Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi - PRAKTEK...

4
Volume 12 Nomor 3. Juni 2017 Terbit 2 bulan sekali PRAKTEK PENGELOLAAN TERBAIK (BEST MANAGEMENT PRACTICES, BMPS) DALAM PENGELOLAAN DAS ISSN 1907 - 8773 Apakah yang dimaksud dengan BMPs? Dalam tulisan ini Praktek Pengelolaan Terbaik (Best Management Practices, BMPs) dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai praktek pengelolaan yang efektif dan praktis, untuk mencegah atau mengurangi pergerakan sedimen, hara, pestisida dan polutan lain dari lahan kedalam air permukaan atau air tanah,sehingga kualitas air dan kondisi fisik DAS tetap terjamin. Praktek-praktek pengelolaan ini dikembangkan untuk mendapatkan keseimbangan antara perlindungan terhadap kualitas air dan kondisi fisik lainnya. Tujuan BMPs Tujuan BMPs antara lain untuk: 1) mengurangi volume aliran permukaan yang berasal dari areal pengelolaan (hutan) yang langsung masuk ke air permukaan, 2) meminimalkan pergerakan polutan seperti pestisida, hara, dan sedimen kedalam air permukaan dan air tanah, dan 3) menstabilkan tanah mineral yang terekspose, melalui penamanan kembali (revegetation) dan konservasi tanah baik secara alami maupun artifisial. Metode BMPs Terdapat 8 perangkat metode perlindungan DAS di area yang sedang berkembang yaitu: 1) merencanakan penggunaan lahan, 2) melaksanakan aktivitas konservasi tanah, 3) melakukan perlindungan terhadap kawasan penyangga perairan, 4) menetapkan desain lokasi pengembangan yang lebih baik, 5) melakukan pengendalian erosi dan sedimen, 6) melaksanakan BMPs untuk banjir, 7) melaksanakan penanganan limbah, dan 8) melakukan program pengelolaan DAS. Kedelapan perangkat ini sangat penting untuk perlindungan, pelestarian, dan pemulihan sungai serta menguntungkan bagi beberapa habitat di wilayah perairan dan aktivitas manusia di dalam DAS. Para pengelola DAS dapat memilih atau mengkombinasikan perangkat yang efektif sesuai dengan permasalahan, kondisi, dan tujuan spesifik masing-masing DAS. Delapan perangkat perlindungan DAS diuraikan sebagai berikut: 1. Rencana Penggunaan Lahan Kualitas perairan dalam suatu DAS dipengaruhi oleh luas permukaan kedap di dalam DAS itu sendiri, dengan demikian pengelola DAS harus kritis dalam menganalisa lokasi pembangunan/ pengembangan dengan meminimalkan permukaan kedap di dalam DAS. Pengelola DAS harus bijak dalam: 1) menduga dampak perubahan penggunaan lahan terhadap sumberdaya air, 2) menentukan kesepakatan tentang tujuan utama pengelolaan sumberdaya air di dalam DAS, 3) mengembangkan rencana penggunaan lahan pada masa yang akan datang sehingga membantu pencapaian tujuan pengelolaan DAS, 4) memilih teknik perencanaan penggunaan lahan yang dapat diterima dan efektif untuk mengurangi permukaan kedap pada masa yang akan datang, 5) memilih kombinasi perangkat proteksi DAS yang tepat untuk perlindungan dalam kawasan DAS mikro. Perencanaan penggunaan lahan paling baik dilakukan pada skala DAS mikro sehingga hubungan p Perubahan penggunaan lahan dengan kualitas air mudah dipahami. Hubungan permukaan kedap dengan kualitas air dalam DAS disajikan pada Gambar 1. Permukaan kedap merupakan persentase jumlah areal kedap termasuk atap bangunan, areal parkir, jalan, trotoar dan permukaan kedap lainnya terhadap luas DAS secara keseluruhan. Terdapat hubungan antara persentase permukaan kedap dengan degradasi organism perairan. Meningkatnya permukaan kedap dapat meningkatkan frekuensi banjir dan menurunkan baseflow, meningkatkan suhu aliran permukaan (runoff) yang dapat mengakibatkan penurunan oksigen terlarut dalam aliran air, berbahaya bagi populasi ikan, dan meningkatkan pertumbuhan ganggang secara berlebihan.

Transcript of Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi - PRAKTEK...

Page 1: Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi - PRAKTEK ...balitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2017/06/03  · konservasi tanah, dan sangat penting karena: 1) mengatur

Volume 12 Nomor 3. Juni 2017 Terbit 2 bulan sekali

PRAKTEK PENGELOLAAN TERBAIK (BEST MANAGEMENT PRACTICES, BMPS) DALAM PENGELOLAAN DAS

ISSN 1907 - 8773

Apakah yang dimaksud dengan BMPs?

Dalam tulisan ini Praktek Pengelolaan Terbaik (Best Management Practices, BMPs) dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai praktek pengelolaan yang efektif dan praktis, untuk mencegah atau mengurangi pergerakan sedimen, hara, pestisida dan polutan lain dari lahan kedalam air permukaan atau air tanah,sehingga kualitas air dan kondisi fisik DAS tetap terjamin. Praktek-praktek pengelolaan ini dikembangkan untuk mendapatkan keseimbangan antara perlindungan terhadap kualitas air dan kondisi fisik lainnya.

Tujuan BMPs

Tujuan BMPs antara lain untuk: 1) mengurangi volume aliran permukaan yang berasal dari areal pengelolaan (hutan) yang langsung masuk ke air permukaan, 2) meminimalkan pergerakan polutan seperti pestisida, hara, dan sedimen kedalam air permukaan dan air tanah, dan 3) menstabilkan tanah mineral yang terekspose, melalui penamanan kembali (revegetation) dan konservasi tanah baik secara alami maupun artifisial.

Metode BMPs

Terdapat 8 perangkat metode perlindungan DAS di area yang sedang berkembang yaitu: 1) merencanakan penggunaan lahan, 2) melaksanakan aktivitas konservasi tanah, 3) melakukan perlindungan terhadap kawasan penyangga perairan, 4) menetapkan desain lokasi pengembangan yang lebih baik, 5) melakukan pengendalian erosi dan sedimen, 6) melaksanakan BMPs untuk banjir, 7) melaksanakan penanganan limbah, dan 8) melakukan program pengelolaan DAS. Kedelapan perangkat ini sangat penting untuk perlindungan, pelestarian, dan pemulihan sungai serta menguntungkan bagi beberapa habitat di wilayah perairan dan aktivitas manusia di dalam DAS. Para pengelola DAS dapat memilih atau mengkombinasikan perangkat yang efektif sesuai dengan permasalahan, kondisi, dan tujuan spesifik masing-masing DAS.

Delapan perangkat perlindungan DAS diuraikan sebagai berikut:

1. Rencana Penggunaan Lahan

Kualitas perairan dalam suatu DAS dipengaruhi oleh luas permukaan kedap di dalam DAS itu sendiri, dengan demikian pengelola DAS harus kritis dalam menganalisa lokasi pembangunan/pengembangan dengan meminimalkan permukaan kedap di dalam DAS. Pengelola DAS harus bijak dalam: 1) menduga dampak perubahan penggunaan lahan terhadap sumberdaya air, 2) menentukan kesepakatan tentang tujuan utama pengelolaan sumberdaya air di dalam DAS, 3) mengembangkan rencana penggunaan lahan pada masa yang akan datang sehingga membantu pencapaian tujuan pengelolaan DAS, 4) memilih teknik perencanaan penggunaan lahan yang dapat diterima dan efektif untuk mengurangi permukaan kedap pada masa yang akan datang, 5) memilih kombinasi perangkat proteksi DAS yang tepat untuk perlindungan dalam kawasan DAS mikro.

Perencanaan penggunaan lahan paling baik dilakukan pada skala DAS mikro sehingga hubungan p Perubahan penggunaan lahan dengan kualitas air mudah dipahami. Hubungan permukaan kedap dengan kualitas air dalam DAS disajikan pada Gambar 1. Permukaan kedap merupakan persentase jumlah areal kedap termasuk atap bangunan, areal parkir, jalan, trotoar dan permukaan kedap lainnya terhadap luas DAS secara keseluruhan. Terdapat hubungan antara persentase permukaan kedap dengan degradasi organism perairan. Meningkatnya permukaan kedap dapat meningkatkan frekuensi banjir dan menurunkan baseflow, meningkatkan suhu aliran permukaan (runoff) yang dapat mengakibatkan penurunan oksigen terlarut dalam aliran air, berbahaya bagi populasi ikan, dan meningkatkan pertumbuhan ganggang secara berlebihan.

Page 2: Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi - PRAKTEK ...balitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2017/06/03  · konservasi tanah, dan sangat penting karena: 1) mengatur

2

2. Konservasi Tanah Ada 5 tipe penggunaan lahan utama yang harus dikonservasi di dalam suatu sub DAS yaitu: 1) habitat yang kondisinya sudah kritis (critical habitats), yang merupakan ruang penting bagi komunitas/populasi tumbuhan dan hewan. Contoh habitat kritis meliputi lahan pasang surut, hutan, mata air, habitat bagi spesies langka atau hampir punah, dan teluk-teluk kecil, 2) koridor perairan (aquatic corridors), meliputi dataran banjir, saluran sungai, teluk-teluk kecil di muara, daerah pantai, daerah penyeberangan sungai, garis pantai, dan gua, 3) daerah cadangan air (hydrologic reserve areas), adalah area yang belum berkembang dengan jenis penggunaan lahan yang paling umum adalah tanaman pangan, hutan, dan padang rumput. Dari sudut pandang hidrologi, hutan adalah penggunaan lahan yang paling disukai, kemudian padang rumput, dan pangan. 4) kawasan yang peka terhadap polusi air (water pollution hazards) seperti daerah septik tank, tempat pembuangan sampah, dan limbah berbahaya. Untuk menghindari kemungkinan kontaminasi adalah dengan mengatur jarak antara sumber polusi dengan fasilitas air yang akan kita gunakan, dan 5) taman budaya (cultural areas), seperti situs bersejarah atau arkeologi, taman bermain dan area rekreasi (Gambar 2). Pengelola DAS harus memilih wilayah mana yang harus dikonservasi, karena setiap DAS memiliki karakteristik yang berbeda. Dengan demikian setiap DAS harus memiliki strategi konservasi masing-masing berdasar atas kategori pengelolaan, daftar/prioritas daerah konservasi, dan pola kepemilikan lahan.

Gambar 1. Hubungan permukaan kedap terhadap kualitas air (Sumber: http://www.epa.gov/watertrain)

3. Penyangga Perairan Daerah penyangga terletak di sepanjang aliran air, garis pantai, atau sekitar lahan rawa (wet land) (Gambar 3). Manfaat daerah penyangga antara lain dapat digunakan untuk melindungi kondisi fisik dan aliran sungai atau danau dari berbagai jenis polutan air. Secara teknis, daerah penyangga merupakan salah satu jenis kawasan konservasi tanah, dan sangat penting karena: 1) mengatur kondisi cahaya dan suhu, memperbaiki habitat tanaman dan hewan air, 2) efektif dalam menekan timbulnya sedimen, dan bakteri dari air hujan dan air tanah, 3) membantu menstabilkan dan melindungi daerah sekitar aliran sungai. Daerah penyangga yang direncanakan, dirancang, dan dipelihara dengan baik, banyak manfaatnya. Daerah penyangga ini juga sangat penting dalam upaya melindungi kualitas air.

Page 3: Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi - PRAKTEK ...balitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2017/06/03  · konservasi tanah, dan sangat penting karena: 1) mengatur

3

4. Desain Lokasi yang Lebih Baik Pembangunan di wilayah perkotaan ditandai dengan banyaknya penutupan permukaan kedap (hampir mencapai 65%), meliputi pembangunan pemukiman dengan jalan-jalan yang lebar dan panjang, serta trotoar yang telah menghabiskan area alami. Peningkatan permukaan kedap akan meningkatkan aliran permukaan dan menurunkan infiltrasi. Ilustrasi desain pemukiman yang memadai dengan dampak peningkatan permukaan kedap terhadap penurunan infiltrasi disajikan pada Gambar 4. Penataan pemukiman dengan desain yang baik tetap menghadirkan area resapan yang memadai dan pembuatan taman di dalam komplek pemukiman.

Gambar 4. Desain pemukiman yang baik dan dampak penutupan permukaan kedap terhadap peningkatan runoff bagian-bagian dari sistem UAV sistem rotary

5. Pengendalian Erosi dan Sedimen Tahap yang paling merugikan dari suatu siklus pembangunan adalah pembongkaran tanaman/vegetasi. Tanaman dan top soil akan terekspose dan tanah akan tererosi, dengan demikian masyarakat harus memiliki program pengendalian erosi dan sedimen yang efektif untuk mengurangi dampak dari erosi. Ada 10 elemen yang efektif untuk mengendalikan erosi dan sedimen yaitu: 1) minimalkan membuka hutan, 2) lindungi saluran air dan stabilkan sistem drainase, 3) padafase konstruksi, batasi pembongkarandan pemadatan tanah, 4) segera stabilkan tanah yang terbongkar, 5) lindungi lereng yang curam dan buat teras, 6) pasang pengendali di sekitar lereng untuk menyaring sedimen, 7) selesaikan dan fungsikan pengendali sedimen, 8) sertifikasi kontraktor untuk implementasi pengendalian erosi dan sedimen, 9) sesuaikan rencana pengendalian erosi dan sedimen di lokasi pembangunan, 10) pelajari praktek pengendalian erosi dan sedimen setelah hujan.

6. BMPs Banjir Teknik pengelolaan banjir digunakan untuk menangkap, menyimpan, atau menginfiltrasikan aliran air hujan. Pada umumnya tujuan desain spesifik teknik pengelolaan banjir hampir sama, yaitu: pengisian kembali (recharge) air tanah, menjaga kualitas air tanah, mengurangi polutan air hujan; melindungi saluran air, mencegah meningkatnya banjir di bantaran sungai; dan mencegah banjir yang ekstrim. Upaya pengelolaan banjir antara lain dapat dilakukan melalui: 1) aplikasi panen air melalui pembuatanembung/kolam, 2) pemanfaatan lahan rawa, 3) aplikasi teknik konservasi tanah untuk meningkatkan infiltrasi seperti pembuatan teras dan guludan di areal tanam, dan 4) penanaman rumput pada areal non budidaya.

7. Penanganan Limbah Penanganan air limbah selain air hujan (limbah dari septic tank, makanan ternak, industri, rumah tangga, dll) yang dibuang ke dalam kawasan DAS, sangat penting (Gambar 6). Pembuangan limbah septic tank harus menggunakan saluran pembuangan khusus yang tertutup agar tidak mencemari sumber air lain. Penanganan limbah kotoran hewan dapat dilakukan memanfaatkan kembali kotoran hewan sebagai pupuk organik.

Page 4: Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi - PRAKTEK ...balitklimat.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/...2017/06/03  · konservasi tanah, dan sangat penting karena: 1) mengatur

4

Nani Heryani

Alamat Penyunting: Jl. Tentara Pelajar No 1A, Bogor 16111 Telp : (0251) 8312760 E-mail : [email protected] http://www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id

Penanggung jawab : Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Redaktur : Kurmen Sudarman Yeli Sarvina, Nani Heryani Penyunting : Yulius Argo Baroto Redaktur Pelaksana : Eko Prasetyo dan Tuti Muliani

Info Agroklimat dan Hidrologi memuat informasi aktual dan inovasi teknologi hasil-hasil penelitian bidang agroklimat, hidrologi, dan pengelolaan air

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Gambar 6. Pengelolaan septic tank dan pengelolaan limbah kotoran hewan (Sumber: http://www.epa.gov/watertrain)

8. Program Pengelolaan DAS Salah satu tujuan pengelolaan DAS adalah untuk meningkatkan kesadaran atau kepedulian masyarakat dalam upaya pengelolaan DAS dan penataan wilayah pemukiman di dalam DAS. Ada enam program dasar yang harus dipertimbangkan pengelola DAS untuk mempromosikan pengelolaan DAS dalam skala yang lebih luas yaitu: advokasi, pendidikan, teknik perawatan, pencegahan polusi, penentuan indikator pemantauan/monitoring, serta restorasi atau pemulihan kondisi DAS. Secara teknis antara lain dapat dilakukan melalui: 1) penanaman kembali pohon di sekitar sungai sebagai daerah penyangga, 2) pemantauan biota air sebagai indikator kesehatan sungai, 3) diskusi interaktif antara wisatawan dengan pemandu lapang pada saat wisata ilmiah di areal wisata di dalam DAS untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kesimpulan BMPs sangat penting untuk perlindungan, pelestarian, dan pemulihan danau, sungai, habitat perairan lainnya serta aktivitas manusia di dalam DAS. Tantangan terbesar bagi pengelola DAS adalah memilih kombinasi teknik pengelolaan DAS yang tepat sesuai dengan tujuan spesifik dari masing-masing DAS. Rujukan Kwon, H.Y., R. Winer, T. Schueler. Eight Tools of Watershed Protection in Developing Area.Center

for Watershed Protection. Environmental Protection Agency (EPA). http://www.epa.gov/watertrain. Diakses 5 Mei 2017.

Septic tank

sumur Saluran pembuangan