.Salim Udin selaku Kepala Lurah Japan.

7. Teruntuk yang Teristimewa buat keluarga, Ayahanda Agus Supriyanto, Dwi Tutik

Raminingsih dan Edi Suhardi, yang tak pernah berhenti untuk memberi dukungan

dan mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Kakak ku Cakra Panca

Mustika dan Wisnu Ramadhan serta adik tercinta Yoga Randiansyah, terima kasih

atas segala bentuk bantuannya, baik bantuan moril maupun materiil yang

diberikan untuk penulis.

8. Terkhusus untuk teman dan sahabat seperjuangan penulis, Masgiwang, Catik,

Midut, Vera, Lutfah, Onah, Sary, Isty, Bundo, Suci, Mba Say, Mawar, Yunita,

Apu, Adli, Arip, Ridho, Alim yang senantiasa memberikan semangat dan

bantuannya kepada penulis.

9. Teman dan sahabat seperjuangan di pesantren Darul Ulum Jombang untuk Rifqi,

Nia dan Puput. Terima kasih walaupun jarak memisahkan tapi tentunya do’a dan

dukungannya tidak pernah terputus untuk penulis.

10. Untuk senior terbaik Kholis Bidayati yang telah memberikan bantuan, bersedia

memberikan masukan, kritik dan lainnya demi membantu penulis dalam

menyusun penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman Hukum Keluarga UIN Jakarta khususnya angkatan 2014, yang telah

berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan penulis. Semoga ilmu yang kita

dapatkan menjadi ilmu yang bermanfaat.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk mahasiswa/i

Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 13 Oktober 2018

Penulis

Page 9: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8

E. Metode Penelitian.............................................................. 9

1. Jenis Penelitian ............................................................ 9

2. Metode Analisis Data .................................................. 10

3. Sumber Data ................................................................ 10

4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................... 11

F. Studi Review Terdahulu .................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ....................................................... 13

BAB II KEDUDUKAN NAFKAH DALAM HUKUM ISLAM DAN

HUKUM POSITIF

A. Pengertian Nafkah dan Dasar Hukumnya ............................ 15

B. Konsep Nafkah dalam Hukum Islam................................... 18

D. Konsep Nafkah dalam Hukum Positif............................... 26

1. Nafkah Menurut UU No.1 Tahun 1974 ...................... 26

2. Nafkah Menurut Kompilasi Hukum Islam .................. 27

3. Nafkah Menurut KUHPerdata..................................... 29

E. Hak dan Kewajiban Isteri dalam Rumah Tangga ............. 31

Page 10: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

viii

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN SOOKO

A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang ................................ 42

B. Kebudayaan dan Adat Istiadat .......................................... 43

C. Letak Geografis Kecamatan Sooko .................................. 48

D. Sistem Kemasyarakatan .................................................... 49

BAB IV SISTEM PEMBERIAN NAFKAH

A. Kedudukan Nafkah Dalam Hukum Islam dan

Hukum Positif ................................................................... 54

B. Sistem Pemberian Nafkah pada Suami Isteri

di Kecamatan Sooko ........................................................ 62

C. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif ..................... 72

D. Pandangan Tokoh Masyarakat Terkait Sistem Pemberian

Nafkah di Kecamatan Sooko ............................................. 80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 85

B. Saran-Saran ....................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan di dalam UU No.1 Tahun 1974 pasal 1 ayat 2 didefinisikan

sebagai “Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Terwujudnya tujuan perkawinan

tersebut sudah tentu sangat bergantung pada maksimalisasi peran dan tanggung

jawab masing-masing pihak, istri dan suami. Oleh sebab itu, perkawinan tidak

saja dipandang sebagai media merealisasikan syari’at Allah agar memperoleh

kebaikan di dunia dan di akhirat, tetapi juga merupakan sebuah kontrak perdata

yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya.1

Agama Islam sangat menganjurkan kepada para pemeluknya untuk segera

melangsungkan pernikahan bagi yang merasa sudah mampu, baik secara lahir

maupun batin. Akan tetapi bagi yang belum mampu untuk melakukannya, maka

dianjurkan untuk melakukan ibadah yang dapat meredam gejolak hawa nafsu

salah satunya dengan berpuasa. Karena dengan berpuasa dapat menurunkan

tekanan biologis atau hawa nafsu dari seseorang tersebut. Selain puasa, shalat juga

ikut andil dalam meredam hawa nafsu. Sebagaimana firman Allah SWT dalam

surah Al-Ankabut ayat 45 yang berbunyi :

لوة تنحى عن الفحشاء والمنكر لوة إن الص وأقم الص

Artinya:“Dan Dirikanlah shalat, karena sesungguhnya shalat itu

mencegah perbuatan keji dan mungkar.” (QS.Al-ankabut:45)

Perkawinan yang disyariatkan agama Islam adalah merupakan ibadah

kepada Allah dan mengikuti Sunnah Rasul, untuk membangun rumah

tangga/keluarga bahagia dan kekal yang dijalin dengan mawaddah dan rahmah

menuju keluarga sakinah, guna melahirkan generasi manusia yang baik dan

1Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974), h.126.

Page 12: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

2

berkualitas agar mampu memenuhi tugasnya sebagai khalifah Allah di muka

bumi. Untuk mencapai tujuan perkawinan tersebut diperlukan persyaratan-

persyaratan tertentu dan persiapan yang cukup bagi kedua calon mempelai.

Agama Islam menekankan pada segi kesanggupan memikul beban keluarga.

Kemampuan memikul keluarga dan kemampuan untuk menikah mengandung arti

yang luas, tentu tidak hanya dari segi materi atau nafkah, tetapi juga kemampuan

menunaikan tugas tanggung jawab ayah dan ibu dalam membangun keluarga,

termasuk kesehatan serta perawatan dan pendidikan anak-anaknya.2

Bagi seseorang yang akan menikah, selain kesiapan fisik tentunya

kesiapan mental juga harus dipertimbangkan. Pernikahan dapat berakibat pada

munculnya hak dan kewajiban sebagai suami istri sehingga membutuhkan

kesiapan mental untuk saling menghormati dan menghargai hak pasangannya.

Jika suami dan istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-masing,

maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah

kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga

akan terwujud sesuai dengan tuntunan agama, yaitu sakinah, mawaddah dan

rahmah. Berikut akibat hukum yang ditimbulkan ketika akad nikah telah

berlangsung, diantaranya :

1. Hak dan Kewajiban Suami Istri

a. Hak Bersama Suami Istri

b. Kewajiban Suami Istri

2. Hak dan Kewajiban Suami Terhadap Istri

a. Hak Suami Atas Istri

b. Kewajiban Suami Terhadap Istri

Kewajiban suami terhadap istri mencakup kewajiban materi berupa

kebendaan dan kewajiban nonmateri yang bukan berupa kebendaan. Dan

2Abdul Wahab Abd.Muhaimin, Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan dalam

Perkawinan dan Perceraian, (Ciputat: GP Press Jakarta, 2013), h.121.

Page 13: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

3

salah satu kewajiban materi berupa kebendaan yang dibebankan kepada

suami adalah memberi nafkah.3

3. Kewajiban Istri Terhadap Suami

Nafkah merupakan kewajiban suami terhadap istrinya dalam bentuk

materi, karena kata nafaqah itu sendiri memiliki pengertian lebih ke materi.

Sedangkan kewajiban dalam bentuk nonmateri, seperti memuaskan hajat seksual

istri tidak termasuk dalam artian nafaqah, meskipun dilakukan suami terhadap

istrinya. Kata yang selama ini digunakan secara tidak tepat untuk maksud ini

adalah nafkah batin sedangkan dalam bentuk materi disebut nafkah lahir. Dalam

bahasa yang tepat nafkah itu tidak ada lahir atau batin. Yang ada adalah nafkah

yang maksudnya adalah hal-hal yang bersifat lahiriah atau materi.4 Kewajiban

suami terhadap istri yang paling pokok adalah kewajiban memberi nafkah, baik

berupa makanan, pakaian, maupun tempat tinggal bersama. Nafkah menjadi hak

dari berbagai hak istri atas suaminya sejak mendirikan kehidupan rumah tangga.

Hak dan kewajiban suami istri ini diatur di dalam pasal 34 ayat (1)

undang-undang No.1 Tahun 1974 disebutkan “suami wajib melindungi istrinya

dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan

kemampuannya.”5 Dari bunyi pasal diatas jelas bahwasannya memang suami

wajib memberikan segala biaya keperluan rumah tangga bagi istri dan anak-

anaknya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jadi jelas menurut bunyi pasal

diatas suami memang memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada

keluarganya, tetapi dengan batas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

suami. Ketika suami telah memberikan nafkah, maka telah gugur salah satu

kewajibannya.

Beberapa pasal yang mengatur tentang hak dan kewajiban istri di dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI) sudah sangat jelas mengatur kedudukan suami

3Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), h.161. 4Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,(Jakarta: Prenada Media,

2006), h.165. 5 Lihat Pasal 34 ayat (1) Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan: “Suami

wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai

dengan kemampuannya.”

Page 14: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

4

istri, serta kewajiban antara suami istri. Pada sisi lain KHI begitu merinci hal-hal

yang dijelaskan secara umum di Undang-Undang Perkawinan seperti bentuk

kebutuhan yang harus dipenuhi suami, nafkah, kiswah dan kediaman atau

sandang, pangan dan papan. Demikian juga dengan biaya perawatan, pengobatan

istri dan anak serta pendidikan seperti yang telah disebutkan diatas.

Ketika akad nikah telah diucapkan, maka masing masing pihak yaitu

suami dan istri akan menanggung hak dan kewajiban yang berbeda. istri juga

memiliki kewajiban yang mana secara universal diantaranya mengandung,

melahirkan, menyusui serta merawat anak-anaknya. Tentunya itu menjadi tugas

dan kewajiban yang tidak mudah untuk dijalankan. Karena memang sudah

kodratnya wanita dianugerahi oleh Allah sifat kelembutan dan kasih sayang.

Maka inilah dasar mengapa seorang istri dibebankan tanggung jawab dan

kewajiban itu. Sehingga memang sudah adil untuk kewajiban dan tanggung jawab

yang lainnya seperti diantaranya menjaga, mengayomi serta membimbing istri dan

anak-anaknya dibebankan kepada sang suami. Inilah yang menjadi salah satu hak

istri yaitu merasa terlindungi.

Ketika memulai kehidupan berumah tangga, sepasang suami isteri hidup

penuh kasih sayang, rukun dan damai, tetapi tidak menutup kemungkinan, bahkan

sering terjadi rasa kasih sayang tersebut menjadi pudar dan berakhir dengan

cekcok dan kebencian bila tidak ada saling pengertian dalam rumah tangga. Agar

dapat memulihkan dan mengembalikan kasih sayang, serta ketenangan dan

ketentraman dalam rumah tangga, agar tidak berakhir pada perceraian, yang

dalam hal ini akan berdampak negatif bagi pemeliharaan dan pendidikan anak-

anak mereka. Oleh karena itu, perlu adanya saling pengertian dari suami isteri,

sebagai upaya untuk memulihkan kasih sayang, mawaddah dan rahmah diantara

mereka.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di dalam Undang-Undang No.1

Tahun 1974 pasal 34 ayat (3) bahwasannya memang masing-masing pihak, baik

pihak suami maupun isteri dapat melakukan perbuatan hukum ketika ada hak dan

Page 15: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

5

kewajiban yang tidak terpenuhi.6 Inilah yang menjadi dasar mengapa sampai

sekarang ini di berbagai daerah tingkat perceraian masih tergolong tinggi. Salah

satunya adalah di Kabupaten Mojokerto. Angka perceraian di Kabupaten

Mojokerto mengalami peningkatan, walaupun memang peningkatan tersebut tidak

signifikan. Data di Pengadilan Agama (PA) Mojokerto menyatakan pada tahun

2016 ada 2.671 kasus perceraian atau naik sekitar 0,98% dibanding tahun

sebelumnya. Pada tahun 2015 kasus perceraian yang masuk dan telah diputus oleh

Pengadilan Agama Mojokerto sebanyak 2.086 kasus. Sofyan Zery selaku humas

Pengadilan Agama Mojokerto menyatakan bahwasannya dari 2.671 kasus

perceraian yang masuk, sekitar 2.245 kasus itu didominasi oleh isteri (cerai gugat)

sisanya itu diajukan oleh suami (cerai talak). Sedangkan pada tahun 2017 sendiri

kasus perceraian di Pengadilan Agama Mojokerto menurun menjadi 2.640 kasus.7

Sofyan Zery juga menambahkan bahwasannya faktor penyebab

meningkatnya perceraian di Kabupaten Mojokerto ini didominasi oleh masalah

ekonomi keluarga, yaitu sebanyak 52,00% dengan alasan lalainya hak dan

kewajiban dalam rumah tangga dengan kategori 46,16% karena masalah ekonomi

atau nafkah sedangkan 5,84% tidak adanya tanggung jawab. Kecamatan sooko ini

menjadi salah satu kecamatan penyumbang terbanyak untuk kasus perceraian

dibanding dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Mojokerto. Selama tahun

2016, di kecamatan sooko terdapat sebanyak 91 kasus perceraian, baik cerai gugat

maupun cerai talak.8 Banyak para isteri yang merasa tidak puas dengan nafkah

yang telah diberikan oleh suami mereka, mengingat bahwasannya kebutuhan di

zaman sekarang ini terus meningkat. Beberapa juga mengatakan bahwasannya

banyaknya suami yang lalai tidak memberikan nafkah. Begitu jugaa dengan

suami, beberapa diantaranya merasa tidak sanggup lagi memenuhi tuntutan para

isteri terkait nafkah.9

6 UU No.1 Tahun 1974 pasal 34 ayat (3) tentang Perkawinan: “Jika suami atau isteri

melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.” 7Laporan Pengadilan Agama Mojokerto Tahun 2015-2017 8Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sooko dalam Angka 2017, (Mojokerto: Badan Pusat

Statistik, 2017), h.70 9Interview Pribadi, Sofyan Zery, Humas Pengadilan Agama Mojokerto, Mojokerto, 06

Juni 2018.

Page 16: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

6

Selain itu, alasan penulis mengambil lokal penelitian di Kecamatan Sooko,

karena Kecamatan Sooko ini adalah kecamatan yang letaknya diperbatasan.

Maksudnya perbatasan disini adalah ada beberapa dari bagian kecamatan sooko

yang terletak di kawasan pedesaan dan sebagian lagi dekat dengan kawasan

perkotaan. Disini untuk kawasan pedesaan, kebanyakan wanita atau para isteri

bekerja sebagai buruh tani atau ada juga yang berdagang. Sedangkan untuk yang

kawasan dekat perkotaan, mayoritas wanita atau para isteri bekerja sebagai buruh

pabrik atau buruh dari home industri sepatu. Karena memang beberapa desa di

kawasan perkotaan, terkenal dengan home industri sepatu. Kecamatan sooko ini

terkenal dengan industri sandal dan sepatu yang mana ini menjadi salah satu ciri

khas dari kota/kabupaten Mojokerto. Adapun banyaknya bekerja home industri

adalah para ibu rumah tangga.10

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan diatas, penulis merasa tertarik

untuk menulis skripsi dan melakukan penelitian di Kecamatan Sooko Kabupaten

Mojokerto. Mengenai bagaimana sistem pemberian nafkah pada pasangan suami

isteri di daerah tersebut dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap

sistem pemberian nafkah tersebut dengan mengambil judul “Sistem Pemberian

Nafkah (Studi pada Masayarakatdi Kecamatan Sooko Kabupaten

Mojokerto)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah penulis buat diatas, maka

dapat mengidentifikasi pembahasan tema skripsi ini kedalam beberapa pertanyaan

guna mengidentifikasi permasalahan yang akan saya bahas, diantaranya:

1. Apa saja hak dan kewajiban seseorang ketika sudah menikah ?

2. Seperti apa kedudukan nafkah didalam hukum Islam dan hukum positif ?

3. Bagaimana sistem pemberian nafkah pada pasangan suami isteri di

Kecamatan SookoMojokerto ?

10 Arsip Kecamatan Sooko

Page 17: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

7

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam sistem pemberian

nafkah tersebut?

5. Sejauh mana pemberian nafkah menjadi aspek penting dalam mewujudkan

keluarga sakinah ?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Seperti apa yang sudah dipaparkan diatas di dalam Undang-Undang

No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai hak dan kewajiban suami

dan isteri, nafkah menjadi tanggung jawab dan kewajiban dari suami dan

menjadi hak seorang istri yang harus dipenuhi. Ini berbeda dengan

kenyataannya yang terjadi di masyarakat Kecamatan Sooko Kabupaten

Mojokerto, di Mojokerto terutama Kecamatan Sooko angka perceraiannya

meningkat dari tahun ke tahun, yang mana memang faktor perceraiannya

didominasi oleh masalah nafkah atau ekonomi keluarga.

Rumusan tersebut penulis dapat rincikan dalam bentuk beberapa

pertanyaan sebagai berikut :

1.) Bagaimana kedudukan nafkah di dalam hukum Islam dan hukum

positif ?

2.) Bagaimana sistem pemberian nafkah pada pasangan suami isteri di

Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto?

3.) Bagaimana pandangan tokoh masyarakat pada sistem pemberian

nafkah di Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini tentunya memiliki beberapa tujuan,

diantaranya untuk mengetahui bagaimana sistem pemberian nafkah pada

masyarakat di Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto, serta faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi dalam sistem pemberian nafkah tersebut.

Mengingat data di Pengadilan Agama (PA) Mojokerto perceraian di

Page 18: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

8

Mojokerto meningkat dengan faktor penyebabnya didominasi karena masalah

nafkah atau ekonomi keluarga.

Secara garis besarnya, tujuan penelitian ini dapat saya jabarkan sebagai

berikut :

a. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum (S.H) pada Fakultas Syari’ah dan Hukum.

b. Mengetahui kedudukan nafkah menurut hukum Islam (fikih) dan

Undang-Undang Perkawinan.

c. Mengetahui bagaimana sistem pemberian nafkah pada pasangan

suami isteri di Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto beserta faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

d. Untuk mengetahui bagaimana pandangan tokoh masyarakat terkait

sistem pemberian nafkah di Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi

untuk para pembacanya terutama untuk para mahasiswa UIN.

b. Manfaat praktis

Sebagai bahan referensi untuk para pasangan suami isteri mengenai

aspek pendukung kelurga sakinah, terutama dalam masalah

pemenuhan hak dan kewajiban. Dan diharapkan dari hasil penelitian

ini dapat meminimalisir meningkatnya angka perceraian dengan

memahami situasi dan kondisi dari masing masing pihak, baik suami

maupun isteri terutama dalam masalah pemberian nafkah.

E. Metode Penelitian

Tentunya dalam suatu penelitian atau penulisan karya tulis ilmiah dibutuhkan

jugaa metode penelitian. Ini bertujuan agar penelitian dapat terlaksana secara

terarah, rasional dan objektif serta hasil yang dicapai bisa semaksimal mungkin.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan

pendekatan normatif empiris atau sering juga disebut penelitian non doctrinal

Page 19: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

9

yang mana merupakan penelitian yang bertitik tolak pada data primer, yakni data

yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian, seperti masyarakat sebagai

sumber utama dalam suatu penelitian. Penelitian ini pada umumnya mencari tahu

jawaban terhadap kesenjangan antara hukum yang seharusnya (das sollen) dengan

hukum kenyataannya (das sein).11

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dan

penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang berangkat dari inkuiri naturalistik atau ilmiah

yang temuan-temuannya tidak diperoleh dari prosedur perhitungan secara

statistik.12 Untuk metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif analisis

yaitu penelitian untuk menggambarkan tentang suatu gejala/suatu masyarakat

tertentu, atau bisa juga dikatakan penulisan terhadap suatu masalah

dimasyarakat yang didasari dengan data-data yang telah diperoleh, kemudian

dianalisa untuk mendapat kesimpulan dari masalah tersebut.13 Tujuan

penelitian kualitatif ini untuk mengambarkan secara mendalam terhadap

sistem pemberian nafkah pada pasangan suami isteri yang terjadi di

Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto.

2. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kualitatif yaitu

menganalisis dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan hasil

wawancara yang diperoleh, sehingga didapat suatu kesimpulan obyektif,

logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis

dalam penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan akan diolah, dianalisa dan

diinterpretasikan untuk dapat menggali dan menjawab bagaimana sistem

11 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: t.p,2010), h.32 12 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

h.22. 13Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), h.104.

Page 20: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

10

pemberian nafkah di Kecamatan SookoMojokerto dan faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi sistem pemberian nafkah tersebut.

Penulisan skripsi ini juga bersumber dari buku pedoman penulisan skripsi

yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2017.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data ini adalah sumber data yang utama yang mana data ini

diperoleh secara langsung dari masyarakat.14 Data ini biasanya

didapatkan dengan cara wawancara. Sumber data primer dalam penelitian

ini adalah data hasil wawancara dengan beberapa pasangan suami isteri

di Kecamatan Sooko Mojokerto serta wawancara dengan beberapa tokoh

masyarakat di Kecamatan Sooko Mojokerto. Jumlah pasangan suami

isteri yang penulis wawancarai adalah berjumlah 8 orang pasangan suami

isteri. Sedangkan untuk tokoh masyarakat penulis mewawancarai 2 orang

tokoh masyarakat di Kecamatan Sooko. Tentunya suami isteri yang

penulis wawancarai disini adalah dimana pasangan suami isteri yang

mana baik suami yang masih lalai dengan tanggung jawabnya akan

nafkah dan isteri yang ikut mencari nafkah untuk keluarga.

b. Data Sekunder

Jenis data ini adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

dengan membandingkan beberapa sumber studi kepustakaan. Yang mana

tentu sumber-sumber studi pustaka tersebut yang berkaitan dengan

masalah yang diajukan. Studi kepustakaan yang dimaksud diantaranya

adalah Al-Qur’an, Al-Hadist, Undang-Undang Perkawinan, Kompilasi

Hukum Islam, Buku-Buku Bacaan, Jurnal-Jurnal, Skripsi, Pendapat para

ahli dan masih banyak yang lainnya.

4. Tekhnik Pengumpulan Data

a. Wawancara

14 Soerjono Soekanto, PengantarPenelitian Hukum,(Jakarta: UI Press, 1986), h.51.

Page 21: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

11

Wawancara yaitu suatu alat pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat yang berkaitan

dengan hal yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan cara mengadakan

tanya jawab secara langsung dengan para pihak yang terkait. Wawancara

merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya. Perihal penelitian ini penulis

akan mewawancarai beberapa pasangan suami isteri di Kecamatan Sooko

Mojokerto. Terutama pasangan suami isteri yang mana suami lalai dalam

memenuhi tanggung jawabnya, isteri yang ikut bekerja mencari nafkah.

Teknik menentukan narasumber yang diwawancarai dengan teknik

snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel

yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar, dalam penentuan

sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan

dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka

peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat

melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.15

Penulis juga mewawancarai beberapa tokoh masyarakat perihal

pandangan mereka terhadap sistem pemberian nafkah tersebut, serta

penulis juga akan mewawancarai kepala KUA Kecamatan Sooko untuk

meminta pendapat perihal sistem pemberian nafkah yang terjadi di

Kecamatan Sooko Mojokerto.

b. Studi Pustaka

Dilakukan untuk mendapatkan data diluar wawancara atau bisa juga

mendapatkan data tentang teori-teori yang masih berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti yaitu mengenai apa itu nafkah, bagaimana

kedudukan nafkah dalam konsep hukum Islam dan hukum positif.

Diperlukan juga teori-teori mengenai hak dan kewajiban masing masing

dan bersama suami isteri dalam sebuah keluarga.

F. Studi Review Terdahulu

15 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2015, Cet-Ke4), h.157.

Page 22: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

12

Disini penulis melakukan studi review terdahulu yang mana berguna untuk

mengetahui apakah tema penelitian ini sudah pernah dibahas sebelumnya atau

belum sama sekali. Disini penulis sudah melakukan studi review terhadap skripsi

skripsi di Fakultas Syari’ah dan Hukum, dan hasil studi review sebagai berikut :

Darmawati. “Nafkah Dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam

(Studi Kasus di Kelurahan Gunung Sari Makassar)”. Fakultas Syariah dan

Hukum. Thesis ini membahas tentang nafkah dalam rumah tangga perspektif

hukum Islam, studi kasus yang dilakukan di Kelurahan Gunung Sari Makassar.

Yang mana penelitian ini dibahas menjadi dua permasalahan yaitu bagaimana

nafkah dalam rumah tangga menurut hukum Islam dan faktor apa saja yang

mempengaruhi sehingga istri ikut bekerja di luar rumah.

Rima Hidayati.“Nafkah Sebagai Alasan Perceraian (Studi Kasus di PA

Sukoharjo Tahun 2005-2006)”. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, 2009. Skripsi ini membahas tentang tingkat perceraian di

Pengadilan Agama Sukoharjo itu masih terbilang tinggi dengan dilatarbelakangi

faktor nafkah. Sehingga perlu dilakukan penelitian mengapa hal itu bisa terjadi.

Penelitian ini membahas mengapa perceraian dengan alasan nafkah lebih dominan

dari pada perkara lain. Dan penelitian ini lebih terfokus pada Pengadilan Agama ,

sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih ke masyarakatnya.

Desi Amalia.“Peranan Isteri Dalam Memenuhi Nafkah Keluarga (Studi

Kasus di Desa Gunung Sugih, Kecamatan Kedondong, Kabupaten

Pesawaran, Propinsi Lampung).”Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,2011. Skripsi ini membahas mengenai peran isteri dalam

memenuhi nafkah keluarga dimana studi kasus yang dilakukan adalah di Desa

Gunung Sugih, Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Dibahas mengenai sejauh mana peran isteri di desa Gunung sugih dalam

menafkahi keluarganya, kemudian dibahas pula bagaimana pandangan KHI &

Undang-Undang Perkawinan mengenai hal tersebut dan membahas pula faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi isteri dalam menafkahi keluarganya.

Ketiga skripsi diatas tentunya berbeda dengan yang penulis bahas, di dalam

skripsi yang penulis bahas adalah mengenai bagaimana sistem pemberian nafkah

Page 23: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

13

yang dilakukan oleh pasangan suami isteri yang terjadi di Kecamatan Sooko

Mojokerto, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pemberian nafkah

tersebut,dan bagaimana sistem pemberian nafkah tersebut jika ditinjau dari

Hukum Islam dan Hukum Positif. Rumusan masalah dan lokal penelitian yang

dipilih oleh penulis pun berbeda dengan ketiga skripsi diatas.

G. Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini akan dibagi dibagi ke dalam sistematika penulisan menjadi

lima bab, yaitu:

Bab pertama berisi pendahuluan yang mana menjelaskan latar belakang

mengapa penulis memilih judul atau mengangkat masalah ini untuk diteliti.

Dalam bab ini juga berisi perumusan masalah dan pembatasan masalah agar

penelitian ini terfokus pada masalah dan tidak menyinggung dengan masalah

diluar tema. Selain itu jugaa terdapat manfaat dan tujuan dari penelitian,

metodologi serta sistematika penulisan dari penelitian ini. Kemudian, di dalam

bab dua berisi tentang teori teori tentang nafkah. Apa itu pengertian nafkah,

bagaimana konsep nafkah dalam hukum Islam. Bagaimana pula hukum positif

mengatur tentang nafkah dalam keluarga, dan apa saja tanggung jawab atau hak

dan kewajiban dari masing masing pihak yaitu suami istri ketika mereka sudah

melakukan suatu perkawinan.

Selanjutnya di dalam bab ketiga berisi tentang gambaran umum lokasi

penelitian. Bagian bab ini ada beberapa komponen yang akan dibahas, yakni letak

geografis kecamatan Sooko, serta penjelasan demografi di Kecamatan Sooko, dan

komponen komponen pendukung lainnya yang terkait dengan lokasi penelitian

yang dipilih. Kemudian masuk di bab keempat akan dibahas mengenai sistem

pemberian nafkah di Kecamatan SookoMojokerto, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi sistem pemberian nafkah tersebut, dan juga akan menguraikan

bagaimana pandangan tokoh masyarakat terkait terhadap sistem pemberian nafkah

tersebut, serta terdapat juga analisis penulis terhadap sistem pemberian nafkah

tersebut. Terakhir pada bab kelima berisi tentang penutup yang mana dalam bab

Page 24: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

14

ini akan dirinci menjadi beberapa bagian yaitu, kesimpulan, saran-saran dan

penutup.

Page 25: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

15

BAB II

KEDUDUKAN NAFKAH DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF

A. Pengertian Nafkah dan Dasar Hukumnya

Nafkah adalah konsekuensi yang timbul akibat suatu akad pernikahan,

yang mana itu menjadi kewajiban seorang suami kepada isterinya. Dengan adanya

hubungan perkawinan, maka akan muncul hak-hak dan kewajiban-kewajiban baru

dari masing masing pihak suami dan isteri. Nafkah secara etimologi berasal dari

kata (النفقة) yang berarti “belanja”, “kebutuhan pokok”, dan juga biaya atau

pengeluaran uang.1Yang dimaksud “belanja” adalah sesuatu yang diberikan oleh

suami kepada isteri, seorang bapak kepada anak, dan kerabat dari miliknya

sebagai keperluan pokok bagi mereka.2 Sedangkan di dalam Madzahib Al-

Arba’ah disebutkan النفقة في اللغة اإلخراجyaitu pengeluaran.3 Beberapa pengertian

diatas menunjukkan bahwa arti nafkah dalam kamus berbahasa Arab tidak lepas

dari konsep nafkah yang bersifat materi yang diberikan suami kepada isteri yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemberian tersebut bersifat

wajib sebagai tanggung jawab suami kepada keluarganya. Nafkah merupakan

jaminan hidup bagi seorang isteri setelah ia lepas dari tanggung jawab wali atau

keluarganya.

Banyak sekali pengertian nafkah salah satunya dalam terminologi fikih,

para fuqaha memberikan definisi nafkah sebagai biaya yang wajib dikeluarkan

oleh seseorang terhadap sesuatu yang sedang berada dalam tanggungannya yang

meliputi, biaya untuk kebutuhan sandang, pangan, dan papan termasuk jugaa

kebutuhan sekunder penunjangnya seperti alat-alat rumah tangga, kesehatan,

kecantikan dan lain sebagainya. Tetapi ada juga beberapa ulama fuqaha yang

hanya membatasi nafkah itu sebatas kebutuhan sandang, pangan dan papan.

1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir, Cet-1, (Yogyakarta: upbk.PP.al-

Munawir, 1987), h.1548. 2 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Ilmu

Fiqh, Jilid II, Cet, II,(Jakarta: 1984/1985), h.184. 3Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqih Ala Madzahib Al-Arba’ah Juz IV, (Beirut: Darut Kutub Al

Ilmiyah ,1990), h.485

Page 26: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

16

Kemudian Sayyid Sabiq dalam bukunya Fikih As-Sunnah menyebutkan nafkah

merupakan hak seorang isteri dan anak-anak untuk mendapatkan makanan,

pakaian, dan kediaman serta beberapa kebutuhan pokok lainnya dan pengobatan.

Nafkah tetap menjadi hak seorang isteri sekalipun isteri adalah seorang yang kaya

raya.Wahbah al-Zuhaili mengemukakan bahwa nafkah yang harus dipenuhi

tersebut berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Pengertian nafkah dalam kamus bahasa Indonesia, kata nafkah diartikan

dengan bekal hidup sehari-hari atau belanja untuk memelihara kehidupan.4 Secara

material nafkah adalah semua kebutuhan dan keperluan yang berlaku menurut

keadaan dan tempat, seperti makanan, minuman, pakaian, rumah dan lain-lain.

Nafkah merupakan kewajiban suami terhadap isterinya. Dalam bentuk materi,

karena kata nafaqa sendiri itu berkonotasi materi. Sedangkan kewajiban dalam

bentuk non materi, seperti memuaskan hajat seksual isteri itu tidak termasuk

dalam artian nafkah, meskipun dilakukan suami terhadap isterinya.5

Hukum memberi nafkah untuk isteri dalam bentuk makan, minum, tempat

tinggal dan pakaian, baik yang bersifat umum maupun khusus, serta sarana-sarana

yang berkaitan dengan hubungan dalam masyarakat yang diperlukan hukumnya

adalah wajib. Kewajiban suami memberi nafkah ini tidak memandang status

sosial dari si suami, baik dia dari orang kaya maupun dari orang miskin kewajiban

memberi nafkah itu mutlak kewajiban suami.

Kewajiban suami untuk memberi nafkah kepada isterinya ini terdapat dalam

beberapa ayat Al-Qur’an dan al-Hadits. Ini menjadi bukti bahwasannya memang

masalah nafkah sangat diperhatikan dalam agama Islam. Beberapa dalil Al-Quran

yang mewajibkan memberikan nafkah, diantaranya:

4 Tim Penyusun Pusat Kamus Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h.267. 5 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia; antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2014), h.165.

Page 27: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

17

1. At-Talaq: 6

اسكنو جدكم و من سكنتم حيث من تضهن وآروال حمل هن اوالت كن وان عليهن لتضي قوا

عف حملهانفقوا يضعن حتى اجورهنجنليهن فآتوهن لكم ارضعن بينكمجفان وأتمروا

وانتعاسرتمفسترضعلها (٦)خرىبمعروف

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu

sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai mereka

melahirkan kandungannya,kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu,

maka berikanlah imbalannya kepada mereka, dan musyawarahkanlah di antara

kamu (segala sesuatu) dengan baik, dan jika kamu menemui kesulitan, maka

perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”(QS.At-Thalaq:6)

2. Hadist Nabi

بكلمةاللهوانلكمعليهن بامانةاللهواستحللتمفروجهن كماخذتموهن فاتقوااللهفيالنساءفإن

جهن فإنفعلنذللكفاضربوهونهراناليؤطئنفرشكماحداتك نعليكمولهضرباغيرمبر

)رواهمسلم(رزقهنوكسوتهنبالمعروف

Artinya: “Hendakah kamu bertakwa kepada Allah dalam urusan perempuan.

Karena sesungguhnya kamu telah mengambil mereka dengan menggunakan

kalimat Allah, kamu menghalalkan kemaluan (kehormatan) mereka dengan

menggunakan kalimat Allah. Wajib bagi mereka (isteri-isteri) untuk tidak

memasukkan kedalam rumahmu orang yang tidak kamu sukai. Jika melanggar

yang tersebut pukullah mereka, tetapi jangan sampai melukai. Mereka berhak

mendapatkan belanja (nafkah) dari kamu dan pakaian dengan cara yang

ma’ruf.” (HR.Muslim)

Kewajiban suami memberi nafkah kepada isteri yang berlaku di dalam

ilmu fikih didasarkan kepada prinsip pemisahan harta antara suami dan isteri.

Prinsip ini adalah mengikuti alur pikir yang mana suami adalah seorang pencari

rezeki, rezeki yang ia dapatkan menjadi haknya secara penuh dan kedudukan

suami adalah seorang pemberi nafkah. Sebaliknya isteri kedudukannya bukan

sebagai pencari rezeki, dan untuk pemenuhan kebutuhannya isteri berkedudukan

Page 28: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

18

sebagai penerima nafkah. Kemudian dalam kehidupan berumah tangga,

hendaknya suami melakukan hal-hal sebagai berikut kepada isteri:

1. Memberikan wasiat, memerintahkan, mengingatkan, dan menyenangkan

hati isteri;

2. Suami hendaknya memberikan nafkah isterinya sesuai kemampuan, usaha

dan kekuatannya;

3. Suami hendaknya dapat menahan diri untuk tidak mudah marah, apabila

isteri menyakitinya;

4. Suami hendaknya menundukkan dan menyenangkan hati isteri dengan

menuruti kehendaknya dengan baik;

5. Suami hendaknya menyuruh isteri melakukan hal-hal yang baik;

6. Suami hendaknya mengajar isterinya apa yang menjadi kebutuhan agama

dari hukum bersuci;

7. Suami harus mengajarkan berbagai macam ibadah kepada isterinya;

8. Suami hendaknya mengajarkan berbagai macam budi pekerti yang baik

kepada keluarganya;6

B. Konsep Nafkah Dalam Hukum Islam

Setiap orang pasti mendambakan keluarga yang bahagia dan harmonis.

Untuk menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis dan penuh keterbukaan

sehingga benar-benar tercipta sebuah rumah tangga yang sakinah, Islam

menjelaskan secara lengkap dan detail tentang peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan fungsi suami terhadap isterinya, demikian juga sebaliknya. Serta tidak

lupa dijelaskan pula hak dan tanggung jawab suami dan isteri dalam membina

kehidupan rumah tangganya. Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, suami

istri harus mendahulukan kebersamaan, tetapi tugas dan tanggung jawabnya

memegang peranan yang berbeda-beda sehingga satu sama lainnya saling mengisi

dan saling melengkapi serta saling membutuhkan. Tanggung jawab yang diemban

seorang suami tentu sangat banyak sekali, tetapi ada yang terpenting dari kesekian

itu yang harus dilakukan, yaitu kewajiban suami yang hakiki dalam membina

6 Syaikh Mahmud al-Mashri, Perkawinan Idaman,(Jakarta:Qisti Press,2010),h.122

Page 29: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

19

rumah tangga sehingga tercipta suasana yang harmonis. Kewajiban yang hakiki

tersebut yang benar-benar menjadi tanggung jawab yang besar yang harus dipikul

dipundaknya adalah kewajiban memberi nafkah kepada isteri dan anak-anaknya,

baik isterinya berasal dari keluarga kaya apalagi berasal dari keluarga miskin.

Seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT:

بالمعروف.......... وكسوتهن وعلىالمولودلهرزقهن

Artinya : “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu

dengan cara yang ma’ruf.” (Q.S Al-Baqarah:233)

,

Dari ayat Al-Qur’an dan hadist diatas sangat jelas mengenai tanggung jawab

seorang suami kepada isterinya. Dalam ayat lain juga dijelaskan mengenai

kewajiban suami memberi nafkah, seperti firman Allah SWT yang berbunyi :

امونعلىالن سا جالقو لاللهبعضهمعلىالر بماأنفقوامنأموالهم.ءبمافض ........بعض

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain

(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka.” (Q.S An-Nisa’:34)

Selain didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur’an, kewajiban nafkah juga dapat

ditemukan dalam beberapa hadist Rasulullah SAW, antara lain :

ةالوداع:".........ولهن بالمعروفقالرسولاللهفيحج وكسوتهن "عليكمرزقهن

()رواهمسلم

Artinya: “......... Mereka mempunyai hak atas kamu, yaitu memberi rezeki atau

menafkahi mereka dan memberi pakaian dengan cara yang ma’ruf.”

(HR.Muslim)

Page 30: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

20

Para ahli tafsir seperti Ibn Katsir dan Al-Qurthubi menjelaskan bahwasannya

kelebihan suami atas isteri adalah bahwa suami bertanggung jawab atas nafkah

isterinya. Quraish Shihab menjelaskan penggunaan bahwa penggunaan kata kerja

lampau (past tense) pada Q.S An-Nisa’:34, ‘anfaqu’ (telah menafkahkan)

menunjukkan bahwa memberi nafkah kepada perempuan telah menjadi suatu

kelaziman bagi laki-laki dan merupakan kenyataan umum dalam berbagai

masyarakat sejak dahulu hingga kini.7

Dari ayat di atas jelas bahwa, tanggung jawab nafkah dibebankan kepada

suami, termasuk jika isteri adalah orang yang memiliki kekayaan. Isteri tidak

berkewajiban memberikan apa yang didapatkan dari hasil jerih payahnya. Bahkan

jika sang isteri seseorang yang kaya dan ternyata suami adalah seorang yang

miskin, tidak menggugurkan kewajiban suami untuk memberi nafkah kepada

isterinya, sang suami tetap berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya sesuai

dengan kemampuannya. Kemudian Ibnu Kudamah mengatakan bahwa para ulama

telah sepakat tentang wajibnya suami memberikan nafkah kepada isterinya bila

sang suami telah baligh dan isteri tidak nusyuz (membangkang).

Syariat mewajibkan memberikan nafkah bagi isteri atas suami karena berdasarkan

akad pernikahan yang sah. Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Al Fiqh al Islam Wa

Adilatuhu mengemukakan penyebab pemberian nafkah kepada isteri, dalam

bukunya ulama mengalami perbedaan pendapat.8

Kalangan Hanafiyah berpendapat bahwa yang menjadi alasan mengapa

seorang suami diwajibkan menafkahi isterinya sebagai imbalan dari hak suami

untuk membatasi kebebasan gerak-gerik si isteri, dan pihak isteri memberikan

loyalitasnya kepada ketentuan suami. Begitu akad nikah diucapkan secara sah,

kebebasan seorang isteri menjadi terbatas oleh beberapa ketentuan sebagai

seorang isteri. Isteri tidak lagi dibebaskan pergi kemana-mana dan mengambil

suatu keputusan dan kebijakan tanpa adanya izin, persetujuan dan musyawarah

dengan suami. Atas dasar itulah, maka isteri berhak untuk mendapatkan nafkah

7Sri Mulyati,Editor,Relasi Suami Istri dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Syarif Hidayatullah, 2004), h.63 8 Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al

Khatani dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011), h.111

Page 31: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

21

dari suaminya. Hak nafkah menjadi gugur apabila isteri tidak lagi memberikan

loyalitasnya kepada suami, dalam artian sudah tidak lagi mematuhi aturan atau

membangkang kepada suami yang sering disebut dengan nusyuz.

Mayoritas ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah

berpendapat bahwa alasan mengapa pihak suami diwajibkan menafkahi isterinya

adalah karena adanya hubungan timbal balik antara suami isteri, atau dengan kata

lain yang menjadi sebab adalah posisi suami sebagai kepala rumah tangga dan

posisi isteri sebagai pengatur rumah tangga, termasuk kewajiban isteri untuk

menyerahkan dirinya kepada suami secara sukarela untuk diperlakukan sebagai

isteri. Hubungan suami isteri telah diikat dengan ikatan perkawinan yang sah

disamping mempunyai konsekuensi dimana isteri wajib bersedia menyerahkan

dirinya kepada suaminya untuk diperlakukan sebagai isterinya.

Agar kewajiban suami untuk memberi nafkah berhak untuk didapatkan oleh isteri

maka harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya :9

1. Akad pernikahan yang dilakukan adalah sah (legal). Jika tidak, maka suami tidak

wajib menafkahinya, dan isteri tidak bisa dianggap sebagai pengabdi pada suami

sebab ia tidak bisa tinggal serumah dengan suami mengingat akad nikahnya tidak

sah, sehingga konsekuensinya ia pun tidak berhak untuk menerima nafkah.

2. Isteri menyerahkan dirinya kepada suaminya.

3. Isteri memungkinkan suami untuk menikmatinya. Dalam artian isteri bukan anak

kecil atau memiliki kehalangan yang tidak mungkin untuk disenggamainya.

4. Isteri tidak menolak untuk berpindah ke tempat manapun yang dikehendaki oleh

suami.

5. Kondisi keuangan suami baik. Seandainya ia sedang mengalami kesulitan

ekonomi dan tidak mampu memberi nafkah, maka ia tidak wajib memberi nafkah

selama kesulitan ekonomi tersebut.10

6. Isteri setia sepenuhnya pada suami dan tidak membangkang. Jika isteri sudah

enggan menaati suami, maka tidak ada kewajiban nafkah untuknya.

9 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 3, h.432 10 Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah Jilid 3, h.317

Page 32: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

22

Mengenai ukuran/kadar nafkah ulama mazhab berbeda pendapat dalam

menentukannya. Menurut Imam Syafi’i, nafkah yang harus diberikan itu

ditentukan menurut kemampuan suaminya. Kalau suaminya seseorang yang kaya,

maka nafkah yang harus diberikan kepada isterinya harus mengikuti kebutuhan

hidup yang biasa dikonsumsi orang-orang kaya pada umumnya. Kalau suaminya

termasuk orang yang miskin maka nafkah yang harus diterima isterinya sesuai

dengan kebutuhan sehari-hari orang-orang miskin. Demikian juga, kalau

suaminya termasuk dalam kategori kelas ekonomi menengah maka nafkah yang

harus diberikan kepada isterinya disesuaikan dengan kondisi kehidupan kalangan

ekonomi menengah. Dalil yang dikemukakan Syafi’i bahwa kadar besarnya

nafkah harus disesuaikan dengan keadaan ekonomi pihak laki-laki adalah firman

Allah SWT :11

اءاتهالله......... نسعتهومنقدرعليهرزقهفلينفقمم م .........لينفقذوسعة

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan

orang yang disempitkan rejekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang

diberikan Allah kepadanya.” (Q.S At-Thalaq:7)

Menurut Maliki dan Hanafi, bahwa nafkah yang menjadi tanggung jawab

seorang suami adalah disesuaikan dengan keberadaan ekonomi isterinya. Kalau

isterinya berasal dari kalangan ekonomi yang mapan atau kaya maka nafkah yang

harus diterima dari suami (setidak-tidaknya) mengikuti pola kehidupan yang biasa

dikonsumsi orang-orang kaya sehari-hari. Kalau isteri dari keluarga yang

ekonominya miskin maka nafkah yang yang diterimanya sesuai dengan

keberadaan ekonomi keluarganya. Demikian pula, jika isterinya dari keluarga

ekonomi menengah maka nafkah yang harus diterima disesuaikan dengan

kehidupan kalangan ekonomi menengah. Imam Maliki dan Imam Hanafi

menggunakan hadist Rasulullah SAW sebagai dasar argumentasinya, Sabda

Rasulullah SAW:

خذيمايكفيكوولدكبالمعروف

11Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam, Cet. IV, Jakarta: Bulan

Bintang, t.t hlm. 268

Page 33: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

23

Artinya:”Ambillah (nafkah itu) sekedar mencukupi (kebutuhan) kamu dan

anakmu dengan cara yang ma’ruf.” (HR. Bukhari dan Muslim)12

Hadist ini menjelaskan bahwa nafkah yang harus diterima oleh seorang

isteri disesuaikan dengan kebutuhan dirinya dan anaknya, bukan disesuaikan

dengan keberadaan ekonomi suaminya. Sedangkan pendapat Hanbali, nafkah

yang menjadi tanggung jawab semua itu sebaiknya ditentukan menurut keadaan

keberadaan ekonomi masing-masing kedua belah pihak (suami isteri). Kalau

keduanya sama-sama berasal dari keluarga kaya maka nafkah yang harus diterima

istrinya sesuai dengan kebutuhan sehari-hari orang-orang kaya. Kalau keduanya

berasal dari berasal dari kalangan ekomoni bawah (miskin) maka nafkah yang

harus dikeluarkan suaminya disesuaikan dengan kondisi kebutuhan orang-orang

miskin. Kalau salah satu diantara keduanya dari kalangan ekonomi atas (baik

suami maupun isterinya), maka nafkah yang yang harus diterima isterinya

disesuaikan dengan kebutuhan orang-orang yang ekonominya kelas menengah.

Ulama Syafi’i memberikan kadar ukuran memberi nafkah kepada isteri itu

dengan menggunakan sistem kadar ukuran makanan sehari-hari, yaitu dengan

ukuran dua cupak beras, satu cupak beras, dan satu setengan cupak beras. Berbeda

dengan Imam Maliki, Hanafi dan Hanbali, menurut ketiga ulama tersebut nafkah

yang harus dibayar oleh seorang suami tidak bisa ditentukan dengan sistem kadar

ukuran makanan sehari-hari. Yang terpenting bagi pendapat ketiga ulama ternama

ini asalkan memenuhi syarat mencukupi kebutuhan rumah tangga yang berlaku

pada masyarakat pada umumnya. Dalil yang dipakai ketiga ulama ini adalah sabda

Nabi Muhammad SAW, “Ambillah (nafkah itu) sekedar mencukupi (kebutuhan)

kamu dan anakmu dengan cara yang ma’ruf.” Dengan tidak menentukan jumlah

nafkah yang wajib dibayar oleh seorang suami, bisa jadi ukuran nilai cukup bagi

seorang isteri itu lebih besar atau lebih kecil dari batasan yang ditetapkan oleh

Syafi’i. Karena nilai cukup antara orang yang satu dengan orang yang lain

berbeda-beda dan tergantung situasi dan kondisi dimana orang yang bersangkutan

bertempat tinggal. Kebutuhan sehari-hari orang kota berbeda dengan kebutuhan

12 M.Hamidy, Terjemahan Nailul Authar, Himpunan Hadis-Hadis hukum, (Surabaya:

T.Bina Ilmu) cet ke-5, h.2466

Page 34: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

24

sehari-hari orang yang tinggal di pedesaan. Pengertian cara yang ma’ruf adalah

disesuaikan dengan kondisi zaman, karena nilai barang pada suatu zaman

harganya tentu tidak sama dengan zaman berikutnya.13

Pada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa Nabi Saw. Tidak memberi

nafkah kepada Aisyah selama dua tahun sejak dinikahinya karena belum

bercampur dengannya. Menurut Abu Hanifah, Maliki, dan Syafi’i, seorang suami

tidak berkewajiban memberi nafkah kepada isterinya yang belum baligh karena ia

belum dapat digauli meskipun telah menyerahkan diri dan tinggal bersama

suaminya. Sebaliknya, bila suami yang belum dewasa tetapi isterinya sudah

dewasa, maka ia tetap berkewajiban memberikan nafkah. Sedangkan Abu Yusuf,

sahabat Abu Hanifah, berpendapat bahwa bila isteri yang masih kecil tetap tinggal

dirumah suaminya, maka ia berhak mendapatkan nafkah, meskipun belum

dicampuri. Bahkan, pasangan suami isteri yang kafir dan setelah bercampur

isterinya masuk Islam maka suami tetap berkewajiban untuk menafkahinya.

Demikian halnya jika suami murtad maka kewajiban nafkah atas isterinya yang

telah dicampuri tetap berlaku. 14

Sedangkan bagi golongan Zahiri, kewajiban suami memberi nafkah sama

sekali tidak ada kaitannya dengan persyaratan seperti yang disebutkan diatas.

Menurut golongan ini alasan wajibnya suami memberikan nafkah hanya karena

perkawinan yang sah. Terlepas dari apakah isteri itu menyerahkan dirinya atau

tidak, dewasa maupun anak kecil, kaya maupun miskin, telah dicampuri maupun

tidak, melakukan nusyuz atau tidak, dan lain sebagainya. Dari beberapa pendapat

ulama diatas, pendapat yang lebih realistis adalah apa yang dikemukakan oleh

Zahiri. Alasannya, karena akad nikah yang telah dilakukan merupakan kontrak

sosial seorang suami dengan orang tua/wali yang memutuskan seluruh tanggung

jawab bagi kehidupan seorang wanita dari orang tua atau walinya. Maka sangat

wajar bila segala kebutuhan wanita yang berstatus isteri tersebut dipenuhi oleh

13Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan,(Yogyakarta:Penerbit

Darussalam,2004),h.205 14Sri Mulyati, Editor, Relasi Suami Isteri dalam Islam,(Jakarta:Pusat Studi Wanita (PSW)

UIN Syarif Hidayatullah,2004),h.65

Page 35: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

25

suaminya.15 Sementara itu, Prof.Huzaimah T.Yanggo lebih menekankan kepada

bahwa suami bertugas untuk mencari dan memenuhi nafkah sementara isteri

bertugas untuk mengaturnya. Lebih lanjut, sebagai penata ekonomi keluarga isteri

harus mempunyai kecakapan, keterampilan, kreatifitas, agar penerimaan dan

penggunaan nafkah dapat mengarah kepada peningkatan rumah tangga. Selain itu

isteri harus tetap bersyukur dan bersikap qana’ah atas apa yang diberikan oleh

suaminya.16

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya memang bahwa

kewajiban suami memberi nafkah itu tidak sebatas hanya memberi makan isteri

dan anak-anaknya, membelikan pakaian itu juga merupakan kewajiban suami

memberi nafkah. Bentuk pemenuhan nafkah lainnya itu juga termasuk menjadi

kewajiban suami, seperti menyediakan tempat tinggal beserta alat-alat rumah

tangga, serta segala sesuatu yang dapat menunjang kebersihan dan kecantikan dari

penampilan seorang isteri. Tetapi memang untuk kadar atau ukuran dari nafkah

tersebut tidak ditentukan oleh syara’, dan masalah ini dikembalikan kepada ‘urf

(adat istiadat atau tradisi) yang berlaku, dan tiap daerah atau negeri mempunyai

tradisi yang berbeda.

Meskipun memang pada dasarnya kewajiban suami adalah mencari

nafkah, tetapi pada kondisi tertentu bisa saja tanggung jawab tersebut bisa diganti,

yang mencari nafkah adalah isteri. Tentunya ini didasari dengan alasan-alasan

kuat seperti memang kesempatan kerja yang dimiliki oleh istri lebih besar dari

pada suami, atau bisa juga karena suami tidak mampu bekerja karena sakit,

kemudian bisa juga karena penghasilan yang didapat suami belum cukup untuk

memenuhi kebutuhan keluarga atau dengan alasan ekonomi lainnya. Islam tidak

melarang jika yang bertugas mencari nafkah keluarga adalah perempuan. Tetapi

memang, selama suami masih dalam keadaan sehat dan mampu, tanggunga jawab

sebagai pencari nafkah adalah menjadi tanggung jawabnya. Pada intinya suami-

isteri sesungguhnya sama-sama memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi

15Sri Mulyati, Editor, Relasi Suami Isteri dalam Islam,(Jakarta:Pusat Studi Wanita (PSW)

UIN Syarif Hidayatullah,2004), h.66 16Huzaimah T.Yanggo , Fiqh Perempuan Kontemporer,(Jakarta:Al-Mawardi

Prima,2001),h.59

Page 36: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

26

kebutuhan keluarga. Disinilah kerja sama dan upaya keduanya (suami-isteri)

sangat dipuji oleh Allah SWT. Jadi pada realita modern saat ini, tidak menutup

kemungkinan bagi perempuan untuk saling bekerja sama, sama sama berkiprah,

berbagi peran untuk mencari nafkah, memenuhi kebutuhan keluarga, mengurus

dan merawat seluruh anggota keluarga, selama semuanya dibicarakan, ada

komitmen-komitmen yang disepakati dan dipegang bersama dan ikhlas menerima

satu sama lain dan tentunya tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

C. Konsep Nafkah Dalam Hukum Positif

1. Nafkah Menurut UU No.1 Tahun 1974

Mengenai nafkah di dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan hanya mengatur secara umum tentang hak dan kewajiban suami isteri.

Pengaturan itu terdapat di dalam pasal 30 sampai dengan pasal 34. Di dalam pasal

30 sampai 34 ini memang lebih menjelaskan dan menekankan kepada pemenuhan

hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Tetapi disini, di dalam pasal 34

UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan mulai mengarah ke dalam masalah

nafkah. Bunyi dalam pasal 34 adalah17 :

(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu

keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya.

Pada pasal ini memang tidak menyebutkan kewajiban suami yang bersifat

kebutuhan lahir dengan sebutan “nafkah” , tetapi menggunakan kata “keperluan

rumah tangga”. Namun memang secara jelas di dalam pasal tersebut bahwasannya

segala sesuatu keperluan isteri untuk kelangsungan hidupnya, dan memang tidak

disebutkan dan ditentukan kadar atau ukuran nafkah yang wajib diberikan suami

kepada isteri, nafkah wajib diberikan kepada isteri sesuai dengan kemampuan

suami. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menetapkan hak

dan kewajiban suami dan isteri baik yang bersifat materiil maupun immateril.

Kewajiban yang bersifat materiil ini hak isteri untuk dapat memperoleh tempat

tinggal dan kebutuhan rumah tangga dan penunjang kebutuhan hidup lainnya,

17Lihat UU No.1 Tahun 1974 Tentang PerkawinanPasal 34

Page 37: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

27

sedangkan kewajiban yang bersifat immateril ini meliputi hak isteri untuk dapat

diperlakukan secara seimbang dan baik.

2. Nafkah Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Selain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang digunakan dasar

Hukum seseorang dalam bidang perkawinan, kemudian muncul Kompilasi

Hukum Islam (KHI) sebagai pedoman dan pijakan hakim dalam mengambil

sebuah keputusan. Yang mana, Kompilasi Hukum Islam (KHI) ini muncul dari

beberapa kitab mazhab yang kemudian dilakukan perbandingan dengan

yurisprudensi Peradilan Agama dan fatwa ulama. Diantara hal-hal yang diatur di

dalam Kompilasi Hukum Islam yaitu hak dan kewajiban suami isteri yang diatur

secara rinci dari yang ada di Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Karena Kompilasi Hukum Islam dibuat untuk menegaskan dan

melengkapi hukum materiil yang sudah ada sebelumnya sehingga KHI ini

diharapkan bisa menjadi hukum terapan yang diberlakukan untuk umat Islam. Di

dalam KHI ini telah dikelompokkan ketentuan mengenai hak dan kewajiban

suami isteri, hak suami, hak isteri serta diatur pula kedudukan dari masing-masing

suami dan isteri. Adapun ketentuan tersebut diatur di dalam KHI pasal 77 sampai

dengan pasal 84.18

Berbeda dengan ketentuan sebelumnya yang ada di dalam pasal 34

mengenai kewajiban suami yang harus memenuhi segala keperluan rumah tangga,

maka di dalam Kompilasi Hukum Islam ini dijelaskan secara rinci apa saja nafkah

yang memang menjadi kewajiban suami, di dalam KHI pasal 80 dijelaskan:

“Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung:

(1) Nafkah, tempat dan kediaman bagi isteri,

(2) Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi isteri dan

anak,

(3) Biaya pendidikan bagi anak.”

Melalui ketentuan pasal ini dapat disimpulkan bahwasannya keperluan

berumah tangga yang harus ditanggung suami mencakup nafkah, kiswah, tempat

18 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta : Akademik Pressindo, 2007), h. 132-

133.

Page 38: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

28

kediaman bagi isteri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan.

Ketentuan pasal ini juga mempertegas anggapan bahwa nafkah itu hanya sebatas

uang untuk biaya makan, karena disamping nafkah masih ada biaya rumah tangga,

dan tentu hal ini tentu tidak sejalan dengan ketentuan etimologi dari nafkah itu

sendiri yang telah menjadi bagian dari bahasa Indonesia yang berarti pengeluaran.

Mengenai kewajiban suami terhadap isteri terutama masalah pemberian nafkah,

Kompilasi Hukum Islam mengatur bahwa kewajiban tersebut mulai berlaku sejak

adanya tamkin sempurna, artinya sejak akad nikah itu diucapkan. Ketentuan ayat

ini menjelaskan bahwa secara yuridis formal suami berkewajiban memenuhi

bentuk bentuk nafkah yang telah ditentukan( di dalam pasal 80 ayat 4) dan apabila

isteri telah terikat oleh perkawinan yang sah, serta isteri mempunyai kapasitas

serta telah berperan sebagai isteri. Apabila ternyata isteri tidak berperan

sebagaimana mestinya, tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya

seorang isteri, baik karena ia kurang atau memang tidak mempunyai kapasitas

untuk itu, atau ia sebenarnya ia mempunyai kapasitas yang dimaksud tetapi tidak

mau berperan sebagai isteri maka kewajiban suami untuk memberikan nafkah

kepada isterinya menjadi gugur karena sang isteri sudah nusyuz. Pasal 80 ayat (7)

Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwasannya kewajiban suami untuk

memberi nafkah gugur apabila isteri nusyuz.

3. Nafkah Menurut KUHPerdata

Peraturan hukum materiil tentang perkawinan yang dibuat dan

ditinggalkan oleh pemerintah kolonial, peraturan tentang perkawinan yang hanya

berlaku untuk golongan tertentu, yaitu: Ordonansi Perkawinan Kristen (HOCI)

yang berlaku bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Kristen, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (BW) yang berlaku bagi warga keturunan Eropa

dan Cina, kemudian peraturan perkawinan campuran ( Staatsblad 1898 No.158)

Page 39: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

29

atau GHR.19 Sedangkan peraturan hukum perkawinan bagi umat Islam yang

sempat ditinggalkan oleh pemerintah kolonial hanyalah berupa peraturan hukum

formal yang mengatur tata cara perkawinan sebagaimana terdapat dalam kitab-

kitab fikih yang dikarang oleh ulama-ulama dikalangan umat Islam. Sampai

akhirnya muncullah masalah-masalah perkawinan yang memang seharusnya

mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Sehingga pada tahun 1946 atau

tepatnya satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Republik

Indonesia menetapkan Undang-Undang No.22 Tahun 1946 Tentang Pencatatan

Nikah, Talak dan Rujuk yang berlaku untuk wilayah Jawa dan Madura. Kemudian

oleh Pemerintah Darurat Sumatera dinyatakan pula berlaku untuk wilayah

Sumatera. Sampai pada akhirnya pada masa orde baru, Pemerintah Republik

Indonesai pada Tanggal 2 Januari 1974 resmi mengesahkan UU No.1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan. Dengan adanya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 ini,

maka pasal-pasal yang mengatur tentang perkawinan dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan perkawinan dalam Buku I KUHPerdata/BW, sepanjang telah

diatur dalam undang-undang Perkawinan Nasional tersebut dinyatakan tidak

berlaku lagi.20

Akibat yang timbul dengan dilangsungkannya suatu perkawinan baik

menurut KUHPerdata maupun menurut UU No.1 Tahun 1974 pada umumnya

terkait dengan bagaimana hubungan yang timbul antara para pihak dalam hal ini

suami dan isteri. Hal itu akan menimbulkan hubungan hak dan kewajiban antara

suami isteri, selain itu akan menimbulkan hubungan suami isteri dengan anak

yang dilahirkan sehingga menimbulkan adanya kekuasaan orang tua, selanjutnya

akan timbul hubungan antara orang tua dan anak terhadap harta perkawinan.

Menurut KUHperdata, setelah dilangsungkannya peristiwa perkawinan maka

otomatis timbul bermacam-macam akibat hukum, diantaranya:

19Taufiqurrahman Syahuri,Legislasi Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta :

Kencana,2013), hal. 100.

20KUHperdata memang sudah tidak berlaku lagi, penulis hanya ingin menguraikan untuk

sekedar informasi

Page 40: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

30

a. Hubungan hukum suami dan isteri itu sendiri yang menimbulkan hak

dan kewajiban dalam perkawinan.

b. Hubungan hukum suami isteri terhadap harta yang menimbulkan hak

penguasaan harta bersama.

c. Hubungan hukum suami isteri terhadap anak yang menimbulkan

kekuasaan orang tua terhadap anak.

d. Hubungan hukum suami isteri terhadap masyarakat. Menimbulkan hak

suami melindungi isterinya terhadap pihak ketiga.

Pada KUHPerdata/BW di Bab V, Buku I, pasal 103 sampai dengan 118

mengatur mengenai akibat hukum perkawinan terhadap suami isteri. Pada pasal

103 KUHPerdata/BW mengatakan bahwasannya memang perkawinan

menimbulkan akibat hukum bagi suami isteri, mereka harus saling setia, tolong-

menolong dan bantu-membantu.21 Hal ini merupakan salah satu konsekuensi

(akibat) yang timbul dari hubungan suami isteri itu sendiri. Akibat lain yang

timbul dari hubungan suami isteri adalah :

1. Suami isteri wajib tinggal bersama dalam satu rumah. Isteri harus

tunduk patuh kepada suaminya; ia wajib mengikuti suami kemana

suami memandang baik untuk bertempat tinggal.

2. Suami wajib menerima isterinya dalam satu rumah, yang ia diami.

Suami juga wajib melindungi isterinya dan memberi padanya segala

apa yang perlu dan berpanutan dengan kedudukan dan

kemampuannya. Ini terdapat dalam pasal 107 KUHPerdata/BW

3. Suami isteri saling mengikatkan diri secara timbal balik untuk

memelihara dan mendidik anak-anak. Ini terdapat dalam pasal 104

KUHPerdata/BW.

4. Pasal 105 KUHPerdata menentukan 5 (lima) hal, yaitu:

a) Suami adalah kepala dari persatuan suami-isteri.

b) Suami harus memberi bantuan kepada isterinya.

21Pasal 103 KUHPerdata :”Suami isteri wajib setia satu sama lain, saling menolong, dan

saling membantu.”

Page 41: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

31

c) Suami harus mengemudikan urusan harta kekayaan milik pribadi

isterinya.

d) Suami harus mengurus harta kekayaan itu sebagai bapak rumah

tangga yang baik.

e) Suami tidak diperkenankan memindahtangankan atau membebani

harta kekayaan tak bergerak milik isterinya, tanpa persetujuan si

isteri.

Jadi menurut penulis memang di dalam KUHPerdata/BW diatur mengenai

pemberian nafkah, yang mana terdapat dalam pasal 107 KUHPerdata/BW, suami

wajib memberi padanya (isteri) segala apa yang diperlukan oleh sang isteri dan

keluarga sesuai dengan kedudukan dan kemampuan suaminya. Selain itu, masalah

nafkah ini kita juga dapat membaca dalam ketentuan mengenai perjanjian kawin,

sebetulnya di dalamnya tersimpul adanya kewajiban timbal balik antara suami

isteri dalam hal pemberian nafkah.22 Salah satu pihak dapat mengajukan

permohonan pembatalan atau pisah meja dan tempat tidur, jika ternyata kesetiaan

dalam perkawinan dilanggar. Bahkan hal itu dapat pula merupakan salah satu

alasan untuk mengajukan perceraian. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 207, 209,

233 pada KUHPerdata/BW.

D. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Rumah Tangga

Kita tinggal di negara Indonesia yang mana adalah negara hukum. Segala

tindakan harus berdasarkan peraturan yang berlaku, salah satunya adalah

mengenai perkawinan. Di Indonesia dasar dan pedoman dalam bidang Perkawinan

yang digunakan adalah Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

dan Inpres No.1 Tahun 1991 atau yang biasa dikenal dengan Kompilasi Hukum

Islam (KHI). Baik undang-undang Perkawinan maupun KHI telah merumuskan

dengan jelas bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membina keluarga yang

bahagia, kekal dan abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Terwujudnya tujuan perkawinan tersebut sudah pasti sangat bergantung

pada maksimalisasi peran dan tanggung jawab dari masing-masing pihak baik dari

pihak suami maupun isteri. Sehingga, perkawinan itu pada hakikatnya tidak hanya

22 F.X Suhardana, Hukum Perdata I, (Jakarta:Prenhallindo, 1992), h. 103

Page 42: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

32

dipandang sebagai media merealisasikan syari’at agama agar dapat memperoleh

kebaikan di dunia dan akhirat, tetapi perkawinan itu juga dapat menimbulkan

kontrak perdata yang akhirnya muncul hak dan kewajiban diantara keduanya. 23

Secara pengertian hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang

untuk mendapatkan atau berbuat sesuatu. Sedangkan maksud hak disini adalah

suatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh suami atau isteri dari hasil

perkawinannya. Hak ini juga dapat hapus apabila yang berhak rela apabila haknya

tidak dipenuhi atau dibayar oleh pihak lain. Sedangkan kewajiban sendiri

memiliki makna hal-hal yang wajib dilakukan atau diadakan oleh salah seorang

dari suami-isteri untuk memenuhi hak dari pihak lain.24 Ketika masing-masing

pihak suami dan isteri sadar akan peran dan tanggung jawabnya masing-masing,

maka tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama yaitu

sakinah, mawaddah wa rahmah. Sebelum kita mengetahui apa saja hak dan

kewajiban suami isteri di dalam Undang-Undang perkawinan, tentunya ada pula

ketentuan di dalam Hukum Islam mengenai hak dan kewajiban suami istri,

diantaranya :25

a. Hak isteri , diantaranya:

1.) Hak mengenai harta, yaitu mahar atau maskawin dan nafkah,

2.) Hak mendapatkan perlakuan yang baik dari suami,

3.) Agar suami menjaga dan memelihara istrinya. Yaitu menjaga kehormatan

istri, tidak menyia-nyiakannya, dan agar selalu membimbing istri untuk

melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, sesuai

dengan firman Allah SWT :

23Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan,Hukum Perdata Islam di

Indonesia,(Jakarta:Prenada Media Group,2004),h.80 24Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,(Yogyakarta:

Liberty, 1986),h. 87. 25 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Modul Pembinaan

Keluarga Sakinah, h.143

Page 43: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

33

يأيهاالذينءامنواقواأنفسكموأهليكمناراوقودهاالناسوالحجارةعليهاملئ غ كة

أمرهم ما الله اليعصون يؤمرونشداد ما ويفعلون

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah

terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim[66] : 6)

b. Hak suami

Suami berhak untuk ditaati oleh sang isteri. Ketaatan isteri kepada suami

perihal dalam melaksanakan urusan rumah tangga termasuk di dalamnya

memelihara dan mendidik anak, selama sang suami menjalankan ketentuan yang

sesuai dengan syari’at agama dan tidak keluar dari apa yang sudah ditentukan oleh

agama yang berhubungan dengan kehidupan suami isteri.

c. Hak bersama suami isteri, diantaranya :

1.) Halalnya pergaulan sebagai suami-isteri dan kesempatan saling

menikmati atas dasar kerjasama dan saling memerlukan,

2.) Sucinya hubungan perbesanan. Dalam hal ini isteri haram bagi laki-laki

dalam pihak keluarga suami. Berlaku juga sebaliknya, suami haram bagi

perempuan dalam pihak keluarga isteri,

3.) Berlaku hak saling mewarisi. Apabila salah seorang diantara suami isteri

meninggal maka salah satu berhak untuk mewarisi, walaupun memang

keduanya belum bercampur,

4.) Perlakuan dan pergaulan yang terbaik. Menjadi kewajiban suami-isteri

untuk saling berlaku dan bergaul dengan baik, sehingga dalam keluarga

tercipta suasana yang tenteram, rukun, dan penuh dengan kedamaian.

d. Kewajiban isteri, diantaranya:

1.) Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh

norma agama dan susila,

Page 44: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

34

2.) Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan

mewujudkan kesejahteraan keluarga,

3.) Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah,

4.) Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda

keluarga,

5.) Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah

yang diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana.

e. Kewajiban suami, diantaranya:

1.) Memelihara, memimpin dan membimbing keluarga lahir batin, serta

menjaga dan bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraannya,

2.) Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan serta mengusahakan

keperluan keluarga terutama sandang, pangan dan papan,

3.) Membantu tugas-tugas isteri terutama dalam hal memelihara dan

mendidik anak dengan penuh rasa tanggung jawab,

4.) Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada isteri sesuai dengan

ajaran agama, dan tidak mempersulit apalagi membuat isteri menderita

lahir batin yang dapat mendorong isteri berbuat salah,

5.) Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian dengan bijaksana dan

tidak berbuat sewenang-wenang.

Menurut hukum Islam, di dalam hubungan suami isteri maka suamilah

yang menjadi kepala keluarga. Pengurus rumah tangga dan mengurus anak adalah

kewajiban dari seorang isteri. Hal ini disebabkan pada umumnya keadaan jiwa

laki-laki lebih stabil dari pada wanita, demikian juga dalam hal fisik laki-laki itu

lebih kuat dari wanita. Menurut Wahbah Zuhaili hak kepemimpinan keluarga

yang diberikan kepada suami itu karena suami memiliki kecerdasan, fisik kuat,

serta memiliki kewajiban memberi mahar dan nafkah terhadap isterinya. Sehingga

dalam implementasi kehidupan rumah tangga suami sebagai kepala rumah tangga

dan isteri sebagai ibu rumah tangga. Hal yang sama pun dikemukakan oleh

Hamka yang mana menurutnya laki-laki wajib memimpin perempuan, dan kalau

Page 45: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

35

tidak dipimpin maka berdosa. Argumen Hamka tersebut karena menurutnya laki-

laki itu dilebihkan Tuhan dari pada perempuan.26

f. Kewajiban bersama antara suami istri, diantaranya:

1.) Saling menghormati orang tua dan keluarga dari kedua belah pihak,

2.) Memupuk rasa cinta dan kasih sayang,

3.) Saling menghormati, sopan santun dan penuh pengertian serta bergaul

dengan baik,

4.) Matang dalam berbuat dan berpikir serta tidak bersikap emosional dalam

persoalan yang dihadapi,

5.) Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi,

6.) Sabar dan rela atas kekurangan dan kelemahan masing-masing.

Itulah tadi beberapa hak dan kewajiban suami isteri serta hak bersama

suami isteri menurut hukum Islam. Secara perdata, di dalam Undang-Undang

No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pun telah diatur mengenai hak dan

kewajiban suami isteri. Pada pasal 30-34 mengatur secara khusus mengenai hak

dan kewajiban suami dan isteri. Selain undang-undang perkawinan, diatur pula di

dalam Kompilasi Hukum Islam mengenai hal tersebut, yaitu terdapat di dalam

pasal 77-83. Yang mana secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

1. Kewajiban suami, diantaranya :

a. Terdapat dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 34 ayat (1) yang

berbunyi “ suami wajib melindungi isterinya dan memberi segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.”

b. Terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 80, yaitu:

(1.) Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya,

akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-

penting diputuskan oleh suami isteri bersama,

26 Paparan dari Wahbah Zuhaili, Kedudukan Perempuan Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 1983),h. 69

Page 46: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

36

(2.) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya,

(3.) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan

memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan

bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa,

(4.) Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung:

a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri,

b. Biaya ruma tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan

bagi isteri dan anak,

c. Biaya pendidikan bagi anak.

(5.) Kewajiban suami terhadap isterinya tersebut pada ayat (4) huruf a

dan b diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari

isterinya.

(6.) Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

(7.) Kewajiban suami sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5) gugur

apabila isteri nusyuz.

Kemudian di dalam pasal 82 nya diatur mengenai kewajiban suami yang beristeri

lebih dari seorang.

2. Kewajiban isteri, diantaranya:

a. Terdapat dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 34 ayat (2) yang

berbunyi “Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-

baiknya.”

b. Terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 83 dan 84,yaitu:

Pasal 83

(1.) Kewajiban utama seorang isteri ialah berbakti lahir dan batin kepada

suami didalam batas-batas yang ditentukan oleh hukum Islam,

(2.) Isteri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-

hari dengan sebaik-baiknya.

Page 47: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

37

Pasal 84

(1.) Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-

kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan

alasan yang sah,

(2.) Selama isteri nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya tersebut pada

pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk

kepentingan anaknya,

(3.) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) diatas berlaku kembali sesudah

isteri tidak nusyuz,

(4.) Ketentuan ada atau tidaknya nusyuz dari isteri harus didasarkan pada

bukti yang sah.

3. Kewajiban dan hak bersama suami isteri

a. Terdapat dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 30-33, yaitu :

Pasal 30

“Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah

tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.”

Pasal 31

(1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami dalam kehidupan berumah tangga dan pergaulan hidup bersama

dalam masyarakat.

(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga.

Ketentuan dalam pasal 31 ayat (3) ini tidak bersifat mutlak. Bisa dilakukan

pendekatan non hukum yang mana di dalam Al-Qur’am diistilahkan dengan al-

mu’asyarah bi al-ma’ruf. Sebuah pendekatan yang senantiasa mengutamakan

sikap demokratis, manusiawi, demi kemaslahatan bersama.27 Jadi, ketika keadaan

memang memaksa isteri untuk ikut mencari nafkah, dengan alasan yang

mendukung. Agama tidak melarang secara jelas bahwa isteri tidak boleh ikut

mencari nafkah, dengan syarat sudah berkomitmen dengan suami, sudah

27Sri Mulyati, Editor, Relasi Suami Isteri dalam Islam,(Jakarta:Pusat Studi Wanita (PSW)

UIN Syarif Hidayatullah,2004), h.67

Page 48: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

38

bermusyawarah dan segala sesuatunya sudah mendapat izin suami dan yang

paling penting tidak melanggar syariat agama. Sayyid Sabiq yang mengutip

pendapat Ibnu Abidin, salah satu ulama Imam Hanafi berpendapat bahwa apabila

isteri bekerja untuk mencari nafkah keluarga selama tidak merugikan hak suami

maka hal itu diperbolehkan.28

Sesuai dengan prinsip perkawinan yang terkandung di dalam Undang-

Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 diatas pada pasal 31,29 sangat jelas

disebutkan bahwasannya memang kedudukan suami dan isteri adalah sama dan

seimbang, baik dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam kehidupan

bermasyarakat. Sedangkan menurut Yahya Harahap khusus menyangkut

mengenai pasal 31 ayat (1) merupakan hal yang sangat wajar mendudukkan

suasana harmonis dalam kehidupan berumah tangga. Dan ini merupakan

perjuangan emansipasi yang sudah lama berlangsung.

Pasal 32

(1) Suami isteri mempunyai tempat kediaman yang tetap.

(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini

ditentukan oleh suami isteri bersama.

Pasal 33

“Suami isteri wajib saling mencintai, saling menghormati, saling setia dan

memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lainnya.”

Seorang suami dan isteri yang saling mencintai dan saling menghormati

tidak mungkin akan mencemarkan nama baik mereka masing-masing. Pasangan

suami isteri sudah seharusnya menjadi “pakaian” satu sama lain, saling

melindungi dan menjaga nama baik dari pasangannya. Sedangkan membuka

rahasia orang lain sama hukumnya dengan fitnah, fitnah itu suatu tindakan yang

lebih keji dari pembunuhan. Apabila pasangan suami isteri itu membuka rahasia

28 Sayyid Sabiq., Fiqh Sunnah, Jilid 2, Alih bahasa:Moh.Thalib, (Bandung: PT.Al-

Ma’arif), h.131 29Pasal 31 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 : “(1) Hak dan kedudukan isteri adalah

seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup

bersama dalam masyarakat. (2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

(3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.”

Page 49: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

39

pasangannya kepada pihak ketiga, maka tidak ada lagi unsur saling menghornati

dan saling memberi bantuan satu sama lain.

b. Terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 77-79

Pasal 77

(1.) Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi sendi dasar

dari susunan masyarakat.

(2.) Suami isteri wajib saling mencintai, saling menghormati, saling setia dan

memberi bantuan lahir batin yang satu kepada lainnya.

(3.) Suami isteri memikul kewajiban untk mengasuh dan memelihara anak-

anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani, maupun

kecerdasannya dan pendidikan agamanya.

(4.) Suami isteri wajib memelihara kehormatannya.

(5.) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat

mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78.

(1.) Suami isteri harus mempunyai tempat tinggal yang tetap,

(2.) Rumah kediaman yang dimaksud pada ayat (1), ditentukan oleh suami

isteri bersama.

Pasal 79.

(1.) Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga.

(2.) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan

suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama

dalam masyarakat.

(3.) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

Sayuti Thalib berpendapat bahwa setidaknya ada lima hal penting dalam

kehidupan berkeluarga, yang pertama pergaulan hidup suami isteri yang baik dan

tenteram dengan rasa saling mencintai, menghormati dan santun menyantuni.

Artinya setiap pasangan suami isteri wajib mewujudkaan pergaulan yang makruf

Page 50: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

40

baik kedalam kehidupan rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Kedua,

suami memiliki kewajiban yang mana kedudukannya sebagai kepala keluarga

begitupun seorang isteri yang memiliki kewajiban yaitu menyangkut dengan

kedudukannya sebagai ibu rumah tangga. Ketiga, tempat kediaman itu harus

disediakan oleh suami dan pasangan suami isteri itu harus tinggal bersama di

dalam tempat kediaman yang telah ditentukan. Keempat, belanja kehidupan

merupakan kewajiban suami yang harus dipenuhi, dan sang isteri harus membantu

suami mencukupi kebutuhan keluarga. Kelima, isteri bertanggung jawab

mengurus rumah tangga dan membelanjakan biaya rumah tangga yang telah

diusakan oleh suaminya dengan cara yang benar, wajar dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Menurut Martiman hak dan kewajiban suami isteri adalah :

1. Saling mencintai satu sama lain

2. Saling menghormati satu sama lain.

3. Saling setia satu sama lain

4. Saling memberi dan menerima bantuan baik lahir maupun batin terhadap

satu sama lain

5. Sebagai suami berkewajiban memberikan nafkah, memberikan

perlindungan, dan memenuhi segala keperluan rumah tangga, lahir batin,

sesuai dengan kemampuan.

6. Sedangkan sebagai isteri berkewajiban mengatur rumah tangga dengan

sebaik-baiknya.30

30Martiman Projohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia , (Jakarta: Indinesia Legal

Center Publishing, 2002),h.34.

Page 51: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

42

BAB III

GAMBARAN UMUM KECAMATAN SOOKO

A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang

Sooko adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Selain nama kecamatan, di dalam kecamatan sooko juga terdapat desa yang

bernama Desa Sooko. Kabupaten Mojokerto sendiri adalah salah satu kabupaten

yang berada di Provinsi Jawa Timur, merupakan wilayah tertua ke-10 di Provinsi

Jawa Timur. Kabupaten Mojokerto terdiri dari beberapa kecamatan, salah satunya

adalah kecamatan sooko. Mojokerto sendiri mempunyai akar sejarah yang

berkaitan erat dengan kebesaran kerajaan majapahit. Pada zaman dahulu,

Mojokerto merupakan pusat dari pemerintahan kerajaan majapahit. Lokasi dari

kerajaan majapahit sendiri diperkirakan sekitar 10 km dari letak Mojokerto

sekarang. Perkiraan ini diambil karena banyaknya peninggalan-peninggalan

kerajaan majapahit seperti candi, umpak-umpak, gapura, saluran air dan

sebagainya.

Masa kejayaan Majapahit merupakan periode yang sangat mengesankan

dalam sejarah Indonesia. Karena pada masa ini, Majapahit menjadi kerajaan

yang paling besar dan mempunyai pengaruh yang begitu luar biasa. Tak hanya di

nusantara, di luar negeri pun nama kerajaan majapahit ini dikenal. Mojokerto

yang memiliki banyak peninggalan bersejarah dari kerajaan majapahit ini sering

dikait-kaitkan dengan kerajaan tersebut. Sehingga penetapan hari jadi Mojokerto

pun sering dikait-kaitkan dengan Majapahit. Konon, hari jadi Mojokerto yaitu

pada tanggal 9 Mei tahun 1923, dari sinilah kemudian tanggal tersebut dijadikan

hari jadi Mojokerto dan diperingati setiap tahun sampai saat ini. Di Mojokerto

terdapat kecamatan Trowulan, yang mana kecamatan ini pernah menjadi pusat

kerajaan Majapahit. Terbukti dengan banyaknya sisa peninggalan sejarah kerjaan

tersebut disana yang ditemukan, yaitu terdapat puluhan candi peninggalan

kerajaan majapahit, makam raja-raja Majapahit, serta pendopo Agung yang

diperkirakan tepat di pusat istana Majapahit.

Page 52: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

43

Tidak hanya di masa kerajaan majapahit, di era sekarang ini pun masih

ditemukan beberapa benda yang diduga peninggalan kerajaan majapahit. Edhi

Widodo selaku Kasi Perlindungan Pengembangan dan Pemanfaatan Balai

Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur di Trowulan mengatakan

bahwasannya pada tanggal 31 Maret 2018 sebuah prasasti ditemukan warga di

sungai tempuran, Dusun Tempuran, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko,

Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Batu itu ditemukan di bawah tanggul

sungai Dusun Tempuran. Batu berukir itu diperkirakan sebagai peninggalan awal

kerajaan majapahit. Batu berbentuk segi enam yang memiliki diameter sekitar 80

cm hanya terlihat jelas sebagian, sementara bagian yang lain masih tertanam di

tanggul sungai. 1 Selain itu jugaa , di Desa Tegalsari, Kecamatan Puri Kabupaten

Mojokerto pernah ditemukan oleh salah satu warga sejumlah benda yang

dianggap sebagai peninggalan kerajaan majapahit.

Wahyudin, warga yang mengaku menemukan barang yang diduga sebagai

peninggalan kerajaan majapahit. Saat itu dia sedang menggali lubang yang

digunakan sebagai resapan air untuk di depan rumahnya. Tetapi sampai pada

kedalaman tiga meter ketika dia menggali, dia menemukan benda-benda yang

diduga sebagai peninggalan kerajaan majapahit. Wahyudin mengatakan, bentuk

benda itu melingkar dengan diameter sekitar 75 cm dengan ketinggian sekitar 50

cm, serta memiliki ketebalan sekitar 3 cm.2 Itulah beberapa penemuan benda

benda yang dianggap sebagai benda peninggalan dari kerajaan majapahit. Dimana

kita tau bahwa kerajaan majapahit ada beberapa ratus tahun lalu. Ini membuktikan

bahwasannya memang Mojokerto terkenal dengan bumi mapahit, terutama

Kecamatan Trowulan yang terkenal dengan sebutan “Pusat Kerajaan Majapahit”.

B. Kebudayan dan Adat Istiadat

Berbicara mengenai adat-istiadat pada masyarakat Mojokerto termasuk

kecamatan sooko, memang tidak terlepas pada adat-istiadat yang ada. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya memang, Mojokerto ini

1Batu Prasasti Peninggalan Majapahit Ditemukan Warga Mojokerto, detik

news.com/konten/2018/03/28/m.detik.com-berita-jawa-timur 2Warga Puri Temukan Benda Kuno Diduga Peninggalan Majapahit,

Beritajatim.com/konten/2018/06/05 m.beritajatim.com-pendidikan_kesehatan

Page 53: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

44

merupakan pusat peninggalan kerajaan Majapahit, sehingga tata cara pernikahan

masyarakat Mojokerto ini, tidak terlepas dari pengaruh peninggalan kerajaan

Majapahit yang memang telah mengalami proses modernisasi.3 Berikut ini

beberapa adat perkawinan yang memang masih banyak dilakukan oleh masyarakat

Mojokerto termasuk Masyarakat Kecamatan Sooko, diantaranya:

1. Nontoni, Nakokno dan Mbalesi

Melakukan penjajakan dan bersilaturahmi antara dua pihak keluarga

calon pengantin merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam suatu

proses menuju pernikahan. Calon mempelai pria akan bersilaturahmi ke

rumah calon mempelai wanita untuk melihat (nontoni) dan menanyakan

(nakokno) apakah putri dari keluarga wanita bersedia untuk diminta sebagai

menantu. Dan sebagai balasan (mbalesi), keluarga calon mempelai wanita

akan bersilaturahmi ke keluarga calon mempelai pria untuk menyatakan

kesediaannya menjadi besan, setelah mendapat persetujuan putrinya.

2. Lamaran, Peningsetan dan Srahsahan

Lamaran dan peningsetan bisa dilangsungkan secara terpisah maupun

bersamaan. Calon mempelai pria beserta keluarganya datang ke rumah calon

mempelai wanita dengan membawa peningset atau pengikat berupa: pakaian,

perhiasan serta bahan makanan. Peningsetan ini merupakan tanda bahwa telah

terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak untuk menjalin ikatan keluarga.

Selanjutnya kedua pihak berunding bersama untuk mencari hari yang

dianggap baik untuk melangsungkan pernikahan. Tahapan ini mungkin terjadi

di setiap daerah, dan bisa jadi penamaannya atau sebutannya yang berbeda-

beda dan tata caranya yang berbeda yang menjadi sebuah ciri khas dari

masing-masing daerah.

3Modernisasi atau pengayaan adalah sebuah bentuk tranformasi dari keadaan yang kurang

maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan

masyarakat yang lebih maju, berkembang dan makmur.

Page 54: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

45

3. Pasung Tarub atau Tratak

Sehari sebelum dilakukan akad nikah, di rumah calon mempelai wanita

didirikan tarub atau tratak berupa anyaman daun kelapa atau nipah untuk

persiapan menerima tamu. Pada bagian kanan dan kiri pintu masuk dipasang

tuwuhan (tumbuh-tumbuhan) antara lain pohon pisang raja, kelapa hijau,

tebu, padi dan jagung, daun-daun alang-alang dan seterusnya, di mana

kesemuanya memiliki makna sebagai perlambang menuju kebaikan. Di depan

pintu juga diberi janur kuning sebagai tanda akan melangsungkan hajad

mantu. Beberapa desa di Mojokerto juga ada yang memang memasang Tarub

atau Tratak ini beberapa hari sebelum akad nikah akan dilaksanakan, bisa

3,4,5 atau bahkan satu minggu sebelum akad dan hajat pernikahan akan

dilaksanakan. Konon, ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada

para sesepuh kerajaan majapahit, agar segalanya dapat dilancarkan.

4. Siraman

Siraman ini berlangsung di rumah masing-masing calon mempelai pria

dan wanita. Upacara Siraman menggunakan air dicampur bunga tujuh rupa ini

memiliki makna menyucikan diri secara jasmani dan rohani, agar bersih

dalam menuju hidup baru. Sesuai tradisi Jawa Kuno, prosesi siraman

dilengkapi dengan sesajen yang bermakna permohonan keselamatan. Sesajen

ini dimaksudkan sama dengan Tarub atau Tratak yang mana sebagai bentuk

penghormatan dan harapan agar segala acara yang berlangsung mendapat

kelancaran.

5. Walimahan atau Manggulan

Page 55: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

46

Setelah siraman dilanjutkan dengan walimahan dan mengundang sanak

keluarga untuk melekan4, yang bermakna mempersiapkan segala sesuatu agar

tidak ada yang terlupa untuk perhelatan besar keesokan harinya. Di beberapan

daerah seperti Bojonegoro, malam ini dinamakan malam midodareni di mana

calon pengantin wanita diharuskan mengenakan kebaya hijau pupus tanpa

perhiasan sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran. Di Malang malam ini

disebut Manggulan, sedangkan calon pengantin wanita mengenakan kain

panjang gringsing kebaya berenda malangan.

6. Upacara Pernikahan Agama

Tahapan yang terakhir ini adalah upacara pernikahan agama. Upacara

pernikahan agama dilakukan menurut aturan agama yang dianut kedua calon

mempelai. Calon pengantin pria beserta keluarga datang ke rumah calon

pengantin wanita atau ke tempat lain yang dianggap sah untuk melaksanakan

upacara pernikahan. Biasanya ini juga dilakukan di beberapa daerah dengan

nama atau sebutan yang berbeda. Ada yang bilang dengan resepsi pernikahan,

pesta pernikahan atau ada juga yang menyebutnya dengan Walimatul ‘Ursy.5

Itu tadi adalah beberapa adat pernikahan yang biasanya dilakukan di

Mojokerto, beberapa masyarakat mojokerto memang masih memegang teguh adat

tersebut. Selain adat perkawinan, di Mojokerto juga terdapat adat lainnya dalam

suatu perayaan. Salah satunya adalah perayaan peringatan Kelahiran Nabi

Muhammad SAW (Maulid Nabi). Setiap perayaan maulid nabi tiap tahun

masyarakat mojokerto mengadakan tradisi ‘Keresan’.6 Seperti yang dilakukan

oleh masyarakat Dusun Mengelo Desa Sooko Kecamatan Mojokerto, mereka

4Melekan/melek bengi itu biasa disebut begadang. Kebiasaan ini tidak hanya sekedar tidak

tidur atau melek sampai pagi saja, dengan tujuan menemani keluarga yang mempunyai hajat, ikut

menjaga harta benda milik tuan rumah, untuk menjaga sawan/hal-hal ghaib yang kurang baik yang

kemungkinan datang kepada calon pengantin dan keluarga, dan lainnya. 5Walimatul ‘Ursy atau yang lazim dikenal sebagai pesta pernikahan, adalah jamuan makan

yang diselenggarakan berkenaan dengan pernikahan. biasanya walimatul ‘ursy dilaksanakan

setelah akad nikah. 6Tradisi berebut aneka hasil bumi Dan pakaian yang mana perebutannya dilakukan di

pohon keres.

Page 56: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

47

mengadakan tradisi ‘Keresan’. Tradisi ini dimaksudkan sebagai rasa syukur atas

kelahiran nabi umat Islam.

Di bawah langit mendung, ribuan warga dari berbagai desa di Kecamatan

Sooko tumpah ruah di halaman Masjid Darussalam, Dusun Mengelo. Dua pohon

Keres atau pohon talok berdiri tegak di halaman masjid. Pohon tidak berakar ini

nampak berbuah lebat. Namun bukan buah keres berbentuk bulat kecil berasa

manis yang terlihat. Tetapi berbagai buah dan hasil bumi yang diikat di setiap

ranting pohon seribu cabang ini. Tak hanya itu, bermacam-macam pakaian pria

dan wanita, topi, kaos kaki, sepatu, serta pakaian anak-anak juga diikat di ranting

pohon talok ini. Salah satu tokoh masyarakat desa sooko menjelaskan

bahwasannya memang masyarakat setempat menyebut tradisi ini sebagai tradisi

keresan karena menggunakan pohon keres untuk memasang aneka barang yang

diperebutkan oleh warga. 7

Bapak Sholeh juga menuturkan, tradisi Keresan ini digelar setiap tahun

untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad. Pohon keres berbuah lebat

oleh aneka hasil bumi sebagai simbol kelahiran Muhammad membawa berkah

bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain itu, tradisi keresan ini juga sebagai rasa

syukur warga atas lahirnya Nabi Muhammad yang memberikan petunjuk ke jalan

yang benar yakni berupa ajaran Agama Islam.

Ribuan pasang mata tertuju pada kedua pohon keres itu. Usai di doakan,

kedua pohon yang sarat berbagai hadiah itu pun menjadi bulan-bulanan warga.

Tak hanya kaum pria, ibu-ibu sampai anak-anak pun terlihat saling tumpah ruah

demi mendapatkan hadiah maulid nabi itu. Andre, salah seorang warga

menuturkan, dirinya datang bersama 3 orang saudaranya untuk mendapatkan

barang-barang tersebut. Pemuda asal Desa Jampirogo ini bahkan membawa

karung plastik agar mampu membawa pulang sebanyak mungkin barang di pohon

keres. Dia mengatakan bahwa ingin membawa pulang barang-barang tersebut

untuk dibawa pulang untuk keluarganya dan dimakan agar mendapat berkah

Maulid Nabi. Tidak membutuhkan waktu yang lama, ribuan hasil bumi, pakaian,

7Menengok Tradisi Keresan di Mojokerto, detiknews/konten/2015/01/03/m.detik.com-

berita-jawa-timur

Page 57: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

48

sepatu, kaos kaki dan barang lainnya yang diikat di pohon keres ludes

diperebutkan warga. Meski demikian, tradisi Keresan ini berlangsung damai.

Warga berangsur meninggalkan lokasi setelah puas berebut buah keres.

Yang demikian tadi adalah hanya beberapa adat yang dilakukan masyarakat

Mojokerto pada beberapa peringatan. Tentunya masih banyak lagi adat di

masyarakat Mojokerto yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Meskipun saat ini

sudah jaman tekhnologi maju, tetapi sebagian masyarakat masih memegang teguh

sejumlah kebiasaan yang sudah dilakukan sejak para tetua/simbah-simbah buyut

atau turun temurun dari para nenek moyang.

C. Letak Geografis Kecamatan Sooko

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Kecamatan Sooko ini adalah

salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur. Kecamatan

Sooko merupakan salah satu dari 18 Kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Jarak

kecamatan sooko dengan pusat pemerintahan Kabupaten Mojokerto adalah sekitar

8 KM.. Wilayah kecamatan sooko ini terletak pada ketinggian antara 25 meter

sampai dengan 88 meter diatas permukaan laut. Luas Kecamatan Sooko adalah

23.460 Km2, yang terdiri dari 15 desa, 42 Dusun, 119 RW, dan 406 RT dengan

rincian sebagai berikut:8

Desa Gemekan terdapat 3 Dusun, 7 RW dan 23 RT. Kemudian di Desa

Blimbingsari terdapat 3 Dusun, 8 RW, dan 33 RT. Desa Brangkal terdiri dari 1

Dusun, 4 RW dan 18 RT. Selanjutnya di Desa Kedungmaling terdapat 3 Dusun, 9

RW dan 25 RT. Desa Klinterejo terdapat 3 Dusun, 10 RW, dan 21 RT. Memasuki

Desa Modongan ada 5 Dusun, 17 RW dan 27 RT. Berpindah ke Desa Sambiroto

disana ada 1 Dusun, 2 RW dan 12 RT. Di desa Japan ada 4 Dusun, 14 RW serta

61 RT. Kemudian di Desa Jampirogo ada 2 Dusun, 3 RW dan 12 RT. Di Desa

Wringinrejo terdapat 3 Dusun, 6 RW dan 19 RT. Setelah itu di Desa

Karangkedawang terdapat 3 Dusun, 5 RW dan 28 RT. Memasuki Desa Mojoranu

terdiri dari 3 Dusun, 6 RW dan 14 RT. Di Desa Tempuran terdapat 2 Dusun, 4

RW dan 16 RT, setelah itu di Desa Ngingasrembyong terdapat 4 Dusun, 8 RT dan

8 Arsip Kecamatan Sooko

Page 58: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

49

27 RT. Dan yang paling banyak jumlah RT dan RW nya ada di Desa Sooko yaitu

terdiri dari 2 Dusun, 16 RW dan 70 RT.

Berdasarkan data monografi kecamatan sooko pada tahun 2017, kecamatan sooko

berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Gedeg & Kota Mojokerto

Sebelah Selatan : Kecamatan Trowulan & Kecamatan Puri

Sebelah Barat : Kecamatan Trowulan & Kabupaten Jombang

Sebelah Timur : Kecamatan Puri

D. Sistem Kemasyarakatan

Jumlah penduduk Kecamatan Sooko berdasarkan hasil sensus penduduk

2010 adalah sekitar 68.759 jiwa, 17.043 KK dengan jumlah penduduk laki-laki

34.496 dan jumlah penduduk perempuan 68.759 jiwa.9 Dengan rincian jumlah

kepala keluarga dan penduduk wanita dan laki-laki berdasarka desa sebagai

berikut :

Desa Gemekan terdapat 1.027 rumah tangga, jumlah penduduk laki-laki

2.156 dan 2.139 jumlah penduduk perempuan. Kemudian di desa Blimbingsari

terdapat 867 rumah tangga, dengan jumlah 1.729 penduduk laki-laki dan 1.757

penduduk perempuan. Di desa Brangkal ada 989 rumah tangga, dengan jumlah

2.032 penduduk laki-laki dan 2.027 penduduk perempuan. Sedangkan di desa

Kedungmaling ada 1.667 rumah tangga, dengan jumlah 3.598 penduduk laki-laki

dan 3.510 penduduk perempuan. Memasuki desa Klinterejo ada 666 rumah tangga

dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.311 dan 1.288 penduduk

perempuan.

9 Arsip Kecamatan Sooko

Page 59: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

50

Berpindah ke Desa Modongan terdapat 1.389 rumah tangga dengan jumlah

2.715 orang penduduk laki-laki dan 2.603 orang penduduk perempuan. Di desa

Sambiroto ada 806 rumah tangga dengan jumlah penduduk laki-laki 1.713 orang

dan penduduk perempuan 1.692 orang, desa Jampirogo ada 716 rumah tangga

dengan jumlah 1.486 orang penduduk laki-laki dan 1.462 orang penduduk

perempuan. Sedangkan di desa Japan ada 2.262 rumah tangga dengan jumlah

4.573 orang penduduk laki-laki dan 4.624 orang penduduk perempuan. Kemudian

di desa Sooko terdapat 2.925 rumah tangga dengan jumlah 5.874 orang penduduk

laki-laki dan 6.053 orang penduduk perempuan. Di desa Wringinrejo ada 604

rumah tangga dengan jumlah penduduk laki-laki 1.320 orang dan 1.295 orang

penduduk perempuan. Berpindah ke desa karangkedawang ada 833 rumah tangga

dengan 1.681 orang penduduk laki-laki dan 1.562 orang penduduk perempuan. Di

desa Mojoranu ada 731 rumah tangga dengan jumlah 1.504 orang penduduk laki-

laki dan 1.375 orang penduduk perempuan. Terakhir di desa Tempuran ada 576

rumah tangga dengan jumlah penduduk laki-laki 576 orang dan penduduk

perempuan 1.132 orang.

Untuk kepercayaan penduduk kecamatan sooko, penduduk yang beragama

Islam berjumlah 71.206 jiwa, sedangkan untuk kristen protestan 460 jiwa, untuk

kristen katolik ada 221 jiwa. Kemudian untuk penduduk beragama hindu ada 29

jiwa, dan untuk penduduk yang beragama budha ada 18 jiwa. Dengan rincian

sebagai berikut : untuk desa gemekan jumlah penduduk yang beragama Islam ada

4.512 jiwa, Desa Blimbingsari 3.599 jiwa, Desa Brangkal 3.988 jiwa, Desa

Kedungmaling 7.325 jiwa, Desa Klinterejo 2.717 jiwa, Desa Modongan 5.358,

Desa Sambiroto 3.748 jiwa, Desa Jampirogo3.226 jiwa, Desa Japan 8.555 jiwa,

Desa Sooko 13.025 jiwa, Desa Wringinrejo 2.793 jiwa, Desa karangkedawang

3.320 jiwa, Desa Mojoranu 2.878 jiwa, Desa Tempuran 2.573 jiwa, dan untuk

Desa Ngingasrembyong 3.589 jiwa.

Sedangkan untuk penduduk kecamatan sooko yang beragama Kristen

Protestan dengan rincian sebagai berikut : untuk Desa Gemekan 2 jiwa, Desa

Blimbingsari 3 jiwa, Desa Brangkal 54 jiwa, Desa Kedungmaling 69 jiwa, Desa

Modongan 5 jiwa, Desa Sambiroto 10 jiwa, Desa Jampirogo 13 jiwa, Desa Japan

Page 60: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

51

120 jiwa, Desa Sooko 120 jiwa, Desa Tempuran 28 jiwa, Desa Ngingasrembyong

36 jiwa, sedangkan untuk Desa Klinterejo, Desa Wringinrejo, Desa

Karangkedawang dan Desa Mojoranu tidak ada penduduk yang beragama Kristen

Protestan.

Kemudian untuk penduduk kecamatan sooko yang beragama Hindu dengan

rincian sebagai berikut : Desa Brangkal 15 jiwa, Desa Jampirogo 2 jiwa, Desa

Sooko 12 jiwa, selain itu tidak terdapat penduduk yang beragama hindu. Dan

untuk penduduk yang beragama Budha dengan rincian: Desa Gemekan 4 jiwa,

Desa Brangkal 9 jiwa dan untuk Desa sooko 5 jiwa, selain desa tersebut tidak

ada.10

Berbicara mengenai luas kecamatan sooko. Kecamatan sooko memiliki luas

sekitar 23.460 Km2, dengan rincian penggunaan lahan pada tahun 2015 sebagai

berikut :

Di desa Gemekan luas desanya sebesar 1,10 Km2 dengan luas lahan sawah

sebesar 33 Ha dan luas lahan non sawah sebeaar 8 Ha. Kemudian di desa

Blimbingsari luas desanya sebesar 2,12 Km2 dengan luas lahan sawahnya sebesar

146 Ha dan luas lahan non sawahnya sebesar 1 Ha. Di desa Brangkal luas desanya

sebesar 1,22 Km2 dengan luas lahan sawahnya sebesae 77 Km2 dan luas lahan

non sawahnya tidak ada. Berpindah ke desa Kedungmaling luas desanya sebesar

1,46 Km2 dengan luas lahan sawahnya sebesar 68 Ha sedangkan luas lahan non

sawahnya tidak ada. Di desa Klinterejo luas desanya sebesar 1,39 Km2 dengan

luas lahan sawahnya sebesar 78 Ha dan luas lahan non sawahnya tidak ada.

Kemudian di desa Modongan luas desanya sebesar 2,67 Km2 dengan luas lahan

sawahnya sebesar 141 Ha dan luas lahan non sawahnya sebesar 1 Ha.

Desa Sambiroto memiliki luas desa sebesar 1,46 Km2 dengan luas lahan

sawahnya sebesar 99 Ha dan luas lahan non sawahnya tidak ada. Berpindah ke

desa Jampirogo luas desanya sebesar 1,14 Km2 dengan luas lahan sawahnya

sebesar 47 Ha dan luas lahan non sawahnya 16 Ha. Di desa Japan luas desanya

sebesar 1,40 Km2 dengan luas lahan sawahnya sebesar 23 Ha dan luas lahan non

sawahnya tidak ada. Setelah itu di desa Sooko luas desanya sebesar 1,47 Km2

10 Arsip Kecamatan Sooko

Page 61: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

52

dengan luas lahan sawahnya sebesar 22 Ha dan luas lahan non sawahnya 2 Ha. Di

desa Wringinrejo luas desanya sebesar 1,50 Km2 dengan luas lahan sawahnya

sebesar 105 Ha dan luas lahan non sawahnya tidak ada. Desa Karangkedawang

luas desanya sebesar 1,26 Km2 dengan luas lahan sawahnya sebesar 89 Ha dan

luas lahan non sawahnya sebesar 1 Ha. Desa Mojoranu luas desanya sebesar 1,76

Km2 dengan luas lahan sawahnya sebesar 155 Ha sedangkan luas lahan non

sawahnya tidak ada. Di desa Tempuran luas desanya sebesar 1,68 Km2 dengan

luas lahan sawahnya sebesar 102 Ha dan luas lahan non sawahnya sebesar 37 Ha.

Yang terakhir desa Ngingasrembyong luas desanya sebesar 1,83 Km2 dengan luas

lahan sawahnya sebesar 67 Ha dan luas lahan non sawahnya sebesar 27 Ha.

Berbicara mengenai industri dan perdagangan di kecamatan sooko, ada

beberapa perusahaan industri besar maupun sedang menurut sub sektor industri

yang terdapat di kecamatan sooko pada tahun 2016, diantaranya adalah : sub

sektor industri makanan, minuman dan tembakau. Di kecamatan sooko sub sektor

industri ini terdapat 2 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sekitar 44 orang.

Selain itu sub sektor industri lainnya yang ada di kecamatan sooko adalah tekstil,

pakaian jadi, kulit dan alas kaki. Di kecamatan sooko sub sektor industri terdapat

12 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sekitar 357 orang.11 Memang

kecamatan sooko ini terkenal sebagai sentra industri sepatu dan sendal dan

industri sepatu dan sendal ini bisa dikatakan sebagai industri utama di kota

Mojokerto. Tercatat lebih dari 100 unit industri sepatu dan sendal yang ada di

Kota Mojokerto baik formal maupun informal, baik yang berskala kecil, sedang

maupun besar, produksinya sudah dipasarkan ke berbagai daerah di nusantara

bahkan tidak sedikit yang telah diekspor ke berbagai negara terutama ke negara-

negara Eropa, Amerika dan Timur Tengah. Terhadap keberadaan industri sandal

sepatu ini pemerintah Kota Mojokerto mendukung penuh melalui berbagai upaya

diantaranya penguatan modal, peningkatan keterampilan tekhnis, penguatan

kelembagaan serta merek dan hak cipta. Sebagai pendukung Industri Kecil dan

Menengah (IKM) di Mojokerto yang paling menonjol yaitu IKM sepatu (anggota

cluster alas kaki), dibangunlah Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan (PPST) yang

11 Arsip Kecamatan Sooko

Page 62: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

53

merupakan pasar sepatu pertama terbesar di Indonesia, yang melayani pembelian

partai maupun eceran, serta spesifikasi produk alas kaki terlengkap termasuk

sepatu dan sandal casual, sepatu olahraga, sepatu safety for industry, dan

sebagainya.

Page 63: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

54

BAB IV

SISTEM PEMBERIAN NAFKAH

A. Kedudukan Nafkah Dalam Hukum Islam dan Hukum Positif

Tujuan perkawinan adalah untuk membina keluarga yang bahagia, kekal

abadi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan perkawinan tersebut sudah

jelas sangat tergantung pada peran dan tanggung jawab masing-masing pihak

antara suami dan isteri. Suami memiliki kewajiban dan dapat menuntut haknya.

Begitu juga sebaliknya, isteri mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan dan

mempunyai hak yang harus dipenuhi. Salah satu kewajiban suami yang harus

dijalankan dan hak isteri yang harus dipenuhi adalah masalah nafkah. Ketika telah

terjadi akad nikah, maka suami wajib memberi nafkah untuk isterinya dan anak-

anaknya. Hak yang dimiliki oleh isteri ini harus dilakukan oleh suami, karena

suami bertanggung jawab penuh dalam terselenggaranya rumah tangga yang

bahagia dan sejahtera. Nafkah menjadi suatu hal yang sangat penting dalam

sebuah pernikahan, karena nafkah berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan

berumah tangga. Dengan adanya nafkah yang cukup, maka kebutuhan hidup isteri

maupun anak-anak dapat dipenuhi terlebih untuk keperluan sandang, pangan dan

papan.

Nafkah menjadi suatu hal yang bersifat elastis dan fleksibel tergantung

kondisi yang melingkupinya berupa kenyataan sosial dan perkembangan

kebutuhan hidup manusia serta kondisi riil dari kehidupan pasangan suami isteri

dalam perkawinan. dalam rumah tangga, suami berkedudukan sebagai kepala

rumah tangga. Kepala rumah tanggalah yang mempunya kewajiban untuk

memenuhi nafkah keluarga. Segala hal yang berkaitan dengan nafkah juga telah

diatur didalam Hukum Islam dan hukum positif, ini menunjukkan memang nafkah

ini masalah penting yang harus diatur agar kehidupan rumah tangga dalam

berjalan sebagaimana mestinya.

1. Nafkah Menurut Hukum Islam

Page 64: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

55

a. Hukum Memberikan Nafkah

Selain bersifat ilahiah, perkawinan merupakan lembaga sosial yang

menghasilkan konsekuensi hukum, terkait dengan hak dan kewajiban suami

isteri.1 Dalam kaitan ini di dalam QS. Al-Baqarah ayat 233 mengajarkan bahwa

ayah berkewajiban memberi nafkah kepada ibu anak anak dengan cara yang

ma’ruf. Maksud ma’ruf disini adalah sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di

daerah atau negara tersebut, atau bisa juga diartikan sesuai dengan kebutuhan.

Suami memberikan belanja secukupnya kepada isteri dalam arti sesuai dengan

besarnya kebutuhan hidup yang wajar dari isteri. Di dalam ayat tersebut juga

dapat disimpulkan bahwasannya ketentuan nafkah yang ditetapkan di dalam Al-

Qur;an memberikan pemahaman bahwa suami wajib memberikan nafkah

keluarganya sesuai dengan kemampuannya.

Bagi orang yang mampu diberikan kemudahan rezeki atau mampu harus

menafkahi keluarganya sesuai dengan kemampuannya, sedangkan orang yang

kurang mampu sesuai dengan keadaannya. Nafkah adalah kewajiban suami yang

harus diberikan terhadap isterinya. Kewajiban agama itu merupakan beban hukum

yang harus dilaksanakan, sedangkan prinsip pembebanan hukum nafkah ini

tergantung kepada kemampuan suami untuk memberikannya. Dalam hal

pemberian nafkah ini, mungkin ada satu waktu suami ini mampu memberikan

nafkah namun diwaktu lain ternyata sang suami tidak mampu menjalankan

kewajibannya yaitu memberikan nafkah. Jadi ketika disuatu waktu sang suami

tidak memberikan nafkah karena ketidaksanggupannya maka itu terhitung hutang

kepada isterinya.

Jumhur ulama sepakat bahwa pemberian nafkah itu bersifat tetap atau

permanen. Maksudnya jika sang suami memiliki kesanggupan untuk memberikan

nafkah tapi dia tidak melaksanakan itu, maka sang isteri boleh mengambil harta

suaminya sebanyak kewajiban yang dipikul oleh sang suami untuk memberikan

nafkah. tetapi jika keadaannya sang suami dalam keadaan tertentu tidak bisa

menjalankan kewajibannya karena ketidakmampuannya maka itu terhitung hutang

olehnya yang tetap harus dibayar setelah dia memiliki kemampuan untuk

1Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2013), h.248.

Page 65: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

56

menjalankan atau memenuhinya. Nafkah merupakan suatu pemberian suami

terhadap isteri.

b. Jenis dan Ukuran Nafkah

Kewajiban memberikan nafkah yang ditanggung oleh suami tidak hanya

terbatas oleh nafkah lahiriah (materi), namun juga mencakup nafkah batiniyah

(non materi). Nafkah lahiriah (materi) adalah segala bentuk pemberian suami yang

diberikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Nafkah utama yang harus

dipenuhi adalah berupa sandang, pangan dan papan dan kebutuhan rumah tangga

lainnya yang mana pemenuhannya disesuaikan dengan kondisi ekonomi suami

serta adat atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat tersebut. Nafkah lahiriah

(materi) yang harus diberikan oleh isteri selain kebutuhan pokok diatas tentunya

masih ada yang mana berupa kebutuhan rumah tangga, biaya perawatan, biaya

pengobatan, dan biaya pendidikan anak-anak, yang mana kembali lagi pemenuhan

kebutuhan tersebut disesuaikan dengan lingkungan, zaman dan kondisinya.

Sedangkan berbicara mengenai nafkah batiniah (non materi), maka suami wajib

berlaku sopan terhadap isterinya, menghormatinya serta memperlakukannya

dengan wajar. Selain itu suami juga harus memberi perhatian penuh kepada isteri,

setia kepada isteri dengan cara menjaga kesucian pernikahan dimanapun berada,

berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan keimanan, ibadah dan

kecerdasan seorang isteri, membimbing isteri dengan sebaik-baiknya, memberi

kebebasan kepada isteri untuk berbuat, bergaul ditengah-tengah masyarakat, dan

yang terakhir suami hendaknya dapat memaafkan kekurangan isteri dan suami

juga harus melindungi isteri dan memberikan segala keperluan hidupnya sesuai

dengan kemampuannya.2

Dalam kitab Raudhah Al-Nadiyyah, yang dikutip oleh Slamet Abidin dan

H.Aminuddin, disebutkan bahwa kecukupan dalam hal makanan meliputi semua

yang dibutuhkan oleh isteri, termasuk buah-buahan, makanan yang bisa

dihidangkan dalam pesta dan segala jenis makanan menurut ukuran yang wajar.

Selanjutnya dikatakan bahwa termasuk dalam pengertian kebutuhan adalah obat-

obatan dan sebagainya. Jadi, jelas kewajiban memberikan nafkah hanya diberikan

2 Slamet Abidin, Fikih Munakahat I, (Bandung: Pustaka Setia,1999), h. 171.

Page 66: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

57

kepada yang berhak, yaitu dengan memberikan sesuai dengan kebutuhan bukan

dengan menentukan jumlah nafkah yang harus diberikan karena dikhawatirkan

terjadi keborosan penggunaan dalam keadaan tertentu. Maksudnya disini adalah

pemberian belanja secukupnya kepada isteri sesuai dengan kebutuhan hidup yang

wajar bagi sang isteri. Bukan malah sang isteri menuntut yang berlebihan

sehingga ia bersikap boros dan kikir. Apabila suami tidak memberikan nafkah

yang menjadi kewajibannya, maka sang isteri boleh mengambil harta sang suami

untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan syarat sang isteri adalah

seseorang yang sudah dewasa dan berakal sehat, bukan seorang pemboros atau

orang yang gemar berbuat mubadzir. Sebab, orang-orang seperti itu tidak boleh

diserahi harta benda.

c. Gugurnya Nafkah

Suami memang memiliki kewajiban memberikan nafkah untuk isterinya,

tetapi ada beberapa hal disini yang dapat menggugurkan kewajiban suami

memberikan nafkah untuk isterinya, diantaranya:

1.) Wafatnya salah satu pihak

Jika suami wafat dan belum sempat untuk memenuhi nafkahnya, maka

isteri tidak boleh mengambil nafkah yang belum terbayarkan dari harta

suaminya. Berlaku juga sebaliknya, ketika isteri yang wafat, maka ahli

warisnya tidak bisa mengambil nafkahnya

2.) Nusyuz

Nafkah wajib bagi isteri selama ia menunaikan berbagai tanggungan. Ia

memenuhi batasan-batasan fitrahnya. Jika ia sombong dengan fitrahnya,

menyimpang dari aturan, berpaling pada jalan, melampaui suami dalam

tujuan kehidupan rumah tangga maka ia tidak mendapatkan hak ini.

Terjadinya nusyuz isteri mengharamkannya dari hak untuk mendapatkan

nafkah. Ini pendapat dari para jumhur ulama, berbeda dengan pendapat

ulama Zahiriyah yang tetap mewajibkan pemenuhan nafkah kepada

isterinya walaupun ia nusyuz.

3.) Isteri Murtad

Page 67: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

58

Ketika isteri murtad, maka suami tidak lagi mempunyai kewajiban untuk

menafkahinya. Kewajiban untuk menafkahi isterinya gugur dengan

sendirinya setelah sang isteri murtad. Karena dengan murtadnya isteri

tersebut dapat mengharamkan hubungan suami isteri dan dapat merusak

akad.

d. Nafkah Menurut Hukum Positif

Selain diatur di hukum Islam, ketentuan nafkah ini juga tentunya diatur

didalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Di dalam UU Perkawinan

No.1 Tahun 1974 dalam pasal 34 ayat (1) disebutkan bahwa suami wajib

melindungi isterinya dan memberi segala keperluan hidup berumah tangga sesuai

dengan kemampuannya.3 Di dalam pasal tersebut memang tidak menyebutkan

kewajiban suami isteri bersifat kebutuhan lahir dengan menggunakan

kata”nafkah”,4 tetapi menggunakan keperluan hidup berumah tangga. Tetapi

disini tetap jelas bahwa apa yang dimaksud di dalam pasal tersebut adalah suami

wajib memenuhi segala apa yang dibutuhkan isteri untuk kelangsungan hidupnya.

Di dalam pasal ini juga tidak ditetapkan berapa batas minimal dan maksimal

nafkah yang menjadi kewajiban suami terhadap isteri. Tetapi dapat didasarkan

pada keadaan masing-masing suami istri. Hal ini agar ketentuan ini tetap dapat

digunakan dan menjadi pemenuhan kebutuhan rasa keadilan yang diharapkan oleh

masyarakat.

Selain itu di dalam Kompilasi Hukum Islam juga diatur mengenai nafkah adalah

sebagai suatu kewajiban dari suami. ini terdapat di dalam pasal 80 ayat 2 dan 4 :

Ayat 2

Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan

hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

Di dalam undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang

terkait dengan masalah nafkah, hanya dijelaskan kewajiban suami untuk

memenuhi segala kebutuhan hidup isterinya. Sedangkan di dalam Kompilasi

3 UU Perkawinan No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 34 ayat (1) 4 Anton M.Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.93

Page 68: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

59

Hukum Islam pasal 80 ayat 4 nya disebutkan secara rinci bentuk atau macam-

macam nafkah apa saja yang harus dipenuhi oleh suami (nafkah materi).

Ayat 4:

1.) Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi isteri.

2.) Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan bagi isteri

dan anak.

3.) Biaya pendidikan bagi anak.5

Kewajiban suami terhadap isteri yang terdapat pada ayat 4 point (1) dan

(2) mulai berlaku ketika sudah ada tamkin sempurna dari isteri. Artinya isteri

telah taat dan patuh terhadap suami, tidak membangkang. Suami tidak lagi

diwajibkan memenuhi nafkah bagi isterinya ketika isterinya nusyuz. Sebagaimana

kita ketahui setiap rumah tangga pasti menginginkan keluarga yang sakinah,

mawaddah dan rahmah. Sedangkan untuk bisa mencapai itu semua tentunya ada

beberapa hal yang harus dilakukan. Salah satunya adalah kesadaran para pihak,

baik suami dan isteri untuk mengetahui dan menjalankan kewajibannya. Sehingga

semua hak dan kewajiban dari suami isteri bisa dijalankan dan terpenuhi. Itu

semua agar ketentraman dalam rumah tangga bisa bisa berjalan secara harmonis

dan tentram.

Diatas telah disebutkan secara rinci, bentuk nafkah apa saja yang menjadi

kewajiban suami, yang dimaksud dengan nafkah kiswah artinya nafkah berupa

pakaian atau sandang. Nafkah kiswah ini sebagai salah satu nafkah yang menjadi

kewajiban suami terhadap isteri. Sehingga isteri berhak untuk mendapatkan

nafkah kiswah. pakaian atau sandang yang dimaksud disini adalah segala

kebutuhan yang berkaitan erat dengan anggota badan. Suami wajib memberikan

kiswah ini kepada isterinya berupa pakaian yang dapat menutupi aurat dan

berbagai macam kebutuhan lahiriah lainnya.6

Selain pakaian atau sandang, nafkah kiswah juga mencakup beberapa hal,

diantaranya:

1.) Biaya pemeliharaan jasmaniah isteri.

5Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 80 6 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 2, (Bandung : Pustaka Setis, 2010),cet. ke-6, h.

44.

Page 69: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

60

2.) Biaya pemeliharaan kesehatan

3.) Biaya kebutuhan perhiasan

4.) Biaya kebutuhan rekreasi

5.) Biaya pendidikan anak

6.) Biaya lain yang tidak terduga.

Ketika suami telah melaksanakan kewajiban memenuhi segala nafkah bagi

isterinya, maka sang isteri wajib untuk taat dan patuh kepada suaminya. Isteri

wajib menutup auratnya, menjaga kemaluannya, tidak keluar rumah tanpa

sepengetahuan dan tanpa seizin suami, taat dalam beribadah, mengelola keuangan

dengan sebaik-baiknya, serta menjaga dan mendidik anak dengan akhlak dan budi

pekerti yang baik. Mengenai masalah hak dan kewajiban suami isteri diatur pula

mengenai kelalaian suami dan isteri terhadap kewajibannya. Di dalam pasal 34

UU No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan diatur sebagai berikut:

Ayat 3:

Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan

gugatan kepada pengadilan.

Hal itu merupakan jaminan terhadap masing-masing pihak, baik suami atau isteri

terhadap hak mereka apabila terabaikan. Artinya di dalam pasal tersebut diatur

apabila suami atau isteri melalaikan kewajibannya maka masing-masing baik

suami atau isteri dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan. Begitu

pentingnya masalah nafkah. Bahkan ketika suami atau isteri itu putus ikatan

perkawinannya maka akan ada akibat yang muncul. Salah satunya yang telah

diatur di dalam pasal 41 Undang-Undang No.1 Tahun 1974:

Huruf c:

Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya

penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi isteri.

Di dalam pasal tersebut sudah jelas. Bahwasannya ketika ikatan perkawinan itu

putus, bekas suami masih mempunya kewajiban untuk memberikan sesuatu

kepada bekas isterinya berdasarkan putusan pengadilan. Biasanya pemberian itu

mempunyai batasan jumlah dan waktu yang nantinya telah disetujui dan

ditetapkan oleh pengadilan.

Page 70: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

61

Dari beberapa penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwasannya kedudukan

nafkah telah diatur didalam hukum Islam maupun hukum positif. Di dalam hukum

Islam, nafkah merupakan kewajiban suami yang harus dipenuhi kepada isteri,

bahkan ketika suami tidak memberikan nafkah itu terhitung hutang kepada

isterinya. Dan ketika suami mampu memberikan nafkah tetapi dia tidak

menjalankan kewajibannya, maka isteri boleh mengambil harta suaminya sesuai

dengan nafkah yang diperlukan tanpa sepengetahuan suami. Untuk besaran dan

kadar nafkah memang tidak ditentukan secara jelas dan pasti, tetapi itu semua

disesuaikan dengan keadaan suami dan kebiasaan dari masyarakat tempat tinggal

mereka. Sedangkan di dalam hukum positif , baik di dalam UU No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan maupun di dalam Kompilasi Hukum Islam diatur pula

mengenai nafkah. Di dalam UU No.1 Tahun 1974 disebutkan bahwasannya

memang kewajiban memberikan nafkah adalah kewajiban suami, bahkan dibagian

pasal 34 di dalam UU tersebut yang menjelaskan bahwa ketika suami atau isteri

lalai dalam melakukan kewajibannya, maka salah satu pihak dapat mengajukan

gugatan ke pengadilan. Ini tentu sebagai dasar bahwa memang nafkah ini sangat

penting. Kemudian diperkuat didalam Kompilasi Hukum Islam mengenai nafkah

yang menjadi hak isteri untuk dipenuhi oleh suami, diantaranya seperti Nafkah,

kiswah, dan tempat kediaman bagi isteri, biaya rumah tangga, biaya perawatan,

biaya pengobatan bagi isteri dan anak, dan biaya pendidikan bagi anak

B. Sistem Pemberian Nafkah pada Pasangan Suami Isteri

Seperti yang telah disebutkan di BAB I bahwasannya memang perceraian

di Mojokerto ini mengalami peningkatan. Perceraian di Mojokerto ini didominasi

oleh faktor ekonomi atau nafkah dan tidak adanya tanggung jawab. Data di

Pengadilan Agama (PA) Mojokerto menyatakan pada tahun 2016 ada 2.671 kasus

perceraian atau naik sekitar 0,98% dibanding tahun sebelumnya. Dimana pada

tahun 2015 kasus perceraian di Mojokerto sebesar 2.086 kasus. Menurut data pada

tahun 2016 di Pengadilan Agama Mojokerto, yaitu sebanyak 52,00% dengan

alasan lalainya hak dan kewajiban dalam rumah tangga dengan kategori 46,16%

Page 71: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

62

karena masalah ekonomi atau nafkah sedangkan 5,84% tidak adanya tanggung

jawab.7

Kecamatan sooko ini menjadi salah satu kecamatan penyumbang

terbanyak untuk kasus perceraian dibanding dengan kecamatan lainnya di

Kabupaten Mojokerto. Selama tahun 2016, di kecamatan sooko terdapat sebanyak

91 kasus perceraian, baik cerai gugat maupun cerai talak.8 Selain itu, alasan

penulis mengambil lokal penelitian di Kecamatan Sooko, karena Kecamatan

Sooko ini adalah kecamatan yang letaknya diperbatasan. Maksudnya perbatasan

disini adalah ada beberapa dari bagian kecamatan sooko yang terletak di kawasan

pedesaan dan sebagian lagi dekat dengan kawasan perkotaan. Disini untuk

kawasan pedesaan, kebanyakan wanita atau para isteri bekerja sebagai buruh tani

atau ada juga yang berdagang. Sedangkan untuk yang kawasan dekat perkotaan,

kebanyakan wanita atau para isteri bekerja sebagai buruh pabrik atau buruh dari

home industri sepatu. Karena memang beberapa desa di kawasan perkotaan,

terkenal dengan home industri sepatu. Kecamatan sooko ini terkenal dengan

industri sendal dan sepatu yang mana ini menjadi salah satu icon dari

kota/kabupaten Mojokerto. Memang kebanyakan dari karyawannya adalah para

ibu rumah tangga.9

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat kecamatan sooko kabupaten

Mojokerto terkait sistem pemberian nafkah pada pasangan suami isteri, ditemukan

beberapa sistem pemberian nafkah yang ada di Kecamatan Sooko Kabupaten

Mojokerto, diantaranya:

1. Isteri Menjadi Pencari Nafkah Utama

Pertama, Keluarga Ibu Husnul Alfiah. Ibu Husnul Alfiah adalah isteri dari

bapak Gufron. Pasangan ini sudah menikah dari tahun 1992, berarti umur

pernikahan mereka sudah 26 tahun. Pasangan ini terlihat rukun dan harmonis.

Walaupun Semenjak 4-5 tahun lalu pak Gufron menderita sakit yang

7Laporan Pengadilan Agama Mojokerto Tahun 2015-2016 8Badan Pusat Statistik, Kecamatan Sooko dalam Angka 2017, (Mojokerto: Badan Pusat

Statistik,2017), h.70

9 Arsip Kecamatan Sooko

Page 72: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

63

bermasalah dengan ginjalnya. Penyakit yang akhirnya sampai sekarang

membuat kondisi kesehatannya tidak sebaik sebelumnya. Ibu Husnul

mengatakan bahwsaannya dulu suaminya bekerja sebagai buruh pembuat

sepatu, karena memang di Desa Japan ini terkenal dengan home industri sepatu

dan sandal. Karena proses membuat sepatu itu banyak, pak Ghufron dan Ibu

Husnul ini biasanya diberikan bagian menjahit dan membuat pola sepatu dan

sendal . Karena memang bagiaan itu yang bisa dikerjakan, yang mana memang

buruh pembuat sepatu ini per kodinya dihargai sekitar 13.000 rupiah.

Tergantung pengerjaan proses yang mana. Setelah bapak sakit, kemudian

keadaan sudah membaik, pak Gufron tidak bisa lagi menjadi buruh pembuat

sepatu dikarenakan kondisi tubuhnya yang tidak sebaik sebelum sakit.

Akhirmnya pak Gufron hanya berdiam diri dirumah sambil sekali kali mencari

barang bekas disekitar rumahnya.

Barang bekas yang tidak langsung dijual ini dikumpulkan terlebih dahulu

di rumahnya. Kemudian setelah dirasa banyak, akan dipanggil penggepul

kerumah, itupun terkadang satu karung dihargai tidak sampai dengan lima ribu

rupiah. Sekarang ini pencari nafkah utama adalah ibu husnul. Ibu husnul yang

hanya mempunyai kemampuan mengerjakan sepatu dibagian menjahit dan

tidak bisa bekerja dengan cepat hanya bisa mendapatkan penghasilan 200

perminggu atau dibawahnya, tergantung pengiriman pengerjaan yang datang

kepadanya dan tergantung lama atau cepatnya pengerjaan yang dilakukan ibu

Husnul.

Tentunya ibu Husnul bekerja pun atas izin suaminya, karena bekerja

sebagai buruh pembuat sepatu bukan paksaan dari sang suami, itu atas dasar

kemauan ibu Husnul sendiri agar bisa membantu perekonomian keluarga.

Karena dengan bekerjanya ibu Husnul dapat membantu perekonomian keluarga

walaupun memang masih sangat kurang. Terkadang jugaa ketika tidak ada

pengerjaan sepatu ibu Husnul tidak mendapatkan uang dan biasa meminjam

uang kepada tetangga atau saudara sudaranya. Selain itu bekerja sebagai buruh

pembuat sepatu pun masih bisa membuat ibu Husnul menjalankan

kewajibannya sebagai isteri. Karena tempat bekerja bu Husnul yang masih

Page 73: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

64

dekat dengan rumah. Walaupun memang terkadang bergantian dengan sang

suami dalam pengerjaan pekerjaan rumah ketika ibu Husnul merasa lelah

dengan pekerjaannya. Ibu husnul sendiri pun mengerti seharusnya memang

mencari nafkah adalah kewajiban suami, tetapi ketika suami itu mengalami

kesulitan, maka isteri pun harus siap membantu, termasuk masalah dalam

ekonomi keluarga. Apalagi memang bukan kemauan suami untuk tidak

mencari nafkah tetapi memang karena faktor usia yang semakin tua sehingga

membuat kekuatan fisiknya pun juga ikut menurun.10

Kedua ada Ibu Laila adalah isteri dari bapak Antok. Ibu Laila sudah

menikah hampir 3 tahun. Tetapi sayangnya pernikahannya hanya bertahan

sampai dengan umur 3 tahun, karena sekarang ibu Laila sedang menunggu

proses gugatan cerai yang sudah dimasukkan ke Pengadilan Agama Mojokerto.

Sebelum ibu Laila memutuskan bercerai, memang kehidupan mereka sangat

harmonis. Dulu bapak Antok bekerja di sebuah rental mobil. Penghasilannya

pun lumayan, bisa dapat sekitar 300-400 perminggu bahkan bisa lebih dari itu.

Namun itu hanya bertahan di beberapa bulan awal menikah, setelah itu pak

Antok tidak lagi memberikan nafkah untuk sang isteri. Ketika pulang kerumah

dan ibu Laila meminta uang, dia mengaku tidak punya uang karena rental

sedang sepi dan sedang ada masalah. Keadaan itu terus memburuk karena

sudah hampir satu tahun tidak bekerja. Sampai akhirnya ibu Laila memutuskan

untuk bekerja. Ibu Laila bekerja di bagian produksi di perusahaan Mayora. Gaji

yang didapat setidaknya bisa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ketika

suaminya tidak lagi memberikan nafkah.

Ibu Laila mendapatkan gaji sekitar 1.800.000 ribu atau bisa sampai dengan

2.000.000 itu dengan uang lembur. Gaji yang didapat tidak hanya untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk memberikan kepada orang

tua ibu Laila. Karena sebelum ibu Laila bekerja dan suami tidak memberikan

nafkah, ibu Laila masih hidup bersama dengan orang tua dan mengandalkan

dari orang tua. Akhirnya keadaaan inilah yang membuat ibu Laila memutuskan

10Husnul Alfiah, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 06 Juni

2018

Page 74: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

65

untuk bercerai. Karena setiap hari pun ibu Laila harus berdebat dengan sang

suami, karena sang suami tidak memberikan nafkah, tidak memberikan uang

belanja. Padahal menurut ibu Laila suami memang berkewajiban mencari

nafkah. Isteri boleh bekerja tetapi bukan berarti suami lepas dari tanggung

jawabnya. 11

Ketiga ada Ibu Iswahyuni yang biasa dipanggil dengan ibu Is, sudah

menikah dengan sang suami bapak Edi sekitar hampir 30 tahunan. Sampai

pernikahan bertahan sejauh ini mereka hanya memiliki satu orang anak. Jauh

sebelum bu Is membuka usaha warung kecil-kecilan dirumah, sang suami

adalah seorang juragan (bos) dalam pembuatan sepatu bagian pengeleman. Dan

dari penghasilan itu pun, sangat cukup untuk pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari. Penghasilan yang didapat oleh bapak Edi bisa mencapai

3jt/minggu. Bu Is pun mengatakan mungkin karena dia merasa banyak uang

akhirnya datanglah godaan. Pak Edi tergoda oleh ajakan teman-temannya

untuk bermain judi. Dari situlah akhirnya pak Edi habis-habisan untuk bermain

judi dan akhirnya mengalami kebangkrutan. Setelah kebangkrutan terjadi pak

Edi sudah tidak bisa bekerja lagi, karena modal yang dimiliki pun sudah tidak

ada. Dan akhirnya pak Edi menganggur berbulan-bulan sampai akhirnya sakit

menghampirinya.

Semenjak itulah Bu Is memutuskan membuka warung kecil-kecilan untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidup dan untuk bisa dapat menabung sedikit demi

sedikit untuk biaya pengobatan sang suami. Memang penghasilan ibu Is jauh

dibawah penghasilan suami ketika masih bekerja. Penghasilan ibu Is dengan

buka warung kecil-kecilan didapat sekitar 100ribu/perhari itu ketika musim

liburan sekolah. Ketika hari biasa bisa mencapai 200-250ribu/minggu. Bu Is

memilih buka warung kecil-kecilan dirumah ini karena selain tidak mungkin bu

Is bekerja diluar sana karena mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi

dan karena memang minimnya kemampuan yang dimiliki. Selain itu agar bu Is

tetap bisa mengerjakan pekerjaan rumah, menjalankan kewajibannya sebagai

11 Lailatul Maghfiroh, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 10

Juni 2018

Page 75: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

66

seorang isteri dan bisa merawat suami. Tetapi bu Is masih bersyukur karena

masih bisa mencari uang untuk dapat memenuhi kebutuhan dan untuk biaya

perawatan bapak ketika nanti sakitnya kambuh. Bapak terkena masalah di

bagian paru-parunya. Jadi terkadang jika merasa sangat capek atau beban

pikiran pasti penyakitnya kambuh.

Bu Is lebih bersykur lagi karena dengan usianya sudah memasuki usia 50

tahun lebih ini tapi Allah masih memberikan kesehatan kepadanya, sehingga

masih bisa membantu suami untuk mencari uang. Awalnya memang bu Is

marah karena akibat perbuatan buruknya itu maka mereka sekarang kehilangan

segalanya dan bu Is harus ikut mencari uang. Tetapi seiring berjalannya waktu

bu Is memahami keadaan ini dan sangat ikhlas untuk bisa membantu suami

mencari uang. Karena sebenarnya fungsinya rumah tangga itu untuk membantu

satu sama lain, ketika sang suami susah, maka isteri wajib untuk membantu

begitupun sebaliknya.12

Selanjutnya ada ibu Atik, perempuan asli Mojokerto ini menikah dengan

bapak Agus sudah hampir 14 tahun dan telah dikaruniai 1 anak. Bapak Agus

awalnya menjadi pemborong buah dan dari hasil itu cukup bahkan bisa

mengangkat perekonomian keluarga. Tapi, setelah beberapa bulan yang lalu

ketika musim panen buah yang tak menentu membuat pak Agus pun ikut tak

menentu. Sering bermalas malasan dan tak mencoba mencari jalan lain untuk

bisa memenuhi nafkah keluarga. Ibu Atik pun sebenarnya memang di awal

pernikahan, ketika suami masih mampu memberikan nafkah, beliau berdagang

es di depan rumah. Karena itu sekedar untuk mengisi waktu kekosongan beliau

dirumah. Tetapi setelah keadaan berubah, suami Ibu Atik tidak mau lagi

bekerja atau berusaha mencari pekerjaan lain diluar ketika musim panen buah

yang tak menentu. Bahkan sering pulang pagi yang entah dia darimana dan

kegiatan apa yang dilakukan ibu Atik pun tak mengetahuinya. Akhirnya ibu

Atik pun mencari jalan lain, setelah berpikir panjang ibu Atik memutuskan

untuk menambah lagi jualannya, yang awalnya hanya berjualan es kini ibu Atik

juga berjualan seperti gorengan, rujak, dan tahu lontong dirumahnya. Dan

12 Iswahyuni, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 20 Juni 2018

Page 76: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

67

penghasilan yang didapatkan pun cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan

rumah tangga. Ibu Atik ikhlas walau bisa dibilang ibu Atik adalah sebagai

pencari nafkah utama dalam keluarga. Baginya yang penting anaknya bisa

sekolah dan setiap harinya bisa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga

sambil menunggu sang suami untuk mencari pekerjaan lain.13

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan, isteri sebagai pencari

nafkah utama, biasanya hal ini terjadi karena beberapa faktor. Isteri harus

bekerja untuk bisa menggantikan suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Keadaan ini bisa terjadi karena misal kondisi suami yang sudah tidak bisa lagi

mencari nafkah, baik karena faktor usia ataupun karena faktor kesehatan yang

sudah tidak memungkinkan untuk mencari nafkah, suami terkena PHK

(Pemutusan Hubungan Kerja) yang membuat suami sudah susah untuk mencari

pekerjaan lain, bisa juga karena kemampuan atau pendidikan yang dimiliki

isteri lebih unggul dari pada suami. Mengingat dizaman sekarang ini, sudah

banyak wanita yang tidak hanya berperan dalam wilayah domestik, sehingga

tidak menutup kemungkinan wanita juga bisa melakukan banyak hal seperti

lelaki, dan faktor faktor pendorong lainnya.

2. Isteri bekerja untuk membantu penghasilan suami

Pertama ada Ibu Sariah adalah isteri dari bapak Ari. Pasangan yang

terhitung baru menikah selama 3 tahun. Sebelum menikah bapak Ari bekerja

menerima proyek yang bisa dibilang gajinya lumayan untuk memberikan

nafkah bagi isteri. Tapi setahun belakangan ini panggilan kerja proyek untuk

bapak Ari sedang sepi yang akhirnya membuat pak Ari tidak lagi bekerja

menjadi tukang proyek. Pak Ari sekarang bekerja menjadi buruh pembuat

sepatu. Karena memang hanya pekerjaan itu yang tidak memiliki standart

pendidikan yang mana pendidikan pak Ari memang hanya sampai sekolah

dasar. Sayangnya karena pak Ari baru pemula sehingga pekerjaannya tidak

bisa cepat dan belum terbiasa, sehingga gaji yang didapat pun masih rendah.

Sekitar 70 ribu perminggu atau terkadang bisa dibawah itu. Keadaan ini yang

13Ibu Atik, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 06 Juni 2018

Page 77: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

68

membuat sang isteri ibu Sariah ikut bekerja mencari nafkah. Keuntungannya

selain membantu perekonomian keluarga, ibu Sariah masih bisa mengerjakan

pekerjaan rumah dan merawat anaknya. Ini dikarenakan ibu Sariah lebih

memilih untuk bekerja dengan membawanya pulang kerumah.

Beruntungnya masih ada yang mau memakai jasa ibu Sariah walaupun

memang tidak banyak karena terlalu lama dalam pengerjaannya. Penghasilan

yang didapat oleh ibu Sariah ini sekitar 100-180 ribu perminggu. Bisa dapat

180 ribu ketika pengerjaannya bisa cepat. Tetapi karena ibu Sariah ini

mempunyai anak satu yang umurnya masih 1 tahun, jadi pengerjaannya sedikit

lama dan penghasilan yang didapat pun terkadang hanya 100 ribu atau bisa

dibawahnya. Ibu Sariah bekerja atas sepengetahuan dan izin suami. Bagi ibu

Sariah tidak masalah suami isteri bekerja, karena memang tanggung jawab

untuk memelihara, mendidik, merawat anak-anak serta mempertahankan

keluarga adalah tanggung jawab kedua belah pihak. Walaupun memang

seharusnya mencari nafkah itu menjadi kewajiban suami, tetapi jika memang

bisa dilakukan oleh kedua belah pihak, kenapa harus dipermasalahkan, yang

penting sama sama ikhlas.14

Kedua adalah Ibu Sutiyah, isteri dari Bapak Rahmat. Pasangan ini sudah

menikah sekitar 7 tahunan. Pasangan ini sudah dikaruniai 2 orang anak. Ibu

Sutiyah sekarang ini bekerja sebaga penjaga warung kopi. Awalnya memang

ibu Sutiyah ini kurang yakin untuk bekerja di warung kopi, karena memang

mayoritas yang datang di warung kopi adalah para lelaki. Tetapi ternyata yang

memiliki warung kopi adalah teman baiknya sendiri, sehingga ibu Sutiyah

merasa yakin untuk bekerja disana, karena dia juga merasa aman untuk bekerja

disana, karena ada juga yang menjaga disana. Pak Rahmat juga tenang untuk

melepas ibu Sutiyah ketika bekerja.

Pak Rahmat jugaa bekerja sebagai kuli bangunan, yang mana tentunya gaji

untuk kuli bangunan ini tidak menentu. Tergantung pekerjaan dan lamanya dia

bekerja. Minimal sekali gaji yang didapat itu 300 ribu, terkadang bisa juga 500

ribu dan terbesar adalah 800 ribu. Itu untuk sekali proyek bangunan. Dan

14Sariah, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 06 Juni 2018

Page 78: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

69

terkadang satu bulan itu tidak menentu berapa panggilan proyek untuk pak

Rahmat. Bahkan untuk sekarang sekarang ini atau beberapa waktu ini

panggilan proyek untuk pak Rahmat sangat jarang sekali. Mungkin karena

memang mengingat usia pak Rahmat yang sudah tidak muda lagi dan

kemampuan yang sudah menurun.

Untuk gaji ibu Sutiyah sendiri pun dia bisa mendapat normalnya 1.300.000

rupiah, jika pengunjungnya sangat ramai gaji bisa mencapai 1.800.000 sampai

2.000.000 rupiah. Gaji ibu Sutiyah ini tergolong besar untuk ukuran warung

kopi karena memang warung kopi tempat ibu Sutiyah bekerja ini lumayan

besar dan terkenal sehingga pengunjungnya pun sangat banyak. Tentunya Ibu

Sutiyah bekerja bukan karena paksaan suami dan atas kemauannya sendiri.

Waktu kerja ibu Sutiyah pun dari siang hari sampai malam hari. sehingga

paginya dia masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak,

mencuci, dan yang lainnya. Terkadang jugaa dia bergantian dengan suami

untuk melakukan pekerjaan rumah ketika pak Rahmat tidak ada panggilan

proyek maka pak Rahmat membantu seperti membersihkan rumah, menemani

anak anaknya belajar dan lain sebagainya. Ibu Sutiyah ikut bekerja karena

memang sekarang ini biaya untuk kebutuhan rumah tangganya sangat banyak,

mengingat 2 anaknya sekolah sudah masuk sekolah. Anak pertama duduk di

kelas 2 SMA dan yang kedua sedang duduk di kelas 3 SMP. Ibu Sutiyah dan

Pak Rahmat bertekad untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai bisa

lulus kuliah. Sehingga ibu Sutiyah pun memilih untuk ikut bekerja membantu

perekonomian keluarga.15

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan, isteri ikut bekerja

membantu penghasilan suami untuk memenuhi nafkah keluarga, mengingat

bahwasannya semakin hari semakin lama kebutuhan manusia terus meningkat

tidak cukup untuk mengandalkan dari satu orang. Inilah alasan dari beberapa

isteri untuk ikut bekerja mencari nafkah agar kebutuhan rumah tangga bisa

tetap terpenuhi. Apalagi dengan keadaan penghasilan suami yang tidak

menentu, kemudian penghasilan yang terlalu kecil tidak bisa menutup

15 Sutiyah, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 21 Juni 2018

Page 79: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

70

kemungkinan untuk isteri juga ikut mencari nafkah. Agar kebutuhan dapat

terpenuhi terutama untuk pendidikan anak.

3. Nafkah dari Orang Tua

Pertama ada Ibu Nila. Ibu Nila menikah dengan Bapak Wisnu tergolong

menikah di usia muda karena ketika menikah usia Ibu Nila waktu itu 16 tahun

dan sang suami berusia 17 tahun. Sayangnya mereka memutuskan untuk

menikah sirri karena posisi sang suami yang masih bersekolah. Baru setelah

umur sang suami mencukupi mereka mengajukan isbath nikah ke Pengadilan.

Sampai sekarang ini usia pernikahan mereka 6 tahun sama dengan usia anak

mereka satu satunya yaitu 6 tahun. Setelah sudah menikah, mereka hidup di

rumah pak Wisnu beserta keluarganya. Karena posisi pak Wisnu yang masih

bersekolah sehingga belum bisa memberikan nafkah untuk sang isteri, yang

akhirnya membuat mereka masih mengandalkan dengan adanya orang tua.

Segala keperluan hidup mereka pun masih ditanggung oleh orang tua. Setelah

pak Wisnu lulus sekolah dan sudah mengajukan isbath nikah, keadaan tidak

berubah.

Setelah lulus SMA pak Wisnu memutuskan masuk kuliah, tetapi karena

biaya yang terlalu mahal akhirnya membuat pak Wisnu drop out dari kampus.

Setelah itu, pak wisnu pun tidak bekerja. Ibu Nila juga tidak bekerja. Dengan

alasan pak Wisnu bukan tipe orang yang suka untuk bekerja dengan ikut orang

lain, pak Wisnu ingin bekerja dengan buka usaha sendiri. Tapi

permasalahannya pun uang untuk modal usaha itu belum ada. Malah keadaan

ekonomi orang tua pak Wisnu jugaa sedang bermasalah. Begitu juga ibu Nila

ketika ditanya kenapa tidak berpikir untuk bekerja membantu sang suami.

ternyata ibu Nila mengaku sebenarnya dia juga memiliki keinginan untuk

bekerja membantu sang suami apalagi mereka sudah punya anak satu yang

juga sudah bersekolah tentunya biaya yang dibutuhkan juga banyak. Tapi

ternyata sang suami tidak mengizinkan ibu Nila untuk bekerja. Ada ketakutan

dari pak Wisnu ketika ibu Nila bekerja diluar sana maka akan terpikat oleh laki

laki lain atau digoda oleh laki laki lain.

Page 80: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

71

Keadaan itu terjadi sampai sekarang. Jadi mereka hanya mengandalkan

dan berharap dari orang tua pak Wisnu dan Ibu Nila. Ibu Nila hanya percaya

bahwasannya pasti rejeki itu sudah ada yang mengatur, pasti nanti ada saja

rejeki untuk keluarganya. Dia tidak mau bercerai dengan sang suami karena

memang dia sudah merasa sangat sayang dengan suami dan ibu mertuanya.

Apalagi ada anak yang harus dijaga sama sama. Takut nanti ketika perceraian

terjadi imbasnya akan ke anak mereka. Orang tua pak Wisnu juga mengatakan,

kalau memang keadaannya seperti itu mau bagaimana lagi. Apa lagi sama anak

tidak mungkin kita tega membiarkan dia kesusahan. Apalagi sudah ada cucu,

kasihan kalau dia harus kesusahan. Mereka juga percaya, rejeki itu sudah ada

yang mengatur yang penting tidak berhenti untuk berusaha.16

Keluarga Kedua ada keluarga dari Ibu Merry Andriatik atau yang biasa

dipanggil ibu Nia. Ibu Nia adalah isteri dari bapak Budi. Mereka menikah

sudah 3 tahun dan telah dikaruniai satu anak laki-laki yang telah berumur 2

tahun. Sebelum menikah bapak budi bekerja sebagai karyawan ditempat

karaoke. Gaji yang didapat pun cukup lumayan, sekitar 2.300.000 ribu itu

diluar dari bonus yang didapat ketika tempat karaokenya ramai. Tetapi selang

satu tahun setelah menikah tiba-tiba bapak Budi di PHK (Pemutusan Hubungan

Kerja) yang akhirnya membuat bapak Budi tidak bekerja sampai dengan

sekarang. Memang pak Budi sudah berusaha mencari pekerjaan tetapi belum

menemukan yang pas dan cocok untuk dia. Selama pak budi tidak bekerja, ibu

Nia berusaha untuk mengambil alih tugas tersebut. Dan ibu nia sempat bekerja

sebagai penjaga toko. Gaji yang didapat bisa dibilang cukup untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga terutama untuk kebutuhan sang buah hati. Tetapi Ibu

Nia tidak bertahan lama bekerja ditempat tersebut. Hanya selang dua bulan

bekerja, ibu Nia keluar dari tempat kerjanya dengan alasan sang anak. Ketika

ibu Nia bekerja sang suami tidak menjaga sang anak dengan baik. Akhirnya

harus merepotkan sang ibu untuk menjaga anak mereka. Padahal sang ibu juga

harus bekerja menjaga anak tetangga. Akhirnya keluarlah ibu Nia dari

tempatnya bekerja. Dan untuk sekarang ini pun baik ibu Nia dan pak Budi

16Nila, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 20 Juni 2018

Page 81: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

72

sama sama tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Ibu Nia sekadar

membantu sang ibu menjaga toko kecil-kecilan agar sedikit membantunya

memenuhi kebutuhan keluarga.17

Dari paparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sistem pemberian

nafkah yang ketiga adalah nafkah dari orang tua. Model pemberian nafkah

yang ketiga ini sebenarnya tidak baru lagi. Terkadang pasti kita tau dan dengar

masih ada yang mengharapkan dari pemberian orang tua sekalipun status nya

sudah menikah. Hal ini tentu dengan beberapa alasan. Seperti para suami yang

kurang sadar akan pentingnya pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab

terutama dalam hal pemenuhan nafkah keluarga. Serta orang tua yang masih

terlalu memanjakan anak anaknya, kurang mengajarkan akan pentingnya untuk

bertanggung jawab akan kewajiban.

C. Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif

1. Isteri menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga

Islam sudah mengatur tentang hak dan kewajiban suami isteri, begitu pula

di dalam hukum positif yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1974 Tentang

Perkawinan. Menurut hukum Islam yang wajib bekerja mencari nafkah untuk

mencukupi atau memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah suami. Namun

tidak menutup kemungkinan jika isteri juga bekerja membantu mencari nafkah

untuk kebutuhan rumah tangga, karena didalam hukum Islam pun tidak

dilarang. Ada baiknya jika isteri bekerja, sebab bila suami meninggal dunia,

isteri sanggup berdiri sendiri dan merawat anak-anak dengan tidak susah-susah

membebani orang lain. Di samping itu disaat kebutuhan rumah tangga

memuncak, misalnya saat anak-anak sudah memasuki usia sekolah/kuliah,

maka bantuan isteri di rumah tangga sangat besar manfaatnya. Akan tetapi, ada

pula segi mudharatnya bila isteri ikut bekerja mencari nafkah, sebab pekerjaan

atau tugas-tugas sebagai isteri dan ibu bagi anak-anak dalam kehidupan rumah

tangga sudah cukup berat. Jika harus ditambah dengan pekerjaan diluar rumah

(mencari nafkah) maka banyak tugas-tugas isteri dalam rumah tangga

17 Merry Andriatik, Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 24

Juni 2018.

Page 82: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

73

terabaikan, misalnya mengurus rumah, merawat dan mendidik anak-anak,

pelayanan terhadap suami baik ketika suami akan berangkat kerja maupun

ketika pulang kerja.18

Meskipun demikian, pertimbangan dan keputusan tentang isteri bekerja

atau tidak, tergantung pada keadaan setiap keluarga. Kalau memang keadaan

mendesak, baiklah kiranya isteri bekerja, tetapi pilihlah pekerjaan yang sesuai

dengan sifat kewanitaan dan harus berhati-hati menjaga diri dari fitnah. Dan

yang lebih penting, pekerjaan rutin dirumah tidak sampai terabaikan

dikarenakan pekerjaan di luar rumah.

Aplikasi normatif atas kewajiban suami sebagai pencari nafkah dan isteri

sebagai pengurus dan pengelola nafkah senantiasa mengalami kendala dalam

kehidupan sosial. Ketidakmampuan seorang suami untuk memenuhi kewajiban

nafkah akhirnya memaksa isteri untuk ikut serta melakukan tugas-tugas

produktif secara ekonomis. Kiranya para fuqaha menyadari hal ini, ketentuan

tersebut juga dilengkapi dengan ketentuan bahwa dalam kondisi darurat

perempuan boleh membantu suami untuk mencari nafkah. Dalam hal ini perlu

dilakukan suatu pendekatan non hukum, dimana tugas suami isteri selalu

didekati melalui pandangan moralitas dan akhlaq al-karimah, di dalam al-

Qur’an diistilahkan dengan al-mu’asyarah bi al-ma’ruf وعاشروهن بالمعروف =

perlakukanlah mereka (para isteri) dengan cara yang makruf/baik (Q.S An-

Nisa’ 4:19). Sebuah pendekatan yang senantiasa mengutamakan sikap

demokratis, manusiawi, demi kemaslahatan bersama. Ini selayaknya dimaknai

sebagai usaha mempertahankan fleksibilitas ajaran Islam sebagaimana adanya.

Harus disadari bahwa selain menetapkan kewajiban itu (memberikan nafkah)

pada suami (QS. Al-Baqarah/2:233), Al-Qur’an juga dengan bijaksana

memberikan isyarat bahwa tidak semua suami mampu memenuhinya.

Karenanya di ayat yang lain Al-Qur’an menetapkan kemampuan suami sebagai

batasan nafkah yang harus diberikan (QS.Al-Baqarah/2:236), dan pada sisi lain

tidak meletakkan suatu keharusan isteri harus tinggal dirumah saja atau

18Ngadri Yusro, Konseling Keluarga, Perkawinan, dan Konseling Pranikah, (Bengkulu:

LP2 STAIN CURUP,2010), h.151.

Page 83: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

74

larangan isteri untuk ikut mencari nafkah. Ini semua sebagai alternatif untuk

setiap keluarga dapat melakukan pembagian tugas sesuai dengan keadaan atau

kemampuan dari masing-masing pihak baik suami maupun isteri.19

Berbicara mengenai nafkah dalam keluarga tentunya ini juga menyangkut

dengan anak. Karena disitu akan ada pemenuhan nafkah kepada anak juga. Di

dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pun diatur pula

mengenai hal ini. Pada Pasal 41 huruf (b) disitu diatur bahwa bapak yang

bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan anak yang

diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataannya memang tidak

mampu untuk memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan

bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.20 Memang aturan ini masuk ke dalam

BAB mengenai putusnya perkawinan serta akibatnya. Tetapi disini bisa

dijadikan dasar bahwa memang ketika suami/bapak tidak mampu untuk lagi

memenuhi kewajibannya yaitu memberikan nafkah kepada isteri dan anak-

anaknya, maka isteri/ibu dapat menggantikan peran tersebut. Diperkuat di

dalam pasal 45 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa

kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka dengan

sebaik-baiknya.21 Disini kata yang digunakan adalah orang tua, artinya

keduanya, suami dan isteri atau ayah dan ibu mempunyai kewajiban yang sama

terhadap anak, memelihara dan mendidik. Memelihara yang dimaksud adalah

tentunya memberikan segala keperluan hidupnya, baik sandang, pangan, papan

terutama pendidikannya.

Di dalam hukum positif yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan, pada pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwasannya memang suami

dan isteri memiliki hak dan kedudukan yang sama dan seimbang dalam

kehidupan berumah tangga dan pergaulan hidup di dalam masyarakat.

Kemudian di ayat (2) disebutkan juga bahwa masing-masing pihak berhak

19Dr.Sri Mulyati,Editor, Relasi Suami Isteri dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita

(PSW) UIN Syarif Hidayatullah,2004), h.68. 20 Lihat Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 41 21 Lihat Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 45

Page 84: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

75

untuk untuk melakukan perbuatan hukum.22 Tentunya ini sebagai jaminan para

isteri untuk dapat menutut hak yang tidak didapat nya dari suami. Jika memang

keadaannya memaksa untuk isteri ikut bekerja mencari nafkah menggantikan

peran suami karena suatu keadaan tertentu, maka itu diperbolehkan dan jika

memang sang isteri ikhlas. Tetapi kalau memang isteri tidak ikhlas karena

merasa hak nya tidak terpenuhi, maka disini isteri memiliki hak dan kedudukan

yang sama. Isteri dapat melakukan perbuatan hukumnya yaitu mengajukan

gugatan cerai ke pengadilan.

2. Isteri bekerja membantu penghasilan suami

Di dalam hukum Islam tidak ada secara teks secara eksplisit yang

melarang isteri untuk bekerja. Hanya saja jangan sampai melupakan kewajiban

utamanya yaiu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Isteri juga bekerja

harus dengan izin dari suami serta bekerja dengan pekerjaan yang sesuai

syariat artinya tidak dilarang menurt syara’. Di dalam QS.Al-Ahzab/33:33

dengan terjemahan ayat sebagai berikut:

“Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu, dan janganlah kamu berhias dan

bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu, dan dirikanlah

sholat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya

Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlu al-bait dan

membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (QS.Al-Ahzab/33:33).

Para mufassir memberikan tafsir beragam terhadap ayat ini. Salah satunya

adalah Said Hawa. Menurutnya, ayat ini tidak berarti perempuan sama sekali

tidak boleh keluar dari rumah, melainkan isyarat yang halus bahwa perempuan

lebih berperan dalam urusan rumah tangga. Ada hal-hal khusus yang

menyebabkan perempuan harus keluar rumah. Perempuan membutuhkan

pengetahuan yang boleh jadi tidak dapat diberikan oleh suaminya. Perempuan

juga adalah anak dari orang tua yang boleh jadi tinggal terpisah dengannya dan

demi untuk berbakti kepada keduanya mereka harus meninggalkan rumah.

Karenanya, menurutnya ayat ini tidak menunjukkan perintah bahwa perempuan

22 Lihat Undang-Undag No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 31

Page 85: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

76

mutlak tinggal di dalam rumah, namun boleh saja keluar dengan alasan-alasan

tertentu.23

Muhammad Quthub menegaskan bahwa ayat tersebut diatas bukan

larangan terhadap perempuan untuk bekerja. Islam tidak melarang perempuan

bekerja. Hanya saja, Islam memang tidak mendorong hal tersebut. Islam

membenarkan mereka bekerja karena darurat dan tidak menjadikannya sebagai

bahan pertimbangan.24 Makna darurat disini adalah adalah pekerjaan yang

sangat diperlukan, yang dibutuhkan masyarakat atau bisa juga atas dasar

kebutuhan pribadi karena tidak ada yang membiayai hidupnya atau

penanggung biaya hidupnya (suami/ayah) tidak mampu untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya.25

Muhammad Quthub berpendapat bahwasannya, kebolehan perempuan

untuk bekerja diluar rumah hanya sebatas menanggulangi bahaya kelaparan

yang mengancam. Hal ini tercermin dari adanya syarat darurat, yang di dalam

terminologi agama sering dikaitkan dengan kondisi dimana kelangsungan

hidup terancam. kebutuhan hidup yang terus meningkat, pendidikan anak, dan

kebutuhan lainnya. Tentunya ini memaksa perempuan untuk ikut bekerja

mencari nafkah dengan keadaan penghasilan suami yang tidak mencukupi.

Dalam sejarah Islam, ditemukan banyak riwayat yang menceritakan sahabat

perempuan yang berprofesi diluar rumah. Mereka antara lain: Ummu Salim

binti Malhan yang bekerja sebagai perias pengantin, Qilat Ummi bani Anmar

yang bekerja sebagai pedagang, bahkan ada diantara sahabat perempuan yang

ikut ambil bagian dalam peperangan, seperti Ummu ‘Atiyyah.26 Berdasarkan

fakta ini dipahami bahwa perintah tersebut tidak menunjukkan keharusan

merumahkan perempuan.

Keikutsertaan isteri untuk ikut mencari nafkah ini memang bukan lagi

suatu masalah baru dan akan terus menjadi perdebatan antara kelompok yang

23Sa’id Hawa, al-Asas fi at-Tafsir, Jilid ke-8 (Qairo: Dar as-Salam,1999), h.4437 24Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1996), h.305 25Dr.Sri Mulyati,Editor, Relasi Suami Isteri dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita

(PSW) UIN Syarif Hidayatullah,2004), h.69. 26Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan,1992), h.275-276

Page 86: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

77

pro dan kontra. Tentunya ini terjadi dengan berbagai alasan dan problematika

yang mengikutinya. Konsekuensinya ketika isteri ikut mencari nafkah adalah

ketidakhadirannya dalam ruang domestik untuk melaksanakan kewajibannya

sebagai pengelola rumah tangga dan pengasuh anak. Sedangkan di dalam

hukum positif terkait masalah nafkah, ketentuan di dalam pasal 33 Undang-

Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyebutkan bahwa suami

isteri wajib melindungi, saling menghormati, saling mencintai dan saling

memberikan bantuan lahir maupun batin.27 Secara ekplisit di dalam pasal ini

memperbolehkan isteri untuk bekerja membantu suami dengan

ungkapan”saling memberikan bantuan lahir”, artinya segala bentuk bantuan

lahir adalah menyangkut dengan kehidupan sehari hari termasuk di dalamnya

adalah masalah nafkah. Di dalam pasal tersebut pun disebutkan bahwasannya

suami isteri, artinya untuk kelangsungan hidup bersama merupakan tanggung

jawab bersama antara suami dan isteri.

Makna lainnya didalam pasal tersebut ketika memang suami tidak bisa

memberikan nafkah karena alasan tertentu dan si isteri mampu untuk mencari

nafkah, maka isteri juga harus bisa membantu sang suami mencari nafkah dan

memenuhi kebutuhan hidup. Terlepas dari kewajiban suami mencari nafkah,

isteri juga mempunya kewajiban. Sebagai penata ekonomi, seorang ibu rumah

tangga harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas, agar

dalam mengatur penerimaan dan penggunaan rezeki/nafkah dapat mengarah

pada peningkatan ekonomi rumah tangga. isteri juga tidak boleh menuntut

nafkah diluar kemampuan suaminya. 28

Sebagai isteri yang menduduki jabatan sebagai ibu rumah tangga, isteri

harus menerima dan bersyukur atas penghasilan suaminya agar Allah

menambahkan rejekinya. Disamping itu, isteri juga harus menunjukkan rasa

bangga dan penghargaan atas hasil jerih payah serta hasil yang diperoleh

suaminya dan ia mengatur pengeluarannya agar dapat mencukupi kebutuhan,

terutama kebutuhan primer rumah tangga. Ia harus hemat, jangan lebih besar

27 Lihat Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 34 28Huzaimah T.Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: al-Mawardi

Prima,2001), h.59

Page 87: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

78

pengeluaran daripada pemasukan dan jangan boros karena Allah melarang

untuk boros, karena perbuatan ini dianggap sebagai saudara setan. Perilaku

isteri yang bersifat qana’ah dan bersyukur kepada Allah atas hasil jerih payah

suaminya, dapat melanggengkan semangat suaminya, bahkan dapat

meningkatkan produktifitas kerja sang suami, sehingga sang suami pun bangga

dengan peran isterinya sebagai ibu rumah tangga.

Qana’ah yang dimaksud adalah suatu sikap merasa rela, ridha, cukup

dengan apa yang dimiliki setelah melalui ikhtiar optimal serta menjauhkan rasa

tidak puas dalam menerima nikmat dari Allah SWT.29 Hal ini jika dikaitkan

dengan nafkah adalah maka isteri harus qana’ah dengan apa yang telah

dihasilkan atau diberikan oleh suami, selagi suami sudah berusaha semaksimal

mungkin untuk dapat memenuhi nafkah keluarga. Setidaknya seuami sudah

memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

Janganlah isteri hidup berlebih lebihan, tamak, rakus. Janganlah isteri menuntut

sesuatu yang diluar kemampuan suami. Karena rumah tangga itu harus saling

bekerjasama. Suami mencari nafkah, dan isteri pengelola keuangan rumah

tangga agar dapat digunakan secara maksimal. Dengan demikian, kebahagiaan

dalam rumah tangga akan terpelihara dan terjamin.

Selain di dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 terkait aturan mengenai

hak dan kewajiban suami isteri dalam rumah tangga terutama dalam masalah

nafkah, di dalam Undang-Undang No.35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Anak, dimana didalam pasal 26 diatur bahwa orang tua berkewajiban untuk

mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Orang tua juga

berkewajiban untuk menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan,

bakat dan minatnya. Kemudian mencegah terjadinya perkawinan pada usia

anak serta memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti

pada anak.30 Di dalam pasal ini sudah jelas bahwasannya memang terkait

dengan anak, baik hidup, pendidikan, dan kesejahteraan anak ini adalah

tanggung jawab dari kedua orang tua, baik suami maupun isteri. Jika dikaitkan

29Shalahudin, “Qana’ah dalam Perspektif Islam”, Edu-Math, IV, (2013), h.3 30 Lihat UU No.35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pada Pasal 26

Page 88: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

79

dengan nafkah, maka ketika posisi suami tidak mampu atau kemampuannya

belum maksimal untuk memenuhi nafkah dalam keluarga terutama untuk anak,

maka isteri pun memiliki tanggung jawab dan kewajiban terkait dengan nafkah

anak dan kesejahteraan anak, terutama dengan pendidikannya.

3. Nafkah dari orang tua

Akad perkawinan pada hakikatnya adalah serah terima sang anak dari

orang tua atau walinya kepada sang suami. Dimana dari akad tersebut

menimbulkan konsekuensi hukum perdata yaitu adanya hak dan kewajiban dari

suami isteri. Kalangan Zahiri berpendapat bahwa karena adanya akad nikah

yang telah dilakukan itu merupakan kontrak sosial seorang suami dengan orang

tua/wali yang memutuskan seluruh tanggung jawab bagi kehidupan seorang

wanita dari orang tua atau walinya. Maka sangat wajar bila segala kebutuhan

wanita yang berstatus isteri tersebut dipenuhi oleh suaminya. Maka dengan ini

tanggung jawab orang tua menafkahi anak sudah berpindah tangan kepada sang

suami setelah mereka (orang tua) menikahkan anaknya.31

Di dalam hukum positif yaitu Undang-Undang No.1 tahun 1974 Tentang

Perkawinan pada pasal 45 disebutkan bahwasannya memang orang tua wajib

memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-baiknya. Kemudian

pada ayat setelahnya diatur bahwa kewajiban orang tua yang dimaksud pada

ayat sebelumnya itu terus berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri

sendiri, bahkan ketika pernikahan orang tuanya terputus, kewajiban terhadap

tersebut masih berlaku.32 Tentunya dari ketentuan dalam pasal tersebut, kita

bisa mengambil kesimpulan bahwa memang orang tua mempunyai kewajiban

dan tanggung jawab atas kehidupan dan kesejahteraan sang anak. Tetapi ketika

anak itu sudah melakukan perkawinan, maka itu sudah bukan kewajiban

mutlak dari orang tua untuk menafkahi anaknya, ditambah lagi dengan

ditambah anggota baru, yaitu isteri dan anaknya.

Memang tidak ada larangan orang tua yang masih memberikan nafkah

untuk anaknya yang sudah menikah, tapi disini hal terpenting yang harus

31 Dr.Sri Mulyati,Editor, Relasi Suami Isteri dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita

(PSW) UIN Syarif Hidayatullah,2004), h.61 32 Lihat Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 45

Page 89: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

80

diperhatikan adalah kewajiban dan tanggung jawab anak sebagai suami yaitu

sebagai kelapa rumah tangga untuk memberikan nafkah kepada isterinya dan

anaknya. Serta peran orang tua untuk mengajarkan akan pentingnya tanggung

jawab dalam keluarga. Kalau memang keadaan orang tua yang berkecukupan

atau bahkan berlebih maka itu bukan suatu menjadi masalah, tetapi justru

apabila keadaannya malah orang tua yang untuk membiayai diri sendiri saja

sudah susah, ditambah harus membiayai anggota keluarga yang baru, maka ini

akan sangat memberatkan pihak orang tua. Tetapi kembali lagi, bukan masalah

orang tua yang masih mampu atau tidak, tetapi masalah kewajiban dan

tanggung jawab anak sebagai suami dalam rumah tangga.

D. Pandangan Tokoh Masyarakat Terkait Sistem Pemberian Nafkah

Setelah mewawancarai masyarakat di Kecamatan Sooko, penulis

mewawancarai beberapa tokoh mayarakat. Salah satunya adalah kepala KUA

di Kecamatan Sooko. Bapak Ahirizzen. Menjadi Kepala KUA di Kecamatan

Sooko baru 4 tahun, sebelumnya memang dia sering dipindah tugaskan di

berbagai kota. Pendidikan terakhir adalah Sarjana Hukum Islam di salah satu

universitas swasta di daerah Jombang Jawa Timur. Berbicara mengenai hak

dan kewajiban suami isteri, bapak Ahirizzen mengatakan bahwasannya sangat

penting suami isteri itu mengetahui hak dan kewajiban masing-masing. Karena

jika suami isteri tidak mnegetahui hak dan kewajiban masing-masing maka

rumah tangga mereka tidak bisa jalan, akan berantakan.

Menurut beliau, ketika suami sudah melaksanakan kewajibannya, isteri

tidak perlu menuntut haknya, karena secara otomatis hak isteri pun terpenuhi,

begitupun sebaliknya. Sedangkan yang banyak terjadi di masyarakat itu adalah

penuntutan hak yang tidak terpenuhi tentunya berawal dari tidak melaksanakan

kewajibannya. Intinya harus saling menjaga, menghormati dan manghargai hak

dan kewajiban masing-masing. Kemudian pak Ahirizzen menanggapi

menanggapi mengenai keikutsertaan isteri dalam mencari nafkah dan isteri

menjadi pencari nafkah utama. Menurutnya, isteri boleh ikut mencari nafkah

Page 90: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

81

dalam keluarga, tapi hukumnya mubah bukan wajib. Artiya ketika isteri ikut

mencari nafkah maka itu menjadi ladang pahala baginya.

Kewajiban mencari nafkah itu tetap ada di pundak suami. Kalau isteri

ingin ikut bekerja, maka harus ada izin dari suami. Jika tidak ada izin, maka

rumah tangganya akan berantakan. Karena bagaimanapun suami adalah kepala

rumah tangga. Isteri ikut mencari nafkah atau isteri menjadi pencari nafkah

utama itu boleh asalkan memang ada udzur yang memaksa. Lalu terkait dengan

perceraian karena nafkah, masih banyak isteri yang merasa kurang dengan

nafkah yang didapat suami maka mereka mengajukan gugatan ke pengadilan.

Menanggapi hal tersebut pak Ahirizzen berpendapat itulah isteri yang tidak

qana’ah. Memang sebagai isteri dan pengatur ekonomi rumah tangga, isteri

harus mempunyai sikap qana’ah. Karena rejeki sudah ada yang mengatur, yang

penting sudah usaha, sudah melakukan kewajibannya dan sudah memenuhi hak

isteri untuk mendapatkan nafkah. maka isteri harus bisa mengatur dengan

sebaiknya dan tidak boleh boros, bisa memprioritaskan mana yang kebutuhan

primer harus dipenuhi dan kebutuhan sekunder serta kebutuhan tersier. Itulah

di awal kita memilih pasangan hidup, kita bisa lihat diawal apa calon isteri ini

qana’ah atau tidak. Memang komponen yang paling penting dalam memilih

calon suami atau isteri itu berdasarkan agamanya, kalau agamanya baik

insyaAllah kedepannya juga akan terus baik. Terakhir pak Ahirizzen

memberikan solusi bahwasannya memang sebelum pernikahan sebaiknya para

calon pengantin mengikuti pembinaan atau yang biasa disebut suscatin (kursus

calon pengantin). Karena disanalah nanti disampaikan beberapa hal mengenai

pernikahan. Bagaimana isteri yang baik, bagaimana suami yang baik,

bagaimana cara agar rumah tangga tidak goyah dan bagaimana saling

menghargai satu sama lain. Ada pembinaan secara mental. Jadi mereka tau

akan hak dan kewajiban masing-masing. Dan harus diingat kunci menikah

adalah untuk ibadah.33

Selain mewawancarai kepala KUA , penulis juga mewawancarai salah satu

kepala Lurah di Kecamatan Sooko. Penulis wawancarai Kepala Lurah Japan.

33Ahirizzen, Kepala KUA Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 02 Juli 2018

Page 91: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

82

Kepala lurah yang sudah menjabat selama dua periode dan selama

kepemimpinannya beliau selalu membuka pintu rumahnya 24 jam untuk

warganya, agar bisa sekedar sharing atau berbagi cerita. Mengenai masalah

hak dan kewajiban, H.Salim Udin mengatakan bahwa memang untuk

pembelajaran mengenai hak dan kewajiban suami isteri ini tidak pernah

diajarkan di bangku sekolah SMP maupun SMA. Sedangkan rata-rata

warganya pendidikan terakhirnya antara SD-SMP, jadi jangan pernah malu

untuk belajar mengenai hal tersebut. Karena ketika kita nanti sudah menikah,

pengetahuan dan pemahaman itulah yang sangat diperlukan. Jadi walaupun

sudah tidak sekolah harus tetap belajar, apalagi akan menikah harus cukup

modal tidak hanya modal materiil tapi mental juga sangat diperlukan. Suami

juga mempunyai kewajiban memberikan keilmuan untuk isteri dan

keluarganya. Terkait dengan sistem pemberian nafkah yang terjadi di

Kecamatan Sooko terutama dilingkup kepemimpinan pak Salim Udin memang

banyaknya isteri yang ikut bekerja mencari nafkah, baik karena suami kurang

dalam memberikan nafkah atau karena suami tidak/belum bekerja. Menurutnya

tidak menjadi permasalahan yang serius ketika isteri ikut bekerja, yang

terpenting isteri ikut bekerja dengan izin suami dan ditempat yang memang

dibolehkan menurut syara’.

Menurut pak Salim Udin kan keutuhan rumah tangga, ketentraman dan

kenyamanan rumah tangga itu menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama

antara suami dan isteri. Dan rumah tangga itu yang menjalani mereka berdua

artinya suami isteri tersebut. Apalagi menjadikan hal tersebut sebagai alasan

atau dasar untuk bercerai, karena bercerai memang bukan sesuatu yang

diharamkan dan dibolehkan oleh agama tapi sesuatu yang dibenci oleh Allah.

Menurutnya, pasti ada jalan untuk menyelesaikan masalah dalam rumah tangga

bukan bercerai sebagai jalan satu-satunya. Apapun itu masalahnya jika bisa

dibicarakan bersama dan diselesaikan bersama maka bercerai itu akan bisa

dihindari. 34

34 Salim Udin, Tokoh Masyarakat Kecamatan Sooko, Interview Pribadi, Mojokerto, 11

Juli 2018

Page 92: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

83

Berdasarkan data yang peneliti temukan di lapangan menunjukkan

bahwa pandangan masyarakat terhadap sistem pemberian nafkah di masyarakat

kecamatan sooko. Menurut bapak Ahirizzen isteri boleh membantu suami

mencari nafkah, tetapi hukumnya bukan wajib melainkan mubah. Artinya

ketika isteri melakukan hal tersebut, itu akan menjadi ladang pahala baginya.

kewajiban mencari nafkah tetap ada di pundak suami. Kalaupun isteri ikut

bekerja harus atas izin suami, sekalipun itu dalam keadaan yang memaksa.

Harus kembali lagi bahwa dalam rumah tangga itu harus sadar akan hak dan

kewajibannya. Karena kalau ada salah satu baik hak maupun kewajiban yang

tidak terpenuhi atau dilaksanakan maka semuanya juga akan berantakan.

Kemudian terkait dengan hal orang tua masih memberikan nafkah, menurut

pak Ahirizzen seharusnya memang itu tidak terjadi. Ketika seseorang memilih

untuk melangsungkan pernikahan, maka dia harus siap dengan konsekuensi

yang diterima, siap menjadi kepala rumah tangga dan siap untuk menafkahi.

Tetapi kalau memang itu tidak memberatkan orang tua, dan orang tua ikhlas

tidak ada masalah. Sedangkan menurut pak H.Salim Udin terkait dengan isteri

menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga dan isteri ikut mencari nafkah

untuk membantu suami menurutnya tidak ada masalah. Selagi isteri tetap

menjalankan kewajibannya sebagai isteri dan ibu serta dia bekerja juga atas

izin suami dan tidak dilarang menurut syara’. Karena menurut pak H.Salim

Udin ini, keutuhan, kenyamanan dan ketentraman dalam keluarga itu tanggung

jawab bersama antara suami dan isteri. Ketika suami tidak mampu atau belum

mampu untuk memenuhi itu maka isteri mencoba melakukan itu. Rumah

tangga ini adalah saling mengisi. apalagi dengan keadaan darurat, maka

dibolehkan untuk isteri bekerja diluar rumah membantu suami.

Page 93: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis sesuai dengan perumusan masalah diatas,

maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Di dalam hukum Islam maupun hukum positif sama sama sepakat

bahwasanya memang nafkah itu adalah kewajiban suami dan hak isteri yang harus

diberikan. Mengenai isteri yang ikut bekerja mencari nafkah itu memang tidak ada

larangan yang secara jelas disebutkan baik di dalam hukum Islam maupun hukum

positif, artinya boleh boleh saja asalkan memang atas izin suami dan tidak yang

dilarang oleh syariat. Tetapi tetap pegangan utamanya adalah nafkah itu menjadi

kewajiban suami. Dalam sejarah Islam, ditemukan banyak riwayat yang

menceritakan sahabat perempuan yang berprofesi diluar rumah. Mereka antara

lain : Ummu Salim binti Malhan yang bekerja sebagai rias pengantin, Qilat Ummi

bani Anmar yang bekerja sebagai pedagang, bahkan ada di antara sahabat

perempuan yang ikut ambil bagian dalam peperangan, seperti Ummu ‘Atiyyah.

Berdasarkan fakta ini dipahami bahwa perintah tersebut tidak harus menunjukkan

keharusan merumahkan perempuan. Sedangkan ketika isteri merasa suami tidak

melaksanakan tanggug jawabnya maka isteri boleh melakukan perbuatan hukum

atas itu yaitu mengajukan gugatan ke pengadilan sesuai dengan pasal 34 UU No.1

Tahun 1974.

Sistem pemberian nafkah di masyarakat Kecamatan Sooko ini

diantaranya:yang pertama , isteri sebagai pencari nafkah utama, biasanya hal ini

terjadi karena suatu keadaan dan alasan tertentu. Isteri harus bekerja untuk bisa

menggantikan suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Kedua, isteri ikut

bekerja membantu suami, mengingat bahwasanya semakin hari semakin lama

kebutuhan manusia terus mengingat tidak cukup untuk mengandalkan dari satu

orang. Inilah alasan dari beberapa isteri untuk ikut bekerja mencari nafkah agar

kebutuhan rumah tangga bisa tetap terpenuhi. Ketiga, nafkah dari orang tua,

model pemberian nafkah yang ketiga ini sebenarnya tidak baru lagi. Terkadang

Page 94: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

86

pasti kita tau dan dengar masih ada yang mengharapkan dari pemberian orang tua

sekalipun statusnya sudah menikah. Hal ini tentu tanpa alasan, suami yang

kurang sadar akan betapa pentingnya tanggung jawab dan kewajibannya dalam

memenuhi nafkah keluarga serta orang tua yang kurang mengajarkan akan

pentingnya tanggung jawab dalam keluarga teurutama dalam hal pemenuhan

nafkah keluarga.

Terkait masalah nafkah tokoh masyarakat di kecamatan Sooko sepakat

bahwasanya memang nafkah menjadi kewajiban suami. Jika isteri ikut bekerja

mencari nafkah, maka itu hukumnya mubah bukan wajib, dan bisa menjadi ladang

pahala untuk para isteri. Isteri boleh bekerja asal ada izin suami dan tidak yang

dilarang menurut syara’. Suami juga tidak boleh lepaskan tanggung jawabnya

ketika isteri ikut bekerja mencari nafkah, karena ketika hak dan kewajiban sama

sama dilakukan, maka tujuan dari membina keluarga yaitu sakinah, mawaddah

warahmah itu akan dapat tercapai. Dalam keluarga pun, menjaga keutuhan dan

kerukunan keluarga adalah menjadi tugas bersama, antara suami dan isteri. Harus

ada komunikasi yang baik dan sikap saling pengertian. Terkait hal nafkah dari

orang tua memang tidak ada hukumnya dan hakikatnya pernikahan itu adalah

lepasnya tanggung jawab wali atau keluarganya. Jadi nafkah itu merupakan

jaminan hidup bagi seorang isteri ketika dia sudah menikah. Tetapi memang tidak

ada hukumnya terkait hal itu, kalaupun orang tua masih mampu untuk

memberikannya itu bukan merupakan sebuah masalah, tetapi kalau keadaannya

justru orang tua makin terbebani itu yang harus dihindari. Karena kembali lagi,

nafkah itu sudah menjadi kewajiban suami ketika akad nikah telah diucapkan.

B. Saran- saran

1. Di dalam keluarga hendaknya masing-masing pihak baik suami maupun isteri

memahami hak dan kewajiban masing-masing. Suami hendaknya

bertanggung jawab untuk memenuhi nafkah bagi isteri dan anak-anaknya.

Begitupun sebaliknya, isteri tau kewajibannya sebagai pengatur rumah

tangga. Ketika keduanya berjalan dengan serasi, maka tentunya tujuan dari

keluarga itu sendiri akan tercapai.

Page 95: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

87

2. Agar terus diberikan penjelasan dan pemahaman mendalam kepada suami

terkait tanggung jawab dalam menafkahi keluarga, dimana yang berkewajiban

mencari nafkah adalah suami bukan isteri. Jikalau isteri yang mencari nafkah

maka itu hukumnya mubag bukan wajib. Dan itu dapat menjadi ladang pahala

untuknya.

3. Sekalipun isteri menjadi pencari nafkah utama, isteri harus tetap taat dan

patuh kepada suami. Jangan sampai isteri sombong dan melawan. Jangan

terlalu diperlihatkan hal demikian selagi memang suami masih mampu untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Hal tersebut boleh terjadi apabila memang

kondisi keluarga dalam hal kebutuhan tidak bisa terpenuhi apabila hanya

mengandalkan dari peranan suami.

4. Agar terus diberikan pemahaman yang mendalam kepada pasangan yang akan

menikah mengenai hakikatnya perkawinan, bahwa perkawinan itu

menimbulkan hak dan kewajiban serta tanggung jawab dari masing-masing

pihak baik suami maupun isteri. Serta diberikan pemahaman mengenai bahwa

nafkah merupakan jaminan hidup bagi isteri ketika sudah menikah.jadi

nafkah merupakan kewajiban suami ketika akad sudah diucapkan sebagai

tanda lepasnya tanggung jawab seorang wali.

Page 96: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

89

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Abd.Muhaimin , Abdul Wahab. Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan dalam

Perkawinan dan Perceraian. Ciputat: GP Press Jakarta. 2013.

Abidin, Slamet. Fikih Munakahat I. Bandung: Pustaka Setia. 1999.

Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah Jilid 3.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Fiqih Ala Madzahib Al-Arba’ah Juz IV. Beirut: Darut Kutub

Al Ilmiyah. 1990.

al-Mashri, Syaikh Mahmud. Perkawinan Idaman. Jakarta: Qisti Press. 2010.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Hukum-Hukum Fiqh Islam, Cet. IV, Jakarta:

Bulan Bintang, t.t

Asmawi, Mohammad. Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan. Yogyakarta:

Penerbit Darussalam. 2004.

Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.

Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.

Ilmu Fiqh, Jilid II, Cet, I. Jakarta: 1984/1985.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Modul Pembinaan

Keluarga Sakinah.

Hawa, Sa’id. al-Asas fi at-Tafsir. Jilid ke-8.Qairo:Dar as-Salam,1999.

Kharlie, Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2013.

M.Hamidy. Terjemahan Nailul Authar, Himpunan Hadis-Hadis hokum. Surabaya:

T.Bina Ilmu) cet ke-5

Mulyati, Sri. Editor. Relasi Suami Istri dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Syarif Hidayatullah. 2004.

Page 97: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

90

Mukhtar , Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan

Bintang. 1974.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawir, Cet-1. Yogyakarta: upbk.PP.al-

Munawir. 1987.

Nuruddin, Amir dan Tarigan, Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam di Indonesia.

Jakarta: Kencana. 2006.

Projohamidjojo, Martiman. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Indinesia Legal

Center Publishing. 2002.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, Jil.3, Penerjemah. Abdurrahim dan Masrukhin. Jakarta:

Cakrawala Publishing. 2011.

Saebani, Beni Ahmad. Fiqh Munakahat 2. Pustaka Setis: Bandung. 2010.

Shihab, Quraish,. Wawasan Al-Qur’an. Bandung:Mizan,1996.

Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung:Mizan,1992.

Soekanto, Soerjono. PengantarPenelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1986.

Soemiyati. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan. Yogyakarta:

Liberty. 1986.

Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta. 2015.

Suhardana, F.X. Hukum Perdata I. Jakarta: Prenhallindo. 1992.

Sukandarrumidi. Metodelogi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2004.

Syahuri , Taufiqurrahman. Legislasi Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta :

Kencana. 2013.

Syamsuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,. Jakarta: Kencana. 2009.

Syarifuddin , Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

2006.

Page 98: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

91

Tihami dan Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta:

Rajawali Pers. 2010.

Tim Penyusun Pusat Kamus Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 2002.

Yanggo, Huzaemah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta: Ghalia

Indonesia. 2010.

Yusro, Ngadri. Konseling Keluarga, Perkawinan, dan Konseling Pranikah.

Bengkulu:LP2 STAIN CURUP. 2010.

Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adilatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al

Khatani dkk. Jakarta: Gema Insani. 2011.

Zuhaili ,Wahbah. Kedudukan Perempuan Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas.

1983.

2. Peraturan Perundang-Undangan

1. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

2. Kompilasi Hukum Islam

3. KUHPerdata/BW.

4. Undang Undang No.35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

3. Data

Arsip Kecamatan Sooko Tahun 2016.

Laporan Pengadilan Agama Mojokerto Tahun 2015-2017

Badan Pusat Statistik Kecamatan Sooko Dalam Angka 2017.

4. Internet

https://news.detik.comberita-jawa-timur/d-3941931/batu-prasasti-peninggalan-

majapahit-ditemukan-warga-mojokerto, diakses pada tanggal 16 Juli 2018 Pukul

11.00 WIB.

Page 99: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

92

http://beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/330443/warga_puri_temukan_benda_ku

no_diduga_peninggalan_majapahit.html, diakses pada tanggal 14 Juli 2018 Pukul

13.00 WIB.

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/2793211/menengok-tradisi-keresan-di-

mojokerto, diakses pada tanggal 14 Juli 2018 Pukul 14.00 WIB.

Page 100: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Pedoman Wawancara

Masyarakat

1. Ibu/bapak sudah menikah berapa lama ?

2. Apakah bapak/ibu tau hak dan kewajiban suami isteri dalam rumah tangga ?

3. Siapa yang mencari nafkah dalam keluarga?

4. Siapa yang mengurus rumah tangga dan anak-anak ?

5. Apakah suami ibu bekerja?

6. Berapa penghasilan suami ibu ?

7. Apakah ada sumber pendapatan lain dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga ?

8. Apakah ibu bekerja?

9. Berapa penghasilan ibu ?

10. Apa alasan ibu bekerja?

Page 101: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Infoman : Husnul Alfiah (45 Tahun) Waktu : 5 Juni 2018 Pukul 09:00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat : Kediaman Ibu Husnul (Desa

Japan Kecamatan Sooko)

1. Ibu kaleh bapak sampun nikah berapa lama ?

Kapan yo mbak pokoke saiki ari (anak pertama) iku umur 23 tahun, aku oleh ari iku

pas 3 tahun mari nikah yoo sekitar nikah tahun 1992.

2. Bapak kerjo nopo bu?

Saiki wes gak nyambut gawe put.

3. Sakderenge emang kerjone nopo bu ?

Yoo podo karo aku ngene iki put, bagian ngunggahno sepatu. Nek aku kan bagian

kap’e nek bapak biyen bagian sol’e

4. Trus Nopo’o bu bapak sakniki mboten kerjo ?

Yo koyok wes ga kuat yokopo yo . mripat iku kan wes ga ketok . kerjo ngene iki kan

kudu ketok nomer nomeran. Lah nek mripate ga ketok kan yo ga isok buron kabeh.

Makane saiki yoo ga enek sing ngongkon garap sepatu. Yowis saiki luru rosok

rosokan. Nek isuk mari sembahyang shubuh metu luru rosokan. Opo yo samean iku

nek ngarani pemulung yaa.

5. Alasane ibu kerjo niku nggeh karena bapak sakit nggeh bu ?

Yoo sakjane mbak putri, aku iki kan kerjo kan wes ket biyen. Ket sak durunge bapak

sakit. Yoo aku kerjo soal penghasilane kan kerjo ngene iki gak sepiro, makane ambek

tak ewangi. Isokku yo kerjo ngene iki, biyen diwuruki ambek dulur dulurku ngene iki

makane isok kerjo ngene. Nek kerjo ndek njobo yo angel wong ijazahku loh mek SD.

Bapake yo ngunu. Keahliane mek ngene tok, ijazah yo rendah.

6. Tapi ibu semerap nggeh nek mencari nafkah niku kewajiban suami?

Yo ngerti mbak. Tapi aku yo kerjo wes ket biyen. Sakdurunge bapake loro. Iku kan

yowes gawe nambah penghasilan ndk omah. Wong nek njagakne bapakne yo ga

cukup. Opo maneh saiki kan bapake mari loro iku wes ga isok lapo lapo. Nerusne

kerjo sepatu yo ga isok. Kerjo mek luru rosokan.

7. Berarti sing kerjo kaleh ngurus rumah tangga nggeh ibu ?

Page 102: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Yoo aku mbak. Kan kerjo ngene iki iku ga menentu waktu. Makane aku yoo isok

ambek ngerjakno kerjaan rumah tangga. Ngene engkok aku mari lohor wes masak.

Trus ngene iki kan kadang onok kadang engga. Nek onok seng ngirim yoo dikerjakno,

nek ga enek sing ngirim yo ga ngerjakno. Kadang yoo tau nganggur ga enek sing

ngirim sampe seminggu.

8. Lah ngenten niki sing ngirim sinten bu ?

Yoo onok mbak juragane. Aku yo mek ngenteni tok. Nek wong-wong opo maneh sing

jek nom kan kadang njupuk dewe, lah aku kan ape njupuk dewe yo ga isok wong ga

nduwe kendaraane. Makane yo ngenteni enek sing ngeterne. Kok yo alhamdulillah

walaupun kadang onok kadang gak jek enek sing gelem ngirimi aku.

9. Nek kerjo ngeten niki penghasilane pinten bu ?

Yo itungane seminggu 200 kebawah. Kadang kadang nek wong sing isok cepet yo

oleh akeh. Lah nek ibu kan ngene iki nyambi ambek ngerjakno pekerjaan rumah

tangga. Yoo sak olehe. Minimal nek garap full sak minggu isok oleh 200 ribu tapi yoo

nek garap mek 2-3 dino olehe 200 kebawah. Ngene iki loh murah mbak put itungane

sak kodi mek 13.000 . loh iki maeng mek dikirim 4 kodi.

10. Trus nek mboten enten kiriman ngonten niku yoknopo bu kangge kebutuhan rumah

tangga ?

Yowes gak lapo-lapo . yowes sakono’e. Paling nek pas gak onok-onoke yoo pinjem

ndek perencangan.

11. Bapak kan niku ngumpulaken rosokan nggeh bu, penghasilane pinten bu ngoten niku?

Halah mbak putri , iku kan satu bulan yoo ket dodol, dikumpulno disek nang omah.

Yo ga isok didol kabeh langsung. Ngunu iku yoo ngenteni onok sing njupuk nang

omah. Sak sang iku loh gak payu 5 rebu. Yoo olehe titik titik ngunu lah.

12. Sakderenge bapak mboten kerjo, bapak kan nggeh kerjo sami kaleh ibu ngoten niki,

Nopo penghasilane cukup kangge kebutuhan rumah tangga ngoten niku ?

Loalah mbak, ket awal aku iki yowes kerjo. Dadi kerjo bareng ngunu ambek bapakne.

Nek bapakne tok sing kerjo jagakne bapakne tok yo ga isok. Opo maneh biyen kan jek

biayani anakku karo sekolah. Dadi yo butuh akeh. Nek saiki kan mek biayai anakku

siji soale sing sijine wes lulus. Dadi yo ga terlalu berat. Gak sampe keterusan nyeleh

nang tonggo utowo dulur dewe.

13. Jadi ibu niku kerjo nggeh penghasilane kangge ibu piyambek nopo kangge kebutuhan

rumah tangga ?

Page 103: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Yoo kanggo kebutuhan rumah tangga mbak. Kan bapakne yowes ga kerjo. Olehe

dodol rosokan yo ga sepiro. Kadang yo ga enek sing gelem. Yowes penghasilane iku

maeng gawe bayar listrik, gawe mangan, gawe nyangoni anak sekolah, yowes pokoke

gawe nyambung urip.

Page 104: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : Ibu Sariah (33 Tahun) Waktu : 06 Juni 2018 Pukul 11.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat : Kediaman Ibu Sariah (Desa

Japan Kecamatan Sooko)

1. Sampun nikah berapa lama bu ?

3 tahun bekne mbak

2. Sinten bu sing mencari nafkah dalam keluarga?

Yo bapake yo aku ngewangi sisan mbak.

3. Ayahe kerjo nopo ?

Sepatu. Biasa proyekan tapi wes sepi. Makane saiki kerjone sepatu.

4. Pinten niku bu penghasilane ayahe?

Gak mesti mbak.

5. Penghasilane paling besar berapa ?

Sak minggu kadang yo 70 kadang yo isok dibawahe .

6. Trus ibu nggeh kerjo ?

Yo podo mbak aku yo gawe sepatu sisan kerjone

7. Trus penghasilane ibu pinten ?

Yo gak tentu mbak kadang sak minggu 180 kadang malah isok dibawah 100.

Tergantung cepet atau gak e oleh garap. Wong ngunu iku tambah luwih murah mbak

ongkose. Bayarane murah tergantung cepet atau gak e mbak. Nek isok cepet yo oleh

akeh. Tapi kan aku ambek nduwe anak jek cilik, jek umur 1 tahun. Makane ambek

tak sambi momong yoan. Makane ga isok cepet garape. Makane olehe mek sakmunu

8. Tapi ibu semerap nggeh nek mencari nafkah niku kewajiban suami?

Yo ngerti mbak. Aku yo pengen ae ngunu nek omah, njogo anakku. Tapi saiki nek

jagakne bojo tokyo ga cukup. Wong loro ae ga cukup . kok malah iki ijen. Yowes

pokoke susah seneng bareng ngunu loh mbak.

9. Tapi ibu kerjo sampun ket kapan bu?

Yo kan biyen iku pas ayahe jek kerjo proyek iku lumayan mbak. Yo isok dibilang

lebih lah. Tapi semenjak proyekan ayahe sepi, maleh dadi wes ga kerjo proyekan

maneh. Trus bapakne kerjo yo gawe sepatu ngene. Lah penghasilane ga sepiro, yowes

Page 105: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

tak ewangi pisan, lumayan gawe tambah tambahan yo meskipun ga sepiro. Kerjo

ngene kan yo enak opo maneh aku nduwe anak jek umur 1 tahun.isok ambek momong

10. Kerjo buruh gawe sepatu niku tiap hari ta yoknopo bu?

Yo nek onok sing ape ngekap ae mbak. Nek ga onok yo prei. Makane ga tentu

penghasilane

11. Trus bapak nopo o mboten coba kerjo sing lain bu?

Mbak ijazah bapake ae yowes mek SD. Golek kerjo loh mentok mentoke yo opo

olehe ngunu ngunu ae. Isok garap sepatu ae ket pas kerjo proyeke sepi. Biyen yo ga

isok.

12. Alasane ibu nggeh melok kerjo nopo’o bu?

Yo mbak wong diewangi aku kerjo loh yo jek kurang gawe kebutuhan ndek omah.

Makane titik titik nambahi meskipun wong loro yo jek kurang kadang.

Narasumber

Page 106: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : Lailatul Maghfiroh (24 Tahun) Waktu : 10 Juni 2018 10.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat : Kediaman mbak Laila

1. Sampun nikah berapa lama mbak ?

Udah hampir 3 tahun mbak

2. Suami kerja mbak ?

Kayaknya Kerja mbak.

3. Kok kayaknya mbak ?

Soalnya aku wes lama gak komunikasi lagi, sekarang lagi proses cerai

4. Alasan mengajukan cerai apa mbak ?

Yowes gitu mbak, ada masalah

5. Tapi pas sebelum mengajukan gugatan cerai , suami kerja mbak ?

Kerja mbak. Di rental mobil

6. Kira kira berapa itu mbak penghasilannya?

Gak tau aku mbak. Dulu sihh sekitar dapet 300-400an lah seminggu.

7. Kok mbak ga tau ? terus selama ini dikasih nafkahnya gimana ?

Aku dari awal emang ga pernah dapet nafkah mbak. Dapet sihh awal dua bulan tiga

bulan nikah, setalah itu udah engga lagi. Kalau pulang kerumah itu tak mintain duit

bilangnya gak ada, katanya rental lagi sepi.

8. Gimana mbak ceritanya ?

Yaa aku nikah sama dia udah hampir 3 tahun. setelah nikah kan masih tinggal sama

orang tuaku. Jadi terkadang kebutuhan hidup masih numpang sama orang tua.

Sampai aku memutuskan untuk cari kerja. Karena malu kalau terus ngandelin orang

tua, apalagi statusnya udah rumah tangga. ditambah lagi juga kan suami ku gak

pernah ngasih duit lagi.

9. Mbak sudah punya anak ?

Belum mbak

10. Mbak nya kerja apa ?

Aku bagian produksi di Mayora

Page 107: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

11. Gajinya berapa mbak ?

Itu bersihnya dapet 1.825.000 kalau sama uang lembur bisa dapet 2.000.000

12. Jadi alasan mbak kerja yaa karena suami ga ngasih nafkah ?

Yaa itu salah satunya mbak. Lagian aku juga masih muda, belum punya anak juga,

makannya kerja ajaa. Dari pada dirumah terus. Kalau aku kerja kan bisa menuhin

kebutuhan aku dan bisa ngasih orang tua juga.

13. Terus mbak sudah berapa lama kerja ?

Yaa pokoknya ga lama setelah menikah itu mbak.

14. Berarti alasannya minta cerai karena suami gak ngasih nafkah mbak ?

Yaa gitu lah mbak, habisnya tiap hari yo debat terus, wes pegel hati.

Page 108: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : Nila (21 Tahun) Waktu : 20 Juni 2018 Pukul 18.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Alamat : Kediaman Ibu Nila (Desa

Brangkal Kecamatan Sooko)

1. Samean nikah sudah berapa lama mbak ?

Piro yo mbak . nek ga salah wes sekitar 6 tahunan. Soale podo karo umure anakku 6

tahun

2. Nikah umur berapa mba dulu ?

Aku umur 16 nikahe mbak.

3. Kalau bojone samean dulu umur berapa ?

Sekitar umur 17 tahun mbak. Jek sekolah kok. Makanya dulu nikahnya sirri. Soalnya

dia kan masih sekolah. Takut ketahuan sama temen temen sama pihak sekolah. Nek

ketahuan kan nanti dia bisa ditokno tekok sekolah

4. Berarti sekarang status nikah nya masih sirri?

Gak mbak. Udah sah kan pas umurnya suamiku mencukupi langsung ngajuin ke

pengadilan.

5. Suami samean kerja mbak ?

Engga mbak.

6. Trus siapa yang ngasih nafkah di keluarga ?

yo bapak mbak (orang tua pihak laki-laki). Kan selama ini aku yo tinggal di rumahnya

keluargane bojoku.

7. Trus bojone samean lapo ?

Dulu kuliah tapi mek oleh 2-3 semester ngunu terus metu. gak onok biayane . kan

kampus dek’e iku ancen larang biayane .

8. kalau emang dia udah ga kuliah kenapa ga cari kerja ?

Yo piyee mbak. Bojoku iku jarene ga isok kerjo melok wong. Pengene usaha dewe.

Tapi yo modal gawe usaha dewe iku dorong onok.

9. Berarti selama ini pemenuhan nafkah keluarga dapet dari orang tua yaa mbak ?

Page 109: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Yaa gitu mbak. Kan suamiku ga kerja. Sekarang juga tinggalnya sama orang tua

suamiku. Jadi yaa kebutuhan sehari-hari melok nang wong tuo mbak.

10. Tapi samean ngerti mbak nek nafkah itu kewajiban dari suami?

Yo ngerti mbak. Tapi yo piye maneh keadaane koyok ngunu. Bojoku ga gelem kerjo

nek melok wong, pengene usaha dewe.

11. Mbak sudah punya anak?

Iyaa udah satu mbak. Umur 6 tahun, baru masuk SD

12. Nah untuk biaya anak jugaa dibiayai sama orang tua suami yaa mbak ?

Iyaa mbak

13. Emang mertua samean kerjane apa mbak ?

Semacam guru spiritual gitu lah mbak

14. Samean ga kepikiran untuk cari kerja mbak secara suami samean ga kerja ?

Aku pengen sakjane mbak kerja, tapi gak diolehi ambek bojoku. Jarene wedi aku

digudo wong lanang liyo ndek njobo.

15. Trus kenapa samean masih bertahan sekalipun suami samean gak ngasih nafkah?

Wes terlanjur sayang mbak. Sayang ambek ibu, bapake. Opo maneh onok anak. Gak

mungkin aku isok pisah ngunu ae. Nek wes keadaane koyok ngene yo dijalani ae.

Insyaallah rejeki onok ae.

16. Trus buk yoknopo ibu menanggapi hal seperti ini?

Yo piye maneh mbak nek keadaan ne koyok ngene. Lagian jenenge anak mosok yo

aku tego. Anakku yowis salah, makane gak mungkin aku nelantarno anak bojone

ngunu ae.

17. Mboten dicoba untuk disuruh cari kerjaan ngoten ta buk ?

Piyee maneh mbak, areke ga gelem nek kerjo melok wong. Njaluke usaha dewe. yo

insyaAllh enek ae engkok rejekine.

Narasumber

Page 110: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : Iswahyuni (50 Tahun) Waktu : 20 Juni 2018 Pukul 09.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat : Kediaman Ibu Is (Desa

Sambiroto Kecamatan Sooko)

1. Ibu sampun nikah berapa lama ?

Anakku saiki umure wes ape 30 tahun , yo sekitar sakmunuan mbak

2. Oalah mpun dangu nggeh bu. Bapak kerjo nopo bu?

Saiki bapak ga kerjo mbak.

3. Sampun ket kapan bu mboten kerjo?

Oalah wes suwe mbak. Pokok aku mulai buka warung iki yo kan soale bapak ga

kerjo. Wes ket tahun 2011 koyoke.

4. Sakderenge kerjo nopo bu?

Biyen iku bapak juragan mbak. Juragan sepatu sing bagian nyelep sul. Iku gede biyen

penghasilane. Kisaran iku olehe isok 3 jt/minggu.

5. Nopo’o bapak mboten kerjo bu ?

bapak iku main judi. Entek entekan. Makane trus bangkrut ngunu. wes ga enek modal

maneh. Ditambah saiki wes loro loroan.

6. Ohh ngoten ta bu, trus ibu buka warung niki nggeh?

Iyoo mbak, yowes pokoke isok gawe nyambung urip. Ibu yowes umur sakmene . ape

krjo nang pabrik yo ga mungkin, ape kerjo melok wong yo ga isok, soale ambek

ngeramut bapak, terus ibu yowes umur sakmene.

7. Trus sakniki bapak mboten kerjo nggeh bu?

Ogak mbak.

8. Tapi ibu semerap nggeh nek nafkah niku kewajiban suami?

Yo ngerti mbak, tapi piye maneh. Saiki bapak yo ga nduwe modal gawe buka usaha

maneh. Nek kerjo melok wong yo ga isok, polae awake wes ga sesehat biyen. Yo iku

maeng loh mbak loro-loroan. Saiki gantian aku sing golek duwek. Biyen yo bapak pas

onok nyenengno aku mbak.

9. Pinten bu penghasilan saking buka warung ngoten niki?

Page 111: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Biasane nek arek sekolah melbu iku sedino isok oleh 200-250 mbak. Tapi nek pas

prei sekolah ngunu paling mentok yo 100rb.

10. Dados ibu nggeh sing memenuhi nafkah keluarga?

yo ngunu wes mbak.

11. Anake ibu pripun ?

Yo doni iku podo kerjone sepatu, wong tekok bapakne isoke yo kerjo ngunu.

sekolahe yo ga duwur. Yo isoke ngunu tok mbak.

12. Nopo dengan penghasilan segitu cukup bu kangge kebutuhan hidup?

Yo cukup iku lak relatif mbak. Sing penting isok gawe nyambung urip trus kenek

gawe titik titik ngelumpukno gawe celengan sewaktu waktu bapak kumat lorone.

Page 112: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : Sutiyah (34 Tahun) Waktu : 21 Juni 2018 Pukul 13.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat : Kediaman Ibu Sutiyah (Desa

Kedungmaling Kecamatan Sooko)

1. Samean sudah nikah berapa lama mbak ?

Dari tahun 2001 kayaknya kayaknya mbak, yowis pokoke sak umur karo anakku sing

nomer siji mbak

2. Suami kerja mbak ?

Kerja mbak

3. Kerja dimana mbak ?

Kerjo dadi kuli mbak . buruh bangunan ngunu lah

4. Berapa mba penghasilane ?

Walah mbak, kuli yo ga sepiro. Tergantung proyeke seh. Yo olehe kadang 300,500

paling gede 800an.

5. Niku penghasilane sebulan sak moten nopo piyee mbak ?

Yo gak mbak, koyok sekali proyek ngunu. misal onok sing bangun omah, yo sampe

bangun omah mari ngunu bayarane sakmunu. Kadang oleh 300, 500, yo sakmunu lah

pokoke mbak. Kadang sebulan yo gak etuk duwe. Paling akeh kadang sakwulan oleh

800rb. Wong saiki sepi ngunu kok

6. Mbak kerjo nopo ?

Iyoo mbak aku kerjo

7. Kerjo nopo mbak ?

Jogo warung kopi mbak,

8. Suami ngerti mbak nek samean kerjo ?

Yo ngerti mbak. Wong aku nek kerjo iku budal awan moleh bengi . jelas bojoku

ngerti

9. Trus bojone samean ngijinin samean kerjo mbak ?

Yo kudu mbak, saiki nek ga diolehi kerjo, jagakne duik tekok bojoku yo gak cukup

mbak. Asline aku yo emoh mbak kerjo nang warung kopi kunu, tapi kebetulan sing

Page 113: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

nduwe iki koncoku dewe, dadi enak. Koyok ngerasa aman, onok sing njogo sisan.

Ditambah bojoku yo tenang ngecol aku kerjo .Ngerti dewe kan mbak warung kopi

panggone wong lanang-lanang tok.

10. Jaga warung kopi iku gajine berapa mbak ?

Standar oleh 1.300.000 mbak, tapi nek pas rame isok smpek 1.800.000 atau 2.000.000

11. Jadi sing memenuhi nafkah keluarga yo berdua yaa mba , samean kaleh bojone

samean?

Iyoo mbak. Wong gawe biaya sekolah ae kadang yo jek kurang. Jaman biyen pas opo

opo gorong larang kan yo jek isok nek njagakne bojoku tok mbak. Lah saiki opo opo

wes larang jagakne tekok kuli yo ga cukup. Opo maneh yo kadang enek proyekan

kadang gak ono. Gak isok dijagakne lah.

12. Anake pinten mbak ?

Loro mbak. Siji kelas 2 SMA sing siji SMP kelas 3.

13. Tapi samean semerap nggeh mbak nek mencari nafkah niku kewajiban suami ?

Yoo paham mbak, ngerti aku. Tapi piyee maneh nek jagakne tekok bojoku tok yo ga

cukup. Lagian yo bojoku ngolehi aku kerjo. Wonge yo paham nek penghasilane iku

ga sepiro nek jagakne iku tok.

14. Trus mbak sing ngeramut anak anak dan mengurus rumah tangga sinten?

Yo kan aku kerjone awan mbak. Sak durunge budal tak masakne trus risek risek

omah, marekno penggawean ndek omah disek. Anak anakku lak wes gede dadi karek

dimasakno ae yowes cukup. Kadang lek gak sempet yo diewangi ibu ku mbak. Kan

aku tinggal ndek omahe wong tuoku.

15. Apa dengan samean ikut bekerja itu bisa memenuhi nafkah keluarga mbak?

Yo lumayan mbak, timbang mek jagakne tekok bojoku. Wes kerjone abot tapi yo

gajine ga sepiro. Kadang yo jek diewangi wong tuoku. Nek misal pas lagi ga nyekel

duwek karo karone. Trus gawe nyangoni sekolah anakku.

Narasumber

Page 114: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : AHIRIZZEN Waktu : 02 Juli 2018 Pukul 10.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat : KUA Kecamatan Sooko

1. P:Niki dengan bapak sinten?

N:Bapak AHIRIZZEN, sampun semester 6 nggeh niki?

2. P:Masuk semester 9 pak niki

N:Loh kok telat,

3. P:Nggeh kan sampun mboten enten kuliah niku pas semester 8 pak. Bapak

pendidikan terakhir nopo?

N:S2

4. P:Lulusan pundi pak?

N:UNDAR

5. P:Ngambil jurusan nopo pak?

N:Hukum Islam

6. P:Sudah berapa lama pak menjadi kepala KUA Kecamatan Sooko?

N:Kalau di KUA Kecamatan Sooko baru 4 tahun setengah, sebelumnya keliling

keliling mulai dari tahun 2002 sampai sekarang gonta ganti tempat.

7. P:Pak berbicara mengenai hak dan kewajiban suami isteri, menurut bapak sejauh

mana pak suami dan isteri harus mengetahui hak dan kewajiban masing masing?

Menurut bapak penting kah, sejauh apa suami dan isteri harus mengetahui hal

tersebut?

N:Yaa penting, harus tau malah. Yaa kalau gak tau hak dan kewajiban rumah tangga

ga bisa jalan. Suami punya hak isteri juga punya hak, begitu juga dengan kewajiban.

Intinya gini rumah tangga itu kalau yang suaminya tau kewajibannya isteri ga usah

menuntut haknya, begitu jugaa kalau isteri tau kewajibannya suami ga perlu lagi

menuntut haknya karena secara otomatis itu sudah terpenuhi. Jadi harus tau hak dan

kewajiban masing masing. Dan harus saling menghormatilah dan saling menjaga hak

dan kewajiban masing masing. Karena rumah tangga berantakan kan itu karena tidak

terpenuhinya kewajiban. Nuntut ae.

Page 115: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

8. P:Nah kemaren kan saya sudah mewawancarai masyarakat kecamatan sooko dan saya

menemui beberapa pasangan suami isteri itu dimana isteri ikut bekerja memenuhi

nafkah keluarga bahkan ada yang isteri itu menjadi pencari nafkah utama dalam

keluarga dengan berbagai faktor seperti suami sakit, suami tidk bekerja, atau karena

memang nafkah dari suami itu kurang. Bagaimana tanggapan bapak mengenai hal

tersebut?

N:Kalau masalah nafkah itu kan kewajiban suami, karena ada satu hal, ada udzur dan

lain sebagainya. Isteri boleh, tapi bukan wajib, boleh membantu. Jadi kewajiban

mencari nafkah itu kewajiban suami. nah untuk isteri yang mau menambah

penghasilan itu harus dari ijin suami, kalau gak ada ijin suami, nanti rumah tangganya

kocar kacir karena ga ada ridho dari suami. meskipun ekonominya mapan, isterinya

orang karir tetap harus ijin dari suami. tapi tetap isteri yang baik, dan mempunyai

penghasilan, dia akan menyerahkannya kepada suami. begini “mas saya dapat gaji

sekian” diserahkanlah itu kepada suami. nah suami yang baik itu begitu “lah kenapa

kok dikasihkan ke saya, itu kan harta atau uang kamu” “loh saya kan bekerja atas ijin

njenengan”. Nah itu isteri yang bagus, disampaikan. Meskipun memang tidak

diberikan karena biasanya suami akan meyerahkannya kepada isteri yang penting ada

laporan, disampaikan. Boleh boleh saja. Itu bernilai pahala hukumnya sunnah. Kalau

isteri memberi nafkah itu sunnah, kalau suami itu wajib.

9. P: Lalu pak memanggapi, saya melihat dan sudah mewawancarai di Pengadilan

Agama Mojokerto. Perceraian di Mojokerto ini meningkat dan faktor utamanya

adalahak karena masalah nafkah atau ekonomi. Ada beberapa memang yang

faktornya karena percekcokan atau perselingkuhan tapi setelah disidangkan

ditemukan fakta baru bahwa karena suami sudah tidak mampu lagi memenuhi

tuntutan nafkah isteri atau isteri merasa suami sudah tidak lagi bisa memberi nafkah,

Humas Pengadilan Agama Mojokerto mengatakan memang banyak sekali isteri yang

merasa nafkahnya kurang akhirnya mereka mengajukan gugatan cerai, nah bagaimana

bapak menanggapi hal tersebut ? mengingat suami ini sudah memenuhi nafkah artinya

kewajibannya sudah gugur, karena dia sudah berusaha memenuhi nafkah keluarga. te

Bagaimana menurut bapak mengenai hal tersebut?

N: Itulah seorang wanita yang tidak qana’ah . tidak menerima adanya. Kan rejeki itu

sudah diatur oleh Allah , mungkin standart Allah sudah segitu. Kan suami sudah

berusaha, bekerja. Nah seorang isteri harus bisa menerima. Masak menuntut lebih

kalau adanya segitu. Lah ini makanya seorag isteri perlu belajar untuk qana’ah,

Page 116: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

menerima apa adanya. Nah kalau itu sudah terjadi, insyaallah rumah tangganya akan

bahagia dunia dan akhirat. Terkadang kan kita kalau cari calon suami atau calon isteri

kan diliat liat dulu, ini baik apa engga, ini qana’ah apa engga. Dan tipe tipe isteri yang

penurut itu kan sudah terlihat pas awal awal kenalan. Dan ketika cari calon isteri itu

yang penting agamanya, ketika agamanya kuat maka insyallah akan tentram.

P: terkadang juga ukuran cukup itu kan kalau dalam jaman sekarang ini dan setiap

orang itu relatif yaa pak. Menurut orang lain, itu menjadi kebutuhan sekunder tapi

menurut orang yang satunya lagi itu menjadi kebutuhan primer

N: iyaa emang cukup itu relatif. Kita melihat teman kita atau tetangga kita dibelikan

sesuatu , kemudian sang isteri lapor kepada suami , “kok aku gak ditokokno koyok si

A” nahh itu disitu letaknya. Kalau misalkan agamanya paham, qana’ah ada. Insyallah

gak akan terjadi hal seperti itu.

10. P:Saya juga mewawancarai beberapa pasangan suami isteri pak, temuan baru suami

tidak bekerja secara otomatis tidak memberikan nafkah untuk keluarganya. Dia juga

tidak memberikan izin untuk isteri bekerja. Akhirnya terjadilah numpang hidup

dengan orang tua. Bagaimana bapak menanggapi hal tersebut?

N:Yaa memang dalam rumah tangga modal utama itu harus siap lahir batin, artinya

harus siap menafkahi kan itu menjadi sebuah kewajiban.nah sementara terkadang

posisinya kurang sehingga masih njagakne wong tuo. Kalau misalkan orang tua

emang masih mempunyai yaa gak papa, tapi kan kalau terus terusan yaa bosen terus

jek njagakne wong tuo. Yaa memang syaratnya nikah itu ga ada menyebutkan harus

bekerja tetapi kan namanya seseorang kan harus adanya persiapan, harus ada biaya

untuk rumah tangga.

11. P: Terakhir pak bagaimana solusi bapak terhadap hal-hal tersebut? Yang mana isteri

ikut memenuhi nafkah keluarga, suami yang tidak memberikan nafkah sehingga

memicu tingginya perceraian, suami tidak memberikan nafkah sehingga masih

numpang hidup dengan orang tua?

N: yaa perlu ada semacam pembinaan, kan biasanya kan sebelum menikah ada

namanya suscatin. Ada modal disana. Disampaikan bahwa suami yang baik itu yang

ini ini. Isteri yang baik itu yang begini. Jadi dia tau hak dan kewajibannya. Karena

mungkin dia tidak tau hak dan kewajibannya jadi keluarga nya banyak tuntutan. Misal

penghasilan suami 100rb tapi isteri menuntut 200rb, nah sisa kurangannya dimana

nyarinya. Sehingga mengakibatkan keluarganya ga bisa tenang. Lah itu karena apa

kuncinya, tidak qana’ah. Makanya penting agamanya. Agama sangat menentukan.

Page 117: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Yaa nyarinya juga kecantikan, harta, tapi yang paling penting adalah agama. Kalau

agamanya mapan insyallah nanti yang terjadi di kondisikan dengan agama, sesuai

dengan agama. Makanya kunci menikah adalah ibadah. Kalau dari awal sudah ada

niatan saya nikah harus dapat ini dan ini karena dia kaya, nanti yang ada dia kecelek.

Makanya ada pembinaan secara mental, disampaikan.

Page 118: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : H.Salim Udin Waktu : 11 Juli 2018 Pukul 10.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat : Kantor Kelurahan Japan

Kecamatan Sooko

1. Atas nama bapak sinten?

H.Salim Udin

2. Sudah berapa lam pak menjadi kepala Lurah Japan ?

Saya sudah jalan dua periode mbak jadi kepala lurah disini, alhamdulillah masih

dikasih kepercayaan sama warga.

3. Pak kecamatan sooko ini kan menjadi salah satu kecamatan yang tingkat perceraian

nya tinggi, dan faktor terbesarnya karena nafkah. bagaimana menurut bapak ?

Kalau njenengan ngomong soal perceraian, saya sering diajak sharing sama warga, ini

juga ada 2 warga saya yang lagi proses cerai. Bagaimanapun saya tidak menyetujui

adanya perceraian dengan alasan apapun, karena itu datangnya bukan dari Allah. Tapi

pengambilan keputusan yang salah. Otak kita itu kalau denger perceraian pasti

langsung merujuk ke anak, isteri dan banyak orang yang kita ajak berdoa bersama

ketika temu manten atau walimatul ursy. Saya sering diundang warga saya untuk

mengisi acara walimahan. Nah saya disitu sering menyisipkan pesan saya untuksuami

isteri agar apapun masalahnya pasti ada jalan keluarga, dan saling mendoakan satu

sama lain agar rumah tangganya tidak kebobolan.setiap masalah kan pasti ada

solusinya. Kita ini juga punya alat, tapi jarang dipake. Coba banyak baca fatihah,

minta perlindungan agar keluarganya dapat terjaga. Tiap malam neng saya ini buka 24

jam, saya buka pintu rumah saya untuk warga bisa sharing. Dan kebanyakan emang

langsung plong pas mari cerita.

4. Trus masalah yang menjadi fokus maalah di keluarahan japan yang ingin bapak

selesaikan apa pak ?

Masalah sosial paling mbak. Karena warga japan ini lagi marak-maraknya usaha kost-

kostan. Nah usaha kost kostan ini itu terkadang disalah gunakan. Makanya pernah

waktu itu jam 1 malam saya dan bu polo sama staff keamann desa melakukan razia

kost-kostan. Yaa kayak gitu ditemukan ajaa ada yang kayak begitu.

Page 119: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

5. Kalau masalah dibidang hukum keluarga pak ?

Yaa itu neng, semenjak saya buka 24 jam untuk warga saya, yaa banyak yang dateng

kerumah atau menemui saya di kantor sini, sekedar minta pendapat, minta solusi dan

menjadi penengah dari masalah rumah tangga mereka. Yo ngunu iku neng, onok sing

tukaran terus, onok sing kenek orang ketiga. Yowes macem macem ngunu neng. Pas

tak takoki ngunu iku sih emang akeh sing gara gara orang ketiga. Bahkan onok sing

wong wedok iki ngewangi ben sing lanang iki cepet cerai karo bojone. Dikeki diwek

gawe ngurus ngurus nang pengadilan. Ngunu iku yo onok loh neng. Onok yoan iku

sing lanang jare wes ga kuat karo bojone ngomel ngomel jare duek belonjone kurang

makane trus golek wong wedok liyo, trus sing wedok yo ngunu gara gara bojone

kurang oleh ngekeki duwek belonjo maleh golek wong lanang liyo sing isok ngekeki

duek belonjo lebih.

6. Terus kembali ke masalah hukum keluarga. Pasti dalam rumah tangga itu adanya hak

dan kewajiban. Sejauh mana sihh pak suami isteri itu harus tau hak dan kewajiban

masing-masing?

Yaa kembali lagi yaa neng. Baru baru ini saya diundang untuk mengisi di acara

walimahan cak ali, disitu saya sampaikan bahwasannya sekarang kalian sudh

menyampaikan suami isteri yang sah. Jadi harus saling menghormati dan menghargai.

Terkait dengan hak dan kewajiban isteri. Itu kan ga diajarkan di bangku sekolah SMP

dan SMA. Makanya setiap orang terutama yang mau menikah atau yang sudah

menikah harus tetap mau mempelajari itu. Lah orang jama sekarang pemikirannya

halah aku wes nikah, wes tuek ga usah belajar ngunu iku. sehingga yang saya

tekankan njenengan walaupun sudah nikah, menimba ilmu itu wajib. Lebih lebih bagi

kita kan ilmu itu ada 2, ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain ini kan yang

bersangkutan dengan ketuhanan, gimana sholatnya benar, gimana dengan suami isteri

itu benar, hak dan kewajiban suami isteri itu tau. Nah ini yang harus tetap belajar,

mencari ilmu lagi. Suami yang wajib memberikan keilmuan itu. Yang penting yang

isteri ini harus minta ijin ke suami kalian, yang jelas kan suami ini yang harus

memberikan keilmuan itu. Itu yang sering saya tekankan. Jujur saja yang terjadi di

masyarakat kan seperti itu, ilmu tentang rumah tangga itu belum dipelajari dalem, trus

dapet panggilan nikah. Kalau pas walimahan itu kan yang datang pasti mendoakan

rumah tangganya soleh solehah, nah untuk mencapai soleh solehah ini kan gak bisa

bim salabim, kan harus ada modal yang didoain, ada bekal gitu.

Page 120: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

7. Lalu pak saya sudah mewawancarai beberapa pasangan suami isteri. Kebanyakan

isteri ikut bekerja memenuhi nafkah keluarga karena nafkah suami kurang bahkan ada

yang isteri itu statusnya menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Bagaimana

menurut bapak terkait hal tersebut ?

Selagi diizinkan oleh suami yaa saya rasa tidak masalah. Toh itu kan untuk

kelangsungan hidup bersama . rumah tangga itu kan yang menjalankan kalian suami

isteri. Yang harus bisa mempertahankan kan juga suami dan isteri, harus saling

mengisi. Yang penting tetap suami dan isteri itu tau hak dan kewajiban. Jangan

mentang-mentang yowes bojoku wis kerjo terus enak enakan. Tetap mencari nafkah

itu wajib. Memberikan nafkah itu kewajiban suami. isteri boleh membantu sekiranya

kurang. Yang penting ketika isteri ikut mencari nafkah itu dia mendapatkan ijin suami

dan dia bekerja ditempat yang tidak dilarang oleh agama.

Page 121: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Hasil Wawancara

Nama : Merry Andriatik (24 Tahun) Waktu : 24 Juni 2018 Pukul 10.00 WIB

Pewawancara : Putri Permata R. Tempat: Kediaman Ibu Merry (Nia)

1. Mbak nia sampun menikah berapa lama ?

Wes oleh 3 tahun mbak put

2. Sudah punya anak mbak ?

Sudah mbak lanang siji

3. Umur berapa mba anaknya ?

2 tahun setengah mbak

4. suami pekerjaane nopo mbak ?

sementara iki jek golek mbak, mari di PHK polae

5. ket kapan mbak oleh di PHK?

Wes onok setahun mbak

6. emang sebelume kerja dimana mba ?

kerja ndk mojo karaoke iku loh mbak, sing cideke bentar.

7. Disitu berapa mba gajine?

Iku oleh 2.300.000 nek rame biasane oleh bonus mbak

8. Berarti sakniki bojone samean durung kerjo nggeh mbak?

Dereng mbak jek golek maneh

9. trus sakniki sing golek nafkah sinten mbak?

Yo bojoku sing golek kerjoan maneh mbak

10. samean kerjo mbak?

Aku wingi sempet kerjo tapi terus metu

11. nopo’o kok metu?

iyo mbak solae sakno anakku, nangis terus nek tak tinggal.

12. Emang kerja dimana mbak pas iku?

Iku di baby shop sing ndek surodinawan ngarepe pengadilan iku mba

13. Pinten pas niku gajine mbak ?

Njogo toko paling banter yo 1.500.000 mbak.

Page 122: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

14. Ohh nggeh semerap, emang bapakne mboten njogo to mbak?

Yo jenenge wong lanang mbak, dititipi tapi kadang onok ae alasane. Ibuku yo sakno

nek tak kongkon njogo rafa. Polae kan ibu yo kerjo momong anake tonggo.

15. Berarti sakniki mboten enten sing kerjo nggeh mbak?

Iyoo bojoku sek golek mbak, aku yo ndek omah njogo rafa ae. Ambek ngewangi ibu

nungguki toko.

16. Tapi pas mbak nia kerjo niku sing njogo rafa sinten?

Yo bapake mbak, cuman kan yo ngunu ga kenek dijagakne, akhire yo ibuku sing

njogo, lah ibuku yo sambat pegel polae iku maeng yo momong anake tonggo.

17. Tapi mbak nia semerap nggeh mengenai kewajiban suami isteri? Suami wajib

memberikan nafkah kepada isteri?

Pasti ngerti mbak, jenenge bojo kan kepala keluarga, kudune emang ngekei nafkah,

mbahagiakno keluargane lah. Tapi jenenge urip kan kadang ndk duwur kadang ndk

nisor. Sing penting bojoku wis gelem usaha. Ibarate susah seneng yo kudu ditanggung

bareng. Ojok gelem pas bojone onok tapi pas gak onok ditinggal ngunu ae.

Narasumber

Ibu Nia

Page 123: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 124: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 125: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 126: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 127: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi
Page 128: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Gambar 1 : Foto peneliti dengan Ibu Nila, Masyarakat Kecamatan Sooko di kediamannya di

Desa Brangkal Kecamatan Sooko Mojokerto.

Gambar 2 : Foto peneliti dengan Ibu Lailatul Maghfiroh selaku masyarakat Kecamatan Sooko

di kediamannya di Desa Sooko Kecamatan Sooko Mojokerto.

Page 129: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Gambar 3 : Foto peneliti dengan Ibu Husnul Alfiah masyarakat Kecamatan Sooko.

Wawancara dilakukan di kediaman Ibu Husnul Alfiah di Desa Japan

Kecamatan Sooko Mojokerto.

Gambar 4 : Foto peneliti dengan Bapak Ahirizzen selaku Kepala KUA Kecamatan Sooko.

Wawancara dilakukan di Kantor KUA Kecamatan Sooko Mojokerto.

Page 130: SISTEM PEMBERIAN NAFKAH STUDI PADA MASYARAKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789...NAFKAH (STUDI PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO)”. Skripsi

Gambar 5 : Foto Peneliti dengan Bapak H.Salim Udin selaku tokoh Masyarakat di

Kecamatan Sooko. Wawancara dilakukan di Kantor Desa Japan Kecamatan Sooko

Mojokerto.

Gambar 6: Foto peneliti ketika berada di Kantor Urusan Agama Kecamatan Sooko.