Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

28
I. PENDAHULUAN A. Judul Bakteriologi Air B. Latar Belakang Setiap organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Hal ini disebabkan karena semua reaksi biologis yang berlangsung dalam tubuh organisme hanya dapat terjadi dalam medium air. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa tidak akan mungkin ada kehidupan tanpa adanya air Air di bumi merupakan sirkulasi yang berkelanjutan yang dikenal sebagai siklus hidrolik. Air terkandung di dalam awan, salju, hujan es, dan hujan yang terdapat pada atmosfer (Pelczar dan Chan, 1958). Setiap air minum memiliki kemungkinan mengandung bakteri pathogen maka sebelum digunakan haruslah diperiksa dahulu, karenaair minum harus bebas dari bakteri-bakteri patogen tersebut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pengujian bakteriologis air di laboratorium. Pengujian bakteriologis tersebut dapat menentukan apakah air yang diperiksa tersebut mengandung bakteri pathogen atau tidak. Biasanya hanya ditentukan apakah air tersebut mengandung bakteri bentuk koliform atau tidak.

description

laporan

Transcript of Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

Page 1: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

I. PENDAHULUAN

A. Judul

Bakteriologi Air

B. Latar Belakang

Setiap organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Hal

ini disebabkan karena semua reaksi biologis yang berlangsung dalam tubuh

organisme hanya dapat terjadi dalam medium air. Oleh sebab itu, dapat dikatakan

bahwa tidak akan mungkin ada kehidupan tanpa adanya air Air di bumi

merupakan sirkulasi yang berkelanjutan yang dikenal sebagai siklus hidrolik. Air

terkandung di dalam awan, salju, hujan es, dan hujan yang terdapat pada atmosfer

(Pelczar dan Chan, 1958).

Setiap air minum memiliki kemungkinan mengandung bakteri pathogen

maka sebelum digunakan haruslah diperiksa dahulu, karenaair minum harus bebas

dari bakteri-bakteri patogen tersebut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan

pengujian bakteriologis air di laboratorium. Pengujian bakteriologis tersebut dapat

menentukan apakah air yang diperiksa tersebut mengandung bakteri pathogen atau

tidak. Biasanya hanya ditentukan apakah air tersebut mengandung bakteri bentuk

koliform atau tidak.

Bakteri bentuk koliform hidup dalam saluran pencernaan manusia maupun

hewan sehingga selalu ditemukan dalam kotoran manusia maupun hewan. Bakteri

bentuk koliform memiliki karakteristik bersifat aerob dan fakultatif aerob, gram

negatif, bentuk batang, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasikan

laktosa menghasilkan asam dan gas pada temperatur 350C selama 48 jam

(Soetarto dkk., 2009).

Dengan demikian maka air ini kemungkinan pula mengandung bakteri-

bakteri yang patogen yang berasal dari kotoran tersebut. Adanya bakteri bentuk

koliform dalam air merupakan suatu indikasi bahwa air itu tidak aman untuk

digunakan sebagai air minum. Untuk mengetahui adanya bakteri koliform dalam

sampel air maka dapat dilakukan beberapa pengujian, yaitu pengujian pendugaan,

Page 2: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

pengujian penetapan, pengujian lengkap, pengujian IMVIC, dan MPN (Most

Probable Number) (Sullia dan Shantharom, 1998). Pada praktikum ini, dilakukan

uji kualitas air dengan teknik MPN yaitu uji pendugaan, penetapan dan uji

lengkap untuk mengetahui adanya koliform dalam air

C. Tujuan

1. Menentukan kualitas air dengan perhitungan jumlah bakteri koliform

menggunakan teknik MPN (Most Probable Number)

2. Mengetahui ciri-ciri adanya bakteri koliform pada sampel air dengan

melakukan uji pendugaan, uji penetapan, dan uji lengkap

Page 3: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

II. TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan. Fungsi air dalam tubuh setiap

mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu

tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler. Air yang bersih

dan berkualitas ialah air yang bebas bakteri dan racun serta mengandung berbagai

jenis mineral. Air yang kita konsumsi setiap harinya yang diambil langsung dari

alam biasanya sudah tercemar karena berbagai sebab baik karena pencemaran,

limbah-limbah beracun dari industri atau pertanian, racun atau zat berbahaya atau

karena berbagai ulah manusia. Bakteri yang sering ditemukan dalam air yang

terkontaminasi adalah bakteri dari kelompok bakteri koliform antara

lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter

fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya

bakteri patogen lain, misalnya Shigella (Ramona, 2007).

Menurut Widiyanti, adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:

a. Persyaratan Biologis

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung

mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia.

Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri,

virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang

menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli dan

bakteri koliform.

b. Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya,

yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini

sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait

dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk

menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi,

seperti warna air dan bau.

Page 4: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

c. Persyaratan Kimia

Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan

kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai

dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan

berbagai macam logam  berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium

dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.

d. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan

fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,

dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor

nuklir.

Bakteriologi air adalah ilmu yang mempelajari tentang bakteri air. Ciri-ciri

morfologis dan biokimia bakteri air dipelajari dalam bakteriologi air. Bakteri

indikator polusi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya

polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut

merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan

manusia atau hewan (Wandrivel dan Lestari, 2012).

Menurut Saragih (2014), koliform adalah kelompok bakteri Gram negatif

berbentuk batang yang pada umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam

medium laktosa. Gas ini merupakan ekskret yang dihasilkan Koliform. Koloni

bakteri koliform pada medium EMBA terlihat warna hijau dengan kilap logam

dan bintik biru kehijauan yang menandakan keberadaan bakteri coliform Bakteri

koliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan :

1. Koliform fekal

Bakteri Koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah

panas lainnya, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal dari tinja

manusia.

2. Koliform non fekal

Bakteri Koliform yang ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang

telah mati seperti aerobacter dan klebsiella

Page 5: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

3. Bakteri koliform memiliki sifat yang penting antara lain:

a. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat

mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain

sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai

sumber nitrogen.

b. Mempunyai sifat dapat mensistesis vitamin.

c. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,50C.

d. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.

e. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.

Bakteri Koliform ini merupakan parameter mikrobiologis terpenting

kualitas air minum atau dengan kata lain merupakan indikator keberadaan bakteri

pathogen lain di dalam air. Lebih tepatnya, sebenarnya bakteri koliform fekal

adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Semakin sedikit

kandungan bakteri koliform dalam air maka semakin bersih air tersebut (Saragih,

2014).

Escherichia coli adalah merupakan bakteri berbentuk batang pendek dan

memiliki sifat Gram negatif. bakteri Escherichia coli  merupakan bakteri yang

bersifat mesothermofilik, karena mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada

suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 750C. E. coli dapat

memfermentasi laktosa dengan kuat, sehingga memunculkan banyak gas dan pada

medium EMBA menunjukkan koloni berwarna hijau metalik. E. coli bersifat

anaerob dan merupakan koliform fecal (Hufham, 1974).

Enterobacter aerogenes adalah bakteri berbentuk Gram negatif, tidak

membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif. Bakteri Enterobacter

aerogenes merupakan bakteri mesothermofilik yang memfermentasikan laktosa

dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35-37oC. E.

aerogenes tidak terlalu kuat dalam memfermentasi laktosa, sehingga

menghasilkan sedikit gas dan pada medium EMBA menunjukkan koloni berwarna

ungu (Hufham, 1974).

Menurut Jutono dkk. (1980), bakteri koliform adalah bersifat Gram negatif.

Pengecatan Gram pada uji koliform perlu dilakukan untuk memastikan sifat

Page 6: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

bakteri yang tumbuh dari isolat air minum adalah Gram negatif. Pengecatan ini

termasuk pengecatan diferensial karena dapat membedakan bakteri Gram positif

dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang mengikat cat

utama dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh peluntur dan tidak

diwarnai lagi oleh cat lawan. Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang dayanya

mengikat cat utama tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat

diwarnai oleh cat lawan. Empat cat yang digunakan yaitu:

1. Pemberian cat utama

larutan gram A (Hucker’s crystal violet) yang akan memberikan

warna ungu/violet.

2. Pemberian cat penguat

larutan gram B (Lugol’s iodin) yang berfungsi sebagai penambah

efisiensi cat utama.

3. Pemberian cat peluntur

larutan gram C (aceton alkohol) yang berfungsi sebagai larutan

pencuci atau dekolorisasi pada cat utama.

4. Pemberian cat penutup/pembanding

larutan gram D (safranin) yang berlawanan dengan cat utama.

Larutan ini memberikan warna merah.

Menurut Salman dan Hamad (2011), pengujian adanya koliform pada

sampel air dilakukan dengan tiga uji, yaitu :

1. Uji Pendugaan (Presumptive Test)

uji pendahuluan, untuk mengetahui keberadaan bakteri koliform

dengan adanya fermentasi yang menghasilkan asam dan gas pada medium

cair laktosa. Menggunakan metode Most Probable Number (MPN), yaitu

menduga jumlah bakteri koliform berdasarkan perbandingan bakteri yang

tumbuh pada 3x3 tabung (tiga jenis konsentrasi dengan jumlah tiga tabung

pada tiap konsentrasi) yang berisi medium cair laktosa.

2. Uji Penetapan (Confirmed Test)

uji lanjutan, bakteri yang tumbuh dan dapat memfermentasi laktosa

diinokulasikan pada medium EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). EMBA

Page 7: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

mengandung zat penghambat tumbuh bakteri Gram positif, sehingga

hanya bakteri Gram negatif yang tumbuh. Uji ini dilakukan untuk

memastikan sifat Gram bakteri yang tumbuh serta mengetahui sifat fecal

koliform berdasarkan warna koloni yang tumbuh (nonfecal = ungu, pink,

bening, dan fecal= hijau metalik).

3. Uji Lengkap (Completed Test)

Uji akhir, dilakukan inokulasi pada medium cair laktosa (seperti

uji pendugaan), inokulasi pada medium agar miring, dan pengecatan gram.

Hal ini bertujuan agar didapati sifat bakteri yang dapat memfermentasi

laktosa membentuk asam dan gas, serta biakan bakteri yang tumbuh pada

medium agar miring menunjukkan sifat gram negatif (warna pink) dan

bentuk bakteri batang pendek pada pengecatan gram.

Metode MPN adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan

menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap

pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan

merupakan tahap pendekatan secara statisitik.Metode MPN terdiri dari tiga tahap,

yaitu uji perkiraan (presumtive test), uji penegasan (confirmed test), dan uji

kelengkapan (completed test). Dalam metode MPN digunakan medium cair,

berbeda dengan metode cawan yang menggunakan medium padat (agar).

Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang

ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu

tertentu.pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau

terbentuk gas  dalam tabung Durham (Salman dan Hamad, 2011).

Air kran yang masih mentah dan belum masak mengandung banyak

koliform. Air mineral merupakan air yang dijual bebas dan sudah memenuhi SNI,

sehingga kemungkinan koliform yang terdapat sedikit. Air minum yang layak

konsumsi tidak diperbolehkan atau hanya boleh mengandung

bakteri coliform dan Escherichia coli dalam jumlah sedikit (Alamsyah, 2006).

Menurut Jebb dkk. (1968), MacConkey Broth merupakan medium berisi

medium cair laktosa dengan tambahan Phenol Red sebagai indikator asam (merah

kuning, bila asam) dan dilengkapi tabung Durham pada dasar tabung untuk

Page 8: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

menangkap gas yang terbentuk dari fermentasi laktosa. Media EMB agar adalah

media isolasi untuk membedakan  bakteri Enterobacteriaceae. EMB Agar adalah

media yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri koliform di

dalam suatu sample. Media Eosin Methylene Blue Agar ini mempunyai

keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk membedakan mikroba

yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella.

Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) merupakan medium selektif diferensial.

Kandungan Methylene Blue beraksi sebagai agen inhibitor pertumbuhan bakteri

Gram positif (selektif) dan kandungan Eosin Y sebagai indikator yang akan

berubah warna menjadi ungu gelap bila koloninya menjadi asam dan bila asamnya

banyak/kuat akan menjadi hijau metalik. Pada medium EMBA dapat ditumbuhi

bakteri Gram positif bila mediumnya didiamkan lebih dari dua hari.

Page 9: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

III. METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum bakteriologi air adalah

laminair air flow, mikroskop cahaya, jarum ose, bunsen, cawan petri,

erlenmeyer, mikropipet, pipet ukur, pipet tetes, rak tabung reaksi, label,

tabung Durham, tabung reaksi, kertas payung, karet gelang, gelas benda,

gelas beker, inkubator, tabel MPN, dan korek api.

Bahan yang digunakan pada praktikum bakteriologi air adalah

akuades, ,alkohol 70%, sampel air I, II dan III, Lactose Broth, Eosin

Methylene Blue Agar (EMBA), larutan Gram A (Hucker’s crystal violet),

larutan Gram B (larutan Lugol’s iodine), larutan Gram C (larutan aseton

alkohol), larutan gram D (larutan safranin), dan phenol red.

B. Cara Kerja

1. Uji Pendugaan

Pada uji pendugaan, masing-masing sampel I, sampel II, dan sampel III

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran medium Lactose

Broth yang telah diberi larutan phenol red, kemudia tabung Durham

dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga terendam.

Tiap sampel diberi perlakuan pengenceran sebesar 0,1 ml, 1 ml, dan 10

ml. Pada tabung pertama yang berisi pengenceran 0,1 ml, sampel diambil

dengan mikropipet sebanyak 0,1 ml. Pada tabung kedua yang berisi

pengenceran 1 ml, sampel diambil dengan mikropipet sebanyak 1 ml.Pada

tabung ketiga yang berisi pengenceran 10 ml, sampel diambil dengan propipet

dan pipet ukur sebanyak 10 ml. Percobaan dilakukan perulangan sebanyak 3

kali. Tabung reaksi diinkubasi dengan suhu 37oC selama 48 jam. Warna larutan

diamati dan pada tabung Durham diamati . Hasil uji pendugaan diamati,

dicatat, dan dicocokkan dengan tabel MPN.

Page 10: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

2. Uji Penetapan

Pada uji penetapan, larutan dengan hasil uji pendugaan positif

diinokulasikan ke dalam cawan petri yang berisi medium Eosin Methylene Blue

Agar (EMBA) dengan metode streak plate. Cawan petri diinkubasi dengan

suhu 37oC selama 48 jam. Setelah diinkubasi, bakteri diuji dengan pengecatan

Gram. Gelas benda yang sudah disterilkan dengan alkohol diberi biakan bakteri

sampel, kemudian preparat ditambahkan cat GramA (Hucker’s crystal violet)

dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dibilas dengan akuades dan

dikeringkan, ditambahkan cat Gram B (larutan Lugol’s iodine) dan didiamkan

selama 1 menit, kemudian dibilas dengan akuades dan dikeringkan,

ditambahkan cat Gram C (larutan aseton alkohol) dan didiamkan selama 30

detik, kemudian dibilas dengan akuades dan dikeringkan, ditambahkan cat

Gram D (larutan safranin) dan didiamkan selama 1 menit, lalu dibilas dengan

akuades dan dikeringkan. Preparat ditutup dengan gelas penutup, diusahakan

jangan sampai terdapat gelembung dan diamati di bawah mikroskop dengan

perbesaran 10x45. Hasil uji penetapan diamati dan dicatat.

3. Uji Lengkap (MPN)

Pada uji lengkap bakteri biakkan dalam medium Eosin Methylene Blue

Agar (EMBA) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran

medium Lactose Broth yang telah diberi larutan phenol red , kemudian tabung

Durham dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga terendam.Tabung reaksi

diinkubasi dengan suhu 37oC selama 48 jam. Hasil uji lengkap diamati, dicatat,

dan dicocokkan dengan tabel MPN.

Page 11: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji bakteriologi air bertujuan untuk menentukan jumlah koliform pada

sampel air I, II, dan III. Bakteri koliform merupakan bakteri indikator adanya

cemaran bakteri pada sampel air minum.Bakteri koliform bersifat aerob/fakultatif

anaerob/anaerob, bersifat Gram negatif, berbentuk batang pendek (rod), dan dapat

memfermentasi laktosa membentuk asam dan gas. Uji bakteriologi air dilakukan

dengan tiga uji, yaitu uji pendugaan, uji penetapan, dan uji lengkap. Pada

praktikum bakteriologi air inkubasi berfungsi untuk mengembangbiakkan bakteri

dalam sampel dan hasil pengecatan Gram

Hasil percobaan uji pendugaan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Pendugaan

Data Air Sampel (mL)10 mL 1 mL 0,1 mL

I 3 - -II 3 - -III 3 3 3

Keterangan:+ : larutan berwarna kuning, ada gelembung- : larutan berwarna merah, tidak ada gelembung

Uji pendugaan dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan bakteri

pada sampel air minum yang dapat memfermentasi laktosa dan membentuk asam

dan gas hasil positif terbentuknya gas dan larutan menjadi berwarna kuning. Uji

pendugaan dilakukan dengan cara menuangkan sampel air pada takaran yang

berbeda (10, 1, dan 0,1 ml) agar diketahui adanya bakteri berdasarkan konsentrasi

sampel. Sampel air dituangkan secara aseptis pada medium cair laktosa agar tidak

ada kontaminan.

Pada uji ini digunakan medium laktosa cair agar tersedia laktosa untuk

fermentasi dan dapat dicampuri indikator phenol red yang akan berubah jadi

kuning bila ada asam dari fermentasi laktosa. Tabung berisi medium juga

dilengkapi tabung Durham untuk menangkap gelembung yang terbentuk dari

fermentasi laktosa agar mudah diamati. Medium berisi sampel kemudian

diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam agar bakteri pada sampel ada cukup

Page 12: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

waktu dan pada suhu optimum untuk tumbuh dan memfermentasi laktosa pada

medium.

Hasil positif uji pendugaan ditunjukkan dengan adanya perubahan medium

menjadi warna kuning dan terdapat gelembung pada tabung reaksi. Pada sampel I,

pada volume 10 ml ketiga tabung menunjukkan hasil positif, volume 1 ml dan 0,1

ml menunjukkan hasil negatif. Pada sampel II, pada volume 10 ml ketiga tabung

menunjukkan hasil positif, volume 1 ml dan 0,1 ml menunjukkan hasil negatif.

Pada sampel III, volume 10, 1, dan 0,1 semua positif pada ketiga tabung.

Pada sampel I, bakteri yang dapat memfermentasi laktosa tumbuh pada

konsentrasi yang tinggi, semakin tinggi konsentrasi sampel semakin banyak

bakteri yang diduga koliform.Pada sampel II, bakteri yang dapat memfermentasi

laktosa tumbuh pada konsentrasi yang tinggi, semakin tinggi konsentrasi sampel

semakin banyak bakteri yang diduga koliform. Pada sampel III, bakteri yang

diduga koliform tumbuh dari konsentrasi terendah ke konsentrasi tinggi, hal ini

menunjukkan bahwa sampel III diduga mengandung banyak koliform

Pada hasil yang diperoleh pada ketiga sampel, ada beberapa

perbedaan.Ada medium yang hanya berubah warna menjadi kuning tanpa ada

gelembung, hal ini terjadi karena sifat sampel yang asam.Pada perubahan warna

medium menjadi kuning, beberapa ada yang kuningnya tidak merata/gradasi, hal

ini kemungkinan terjadi karena sifat bakteri yang tumbuh yang bersifat aerob

(kuning hanya diatas), fakultatif anaerob (kuning merata), dan anaerob (kuning

dibawah). Hasil ini sesuai dengan teori menurut Salman dan Hamad (2011).

Percobaan dilanjutkan dengan uji penetapan setelah hasil positif uji pendugaan. Hasil dari uji penetapan dapat diliat pada tabel 2.Tabel 2. Hasil Uji Penetapan

Merk Sampel Pertumbuhan Koloni

Pengecatan Gram

Bentuk

I 0,1 mL - - -- - -- - -

1 mL - - -- - -- - -

10 mL + Merah (gram Kokus

Page 13: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

negatif)+ Merah (gram

negatif)Kokus

+ Ungu (gram positif)

Kokus

II 0,1 mL - - -- - -- - -

1 mL - - -- - -- - -

10 mL + Merah (gram negatif)

Kokus

+ Ungu (gram positif)

Basil

+ Ungu (gram positif)

Kokus

III 0,1 mL + Merah (gram negatif)

Kokus

+ Merah (gram negatif)

Kokus

+ Merah (gram negatif)

Kokus

1 mL + Ungu (gram positif)

Kokus

+ Ungu (gram positif)

Kokus

+ Ungu (gram positif)

Kokus

10 mL + Ungu (gram positif)

Kokus

+ Ungu (gram positif)

Kokus

+ Merah (biak) Kokus

Keterangan:+ : ada pertumbuhan koloni; hasil uji positif- : tidak ada pertumbuhan koloni; hasil uji negatif

Uji penetapan dilakukan untuk menetapkan atau menentukan sifat bakteri

yang tumbuh pada hasil positif uji pendugaan adalah Gram negatif. Uji penetapan

dilakukan dengan cara isolasi bakteri pada uji pendugaan secara aseptis pada

jarum ose pada LAF agar tidak ada kontaminan saat isolasi ke agar petri, bakteri

pada ose diisolasi pada agar petri secara streak plate agar terbentuk koloni tunggal

Page 14: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

yang mudah diamati. Agar petri yang digunakan adalah Eosin Methylene Blue

Agar (EMBA) yang bersifat selektif determinan, sehingga hanya bakteri Gram

negatif yang tumbuh dan asam hasil fermentasi laktosa dalam EMBA dapat

diketahui dengan ditunjukkan warna pink, ungu, atau hijau metalik.

Medium agar petri yang sudah diberi biakan bakteri dari sampel kemudian

diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam agar bakteri pada medium ada waktu

dan pada suhu optimum untuk tumbuh dan memfermentasi laktosa pada medium

EMBA. Koloni bakteri yang tumbuh di EMBA diamati, koloni berwarna pink,

ungu, atau hijau metalik kemudian dilanjutkan ke pengecatan Gram, hal ini

dilakukan karena koloni tersebut diduga bersifat Gram negatif (karena dapat

tumbuh di EMBA) dan dapat memfermentasi laktosa (ditunjukkan warna pink,

ungu, atau hijau metalik). Pengecatan Gram dilakukan untuk memastikan sifat

bakteri yang tumbuh Gram negatif dan bentuknya rod. Pengamatan dengan

mikroskop bertujuan untuk mengamati bentuk bakteri. Larutan Gram A bertujuan

memberi warna ungu/violet pada dinding sel bakteri, Larutan gram B bertujuan

untuk mematikan sekaligus mengawetkan bakteri. Larutan gram C berfungsi

melunturkan cat awal. Larutan gram D berfungsi memberi warna merah pada sel

bakteri.

Hasil positif uji penetapan ditunjukkan dengan warna koloni merah, ungu,

atau hijau metalik, serta bersifat Gram negatif dan berbentuk rod pada pengecatan

Gram dan pengamatan dibawah mikroskop. Pada sampel I, hasil positif pada

volume 10 ml tabung 1 (merah) dan 2 (merah) menunjukkan bahwa tabung 1

mengandung bakteri Gram negatif berbentuk kokkus, sedangkan tabung 2 dan 3

tumbuh ungu yang menunjukkan bahwa tabung 3 mengandung bakteri Gram

positif berbentuk kokkus pada tabung 3 dan basil pada tabung 2, jadi hasil negatif

pada volume 1 ml dan 0,1ml. Pada sampel III, pada ketiga tabung volume 0,1 ml

dan satu tabung 10 ml menunjukkan Gram negatif dan sisanya merupakan gram

positif.

Pada koloni yang tumbuh di medium EMBA, koloni pink menunjukkan

fermentasi laktosa lemah, warna ungu fermentasi menengah, dan warna hijau

metalik fermentasi kuat dan diduga kuat sebagai Escherichia coli, sedangkan pada

Page 15: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

koloni warna ungu diduga sebagai Enterobacter aerogenes. Pada beberapa

sampel, ada bakteri yang berbentuk kokus namun tetap dianggap positif, hal ini

dikarenakan bentuk bakteri sukar dilihat pada mikroskop sehingga diasumsikan

dapat berbentuk kokus atau rod. Hasil ini sesuai dengan teori menurut Salman dan

Hamad (2011).

Percobaan dilanjutkan dengan uji lengkap setelah hasil positif uji penetapan. Hasil dari uji lengkap dapat diliat pada tabel 3.Tabel 3. Hasil Uji Lengkap

Perlakuan Pertumbuhan Koliform

Gelembung Warna

Sampel I 10 mL Ada Tidak Ada Merah Kekuningan10 mL Ada Tidak Ada Merah Kekuningan

Sampel II 10 mL Tidak Ada Tidak Ada MerahSampel III 10 mL Ada Ada Kuning

0,1 mL Ada Tidak Ada Orange0,1 mL Ada Ada Kuning

Uji lengkap dilakukan untuk mengetahui secara lengkap sifat bakteri yang

tumbuh dari sampel merupakan Gram negatif, berbentuk rod, dan dapat

memfermentasi laktosa membentuk asam dan gas. Uji lengkap dilakukan dengan

cara mengambil bakteri dari sampel yang menunjukkan hasil positif pada uji

penetapan dan diisolasi ulang pada medium cair laktosa.Hal ini dilakukan agar

diperoleh perbandingan jumlah ulangan yang menunjukkan hasil positif pada

volume 10: 1: 0,1 ml dan dapat dibandingkan dengan tabel MPN untuk

menentukan nilai MPN setiap sampel air.

Bakteri yang menunjukkan hasil positif pada uji penetapan diisolasi

dengan jarum ose secara aseptis dan dilarutkan pada medium cair laktosa.Hal ini

dilakukan agar tidak ada kontaminan yang tumbuh pada medium dan bakteri yang

diisolasi dapat menunjukkan sifatnya yang dapat memfermentasi laktosa dalam

medium dan menghasilkan asam dan gas. Asam yang dihasilkan dapat

ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kuning oleh adanya phenol red

pada medium dan gas yang terbentuk dapat ditangkap oleh tabung Durham dalam

tabung reaksi sehingga mudah diamati. Medium yang berisi bakteri kemudian

Page 16: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam agar ada waktu dan pada suhu optimal

untuk bakteri tumbuh dan memfermentasi laktosa.

Hasil positif ditunjukkan dengan adanya asam dan gas pada tabung reaksi.

Pada sampel I, hasil positif ada pada 2 tabung volume 10 ml. Pada sampel II, hasil

positif ada pada 1 tabung volume 10 ml. Pada sampel III, hasil positif ada pada 1

tabung volume 10 ml dan 2 tabung volume 0,1 ml.

Berdasarkan nilai MPN, dapat diketahui kelayakan ketiga sampel sebagai

air minum. Menurut Widiyanti (2004), jumlah koliform untuk air minum adalah

nol koliform fekal tiap 100 ml air minum dan maksimal 5% air minum

mengandung koliform. Jadi, sampel II merupakan air minum paling layak

konsumsi dari ketiga sampel, sedangkan sampel I dan III tidak layak konsumsi.

Hasil ini telah sesuai dengan teori menurut Widiyanti (2004).

Sampel III memiliki jumlah koliform terbanyak dari ketiga sampel, dapat

dikatakan tidak layak konsumsi.Sampel I juga tidak layak konsumsi meskipun

jumlah koliformnya sedikit.Sampel I walaupun tidak mengandung banyak

koliform, namun pada uji penetapan ditemukan/tumbuh bakteri yang dapat

memfermentasi laktosa dengan kuat pada medium EMBA, bakteri tersebut diduga

kuat sebagai E. coli yang pada jumlah banyak dapat bersifat pathogen.

Page 17: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum bakteriologi air dapat disimpulkan kualitas air sampel 1 dan 3 tidak layak dikonsumsi ,pada sampel air 2 layak untuk dikonsumsi. Bakteri koliform memiliki bentuk batang, Gram negatif, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri koliform dapat memfermentasi laktosa menjadi alkohol dengan hasil samping berupa asam organik dan gas. Ciri-ciri koliform pada sampel yang dilakukan dengan uji pendugaan yaitu warna kuning dan ada gas yang terlihat pada tabung Durham, pada uji penetapan ciri-ciri adanya bakteri koliform yaitu merah dan hijau metalik, pada uji lengkap ciri-ciri adanya bakteri koliform yaitu warna kuning dan gelembung pada tabung Durham

Page 18: Bakteriologi Air Gavin Buat Ari

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, S. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernihan Air untuk Rumah Tangga. Kawan Pustaka, Jakarta.

Hufham, J. B. 1974. Evaluating the Membrane Fecal Coliform Test by Using Eshcerichia coli as the Indicator Organism..Journal of Applied Microbiology 27(4) : 771-776.

Jebb, W. H. H., Little, L. A., dan Barrow, G. I. 1968.Confirmatory Tests for Coliform Organisms.Journal of Hygiene 66(4): 641-647.

Jutono, Hartadi, S., Siti, K. S., Susanto dan Suhadi. 1980. Mikrobiologi Umum. UGM-Press, Yogyakarta.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1958. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.

Salman, A. M. A., dan Hamad, I. M. 2011. Enumeration and Identification of Coliform Bacteria from Raw Milk in Khartoum State, Sudan.Journal of Cell and Animal Biology 5(7): 121-128.

Saragih, G. M. 2014. Studi Parameter Bakteriologi di Air Sungai Anak Sungai DAS Maram dan di Sumur Gali Sekitarnya di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 14(2):33-39.

Soetarto, A.E.S, Suharni, T.T, Nastiti, S.Y, Sembiring L. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta.

Sullia, S.B and S. Shantharom. 1998. General Microbiology. Science Publisher, Inc. USA.

Wandrivel, R., Suharti, N., dan Lestari, Y. 2012. Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan persyaratan mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas 2:20-39.

Widiyanti, N. L. P. M., & Ristiati, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan  3:11-20.