Bahasa Daerah Sebagai Pilar Pelestarian Dan Pengembangan Budaya
description
Transcript of Bahasa Daerah Sebagai Pilar Pelestarian Dan Pengembangan Budaya
Bahasa Daerah sebagai Pilar Pelestarian dan
Pengembangan Budaya
Asep Rahmat Hidayat, M.Hum.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
Disampaikan dalam Seminar Bahasa dan Sastra Daerah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis
21—22 September 2015
KATA KUNCI
Bahasa Daerah: bahasa yang digunakan secara turun temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah NKRI (UU Nomor 24 tahun 2009)Pelestarian: n 1 proses, cara, perbuatan melestarikan; 2 perlindungan dr kemusnahan atau kerusakan; pengawetan; konservasiPengembangan: n proses, cara, perbuatan mengembangkanBudaya:n 1 pikiran; akal budi: hasil --; 2 adat istiadat: menyelidiki bahasa dan --; 3 sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju): jiwa yg --; 4 cak sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah;
Adakah Kebudayaan Indonesia?
Kebudayaan Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan daerah
Kebudayaan Nasional Indonesia adalah kebudayaan elemen bangsa di seluruh Indonesia dan kebudayaan baru yang timbul akibat interaksi antarkebudayaan untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan jati diri dan karakter bangsa (RUU Kebudayaan).
BUDAYA AKTIVITAS
KOMPLEKS GAGASAN, IDE, KONSEP
KARYA/CIPTA
Clyde Kluckhohn, “Universal Categories Of Culture” dalam Anthropology Today
1. Bahasa2. Peralatan dan perlengkapan hidup3. Mata pencaharian dan sistem
ekonomi4. Sistem kemasyarakatan5. Kesenian6. Ilmu pengetahuan7. Religi
Walter J. Ong Orality and Literacy the Thechnologizing of the
World Ciri-ciri budaya lisan1. Additive rather than subordinative2. Aggregative rather than analytic3. Redundant or ‘copious’4. Conservative or traditionalist5. Close to the human lifeworld6. Agonistically toned7. Empathetic and participatory rather than
objectively distanced8. Homeostatic9. Situational rather than abstract
1.Tahap Mitis2.Tahap Ontologis3.Tahap Fungsionalis
Tahap-Tahap Kebudayaan
1. Pertama, inventarisasi. Kegiatan ini mencakup pemilahan nilai-nilai luhur yang cocok untuk menghadapi tantangan-tantangan yang datang menerjang kebudayaan Sunda. Dengan demikian, orang Sunda, terutama generasi mudanya, diharapkan memiliki bargaining position atau counter culture ketika tantangan datang.
2. Kedua, redefinisi. Upaya membuat teks (nilai tradisi) itu mempunyai konteks dengan zaman sekarang, yaitu Sunda yang berpikiran maju, bukan sekadar Sunda yang berkutat dengan nilai-nilai tradisi tanpa terdorong menatap nilai-nilai masa depan.
3. Ketiga, revitalisasi. Upaya terencana, sinambung, dan diniati agar nilai-nilai budaya itu bukan hanya dipahami oleh para pemiliknya, melainkan juga membangkitkan segala wujud kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menghadapi berbagai tantangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman Bagi Kepala Daerah Dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah
Peraturan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, Pasal 42 Ayat 1 “Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia, Pasal 6 Ayat 1.Bahasa Daerah berfungsi sebagai:a. pembentuk kepribadian suku bangsa;b. peneguh jati diri kedaerahan; danc. sarana pengungkapan serta
pengembangan sastra dan budaya daerah dalam bingkai keindonesiaan.
d. selain berfungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bahasa Daerah dapat berfungsi sebagai:e. sarana komunikasi dalam keluarga dan masyarakat daerah;f. bahasa media massa lokal;g. sarana pendukung Bahasa Indonesia; danh. sumber pengembangan Bahasa Indonesia.
Pasal 12 Ayat 2: Pengembangan Bahasa Daerah dilakukan melalui:a. penelitian kebahasaan;b. pengayaan kosakata;c. pembakuan dan kodifikasi kaidah bahasa;d. penyusunan bahan ajar;e. penerjemahan; danf. publikasi hasil pengembangan bahasa daerah
Pasal 21 Ayat 4: Pemerintah Daerah memfasilitasi penggunaan Bahasa Daerah di wilayah masing-masing, paling sedikit melalui:a. penerbitan buku-buku berbahasa
daerah;b. penyelenggaraan kegiatan seni dan
budaya daerah;c. Pembentukan dan/atau
pemberdayaan lembaga adat daerah; dan
d. Penyelenggaraan pertemuan dalam rangka pelestarian Bahasa Daerah.
Pasal 28 Ayat 1: Pelindungan Bahasa Daerah dilakukan untuk mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa Daerah sebagai pembentuk kepribadian suku bangsa, peneguh jati diri kedaerahan, dan sarana pengungkapan serta pengembangan sastra dan budaya daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman Bagi Kepala Daerah Dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah Pasal 2 poin b: Kepala daerah bertugas melaksanakan pelestarian dan pengembangan bahasa daerah sebagai unsur kekayaan budaya dan sebagai sumber utama pembentuk kosakata bahasa Indonesia.
1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah
2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan Kesenian
3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, Nilai Tradisional dan Museum