Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

download Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

of 12

Transcript of Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    1/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 1

    BANTUAN HIDUP DASAR

    ( BHD )

    RESUSITASI

    Disusun Oleh Rutmauita Fanny

    PENGERTIAN

    Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-

    organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan

    menjamin ventilasi yang adekuat.

    Pelayanan resusitasi merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi

    kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Seseorang

    yang mengalami resusitasi dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat

    (sekitar 46 menit) jika tidak ditangani secepat mungkin.

    A. INDIKASI

    1. Henti napas

    Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara

    pernapasan dari korban / pasien.

    Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan

    H idup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan :

    Tenggelam

    Stroke

    Obstruksi jalan napas

    Epiglotitis

    Overdosis obat-obatan

    Tersengat listrik

    Infark miokard

    Tersambar petir

    Koma akibat berbagai macam kasus

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    2/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 2

    Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk

    beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ

    vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat

    agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.

    2. Henti jantung

    Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi.

    Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan

    oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan

    terjadinya henti jantung.

    Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat

    medik yang bertujuan :

    a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.

    b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban

    yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung

    Paru (RJP).

    Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :

    Survei Primer (Primary Surgery), yang dapat dilakukan oleh setiap orang.

    Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga

    medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer.

    B. SURVEI PRIMER

    Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta

    defibrilasi. Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan

    dengan abjad A, B, C, dan D, yaitu :

    A airway (jalan napas)

    B breathing (bantuan napas)

    C circulation (bantuan sirkulasi)

    D defibrilation (terapi listrik)

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    3/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 3

    Sebelum melakukan tahapan A(airway), harus terlebih dahulu dilakukan

    prosedur awal pada korban / pasien, yaitu :

    1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong.

    2. Memastikan kesadaran dari korban / pasien.

    Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus

    melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat dengan

    cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut dan

    mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya

    atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak !!!

    3. Meminta pertolongan

    Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera

    minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk mengaktifkan sistem

    pelayanan medis yang lebih lanjut.

    4. Memperbaiki posisi korban / pasien

    Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi

    terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan

    dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.

    Ingat ! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala,

    leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban

    harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua

    tangan diletakkan di samping tubuh.

    5. Mengatur posisi penolong

    Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan

    sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakan lutut.

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    4/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 4

    A (AIRWAY) Jalan Napas

    Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan

    melakukan tindakan :

    1. Pemeriksaan jalan napas

    Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh

    benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan

    berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi

    dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan

    menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik

    Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut

    korban.

    2. Membuka jalan napas

    Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban

    tidak sadar tonus otototot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup

    farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan

    napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tilt

    chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula. Teknik membuka jalan napas yang

    direkomendasikan untuk orang awam dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala

    topang dagu, namun demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan manuver

    lainnya.

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    5/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 5

    B (BREATHI NG ) Bantuan napas

    Terdiri dari 2 tahap :

    1. Memastikan korban / pasien tidak bernapas.

    Dengan cara melihat pergerakan naik

    turunnya dada, mendengar bunyi napas dan

    merasakan hembusan napas korban / pasien.

    Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di

    atas mulut dan hidung korban / pasien, sambil

    tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka.

    Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10

    detik.

    2. Memberikan bantuan napas.

    Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui

    mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada

    tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali

    hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,52 detik

    dan volume udara yang dihembuskan adalah 400 -500 ml (10 ml/kg) atau sampai

    dada korban / pasien terlihat mengembang.

    Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas

    agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan

    hanya 1617%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien

    setelah diberikan bantuan napas.

    Cara memberikan bantuan pernapasan :

    Mulut ke mulut

    Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara

    yang cepat dan efektif untuk memberikan udara ke paruparu korban / pasien.

    Pada saat dilakukan hembusan napas

    dari mulut ke mulut, penolong harus

    mengambil napas dalam terlebih dahulu dan

    mulut penolong harus dapat menutup

    seluruhnya mulut korban dengan baik agar

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    6/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 6

    tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan

    napas dan juga

    penolong harus menutup lubang hidung korban / pasien dengan ibu jari dan

    jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara

    yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah 400 - 500 ml (10

    ml/kg).

    Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat

    menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.

    Mulut ke hidung

    Teknik ini direkomendasikan jika

    usaha ventilasi dari mulut korban tidak

    memungkinkan, misalnya pada Trismus

    atau dimana mulut korban mengalami luka

    yang berat, dan sebaliknya jika melalui

    mulut ke hidung, penolong harus menutup

    mulut korban / pasien.

    Mulut ke Stoma

    Pasien yang mengalami laringotomi

    mempunyai lubang (stoma) yang

    menghubungkan trakhea langsung ke kulit.

    Bila pasien mengalami kesulitan

    pernapasan maka harus dilakukan ventilasi

    dari mulut ke stoma.

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    7/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 7

    C (CIRCULATION) Bantuan sirkulasi

    Terdiri dari 2 tahapan :

    1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban / pasien.

    Ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dapat ditentukan dengan

    meraba arteri karotis didaerah leher korban / pasien, dengan dua atau tifa jari

    tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher

    sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri

    kirakira 12 cm, raba dengan lembut selama 510 detik.

    Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan

    korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai

    pernapasan korban / pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan

    jika bernapas pertahankan jalan napas.

    2. Melakukan bantuan sirkulasi

    Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan

    bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan

    dengan teknik sebagai berikut :

    Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan

    atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum). Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari

    ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan

    penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.

    Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak

    tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jarijari tangan

    menyentuh dinding dada korban / pasien, jarijari tangan dapat diluruskan

    atau menyilang.

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    8/12

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    9/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 9

    Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik

    6080 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac

    output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari

    menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan

    bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

    D (DEFRIBILATION)

    Defibrilation atau dalam bahasa Indonesia

    diterjemahkan dengan istilah defibrilasi adalah suatu

    terapi dengan memberikan energi listrik. Hal ini

    dilakukan jika penyebab henti jantung (cardiac

    arrest) adalah kelainan irama jantung yang disebut

    dengan Fibrilasi Ventrikel. Dimasa sekarang ini

    sudah tersedia alat untuk defibrilasi (defibrilator)

    yang dapat digunakan oleh orang awam yang disebut

    Automatic External Defibrilation, dimana alat

    tersebut dapat mengetahui korban henti jantung ini harus dilakukan defibrilasi atautidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat memberikan tanda kepada

    penolong untuk melakukan defibrilasi atau melanjutkan bantuan napas dan bantuan

    sirkulasi saja.

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    10/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 10

    MELAKUKAN BHD 1 DAN 2 PENOLONG

    Orang awam hanya mempelajari cara melakukan BHD 1 penolong. Teknik BHD

    yang dilakukan oleh 2 penolong menyebabkan kebingungan koordinasi. BHD 1 penolong

    pada orang awam lebih efektif mempertahankan sirkulasi dan ventilasi yang adekuat, tetapi

    konsekuensinya akan menyebabkan penolong cepat lelah.

    BHD 1 penolong dapat mengikuti urutan sebagai berikut :

    1. Penilaian korban.

    Tentukan kesadaran korban / pasien (sentuh dan goyangkan korban dengan lembut dan

    mantap), jika tidak sadar, maka

    2.

    Minta pertolongan serta aktifkan sistem emergensi.

    3. Jalan napas (AIRWAY)

    Posisikan korban / pasien

    Buka jalan napas dengan manuver tengadah kepala topang dagu.

    4. Pernapasan (BREATHING)

    Nilai pernapasan untuk melihat ada tidaknya pernapasan dan adekuat atau tidak

    pernapasan korban / pasien.

    Jika korban / pasien dewasa tidak sadar dengan napas spontan, serta tidak adanya

    trauma leher (trauma tulang belakang) posisikan korban pada posisi mantap

    (Recovery position), dengan tetap menjaga jalan napas tetap terbuka.

    Jika korban / pasien dewasa tidak sadar dan tidak bernapas, lakukan bantuan napas.

    Di Amerika Serikat dan dinegara lainnya dilakukan bantuan napas awal sebanyak

    2 kali, sedangkan di Eropa, Australia, New Zealand diberikan 5 kali. Jika

    pemberian napas awal terdapat kesulitan, dapat dicoba dengan membetulkan posisi

    kepala korban / pasien, atau ternyata tidak bisa juga maka dilakukan :

    - Untuk orang awam dapat dilanjutkan dengan kompresi dada sebanyak 30 kali

    dan 2 kali ventilasi, setiap kali membuka jalan napas untuk menghembuskan

    napas, sambil mencari benda yang menyumbat di jalan napas, jika terlihat

    usahakan dikeluarkan.

    - Untuk petugas kesehatan yang terlatih dilakukan manajemen obstruksi jalan

    napas oleh benda asing.

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    11/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 11

    - Pastikan dada pasien mengembang pada saat diberikan bantuan pernapasan.

    - Setelah memberikan napas 8-10 kali (1 menit), nilai kembali tanda tanda

    adanya sirkulasi dengan meraba arteri karotis, bila nadi ada cek napas, jika

    tidak bernapas lanjutkan kembali bantuan napas.

    5. Sirkulasi (CIRCULATION)

    Periksa tandatanda adanya sirkulasi setelah memberikan 2 kali bantuan pernapasan

    dengan cara melihat ada tidaknya pernapasan spontan, batuk atau pergerakan. Untuk

    petugas kesehatan terlatih hendaknya memeriksa denyut nadi pada arteri Karotis.

    Jika ada tandatanda sirkulasi, dan ada denyut nadi tidak dilakukan kompresi

    dada, hanya menilai pernapasan korban / pasien (ada atau tidak ada pernapasan)

    Jika tidak ada tandatanda sirkulasi, denyut nadi tidak ada lakukan kompresi

    dada :

    - Letakkan telapak tangan pada posisi yang benar.

    - Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 kali per

    menit.

    - Buka jalan napas dan berikan 2 kali bantuan pernapasan.

    - Letakkan kembali telapak tangan pada posisi yang tepat dan mulai kembali

    kompresi 30 kali dengan kecepatan 100 kali per menit.

    6. Penilaian Ulang

    Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi (+2Menit) kemudian korban dievaluasi

    kembali,

    Jika tidak ada nadi dilakukan kembali kompresi dan bantuan napas dengan rasion

    30 : 2.

    Jika ada napas dan denyut nadi teraba letakkan korban pada posisi mantap.Jika

    tidak ada napas tetapi nadi teraba, berikan bantuan napas sebanyak 8-10 kali

    permenit dan monitor nadi setiap saat.

  • 8/10/2019 Bantuan Hidup Dasar Resusitasi

    12/12

    http://rutmauitafannypurba.blogspot.com 12

    Jika sudah terdapat pernapasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar

    jalan napas tetap terbuka kemudian korban / pasien ditidurkan pada posisi sisi

    mantap.