Bangkitkan Kelautan Dan Perikanan Kepri

5

Click here to load reader

Transcript of Bangkitkan Kelautan Dan Perikanan Kepri

Page 1: Bangkitkan Kelautan Dan Perikanan Kepri

BANGKITKAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPULAUAN RIAU

OLEH :

ROMI NOVRIADIPengendali HPI Balai Budidaya Laut Batam

E-mail : [email protected]. HP : 081361304552

Tepat di awal tahun 2010, seorang teman pembudidaya ikan di Tanjung pinang menawarkan kepada saya satu unit Keramba Jaring Apung lengkap dengan jaring, mesin penggiling pakan dan alat-alat pendukung lainnya. Sungguh terkejut saya mendengar permintaan ini apalagi penjualan ini disertai dengan keputus-asaan teman saya tersebut untuk melanjutkan usaha disektor perikanan ini. Sungguh terasa ironis apalagi Pemerintah saat ini tengah gencar melakukan Revitalisasi sektor kelautan dan Perikanan.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Kalau dilihat dari sisi ekonomi, justru produk perikanan merupakan komoditas yang tetap eksis di tengah terpaan badai ekonomi yang melanda dunia pada rentang 2008-2009. bahkan permintaan terhadap komoditas perikanan ini secara global terus meningkat, hal ini sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dunia yang juga semakin meningkat.

Sebagai negara bahari, Indonesia memiliki potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang jauh lebih besar daripada sumber daya alam yang ada di darat. Namun, potensi tersebut belum mampu dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terjadi antara lain karena masih kuatnya paradigma pembangunan Indonesia yang masih berorientasi di darat. Akibatnya produktivitas nelayan Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah.

Keberadaan sektor kelautan menjadi hal yang sangat strategis untuk didorong sebagai mainstream pembangunan perekonomian nasional. Berdasarkan perhitungan berbagai lembaga dan para pakar, sektor kelautan memiliki potensi ekonomi besar apabila dikelola secara optimal. Prakiraan nilai ekonomi potensi dan kekayaan laut Indonesia yang telah dihitung para pakar dan lembaga terkait dalam satu tahun meliputi: perikanan senilai US $ 31,94 milyar, wilayah pesisir lestari US$ 56 milyar, bioteknologi laut total US$ 40 milyar, wisata bahari US$ 2 milyar, minyak bumi sebesar US$ 6,64 milyar, dan transportasi laut sebesar US$ 20 milyar. Potensi ekonomi bidang kelautan yang sangat besar pulalah yang mendorong Dekin melakukan kajian secara

Page 2: Bangkitkan Kelautan Dan Perikanan Kepri

komperhensif sehingga potensi tersebut dapat digali dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Seluruh potensi ini juga terasa semakin lengkap dengan semangat bahari yang dimiliki oleh bangsa kita. Sejak dahulu nenek moyang kita telah mampu berlayar hingga ke Madagaskar, Afrika selatan dan kepulauan Malanesia di samudera pasifik. Bahkan menurut Dahuri (2003), periode emas dari kejayaan bahari Nusantara terjadi mulai pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di abad ke-8 hingga abad ke-14. pada saat itu juga dikenal slogan “Jalesveva Jayamahe”, yang berarti :”Di laut kita berjaya”.

Bila kita kaitkan Potensi dan budaya tersebut dengan Provinsi Kepulauan Riau, maka jelas dapat dikatakan bahwa Kepri merupakan miniaturnya berbagai potensi bangsa tersebut. Seluruh potensi diatas semakin lengkap dengan berbagai potensi lainnya, diantaranya: potensi keberagaman jenis dan jumlah ikan, karakteristik geografi yang mendukung dimana arus air laut untuk kegiatan perikanan cukup optimal karna terlindung oleh banyaknya pulau baik besar maupun kecil, hingga kepada potensi kedekatan wilayah Kepri dengan batas wilayah perairan Internasional dan status daerah yang kembali akan melakukan Re-launching Free Trade Zone Area. Hal ini bisa menjadi keuntungan tersendiri bila dimanfaatkan secara optimal oleh Pemerintah daerah untuk dapat dikelola menjadi Industri bahari, transportasi laut, dan kepentingan wisata.

Kesadaran untuk membangun perekonomian bangsa yang berasal dari sektor kelautan sebenarnya sudah menjadi pemikiran tersendiri oleh para pemimpin bangsa kita. Dan ini dimulai dengan adanya Deklarasi Bunaken pada tahun 1998, yang menyatakan bahwa : Visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus berorientasi kelaut. Dan Pemerintahan BJ Habibie pada saat itu menghimbau kepada seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat hendaknya memberikan perhatian, pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan potensi kelautan kita.

Arah pembangunan memang sudah selayaknya untuk kita kembalikan ke sektor kelautan, yang berarti pembangunan bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim yang mandiri, maju, sejahtera dan disegani. Untuk itu patutlah kiranya agar pembangunan dalam orientasi kelautan harus menjadi arus utama di setiap kebijakan pembangunan nasional maupun daerah, serta tidak memposisikan sektor kelautan dan perikanan ini menjadi sektor pinggiran. Walaupun permasalahan yang dihadapi juga tidak mudah, sangat kompleks dan tidak ringan.

Dalam konteks Provinsi Kepulauan Riau, untuk membangkitkan kembali sektor kelautan dan perikanan ini menjadi akan menjadi tantangan tersendiri khususnya bagi Pemerintahan setempat. Bila kita kaitkan dengan cerita diawal tahun 2010 yang saya utarakan diatas, tentu ada sesuatu yang salah dan harus diperbaiki agar masyarakat

Page 3: Bangkitkan Kelautan Dan Perikanan Kepri

“berhasrat” kembali untuk kembali ke sektor ini. Beberapa permasalahan yang dapat diperbaiki diantaranya adalah : (1) Tetapkan Tata Ruang dan Wilayah untuk sektor perikanan, (2) Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui berbagai pelatihan khususnya dalam hal teknologi budidaya perikanan. (3) Mendukung penyediaan pakan ikan dan benih yang berkualitas, (4) Pemberian Subsidi/bantuan dana bergulir yang berkelanjutan dan (5) Membuat sebuah koperasi/badan hukum daerah lainnya sebagai sebuah wadah penampungan hasil produksi perikanan.

Bila ke-empat permasalahan tersebut sudah dapat diberikan jalan keluarnya, maka rasa enggan masyarakat akan dapat diubah menjadi rasa ingin untuk kembali ke laut. Untuk Tata Ruang dan wilayah menjadi issue yang cukup penting bagi masyarakat ditengah berbagai eksploitasi industri dan pertambangan yang ada di Provinsi ini. Bayangkan saja, dampak yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan yang dinilai semrawut sehingga melakukan eksploitas dimana saja, dan pada akhirnya masyarakat akan terkena imbasnya. Bila proses eksploitasi industri dan pertambangan sesuai dengan regulasi yang ada serta diserta dengan AMDAL dan sistem pengolahan limbah yang memadai, tentu dampak yang ada akan dapat diminimalisir, namun ketika semua itu tidak menjadi perhatian sama sekali, maka kasus kematian ikan budidaya secara massal di daerah Batu Licin ataupun Senggarang akan terus terulang. Hal yang cukup disyukuri adalah Hukum sudah mulai jeli untuk melihat kebenaran, hingga pada akhir tahun 2009, terdapat kado manis bagi penegakan hukum lingkungan bagi masyarakat pembudidaya ikan di Senggarang dimana pengadilan negeri Tanjung pinang mengabulkan gugata perdata yang diajukan oleh masyarakat pembudidaya. Namun walaupun begitu, yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah adanya kepastian hukum wilayah mana yang memang diperuntukkan untuk eksplorasi kelautan dan perikanan.

Pakan dan benih berkualitas juga menjadi permasalahan tersendiri. Saat ini di Kepri belum ada pabrik yang memproduksi pakan ikan. Sehingga masyarakat terpaksa membeli walaupun dengan harga cukup tinggi. Sementara untuk budidaya perikanan, pakan menjadi faktor penting untuk keberlanjutan produksi. Sama halnya dengan ketersediaan benih untuk dibudidayakan, Kepri masih harus membuat terobosan agar di tiap-tiap kabupaten terdapat unit-unit penghasil benih yang dapat langsung menyuplai ke masyarakat.

Peningkatan Sumberdaya Manusia melalui pelatihan juga harus terus ditingkatkan, dan kalau bisa setiap kelompok pembudidaya telah menguasai teknologi dasar dalam operasional budidaya perikanan. Didalam keberlanjutan usaha tidak bisa dipungkiri bahwa pemberian bantuan modal/subsidi sangat berarti. Oleh karena itu diharapkan berbagai bantuan dana bergulir seperti dana PNPM ataupun berbagai subsidi benih oleh Pemda harus terus dikawal agar efektif, efisien dan

Page 4: Bangkitkan Kelautan Dan Perikanan Kepri

tepat sasaran. Dan pada akhirnya pembuatan sebuah wadah seperti Koperasi atau badan hukum lainnya yang memiliki fungsi untuk menampung seluruh produksi ikan, baik tangkap ataupun budidaya juga memiliki peranan yang sangat penting. Disamping dapat diketahui dengan pasti jumlah produksi tahunan komoditas kelautan dan perikanan, masyarakat juga dapat dihindarkan dari berbagai praktek monopoli harga yang pada akhirnya hanya merugikan masyarakat pembudidaya.

Berbagai solusi diatas merupakan beberapa sarana strategis untuk dapat membangkitkan kembali semangat masyarakat untuk terus berupaya di sektor kelautan dan perikanan ini. Dan di awal tahun 2010 serta disertai semangat pemerintah untuk terus melakukan reformasi pembangunan, mari kita bangun Kepri menjadi provinsi yang madani dan kita songsong era FTZ dengan disertai semangat bahari untuk berdiri sendiri diatas fondasi sektor Kelautan dan Perikanan. Jalesveva jayamahe****