Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

20
PEMERIKSAAN RECTAL SWAB I. Tujuan Untuk mengisolasi dan identifikasi kuman pathogen (penyebab gastroenteritis) pada saluran pencernaan. II. Metode Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Rectal Swab adalah pengambilan Rectal Swab dengan media transport carry and blair dan penanaman dilakukan pada media Mac Conkey Agar, TCBS dan Salmonella Shigella Agar. III. Prinsip Rectal Swab diambil dengan memasukkan lidi kapas ke dalam anus pasien dengan media transport (Carry and Blair). Setelah itu ditanam pada media Mac Conkey Agar, TCBS dan Salmonella Shigella diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 0 C lalu koloni yang tumbuh diidentifikasi dan diamati. IV. Dasar Teori Rectal Swab merupakan apusan yang dilakukan pada daerah rectum (+_ 2 – 3 cm diatas lubang anus). Kuman-kuman pathogen penyebab gastroenteritis dapat diisolasi dari swab rectum. Kuman-kuman yang ditemukan dari swab rectum juga terdapat dalam saluran pencernaan. (Mastra,2010)

Transcript of Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

Page 1: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

PEMERIKSAAN RECTAL SWAB

I. Tujuan

Untuk mengisolasi dan identifikasi kuman pathogen (penyebab gastroenteritis) pada

saluran pencernaan.

II. Metode

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Rectal Swab adalah pengambilan Rectal Swab

dengan media transport carry and blair dan penanaman dilakukan pada media Mac Conkey

Agar, TCBS dan Salmonella Shigella Agar.

III. Prinsip

Rectal Swab diambil dengan memasukkan lidi kapas ke dalam anus pasien dengan media

transport (Carry and Blair). Setelah itu ditanam pada media Mac Conkey Agar, TCBS dan

Salmonella Shigella diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C lalu koloni yang tumbuh

diidentifikasi dan diamati.

IV. Dasar Teori

Rectal Swab merupakan apusan yang dilakukan pada daerah rectum (+_ 2 – 3 cm

diatas lubang anus). Kuman-kuman pathogen penyebab gastroenteritis dapat diisolasi dari

swab rectum. Kuman-kuman yang ditemukan dari swab rectum juga terdapat dalam

saluran pencernaan. (Mastra,2010)

Salah satu efek dari kuman pathogen penyebab gastroenteritis pada saluran

encernaan adalah diare disentri. Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dis (gangguan)

dan enteron (usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan luka atau ulkus di colon

ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut

yang sering disertai dengan tenesmus, 2) diare, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir.

Akibat penting dari diare disentri adalah penurunan berat badan, anoreksia dan kerusakan

usus karena bakteri invasif. Beberapa komplikasi lain juga dapat terjadi. Penyebab utama

disentri akut adalah Shigella, penyebab lain adalah Campylobacter jejuni, E coli

Page 2: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

enteroinvasive, Salmonella dan Entamuba histolytica. Aeromonas juga diketahui sebagai

bakteri penyebab diare disentri. Dalam satu studi pasien diare dengan Aeromonas positif,

gejala klinis yang muncul 30% diare berdarah, 37% muntah-muntah, dan 31% demam.

Disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus

cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Karena

adanya foodborne infection dan waterborne infection (Anonim, 2010)

Mayoritas patogen tidak dapat mencapai usus dengan mudah. Karena tubuh

mempunyai berbagai macam pertahanan yaitu :

1. Keasaman lambung (pH <4), hanya patogen tahan asam (Shigella) yang bisa

bertahan dan menyebabkan penyakit dalam jumlah kecil, patogen lain harus

tertelan dalam jumlah besar untuk menyebabkan penyakit.

2. Motilitas aktif usus halus juga membantu memberi perlindungan dari patogen.

Sehingga pemberian antimotilitas usus dapat berakibat stasisnya bakteri patogen

dan menyebabkan overgrowth patogen serta menambah parah diare.

3. Bakteri flora normal dalam usus besar berkompetisi dengan patogen dalam peran

mencegah infeksi. Tetapi bila flora normal berubah atau dikurangi dengan

penggunaan antibiotik, pasien dapat cenderung menderita super infeksi seperti

dengan Clostridium difficile.

Ada empat dasar proses patofisiologi yang menyebabkan diare pada anak. Proses diare

secara keseluruhan mungkin juga merupakan kombinasi lebih dari satu proses dasar

tersebut.

Proses patofisiologi itu adalah :

1. Sekretori

2. Sitotoksik

3. Osmotik

4. Invasif

Sekretori

Adalah diare akut yang disebabkan oleh sekresi enterotoksin yang diproduksi oleh proses

infeksi, metabolik, atau toksin eksogen. Enterotoksin akan merangsang sekresi cairan dan

elektrolit dari mukosa crypt sel yang merupakan sel sekretori utama dari usus kecil. Proses

Page 3: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

ini dimediasi oleh fungsi Prostaglandins dan siklik Adenosine monophosphate, guanosine

monophosphate, dan ion kalsium. Enterotoksin dapat menghambat penyerapan cairan dan

elektrolit dalam sel vilus, yang merupakan sel abssorbsi utama. Efek enterotoksin bakteri

pada mukosa gastrointestinal diilustrasikan pada Gambar 1.

Gbr 1. Efek bakteri enterotoksin pada mukosa sel usus halus

Bakteri patogen menghasilkan enterotoksin yang berikatan dengan permukaan permukan

mukosa sel usus halus. Bagian dari enterotoksin kemudian masuk ke dalam sel mukosa

usus halus dan merangsang sistem adenilat siklase. Peningkatan Adenosin trifosfat yang

dihasilkan yang merangsang mekanisme transpor aktif dalam membran sel dan

meningkatkan sekresi aktif cairan dan elektrolit dari sel crypt keluar ke dalam lumen usus.

Dan oleh enterotoksin juga terjadi blok reabsorpsi cairan dan elektrolit pada sel vilus.

Mekanisme blok ini belum dapat dipahami tetapi tampaknya blok reabsorpsi tidak

menghalangi masuknya glukosa ke dalam sel pada konsentrasi 2% hingga 3%. Masuknya

kembali glukosa ke dalam sel membawa serta juga cairan dan elektrolit. Oleh karena itu,

konsentrasi glukosa ini yang digunakan dalam cairan rehidrasi.

Sitotoksik

Proses sitotoksik dikarakteristikkan dengan adanya kehancuran mukosa sel-sel vili usus

halus, paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Setelah lisisnya sel, vili vili menjadi

pendek dan permukaan mukosa menjadi seperti yang terlihat pada penyakit celiac. Akibat

dari proses ini adalah untuk menyempitnya area permukaan sel usus halus sehingga

mengurangi kapasitas usus halus untuk menyerap cairan dan elektrolit. Oleh karena

Page 4: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

hancurnya sel vili usus maka yang tersisa adalah sel crypt yaitu sel-sel sekretori utama

mukosa usus. Akibatnya adalah proses fungsional yang sama dengan yang terjadi pada

diare sekretori yaitu peningkatan sekresi usus ditambah dengan penurunan fungsi absorbsi

mukosa usus halus.

Osmotik

Proses osmotik paling sering terlihat pada sindrom malabsorpsi, meskipun proses

fungsional adalah terjadinya proses sekretori dan sitotoksik. Diare terjadi akibat ketidak

mampuan usus untuk menyerap nutrisi dan elektrolit. Yang paling sering terjadi intoleransi

laktosa karena menurunnya kepekaan enzim laktase pada sel mukosa oleh proses patologis

gastrointestinal. Jika bahan yang tidak bisa dicerna memiliki konsentrasi yang cukup tinggi

untuk mengaktifkan proses osmolalitas, terjadi aliran cairan ke dalam lumen yang

mengakibatkan terjadinya diare cair dan dalam banyak kasus pada proses diare osmotik,

flora usus besar dibanjiri substrat karbohidrat yang meningkat yang akan dimetabolisme

oleh bakteri usus besar sehingga menghasilkan gas, sakit perut, dan pH tinya yang asam. 6

Invasif

Pada disentri terjadi proses inflamasi submukosa pada ileum terminal dan usus besar.

Proses inflamasi disebabkan oleh adanya invasi bakteri patogen. karena invasi oleh bakteri

patogen yang menyebabkan edema, perdarahan mukosa dan infiltrasi leukosit. Leukosit

dan darah kemudian dikeluarkan ke lumen usus melalui tinja. Penyerapan cairan yang

merupakan fungsi utama usus besar akhirnya menurun sehingga terjadi diare. Iritasi dan

peradangan menyebabkan peningkatan motilitas usus, peningkatan frekuensi defekasi, tinja

Page 5: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

lendir dan darah serta seringkali dengan gejala klinis demam, nyeri perut dan tenesmus.6

 

Gbr 2. Invasi bakteri Shigella. Patogen invasif mengaktivasi sitoskeleton aktin yang

menyebabkan kerusakan membran, macropinocytosis, dan invasi. Selanjutnya terjadi

edema dan kerusakan mukosa dan infiltrasi leukosit (Sel Polimorfonuklear)7

 

Gbr3. A. Gambaran Kolonoskopi dari amubiasis intestinal. B. Ulkus kolon diameter 1 – 2

mm. C. Ulkus kolon (pewarnaan hematoksilin eosin, Perbesaran 20x)8

Page 6: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

Gbr. 4 D. Inflamasi usus dan invasi Trofozoit enta muba histolytica (pewarnaan

hematoksislin eosin, perbesaran 40X)8

Jenis diare dan penyebabnya

Sekretori Sitotoksik Osmotik Disentri

Escherichia coli

Vibrio cholerae

Clostridium difficile

Clostridium perfringens

Aeromonas hydrophila

Staphylococcus aureus

Vibrio parahaemolyticus

Bacillus cereus

Shigeila

Salmonella

Yersinia enterocoiltica

Giardia lambila

Rotavirus

Norwalk agent

Cryptosporidium

Escherichia coil

Lactose

Sorbitol

Shigella

Salmonella

Campylobacter fetus

Aeromonas

Clostridium difficile

Yersinia enterocolltica

Entamuba histolytica

Shigella

Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii

dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak

ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering

ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju. 9

Shigella, penyebab diare disentri yang paling sering pada anak usia 6 bulan sampai 10

tahun di Amerika Serikat dan negara berkembang. Shigella tahan terhadap keasaman

lambung dan membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga

mudah ditularkan ke orang lain. Penularan terjadi dalam kondisi banyak orang berkumpul

dalam satu tempat seperti di penitipan anak, panti asuhan atau tempat penampungan.

Rendahnya sanitasi, pasokan air yang buruk, dan fasilitas yang pipa tidak dapat memberi

sumbanagan terhadap peningkatan risiko infeksi. Shigella menginvasi dan berproliferasi di

dalam epitel kolon. Kemudian menghasilkan suatu toksin dengan efek sekretori dan

Page 7: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

sitotoksik dan menyebabkan ulkus sehingga tinja mengandung lendir dan darah, secara

mikroskopis ditemukan leukosit dan sel-sel darah merah.

Salmonella

Salmonella merupakan penyebab diare bakterial tersering pada anak dibawah lima tahun.

Salmonella sering menjadi penyebab diare nosokomial bersama C difficile dan lebih sering

mengenai pasien imunodefisiensi dengan gejala klinis yang dapat membahayakan jiwa

serta bersifat sering kambuh. Pemberian antimikroba tidak efektif untuk tatalaksana

Salmonella bahkan dapat memperlambat pengeluaran bakteri dari usus. Sehingga

pengobatan primer adalah penggantian cairan. Tetapi beberapa penulis tetap menganjurkan

pemberian antibiotik terutama pada pasien dengan imunodefisiensi seperti bayi, anak

penderita limfoma, leukemia yang rentan terhadap terjadinya bakteremia. 9

Salmonellosis akut biasanya akibat dari konsumsi daging yang terkontaminasi, susu, atau

produk unggas. Karena infeksi Salmonella biasanya membutuhkan sebuah inokulum yang

relatif besar, jarang disebabkan penularan dari orang-ke-orang. Salmonella dapat bertahan

dalam pengeringan dan di Amerika Serikat sering ditularkan melalui makanan jadi dalam

bentuk kering atau setelah diproses. Salmonella juga dapat ditularkan melalui telur yang

belum pecah dan dapat menyebar dari wilayah geografis yang jauh melalui buah-buahan

dan sayuran import. Salmonella terutama non tifosa menyerang ileum distal dan

menghasilkan toksik serta inflamasi usus. Masa inkubasi yaitu 24 sampai 36 jam kemudian

muncul gejala klinis diare 2 sampai 3 hari bisa disertai darah di tinja dengan demam,

muntah dan nyeri perut.

Enterohemoragik E Coli (Subtipe 0157)

EHEC telah dikenal sejak terjadi wabah kolitis hemoragik. Wabah ini terjadi akibat

makanan yang terkontaminasi. Kebanyakan kasus terjadi 7-10 hari setelah asupan makanan

atau air terkontaminasi. EHEC dapat merupakan penyebab utama diare infeksius. Subtipe

0157 : H7 dapat dihubungkan dengan perkembangan Hemolytic Uremic Syndrom (HUS).

Centers for Disease Control (CDC) telah meneliti bahwa E Coli 0157 dipandang sebagai

penyebab diare berdarah akut atau HUS. EHEC non-invasif tetapi menghasilkan toksin

Page 8: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

shiga, yang menyebabkan kerusakan endotel, hemolisis mikroangiopatik, dan kerusakan

ginjal.9

Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang hingga berat (hingga 10-12 kali perhari).

Diare awal tidak berdarah tetapi berkembang menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan

kejang biasa terjadi, mual dan muntah timbul pada 2/3 pasien. Pemeriksaan abdomen

didapati distensi abdomen dan nyeri tekan pada kuadran kanan bawah. Demam terjadi pada

1/3 pasien. Hingga 1/3 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit. 9

Lekositosis sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria atau proteinuria atau

timbulnya lekosit. Adanya tanda anemia hemolitik mikroangiopatik (hematokrit < 30%),

trombositopenia (<150 x 109/L), dan insufiensi renal (BUN >20 mg/dL) adalah diagnosa

HUS.

HUS terjadi pada 5-10% pasien dan di diagnosa 6 hari setelah terkena diare. Faktor resiko

HUS, usia (khususnya pada anak-anak dibawah usia 5 tahun) dan penggunaan anti

diare.Penggunaan antibiotik juga meningkatkan resiko. Hampir 60% pasien dengan HUS

akan sembuh, 3-5% akan meninggal, 5% akan berkembang ke penyakit ginjal tahap akhir

dan 30% akan mengalami gejala sisa proteinuria. Trombosit trombositopenik purpura dapat

terjadi tetapi lebih jarang dari pada HUS. Jika tersangka EHEC, harus dilakukan kultur

feses E. coli. Serotipe biasanya dilakukan pada laboratorium khusus.Terapi dengan

penggantian cairan dan mengatasi komplikasi ginjal dan vaskuler.

V. Alat dan Bahan

ALAT

1. Pinset

2. Incubator

3. Lampu Bunsen

4. Lidi Kapas

5. Kertas Label

BAHAN

Page 9: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

1. Carry and Blair

2. Salmonella Shigella Agar (SSA)

3. TCBS Agar

4. Mac Conkey Agar

5. Sampel Rectal Swab

VI. Cara Kerja

1. Pengambilan Spesimen

a. Disuruh orang yang hendak diambil swabnya bersimpuh dan menungging

diatas tempat tidur

b. Dibuka lubang anus dengan tangan kiri petugas pengambil swab

c. Dimasukkan lidi kapas steril dengan tangan kanan dengan memutar sampai 2-

3 cm ke dalam lubang anus

d. Ditarik keluar lidi kapas sambil tetap diputar

e. Dimasukkan lidi kapas kedalam media carry and blair sampai terbenam pada

media

f. Ditutup botol dengan rapat. Apabila lidi/tangkainya terlalu panjang dipotong

sehingga botol dapat ditutup dengan baik

g. Diberi label

h. Diperiksa specimen di laboratorium

2. Cara Pemeriksaan

a. Disiapkan media –media: SS agar, TCBS, Mac Conkey Agar

b. Diberi Label

c. Dihidupkan lampu Bunsen (dikerjakan dekam api bunsen)

d. Diambil lidi kapas dari dalam botol carry and blair dengan pinset

e. Digoreskan pada masing – masing media (dibuat empat macam goresan)

f. Ditutup plate media

g. Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C

h. Diamati dan diidentifikasi koloni yang tumbuh pada media

VII. Data Hasil Praktikum

1. Pada media Mac Conkey Agar

Page 10: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

Ciri – cirri koloni :

Kecil – sedang, bulat cembung, rata, lengket, rose agak buram

2. Pada Media TCBS Agar

Ciri-ciri koloni: tidak berwarna, bulat, kecil, permukaan rata

3. Pada media SS Agar

Page 11: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

Ciri- cirri koloni : kecil, bulat datar, jernih, rose.

VIII. Pembahasan

Pada praktikum pemeriksaan rectal swab digunkan carry and blair sebagai media

transport dan media selektif seperti Mac Conkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar.

Pada pengamatan koloni setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C

didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Pada media Mac Conkey Agar

Ciri – cirri koloni : kecil sedang, bulat agak cembung, rata, lengket, rose,

buram

b. Pada media TCBS Agar

Ciri-ciri koloni : tidak berwarna, bulat, kecil, permukaan rata

c. Pada media SS Agar

Cirri-ciri koloni: kecil, bulat datar, jernih, rose.

Sedangkan menurut Soemarno(2000), koloni-koloni yang tumbuh pada media

selektif tersebut sebagai berikut:

Page 12: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

a. Pada Media Mac Conkey Agar

Untuk Salmonella (+)

Ciri-ciri koloni : tidak berwarna, jernih, keeping, sedang bulat,smooth

Untuk Shigella (+)

Cirri-ciri koloni: kecil – sedang, tidak berwarna. Keeping dan smooth

Untuk Vibrio (+)

Ciri-ciri koloni: koloni kecil – kecil, sedikit cembung, tidak berwarna atau

merah muda, smooth

Untuk E.Coli

Koloni berwarna merah bata

b. Pada Media TCBS Agar

Untuk Salmonella

Koloni : tidak tumbuh

Untuk Shigella

Koloni:tidak tumbuh

Untuk Vibrio

Koloni : ukuran sedang-besar, berwarna kuning, jernih, smooth, keeping,

tepinya tipis, dilingkari oleh zone yang berwarna kuning. Ada koloninya

yang berwarna hijau.

c. Pada Media Salmonela Shigella Agar

Untuk Salmonella

Koloni: tidak berwarna, kecil ,smooth

Untuk Shigella

Koloni : kecil, tidak berwarna, jernih, keping dan smooth

Untuk vibrio

Koloni : tidak tumbuh

Apabila hasil praktikum dibandingkan dengan sumber, diketahui bahw apabila

dilihat dari cirri koloni, koloni yng tumbuh pada Mac Conkey Agar adalah koloni

vibrio, pada media TCBS Agar negative dan pada SS Agar dapat diduga adanya

Salmonella da Shigella. Namun untuk pemeriksaan lebih akurat dan pasti harus

dilakukan tes-tes selanjutnya seperti uji antisera, uji biokimia, dan uji gula-gula.

Page 13: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

Penentuan spesies tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat cirri-ciri koloni yang

tumbuh(identifikasi koloni)

Digunakan media transport carry and blair dalam pemeriksaan bertujuan untuk

mengirim sampel apabila laboratorium berjarak jauh dengan tempat pengambilan

sampel. Selain itu pada media carry and blair bakteri yang ada di dalam specimen

tidak mati dan tidak berkembangbiak. Sehingga kondisi bakteri tidak berubah.

Digunakannya media selektif seperti Mac Conkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar

karena media ini spesifik ditumbuhi bakteri-bakteri tertentu saja seperti Mac Conkey

hanya ditumbuhi oleh bakteri gram negative basil, bakteri vibrio dmiliki media

khusus yaitu SS Agarapat tumbuh dalam Mac Conkey karena merupakan gram

negative batang sedangkan untuk Salmonella dan Shigella memiliki media khusus

yaitu SS Agar.

Pada TCBS semua spesies vibrio dari berbagai strain memfermentasi sukrosa

sehingga apabila ditemukan warna kuning pada koloni atau sekitar koloni diduga

positif vibrio. Pada praktikum TCBS tetap berwarna hijau sehingga inkubasi

dilanjutkan.Titik hitam ditengah koloni merupakan khas dari bakteri salmonella

untuk membedakannya dari Shigella pada media SS Agar.

Untuk hasil identifikasi yang baik harus didukung oleh teknik pengambilan sampel

yang baik dan teknik goresan media yang baik agar didapat single koloni dan tidak

bertumpuk sehingga memudahkan pengidentifikasian.teknik pengambilan sampel

rectal swab harus dilakukan sesuai dengan proseur yang ada agar hasil rectal swab

dapat mencerminkan keadaan sebenarnya pada sluran pencernaan

IX. KESIMPULAN

Dari pemeriksaan rectal swab, pada identifikasi koloni pada Media selektif

Mac konkey Agar, TCBS Agar dan SS Agar ditemukan bakteri phatogen penyebab

gastroenteritis yaitu vibrio (ditemukan pada media Mac Conkey Agar), Salmonella

dan Shigella pada media SS Agar, pada media TCBS Agar belum terbentuk koloni

yang jelas (perlu diinkubasi lagi). Hasil ini harus dilanjutkan dengan uji-uji

berikutnya untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Page 14: Bakteri Uas Pemeriksaan Rectal Swab

X. DAFTAR PUSTAKA

1. Soemarno.2000.Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik.Jogjakarta:Akademi Analis

Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia

2. Birnawan, I Made.2010.Pembuatan Goresan Kultur.Denpasar:Balai Laboratorium

Kesehatan Denpasar

3. Mastra,NYoman.dkk.2010.Pedoman Praktikum Bakteriologi Semestes

III.Denpasar: Sekretariat Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

4. Anonim,2010.Diare Disentri.Avaliable at: http://pediatric-

gadjahmada.blogspot.com/diare-disentri.opened:5 November 2010