BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

9
13 Volume 13 Nomor 1, Juli 2015 Sayid Mataram: Bahasa Rupa Komik Wayang Karya R.A. Kosasih BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH Sayid Mataram Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta Jl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126 ABSTRAK Komik merupakan sebuah media tutur, seperti halnya bahasa, dengan sistem bahasa dan yang aplikasinya bersifat individual. Komik wayang karya R.A. Kosasih merupakan salah satu genre dalam konstelasi komik Indonesia yang pada saat jayanya mampu mengalahkan pengaruh komik Barat. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk bahasa rupa komik dan karakteristik idiolek komik wayang R.A. Kosasih. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bahasa rupa komik wayang R.A. Kosasih serta karakter idiolek yang muncul sebagai ciri khasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan analogi kebahasaan dengan menggunakan analisis tekstual dan kontekstual komik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, bahasa rupa komik analog dengan bahasa yang di dalamnya terdiri dari sistem bahasa dan idiolek. Sistem bahasa rupa komik R.A. Kosasih terdiri elemen dasar penyusun komik berupa panel dan struktur jukstaposisi. Kedua, komik wayang karya R.A. Kosasih menggunakan cerita berdasarkan epos Mahabharata dan Ramayana versi India serta cerita wayang Nusantara yang di dalamnya disisipkan istilah bahasa Sunda. Gambar dan lambang pada komik wayang tersebut dipengaruhi oleh gaya realis komik Barat dan aliran Indie Mooi serta teknologi yang ada pada masa tersebut. Hubungan jukstaposisi komik wayang dipengaruhi oleh urutan cerita serta pembabakan lakon wayang. Kata kunci: komik, bahasa, rupa, wayang, idiolek ABSTRACT Comic is a media of speech, like a language is, with the language system and individual application. Comic of puppet by R.A. Kosasih is one of the genres in constellation of Indonesia comic which is able to overcome the influence of western comic. The problems analyzed in this research include how the form of visual language and idiolect characteristics of puppet comic by R.A. Kosasih. This research aims to analyze the visual language of puppet comic by R.A. Kosasih as well as the idiolect characteristic that is appeared to be its characteristic. The research uses an approach of language analogy using textual and contextual analysis of comic. The result shows that firstly, the visual language of comic is analog with language consisting of language system and idiolect. The system of visual language in comic R.A. Kosasih consists of the basic elements of comic constituent covering panel and juxtaposition structure. Secondly, puppet comic by R.A. Kosasih uses stories based on Mahabarata epos and Ramayana in Indian version as well as Nusantara puppet in which Sunda language is inserted. The picture and symbol in the comic is influenced by the realist style of Western comic and Indie Mooi stream and also the technology of the age. The relationship of puppet comic juxtaposition is influenced by the story order and the session of lakon. Keywords: comic, language, visual, puppet, idiolect A. Pengantar Komik merupakan sebuah media tutur atau lebih tepatnya sebagai media untuk bercerita (Eisner, 1985: 139-146). Komik menyampaikan tuturan berupa pesan dari komikus untuk disampaikan kepada pembaca komiknya, sehingga pembaca tersebut menangkap dan kemudian mengapresiasinya. Fungsi komik sebagai media tutur tersebut dianalogikan dengan bahasa (linguistik) yang juga merupakan media tutur. Sebagai salah satu bentuk media komunikasi tentunya komik mampu menghantarkan suatu pesan, yang dalam hal ini adalah dari komikus kepada pembaca komik. Seseorang yang bertutur harus mengetahui mengenai bahasa sebagai media untuk bertutur, di mana kata merupakan elemen penyusun dari bahasa. Namun bahasa tidak bersifat universal, hal tersebut disebabkan oleh perbedaan ciri khas antara satu dengan yang lain, baik pada perbendaharaan, tata bahasa, maupun aplikasinya.

Transcript of BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

Page 1: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

13Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Sayid Mataram: Bahasa Rupa Komik Wayang Karya R.A. Kosasih

BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH

Sayid MataramProgram Pascasarjana

Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126

ABSTRAK

Komik merupakan sebuah media tutur, seperti halnya bahasa, dengan sistem bahasa dan yang aplikasinyabersifat individual. Komik wayang karya R.A. Kosasih merupakan salah satu genre dalam konstelasi komikIndonesia yang pada saat jayanya mampu mengalahkan pengaruh komik Barat. Masalah yang dikaji dalampenelitian ini adalah bagaimana bentuk bahasa rupa komik dan karakteristik idiolek komik wayang R.A.Kosasih. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bahasa rupa komik wayang R.A. Kosasih sertakarakter idiolek yang muncul sebagai ciri khasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan analogi kebahasaandengan menggunakan analisis tekstual dan kontekstual komik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:pertama, bahasa rupa komik analog dengan bahasa yang di dalamnya terdiri dari sistem bahasa dan idiolek.Sistem bahasa rupa komik R.A. Kosasih terdiri elemen dasar penyusun komik berupa panel dan strukturjukstaposisi. Kedua, komik wayang karya R.A. Kosasih menggunakan cerita berdasarkan epos Mahabharatadan Ramayana versi India serta cerita wayang Nusantara yang di dalamnya disisipkan istilah bahasa Sunda.Gambar dan lambang pada komik wayang tersebut dipengaruhi oleh gaya realis komik Barat dan aliran IndieMooi serta teknologi yang ada pada masa tersebut. Hubungan jukstaposisi komik wayang dipengaruhi olehurutan cerita serta pembabakan lakon wayang.

Kata kunci: komik, bahasa, rupa, wayang, idiolek

ABSTRACT

Comic is a media of speech, like a language is, with the language system and individual application. Comicof puppet by R.A. Kosasih is one of the genres in constellation of Indonesia comic which is able to overcomethe influence of western comic. The problems analyzed in this research include how the form of visuallanguage and idiolect characteristics of puppet comic by R.A. Kosasih. This research aims to analyze thevisual language of puppet comic by R.A. Kosasih as well as the idiolect characteristic that is appeared to beits characteristic. The research uses an approach of language analogy using textual and contextual analysisof comic. The result shows that firstly, the visual language of comic is analog with language consisting oflanguage system and idiolect. The system of visual language in comic R.A. Kosasih consists of the basicelements of comic constituent covering panel and juxtaposition structure. Secondly, puppet comic by R.A.Kosasih uses stories based on Mahabarata epos and Ramayana in Indian version as well as Nusantarapuppet in which Sunda language is inserted. The picture and symbol in the comic is influenced by the realiststyle of Western comic and Indie Mooi stream and also the technology of the age. The relationship of puppetcomic juxtaposition is influenced by the story order and the session of lakon.

Keywords: comic, language, visual, puppet, idiolect

A. Pengantar

Komik merupakan sebuah media tutur ataulebih tepatnya sebagai media untuk bercerita (Eisner,1985: 139-146). Komik menyampaikan tuturan berupapesan dari komikus untuk disampaikan kepadapembaca komiknya, sehingga pembaca tersebutmenangkap dan kemudian mengapresiasinya.

Fungsi komik sebagai media tutur tersebutdianalogikan dengan bahasa (linguistik) yang jugamerupakan media tutur. Sebagai salah satu bentuk

media komunikasi tentunya komik mampumenghantarkan suatu pesan, yang dalam hal iniadalah dari komikus kepada pembaca komik.

Seseorang yang bertutur harus mengetahuimengenai bahasa sebagai media untuk bertutur, dimana kata merupakan elemen penyusun dari bahasa.Namun bahasa tidak bersifat universal, hal tersebutdisebabkan oleh perbedaan ciri khas antara satudengan yang lain, baik pada perbendaharaan, tatabahasa, maupun aplikasinya.

Page 2: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

14 Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Jurnal Seni Budaya

Komik wayang merupakan genre endemikdalam konstelasi komik Indonesia. R.A. Kosasihmerupakan komikus legendaris yang mengawali genretersebut. Komik wayang karya Kosasih eksis di duniakomik Indonesia sejak tahun 1950-an hingga tahun1980-an. Karya komik wayang Kosasih yang pertamaadalah Burisrawa Merindukan Bulan (1953) yangmengambil kisah dari lakon wayang BurisrawaGandrung.

Munculnya komik wayang di Indonesiamerupakan sebuah fenomena yang luar biasa.Indonesia kemudian memiliki sebuah genrenya sendiriyang tidak ditemukan pada dunia komik yang lain(Bonneff, 2001: 104). Keberhasilan komik wayangdalam masyarakat mengakibatkan komik Amerikadiabaikan dan pengaruh Barat menjadi nomor dua(Bonneff, 2001: 28).

Peran komik wayang terhadap kebudayaanmasyarakat Indonesia sangat besar, terlebih ketikasekolah–sekolah saat itu menyelenggarakanpenggunaan Bahasa Indonesia (Bonneff, 2001: 131).Komik wayang membantu dunia pendidikan dengancara meratakan penggunaan Bahasa Indonesia.Komik wayang tidak hanya dibaca oleh orang Jawaatau Sunda saja, namun pembaca komik wayang dariberbagai suku bangsa yang lain di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan pendekatananalogi kebahasaan dengan menggunakan analisistekstual dan kontekstual komik. Dalam penelitian inipeneliti berusaha untuk mendiskripsikan mengenaianalogi struktur kebahasaan dalam struktur bahasarupa komik, bentuk bahasa rupa komik wayang karyaR.A. Kosasih, dan karakteristik idiolek pada komikwayang R.A. Kosasih.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisperbendaharaan dan hubungan antar elemen daristruktur komik dengan analogi kebahasaan, sehinggadiketahui macam bentuk struktur dan elemen komikdi dalamnya. Selain itu juga mengkaji mengenaidinamika R.A. Kosasih dalam berkarya, kontribusi,dan posisinya dalam konstelasi komik Indonesia.Serta menganalisis komik wayang R.A. Kosasihmenggunakan perspektif bahasa rupa komik. Selainitu juga dapat diketahui ragam ciri khasnya.

Penelitian ini menggunakan metode studikasus. Studi kasus pada dasarnya adalah memilihuntuk melakukan studi atas suatu kasus tertentu.Penelitian ini diawali dengan melakukan prarisetsebelum melakukan riset sesuai proposal penelitian.Prariset yang dilakukan dalam penelitian ini antaralain mengumpulkan komik wayang karya R.A.Kosasih, mengumpulkan sumber-sumber pustaka

yang berkaitan dengan objek penelitian, sertamelakukan wawancara dengan praktisi sertaakademisi mengenai komik, Kosasih dan karyanya.

Komik–komik wayang R.A. Kosasih yangditeliti mengunakan sample meliputi Mahabharata B,Ramayana “Rama dan Sinta” dan Wayang Purwa.Komik Mahabharata B dipilih karena di dalamnyabanyak karakter dan kisah yang lebih dikenal secaraumum, yaitu Pandawa sebagai sisi protagonis danKurawa sebagai sisi antagonis. Mahabharata Asebenarnya juga menampilkan karakter tersebutnamun dalam porsi yang sedikit dan lebih banyakmengangkat dinamika keluarga Hastinapura sebelumkelahiran Pandawa dan Kurawa. Komik Ramayana“Rama dan Sinta” bersama dengan komikMahabharata B mewakili dari komik yang mengambilcerita berdasarkan pakem epos India, sedangkankomik Wayang Purwa mewakil i komik yangmengambil cerita berdasarkan kisah wayangNusantara karena di dalamnya terdapat karakterseperti Punakawan, Togog, Batara Kala, Prabu SriMahapungung, serta Dewi Sri.

Gambar 1. Cover depan komik Mahabharata jilid B(Scan Sayid, 2014).

Page 3: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

15Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Sayid Mataram: Bahasa Rupa Komik Wayang Karya R.A. Kosasih

Gambar 2. Cover depan komik Ramayana “Ramadan Sinta” (Scan Sayid, 2014).

Gambar 3. Cover depan komik Wayang Purwa(Scan Sayid, 2014).

Analisis yang digunakan dalam penelitianadalah analisis komik tekstual dan secarakontekstual. Analisis komik secara tekstual

menggunakan perspektif komik denganmengelaborasi ragam dari elemen-elemen penyusundan bentuk struktur dalam komik berdasarkan teoridari Mario Saraceni, Scoutt McCloud, sertaPrimadi Tabrani.

Gambar dielaborasi sebagai ikon dari dunianyata dalam perspektif komik Mario Saraceni, sertadielaborasi sebagai gambar karakter dan gambarsetting menggunakan perspektif Scott McCloud. Katadielaborasi sebagai kata (word) dalam arti denotasioleh Saraceni, serta dielaborasi sebagai phonogramdengan fungsi sebagai dialog, narasi serta efek suaradalam perspektif Scott McCloud. Balon kata dancaption dielaborasi menjadi bingkai atas kata denganperspektif Scott McCloud. Panel dielaborasi sebagaibingkai atas suatu momen yang disusun secarajuktaposisi sehingga menciptakan pola closure sertahubungan internal elemen komik dalam panel padaperspektif Scott McCloud, serta dielaborasi sebagaiTata Ungkap Dalam untuk mengkaji hubungan internalelemen dalam panel dan sebagai Tata Ungkap Luaruntuk mengkaji hubungan antar panel denganmenggunakan perspektif panel Primadi Tabrani.

Analisis komik secara kontekstualmenggunakan perspektif komik dari Will Eisner yangmenyatakan komik sebagai media tutur. Komikmerupakan media untuk bertutur yang memilikistruktur non-visual dan visual. Struktur non-visualberupa elemen tak kasat mata namun berfungsisebagai koridor yang menjaga struktur visual agartidak lepas dari pesan atau cerita yang akandisampaikan, sedangkan struktur visual berupaelemen kasat mata yang berfungsi untukmemvisualisasikan berdasarkan unsur non-visual.

B. Bahasa Rupa Komik

Struktur bahasa rupa komik jika dianalogikandengan struktur bahasa verbal maka akan munculkesamaan yaitu munculnya elemen penyusun dasardan strukur pada sistem bahasanya, serta aplikasibahasa rupa yang general terhadap individu komikyang dipadukan dengan faktor-faktor perubahansehingga menimbulkan ragam ciri khas sebagaiidentitas komik.

Saussure mengungkapkan bahwa langueadalah langage dikurangi parole (Barthes, 2007: 16).Berkaitan dengan itu langage (bahasa) terdiri darilangue (sistem bahasa) dan parole (penerapanbahasa). Bahasa memiliki elemen penyusun dasarberupa kata (Saraceni, 2003: 5). Sistem bahasa yangmelibatkan kata ditemukan adanya penggolongan

Page 4: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

16 Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Jurnal Seni Budaya

mengenai perbendaharaan kata (vocabulary) serta tatabahasa (grammatical) yang mengatur sintaksis kata.

Kata sebagai elemen dasar dari bahasaterbentuk atas struktur berupa elemen morfem sertafonem. Morfem merupakan elemen yang memilikimakna, sedangkan fonem adalah elemen yang tidakmemiliki makna namun berfungsi mempengaruhimakna (Budiman, 2011: 10-11).

Kata dalam bahasa merupakan analogi daripanel sebagai penyusun utama komik. Panelmengandung elemen-elemen penyusun sebagaianalogi dari morfem dan fonem. Elemen-elemenpenyusun dalam panel adalah gambar sebagaikarakter dan setting; phonogram (kata) sebagaijembatan antara indera pendengar dengan inderavisual dalam bentuk dialog; narasi dan efek suara;bentuk balon kata sebagai bingkai dialog dan captionsebagai bingkai narasi; dan ragam bentuk panelsebagai bingkai dari suatu adegan atau momen.

Bentuk hubungan unsur penyusun dalamkomik secara sintaksis sesuai secara gramatikaladalah jukstaposisi panel. Sebuah panel disandingkandengan panel sebelum dan sesudahnya sesuaidengan alur cerita sehingga mampu menyampaikancerita atau pesan yang terkandung. Analogi kohesidalam panel adalah tata ungkap dalam dimana satupanel akan berisi suatu kesatuan teks dari elemen-elemen penyusunnya dalam konteks tertentu sesuaidengan pesan yang terkandung dalam panel tersebut.Analogi koherensi dalam komik adalah tata ungkapluar yang berarti hubungan antar panel atau dapatdikatakan sebagai hubungan antar tata ungkapdalam. Dalam tata ungkap luar tersebut tercipta polaclosure sebagai pola hubungan antar panel.

Penerapan bahasa akan memunculkansebuah penggunaan atas bahasa yang sangatdipengaruhi oleh subjeknya. Idiolek sebagai bentukdari penggunaan bahasa yang bersifat sangat individumengacu pada keragaman tuturan suatu bahasa antarindividu dengan hasil berupa keragaman ciri khas yangdimiliki individu tersebut. Idiolek tersebut dipengaruhiantara lain oleh faktor genetis, historis, geografis,teknologi, dan budaya. Faktor genetis memiliki sisiinternal berupa kondisi fisik juga jiwa (termasukpengalaman indrawi, psikologi, dan pemikiran) individuserta sisi eksternal berupa silsilah keturunan yangberpengaruh pada hal yang terjadi atau yang dilakukanoleh individu tersebut. Sisi internal dari faktor historisadalah dinamika yang terjadi pada individu (hinggamisalnya pada sikap dan pandangan politiknya),sedangkan sisi eksternal misalnya adalah sejarahbangsa (misalnya kondisi politik atau peristiwa

peperangan). Faktor geografis misalnya relasi letakgeografis dan kondisi lingkungan tempat tinggaldengan tindakan indiv idu. Faktor teknologiberhubungan dengan kemajuan teknologi yangmempengaruhi proses berkarya dan karya itu sendiri.Faktor budaya berkaitan dengan latar budaya yangdibawa individu, misalnya bahasa ibu, artefak sertaaksi yang mempengaruhi pengalaman individu.

Komik merupakan salah satu media untukbertutur. Tuturan dalam bahasa bukan merupakansesuatu yang bersifat universal, hal ini disebabkanoleh perbedaan faktor yang menghasilkan ciri khasyang beragam. Analogi komik terhadap fenomenaidiolek dalam kebahasaan terlihat dari kondisi yangterjadi dalam komik sehingga tercipta ragam ciri khas,baik dalam konteks individu atas karya komikus ataudalam konteks suatu konstelasi komik. Keragamantersebut dapat berupa ragam genre, keragamanbentuk alur cerita atau keragaman visual.

Elemen-elemen visual komik pada intinyasama dan hanya terdapat perbedaan dalamterminologi, baik Eisner, McCloud, Saraceni, maupunTabrani. Elemen visual komik terdiri dari gambar,phonogram (kata/teks), balon kata, dan panel. Eisnermenyebut gambar sebagai perumpamaan (imagery)yang merupakan mimesis dan dari dunia nyatamanusia yang ditransfer dalam bidang dua dimensisecara ikonik. Gambar yang berupa imagery yangikonik tersebut merupakan wimba dengan visualisasicara wimba yang beragam untuk mampumengungkapkan maksudnya.

Eisner dan Saraceni sama-sama membagidua elemen penting dalam komik, yaitu gambar(picture) dan kata (word). McCloud sedikit berbedadari keduanya, karena memasukkan kata sebagailambang. Lambang berupa kata tersebut merupakanjembatan antara indera visual dengan inderapendengar, karena dalam komik pada hakikatnyaadalah melihat atau membaca. Suara kemudiandikonversi dalam bentuk grafis berupa phonogram.Suara dalam komik yang berbentuk phonogramkemudian diorganisasikan dalam sebuah ruang berupabalon kata yang merujuk kepada dialog atau ujaran,serta caption yang berisi narasi.

Panel merupakan suatu bingkai yangmembingkai peristiwa dalam suatu ruang dan waktu.Panel merupakan tata ungkap dalam yang berisirangkaian wimba. Panel tersebut dijukstaposisiberdasarkan urutan tertentu sehingga mampumenyampaikan pesan. Tata urut panel ataujukstaposisi tersebut diistilahkan oleh Tabrani sebagaitata ungkap luar.

Page 5: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

17Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Sayid Mataram: Bahasa Rupa Komik Wayang Karya R.A. Kosasih

Saraceni yang menganalogikan komik sebagaisebuah bahasa mengistilahkan hubungan jukstaposisisebagai hubungan kohesi dan koherensi. Kohesiberkaitan dengan cara di mana panel dikoneksikansatu dengan lainnya (Saraceni, 2003: 37). Persepsirangkaian panel atau kalimat sebagai kesatuan teksdisebut koherensi (Saraceni, 2003: 45).

C. Komik Wayang R.A. Kosasih

Dinamika komik Indonesia memiliki komikusdengan genre wayang yang diawali serta dipopulerkanoleh Kosasih sejak periode 1950-an. Kosasihmengawali karya komiknya pada genre superherodengan karya Sri Asih dan Siti Gahara yangmerupakan arketipe dari karakter komik superheroBarat. Kondisi masyarakat yang menentangpenetrasi budaya Barat, kecaman dari LEKRA, sertadidukung oleh kondisi pol i t ik era Soekarnomembuat para komikus dan penerbit beralih padacerita yang bersumber dari budaya lokal, salahsatunya adalah wayang.

Gambar 4. Komik Sri Asih (TVRI Jawa Barat,2008. Capture: Sayid, 2014).

Bagan Bahasa Rupa Komik

Page 6: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

18 Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Jurnal Seni Budaya

Komik wayang Kosasih diciptakan denganinspirasi dari epos India serta cerita wayangNusantara. Kosasih menyisipkan kosakata lokal daribahasa Sunda ke dalam komiknya, selain itu jugaterdapat paparan mengenai silsilah wayang serta tatacara dalam kehidupan tradisional. Silsilah tersebutjuga merupakan bentuk relasi antar komik wayangKosasih, selain hubungan kausalitas antar lakon yangdisebabkan oleh perbuatan suatu karakter.

Gambar 5. Wayang orang Priangan dalam lakonJaya Perbangsa, dari kiri: Sadewa, Nakula, Batara

Kresna, Semiaji, Arjuna, Bima dan Gatutkacasedang terduduk (pustakawayang

02.wordpress.com, download1 Juli 2014, 09:00 WIB).

Gambar 6. Wayang orang Surakarta(en.wikipedia.org, download 1 Juli 2014,

09:05 WIB).

Gambar 7. Wayang golek Sunda dengan karakterDuryudana dan Bima (Scan Sayid, 2014).

Gambar 8. Pandawa (Scan Sayid, 2014).

Gambar 9. Golongan manusia kera(Scan Sayid, 2014).

Komik wayang karya Kosasih memenuhisyarat umum sebagai bentuk komik di mana terdiriatas rangkaian panel. Panel tersebut terkandungelemen-elemen komik yaitu gambar, kata(phonogram), balon kata dan caption, serta ragambentuk panel. Gambar karakter menggunakan gayarealis dengan proporsi realis manusia. Setting outdoordan indoor juga digambarkan dengan gaya realis yangikonik dengan dunia nyata.

Gambar 10. Komplek candi Prambanan yangmungkin digunakan sebagai inspirasi, sehingga

Page 7: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

19Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Sayid Mataram: Bahasa Rupa Komik Wayang Karya R.A. Kosasih

menghasilkan bentuk visual kerajaan komik wayangKosasih (onecold21.blogspot.com, download 1 Juli

2014, 10:00 WIB).

Gambar 11. Setting outdoor kerajaan(Scan Sayid, 2014).

Kata sebagai phonogram menggunakan hurufdengan tipe vernakular sans serif, baik untuk dialog,narasi, maupun efek suara, di mana intensitas suaradalam phonogram hanya divisualkan untuk tipeloudness. Balon kata dalam bentuk balon kata dialogdengan bentuk oval berkait pada setiap dialog,sehingga intensitas suara tidak tampak. Bentukdominan caption menggunakan bentuk dasar segiempat, namun juga terdapat modifikasi bentukdengan menggunakan ragam ornamen. Panel yangdifungsikan seperti viewfinder kamera sehinggapembaca seolah sedang dihadapkan denganpotongan-potongan momen dari f ilm, namunpengolahan sudut pandang dan pengambilan gambarbanyak yang menggunakan medium shoot, long shoot,serta close up.

Gambar 12. Phonogram sebagai dialog, narasi, danefek suara (Scan Sayid, 2014).

Gambar 13. Modifikasi bentuk caption(Scan Sayid, 2014).

Gambar 14. Ragam panel dalam komik wayangR.A. Kosasih (Scan Sayid, 2014).

Tata ungkap dalam memperlihatkan dominasinarasi dibandingkan dialog hal tersebut disebabkankarena Kosasih tidak berperan langsung dalampertunjukan wayang dan hanya sebagai pengamat(penonton) informasi tentang wayang juga diperolehdari pustaka, sehingga terkesan seolah Kosasihmenuturkan kembali pengalamannya berdasarkan

Page 8: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

20 Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Jurnal Seni Budaya

tafsirannya kepada pembaca komik wayangnya.Narasi yang ditampilkan dalam caption meliputi tipenarator orang ke tiga tahu segalanya serta tipe naratororang ketiga fokus pada karakter. Elemen gambardengan kata membentuk relasi dalam panel sebagaibentuk tata ungkap dalam berupa hubungan duo-spesifik, interseksi, dan paralel.

Tata ungkap luar menampilkan jukstaposisiantar panel yang hadir dalam komik wayang R.A.Kosasih dipengaruhi oleh urutan cerita sertapembabakan lakon wayang, baik epos India maupuncerita wayang Nusantara. Hubungan jukstaposisi antarpanel menghasilkan pola closure yaitu aksi ke aksi,subjek ke subjek, adegan ke adegan, dan aspek keaspek.

D. Idiolek Bahasa Rupa Komik Wayang R.A.Kosasih

Kosasih menggunakan plot serta strukturdramatik dalam komiknya berdasarkan cerita wayang,baik terinspirasi dari epos Mahabharata sertaRamayana dari India atau wayang Nusantara. Kosasihsering memasukkan istilah Sunda dalam komiknyasebagai identitas pribadinya serta mewakil ipengetahuannya terhadap dunia wayang. Frekuensinarasi yang lebih banyak dibandingkan dialog sertaefek suara mengindikasikan Kosasih bahwa mencobamenginterpretasikan secara visual dari teks naskahkisah wayang serta peran pasif dari pengalamansebagai penonton pertunjukan wayang dan bukanhasil peran aktif misalnya menjadi dalang pertunjukanwayang.

Elemen visual dalam komik wayang Kosasihterbagi atas unsur gambar dan lambang yang disusundalam panel dengan rangkaian pola jukstaposisitertentu. Gambar karakter dalam komik wayangKosasih secara visual dipengaruhi oleh perpaduanantara wayang orang dengan wayang golek Sunda,sedangkan gambar setting menampilkan objek lokasiyang dipengaruhi oleh pengalaman visualnya. Baikgambar karakter maupun setting menggunakan gayarealis terinspirasi dari gabungan pengaruh gaya komikBarat serta pengaruh aliran seni rupa Indie Mooi yangberkembang di Nusantara.

Lambang sebagai unsur selain gambar terdiriatas kata, balon kata dan caption serta panel yangdipengaruhi oleh penggunaan lambang dalam komikBarat pada periode 1950-an. Kata sebagai phonogrammenggunakan huruf dengan tipe vernakular sans serif,baik untuk dialog, narasi, maupun efek suara,dipengaruhi oleh teknologi percetakan yang

berkembang pada waktu itu. Balon kata dialog denganbentuk oval berkait yang biasa digunakan dalam komikBarat pada setiap dialog, sehingga intensitas suaratidak tampak. Bentuk caption menggunakan bentukdasar segi empat, namun juga terdapat modifikasibentuk dan penambahan ornamen Nusantara. Panelyang difungsikan seperti viewfinder kamera sehinggapembaca seolah sedang dihadapkan denganpotongan-potongan momen dari film, di mana sudutpandang dan pengambilan gambarnya banyak yangmenggunakan medium shoot, long shoot, serta closeup. Panel tersebut disusun menggunakan layoutsistem grid seperti yang terdapat dalam komik Baratpada era 1950-an sehingga terlihat rapi namun kaku.

Tata ungkap dalam memperlihatkan dominasinarasi dibandingkan dialog hal tersebut disebabkankarena Kosasih tidak berperan langsung dalampertunjukan wayang dan hanya sebagai pengamat(penonton) dan informasi tentang wayang jugadiperoleh dari pustaka, sehingga terkesan seolahKosasih menuturkan kembali pengalamannyaberdasarkan tafsirannya kepada pembaca komikwayangnya.

Tata ungkap luar menampilkan jukstaposisiantar panel yang hadir dalam komik wayang R.A.Kosasih dipengaruhi oleh urutan cerita sertapembabakan lakon wayang, baik epos India maupuncerita wayang Nusantara.

E. Kesimpulan

Komik merupakan salah satu bentuk mediatutur. Bentuk bahasa rupa komik jika dianalogikandengan bahasa verbal memiliki kesamaan yaitumunculnya elemen penyusun dasar berupa panel yangsejajar dengan kata, di mana terkandung unsur-unsurkomik berupa gambar, phonogram, balon kata, sertaragam bentuk panel, di mana satu elemen tersebutakan berelasi dengan elemen yang lainnya dalam satubidang panel pada bentuk hubungan tata ungkapdalam.

Komik memiliki strukur bentuk hubunganjukstaposisi antar panel sebagai bentuk hubungan tataungkap luar, menghasilkan relasi panel sebelum dansesudahnya berdasarkan alur cerita tertentu.Jukstaposisi antar panel tersebut menghasilkan polaclosure.

Implementasi bahasa rupa yang generalterhadap komik secara individu yang dipadukandengan faktor-faktor perubahan dari komikus antaralain genetik, historis, geografis, teknologi, dan budayakemudian akan menimbulkan ragam ciri khas sebagai

Page 9: BAHASA RUPA KOMIK WAYANG KARYA R.A. KOSASIH - Jurnal

21Volume 13 Nomor 1, Juli 2015

Sayid Mataram: Bahasa Rupa Komik Wayang Karya R.A. Kosasih

identitas komik. Kondisi tersebut serupa denganidiolek bahasa kata yang kemudian menjadi identitasdari komik, komikus, bahkan hingga konstelasikomik.

Komik wayang karya R.A. Kosasihmenggunakan cerita berdasarkan epos Mahabharatadan Ramayana versi India serta cerita wayangNusantara yang di dalamnya disisipkan istilah bahasaSunda. Gambar dan lambang pada komik wayangtersebut dipengaruhi oleh gaya realis komik Barat danaliran Indie Mooi serta teknologi yang ada pada masatersebut. Hubungan jukstaposisi komik wayangdipengaruhi oleh urutan cerita serta pembabakan lakonwayang.

KEPUSTAKAAN

Alvanov Zpalanzani, dkk. 2006. Histeria! Komik Kita.Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

Anton WP. 2010. Kisah Komikus Legendaris Dunia.Solo: Bukukatta.

Barthes, Roland. 2007. Pengalaman Semiologidengan editor Dr. Wening Udasmoro.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. 2010. Imaji/Musik/Teks terjemahanAgus Hartono. Yogyakarta: Jalasutra.

______________. 2012. Elemen-Elemen Semiologiterjemahan Kahfie Nazaruddin. Yogyakarta:Jalasutra.

Bonneff, Marcel. 2008. Komik Indonesia terjemahanRahayu S. Hidayat. Jakarta: KepustakaanPopuler Gramedia.

____________. 2012. How To Make Comics MenurutPara Master Komik Dunia. Jakarta: BentangPustaka.

Eisner, Will. 1985. Comic and Sequential Art. Florida:Poorhouse Press.

McCloud, Scott. 2001. Memahami Komik terjemahanS. Kinanti. Jakarta: Kepustakaan PopulerGramedia.

____________. 2007. Membuat Komik terjemahanS. Kinanti. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.

___________. 2008. Mencipta Ulang Komikterjemahan Damaring Tyas Wulandari Palar.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Primadi Tabrani. 2005. Bahasa Rupa. KabupatenBandung: Penerbit Kelir.

R.A. Kosasih. 2008. Wayang Purwa. Bandung: Erlina.

_________. 2008. Mahabharata jilid B. Bandung:Erlina.

_________. 2008. Ramayana: Rama dan Sinta.Bandung: Erlina.

Saraceni, Mario. 2003. The Langue of Comics. NewYork: Routledge.

Narasumber:

Agus Medi. (37), dosen ilustrasi DKV UNS dan SeniorQomik. Surakarta.

Dharsono (63), guru besar bidang Seni Rupa ISISurakarta. Karanganyar.

Hermansyah Muttaqien (40), dosen DKV UNS.Surakarta.

Peter Ardhianto. (25), dosen DKV UK Soegiyopranotodan praktisi desain komunikasi visual.Surakarta.

Sigit Purnomo Adi (32), dosen Seni Rupa Murni UNSdan praktisi seni rupa. Karanganyar.

Surya Adhi. (34), dosen ilustrasi DKV UNS dan praktisikomik. Surakarta.

Sumber lain:

Pigura: R.A. Kosasih Sang Maestro.Bandung: TVRIJawa Barat, 2008. Download youtobe.com,5 Februari 2014, 11:52 WIB.

tempo.com edisi Minggu 29 Juli 2012, 04:18 WIB,dengan judul artikel R.A. Kosasih, LegendaBapak Komik Indonesia.