I. PENDAHULUAN
A. Judul
Bakteriologi Air
B. Latar Belakang
Setiap organisme selalu membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Hal
ini disebabkan karena semua reaksi biologis yang berlangsung dalam tubuh
organisme hanya dapat terjadi dalam medium air. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa tidak akan mungkin ada kehidupan tanpa adanya air Air di bumi
merupakan sirkulasi yang berkelanjutan yang dikenal sebagai siklus hidrolik. Air
terkandung di dalam awan, salju, hujan es, dan hujan yang terdapat pada atmosfer
(Pelczar dan Chan, 1958).
Setiap air minum memiliki kemungkinan mengandung bakteri pathogen
maka sebelum digunakan haruslah diperiksa dahulu, karenaair minum harus bebas
dari bakteri-bakteri patogen tersebut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
pengujian bakteriologis air di laboratorium. Pengujian bakteriologis tersebut dapat
menentukan apakah air yang diperiksa tersebut mengandung bakteri pathogen atau
tidak. Biasanya hanya ditentukan apakah air tersebut mengandung bakteri bentuk
koliform atau tidak.
Bakteri bentuk koliform hidup dalam saluran pencernaan manusia maupun
hewan sehingga selalu ditemukan dalam kotoran manusia maupun hewan. Bakteri
bentuk koliform memiliki karakteristik bersifat aerob dan fakultatif aerob, gram
negatif, bentuk batang, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasikan
laktosa menghasilkan asam dan gas pada temperatur 350C selama 48 jam
(Soetarto dkk., 2009).
Dengan demikian maka air ini kemungkinan pula mengandung bakteri-
bakteri yang patogen yang berasal dari kotoran tersebut. Adanya bakteri bentuk
koliform dalam air merupakan suatu indikasi bahwa air itu tidak aman untuk
digunakan sebagai air minum. Untuk mengetahui adanya bakteri koliform dalam
sampel air maka dapat dilakukan beberapa pengujian, yaitu pengujian pendugaan,
pengujian penetapan, pengujian lengkap, pengujian IMVIC, dan MPN (Most
Probable Number) (Sullia dan Shantharom, 1998). Pada praktikum ini, dilakukan
uji kualitas air dengan teknik MPN yaitu uji pendugaan, penetapan dan uji
lengkap untuk mengetahui adanya koliform dalam air
C. Tujuan
1. Menentukan kualitas air dengan perhitungan jumlah bakteri koliform
menggunakan teknik MPN (Most Probable Number)
2. Mengetahui ciri-ciri adanya bakteri koliform pada sampel air dengan
melakukan uji pendugaan, uji penetapan, dan uji lengkap
II. TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan. Fungsi air dalam tubuh setiap
mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu
tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler. Air yang bersih
dan berkualitas ialah air yang bebas bakteri dan racun serta mengandung berbagai
jenis mineral. Air yang kita konsumsi setiap harinya yang diambil langsung dari
alam biasanya sudah tercemar karena berbagai sebab baik karena pencemaran,
limbah-limbah beracun dari industri atau pertanian, racun atau zat berbahaya atau
karena berbagai ulah manusia. Bakteri yang sering ditemukan dalam air yang
terkontaminasi adalah bakteri dari kelompok bakteri koliform antara
lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter
fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya
bakteri patogen lain, misalnya Shigella (Ramona, 2007).
Menurut Widiyanti, adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
a. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung
mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia.
Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri,
virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang
menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli dan
bakteri koliform.
b. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya,
yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini
sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait
dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk
menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi,
seperti warna air dan bau.
c. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan
kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai
dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan
berbagai macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium
dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.
d. Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,
dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor
nuklir.
Bakteriologi air adalah ilmu yang mempelajari tentang bakteri air. Ciri-ciri
morfologis dan biokimia bakteri air dipelajari dalam bakteriologi air. Bakteri
indikator polusi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya
polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut
merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan
manusia atau hewan (Wandrivel dan Lestari, 2012).
Menurut Saragih (2014), koliform adalah kelompok bakteri Gram negatif
berbentuk batang yang pada umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam
medium laktosa. Gas ini merupakan ekskret yang dihasilkan Koliform. Koloni
bakteri koliform pada medium EMBA terlihat warna hijau dengan kilap logam
dan bintik biru kehijauan yang menandakan keberadaan bakteri coliform Bakteri
koliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan :
1. Koliform fekal
Bakteri Koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah
panas lainnya, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal dari tinja
manusia.
2. Koliform non fekal
Bakteri Koliform yang ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang
telah mati seperti aerobacter dan klebsiella
3. Bakteri koliform memiliki sifat yang penting antara lain:
a. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat
mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain
sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai
sumber nitrogen.
b. Mempunyai sifat dapat mensistesis vitamin.
c. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,50C.
d. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.
e. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.
Bakteri Koliform ini merupakan parameter mikrobiologis terpenting
kualitas air minum atau dengan kata lain merupakan indikator keberadaan bakteri
pathogen lain di dalam air. Lebih tepatnya, sebenarnya bakteri koliform fekal
adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Semakin sedikit
kandungan bakteri koliform dalam air maka semakin bersih air tersebut (Saragih,
2014).
Escherichia coli adalah merupakan bakteri berbentuk batang pendek dan
memiliki sifat Gram negatif. bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang
bersifat mesothermofilik, karena mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada
suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 750C. E. coli dapat
memfermentasi laktosa dengan kuat, sehingga memunculkan banyak gas dan pada
medium EMBA menunjukkan koloni berwarna hijau metalik. E. coli bersifat
anaerob dan merupakan koliform fecal (Hufham, 1974).
Enterobacter aerogenes adalah bakteri berbentuk Gram negatif, tidak
membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif. Bakteri Enterobacter
aerogenes merupakan bakteri mesothermofilik yang memfermentasikan laktosa
dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35-37oC. E.
aerogenes tidak terlalu kuat dalam memfermentasi laktosa, sehingga
menghasilkan sedikit gas dan pada medium EMBA menunjukkan koloni berwarna
ungu (Hufham, 1974).
Menurut Jutono dkk. (1980), bakteri koliform adalah bersifat Gram negatif.
Pengecatan Gram pada uji koliform perlu dilakukan untuk memastikan sifat
bakteri yang tumbuh dari isolat air minum adalah Gram negatif. Pengecatan ini
termasuk pengecatan diferensial karena dapat membedakan bakteri Gram positif
dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif adalah bakteri yang mengikat cat
utama dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh peluntur dan tidak
diwarnai lagi oleh cat lawan. Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang dayanya
mengikat cat utama tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat
diwarnai oleh cat lawan. Empat cat yang digunakan yaitu:
1. Pemberian cat utama
larutan gram A (Hucker’s crystal violet) yang akan memberikan
warna ungu/violet.
2. Pemberian cat penguat
larutan gram B (Lugol’s iodin) yang berfungsi sebagai penambah
efisiensi cat utama.
3. Pemberian cat peluntur
larutan gram C (aceton alkohol) yang berfungsi sebagai larutan
pencuci atau dekolorisasi pada cat utama.
4. Pemberian cat penutup/pembanding
larutan gram D (safranin) yang berlawanan dengan cat utama.
Larutan ini memberikan warna merah.
Menurut Salman dan Hamad (2011), pengujian adanya koliform pada
sampel air dilakukan dengan tiga uji, yaitu :
1. Uji Pendugaan (Presumptive Test)
uji pendahuluan, untuk mengetahui keberadaan bakteri koliform
dengan adanya fermentasi yang menghasilkan asam dan gas pada medium
cair laktosa. Menggunakan metode Most Probable Number (MPN), yaitu
menduga jumlah bakteri koliform berdasarkan perbandingan bakteri yang
tumbuh pada 3x3 tabung (tiga jenis konsentrasi dengan jumlah tiga tabung
pada tiap konsentrasi) yang berisi medium cair laktosa.
2. Uji Penetapan (Confirmed Test)
uji lanjutan, bakteri yang tumbuh dan dapat memfermentasi laktosa
diinokulasikan pada medium EMBA (Eosin Methylene Blue Agar). EMBA
mengandung zat penghambat tumbuh bakteri Gram positif, sehingga
hanya bakteri Gram negatif yang tumbuh. Uji ini dilakukan untuk
memastikan sifat Gram bakteri yang tumbuh serta mengetahui sifat fecal
koliform berdasarkan warna koloni yang tumbuh (nonfecal = ungu, pink,
bening, dan fecal= hijau metalik).
3. Uji Lengkap (Completed Test)
Uji akhir, dilakukan inokulasi pada medium cair laktosa (seperti
uji pendugaan), inokulasi pada medium agar miring, dan pengecatan gram.
Hal ini bertujuan agar didapati sifat bakteri yang dapat memfermentasi
laktosa membentuk asam dan gas, serta biakan bakteri yang tumbuh pada
medium agar miring menunjukkan sifat gram negatif (warna pink) dan
bentuk bakteri batang pendek pada pengecatan gram.
Metode MPN adalah metode untuk menghitung jumlah mikroba dengan
menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap
pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan
merupakan tahap pendekatan secara statisitik.Metode MPN terdiri dari tiga tahap,
yaitu uji perkiraan (presumtive test), uji penegasan (confirmed test), dan uji
kelengkapan (completed test). Dalam metode MPN digunakan medium cair,
berbeda dengan metode cawan yang menggunakan medium padat (agar).
Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang
ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu.pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau
terbentuk gas dalam tabung Durham (Salman dan Hamad, 2011).
Air kran yang masih mentah dan belum masak mengandung banyak
koliform. Air mineral merupakan air yang dijual bebas dan sudah memenuhi SNI,
sehingga kemungkinan koliform yang terdapat sedikit. Air minum yang layak
konsumsi tidak diperbolehkan atau hanya boleh mengandung
bakteri coliform dan Escherichia coli dalam jumlah sedikit (Alamsyah, 2006).
Menurut Jebb dkk. (1968), MacConkey Broth merupakan medium berisi
medium cair laktosa dengan tambahan Phenol Red sebagai indikator asam (merah
kuning, bila asam) dan dilengkapi tabung Durham pada dasar tabung untuk
menangkap gas yang terbentuk dari fermentasi laktosa. Media EMB agar adalah
media isolasi untuk membedakan bakteri Enterobacteriaceae. EMB Agar adalah
media yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri koliform di
dalam suatu sample. Media Eosin Methylene Blue Agar ini mempunyai
keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk membedakan mikroba
yang memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella.
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) merupakan medium selektif diferensial.
Kandungan Methylene Blue beraksi sebagai agen inhibitor pertumbuhan bakteri
Gram positif (selektif) dan kandungan Eosin Y sebagai indikator yang akan
berubah warna menjadi ungu gelap bila koloninya menjadi asam dan bila asamnya
banyak/kuat akan menjadi hijau metalik. Pada medium EMBA dapat ditumbuhi
bakteri Gram positif bila mediumnya didiamkan lebih dari dua hari.
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum bakteriologi air adalah
laminair air flow, mikroskop cahaya, jarum ose, bunsen, cawan petri,
erlenmeyer, mikropipet, pipet ukur, pipet tetes, rak tabung reaksi, label,
tabung Durham, tabung reaksi, kertas payung, karet gelang, gelas benda,
gelas beker, inkubator, tabel MPN, dan korek api.
Bahan yang digunakan pada praktikum bakteriologi air adalah
akuades, ,alkohol 70%, sampel air I, II dan III, Lactose Broth, Eosin
Methylene Blue Agar (EMBA), larutan Gram A (Hucker’s crystal violet),
larutan Gram B (larutan Lugol’s iodine), larutan Gram C (larutan aseton
alkohol), larutan gram D (larutan safranin), dan phenol red.
B. Cara Kerja
1. Uji Pendugaan
Pada uji pendugaan, masing-masing sampel I, sampel II, dan sampel III
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran medium Lactose
Broth yang telah diberi larutan phenol red, kemudia tabung Durham
dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga terendam.
Tiap sampel diberi perlakuan pengenceran sebesar 0,1 ml, 1 ml, dan 10
ml. Pada tabung pertama yang berisi pengenceran 0,1 ml, sampel diambil
dengan mikropipet sebanyak 0,1 ml. Pada tabung kedua yang berisi
pengenceran 1 ml, sampel diambil dengan mikropipet sebanyak 1 ml.Pada
tabung ketiga yang berisi pengenceran 10 ml, sampel diambil dengan propipet
dan pipet ukur sebanyak 10 ml. Percobaan dilakukan perulangan sebanyak 3
kali. Tabung reaksi diinkubasi dengan suhu 37oC selama 48 jam. Warna larutan
diamati dan pada tabung Durham diamati . Hasil uji pendugaan diamati,
dicatat, dan dicocokkan dengan tabel MPN.
2. Uji Penetapan
Pada uji penetapan, larutan dengan hasil uji pendugaan positif
diinokulasikan ke dalam cawan petri yang berisi medium Eosin Methylene Blue
Agar (EMBA) dengan metode streak plate. Cawan petri diinkubasi dengan
suhu 37oC selama 48 jam. Setelah diinkubasi, bakteri diuji dengan pengecatan
Gram. Gelas benda yang sudah disterilkan dengan alkohol diberi biakan bakteri
sampel, kemudian preparat ditambahkan cat GramA (Hucker’s crystal violet)
dan didiamkan selama 1 menit, kemudian dibilas dengan akuades dan
dikeringkan, ditambahkan cat Gram B (larutan Lugol’s iodine) dan didiamkan
selama 1 menit, kemudian dibilas dengan akuades dan dikeringkan,
ditambahkan cat Gram C (larutan aseton alkohol) dan didiamkan selama 30
detik, kemudian dibilas dengan akuades dan dikeringkan, ditambahkan cat
Gram D (larutan safranin) dan didiamkan selama 1 menit, lalu dibilas dengan
akuades dan dikeringkan. Preparat ditutup dengan gelas penutup, diusahakan
jangan sampai terdapat gelembung dan diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10x45. Hasil uji penetapan diamati dan dicatat.
3. Uji Lengkap (MPN)
Pada uji lengkap bakteri biakkan dalam medium Eosin Methylene Blue
Agar (EMBA) dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran
medium Lactose Broth yang telah diberi larutan phenol red , kemudian tabung
Durham dimasukkan ke dalam tabung reaksi hingga terendam.Tabung reaksi
diinkubasi dengan suhu 37oC selama 48 jam. Hasil uji lengkap diamati, dicatat,
dan dicocokkan dengan tabel MPN.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji bakteriologi air bertujuan untuk menentukan jumlah koliform pada
sampel air I, II, dan III. Bakteri koliform merupakan bakteri indikator adanya
cemaran bakteri pada sampel air minum.Bakteri koliform bersifat aerob/fakultatif
anaerob/anaerob, bersifat Gram negatif, berbentuk batang pendek (rod), dan dapat
memfermentasi laktosa membentuk asam dan gas. Uji bakteriologi air dilakukan
dengan tiga uji, yaitu uji pendugaan, uji penetapan, dan uji lengkap. Pada
praktikum bakteriologi air inkubasi berfungsi untuk mengembangbiakkan bakteri
dalam sampel dan hasil pengecatan Gram
Hasil percobaan uji pendugaan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Pendugaan
Data Air Sampel (mL)10 mL 1 mL 0,1 mL
I 3 - -II 3 - -III 3 3 3
Keterangan:+ : larutan berwarna kuning, ada gelembung- : larutan berwarna merah, tidak ada gelembung
Uji pendugaan dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan bakteri
pada sampel air minum yang dapat memfermentasi laktosa dan membentuk asam
dan gas hasil positif terbentuknya gas dan larutan menjadi berwarna kuning. Uji
pendugaan dilakukan dengan cara menuangkan sampel air pada takaran yang
berbeda (10, 1, dan 0,1 ml) agar diketahui adanya bakteri berdasarkan konsentrasi
sampel. Sampel air dituangkan secara aseptis pada medium cair laktosa agar tidak
ada kontaminan.
Pada uji ini digunakan medium laktosa cair agar tersedia laktosa untuk
fermentasi dan dapat dicampuri indikator phenol red yang akan berubah jadi
kuning bila ada asam dari fermentasi laktosa. Tabung berisi medium juga
dilengkapi tabung Durham untuk menangkap gelembung yang terbentuk dari
fermentasi laktosa agar mudah diamati. Medium berisi sampel kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam agar bakteri pada sampel ada cukup
waktu dan pada suhu optimum untuk tumbuh dan memfermentasi laktosa pada
medium.
Hasil positif uji pendugaan ditunjukkan dengan adanya perubahan medium
menjadi warna kuning dan terdapat gelembung pada tabung reaksi. Pada sampel I,
pada volume 10 ml ketiga tabung menunjukkan hasil positif, volume 1 ml dan 0,1
ml menunjukkan hasil negatif. Pada sampel II, pada volume 10 ml ketiga tabung
menunjukkan hasil positif, volume 1 ml dan 0,1 ml menunjukkan hasil negatif.
Pada sampel III, volume 10, 1, dan 0,1 semua positif pada ketiga tabung.
Pada sampel I, bakteri yang dapat memfermentasi laktosa tumbuh pada
konsentrasi yang tinggi, semakin tinggi konsentrasi sampel semakin banyak
bakteri yang diduga koliform.Pada sampel II, bakteri yang dapat memfermentasi
laktosa tumbuh pada konsentrasi yang tinggi, semakin tinggi konsentrasi sampel
semakin banyak bakteri yang diduga koliform. Pada sampel III, bakteri yang
diduga koliform tumbuh dari konsentrasi terendah ke konsentrasi tinggi, hal ini
menunjukkan bahwa sampel III diduga mengandung banyak koliform
Pada hasil yang diperoleh pada ketiga sampel, ada beberapa
perbedaan.Ada medium yang hanya berubah warna menjadi kuning tanpa ada
gelembung, hal ini terjadi karena sifat sampel yang asam.Pada perubahan warna
medium menjadi kuning, beberapa ada yang kuningnya tidak merata/gradasi, hal
ini kemungkinan terjadi karena sifat bakteri yang tumbuh yang bersifat aerob
(kuning hanya diatas), fakultatif anaerob (kuning merata), dan anaerob (kuning
dibawah). Hasil ini sesuai dengan teori menurut Salman dan Hamad (2011).
Percobaan dilanjutkan dengan uji penetapan setelah hasil positif uji pendugaan. Hasil dari uji penetapan dapat diliat pada tabel 2.Tabel 2. Hasil Uji Penetapan
Merk Sampel Pertumbuhan Koloni
Pengecatan Gram
Bentuk
I 0,1 mL - - -- - -- - -
1 mL - - -- - -- - -
10 mL + Merah (gram Kokus
negatif)+ Merah (gram
negatif)Kokus
+ Ungu (gram positif)
Kokus
II 0,1 mL - - -- - -- - -
1 mL - - -- - -- - -
10 mL + Merah (gram negatif)
Kokus
+ Ungu (gram positif)
Basil
+ Ungu (gram positif)
Kokus
III 0,1 mL + Merah (gram negatif)
Kokus
+ Merah (gram negatif)
Kokus
+ Merah (gram negatif)
Kokus
1 mL + Ungu (gram positif)
Kokus
+ Ungu (gram positif)
Kokus
+ Ungu (gram positif)
Kokus
10 mL + Ungu (gram positif)
Kokus
+ Ungu (gram positif)
Kokus
+ Merah (biak) Kokus
Keterangan:+ : ada pertumbuhan koloni; hasil uji positif- : tidak ada pertumbuhan koloni; hasil uji negatif
Uji penetapan dilakukan untuk menetapkan atau menentukan sifat bakteri
yang tumbuh pada hasil positif uji pendugaan adalah Gram negatif. Uji penetapan
dilakukan dengan cara isolasi bakteri pada uji pendugaan secara aseptis pada
jarum ose pada LAF agar tidak ada kontaminan saat isolasi ke agar petri, bakteri
pada ose diisolasi pada agar petri secara streak plate agar terbentuk koloni tunggal
yang mudah diamati. Agar petri yang digunakan adalah Eosin Methylene Blue
Agar (EMBA) yang bersifat selektif determinan, sehingga hanya bakteri Gram
negatif yang tumbuh dan asam hasil fermentasi laktosa dalam EMBA dapat
diketahui dengan ditunjukkan warna pink, ungu, atau hijau metalik.
Medium agar petri yang sudah diberi biakan bakteri dari sampel kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam agar bakteri pada medium ada waktu
dan pada suhu optimum untuk tumbuh dan memfermentasi laktosa pada medium
EMBA. Koloni bakteri yang tumbuh di EMBA diamati, koloni berwarna pink,
ungu, atau hijau metalik kemudian dilanjutkan ke pengecatan Gram, hal ini
dilakukan karena koloni tersebut diduga bersifat Gram negatif (karena dapat
tumbuh di EMBA) dan dapat memfermentasi laktosa (ditunjukkan warna pink,
ungu, atau hijau metalik). Pengecatan Gram dilakukan untuk memastikan sifat
bakteri yang tumbuh Gram negatif dan bentuknya rod. Pengamatan dengan
mikroskop bertujuan untuk mengamati bentuk bakteri. Larutan Gram A bertujuan
memberi warna ungu/violet pada dinding sel bakteri, Larutan gram B bertujuan
untuk mematikan sekaligus mengawetkan bakteri. Larutan gram C berfungsi
melunturkan cat awal. Larutan gram D berfungsi memberi warna merah pada sel
bakteri.
Hasil positif uji penetapan ditunjukkan dengan warna koloni merah, ungu,
atau hijau metalik, serta bersifat Gram negatif dan berbentuk rod pada pengecatan
Gram dan pengamatan dibawah mikroskop. Pada sampel I, hasil positif pada
volume 10 ml tabung 1 (merah) dan 2 (merah) menunjukkan bahwa tabung 1
mengandung bakteri Gram negatif berbentuk kokkus, sedangkan tabung 2 dan 3
tumbuh ungu yang menunjukkan bahwa tabung 3 mengandung bakteri Gram
positif berbentuk kokkus pada tabung 3 dan basil pada tabung 2, jadi hasil negatif
pada volume 1 ml dan 0,1ml. Pada sampel III, pada ketiga tabung volume 0,1 ml
dan satu tabung 10 ml menunjukkan Gram negatif dan sisanya merupakan gram
positif.
Pada koloni yang tumbuh di medium EMBA, koloni pink menunjukkan
fermentasi laktosa lemah, warna ungu fermentasi menengah, dan warna hijau
metalik fermentasi kuat dan diduga kuat sebagai Escherichia coli, sedangkan pada
koloni warna ungu diduga sebagai Enterobacter aerogenes. Pada beberapa
sampel, ada bakteri yang berbentuk kokus namun tetap dianggap positif, hal ini
dikarenakan bentuk bakteri sukar dilihat pada mikroskop sehingga diasumsikan
dapat berbentuk kokus atau rod. Hasil ini sesuai dengan teori menurut Salman dan
Hamad (2011).
Percobaan dilanjutkan dengan uji lengkap setelah hasil positif uji penetapan. Hasil dari uji lengkap dapat diliat pada tabel 3.Tabel 3. Hasil Uji Lengkap
Perlakuan Pertumbuhan Koliform
Gelembung Warna
Sampel I 10 mL Ada Tidak Ada Merah Kekuningan10 mL Ada Tidak Ada Merah Kekuningan
Sampel II 10 mL Tidak Ada Tidak Ada MerahSampel III 10 mL Ada Ada Kuning
0,1 mL Ada Tidak Ada Orange0,1 mL Ada Ada Kuning
Uji lengkap dilakukan untuk mengetahui secara lengkap sifat bakteri yang
tumbuh dari sampel merupakan Gram negatif, berbentuk rod, dan dapat
memfermentasi laktosa membentuk asam dan gas. Uji lengkap dilakukan dengan
cara mengambil bakteri dari sampel yang menunjukkan hasil positif pada uji
penetapan dan diisolasi ulang pada medium cair laktosa.Hal ini dilakukan agar
diperoleh perbandingan jumlah ulangan yang menunjukkan hasil positif pada
volume 10: 1: 0,1 ml dan dapat dibandingkan dengan tabel MPN untuk
menentukan nilai MPN setiap sampel air.
Bakteri yang menunjukkan hasil positif pada uji penetapan diisolasi
dengan jarum ose secara aseptis dan dilarutkan pada medium cair laktosa.Hal ini
dilakukan agar tidak ada kontaminan yang tumbuh pada medium dan bakteri yang
diisolasi dapat menunjukkan sifatnya yang dapat memfermentasi laktosa dalam
medium dan menghasilkan asam dan gas. Asam yang dihasilkan dapat
ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kuning oleh adanya phenol red
pada medium dan gas yang terbentuk dapat ditangkap oleh tabung Durham dalam
tabung reaksi sehingga mudah diamati. Medium yang berisi bakteri kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam agar ada waktu dan pada suhu optimal
untuk bakteri tumbuh dan memfermentasi laktosa.
Hasil positif ditunjukkan dengan adanya asam dan gas pada tabung reaksi.
Pada sampel I, hasil positif ada pada 2 tabung volume 10 ml. Pada sampel II, hasil
positif ada pada 1 tabung volume 10 ml. Pada sampel III, hasil positif ada pada 1
tabung volume 10 ml dan 2 tabung volume 0,1 ml.
Berdasarkan nilai MPN, dapat diketahui kelayakan ketiga sampel sebagai
air minum. Menurut Widiyanti (2004), jumlah koliform untuk air minum adalah
nol koliform fekal tiap 100 ml air minum dan maksimal 5% air minum
mengandung koliform. Jadi, sampel II merupakan air minum paling layak
konsumsi dari ketiga sampel, sedangkan sampel I dan III tidak layak konsumsi.
Hasil ini telah sesuai dengan teori menurut Widiyanti (2004).
Sampel III memiliki jumlah koliform terbanyak dari ketiga sampel, dapat
dikatakan tidak layak konsumsi.Sampel I juga tidak layak konsumsi meskipun
jumlah koliformnya sedikit.Sampel I walaupun tidak mengandung banyak
koliform, namun pada uji penetapan ditemukan/tumbuh bakteri yang dapat
memfermentasi laktosa dengan kuat pada medium EMBA, bakteri tersebut diduga
kuat sebagai E. coli yang pada jumlah banyak dapat bersifat pathogen.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum bakteriologi air dapat disimpulkan kualitas air sampel 1 dan 3 tidak layak dikonsumsi ,pada sampel air 2 layak untuk dikonsumsi. Bakteri koliform memiliki bentuk batang, Gram negatif, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri koliform dapat memfermentasi laktosa menjadi alkohol dengan hasil samping berupa asam organik dan gas. Ciri-ciri koliform pada sampel yang dilakukan dengan uji pendugaan yaitu warna kuning dan ada gas yang terlihat pada tabung Durham, pada uji penetapan ciri-ciri adanya bakteri koliform yaitu merah dan hijau metalik, pada uji lengkap ciri-ciri adanya bakteri koliform yaitu warna kuning dan gelembung pada tabung Durham
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, S. 2006. Merakit Sendiri Alat Penjernihan Air untuk Rumah Tangga. Kawan Pustaka, Jakarta.
Hufham, J. B. 1974. Evaluating the Membrane Fecal Coliform Test by Using Eshcerichia coli as the Indicator Organism..Journal of Applied Microbiology 27(4) : 771-776.
Jebb, W. H. H., Little, L. A., dan Barrow, G. I. 1968.Confirmatory Tests for Coliform Organisms.Journal of Hygiene 66(4): 641-647.
Jutono, Hartadi, S., Siti, K. S., Susanto dan Suhadi. 1980. Mikrobiologi Umum. UGM-Press, Yogyakarta.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S. 1958. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.
Salman, A. M. A., dan Hamad, I. M. 2011. Enumeration and Identification of Coliform Bacteria from Raw Milk in Khartoum State, Sudan.Journal of Cell and Animal Biology 5(7): 121-128.
Saragih, G. M. 2014. Studi Parameter Bakteriologi di Air Sungai Anak Sungai DAS Maram dan di Sumur Gali Sekitarnya di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 14(2):33-39.
Soetarto, A.E.S, Suharni, T.T, Nastiti, S.Y, Sembiring L. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta.
Sullia, S.B and S. Shantharom. 1998. General Microbiology. Science Publisher, Inc. USA.
Wandrivel, R., Suharti, N., dan Lestari, Y. 2012. Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan persyaratan mikrobiologi. Jurnal Kesehatan Andalas 2:20-39.
Widiyanti, N. L. P. M., & Ristiati, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan 3:11-20.