Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

32

Transcript of Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Page 1: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id
Page 2: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Dinar Maftukh Fajar

MENGGAPAI HIKMAH DALAM PEMBELAJARAN

SAINS

Editor: Rafiatul Hasanah

Page 3: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

@2019, Dinar Maftukh FajarHak Cipta Dilindungi Undang-Undang

vi + 152 hlm; 15,5 x 23 cmISBN: 978-623-7212-22-5Cetakan Pertama: Desember 2019

Editor: Rafiatul Hasanah

Tata Letak & Sampul: Sahabat Lintas Nalar

Diterbitkan oleh:Lintas Nalar, CV

Jl. Garuda, Gang Panji 1, No. 335RT 7 RW 40 Kampung Kepanjen, Banguntapan, Bantul,D.I. YogyakartaEmail: [email protected]

Page 4: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - iii

Prolog

Sebakda Tahmid dan Sholawat….

D engan memohon petunjuk Allah, buku yang terbaca ini berasal dari coretan-coretan kecil penulisnya yang naif, yang dihimpun sejak bersekolah hingga mendapat amanah menjadi pengajar di sebuah

kampus. Bermula dari mencatat ketidaktahuan di sana-sini, mengumpulkan catatan pinggir dari apa-apa yang dipelajari, serta mengabadikan nasihat bijak dari para guru, penceramah, serta figur yang menginspirasi, buku ini ditulis dengan niat sebagai renungan bagi diri sendiri. Berkat dukungan dari berbagai pihak, coretan-coretan kecil ini ternyata disarankan untuk dibukukan dan ditulis dengan rapi.

Lalu bagaimana buku ini ditulis? Buku ini diberi judul Menggapai Hikmah Dalam Pembelajaran Sains,

berpijak dari kisah “Abu Nawas Menipu Tuhan” yang disajikan pada bagian awal buku ini. Dalam kisah tersebut, Abu Nawas sebagai sosok guru yang arif mengenalkan kepada muridnya tentang tiga tingkatan manusia memandang alam semesta: tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati. Tingkatan hatilah yang menjadi pencapaian tertinggi dalam pembelajaran sains. Maka untuk meraih tingkatan ini, penulis menyuguhkan 5 pendekatan berbeda yang memperluas kisah Abu Nawas tersebut dengan menghadirkan contoh-contoh pada materi IPA. Harapannya, materi IPA yang disajikan dapat mengandung pesan-pesan hikmah.

Banyak jalan dapat dilakukan untuk menggapai dan menebarkan hikmah. Sains dan alam semesta hanyalah salah satunya. Sains yang penuh hikmah menjadi penuntun yang mendekatkan para pencarinya kepada Penciptanya, dan ia pun menjadi jalan meraih kebijaksanaan dalam

Page 5: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

iv - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

kehidupan. Memang hikmah tidak serta merta datang kepada mereka yang menguasai ilmu pengetahuan, tetapi ilmu pengetahuan menjadi pintu gerbang yang memudahkan pencarinya meraih hikmah. Demikianlah ungkapan filsuf Whitehead yang ditulis sebagai pembuka buku ini.

Yang terpenting, lembar demi lembar yang terbaca dapat mendatangkan dosa yang tiada habisnya, dapat pula menjadi amal kebajikan yang berbuah pahala tiada putusnya. Maka, menerbitkan sebuah buku bukanlah persoalan seberapa tersampaikan gagasan penulis kepada para pembaca. Ada yang perlu diperiksa agar setiap tulisan tidak menjadi buah pikir yang menyesatkan, atau wawasan yang bertentangan dengan kebenaran. Terlebih lagi bila buku tersebut menukil dalil-dalil agama. Apabila itu yang terjadi, penulis memohon ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada para pembaca. Semoga para pembaca bersedia memberikan pembetulan.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih untuk pihak-pihak yang membantu penulisan buku ini. Terutama para guru penulis dan figur-figur yang menginspirasi: Pak A. Shahab, Pak Khairurrijal, Bu Siti Nurul Khotimah, Pak Umar Fauzi, Pak Imam Supardi, Pak M. Ibrahim. Dan rekan-rekan sejawat penulis yang turut berkontribusi, khususnya Bu Rafi, Bu Laily, Pak Dimas, Pak Wildan, Pak Zubaidi, Pak Suhardi.

Selanjutnya teruntuk mitra diskusi penulis dari penjuru yang jauh: Pak Aadrean, Bu Nisa Retnoningtyas, Mas Bambang, Mas Anggit, Mas Zulfikar, Mas Pandu, Mas Rio Widodo, Bu Ifah Silfianah, serta para mahasiswa yang selalu menginspirasi. Semoga kontribusi semuanya dicatat oleh Allah sebagai amal shalih yang tak habis-habis.

Dan tak lupa penulis haturkan terima kasih untuk Bapak H. Nurali (alm), Ibu Hj. Emiyati, Ayah H. Mundir, adik Heni, adik Satria, dan istri tercinta Marizka Wimala, atas dukungan terbaiknya dalam menyelesaikan buku ini.

Jember, Oktober 2019

Page 6: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - v

Daftar Isi

Prolog .............................................................................................. iiiDaftar Isi .......................................................................................... v

Bab 1 - Sains dan Jalan-jalan Hikmah .............................................. 1A. Sains, Alam Semesta, dan Kehidupan ........................................ 1B. Dari Mata Turun ke Hati ........................................................... 6C. Sains dan Jalan-jalan Hikmah .................................................... 14

Bab 2 - Sains dan Pandangan Ajaib .................................................. 18A. Imajinasi Orde Alam ................................................................. 19B. Imajinasi Kecanggihan Alam ...................................................... 24

Bab 3 - Figur-figur di Balik Sains ...................................................... 31A. Figur Ilmuwan Inspiratif ............................................................ 34B. Pesan Hikmah Para Ilmuwan ..................................................... 41

Bab 4 - Sains dan Model Kehidupan ................................................ 54A. Sains dalam Peribahasa .............................................................. 55B. Model Kehidupan dari Alam Semesta ........................................ 60C. Memetik Nasihat di dalam Rumus ............................................ 89

Page 7: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

vi - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Bab 5 - Sains dari Hulu ke Hilir ....................................................... 97A. Muara Keilmuan ........................................................................ 101B. Dari Nullius in Verba sampai pada Work, Finish, and Publish ...... 105C. Sains dan Washilah ..................................................................... 108

Bab 6 - Sains dan Takdir ................................................................... 115A. Semua Hukum-Hukum Alam adalah Takdir .............................. 117B. Semua Hukum-Hukum Kehidupan adalah Takdir ..................... 123C. Model Matematika Takdir ......................................................... 129D. Model Garpu Kehidupan ........................................................... 133E. Sains, Takdir, dan Hikmah ......................................................... 134F. Miskonsepsi tentang Sains dan Takdir........................................ 141

Epilog .............................................................................................. 145Daftar Pustaka .................................................................................. 147Tentang Penulis ................................................................................ 151

Page 8: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 1

Bab 1

Sains dan Jalan-jalan Hikmah

A. Sains, Alam Semesta, dan Kehidupan

K ehidupan manusia selalu dihadapkan dengan beragam pilihan. Hendak makan apa, hendak beli barang A atau B, hendak diapakan sampah plastik ini, dan masih banyak lagi yang lain. Setiap hari

kita membuat berpuluh-puluh keputusan. Sebagian atau mungkin semua pilihan didasarkan pada suatu prediksi, bahwa setiap tindakan akan memiliki konsekuensi. Pertanyaannya, bagaimanakah cara kita memilih keputusan terbaik?

Misal, kita pergi ke sebuah toko untuk membeli sampo, pernahkah kita bertanya sampo apa yang paling cocok untuk rambut kita? Beberapa waktu sebelumnya, kita mungkin pernah mencobai berbagai merek, kemudian mengamati bagaimana respon rambut kita. Tidak hanya respon pada rambut, tetapi juga harga yang paling murah serta pertimbangan-pertimbangan yang lain. Pada akhirnya, kita menyimpulkan bahwa sampo merek tertentu yang paling sesuai dan itulah yang hendak kita beli. Tetapi, lain cerita jika kita hanya membeli hanya karena iklan.

Ini merupakan salah satu contoh sederhana cara kita mempelajari dunia kita. Pertama, kita menerawang dunia dengan iqro’/membaca ada apa di sana dan bagaimana cara kerjanya. Kemudian kita membuat generalisasi, kita membuat aturan umum yang tampaknya cocok dengan apa yang kita lihat.

Page 9: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

2 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Pada akhirnya, kita menerapkan aturan-aturan tersebut untuk situasi baru yang belum pernah kita temui, dan kita berharap aturan tersebut bekerja.

Mungkin tidak hanya memilih merek sampo. Tetapi prosedur dasar yang sama, yaitu mengamati, bertanya, mencobai, dan menyimpulkan dapat diterapkan serta dikembangkan dengan cara yang lebih formal dan kuantitatif ketika kita ingin mempelajari tentang suatu hal di alam semesta, misalnya sebuah bintang di langit, atau kehidupan dalam sebuah sel. Dalam kasus tersebut, usaha ini kita sebut dengan sains, dan orang-orang yang hidup untuk mempelajari pertanyaan-pertanyaan ini disebut saintis atau ilmuwan.

Sains mencakup hal-hal yang berkaitan dengan produk dan proses sains. Sains dalam memilih sampo tidak hanya fokus pada mengenal merek-merek sampo, tetapi juga mencari prosedur/proses menentukan sampo yang terbaik. Dengan kata lain, sains tidak hanya mengenai pengetahuan tentang dunia kita, atau apa-apa yang terjadi di alam semesta, tetapi juga langkah-langkah yang kita tempuh untuk menemukan sekaligus mengembangkan pengetahuan itu, tentunya dengan nilai, karakter, dan sikap seorang ilmuwan. Kita mengenal prosedur-prosedur tersebut dengan istilah metode ilmiah.

Gambar 1. 1 Aneka Merek Sampo. Coba kita renungkan, kita memilih sampo dengan sains atau karena iklan?

everydayme.co.id ; mynewshampo.blogspot.co.id

Sains dimulai dari iqro’, atau dalam metode ilmiah disebut pengamatan (observation). Mari kita mengingat ketika pertama kali kitab suci Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan 15 abad yang lalu, perintah pertama yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang juga berarti perintah untuk kita semua adalah ‘iqro’/bacalah’.

Page 10: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 3

Pertanyaan yang muncul adalah, apa yang harus kita baca? Tuhan Yang Maha Kuasa berfirman, “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang adalah ayat-ayat (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (QS Ali Imran: 190).

Selanjutnya dikatakan bahwa orang yang berakal yang dimaksud di dalam ayat tersebut “yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ‘Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci Engkau, lindungilah kami dengan azab neraka.’” (QS Ali lmran: 191)

Secara tidak langsung, kutipan firman Allah SWT tersebut menyiratkan ada dua macam ayat Tuhan yang harus kita baca, yaitu pertama ayat yang tertulis, seperti yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran. Kedua, ayat yang tercipta (ayat kauniyah), yaitu seperti yang terlihat pada fenomena-fenomena alam yang merupakan hasil ciptaan Allah SWT. Fenomena alam yang dimaksud tidak hanya langit dan bumi atau malam dan siang, tetapi juga segala yang ada dan terjadi di sekeliling kita, aneka tumbuhan dan hewan, gunung, sungai, lembah, pantai, perilaku manusia, serangkaian peristiwa masa lalu, berita di TV dan koran, kebutuhan kita sehari-hari, itu semua layak kita baca sebagai renungan akan tanda-tanda kebesaran Allah.

Namun pembacaan kita pada fenomena alam tidak berhenti sampai di sini. Seperti kita memilih sampo di atas, ada ketentuan yang muncul dari sampo yang kita pilih, yakni sampo tersebut harus cocok dengan rambut kita. Maka setiap sampo pasti dibuat dengan kadar dan ukuran tertentu. Alam semesta pun berjalan dengan ukuran yang sudah ditetapkan oleh Allah, kemudian kita menemukan aturan-Nya yang berlaku sebagai konsekuensi dari ukuran tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan qadar (ukuran dan aturan)” (QS Al Qamar: 49). Tugas manusia adalah menemukan dan memanfaatkan sesuai dengan kadarnya.

Mempelajari hal ihwal alam semesta dan memanfaatkan sesuai aturan-aturannya adalah peran dari sains. Sains menjadi sarana yang ampuh untuk

Page 11: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

4 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

memahami bagaimana dunia bekerja, serta bagaimana cara kita berinteraksi dengan lingkungan. Lebih jauh lagi, peran sains tidak hanya menggabungkan ide dan teori tentang bagaimana aturan/ketentuan di alam semesta, tetapi juga menyediakan kerangka berpikir untuk mempelajari dan menangani pertanyaan-pertanyaan baru, seperti kekhawatiran kita pada masa yang akan datang. Dari aturan-aturan itu, sains pun menjadi harapan kita untuk memprediksi dan mencegah bencana alam, menyembuhkan penyakit, dan menemukan teknologi baru untuk membangun dunia kita.

Pada akhirnya, sains mempersembahkan sikap yang ‘merendahkan diri’ kepada Sang Khaliq melalui rancangan megah-Nya di alam semesta, mulai dari ‘dunia gaib’ pada inti atom hingga jagat raya yang maha luas. Inilah yang menjadi intisari buku ini, yakni sains yang mengantarkan kita kepada hikmah melalui produk dan prosesnya. Sains dimulai dari iqro’/membaca alam semesta, kemudian membawa pembacaan itu mendekatkan diri kepada Tuhan, serta membiasakan kita pada kehidupan yang lebih arif berdasarkan ketentuan-ketentuan-Nya. Memang tidak semua orang yang mempelajari sains akan menjadi ilmuwan profesional, tetapi membiasakan proses sains dalam kehidupan dapat melatih seseorang menjadi bijaksana.

Gambar 1. 2 Sains Terpadu (Integrated Science)

Page 12: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 5

• Sains dan KeimananDari segi filsafat ilmu (ontologi, epistemologi, dan aksiologi), sains atau

yang secara khusus disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Hal-hal yang dikaji harus konkret atau dapat ditangkap alat indra. Klarifikasinya harus berdasarkan pengalaman nyata dan menggunakan langkah-langkah sistematis. Validasinya pun harus objektif dan teruji kebenarannya. Konsekuensi yang dibuat harus logis dan berlaku universal. Ciri-ciri ini juga memisahkan sains dari sains semu (pseudoscience), seperti klenik dan astrologi.

Jika ada temuan terbaru yang menjadi koreksi terhadap kebenaran sains, maka sains pun bisa berubah. Misal, dahulu orang menganggap bumi sebagai pusat Tata Surya, sekarang anggapan itu runtuh karena ada teori Heliosentris milik Copernicus yang ternyata lebih benar. Fisika klasik yang sebelumnya dianggap mampu menjelaskan seluruh fenomena fisis di alam semesta, ternyata tak lagi mumpuni setelah dihadapkan pada fenomena radiasi benda hitam. Sistem klasifikasi makhluk hidup yang semula hanya membagi makhluk hidup menjadi 2 kerajaan: hewan (animalia) dan tumbuhan (plantae), kini tak bisa tidak harus mengakui ada lebih dari 5 kerajaan berdasarkan temuan-temuan sains terkini.

Namun di samping itu, sains sering dibenturkan dengan urusan keimanan. Misal dihadapkan dengan pertanyaan berikut.

Jika sains hanya menyelidiki hal-hal yang bersifat konkret, bagaimana dengan hal-hal gaib seperti jin, malaikat, akhirat, atau bahkan Tuhan yang dikabarkan wujud melalui kitab suci, apakah semua itu dapat dibuktikan secara ilmiah?

Maka dalam mengkaji sains, kita tunduk kepada sabda Nabi Muhammad SAW, “Tafakkaru fi khalqillahi wa la tatafakkaru fi  dzatihi.” (Kajilah ciptaan Allah, dan jangan pikirkan tentang zat-Nya). Membuktikan keberadaan Tuhan melalui sains bukanlah urusan sederhana. Sains memiliki batas epistemologi yang tidak dapat ditembus pikiran manusia, yakni ketakberhinggaan kekuasaan Tuhan. Bagaimana mungkin bukti keimanan akan dicari dalam sains, sementara kebenaran sains sendiri masih berpeluang berubah?

Page 13: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

6 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Memang banyak ilmuwan yang menjadi beriman karena temuan-temuan mereka di bidang sains. Namun tidak sedikit pula yang mendaku ‘tidak butuh keberadaan Tuhan’ karena kedalaman sains yang mereka kuasai. Kita ambil contoh dua tokoh terkemuka dalam ilmu fisika: Isaac Newton dan Stephen Hawking. Meskipun tidak hidup sezaman, keduanya adalah profesor Lucasian di Universitas Cambridge, suatu derajat akademik yang sangat tinggi. Tetapi yang pertama mengakui keberadaan Sang Maha Pencipta, yang kedua tidak membutuhkan itu.1 Dengan kata lain, sains tidak dapat membuktikan hal-hal yang menjadi wilayah keimanan. Iman menyentuh hati seseorang dengan cara yang lain, yang disebut hidayah. Keimanan seseorang dapat bertambah mantab karena memahami sains.

Dari sini kita berkesimpulan tentang pendidikan bagi anak-anak kita, dasar-dasar keimanan harus diajarkan lebih dulu sebelum megenalkan sains agar anak-anak kita memiliki pondasi iman yang kokoh. Kita senantiasa berharap sains yang kita kaji membawa kita menjadi ilmuwan yang tunduk dan taat kepada Sang Pencipta.

B. Dari Mata Turun ke Hati

Banyak jalan untuk menemukan hikmah, salah satunya dengan memahami seluk beluk alam semesta. Dalam dunia pembelajaran, mengajarkan hikmah menjadi bagian dari pendidikan karakter. Harapan penulis buku ini dapat memberi masukan dan inspirasi bagi internalisasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sains di sekolah.

1 Dalam sejarah penulisan buku Principia, Newton pernah menghadirkan peran Tuhan pada salah satu jilid buku Principa-nya, semata-mata karena tidak mampu menjelaskan filosofi alam secara lengkap. Tetapi seabad berikutnya, Laplace memperbaiki karya Newton dengan matematika yang lebih canggih yang akhirnya tidak lagi memerlukan hipotesis Tuhan. Sejak itu peran Tuhan di dalam sains dihilangkan sampai penemuan teori relativitas Einstein. Dalam sejarah perkembangan filsafat sains, peran Tuhan baru dihadirkan ketika sains buntu dengan ketaktahuannya. Tetapi ketika sains dapat menjelaskannya, sains merasa tidak butuh Tuhan. Tokoh lain yang dapat kita bandingkan, seperti Abdus Salam dan Steven Weinberg. Keduanya sama-sama peraih hadiah Nobel dalam ilmu fisika di masa yang sama, tetapi berbeda pendapat tentang Tuhan dan agama.

Page 14: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 7

Sebelum kita merumuskan pokok-pokok tentang hikmah, penulis hendak menghadirkan cerita yang menarik tentang Abu Nawas, seorang pujangga Persia yang terkenal. Cerita dari Hikayat 1001 Malam ini memang belum jelas asal-usulnya, tetapi cukup memberi inspirasi bagaimana seorang yang penuh hikmah memandang alam semesta. Cerita ini popular dengan judul: Abu Nawas Menipu Tuhan.

Abu Nawas Menipu Tuhan

Meskipun aneh dan jenaka, Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Terkadang kedalaman hatinya menunjukkan adanya jiwa sufi pada dirinya. Tak heran jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit.

Di antara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama datang dan bertanya, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”

“Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil,” jawab Abu Nawas.“Mengapa?” tanya orang pertama.“Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan,” kata Abu Nawas.Orang pertama pergi karena telah puas dengan jawabannya. Kemudian

datanglah orang yang kedua.Dia pun bertanya. “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan

dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”“Orang yang tidak mengerjakan keduanya,” jawab Abu Nawas.“Mengapa?” tanya orang kedua.“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan

pengampunan dari Tuhan,” kata Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.

Page 15: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

8 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Kemudian datanglah orang ketiga dengan pertanyaan yang sama, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”

“Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar,” jawab Abu Nawas.“Mengapa?” tanya orang ketiga.“Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan

besarnya dosa hamba itu,” jawab Abu Nawas. Orang ketiga menerima alasan Abu Nawas dan kemudian pergi.

Karena belum mengerti murid Abu Nawas tersebut bertanya, “Guru, mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?”

Abu Nawas menjawab, “Anakku, manusia itu dibagi pada tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati.”

“Apakah tingkatan mata itu?” tanya murid Abu Nawas. “Anak kecil yang melihat bintang di langit. Ia mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata,” jawab Abu Nawas mengandaikan.

“Apakah tingkatan otak itu?” tanya murid Abu Nawas. “Orang pandai yang melihat bintang di langit. Ia mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan,” jawab Abu Nawas.

“Lalu apakah tingkatan hati itu?” tanya murid Abu Nawas.“Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. Ia tetap

mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu pun yang besar jika dibandingkan dengan Ke-Maha-Besaran Allah.”

Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda. Ia bertanya lagi.

“Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?”“Mungkin,” jawab Abu Nawas.“Bagaimana caranya?” tanya murid Abu Nawas ingin tahu.“Dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa,” kata Abu Nawas.

Page 16: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 9

“Ajarkanlah doa itu padaku, wahai guru,” pinta murid Abu Nawas.“Doa itu adalah: Ilahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa ’alan naril jahimi,

fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil ‘adhimi.”Arti doa itu adalah: Duhai Tuhanku, aku ini tak pantas menjadi penghuni

surga, tetapi aku juga tak kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu, terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.

***

Dari cerita di atas, kita mengenal ada tiga tingkatan manusia dalam memandang alam semesta: tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati. Tingkatan mata adalah tingkatan yang paling dangkal, ia dipengaruhi oleh intuisi, subjektivitas, dan perasaan yang semu. Pada tingkatan otak, ia sudah melepaskan diri dari intuisi dan mulai menggunakan logika, keluasan wawasan, serta sudah berani membuat pilihan yang berbeda. Pada tingkatan hati, ia menggunakan perasaan dan wawasannya untuk mengakui ada kekuasaan yang jauh lebih agung, dan ia sadar berada di dalamnya. Untuk mencapai tingkatan puncak ini, seseorang perlu lulus pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Bagan di bawah ini menggambarkan tiga tahapan tersebut.

Gambar 1. 3 Dari mata turun ke hati: tiga tahapan memandang alam semesta

Page 17: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

10 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Alam Semesta Menggugah Hati

Selanjutnya, kita akan mencoba bagaimana tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati hati mengamati fenomena-fenomena berikut ini.

Pertama, bayangkan kita sedang naik pesawat terbang untuk bersafari ke tempat yang jauh. Kita duduk di dekat jendela sehingga dapat menyaksikan pemandangan seperti di bawah ini.

Gambar 1. 4 Inspirasi Hikmah I (crystalinks.com)

Apa yang kita saksikan?Itu adalah kenampakan sungai yang meliuk-liuk melewati pegunungan.

Ada keindahan yang menyelimuti sungai ini. Bentuk sungai yang berbelok-belok tersebut sangat anggun dan lebih enak dilihat dibanding sungai yang lurus dan datar. Bila lurus, kita menganggapnya bukan sungai alami, melainkan kanal atau selokan besar. Apalagi dengan warna putih yang menghiasai permukaan sungai, tentu sebuah pemandangan yang sangat memesona.

Sungai yang berbelok-belok ini disebut meander. Meander terjadi karena aliran sungai melewati topografi bumi yang bervariasi, sementara air selalu mengalir menuju tempat yang lebih rendah melewati topografi ini. Akibatnya, ada perbedaan kecepatan aliran pada kedua sisi tepian sungai. Satu sisi tergerus erosi, satu sisi yang lain tertimbun endapan. Lama kelamaan proses ini membuat sungai semakin melengkung dan membentuk meander.

Page 18: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 11

Dan warna putih yang ada di atas sungai adalah es atau salju. Artinya, sungai ini terletak di daerah 4 musim dan diamati saat musim dingin. Air memiliki sifat yang unik. Berbeda dengan material yang lain, air ketika mendingin volumenya mengembang, sehingga massa jenisnya mengecil. Oleh karena itu, air yang membeku dan menjadi es ini akan mengapung ke permukaan.

Ternyata pemandangan ini menunjukkan kasih sayang Allah SWT kepada makhluk-Nya. Sebab sunnatullah-Nya, air mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah. Dari kekuatan alirannya terbentuklah meander. Meander yang panjang ini dapat memuat air yang lebih melimpah, sehingga tanah yang diairi lebih luas, tumbuhan dan hewan yang hidup darinya lebih banyak. Selain itu, sifat air yang unik ini juga rahmat dari Allah SWT. Seandainya air yang membeku itu tenggelam, maka seluruh sungai akan menjadi es, dan semua kehidupan di dalam air akan punah. Plankton, tumbuhan, dan ikan akan mati. Ternyata sifat anomali air ini adalah cara Allah untuk menebarkan kasih sayang-Nya.

Nah, dari paparan di atas, semoga kita dapat mengambil pelajaran, manakah iqro’ pada tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati.

Yang kedua, bayangkan kita sedang mempelajari biologi dan fisika (IPA Terpadu). Suatu ketika kita menemukan dua gambar berikut ini.

(a) (b)Gambar 1. 5 Inspirasi Hikmah II

fareedish.blogspot.co.id

Page 19: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

12 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Apa yang tampak pada Gambar (a)?Gambar (a) adalah gambar sepasang ginjal. Apabila kita amati, ginjal

memiliki formasi yang simetris, ada kanan ada kiri. Organ-organ pada tubuh manusia banyak yang seperti ginjal. Ada paru-paru, tangan, kaki, mata, telinga, mereka semua berjumlah sepasang. Bukankah sesuatu yang dirancang secara simetris akan tampak lebih bagus daripada yang tidak beraturan?

Sekarang kita berpindah ke Gambar (b). Itu adalah gambar baterai-baterai dengan 2 susunan: seri dan paralel. Keduanya memiliki karakter yang berbeda. Baterai-baterai yang disusun secara seri keandalannya akan turun. Baterai-baterai tersebut tidak lebih bertenaga daripada satu baterai, meskipun tegangannya naik. Sementara baterai-baterai yang disusun secara paralel, keandalannya meningkat. Susunan ini dapat mempertahankan kerja baterai lebih lama dengan tegangan yang tetap, karena jika salah satu baterai rusak, yang lain masih bisa menggantikan. Layaknya baterai-baterai ini, ginjal manusia dirakit secara paralel agar keandalannya naik.

Fenomena ini juga menunjukkan rahmat dari Allah SWT. Tubuh manusia terdiri dari beribu-ribu komponen, mulai dari sel, jaringan, organ —termasuk ginjal, sebagian besar disusun secara paralel. Bayangkan saja, jika semua komponen dalam tubuh disusun secara seri, sistem tubuh akan berhenti hanya karena satu komponen tidak bekerja. Hanya dengan satu komponen yang rusak, manusia akan mati. Dari sini kita sadar, default-nya manusia ternyata lebih mudah untuk sakit daripada sehat. Sampai saat ini, mengapa kita masih sehat? Semestinya kita lebih bersyukur kepada Allah karena dapat hidup sehat dengan organ yang masih lengkap.

Untuk contoh terakhir, mari kita simak gambar berikut.

Gambar 1. 6 Inspirasi Hikmah III huffingtonpost.com, karthijaygee.files.wordpress.com

Page 20: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 13

Gambar di atas menunjukkan sekumpulan burung terbang membentuk formasi huruf V. Pertanyaan refleksi kita, burung apakah yang terbang dengan bentuk yang indah ini? Adakah analisis ilmiah dari formasi tersebut? Bagaimana cara migrasi burung-burung ini sehingga mampu menyeberangi benua-benua yang membentang jauh, seperti pengaturan energi dan sistem navigasinya? Siapakah yang mengatur safari agung ini dan menjaganya agar tidak jatuh?

Gambar 1. 7 Burung Godwit yang menggemukkan badan sebelum bermigrasi, menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak. (https://www.eaaflyway.net)

Gambar 1. 8 Peta migrasi burung Godwit. Migrasi burung Godwit dapat menempuh jarak 11.500 km nonstop tanpa makan dan beristirahat dalam waktu 9 hari

news.bbc.co.uk

“Apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak

Page 21: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

14 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk: 19)

Semoga dengan merenungkan bagaimana burung-burung yang terbang sembari mentadaburi ayat-ayat Al-Quran, dapat meneguhkan iman kita, bahwa desain Allah yang sangat cermat dan cerdas ini ada pada setiap makhluk-Nya.

Selain tiga contoh di atas, masih banyak hal ihwal di alam semesta yang dapat kita pandang dari tingkatan mata sampai menemukan hakikat yang membuat iman semakin teguh. Tentu cara pandang yang menyentuh hati ini diraih dengan ilmu dan pembiasaan yang terus-menerus.

C. Sains dan Jalan-jalan Hikmah

Hikmah seyogyanya menjadi tujuan puncak dalam menuntut ilmu, yakni berada pada tingkatan hati. Kutipan ayat berikut menjelaskan bahwa hikmah adalah anugerah ekslusif yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya.

“Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah maka sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah: 269)

Hikmah memiliki beragam pengertian. Kita dapat memberikan beberapa indikator yang mengarah pada pencarian hikmah. Prof. Abdullah Shahab dalam ceramahnya yang berjudul Menggapai Hikmah (sumber: youtube.com) merincinya sebagai berikut, bahwa hikmah adalah upaya• mencari petunjuk arah di dalam kesesatan• menangkap cahaya di dalam kegelapan• menjadikan kesalahan sebagai ‘stepping stone’ menuju ketakwaan• mencari penyelesaian dalam persoalan• memilih jalan yang benar ketika jalan mulai berpencar• melihat di balik fenomena menjangkau hakikat

Page 22: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 15

• melihat ‘silver lining’ dalam setiap cobaan

(a) (b)Gambar 1. 9 Kata-Kata Mutiara tentang Hikmah

oaileixirt.wordpress.com , quoteaddicts.com

Mengutip dari Alfred North Whitehead, seorang matematikawan sekaligus filsuf asal Inggris-AS, bahwa manusia akan menjadi lebih bijaksana jika ia berilmu pengetahuan. Tetapi berilmu pengetahuan saja tidak serta merta menjadikan ia bijaksana. Albert Einstein menambahkan, bahwa kebijaksanaan bukanlah hasil dari persekolahan, melainkan diraih dengan upaya terus-menerus sepanjang hidup.

Sumber kebijaksanaan ada dalam segala hal. Kita bisa merungkannya dari apa-apa yang kita pelajari, apa-apa yang kita jalani sehari-hari, serta dari kehidupan orang lain yang menginspirasi. Sains dan alam semesta mengajarkan pokok-pokok hikmah dari berbagai sudut pandang berikut ini.

• Sains dan Pandangan AjaibDari alam semesta kita belajar menghayati kecanggihan dan keluarbiasaan

rancangan Sang Pencipta. Kita contohkan dari yang sekecil atom hingga alam semesta yang luas, dari ukuran-ukuran angka yang tak termaknai, semua itu menjadi sarana untuk merenungi ciptaan-Nya.yang rapi dan teliti.

• Figur-Figur di Balik SainsDari pengalaman dan pemikiran para ilmuwan, kita belajar pandangan

mereka tentang kebijaksanaan. Kita juga belajar bagaimana jejak-jejak kehidupan mereka yang penuh inspirasi.

Page 23: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

16 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

• Sains dan Model KehidupanAlam semesta juga menyajikan model yang dapat kita teladani dalam

kehidupan. Nasihat-nasihat bijak alam semesta dapat disarikan dari perumpamaan tentang alam, beragam aktivitas makhluk hidup, dan hukum-hukum dalam sains.

• Sains dari Hulu ke HilirSebuah ilmu pengetahuan tidak dapat kita nikmati dengan sekejap, ia

memerlukan ilmu dari cabang-cabang lain yang berproses seiring waktu. Seorang pencari ilmu tidak boleh berputus asa dalam belajar, karena setiap orang dapat memiliki ‘saham pahala’ atas perkembangan ilmu pengetahuan. Siapapun yang mempelajari sains dengan penuh keikhlasan akan memperoleh manfaat dan pahalanya.

• Sains dan TakdirKehidupan sebagaimana alam semesta, ia berjalan berdasarkan ukuran

dan takdir yang digariskan. Sains adalah pintu gerbang untuk mempelajari takdir Allah. Dengan mengenali ketentuan-ketentuan yang berlaku pada alam semesta, seseorang akan terbiasa menyikapi takdir-takdir dalam kehidupan. Harapannya, seseorang yang memahami takdir akan akan selalu menemukan hikmah dari segala hal yang menimpa dirinya.

Jalan-jalan hikmah tersebut akan diuraikan pada bab-bab tersendiri dalam buku ini dengan contoh-contoh yang dapat diperluas lagi.

***

Dengan ucapan basmalah, buku ini dimulai dengan membaca doa memohon hikmah:

Page 24: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 17

“Duhai Tuhanku, anugerahi aku hikmah dan himpunkan aku ke dalam golongan orang-orang yang shaleh, dan jadikanlah aku buah turur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian, dan jadikan-lah aku termasuk orang-orang yang mempuasakai surga yang punuh dengan kenikmatan.” (Doa Nabi Ibrahim memohon hikmah dalam QS As-Syuara: 83-85)

Page 25: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 145

Epilog

Telah banyak yang kukatakan, padahal makna satu kata pun tidak kupahami hakikatnya. Dan, satu hakikat pun —seandainya dapat

kuraih— tidak kupahami bagaimana mengatakannya. Setiap kata yang dibuat manusia berisiko keliru, begitu pula diamnya. Lalu apa yang harus

kukatakan?

Tuntas sudah penulis mengantar pembaca sampai gapura perpisahan. Lima pesan hikmah dari alam semesta telah paripurna. Penulis berharap pembaca dapat meraih cahaya kebijaksanaan yang terbaik

dari jalan-jalan sains maupun pintu-pintu kehidupan yang dipilih, dan boleh jadi cahaya hikmah para pembaca sangat jauh lebih terang.

Gambar 7. 1 Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Siapa pun yang menulis harus siap menanggung risiko disalahpahami dan dibaca secara keliru. Tanpa diutarakan semua pembaca pasti maklum, buku ini menyimpan banyak cacat yang terbuka maupun tersembunyi, yang tentu jauh lebih banyak daripada yang penulis sadari, baik dari sisi keluasan wawasan, kebenaran informasi, kelurusan penalaran, maupun penarikan kesimpulan.

Kedalaman maksud suatu buku sering menjadi kebanggaan penulisnya yang naif. Namun wewenang penilaiaan tetap pada mata, pikiran, dan hati

Page 26: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

146 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

pembaca. Tentu tidak bijaksana bila untuk suatu kekeliruan, manusia yang masih punya waktu untuk memperbaiki hanya bisa meminta maaf. Lebih bahagia dan menenteramkan hati, bila kealpaan dikoreksi sedari awal, agar ia tidak berkembang biak dan gagasan ini dapat berkembang baik.

Penulis berharap sekali, jika para pembaca menemukan bagian tulisan yang cacat atau sesat, alangkah baiknya apabila kita saling berbagi, berdialog, dan bersahabat. Upaya penulis untuk menghimpun jalan-jalan hikmah dari sains dan alam semesta ini, tidak lain hanyalah mempercepat penyadaran diri bahwa penulis sama sekali tidak tahu apa-apa. Maka penulis mengakhiri catatan pencarian hikmah ini dengan menunduk di hadapan-Nya.

…IyyaKa na’budu wa iyyaKa nasta’in. Ihdina as-shirathal mustaqim…

Page 27: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 147

Daftar Pustaka

Abdulrahim, M. I. 1997. Al-Quran Merangsang Pengembangan Ilmu dan Teknologi dalam Mukjizat Al-Quran dan AsSunnah tentang Iptek. Jakarta: Gema Insani.

Al-Quran Al-Karim.Al-’Utsaimin. 2007. Prinsip Ilmu Ushul Fiqih. Diterjemahkan oleh Abu

Shilah & Ummu Shilah. TholibAnderson, L. W. & Krathwohl, D. R., et al (Eds.). 2001. A Taxonomy for

Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. USA: Allyn & Bacon.

Armstrong, K. 2011. Sejarah Tuhan: Kisah 4000 Tahun Pencarian Tuhan dalam Agama-Agama Manusia. Diterjemahkan oleh Zaimul Am. Jakarta: Mizan.

Autumn, K. 2006. Properties, Principles, and Parameters of the Gecko Adhesive System. USA: Spinger Verlag.

Baidya, D. 2016. “Application Analysis of Swietenia Mahagoni (Mahogany) Seed’s Unique Aerodynamical Landing Characteristics.” American Journal of Aerospace Engineering. Vol. 3(3): 31-35.

Denton, Michael. 2016. Evolution: A Theory in Crisis (1985). USA: Discovery Institute.

Eibl-Eibesfeldt, Irenaus. 1961. “The fighting behavior of animals”. Scientific American. Vol. 205(6): 112-122.

Eisner, Thomas, et al. 1977. “Chemistry of defensive secretions of bombardier beetles (Brachinini, Metriini, Ozaenini, Paussini).” J. Insect Physiol. Vol. 23: 1382-1386.

Page 28: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

148 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Evans, M. D. 1998. Whitehead and Philosophy of Education: The Seamless Coat of Learning. Amsterdam: Rodopi.

Faz, A. T. 2007. Titik Ba: Paradigma Revolusioner dalam Kehidupan dan Pembelajaran. Bandung: Mizan.

Fillah, S. A. -. Lapis-Lapis Keberkahan. Yogyakarta: Pro-U Media.Gole, R. S & Kumar. P. 2006. “Spider’s silk: Investigation of spinning

process, web material and its properties.” UG Project, Sciences and Bioengineering, IIT Kanpur

Haekal, M. H. -. Sejarah Hidup Muhammad. Diterjemahkan oleh Ali Audah. Litera Antar Nusa.

Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. 2004. Fundamentals of Physics 7th Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Haven, Kendall. 2006. 100 greatest science discoveries of all time. USA: Libraries Unlimited.

Hawking, Stephen. 2002. The Theory of Everything: The Origin and Fate of The Universe. Diterjemahkan oleh Ikhlasul A. Nugroho. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, M. & Sukartiningsih, W. 2014. Model Pembelajaran Pemaknaan (Belajar Perilaku Positif dari Alam). Surabaya: Unesa Press.

Kasdan, Junaidi, et al. 2015. “Ikan (Pisces) dalam Peribahasa Melayu: Analisis Semantik Inkuisitif ”. International Journal of the Malay World and Civilisation (Iman). Vol. 4(1). 31–42.

Koch, G.W et al. 2004. “The limits to tree height”. Nature 428. 851-854, 22 April 2004.

Kusmaryanto. 2001. Problem Etis Kloning Manusia. Jakarta: Grasindo.Lah, S. C. & Norizan, E. 2015. Ilmu, Tradisi dan Kelestarian dalam Kearifan

Tempatan. Malaysia: Universiti Sains Malaysia.Leiter, Darryl. 2003. Notable Scientists: A to Z of Phycisists. USA: Facts On

File, Inc.

Page 29: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 149

Maghfirah, Nurul. 2015. 99 Fenomena Menakjubkan Dalam Al-Quran. Jakarta: Mizan.

Mariana, I. M. A. & Praginda, Wandi. 2009. Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. P4TK IPA.

McConnell, D. et al. 2008. The Good Earth: Introduction to Earth Science. USA: McGraw-Hill.

McElroy, Tucker. 2003. Notable Scientists: A to Z of Mathematicians. USA: Facts On File, Inc.

Pranggono, Bambang. 2006. Percikan Sains dalam Al-Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami

Rahimsyah.- .Kisah 1001 Malam Abu Nawas Sang Penggeli Hati. Jombang: Lintas Media.

Reece, J. B. et al. 2012. Campbell biology: concepts & connections. USA: Pearson Benjamin Cummings

Schueller, Gretel H. 2009. Animal Behavior: Animal Migration. USA: Infobase Publishing.

Supelli, Karlina. 2016. “Kosmos dan Masalah Kebebasan Tuhan”. Komunitas Salihara. Sabtu 18 Juni 2016.

Tomecek, S. M. 2009. Animal Behavior: Animal Communication. USA: Infobase Publishing

Trefil, J. & Hazen, M. H. 2010. The Science An Integrated Approach (Sixth Edition). USA: John Wiley & Sons, Inc.

Weiner, B. 1972. “Attribution theory, achievement motivation, and the educational process.” Review of educational research. Vol. 42(2): 203-215.

Yahya, Harun. 2003. Keajaiban Pada Atom. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Dzikra.

Yount, Lisa. 2003. Notable Scientists: A to Z of Biologists. USA: Facts On File, Inc.

Page 30: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

150 - Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains

Sumber Internet:http://adnanhidayat.com/seberapa-besar-alam-semesta/http://blog.efpsa.org/2013/04/30/the-origins-of-scientific-publishing/ http://www.toptenz.net/top-10-geniuses-shockingly-horrible-people.php https://en.wikiquote.org/ https://exploredia.com/top-10-greatest-accidental-inventions-that-changed-

the-world/ https://quoteinvestigator.com/ https://todayinsci.com/

Untuk beberapa informasi, dengan tidak mengurangi rasa hormat terhadap pemilik sumber, penulis mohon maaf sebab sudah kehilangan jejak asal informasi tersebut dari internet sehingga penulis tidak dapat menampilkannya.

Page 31: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id

Menggapai Hikmah dalam Pembelajaran Sains - 151

Tentang Penulis

Terlahir dengan nama Dinar Maftukh Fajar, pria kelahiran Jombang, Jawa Timur ini pernah menempuh studi S1 Pendidikan Fisika Universitas Negeri Surabaya, kemudian melanjutkan S2 Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung. Pernah mengabdi menjadi guru fisika di SMA Trensains Tebuireng Jombang. Dari ilmu dan pengalaman dalam dunia pendidikan, sains, dan pesantren, saat ini ia sedang mengabdikan diri sebagai pengajar di Program Studi Tadris IPA IAIN Jember, Jawa Timur.

Page 32: Dinar Maftukh Fajar - digilib.iain-jember.ac.id
user
Typewritten text
Informasi Pemesanan: Dinar Maftukh Fajar 083841712425 [email protected]