Basic Teater

7
1. Relaksasi Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya. Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor- faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer. Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah merespons sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien. 2. Ekspresi Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respons terhadap segala sesuatu. Kemampuan ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang aktor harus terpusat pada pikirannya. Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun. 3. Gesture Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi). 4. Gestikulasi Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di kehidupan sehari-hari. 5. Olah Mimik Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara berkesinambungan. Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar. 6. Olah Tubuh Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya. Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan aktor cirebon dengan masres (sejenis teater tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,. Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh kekakuan, mengalami ketegangan urat. Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada emosi bagi pemeran yang sedang menghayati perannya, apabila hal ini menimpa organ suara maka seorang yang mampunyai suara baik menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku. Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir dari inter akting (gerakan dalam). Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk memperoleh aktor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, berbagai jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomim, tata rias. B. SUARA Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang pemain (aktor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat - alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan. Pernapasan Diafragma Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap napas,

description

PENTAS SENI

Transcript of Basic Teater

  • 1. Relaksasi Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya.

    Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di

    tubuh terlepas. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di

    dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting

    bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup

    aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-

    faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam

    upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer. Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang

    mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula

    biasanya tidak dapat dengan mudah merespons sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan

    aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan

    rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk

    mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan

    utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya

    setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi seorang aktor

    yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien. 2. Ekspresi Kemampuan Ekspresi

    merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor

    akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai

    kepekaan respons terhadap segala sesuatu. Kemampuan ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti

    relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang

    aktor harus terpusat pada pikirannya. Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide

    sebagai pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal

    dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun. 3.

    Gesture Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang

    selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak,

    postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi). 4. Gestikulasi

    Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan

    perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun

    reaksi di kehidupan sehari-hari. 5. Olah Mimik Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih.

    Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher

    kepala, secara berkesinambungan. Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi.

    Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang

    aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang

    meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton,

    sehingga permainannya akan terasa hambar. 6. Olah Tubuh Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar

    dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah.

    Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya. Olah tubuh

    bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin berangkat dari

    pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan aktor cirebon dengan masres (sejenis teater

    tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang

    berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,. Bowskill daalam bukunya

    menyatakan Stage and Stage Craft, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan

    tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu

    gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh

    kekakuan, mengalami ketegangan urat. Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada emosi bagi pemeran yang

    sedang menghayati perannya, apabila hal ini menimpa organ suara maka seorang yang mampunyai suara baik

    menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan

    lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku. Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara

    latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan

    dapat lahir dari inter akting (gerakan dalam). Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam

    dua tahun terus menerus, untuk memperoleh aktor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik,

    Main anggar, berbagai jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomim, tata rias. B.

    SUARA Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena

    kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang

    pemain (aktor). Pengertian penguasaan diti secara utuh menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alat-

    alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni

    acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan

    ketimpangan. Pernapasan Diafragma Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap napas,

  • hanya bagian inilah yang tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu

    mengempis saat napas dihembuskan kembali. Posisi diafragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut.

    Pernapasan melalui diafragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak

    mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernapasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk

    pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan napas otot-otot

    diafragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernapasan

    ini sangat baik dalam usaha menghimpun tanaga dalam yang mengolah vibrasi, karena pernapasan diafragma

    akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan. Berlatih pernapasan banyak

    ragam dan caranya. Latihan pernapasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti

    pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk

    tujuan pernapasan dalam pemeranan (acting), yaitu: Latihan 1. - Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi

    tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks. - Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah

    telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi

    udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi

    satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh

    tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan

    tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang di

    samping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang

    menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat pada

    tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks. - Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks

    tariklah napas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat

    pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens. Latihan 2 - Waspadai bahwa ditengah kediaman

    tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila napas keluar dan

    masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun control sering kali membuat kita justru

    menjadi tegang, jadi pernapasan yang berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri. - Tariklah napas secara

    mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan napas pada diafragma. - Pada

    saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali,

    senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut. - Pada saat

    merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebut, rasakan

    rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjaga

    (konsentrasi). - Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan

    bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini. - Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-

    ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami dan teratur Olah Vokal Vokal (Suara) dan Speech (ucapan)

    amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama, menurut MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari

    isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata

    yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan. Menurut Henning Nelms tentang speech ada lima : 1.

    Menyalurkan kata-kata drama kepada penonton. 2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi

    suara. 3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social,

    jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan. 4. Mengendalikan perasaan penonton. 5. Melengkapi variasi. Tahap

    Pertama Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian

    hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang. Tahap Kedua. Hisap udara melalui melalui

    dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui

    mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan

    memainkan variasi pernapasan. Tahap ketiga Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil

    berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali. Tahap keempat. Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat

    lalu di hembuskan dengan melalui teriakan. Latihan olah vokal melalui latihan speech (ucapan) 1. Diksi Ucapan, lafal,

    menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari

    sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan

    b, t dengan d, k dengan g. Cobalah : 1. p----- p----- p------ pp---- pp---- pp----- ppp-- ppp-- ppp---- pppp- pppp- pppp--

    ppppp bbbbb ppppp 2. b----- b----- b------ bb---- bb---- bb----- bbb-- bbb-- bbb---- bbbb- bbbb- bbbb-- bbbbb ppppp

    bbbbb (tanda garis hubung merupakan ketukan jarak) Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan

    secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja. Coba pula pada

    huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan

    sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak

    mungkin. Aktifkan gerakan bibir. 2. Tekanan Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan

    dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya

    memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu

    bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula mula mengucapkan serentetan kata

  • atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian

    berulang-ulang dilakukan. Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata

    dengan lemah dalam saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi

    sedikit jeda sebelum dan sesudahnya. Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan

    perubahan tiba-tia pada nada serta volumenya. 3. Bentuk Ucapan Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya

    membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak,

    kecepatan. Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik

    membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure

    sekaligus. 4. Memuncak Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang

    disebut topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak,

    dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab

    pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak

    mungkin. Olah Vokal Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok.

    Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika aktor tekun melatih

    perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan perannya. (Eka

    Gandra, Bagi Masa Depan Teater) Kemampuan Vokal bagi seorang aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan

    peran dengan baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.

    Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi aktor, merupakan media penyampai informasi melalui

    dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan

    hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam menyampaikan dialog. Pencapaian

    dalam materi ini adalah menciptakan aktor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu

    menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan variasi-variasi suara

    dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal. Melalui vokal

    seorang aktor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga mampu menggugah

    imajinasi dan empatik penonton. Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena

    merupakan sumber tenaga penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernapasan kita menjadi stabil dan

    efektif dalam menunjang pembentukan suara. (Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater) Dilakukan dengan sikap

    berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah napas

    seenak mungkin. Tarik napas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun napas pada diafragma dalam tempo

    yang sama dengan waktu menarik napas => hembuskan perlahan sama seperti menarik napas, kemudian tahan

    kembali dalam tempo yang sama dengan menarik napas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama =>

    kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo

    hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai. Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat

    menghembuskan napas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada

    yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap napas yang keluar benar benar memproduksi

    suara sehingga tidak over. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat

    dengan gerakan dasar yang mudah saja. Pengucapan Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan

    alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan

    penggunaan tenaga efektif dan terkontrol. Alat-alat tersebut antara lain: - Bibir Sangat berperan dalam membentuk

    huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir

    berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik

    semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap

    diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I,

    bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan

    tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan

    dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-

    ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan. - Lidah Lidah sangat

    berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang lincah akan dapat

    menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat

    kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang

    mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah: - Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang

    - Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya untuk membuat

    gerakan berupa lingkaran. - Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada

    gigi serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang. - Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr,

    Trerrrrrrrrrrrr. - Rahang Membantu pembentukan rongga mulut. Lakukan latihan-latihan seperti ini: - Tutup dan buka

    mulut selebar mungkin, berulang-ulang. - Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah

    dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang

    semakin cepat. - Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri. - Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke

  • kanan dan ke kiri. - Ucapkan dalam satu helaan napas hitung berapa pengulangan bunyi: wawawawawawawawa,

    yayayayayayayayayaya - Langit-langit Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian

    penting dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding

    resonator pada rongga mulut. Latihan: - Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang

    bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula. - Tutup mulut dalam keadaan rapat,

    kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat

    dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan

    pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang

    sedang dan rasakann pula dorongan napas diafragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan

    paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung. Pembentukan Suara Napas yang keluar melalui

    Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena getaran itu timbulah suara. Namun

    demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah beresonansi pada salah satu resonator, baik

    rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang

    diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi

    akan terdengar cempreng. Seorang aktor harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah

    texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya. Seorang aktor juga harus bisa mengolah

    beberapa warna vokal sesuai tuntutan scenario, seperti: - Menaikkan dan menurunkan volume suara. - Meninggikan

    dan merendahkan frekwensi nada bicara. - Mengatur atau mengolah tempo pengucapan. - Mengatur atau mengolah

    warna dan texture suara. Latihan 1: - Tariklah napas dan keluarkan seperti angina. - Tariklah napas dan keluarkan

    seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek napas tersebut pada langit-langit atas mulut, lidah dan

    pembentukannya. - Tariklah napas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana

    kandungan napas dan suara yang keluar. - Tariklah napas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu

    menyerupai angina. - Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens. Latihan 2 : - Tariklah napas dan

    keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah, anjing, kucing dan lain sebainya). -

    Tariklah napas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan lain

    sebagainya). - Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens. Latihan 3 : - Cobalah kata-kata apa saja dari

    mulut. - Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut. - Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan

    alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di tambah. - Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku

    perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi usia yang ditiru pada teknik suara). - Cobalah acting dengan teks. -

    Hindari ketegangan-ketegangan. Berikut ini catatan-catatan yang dibuat oleh Frans Marajinen dari Institut des Arts

    Spectaculaires (INSAS) di Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan sahabatnya, Ryszard

    Cieslak, pada tahun 1966. Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang ada perubahan yang

    dapat dicatat yakni dalam orientasi dan objek latihan yang merupakan hasil kerja beberapa tahun sebelumnya.

    Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan antar penonton dan aktor adalah penting. Dengan

    dasar pemikiran ini, dia memulai pelajaranya dengan semboyan: Inti teater adalah aktor, perbuatan-perbuatannya,

    dan apa yang dapat ia capai. Skema pelajarannya dan pelbagai macam latihan adalah didasari atas pengalaman

    secara metodik menuju kepada teknik-teknik aktor dan kehadirannya secara fisik di atas panggung. Latihan-latihan

    Vokal Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja

    seseorang. Ia minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik aktor maupun

    penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak seperti permainan sirkus. Mereka yang

    tidak biasa dengan metode tersebut hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami

    apabila ia telah menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton dalam hal ini adalah mereka

    yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan mereka harus tidak terlihat dan tidak terdengar oleh murid-murid.

    Stimulasi atas Suara Setiap aktor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan

    dengan teks itu ia boleh berteriak. Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling

    diantara mereka, sekali-sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia sedang membaca.

    Tidak satu bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski. Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat

    orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-masing untuk melihat perkembangan teman-temannya. Mereka

    tidak boleh bersuara. Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan

    suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-

    langit seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga

    menyebabkan laring tertutup. Melalui echo langit-langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk

    pertanyaan maupun jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba tangan,

    mengelilingi ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti

    bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespons terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.

    Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan:

    seperti seekor sapi gemuk Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan.

    Murid-murid membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat ada

  • murid sedang berpikir dalam latihan. Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan: 1. Suara kepala (menghadap

    kelangit-langit). 2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya) 3. Suara occipital (menghadap langit-

    langit tepat di atas aktor). 4. Suara dada (diproyeksi di depan aktor) 5. Suara perut (menghadap kelantai) Suara

    keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas aktor); the small of the back (menghadap ke

    dinding di samping aktor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya) Grotowski tidak

    membiarkan aktor beristirahat sebentarpun. Ketika aktor sedang membaca, ia berkeliling membaca stimulasi dan

    mremas bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskan impuls-impuls yang terbawa oleh suara. Ritme latihan

    sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vokal saja. Suatu latihan relaxation

    terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara tetap

    menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap. Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman

    dekat Grotowski selalu memberikan contoh dan melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid

    dengan penuh latihan. Latihan Macan Latihan ini untuk membuat si aktor secara penuh tampil dan dalam waktu

    yang bersamaan, menyusun suara parau dalam acting. Grotowski ikut serta dalam latihan ini. Ia memainkan seekor

    macan yang sedang menyerang mangsanya. Murid-murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan. Itu

    bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus seperti itu adalah

    penting sekali dalam latihan ini. Grotowski : Sini, lebih dekat teksteriak saya adalah seekor macan, bukan

    kau. Saya akan menelan kau. Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara

    penuh. Sungguh hebat bagaimana murid-muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan malu-

    malu menjadi lenyap. Kekurangannya hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan memang dalam improvisasi,

    kata-kata tidak timbul secara mudah. Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam

    hal ini menunjukan bahwa mereka benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk mengistirahatkan

    organ-organ suara. Grotowski menganggap bahwa vokal relaxation adalah sangat penting , terutama bagi mereka

    yang berlatih untuk pertama kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara

    pendidikan Grotowski yang keras nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan menahan

    latihan. Mereka tidak memperhatikan penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar biasa dalam

    keseluruhan proses latihan. Latihan Kingkong Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata King pada

    nada yang sangat tinggi dan tempo yang sangt cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada

    tinggi. Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski memperoleh hasil yang luar biasa

    dengan improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit, atas petunjuk Grotowski, murid-

    murid mencapai skala vokal yang tinggi dan nampak bagi mereka sebagai sesuatu yang baru. Kami mendapatkan

    keadaan itu karena banyak wajah-wajah murid yang nampak surprise. Latihan La-La Latihan dimulai dengan

    berjalan keliling serta menyanyikan la-la kemudian Grotowski merebahkan diri, terlentang diri, terlentang di atas

    lantai. Lalu la-la di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai sebagai alternatip suara kepala,

    perut dan dada. Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak di

    perut. Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat secara penuh.

    (Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa mencapai intonasi

    yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki). Grotowski memulai lagi dengan serangkaian

    latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada murid yang pertama. 1. Simulasi vokal keluar dari resonator-

    resonator yang berbeda 2. Suara kepala (menghadap kelangit-langit). 3. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara

    di hadapannya) 4. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas aktor). 5. Suara dada (diproyeksi di depan

    aktor) 6. Suara perut (menghadap kelantai Suara-suara yang keluar dari: a. sepasang bahu (menghadap kelangit-

    langit di samping aktor) b. the small of the back (menghadap dinding disamping aktor) c. the lumber region

    (menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya) Latihan Berikutnya Meong kucing dengan daya

    penyampaian yang paling luas dari: a. Intonasi b. nuanasa-nuansa c. pitch Tiba tiba grotowski kembali

    kepembicaraan teks secara normal/ biasa Macan Ekspresi suara dalam bentuk ruangan macan. Ada tanda-tanda

    kemajuan yang nampak kalau dibandingkan dengan yang sebelumnya. Latihan vokal sekarang dibarengi dengan

    gerak mengendap-endap, jumpalitan dan mencakar-cakar. Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari dari pengalaman

    tentang kebutuhan murid-murid sehingga memungkinkan penyerahan diri mereka secara penuh dalam latihan. C.

    JIWA Jiwa Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang

    sudah dimiliki oleh si aktor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan

    energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia

    mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya. Konsentrasi Pengertian :

    konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si aktor dapat mengalir bebas

    menuju satu titik atau bentuk tertentu. Persiapan seorang aktor Seorang aktor harus punya pusat perhatian

    (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian,

    makin sanggup ia memusatkan perhatian. Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang

    sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-

    benda di area set. Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan

  • abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang aktor

    harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam

    kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik

    perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak,

    maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan.

    Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang dan nada suara

    untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka. Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran

    kehidupan secara kompleks dan juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat

    memahami apa yang mereka dengar. Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih

    mudah dan kerja kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam. Tapi kita tidak bisa memaksakan pada

    seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan. Bagaimana

    cara untuk mencapai ini? Pertama, aktor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah.

    Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang

    dalam pada ingatan emosi mereka. Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan

    dengan katapkata tentang seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif

    ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi

    kreativitas selanjutnya. Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya.

    Hubungan ini dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara

    inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan

    tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang

    lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan

    baimana mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu

    memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang aktor dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan

    disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai

    tambahan, tiap karakter yang diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah

    masyarakat. Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja

    dari harus memiliki arti yang mendalam. Terakhir, aktor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non

    verbalnya yang mungkin saja tidak cocok dengan karakter yang diperankannya. Observasi dan Empati Observasi

    atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang masyarakat, tempat, objek

    dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang aktor. Ketika mengamati orang-orang aktor

    seharusnya membuat catatan-catatan ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini

    dapat membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah struktur permainan.

    Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang aktor, hubungan langsunga dapat terjadi antara aktor dan

    penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang aktor. Sebagai contoh, saat seorang teman

    kehilangan seseorang yang dicintainya, respons empatinya adalah kita ikut merasakan penderitaannya. Kekuatan

    suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian intelektual. Ini artinya seorang

    aktor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh, mencium, mendengar, dan merasakan.

    Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk mengamati secara

    benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera (senses), perasaan (feelings),

    dan pengamatan (observation) bergabung menjadi suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter.

    Seorang aktor harus menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mempelajari

    karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya dapat ditiru saat berada di atas

    panggung.U 2. ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi. 3. Untuk menggabungkan beberapa kualita yang dapat

    dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang. Aksi

    dan Emosi Pengertian: Emosi adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan sekarang dari

    organisme manusia dan ditujukan ke arah duniannya di luar. Emosi timbul secara otomatis dan terikat dengan aksi

    yang dihasilkan dari konfrontasi manusia dengan dunianya. Aktor tidak menciptakan emosi karena emosi akan

    muncul dengan sendririnya lantaran keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai dengan naskah. Motivasi

    Pengertian :Peran apapun yang anda mainkan harus memiliki tujuan dan motivasi. Dalamus keadaan bagaimanapun

    adalah mustahil untuk melakukan sesuatu yang secara langsung diarahkan untuk mencetuskan suatu perasaan demi

    perasaan itu sendiri. Kalau hal ini tidak diindahkan, maka anda tidk akan memperoleh apapun. Hanya kedangkalan

    saja. Jika kita memilih suatu tindakan atau perbuatan jangan menggunakan perasaan dan bathin anda. Jangan

    mencoba memperlihatkan aksi cemburu atau menyatakan cinta, semata hanya untuk kepentingan perasaan itu aja.

    Semua perasaan itu adalah akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Cobalah ingat kejadian sebelumnya itu

    dalam-dalam dan hasilnya akan datang sendiri. Penggambaran nafsu yang palsu, yang menggunakan gerakan-

    gerakan konvensional, semuanya ini merupakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi. Tips: Anda harus mampu

    bermain sesuai dengan pengkhayatan anda sendiri terhadap tokoh, penggambaran artistic dari realita dunia actual

    kedalam dunia imajinasi. Untuk memperoleh hubungan antara aktor dan tokoh yang digambarkan, anda harus

  • mendekatkan pada sumber-sumber yang dekat dengan perasaan dan batin kita sendiri. Jika hal ini bisa dicapai,

    maka kita akan merasakan dorongan dan rangsangan dari dalam. Dorongan ini akan mengutarakan dirinya sendiri

    dalam aksi si tokoh imajiner yang telah ditempatkan di tengah-tengah permainan lakon. Mainkanlah dan anda akan

    menciptakan kehidupan baru. Kita akan dibawa kedunia bawah-sadar, menyadari hal-hal dalam permainannya yang

    sebelumnya tidak disadari sama sekali. Ini merupakan rangsangan dunia bawah-sadar yang kreatif yang paling

    pokok adalah anda telah memainkan dunia bawah sadar kreatif melalui teknik yang disadari. Setelah ini bisa

    disatukan dalam pikiran dan imajinasi, barulah anda bisa menciptakan dunia baru dan mulai memainkannya dengan

    penuh motivasi dan rasa kebenaran artistic. Dibalik kata-kata, kita memasukan pikiran kita dalam karakter toloh

    kehidupannya. Lalu kita filter melalui diri kita sediri seluruh bahan yang kita peroleh dari pengarang dn sutradara.

    Bahan ini menjadi bagian dari diri kita, baik dalam pengertian spiritual dan fisik, emosi kita jujur dan sebagai hasil kita

    memperoleh aktivitas yang betul-betul produktif, semuanya berjalin dengan implikasi sebuah lakon. Imajinasi:

    Imajinasi adalah suatu cara bagi seorang aktor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakte yang akan dimainkan

    sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter. Metode ini merupakan proses imajinasi dimana di

    aktor melakukan identifikasi dengan karakter tokohnya. Di setiap identifikasi dengan karakter tokohnya, si aktor harus

    melihat pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup yang paling relevan untuk ditransver ke pengalaman hidup

    yang dimiliki si karakter. Si aktor harus mampu menyelidiki asal mula dirinya sendiri untuk dapat tulus dan jujur pada

    realita eksistensi dirinya yang baru. Imajinasi menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin terjadi,

    sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak ada, yan tidak pernah ada. Tapi siapa tahu, suatu hari kesemuanya

    itu mungkin ada. Bagi seorang aktor, proses kreatif ini dipimpin oleh imajinasinya. Pertama, anda memaksa imajinasi

    anda, padahal sebetulnya anda harus membujukny. Lalu, anda coba merenung tanpa suatu objek yang menarik

    bagimu. Kesalahan yang ketiga adalah pikiran anda pasif. Dalam imajinasi, aktifitas yang intens sangatlah penting.

    Awalnya datang gerakan dari dalam, kemudian gerakan luar. Sebelum sutradara memberikan pengarahan dan

    latihan, anda harus memiliki catatan mengenai gambaran tokoh dan tempat yang akan dijadikan area latihan. Lalu

    anda harus memiliki suatu gasi gambaran yang batin yang kuat. Imaji-imaji bain ini akan menciptakan suasana yang

    sesuai dan mencetuskan emosi, sambil menjaga supaya kita tetap berada dalam batas-batas lakon itu.

    Mengembangkan imajinasinya Pertama-tama coba ceritakan tentang kehidupan sehari-hari terhadap pengalaman

    yang paling sensitive. Apa yang paling mudah untuk merangsang perasaanmu, rasa takut dan gembira anda. Jika

    anda mengetahui betul seluk beluk sifat-sifat anda sendiri maka bagi anda tidak akan sulit untuk

    mengadaptasikannya ke dalam keadaan imajiner. Karena itu, paparkan beberapa sifat khas, kualitas, perhatian, yang

    khas yang anda miliki. Anda harus bisa menjawab (kapan, dimana, kenapa, bagaimana) yang anda ajukan sendiri

    tatkala ia mendorong kesanggupannya untuk menemukan sesuatu yang baru guna membuat gambaran yang lebih

    jelas dari sebuah kehidupan pura-pura. Kadang-kadang ia tidak perlu melakukan semua usaha intelektual dan

    disadari ini. Imajinasinya mungkin bekerja secara intuitif. Sebuah pendekatan secara sadar dan dengan akal pada

    imajinasi seringkali menghasilkan suatu perasaan hidup palsu yang tak berdarah. Seni acting menghendaki supaya

    seluruh harkat seorang aktor terlibat secara aktif, supaya ia menyerahkan dirinya, baik bathin maupun lahir, kepada

    peran yang ia mainkan. Anda harus merasakan tantangan untuk berbuat, baik secara fisik maupun secara

    intelektual, karena imajinasi yang tidak punya substansi. DAFTAR PUSTAKA Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain

    Drama, CV Rosda, Bandung. Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005. Iman Sholeh & Rik Rik

    El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Jogjakarta, 2005. - See more at:

    http://www.mahanani.web.id/2012/06/latihan-theather.html#sthash.ij8dA5lb.dpuf.... Baca Selengkapnya di

    : http://www.mahanani.web.id/2012/06/latihan-theather.html

    Copyright www.mahanani.web.id Media Belajar