LAPORAN TAHUNAN 2008balitklimat.litbang.pertanian.go.id/.../01/Laporan... · Laporan Tahunan 2014...

100

Transcript of LAPORAN TAHUNAN 2008balitklimat.litbang.pertanian.go.id/.../01/Laporan... · Laporan Tahunan 2014...

  • Laporan Tahunan 2014

    PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

    PENANGGUNG JAWAB

    Haris Syahbuddin

    DISUSUN OLEH

    Tim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    PENYUNTING

    Popi Rejekiningrum

    Haryono Rasta Sujono

    Ganjar Jayanto

    Yayan Apriyana Woro Estiningtyas

    Nani Heryani Sidik Haddy Tala’ohu

    REDAKSI PELAKSANA

    Tuti Muliani Eko Prasetyo

    Casma

    TATA LETAK

    Eko Prasetyo

    DITERBITKAN OLEH:

    BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Kementerian Pertanian 2015

    Jl. Tentara Pelajar 1A, Bogor 16111, Indonesia

    Telp : +62-0251-8312760 Faks : +62-0251-8323909

    Email: [email protected]

    Website: http://www.balitklimat.litbang.deptan.go.id

    ISSN : 1693-6043

    mailto:[email protected]

  • Halaman i LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    KATA PENGANTAR

    Kegiatan penelitian satuan kerja (SATKER) Balai Penelitian Agroklimat dan

    Hidrologi (Balitklimat) merupakan penelitian guna menghasilkan data dan informasi serta teknologi pengelolaan iklim dan air yang dapat diaplikasikan di lapangan sebagai bagian dari penelitian jangka panjang pengembangan sistem informasi dan pengelolaan sumber daya iklim dan air yang dijabarkan dalam

    Rencana Strategis Balitklimat Tahun 2010 – 2014. Pada tahun anggaran 2014, Balitklimat melaksanakan kegiatan penelitian

    yang dijabarkan ke dalam 5 Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) yaitu: (1).

    Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering; (3). Penelitian Key Area Keragaman Ikklim

    Indonesia dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim; (4). Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian; dan (5). Penelian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya Air. Adapun kegiatan

    kerjasama penelitian yang dilaksanakan Balitklimat pada tahun 2014 terdiri atas 4 kegiatan yaitu : (1). Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, (2)

    Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, (3) Integrated and Participatory Management Water Resources Management toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed ; dan (4). Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate Change in Indonesia.

    Hasil-hasil penelitian agroklimat dan hidrologi disebarluaskan kepada pengguna melalui kegiatan diseminasi dan publikasi hasil-hasil penelitian bidang Agroklimat dan Hidrologi. Profil Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    menginformasikan tentang sumber daya manusia, anggaran dan organisasi untuk mendukung pelaksanaan penelitian.

    Laporan tahunan ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban

    penggunaan anggaran yang tertuang dalam DIPA tahun 2014 SATKER Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan kegiatan pendukungnya.

    Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan gagasan, pikiran dan dukungan teknis dalam penyusunan laporan tahunan ini, disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga laporan tahunan ini bermanfaat bagi para pengguna.

    Bogor, April 2015 Kepala Balai,

    Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 19680415 199203 1 001

  • Halaman ii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

    DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

    DAFTAR TABEL ....................................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v

    RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ viii

    I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

    II. PROGRAM PENELITIAN ................................................................................ 4

    2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi..................................................... 5 2.1.1. Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk

    Adaptasi Perubahan Iklim ..................................................................... 5 2.1.2. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi

    Perubahan Iklim .................................................................................. 8 2.1.3. Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian ................................ 12

    2.2. Bidang Penelitian Kerjasama ........................................................................ 15 2.2.1. Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan,

    Kementerian Pertanian ........................................................................ 16 2.2.2. Impelemtasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup

    Balitbangtan, Kementerian Pertanian ..................................................... 21 2.2.3. Integrated and Participatory Management Water Recources Management

    toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed ................... 36

    III. HASIL PENELITIAN UNGGULAN .................................................................. 41

    3.1. Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim ........................................................ 41

    3.1.1. Pengembangan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ..................... 41 3.1.2. Model Integrasi Prediksi Iklim Dan Awal Tanam Untuk Mendukung

    Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ............................................ 42 3.1.3. Model Peringatan Dini Bencana Banjir, Kekeringan Dan OPT Untuk

    Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu .......................... 43 3.1.4. Model Rekomendasi Varietas dan Kebutuhan Benih untuk Mendukung

    Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ............................................ 44 3.1.5. Informasi Pemupukan Mendukung Percepatan Peningkatan Produksi Padi . 46 3.1.6. Rekomendasi Pengelolaan Sumber Daya Air secara Spasial dan Temporal

    untuk Mendukung Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ................. 47

    3.2. Penelitian Teknologi Inovatif Dan Adaptif Untuk Pengelolaan Sumber Daya AIR ........................................................................................................... 49

    IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI .................... 53

    4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ........................ 53

    4.1.1. Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, tahun kegiatan 2013 .................................................................................... 53

    4.1.2. Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .................................... 54 4.1.3. Info Agroklimat dan Hidrologi ............................................................... 55 4.1.4. Poster.. .............................................................................................. 55 4.1.5. Pemasyarakatan hasil penelitian ........................................................... 56 4.1.6. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Balitklimat ................................... 56

    4.1.7. Kunjungan Tamu ke Balitklimat, yaitu Rombongan AFACI, Mexindo dan SPI Balitbangtan, Bapak Kabadan, KaBiro Kementan ............................... 56

    4.2. Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Agroklimat ......................... 67

  • Halaman iii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    4.3. Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air............................................ 67 4.3.1. Otomatisasi Sistim Irigasi ..................................................................... 58 4.3.2. Jenis-jenis ouput nosel air untuk irigasi ................................................. 61 4.3.3. Jaringan pipa irigasi ............................................................................ 61 4.3.4. Media Tanam ..................................................................................... 61 4.3.5. Jenis tanaman .................................................................................... 62 4.3.6. Kebutuhan air tanaman ....................................................................... 62 4.3.7. Iklim................................................................................................... . 63 4.3.8. Pendampingan teknologi ...................................................................... 64

    4.4. Model Diseminasi Katam Terpadu dan Teknologi Pengelolaan Air ................... 675

    V. KEGIATAN PENUNJANG PENELITIAN ........................................................... 67

    5.1. Pengelolaan Satker ..................................................................................... 67 5.1.1. Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran .................................................... 67 5.1.2. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian.................................................. 68 5.1.3. Pengelolaan Sistem Akuntansi Instansi .................................................. 68 5.1.4. Pengelolaan Arsip dan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ............... 69

    5.2. Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Anggaran ..................................... 70

    5.3. Sistem Pengendalian Internal (SPI) .............................................................. 70

    5.4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan ................................................................. 75

    5.5. Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium .................................... 76 5.5.1. Identifikasi Sumber Daya Iklim dan Air .................................................. 76

    5.5.2. Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi ................................................ 78 5.1.3. Pengembangan Sistem Informasi Agroklimat dan Hidrologi ...................... 78

    VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI ........................... 80

    6.1. Struktur Organisasi ..................................................................................... 80

    6.2. Sumber Daya Manusia ................................................................................ 80

    6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian .................................................................. 82

    6.4. Anggaran dan PNBP ................................................................................... 85 6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian) .................................. 85 6.4.2. Indikator Kinerja ................................................................................. 87 6.4.3. Penerimaan Negara Bukan Pajak .......................................................... 88

  • Halaman iv LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Hal

    1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2014 . 4 2. Neraca ketersediaan-kebutuhan air serta kriteria kekritisan air untuk setiap

    wilayah kabupaten/kota di Provinsi NTT ..................................................... 14 3. Kerjasama penelitian tahun 2014 .............................................................. 15 4. Daftar prioritas desain pengelolaan sumber daya air di 13 Kebun Percobaan

    lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014 .............................. 16 5. Daftar prioritas implementasi desain pengelolaan sumber daya air di 5

    Kebun Percobaan lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014 .... 17 6. Hasil Uji Pemompaan Bertahap di Sumur Air Tanah Dalam KP Tamanbogo .... 33 7. Hasil Analisis Data Uji Pemompaan dan Uji Kambuh Sumur Air Tanah KP.

    Tamanbogo ............................................................................................ 34 8. Potensi luas tanam di lahan sawah berdasarkan awal waktu tanam MH

    2014/2015.............................................................................................. 43 9. Estimasi total kebutuhan benih padi MT-1 (2014-2015) yang dihasilkan dari

    Sistem Informasi Katam Terpadu .............................................................. 46 10. Hasil 6 kali panen tanaman Tomat di Kampung Sokon, Desa Fatukoa,

    Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur ............................ 50 11. Hasil pengamatan kadar air pada tanggal 22 September; 1, 4, 7 dan 10

    Oktober 2014 ......................................................................................... 50 12. Kebutuhan air per hari untuk setiap fase pertumbuhan tanaman cabe pada

    tiga perlakuan pemberian air 25%, 40%, 60%, 80% dan 100% kebutuhan tanaman ................................................................................................ 62

    13. Data iklim Stasiun Cimanggu (rerata tahun 2000-2007) .............................. 63 14. Data bulanan iklim Stasiun Cimanggu tahun 2014 ....................................... 64 15. Rekapitulasi Hasil Penilaian SPI Tahun 2014 (Tim Audit SPI Badan Litbang

    Pertanian ............................................................................................... 73 16. Rekapitulasi Hasil Penilaian SPI Tahun 2014 (Tim Audit Spi Inspektorat

    Jenderal Kementerian Pertanian ................................................................ 74 17. Identifikasi sumber daya iklim dan air mendukung pelaksanaan kegiatan

    penelitian 2014 ....................................................................................... 76 18. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Non Peneliti sampai

    dengan Desember 2014 ........................................................................... 81 19. Rincian Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional Peneliti ............................ 81 20. Jumlah Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan Status Kepegawaian,

    Pendidikan Akhir dan Kelompok Umur per 31 Desember 2014 ...................... 82 21. Jumlah Pegawai BALITKLIMAT berdasarkan Status Kepegawaian Jabatan

    Fungsional dan Golongan Akhir per 31 Desember 2014 ............................... 82 22. Daftar Nilai Aset Tetap ............................................................................ 83 23. Pembelian peralatan mesin dan peralatan kantor Tahun 2014 ..................... 83 24. Gedung dan bangunan serta rumah kasa yang dikelola Balitklimat ............... 84 25. Alokasi dan realisasi penggunaan anggaran Balitklimat per 31 Desember

    2014 ...................................................................................................... 86 26. Gambaran Penerimaan PNBP Balitklimat tahun 2010 – 2014 ....................... 88 27. Perbandingan Jenis Penerimaan PNBP Fungsional yang disetorkan ke kas

    negara tahun 2010 s/d 2014 ................................................................... 89

  • Halaman v LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Hal

    1. Rancang bangun pemanfaatan sumber daya air dan iklim ............................. 5 2. Lokasi embung Sokon, kondisi lahan dan sumber air di Desa Fatukoa,

    Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT ............................................. 6 3. Lokasi penelitian FSV di Desa Mbawa, Kabupaten Bima, NTB......................... 7 4. Instalasi jaringan irigasi dari bending sadap sampai kelahan penelitian dan

    lahan petani ............................................................................................ 7 5. Pengaruh dosis irigasi dan bahan organik terhadap pipilan kering jagung di

    Desa Mbawa, Kab. Bima, NTB, pada tahun 2014 .......................................... 8 6. Hasil korelasi antara curah hujan bulanan dan SST Nino 3.4 (a) dan IOD (b) 10 7. Tabel tingkat adopsi teknologi oleh petani responden (a) dan pelaksanaan

    “Game Interactive” di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu (b) ............. 11 8. Proses wawancara petani di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati (a) dan

    contoh simulasi biomas dan hasil padi (kg/ha) dan kacang hijau (gr/m2) selama 2 musim tanam padi dan 1 musim tanam kacang hijau secara berurutan pada tahun 1998-1999 dengan perlakuan pupuk N yang rendah di Jakenan, Pati (b) ................................................................................ 11

    9. Metode penyusunan ATLAS SDA .............................................................. 12 10. Diagram alir prototype SISDATAN ............................................................ 12 11. Sampul Muka ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa

    Tenggara .............................................................................................. 13

    12. ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusatenggara, Lembar 1109 (Provinsi Banten, kiri) dan Lembar 1707 (sebagian Provinsi Jawa Timur dan Bali, kanan) ................................................................... 13

    13. Pengaruh dosis irigasi dan bahan organik terhadap pipilan kering jagung di Desa Mbawa, Kab. Bima, NTB, pada tahun 2014 ........................................ 15

    14. Nosel fan jet sprayer .............................................................................. 19 15. Desain teknik irigasi menggunakan sistem fan jet sprayer ........................... 19 16. Teknik irigasi menggunakan big gun springkler .......................................... 19 17. Desain sistem irigasi big gun sprinkler ...................................................... 20 18. Teknik irigasi tetes ................................................................................. 20 19. Point source emitter (a), line source emitter (b) dan sprayer (c) .................. 21 20. Desain teknik irigasi tetes ........................................................................ 21 21. Desain teknik irigasi parit ........................................................................ 21 22. Sumur air tanah dalam beserta pompa (a) dan, rumah pompa (b) ............... 22

    23. Reservoir volume 60 m3 (a), dan reservoir volume 50 m3 (b) yang dibangun di KP Asembagus ..................................................................... 22

    24. Distribusi air secara gravitasi dari reservoir melalui saluran terbuka menuju kolam tampung (a) dan, kolam tampung untuk menampung air dari reservoir (b) .......................................................................................... 23

    25. Sumur 4 yang digunakan sebagai sumber air irigasi di KP Kraton, Jawa Timur... ................................................................................................. 24

    26. Bak tampung air dengan volume 50 m3 di KP Kraton, Jawa Timur ............... 24 27. Jenis pompa, filter air, dan rumah pompa yang dibangun di KP Kraton, Jawa

    Timur... ................................................................................................. 25 28. Pipa distribusi dari bak tampungan ke lahan di KP Kraton ........................... 25 29. Nozle sprayjet 360, green 50 L/H yang di instal pada teknik penyiraman

    sistem irigasi curah di KP Kraton, Jawa Timur ............................................ 25 30. Implementasi desain teknik penyiraman dan implementasinya di KP Kraton .. 26

    31. Sumur dan pompa sentrifugal yang digunakan untuk mengeksploitasi air dari sumur ............................................................................................. 26

    32. Instalasi pompa dan disc filter di Kebun Percobaan Maros ........................... 26

  • Halaman vi LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    33. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-A petak desiminasi lahan surjan di KP Maros ............................................................................................... 27

    34. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di petak desiminasi lahan surjan di KP Maros ......................................................... 27

    35. Implementasi teknik irigasi spray jet di petak desiminasi lahan surjan di KP Maros...................................................................................................... 27

    36. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-B lahan surjan di KP Maros .......... 28 37. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di Blok-B lahan

    surjan di KP Maros ................................................................................. 28 38. Implementasi tenis irigasi spray jet di Blok-B lahan surjan di KP Maros ......... 28 39. Implementasi teknik irigasi furrow di Blok-C lahan surjan KP Maros.............. 28 40. Implementasi teknik irigasi tetes menggunakan streamline di Blok-C lahan

    surjan KP Maros ..................................................................................... 28 41. Jenis irigasi spray jet di Blok-C lahan surjan di KP Maros ............................. 29 42. Pompa sumur air tanah dalam Sumur air tanah dalam milik P2AT (a) dan,

    rumah pompa (b) ................................................................................... 29 43. Reservoir volume 60 m3 yang dibangun di KP Sandubaya, NTB ................... 29 44. Implementasi distribusi air secara gravitasi dari reservoir melalui saluran

    tertutup menuju kolam tampung (a) dan, kolam tampung untuk menampung air dari reservoir (b) ............................................................. 30

    45. Instalasi dan implementasi teknik irigasi/penyiraman dengan Big Gun Sprinkler di KP Sandubaya ....................................................................... 31

    46. Lokasi Kebun Percobaan Tamanbogo ........................................................ 31 47. Hasil analisis pemetaan air tanah di Lokasi KP. Tamanbogo......................... 32 48. Uji Pemompaan Sumur Air Tanah Dalam di KP Tamanbogo: (a)

    Pemasangan pompa submersible dan pipa PVC; (b) Pengamatan debit dan penurunan muka air tanah ...................................................................... 33

    49. Hubungan Penurunan Muka Air Tanah terhadap Waktu pada Uji Pemompaan dan Uji Kambuh Sumur Air Tanah Dalam KP. Tamanbogo......... 33

    50. Implementasi desain irigasi di KP Tamanbogo pada sub blok tanaman jagung seluas 3.5 ha .............................................................................. 35

    51. Instalasi sistem distribusi air melalui pipa tertutup di KP. Tamanbogo........... 35 52. Uji operasional teknik penyiraman menggunakan big gun sprinkler yang

    terintegrasi dengan pompa submersible di dalam sumur air tanah dalam di KP. Tamanbogo ..................................................................................... 35

    53. Instalasi AWS dan AWLR di Gumuk dan Jetak serta monitoring data debit sungai.. ................................................................................................. 37

    54. Upaya penguatan peran dan partisipasi masyarakat dalam konservasi

    sumber daya air dan sumber daya tanah melalui budidaya konservasi pertanian di Desa Gumuk ........................................................................ 37

    55. Demplot jagung pada tahun 2013 dan sosialisasi efisiensi penggunaan air untuk tanaman jagung ............................................................................ 38

    56. Diskusi dan temu anggota FK PADIKA di Rumah makan Mayar Klaten .......... 38 57. Keragaan neraca air DAS PUSUR .............................................................. 39 58. Tampilan cover depan aplikasi web versi 2.0 ............................................. 41

    59. Tampilan peta standing crop ................................................................... 42 60. Luas Wilayah Rawan (a) Banjir dan (b) kekeringan di lahan sawah MT I

    2014/2015. ............................................................................................ 44 61. Potensi lahan yang rusak karena serangan OPT a) padi, b) jagung dan c)

    kedelai pada MT I 2014/2015 .................................................................. 44 62. Elevasi muka air dan debit inlet Waduk Way Rarem serta Kebutuhan air

    irigasi DI Way Rarem .............................................................................. 48

    63. Debit Sungai Bengawan Solo dan Debit Saluran Irigasi Yang terekeam di Bendung Colo Periode Januari-2013 Maret 2014 ........................................ 49

    64. Komponen bagian dari sensor curah hujan berbasis optik ........................... 51

  • Halaman vii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    65. Peta radiasi rata-rata tahunan di wilayah Jawa Barat .................................. 52 66. Pompa air tenaga surya yang dirancang dan spesifikasi komponen pompa .... 52 67. Buku laporan tahunan 2013..................................................................... 54 68. Buku buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi ................................. 54 69. Leaflet info agroklimat ............................................................................ 55 70. Beberapa contoh Poster yang di buat di Balitklimat tahun 2014 ................... 55 71. Kunjungan Menteri Pertanian Dr. Andi Amran S didampingi Bapak Sesba Dr.

    Agung Hendriadi Ke Balitklimat, 3 Nov 2014 .............................................. 56 72. Kunjungan tamu Balitklimat 2014 ............................................................. 57 73. Penampilan Website Balitklimat tahun 2014 .............................................. 57 74. Pemberian air irigasi berdasarkan sistim kontroler waktu ............................ 59 75. Otomatisasi sistim irigasi tanaman terong berdasarkan waktu ..................... 59 76. Otomatisasi sistim irigasi tanaman cabe dalam pot berdasarkan waktu ......... 59 77. Kontroler, probe sensor dan aplikasi sensor dalam pot................................ 60 78. Sistim irigasi tanaman cabe berdasarkan sensor kelembaban tanah ............. 60 79. Sistim irigasi otomatis berdasarkan dosis pemberian air .............................. 61 80. Kebutuhan air tanaman cabe (sesuai fase pertumbuhan) di KRPL Balitklimat

    berdasarkan perhitungan koefisien tanaman dan ETP. ................................ 63 81. Pola curah hujan dan ETP stasiun iklim Cimanggu (rerata 2000-2007) dan

    tahun 2014 ............................................................................................ 63 82. Instalasi irigasi otomatis pada lokasi HPS ke 34 di Makasar, Sulsel ............... 64 83. Instalasi jaringan irigasi otomatis pada kegiatan Forum Komunikasi Profesor

    Riset di Bintan ....................................................................................... 65 84. Instalasi jaringan Irigasi otomatis pada kegiatan Percobaan Balitbangtan,

    Batan dan IAEA di Lampung .................................................................... 65 85. FGD Katam Terpadu MT II, Bogor 2014 .................................................... 66 86. Struktur Organisasi Satlak PI Balitklimat Tahun 2014 .................................. 75 87. Rumah kassa Balitklimat di BBSDLP .......................................................... 78 88. Struktur Organisasi Balitklimat ................................................................. 80 89. Persentasi alokasi anggaran DIPA Balitklimat TA 2014 ................................ 85 90. Persentasi Realisasi Anggaran DIPA Satker Balitklimat TA 2014 ................... 88

  • Halaman viii LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Dalam rangka mewujudkan, visi, misi, dan tupoksi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, penyusunan program penelitian agroklimat dan hidrologi dilakukan secara teratur dan terarah sesuai dengan Rencana Strategis tahun 2010-2014. Perencanaan program penelitian tersebut mengacu pada Rencana Strategis Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian 2010-2014, Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010-2014, dan Grand Strategy Pembangunan Pertanian 2010-2014. Prioritas penelitian agroklimat dan hidrologi ditetapkan berdasarkan tantangan dan

    kebutuhan pembangunan pertanian secara nasional terutama yang berkaitan dengan ketahanan pangan nasional, pengembangan agribisnis, kelestarian lingkungan, serta isu perubahan iklim.

    Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman yang sangat serius terhadap sektor pertanian dan potensial mendatangkan masalah bagi keberlanjutan produksi pangan dan sistem produksi pertanian pada umumnya. Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian bersifat multi-dimensional, mulai dari sumber daya,

    infrastruktur pertanian, dan sistem produksi pertanian, hingga aspek ketahanan dan kemandirian pangan, serta kesejahteraan petani dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perubahan iklim di daerah tropis, meningkatkan dampak dari kejadian iklim ekstrim seperti banjir dan kekeringan. Dinamika dan keragaan sumber daya iklim dan air beberapa dekade terakhir mempunyai kecenderungan yang semakin kuat. Kejadian kekeringan yang kurang dapat diantisipasi telah menimbulkan banyak kerugian pada berbagai sektor. Kejadian kekeringan yang panjang pada tahun El Nino 1982/1983 mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Di Indonesia, kerugian tersebut mencapai 500 juta US dolar. Pada kejadian El Nino 1997, sektor pertanian mengalami kerugian sebesar 797 miliar rupiah akibat gagal panen dan puso. Selain kekeringan, kejadian banjir juga cenderung meningkat baik frekuensi, intensitas, dan cakupan luasan kejadiannya. Hal ini diperparah oleh terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan atau areal industri sebagai akibat dari urbanisasi dan tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.

    Dampak perubahan iklim perlu diidentifikasi sehingga bisa disusun teknologi adaptasi yang sesuai dengan spesifik wilayah. Penentuan Key Area diharapkan dapat membantu mengetahui sebaran wilayah kunci perubahan iklim. Penelitian tentang Key Area merupakan penelitian baru dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Key area adalah wilayah yang bisa dijadikan indikator adanya perubahan iklim (El-Nino dan La-Nina) di Indonesia dengan indikator utama curah hujan dan parameter iklim lainnya.

    Upaya antisipasi kekeringan di lahan kering dilakukan pengembangan pertanian sistim irigasi hemat air yang dikombinasikan dengan pengelolaan lahan untuk menjaga kelembaban tanah. Konsep pemanfaatan sumber daya air untuk pertanian lahan kering dilakukan dengan memanfaatkan air yang tidak mengganggu kebutuhan air untuk domestik, karena kebutuhan air masing-masing sektor sudah dialokasikan sesuai dengan kearifan lokal pembagian air secara proposional. Optimalisasi pendayagunaan sumber daya air di lahan kering dilakukan guna meningkatkan ketersediaan air, memperpanjang masa tanam, dan menekan risiko kehilangan hasil untuk menciptakan sistem usaha tani lahan kering berkelanjutan dan ramah lingkungan.

    Dengan kompleksnya permasalahan yang dihadapi akibat perubahan iklim global, diperlukan penyediaan teknologi yang inovatif dan adaptif dengan memanfaatkan teknologi nano, sensorik, dan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumber daya air.

    Untuk menjawab tantangan tersebut, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memfokuskan kegiatan penelitian guna menghasilkan data dan informasi serta teknologi pengelolaan iklim dan air untuk mencapai sasaran dari program utama penelitian agroklimat dan hidrologi yang dijabarkan melalui rencana penelitian tim peneliti (RPTP). Kegiatan penelitian tahun anggaran 2014 merupakan rangkaian proses

  • Halaman ix LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam Rencana Strategi 2010-2014, dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang mengemuka dan menjadi kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pada tahun anggaran 2014 Satker Balitklimat melakukan kegiatan yang direalisasikan dalam 5 RPTP, 5 RKTM, dan 4 RDHP yang dibiayai melalui DIPA TA 2014 dandidukung oleh 1 kegiatan penelitian kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengeembangan Pertanian Kementerian Pertanian dan 2 kegiatan penelitian kerjasama dengan luar negeri terkait dengan pengelolaan sumber daya iklim dan air.

    Kegiatan penelitian tahun 2014 sebagian besar merupakan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya sebagai bagian dari penelitian jangka panjang Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Pengembangan Pertanian yang meliputi: (1). Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim; (2). Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim; (3). Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim; (4). Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian; dan (5). Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Efisiensi Pengelolaan Sumber Daya Air; serta (6). Kerjasama penelitian pengelolaan sumber daya iklim dan air yakni: (a). Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian; (b) Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian; (c) Integrated and Participatory Management Water Resources Management Toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed-CIRAD, Perancis; (d) Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate Change in Indonesia – RDA AFACI Korea.

    Kebijakan pembinaan dan peningkatan jaringan kerjasama penelitian dengan mitra nasional dan internasional pada intinya bertujuan untuk mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air, peningkatan kapasitas sumber daya penelitian dan menggalang pendanaan alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan pada permintaan pengguna, baik yang berkaitan langsung dengan bidang agroklimat dan hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi antara lain bidang teknologi informasi.

    Kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 4 kegiatan, yaitu: (1). Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, (2) Pengembangan Website dan Perpustakaan Digital Agroklimat, (3) Visitor Plot Pengelolaan Iklim Mikro dan Tata Air, dan (4) Model Diseminasi Katam Terpadu dan Teknologi Pengelolaan Air. Khusus kegiatan Diseminasi Teknologi Penelitian Agroklimat dan Hidrologi meliputi 2 sub

    kegiatan, yaitu Komunikasi dan Publikasi Hasil Penelitian serta Pelayanan Jasa Penelitian. Diseminasi adalah menyebarluaskan, mendiseminasikan dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian bidang agroklimat dan hidrologi agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya oleh pengguna, dalam beberapa bentuk seperti: (a). Penerbitan publikasi tercetak yaitu: i) Buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi; ii) Laporan tahunan; iii) Petunjuk Teknis; iv) Leaflet dan poster, (b) Diseminasi/penyebarluasan dan komunikasi hasil penelitian seperti kegiatan seminar rutin bulanan partisipasi pada

    beberapa kegiatan pameran yang diadakan secara nasional maupun regional terutama digunakan untuk membina hubungan dengan instansi-instansi di luar Badan Litbang Pertanian dan atau beberapa instansi pengguna terkait, baik swasta, perguruan tinggi maupun Pemerintah.

    Publikasi merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Publikasi yang telah diterbitkan pada kurun waktu 2014 yaitu: penerbitan buletin hasil penelitian yang sudah terbit dalam 1 Volume, Info

    agroklimat dan hidrologi telah diterbitkan 1 volume (dalam setiap volume diterbitkan 6 edisi); laporan tahunan Balai, beberapa booklet, leaflet, CD (KATAM).

  • Halaman 1 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    I. PENDAHULUAN

    Sasaran utama pembangunan pertanian 2010-2014 adalah pencapaian empat sukses pertanian yaitu: 1) Peningkatan produksi dan swasembada pangan berkelanjutan, 2) Diversifikasi pangan dan nilai gizi, 3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan 4) Peningkatan kesejahteraan petani. Saat ini dan ke depan, tantangan pembangunan nasional semakin berat khususnya menyangkut pangan, inflasi dan kemiskinan. Tantangan terberat yang dihadapi Kementerian Pertanian adalah penyediaan pangan nasional khususnya padi dengan sasaran peningkatan produksi lebih dari 5%. Pelaksanaan program yang bersifat bussiness as usual harus ditinggalkan dan segera memulai dengan terobosan-terobosan baru berupa langkah akselerasi pelaksanaan program di berbagai sektor, guna menjamin tercapainya empat sukses pertanian pada tahun 2014.

    Penelitian dan pengembangan sumber daya lahan khususnya sumber daya iklim dan air harus mampu mendukung terealisasinya percepatan pencapaian empat sukses pertanian tersebut. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sumber daya iklim dan air merupakan faktor yang dapat menjamin kelangsungan produksi pertanian dan

    mempengaruhi kualitas produk pertanian. Keragaman produksi pertanian di suatu wilayah berkaitan erat dengan

    keragaman iklim. Kegagalan panen seringkali dilaporkan sebagai akibat dari kejadian iklim ekstrim. Di lain pihak, secara nasional tingkat produktivitas pertanian pada beberapa daerah masih jauh di bawah produktivitas potensialnya sebagai akibat dari kekurang-selarasan antara sistem usaha pertanian (SUP) yang dikembangkan dengan kerakteristik iklim/cuaca. Dari berbagai kajian yang berkaitan dengan simulasi model iklim

    global diperoleh bahwa, keragaman iklim di masa datang akan terus mengalami perubahan sebagai akibat dari meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Oleh karena itu, teknologi budi daya yang dikembangkan tidak hanya diarahkan untuk mengatasi keragaman iklim saat ini tetapi juga harus dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan iklim

    Di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air tersebut masih

    menghadapi banyak kendala, baik pada skala daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS) dan seringkali memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan banjir, dan banyak permasalahan air lain yang terkait. Kondisi ini diperparah dengan maraknya kompetisi penggunaan air antara sektor pertanian dengan pengguna air lainya baik domestik, municipal dan industri.

    Peningkatan produksi pertanian, untuk mencapai dan mempertahankan ketahanan pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani memerlukan

    kemampuan pengelolaan sumber daya iklim dan air secara maju, modern dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan strategi, pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengembangan sumber daya iklim dan air yang menyeluruh. Upaya ini diperlukan untuk mengantisipasi dinamika dan keragaan sumber daya iklim serta kompetisi pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai kepentingan yang semakin kuat.

    Dampak perubahan iklim global terhadap sektor pertanian di Indonesia sangat nyata, baik berupa bencana banjir maupun kekeringan. Dampak tersebut cenderung

    terus meningkat (frekuensi, intensitas, dan distribusi kejadiannya). Hal ini diperparah dengan kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang semakin rusak dan menjadi kritis akibat alih fungsi lahan yang tidak terkendali. Dampak perubahan iklim global tidak hanya terjadi pada keseimbangan hidrologis (masukan dan kehilangan air) pada suatu daerah tangkapan hujan atau DAS, tetapi juga bepengaruh pada sistem usaha tani, terkait dengan ketersediaan air dan masa tanam. Perubahan iklim global telah menyebabkan meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrim (basah dan kering) yang sulit diprediksi.

    Kondisi tersebut juga mempengaruhi berbagai sektor, yang berdampak nyata terhadap ketersediaan dan ketahanan pangan nasional. Kejadian iklim ekstrim juga menyebabkan ketersediaan air permukaan sangat fluktuatif antara musim hujan dan

  • Halaman 2 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    musim kemarau. Hal ini diperparah dengan permasalahan kelangkaan air akibat defisit neraca ketersediaan air, kecenderungan penurunan ketersediaan air serta peningkatan kebutuhan air untuk berbagai sektor.

    Kelangkaan air bila tidak diantisipasi dengan benar, akan menjadi faktor penghambat serius yang dapat mengganggu upaya pemerintah untuk mencapai target produksi beras 70,3 juta ton pada tahun 2015. Dengan demikian, diperlukan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi untuk mencegah terjadinya kelangkaan air. Upaya antisipasi kelangkaan air antara lain dilakukan melalui prediksi musim pada musim kemarau (MK) dan musim hujan (MH), validasi kalender tanam di lahan sawah irigasi dan tadah hujan untuk mendukung pengembangan kalender tanam terpadu dan interaktif, penyusunan model optimasi sumber daya air di lahan kering beriklim kering, penyusunan wilayah prioritas penanganan kekeringan, dan pengembangan sistem peringatan dini OPT untuk mengantisipasi ledakan OPT.

    Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya iklim dan air untuk mengantisipasi kelangkaan air dan perubahan iklim, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi memfokuskan kegiatan penelitian guna menghasilkan data, informasi, teknologi pengelolaan iklim dan air yang dapat diaplikasikan di lapangan sesuai Rencana Strategis Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Tahun 2010–2014.

    Kegiatan penelitian tahun 2014 sebagian besar merupakan lanjutan penelitian tahun-tahun sebelumnya, sebagai bagian dari penelitian jangka panjang penelitian dan pengembangan sistem informasi dan pengelolaan sumber daya iklim dan air yang meliputi: 1) Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu dalam

    Upaya Adaptasi Perubahan Iklim 2) Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk

    Adaptasi Perubahan Iklim 3) Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim 4) Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian; dan 5) Penelitian Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk Pengelolaan Sumber Daya Air.

    Selain itu, juga dilaksanakan 2 kegiatan penelitian on top dari Balitbangtan dan 2 kegiatan kerjasama dengan mitra dari luar negeri yakni: a) Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian

    Pertanian; b) Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan,

    Kementerian Pertanian; c) Integrated and Participatory Management Water Recources Management toward

    Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed; d) Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to

    Climate Change in Indonesia. Diseminasi dan penyebaran hasil-hasil penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan

    Hidrologi disajikan dalam berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi populer seperti: buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi, laporan berkala informasi agroklimat dan hidrologi, petunjuk teknis, laporan tahunan Balai, leaflet, brosur, poster dan dokumentasi berupa CD audio, informasi melalui website. Publikasi tercetak berupa tulisan ilmiah populer atau laporan hasil penelitian yang merupakan media yang efektif

    untuk penyebarluasan informasi hasil penelitian dan dimuat dalam website, karena sifatnya dapat menjangkau pengguna yang tersebar luas di seluruh Indonesia dan dunia internasional. Oleh sebab itu, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dituntut untuk senantiasa mengembangkan cara penyajian dan teknik penulisan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pengguna. Hasil-hasil penelitian dikomunikasikan kepada para pengguna, dilakukan secara langsung melalui seminar, lokakarya, dialog, pameran, dan ekspose. Selain itu juga dilakukan secara tidak

    langsung melalui penyebaran publikasi tercetak, laporan, media elektronik (internet, video, dll). Pada tahun anggaran 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi terus

  • Halaman 3 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    melaksanakan dan melanjutkan editing dan updating informasi terbaru website serta mengembangkan dalam bentuk online.

  • Halaman 4 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    II. PROGRAM PENELITIAN Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran merupakan kegiatan manajemen dalam rangka menyiapkan program dan anggaran Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 44/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sesuai Permentan tersebut, maka tahapan perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian, terdiri atas tahapan perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian serta mekanisme perencanaan penelitian dan pengembangan pertanian. Kegiatan penelitian dan pengembangan dan Balitbangtan mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 03/Kpts/OT.060/1/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi Pertanian. Dalam Permentan tersebut juga diatur tentang penciptaan inovasi teknologi yang dilakukan melalui serangkaian tahapan kegiatan yang dilakukan di UK/UPT. Setiap tahapan memiliki keterkaitan antara tahapan satu dengan tahapan lainnya dengan tahapan sebagai berikut: 1) Tahap penelitian; 2) Tahap verifikasi dan, 3) Tahap Pengkajian.

    Untuk mencapai sasaran program utama TA 2014, maka penelitian agroklimat dan hidrologi diuraikan dalam beberapa Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP). Kegiatan penelitian tahun anggaran 2014 merupakan rangkaian proses pelaksanaan penelitian yang tertuang dalam Renstra 2010-2014. Dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang menjadi kebijakan Balitbangtan maupun Kementerian Pertanian, maka pada tahun anggaran 2014 SATKER Balitklimat menetapkan 5 RPTP, 1 RDHP terdiri atas 3 kegiatan, 1 RKTM terdiri atas 6 kegiatan; kegiatan kerjasama terdiri atas 2 kegiatan on top dari Balitbangtan dan 2 kegiatan kerjasama penelitian dengan luar negeri yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya iklim dan air.

    Tabel 1. Kegiatan dan Anggaran Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2014

    No. Kode Kegiatan/Output Pagu Realisasi %

    Realisasi

    1800 Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian

    648694 Balitklimat 12.190.546.000 11.632.846.164 95,43

    1 1800,004 Laporan Pengelolaan Satker

    718.060.000 716.390.325 99,77

    2 1800,005 Layanan Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium

    152.348.000 150.490.575 98,78

    3 1800,006 Laporan Diseminasi Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Lahan Pertanian

    500.450.000 497.264.800 99,36

    4 1800,014 Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

    1.418.450.000 1.405.158.800 99,06

    5 1800,994 Layanan Perkantoran 5.634.588.000 5.134.385.764 91,12

    6 1800,996 Perangkat Pengolah Data dan komunikasi

    200.000.000 198.945.000 99,47

    7 1800,997 Peralatan dan Fasilitas Kantor

    634.500.000 619.929.000 97,70

    8 1800,998 Gedung/Bangunan 2.932.150.000 2.910.281.900 99,25

  • Halaman 5 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    2.1. Bidang Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Pada tahun 2014, penelitian agroklimat dan hidrologi yang dibiayai dari dana DIPA terdiri atas 5 RPTP. Tiga RPTP kegiatan penelitian diuraikan pada bab 2 sedangkan 2 RPTP kegiatan penelitian diuraikan lebih lanjut pada bab 3

    2.1.1. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim

    Di bidang pertanian, air merupakan faktor utama penentu kelangsungan produksi pertanian, namun pengelolaannya untuk kelangsungan sumber daya air masih menghadapi banyak kendala baik pada skala daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS), dan seringkali memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan, dan banjir, serta banyak permasalahan air lain. Model optimalisasi sumber daya air untuk menjawab permasalahan kelangkaan air, dan peningkatan produksi pertanian terutama dalam upaya adaptasi perubahan iklim, dapat digunakan sebagai informasi awal dalam menentukan teknologi pengelolaan air yang tepat untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya air suatu DAS.

    Penelitian bertujuan untuk: 1) mengkarakterisasi potensi sumber daya lahan, air, iklim, sosial ekonomi dan budaya lokal di lokasi pengembangan FSV, 2) menyusun rancang bangun teknik pemanfaatan potensi sumber daya air di lokasi pengembangan FSV, 3) mengimplementasikan FSV di lapangan,dan 4) menyusun rekomendasi pengembangan FSV.

    Karakterisasi sosial ekonomi dan budaya lokal diperlukan untuk meningkatkan peran serta kelembagaan yang diperkuat dengan kearifan lokal dan berbasis komuniti dengan melibatkan peran serta kelompok tani dan masyarakat setempat secara aktif baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan/pendampingan, dan monitoring. Rancang bangun pemanfaatan sumber daya air dan iklim dilakukan melalui identifikasi potensi sumber daya air, ekplorasi, dan eksploitasi, desain jaringan irigasi, efisiensi pemanfaatan air sehingga terbangun model pengelolaan air berkelanjutan (Gambar 1).

    3.

    Gambar 1. Rancang bangun pemanfaatan sumber daya air dan iklim

    Adapun aplikasi irigasi dengan dosis 100 %, 80 %, dan 60 % dari kebutuhan tanaman dikombinasikan dengan pemberian bahan organik in situ dilakukan di Desa Mbawa, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB pada tanaman jagung, kacang tanah dan kedelai, dan di Desa Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT pada tanaman cabe dan tomat dikombinasikan dengan mulsa dan pupuk kandang.

    Konfigurasi Sosial Ekonomi Masyarakat

    Mata pencaharian penduduk Mbawa dan Mpili khususnya dan Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB pada umumnya (± 95%) sebagai petani sekaligus sebagai peternak. Dari hasil wawancara terstruktur terhadap petani kooperator dan non

  • Halaman 6 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    kooperator menunjukkan bahwa, rata-rata umur petani responden termasuk umur produktif yakni kurang dari 55 tahun (85,7%). Ini berarti bahwa sebagian besar petani responden cukup responsif terhadap inovasi teknologi. Sebagian besar petani responden berpendidikan SMA (71,4%). Latar belakang tingkat pendidikan ikut mempengaruhi tingkat adopsi responden terhadap inovasi teknologi pengelolaan air dan lahan, apalagi informasi tentang pengelolaan lahan guna menekan laju degradasi lahan nampaknya belum optimal sampai ke tingkat petani/kelompok tani. Oleh sebab itu, diseminasi teknologi pengelolaan lahan perlu ditempuh melalui demplot disertai kunjungan dan penyuluhan secara rutin kepada kelompok tani/di lahan petani. Dilihat dari sisi ekonomi, penduduk Mbawa dan Mpili khususnya dan Kecamatan Donggo pada umumnya tergolong miskin. Untuk meningkatkan penghasilan sebagian pemuda Donggo bekerja menjadi TKI di negeri Jiran - Malaysia.

    Berbeda dengan di Desa Mbawa, NTB yang sebagian besar petani responden berpendidikan SMA, di Desa Fatukoa sebagian besar petani responden berpendidikan Sekolah Dasar (61,9%). Oleh sebab itu, diseminasi teknologi pengelolaan lahan perlu ditempuh melalui demplot disertai kunjungan dan penyuluhan secara rutin dan lebih intensif kepada kelompok tani/di lahan petani, agar mereka lebih yakin terhadap manfaat dan pentingnya pengelolaan lahan dan melalui irigasi. Kegiatan bertani yang telah dikembangkan adalah menanam cabe merah, tomat, bawang merah, dan kol. Cabe merah dan tomat menjadi andalan dan menjadi pemasok terbesar di Kota Kupang. Untuk mengembangkan pertaniannya, para petani menggunakan pengairan secara gravitasi. Hasil identifikasi persepsi petani kooperator tentang perubahan dalam proses produksi setelah inovasi teknologi pengelolaan air dan lahan dari Badan Litbang Pertanian selama setahun terakhir menunjukkan bahwa mereka berkeyakinan akan ada perubahan kearah yang lebih baik karena adanya jaringan irigasi (pipaparalon, stop kran dll), air sudah dapat masuk sampai kelahan usaha tani sehingga pengelolaan lahan dan produksi tanaman lebih optimal. Petani non kooperator sangat mengharapkan agar jaringan irigasi juga dapat menjangkau lahan mereka.

    Rancang Bangun Teknik Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Air dan Implementasi FSV

    Lokasi FSV wilayah Nusa Tenggara Timur kegiatan pertanian di Dusun Sokon, Desa Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT, sumber airnya selain dari hujan, petani memanfaatkan air dari embung Sokon. Embung ini pada musim kemarau selalu terisi air karena ada jalur sungai kecil yang memiliki baseflow sekitar 0,5 liter/detik. Lokasi Embung Sokon, kondisi lahan dan sumber airnya disajikan pada Gambar 2.

    Gambar 2. Lokasi embung Sokon, kondisi lahan dan sumber air di Desa Fatukoa,

    Kecamatan Maulafa, Kabupaten Kupang, NTT

    Kondisi sumber air (c) Lokasi embung Sokon (a)

    Kondisi lahan (b)

  • Halaman 7 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    Teknik irigasi yang diimplentasikan di Desa Fatukoa adalah tampungan air mini renteng (tamren) yaitu sistem irigasi saling bersambung antara tampungan air yang satu dengan lainya dengan tujuan untuk memberikan akses sedekat mungkin antara tampungan air dan lahan yang di irigasi.

    Hasil penelitian selama satu musim tanam tentang pengaruh tingkat irigasi dan bahan organik pupuk kandang dan mulsa jerami padi pada tanaman tomat menunjukkan bahwa, irigasi sesuai kebutuhan tanaman (100% rekomendasi FAO) merupakan perlakuan terbaik dalam menghasilkan buah tomat. Kombinasi irigasi 100% dan pemberian mulsa jerami padi merupakan kombinasi terbaik yang menghasilkan sebesar 159,8 kg/plot buah tomat setara dengan 7,99 ton/ha. Sedangkan pemberian irigasi 60 % dari kebutuhan tanaman atau setara dengan 0,32 l/det/ha, memberikan hasil bobot buah cabe paling baik dibandingkan dengan perlakuan irigasi 100 % dan 80 %.

    Lokasi FSV wilayah Nusa Tenggara Barat

    Sumber irigasi di desa Mbawa, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, NTB, adalah dari air hujan. Selain itu petani memanfaatkan air dari dam parit di sungai Mada Konca. Dam parit Mada Konca mempunyai debit sekitar 8 l/det, air didistribusikan secara gravitasi dengan saluran terbuka. Lokasi penelitian (a), kondisi lahan pada musim hujan di Mbawa (b), dan kondisi sumber daya airnya (c), disajikan pada Gambar 3.

    Gambar 3. Lokasi penelitian FSV di Desa Mbawa, Kabupaten Bima, NTB

    Teknik irigasi yang diimplentasikan di lokasi FSV Mbawa adalah tampungan air mini renteng (Gambar 4c). Frekuensi pemberian irigasi disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman terutama pada fase inisial dilakukan 2 kali dalam seminggu. Instalasi jaringan irigasi dari bendung sadap sampai ke lahan penelitian dan lahan petani disajikan pada Gambar 4. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa hasil pipilan kering jagung pada tingkat irigasi 80% lebih tinggi dibandingkan tingkat irigasi 60% dan 100%. Pada tingkat irigasi 80% dan 100% terlihat perbedaan hasil pipilan kering jagung pada plot yang diberi mulsa 5 t/ha dan biochar 5 t/ha, sementara pemberian bahan organik pada tingkat irigasi 60% tidak menunjukkan adanya perbedaan hasil.

    Gambar 4. Instalasi jaringan irigasi dari bendung sadap sampai ke lahan penelitian dan lahan petani

    (b) (c) (a)

    (b)

    (c) (a)

  • Halaman 8 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    4.

    Gambar 5. Pengaruh dosis irigasi dan bahan organik terhadap pipilan kering jagung di Desa Mbawa, Kab. Bima, NTB, pada tahun 2014

    Kombinasi pemberian irigasi 80 % dari kebutuhan tanaman (0,32 l/det/ha) dengan aplikasi kompos 5 t/ha menghasilkan berat biji kering kacang tanah yang paling baik dibandingkan perlakuan irigasi 60 dan 100% dari kebutuhan air tanaman. Berat polong kering kacang tanah terbesar diperoleh pada pemberian irigasi 80 % dari kebutuhan air tanaman dengan kombinasi aplikasi biochar k-50 sebanyak 5 t/ha. Kombinasi irigasi 60 % dari kebutuhan air tanaman dengan aplikasi mulsa biomas jagung sebanyak 5 t/ha merupakan perlakuan terbaik yang direpresentasikan oleh berat biji kering kedelai sebesar 3,05 t/ha, sehingga pemberian dosis irigasi sebesar 60 % dari rekomendasi FAO atau setara dengan 0,24 l/det/ha mampu menghasilkan kualitas biji kedelai yang baik.

    Rekomendasi Inovasi teknologi pengelolaan sumber daya air pada lahan kering iklim kering di Desa Fatukoa, Kota Kupang, NTT dengan komoditas tomat dan cabe, dan di Desa Mbawa, Kabupaten Bima, NTB dengan komoditas jagung, kedelai, dan kacang tanah, yang dikemas dalam model Food Smart Village dapat dijadikan model pengelolaan sumber daya air pada lahan kering beriklim kering di wilayah Nusa Tenggara yang mempunyai

    keterbatasan sumber daya air. Potensi sumber daya air yang ada dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan luas tanam antara 1,25 – 1,67 dari luas tanam yang biasa dilakukan petani serta meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) pada luasan yang sama di wilayah tersebut terutama pada musim tanam kedua.

    2.1.2. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi Perubahan Iklim

    Posisi Indonesia yang diapit diantara dua benua dan dua samudera menjadikan wilayah Indonesia memiliki iklim yang sangat dinamis dan kompleks. Secara garis besar, iklim regional Indonesia dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu : 1) jumlah lautan yang lebih luas dari daratannya mengakibatkan tingginya tingkat penguapan di wilayah Indonesia 2) sirkulasi monsun Asia-Australia yang terutama mempengaruhi sirkulasi udara di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, 3) sirkulasi zonal di Pasifik ekuator (Siklus Walker) yang terutama mempengaruhi sirkulasi udara di sekitar Papua, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan, 4) sirkulasi zonal di Samudera Hindia ekuator yang juga mempengaruhi sirkulasi udara di Indonesia bagian barat. Interaksi antara ke-4 hal tersebut mengakibatkan keragaman iklim antar wilayah di Indonesia sangat tinggi. Dinamika dan keragaman iklim ini memberikan dampak yang berbeda-beda di setiap wilayah. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menentukan wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim di Indonesia. Key area adalah wilayah yang bisa dijadikan indikator adanya perubahan iklim di Indonesia. Apabila terjadi kondisi iklim yang ekstrim atau menyimpang, maka dengan mengetahui karakteristik di wilayah kunci tersebut, dapat diperoleh gambaran untuk beberapa lokasi lainnya. Dalam jangka panjang ke depan, penelitian Key Area dimaksudkan untuk memantau perubahan iklim di wilayah kunci

    0,00

    2,00

    4,00

    6,00

    8,00

    10,00

    Irigasi 60% Irigasi 80% Irigasi 100%

    Has

    il (t

    /ha

    )

    Kontrol Mulsa 5t/ha Pukan 5t/ha Biochar 5t/ha

  • Halaman 9 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    dengan mengembangkan hasil-hasil prediksi Internasional. Data indikator global, regional dan lokal digunakan untuk mengidentifikasi Key Area. Selain itu beberapa parameter yang dipertimbangkan dalam penentuan Key Area adalah curah hujan, posisi geografi, serta topografi. Pemetaan wilayah kunci menjadi dasar dalam pengelolaan risiko iklim serta menghasilkan teknologi adaptasi sesuai dengan tingkatan dampak dan sebarannya. Berdasarkan Key Area dapat diidentifikasi wilayah mana yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui perubahan iklim di Indonesia sehingga bisa ditentukan wilayah prioritas dan pengelolaan risiko iklim. Tujuan penelitian adalah: (1). Menyusun wilayah penentu (Key Area) untuk indikator perubahan iklim di Indonesia, (2). Melakukan identifikasi teknologi yang adaptif dan tingkat adopsinya untuk menghadapi dampak perubahan iklim, dan (3). Mengidentifikasi dan mempelajari penggunaan prakiraan iklim musiman dalam budi daya tanaman padi dan mengatasi risiko iklim di lahan sawah tadah hujan. Penelitian dilakukan dengan tahapan, yaitu : melakukan korelasi antara indikator global (Sea Surface Temperature/SST Nino 3.4 dan Indian Ocean Dipole/IOD) dengan curah hujan di seluruh Indonesia pada Bulan Januari-Desember pada lag 0. Dari hasil ini selanjutnya dilakukan analisis konsistensi untuk tingkat provinsi dengan menggunakan batasan nilai korelasi lebih dari 0.6 dan kurang dari -0.6 selama periode minimal dua bulan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan indikasi awal wilayah kunci (Key Area). Untuk mencapai tujuan 2 dan 3 dilakukan survei dan wawancara petani di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Pati serta simulasi tanaman dengan model ABSIM. Hasil survei dan wawancara serta simulasi tanaman digunakan untuk mendukung pengembangan teknologi adaptasi pada wilayah kunci. Kajian terhadap hasil-hasil penelitian terkait juga dilakukan dalam rangka mendapatkan data dan informasi tentang wilayah kunci keragaman iklim Indonesia.

    Hasil korelasi secara umum menunjukkan dua pola pengaruh indikator global terhadap curah hujan di Indonesia, yaitu positif dan negatif. Korelasi positif artinya meningkatnya SST Nino 3.4 atau IOD berdampak terhadap meningkatnya curah hujan. Sebaliknya korelasi negatif artinya meningkatnya SST Nino 3.4 atau IOD berdampak terhadap menurunnya curah hujan. Dalam melakukan identifikasi wilayah, korelasi positif adalah untuk nilai korelasi lebih dari 0.6, dan korelasi negatif diambil nilai korelasi yang lebih kecil dari -0.6. Hasil korelasi bulanan antara curah hujan dengan SST Nino 3.4 dan IOD pada lag 0 menunjukkan bahwa pengaruh SST Nino 3.4 terhadap curah hujan di wilayah Indonesia cukup beragam.

    Pada bulan Januari sampai dengan Mei korelasi positif antara curah hujan dengan SST Nino 3.4 bergerak mulai dari Papua hingga Sumatera dan Kalimantan Barat. Sebaliknya korelasi negatif bergerak mulai Bulan Juni hingga November ke arah timur Indonesia. Artinya sebagian besar wilayah Indonesia pada Bulan Juni hingga November

    mengalami penurunan curah hujan akibat meningkatnya SST di Nino 3.4. Untuk Pulau Sumatera, pengaruh SST Nino 3.4 terhadap penurunan curah hujan terlihat paling jelas pada bulan Agustus, untuk Pulau Kalimantan pada bulan Juli, untuk Pulau Sulawesi pada bulan Agustus, untuk Papua pada bulan November dan untuk Pulau Jawa pada bulan Oktober (Gambar 6a). Secara umum sebaran wilayah berdasarkan hasil korelasi antara curah hujan dengan IOD lebih sedikit dibandingkan dengan SST Nino 3.4 baik positif maupun negatif. Hal ini disebabkan pengaruh IOD terhadap curah hujan di Indonesia

    lebih dominan pada wilayah bagian barat saja seperti Sumatera, Jawa dan sekitarnya, meskipun dampaknya bisa memperkuat atau memperlemah kejadian iklim ekstrim seperti El-Nino atau La-Nina (Gambar 6b).

    Untuk penentuan indikator awal Key Area, dibedakan menjadi dua yaitu positif dan negatif berdasarkan konsistensinya lebih dari atau sama dengan 2 bulan, sedangkan periodenya dibagi berdasarkan musim yaitu Oktober-Maret (MH) dan April-September (MK). Hal ini disesuaikan dengan periode prakiraan hujan yang dikeluarkan BMKG serta

    Kalender Tanam Terpadu. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka indikator awal untuk wilayah kunci dengan korelasi positif antara curah hujan dengan SST Nino 3.4 pada periode MH adalah Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara,

  • Halaman 10 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    Maluku, dan Papua, sedangkan untuk periode MK adalah Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Untuk korelasi negatif pada MH adalah Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua. Untuk periode MK adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Sebaran ini tidak jauh berbeda dengan hasil korelasi musiman, hanya berbeda nilai korelasinya dimana yang analisis musiman secara umum lebih kecil korelasinya dibandingkan analisis bulanan. Berdasarkan korelasi positif antara curah hujan dengan IOD diperoleh indikasi awal wilayah kunci pada MH adalah di Kalimantan Tengah, sedangkan pada MK hanya di Maluku. Sementara untuk korelasi negatif pada MH indikasi awal wilayah kuncinya adalah Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Maluku dan Maluku Utara, sedangkan pada MK Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Papua.

    Gambar 6. Hasil korelasi antara curah hujan bulanan dan SST Nino 3.4 (a) dan IOD (b)

    Penelitian Key Area keragaman iklim Indonesia juga didukung dengan penelitian yang difokuskan pada teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim. Kegiatan ini meliputi 1) Analisis dan Identifikasi Adopsi Teknologi dan Respon Petani Terhadap Asuransi Indeks Iklim untuk Adaptasi Perubahan Iklim dan 2) Analisis Penggunaan Perkiraan Iklim Musiman dalam Mengelola Padi dan Tanaman Musim Kering di Lahan Tadah Hujan di Jakenan, Jawa Tengah. Kegiatan identifikasi dan adopsi teknologi dilakukan melalui survey dan wawancara di Kabupaten Indramayu, sedangkan kegiatan penggunaan perkiraan iklim untuk pengelolaan tanaman padi tadah hujan dilakukan di Jakenan, Kabupaten Pati.

    Hasil survey dan wawancara petani di Kabupaten Indramayu terkait dengan risiko iklim menunjukkan bahwa risiko sekitar 79% responden mengalami kekeringan pada MK. Kekeringan pada umumnya terjadi pada bulan Juli sampai dengan September dan berlangsung 1 hingga 4 bulan. Beberapa teknologi yang dihasilkan sebagian sudah diterapkan oleh petani. Tingkat adopsi teknologi cukup baik. Hampir seluruh responden (93%) telah menerapkan teknologi benih bersertifikat, 85% responden sudah memanfaatkan limbah pertanian. Dalam kegiatan bertaninya, teknologi tanpa bakar jerami sudah diadopsi oleh 78% responden. Varietas adaptif juga telah diadopsi oleh 66% responden dan teknologi pupuk berimbang diadopsi oleh 63% responden. Teknologi lainnya masih diadopsi kurang dari 50% responden (Gambar 7a). Terkait dengan pengembangan Asuransi Indeks Iklim, sebagian besar petani responden sudah pernah mendengar tentang Asuransi Indeks Iklim. Sampai dengan saat ini, Asuransi Indeks Iklim telah diuji coba dalam bentuk “Game Interactive” di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu kerjasama CCROM-IPB dengan IRI-Columbia University. Dalam uji coba ini petani melakukan aplikasi dan menentukan sendiri periode mana yang akan diasuransikan. Sebelum diaplikasikannya game ini, petani telah dibekali dengan pemahaman dan segala sesuatu yang diperlukan terkait dengan Asuransi Indeks Iklim

    (a) (b)

  • Halaman 11 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    (Gambar 7b). Dari hasil wawancara terlihat bahwa tingkat pemahamannya masih sangat rendah. Oleh karena itu sosialisasi perlu terus dilakukan mulai dari tingkat pusat, daerah, penyuluh hingga tingkat petani dalam rangka mendapat pemahaman yang lebih baik.

    Gambar 7. tingkat adopsi teknologi oleh petani responden (a) dan pelaksanaan “Game Interactive” di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu (b)

    Survei dan wawancara petani di Kecamatan Jakenan dan Kayen, Kabupaten Pati,

    Jawa Tengah (Gambar 8a), menghasilkan informasi bahwa 70% responden di kedua kecamatan menyatakan bahwa penentuan pola tanam berdasarkan kecocokan tanaman dengan kondisi tanah dan ketersediaan air. Risiko iklim yang dialami petani berupa peningkatan kemarau, peningkatan banjir, curah hujan tidak menentu, kekeringan, penurunan curah hujan, peningkatan, dan penurunan suhu. Banjir terjadi hampir setiap tahun. Pengaruh variabilitas dan perubahan iklim terhadap produksi tanaman dan manajemen yang paling banyak dialami petani adalah penurunan hasil panen, gagal

    panen, perubahan varietas tanam dan perubahan pola tanam serta peningkatan serangan OPT. Strategi pengelolaan tanaman dalam menghadapi pengaruh variabilitas dan perubahan iklim yang paling banyak dilakukan petani adalah merubah waktu tanam, peningkatan praktek tanaman, perubahan pola tanam dan irigasi tambahan. Simulasi tanaman padi dengan kacang hijau memberi gambaran pola dan hasil biomas pada penerapan pupuk N yang berbeda (Gambar 8b). Hasil penelitian ini memungkinkan penerapan lebih baik dari penggunaan perkiraan iklim musiman dalam mengambil keputusan terkait budi daya tanaman dan risiko yang dihadapi akibat variasi iklim.

    Gambar 8. Proses wawancara petani di Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati (a) dan

    contoh simulasi biomas dan hasil padi (kg/ha) dan kacang hijau (gr/m2) selama 2 musim tanam padi dan 1 musim tanam kacang hijau secara berurutan pada tahun 1998-1999 dengan perlakuan pupuk N yang rendah di Jakenan, Pati (b)

    Pada tahun 2014, Key Area Keragaman Iklim Indonesia masih dalam tahap awal penelitian. Hasil indikasi awal Key Area ini perlu terus dikaji dan dikembangkan dengan berbagai indikator global lainnya serta periode waktu musiman DJF, MAM, JJA dan SON. Kajian terhadap berbagai pendekatan juga terus dilakukan untuk memperoleh metodologi yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Masukkan, saran dan ide-ide pengembangannya diharapkan dapat dikontribusikan agar hasil akhir penelitian ini

    dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai bentuk pelayanan dalam meningkatkan sumber daya iklim untuk kemajuan pertanian di Indonesia.

    SUDAH INGIN BELUM TDK MAU

    Benih bersertifikat 93 0 7 0

    Varietas Adaptif 66 2 32 0

    Jarwo 41 4 55 0

    Pupuk berimbang 63 0 37 0

    PHT 45 4 51 0

    PTT 27 1 72 0

    SRI 34 2 64 0

    Pemanfaatan limbah pertanian 85 1 14 0

    Panen hujan dan aliran permukaan 27 0 73 0

    Tanpa bakar jerami 78 0 20 2

    Intermitten 47 0 52 1

    Limbah Ternak 44 7 47 2

    Eko Farming 37 2 60 1

    Integrasi tanaman-ternak 28 0 72 0

    Pemanfaatan Informasi Iklim 37 1 62 0

    Teknologi hemat air 36 0 64 0

    Kalender Tanam Terpadu 32 0 68 0

    TEKNOLOGI

    TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI (%)

    (a) (b)

    (b) (a)

  • Halaman 12 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    2.1.3. Penyusunan Basis Data Sumber Daya Air Pertanian

    Data dan informasi sumber daya air yang akurat dan terekam dalam format sistem informasi berbasis Daerah Aliran Sungai mutlak diperlukan. Permasalahan yang dihadapi saat ini baik di pulau Jawa maupun di luar Jawa, keberadaan data tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu penyajian, dan metode yang berbeda. Hal ini mengakibatkan kendala sebagai berikut: 1) tidak ada jaminan kualitas/kuantitas data secara spasial dan temporal, 2) sangat sulit mencari dan menyiapkan data dalam waktu yang singkat, 3) data tidak bisa diakses dengan mudah, 4) data tidak komprenhensif, 5) kendala dalam updating, dan 6) kurang optimal dalam penggunaannya. Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan kuantifikasi dan integrasi data sumber daya air, sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh baik spasial, tabular, dan temporal tentang kondisi sumber daya air di suatu wilayah.

    Penelitian dilakukan mulai Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang bertujuan untuk: 1) menyusun Atlas Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa-Bali-Nusa Tenggara, 2) mengembangkan model optimalisasi sumber daya air untuk peningkatan produktivitas lahan pertanian di wilayah Nusa Tenggara, 3) menyusun prototype Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian Nasional (SISDATAN). Kegiatan penelitian meliputi empat tahapan utama yaitu: a) persiapan, b) pengumpulan data, dan survei lapang, c) analisis dan pengolahan data, dan d) penyusunan laporan.

    Penyajian data potensi sumber daya air (SDA) dalam format ATLAS dipilih karena kemampuannya dalam mengintegrasikan dan mengklasifikasikan data dan informasi tabular, temporal, dan spasial secara terstruktur. Data spasial merupakan data dasar sebagai basis informasi sumber daya air berbasis DAS. Data ini disusun dengan melakukan overlay antara beberapa data spasial hidrologis. Data tabular dan temporal disusun ke dalam basis data yang terstruktur untuk kemudian dihubungkan ke data spasialnya untuk disajikan dalam format dan grafik. Diagram alir metode penyusunan ATLAS SDA disajikan pada Gambar 9.

    Adapun penyusunan SISDATAN terdiri dari dua tahapan yaitu pengolahan data dan pembuatan aplikasi SISDATAN berbasis WEB. Diagram alir penyusunan prototipe SISDATAN disajikan pada Gambar 10.

    Gambar 9. Metode penyusunan ATLAS SDA

    MULAI

    DATA GEOGRAFI

    Peta tematik/

    data vektor

    Citra Landsat 7/ data raster

    Data tabular

    USER

    TRANSAKSI

    - Lihat grafik data tabular berdasarkan kategori tertentu

    - Overlay peta berdasarkan layer tertentu - Manipulasi data tabular (tambah, hapus, sisip,

    pembaharuan data) - Mencari data berdasarkan data tabular dan data

    spasial - Dan sebagainya

    - Printer - Monitor (display) - File (save)

    SELESAI

    Proses

    Output

    Gambar 10. Diagram alir prototype SISDATAN

  • Halaman 13 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pertanian

    Gambar 11 menyajikan tampak depan ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, skala 1:250.000. ATLAS ini terdiri dari 48 halaman peta yang menyajikan informasi ketersediaan air dan indeks kekritisan air tingkat kabupaten. Gambar 12 menyajikan contoh informasi detil dalam ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pertanian Provinsi Banten dan wilayah timur Provinsi Jatim dan wilayah barat Provinsi Bali.

    Gambar 11. Sampul Muka ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

    Gambar 12. ATLAS Potensi Sumber Daya Air Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Lembar 1109 (Provinsi Banten, kiri) dan Lembar 1707 (sebagian Provinsi Jawa Timur dan Bali, kanan)

    Neraca Ketersediaan-Kebutuhan Air Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

    Hasil analisis menggunakan model debit bulanan menunjukkan bahwa potensi ketersediaan air di Provinsi Banten adalah sebesar 3.637,8 MCM (Million Cubic Meter), Jawa Barat 26.435,9 MCM, Jawa Tengah 18.188,2 MCM, DIY 1.717,8 MCM dan Jawa Timur 25.968,9 MCM. Berdasarkan analisis neraca air tahunan, potensi ketersediaan air di Provinsi Bali adalah sebesar 2.291,0 MCM, Provinsi NTB 2.982,3 MCM dan Provinsi NTT 5.926,9 MCM. Analisis neraca ketersediaan- kebutuhan air di Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur menunjukkan indeks sangat kritis dengan indeks kekritisan berkisar dari 105,3 % hingga 297,9%,

    Tabel 2 menunjukkan neraca ketersediaan-kebutuhan air serta kriteria kekritisan air untuk setiap wilayah kabupaten/kota di Provinsi NTT. Secara keseluruhan indek kekritisan air Provinsi NTT masuk kategori mendekati kritis dengan indeks sebesar

  • Halaman 14 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    60,3%. Kriteria untuk setiap kabupaten/kota yaitu: Ende, Flores Timur, Alor, Kota Kupang, Kupang, Lembata, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan dan Nagekeo mencapai tingkat belum kritis dengan indeks kekritisan bervariasi dari 2,7 hingga 43,0 %, Timor Tengah Utara dan Ngada mencapai tingkat mendekati kritis dengan indeks masing-masing sebesar 55,0% dan 71,9 %; Rote Ndao mencapai tingkat kritis dengan indeks sebesar 89,8%, sedangkan Belu, Manggarai, Manggarai Barat, Sikka, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Manggarai Timur dan Sabu Raijua memiliki kriteria sangat kritis dengan indeks lebih besar dari 100 %.

    Tabel 2. Neraca ketersediaan-kebutuhan air serta kriteria kekritisan air untuk setiap wilayah kabupaten/kota di Provinsi NTT

    Kabupaten /Kota Ketersediaan

    Air (MCM) Kebutuhan Air (MCM)

    Indeks Kekritisan

    Air Kriteria

    Alor 200,1 30,3 15,1 Belum Kritis

    Belu 99,7 182,3 182,8 Sangat Kritis

    Ende 337,2 145,0 43,0 Belum Kritis

    Flores Timur 112,4 28,4 25,3 Belum Kritis

    Kota Kupang 31,0 9,1 29,4 Belum Kritis

    Kupang 741,2 314,3 42,4 Belum Kritis

    Lembata 212,4 5,7 2,7 Belum Kritis

    Manggarai 313,6 319,4 101,9 Sangat Kritis

    Manggarai Barat 336,2 348,5 103,7 Sangat Kritis

    Ngada 228,1 164,0 71,9 Mendekati Kritis

    Rote Ndao 362,8 325,6 89,8 Kritis

    Sikka 61,7 61,8 100,1 Sangat Kritis

    Sumba Barat 57,9 218,4 377,0 Sangat Kritis

    Sumba Timur 975,1 387,6 39,8 Belum Kritis

    Timor Tengah Selatan 651,0 101,0 15,5 Belum Kritis

    Timor Tengah Utara 335,1 184,3 55,0 Mendekati Kritis

    Sumba Tengah 122,3 181,9 148,7 Sangat Kritis

    Sumba Barat Daya 101,2 116,0 114,7 Sangat Kritis

    Nagekeo 579,0 98,0 16,9 Belum Kritis

    Manggarai Timur 40,0 309,4 773,9 Sangat Kritis

    Sabu Raijua 28,9 44,6 154,3 Sangat Kritis

    Total 5.926,9 3.575,7 60,3 Mendekati Kritis

    Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian (SISDATAN)

    Prototipe Sistem Informasi Sumber Daya Air Pertanian merupakan perangkat lunak berbasis web yang dapat memberikan informasi sumber daya air meliputi sebaran Daerah Irigasi, sebaran Satuan Wilayah Sungai (SWS), sebaran Daerah Aliran Sungai (DAS), potensi ketersediaan air tingkat kabupaten serta indeks kekritisan air tingkat kabupaten secara online. Gambar 13 menyajikan teladan tampilan informasi sumber daya air dalam SISDATAN untuk level Jawa-Bali-Nusa Tenggara, Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Madiun dan Kecamatan Madiun.

  • Halaman 15 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    Gambar 13. Tampilan informasi sumber daya air dalam Sistem Infromasi Sumber Daya

    Air Pertanian (SISDATAN) untuk level Jawa-Bali-Nusa Tenggara, Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Madiun, dan Kecamatan Madiun

    2.2. PENELITIAN KERJASAMA

    Kebijakan pembinaan dan peningkatan kerjasama penelitian dengan mitra pada dasarnya bertujuan untuk mendiseminasikan informasi dan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air, meningkatkan kapasitas sumber daya penelitian dan menggalang pendanaan alternatif sebagai komplemen anggaran penelitian Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Dinamika kegiatan penelitian yang dikerjasamakan didasarkan pada permintaan pengguna, baik yang berkaitan langsung dengan bidang iklim dan hidrologi maupun pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

    Pada Tahun Anggaran 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi melaksanakan dua kegiatan penelitian on top dari Balitbangtan dan juga melanjutkan kerjasama penelitian dengan 2 Mitra yakni: CIRAD, Prancis dan AFACI Korea Selatan. Adapun judul kegiatan penelitian, Mitra dan alokasi biaya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kerjasama penelitian tahun 2014

    Judul Mitra Biaya (Rp.)

    1. Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian

    Balitbangtan 386.500.000

    2. Implementasi Desain Pengelolaan Air di 5 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian

    Balitbangtan 1.189.932.000

    3. Integrated and Participatory Management Water Recources Management toward Effective Agricultural System in Kali Pusur Watershed

    CIRAD, Perancis/

    2012-2015 516.000.000

    4. Production and Services of Agro-Meteorological Information for the Adaptation to Climate Change in Indonesia

    RDA Avacy Korea Selatan/

    2012-2015 55.571.000

  • Halaman 16 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    2.2.1. Desain Pengelolaan Air di 13 Kebun Percobaan Lingkup Balitbangtan, Kementerian Pertanian

    Kebun Percobaan merupakan salah satu aset Balitbangtan, berupa sebidang lahan pada wilayah agroekosistem tertentu, dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. Fungsi utama Kebun Percobaan adalah mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian, pengkajian dan pengembangan inovasi teknologi pertanian yang terkait konservasi ex-situ sumber daya genetik, produksi benih sumber pada skala lapangan sekaligus sebagai sarana show window.

    Selain teknik budi daya dan pemupukan, kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang dibudidayakan serta produktivitas lahan di KP dapat ditingkatkan keragaannya melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya air dan iklim. Optimalisasi pengelolaan sumber daya air dan iklim di KP dilakukan melalui empat tahap kegiatan yakni: a) identifikasi potensi ketersediaan sumber daya air, b) analisis dan desain, c) eksploitasi potensi sumber daya air, dan d) implementasi teknologi terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan iklim berdasarkan agro ekosistem.

    Pada ekosistem lahan kering, ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan air tanaman merupakan faktor penentu untuk keberlanjutan produksi dan produktivitas tanaman. Pengelolaan sumber daya air di lahan kering dan lahan sawah dititikberatkan pada penyediaan air irigasi untuk tanaman dengan memanfaatkan potensi sumber daya air yang ada (air permukaan dan atau air tanah).

    Desain pengelolaan sumber daya air di kebun percobaan menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi dan manfaat kebun percobaan baik dari segi penelitian dan pengkajian, sumber daya genetik dan sarana desiminasi.

    Tujuan dari kegiatan adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik biofisik KP, dan 2) menyusun desain pengelolaan air sesuai layout pengembangan KP.

    Pada tahun 2014, kegiatan desain irigasi dilaksanakan di 13 kebun percobaan sedangkan implementasi desain irigasi dilakukan di 5 Kebun Percobaan pada agro ekosistem lahan kering, lahan rawa dan lahan sawah. Kegiatan yang meliputi: survey identifikasi ketersediaan air, survey topografi dan desain pengelolaan air serta desain distribusi jaringan irigasi. Prioritas lokasi penyusunan desain pengelolaan sumber daya air KP adalah yang sudah berproduksi (Tabel 4). Sedangkan implementasi desain pengelolaan sumber daya air di 5 Kebun Percobaan disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 4. Daftar prioritas desain pengelolaan sumber daya air di 13 Kebun Percobaan lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014

    No. Nama Kebun Percobaan

    Kabupaten Provinsi Satuan Kerja Luas (Ha)

    1 Gayo Bener Meriah Aceh Tengah BPTP NAD 19,78

    2 Kaum Pandak Bogor Jawa Barat Balitnak 11,88

    3 Muktiharjo Pati Jawa Barat Balittas 169,62

    4 Semboja Kutai Kartanegara Kalimantan Timur BPTP Kalimantan Timur 10,00

    5 Cahaya Negeri Lampung Utara Lampung Balittri 30,00

    6 Paya Gajah Aceh Timur Aceh BPTP Aceh 141,12

    7 Bontobili Gowa Sulawesi Selatan Balitsereal 20,81

    8 Luwu Luwu Utara Sulawesi Selatan BPTP Sulawesi Selatan 49,81

    9 Sidondo Donggala Sulawesi Tengah BPTP Sulawesi Tengah 30,00

    10 Onembute Konawe Selatan Sulawesi Tenggara BPTP Sulawesi Tenggara 13,00

    11 Rambatan Tanah Datar Sumatera Barat BPTP Sumatera Barat 5,90

    12 Berastagi Karo Sumatera Utara Balitbu 25,97

    13 Gungur Baligo Toba Samosir Sumatera Utara BPTP Sumatera Utara 40,00

  • Halaman 17 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    Tabel 5. Daftar prioritas implementasi desain pengelolaan sumber daya air di 5 Kebun Percobaan lingkup Balitbangtan Kementerian Pertanian tahun 2014

    Satuan Nama Kebun Percobaan Luas Potensi

    Kerja/ Kabupaten Tanah Agro Ekosistem Produksi

    No. Provinsi (Ha) Benih Sumber

    Balittas 3 KP Asembagus 40,17 Lahan kering Kapas dan

    Kab. Situbondo

    jarak pagar

    Prov. Jawa Timur

    Balitjestro

    2 KP Kraton 1,15 Lahan kering Mangga

    Kab. Pasuruan

    Prov.Jawa Timur

    Balitsereal

    3 KP. Maros Kab. Maros

    142,07 Sawah irigasi dan lahan kering

    Jagung, sorgum, padi

    Prov. Sulawesi Selatan

    BPTP NTB 4 Sandubaya 7,10 Dataran rendah Jagung

    Kab. Lombok Timur

    iklim kering Kacang Hijau

    Prov. NTB

    Balittanah

    5 Taman bogo 20,14 Sawah irigasi dan Padi, jagung,

    Kab. Lampung Timur

    lahan kering kedelai

    Prov. Lampung

    Pelaksanaan kegiatan Desain Pengelolaan Air Kebun Percobaan pada 13 KP

    dilakukan dalam bentuk:

    a) Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Potensi sumber daya air terdiri atas air permukaan dan air tanah. Air permukaan direpresentasikan oleh curah hujan, air yang tersimpan dalam cekungan alami maupun artifisial (embung), serta aliran sungai. Potensi air permukaan dari curah hujan dianalisis berdasarkan data pengamatan stasiun hujan yang terdapat di lokasi penelitian, potensi air pemukaan dari embung diidentifikasi berdasarkan volume cekungan. Sumber air dari

    berdasarkan pengukuran debit sesaat (pada musim kemarau) menggunakan current meter. Ketersediaan air tanah dianalisis berdasarkan informasi sebaran cekungan air tanah yang telah diidentifikasi oleh Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Apabila air tanah merupakan sumber utama pemasok kebutuhan air, maka dilakukan identifikasi potensi ketersediaan air tanah melalui pelaksanaan survey geolistrik menggunakan geoscanner dan terrameter.

    b) Desain Pengelolaan Sumber Daya Air Pengelolaan sumber daya air mencakup aspek eksplorasi, eksploitasi, dan efektivitas distribusi. Eksplorasi sumber daya air merupakan kegiatan mencari dan mengidentifikasi potensi sumber daya air. Eksploitasi bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumber daya air (air permukaan dan air tanah). Efektivitas distribusi mencakup peningkatan nilai guna air yang terbatas untuk budi daya pertanian secara maksimal. Desain irigasi pada lahan kering ditetapkan berdasarkan informasi jenis dan potensi sumber daya air, bentang lahan, panjang jalur saluran distribusi dan pilihan komoditas. Desain pengelolaan sumber daya air yang dilaksanakan difokuskan pada lahan kering dan lahan sawah.

  • Halaman 18 LAPORAN TAHUNAN 2014 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    c) Desain Irigasi Lahan Kering Penyusunan desain pengelolaan air lahan kering meliputi aspek eksploitasi dan distribusi. Eksploitasi adalah kegiatan untuk memanfaatkan air dari sumber air berupa mata air, aliran sungai dan air tanah. Untuk sumber air yang berasal dari aliran sungai, eksploitasi dilakukan dengan pembangunan instalasi pompa. Sumber air yang berasal dari mata air, eksploitasi dilakukan dengan membangun bak penampungan dan sistem distribusi air tertutup. Sumber air yang berasal dari air tanah dalam, eksploitasi dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan melalui pengeboran sumur, uji pompa, dan instalasi pompa.

    Optimalisasi pengelolaan sumber daya air KP dilakukan melalui: 1) identifikasi potensi ketersediaan sumber daya air yang menghasilkan informasi kondisi air permukaan dan air tanah, 2) analisis dan desain irigasi untuk menentukan dosis, distribusi dan jadwal irigasi, dan 3) eksploitasi potensi sumber daya air baik air permukaan maupun air tanah dan selanjutnya implementasi teknologi berdasarkan agro ekosistem KP.

    Sistem irigasi yang direkomendasikan disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya air, topografi, dan jenis komoditas yang diusahakan. beberapa macam teknik penyiraman yang dianjurkan adalah: irigasi tetes, irigasi curah, irigasi parit. Irigasi tetes sesuai pada kondisi ketersediaan air terbatas, lahan datar sampai berbukit, tanah bertekstur liat hingga berpasir dan lebih baik bila diterapkan pada komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Irigasi curah dapat diimplementasikan pada kondisi ketersediaan air terbatas, lahannya datar hingga berbukit dan tanahnya bertekstur liat hingga berpas