Barang PersediaanNur... · Web viewKode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Manajemen 0 1 3 10 33...
Click here to load reader
Transcript of Barang PersediaanNur... · Web viewKode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Manajemen 0 1 3 10 33...
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen PersediaanPersediaan dan Strategi Persediaan
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi & Bisnis Manajemen 01 31033 Dinar Nur Affini, SE., MM.
Abstract KompetensiModul ini menjelaskan tentang pengertian persediaan dan strategi persediaan
Diharapkan mahasiswa mampu memahami gambaran umum persediaan dan strategi manajemen persediaan
Barang PersediaanBarang persediaan atau disebut inventory adalah barang-barang yang biasanya dapat
dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan
lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk
keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan proyek. Tidak peduli apakah
perusahaan besar atau kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan barang ini diperlukan
biaya besar. Biasanya biaya paling besar adalah nilai inventory dan biaya penyimpanannya.
Biaya penyimpanan ini setiap tahun umumnya mencapai sekitar 20%-40% dari harga
barang. Oleh karena itu, perlu ditempuh strategi atau manajemen tertentu yang bertujuan
menjaga sedemikian rupa sehingga tingkat persediaan barang bisa ditekan seminimal
mungkin, namun di lain pihak harus diusahakan agar penjualan dan operasi perusahaan
tidak terganggu.
Tujuan mengadakan persediaan antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan nominal;
2. Memenuhi kebutuhan mendadak;
3. Memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis.
Manajemen persediaan (inventory control) atau disebut juga inventory management atau
pengendalian tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penentuan kebutuhan material sedemikian rupa sehingga di
satu pihak kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi
persediaan material dapat ditekan secara optimal. Pengendalian tingkat persediaan
bertujuan mencapai efisiensi dan efektifitas optimal dalam penyediaan material.
Dalam pengertian diatas, usaha yang perlu dilakukan dalam manajemen persediaan secara
garis besar dapat diperinci sebagai berikut:
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan operasi;
2. Membatasi nilai seluruh investasi;
3. Membatasi jenis dan jumlah material;
4. Memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada.
2017 2 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Berikut ini dapat dilihat bagaimana susunan asset tipikal dari suatu perusahaan manufaktur:
Susunan Aset Suatu Perusahaan Manufaktur (Tipikal)
Kas 4%
Piutang 26%
Asset cair lain 6%
Persediaan barang 31%
Asset tetap 27%
Asset lain 6%
Dengan demikian tergambar jelas bahwa asset berupa persediaan barang merupakan
kelompok yang paling besar dari sekuruh asset perusahaan, sehingga patut mendapatkan
perhatian yang besar dari manajemen perusahaan.
Perubahan Iklim dalam Manajemen Persediaan
Manajemen persediaan telah berubah akhir-akhir ini. Perubahan ini terutama disebabkan
oleh tingginya suku bunga bank, bahkan serigkali telah mencapai lebih dari 30%. Banyak
diantara kita mungkin sudah lupa bahwa dulu pada tahun 1950-an, prime interest hanya
sebesar 3% yang naik secara bertahap dari tahun ke tahun, naik lagi secara mendadak dan
bertahan ditingkat yang sangat tinggi pada tahun 1970-an, bahkan mencapai sekitar 20%
pada permulaan tahun 1980-an, sebelum turun lagi di bawah 10%. Banyak orang berharap
bahwa tingkat bunga ini akan tetap dibawah 10% atau bahkan 5%, tetapi ini cukup sulit
dipertahankan, lebih-lebih akhir-akhir ini saat krisis moneter baru saja dan bahkan masih
melanda hamper semua negara, khususnya negara-negara Asia Tenggara dan Timur. Di
Indonesia misalnya, tingkat bunga rata-rata pada tahun 1998 mencapai lebih dari 60%, dan
pada tahun 2001 dan 2002 ini masih berada di sekitar angka 15%-18%.
2017 3 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Disamping itu, manajemen persediaan banyak berubah sejak ditemukan dan
dikembangkannya material requirement planning (MRP) dan kompetisi global, khususnya
yang datang dari Jepang yang berhasil dalam memproduksikan barang dan menjualnya
dengan sangat efisien dengan tingkat persediaan yang rendah.
Untuk memahami persediaan ini secara lebih baik, beberapa hal berikut ini perlu diketahui
dan diperhatikan:
1. Nilai atau besarnya investasi perusahaan dalam bentuk barang persediaanNilai investasi perusahaan dalam bentuk barang persediaan seperti dicantumkan di
atas adalah adalah sekitar 31%, yang dapat bervariasi antara 25%-31% dari nilai
seluruh asset. Yang perlu diinget adalah persediaan barang membawa biaya
persediaan atau inventory carrying cost yang sangat tinggi, terutama dalam bentuk
biaya bunga.
2. Jumlah persediaan barangJumlah persediaan barang berupa suku cadang di perusahaan-perusahaan USA pada
permulaan tahun 1990-an dinyatakan dalam “bulan pemakaian”, yaitu:
Tidak ada persediaan sama sekali 12%
Dari satu hari-6 bulan pemakaian 36%
Dari 6-12 bulan pemakaian 24%
Lebih dari 12 bulan pemakaian 28%
Jumlah 100%
3. Pengaruh ketidakcermatan data dalam penentuan kebutuhan Ketidakcermatan dalam data barang persediaan dapat berakibat merugikan, mulai dari
hanya kekecewaan sampai yang berakibat fatal bagi perusahaan. Yang jelas
perhitungan akan meleset, yang berakibat barang akan tertumpuk terlalu lama di
gudang, atau barang tidak tersedia pada waktu dibutuhkan.
4. Pengaruh turunnya tingkat layanan terhadap keuntungan perusahaanTingkat layanan yang terlalu rendah untuk suku cadang akan menyebabkan operasi
pabrik data terganggu dan produksi terganggu pula. Tingkat layanan yang terlalu
rendah untuk barang komoditas akan menyebabkan turunnya keuntungan dan
pelanggan akan lari ke merk lain.
5. Pengaruh inflasi, dalam hubungan dengan biaya penyediaan barang, pada keuntungan perusahaanKenaikan biaya penyediaan barang karena inflasi tidak dapat ditutup dengan
menambah begitu saja harga penjualan karena kompetisi yang begitu ketat. Dengan
demikian, yang biasanya harus dikorbankan adalah keuntungan perusahaan sehingga
dengan demikian keuntungan perusahaan mejadi semakin kecil.
2017 4 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
6. Perputaran (turnover) barang persediaan dibandingkan dengan benchmark Perputaran barang persediaan yang menunjukkan tingkat efisiensi manajemen
persediaan ternyata lebih berhasil di perusahaan-perusahaan Jepang daripada di
perusahaan-perusahaan USA. Rata-rata angka perputaran ini di USA 3,7 kali,
sedangkan di Jepang 5,7 pada ahun 1990-an. Untuk keunggulan ini, perusahaan –
perusahaan Jepang rupanya telah melakukan perbandingan dengan kinerja
perusahaan – perusahaan terbaik dunia (benchmark) termasuk USA, dan melakukan
usaha – usaha untuk meniru dan mengunggulinya (benchmarking). Di samping itu,
perusahaan Jepang lebih berhasil dalam menggunakan metode manajemen epat
waktu, khususnya dalam mannajemen persediaan barang.
Kecenderungan baru atau perubahan iklim dalam manajemen persediaan barang antara lain
adalah adanya peningkatan kesadaran dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Kesadaran atas besarnya biaya penyediaan barang.
2. Kesadaran atas hubungan antara kebijakan penyediaan barang dan strategi
pembelian.
3. Kesadaran atas hubungan yang erat antara manajemen persediaan barang dan
manajemen pemeliharaan.
4. Kesadaran mencari cara – cara baru untuk meningkatkan efisiensi dalam manajemen
pengolahan barang, misalnya pengembangan:
a. Pengontrakan (outsourcing);
b. Manajemen rantai pasokan (supply chain management);
c. Pengukuran kinerja;
d. Pembelian tepat waktu (just-in-time purchasing);
e. Manajemen persediaan tepat waktu (just-in-time inventory control);
f. Benchmarking.
2017 5 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Klasifikasi Barang Persediaan
Seperti telah dijelaskan diatas, barang persediaan dapat dibagi atas beberapa jenis atau
klasifikasi. Sekurang – kurangnya ada enam klasifikasi utama, yaitu:
1. Bahan baku (raw matwerials)Bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang jadi, sebagai hasil
utama dari perusahaan yang bersangkutan.
2. Barang setengah jadi (semi finished products)Hasil olahan bahan mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian akan diolah
lebih lanjut menjadi barang jadi, dan sebagian kadang-kadang dijual seperti apa
adanya untuk menjadi bahan baku persediaan lain.
3. Barang jadi (finished products)Barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakan hasil utama
perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan/dijual.
4. Barang umum dan suku cadang (general materials and spare parts)Segala jenis barang atau suku cadang yang digunakan untuk operasi menjalakan
perusahaan/pabrik dan untuk memelihara peralatan yang digunakan. Sering kali
barang jenis ini disebut juga barang pemelharaan, perbaikan, dan operasi, atau MRO
materials (maintenance, repair and operation).
5. Barang untuk proyek (work in progress)Barang-barang yang di tumpuk menunggu pemasangan dalam suatu proyek baru.
6. Barang dagangan (commodities)Barang yang dibeli, sudah merupakan barang jadi dan disimpan di gudang menunggu
penjualan kembali dengan keuntungan tertentu.
Jumlah jenis barang umum dan suku cadang ini untuk tiap perusahaan sangat bervariasi,
dari hanya puluhan sampai ratusan ribu. Ford, misalnya, mempunyai barang persediaan
jenis 1 (bahan baku) dan 2(bahan setengah jadi) sebanyak kurang lebih 450.000item, dan
pertamina, misalnya, mempunyai barang persediaan jenis 4 (barang umum dan suku
cadang) sebanyak sekitar 400.000 item. Tentu saja makin banyak jenisnya, makin rumit
permasalahan dan pengelolaannya. Contoh barang persediaan jenis keempat ini adalah:
1. Barang umuma. Cat (paints)
b. Sekrup dan baut (bolts and nuts)
2017 6 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
c. Kerangan (velves)
d. Pipa (pipes)
e. Slang (hoses)
f. Alat keselamatan dan pemadam kebakaran (fire and safety apparatus)
2. Suku cadanga. Suku cadang untuk turbin (turbine)
b. Suku cadang untuk mesin (engine)
c. Suku cadang untuk kompresor (compressor)
d. Suku cadang untuk pompa (pump)
e. Suku cadang untuk pembangkit listrik (generator)
f. Suku cadang untuk ketel uap (boiler)
Contoh barang dagangan untuk perusahaan seperti supermarket yang bergerak
dibidang jual beli segala jenis keperluan rumah tangga seperti Carrefour, metro
dan hero :
i. Makanan kaleng
ii. Buah-buahan
iii. Daging dan ikan segar
iv. Barang-barang untuk cucian
v. Minuman botol dan kaleng
Prinsip Manajemen PersediaanSeperti yang sudah disinggung diatas secara singkat, mengenai persediaan barang, ada
sejenis prinsip pengelolaan yang harus dianut, yakni:
Penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan dalam persediaan
haruslah sedemikian rupa sehingga produksi dan operasi perusahaan tidak
terganggu, tetapi dilain pihak sekaligus harus dijaga agar biaya investasi
yang timbul dari penyediaan barang tersebut seminimal mungkin.
Prinsip tersebut memang selaras dengan prinsip ekonomi, yaitu:
Menghasilkan keluaran tertentu dengan biaya seminimal mungkin, atau
dengan biaya tertentu menghasilkan keluaran semaksimal mungkin.
2017 7 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Prinsip diatas menandakan pula bahwa pengelolaan persediaan harus berdaya guna
(efisien) dan berhasil guna (efektif). Menjamin kelangsungan berjalannya operasi
perusahaan adalah soal efektifitas,sedangkan menekan persediaan sampai ketingkat
minimum adalah soal efisien. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
yang menyangkut manajemen persediaan antara lain :
1. Jenis barang apa saja yang perlu disimpan dalam pesediaan?
2. Berapa jumlah barang tiap-tiap jenis yang perlu disimpan dalam persediaan?
3. Apa, berapa, dan kapan suatu barang harus dipesan lagi untuk mengisi kembali
barang persediaan?
4. Bagaimana perbedaan antara manajemen persediaan barang umum dan suku
cadang?
5. Bagaimana menentukan tingkat (nilai) persediaan yang ideal?
6. Bagaimana menentukan standarisasi material dan perlengkapan?
7. Hal-hal apa yang mempengaruhi menejemen persediaan?
8. Bagaimana mengendalikan dan mengelola persediaan berlebih dan persediaan mati?
9. Biya-biaya apa saja yang menyangkut menejemen persediaan dan bagaimana cara
mengendalikannya?
10. Bagaimana melakukan peramalan jumlah permintaan barang?
11. Bagaimana melakukan benchmarking?
12. Bagaimana mengukur tingkat kinerja menejemen persediaan?
13. Bagaimana akuntansi barang persediaan?
Pembagian Jenis Barang
Dalam manajemen persediaan, barang-barang dapat dibagi menurut beberapa sudut
pandang atau pendekatan, yang antara lain dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Menurut jenisa. Barang umum (general materials)
Barang jenis ini biasanya macamnya cukup banyak, pemakaiannya tidak
tergantung dari peralatan, harganya relatif lebih kecil, dan penentuan kebutuhan
relatif lebih gampang.
2017 8 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
b. Suku cadang (spare parts)
Barang jenis ini macamnya sangat banyak, harganya biasanya lebih mahal,
pemakaiannya tergantung dari peralatan, dan penentuan kebutuhannya lebih sulit.
2. Menurut harga a. Barang berharga tinggi (high value items)
Barang ini biasanya berjumlah sekitar hanya 10% dari jumlah item persediaan,
namun jumlah nilainya mewakili sekitar 70% dari seluruh nilai persediaan, oleh
sebab itu memerlukan tingkat pengawasan yang sangat tinggi.
b. Barang berharga menengah (medium value items)
Barang ini biasanya berjumlah kira-kira 20% dari jumlah item persediaan, dan
jumlah nilainya sekitar 20% dari jumlah nilai persediaan, sehingga memerlukan
tingkat pengawasan cukup saja.
c. Barang berharga rendah (low value items)
Berlawanan dengan barang berharga tinggi, jenis barang ini biasanya berjumlah
kira-kira 70% dari seluruh pos persediaan, namun nilai harganya hanya mewakili
10% saja dari seluruh nilai barang persediaan, sehingga hanya memerlukan tingkat
pengawasan rendah.
3. Menurut frekuensi penggunaana. Barang yang cepat pemakaian atau pergerakannya (fast moving items)
Barang ini frekuensi penggunaannya dalam 1 tahun lebih dari sekian bulan
tertentu, misalnya lebih dari 4 bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan
frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang lebih sering
b. Barang lambat pemakaian atau pergerakannya (slow moving items)
Barang yang frekuensi penggunaannya dalam 1 tahun kurang dari sekian bulan
tertentu, misalnya dibawah 4 bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan
frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang tidak sering.
4. Menurut tujuan penggunaana. Barang persediaan, perbaikan, dan operasi (MRO materials)
Barang ini sifatnya habis pakai, digunakan untuk keperluan pemeliharaan,
perbaikan, atau reparasi dan operasi, dan kalau suatu saat persediaan habis,
operasi masih dapat berjalan sementara.
b. Barang program (program materials)
Barang yang sifatnya juga habis pakai, jumlah kebutuhannya sesuai dengan
tingkat produksi/kegiatan perusahaan yang bersangkutan, dan kalau persediaan
habis, kegiatan perusahaan akan langsung berhenti.
2017 9 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
5. Menurut jenis anggarana. Barang operasi (operating materials)
Barang yang digunakan untuk operasi biasa, yang dianggarkan dalam anggaran
operasi dan apabila digunakan, akan dibukukan sebagai biaya, dan proses
persetujuan anggarannya biasanya lebih cepat dan sederhana
b. Barang investasi (capital materials)
Barang yang biasanya berbentuk peralatan dan digunakan untuk penambahan,
perluasan, atau pembangunan proyek, atau sebagai asset perusahaan,
dianggarkan dalam anggaran investasi, bukan dalam anggaran operasi, dan
dibukukan dalam asset perusahaan, sedangkan biaya dihitung dengan metode
penyusutan sesuai dengan metode perhitungan yang telah ditentukan, dan proses
persetujuan anggarannya biasanya lebih sulit dan lama.
6. Menurut cara pembukuan perusahaana. Barang persediaan (stock items)
Jenis barang yang setibanya barang tersebut dari proses pembelian, dibukukan
dalam akun “persediaan barang perusahaan” dan barangnya sendiri disimpan
digudang persediaan
b. Barang dibebankan langsung (direct charged materials)
Jenis barang yang setelah dibeli langsung dikirimkan dan dibebankan kebagian
yang akan menggunakan. Barang jenis ini memang biasanya tidak disediakan
dalam persediaan karena jarang sekali digunakan.
7. Menurut hubungannya dengan produksia. Barang langsung (direct materials)
Jenis barang yang langsung digunakan dalam produksi, yang akan menjadi bagian
dari produk akhir. Jadi bahan mentah, bahan penolong, barang setengah jadi,
barang jadidan barang komoditi juga termasuk dalam kategori ini.
b. Barang tidak langsung (indirect materials)
Jenis barang yang tidak ada hubungannya dengan proses produksi, namun
diperlukan untuk memelihara mesin dan fasilitas yang digunakan untuk proses
produksi. Yang termasuk dalam kategori ini adalah barang MRO (suku cadang dan
barang umum) dan barang proyek.
2017 10 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Kebijakan PemeliharaanKarena sebagian besar jenis barang MRO diperuntukkan bagi pemeliharaan peralatan,
maka perlu dibicarakan sekadarnya megenai pemeliharaan peralatan ini. Salah satu hal
penting yang menentukan kebijakan penyediaan barang adalah kebijakan pemeliharaan
peralatan yang dimiliki perusahaan. Ada beberapa jenis kebijakan yang dimaksud disini,
antara lain:
1. Kebijakan rawat buangDalam kebijakan ini perlengkapan digunakan tanpa perawatan yang berarti, kalau terjadi
kerusakan, biasanya perlengkapan atau peralatan tersebut langsung dibuang dan
diganti dengan peralatan yang baru. Umumnya, kebujakan ini ditempuh karena
dipandang dari segi ekonomi lebih menguntungkan. Oleh karena itu, apabila ditempuh
kebijakan seperti ini, tidak perlu dilakukan penyediaan suku cadang.
2. Kebijakan rawat sendiri/rawat pakaiDalam kebijakan ini, perawatan peralatan dilakukan oleh organisasi perusahaan sendiri.
Untuk itu, biasanya perlu disediakan suku cadang untuk maksud tersebut. Disamping itu,
perlu juga dilakukan perencanaan dan perhitungan yang teliti mengenai pengisian
persediaan.
3. Kebijakan rawat kontrak (hanya jasa)Dalam kebijakan ini, perawatan perlengkapan dilakukan oleh pihak ketiga (kontraktor)
dengan kontrak jasa. Pertimbangan utama yang melatarbelakangi kebijakan ini biasanya
adalah segi ekonomi dan tekologi. Dalam hal ini, karena yang dikontrak hanya jasa
perawatan, suku cadang tetap harus disediakan oleh emilik peralatan, sehingga suku
cadang masih perlu disediakan di gudang.
4. Kebijakan rawat kontrak (termasuk suku cadang)Dalam kebijakan ini, perawatan perlengkapan dilakukan oleh pihak ketiga. Dalam
kontrak perawatan dengan pihak ketiga tersebut, disamping jasa perawatan, juga
dimasukkan jasa pengadaan dan penyediaan suku cadang yang diperlukan.
Pertimbangan utama untuk pemilihan kebijakan ini adalah juga segi ekonomi dan
teknologi. Oleh karena itu, apabila ditempuh kebijakan jenis ini, perusahaan tidak perlu
menyediakan dan menyimpan suku cadang dalam gudang.
2017 11 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
5. Kebijakan unit cadangan (spare unit)Kebijakan ini mengandalkan pemasangan unit cadangan yang siap pakai, yang biasanya
dilakukan pada instalasi vital. Kalau suatu saat terjadi kerusakan pada peralatan,
tugasnya langsung diambil alih oleh unit cadangan tadi. Unit cadangan ini dapat
dipasang di samping peralatan yang sedang berjalan, atau dapat juga disimpan di
gudang.
Begitu unit cadangan digunakan, yaitu yang rusak sudah diperbaiki, dan bila sudah baik
lagi akan berfungsi menjadi unit cadangan pengganti, dan demikian seterusnya. Tujuan
utama penggunaan kebijakan ini adalah factor kecepatan dan perbaikan. Dalam
kebijakan jenis ini, pegadaan dan penyediaan suku cadangnya harus memperhatikan
unit cadangan ini.
6. Kebijakan teknik reparasi rakitan (assembly repair technique atau ART).\Kebijakan ART adalah teknik penggantian suku cadang yang rusak dengan rakitan suku
cadang lengkap dan bukan dengan penggantian suku cadang kecil-kecil. Dengan
demikian, rakitan suku cadang lengkap yang rusak diganti dengan rakitan suku cadang
lengkap pula. Rakitan suku cadang tersebut diganti dan menjadi persediaan kembali
berbentuk rakitan suku cadang. Tujuan utama menggunakan kebijakan ini adalah
kecepatan dalam perbaikan. Dalam kebijakan ini, yang perlu disediakan di gudang
bukan suku cadang kecil-kecil, tetapi rakitan suku cadang tadi.
7. Kebijakan kombinasi berbagai kebijakan di atasApabila ditempuh kebijakan jenis ini, penyediaan suku cadang dalam gudang perlu
disesuaikan. Dalam praktek, banyak perusahaan yang memiliki kebijakan kombinasi
seperti ini.
Klasifikasi PeralatanDalam manajemen persediaan, khususnya mengenai suku cadang, dimana pengadaan dan
penyediaannya tergantung dari peralatan tempat suku cadang tersebut digunakan, perlu
diketahui hal-hal mengenai peralatan, antara lain klasifikasi dan sifat-sifatnya. Hal ini
memang nanti diperlukan dalam kebijakan manajemen persediaan untuk suku cadang.
2017 12 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Mengenai peralatan ini, klasifikasinya dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain
sebagai berikut:
1. Menurut sifat kerjanyaa. Peralatan stasioner (stationary equipment)
Yaitu peralatan yang bekerjanya relative “diam” atau “tidak bergerak”, misalnya:
Alat pertukaran panas,
Ketel uap,
Tanur api, dan
Alat pendingin
Sehingga suku cadang untuk peralatan jenis ini biasanya rusak relative lama.
b. Peralatan berputar atau bergerak (rotating or moving equipment)
Yaitu jenis peralatan yang bekerjanya atau setidaknya sebagian dari peralatan itu
serba bergerak atau berputar, misalnya:
Kompresor,
Turbin,
Pompa sentrifugal,
Pompa pembilas,
Mesin.
Sehingga suku cadang untuk peralatan jenis ini biasanya rusaknya relative cepat,
terlebih-lebih bagian yang bergerak/berputar.
2. Berdasarkan kepentingan penggunaannya (criticality rating) a. Peralatan vital (vital equipment)
Peralatan vital adalah peralatan untuk proses utama pabrik/perusahaan, yang
apabila mengalami kegagalan atau kerusakan, akan langsung mengakibatkan
terhentinya operasi dan hilangnya produksi. Peralatan keselamatan (safety
eauipment), yang jika gagal atau tidak berfungsi dapat menimbulkan bahaya
terhadap keselamatan jia manusia, dapat dimasukkan ke dalam peralatan jenis ini.
b. Peralatan penting (essential eauipment)
Peralatan penting adalah peralatan bantu yang biasanya mempunyai cadangan,
dan jika gagal, secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehilangan produksi,
tetapi jika berlangsung lebih dari waktu tertentu (misalnya lebih dari 24 jam), akan
dapat menyebabkan hilangnya atau berhentinya proses produksi. Semua peralatan
keselamatan yang tidak dikategorikan dalam peralatan vital, masuk dalam kategori
ini.
c. Peralatan penunjang (support or auxiliary equipment)
2017 13 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Yaitu semua peralatan pembantu proses produksi yang apabila gagal dalam waktu
tertentu (misalnya lebih dari 71 jam), akan menyulitkan proses produksi atau
produksi kerja.
d. Peralatan operasi (operational equipment)
Yaitu semua peralatan lain yang tidak termasuk dalam ketiga kategori di atas.
Hukum Pareto dan AplikasinyaPada tahun 1800-an, Vilvredo Pareto, seorang ahli ekonomi dan sosiologi bangsa Italia,
dalam studi dan penelitiannya sampai pada suatu kesimpulan bahwa pola distribusi
pendapatan penduduk pada dasarnya sama diseluruh negara dan di sepanjang sejarah.
Studi Pareto menunjukkan bahwa hanya sebagian yang sangat kecil dari penduduk memiliki
sebagian besar dari pendapatan seluruh penduduk, dan sebaliknya pula, sebagian besar
penduduk hanya memiliki sebagian kecil saja dari pendapatan seluruh penduduk.
Berdasarkan ini, pada tahun 1940-an, H. Ford Dickie dari Genenral Elektric
mengembangkan hukum atau konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan.
ABC menunjukkan pembagian jenis barang dalam tiga kategori menurut prinsip Pareto
tersebut. Konsep ini mengatakan bahwa kurang lebih 10% dari jumlah barang mewakili 70%
dari nilai barang secara keseluruhan (jenis A, barang berharga tinggi), 20% dari jumlah
barang mewakili kurang lebih 20% dari nilai barang (jenis B, barang berharga menengah),
dan sisanya 70% dari jenis barang hanya mewakili kurang lebih 10% saja dari nilai barang
secara keseluruhan (jenis C, barang berharga rendah).
Gejala seperti tadi adalah tipikal untuk setiap barang persediaan. Jadi, klasifikasi barang
persediaan menurut konsep ABC adalah klasifikasi menurut nilai barang. Nilai tidak hanya
berarti per satuan barang, tetapi dapat juga nilai pemakaian barang tersebut dalam periode
tertentu, misalnya satu tahun.
Besaran persentase untuk masing-masing jenis barang tersebut umumnya berkisar antara
jumlah-jumlah yang tersebut dalam tabel dibawah ini:
2017 14 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Kategori Persentase Jumlah Barang
Persentase Nilai Barang
A 10 70
B 20 20
C 70 10
Prinsip atau konsep ABC memberikan konsekuensi dalam pengendalian persediaan sebagai
berikut:
1. Pengawasan harus lebih difokuskan pada barang kategori A, karena kemelesetan dalam
pengawasan barang jenis ini dapat menimbulkan kerugian besar.
2. Pengawasan terhadap kategori B bersifat cukup saja.
3. Pengawasan terhadap kategori C cukup sekadarnya saja, karena kerugian yang
mungkin ditimbulkan biasanya hanya sedikit.
4. Konsep ini juga berpengaruh dalam menentukan jumlah persediaan pengaman (safety
stock). Perhitungan persediaan pengaman, apabila diperlukan, harus lebih teliti untuk
kategori A daripada kategori B dan C.
Karena alasan pengawasan ini pula, secara jenaka kadang-kadang konsep ABC
diterjemahkan sebagai singkatan dari Always Better Control. Disamping itu, ada perusahaan
yang menambah klasifikasi barang persediaannya dengan satu klasifikasi lagi, yaitu kategori
D, yang diperuntukkan bagi barang persediaannya yang mati, yang sudah lama sekali tidak
ada pemakaian atau pengeluaran atau tidak ada kemungkinan lagi untuk dipakai. Dengan
demikian, D dapat diterjemahkan sebagai Dead.
Namun, perlu diperhatikan bahwa yang paling penting bukan apakah jenis barang
persediaan dibagi menjadi 2 atau 3 atau 4, tetapi bahwa ada pembagian berdasarkan nilai
barang, yang mempengaruhi tingkat pengawasannya maupun kebijakan lain dalam
pengelolaan barang maupun pembelian barang tersebut.
Pengawasan ini juga dapat terwujud dalam beberapa cara lain sebagai berikut:
1. Penentuan tingkat akurasi dalam catatan persediaan (inventory records)
2017 15 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
Kategori A harus sangat akurat, perlu ditugaskan orang khusus, harus dibandingkan
antara catatan dan aktualnya seminggu sekali paling lama, demikian pula dalam
menghitung kemungkinan ada persediaan lebih. Kategori D tidak memerlukan orang
khusus, dan pemerksaannya cukup setahun sekali. Kategori B dan C berada di antara A
dan D tadi.
2. Cara pemesanan barang juga tergantung dari kategori barang
Untuk kategori A, sedapat mungkin dengan blanket order, stockless purchasing, atau
cara yang serupa. Kategor B dan C dapat dibeli dengan cara pembelian biasa. Kategori
D seharusnya jangan pernah dibeli lagi.
3. Kapan memesan/membeli juga ditentukan oleh kategori barang
Kategori A dengan teknik peramalan yang sesuai dengan MRP (Material Requirement
Planning) yang disesuaikan. Kategori B dilakukan dengan MRP yang disesuaikan.
Kategori C cukup dengan cara titik pemesanan kembali (reorder point). Kategori D tidak
memakai teknik apa-apa karena tidak akan dibeli lagi.
4. Tempat penyimpanan
Kategori A sebaiknya ditempatkan di dekat pengawas dan daam ruangan yang aman.
Kategori B bisa di tengah gudang, tidak perlu sangat dekat dengan kantor pengawas.
Kategori C bisa di tempat yang jauh dari kantor pengawas gudang. Kategori D di tempat
yang lebih jauh lagi, karena praktis hamper tidak memerlukan pengawasan sama sekali.
Demikian beberapa dampak kebijakan yang berbeda antara kategori barang A, B, C,
dan D tadi. Daftar kebijakan tersebut dapat diperpanjang lagi sesuai dengan
pengalaman perusahaan masing-masing berdasarkan prinsip-prinsip yang sama.
2017 16 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
Richardus Eko Indrajit, (2005), Manajemen Persediaan, Grasindo, Jakarta
Heizer Jay, B. Rander, (2006), Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta
Hani Handoko (2002). Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta
Siswanto, (2005), Riset Operasi, Erlangga, Jakarta
M. Syamsul Ma’arif (2003). Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta
Sofyan Assauri (2001). Manajemen Operasi. BPFE. Yogyakarta
Martinich (2003). Operation Management. Prentice Hall. New York
2017 17 Manajemen Persediaan
PusatBahan Ajar dan eLearningDinar Nur Affini, SE., MM. http://www.mercubuana.ac.id