Bahan+Ajar+3+Versi+10+Juli+09

323
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Era Globalisasi ditandai dengan kemajuan teknologi seperti: (1) transportasi (sekarang pesawat terbang digunakan sebagai angkutan masal), (2) telekomunikasi (kini telah berkembang teknologi informatika), dan ditandai juga dengan semangat perdagangan bebas. Pada era ini pula, orang terdorong atau cenderung berkeinginan menjadi warga negara dunia. Negara maju dan kaya, mencita-citakan dunia ini menjadi dunia tanpa batas. Dunia tanpa batas dapat merugikan bangsa yang sedang berkembang, apabila bangsa itu tidak memiliki karakter nasional yang kuat dan disertai dengan intelektual yang tinggi. Tidaklah mengherankan jika, dalam beberapa hal, globalisasi telah memicu konflik, baik konflik antar negara maupun konflik internal di dalam negara. Hal itu, dipicu, salah satunya, oleh berbedaan persepsi nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik fisik masih terjadi, baik dalam rangka memperebutkan wilayah secara fisik maupun wilayah maya—pengaruh budaya, ekonomi dan sebagainya—yang berawal dari perebutan sumber daya alam. Oleh karena itu tidaklah salah apabila, Quincy Wright (Wright, 1941: 4-6) berpendapat bahwa perang dipicu oleh: 1. dunia yang “menciut” sebagai akibat kemajuan teknologi transportasi; 2. “percepatan” jalannya sejarah sebagai akibat kemajuan teknologi telekomunikasi; 3. penemuan persenjataan baru, serta 4.

Transcript of Bahan+Ajar+3+Versi+10+Juli+09

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Era Globalisasi ditandai dengan kemajuan teknologi seperti: (1) transportasi (sekarang

pesawat terbang digunakan sebagai angkutan masal), (2) telekomunikasi (kini telah berkembang

teknologi informatika), dan ditandai juga dengan semangat perdagangan bebas. Pada era ini

pula, orang terdorong atau cenderung berkeinginan menjadi warga negara dunia. Negara maju

dan kaya, mencita-citakan dunia ini menjadi dunia tanpa batas. Dunia tanpa batas dapat

merugikan bangsa yang sedang berkembang, apabila bangsa itu tidak memiliki karakter nasional

yang kuat dan disertai dengan intelektual yang tinggi. Tidaklah mengherankan jika, dalam

beberapa hal, globalisasi telah memicu konflik, baik konflik antar negara maupun konflik

internal di dalam negara. Hal itu, dipicu, salah satunya, oleh berbedaan persepsi nilai-nilai dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Konflik fisik masih terjadi, baik dalam rangka memperebutkan wilayah secara fisik

maupun wilayah maya—pengaruh budaya, ekonomi dan sebagainya—yang berawal dari

perebutan sumber daya alam. Oleh karena itu tidaklah salah apabila, Quincy Wright (Wright,

1941: 4-6) berpendapat bahwa perang dipicu oleh: 1. dunia yang “menciut” sebagai akibat

kemajuan teknologi transportasi; 2. “percepatan” jalannya sejarah sebagai akibat kemajuan

teknologi telekomunikasi; 3. penemuan persenjataan baru, serta 4. kebangkitan demokrasi. Dari

keempat penyebab perang tersebut, tiga di antaranya menyebabkan penggunaan sumber daya

alam—terutama yang tidak dapat diperbarui—secara berlebihan. Oleh karena itu issue Era

globalisasi diidentikkan dengan perebutan wilayah (sumber daya alam) dan pemanasan global.

Manusia dan tempat tidak dapat dipisahkan, demikian pidato Ir. Soekarno pada sidang

BPU PKI tanggal 1 Juni 1945 (Setneg, tt: 66). Oleh karena itu, tidaklah dapat disalahkan apabila

dalam tata kehidupannya—cara berpikir, bergaul, dan bertindak— orang, dipengaruhi oleh

konstalasi wilayah yang dihuninya. Di suatu wilayah itulah setiap manusia akan mengelola

sumber daya alam, sehingga dapat menghasilkan sesuatu untuk tata kehidupannya.

Setelah manusia membangsa, mereka menamakan wilayah yang dihuninya dan diklaim

sebagai miliknya dan dinamai negara (country). Dalam perjalanan sejarah, negara tidak saja

diartikan sebagai wilayah tempat tinggal bangsa, namun diartikan sebagai institusi yang

bertujuan untuk membina bangsa dan wilayah. Negara sebagai institusi (state) memerlukan

beberapa persyaratan pokok yang harus dipenuhi, antara lain: ada wilayah (geografi dengan

sumber daya), ada penduduk (warganegara dan bukan warganegara) serta ada pemerintah yang

berdaulat. Namun biasanya ada persyaratan tambahan antara lain: konstitusi—yang memuat di

dalamnya tujuan Negara—dan pengakuan kedaulatan.

Dalam upaya membina dan mengelola rakyat tidak jarang Negara—aparatur negara—

melakukan pemaksaan yang berlebihan. Hal itu mengakibat pelanggaran hak asasi manusia yang

tidak dapat dihindarkan. Eksplorasi dan eksploitasi wilayah yang berlebihan akan berdampak

pada kerusakan lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan, diperlukan

pengenalan lebih lanjut tentang rahasia alam semesta dan isinya. Oleh karena itu , pada bahan

ajar ini pembahasan akan meliputi masalah: penduduk, wilayah, serta kedaulatan—konstitusi,

sistem perintahan dan politik—yang merupakan inti dari bahan ajar mengenai Negara,

pengelolaan lingkungan hidup yang harus diperhatikan oleh bangsa. Ilmu pengetahuan alam yang

menguak fenomena alam semesta diharapkan menjadi bahan pengetahuan bagi bangsa.

1. 2. Bangsa Indonesia

1. 2. 1. Pengertian Bangsa

Ada beberapa pengertian tentang bangsa (nasion/nation) dan kebangsaan yang

berkembang. Ernest Renan menyatakan bahwa bangsa adalah: bukan suatu ras, bukan orang-

orang yang mempunyai kepentingan yang sama, bukan pula dibatasi oleh batas-batas geografis

atau batas alamiah. Nasion (bangsa) adalah suatu solidaritas, suatu jiwa, suatu asas spiritual ,

suatu solidaritas yang dapat tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah lampau dan bersedia

dibuat di masa yang akan datang. Nasion memiliki masa lampau tetapi berlanjut masa kini

dalam suatu realita yang jelas melalui kesepakatan dan keinginan untuk hidup bersama ( le desire

d’etre ensemble). Nasion tidak terkait oleh negara, karena negara berdasarkan hukum.

Menurutnya, wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa. Bagi rakyat negara yang

dikuasai ras lain (negara jajahan), para pemimpin pergerakan/kemerdekaan mengobarkan

semangat nasionalisme berdasarkan teori Renan. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa

pada negara nasional baru (dikenal pula sebagai negara dunia ketiga) jiwa nasionalisme tumbuh

seperti teori dari Ernest Renan.

2

Sementara itu, menurut Hans Kohn (Kaelan, 2002: 213): bangsa itu terbentuk karena

persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Teori Kohn ini

nampaknya berdasarkan perkembangan pengertian bangsa (nasion) di Eropa daratan

(kontinental). Bangsa (nasion) di Eropa kontinental bangkit karena revolusi leksikografi, bahwa

bahasa milik pribadi-pribadi kelompok khas (Anderson, 2001: 126). Eropa—kontinental—

dikuasai oleh dinasti Habsburg di sebagian Eropa Tengah dan Timur, dinasti Romanov di Eropa

Timur, Rusia dan Asia Barat hingga Siberia dan dinasti Usmaniah (Ottoman) di Balkan, Jazirah

Arab dan Afrika Utara, sedangkan Eropa Barat dikuasai ex dinasti Bourbon. Bangsawan—

penguasa—lokal diharuskan mampu berbahasa Latin sebagai bahasa resmi di dalam wilayah

dinasti maupun sebagai lingua franca antara para bangsawan—dinasti dan lokal—serta kaum

intelektual. Persoalan timbul, bahwa yang mampu menguasai bahasa resmi hanya sedikit. Hal itu

menyebabkan percetakan tidak dapat menerbitkan secara luas karya tulis para intelektual dan

menimbulkan kerugian. Sebagai tindak lanjutnya, penerbitan lebih banyak menggunakan bahasa

lokal agar masyarakat yang mampu membaca tulisan lebih banyak. Faham egaliterisme di

kalangan masyarakat menumbuhkan nasionalisme berdasarkan budaya lokal. Rupanya faktor

inilah yang menjadikan Hans Kohn membuat definisi seperti itu.

Definisi bangsa menurut paham bangsa Indonesia tertuang berdasarkan isi Sumpah

Pemuda. Menurut Kaelan (2002: 213) adanya unsur masyarakat yang membentuk bangsa yaitu:

berbagai suku, adat istiadat, kebudayaan, agama serta berdiam di suatu wilayah yang terdiri atas

beribu-ribu pulau. Selanjutnya bangsa juga mempunyai kepentingan yang sama dengan

individu, keluarga maupun masyarakat yaitu tetap eksis dan sejahtera. Salah satu persoalan yang

timbul dari bangsa adalah ancaman disintegrasi, dan yang menjadi penyebab utama biasanya

perbedaan persepsi pada upaya masyarakat yang ingin “merekatkan diri lebih ke dalam”, yaitu

ingin mempertahankan pola. Oleh karena itu pada bangsa yang baru merdeka atau berdiri

diupayakan memiliki alat perekat yang berasal dari budaya masyarakat. Pada perkembangannya

alat perekat ini, dikenal sebagai ideologi yang hendaknya dipahami oleh bangsa itu sendiri.

1. 2. 2. Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia.

Sejarah lahirnya bangsa (nasion) Indonesia cukup panjang dan itu tidak lepas dari upaya

Vereenigde Oost Indische Companie (VOC) yang dilanjutkan Pemerintah Belanda memecah

belah rakyat nusantara, melalui kebijaksanaan pemilahan penduduk. Namun, reaksi rakyat

3

nusantara justru ingin bersatu dan berkelompok atas dasar kesamaan: tempat tinggal, daerah asal

dan agama. Inilah embrio semangat persatuan dalam prulisme.

Gerakan Etika Politik di Eropa dilaksanakan juga di nusantara dengan maksud ingin

membalas jasa rakyat. Dengan demikian rakyat akan mudah diatur oleh Belanda. Ternyata

gerakan ini disambut baik oleh kaum pergerakan dan dibantu oleh para penguasa lokal. Para

pemimpin pergerakan melakukan upaya pendidikan dan mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum

pribumi. Boedi Oetomo merupakan organisasi masyarakat pribumi pertama melakukan

pendidikan untuk kaum pribumi. Kaum pribumi menjadi haus bacaan dan ilmu pengetahuan.

Sastra Barat mulai diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu dan Jawa yang akhirnya

membangkitkan semangat egaliter. Dari semangat egaliter membangkitkan kesadaran berbangsa

dan berpolitik, yang selanjutnya mejadi gerakan politik sehingga lahirnya bangsa Indonesia.

Oleh karena itu Ben Anderson (2001) berpendapat bahwa nation state merupakan komunitas

terbayang (imagined communities) yang menyatu.

1. 3. Nasionalisme Indonesia.

Nasionalisme mengandung arti faham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.

Nasionalisme merupakan gerakan sentimen mencintai bangsa namun hendaknya dalam koridor

universal. Dengan semangat nasionalisme yang tinggi akan terbangun kekuatan dan kontinuitas

sentimen mencintai bangsa dalam bentuk identitas nasional.

Faham nasionalisme terbangun melalui beberapa konsep antara lain: (1) konsep theologi

yang identik dengan fitrah manusia untuk bersatu membentuk masyarakat dan membangsa; (2)

konsep politik yang terbangun melalui hakikat budaya politik bangsa; (3) konsep budaya yang

tetap menghormati tumbuh dan berkembangnya semangat multikultur. Namun, kini faham

nasionalisme lebih menekankan pada aspek politik.

Nasionalisme Indonesia bertitik tolak dari semangat sumpah pemuda yang pada dasarnya

perubahan semangat kesukuan ke semangat kebangsaan (dikenal sebagai “dari ke-kami-an

menjadi ke-kita-an”). Adapun beberapa ciri khas nasionalisme Indonesia adalah: (1) Bhineka

Tunggal Ika; (2) Etis (paham etika Pancasila); (3) Universalitik; (4) Terbuka secara kultural; dan

(5) Percaya diri.

Pertumbuhan Nasionalisme Indonesia telah mengalami perubahan seiring dengan

perubahan rezim. Masa Orde Lama semangat persatuan mulai menguap dan identitas nasional

4

(sebagai salah satu bentuk nasionalisme) terdistorsi menjadi identitasnya Bung Karno sebagai

Pemimpin Besar Revolusi (PBR). Di zaman Orde Baru, spirit kebangsaan ditumbuh-

kembangkan untuk mengatasi keterpurukan ekonomi warisan orde lama. Namun, ujung-

ujungnya Pancasila secara manipulatif “diritualisasikan” untuk mengamankan proses kolusi,

korupsi dan nepotisme dan “kroniisme”. Identitas nasional—yang merupakan salah satu ciri

khas nasionalisme—terdistorsi menjadi identitas nasionalnya presiden sebagai penguasa tunggal.

1. 4. Negara dan Bangsa

Negara menurut Logemann adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan,

dengan kekuasaannya, mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat. Lebih jauh menurut

Max Weber negara merupakan struktur politik yang diatur oleh hukum, yang mencakup suatu

komunitas manusia yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dan menganggap wilayah yang

bersangkutan sebagai milik mereka untuk tempat tinggal dan penghidupan mereka (Naning,

1983: 3 – 4). Ada pengadaan dan pemeliharan tata keteraturan (hukum) bagi kehidupan mereka.

Ada monopoli kepemilikan dan penggunaan kekuatan fisik secara sah (legitimasi). Dengan

demikian Negara merupakan alat masyarakat untuk mengatur hubungan manusia dengan

manusia dan manusia dengan Negara. Adanya legitimasi pada Negara, organisasi ini dapat

memaksa kekuasaannya secara sah terhadap semua kolektiva dalam masyarakat. Ada tiga sifat

yang merupakan kedaulatan. Pertama sifat memaksa, yaitu negara memiliki kekuasaan untuk

menggunakan kekerasan fisik secara sah (legal) agar dapat tertib dan aman. Kedua sifat

monopoli, yaitu negara berhak dan kuasa tunggal dalam menetapkan tujuan bersama dari

masyarakat atau bangsa. Ketiga sifat mencakup semua, yaitu semua peraturan perundang-

undangan mengenai semua orang, baik warga negara maupun bukan warganegara.

Menurut Konvensi Montevideo, diperlukan 3(tiga) syarat yang bersifat konstitutif.

Pertama harus ada wilayah, yaitu suatu daerah yang telah dinyatakan sebagai milik bangsa

tersebut, dan batas-batas wilayah ditentukan oleh perjanjian internasional. Kedua harus ada

rakyat, yaitu orang yang mendiami di wilayah tersebut dan dapat terdiri dari atas berbagai

golongan atau kolektiva sosial; yang harus patuh pada hukum dan Pemerintah yang sah. Ketiga

harus ada Pemerintah, yaitu suatu organisasi yang berhak mengatur dan berwewenang

merumuskan serta melaksanakan peraturan perundang-undangan yang mengikat warganya.

Lebih lanjut menurut Prof DR Sri Soemantri, SH (Diknas, 2001: 50) dapat pula ditambahkan ada

5

pengakuan kedaulatan dari negara lain. Kedaulatan merupakan unsur mutlak yang harus ada dan

merupakan ciri yang membedakan antara organisasi pemerintah dengan organisasi

kemasyarakatan/sosial. Untuk lebih mampu menghadapi lawan, negara berhak menuntut

kesetiaan para warganya. Demikian pula dapat ditambahkan adanya tujuan negara, baik tersurat

maupun tersirat, melalui konstitusi.

1. 5. Lingkungan Negara

Masalah negara—dalam arti institusi atau state—tidak dapat terlepas dari pengaruh

negara lainnya yang berdekatan. Oleh karena itu harus diketahui dan dipahami dengan benar apa

yang dilakukan oleh negara tetangga, baik secara regional maupun global. Sebagai tindak

lanjutnya kita harus dapat memprediksi secara strategis masalah lingkungan dan kemitraan.

Masalah lingkungan hidup menjadi penting dan ini harus dapat dipahami dan diresapi

oleh masyarakat kita terutama di perbatasan dengan negara tetangga. Banyak garis batas antar

negara berubah karena ketidak tahuan dan kesadaran masyarakat kita sendiri. Pergeseran batas

wilayah sering diawali dengan kerusakan lingkungan karena eksploitasi wilayah yang berlebihan

tanpa memikirkan dampak lingkungan. Kerusakan lingkungan tidak saja berakibat mundurnya

batas wilayah tetapi juga menyebabkan banyaknya kecelakaan yang merugikan masyarakat, yang

sebenarnya tidak perlu terjadi.

1. 6. Sistimatika Pembahasan

Berkenaan Buku Ajar – III yang bermuatan Pokok Bahasan Bangsa, Negara dan

Lingkungan Hidup di Indonesia, sistimatika pembahasan disusun sebagai berikut:

1. Pendahuluan. Dengan didahului membahas latar belakang yang berlanjut dengan membahas

Bangsa dan Negara (termasuk nasionalisme Indonesia), serta Lingkungan Hidup, dan

diakhiri dengan Sistematika Pembahasan.

2. Kewarganegaraan Indonesia. Membahas masalah Rakyat Indonesia (WNI), Penduduk (WNI,

WNA, Stateless), hak dan kewajiban penduduk (WNI, WNA, Stateless), serta pembatasan

gerak penduduk pada suatu Negara (Imigrasi merupakan bentuk kedaulatan suatu negara).

3. Negara Hukum dan Konstitusi. Penjelasan tentang Negara Hukum, makna konstitusi, hak

asasi manusia dan Rule of Law di Indonesia

6

4. Negara dan Sistem Politik. Membahas bagaimana Pancasila sebagai dasar negara dituangkan

dalam penyelenggaraan pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

demokratis (good governance, accountable, transparant)

5. Wilayah sebagai Ruang Hidup. Membahas teori geopolitik Indonesia dan geostrategi

Indonesia (ketahanan nasional) dan ketahanan regional (ASEAN, APEC, OPEC) serta

implementasinya dalam hukum kewilayahan (hukum darat, laut, udara termasuk masalah

otonomi daerah dan diakhiri dengan tata ruang. Membahas pula pasang surut hubungan antar

negara.

6. Lingkungan Hidup. Membahas masalah Lingkungan Hidup, Sumberdaya alam, serta

implementasi pada rencana tata ruang wilayah untuk pengelolaan lingkungan—melalui

Undang-Undang terkait—dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Membahas pula

ketidaktahuan dan ketidaktaatan masyarakat, bangsa (sumber daya manusia) terhadap hal-hal

tersebut, hingga menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

7. Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi. Masalah upaya pengungkapan rahasia dan gejala

alam semesta untuk memenuhi kebutuhan manusia.

8. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi. Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan

perubahan pola pikir dan pola tindak manusia. Hal ini akan berlanjut dengan pemanfaatan

teknologi yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan bersifat global. Dampak negatif

eksploitasi yang berlebihan mengancam kehidupan manusia. Usaha-usaha untuk mengatasi

kerusakan lingkungan global telah dilaksanakan (Undang-Undang, Konvensi, Deklarasi, dan

Ratifikasi). Pembahasan akan diakhiri dengan kesimpulan dan harapan para penulis pada

mahasiswa baru Universitas Indonesia.

7

BAB II

KEWARGANEGARAAN INDONESIA

2. 1. Latar Belakang

Salah satu syarat yang bersifat konstitutif suatu Negara harus ada rakyat, yaitu orang

yang mendiami suatu wilayah atau negara. Namun pada kenyataannya, yang mendiami wilayah

tersebut terdiri dari atas berbagai golongan. Keanekaan golongan ini harus patuh pada hukum

dan Pemerintah yang sah. Pemerintah juga dituntut untuk melindungi rakyat dari tindak

kesewenangan baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun sebaliknya rakyat

dituntut pula untuk membela kepentingan Negara. Sebaliknya Negara (dalam hal ini

Pemerintah) tidak dapat memaksa semua rakyatnya yang tinggal di wilayahnya untuk membela

Negara, karena ada perbedaan status. Perbedaan status antara lain status kewarganegaraannya.

2. 2. Warga Negara

Rakyat didefinisikan sebagai segenap penduduk suatu negara (KBBI, 1988: 722).

Sementara itu, yang dimaksud dengan bukan penduduk ialah orang yang tinggal sementara di

wilayah tersebut. Selanjutnya penduduk dibedakan antara warga negara dan bukan warga negara

atau warga negara asing.

Warga Negara (citizens, citoyen, staatsburger) adalah peserta dari otoritas Negara. Istilah

ini bermula dari keinginan manusia mempersatukan diri dalam kebersamaan, semua daya

kekuatan ditempatkan di bawah kehendak umum sebagai satu kekuatan kelompok. Jadi bermula

dari pribadi umum (public person) membentuk persatuan semua orang yang disebut “kota”

(city), dan sekarang disebut “republik” atau “negara hukum” (body politic), yakni kumpulan

manusia dalam suatu negara. Unit ini oleh warganya disebut negara (state), apabila bersifat

pasif, sedangkan bila bersifat aktif disebut penguasa (souvereign).

Kaula Negara (subject, sujet, onderdaan) adalah mereka yang ditundukkan oleh Negara

(dalam hal ini adalah raja/dinasti). Pada masa lampau Negara diidentikkan dengan penguasa/

hukum negara. Istilah itu sekarang dipakai untuk warga negara kerajaan. Namun, tidak berarti

bahwa kebesannya tidak lebih jelek dari suatu Negara bukan kerajaan.

Untuk menentukan kewarganegaraan dikenal ada 2 (dua) pendekatan, ditinjau dari segi

kelahiran dan segi perkawinan.

1. Dari kelahiran ada dua pendekatan asas kewarganegaraan (Soetoprawiro, 1966: 10):

8

a. Ius Sanguinis (law of blood) Dalam asas ini kriteria kewarganegaraan ditentukan

berdasarkan garis orang tua si anak.

b. Ius Soli (law of soil). Dalam asas ini seseorang diakui kewarganegaraannya berdasarkan

tempat dilahirkan, meski orang tuanya adalah warga negara asing.

Kedua asas itu dapat digunakan bersama dengan mengutamakan salah satu, namun dengan

tidak menanggalkan kewarganegaraan yang lainnya. Sebagai akibatnya terjadi dwi

kewarganegaraan (bipatride) dan sebaliknya dapat saja seseorang tidak memiliki

kewarganegaraan (apatride). Hal itu biasanya diselesaikan dengan menggunakan hak opsi

yaitu hak memilih kewarganegaraan dan dan hak repudansi (hak menolak kewarganegaraan).

Cara lain untuk memperoleh kewarganegaraan melalui cara naturalisasi yaitu melalui proses

hukum dengan syarat-syarat tertentu.

2. Dari segi perkawinan dengan dasar:

a. Kesatuan hukum, dalam kaitan ini isteri mengikuti kewarganegaraan suami, apabila

terjadi perkawinan antar bangsa (campuran).

b. Persamaan derajat, dalam kaitan ini kewarganegaraan isteri tidak hilang setelah

perkawinan campuran.

2. 3. Warga Negara Indonesia

Pascaperang Dunia II, banyak berdiri negara nasional baru. Negara-negara tersebut

umumnya adalah negara merdeka, setelah sekian tahun dijajah oleh dinasti-dinasti Eropa. Masa

pemerintahan kolonial, penduduk asli kawasan itu pada umumnya diposisikan pada strata

terendah kaula negara oleh para penguasa asing. Setelah merdeka penduduk asli/pribumi

menjadi penguasa baru. Demikian pula yang terjadi di negara kita, di mana kaum pribumi pada

posisi strata ketiga setelah keturunan Eropa dan Timur Asing. Hal itu perlu penentuan yang tepat

agar negara yang baru dibentuk tidak timbul persoalan.

Persoalan yang timbul pada tiap negara yang baru merdeka adalah kemungkinan

disintegrasi rakyat/bangsa. Hal itu disebabkan penduduk negeri yang baru merdeka terdiri dari

beberapa strata sosial yang diciptakan berbeda oleh Pemerintah Jajahan. Mereka kini diberikan

status yang sederajat di Negara Republik Indonesia. Dengan demikian mereka akan merasa

memiliki dan sekaligus mencintai negaranya. Apabila mereka dalam status yang sama

kemungkinan disintegrasi akan menjadi kenyataan. Pada kenyataannya ketiga strata kaula

negara bersatu untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

9

Untuk menentukan status kewarganegaraan Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia

menjabarkan pasal 26 UUD-1945 dengan UU no. 3/1946 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia. Melalui UU tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menggunakan pendekatan ius

soli untuk menentukan kewarganegaraan bagi rakyatnya. Hal itu untuk menampung kaula negara

(onderdaan) yang ada di Indonesia sebelum kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945

Selanjutnya setelah tahun 1950 (setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda) timbul

masalah baru yaitu: Keputusan Pemerintah Kerajaan Belanda dan Pemerintah Republik Rakyat

Cina yang tetap mengakui warganya yang tinggal di Indonesia tetap menjadi warganegaranya.

Akibatnya terdapat keadaan dwi kewarganegaraan (bipatride) bagi orang keturunan Belanda dan

Cina perantauan. Ini dapat menimbulkan loyalitas ganda bagi warganegara keturunan Belanda

dan Cina.

Untuk mengatasi hal ini Pemerntah Indonesia menerbitkan UU no. 62/1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang berasaskan ius sanguinis. Sebagai akibatnya

mereka menjadi warganegara asing yang tidak mengenal tanah leluhurnya, bahkan banyak di

antara mereka yang tidak mampu berbahasa ibu. Mereka bersatus sebagai warga negara asing

dan harus mengajukan permohonan izin tinggal di Indonesia.

Seiring dengan kemajuan zaman, perkawinan campuran makin sering terjadi di

Indonesia. Pria warganegara asing sering menikahi putri-putri Indonesia, yang tidak jarang

perkawinan itu hanya bersifat politis, agar dia dapat izin tinggal. Kasus yang sama sering terjadi

juga di negara lain. Sebagai akibatnya banyak anak-anak hasil pernikahan perempuan Indonesia

dengan orang asing dan lahir di Indonesia berstatus warganegara asing. Problema ini tidak

begitu menjadi masalah selama orangtuanya masih akur (tidak bercerai). Namun, apabila terjadi

perceraian, status anak-anak tersebut tetap orang asing dan yang paling menderita ialah ibunya

(setelah perceraian biasanya si anak menjadi beban ibunya), yaitu ia memelihara serta

membesarkan warga negara asing dengan segala macam konsekuensinya.

Sejak Juli 2006 telah diundangkan UU no 12/2006 dengan pendekatan asas ius sanguinis

dan ius soli terbatas. Mereka memiliki kewarganegaraan ganda hingga usia dewasa. Namun UU

Kewarganegaraan yang baru agak menyulitkan buruh migran karena dapat kehilangan

kewarganegaraanya apabila mereka tidak aktif berhubungan dengan perwakilan Pemerintah

Indonesia di luar negeri. Padahal, hak untuk memiliki, memperoleh, mengganti atau

10

mempertahankan kewarganegaraannya telah dijamin melalui pasal 26 UU no 39/1999 tentang

Hak Asasi Manusia.

2. 4. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945 dikaitkan langsung dengan kewajiban

karena memang mempunyai keterkaitan. Karenanya perumusan hak dan kewajiban itu

dicantumkan dalam satu pasal seperti pasal 27 ayat (1) “Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Dalam kaitan ini dapat diketengahkan masalah

hak-hak warga negara misalnya masalah pendidikan, kesejahteraan sosial dan pertahanan.

Sebelum amandemen, tidak ada Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945. Hal itu

disebabkan Hak Asasi Manusia tidak sesuai dengan paham negara integralistik yang dianut UUD

1945. Paham negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller dan Hegel

bukanlah untuk menjamin perseorangan atau golongan, namun untuk menjamin masyarakat

secara persatuan (Kaelan, H., MS. 2002: 39). Menurut Dr. A. S. S. Tambunan, SH kini kita

menganut paham individualisme dan liberalisme seperti waktu UUDS 1950, terbukti dengan

rumusan pasal-pasal dalam Bab XA (Tambunan, 2002: 11). Hal ini berarti bahwa Bab XA (Hak

Asasi Manusia) beserta pasal-pasalnya itu bertentangan dengan Pembukaan UUD NKRI 1945.

UUD-1945 secara tegas menyatakan tentang:

1. Hak, antara lain melalui pasal 27ayat (2) hak untuk mendapatkan pekerjaan, pasal 30 ayat (1)

hak ikut serta dalam usaha pembelaan negara, dan pasal 31ayat (1) hak mendapatkan

pengajaran.

2. Kewajiban, antara lain melalui: pasal 27ayat (1) kewajiban untuk menjujung hukum dan

pemerintahan dengan tidak ada kecuali, pasal 30 ayat (1) kewajiban ikut serta dalam usaha

pembelaan negara dan pasal 31 ayat (2) mengikuti pendidikan dasar.

3. Kemerdekaan warga negara, antara lain melalui: pasal 27 ayat (1) yaitu persamaan di dalam

hukum dan pemerintahan, pasal 29 ayat (2) kemerdekaan untuk memeluk agama dan

beribadat menurut agama dan kepercayaannya, serta pasal 28 kemerdekaan berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran.

2. 5. Hak dan Kewajiban Warga Negara Asing di Indonesia

Bagi warga negara asing yang medapat izin tinggal juga menerima hak dan memiliki

kewajiban selama berada di Indonesia:

11

1. Kewajiban untuk tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan.

2. Hak untuk menerima perlindungan atas diri dan hartanya.

3. Tidak memiliki hak untuk dipilih dan memilih.

4. Tidak mempunyai hak dan kewajiban untuk bela negara.

2. 6. Pembatasan Gerak

Sifat manusia selalu ingin berkelana, lebih-lebih pada era globalisasi, karena itu gerak

keluar masuk penduduk pada suatu negara perlu diawasi terutama orang-orang asing. Instansi-

instansi: Pencatatan Sipil, Imigrasi, dan Kependudukan merupakan salah satu perwujudan

kedaulatan negara. Aspek yang diatur:

1. Perubahan status warganegara/penduduk.

2. Paspor yaitu surat jati diri perjalanan,

3. Visa: bukti persetujuan masuk dan tinggal dalam suatu negara,

4. Migrasi/mutasi penduduk antar wilayah,

5. Pencegahan dan penangkalan, yaitu upaya Pemerintah mengawasi baik warganegara sendiri

maupun warganegara asing,

6. Deportasi—orang asing—yaitu upaya Pemerintah menangkal bahaya kejahatan dan penyakit

menular,

Namun, upaya pengendalian penduduk sering kurang dihayati oleh masyarakat, dan

aparat Pemerintah sehingga sering diabaikan. Akibatnya banyak terdapat tanda pengenal—kartu

identitas—ganda, maupun sebaliknya. Akibat lanjutannya upaya pemerintah untuk menyiapkan

“single number identity” terkendala. Dan pada gilirannya akan menyebabkan perselisihan pada

saat pemilihan umum, yaitu banyaknya orang yang tidak masuk dalam daftar pemilih. Pada saat

inilah banyak orang kehilangan hak konstitusionalnya.

2. 7. Hak dan Kewajiban Bela Negara

Upaya pembelaan negara merupakan tekad, sikap dan tindakan warga negara yang

teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,

kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan pada Pancasila dan UUD-1945

(Basrie, 1992:14). Untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban membela Negara diperlukan

pengetahuan tentang bela negara dalam arti luas. Bela Negara dalam arti luas tidak hanya

menyangkut menghadapi bencana perang tetapi juga bencana lain. Untuk itu setiap warganegara

12

harus disiapkan dengan baik dan sekaligus perlu diberi penjelasan secara meluas tentang hak dan

kewajiban dalam upaya bela negara dan upaya pertahanan keamanan (pasal 27 dan pasal 30).

Untuk melaksanakan amanat UUD NKRI 1945 diperlukan:

1. Pengetahuan tentang bela negara dan pertahanan keamanan agar setiap WNI dapat: (a)

menunaikan hak dan kewajibannya dengan tepat; (b) ikut serta menyumbangkan pemikiran

terhadap perumusan dan penyelenggaraan konsepsi pertahanan keamanan negara;

kewaspadaan dan kesiapan menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan.

2. Motivasi perlu ditumbuhkan melalui pemahaman: (a) sejarah pembelaan negara secara

universal maupun nasional; (b) kondisi geografi, sumber daya manusia dan sumber daya

alam kita; (c) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi; (d) strategi pembangunan nasional

dan (e) yuridis formal.

Memahami, menghayati arti bela Negara dan pertahanan keamanan negara merupakan

salah satu upaya memupuk semangat nasionalisme dan jati diri bangsa Indonesia.

13

BAB III

NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI

3. 1. Pengantar

Manusia setelah membangsa membentuk organisasi yang akan melindungi diri dan

tempat tinggalnya. Organisasi tersebut dinamakan negara (state). Istilah negara semula diartikan

hanya sebagai tempat tinggal (country) yang diklaim sebagai miliknya. Membahas masalah

negara (state) kita harus membahas pula sistem politik yang berlaku dalam suatu negara.

Negara menurut Logemann adalah suatu organisasi masyarakat yang bertujuan dengan

kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat (Naning, 1983: 3) Lebih

jauh menurut Max Weber negara adalah suatu struktur masyarakat yang menpunyai monopoli

dalam menggunakan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah (Budiardjo, 2008: 49).

Dengan demikian negara merupakan alat masyarakat untuk mengatur hubungan manusia dengan

masyarakat. Ada legitimasi, yaitu Negara dapat memaksa kekuasaannya secara sah terhadap

semua kolektiva dalam masyarakat.

Ada tiga sifat yang merupakan kedaulatan: (1) Sifat memaksa, di mana negara memiliki

kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara sah (legal) agar dapat tertib dan aman; (2)

Sifat monopoli, yaitu negara berhak dan kuasa tunggal menetapkan tujuan bersama dari

masyarakat (tujuan nasional); (3) Sifat mencakup semua, yaitu semua peraturan perundang-

undangan mengenai semua orang baik warganegara maupun penduduk. Dari ketiga sifat inilah

timbul konsepsi negara hukum. Timbullah dalil: “Tiada masyarakat tanpa hukum” dalam teori

ilmu hukum.

3. 2. Persyaratan Negara

Berdasarkan Konvensi Montevideo, untuk suatu negara diperlukan 3 (tiga) syarat yang

bersifat konstitutif. Persyaratan tersebut adalah: (1) Harus ada wilayah yang telah dinyatakan

sebagai milik bangsa dan batas-batasnya ditentukan melalui perjanjian internasional; (2) Harus

ada rakyat yang mendiami wilayah tersebut dan dapat terdiri dari atas berbagai golongan sosial.

Rakyat negara harus patuh pada hukum dan Pemerintah yang sah; (3) Harus ada Pemerintah yang

berhak mengatur dan berwewenang merumuskan serta melaksanakan peraturan perundang-

undangan yang mengikat warganya. Lebih lanjut Prof. DR. Sri Soemantri, SH (Dikti, 2001: 36)

dapat pula ditambahkan adanya pengakuan kedaulatan dari negara lain. Kedaulatan merupakan

14

unsur yang mutlak harus ada dan merupakan ciri yang membedakan antara organisasi pemerintah

dengan organisasi sosial. Agar mampu menghadapi lawan, negara berhak menuntut kesetiaan

para warganya. Demikian pula dapat ditambahkan adanya tujuan negara baik tersurat maupun

tersirat melalui konstitusi. Rumusan tujuan nasional dalam konstitusi negara merupakan

pedoman untuk pola tindak. Tujuan nasional bangsa Indonesia dalam bernegara tertuang dalam

Pembukaan UUD 1945 alinea IV, antara lain tertulis: melindungi segenap bangsa dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

3. 2. 1. Wilayah Negara

Wilayah merupakan tempat tinggal suatu bangsa dan berbatasan dengan wilayah negara

lain. Kekuasaan Negara mencakup tidak hanya tanah tetapi juga laut dan udara hingga

ketinggian tertentu. Regim hukum laut modern (UNCLOS 1982) menjadikan negara kepulauan

suatu entity besar. Hal ini harus dapat dipertahankan eksistensinya, dan untuk itu diperlukan

kemampuan intelektual penduduk di samping masalah sumber-sumber daya lainnya, yang akan

dibahas lebih lanjut dalam Bab V Buku Bahan Ajar III ini.

3. 2. 2. Warga Negara

Rakyat merupakan unsur yang penting bagi suatu negara. Negara tanpa rakyat tidak ada

artinya. Yang termasuk rakyat ialah semua orang yang mendiami suatu wilayah kekuasaan

negara. Dalam wilayah kekuasaan negara subjek ?? dapat dibedakan antara penduduk dan

bukan penduduk. Secara rinci telah kita bahas melalui Bab II Buku Bahan Ajar III.

3. 2. 3. Pemerintah

Pemerintah adalah organisasi yang berwewenang untuk merumuskan dan melaksanakan

keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk dalam suatu wilayah. Dalam hal ini

bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan negara. Negara mencakup semua

penduduk, sedangkan pemerintah mencakup hanya sebagian dari penduduk. Pemerintah sering

berubah sedangkan negara relatif tetap bertahan, kecuali bila diserbu dan dikuasai oleh negara

lain. Ada pembagian kekuasaan hingga menjadi eksekutif, legislatif dan yudikatif, meskipun

sering semu. Lebih lanjut membahas Pemerintah dan Sistem Pemerintahan akan tertuang lebih

perinci pada Bab IV Buku Bahan Ajar III ini.

15

3. 2. 4. Konstitusi

Syarat—tambahan—suatu negara menurut Prof. DR. Sri Soemantri, SH (Dikti, 2001: 36)

adanya konstitusi, kedaulatan (pengakuan kedaulatan) dan tujuan negara yang tersurat maupun

tersirat melalui konstitusi. Konstitusi berfungsi sebagai pengatur dan pembatasan kekuasaan

negara, agar 3(tiga) sifat negara (Max Weber) tidak disalahgunakan oleh penyelenggara negara.

Konstitusi merupakan: (1) Pembatasan kekuasaan organ Negara; (2) Mengatur hubungan antar

organ negara; (3) Mengatur hubungan kekuasaan organ negara dengan warganegara; (4)

Pembatasan kekuasaan Pemerintah; (5) Memberi legitimasi kekuasaan pada Pemerintah; (6)

Instrumen pengalihan kewenangan. Dengan demikian konstitusi merupakan alat: (1)

Pengendalian sosial dan politik; (2) Reformasi sosial dan politik; (3) Rekayasa sosial dan politik.

3. 2. 5. Kedaulatan Negara

Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi bagi negara untuk membuat undang-undang dan

melaksanakan dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia dan berlaku di seluruh

wilayah dan rakyat. Ada kedaulatan ke dalam (internal souvereignty) dan kedaulatan untuk

mempertahankan diri dari gangguan dan serangan negara lain (external souvereignty).

Kedaulatan merupakan konsep yuridis dan kedaulatan adalah mutlak harus ada pada suatu

negara. Ciri khas kedaulatan adalah tidak terikatnya suatu negara dengan negara lain. Menurut

Grotius (Loebis, 1997: 27) “Negara merupakan ikatan-ikatan manusia yang insyaf akan arti dan

panggilan hukum kodrat”. Negara berasal dari perjanjian yang disebut “pactum”. Kedaulatan

itu timbul dari hak untuk memerintah atas suatu komuniti (community) manusia. Kedaulatan itu

sekaligus memberikan status apakah suatu negara benar-benar merdeka atau masih di bawah

perwalian negara lain atau Perserikatan Bangsa Bangsa.

3. 2. 6. Tujuan Negara

Seperti halnya dengan individu, keluarga, masyarakat dan bangsa, negara harus

merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama mendirikan negara adalah agar tetap ada

(eksis) dan memberi kesejahteraan bagi warganegaranya. Tujuan mendirikan negara biasanya

tertuang dalam pembukaan konstitusi. Pembukaan konstitusi suatu negara menggambarkan

cerminan kebutuhan bersama rakyat atau bangsa tersebut. Demikian juga tujuan Negara

16

Kesatuan Republik Indonesia telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dan

dirumuskan dalam satu kalimat.

3. 3. Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945

Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945—sebutan untuk UUD

1945 yang telah diamandemen—adalah salah satu hasil gerakan konstitusionalisme. Yaitu paham

yang selalu mengawasi dan meninjau kembali agar pemerintahan tetap pada jalan yang tetap dan

benar. Dalam sejarah negara kita UUD 1945 telah diamandemen sebanyak 4 (empat) kali agar

sesuai dengan eranya.

Pada amandemen UUD-1945 tidak ada lagi Penjelasan tentang Undang-undang Dasar

Negara Indonesia. Padahal, dengan membaca teksnya saja masih sulit untuk mengerti maksud

dan makna pada saat UUD tersebut dibuat. Pembukaan UUD dengan Batang Tubuh hendaknya

relevan. Dalam Batang Tubuh UUD sebenarnya merupakan penjabaran dari pembukaan dengan

melalui pasal-pasal. Pasal-pasal akan sulit dicerna oleh masyarakat oleh karena itu sebaiknya

diikuti Penjelasan pada pasal-pasalnya melalui bagian atau bab tersendiri. Karena tidak ada

penjelasan maka akan terlihat adanya ketidak samaan dalam isi UUD NKRI 1945.

Dalam UUD NKRI 1945 tersurat prinsip penyelenggaraan Negara: (1) Ketuhanan Yang

Maha Esa; (2) Prinsip persatuan dan keragaman dalam Negara Kesatuan; (3) Cita Negara

Integralistik; (4) Negara Republik; (5) Sistem Pemerintahan Presidensiil; (6) Paham Kedaulatan

Rakyat (demokrasi); (7) Demokrasi langsung/demokrasi perwakilan; (8) Cita Negara Hukum

(nomokrasi); (9) Pemisahan kekuasaan dan prinsip check and balance; (10) Demokrasi Ekonomi;

(11) Cita Masyarakat Madani, yaitu masyarakat yang rukun, adil dan beradab. Prinsip

penyelenggaraan negara tersirat pada Pembukaan UUD dan penjabarannya melalui pasal-pasal

asli UUD maupun pasal-pasal hasil amandemen.

3. 4. Konsepsi Negara Hukum Indonesia

Pemikiran mengenai Negara Hukum diawali oleh Plato (429-347 S.M.), dalam dua buah

bukunya yang terkenal, yaitu politeia (negara) dan nomoi (hukum). Semula ia berpendapat

bahwa negara yang ideal adalah yang diselenggarakan oleh para ahli filsafat. Dari hasil

pengamatannya, ia berkesimpulan bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang

berdasarkan pengaturan (hukum) yang baik, yang disebutnya dengan istilah Nomoi. Sesuai

dengan perkembangannya ide negara hukum tidak relevan lagi karena negara menjadi sangat

17

berkuasa sehingga tumbuh konsep etatisme, yaitu suatu paham yang lebih mementingkan negara

dari pada rakyatnya (KBBI, 2002: 309).

Ide negara hukum muncul kembali pada permulaan berkembangnya aliran liberal, yaitu

menjelang dan saat revolusi kaum borjuis di Perancis. Dari Revolusi Perancis (1789) inilah

berkobar semangat kebebasan (liberte), persamaan derajat (egalite) dan persaudaraan

(fraternite). Faham individualistik atau perseorangan berkembang.

Aliran liberal mendambakan suatu negara hukum yang menjamin ketertiban dan

keamanan masyarakat, agar setiap orang dapat dengan aman dan bebas mencari penghidupan

serta mengurus kehidupannya masing-masing. Negara hukum seperti tersebut pada dasarnya

tidak memerhatikan kesejahteraan umum rakyatnya. Dalam perkembangan pemikiran liberal

kemudian terbukti bahwa peran negara tidak dapat dihindarkan dari kewenangannya untuk ikut

campur tangan dalam penentuan pola kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya, yang asumsinya

untuk mencerminkan adanya perlindungan terhadap hak asasinya. Negara Hukum Liberal

kemudian berkembang menjadi Negara Hukum Formal (peran raja harus berdasarkan undang-

undang atau hukum). Negara Hukum Materiil (undang-undang tersebut telah berkembang

menjadi yang melindungi hak-hak asasi manusia). Perkembangan Negara Hukum Materiil

menjadi Negara Kemakmuran (Welfare State), namun ciri khasnya masih menekankan pada

kepentingan-kepentingan individualistik. Dengan demikian jelas bahwa Negara Hukum model

Eropa tersebut bukanlah yang dikehendaki oleh para pendiri Republik Indonesia, dan bukan pula

yang dimaksudkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Negara Hukum Indonesia adalah suatu konsepsi tentang Negara Hukum yang mempunyai

lima macam unsur utama, yang semuanya tercantum dalam UUD 1945. Penjelasan Umum No.

III UUD 1945: (1) Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung

dalam “Pembukaan”, yang ingin mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar

Negara; (2) Rumusan yang terungkap:Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak berdasar atas

kekuasaan belaka, yang rumusannya tertuang dalam batang tubuh UUD NKRI 1945; (3)

Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi, tidak bersifat absulotisme (Penjelasan UUD 1945),

yang berarti bahwa pemerintahan Republik Indonesia dalam menjalankan tugasnya harus

berdasarkan atas kewenangan-kewenangan yang dirumuskan dalam UUD; (4) Segala

warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya {pasal 27 ayat (1)}; (5).

18

Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan

Pemerintah {Pasal 24 ayat (1) UUD NKRI 1945}. Dari gambaran tersebut secara ringkas kelima

unsur utama Negara Hukum Indonesia terbukti dengan adanya:

1. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.

2. Negara Indonesia yang berdasar atas hukum.

3. Pemerintahan yang berdasar atas sistem konstitusi.

4. Kesamaan kedudukan para warga negara dalam hukum dan pemerintahan, dan kewajiban

mentaatinya tanpa kecuali (pola hak dan kewajiban asasi/manusia Indonesia).

5. Kekuasaan kehakiman yang merdeka terlepas dari pengaruh pemerintah.

Kesemuanya menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar Pancasila telah menjelma dalam konsepsi

Negara Hukum Indonesia. Namun demikian masih ada lagi nilai-nilai lain yang lebih mengenai

masalah pengaturan organisasi negara dan perihal pembentukan hukumnya.

Indonesia sebagai negara hukum telah menentukan hirarki hukum di Indonesia yang

dikukuhkan melalui Ketetapan MPR RI, dengan urutan:

1. Peraturan Dasar: Undang-undang Dasar dan Perubahannya, Piagam Dasar

2. Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Jurisprudensi.

3. Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden.

4. Peraturan Menteri/Peraturan Pejabat setingkat Menteri.

5. Peraturan Daerah Provinsi

6. Peraturan Gubernur.

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

8. Peraturan Bupati/Walikota

9. Peraturan Desa

3. 5. Hak Asasi Manusia

3. 5. 1. Perkembangan Sejarah Hak Asasi Manusia

Berdasarkan tiga sifat yang mendasari kedaulatan suatu negara, sering terjadi

penyalahgunaan wewenang oleh para penguasa negara. Menghadapi kesewenang-wenangan ini

tumbuh gagasan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu perkembangan

perjuangan menegakkan HAM sama tuanya dengan perkembangan peradaban manusia. Gagasan

HAM muncul ketika manusia yang satu merasa diperlakukan tidak manusiawi oleh pihak yang

19

lain. Penguasa menindas rakyat, sehingga muncul diskriminasi berdasarkan ras, suku, agama,

dan perbedaan lainnya. Selanjutnya jatuh korban-korban sebagai akibat penindasan manusia atas

manusia. Ide HAM itu semula berkembang di Inggris yaitu pada masa Pemerintahan Raja John

of England, dan pada tahun 1215, ketika para kesatria memaksa Raja Inggris untuk menanda

tangani suatu perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Besar (Magna Carta) (Ball, 1973: 100).

Magna Carta itu sendiri sebenarnya tidak berarti banyak dalam upaya penegakkan HAM masa

sekarang.

Pelangaran hak asasi masih terus dilakukan oleh para penguasa. Oleh karenanya upaya

penegakan HAM terus-menerus dilakukan oleh elit politik dan para intelektual. Pada abad

Pertengahan antara lain melalui: (1) Undang-undang Hak (Bill of Rights) 1689, disyahkan oleh

Raja JAMES II dari Inggris dan merupakan perlawanan badan legislatif dalam revolusi tak

berdarah 1688; (2) Undang-undang Hak (Bill of Rights) 1789, disusun oleh Rakyat Amerika

Serikat dan dimasukkan ke dalam konstitusi mereka. Bill of Rights ini sangat individualistik

sifatnya dan mementingkan masalah hak daripada kewajiban manusia; (3) Deklarasi hak-hak

manusia dan warganegara di Perancis (Declaration des droits de l’homme et du citoyen),

merupakan hasil dari revolusi Perancis 1789. Naskah ini merupakan perlawanan rakyat terhadap

monarkhi absolut. Pada masa ini perjuangan hak asasi manusia sangat dipengaruhi oleh pendapat

John Lock dan Jean Jacques Rousseau yang bersifat politis tentang pengertian hak-hak tentang

kebebasan.

Akhir abad XIX sampai dengan medio abad XX perjuangan penegakkan HAM berfokus

pada upaya menghukum para penjahat perang dan mereka yang terlibat dalam perencanaan

perang dan penyiapan serta pembunuhan masal atas suatu masyarakat. Namun upaya ini

diwujudkan dengan penggunaan asas retroaktif yang sebenarnya bertentangan dengan asas

hukum pidana, yakni orang hanya dapat dihukum jika telah dibuat peraturan perundangannya.

Proses Peradilan Militer di kota Nurenburg dan Tokyo serta deklarasi-deklarasi tentang

kebebasan, baik semasa abad pertengahan hingga Perang II merupakan pilar bagi Deklarasi

Universal HAM. Proses peradilan-peradilan militer kini berdampak positif bagi hukum

internasional yaitu bahwa individu dapat dikenai hukum yang setimpal atas kejahatannya.

Individu kini dapat dijadikan subjek dan objek hukum internasinal. Dampak lainnya adalah

Resolusi PBB tanggal 11 Desember 1945 yang menyetujui asas hukum yang dipakai dalam

kedua pengadilan militer tersebut sebagai konsep HAM. Komisi Hukum Internasional PBB

20

kemudian menuangkan dalam rumusan resmi sehingga memberikan kontribusi tercapainya

“Universal Declaration of Human Rights” pada tanggal 10 Desember 1948.

3. 5. 2. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

Dari gambaran di atas jelaslah bahwa seusai Perang Dunia II kedudukan pribadi manusia

memperoleh pengakuan yang luas dan kokoh dalam hukum Internasional. Namun untuk

membuat deklarasi universal tentang hak asasi manusia membutuhkan perdebatan yang cukup

panjang antara blok Barat dan blok Sosialis. Deklarasi HAM unversal didirikan atas empat

tonggak utama, yaitu: (1) Hak-hak pribadi antara lain hak-hak: persamaan, hidup, kebebasan,

kemanan dan lain sebagainya; (2) Hak-hak milik individu dalam kelompok sosial di mana ia ikut

di dalamnya; (3) Kebebasan-kebebasan sipil dan hak-hak politik untuk dapat ikut serta dalam

pemerintahan; (4) Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Bila ditinjau pasal demi pasal, HAM universal PBB menurut Abdul Hakim Garuda

Nusantara (Cassese, 1994: xv) dapat disimpulkan dari 30 pasal, hanya 1 pasal yang membahas

masalah kewajiban manusia, 25 pasal membahas tentang hak manusia sebagai individu. Timbul

perbedaan dalam menerapkan HAM pada masing-masing negara anggota PBB.

3. 5. 3. Perbedaan Persepsi pada HAM Universal

Ada perbedaan pandangan atau persepsi dari masyarakat internasional tentang HAM

universal. Perbedaan pandangan itu sebenarnya menyangkut, masalah pandangan hidup dan adat

istiadat masing-masing bangsa dan negara. Ada dua kelompok utama yang menanggapi masalah

HAM, yaitu: kelompok universalis dan kelompok komunitarian. Kelompok universalis, yaitu

negara-negara Barat Modern—Inggris, Perancis, Amerika Serikat—dan Eropa Barat yang

merupakan kelompok negara yang memerintah lebih dari separo dunia sampai akhir dekade 20an

(Huntington, 1997: 92). Apalagi pasal-pasal dalam Deklarasi HAM Universal dipengaruhi oleh

faham individualistik negara-negara pemenang PD II. Sementara itu, negara sosialis yang

dipimpin Uni Soviet tetap berpendapat bahwa hak-hak asasi telah hilang dari individu dan

terintegrasi dalam masyarakat. Pemikirannya adalah bahwa HAM tidak ada sebelum negara ada.

Oleh karena itu negara berhak membatasi apabila situasi menghendakinya.

Pemikiran HAM universal juga tidak sesuai—bahkan bertentangan—dengan filsafat

bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Perbedaan konsepsi Barat dengan Timur—dalam hal ini Asia

dan Afrika—adalah berkaitan dengan budaya dan agama. Kedudukan tinggi diberikan kepada

21

kepala adat, dan bagi Islam asalkan tidak berbeda pendapat sepanjang tidak bertentangan dengan

Al-Qur’an. Sebagai akibatnya tradisi Asia dan Afrika terkontaminasi dengan tradisi Barat

sehingga mempersulit perkembangan negara-negara Asia dan Afrika secara lebih modern

(Cassasse, 1984: 70-75). Timbul beberapa interpretasi HAM.

Perbedaan pandangan tersebut sebagai berikut: (1) Universal absolut, yang memandang

HAM sebagai nilai seperti yang dideklarasikan oleh PBB. Pandangan ini tidak menghargai

masalah sosial budaya yang melekat pada masing-masing bangsa atau negara; (2) Universal

relatif, yang memandang secara universal dengan beberapa pengecualian demi suatu alasan

tetrtentu; (3) Komuntarian absolut, seperti keinginan negara-negara sosialis, yang dipimpin Uni

Soviet; (4) Komunitarian relatif, yang memandang persoalan HAM sebagai masalah universal,

namun juga menjadi masalah nasional. Karena ada perbedaan itu, masing-masing region

membuat kesepakatan HAM, yang berlaku di wilayah regional sehingga akhirnya adanya koreksi

total atas HAM universal.

3. 5. 4. Upaya Perumusan Kembali Deklarasi HAM

Situasi dan posisi negara-negara anggota Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) antara tahun

1946 – 1948 yang beranggotakan 58 negara terbagi atas 5 blok: (1) Blok Barat, 14 negara yang

umumnya pemenang PD II, termasuk Australia dan New Zealand; (2) Blok Sosialis, 6 negara

sosialis Eropa Tengah dan Timur; (3) Blok Asia, 14 negara (tidak termasuk Indonesia): (4) Blok

Afrika 4 negara; dan (5) Blok Amerika Latin, 20 negara, yang dengan gigih ingin menegakkan

HAM dan selalu memihak Blok Barat Untuk negara-negara yang baru merdeka umumnya tidak

sadar dan tetap menghormati bekas penjajahnya, padahal budaya dan sistem politiknya akan

berbeda.

Negara-negara Barat tetap ingin mempertahankan apa yang telah dideklarasikan tahun

1948. Namun negara-negara sedang berkembang (NSB)—dikenal juga sebagai Negara Dunia

Ketiga (NDK), yang terdiri dari negara baru merdeka dan Amerika Latin—tetap menghendaki

perubahan. Apabila tidak ada pembatasan pasal-pasal tentang HAM universal, negara-negara ini

khawatir akan mengganggu stabiltas nasionalnya. Tahap awal melalui kesepakatan—yang sulit

—mengenai hak sipil dan politik dengan “Konsep Non-Derogable” (Budiardjo, 2008: 222).

Dalam konsep ini disepakati sifat HAM yang tidak boleh dibatasi/diretriksi dan yang boleh

dibatasi dalam keadaan darurat. Adapun, hal yang tidak boleh diretriksi dalam keadaan apa pun

22

ialah: (1) hak atas hidup; (2) hak untuk tidak disiksa; (3) hak atas kebebasan dan keamanan

dirinya; (4) anti pasang badan; (5) sifat kedaluwarsaan tindakan kriminal, dikenal sebagai asas

non-retroaktif; (6) hak pribadi di hadapan hukum; (7) hak kebebasan berpikir, berkeyakinan dan

beragama.

Dengan dasar kesepakatan ini secara berkala dilakukan pertemuan para tokoh hak asasi

manusia yang akhirnya dikeluarkan Deklarasi Universal Kewajiban Asasi Manusia (Universal

Declaration of Human Responsibilities).

3. 5. 5. Deklarasi Universal Kewajiban Asasi Manusia

Pada tahun 1997 suatu organisasi internasional mencanangkan deklarasi tentang

kewajiban manusia yang intinya berusaha melengkapi pasal 29 tentang HAM universal.

Deklarasi ini merupakan gagasan dari 60 tokoh pemikir dan para negarawan. Mereka

mendengarkan dari banyak kesepakatan tentang kewajiban yang dibuat oleh NDK melalui

pertemuan negara-negara regional. Kesepakatan itu antara lain: African Charter on Human and

Peoples’ Rights (1981); Cairo Declaration on Human Rights in Islam (1990); Bangkok

Declaration—kesepakatan negara-negara Asia—(1993); dan (4) Vienna Declaration and

Program of Action (1993).

Hasil pemikiran ke 60 tokoh dituangkan dalam deklarasi dan dikenal juga sebagai

“Kaidah Emas” (golden rules) antara lain: (1) hak atas hidup, ada kewajiban menghormati hidup;

(2) hak atas kebebasan, ada kewajiban menghormati kebebasan orang lain; (3) hak atas

keamanan, ada kewajiban menciptakan kondisi human security; (4) hak berpartisipasi dalam

politik dalam negara sendiri, berkewajiban berpartisipasi dalam memilih pemimpin terbaik; (5)

hak bekerja dalam kondisi yang adil dan menguntungkan, wajib bekerja dengan penuh

kemampuan kita; (6) hak kebebasan berfikir, memiliki hati nurani dan beragama, wajib

menghormati pikiran dan agama orang lain; (7) hak memperoleh pendidikan, wajib belajar penuh

sesuai dengan kemampuan dan membagi pengetahuan serta pengalamannya kepada orang lain;

(8) memperoleh hak menikmati kekayaan alam, wajib menghormati, memelihara dan

memulihkan bumi serta sumber-sumber alam. Di samping itu masih menambah pasal yang

berisikan kewajiban umum, sehingga secara keseluruhan menggambarkan adanya etika global.

Masalah agama dibahas bahwa kita hendaknya meningkatkan toleransi yang mengarah pada

pluralisme.

23

3. 5. 6. Hak Asasi Manusia Awal Abad 21

Upaya penegakan HAM di dunia mengalami perubahan. Perubahan ini sehubungan

dengan adanya tragedi 11 September 2001 di New York. Negara-negara yang awalnya ingin

berkampanya tentang penegakan HAM secara global berubah menjadi negara yang melakukan

kekerasan demi keamanan dalam negerinya. Bahkan mereka berupaya masuk ke wilayah negara

lain dengan dalih ingin memerangi terorisme. Banyak negara menyusun hukum anti terorisme

yang sedikit banyak mengurangi kebebasan sipil (civil liberties). Selanjutnya dicari paradigma

baru. Namun satu hal yang tetap berjalan bahwa kejahatan yang akan dituduhkan pada pelaku

adalah seperti pada pengadilan di Nuremberg dan Tokyo (1945) yaitu: kejahatan terhadap

perdamaian, kejahatan perang dan kejahatan terhadap perikemanusiaan. Selanjutnya didirikan

Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) pada tahun 2002. Kekuasaan

mahkamah ini sangat besar, sehingga dibatasi oleh ketentuan bahwa setiap pelanggaran yang

akan diajukan untuk diadili di mahkamah ini harus dapat persetujuan Dewan Keamanan.

Mahkamah Pidana Internasional harus membuktikan bahwa akan bertindak adil, efektif dan tidak

menggunakan standar ganda.

Dari gambaran di atas, pada dasarnya penegakan HAM tidak mudah dan sering

menimbulkan ketidak adilan juga. Upaya penegakan HAM tidak jarang menggerogoti kedaulatan

negara baik secara intern maupun extern.

3. 6. Hak Asasi Manusia di Indonesia.

3. 6. 1. Pandangan bangsa Indonesia

Pandangan bangsa Indonesia tentang HAM agak berbeda dengan HAM universal, di

mana HAM universal lebih mengutamakan hak individu daripada kewajiban individu. Negara

Republik Indonesia seperti pada umumnya negara Asia dan negara sedang berkembang,

pendekatan yang dipakai adalah: pendekatan partikularistik relatif. Dalam UUD 1945 tidak

banyak membahas HAM universal kecuali dalam dua hal yakni pernyataan sila keempat

Pancasila dan pasal 29. Selebihnya UUD 1945 membahas masalah Hak Asasi Warganegara

(HAW). Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 menunjukkan bahwa HAM Indonesia lebih

mendekati HAW, yaitu adanya pernyataan “bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa …

dst…”. Oleh karena itu bangsa Indonesia menyatakan bahwa hak asasi manusia merupakan hak

dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia dan selanjutnya manusia juga mempunyai

24

kewajiban dasar antara yang satu terhadap lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia tetap mengemban

tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi

Universal tentang HAM.

Sesuai dengan amanat UUD 1945 kini Indonesia telah membuat UU no 39/1999 tentang

HAM. Dalam UU tersebut selain memuat hak dasar manusia, memuat kewajiban dasar manusia,

kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah. Dalam UU tersebut memuat pula hak dan

kewajiban masyarakat, pengadilan bagi pelanggaran HAM serta pembentukan Komisi Nasional

HAM (KOMNAS HAM) yang bertujuan antara lain: mengembangkan kondisi yang kondusif

bagi pelaksnaan HAM serta meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna

perkembangan pribadi manusia.

Hak asasi manusia yang menjadi kebebasan dasar manusia antara lain memuat pasal-

pasal yang menyangkut:

1. Hak untuk hidup.

2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.

3. Hak mengembangkan diri.

4. Hak memperoleh keadilan.

5. Hak atas kebebasan pribadi.

6. Hak atas rasa aman.

7. Hak atas kesejahteraan

8. Hak turut serta dalam pemerintahan.

9. Hak wanita

10. Hak anak.

3. 6. 2. Beberapa Keunikan UU HAM Indonesia

Kekhasan UU No. 39/1999 tentang HAM menyangkut :

1. masalah wanita antara lain (pasal 46, pasal 49, pasal 50 dan pasal 51)

2. masalah anak antara lain (pasal 53, pasal 54, pasal 59 dan pasal 60)

3. kewajiban dasar manusia (pasal 68).

Penjelasan pasal 46 menentukan bahwa harus ada keterwakilan wanita pada ketiga badan

(legislatif, eksekutif dan peradilan). Sebagai tindak lanjutnya dalam kampanye pemilihan umum

25

di Indonesia menjadi issue sentral, meski hanya sebatas wacana, dengan memasang nama wanita

sebagai daya tarik. Sementara itu, pengertian perlindungan lebih menitik beratkan pada

perlindungan fungsi reproduksi. Hal ini menyangkut masalah kehidupan generasi penerus

bangsa. Kebebasan menikah dibatasi adanya ketentuan agama, misalnya dalam hukum

perkawinan Islam di mana adanya kewajiban persetujuan wali. Dalam hal ikatan perkawinan

seorang isteri punya kewajiban dan tanggung jawab yang sama terhadap pembinaan masa depan

anak. Dan ini merupakan bentuk bahwa NKRI telah meratifikasi Convention on The Rights of

The Child.

Dalam hal hak anak secara tersirat pada pengertian bahwa anak telah dilindungi sejak

janin hingga menjadi manusia (dilahirkan). Dan selanjutnya, mengharuskan kepada orang tua

untuk mengakuinya dengan tersuratnya melalui pasal 53 ayat (2). Dengan demikian anak

tersebut akan terangkat martabatnya.

Kekhasan lain adalah ada salah satu pasal yang menyangkut Kewajiban Dasar Manusia

(pasal 68) tersurat “setiap warganegara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”,

padahal menurut pasal 30 UUD-1945 (asli) dan pasal 27 UUD-2000—sebutan bagi perubahan II

—mengisyaratkan ada hak dan kewajiban dalam pembelaan negara. Ini mengandung arti bahwa

UUD 1945 menghormati demokrasi dalam upaya pembelaan negara. Sementara itu, dari UU

HAM kita menghendaki suatu kewajiban yang berarti kurang/tidak demokrasi dalam upaya

pembelaan negara, dan ini tampaknya dipengaruhi HAM universal. Pada UUD NKRI 1945

upaya pembelaan negara dan usaha pertahanan keamanan negara (pasal 30), hak dan kewajiban

warganegara, mengandung pengertian bahwa warganegara dapat secara spontan membela dan

mempertahanan keamanan negara.

Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah termuat sebanyak 2 (dua) pasal yang

membahas masalah kewajiban pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan

memajukan hak asasi manusia yang disesuaikan dengan hukum internasional. Ini mengandung

arti bahwa negara kita akan menghormati hukum internasional sepanjang dapat diterima oleh

negara Republik Indonesia.

26

BAB IV

NEGARA DAN SISTEM POLITIK

4. 1. Pengantar

Setiap negara tentu akan selalu berjuang untuk mewujudkan tujuan nasionalnya (tunas),

begitu juga dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tunas NKRI tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Untuk melaksanakan tunas melalui pembengunan nasional

(Bangnas). Pelaksanaan Bangnas tidak dapat dilakukan secara serempak, melainkan bertahap

dan berkesinambungan. Pelaksaaan program bangnas dikenal sebagai politik nasional dan

strategi nasional (Polstranas).

Masa Orde Baru rencana bangnas dituangkan dalam suatu Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang bernama Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang berisi

program pembangunan jangka panjang (PJP) 25 tahun dan program pembangunan jangka sedang

(PJS) 5 tahun. Presiden yang dipilih oleh MPR-RI berkedudukan sebagai mandataris MPR,

bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan GBHN itu. Untuk melaksanakan GBHN tersebut

Presiden dibantu Kabinet menyusun Rancangan Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) yang

dituangkan dalam bentuk Keputusan Presiden (KEPPRES).

UUD NKRI 1945 tidak ada lagi GBHN yang dibuat oleh MPR, tetapi sebagai gantinya

muncul Visi dan Misi pasangan Presiden/Wakil Presiden yang disampaikan mereka pada saat

kampanye Pemilihan Presiden. Kemenangan Calon Presiden/Wakil Presiden terpilih dapat

diartikan sebagai Persetujuan Mayoritas Rakyat pada Visi dan Misi yang dikampanyekan

sehingga dapat disamakan sebagai pengganti GBHN. Setelah Presiden terpilih dilantik, maka

Presiden dibantu Kabinet menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 5 tahun 2004 – 2009 dan dituangkan dalam bentuk Peraturan Presiden (PERPRES)

yang dapat disamakan dengan REPELITA. Dengan demikian Bangnas yang berpedoman pada

Visi dan Misi Presiden dan RPJMN dapat disebut sebagai Politik dan Strategi Nasional.

Selanjutnya pada bab ini akan membahas masalah politik dan pelaksanaannya di Negara kita.

4. 2. Politik dan Perkembangannya

Politik dari bahasa Yunani Kuno polis yang berarti kota/negara. Selanjutnya diartikan

sebagai “segala masalah” yang dihadapi anggota polis. Kini pengertian itu diperluas menjadi:

“segala urusan dan tindakan mengenai Pemerintahan negara atau terhadap negara lain (KBBI,

27

2002: 886). Politik sebagai ilmu telah cukup tua dikenal di Yunani sejak tahun 450 SM melalui

tulisan Plato dan pemikir di masanya. Di India terdapat karya sastra yang membahas masalah

kenegaraan yang berjudul Dharmasastra dan Arthasastra (500 SM). Kira-kira pada tahun yang

sama di Cina terdapat karya tulis filsuf Confuncius (Kung Fu Tzu), Mencius dan Mazhab

Legalitas (+ 350 SM). Di Indonesia, kita kenal adanya kitab Negarakertagama (abad XIII) dan

Babad Tanah Jawi. Namun sayangnya penulisan politik di Asia menjadi mundur sejak abad XIX

(Boediardjo, 2008: 5).

Di Eropa sejak abad Pertengahan pengetahuan tentang politik berkembang dan menyebar

ke benua lain hingga kini. Penulisannya berkembang melalui penulisan Jean J. Rousseau,

Thomas Hobbes, John Lock, dan lain-lain. Tulisan-tulisan merekalah yang kini menjadi patokan

mengaturan politik masa kini. Namun politik juga dianggap seni seperti dikemukakan oleh

Quincy Wright “the art of influencing, manipulating or controlling major groups, so as the

advantage the purpose of some against the opposition of others” (Chandra, 1979: 5)

Sebagai lanjutannya definisi politik menjadi macam-macam: “macam-macam kegiatan

yang menyangkut proses penentuan tujuan dan sistem pelaksanaan tujuan”. Untuk melaksanakan

tujuan ditentukan kebijakan umum (public policy) yang menyangkut kepentingan bersama

masyarakat, bangsa dan negara, bukan perorangan atau golongan. Dalam pembahasan kuliah ini

akan membatasi masalah konsep politik yang berarti kepentingan umum dan politik dalam arti

kebijakan (policy).

Hakikat politik: Pembinaan masalah bangsa dan negara, sedangkan pembinaan meliputi

rangkaian kegiatan: perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian. Dengan

demikian politik (politics) adalah segenap kegiatan yang berpengaruh pada alokasi nilai yang

mengikat masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya dengan baik. Untuk dapat

menyelesaikan masalah politik diperlukan kebijakan (policy). Lebih lanjut kebijakan adalah:

penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya

suatu cita-cita atau usaha mencapai keinginan yang dikehendaki, dan disertai asas, jalan atau cara

dan penggunaan alat dengan sebaik-baiknya.

Formulasi masalah politik akan menyangkut masalah: negara (state), kekuasaan (power),

pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy), pembagian (distribution) dan

alokasi (allocation). Sudah barang tentu masalah legitimasi, rasionalisasi wewenang, deferensi

struktur dan perluasan peran serta massa dalam politik akan menjadi bahan bahasan. Karena

28

ketiga masalah terakhir ini makin menjadi pembicaraan yang hangat pada masa sekarang. Oleh

karena itu dengan memahami politik sebagai ilmu, para peserta didik tidak hanyut pada

percaturan politik yang sering kaliprimordial. Kelanjutan pelaksanaan politik biasanya adalah

strategi.

Strategi merupakan upaya penyelesaian politik dengan cara lain, yang semula hanya

diajarkan pada sekolah militer Kini strategi juga diartikan sebagai metoda berpikir. Dengan

memperkenalkan pengertian strategi secara dini dapat membiasakan peserta didik untuk berpikir

strategik. Menurut Prof Dr.Faisal Affif (2003: 123), kebiasaan berpikir strategik belum melekat

sebagai bagian dari kepribadian bangsa kita. Akibatnya kita senantiasa berjalan tertatih-taih di

barisan belakang bangsa lain (Barat) dan kehilangan kesanggupan untuk menjadi pelopor yang

tangguh, melangkah di muka, menengadah selaku sang pemenang

4. 2. 1. Budaya Politik

Membahas masalah konsep-konsep politik perlu diketahui terlebih dahulu apa itu budaya

politik. Dengan demikian kita akan mengetahui sikap masyarakat dan sekaligus akan dapat

mengantisipasi proses politik pada kawasan tertentu.

Budaya Politik (Mas’oed, 1983: 39) adalah sistem kepercayaan dan sistem nilai yang

berwujud suatu pola tingkah laku tertentu baik berupa perbuatan maupun simbol-simbol tertentu

di mana tingkah laku dan simbol-simbol tersebut menjadi suatu keadaan yang mewarnai aktivitas

politik. Atau sikap warga negara suatu negara yang di latar belakangi oleh sistem nilai dan sistem

kepercayaan terhadap kehidupan pemerintahan dan politiknya. Penggolongan budaya politik ini,

berdasarkan sikap, nilai, informasi dan kecakapan politik dari warga negara/rakyat.

4. 2. 2. Struktur Politik atau Kelembagaan Politik

Struktur Politik adalah kerangka hubungan formal antara: rakyat-pemerintah-wilayah-

kedaulatan. Dalam kaitan ini struktur yang umum dimiliki oleh sistem politik meliputi:

1. Rakyat. Sebenarnya rakyat adalah pemegang kedaulatan. Dengan dikemukakannya teori

perjanjian, rakyat telah menyerahkan haknya melalui perwakilan, untuk membentuk

pemerintahan.

2. Kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha

memengaruhi kebijakan pemerintah, tanpa (pada waktu yang sama) berkehendak

29

memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak

berusaha menguasai pengelolaan pemerintah secara langsung. Kelompok kepentingan yang

terorganisasi akan sangat sulit dibedakan dengan dengan partai politik. Dalam melibatkan

diri di bidang politik kelompok ini harus menyalurkan melalui partai politik. Oleh karena itu

kelompok kepentingan ini sering disebut sebagai sayap partai politik. Pada masa orde lama

setiap kelompok kepentingan harus menginduk pada satu partai politik. Kelompok

kepentingan ini di Indonesia dikenal sebagai organisasi massa (ormas), namun pada

kenyataannya banyak yang tidak ingin disebut ormas, mereka ingin tetap menamakan diri

sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Non Government Organization (NGO) dan

lain sebagainya.

3. Partai Politik. Partai politik adalah suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya

berorientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini untuk memperoleh

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya dengan cara konstitusional)

untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Salah satu bentuk kebijakan pimpinannya

harus bersifat kolektif. Salah satu penyebab diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden no. X

tahun 1945 adalah ingin membuktikan bahwa NKRI adalah negara demokrasi.

4. Badan Legislatif. Badan legislatif adalah badan yang membuat undang-undang.

Anggotanya dianggap mewakili rakyat. Menurut teori yang berlaku maka rakyatlah yang

berdaulat; rakyat yang berdaulat ini mempunyai suatu kemauan. Badan legislatif dianggap

merumuskan kemauan rakyat dengan jalan menentukan kebijakan umum (public policy) yang

mengikat seluruh masyarakat. Dalam kenyataannya, bentuk dan susunan badan-badan

legislatif berbeda pada tiap negara. Dikenal sistem bikameral dan sistem unikameral.

Indonesia kini memakai sistem bikameral dengan adanya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) setelah pemilihan umum tahun 2004 (Simak UUD

NKRI 1945).

5. Badan Eksekutif. Badan ini melaksanakan tugas mengatur negara /pemerintah. Di negara

demokrasi biasanya badan eksekutif terdiri dari kapala negara/kepala pemerintahan, beserta

menteri-menteri, pegawai negeri sipil dan militer. Dalam naskah ini pengertian badan

eksekutif dipersempit, yakni hanya menyangkut kepala negara, kepala pemerintahan dan

menteri-menterinya. Tugas badan eksekutif menurut tafsiran tradisional asas trias politika,

hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan oleh badan legislatif.

30

Namun, pada kenyataannya badan eksekutif lebih leluasa ruang geraknya dibandingkan

badan legislatif.

6. Birokrasi. Badan ini didirikan/dibentuk karena makin meluasnya tugas pemerintahan

modern, sehingga tugas-tugas administrasi yang bersifat teknis tentunya tidak dapat ditangani

oleh para politisi. Oleh karena itu tidak terelakkan perlu ditunjuk kaum ahli. Selanjutnya

timbul kontroversi mengenai perlu tidaknya dibentuk birokrasi. Harold Laski tidak setuju

dibentuk birokrasi dan menyebutkan bahwa kekuasaan kaum birokrat tidak mudah

dikendalikan oleh lembaga-lembaga demokratis. Kaum birokrat secara terus menerus

memperluas ruang lingkup kekuasaannya sehingga sulit dikendalikan (Laski, 1966; 85).

Sedangkan Max Weber yang setuju adanya lembaga ini menyatakan bahwa birokrasi mampu

mencapai efisiensi yang paling tinggi dan bentuk administrasi yang paling rasional, karena

birokrasi merupakan pelaksana. Pengendalian oleh pemerintah melalui ilmu pengetahuan.

Dalam kaitan ini militer adalah bagian dari birokrasi, tetapi langsung di bawah Kepala

Negara tidak di bawah Kepala Pemerintahan.

7. Badan Yudikatif. Badan ini dalam konsep politik sebenarnya berperan sebagai penguji

peraturan perundang-undangan (judicial review). Dalam konsep trias politika klasik, ketiga

cabang kekuasaan harus benar-benar dipisahkan. Pada kenyataannya, pemisahanan tidak

mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya, sehingga pada jaman modern ini yang ada adalah

distribusi kekuasaan saja; artinya hanya fungsi pokoknya saja yang dipisahkan sedangkan

fungsi lainnya yang bersifat teknis dari ketiga cabang tersebut terjalin satu sama lainnya. Ini

disebabkan tugas-tugas kenegaraan yang semakin kompleks.

4. 3. Pemerintahan di Indonesia

Membahas sistem politik dan pemerintahan di Indonesia perlu menyimak latar belakang

perkembangan politik di jaman modern tidak hanya di Indonesia tetapi di beberapa negara Eropa.

Hal ini erat kaitannya dalam perjalanan politik bangsa Indonesa (baru) yaitu sebelum dan setelah

Proklamasi 17 Agustus 1945. Sistem politik di negara kita sangat dipengaruhi oleh proses politik

di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Politik nasional merupakan asas, haluan, usaha serta kebijakan tindakan dari negara

tentang pembinaan dan penggunaan secara totalitas segenap potensi nasional, baik yang masih

potensial maupun yang efetif untuk mencapai tujuan nasional. UUD 1945 (asli) dapat ditarik

31

kesimpulan bahwa GBHN merupakan gambaran arah politik nasional. Namun mulai tahun 2004

(hasil Pemilu) akan tergambar bahwa arah politik nasional kita tidak/kurang jelas. Hal ini

disebabkan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat yang akan datang tidak akan mengeluarkan

Ketetapan MPR RI.

4. 3. 1. Undang-undang Dasar.

Undang-undang Dasar juga dikenal sebagai konstitusi. Namun kita menganut istilah

UUD diangkat dari pengertian Grondwet (Belanda) atau Grundgesetz (Jerman) yang

mengandung pengertian berarti tertulis, sedangkan istilah konstitusi dianggap undang-undang

tidak tertulis, artinya setiap saat dapat diubah menurut perkembangan jaman. Terlepas dari

pengertian yang bermacam perlu kita ketahui bahwa hakikatnya adalah merupakan hukum

dasar dari suatu negara, di mana setiap hukum yang diciptakan harus mengacu pada hukum

dasar. Hukum dasar merupakan perjanjian luhur dari bangsa dalam mendirikan negara. Dalam

sejarah ketatanegaraan RI dapat diketemukan banyak kententuan konstitusional yang

diketemukan di luar naskah UUD, bahkan ada peraturan yang sama sekali di luar naskah UUD.

Hal ini karena masyarakat kita sibuk menghadapi pergolakan revolusi.

a. Periode 1945-1949. Pada periode ini perangkat/lembaga politik belum dapat dipenuhi

sebagai syarat suatu Negara, meskipun 3 syarat utama telah ada. Negara Kesatuan

Republik Indonesia dianggap sebagai jelmaan fasis “baru”. Untuk melengkapinya

institusi politik, dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No X yang merupakan jawaban

dari tuduhan negara pemenang perang. Sebagai akibatnya NKRI tidak konsekuen

melaksanakan UUD 1945. Menteri tidak bertanggung jawab kepada presiden, dengan

demikian Pemerintahan bersifat parlementer. Dalam kurun waktu tersebut Pemerintahan

parlementer dihentikan oleh Presiden sehubungan adanya keadaan darurat, yaitu pada

saat adanya penculikan PM Sutan Syahrir, Jatuhnya Kabinet Syahrir dan adanya

Pemberontakan PKI.

b. Periode 1950–1959. Pada periode ini demokrasi parlementer makin menonjol hal ini

disebabkan alam politik dunia sedang dalam pertarungan 2 blok (Barat dan Timur).

Meskipun ketiga UUD tidak menyebutkan adanya partai politik, namun kenyataannya

partai-partai politik yang memegang peranan penting pada percaturan politik di

32

Indonesia. Perubahan UUD di Indonesia dianggap kaku karena forum untuk

penentuannya harus 2/3 anggota hadir.

c. Namun para Penyusun UUD–1945 mempunyai pandangan mengenai fleksibilitas dengan

penjelasan sebagai berikut: UUD hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat

garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggara

negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Terutama

bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya

memuat aturan pokok, sedangkan aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu

diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah dan

mencabut.

d. Pada masa Orde Baru (1966-1998). Pemerintah RI berupaya, melaksanakan UUD-1945

secara murni dan konsekuen. Lembaga Tinggi Negara yang belum ada, dibentuk melalui

UU. Demikian pula pasal 3 UUD-1945 (tentang Ketetapan Garis Besar Haluan Negara)

dibuat rancangannya sejak dini. Pembuatan Rancangan GBHN oleh Dewan Pertahanan

Keamanan Nasional beserta tokoh masyarakat dan perguruan tinggi. Demikian juga

Badan Pekerja MPR berupaya memonitor apakah GBHN yang sedang berjalan dapat

dilaksanakan dengan tepat, sehingga dapat mengoreksi rancangan GBHN mendatang.

Pada saat pelantikan/pengesahan Anggota MPR/DPR (baru) pada bulan Oktober mereka

telah menerima rancangan GBHN dari Presiden. Sementara itu, pada masa persidangan

MPR para anggota MPR membahas rancangan yang telah cukup lengkap dan siap.

e. Pada masa Orde Reformasi tampaknya agak “kacau”, pembuatan GBHN singkat dan

tidak begitu jelas. Pada masa ini amandemen UUUD-1945 telah dilakukan sebanyak 4

(empat) kali, yang nampaknya kurang dikaji secara ilmiah. Dari 4 kali perubahan jelas

arah negara kita menuju kepada negara federal. Terbukti dengan perubahan pasal yang

intepretasinya mengarah ke federalisme yaitu pasal 2 ayat (1) UUD 1945 (baru)

menyebutkan bahwa MPR terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

f. UUD-1945 yang telah dirumuskan oleh para pendiri Negara Kesatuan mencakup:

Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan-penjelasan. Namun berdasarkan amandemen

IV pada sidang tahunan MPR, bagian ketiga telah dihapuskan. UUD-1945 telah

mengakomodasi konsep-konsep dasar penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,

33

berbangsa dan bernegara yang meliputi: (1) hak asasi bangsa/rakyat merdeka, (2) hak

asasi manusia, (3) negara kesatuan/persatuan, (4) negara republik, (5) negara hukum, (6)

demokrasi, (7) sistem pemerintahan negara, dan (8) penyelenggaraan negara.

4. 3. 2. Badan Eksekutif.

Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh Kepala Negara (Presiden) dan para menteri.

Dalam arti luas badan Eksekutif meliputi birokrasi (pegawai negeri dan militer). Dalam sistem

presidensiil menteri merupakan Pembantu Presiden, sedangkan dalam sistem parlementer

dipimpin oleh oleh Perdana Menteri. Dasar pemikiran ini adalah bahwa “raja tidak dapat

bersalah”. Jumlah anggota badan eksekutif + 20 orang sedangkan anggota legislatif dapat

mencapai 1000 orang. Tugas badan eksekutif berdasarkan tafsiran tradisional asas trias politica,

hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dirumuskan dan menyelenggarakan undang-

undang yang dibuat oleh badan legislatif. Namun, pada masa modern pemisahan seperti yang

dikehendaki oleh asas trias politika tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Oleh karena itu

wewenang badan eksekutif menjadi lebih luas. Keberhasilan pelaksanaan menuju welfare state

tergantung dari kreatifitas dan kemampuan para eksekutif. Wewenang Badan Eksekutif kini

mencakup beberapa bidang: (1) diplomatik (hubungan dengan negara lain), (2) administratif

(melaksanakan UU dan penyelenggaraan administrasi negara), (3) militer (mengatur TNI,

menyelenggarakan perang serta keamanan), (4) yudikatif (memberi grasi, amnesti dan lain

sebagainya), serta (5) legislatif (merancang UU dan membimbingnya dalam badan perwakilan

rakyat sampai menjadi UU).

4. 3. 3. Badan Legislatif.

Badan ini bertugas membuat undang-undang atau “to legislate”. Anggota dianggap

mewakili rakyat. Menurut teori yang berlaku rakyatlah yang berdaulat. Menurut Jean J.

Rousseau ada Volonte Generale/general will pada rakyat. Oleh karena itu disebut Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Parlemen Inggris merupakan DPR yang tertua di dunia. Sementara

itu, Jean J. Rousseau tidak setuju adanya DPR, tetapi menghendaki demokrasi langsung,

permasalahan ini hanya dapat terjadi apabila jumlah rakyatnya sedikit. Sesuai dengan Pancasila

kita menghendaki adanya DPR seperti tersurat pada sila keempat. Beberapa masalah yang perlu

dicermati antara lain: Sistem Satu Majelis dan Sistem Dua Majelis. Sistem bikameral (dua

majelis) biasanya ada pada negara federal sedangkan pada sistem uni kameral biasanya pada

34

negara kesatuan. Indonesia secara tidak langsung kini pada sistem bikameral (adanya DPR dan

DPD). Fungsi Badan Legislatif adalah fungsi legislatif dan fungsi control. Sebagai fungsi

kontrol DPR memiliki: hak tanya, hak interpelasi, hak angket dan mosi. Badan Legislatif di

Indonesia adalah :

1) Volksraad: 1912 – 1942.

2) Komite Nasional Indonesia: 1945 -1949.

3) DPR dan Senat RIS: 1949 – 1950.

4) DPR Sementara: 1950 – 1956.

5) DPR Hasil Pemilu: 1956 – 1959.

6) DPR Peralihan: 1959 – 1960.

7) DPR Gotong Royong (Demokrasi Terpimpin): 1960-1966.

8) DPR Gotong Royong (Demokrasi Pancasila): 1966-1971.

9) DPR hasil Pemilihan Umum, 1971-2004 secara periodik.

10)DPR dan DPD hasil Pemilihan Umum 2004

4. 3. 4. Badan Yudikatif.

Dalam pembahasan yang lebih tepat, badan ini lebih hanya dikaji pada ilmu hukum

daripada ilmu politik. Badan ini dikenal sebagai Mahkamah Agung. Mahkamah Agung pada

beberapa negara yang menggunakan koncep “judicial review”, banyak berperan dalam politik.

Dalam teori klasik Trias Politika, pada negara-negara demokrasi ada pemisahaan kekuasaan

secara mutlak. Pemisahan itu meliputi fungsi, tugas dan pranata, namun pada jaman modern ini

pemisahan secara mutlak tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu ajaran Trias Politika murni

diartikan sebagai distribution of powers. Suatu ciri khas yang terdapat pada kebanyakan negara,

adalah adanya hak penguji pada lembaga yudikatif. Judicial Review sering tidak tertuang dalam

Konstitusi suatu negara, namun biasanya secara umum diintepretasikan bahwa adalah hak setiap

Mahkamah Agung untuk mengujinya. Hak ini terkait dengan falsafah, bahwa peraturan-

perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan-perundangan-

undangan yang lebih tinggi. Banyak para pakar berpendapat bahwa keputusan Mahkamah

Agung hampir selalu mempunyai dampak politik pada suatu negara. Meskipun sering tidak

jelasnya pemisahan kekuasaan, namun pada dasarnya kebebasan Badan Yudikatif sangat

diharapkan. Karena dari kebebasan Badan Yudikatif dapat dijamin akan ketidakberpihakan

35

hakim dalam membuat suatu perkara. Keadilan serta hati nurani hakim dapat dijamin dari rasa

takut. Berdasarkan pasal 10 Hak Asasi Manusia Universal setiap orang berhak diadili oleh

pengadilan yang tidak memihak. Kebebasan badan yudikatif di Indonesia dapat ditemukan

melalui Penjelasan UUD-1945 (sebelum amandemen), yang menyatakan bahwa “Kekuasaan

kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka”, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan

pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan bahwa dalam undang-undang tentang

kedudukan para hakim. Namun pada masa demokrasi terpimpin terdapat penyelewengan

terhadap asas kebebasan. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya UU no 19/1964 tentang

Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang salah satu pasalnya menyatakan bahwa Presiden

dapat ikut campur dalam soal pengadilan. Masa orde baru telah ada perubahan undang-undang

tentang badan yudikatif dengan digantinya UU no. 19/1964 dengan UU no 14/1970 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pada undang-undang ini secara implisit

tidak menyebutkan adanya hak pengujian hukum, karena UUD-1945 tidak menyebutkan adanya

hak pengujian hukum. Oleh karena itu hak menguji melalui Ketetapan MPR, yang berdasarkan

amandemen baru MPR tidak berhak mengeluarkan

4. 4. Demokrasi

4. 4. 1. Latar Belakang

Salah satu sifat negara adalah memaksa kehendaknya agar dalam pengaturan bangsa

dapat berjalan sesuai dengan aturan (law and order). Dalam melakasanakan law and order

negara hendaknya melaksanakan sesuai kehendak mayoritas bangsa. Jika hukum dibuat atas

kehendak mayoritas bangsa maka sistem pemerintahan itu dinamakan demokrasi. Oleh karena

itu hakekat demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat untuk rakyat dan kepada rakyat (of the

people, by the people, to the people). Hakekat inilah yang didambakan oleh rakyat, namun pada

kenyataannya tidak mudah dilaksanakan. Tidak mudahnya dilaksanakan karena golongan

mayoritas yang berkuasa sering tidak mengindahkan hak-hak minoritas dan sering berakibat

konflik dengan kekerasan/perang (Wrights, 1941: 6). Oleh karena demokrasi tidak diwariskan

melainkan harus diajarkan (democracy is not an inharritage but should be learned)

Perwujudan sistem demokrasi akan berbeda pada berbagai negara :

1. Pada masyarakat majemuk yaitu penduduknya beraneka ragam golongan seperti India,

Indonesia, Filipina.

36

2. Pada masyarakat yang homogen seperti Jerman, Jepang

3. Pada mayarakat yang terdiri dari imigran dan keturunan mereka seperti Amerika Serikat,

Kanada, Australia.

4. 4. 2. Ciri-ciri Sistem Demokrasi

Pada umumnya ciri-ciri demokrasi sebagai berikut:

1. Apabila sistem politik secara berkala memungkinkan penggantian Pemerintah :

Harus ada seperangkat keyakinan yang mengesahkan kehadiran pranata-pranata tertentu

seperti: DPR, sejumlah partai politik, pers, peradilan. Apabila tidak ada ketentuan yang

disepakati bersama mengenai pranata-pranata yang dibenarkan dalam kegiatan sistem politik

suatu Negara, akan memudahkan timbulnya anarki.

2. Harus mempunyai sejumlah anggota masyarakat yang menempati kedudukan dalam

pemerintahan untuk masa jabatan tertentu seperti Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota,

Bupati dan lain sebagainya.

3. Harus mempunyai sejumlah anggota masyarakat yang diakui sebagai tokoh sah, berusaha

berjuang untuk dapat menempati kedudukan-kedudukan dalam pemerintah, agar mereka

berada dalam keadaan yang memungkinkan mereka melaksanakan pemerintahan sesuai

dengan apa yang mereka anggap baik. Tanpa kehadiran pemimpin-pemimpin tandingan,

kekuasaan pemerintahan cenderung bertambah besar, sehingga pengaruh rakyat menjadi

kecil.

4. Berkaitan dengan itu, dalam sistem demokrasi terdapat pemilihan lain yang biasanya

dilakukan secara berkala untuk memiliki :

a. Pejabat-pejabat pemerintah tertentu atau

b. Memilih anggota-anggota masyarakat yang diharapkan mewakili rakyat dalam

pemilihan pejabat-pejabat tersebut

5. Agar masing-masing golongan dapat diketahui oleh pemerintah dan anggota masyarakat

lain, harus diakui adanya hak menyatakan pendapat baik secara lisan, dalam pertemuan-

pertemuan dan media masa elektronik, maupun secara tertulis melalui media cetak.

6. Masalah adanya golongan-golongan penduduk yang tidak ikutserta dalam pemilihan umum

4. 4. 3. Perkembangan Sistem Demokrasi

37

Perkembangan Sistem Demokrasi dipengaruhi oleh kekuatan pembauran anggota

masyarakat yang berbeda-beda:

1. Kekuatan Pertama: perkembangan ekonomi yang memungkinkan semakin banyak anggota

masyarakat memperoleh sumber nafkah sendiri dan melepaskan diri dari golongan asalnya.

2. Kekuatan Kedua: perkembangan pendidikan yang memungkinkan semakin banyak anggota

masyarakat memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir sendiri dan membuat

keputusan sendiri mengenai dirinya.

3. Kekuatan Ketiga: perkembangan hukum yang dengan jelas menyatakan hak dan kewajiban

masing-masing anggota masyarakat sebagai warga negara yang semakin sama bagi semua

warga negara.

4. Kekuatan Keempat: perkembangan kebudayaan nasional yang memungkinkan semakin

banyak anggota masyarakat berpedoman pada :

a. Kepercayaan yang sama

b. Pengetahuan yang sama

c. Nilai-nilai dan aturan yang sama

d. Termasuk pedoman yang mengatur sistem politik negara yang bersangkutan

4. 4. 4. Demokrasi di Masyarakat Pedesaan Indonesia

Demokrasi sudah lama terwujud sebagai tradisi masyarakaat pedesaan, yaitu masyarakat

yang terbatas jumlahnya di seluruh kepulauan Indonesia:

1. Kepentingan-kepentingan bersama biasanya dibicarakan bersama, dimusyawarahkan oleh

warga masyarakat pedesaan yang bersangkutan yang kemudian bersepakat mengenai apa

yang dianggap sebagai kepentingan bersama dan bagaimana kepentingan itu diupayakan.

2. Dalam kesepakatan (pembuatan keputusan) tidak jarang yang menggunakan sistem

perwakilan yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok yakni penghulu adat, ulama dan cerdik

pandai, seperti pada adat Mingkakabau yang mengetengahkan “tigo tungku sajorangan”.

3. Para pemimpin pedesaan terikat pada kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam

penyelenggaraan pemerintahan pedesaan.

4. Para anggota masyarakat senantiasa dapat menyaksikan sendiri keputusan-keputusan yang

dibuat oleh pemimpin-pemimpin mereka dan bilamana perlu dianggap menyimpang dari

kesepakatan bersama, menggugat keputusan itu.

38

5. Suatu keputusan pimpinan yang dianggap tidak didasarkan atas kesepakatan bersama

dianggap tidak sah.

6. Pimpinan pemerintahan masyarakat pedesaan berusaha untuk sungguh-sungguh menjalankan

pemerintahan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sekalian warga masyarakat, mereka

tidak dapat bertindak tanpa dukungan dari masyarakat pedesaan ini.

7. Masing-masing masyarakat pedesaan merupakan kesatuan sosial tersendiri; orang luar dari

masyarakat pedesaan itu dianggap orang asing. Hanya warga masyarakat pedesaan itu

dianggap orang yang mempunyai hak untuk ikut serta dalam kegiatan politik di masyarakat

pedesaan yang bersangkutan.

8. Beberapa masyarakat pedesaan

Di kepulauan Indonesia yang amat luas ini terdapat keanekaragaman masyarakat

pedesaan, berkenaan dengan:

1. Jumlah penduduk.

2. Nilai-nilai dan aturan-aturan yang dianggap berlaku dalam kegiatan politik.

3. Masalah-masalah yang dihadapi bersama dan sebagainya.

Kemudian di berbagai daerah, masyarakat-masyarakat pedesaan telah menjadi bagian

dari negara-negara pribumi, kerajaan-kerajaan, yang mengakibatkan kehadiran pejabat-pejabat

yang berasal dari luar masyarakat pedesaan tersebut, atau tuntutan agar pimpinan masyarakat

pedesaan tunduk dalam berbagai hal pada pejabat-pejabat dari satuan politik yang lebih besar,

lebih luas/kuat dari pada masyarakat pedesaan yang bersangkutan. Kebijakan para pemimpin

masyarakat pedesaan tidak lagi seluruhnya didasarkan atas kesepakatan para warga masyarakat

pedesaan yang bersangkutan.

4. 4. 5. Demokrasi Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

UUD-1945 yang telah dirumuskan oleh para pendiri Negara Kesatuan mencakup :

Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan-penjelasan. Namun berdasarkan amandemen

keempat pada sidang tahunan MPR, Bagian ketiga telah dihapuskan. UUD-1945 telah

mengakomodasi konsep-konsep dasar penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara yang meliputi :

1. Hak asasi bangsa/rakyat merdeka.

2. Hak asasi manusia.

39

3. Negara Kesatuan/Persatuan.

4. Negara Republik.

5. Negara Hukum.

6. Demokrasi.

7. Sistem Pemerintahan Negara.

8. Penyelenggaaraan Negara.

Konsep-konsep dasar penyelenggaaraan bernegara telah dilaksanakan sejak berdirinya

Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga kini, termasuk konsep demokrasi. Konsep-konsep

tersebut secara berlanjut dari kurun waktu ke waktu telah dilaksanakan oleh penyelenggara

negara. Kebijakan tindakan para penyelenggara negara melaksanakan konsep tersebut, sangat

dipengaruhi berbagai faktor seperti:

1. Dasar/landasan penentuan kebijakan.

2. Peristiwa atau kondisi yang dihadapi pada kurun waktu itu baik situasi kondisi dalam negeri,

maupun pengaruh dari luar negeri.

3. Tindakan yang dilaksanakan.

4. Hasil evaluasi yang telah dilakukan.

Kurun waktu atau periodisasi dapat disusun sebagai berikut :

1. Periode 1945 – 1949 masa berlakunya UUD 1945.

2. Periode 1950 – 1959 masa berlakunya Konstitusi RIS (s/d 16 Agustus 1950) dan berlakunya

UUDS 1950 (17Agustus 1950 – 5 Juli 1959).

3. Periode 1959 – 1965 masa berlakunya UUD 1945.

4. Periode 1966 – 1997 masa berlakunya UUD 1945 (masa ORBA).

5. Periode 1988 – hingga kini masa berlakunya UUD NKRI 1945 (reformasi)

Oleh karena itu konsep demokrasi pada setiap periode perlu dikaji secara cermat. Secara

hakiki demokrasi merupakan :

1. Partisipasi Rakyat.

2. Pemilihan umum berfungsi sebagai: Legitimasi politik, tercapainya perwakilan politik,

sirkulasi elite politik, serta pendidikan Politik.

3. Faktor demokrasi: Kebebasan, kebersamaan, keteraturan, dan accountability.

40

BAB V

WILAYAH SEBAGAI RUANG HIDUP

5. 1. Latar Belakang

Menurut Ir. Soekarno di hadapan Sidang BPUPKI (Setneg, tt: 66), orang dan tempat tidak

dapat dipisahkan. Oleh karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat tinggalnya

sebagai negara, selanjutnya pengertian negara tidak hanya wilayah tempat tinggal, namun

diartikan lebih luas (telah dibahas pada Bab III). Karena orang dan tempat tinggal tidak dapat

dipisahkan, perebutan ruang menjadi hal yang menimbulkan konflik antar antar manusia hingga

kini. Untuk dapat mempertahankan ruang hidupnya bangsa harus mempunyai kesatuan cara

pandang yang dikenal sebagai wawasan nasional. Ilmuwan politik dan militer menyebutnya

sebagai geopolitik.

Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan erat dengan profil diri

bangsa (sejarah, pandangan hidup, ideologi, budaya) dan geografi. Kedua unsur pokok inilah

yang harus diperhatikan dalam pembuatan konsepsi geopolitik bangsa dan negara.

Untuk dapat melaksanakan wawasannya bangsa perlu menyusun konsep geostra-tegi.

Strategi sendiri merupakan bagian dari politik, hal ini seperti diungkapkan dalam teori para

panglima perang. Clauswitz menyatakan “Perang merupakan kelanjutan dari politik, sedangkan

strategi adalah ilmu/seni untuk memenangkan perang. Oleh karenanya membahas geopolitik

tidak lepas membahas geostrategi.

Konsep wawasan kebangsaan tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada

akhir abad XIX dan awal abad XX. Konsepsi ini dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya

membahas geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya berkem-bang konsep politik

(dalam arti distribusi kekuatan) pada hamparan geografi negara, sehingga tidaklah berlebihan

bahwa geopolitik sebagai ilmu “baru” dicurigai sebagai upaya pembenaran pada kosepsi ruang

(Sunardi. 2004: 157). Oleh karena itu dalam membahas masalah wawasan nasional, disamping

membahas sejarah terjadinya konsep wawasan nasional perlu membahas pula teori geopolitik

serta implementasinya pada negara kita.

Sebelum membahas masalah geopolitik (suatu negara) perlu mendalami ciri khusus

negara berdasarkan bentuk geomorfologinya, yaitu pada konstalasi wilayah secara utuh (darat,

laut dan udara) dan perilaku manusia menghadapi tantangan berdasarkan bentuk geografinya.

41

Negara (dalam arti wilayah) dapat dibedakan: (1) Dikelilingi daratan (land lock country); (2)

Berbatasan dengan laut, yang dapat dibedakan: (a) negara pulau (oceanic archipelago), (b)

negara pantai (coastal archipelago), (c) Negara kepulauan (archipelago).

Menurut regim hukum laut lama, laut menjadi pemisah dari pulau-pulau. Akibat

ketentuan ini, negara Indonesia dan banyak negara nasional baru (pasca Perang Dunia II)

menjadi tidak utuh. Oleh karena itu sejak 1957 Pemerintah Republik Indonesia memperju-

angkan agar asas kepulauan diperbaharui dan baru berhasil tahun 1982. Perjuangan berkat

dukungan negara-negara nasional baru yang memiliki wilayah gugusan pulau. Kini pengertian

asas Negara kepulauan, adalah (UNCLOS 1982, pasal 46):

a. “Negara Kepulauan” berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih

kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.

b. “kepulauan” berarti suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan dianta-ranya

dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian eratnya

sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu kesatuan

geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau secara historis dianggap sebagai

demikian.

Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, dengan alasan: (1) Negara

Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan (Setneg RI, tt: 66); (2) Berada diantara

dua benua (Asia dan Australia) dan dua lautan (Lautan India dan Lautan Pasifik) sehingga

tepatlah bila dinamakan Nusantara (nusa diantara air); (3) Keunikan lainnya adalah bahwa

wilayah nusantara berada di Garis Khatulistiwa dan diliwati oleh Geo Stationary Satelite Orbit

(GSO).

Untuk melaksanakan konsepsi Wawasan Nusantara, disusun konsepsi geostrategi yang

diberi nama Ketahanan Nasional. Dalam konsepsi ini bangsa Indonesia menguta-makan

pembangunan kekuatan sosial sebagai prioritas utama dan pembangunan kekuatan fisik prioritas

selanjutnya (Lemhannas 1980: 227). Kekuatan sosial yang terbina dengan baik secara persuasif

akan mampu mengajak masyarakat untuk membangun kekuatan fisik untuk kesejahteraan dan

keamanan negara dan bangsa.

42

5. 2. Geopolitik dan Geostrategi serta Implementasi

Istilah geopolitik semula sebagai ilmu bumi politik kemudian berkembang menjadi

pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan geomorfologi (ciri khas negara yang berupa:

bentuk, luas, letak, iklim, dan sumber daya alam) suatu negara untuk membangun dan membina

negara. Para penyelenggara pemerintah nasional kini menyusun pembinaan politik nasional

berdasarkan kondisi dan situasi geomorfologi dan unsur-unsur lain (penduduk, falsafat dan

sejarah bangsa) secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa.

Sedangkan geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam Negara

(Poernomo, 1972), yang pada awalnya diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer.

Hal ini tentunya berkaitan dengan arti strategi itu sendiri, yaitu ilmu atau seni tentang jenderal

(the art of generalship). Strategi itu sendiri semula banyak dikembang-kan oleh kaum militer

yaitu: bagaimana memenangkan perang. Sedangkan perang menurut Carl von Clausewitz, adalah

penyelesaian politik dengan cara lain (Paret, 1985: 393). Dari sejarah dunia kita ketahui bersama

bahwa para pemimpin negara dimasa lampau selalu berasal dari kalangan militer. Namun kini

istilah strategi lebih populer pula di kalangan ekonom, industrialis, bahkan para ahli pendidikan.

Jadi pemikiran strategi kini diartikan bagaimana kita akan memenangkan pasar untuk keperluan

produk kita dan sekaligus untuk meyakinkan kita bahwa bahan baku dapat terjamin lebih lama

(sampai lebih dari 20 tahun) dari awal perhitungan kita, serta bagaimana kita menggunakannya

seefektif mungkin (Pearson, 1990: 22). Lebih lanjut geostrategi didefinisikan sebagai: Kebijakan

untuk me-nentukan sarana-sarana, untuk mencapai tujuan politik dengan memanfaatkan

konstelasi geografi. Sebagai akibatnya geostrategi menjadi upaya menguasai sumber daya

(terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui) untuk tujuan kelangsungan hidup

bangsa.

5. 2. 1. Beberapa Pandangan Para Pemikir Geopolitik

Sebelum membahas wawasan nasional terlebih dahulu perlu pembahasan tentang

beberapa pendapat dari para penulis geopolitik:

1. Friedrich Ratzel (1844-1904). Teori yang dikemukakan adalah teori Ruang yang

konsepsinya dipengaruhi oleh ahli biologi Charles Darwin. Ia menyamakan negara sebagai

makhluk hidup yang makin sempurna serta membutuhkan ruang hidup yang makin meluas.

Pendapat ini dipertegas Rudolf Kjellen (1864-1922) dengan teori kekuatan, yang pada

43

pokoknya menyatakan bahwa negara adalah satuan politik yang menyeluruh serta sebagai

satuan biologis yang memiliki intelektualitas. Dengan kekuatannya mampu ekploitasi negara

“primitif” agar negaranya dapat swa sembada. Beberapa pemikir sering menyebutnya

sebagai Darwinisme sosial.

2. Karl Haushoffer (1869-1946). Teori Ruang dan Kekuatan, dikenal pula sebagai Teori Pan

Regional: (a) lebensraum (ruang hidup) yang cukup, (b) autarki (swasembada), (c) dunia

dibagi 4 Pan Region, setiap region dipimpin satu bangsa yang unggul, (d) Pan region terdiri

dari Pan Amerika (USA), Pan Asia Timur (Jepang), Pan Rusia India (Rusia), Pan Eropa

Afrika (Jerman). Dari pembagian daerah inilah kita dapat segera tahu percaturan politik

masa lalu (yang sedikit rasis) dan masa depan.

3. Sir Halford Mackinder (1861-1947). Teori Daerah Jantung (dikenal pula sebagai wawasan

benua). Menurutnya, jika ingin menguasai dunia, harus kuasai Daerah Jantung, untuk itu

diperlukan kekuatan darat yang memadai. Teori ahli geografi ini mungkin terkandung agar

negara lain selalu berpaling pada pembentukan kekuatan darat. Dengan demikian tidak

mengganggu pengembangan armada laut Inggris. Tentang pembagian daerah dapat

disimpulkan: (1) dunia terdiri: 9/12 air, 2/12 pulau dunia (Eropa, Asia, Afrika), 1/12 pulau

lain, (2) daerah terdiri: (a) Daerah Jantung (heartland), terletak di pulau dunia yaitu: Rusia,

Siberia, Sebagian Mongolia, (b) Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent) meliputi: Eropa

Barat, Eropa Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, dan (c) Bulan Sabit Luar

(outer cresent) meliputi: Afrika, Australia, Amerika/Benua Baru.

5. Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred Thayer Mahan (1840-1914). Teori Kekuatan

Maritim yang dicanangkan oleh Raleigh, bertepatan dengan kebangkitan armada Inggris dan

Belanda yang ditandai: dengan kemajuan teknologi perkapalan dan pelabuhan serta semangat

perdagangan yang tidak lagi mencari emas dan sutera di Timur semata-mata (Simbolon,

1995: 425). Pada masa ini pula lahir tentang pemikiran hukum laut internasional yang

berlaku sampai tahun 1994 (setelah UNCLOS 1982 disetujui melalui SU PBB). Menurut Sir

W. Raleigh: Siapa yang kuasai laut akan kuasai perdagangan dunia/kekayaan dunia dan

akhirnya menguasai dunia, oleh karena itu harus memiliki armada laut yang kuat. Sebagai

tindak lanjut maka Inggris berusaha menguasai pantai-pantai benua, paling tidak

menyewanya. Sementara itu, menurut Alfred T. Mahan, Laut untuk kehidupan, sumber

44

daya alam banyak terdapat di laut, oleh karena harus dibangun armada laut yang kuat untuk

menjaganya.

6. Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1879-1936). Awal abad XX merupakan

kebangkitan ilmu pengetahuan penerbangan. Kedua orang ini mencita-citakan berdirinya

Angkatan Udara. Dalam teorinya, menyebutkan bahwa kekuatan udara mampu beroperasi

hingga garis belakang lawan serta kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.

7. Nicholas J. Spykman (1893-1943). Teori Daerah Batas (Rimland theory). Teorinya

dipengaruhi oleh Mackinder dan Haushoffer, terutama dalam membagi daerah. Dalam

teorinya tersirat bahwa: (a) Dunia menurutnya terbagi 4 daerah, yaitu: Heartland, Offshore

continents belt (rimland), Oceanic belt dan New World (benua Amerika), (b) Menggunakan

kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk kuasai dunia, (c) Daerah Rimland akan lebih

besar pengaruhnya dalam percaturan politik dunia dari pada daerah jantung, (d) Wilayah

Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.

8. Bangsa Indonesia. Wawasan bangsa Indonesia tersirat melalui UUD 1945 antara lain: (a)

Ruang hidup bangsa terbatas diakui internasional, (b) Setiap bangsa sama derajatnya,

berkewajiban menjaga perdamaian dunia, (c) Kekuatan bangsa untuk mempertahankan

eksistensi dan kemakmuran rakyat.

5. 2. 2. Geopolitik dalam Praktek Kenegaraan

Dari teori geopolitik timbul upaya membuat perbatasan wilayah negara yang dikenal

sebagai boundary. Pemikiran maritim dari Mahan, bahwa kekuatan negara tidak tergantung dari

luas faktor daratan dengan isinya namun tergantung pula faktor luasnya akses ke laut berikut

bentuk pantainya. Bentuk pantai yang memudahkan pengembangan menjadi pelabuhan besar

membentuk masyarakat yang kosmopolitan. Oleh karena itu Mahan berpendapat bahwa ada 4

(empa) faktor yang harus diperhatikan yaitu:

1. Situasi geografi, yaitu topomorfologi yang dikaitkan dengan ada tidaknya akses ke laut dan

penyebaran penduduk.

2. Kekayaan Alam dan Zona Iklim, yaitu faktor yang mengkaitkan kemampuan industri dengan

kemandirian penyediaan pangan.

3. Konfigrasi Wilayah Negara, yang sangat memengaruhi karakter rakyat dan orientasi

wawasannya.

45

4. Jumlah Penduduk

Lebih lanjut Mahan menaruh perhatian pada konfigurasi wilayah negara serta

pengaruhnya pada karakter rakyat. Karakter orang pegunungan akan berbeda dengan rakyat di

daerah dataran rendah maupun di daerah kepulauan. Pendapat Mahan ini dikembangkan oleh

Ratzel yang menyatakan bahwa agar negara menjadi kuat dibutuhkan daratan yang luas dan

akses ke laut. Dari pendapat ini pada abad XX Jerman berupaya memperluas daratan ke arah

Timur dengan semboyan “Drang nach Osten”.

Pemikiran geografi politik sampai pada akhir abad XIX didominasi oleh pendapat Ratzel

dan Mahan yang menganggap negara sebagai organisme dan memengaruhi perilaku kehidupan

manusianya. Para penulis geopolitik memandang bahwa wilayah suatu negara merupakan hal

yang utama yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi negara. Tokoh-tokoh penganut

paham determinis dalam tulisannya menerbitkan doktrin kekuatan.

Pada permulaan abad XX banyak penulis Perancis yang beranggapan bahwa negara

sebagai organisme hidup memiliki moral dan spiritual sehingga negara bukan merupakan suatu

ruang hampa. Dalam negara ada semangat nasionalisme, yang berupa antara lain: rasa

kebangsaan, faham kebangsaan, cinta tanah air.

Rudolf Kjellen menamakan pengetahuan geopolitik menjadi Science of the State.

Pengetahuan yang melahirkan ajaran untuk mengantisipasi berlakunya hukum alamiah tentang

organisme pada negara. Menurut Kjellen akan muncul beberapa negara besar saja yang

memengaruhi negara kecil. Bila dikaitkan pada masa itu maka negara yang akan menjadi besar

adalah negara yang memiliki jalur-jalur pelayaran niaga. Dengan bertitik tolak pada doktrin

wawasan maritim dari Raleight, Inggris mengembangkan kekuatan maritim dengan menguasai

pantai-pantai sepanjang Eropa, Asia, Afrika dan Amerika untuk dapat mempertahankan “the life

line of the British Empire” (Basrie, 1995: 11).

Mackinder melihat bahwa konflik antar negara sebenarnya bukan karena konflik negara

maritim tetapi justru pada negara dalam heartland (Euro-Asia). Yaitu konflik antara kekuatan

negara daratan dengan negara kepulauan dan pinggiran, yang menurutnya negara jantung akan

lebih unggul. Teori yang cukup kita dikenal ini adalah: “Who rules East Europe commands the

heartland. Who rules the Heartland commands the World Island. Who rules World Island

commands the World.” (Poernomo, 1973: 73)

46

Haushoffer mengembangkan teori geopolitik antara lain tentang Lebensraum, (teori yang

membenarkan perluasan wilayah sehubungan pertambahan penduduk untuk dapat menunjang

swasembada). Kesatuan Region (teori pembagian daerah) yang membenarkan negara besar dan

maju untuk mengatur dan sekaligus menyetujui ekspansi ke wilayah yang ditentukan. Teori-teori

ini disitir Adolf Hitler dalam bukunya “Mein Kampf”. Doktrin “Hoka I Chiu” digunakan di

Jepang, sehingga berkembang semangat rasialis dan mem-bangkitkan militerisme pada sejumlah

negara di Eropa dan Asia. Meskipun teori gepolitik Haushofer dianut oleh Hitler, namun ia

tidak sependapat untuk menyerbu Rusia sehingga ia tidak populer lagi di “the Third Riech”

(Baker, dalam EA vol 13, 1971: 859).

5. 2. 3. Geostrategi dalam Praktek Kenegaraan

Negara maju (terutama Imperium Barat) sangat terpengaruh oleh teori Haushoffer dan

Mahan, sehingga mereka berusaha mengupayakan ruang hidup yang “cukup”. Upaya itu

dilaksanakan dengan bentuk kolonisasi atas negara yang mereka anggap masih kurang berbudaya

(budaya diartikan sebagai hasil upaya manusia untuk meningkatkan kehidupan-nya). Dengan

demikian sampai pada awal Perang Dunia I Imperium Barat (terutama Inggris dan Perancis)

menguasai wilayah seluas 84 % daratan dunia (Huntington, 1996: 51). Sedangkan sisanya tidak

sepenuhnya merdeka seperti negara-negara Amerika Latin dan beberapa negara Asia yang

dijadikan buffer state karena adanya perebutan wilayah negara imporium Barat. Perebutan

wilayah tersebut tidak lepas dari revolusi teknologi transportasi dan persenjataan. Imperium

Barat berupaya menguasai sisa daratan yang masih “merdeka”.

Gambaran tersebut tersirat bahwa geopolitik Imporium Barat berupaya menguasa dunia.

Geostrategi yang digelarnya adalah strategi global yang menitik beratkan pada kemampuan

teknologi bangsanya. Inggris dan Belanda melalui teknologi maritim sehingga menitik beratkan

pada doktrin kekuatan laut sedangkan Perancis melalui doktrin kekuatan darat. Jerman yang

bersatu (akhir abad XIX) berupaya bangkit sehingga untuk melebarkan ruang hidupnya kurang

berarti dibandingkan Inggris dan Perancis. Spanyol dan Portugal yang bangkit lebih dulu

mengalami surut. Sedangkan Rusia setelah kekalahannya dengan Jepang menitik beratkan

geostrateginya pada penguasaan daratan (doktrin Mackinder).

Perang Dunia (PD) I pada hakikatkannya adalah upaya imperium Perancis dan Inggris

untuk mengecilkan, Austria-Hungaria, Jerman (dan Turki) dan mengikat Rusia agar tidak

47

mencari daerah panas dengan membantu Balkan yang sedang kacau. Aliansi ini ikut berupaya

memerdekakan Yunani dan memerangi rakyat Balkan yang ingin mendirikan negara nasional

(Hirst, 2001: 95). Akhir PD I seperti kita ketahui bersama kemenangan ada dipihak sekutu

(Inggris dan Perancis) yang dibantu Amerika Serikat. Mereka membagi wilayah Turki, yang

dikenal sebagai The Ottoman Heritage (Robert, 2002: 932-944). Geostrategi yang diterapkan

semboyan “hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri”.Pada kenyataannya imperium Barat

memperkenalkan sistem protektorat, sebagai kontra dari konsep Rusia (Komunis) yang ingin

memerdekan rakyat terjajah.

Untuk tetap mempertahankan sistem negara liberal moderen, imperium Barat

menekankan tetap perlunya mepertahankan keeksklusifan teritorial (Hirst, 2001: 83), yang

meliputi: perdamaian internal, legitimasi pendinastian dan sistem perdagangan. Jerman mencoba

bangkit dengan mempraktekkan teori geopolitik Haushoffer dengan mengajak Italia dan Jepang

untuk bergabung dengan mendirikan persekutuan poros (Axis). Oleh karenanya Perang Dunia II

tidak dapat dihindarkan dan lebih dahsyat, yang pada hakikatnya merupakan pelaksanaan

geopolitik dari negara Axis, yaitu mencari pusat-pusat sumber daya alam. Jerman memperluas

wilayahnya ke arah Timur dengan semboyan “Drang nach Osten” (Sunardi, 2004: 164),

sedangkan Jepang dan Italia ke arah Selatan, yaitu Asia Timur dan Afrika Utara bagian Timur.

Demikian gambaran geopolitik dan geostrategi negara-negara yang berdaulat hingga pada

akhir PD II. Pasca PD II, dunia seolah dibagi dua yakni blok negara-negara liberal (Negara

Barat) dan blok negara-negara sosialis (Negara Sosialis). Kedua blok ini pada PD II dikenal

sebagai sekutu (Alien) melawan blok Axis (poros). Negara Jerman Barat dan Jepang kini

menjadi Blok Liberal. Oleh karenanya membahas geopolitik negara berdaulat kita akan

membahas perimbangan kekuatan (balance of power). Perimbangan kekuatan akan berbeda pada

setiap waktu namun pada dasarnya adalah bagaimana negara yang berdaulat berbagi wilayah

untuk dikuasai. Perimbangan Kekuatan abad XVIII yaitu antara Dinasti Bourbon (Perancis)

yang berhadapan dengan Dinasti Habsburg (Austria) untuk saling berebut wilayah daratan Eropa

(Morgenthau, 2006: 348).

Pasca PD II geostrategi negara-negara pemenang perang adalah strategi global yang

kemudian dikenal sebagai globalisasi. Negara-negara pemenang perang, baik negara liberal

maupun sosialis berlomba untuk mencari mitra baru. Mereka membentuk pakta pertahanan dan

bahkan bermitra dengan ex musuh. Jepang dirangkul dan dipayungi oleh Amerika Serikat

48

selama Jepang bersedia menjadi negara demokrasi liberal, termasuk sistem agraria dan

pendidikan (Roberts, 2004: 1062). Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi

Jepang lebih pesat daripada negara bekas jajahan dan bahkan negara pemenang perang.

Demikian pula dengan Jerman Barat yang lebih pesat kebang-kitan sebagai akibat perang dari

pada Perancis dan negara-negara Eropa kontinental pada umumnya. Sedangkan pada blok

sosialis kemajuan ekonomi tidak begitu mengembirakan.

Pasca PD II, melahirkan banyak negara nasional yang merupakan negara bekas jajahan.

Negara-negara baru ini masih dalam upaya membangun identitas baru dan menjadi incaran kedua

blok untuk dirangkul dan diberi bantuan untuk pembangunan wilayahnya dengan mencontoh

pada salah satu blok. Akhirnya terbentuk negara dunia ketiga dan dikenal pula sebagai negara

sedang berkembang. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya negara ini menjadi sasaran rebutan

oleh kedua blok yang bertikai. Perang fisik kemungkinan tidak terjadi, namun pada blok Barat

berkembang Teori Domino yang menyatakan bahwa apabila satu negara jatuh ke blok timur

maka tetangganya akan ikut bergabung dengan negara blok Timur. Cara mengatasinya dengan

jalan persuasi kepada negara dunia ketiga agar bersedia bergabung ke dalam blok Barat melalui

penetrasi teknologi mutahir yang pada hakekatnya merupakan kolonialisme baru.

5. 3. Geopolitik Indonesia

5. 3. 1 Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia

Geopolitik sebenarnya merupakan wawasan nasionaI suatu bangsa yang hendaknya

dipahami oleh pemimpin bangsa. Wawasan nasional bangsa terbentuk karena bangsa yang

tinggal dalam suatu wilayah—yang diakui sebagai miliknya—ingin mengelola untuk

kehidupannya. Oleh karena itu, apabila kita membahas bangsa akan terkait pula masalah: sejarah

diri dan budaya, falsafah hidup serta tempat tinggal dan lingkungannya. Ketiga aspek tercetus

aspirasi bangsa yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis (konstitusi) maupun

tidak tertulis namun tetap menjadi catatan hidup (motivasi) yang semuanya dituangkan menjadi

ajaran (doktrin dasar) untuk membangun negara yang berupa wawasan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia, dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan dari

wawas yang berarti meninjau, memandang, mengamati. Dengan demikian wawasan dapat

diartikan konsepsi cara pandang (KBBI, 2002: 1271). Sedangkan nusantara yang semula

diartikan sebagai akronim dari nusa diantara air/laut, kini diartikan sebagai sebutan bagi seluruh

49

wilayah kepulauan Indonesia (KBBI, 2002: 789). Doktrin Wawasan Nusantara merupakan

implementasi perjuangan pengakuan sebagai negara kepulauan yang disesuaikan dengan

kemajuan jaman. Pada masa lampau paham negara kepulauan hanya meliputi kumpulan pulau-

pulau (berdasarkan contour) yang dipisahkan oleh laut. Paham Nusantara menunjukkan adanya 2

(dua) arah pengaruh: (1) Ke dalam: berlaku asas kepulauan, yang menuntut terpadunya unsur

tanah dan air yang selaras dan serasi guna merealisasikan wujud tanah air; (2). Ke luar:

berlakunya asas posisi antara, yang menuntut posisi kuat bagi Indonesia untuk dapat berdiri tegak

dari tarikan segala penjuru.

Sayangnya pada era reformasi istilah ini menjadi kurang populer karena merupakan suatu

doktrin, sehingga para politisipun enggan menggunakan istilah ini. Tidak lagi tersurat dalam

GBHN 1999 sebagai wawasan bangsa, apalagi UUD NKRI-1945 tidak mengharuskan adanya

GBHN.

Wawasan Nusantara yang merupakan geopolitik Indonesia, secara umum didefinisikan

sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka, dan lingkungan

geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan

tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional

dan turut serta menciptakan dalam ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka

mencapai Tujuan Nasional. Dengan unsur-unsur dasar: (1) Wadah (lingkungan) yaitu segenap

bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia (alinea ke-4 Pembukaan UUD-1945): bentuk wujud,

lokasi geografi, bentuk negara Indonesia, kesadaran politik bangsa. (2) Isi (kondisi sosial) yang

berupa perspektif bangsa Indonesia dalam eksistensinya mempunyai 2 komponen dasar yang

terpadu yaitu : cita-cita dan tujuan nasional, yang berasas persatuan dan kesatuan segenap aspek

kehidupan nasional ; (3) Tata Laku (terwujud akibat interaksi wadah dan isi), yang berwujud

tatalaku bathiniah (berdasarkan falsafah dan sikap mental bangsa) dan lahiriah (dalam bentuk

kata dan karya) yang dituangkan dalam tatalaksana.

Hakikat tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebhi-nekaan,

yang mengandung arti: (1) Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi,

posisi dan potensi geografi serta kebhinekaan budaya ; (2) Pedoman pola tindak dan pola pikir

kebijaksanaan nasional; (3) Hakikat Wawasan Nusantara adalah persatuan dan kesatuan dalam

kebhinekaan.

5. 3. 2. Kedudukan dan Peran Wawasan Nusantara

50

Wawasan Nusantara sebagai paradigma sistem kehidupan bangsa Indonesia yang

urutannya sebagai berikut: (1) Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa dan dasar Negara; (2)

UUD-1945 sebagai konstitusi Negara; (3) Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa

Indonesia; (4) Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia.

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin dasar pengaturan kehidupan

nasional. Doktrin adalah himpunan prinsip atau teori yang diajarkan, dianjurkan dan diterima

sebagai kebenaran, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, dalam usaha

mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang timbul dari pemikiran yang bersifat falsafah.

Sebagai doktrin (ajaran), Wawasan Nusantara berperan untuk:

1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras, segenap aspek

kehidupan nasional. Oleh karena itu diharapkan dalam perencanaan pembangunan nasional

dipakai sebagai pola dasar.

2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungannya. Peranan ini berkaitan

dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan intra bangsa (antar

masyarakat/ethnis) dengan ruang hidupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan harus

dapat dipertanggungjawabkan. Apabila tidak maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan

yang pada akhirnya akan merugikan bangsa itu sendiri.

3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional, merupakan jabaran

pandangan geopolitik Indonesia dalam mengimplementasi konsep pertahanan kea-manan

untuk menjamin segenap wilayah Indonesia. Sedangkan kepentingan nasional menjadi dasar

hubungan antara bangsa.

4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian. Dengan

kedudukannya di posisi silang dan negara kepulauan terbesar diharapkan dapat melaksanakan

secara optimal dalam melaksanakan salah satu tujuan nasional.

5. 3. 3. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Kewilayahan

Sebagai faktor eksistensi suatu negara wilayah nasional perlu ditentukan batas-batasnya

agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Karena itu pada umumnya batas-batas

wilayah suatu negara dirumuskan dalam konstitusi negara (baik tertulis maupun tidak tertulis).

51

Namun UUD-1945 tidak memuat secara jelas ketentuan wilayah negara Republik Indonesia, baik

dalam Pembukaan maupun dalam batang tubuh.

Untuk dapat memahami manakah yang dimaksudkan dengan wilayah atau tumpah darah

Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pembahasan-pembahasan yang terjadi pada sidang-sidang

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang ditetapkan oleh

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan

tanggal 17 Agustus 1945, adalah bersumberkan pada Rancangan UUD dan Piagam Jakarta yang

dihasilkan oleh BPUPKI. Dalam rangkaian sidang-sidang BPUPKI bulan Mei-Juni 1945, telah

dibahas masalah wilayah Negara Indonesia merdeka yang lebih populer disebut tanah air atau

juga “tumpah darah” Indonesia.

Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat: Dr. Supomo, SH, yang

menghendaki wilayah bekas Hindia Belanda (Setneg RI, tt: 25), Muh. Yamin, SH menghendaki

Nusantara yang meliputi, Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil, Borneo, Selebes, Maluku-

Ambon, dan semenanjung Malaya, Timor dan Papua (Setneg RI, tt: 49), sedangkan Ir. Sukarno

menghendaki kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan (Setneg, tt: 66).

Yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah Hindia Belanda.

Namun demikian dalam rancangan UUD maupun dalam keputusan PPKI tentang UUD 1945,

ketentuan tentang mana wilayah negara Indonesia itu tidak dicantumkan. Hal ini dijelaskan oleh

Ir. Sukarno bahwa: dalam UUD yang modern, daerah tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI,

tt: 347).

Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan kepentingan

nasional dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas wilayah tidak saja untuk

mempertahankan wilayah tetapi juga untuk menegaskan hak bangsa dan negara dalam pergaulan

internasional. Wujud geomorfologi Indonesia berdasarkan Pancasila (dalam arti persatuan dan

kesatuan) menuntut suatu konsep kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan serta

udara angkasa diatasnya, sebagai satu kesatuan wilayah. Dengan dasar inilah laut bukan lagi

sebagai alat pemisah wilayah. Sedangkan berdasarkan Ordonansi tahun 1939, laut merupakan

pemisah wilayah. Atas dasar inilah Pemerintah RI mengeluarkan Pengumuman yang tidak lagi

mengakui wilayah atas dasar contour line (secara rinci dibahas kemudian).

52

5. 4. Geopolitik Dan Hukum Kewilayahan

5. 4. 1. Pengantar

Terjadi perubahan peta bumi pasca PD II, dimana telah lahir banyak negara nasional baru

yang miliki laut. Konsep kuno laut menjadi warisan bersama (common heritage of mankind),

mulai dipersoalkan karena laut untuk kelangsungan hidup bangsa dan kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya perlu pengaturan bersama pemanfaatan laut dan lingkungan untuk kepentingan

bangsa-bangsa, konsep “first come first serve” menjadi alasan untuk kuasai lautan.

Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan manusia memanfaatkan

wilayah laut dan dirgantara. Bertambahnya jumlah penduduk, harus diimbangi dengan kenaikan

produksi, khususnya dari sumber kekayaan laut dan kini manusia berupaya memanfaatkan

wilayah dirgantara.

Bagi bangsa Indonesia wilayah laut dan dirgantara untuk menjamin keutuhan wilayah.

Merupakan sarana perhubungan dan transportasi serta salah satu sumber penghidupan. Sudah

barang tentu bagi pertahanan: untuk pengamanan militer dalam arti military security.

5. 4. 2. Perkembangan Hukum Laut

Perkembangan sejarah hukum laut tidak lepas dari kemajuan teknologi maritim

(perkapalan dan kepelabuhanan) Belanda dan Inggris serta orientasi komoditi perdagangan dunia

(Simbolon, 1995: 456). Sebelum abad XVII laut praktis hanya menjadi milik Spanyol dan

Portugal, sehingga ada semacam pembagian wilayah yuridiksi dari kedua negara tersebut.

Dengan adanya jaman pencerahan, yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dan

teknologi. Teknologi maritim Belanda dan Inggris melampaui Spanyol dan Portugal. Oleh

karena itu dasar hukum laut banyak ditentukan oleh polemik orang Belanda dan Inggris. Namun

sebelum membahas kedua polemik ini perlu diketahui falsafah dasar tentang hukum laut yang

berbuntut pada perebutan wilayah laut, yakni:

1. Res Nullius: Laut tidak ada yang memiliki, oleh karenanya dapat diambil dan dimiliki

masing-masing negara.

2. Res Communis: Laut milik masyarakat dunia, oleh karena itu tidak dapat diambil/ dimiliki

oleh masing-masing negara.

53

Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara yang lebih

“primitif”. Oleh karena itu para ahli hukum dari kedua negara tersebut saling berpolemik

mengeluarkan argumentasi tentang hak atas laut.

Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda memberikan teori “Mare

Liberum” (laut bebas). Laut tidak dapat dikuasai suatu negara dengan jalan “okupasi”

(menduduki), oleh karena itu laut menjadi bebas. John Selden, seorang ahli hukum Inggris tahun

1635 menulis tentang hukum laut dengan judul “Mare Clausum” (hak kuasai laut, bahwa setiap

negara dapat menguasai laut), sebagai jawaban atas teori Hugo Grotius.

Sebagai koreksi atas tulisannya, Grotius membuat argumen bahwa, laut wilayah dapat

dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya milik negara pantai.

Selanjutnya Selden menginginkan adanya hak lintas damai bagi kapal-kapal dengan alasan untuk

membeli suplai segar dari negara pantai.

Cornelis van Bijenkershoek (dari Belanda) berpendapat bahwa laut wilayah adalah 3 mil

laut dari pantai pada saat pasang surut. Argumentasi ini didasari bahwa jangkauan meriam

+ 3 mil. Ketentuan ini berlaku hingga tahun 1994 yaitu dengan adanya pengesahan melalui

Sidang Umum PBB, yang merupakan tindak lanjut dari United Nations Convention on the Law

of the Sea (dikenal sebagai UNCLOS 1982), berdasarkan persetujuan di Montego Bay, Jamaica

tahun 1982.

Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Deklarasi 13 Desember 1957

mengajukan NKRI perlu laut wilayah (territory water) selebar 12 mil laut dari Garis Dasar (Base

Line) atas dasar “Point to point theory”. Dengan demikian laut antar pulau menjadi Perairan

Pedalaman (internal waters) laut pedalaman.

Sebagai akibat konvensi hukum laut timbul bermacam tipe perairan, hal ini tidak terlepas

karena perhatian orang yang besar pada laut. Untuk itu dibahas beberapa masalah yang

menyangkut hukum laut:

1. Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea): wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12

mil dari garis pangkal/garis dasar. Garis dasar adalah garis yang menghu-bungkan titik-titik

terluar pulau terluar.

2. Perairan Pedalaman (Internal waters): wilayah laut sebelah dalam dari daratan/sebelah dalam

dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh.

54

3. Zona Tambahan (Contiguous Zone): wilayah laut yang lebarnya tidak boleh melebihi 12 mil

dari Laut Teritorial, merupakan wilayah negara pantai untuk melakukan peng-awasan

pabean, fiskal, imigrasi, sanitasi dalam wilayah laut territorial.

4. Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone): wilayah laut yang tidak melebihi 200

mil dari GP, Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi

dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati perairan.

5. Landas Kontinen (Continental Shelf): wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar laut dan

tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan kelanjutan alamiah

wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi 100 mil dari

kedalaman 2.500 m.

6. Laut Lepas (High Seas) dikenal pula sebagai laut bebas/laut internasional: Wilayah laut

> 200 mil dari Garis Pangkal.

5. 4. 3. Jaminan Kebebasan Berlayar

Sifat laut sebenarnya adalah bebas, merdeka dan bergerak. Relatif tetap dan tidak mudah

dirusak, datar dan tidak dapat dipakai sembunyi, tidak dapat dikuasai secara mutlak serta tidak

dapat dikapling karena sulit diberi tanda. Sebagai medium untuk alat angkut besar. Namun

dengan adanya ketentuan di atas (hak negara archipelago) negara lain menuntut beberapa hak

yang berupa jaminan dari negara kepulauan. Jaminan itu berupa:

1. Lintas: berlayar/bernavigasi melalui laut territorial, termasuk masuk dan keluar perairan

pedalaman untuk singgah di salah satu pelabuhan.

2. Lintas Damai: bernavigasi melalui laut teritorial suatu negara sepanjang tidak merugikan

kedamaian, ketertiban, atau keamananan negara yang bersangkutan.

3. Lintas Transit: bernavigasi melintasi pada selat yang digunakan untuk pelayaran

internasional antara laut lepas/ ZEE yang satu dan laut lepas/ZEE yang lain.

4. Alur Laut Kepulauan:

a. Alur yang ditentukan oleh Negara Kepulauan untuk alur laut dan jalur penerbangan

diatasnya yang cocok digunakan untuk lintas kapal dan pesawat terbang asing.

b. Alur ditentukan dengan merangkai garis sumbu pada peta, kapal dan pesawat

terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dari garis sumbu.

5. Laut Lepas:

55

a. Semua bagian laut yang tak termasuk laut territorial, perairan pedalaman maupun ZEE.

b. Laut terbuka untuk semua negara baik berpantai ma-upun tidak berpantai.

c. Dalam laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang, riset ilmiah dan menangkap

ikan.

5. 4. 4. Perkembangan Hukum Dirgantara

Perkembangan hukum dirgantara hamper sama dengan perkembangan hukum laut. Ada

falsafah dasar yang mendasari pemikiran hukum dirgantara yaitu:

1. Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory). Bahwa ruang udara bebas dapat digunakan siapa

saja, timbul perbedaan persepsi: kebebasan udara tanpa batas dan kebebasan udara terbatas.

2. Teori Negara Berdaulat di Udara (Air Sovereignty Theory). Bahwa negara kolong berdaulat

penuh tanpa batas keatas, timbul perbedaan persepsi: kedaulatan negara kolong dibatasi oleh

ketinggian tertentu, negara kolong berdaulat penuh tetapi dibatasi oleh hak lintas damai.

Masalah ketinggian dan batas willayah udara dan pembagian wilayah juga menimbulkan

polemik. Oleh sebab itu sampai kini masih belum ada kesepakatan batas ketinggian (1910

ditentukan + 500 km). Teori Penguasaan Cooper menetapkan bahwa batas ketinggian ditentukan

kemampuan teknologi masing-masing negara. Sementara itu, Teori Udara Schacter mengatakan

bahwa ketinggian s/d 30 km atau s/d balon dan pesawat terbang dapat mengapung dan

diterbangkan. Sudah barang tentu teori Cooper sangat merugikan negara yang masih

berteknologi dirgantara rendah.

Penentuan batas wilayah udara terdapat perbedaan persepsi cara mengukur batas wilayah

udara. Perbedaan tersebut antara lain: apabila ditarik garis tegak lurus dari permukaan bumi

keatas, luas daratan dan lautan = luas udara, ada daerah yang lowong dan dapat menimbulkan

masalah. Akhirnya disepakati menarik garis dari “pusat bumi” sampai batas ruang

angkasa/antariksa membentuk kerucut terbalik. Oleh karenanya luas daerah udara lebih luas dari

pada luas daratan dan lautan.

Kemajuan teknologi dirgantara menyebabkan manusia berupaya mengorbitkan benda-

benda ke ruang angkasa. Selanjutnya ddisepakai pembagian wilayah udara (keatas). Space

Treaty 1967 menyepakati: Penggunaan damai bagi antariksa. Antarariksa dan benda-bendanya

menjadi wilayah inter-nasional. Sementara ini batas ruang udara dan ruang antariksa ditetapkan

100/110 km.

56

5. 4. 5. Geo Stationary Satellite Orbit (GSO)

Geostationary satelit orbit adalah suatu orbit yang berbentuk cicin terletak pada enam

radian bumi di atas garis khatulistiwa. GSO untuk menempatkan satelit komunikasi agar satelit

tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadap bumi. Ketinggian GSO + 36.000 km

di atas permukaan bumi. Tiga keunikannya:

1. GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa.

2. Ukuran terbatas: tebal + 30 km dan lebar 150 km.

3. Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timur dengan masa orbit + 24 jam

(23 jam, 56 menit, 4 detik).

Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5 % keliling

GSO. GSO menjadi Sumber daya alam terbatas.

5. 4. 6. Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia

Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI mengacu pada Aturan peralihan

UUD-1945, pasal II yang memberlakukan peraturan perunngan sebelumnya. Pemerintah Hindia

Belanda telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat dalam

ordonansi 1939 yang diundangkan 26 Agustus 1939 dan dimuat dalam Lembaran Negara

(Staatblad) No. 422/1939, tentang “Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie”. Sebagai

gambaran tentang

1. Masa Penjajahan (Belanda dan Jepang). luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

adalah:

Dasar : Ordonansi Laut Teritur dan Lingkungan Maritim no. 442/1939 (Territoriale Zee en

Maritiem Kringen Ordonantie (TZMKO) no. 442/1939). Ukuran: 3 mil laut dari garis

pantai pada saat pasang surut (low water), luas wilayah + 2 juta km2

2. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI s/d 13 Desember 1957

Dasar: Ketentuan Peralihan UUD-1945, Konstitusi RIS, UUDS-1950, tetap berlaku

Ordonansi no. 442/1939 ttg TMKZO

3. Setelah 13 Desember 1957

Dasar: Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 13 Desember 1957 (dikenal sebagai Deklarasi

Juanda). Isi Deklarasi: Perubahan atas ordonantie no.442/1939 ttg TMZKO. Cara penarikan

batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut (low water line), tetapi

57

didasarkan pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang diukur dari garis yang

menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari pada pulau-pulau atau bagian pulau yang

termasuk kedalam wilayah negara Republik Indonesia (= point to point theory). Penentuan

lebar laut wilayah menjadi 12 mil laut. Luas Wilayah bertambah + 3,9 juta km2, menjadi 5,9

juta km2 Deklarasi Juanda pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau asas

nusantara. Dalam deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia ialah

keutuhan wilayah negara di lautan. Deklarasi Juanda diperkuat dengan PEPERPU no 4/1960

ttg Perairan Indonesia.

4. Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 17 Februari 1969

Dasar: Deklarasi Pemerintah RI tanggal 17 Februari 1969 UU no 1/1973 tentang Landas

Kontingen. Luas Wilayah bertambah + 0,8 juta km2, menjadi + 6,7 juta km2

5. Pengumuman Pemerintah R.I. tahun 1980

Dasar: Pengumuman Pemerintah tentang Zone Ekonomi Eksklusif, UU no 5/1983 ttg

Pembenahan Kekayaan Alam dan Potensi Alam. Luas Wilayah bertambah + 2,5 juta km2,

menjadi + 9,2 juta km2

5. 4. 7. Tantangan Diterimanya Konsepsi Indonesia tentang Negara Kepulauan

Konsepsi negara kepulauan telah disahkan oleh PBB tahun 1994 (melalui UNCLOS

1982), menimbulkan tantangan, ancaman, dan gangguan bagi Indonesia. Ada 4 (empat) macam

negara yang sangat berkepentingan atas wilayah kita (Kusumaatmaja, 2003: 25), yaitu:

1. Negara tetangga (ASEAN termasuk Austalia),

2. Negara dengan armada perikanan besar (a.l : Jepang),

3. Negara pemilik perusahaan perkapalan (sea liners) dan

4. Negara adidaya untuk memudahkan manuver armada militernya dalam rangka melaksanakan

global strategi geo-politiknya.

5. 5. Geopolitik dan Otonomi Daerah

5. 5. 1. Pengantar

Menyelenggarakan pemerintahan dari jarak jauh atau dikenal dengan asas sentralisasi

tidak akan efektif, lebih-lebih meliputi wilayah yang berbentangan sangat luas. Sentralisasi

pelayanan dan pembinaan kepada rakyat tidak mungkin dilakukan dari Pusat saja. Oleh

58

karenanya wilayah negara dibagi atas daerah besar dan daerah kecil. Untuk keperluan tersebut

diperlukan asas dalam mengelola daerah, yang meliputi:

1. Desentralisasi pelayanan rakyat/publik. Dan filsafat yang dianut adalah: Pemerintah Daerah

ada karena ada rakyat yang harus dilayanani. Desentralisasi merupakan power sharing

(otonomi formal dan otonomi material). Otonomi daerah bertujuan untuk memudahkan

pelayanan kepada rakyat/publik. Oleh karena outputnya hendaknya berupa pemenuhan bahan

kebutuhan pokok rakyat (public goods) dan peraturan daerah (public regulation) agar tertib

dan adanya kepastian hukum. Kebijakan desentralisasi dapat bertujuan politis dan tujuan

administrasi, namun tujuan utamanya adalah pelayanan kepada rakyat/publik.

2. Dekonsentrasi: diselenggarakan, karena tidak semua tugas-tugas teknis pelayanan kepada

rakyat dapat diselenggarakan dengan baik oleh Pemerintah Daerah (kabupaten/kota).

Dekonsentrasi: fungsional (kanwil/kandep) dan terintegrasi (kepala wilayah).

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Nafas otonomi dari undang-undang ini

menekankan asas desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Secara filsafati

tujuannya pelayanan kepada rakyat.

5. 5. 2. Pembagian Daerah

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemer-intah

daerah (ps 2 UU no 32/2004). Pemerintah provinsi yang berbatasan dengan laut memiliki

kewenangan wilayah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau

ke arah perairan kepulauan (ps 18 ayat (4) UU no. 32/2004). Pasal 18 ayat (4) kelihatannya tidak

memperhatikan UU no. 6/1996 ttg Perairan Indonesia, yang pada dasarnya menganut “point to

point theory”. Sebagai akibatnya sering terjadi perebutan daerah tangkapan ikan antar nelayan

daerah.

5. 5. 3. Pembagian Kewenangan

Untuk dapat menjawab tantangan jaman diterbitkan UU no 32/2004 tentang Pemerintah

Daerah, yang dikenal sebagai UU Otonomi. Nafas otonomi dari undang-undang ini menekankan

asas desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Keleluasaan otonomi pada

59

Kabupaten dan Kota adalah keleluasaan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan sesuai

dengan pasal 10, pasal 13, pasal 14. Kewenangan otonomi yang utuh dan bulat itu mencakup

masalah penyelenggaraan (manajemen) pemerintah di daerah. Dengan kewenangan otonomi

yang nyata, daerah memiliki keleluasaan mengatur bidang pemerintahan dan sekaligus

peningkatan pelayanan kepada rakyat (public service) secara akuntabel, efektif, efisien dan

ekonomis. Sedangkan otonomi yang bertanggungjawab mengandung arti seperti tersebut diatas,

adalah juga mengembangkan kehidupan demokrasi, terbinanya hubungan yang serasi antara

Pemerintah dan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) serta hubungan antar Daerah, agar terjaga

persatuan dan kesatuan. Namun pada kenyataannya sering terjadi konflik antar daerah mupun

interen daerah dan konflik sebenarnya dipicu oleh keinginan mendapatkan Pendapat Asli Daerah

UU no. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah tidak lagi menitik beratkan otonomi daerah

pada Kabupaten dan Kota. Provinsi sesuai pasal 13 mempunyai wewewang dan tanggung jawab

seperti kabupaten dan kota, namun dalam skala yang lebih luas, yang bermakna lintas Kabupaten

dan Kota, serta kewenangan tertentu. Kewenangan tertentu pada Provinsi meliputi asas

dekonsentrasi yaitu asas Pemerintah Pusat yang didelegasikan keapada Daerah. Provinsi bukan

merupakan daerah atasan dari Kabupaten atau Kota. Provinsi diberikan otonomi dengan tujuan

agar terdapat hubungan serasi antara Pusat dan Daerah. Untuk tetap terjaminnya demokrasi

Pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung.

5. 5. 4. Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi

Untuk mendukung jalannya pemerintahan di daerah diperlukan dana, namun tidak semua

daerah mampu mendanai sendiri gerak roda pemerintahan. Pemerintah hendaknya harus mampu

membagi adil dan merata hasil potensi masyarakat. Agar adil dan merata diperlukan aturan yang

baku. Dari ketentuan tersebut dikeluarkan beberapa istilah tentang dana untuk keperluan

pembinaan wilayah: Pendapatan Asli Daerah (pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah dan lain-lain), Dana Perimbangan Daerah (dana bagi hasil dar pajak dan sumber

daya alam, dana alokasi umum dan khusus), Pinjaman Daerah (dengan persetujuan DPRD), lain

penerimaan yang sah.

60

Untuk pendapatan yang berasal dari eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam dibuat

perimbangan pendapatan. Pendapatan jenis kedua ini kini menjadi semacam tawar menawar

antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

5. 5. 5. Daerah Frontier

Banyak pimpinan daerah (politisi dan pejabat di daerah) yang tidak menyadari dan

mendalami makna filosofi otonomi daerah, sehingga ada wilayah yang terpecil bahkan terisolasi

pada era globalisasi. Mereka sering mengabaikan daerah ini dan menamakannya dengan

“hinterland”. Namun apabila hinterland ini berada di tapal batas (batas resmi, yang dikukuhkan

melalui perjanjian internasional) dengan negara jiran daerah ini merupakan daerah “ frontier”.

Daerah frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling tergantung, baik dengan manusia

maupun alam sehingga terjadi simbiose. Kehidupan masyarakat Indonesia dengan masyarakat

negara jiran menjadi saling pengaruh memengaruhi. Akibatnya terjadi pergeseran batas negara

secara imajiner. Daerah antara batas resmi dengan batas imajiner disebut daerah frontier. Daerah

frontier (Sunardi, 2004: 151) terjadi a. l.:

1. Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

2. Dorongan sosial budaya, berupa kesamaan subkultur (suku) dan kemudahan menda-patkan

fasilitas perlindungan masa depan (sekolah, kesehatan/social security).

3. Dorongan politik, antara lain adanya kepastian hukum dan tidak menutup kemung-kinan

menuntut adanya referendum.

Kemudahan di negeri jiran dapat pula mendorong perbuatan kriminal yang berupa a.l: pencurian

kayu, penyelundupan barang dan orang, penggeseran patok batas, penjualan pasir di pulau terluar

dan lain sebagainya.

5. 5. 6. Rencana Tata Ruang Wilayah

Berkaitan dengan diundangkannya UU no 32/2004 perlu ditinjau kembali rencana tata

ruang wilayah (RTRW), baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Pada saat mengacu UU no.

22/1999 ttg Pemerintahan Daerah, RTRW Provinsi sudah sesuai, dan telah menjadi Perda.

Namun RTRW Kabupaten dan Kota masih dibawah 50 % yang telah menjadi Perda

(dikukuhkan). Dengan diundangkannya UU no. 32/2004, ternyata perlu mengubah RTRW.

Pengubahan RTRW hendaknya mengacu pada Kepentingan Nasional, tidak hanya mengacu pada

kepentingan daerah semata (UU no. 24/1992). Oleh karena itu perlu standarisasi penataan ruang,

61

dan sudah barang tentu mengacu pada asas negara kepulauan. Selama ini sering RTRW lebih

berorientasi pada negara kontinen, sehingga upaya pembenahan pantai kurang berkaitan dengan

masalah lingkungan hidup. Kurangnya pemahaman akan makna hakikat negara nusantara

menyebabkan meningkatnya kerusakan lingkungan tidak saja di darat tetapi di daerah maritim.

Reklamasi pantai utara DKI Jakarta dengan menebang hutan bakau menimbulkan banjir yang

tidak saja di DKI Jakarta tetapi juga provinsi lain.

Kasus yang sekarang masih terkatung-katung hingga kini adalah masih adanya limbah B-

3 dari Singapura yang dionggokkan di pulau-pulau Provinsi Kepulauan Riau. Pulau-pulau

tempat teronggokannya limbah B-3 ternyata belum terencana peruntukannya oleh Pemerintah,

baik pusat maupun daerah. Masuknya limbah B-3 sebagai barang import menandakan bahwa

kita masih belum—mungkin tidak—tahu akan bahaya limbah B-3 yang dimasukkan sebagai

pupuk untuk pertanian. Kerusakan lingkungan pada pulau-pulau yang tidak berpenghuni pada

gilirannya akan merugikan kita.

Dari gambaran tersebut diatas, jelaslah bahwa kita sering mengabaikan baku mutu

lingkungan, terabaikannya salah satu sektor. Wajib memiliki analisa dampak lingkungan

(amdal) sering terabaikan karena kurang disadari oleh para pejabat di daerah. Padahal kita

hendaknya mengacu pada filsafat yang mendasarinya yaitu:

1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna,

serasi, selaras dan berkelanjutan.

2. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.

Implementasi falsafah ini maka akan didapat hal-hal a.l.:

1. Tercapai kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam.

2. Terwujud manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang miliki sikap untuk

melindungi dan membina lingkungan hidup.

3. Terjamin generasi masa kini dan generasi masa depan.

4. Tercapai kelestarian lingkungan hidup.

5. Terkendali pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

6. Terlindung NKRI terhadap dampak usaha kegiatan di luar. wilayah NKRI yang

menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu

penyusunan RTRW perlu benar-benar terpadu.

62

5. 5. 7. Pendaftaran Wilayah Maritim (Marine Cadastre)

Penjelasan pasal 18 ayat (4) dan ayat (6) UU no. 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah sering

menimbulkan kerancuan tafsir dikalangan pejabat daerah dalam membina dan mengelola

wilayah. Pasal 18 ayat (4) dasar batas wilayah adalah garis pantai (low water line), bertentangan

dengan UU no. 6/1996 ttg Perairan Indonesia (yang sejak 1957 kita memperjuangkan garis

lurus), ini menimbulkan kerancuan intepretasi para pejabat di daerah, berkenaan penafsiran

masalah nelayan dan perijinannya melaut. Apalagi UU tentang wilayah Daerah Otonomi tidak

pernah menunjuk batas dengan titik koordinat peta wilayah (laut maupun darat). Dengan

tercantumnya titik-titik koordinat peta (terutama di laut) akan mengurangi salah tafsir batas

wilayah. Namun masalahnya bahwa kita sebagai negara maritim (dengan wilayah air yang

duakali daratan) belum memiliki Dinas Pendaftaran Daerah Maritim, yang ada baru kantor

Pendaftaran Tanah (dibawah kendali Badan Pertanahan Nasional). Akibat sampingan lainnya

sering menimbulkan konflik antar nelayan satu daerah dengan daerah lainnya.

Pendirian kantor Kadaster Maritim sangat mendesak karena :

1. Banyak pulau yang belum terdata dengan akurat dan belum bernama, untuk keperluan

dokumentasi nasional.

2. Untuk didaftarkan ke PBB agar tidak diakui oleh negara lain (kasus Sipadan-Legitan tidak

terulang).

3. Jangan sampai kita merasa kehilangan tetapi tidak tahu apa yang hilang.

4. Pembagian wilayah lebih akurat.

5. 6. Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi Indonesia

5. 6. 1. Pengantar

Wawasan Nusantara dalam pengembangannya dipandang sebagai konsepsi politik

ketatanegaraan dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Sebagai suatu konsepsi politik

yang didasarkan pada pertimbangan konstelasi geografis, wawasan nusantara dapat dikatakan

merupakan penerapan teori-teori geopolitik dari bangsa Indonesia. Dengan demikian wawasan

nusantara selanjutnya menjadi landasan penentuan kebijakan politik negara. Dalam perjuangan

mencapai tujuan nasional akan banyak menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan

gangguan, baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

63

Untuk keperluan itu diperlukan pembangunan kemampuan dan keuletan bangsa dan

negara agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan. Konsepsi ini dikenal

sebagai konsepsi geostrategi, yang merupakan konsep untuk mencapai tujuan nasional.

Sesuai dengan tujuan setiap bangsa dan negara yang menghendaki rasa aman dan

sejahtera, pembangunan nasional akan melalui pendekatan keamanan dan kesejahteraan.

Pendekatan yang sama tersebut, pada kenyataannya menurut Prof. Haryo Mataram, SH

(Himpunan Lemhannas, 1980: 227) berbeda penerapan konsepsinya. Menurutnya di dunia

terdapat 2 (dua) konsepsi:

1. Konsepsi kekuatan nasional (power concept). Konsepsi ini mengutamakan pembangunan

kekuatan fisik negara dan kekuatan sosial sebagai prioritas selanjutnya. Dari konsep ini

bangsa dan negara menggunakan kekuatan fisik lebih dahulu terhadap lawan-lawannya.

2. Konsepsi ketahanan nasional (resilience concept). Konsepsi ini mengutamakan

pembangunan kekuatan sosial dan kekuatan fisik sebagai prioritas selanjutnya. Oleh karena

dalam penerapan selanjutnya kekuatan sosial yang terbina digunakan secara persuasif

terlebih dahulu, dilanjutkan penggunaan kekuatan fisik

5. 6. 2. Sejarah Gagasan Ketahanan Nasional sebagai Geo-strategi Indonesia

Konsepsi geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal

16 Juni 1948 di Kotaraja (kini Banda Aceh) setelah menerima defile Angkatan Perang (militer)

dalam rangka kunjungan kerja ke daerah Sumatera yang belum/tidak diduduki Belanda (Basry,

1995: 50 – 51). Menurutnya, bila satu bangsa ingin menjadi besar dan kuat, bangsa harus

mempunyai 3 (tiga) macam ketahanan: militer, ekonomi dan jiwa. Selanjutnya dari ketiga

konsep ketahanan yang mendapat prioritas pertama adalah pembangunan ketahanan jiwa,

kemudian pembangunan ketahanan ekonomi dan yang terakhir pembangunan ketahanan militer.

Ketahanan jiwa membentuk percaya pada diri sendiri, sehingga bangsa dapat berdiri teguh di

tengah pergolakan dunia.

Namun sayangnya gagasan beliau kurang/tidak dikembangkan oleh para pejabat bawahan

karena seperti kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir Desember 1948.

Setelah pengakuan kemerdekaan 1950 garis besar pembangunan politik kita adalah “nation and

character building”, yang sebenarnya merupakan pembangunan jiwa bangsa.

64

Sekolah Staf dan Komando TNI AD (awal 1960an) menelurkan konsep Ketahanan

Nasional (Tannas) yang identik pertahanan wilayah oleh seluruh rakyat. Dalam menyusun

konsep Tannas, pendekatan yang dipakai; mengkaji sejarah perjuangan antara 1945–1949 dan

rasa bangga ingin menyumbangkan konsep bagi negara.

Lembaga Pertahanan Nasional/Lemhannas (kini Lembaga Ketahanan Nasional)

menyusun konsep melalui pendekatan: rasa khawatir menghadapi masa depan dan ingin

mengadakan perubahan. Konsep: pembangunan dipersepsikan melalui perubahan 3 (tiga)

dimensi, yaitu: fisik, sikap mental dan cara berfikir. Tannas diidentikan keuletan dan daya tahan

kita dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, langsung

maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa.

Dep. HANKAM (1974) sebagai lembaga yang membawahi Lemhannas meng-upayakan

sosialisasi Tannas melalui MPR RI. Tannas didefinisasikan sebagai: Kondisi dinamis suatu

bangsa berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan

kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan

gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung

membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perju-angan

mengejar tujuan perjuangan nasional.

Konsep selanjutnya dikembangkan di perguruan tinggi: UI sejak 1983 dan UGM sejak

1989. Pengembangannya diarahkan pada upaya memantapkan pemikiran ontologi, epistomologi

tentang konsepsi tannas sebagai ilmu. Mengembangkan konsep potensi kekuatan nasional dalam

ilmu-ilmu sosial/politik pendukung tannas dengan model kuantitatif

5. 6. 3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsepsi Geostrategi Indonesia

Konsepsi Tannas (geostrategi Indonesia) dipengaruhi:

1. Pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2. Pengalaman Negara Sedang Berkembang (NSB) dalam melaksanakan pembangunan

nasional, dengan hasil ketidak seimbangan pembangunan fisik dan nonfisik.

3. Perang dingin (pasca PD II) antara Blok Timur (negara sosialis) melawan Blok Barat (negara

liberal) dan berkembang “Teori Domino” yang menyatakan bila salah satu negara

masuk/dikuasai oleh blok Timur, maka tetangganya akan bergabung (cepat atau lambat).

65

4. Tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan pada periode pembangunan lebih kompleks,

penuh ketidak pastian dibanding pada masa Perang Kemerdekaan.

5. Tulisan Hans J. Morgenthau (secara tidak langsung) tentang elemen kekuatan bangsa menjadi

bahan pengelompokan faktor elemen kekuatan/kehidupan bangsa (gatra) (Morgenthau, 2006:

123-161)

5. 6. 4. Konsepsi Geostrategi Indonesia

Konsepsi disusun dengan sistimatika: Astagatra yang terdiri dari trigatra yaitu aspek

kekuatan alamiah (geografi, kekayaan alam, kemampuan penduduk) dan pancagatra berupa aspek

kekuatan sosial (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan). Dengan

kaidah:

1. Menggunakan kerangka pikir Pancasila yang komprehensif-integral, dalam IPTEK dikenal

dengan pemikiran kesisteman. Sedangkan sub sistemnya berupa aspek keku-atan alamiah dan

aspek kekuatan sosial.

2. Dalam pengaturan dan penyelenggaraan negara (kehidupan nasional) masalah kea-manan

dan kesejahteraan ibarat sebagai sebuah koin. Satu sisi merupakan gambaran kesejahteraan,

sisi yang lain adalah gambaran keamanan.

3. Tannas merupakan integrasi dari ketahanan masing-masing aspek kehidupan sosial (ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan keamanan).

Oleh karena itu konsepsi tannas meliputi masa damai maupun perang.

5. 6. 5. Hubungan antar Gatra

Hubungan antar gatra dalam trigatra dapat disimpulkan: Geografi dipengaruhi: letak,

bentuk, iklim dan posisi. Sumber daya alam dipengaruhi geografi, dapat menjadi hambatan

maupun nilai tambah bagi penduduk. Penduduk (jumlah dan komposisi) dipengaruhi geografi

dan sumber daya alam dan melahirkan konsep wawasan yang dikenal sebagai geopolitik. Oleh

karenanya pemanfaatan dan penyebaran sumber daya tergantung dari penduduk.

Hubungan antar gatra dalam pancagatra saling mempe-ngaruhi. Ideologi akan

memengaruhi politik karena ketidak sesuaian pola pikir (ide) antar satu golongan bangsa,

pembangunan nasional yang merupakan pelaksanaan geopolitik tidak dapat direalisasi. Sebagai

66

akibatnya proses lain akan tersendat. Oleh karenanya pembangunan setiap gatra diperlukan

untuk saling menunjang.

Sedangkan hubungan dengan trigatra adalah bahwa trigatra inilah yang harus dibangun

sehingga kejayaan negara dan bangsa dapat terwujud.

5. 6. 6. Fungsi Ajaran Geostrategi Indonesia

Geostrategi Indonesia berfungsi sebagai:

1. Doktrin Nasional. Pada hakekatnya adalah suatu ajaran (konsensus) bangsa Indonesia dalam

mengimplementasikan falsafah Pancasila, UUD-1945, geopolitik Indonesia guna menjamin

pola pikir, pola tindak dan cara kerja guna mempersatukan usaha bersama bangsa yang

bersifat inter sektoral dan multidisiplin.

2. Pola Dasar Pembangunan. Pada hakekatnya adalah arah pedoman dari setiap Program Kerja

(dikenal Repelita, Prolita, Propena) Pemerintah.

3. Sistem Nasional Indonesia. Pada dasarnya adalah pola masyarakat Indonesia dalam mana

falsafah Pancasila dan UUD 1945 diterapkan didalamnya.

4. Metoda Pembangunan. Menggunakan metoda Komprehensif integral (utuh dan menyeluruh)

berdasarkan astagatra.

5. 6. 7. Perkembangan Konsepsi Geostrategi

Globalisasi berdampak negatif pada negara sedang berkembang (NSB). Dalam globalisasi

keinginan serba lintas (sosial, budaya, ekonomi dan wilayah) dari negara maju menyebabkan

berkembang konsep ketahanan nasional yang berlapis. Konsep geostrategi Indonesia membangun

dua elemen utama: trigatra (geografi, sumber daya alam, penduduk), pancagatra (ideologi,

politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam) diterapkan melalui upaya: ketahanan individu,

ketahanan keluarga, ketahanan wilayah, ketahanan nasional dan dilanjutkan konsep ketahanan

regional:

1. Ketahanan Individu (ketahanan rohani dan jasmani) yang baik, akan menciptakan

kerukunan keluarga, dan akan meningkatkan kerukunan masyarakat.

2. Ketahanan Keluarga harus dibina agar dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan

fisik (Soemarno S., 1997: 50 s/d 72).

67

3. Ketahanan Wilayah, yang merupakan bagian dari negara dan sangat tergantung dari

hubungan individu baik dalam komuniti/grup maupun individu di luar komuniti/grup.

4. Ketahanan Regional, dengan pengertian; (a) sekitar negara dengan penekanan

wilayah yang homogen atas dasar ciri geostrategis, dan (b) dapat berupa persamaan ras,

budaya, sumber daya dan dapat meningkatkan pembentukan kelompok (Persatuan

Skandinavia, BENELUX, ASEAN dan lain sebagainya). Oleh karenanya keuletan ketahanan

regional sangat tergantung dari semangat kebersamaan dan adaptif sesama anggota, dengan

komponen: stabilitas politik, kekuatan ekonomi dan kekuatan militer yang siaga.

Dari gambaran tersebut diatas yang seharusnya selalu diingat bahwa program “Nation

and Character Building” yang telah dilaksanakan sejak tahun 1950an, pada hakikatnya adalah

untuk menumbuhkan cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, yakin

terhadap ideologi bangsa dan negara Pancasila serta rela berkorban untuk negara dan bangsa.

Konsep Ketahanan nasional yang berlapis itu hendaknya kita tumbuhkembangkan melalui proses

pendidikan sejak sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi.

5. 6. 8. Geostrategi Negara Lain.

Sebagai negara kepuluan terbesar kita mendapat tan-tangan berupa geopolitiki dan

geostrategi negara lain terutama yang berkepentingan dengan laut. Dengan asumsi bahwa negara

tetangga (kecil dan maju) cenderung menerapkan teori Ratzel dan Haushoffer.

Malaysia berupaya membangun daerah perbatasan lebih baik dan melakukan silent

occupation di pulau terpencil. Singapura melakukan reklamasi pantai dan berupaya menjadi

pusat perekonomian dan menjadikan negara lain hinterland. Philipina melalui pengaruh sosial,

budaya dan ekonomi serta melakukan silent occupation (di p. Miangas berlaku pula mata uang

Pesso). Palau melakukan silent occupation. Papua Nugini berupaya melalui pengaruh sosial,

budaya dan ekonomi. Australia dengan menggelar proyek Australia Maritime Identification

Zone (AMIZ), yang pada hakikatnya memantau apa yang terjadi pada radius 1.000 km dari

Darwin. Timor Leste tidak mustahil akan meniru Malaysia (bila telah makmur).

5. 6. 9. Menghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Lain

Menghadapi negara tetangga (ASEAN, non ASEAN): (1) mewaspadai upaya silent

occupation atas pulau-pulau di perbatasan yang belum terbina, (2) adanya AMIZ, kita harus lebih

aktif menginventarisasi pulau yang belum bernama, (3) mewaspadai manuver “Five Pillars

68

Defence Arrangement” (Pakta Pertahanan Inggris-Australia-New Zealand-Malaysia-Singapore),

(4) Pemantapan dan pembinaan kekuatan maritim, dan (5) kunjungan Presiden dan Wakil

Presiden ke perbatasan sangat perlu.

Menghadapi negara yang berkepentingan dengan perikanan: (1) meningkatkan

kemampuan nelayan, dari “nelayan pantai” menjadi “nelayan laut” (mampu membaca peta dan

mampu menggunakan kompas modern), dan (2) pembangunan desa pantai serta memfungsikan

nelayan sebagai monitor terhadap pengganggu negara kita yang berupa antara lain pencurian

ikan, pencemaran lingkungan, perusakan alat navigasi.

Menghadapi negara pemilik armada angkutan laut dan negara adidaya yang ingin tetap

berperan dalam era globalisasi, mereka memiliki keterampilan dan modal. Sikap kita hendaknya:

(1) tidak mengabulkan permintaan International Maritime Organization (IMO) untuk menambah

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), (2). ALKI diinformasikan lebih intensif kepada

masyarakat maritim dan diharapkan masyarakat maritim proaktif mengawasi ALKI, (3) perlu kita

renungkan dan waspadai bersama bahwa konflik di daerah banyak terjadi di tempat yang dilalui

ALKI

69

BAB VI

SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

6. 1. Pengantar

Kemajuan ilmu dan teknologi membawa berbagai tingkat kehidupan yang semakin

tinggi. Namun di balik itu, sebagai ekses banyak menimbulkan kerugian bahkan bencana yang

dahsyat. Di dalam penerapan ilmu dan teknologi perlu didasari oleh etika demi kesejahteraan

manusia.

Kerusakan lingkungan berlanjut sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan manusia

sebagai penghuni jagat ini. Permasalahan lingkungan menjadi semakin serius karena dalam

kenyataannya, upaya pemanfaatan lingkungan sebagian besar untuk kepentingannya sendiri.

Manusia yang semakin besar jumlahnya dan semakin tinggi ke-mampuannya dalam

memanfaatkan sumber daya alam, semakin berkurang perhatiannya terhadap kelestarian alam itu

sendiri. Oleh karena itu, untuk mencegah kerusakan lingkungan yang terus berlanjut diperlukan

suatu kesepakatan bahwa masalah lingkungan sudah saatnya diangkat oleh semua pihak sebagai

masalah moral dan bukan sekadar masalah manajemen ataupun teknologi. Berawal dari hal

tersebut, maka semua pihak juga dituntut kembali menengok pada kearifan lokal yang sudah

lama berkembang di masyarakat budaya kita.

Manusia sejak lahir, bahkan sejak masih ada dalam kandungan, tidak dapat melepaskan

diri dari lingkungan. Begitu lahir, mulailah berhubungan dengan udara dalam proses bernapas.

Dalam kehidupan lebih lanjut manusia tidak dapat lepas lagi dari pengaruh lingkungannya.

Demikian pula mahluk hidup lainnya yang ada di muka bumi ini.

Hubungan mahluk hidup, khususnya manusia, dengan lingkungannya mengundang

pemikiran manusia untuk menelaah lebih lanjut. Berkembanglah konsep, azas, pengkajian yang

berkenaan dengan hubungan organisme, khususnya manusia, dengan lingkungannya. Dengan

demikian terjadilah jalinan hidup yang berlangsung pada satu wadah atau tempat yang

membentuk suatu sistem kehidupan (ekosistem). Suatu mahluk, termasuk manusia, pada

jaringan kehidupannya memiliki fungsi, peranan dan kedudukan yang saling berkaitan dengan

lingkungannya. Jalinan dan jaringan hidup yang demikian uniknya itu, mengandung perhatian

untuk mencelaahnya lebih lanjut. Dengan demikian, berkembanglah bidang penelaahan yang

disebut ” ekologi ” oleh Ernest Haeckel.

70

Dalam konsep ekologi, terdapat dua komponen utama, yaitu mahluk hidup dan

lingkungan. Mengingat pentingnya kedudukan lingkungan pada konsep ekologi, kadang-kadang

jika orang berbicara tentang ekologi sering diidentikkan dengan pengertian lingkungan.

Pendekatan ekologi yang menelaah hubungan antar mahluk hidup yang satu dengan yang lainnya

pada suatu ekosistem, dapat diadaptasikan dalam menelaah kehidupan manusia, oleh karena itu,

pendekatan ini dapat diterapkan pada ilmu–ilmu sosial, khususnya pada bidang sosiologi. Orang

pertama yang menerapkan konsep ekologi dalam ilmu–ilmu sosial, khususnya sosiologi, adalah

A.W. Hawley (Human Ecology, 1950 ).

Dalam konsep ekologi manusia, ditelaah hubungan populasi manusia dengan

lingkungannya. James A. Quinn menyatakan bahwa ekologi manusia pada bidang ilmu-ilmu

sosial, meliputi geografi manusia yang menelaah hubungan antar kelompok manusia dengan

lingkungan alamnya. Pola ruang yang terbentuk akibat adanya interaksi ekologi tersebut.

Sementara Barrows menjelaskan bahwa geografi adalah ekologi manusia yang memberikan

penjelasan tentang hubungan keberadaan lingkungan alam dengan pesebaran dan aktivitas

manusia. Ini berarti bahwa manusia dengan aktivitasnya menyesuaikan diri dengan lingkungan,

bukan hanya sekadar lingkungan memengaruhi manusia. Di sini manusia merupakan faktor

ekologi yang aktif.

Pada konsep ekologi secara umum, lingkungan dibedakan atas lingkungan biotik dan

lingkungan abiotik, sedangkan pada konsep ekologi manusia lingkungan dibedakan atas

lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya.

Lingkungan biotik, yaitu segala kondisi yang ada di sekitar kita atau mahluk hidup lain

yang berpengaruh terhadap kehidupan kita di muka bumi. Manusia termasuk ke dalam

lingkungan biotik ini. Hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang berpengaruh pada kehidupan

kita termasuk dalam lingkungan ini.

Lingkungan abiotik, yaitu segala kondisi yang ada di sekitar mahluk hidup yang bukan

berupa organisme hidup. Batuan, tanah, mineral, udara, air, energi matahari yang berpengaruh

pada kehidupan kita di muka bumi, di dalam bumi dan di ruang angkasa yang berpengaruh

terhadap kehidupan di muka bumi termasuk dalam lingkungan abiotik.

Lingkungan alam, yaitu kondisi alamiah baik biotik (hutan alam, tumbuhan, hewan)

maupun lingkungan abiotik (tanah, air, udara, mineral) yang belum banyak dipengaruhi oleh

tangan manusia, yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

71

Lingkungan sosial, yaitu manusia, baik secara individu maupun kelompok yang ada di

luar diri kita. Keluarga, teman, tetangga, penduduk kampung sampai manusia antar bangsa,

merupakan lingkungan sosial yang berpangaruh terhadap perubahan dan perkembangan

kehidupan kita.

Lingkungan budaya, yaitu segala kondisi, baik yang berupa materi maupun non materi,

yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas, kreativitas dan penciptaan yang berpengaruh

terhadap kehidupan umat manusia. Lingkungan budaya yang berupa materi meliputi bangunan,

senjata, pakaian dan lain-lainnya, sedangkan yang non materi, yaitu tata nilai, norma, pranata,

peraturan hukum, sistem politik, sistem ekonomi, sistem pemerintahan, kesediaan dan lain-lain.

Dalam kesatuan ekosistem, manusia tidak dapat dipisahkan dari unsur – unsur lainnya,

kelangsungan hidup manusia tergantung dari kelestarian ekosistem. Manusia harus dapat

menjaga keserasian hubungannya dengan lingkungan, sehingga keseimbangan ekosistem tidak

terganggu.

Apabila manusia sadar, dalam tingkah lakunya, manusia akan selalu menjaga agar

keseimbangan sistem ekologi tidak goyah, keharmonisan dan keseimbangan lingkungan terjaga,

maka akan terjamin kelangsungan hidup dari semua unsur-unsur lingkungan termasuk manusia.

Pemanfaatan sumberdaya alam harus didasarkan atas kebijaksanaan memelihara

keselarasan, keserasian, keseimbangan dan kelestarian lingkungannya, jika mungkin, bahkan

harus meningkatkan kualitas lingkungan sehingga dapat dinikmati oleh penghuninya. Manusia

bukan hanya berhak memanfaatkan sumberdaya alam tersebut, melainkan berkewajiban juga

untuk mengikuti ketentuan yang berlaku, baik yang tertulis dalam bentuk peraturan perundangan

atau tidak tertulis dalam aturan adat budaya.

6. 2. Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam, seperti hutan, perairan dan tambang, adalah Rahmat Tuhan Semesta

Alam yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, bukan saja untuk generasi sekarang tetapi juga

untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu, sumberdaya alam ini harus dikelola dengan

baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan lestari.

Kegiatan pembangunan pada umumnya menyangkut pendayagunaan sumberdaya alam.

Sumberdaya ini beserta lingkungannya merupakan kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang

mempunyai manfaat langsung dan tak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem sumberdaya

72

alam ini manusia merupakan konsumen dan berperan aktif dalam proses produksi dan

pengelolaan.

Pendayagunaan sesuatu sumberdaya alam oleh manusia, dengan eksploitasi,

menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosistem sehingga memengaruhi pula sumberdaya

lain beserta lingkungannya, yang akibatnya akan dirasakan pula oleh manusia.

Perubahan dan gangguan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya sedikit banyak

menimbulkan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup ini ada yang langsung

memengaruhi kesejahteraan masyarakat, seperti merusak kesehatan (polusi, keracunan), merusak

usaha (erosi dan banjir yang merusak tanaman pertanian), menimbulkan keresahan sosial

(pemindahan penduduk karena ada proyek) dan akibat-akibat lain yang merusak kualitas

lingkungan hidup, ada pula yang tidak langsung dirasakan, yaitu kerusakan pada ekosistem alam,

berupa merosotnya produktivitas dan diversivitas jenis, serta akselerasi proses erosi yang

disebabkan oleh eksploitasi.

Masalah lingkungan hidup yang pengaruhnya langsung itu, karena tampak jelas dan dapat

dirasakan oleh masyarakat, tentu saja lebih banyak mendapat perhatian. Akan tetapi,

sesungguhnya masalah yang tidak langsung itu, dalam jangka panjang akan lebih

mengkhawatirkan, karena ibarat penyakit yang kronis, simptomnya tidak jelas sampai akhirnya

sudah terlambat untuk diobati. Oleh karena itu, masalah lingkungan hidup berupa menurunnya

kualitas lingkungan hidup dan menurunnya produktivitas dan diversivitas sumberdaya alam

harus mendapat perhatian yang sama. Maka kebijaksanaan pendayagunaan sumberdaya alam

dalam program pembangunaan harus bersifat menyeluruh (integral).

Pengalaman telah membuktikan bahwa usaha-usaha pengelolaan yang dilakukan secara

terpisah oleh masing-masing sektor, tanpa landasan pendekatan interdisiplin atau integrasi,

seringkali menyebabkan bentrokan kepentingan antara satu sektor dengan sektor lain, misalnya

antara sektor kehutanan dengan sektor pertanian, atau antara sektor kehutanan dengan sektor

peternakan. Dengan berlandaskan pendekatan interdisiplin atau integrasi dalam tataguna tanah

dan perencanaan wilayah, bentrokan kepentingan dapat dihindarkan.

Jelaslah kiranya bahwa untuk mengelola sumberdaya alam dengan sebaik-baiknya

diperlukan pemikiran yang luas, metode yang tepat dan organisasi perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan yang kuat. Pertimbangan ekonomis dan ekologis harus berimbang, kerena

73

pengelola harus mengusahakan tercapainya kesejahteraan masyarakat dengan mempertahankan

sumberdaya alam dan lingkungan.

Untuk mencegah benturan kepentingan antara sektor-sektor yang memanfaatkan

sumberdaya alam perlu dicari pendekatan interdisiplin atau pengintegrasian dalam perencanaan

pengelolaan, khususnya integrasi dalam tataguna tanah dan perencanaan wilayah. Kegiatan

pengelolaan sumberdaya alam itu mencakup inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan

pengelolaan dan pengawasan.

Sumberdaya alam beserta lingkungannya merupakan suatu ekosistem yang kompleks,

oleh karena itu diperlukan metode inventarisasi dan perencanaan serta organisasi pelaksanaan

dan pengawasan yang bersifat interdisiplin dan terintegrasi, dengan tujuan untuk menyerasikan

usaha-usaha pengelolaan sumberdaya alam.

Sumberdaya alam merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup

manusia. Berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi

kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Sumberdaya alam tidak hanya mencukupi

kebutuhan hidup manusia, tetapi juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan

kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan yang tidak baik akan berdampak buruk

bagi umat manusia. Sumberdaya alam merupakan salah satu faktor produksi nasional yang

cenderung menurun kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Dari sisi kuantitas, jumlah

sumberdaya alam cenderung menurun, hal ini terlihat dari isu – isu semakin menurunnya

cadangan sumberdaya alam akibat adanya eksploitasi untuk pembangunan. Sedangkan dari sisi

kualitas juga mengalami penurunan, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya polusi akibat

proses produksi maupun konsumsi yang mencemari lingkungan.

Pembangunan di satu sisi mempunyai kepentingan untuk meningkatkan produksi

nasional, yang cenderung menguras sumberdaya alam dan cenderung merusak lingkungan

dengan mencemari alam melalui polusi akibat adanya proses produksi. Sementara di sisi lain,

sumberdaya alam mempunyai kepentingan untuk menjaga cadangan sumberdaya alam dan

kualitas lingkungan.

Pembangunan dalam suatu negara tidak akan dapat berjalan secara berkesinambungan

apabila sumberdaya alam mengalami penurunan yang pesat. Untuk menjaga kesinambungan

pembangunan dalam suatu negara perlu upaya yang bersifat mengintegrasikan kepentingan

74

produksi nasional di satu sisi dan kepentingan sumberdaya alam di sisi lain, agar terjadi

pembangunan yang berkelanjutan.

6. 2. 1. Konsep Sumberdaya Alam

Keberadaan sumberdaya alam melalui proses alamiah, artinya hanya dengan proses alami

sumberdaya ini dapat dihasilkan. Sesuatu disebut sebagai sumberdaya bila sesuatu itu berguna

bagi kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak semua yang ada di

bumi ini disebut sumberdaya, karena manusia belum dapat memanfaatkan seluruhnya yang ada

di bumi ini. Ketidakmampuan manusia untuk memanfaatkan seluruh apa yang ada di bumi ini

disebabkan karena ketidakmampuan manusia untuk mengolah sumberdaya dan menemukan

sumberdaya baru untuk kepentingan hidupnya.

Berguna secara langsung berarti manusia tidak perlu melakukan pengolahan atau proses

untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya alam tersebut, misalnya air, udara dll, sedangkan

berguna secara tidak langsung berarti sumberdaya alam berperan sebagai faktor produksi, dengan

kata lain untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya alam tersebut memerlukan proses atau

pengolahan.

Sumberdaya alam mempunyai sifat dinamis, artinya sesuatu itu saat ini sebagai

sumberdaya alam, tetapi pada masa yang akan datang bukan sebagai sumberdaya alam atau

sebaliknya tadinya bukan sumberdaya alam, pada saat ini sebagai sumberdaya alam. Faktor-

faktor yang memengaruhi kedinamisan sumberdaya alam antara lain teknologi, kelangkaan

sumberdaya alam lainnya dan kondisi ekonomi.

Teknologi dapat mengubah sesuatu yang tadinya tidak bermanfaat menjadi bermanfaat

bagi manusia. Misalnya sinar matahari, pada masa yang lalu hanya bermanfaat untuk menjemur

pakaian namun dengan teknologi dapat diubah menjadi pembangkit tenaga listrik.

Penggunaan sumberdaya alam dapat bersifat komplementer (saling melengkapi) dan

bersifat substitusi (saling mengganti). Faktor kelangkaan akan mendorong seseorang untuk

mencari dan menemukan sumberdaya alam alternatif yang sebelumnya belum berfungsi sebagai

sumberdaya alam. Misalnya ditemukannya pembangkit listrik tenaga air, uap atau angin. Salah

satu faktor penyebabnya adanya isu kelangkaan sumberdaya alam minyak bumi, karena minyak

bumi termasuk sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.

75

Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara yang semakin tinggi biasanya semakin

banyak menemukan jenis sumberdaya alam baru. Penemuan baru ini disebabkan semakin banyak

dana yang tersedia untuk penelitian untuk penemuan sumberdaya alam.

Mengingat bahwa sumberdaya alam merupakan ciptaan Allah SWT, maka sumberdaya

alam bersifat publik. Artinya, setiap orang berhak untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya

alam tersebut, misalnya udara segar, sinar matahari, air, ikan di laut, oleh karena itu perlu

diperhatikan jumlah, kualitas, tempat dan waktu.

Sumberdaya alam dibutuhkan oleh semua orang, sehingga proses pengeks-ploitasinya

harus terencana, sehingga dapat mencegah habisnya sumberdaya alam tersebut. Proses produksi

dan cara konsumsi manusia terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi kualitas sumberdaya

alam, oleh karena itu setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kualitas

sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam jangan sampai hanya dinikmati oleh sebagian

orang saja, sementara orang lain tidak dapat menikmatinya padahal mereka juga mempunyai hak

untuk menerima manfaatnya. Tidak hanya generasi sekarang yang mempunyai hak menikmati

sumberdaya alam yang ada, tetapi generasi yang akan datang juga mempunyai hak untuk

menikmatinya. Artinya, generasi saat ini bukan hanya mempunyai kewajiban untuk mengelola

sumberdaya alam ini, tetapi juga mempunyai kewajiban untuk mewariskan sumberdaya alam ini

kepada generasi selanjutnya.

6. 2. 2. Sumberdaya Alam sebagai Faktor Produksi

Bumi sebagai tempat makhluk hidup, luasnya relatif tetap, sedangkan makhluk hidup,

khususnya manusia, jumlahnya terus meningkat. Peningkatan jumlah manusia diikuti dengan

peningkatan kebutuhan, baik dalam jumlah maupun jenis, yang harus dapat dipenuhi dan ini

berarti dibutuhkan makin banyak sumberdaya alam dan makin banyak pula limbah dari proses

produksi maupun proses konsumsi.

Peningkatan total produksi menyebabkan peningkatan pula faktor produksi dan

sebaliknya. Penambahan jumlah faktor produksi yang terus menerus tidak selalu menambah total

produksi, artinya tambahan faktor produksi sampai batas jumlah tertentu tidak akan menambah

total produksi, bahkan kalau tambahan faktor produksi terus dilakukan justru akan

mengakibatkan penurunan total produksi.

76

Sumberdaya modal (dan teknologi) dan sumberdaya manusia (tenaga kerja) sebagai

faktor produksi mempunyai peran yang searah dengan pertumbuhan ekonomi, artinya

bertambahnya pertumbuhan ekonomi, diikuti dengan bertambahnya sumberdaya modal (dan

teknologi) dan sumberdaya manusia (tenaga kerja). Berbeda dengan sumberdaya alam.

Sumberdaya alam mempunyai hubungan yang tidak searah dengan laju pertumbuhan ekonomi,

artinya meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi diikuti oleh menurunnya sumberdaya alam.

Dengan kondisi yang demikian, banyak anggapan bahwa faktor sumberdaya alam

merupakan faktor yang sangat menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara.

Negara yang banyak mempunyai sumberdaya alam akan mengalami proses pembangunan yang

cepat. Misalnya, suatu negara yang tanahnya subur sangat mungkin memiliki tingkat

produktivitas pertanian yang tinggi. Tingginya produktivitas pertanian merupakan modal awal

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada tahap perkembangan ekonomi selanjutnya

peningkatan produktivitas pertanian akan sangat memengaruhi perkembangan sektor industri dan

jasa.

Pada umumnya orang beranggapan bahwa kemunduran perekonomian suatu negara atau

faktor penghambat proses pembangunan disebabkan karena tidak tersedianya sumberdaya alam

di suatu negara. Faktor utama penyebab kemiskinan suatu negara karena tidak cukupnya

sumberdaya alam yang dimilikinya.

Negara miskin di Afrika, penyebabnya ialah faktor sumberdaya alam, khususnya tanah

dan iklim tidak menunjang untuk sektor pertanian. Tingkat produksi total yang terbatas di suatu

negara mengakibatkan rendahnya pendapatan dan ini disebabkan terbatasnya sumberdaya alam

yang tersedia. Ini berarti alam dapat membatasi kemungkinan usaha manusia untuk hidup dan

mencapai keinginannya.

Sebenarnya sifat sumberdaya alam sangat unik, dapat juga bersifat searah dengan

pembangunan ekonomi, artinya semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi justru akan

semakin banyak sumberdaya alam, karena dengan berhasilnya pembangunan ekonomi akan

semakin banyak sumberdaya alam yang dapat digali dan selanjutnya akan mendorong

pembangunan. Suatu negara yang semula tidak memiliki sumberdaya alam, ternyata pada waktu

kemudian karena proses pembangunan ekonomi, diketahui memiliki sumberdaya alam yang

tinggi harganya. Misalnya di Papua dengan ditemukannya sumberdaya alam tembaga, di

Kalimantan dengan sumberdaya alam hutan.

77

6. 2. 3. Sumberdaya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan banyak faktor produksi yang diperlukan untuk

proses produksi. Semakin banyak faktor produksi yang diperlukan akan mengurangi tersedianya

faktor produksi. Menurunnya persediaan faktor produksi modal atau tenaga kerja, relatif lebih

mudah diatasi dibandingkan dengan menurunnya persediaan faktor produksi sumberdaya alam,

karena faktor produksi sumberdaya alam harus diambil dari tempat persediaan sumberdaya alam

tersebut. Selain itu, proses terbentuknya sumberdaya alam membutuhkan waktu yang sangat

panjang.

Tuntutan percepatan pertumbuhan ekonomis, seperti yang terjadi di negara-negara sedang

berkembang, menuntut semakin banyak pula sumberdaya alam yang diambil dan semakin sedikit

jumlah persediaan sumberdaya alam tersebut. Dengan demikian ada hubungan yang positif

antara jumlah dan kualitas sumberdaya alam dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya

ada hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan persediaan sumberdaya alam di

dalam bumi.

Pertumbuhan ekonomi selain mengurangi persediaan sumberdaya alam, mempunyai

dampak negatif juga terhadap lingkungan, karena percepatan pertumbuhan ekonomi biasanya

diikuti dengan peningkatan sektor industri. Dengan meningkatnya sektor industri tingkat

pencemaran terhadap lingkungan akibat limbah proses produksi juga meningkat.

Oleh sebab itu, perlu dipikirkan bahwa dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat

untuk mengejar proses pembangunan, apabila tidak berhati-hati dapat dipastikan terjadi

percepatan pengurasan sumberdaya alam suatu negara. Dengan terjadinya pengurasan

sumberdaya alam secara cepat, berarti akan mempercepat habisnya sumberdaya alam yang pada

saatnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Proses pembangunan ternyata tidak hanya menguras sumberdaya alam, namun juga

mempunyai dampak lingkungan, karena untuk mempercepat terjadinya proses pembangunan

biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan industri. Proses industrialisasi tidak

hanya menciptakan jumlah total produksi yang meningkat akan tetapi juga meningkatkan jumlah

polusi dari sisa produksi. Polusi akibat sisa produksi apabila tidak ditangani secara baik akan

menimbulkan pencemaran bagi lingkungan, yang pada saatnya akan mengancam kehidupan di

muka bumi.

78

Proses pembangunan yang menyebabkan pencemaran lingkungan semakin meningkat

bukan hanya disebabkan oleh faktor proses produksi saja, namun juga disebabkan oleh faktor

konsumsi. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya konsumsi masyarakat akibat

meningkatnya pendapatan. Meningkatnya pola konsumsi masyarakat pada gilirannya akan

menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, karena semakin banyak masyarakat

mengkonsumsi barang atau jasa, maka semakin banyak juga sampah yang dihasilkan.

Permasalahan sampah saat ini menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan di kota-

kota besar.

Proses pembangunan ternyata tidak hanya berpengaruh positif bagi manusia maupun

makhluk hidup lainnya namun juga berpengaruh negatif. Proses industrialisasi menghasilkan

barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, disamping itu proses industrialisasi mengakibatkan

cadangan sumberdaya alam menipis, dengan menipisnya cadangan sumberdaya alam akan

mengakibatkan harga barang dan jasa meningkat. Selain itu, menipisnya cadangan sumberdaya

alam juga akan mengakibatkan kerugian bagi generasi yang akan datang, karena tidak dapat

menikmati manfaatnya. Proses industrialisasi akan menyebabkan pencemaran lingkungan,

dengan semakin meningkat-nya pencemaran lingkungan akan mengganggu keseimbangan

lingkungan yang pada gilirannya akan mengancam kehidupan manusia.

Untuk mencegah dampak negatif proses pembangunan diperlukan program pelaksanaan

pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah

pembangunan yang memperlakukan sumberdaya alam dengan melihat hasil positif maupun

negatifnya.

6. 3. Pengelolaan Sumberdaya Alam

Alam menghasilkan sumberdaya yang sangat banyak jenisnya. Penggolongan

sumberdaya alam antara lain berdasarkan sifat ketersediannya, kepemilikannya, pengelolaannya

dan faktor penyebab terbentuknya.

Penggolongan sumberdaya alam selain bertujuan untuk mempermudah mengenalinya,

bermanfaat juga untuk tujuan pelestarian sumberdaya alam, serta untuk mengatasi konflik dalam

hal pengelolaan dan pemanfaatannya. Penggolongan sumberdaya alam juga bermanfaat untuk

perencanaan pengelolaan sumberdaya alam, terutama berkaitan dengan pembangunan

berkelanjutan.

79

6. 3. 1. Ketersediaan Sumberdaya Alam

Penggolongan sumberdaya alam menurut ketersediaannya, maksudnya adalah bagaimana

sumberdaya alam tersebut dapat diperbaharui atau diproduksi oleh alam setelah dieksploitasi.

Sumberdaya alam dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu sumberdaya alam yang tidak

dapat diperbarui (nonrenewable resources/stock resources), dan sumberdaya alam yang dapat

diperbarui (renewable resources/flow resources).

Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui atau tidak dapat pulih diartikan sebagai

sumberdaya alam yang tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tetap pada tempat dan waktu

tertentu. Sementaraitu, sumberdaya alam yang dapat diperbarui atau dapat pulih merupakan

sumberdaya alam yang selalu berubah jumlahnya.

Sumberdaya alam yang tidak dapat pulih, permasalahannya proses pemulihan dari

masing-masing sumberdaya alam mengalami waktu yang berbeda. Jadi permasalahan pemulihan

sumberdaya alam terletak pada dimensi waktu. Sumberdaya alam yang mengalami proses

pemulihan atau pembuatan secara alami mengalami waktu yang sangat lama, maka sumberdaya

alam tersebut digolongkan pada sumberdaya alam yang tidak dapat pulih.

Selain diperlukan waktu yang lama untuk memulihkannya, sumberdaya alam jenis ini

mempunyai sifat bahwa volume secara fisik yang tersedia tetap dan tidak dapat diperbarui atau

diolah kembali melalui tangan manusia. Jenis sumberdaya alam yang tergolong tidak dapat

diperbarui antara lain logam, batubara, minyak bumi, dan gas alam. Sumberdaya alam jenis ini

tidak dapat diproduksi oleh tangan manusia namun hanya dapat diproduksi melalui proses alami.

Oleh karena itu, menggantikan sumberdaya alam yang sudah dieksploitasi membutuhkan waktu

yang sangat lama. Meskipun saat ini dengan adanya teknologi namun proses itupun masih juga

membutuhkan waktu yang relatif lama karena memerlukan proses penelitian.

Sumberdaya alam tidak dapat pulih dapat digolongkan lagi menjadi sumberdaya alam

yang tidak dapat didaur ulang dan sumberdaya alam yang dapat didaur ulang. Sumberdaya alam

yang tidak dapat didaur ulang mempunyai sifat berubah secara kimiawi melalui proses

penggunaan, sehingga sumberdaya alam ini hanya dapat dipakai melalui satu kali proses

penggunaan, akibatnya sumberdaya alam ini tidak dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali

misalnya batubara, minyak bumi, gas alam. Sementara itu, sumberdaya alam yang dapat didaur

ulang bersifat mempunyai umur penggunaan yang lama dan seringkali dapat dipakai ulang,

80

karena sumberdaya alam ini tidak mengalami perubahan secara kimiawi akibat proses

penggunaannya. Misalnya logam besi, kertas dan lain-lain.

Sumberdaya alam yang dapat pulih mempunyai sifat dapat habis dalam jangka pendek

tetapi dapat diganti secara cepat pula melalui proses alami, misalnya pohon-pohon di hutan,

persediaan air tanah, udara segar. Walaupun dapat pulih tetapi tidak berarti bahwa sumberdaya

alam jenis ini tidak dapat habis atau pasti dapat diperbarui. Dapat atau tidak suatu sumberdaya

alam diperbarui tergantung dari tingkat eksploitasi dan pemanfaatannya. Apabila

pemanfaatannya melampaui kemampuan teknologi dan alam untuk memproduksi kembali, maka

sumberdaya alam jenis ini dapat berkurang bahkan dapat saja habis atau punah. Kasus habisnya

sumberdaya alam yang dapat diperbarui, dapat dijumpai pada punahnya hewan atau tumbuhan

yang dahulunya ada, oleh karena itu semakin banyak hewan dan tumbuhan yang harus

dilindungi. Hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya sumberdaya alam jenis ini dapat secara

alamiah diperbarui, sehingga jenis sumberdaya alam ini disebut juga sumberdaya alam yang

potensial untuk diperbarui. Sumberdaya alam jenis ini dapat dipertahankan ketersediannya bila

proses eksploitasinya atau pemanfaatannya berada pada titik produksi yang berkelanjutan, yaitu

pada kondisi dimana sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi

kemampuannya untuk memproduksi kembali pada suatu wilayah tertentu. Apabila pemanfaatan

sumberdaya alam jenis ini melebihi tingkat sustainable (berkelanjutan) tersebut, maka penawaran

sumberdaya alam ini akan berkurang atau bahkan dapat habis yang pada saatnya mengakibatkan

proses degradasi lingkungan.

6. 3. 2. Kepemilikan Sumberdaya Alam.

Menurut kepemilikannya sumberdaya alam dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

sumberdaya alam milik pribadi (private property resources) dan sumberdaya alam milik umum

(common property resources).

Sumberdaya milik pribadi penguasaannya ada di bawah seseorang atau suatu institusi.

Penguasaan sumberdaya alam di tangan seseorang atau suatu institusi, mengakibatkan

pengeksploitasiannya relatif lebih rendah dibandingkan sumberdaya alam milik umum, sebab

yang boleh mengambil dan memanfaatkan sumberdaya alam ini adalah pemiliknya.

Sumberdaya milik umum atau milik bersama hak penguasaan dan pengelolaannya ada

pada semua orang. Namun, sumberdaya alam ini akan menjadi milik pribadi apabila

81

sumberdaya alam ini sudah dimiliki atau dikuasai oleh seseorang. Selama sumberdaya alam

tersebut belum menjadi hak milik atau dikuasai oleh seseorang maka sumberdaya alam tersebut

masih milik umum. Sumberdaya alam milik umum cenderung dieksploitasi secara besar-besaran

atau mengalami deplisi. Hal ini terjadi karena pada sumberdaya alam ini ada anggapan bahwa

milik umum berarti bukan milik siapa pun dan berarti milik setiap orang. Oleh karena itu

sumberdaya alam milik umum memiliki kecenderungan untuk segera habis atau punah, anggapan

setiap orang terhadap sumberdaya alam ini adalah apabila seseorang tidak mengambil

sumberdaya alam itu, maka orang lain akan mengambilnya. Akibat dari setiap orang

beranggapan seperti itu , maka setiap orang cenderung akan segera mengambilnya dan hal ini

jelas akan mempercepat habisnya sumberdaya alam ini.

6. 3. 3. Pengelola Sumberdaya Alam.

Berdasarkan pengelolaannya sumberdaya alam dapat digolongkan atas yang dikelola oleh

pemerintah dan yang dikelola oleh swasta. Dasar pemikiran bahwa pengelola sumberdaya alam

harus ada campur tangan pemerintah, karena pemerintah perlu memerhatikan aspek keadilan.

Jadi meskipun sumberdaya alam tersebut milik pribadi dapat saja pemerintah yang

mengelolanya, artinya tidak semua sumberdaya alam milik pribadi dapat dikelola secara pribadi.

Adanya campur tangan pemerintah terhadap pengelolaan sumberdaya alam biasanya

berlaku untuk sumberdaya alam publik (public goods), sedangkan untuk barang pribadi (private

goods) tetap dikelola oleh pihak swasta. Penggolongan sumberdaya alam menurut pengelolanya

tergantung pada sistem kenegaraan di negara yang bersangkutan. Untuk Indonesia pengelola

sumberdaya alam diatur dalam UUD 1945 pasal 33.

6. 3. 4. Terbentuknya Sumberdaya Alam

Penggolongan ini sangat bersifat subjektif atau masih sangat tergantung kepada sudut

pandang seseorang dalam melihat sumberdaya alam ini. Menurut terbentuknya, sumberdaya

alam sekunder merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya karena sumberdaya primer,

artinya sumberdaya alam sekunder tidak akan ada apabila sumberdaya alam primer tidak ada.

Keberadaan sumberdaya alam primer memengaruhi kelangsungan sumberdaya alam sekunder.

Tersedianya hewan, dapat disebut sebagai sumberdaya alam sekunder, apabila

dihubungkan dengan tersedianya produksi tumbuhan. Tanpa ada tumbuhan (sumberdaya alam

primer) maka sumberdaya alam hewan akan kehilangan sumber makanan pokoknya, yang pada

82

saatnya akan mengganggu kelangsungan hidupnya. Dapat pula sebaliknya yang terjadi, adanya

tumbuhan yang subur tergantung pada adanya hewan yang memasok kotoran sebagai pupuk

alami.

Tumbuhan dapat pula dianggap sebagai sumberdaya alam sekunder, apabila dihubungkan

dengan curah hujan, karena tumbuhan akan terganggu kelangsungan hidupnya tanpa ada curah

hujan sebagai sumberdaya alam primer. Sumberdaya alam dapat sebagai sumberdaya alam

primer dan dapat sebagai sumberdaya alam sekunder, tergantung kemana mengaitkan

sumberdaya alam tersebut.

Pada umumnya sumberdaya alam yang tidak dapat pulih dan ketersediaannya tidak

dipengaruhi oleh manusia merupakan sumberdaya alam primer. Sementara itu, sumberdaya

alam yang dapat pulih dan ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh manusia sebagian besar

merupakan sumberdaya alam sekunder.

6. 3. 5. Penggunaan Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam yang berasal dari bumi ini sangat beragam jenis dan kegunaannya.

Hubungan antara satu sumberdaya alam dengan sumberdaya alam lainnya ada yang bersifat

komplementer (saling melengkapi) dan bersifat substitusi (saling mengganti).

Hubungan komplementer dan substitusi dapat dilihat dari sisi penawaran dan permintaan.

Penggunaan tanah untuk perkebunan dan sekaligus rekreasi (agrowisata), merupakan contoh

penggunaan tanah yang sifatnya komplementer dari sisi penawaran. Hubungan yang sifatnya

komplementer dari sisi permintaan juga terjadi, misalnya penggunaan batubara dan bijih besi

untuk menghasilkan baja.

Hubungan sumberdaya alam yang sifatnya substitusi juga dapat terjadi dari sisi

permintaan maupun penawaran. Penggunaan suatu bidang tanah untuk pertanian bersaingan atau

dapat diganti untuk penggunaan tanah waduk sebagai sumber air irigasi dan dapat juga

digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Keadaan ini merupakan contoh hubungan substitusi

dari sisi penawaran, sedangkan contoh dari sisi permintaan, terjadi antara permintaan tenaga

hewan dan tenaga mesin traktor yang menggunakan bahan bakar minyak pada sektor pertanian.

6. 4. Penduduk dan Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam merupakan unsur lingkungan hidup yang mendukung kehidupan

manusia. Permasalahan pokok yang dihadapi oleh sumberdaya alam adalah makin menipisnya

83

cadangan persediaan, sedangkan permasalahan pokok yang dihadapi oleh lingkungan adalah

semakin menurunnya kualitas lingkungan. Kedua permasalahan pokok tersebut perlu lebih

mendapat perhatian karena sumberdaya alam dan lingkungan telah berada dalam keadaan yang

kritis.

Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang terjadi selama ini sangat terkait erat

dengan penduduk, disebabkan faktor kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk yang semakin

tinggi dan cara pandang penduduk yang kurang menghargai sumberdaya alam dan lingkungan

sebagai faktor pendukung kelangsungan hidup mereka. Kerusakan sumberdaya alam juga

merupakan akibat dari pengaturan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang belum

memadai, sehingga beberapa daerah menjadi daerah kritis.

6. 4. 1. Pertumbuhan Penduduk

Sebelum abad XVII, jumlah penduduk yang tinggi masih diperlukan, tetapi sejak abad

XVIII banyak pandangan yang menentang peningkatan jumlah penduduk yang besar.

Pemikiran yang menentang peningkatan jumlah penduduk yang besar antara, lain Robert

Malthus (1766-1834), Malthus mengatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk tidak akan

pernah terkejar oleh pertambahan makanan dan pakaian. Pendapat Malthus ini didasari oleh

gagasan bahwa manusia selalu memerlukan sandang dan pangan untuk hidupnya dan naluri

seksual manusia selalu ada dan sifatnya tidak berubah.

Cepatnya pertumbuhan penduduk direspons oleh negara maju dengan program keluarga

kecil dalam masyarakat untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, sedangkan di negara

sedang berkembang pertumbuhan penduduknya masih pesat. Semakin banyak jumlah penduduk

akan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi dari alam. Apabila pertumbuhan

penduduk jauh melebihi pertumbuhan persediaan sumberdaya alam, maka terjadi pengurasan

sumberdaya alam secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, yang suatu

saat akan mengakibatkan habisnya sumberdaya alam. Pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi

akan mengakibatkan semakin tingginya pencemaran lingkungan akibat proses produksi maupun

konsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia.

84

6. 4. 2. Faktor Budaya Penduduk

Faktor budaya atau pola hidup manusia akan memberikan permasalahan terhadap

tersedianya sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan melalui aspek pola konsumsi dan cara

pandang terhadap sumberdaya alam.

Dalam perkembangan kebudayaan manusia menunjukkan bahwa kebutuhan manusia

cenderung mengalami penambahan seiring dengan perkembangan budaya, kebutuhan manusia

tidak sekadar memenuhi kebutuhan hidup secara hayati atau memenuhi kebutuhan untuk hidup

(makan, minum, tempat tinggal atau disebut kebutuhan primer). Selain kebutuhan untuk hidup

(kebutuhan primer), manusia juga butuh kebutuhan sekunder (pakaian, kendaraan, pendidikan

dll) dan kebutuhan tersier (kebebasan menentukan pilihan, kebutuhan untuk dihargai dll).

Dengan kebutuhan tersier ini manusia dapat mengubah pola hidupnya, termasuk pola

konsumsinya. Misalnya manusia tidak sekadar makan untuk keperluan secara hayati, melainkan

dengan suatu pilihan menurut seleranya yang senantiasa berubah dan meningkat. Meningkatnya

pola konsumsi masyarakat seiring dengan perkembangan budaya, sementara itu sumberdaya

alam yang tersedia terbatas, akan mendorong tingginya harga sumberdaya alam dan pengurasan

sumberdaya alam demi kebutuhan dan keuntungan. Perubahan pola komsumsi akan

meningkatkan polusi yang berakibat pada pencemaran lingkungan, dengan demikian pola

konsumsi atau pola kebutuhan yang senantiasa berubah dan meningkat secara tidak langsung

akan menurunkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

Perkembangan peradaban dan budaya manusia, berdampak pada semakin meningkatnya

kebutuhan primer, sekunder dan tertier, yang harus dipenuhi. Akibatnya rasio sumberdaya alam

akan semakin kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan manusia, sehingga mengakibatkan

kualitas hidup manusia semakin menurun, karena alam semakin tidak mampu memenuhi

kebutuhan manusia yang semakin besar.

Untuk mengatasi masalah menurunnya kualitas hidup manusia dilakukan dengan cara

menekan pertumbuhan populasi, mengendalikan tingkat konsumsi pada batas yang tidak

berlebihan, terutama pada barang – barang yang merupakan kebutuhan pokok, yang hanya untuk

kemewahan dan kehormatan. Kedua upaya tersebut akan berdampak pada mengecilnya populasi

manusia dan kebutuhannya (primer, sekunder dan tertier).

6. 4. 3. Kaitan antara Penduduk dengan Sumberdaya Alam.

85

Sumberdaya alam agar dapat diproduksi harus dikombinasikan dengan modal, tenaga

kerja dan teknologi. Setelah sumberdaya alam, modal, tenaga kerja dan teknologi (faktor

produksi) dikombinasikan maka proses produksi akan menghasilkan barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Semakin banyak barang dan jasa yang diproduksi akan semakin

tinggi derajat kesejahteraan manusia. Akan tetapi, di sisi yang lain, peningkatan kegiatan

produksi akan menghasilkan polusi yang makin banyak, yang pada saatnya akan menyebabkan

pencemaran lingkungan yang berdampak negatif terhadap manusia.

Apabila permintaan barang dan jasa meningkat maka proses produksi juga akan semakin

meningkat. Permintaan barang dan jasa akan meningkat jikaa ada peningkatan daya beli dan

peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Penduduk dapat meningkatkan daya beli karena

mengalami peningkatan pendapatan melalui kesempatan kerja yang ditawarkan oleh adanya

peningkatan proses produksi (industrialisasi).

6. 5. Kelangkaan Sumberdaya Alam

Isu kelangkaan sumberdaya alam mulai sering terdengar setelah terjadinya proses

industrialisasi. Ada dua pemikiran terhadap isu kelangkaan tersebut, yaitu kelompok pesimis

dan kelompok optimis. Dari pemikiran yang bertolak belakang tersebut perlu adanya

pengukuran kelangkaan sumberdaya alam, yaitu pengukuran secara fisik dan pengukuran secara

ekonomi.

6. 5. 1. Meningkatnya Permintaan

Kelangkaan sumberdaya alam yang terjadi saat ini, antara lain disebabkan semakin

meningkatnya kebutuhan manusia, sementara alam mempunyai keterbatasan dalam menyediakan

sumberdaya alam tersebut. Diperkirakan setelah abad 20, persediaan sumberdaya alam gas alam

hanya cukup 38 tahun lagi, minyak bumi 30 tahun lagi, timah 11 tahun lagi, batubara 2300 tahun

lagi, besi 240 tahun lagi, nikel 150 tahun lagi. Prediksi tersebut atas dasar laju tingkat kebutuhan

sumberdaya alam sebelumnya dan kemampuan alam menyediakan sumberdaya alam.

Selain disebabkan oleh semakin tingginya konsumsi atau kebutuhan meningkatnya

permintaan akan sumberdaya alam juga disebabkan oleh mekanisme pasar. Peran yang diberikan

pada mekanisme pasar dalam menentukan bagaimana sumberdaya alam dikelola, telah

menciptakan dorongan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam. Mekanisme pasar akan

menciptakan harga tinggi untuk sumberdaya alam langka yang pada saatnya akan mendorong

86

seseorang untuk mengeksploitasi sumberdaya alam tersebut karena tergiur dengan harga yang

tinggi.

6. 5. 2. Rusaknya Lingkungan

Lingkungan merupakan daya dukung alam dalam proses pembuatan sumberdaya. Dengan

demikian rusaknya lingkungan akan menjadi faktor penghambat terhadap proses tersedianya

sumberdaya alam yang pada saatnya akan berpengaruh juga terhadap kelangkaan sumberdaya

alam. Isu tentang kelangkaan sumberdaya alam akibat rusaknya lingkungan biasanya lebih

banyak terjadi pada sumberdaya alam yang dapat diperbaharui seperti sumberdaya air, ikan,

hutan dan lain-lain. Semakin rendah persediaan sumberdaya alam tersebut disebabkan oleh

semakin rendahnya kualitas lingkungan akibat dari meningkatnya pencemaran atau limbah, baik

dari industri maupun rumah tangga. Selain itu, memburuknya lingkungan juga sebagai akibat

dari kemiskinan yang berkelanjutan dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan.

6. 5. 3. Sosial dan Budaya

Beberapa isu sosial budaya masyarakat yang menyebabkan terjadinya kelangkaan

sumberdaya alam, antara lain ;

1. Pengalaman menunjukkan bahwa ada pergeseran penggunaan sumberdaya alam yang dapat

diperbaharui ke sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya batubara

menggantikan arang kayu setelah persediaannya menjadi sedikit dan harganya naik. Tenaga

ternak digantikan oleh mesin yang menggunakan bahan bakar minyak, pada sektor pertanian.

2. Pandangan masyarakat terhadap sumberdaya alam yang tidak bijaksana atau hanya berpikir

untuk kepentingan sesaat telah menciptakan eksploitasi yang terlalu tamak terhadap

sumberdaya alam.

3. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang menghargai sumberdaya alam dan lingkungan.

6. 5. 4. Pandangan terhadap Sumberdaya Alam

Tidak semua orang merasa pesimis terhadap kelangkaan sumberdaya alam untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dualisme pendapat tersebut, yang pertama adalah

kelompok yang merasa pesimis mengenai tersedianya sumberdaya alam dan kelompok kedua

adalah kelompok optimis terhadap tersedianya sumberdaya alam.

87

Kelompok pesimis pada intinya mempunyai kekhawatiran akan adanya kelangkaan

sumberdaya alam yang semakin dirasakan mengingat bahwa :

1. Tidak seimbangnya pertumbuhan sumberdaya alam dibandingkan dengan meningkatnya

kebutuhan terhadap sumberdaya alam.

2. Makin meningkatnya harga barang dan jasa akibat dari biaya produksi yang dise-babkan oleh

semakin meningkatnya biaya pengambilan dan pengolahan sumberdaya alam.

3. Batas persediaan sumberdaya alam akan segera tercapai, yang berarti tercapainya pula batas

pertumbuhan ekonomi, sehingga manusia harus membatasi kegiatannya sesuai dengan

batasan alamiah.

Walaupun kelompok ini pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi akibat dari kelangkaan

sumberdaya alam, tetapi tidak berarti putus asa bahkan menyarankan untuk mencari jalan

keluarnya.

Kelompok optimis terhadap tersedianya sumberdaya alam selain didasari oleh bukti

empiris juga didukung oleh kemajuan teknologi yang mampu mencegah dan mengatasi

kelangkaan sumberdaya alam. Menurut kelompok ini kemajuan teknologi tidak akan menguras

sumberdaya alam, justru akan mengurangi pengurasan sumberdaya alam, dengan alasan :

1. Kemajuan teknologi cenderung menemukan cara-cara produksi baru yang dapat menghemat

penggunaan sumberdaya alam sebagai input dalam proses produksi.

2. Kemajuan teknologi dapat memungkinkan sumberdaya alam digunakan berulang kali, lewat

proses daur ulang.

3. Kemajuan teknologi akan mempermudah ditemukannya sumberdaya alam baru, sehingga

meningkatkan persediaan sumberdaya alam.

4. Kemajuan teknologi dapat menciptakan sumberdaya alam pengganti untuk sumberdaya alam

yang sudah menipis persediaannya, sehingga dimungkinkan adaya konservasi sumberdaya

alam yang sudah mulai langka tersebut.

Kelompok ini menyarankan agar sumberdaya alam diusahakan penggunaanya dengan cara yang

lebih efisien, yaitu dengan tingkat produksi tertentu digunakan sumberdaya alam yang minimal

dan tingkat pencemaran yang seminimal mungkin.

6. 5. 5. Mengukur kelangkaan sumberdaya alam

88

Dualisme pemikiran tentang kelangkaan sumberdaya alam mendorong perlunya

pengukuran terhadap persediaan sumberdaya alam. Hal ini diperlukan untuk perencanaan pada

masa yang akan datang. Menentukan jumlah dalam arti volume sumberdaya alam bukanlah hal

yang mudah, mengingat bahwa terlalu banyak alat ukur yang digunakan dan perbedaan konsep

langka yang dipakai oleh masing-masing alat ukur tersebut.

Kelangkaan dapat diartikan sebagai suatu keterbatasan persediaan sumberdaya alam pada

suatu tempat. Konsep yang lain, kelangkaan terjadi bila suatu sumberdaya alam hanya

terkonsentrasi di suatu tempat dan karena proses distribusi tidak normal maka tempat lain yang

membutuhkan sumberdaya alam tersebut mengalami kelangkaan. Kelangkaan dapat juga terjadi

karena suatu sumberdaya alam dimanfaatkan terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga

persediannya berkurang atau habis.

Ada dua kriteria untuk menentukan sumberdaya alam, yaitu pengukuran secara fisik dan

pengukuran secara ekonomi.

Pengukuran secara fisik seringkali dikatakan sebagai kelangkaan absolut, dan kelangkaan

mulai terjadi saat permintaan (demand) terhadap suatu sumberdaya alam melebihi penawaran

( supply), sehingga pada suatu saat akan menguras sumberdaya alam tersebut. Habisnya

sumberdaya alam ini dapat menentukan batas kegiatan ekonomi, bila sumberdaya alam tersebut

esensial bagi kegiatan perekonomian, seperti minyak bumi, batubara,dll. Mengacu pada konsep

langka secara fisik berarti harus tahu secara pasti berapa cadangan atau persediaan sumberdaya

alam tersebut. Kelangkaan secara fisik masih belum dapat diketahui secara pasti, mengingat

sumberdaya alam yang tersedia belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu untuk mengukur

kelangkaan sumberdaya alam digunakan pendekatan lain, yaitu pendekatan ekonomi.

Pengukuran secara ekonomi indikatornya antara lain harga sumberdaya alam, biaya

penemuan sumberdaya alam dan nilai kelangkaan marginal.

Semakin banyak jumlah barang yang diminta akan menyebabkan terjadinya peningkatan

harga. Selain permintaan, tingginya harga dipengaruhi oleh persediaan (stock), tidak adanya

sumberdaya substitusi dan ketergantungan yang sulit dihilangkan. Dengan demikian harga

sumberdaya alam menggambarkan tingkat kelangkaan sumberdaya alam secara ekonomi.

Biaya penemuan sumberdaya alam meliputi biaya penelitian, biaya pencarian melalui

teknologi dll. Biaya penemuan sumberdaya alam menggambarkan bahwa semakin besar biaya

89

penemuan per unit sumberdaya alam, menunjukkan bahwa sumberdaya alam tersebut semakin

langka.

Biaya dan harga lebih tepat digunakan sebagai alat ukur untuk melihat pengorbanan yang

harus dikeluarkan untuk mendapatkan sumberdaya alam. Nilai kelangkaan marginal merupakan

harga bayangan satu satuan barang sumberdaya alam yang tersedia. Nilai kelangkaan marginal

dipengaruhi oleh waktu dan besarnya tingkat bunga yang diperhitungkan. Nilai kelangkaan

marginal dapat juga dipandang sebagai pembayaran yang bertambah dari pemilik sumberdaya

alam ketika biaya pemakaiannya bertambah.

Semakin berkurangnya sumberdaya alam sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan asalkan

ada kemudahan untuk menggantikan sumberdaya alam yang langka tersebut dengan sumberdaya

alam lain yang jumlahnya masih banyak. Jadi, sumberdaya alam tersebut tidak langka selama

mudah dalam mencarikan penggantinya.

6. 6. Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Bertanggung Jawab

6. 6. 1. Isu Kerusakan Lingkungan Global

Sumberdaya alam mempunyai dimensi ruang dan waktu. Dampak kelangkaan

sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan tidak hanya dirasakan oleh orang di tempat tertentu

dan pada saat itu saja. Kelangkaan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan akan dirasakan

oleh banyak orang dan bersifat global. Bahkan tidak hanya itu, kelangkaan sumberdaya alam

dan kerusakan lingkungan dapat dirasakan pada waktu yang akan datang atau generasi

mendatang. Oleh sebab itu, pengelolaan sumberdaya alam harus secara hati-hati dan bertanggung

jawab agar tidak memberikan dampak pada orang lain, baik untuk saat ini maupun untuk masa

yang akan datang.

Pertumbuhan sektor industri yang semakin pesat merupakan pendorong bagi

pembangunan ekonomi. Namun sektor industri menyebabkan eksploitasi sumberdaya alam yang

berlebihan dan tingginya pencemaran lingkungan. Hal itu menyebabkan merosotnya kualitas

lingkungan. Pesatnya pertumbuhan industri telah mendorong berbagai teknologi yang

mengeksploitasi sumberdaya alam secara kurang bertanggung jawab, serta memacu konsumsi

yang berlebihan, sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan.

Faktor utama yang mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan secara global adalah

teknologi yang mencemari lingkungan. Teknologi ini biasanya digunakan untuk memperoleh

90

keuntungan yang sebesar-besarnya dalam mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan

dan limbah yang dihasilkan mencemari lingkungan.

Menurunnya kualitas lingkungan secara global berdampak tidak hanya kepada suatu

proyek atau orang yang melakukan kegiatan yang merusak lingkungan, tetapi juga kepada

masyarakat umum. Contoh kasus rusaknya lingkungan yang dampaknya dirasakan secara

global, antara lain pemanasan global, lubang ozon dan hujan asam.

6. 6. 2. Konsep Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Bertanggung Jawab

Isu-isu mengenai dampak lingkungan secara global menunjukkan bahwa proses

pembangunan yang dilakukan selama ini kurang memerhatikan aspek lingkungan. Proses

pembangunan yang cenderung mengejar pertumbuhan ekonomi cenderung egoistik, sehingga

tidak memperhatikan kepentingan orang lain dan berorientasi jangka pendek. Akibat

pembangunan yang seperti itu akan berdampak terhadap rusaknya lingkungan dan kelangkaan

sumberdaya alam. Dampak tersebut tidak hanya merugikan masyarakat secara umum pada saat

ini, tetapi juga akan merugikan generasi yang akan datang. Oleh sebab itu diperlukan suatu

pedoman bagi pengelolaan sumberdaya alam. Pedoman tersebut diharapkan mampu

mengarahkan setiap mengambil keputusan untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan

sumberdaya alam yang rasional dan bertanggung jawab.

Pengelolaan sumberdaya alam yang bertanggung jawab dapat diartikan proses

pengelolaan sumberdaya alam yang sesuai dengan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi

kebutuhan generasi yang akan datang. Selain itu, dalam proses pengambilan sampai dengan

pengelolaannya tidak menimbulkan biaya atau kerugian yang harus ditanggung oleh orang lain,

baik saat ini maupun masa yang akan datang. Kebijakan sumberdaya alam yang bertanggung

jawab terhadap generasi saat ini maupun generasi yang akan datang terdiri dari satu himpunan

peraturan serta tindakan yang berhubungan dengan penggunaan sumberdaya alam untuk

membuat perekonomian bekerja secara efisien serta dapat bertahan dalam waktu yang tidak

terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi, tanpa tidak dipulihkannya lingkungan fisik yang

rusak maupun tanpa menimbulkan resiko yang besar bagi generasi yang akan datang, tetapi

justru akan membuat generasi yang akan datang lebih sejahtera.

Meningkatnya masalah lingkungan dapat diatasi dengan cara melengkapi kemampuan

teknologi dengan kearifan. Pelaksanaan pembangunan perlu melengkapi diri dengan etika, yang

91

merupakan petunjuk bagaimana manusia harus menempuh kehidupan, berperilaku, dan

bertanggung jawab. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kearifan manusia terhadap lingkungan, ilmu

pengetahuan dan teknologi dan pembangunan dapat dijabarkan menurut tiga bentuk, yaitu etika

lingkungan, etika ilmu pengetahuan dan teknologi, etika pembangunan.

Dengan etika lingkungan tidak hanya mengimbangi hak dengan kewajiban terhadap

lingkungan, tetapi juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai

kegiatan agar tetap berada dalam batas kepentingan lingkungan hidup kita. Bahkan mungkin

perlu diperjuangkan makna azasi kehidupan atau makna azasi lingkungan hidup, dimana hak

azasi manusia adalah bagian dari kedua makna azasi yang terdahulu. Etika lingkungan diuraikan

lebih lanjut pada 6.13.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pembangunan yang berwawasan lingkungan

dan pengelolaan sumberdaya alam yang bertanggung jawab, diperlukan landasan yang kuat dari

etika terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Etika ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi ;

1. Kejujuran dan objektivitas.

2. Pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu lebih memerhatikan kepentingan

berbagai lapisan masyarakat.

3. Penyelesaian masalah dan dampak lingkungan dari pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi itu sendiri.

Dengan demikian diharapkan tidak menggunakan teknologi yang tidak disertai kemampuan

untuk mengatasi masalah lingkungan yang ditimbulkannya.

Manusia sebagai pelaku pembangunan perlu mengetahui etika pembangunan. Etika

pembangunan meliputi:

1. Pembangunan merupakan ibadah kepada Allah SWT, sehingga perkembangan sikap dan

perilaku pembangunan harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT.

2. Pembangunan mencakup kegiatan mengejar kemajuan lahiriah (sandang, pangan dll) dan

kepuasan batiniah (pendidikan, keadilan, kebebasan dll), kemajuan spiritual dan material

dalam keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara keduanya.

3. Pembangunan tertuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang memuat ciri-ciri

keselarasan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan masyarakat

melalui peningkatan solidaritas sosial diantara sesama manusia, solidaritas alam dengan

lingkungan hidup alam kita, serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

92

Dengan adanya kearifan manusia yang mampu mengintegrasikan etika lingkungan, etika

ilmu pengetahuan dan teknologi dan etika pembangunan akan membuat pembangunan ekonomi

yang mampu memanfaatkan sumberdaya alam secara bertanggung jawab. Dengan demikian

pembangunan yang terjadi tidak merugikan umat manusia, alam dan makhluk hidup yang ada di

dalamnya.

6. 7. Lingkungan Hidup

6. 7. 1. Ekosistem dan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup alam atau ekosistem terdiri atas lingkungan hidup fisik dan lingkungan

hidup hayati. Dalam pengertian, lingkungan hidup alami ini juga terdapat manusia sebagai

bagian dari lingkungan hidup hayati.

Pengertian lingkungan hidup menurut Soemarwoto adalah sebagai ruang yang ditempati

suatu makhluk hidup secara bersama-sama dengan benda hidup dan tak hidup lainnya yang ada

di dalamnya. Atau dengan kata lain lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia

dengan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan ditinjau dari segi jenis, dapat dibedakan menjadi tiga

yakni :

1. Lingkungan fisik (physical environment), yaitu : segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang

berwujud benda tak hidup.

2. Lingkungan biologi (biological environment), yaitu : segala sesuatu yang ada di sekitar kita

yang berwujud makhluk hidup.

3. Lingkungan sosial (social environment), yaitu : manusia di sekitar kita.

Manusia merupakan penentu dalam pengelolaan lingkungan, karena faktor-faktor yang

lain sangat tergantung pada faktor manusianya, dengan kepeduliannya manusia mampu

menyelamatkan alam. Berkembangnya manusia pada dominasi dalam ekosistem disertai

dengan kemampuannya untuk mengubah lingkungan.

Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah ciri hubungan antara berbagai unsur

lingkungan hidup dalam kerangka sistem hubungan yang terbentuk secara alamiah. Sistem

hubungan inilah yang disebut sistem ekologi, atau lebih dikenal dengan ekosistem.

93

Ekosistem sebenarnya merupakan konsep dasar dalam ekologi yang menunjukkan

hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungan tempat mereka hidup. Namun

sebagai tatanan, ekosistem tidak lain adalah interaksi yang teratur dan terpola di antara berbagai

unsur lingkungan hidup yang terkait secara alamiah. Keteraturan interaksi inilah yang

menciptakan kondisi seimbang pada suatu ekosistem.

Pada dasarnya konsep ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi yang

terdiri atas komponen biotik atau hayati dan komponen abiotik atau non hayati. Menurut

Resosoedarmo, apabila ekosistem dilihat dari penyusunnya maka dapat dibedakan menjadi :

1. Bahan tak hidup (abiotik), yaitu komponen fisik dan kimia serta merupakan medium untuk

berlangsungnya kehidupan.

2. Produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya tumbuhan klorofil, yang

mensintesis makanan dari bahan organik yang sederhana.

3. Konsumen, yaitu organisme heterotrofik, misalnya hewan dan manusia yang memakan

organisme lain.

4. Pengurai, perombak atau dekomposer, yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan

organik yang berasal dari organisme mati.

Konsep ekosistem, dengan demikian, tidak menempatkan unsur-unsur lingkungan hidup

secara parsial, melainkan secara holistik, yakni menempatkan semua unsurnya dalam hubungan

saling mendukung sekaligus saling bergantung. Di seluruh bumi kita, hubungan demikian

muncul dalam bentuk gejala alam yang unik yang dikenal dengan daur makanan dan daur

biogeokimia.

Daur makanan atau yang lebih dikenal dengan rantai makanan adalah rangkaian proses

makan-memakan oleh makhluk hidup yang satu terhadap yang lain, baik di kalangan spesies

yang sama maupun pada spesies yang berbeda. Daur makanan ini merupakan syarat mutlak bagi

keseimbangan ekosistem, karena sepanjang daur makanan itulah berlangsung perpindahan materi

dan aliran energi. Tanpa aliran energi ini, segala bentuk kehidupan di biosfer akan terhenti.

Setiap mata rantai makanan, tidak boleh kehilangan perannya baik sebagai mangsa maupun

pemangsa. Setiap organisme pada dasarnya memainkan peran ganda seperti itu sesuai dengan

perilaku dan tabiat alamiah masing-masing.

Dilihat dari proses peredaran unsur-unsur kimia yang tersimpan di dalam air, tanah, atau

udara dan yang tersimpan di dalam tubuh tumbuhan, hewan, atau manusia, maka daur makanan

94

merupakan sebagian dari rangkaian perjalanan unsur-unsur kimia tersebut. Sebagian yang lain

berlangsung di alam, melalui air, tanah, dan udara. Perjalanan unsur-unsur kimia melalui

makhluk hidup sebagai komponen biologis inilah yang disebut daur biogeokimia.

Kini menjadi jelas bahwa komposisi kumpulan organisme yang hidup di suatu

lingkungan hidup tidaklah tercipta secara kebetulan. Keberadaan mereka merupakan hasil akhir

dari interaksi alamiah diantara sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan benda-

benda, keadaan, serta energi di sekitar mereka. Interaksi ini berlangsung secara terus menerus

dalam suasana harmonis, sehingga tercipta ekosistem yang relatif seimbang.

Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan homeostatis, yaitu

kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.

Keseimbangan itu diatur oleh berbagai faktor yang sangat rumit. Dalam mekanisme

keseimbangan ini, termasuk mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan

hara makanan, pertumbuhan organisme dan produksi, serta dekomposisi bahan-bahan organik.

Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap perubahan,

tetapi biasanya batas mekanisme homeostatis, dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan

manusia. Sebagai contoh, sebuah sungai yang dikotori oleh pembuangan sampah yang tidak

terlalu banyak, sungai dapat menjernihkan dirinya sendiri secara alami. Akan tetapi, jika sampah

yang masuk itu terlalu banyak, apalagi jikaa mengandung zat-zat racun, maka batas homeostatis

alami sungai itu akan terlampaui sehingga sungai akan rusak secara permanen.

6. 7. 2 Manusia dan Lingkungan Hidup

Berbagai kerusakan lingkungan terjadi di bumi kita, dapat disebut diantaranya

menipisnya lapisan ozon, pemanasan global, pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran

tanah, dan sebagainya. Kerusakan ini muncul akibat aktivitas manusia seperti pembangunan

industri, perumahan, jalan, dan pelbagai pembangunan fisik lainnya. Dapat dikatakan bahwa

kegiatan itu pada satu sisi menguntungkan sebagian orang tetapi pada sisi yang lain merugikan

banyak orang terutama mereka yang terkena dampak.

Makin besarnya jumlah populasi manusia, makin meningkat pula kebutuhannya. Ditinjau

dari segi kebutuhan, manusia tidak lagi merasa cukup dipenuhi dengan kebutuhan primer, karena

muncul kebutuhan baru seperti kenikmatan, keindahan, kebanggaan dan prestise. Untuk

memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks itu, manusia mengubah orientasi dan cara dalam

95

mendayagunakan alam. Dengan daya nalarnya, manusia mendayagunakan teknologi untuk

menundukkan alam, dengan alasan demi peningkatan kesejahteraan umat manusia.

Seiring dengan proses pembangunan yang mengupayakan pertumbuhan ekonomi untuk

mendukung peningkatan kesejahteraan, secara sadar dan tidak sadar dapat menimbulkan dampak

yang tidak terduga terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Akibatnya terjadi

pencemaran dan kemerosotan kualitas sumberdaya alam serta kesenjangan sosial dalam peran

serta dan perolehan manfaat pembangunan yang tidak merata dirasakan semua pihak.

Sumberdaya alam yang semestinya diperlakukan sebagai teman sejawat dalam mempertahankan

fungsi ekosistem, justru diperlakukan sebagai “musuh”. Gejala ini nampak dalam bentuk

penaklukan alam berupa penggunaan teknologi dalam skala yang makin besar dan makin tak

terkendali. Manusia tidak lagi menjadi pendukung, melainkan justru menjadi perusak ekosistem.

Ironisnya, kebanyakan orang bersedia memandangnya sebagai bagian dari kegiatan

pembangunan. Oleh karena itu muncul paradigma atau arah baru dari pembangunan untuk

meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh rakyat melalui perubahan-perubahan yang didukung

segenap unsur pelaku dan sumberdaya yang diperlukan. Dalam hubungan inilah berkembang

gagasan tentang pembangunan yang berkelanjutan.

6. 7. 3 Manusia dan Lingkungan Alam

Hubungan manusia dengan lingkungan alam menimbulkan beberapa faham yang menjadi

ciri pandang ilmiah pada masa tertentu. Sesuai dengan perkembangannya, telah terjadi perbedaan

faham tentang kedudukan serta peran manusia terhadap lingkungan alamnya.

Frederich Ratzel (1844-1904) mengemukakan faham bahwa manusia dengan

kehidupannya sangat bergantung pada kondisi lingkungan alam. Faham ini diilhami oleh teori

Darwin (1809-1882) tentang perkembangan mahluk hidup, yang dikenal dengan teori evolusi.

Darwin mengemukakan bahwa mahluk hidup pada perkembangannya mengalami perjuangan

hidup dan seleksi alam dan yang terkuat akan bertahan hidup. Dalam proses tersebut faktor

lingkungan alam sangat menentukan. Proses tersebut tidak terkecuali bagi kehidupan manusia.

Di sinilah kelihatan faham dan pandangan determinisme lingkungan alam (physical

determinism).

Tokoh lain yang berfaham determinisme adalah Elsworth Huntington (1876- 1947)

menyatakan bahwa faktor iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Iklim

96

di muka bumi ini beragam, akibatnya kebudayaan manusia juga beragam. Pandangan ini dapat

disebut sebagai determinisme iklim (climate determinism).

Perkembangan selanjutnya, Ellen Churchill Semple (1863-1932) menyatakan bahwa

lingkungan alam tidak lagi merupakan faktor yang menentukan, melainkan sebagai faktor yang

dimanfaatkan manusia sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditempuh manusia.

Manusia dengan kemampuan budayanya dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan

kemungkinan yang diberikan oleh lingkungan alamnya. Peranan dan kedudukan manusia

terhadap lingkungan alam ini telah dipandang aktif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Tokoh lain yang berfaham posibilisme adalah Paul Vidal de la Blache (1845-1919)

menyatakan bahwa faktor yang menentukan bukanlah lingkungan lam melainkan proses

produksi yang dipilih manusia yang berasal dari kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh

tanah dan iklim di suatu tempat. Faham yang dianut oleh Semple dan Blache disebut faham

posibilisme.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi dasar pendorong pemanfaatan

sumberdaya alam bagi kesejahteraan manusia. Hasil penerapan teknologi bagi kepentingan

pemenuhan kebutuhan manusia, menimbulkan faham manusia mampu menguasai lingkungan

alam bagi kepentingan hidupnya. Manusia dengan teknologinya dapat mengatasi segala

hambatan yang datang dari lingkungan alam. Faham ini melepaskan diri dari determinisme alam

tetapi justru menjadi determinisme teknologi. Penganut faham ini sangat optimis terhadap

kemampuan teknologi dan menjadi bergantung pada teknologi.

Adanya faham-faham tersebut, menuntut kita menentukan sikap yang bertanggung jawab

atas kelestarian hidup manusia dan lingkungannya.

6. 7. 3. 1 Manusia Bagian dari Alam

Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Allah SWT. Bumi dan kekayaan yang ada

di dalamnya serta mahluk yang ada di atasnya, merupakan titik di alam semesta yang belum kita

ketahui ukurannya secara tepat. Apalagi kita manusia sebagai penghuni planet bumi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah dapat mengungkapkan rahasia alam semesta ini.

Tetapi seberapa jauhkah rahasia alam semesta yang telah terungkap? Mengingat alam semesta

demikian luasnya. Oleh karena itu, kita perlu mawas diri bila kita mengatakan kita telah mampu

menguasai alam semesta ini. Hanya Allah SWT yang berhak disebut sebagai penguasa alam.

97

Ilmu pengetahuan dan teknologi manusia telah dapat menjelajah ruang angkasa, manusia

telah dapat memanfaatkan tenaga nuklir bagi kesejahteraan manusia. Tetapi tidaklah terduga

bahwa pesawat ulak-alik ruang angkasa meledak dihadapan para penyaksinya, padahal secara

ilmiah telah diperhitungkan dengan cermat, tetapi ada yang tidak dapat diperhitungkan oleh

manusia, yaitu ada kekuatan lain “Penguasa Alam Semesta” ini. Jelas terlihat ada keterbatasan

kemampuan manusia. Manusia merupakan sebutir debu di tengah alam semesta yang luas dan

belum kita ketahui secara pasti ukurannya.

Manusia jelas tidak mampu menguasai alam semesta ini, kemampuan manusia hanyalah

memanfaatkan dan mengelola dengan penuh tanggung jawab lingkungan alam ini.

6. 7. 3. 2. Perkembangan Populasi Manusia

Dalam perkembangan bumi, manusia muncul sebagai mahluk hidup yang paling akhir.

Perkembangan dan persebaran manusia di muka bumi selain dipengaruhi oleh lingkungan alam

juga dipengaruhi oleh faktor manusianya. Khususnya perkembangan dan pertumbuhan ini

dipengaruhi oleh kemampuan budaya manusia sendiri.

Perkembangan perbedaan umat manusia yang berpengaruh terhadap perkembangan

penduduk di muka bumi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap utama, yaitu : (1) zaman ketika

umat manusia menggunakan teknologi yang sangat sederhana dalam mengatasi masalah

kehidupannya sehubungan dengan pengaruh lingkungan alam. (2) zaman ketika manusia

mengembangkan teknologi cocok tanam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan (3) zaman

ketika manusia mulai mengembangkan industri.

Pada peradaban manusia pertama, ketika manusia hanya meramu kebutuhannya, berupa

berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan hasil hutan, pertumbuhan penduduk bumi saat itu

sangat rendah akibat tingkat kematian yang tinggi, karena kelaparan, wabah penyakit dan

peperangan antar kelompok manusia.

Pada peradaban manusia ketika manusia mengembangkan teknologi cocok tanam,

pertumbuhan penduduk mulai meningkat. Manusia mulai mampu menyediakan bahan pangan

yang menjadi dasar kemakmurannya. Bercocok tanam sederhana dan penggembalaan sangat

menopang kesejahteraan serta perkembangan penduduk saat itu.

Peradaban manusia yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan penduduk, ketika

manusia mulai mengembangkan industri. Disamping pertumbuhan penduduk yang semakin

98

cepat, juga terjadi migrasi ke daerah-daerah yang memberikan sumber kehidupan. Revolusi

industri di bidang pertanian, pengobatan, perpabrikan dan lain-lain, membawa dampak yang luas

terhadap mobilitas penduduk, baik horizontal maupun vertikal.

Pertumbuhan, perkembangan dan persebaran penduduk dunia dengan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang dimilikinya, telah membawa dampak positif dan negatif terhadap lingkungan

hidupnya. Dampak positif dialami manusia sebagai peningkatan kemakmuran serta kesejahteraan

pada umumnya dari pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya lingkungan, sedangkan dampak

negatif berupa perusakan lingkungan, seperti erosi, kekeringan, pencemaran dan lain sebagainya.

Masalah pencemaran inilah yang wajib mendapat perhatian bersama yang mungkin akan

menimpa kehidupan umat manusia bila kita sendiri tidak melakukan usaha menanggulanginya.

Kemampuan lingkungan ada batasnya, meskipun kita belum mengetahui secara pasti batas daya

dukung lingkungan terhadap perkembangan populasi manusia. Di sinilah fungsi ilmu

pengetahuan dan teknologi bagi usaha menghindarkan terjadinya ketimpangan ekologi yang fatal

terhadap kehidupan manusia.

6. 7. 3. 3 Peranan Manusia dalam Lingkungan

Di bumi ini jumlah ekosistem yang belum dipengaruhi manusia hanya tinggal sedikit saja,

malahan cukup banyak ekosistem yang dibuat oleh manusia. Mamusia memang makhluk paling

penting dalam biosfer ini. Peranan manusia dalam lingkungan secara ekologis yaitu :

a. Manusia sebagai makhluk yang dominan secara ekologis.

Dominan secara ekologis maksudnya manusia dapat berkompetisi secara lebih baik untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya terutama dalam hal makanan bila dibandingkan dengan

mahluk lain dalam ekosistem, dan manusia mampu memberikan pengaruh yang besar

terhadap lingkungan tempat hidupnya, atau terhadap organisme yang lain.

b. Manusia sebagai mahluk pembuat alat

Bila dibandingkan dengan hewan besar lainnya, manusia tidak dapat bergerak cepat,

pancaindera pencium dan pendengar kurang berkembang, kulit pelindung tidak punya.

Kekurangan-kekurangan ini diatasinya dengan membuat alat bantu.

c. Manusia sebagai makhluk perampok

Sapi, kerbau, kambing, gajah dan lain-lainnya makanannya hanya tumbuhan (herbivora),

harimau, singa, serigala dan lain-lainnya makanannya hanya daging saja (karnivora),

99

sedangkan manusia makan tumbuhan dan hewan, sehingga menghabiskan makanan

mahluk lainnya. Oleh karena itu manusia dimasukan dalam golongan Omnivora.

d. Manusia sebagai makhluk penyebab evolusi

Anggrek yang tadinya merupakan tanaman hutan tanpa disiram dan dipupuk tetap akan

berbunga bila waktu berbunga tiba, tetapi setelah anggrek ditanam di halaman rumah bila

tidak disiram dan dipupuk tidak mau berbunga lagi. Hal ini berarti terjadi perubahan

dalam kehidupan anggrek.

e. Manusia sebagai makhluk pengotor

Hewan buang kotoran dapat hancur secara alami, tumbuhan gugur daunnya akan hancur

secara alami, tetapi buangan manusia ada yang dapat hancur secara alami (sisa makanan,

tinja) dan ada yang tidak hancur secara alami. Dengan demikian berarti manusia

merupakan satu-satunya makhluk yang mengotori ekosistem ini.

6. 7. 3. 4 Lingkungan yang Diharapkan oleh Manusia

Setiap mahluk hidup ingin agar tempat hidupnya memberikan rasa aman, nyaman dan

menyenangkan. Semuanya demi untuk kelangsungan hidup bagi individu itu dan bagi jenisnya.

Suatu ekosistem mempunyai stabilitas lingkungan tertentu. Semakin besar keanekaragaman

ekosistem, makin besar pula stabilitasnya. Hutan hujan tropis yang terdiri banyak sekali jenis

tumbuhan dan hewannya walaupun tanpa perawatan tetap akan dapat melangsungkan hidupnya.

Sebaliknya suatu ladang atau sawah yang terdiri atas satu jenis tumbuhan saja akan mempunyai

stabilitas yang kecil.

Walaupun hutan dikatakan mempunyai stabilitas yang tinggi tetapi kecil sekali

memberikan daya dukung untuk kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu manusia selalu

berusaha meningkatkan daya dukung lingkungan dengan cara memberikan tambahan energi pada

ekosistem, misalnya dengan pemupukan, pengkapuran (subsidi energi).

6. 8. Daya Dukung Lingkungan

Populasi manusia terus berkembang, bahkan pada suatu saat terjadi pertumbuhan

penduduk yang sangat luar biasa yang disebut ledakan penduduk. Mengingat luas muka bumi

yang merupakan ekosistem kehidupan manusia itu luasnya tetap, sedangkan pertumbuhan

penduduk terus melaju, maka akan terjadi pembenturan antara pertumbuhan populasi manusia

dengan daya dukung lingkungan.

100

Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung

sejumlah populasi jenis tertentu untuk dapat hidup dalam lingkungan tersebut. Dalam hal ini

lingkungan dapat berupa sebidang tanah, suatu wilayah geografis atau suatu ekosistem tertentu.

Populasi jenis tertentu dalam hal ini dapat manusia, hewan maupun tumbuhan.

Manusia sangat bervariasi dan daya dukung lingkungan juga bervariasi. Daya dukung

lingkungan tidak mutlak, melainkan berkembang sesuai dengan faktor yang memengaruhinya.

Lingkungan yang berada memiliki daya dukung yang berbeda, sedangkan suatu lingkungan daya

dukungnya dapat berkembang sesuai dengan faktor serta sumberdaya yang memengaruhinya.

Faktor-faktor tersebut antara lain iklim, cuaca, kesuburan tanah, erosi, perilaku manusia dan lain-

lainnya.

Dengan memperhatikan kemampuan lingkungan mendukung populasi di atasnya, kita

dapat menghitung kemampuan maksimum lingkungan tersebut. Dengan demikian akan dapat

diperhitungkan kepadatan populasi yang dapat didukung oleh lingkungan yang bersangkutan,

sehingga populasi tersebut dapat hidup dengan wajar. Apabila terjadi kelebihan populasi akan

terjadi ketimpangan ekologi. Apabila terjadi kelebihan populasi atau kepadatannya melebihi

kepadatan yang mampu didukung, kita katakan lingkungan tersebut telah sampai kepada

batasnya.

Sehubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia, maka

manusia dapat meningkatkan daya dukung lingkungan. Faktor sosial budaya dapat juga

menurunkan daya dukung lingkungan, sehingga sampai kepada batas kemampuannya. Semua ini

menuntut perhatian kita.

Ketimpangan lingkungan dalam bentuk kekeringan, tanah longsor, erosi, pencemaran,

merupakan ungkapan keterbatasan daya dukung lingkungan, sebagai akibat perilaku manusia

yang tidak selaras dengan daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Perluasan permukiman,

perladangan, kawasan industri bila tidak didukung oleh kemampuan lingkungan, akan

menimbulkan berbagai masalah lingkungan.

Manusia merupakan makhluk yang dikaruniai kemampuan budaya yang melebihi

makhluk lainnya. Dengan kemampuan budaya itu, manusia telah mampu mengubah muka bumi

seperti yang kita saksikan saat ini. Padahal manusia merupakan mahluk yang keberadaannya di

muka bumi paling akhir. Dengan kemampuan manusia memanfaatkan lingkungan, manusia

dapat memenuhi kebutuhannya. Kemampuan manusia bervariasi, maka pemanfaatan sumberdaya

101

alam juga bervariasi. Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut juga dibatasi oleh kemampuan

budaya manusia. Kelompok manusia yang tingkat budayanya telah tinggi, melalui ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya, telah dapat merealisasikan sumberdaya alam bagi

kesejahteraan hidupnya. Kebalikannya, kelompok manusia yang kemampuan budayanya masih

terbatas, sumberdaya alam yang ada tidak dimanfaatkan untuk kesejateraan hidupnya. Hutan

lebat, sungai lebar dan deras, air terjun dan lainnya dipandang sebagai penghalang dan

penghambat dari pada dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidupnya.

Daya dukung lingkungan bersifat relatif dan lingkungan memiliki keterbatasan. Bila

pemanfaatan dan populasi yang dapat didukung oleh lingkungan tersebut telah melewati batas

kemampuan, akan terjadi berbagai bentuk ketimpangan. Ketimpangan-ketimpangan tersebut

menjadi masalah yang akan menimpa kehidupan mahluk di muka bumi, khususnya manusia.

Muka bumi dengan segala sumberdayanya memiliki kondisi yang sangat bervariasi. Oleh

karena itu, daya dukung lingkungan terhadap populasi manusia juga sangat berbeda-beda. Suatu

lingkungan yang curam sangat kecil kemampuannya untuk menampung populasi manusia. Bila

jumlah populasi dengan kepadatannya dipaksakan melebihi daya dukung lingkungan tersebut

dapat menyebabkan terjadinya erosi dan tanah longsor.

Tanah yang kering memiliki kemampuan mendukung populasi dan aktivitas manusia

sesuai dengan kondisinya. Bila populasi dan kegiatan di atasnya melebihi daya dukungnya, maka

akan terjadi ketimpangan lingkungan berupa kekeringan dan erosi. Kemampuan ilmu

pengetahuan dan teknologi harus dimanfaatkan untuk memperhitungkan berapa daya dukung

maksimum lingkungan tanah kering tersebut mendukung populasi secara wajar. Kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang merupakan ungkapan budaya manusia, ternyata telah mampu

merekayasa gurun menjadi tanah pertanian yang produktif.

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perekayasaan pertanian berupa

pemupukan (kimiawi dan organik), pengolahan tanah yang lebih baik (mekanik), pemilihan bibit

unggul (hayati), perbaikan pengairan melalui organisasi dan kelembagaan (sosial), semua ini

merupakan bukti kemampuan budaya manusia mengembangkan daya dukung lingkungan tanah

pertanian.

Penerapan teknologi bagi manusia selain berdampak positif juga negatif. Penerapan

tersebut merupakan tekanan terhadap lingkungan. Eksploitasi hutan, sungai, laut dan lainnya

yang diluar daya kemampuan lingkungan yang bersangkutan, merupakan tekanan yang

102

mengubah keseimbangan sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Penggunaan mesin-mesin

berat untuk menebas hutan, sehingga dalam waktu yang singkat hutan tersebut menjadi gundul.

Akibatnya, keseimbangan di lingkungan hutan tersebut terancam sehingga menimbulkan erosi

dan banjir.

6. 9. Ketimpangan Ekologi dan Lingkungan

Manusia yang memiliki kemampuan rekayasa, memiliki kecenderungan tertentu dalam

mempertahankan kelestarian hidupnya. Tindakan, perilaku dan perbuatan manusia itu secara

positif mampu mengembangkan daya dukung lingkungan, tetapi di lain pihak perbuatannya itu

juga berkecenderungan mengganggu keseimbangan. Salah satu kecenderungan tersebut adalah

sifat menyederhanakan komposisi komponen-komponen ekosistem dengan membuat ekosistem

buatan.

Bersama dengan pertumbuhan dan pertambahan populasi manusia, tumbuh pula

kebutuhannya. Kebutuhan ini tidak hanya terbatas kepada kebutuhan fisik material yang sifatnya

sangat mendasar, melainkan juga kebutuhan akan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan

penghargaan, dan harus diimbangi oleh alat pemuasnya. Untuk mencari dan mengadakan alat

pemuas tadi, manusia sebagai makhluk budaya dapat mengembangkan budayanya dalam

memanfaatkan lingkungan alam. Di sinilah manusia mulai campur tangan dalam memanfaatkan

ekosistem alamiah menuju ekosistem budaya.

Dalam memanfaatkan sumberdaya alam dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, manusia berkecenderungan menyederhanakan ekosistem alamiah. Tentu saja hal ini

didasarkan atas azas ekonomi yang menguntungkan pihak manusia. Hutan alam yang heterogen

diubah menjadi hutan tanaman industri yang homogen. Sungai yang berliku-liku dibuat menjadi

lurus. Sungai yang berjeram dipenggal untuk bendungan. Rawa yang kaya akan komunitas biotik

ditimbun atau diurug untuk permukiman, jalan dan prasarana lainnya.

Ekosistem alamiah yang memiliki keanekaragaman komponen dan komunitas

biologisnya, ada pada suatu keseimbangan yang telah berlangsung ratusan sampai ribuan tahun.

Oleh tangan manusia, keanekaragaman tersebut disederhanakan, paling tidak ada beberapa

komponen atau unsur yang dikeluarkan dari ekosistem tersebut. Bila unsur atau komponen

tersebut masih dapat disubstitusikan oleh unsur atau komponen yang lain, ekosistem dengan

daya lentingnya dapat memulihkan kembali komposisinya sehingga tetap ada dalam

103

keseimbangan. Bila perubahan akibat tangan manusia tersebut terlalu besar dan mendadak, dapat

menyebabkan terjadinya kegoncangan sehingga terjadi ketimpangan ekologi. Meluasnya suatu

jenis serangga atau ulat atau hewan pengganggu lainnya yang kita sebut sebagai hama,

merupakan bukti adanya ketimpangan ekologi sebagai akibat musnahnya atau setidaknya

berkurangnya hewan atau tumbuhan pengontrol hama tersebut. Terjadinya kekeringan atau

setidaknya kekurangan air di suatu tempat yang sebelum adanya campur tangan manusia tidak

pernah terjadi, dapat diakibatkan oleh ketimpangan ekologi di tempat tersebut. Penebangan

pohon-pohon tertentu yang bernilai ekonomis pada suatu tempat, padahal pohon tersebut

memiliki fungsi menarik uap air dan menyimpan air yang jatuh, berarti memutuskan siklus yang

selama ini berlangsung secara alamiah. Itulah ketimpangan ekologi yang menyebabkan

terjadinya kekurangan air.

6. 10. Asas Dasar Ilmu Lingkungan

Ilmu pengetahuan yang sudah berkembang dan menghasilkan teori serta model harus

didasari oleh azas yang kuat dan kokoh. Azas adalah penyeragaman secara umum yang

kemudian digunakan sebagai dasar untuk menguraikan gejala dan situasi yang lebih khusus.

Azas dasar yang berkaitan dengan kehidupan manusia sesuai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi adalah :

a. Semua energi yang memasuki jasad hidup, populasi atau ekosistem dianggap sebagai energi

tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah bentuknya tetapi tidak hilang atau tidak

hancur. Azas ini sering disebut dengan Hukum Kekekalan Energi. Contohnya energi

matahari diserap oleh tumbuhan, diubah menjadi energi kimia dan melalui proses fotosintesa

membentuk energi yang tersimpan dan telah atau dapat diubah dalam bentuk lain, tetapi tidak

hilang dari alam semesta.

b. Tidak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Meskipun energi tidak pernah

hilang dari alam, tetapi terus diubah ke dalam bentuk yang kurang bermanfaat atau tidak

seluruh energi digunakan dalam proses. Contohnya, panas yang keluar dari tubuh organisme

dalam suatu kegiatan, seperti lari, terbuang percuma.

c. Materi, energi, ruang, keanekaragaman dan waktu, semuanya termasuk sumberdaya alam.

Tubuh organisme dibangun oleh materi dan hidupnya bergantung pada energi. Ruang atau

letak jasad hidup dari sumber makanan sangat menentukan perkembangan populasi jasad

104

hidup tersebut. Perkembangan jasad hidup perlu waktu. Keanekaragaman jasad hidup akan

menimbulkan dinamika. Contohnya pada musim kemarau persediaan air di gurun bagi hewan

mamalia berkurang. Berhasil atau tidak mereka pindah ke tempat sumber air dari tempat

semula tergantung tersedianya energi dan waktu untuk menempuh jarak tersebut. Jenis dan

keanekaragaman sumber makanan juga merupakan sumberdaya alam yang berharga. Makin

banyak ragamnya makanan yang dimakan oleh hewan akan makin aman hewan tersebut dari

kelaparan.

d. Apabila pengadaan sumberdaya alam sudah mencapai optimum, maka penambahan jumlah

justru akan mengurangi jumlah keuntungannya. Setelah mencapai batas maksimum maka

penambahan jumlah justru tidak memberi keuntungan, kecuali keanekaragaman dan waktu,

pengadaan semua sumberdaya alam akan berpengaruh merusak bila telah melampaui batas

maksimum, bahkan menimbulkan kesan keracunan. Azas ini disebut azas penjenuhan.

Pemanfaatan sumberdaya alam yang sudah jauh melewati batas maksimum akan

menyebabkan penghancuran sumberdaya alam itu sendiri. Pemanfatan sumberdaya alam

mempunyai batas optimum, berarti naik turunnya jumlah individu dalam populasi

dipengaruhi oleh pengadaan sumberdaya alam.

e. Terdapat dua macam sumberdaya alam, yaitu sumberdaya alam yang pengadaannya

merangsang pemanfaatannya dan sumberdaya alam yang tidak merangsang pemanfaatannya.

Contohnya pengadaan beras akan meningkatkan konsumsi manusia dalam jangka waktu

tertentu, sedangkan peningkatan produksi ubi kayu tidak meningkatkan konsumsi tersebut.

f. Organisme yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan dapat mengalahkan

saingannya. Mahluk hidup mempunyai sifat untuk menyesuaikan diri atau adaptasi terhadap

lingkungannya. Sifat tersebut merupakan sifat keturunan yang dimiliki oleh masing-masing

organisme. Organisme yang memiliki tingkat menyesuaikan diri lebih besar akan lebih luwes

atau daya elasitasnya akan lebih tinggi, akan lebih besar kemungkinan kelangsungan

hidupnya. Kemampuan suatu organisme dalam bersaing yang besar akan mendesak jenis

yang lain bahkan dapat memusnahkan jenis organisme yang kemampuan bersaingnya rendah.

Mahluk hidup mempunyai tiga cara adaptasi, yaitu proses fisiologis (kekebalan tubuh

terhadap serangan organisme pengganggu), proses morfologis (perubahan bentuk atau bagian

tubuh organisme) dan perilaku atau kebiasaan lingkungannya. Contohnya manusia tahan

terhadap muntaber walaupun setiap harinya mandi di kali (proses fisiologis), akar padi tanah

105

kering bentuknya berbeda dengan bentuk akar padi sawah (proses morfologis) dan manusia

yang hidup di kota akan mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan kebiasaan manusia yang

hidup di desa (proses perilaku).

g. Keanekaragaman suatu komunitas semakin mantap dalam lingkungan yang keteraturan

tatanannya makin tinggi. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan sebuah lingkungan

yang terdiri dari banyak spesies. Semua spesies melaksanakan penyesuaian (secara evolusi)

menuju ke tingkat keadaan lingkungan yang optimum. Keanekaragaman spesies suatu

ekosistem lazimnya ditandai oleh keseimbangan ekologi, stabilitas yang tinggi dan

keteraturan tatanan. Keanekaragaman spesies yang tinggi hanya akan terdapat dalam

ekosistem yang sudah stabil pada masa yang lama.

h. Kejenuhan sebuah habitat oleh keanekaragaman individu tergantung pada cara individu

memisahkan habitatnya tersebut. Setiap spesies mempunyai nicia, keadaan lingkungan yang

spesifik, maka masing-masing spesies mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di

alam sehingga dapat hidup berdampingan satu sama lain tanpa persaingan. Spesies-spesies

yang berasal dari satu nenek-moyang berkembang biak terus dan membentuk spesies baru.

Sejalan dengan perkembangan dalam perjalanan evolusinya, maka akan terbentuk habitat

masing-masing dalam lingkungannya. Seandainya suatu tempat terdapat sekelompok spesies

dengan kebiasaan serupa, toleransinya terhadap lingkungan bermacam-macam dan luas,

maka berarti lingkungan tersebut ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.

i. Keanekaragaman komunitas manapun sebanding dengan rasio antara biomassa dan

produktivitas atau efisiensi penggunaan energi akan meningkat dengan makin kompleksnya

komunitas.

j. Dalam perjalanan waktu (evolusi) perbandingan antara biomassa dan produktivitas pada

lingkungan yang stabil akan naik. Apabila suatu sistem mengandung aliran energi melalui

materi itu sebesar produktivitas maksimum, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih

dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersimpan dalam sistem

biologi itu dapat digunakan untuk mendukung biomassa yang lebih besar melalui

kompleksitas organisnya. Peristiwa tersebut merupakan proses maksimalisasi penggunaan

energi dalam perjalanan evolusi organisme hidup (ekosistem). Penerapan azas ini senyatanya

adalah apabila suatu saat masyarakat manusia berkembang makin maju, secara keseluruhan

106

ada penurunan harga energi per unit produk nasional kotor per kapita naik dengan cepat,

sehingga terdapat peningkatan pengeluaran energi per orang.

k. Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengeksploitasi atau menguasai sistem yang

belum mantap. Artinya ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa

memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum

dewasa. Contohnya di daerah pasang surut hama tikus, beruk dan serangga hutan (sistem

yang stabil dan beranekaragam) menyerang tanaman para transmigran sebagai daerah rawan

yang belum mantap dan tidak beragam. Di sini terjadi aliran energi dari daerah pasang surut

ke hutan rawa dan petani berusaha keras melawan tantangan alam.

l. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepentingan relatif sesuai keadaan

suatu lingkungan. Di dalam sebuah ekosistem yang sudah stabil, habitat yang sudah mantap,

sifat responsif terhadap fluktuasi faktor alam yang tidak diduga ternyata tidak diperlukan. Di

sini yang berkembang adaptasi dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi

habitat itu. Implikasi yang penting, bahwa strategi evolusi di dunia ini tidak ada yang baik

dan mandiri, tetapi tergantung pada keadaan lingkungan fisik. Populasi dalam ekosistem

yang belum mantap kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibanding

yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan yang telah lama kemantapannya tidak perlu

berevolusi untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi. Namun, perubahan yang drastis

dalam ekosistem akan berakibat fatal, sebab secara genetika populasi tersebut kaku terhadap

lingkungannya.

m. Lingkungan fisik yang stabil memungkinkan keanekaragaman dalam ekosistem mantap dan

kemudian menggalakan stabilitas populasi yang lebih tinggi lagi. Kemantapan atau

kestabilan, keanekaragaman populasi dan spesies suatu komunitas adalah hasil jalinan

keseimbangan alam yang berlangsung dalam perjalanan masa yang lama sekali. Perombakan

secara mendadak dan drastis yang menimpa ekosistem menyebabkan berbagai kerusakan dan

terancam kemusnahan.

n. Derajat pola keteraturan naik turunnya populasi tergantung jumlah keturunan dalam sejarah

populasi sebelumnya memengaruhi populasi itu. Asas ini kebalikan dari azas di atas, kalau

tidak ada keanekaragaman tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap

menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi menjadi tinggi. Bila terjadi interaksi sejumlah

107

kecil spesies satu sama lain, sehingga terjadi perpanjangan waktu, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan perilaku.

6. 11. Kebudayaan dan Lingkungan

Berkelanjutannya pembangunan, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan

biofisik semata, melainkan pula oleh faktor sosial-budaya (Soemarwoto, 1991). Oleh karena itu,

usaha pembangunan yang telah menyebabkan pencemaran lingkungan dan merosotnya

kemampuan sumberdaya alam, perlu diimbangi dengan semakin timbulnya kesadaran manusia

sebagai bagian dari ekosistem.

Dalam upaya membangun, selalu ada kecenderungan keinginan manusia untuk mengubah

lingkungan, sementara itu perubahan suatu lingkungan akan memengaruhi kehidupan manusia,

baik itu menguntungkan atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, adakalanya perubahan

lingkungan melampaui skala perencanaan, dan sebagai akibatnya terjadi suatu efek lingkungan

yang sebelumnya tidak diperkirakan. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek semata melainkan

juga sebagai subyek yang berperan aktif dalam pembangunan, sementara upaya pembangunan

juga harus selalu memperhatikan kondisi sosial-ekonomi warga masyarakat.

Sebagai konsekuensi dari pendekatan yang menyatakan bahwa segala perubahan yang

terjadi berasal dari manusia, muncul dua pandangan dalam melihat unsur manusia dalam konteks

perubahan lingkungan. Pertama, pendekatan yang bersifat manipulatif yakni pendekatan yang

melihat manusia sebagai obyek dalam pengelolaan lingkungan, dan jika perlu dapat bersifat

memaksa. Kedua, pendekatan yang berlandaskan pada potensi manusia guna mengembangkan

pemecahan dan pengelolaan suatu lingkungan.

Pendekatan yang menekankan pentingnya unsur manusia dalam pengelolaan suatu

lingkungan, memiliki dasar argumentasi, dan sekaligus konsekuensi yang berbeda. Pada

pendekatan pertama, terkandung konsep ‘rekayasa sosial ‘, dalam hal ini suatu pengelolaan

lingkungan dipandang sebagai upaya mengelola segala kegiatan manusia agar dapat mencapai

batas toleransi lingkungan. Kelemahan dari pendekatan ini bersifat dari atas ke bawah sehingga

kurang memberikan peluang kreativitas kepada warga masyarakat.

Kreativitas warga masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan,

dimungkinkan dapat dilakukan melalui cara pendekatan yang ke dua. Dalam konteks tersebut,

kreativitas dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan yang berasal dari warga

108

masyarakat, lebih dipandang sebagai suatu proses belajar. Dengan kata lain, melalui pendekatan

ini berbagai kepentingan yang berasal dari ‘atas’ dan ‘bawah’ dapat dipertemukan melalui suatu

proses belajar.

Pendekatan ke dua ini memungkinkan untuk menggali dan menghidupkan kembali nilai

budaya masyarakat yang sejak lama ada dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup mereka.

6. 12. Pembangunan Berkelanjutan

Untuk dapat mencapai pembangunan berkelanjutan haruslah pembangunan yang bersifat

anti-lingkungan hidup diganti dengan pembangunan ramah lingkungan, baik lingkungan hidup

fisik maupun lingkungan hidup sosial-budaya. Ramah terhadap lingkungan hidup mempunyai

makna bahwa kita tidak “menyakiti” lingkungan hidup dan peranan ekologinya dalam proses

pembangunan kita.

Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh menjamah lingkungan hidup. Lingkungan hidup

itu diubah dari kondisi yang mendukung kehidupan kita pada tingkat kesejahteraan yang rendah

menjadi lingkungan hidup yang mendukung kehidupan kita pada tingkat kesejahteraan yang

lebih tinggi. Jadi pembangunan bukanlah melestarikan lingkungan hidup pada kondisi yang ada,

melainkan mengubahnya menjadi lebih baik bagi kita. Pandangan ini memang bersifat

antroposentris, yakni pandangan yang berpusat pada kepentingan manusia. Namun

antroposentrisme ini diletakkan dalam konteks ekosistem tempat kita hidup.

Pembangunan adalah rekadaya untuk meningkatkan kualitas hidup dengan memanfaatkan

berbagai sumberdaya pendukungnya, melalui perubahan tatanan lingkungan hidup serta

kehidupan secara keseluruhan. Pembangunan berkelanjutan menurut komisi dunia untuk

lingkungan dan pembangunan World Commision Environmental and Development (WCED)

adalah pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa

mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka

sendiri.

Konsep pembangunan berkelanjutan menempatkan pembangunan dalam perspektif

jangka panjang (a longer term perspective). Konsep tersebut menuntut adanya solidaritas antar

generasi. Dalam konteks Indonesia, pembangunan berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi

kemiskinan dan juga mengeliminasi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Pembangunan

berkelanjutan secara implisit juga mengandung arti memaksimalkan keuntungan pembangunan

109

dengan tetap menjaga kualitas sumberdaya alam. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan

mempersyaratkan melarutnya lingkungan dalam pembangunan. Pembangunan berkelanjutan

pada dasarnya merupakan sebuah strategi pembangunan yang menjanjikan perbaikan mutu hidup

manusia sekaligus melestarikan lingkungan hidup dan keragaman seluruh penghuninya saat ini

dan yang akan datang.

Kita hendaknya tidak lagi mengira bahwa pelestarian sumberdaya dan pembangunan

adalah dua hal yang bertentangan, sebaliknya mulai menanamkan keyakinan bahwa antara

keduanya terjalin hubungan yang tak terpisahkan.

Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia masih banyak yang hidup pada tingkat

kemiskinan maka pembangunan ekonomi mutlak diperlukan, guna mencapai kualitas hidup yang

sepadan. Bagaimanapun juga pembangunan haruslah menyentuh kepentingan manusia dan

didasarkan pada pelestarian sumber daya alam.

Pembangunan berkelanjutan / berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan

berencana dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana dan

berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup.

6. 12. 1. Faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan

berkelanjutan/berwawasan lingkungan

1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial, seperti:

a. Proses fotosintesis, merupakan proses esensial untuk menjaga kelangsungan hidup di

bumi karena menghasilkan oksigen dan ozon.

b. Pengendalian populasi, menjaga keseimbangan yang dinamis antara tingkat populasi dan

daya dukung alam.

c. Kemampuan memperbaharui diri (sesudah mengalami gangguan). Kemampuan

memperbaharui diri dari sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbaharui (udara, air,

tanah) ada batasnya. Jadi dibutuhkan suatu kebijaksanaan dalam pemanfaatan.

2. Tersediannya sumberdaya yang cukup. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk

meningkatkan manfaat yang didapat dari sumberdaya. Kenaikan azas manfaat ini dapat

dilakukan dengan:

a. Menggunakan sumberdaya alam lebih banyak.

110

b. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, tanpa meningkatkan jumlah

sumberdaya alam yang digunakan (misalnya melalui daur ulang). Peningkatan efisiensi

penggunaan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat

diperbaharui, sangat penting karena:

1) Bagi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, meningkatnya eksploitasi akan

meningkatkan resiko kerusakan sumberdaya alam. Kerusakan ini dapat

mengakibatkan sumberdaya alam itu menjadi tidak terperbaharui. Sedangkan untuk

sumberdaya alam yang tidak terbaharui, meningkatnya intensitas eksploitasi akan

mempercepat penyusutan sumberdaya alam tersebut.

2) Penggunaan sumberdaya alam dengan kualitas yang semakin besar akan

meningkatkan pencemaran. Secara umum, pencemaran akan mengurangi kemampuan

lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Dibutuhkan usaha

daur ulang yang mempunyai efek mengurangi resiko pencemaran dan penyusutan

sumberdaya.

3) Mencari sumberdaya alam alternatif untuk menjamin persediaan sumberdaya alam

dalam jangka panjang. Hal ini hanya mungkin bila terdapat keanekaragaman.

c. Lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang cukup. Karena pembangunan dilakukan

oleh dan untuk manusia yang hidup di dalam kondisi sosial, budaya dan ekonomi

tertentu, maka lingkungan tersebut sangat penting bagi kesinambungan pembangunan

yang berkelanjutan.

Lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang sesuai dapat tercipta dengan :

1) Pendidikan dan latihan bagi penduduk setempat, yang merupakan bagian terpadu

dalam setiap proyek pembangunan.

2) Perencanaan proyek harus mencakup aspek pembangunan proyek sebagai sarana

pembangunan daerah tersebut.

3) Evaluasi proyek seharusnya tidak hanya cukup aspek nasional melainkan juga aspek

lokal.

6. 12. 2. Dimensi Konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan/berkelanjutan

Konsep pembangunan berwawasan lingkungan/berkelanjutan memiliki dua dimensi,

yaitu:

111

a. Dimensi Tekno-Ekologis

1) Setiap kegiatan pembangunan haruslah ditempatkan pada lokasi yang sesuai (konsep tata

ruang). Kebijakan ini tidak hanya menyangkut peningkatan efisiensi pemanfaatan

sumberdaya alam dan jaminan kelajuannya agar tidak melampaui kemampuan

sumberdaya alam tersebut untuk memperbaharui diri, tetapi juga menjamin kepastian dan

kelaikan bagi investor yang ingin menanamkan modal di daerah tersebut.

2) Mekanisme pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya alam. Pada penggalian

sumberdaya alam yang dapat diperbaharui harus ada jaminan bahwa kelanjutannya tidak

melampaui kemampuan sumberdaya alam yang tak terperbaharui, pelaksanaan harus

dilakukan secermat dan seefisien mungkin.

3) Pengelolaan limbah yang akan dibuang harus diolah terlebih dahulu agar kuantitasnya

tidak melampaui kapasitas asimilasi dari ekosistem (kemampuan ekosistem untuk

menerima limbah sampai pada taraf tidak membahayakan lingkungan kehidupan

manusia).

b. Dimensi Sosio-Ekonomis.

Prioritas kegiatan/kebijakan dan program pembangunan seyogyanya memenuhi

kebutuhan pokok dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pada masa revolusi

industri, filsafat ekonomi yang dianut menyatakan bahwa pembangunan pada dasarnya hanya

berkaitan dengan biaya produksi, tanpa mengkaitkannya dengan pengaruh lingkungan dan

biaya sosial. Pembangunan pada saat itu merupakan pembangunan dengan falsafah faedah

jangka pendek. Dalam pembangunan berwawasan lingkungan, komponen biaya terhadap

resiko rusaknya lingkungan harus dimasukkan dalam proses pengambilan keputusan. Jadi

tidak menunggu sampai terjadinya pencemaran, karena pembangunan. Untuk itu dibutuhkan

pemeliharaan lingkungan sosial (dimana pembangunan itu akan dilaksanakan) yang

mencukupi :

1) Pertumbuhan ekonomi, menyangkut nilai tambah sebagai akibat adanya pembangunan.

2) Pemerataan pendapatan, dengan membuka lapangan kerja yang lebih luas.

3) Perbaikan alokasi sumberdaya alam, untuk meningkatkan kualitas hidup.

Sustainebelitas telah menjadi isu penting dalam pembangunan ekonomi dunia karena

masyarakat dunia telah menyadari bahwa eksploitasi sumberdaya alam dapat mengakibatkan

degradasi lingkungan. Semakin meningkatnya kasus dan masalah lingkungan baik di negara

112

maju maupun negara sedang berkembang, memberikan andil utama bagi munculnya gagasan

pembangunan berkelanjutan atau berwawasan lingkungan.

Dalam beberapa hal, eksploitasi sumberdaya yang tidak terkontrol bukan hanya dapat

mengakibatkan kelangkaan sumberdaya tetapi juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas

lingkungan. Oleh karena pembangunan ekonomi harus mengarah ke pembangunan yang

berwawasan lingkungan atau pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Dalam konsep dasar pembangunan bekelanjutan mempunyai dua aspek penting yang

menjadi perhatian utama, yaitu lingkungan dan pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan

berwawasan lingkungan berarti pembangunan yang baik dari titik pandang lingkungan.

Berwawasan lingkungan berarti adanya keharmonisan dalam hubungan manusia dan alam atau

lebih spesifik lagi antara masyarakat dan lingkungan fisiknya. Kedua aspek tersebut harus

berjalan secara harmonis dan terpadu, dan memperoleh perhatian yang sama dalam

kebijaksanaan pembangunan.

Konsep dasar pembangunan berkelanjutan bertolak dari ide bahwa sumberdaya alam itu

terbatas persediaannya dalam memenuhi kebutuhan manusia yang cenderung tidak terbatas,

sehingga perlu dilestarikan dan dipelihara supaya dapat dimanfaatkan baik untuk generasi saat

ini dan generasi yang akan datang. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah konsep

pembangunan yang ingin menyelaraskan antara aktivitas ekonomi dengan ketersediaan

sumberdaya alam.

6.13. Kearifan Lokal

Sebenarnya kita pernah memiliki public rule dalam bentuk pamali dan norma-norma

yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Oleh karena keinginan manusia untuk

hidup harmoni dengan alam maka diciptakanlah pamali-pamali yang mengatur hubungannya

dengan alam. Di Sulawesi Selatan, masyarakat Ammatea Kajang menaati apa yang disebut

dengan tradisi “Pasang” . Melalui pasang, para anggota masyarakat mengatur kehidupan dan

tingkah lakunya. Pola itu ditaati dan dipelihara dengan baik. Misalnya dalam hubungannya

dengan pembukaan lahan-lahan pertanian, pasang mengatur :”Kalau ditebang kayunya,

diperkirakan akan mengurangi hujan dan air sumur”. Dan, masih banyak lagi tradisi-tradisi

lainnya, seperti : Pikukuh pada masyarakat Badui, Sistem Sasi di Maluku, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, lama kelamaan tradisi ini makin pupus seiring dengan kemajuan jaman.

Pamali-pamali tersebut mulai melemah karena hanya bersifat lokal dan tidak diaktualisasikan

113

dalam konteks sekarang. Padahal, jika tradisi kearifan lokal ini mampu diaktualisasikan dalam

konteks sekarang, akan menjadi sebuah pegangan yang sangat baik dalam hal pengelolaan

sumber daya alam. Kita harus mampu untuk merevitalisasi semangat kearifan lokal dalam

konteks sekarang ini, dengan jalan :

a. Mencoba untuk melarutkan tradisi ini ke hal-hal yang sifatnya ilmiah, sehingga nilai-nilai yang

ada dalam tradisi tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. Sebagaimana kita ketahui bahwa

semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, masyarakat lebih membutuhkan hal-hal yang

bersifat ilmiah sebelum menerima sebuah norma yang akan digunakan dalam berperilaku

dalam hidup dan kehidupannya. Misal, kita mampu menjelaskan pada masyarakat terutama

pada masyarakat pendatang, bahwa dengan adanya pamali menebang pohon dihubungkan

dengan lahan tandus yang akan menyebabkan banjir.

b. Tradisi-tradisi ini perlu untuk disosialisasikan pada anak-anak sejak dini. Melalui dongeng

yang terus menerus disosialisasikan, maka para generasi muda tidak kehilangan tradisi yang

selama ini dipegang oleh leluhur mereka dan diharapkan mereka tetap menggunakannya

sebagai pedoman dalam perilakunya terhadap lingkungan. Paling tidak tradisi ini digunakan

sebagai pertimbangan utama kelak dikemudian hari apabila mereka terlibat dalam pengelolaan

sumberdaya alam.

Dengan mengangkat nilai-nilai budaya yang sudah ada diharapkan dari sekian banyak

nilai budaya tersebut akan saling bersinergi membentuk suatu etika lingkungan dalam

masyarakat luas.

6.14. Etika Lingkungan

Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral), berarti etika

membicarakan kesusilaan (moralitas) secara ilmiah. Sekalipun demikian etika sama sekali tidak

bermaksud untuk menggiring semua orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja.

Himbauan etika untuk bertindak sesuai dengan moralitas, bukan karena keharusan untuk taat

terhadap warisan nenek moyang, melainkan karena kesadaran diri bahwa suatu hal memang baik

bagi dirinya.

Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan

merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral

lingkungan. Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban

114

terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk

mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup

kita.

Secara moral, sikap kita terhadap arah dan proses pembangunan perlu diubah dari sikap

yang hanya peduli terhadap kepentingan diri sendiri, menjadi sikap yang peduli terhadap

kepentingan bersama. Masalah penyikapan manusia terhadap arah dan proses pembangunan

inilah yang membawa kita kepada etika lingkungan, untuk menggantikan mental frontier yang

selama ini dianut oleh sebagian besar umat manusia. Dengan etika lingkungan ini diharapkan

terwujud suatu pembangunan yang betul-betul melarutkan unsur lingkungan dalam prosesnya.

Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan bertanggung

jawab. Oleh karena itu, kebebasan dan tanggung jawab merupakan kondisi dasar bagi

pengambilan keputusan atau tindakan yang etis dengan menempatkan hati nurani pada posisi

sentral.

Salah satu sifat ciri dari etika adalah sifatnya yang aplikatif, yakni suatu etika yang sudah

dikaitkan dengan bidang ilmu tertentu. Begitu juga dengan ilmu lingkungan maka kita juga

mengenal etika lingkungan yang sebenarnya tidak lain adalah bagian dari filsafat tentang

lingkungan. Konsep etika lingkungan merupakan penggabungan antara konsep etika yang

berasal dari lingkup filsafat umum dan konsep lingkungan.

Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan

merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral

lingkungan. Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban

terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk

mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup

kita.

Pembicaraan di kalangan masyarakat luas mengenai lingkungan hidup sampai saat ini

nampaknya didominasi oleh pembicaraan mengenai segi-segi yang bersifat teknis untuk

mengatasi kegiatan manusia yang bermental frontier dalam mengelola lingkungan. Hal yang

dibicarakan antara lain pencarian teknologi macam apa yang diperlukan dalam mengolah

sumberdaya, produk jenis apa yang dapat menghindari pencemaran lingkungan, dan sebagainya.

Padahal ada satu hal yang terpenting dan sering kita lupakan adalah moralitas apa yang

patut kita tumbuhkan dalam menghadapi masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks.

115

Moralitas ini dapat ditumbuh kembangkan melalui budaya yang sudah berakar di masyarakat.

Kebutuhan akan teknologi yang efisien dalam penggunaan sumberdaya dan yang minimal dalam

produksi limbahnya memang sudah sangat didambakan banyak kalangan. Namun, sejauh mana

harapan itu terpenuhi sangat besar ketergantungannya pada kemauan umat manusia untuk

kembali memperhatikan keseluruhan bumi kita ini sebagai sebuah sistem. Manusia adalah bagian

dari sistem itu, yang dengan potensi pikir, rasa dan karsanya mempunyai tanggung jawab moral

untuk mengelolanya.

Sebagian anggota masyarakat tampaknya percaya sekali bahwa teknologi dapat

mengatasi semua masalah yang kita hadapi. Sikap ini sangat berbahaya dan tidak searah dengan

etika lingkungan. Teknologi yang tidak memberi cukup perlindungan terhadap lingkungan, justru

bisa mengundang lebih banyak masalah dari pada pemecahannya.

Banyak teknologi sekarang ini yang secara ekonomis menguntungkan, tetapi secara

ekologis mengundang akibat yang sulit diterka sebelumnya. Inilah yang melatar belakangi

munculnya pesan-pesan etika lingkungan agar siapa saja yang bertanggung jawab dalam

perencanaan dan pengelolaan sumberdaya atas nama pembangunan, mengambil sikap berhati-

hati dan arif demi kebahagian yang berjangka panjang.

Jadi, setiap orang hendaknya perlu menempatkan dirinya sebagai mitra bagi yang lain,

sehingga dua kutub kepentingan, yakni kepentingan ekonomi demi kesejahteraan umat manusia,

dan kepentingan lingkungan sebagai ruang tempat melangsungkan kehidupan dapat berjalan

seimbang. Etika lingkungan adalah perekat antara keduanya.

Kehadiran etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari mungkin lebih penting daripada

yang selama ini kita duga. Dalam menjalankan peranan kita sebagai apa saja yang berkaitan

dengan tugas profesi atau kedudukan sosial kita masing-masing, jika beragam tindakan

profesinonal itu dijalankan secara etis dipandang dari segi lingkungan, maka akumulasi dari

seluruh tindakan itu pasti akan positif bagi peningkatan kualitas hidup kita semuanya.

Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam tindakan manusia tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan sebagian perilakunya diwarnai oleh sistem nilai yang berlaku pada

masyarakat budaya tersebut. Itulah sebabnya mengapa prinsip-prinsip etika lingkungan tidak

terlepas sama sekali dari ciri budaya masyarakat tertentu. Menurut Chiras, etika lingkungan

merupakan dasar dari keberlanjutan sekelompok masyarakat. Selanjutnya Chiras menjelaskan

116

tentang etika lingkungan yang berkelanjutan harus menggantikan etika frontier. Etika lingkungan

yang berkelanjutan bercirikan :

a. Sumber alam di bumi adalah terbatas.

b. Manusia adalah bagian dari alam.

c. Manusia harus bijaksana dan membantu alam untuk melangsungkan hidupnya.

Alam dan bumi bukan untuk dikuasai. Konsep etika lingkungan yang berkelanjutan

adalah pemahaman bahwa tidak selalu ada yang berlebih, dalam arti bumi adalah daya

dukungnya terbatas.

Untuk mengubah mentalitas frontier yang sudah lama dianut oleh masyarakat merupakan

suatu hal yang sangat sulit sekali. Karena merupakan masalah sikap dan perilaku, dan sudah

tentu akan memerlukan waktu yang relatif lama. Dan, masalah ini harus melibatkan segenap

pranata yang ada dalam masyarakat.

Etika lingkungan merupakan petunjuk praktis perilaku manusia dalam mengusahakan

terwujudnya keseimbangan hak dan kewajiban terhadap lingkungan serta mengendalikan

berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas toleransi lingkungan hidup kita.

Pembicaraan di masyarakat mengenai lingkungan hidup sampai saat ini masih didominasi

oleh pembicaraan mengenai segi yang bersifat teknis untuk mengatasi kegiatan manusia, antara

lain pencarian bentuk teknologi yang diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya alam, jenis

produk yang dihasilkan dengan meminimalisasi pencemaran terhadap lingkungan.

Ada satu hal yang sering dilupakan adalah moralitas yang patut ditumbuhkan dalam

menghadapi masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks. Moralitas ini dapat tumbuh

melalui budaya yang sudah berakar di masyarakat. Kebutuhan akan teknologi yang efisien dalam

pemanfaatan sumberdaya alam yang minimal dalam produk limbahnya, (teknologi ramah

lingkungan) sudah sangat didambakan oleh masyarakat. Sejauh mana hal tersebut dapat

terpenuhi sangat tergantung pada kemauan manusia untuk kembali memperkaitkan keseluruhan

bumi ini sebagai suatu sistem. Manusia adalah bagian dari sistem tersebut, dimana dengan

kemampuan potensi pikir, rasa dan karsanya mempunyai tanggung jawab moral untuk

mengelolanya. Sebagian anggota masyarakat percaya bahwa teknologi dapat mengatasi semua

masalah yang ada. Sikap ini sangat berbahaya dan tidak sejalan dengan etika lingkungan.

Teknologi yang tidak memberi cukup perlindungan terhadap lingkungan, justru akan

menimbulkan masalah yang lebih banyak dari pemecahannya.

117

Banyak teknologi yang secara ekonomis menguntungkan tetapi secara ekologis

menimbulkan dampak yang sulit diramalkan sebelumnya. Inilah yang melatar belakangi

munculnya pesan – pesan etika lingkungan. Agar siapa saja yang bertanggung jawab dalam

perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, mengambil sikap arif dan

bijaksana demi kesejahteraan berjangka panjang.

Jadi, setiap manusia perlu menempatkan dirinya sehingga kepentingan ekonomis (demi

kesejahteraan manusia) dan kepentingan ekologis (sebagai ruang tempat melangsungkan

kehidupan manusia) dapat berjalan seimbang dan serasi dan etika lingkungan sebagai perekat

antara keduanya.

Prinsip – prinsip moral yang relevan untuk lingkungan hidup:

a. Prinsip sikap hormat terhadap alam. Manusia berkewajiban menghargai hak semua mahluk

hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan

penciptanya. Sebagai perwujudan nyata penghargaan tersebut, manusia perlu memelihara,

merawat, menjaga, melindungi dan melestarikan alam beserta isinya, ini berarti manusia

tidak boleh merusak dan menghancurkan alam beserta seluruh isinya, tanpa alasan yang

dapat dibenarkan secara moral.

b. Prinsip tanggung jawab. Setiap manusia dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab

memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang tinggi seakan

merupakan milik pribadi. Alam ini tidak sekedar untuk kepentingan manusia tetapi juga

untuk dirinya sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya dalam diri

manusia, kendati yang dihadapinya sebuah milik bersama. Tanggung jawab ini muncul

sebagai perwujudan kearifan untuk menjaga dan merawat alam semesta ini sebagai rumah

sendiri. Kearifan seperti itu bukan saja didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan

demikian manusia betah tinggal di dalamnya, melainkan terutama karena alam semesta ini

memang perlu dirawat sebagai rumah kediaman yang bernilai pada dirinya sendiri.

c. Prinsip solidaritas kosmis. Manusia adalah bagian integral dari alam semesta, manusia

mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua mahluk hidup di alam

ini. Kenyataan ini membangkitkan kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia

perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama mahluk hidup

lainnya. Manusia bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh mahluk hidup lain di alam

semesta ini. Prinsip in mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan, untuk

118

menyelamatkan semua kehidupan di alam ini. Solidaritas ini juga mencegah manusia untuk

tidak merusak dan mencari alam dan seluruh kehidupan didalamnya, sama seperti manusia

tidak akan merusak kehidupannya serta merusak rumah tangganya sendiri.

d. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Sebagai sesama anggota komunitas

ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli kepada alam

dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini

juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai anggota komunitas ekologis, semua mahluk hidup

mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti dan dirawat. Dalam mencintai

alam, manusia menjadi semakin kaya dan semakin merealisasikan dirinya sebagai pribadi

ekologis, manusia semakin tumbuh berkembang bersama alam, dengan segala watak dan

kepribadian yang tenang, damai, penuh kasih sayang,luas wawasannya, demokratis seperti

alam yang menerima dan mengakomodasi perbedaan dan keragaman. Manusia semakin

terbuka bahwa ternyata bahwa ada cara pandang dan etika lain.

e. Prinsip no harm. Mengingat manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab

terhadap alam, maka manusia tidak akan mau merugikan alam secara tidak perlu. Manusia

berkewajiban untuk melindungi kehidupan ini dapat melakukan bentuk berupa tidak

melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam ekosistem mahluk hidup lain di alam

semesta ini, sebagaimana manusia tidak dibenarkan secara moral untuk melakukan tindakan

yang merugikan sesama manusia.Dalam masyarakat adat kewajiban ini biasanya di

pertahankan dan dihayati melalui ”tabu”/ ”pamali”. Manusia diperkenankan untuk

memanfaatkan segala isi alam semesta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini

dilakukan secara bijaksana untuk menghargai hak hidup dan hanya dilakukan sejauh

memenuhi kebutuhan hidup manusia yang bersifat kemewahan dan diluar batas yang wajar

ditentang karena dianggap merugikan kepentingan mahluk hidup lain.

f. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam. Krisis ekologi terjadi karena hanya

melihat alam sebagai objek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia dan gaya

hidup manusia modern yang konsumtif, tamak dan rakus. Hal ini bukan berarti manusia tidak

boleh memanfaatkan alam itu untuk kepentingannya kalau manusia memahami dirinya

sebagai bagian integral dari alam, ia harus memanfaatkan alam itu secara secukupnya. Ada

batas untuk hidup secara layak sebagai manusia. Maka prisip hidup sederhana menjadi

prinsip fundamental. Manusia akan hidup seadanya sebagaimana alam itu. Ia akan mengikuti

119

hukum alam, yaitu hidup dengan memanfaatkan alam sesuai dengan yang dibutuhkan dan

berarti hidup selaras dengan tuntutan alam itu sendiri. Tidak perlu menjadi rakus, tidak perlu

menimbun sehingga membuatnya mengeksploitasi alam tanpa batas.

g. Prinsip keadilan. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang akses yang sama bagi semua

kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan

sumberdaya alam dan pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfaatan sumberdaya

alam. Termasuk di dalamnya prinsip bahwa semua kelompok dan anggota masyarakat harus

secara proposional menanggung beban yang disebabkan oleh rusaknya alam semesta yang

ada. Masyarakat adat harus mendapat perhatian ekstra, mengingat masyarakat adat sangat

tidak berdaya dari segi modal, teknologi, informasi, kemampuan manajemen dan sebagainya,

bila harus berhadapan dengan masyarakat modern. Ini menyebabkan kepentingan masyarakat

adat, baik ekonomis maupun budaya khususnya sangat rentan dan terancam dan pada

gilirannya membahayakan eksistensi mereka sebagai kelompok budaya dan sebagai manusia.

Kehidupan masyarakat adat sangat bergantung pada keberadaan ekosistem alam di sekitar

tempat tinggalnya. Alam tidak hanya memberi mereka sumber kehidupan ekonomi, tetapi

juga menentukan budaya, cara pikir dan cara berada. Itu berarti, rusak dan hilangnya

ekosistem alam sekitar mereka akan secara langsung menyebabkan rusak dan hilangnya

budaya, dan berarti punahnya eksistensi mereka sebagai manusia.

h. Prinsip Demokrasi. Isi alam semesta ini selalu beranekaragam. Keanekaragaman dan

pluralitas adalah hakekat alam dan hakekat kehidupan sendiri. Demokrasi justru memberi

tempat seluas – luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan pluralitas. Oleh karena itu,

setiap manusia yang peduli kepada lingkungan merupakan manusia yang demokratis.

Kehidupan politik yang tidak demokratis dan sistem politik yang tidak menjamin adanya

demokrasi akan membahayakan bagi upaya perlindungan lingkungan hidup. Demokrasi

menjamin bahwa masyarakat mempunyai hak untuk berbeda pendapat dengan pemerintah,

dengan menggugat setiap kebijakan publik yang berdampak merugikan lingkungan.

i. Prinsip integritas moral. Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, yang menuntut pejabat

publik agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh

prinsip – prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik. Ia dituntut tidak

menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan dirinya dan kelompoknya dengan

merugikan kepentingan masyarakat. Apabila pejabat publik tidak mempunyai integritas

120

moral, sehingga menyalahgunakan kekuasaannya kepentingan dirinya atau golongannya

dengan mengorbankan kepentingan masyarakat, maka lingkungan hidup dapat diduga akan

dengan mudah dirugikan. Secara kongrit, kebijakan publik yang berdampak pada rusaknya

lingkungan maupun dalam kaitan dengan pemberian izin yang mempunyai dampak

merugikan bagi lingkungan.

6.15. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Jika sasaran pengelolaan sumberdaya alam ialah ekosistem sumberdaya alam, maka

sesungguhnya pengelolaan lingkungan atau lingkungan hidup sudah tercakup dalam kegiatan

pengelolaan sumberdaya alam. Akan tetapi, dalam beberapa keadaan, seperti dalam masalah

kerusakan dan pengotoran lingkungan oleh kegiatan pertambangan dan industri, kegiatan

pengelolaannya memang khusus ditujukan kepada perbaikan keadaan lingkungan, yaitu

perbaikan kualita lingkungan hidup. Dalam hal inilah pengelolaan sumberdaya alam terpisah dari

pengelolaan lingkungan hidup, dan ruang lingkupnya ialah perlindungan dan perbaikan

lingkungan.

Chanlet (1973) membagi lingkungan hidup dalam tiga sistem, yaitu sistem lingkungan

tanah, sistem lingkungan air dan sistem lingkungan udara.

Dari sistem lingkungan hidup itu ternyata tanah, air dan udara dapat dianggap sebagai

lingkungan hidup atau sumberdaya, yaitu sumberdaya fisik. Maka pada pengelolaan lingkungan

hidup pun harus diusahakan melestarikannya.

Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi,

pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum. Pada sistem air dan udara,

yang perlu diusahakan ialah pembersihan dari pengotoran dan pencegahannya. Jika hal tersebut

tidak dilakukan, maka lingkungan hidup akan mundur kualitasnya dan akhirnya manusia takkan

dapat memanfaatkannya lagi.

Jelaslah kiranya bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan hidup

adalah kegiatan yang sama atau setidak-tidaknya sejalan dan saling mengisi (komplementer).

Manusia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya dan

meningkatkan kesejahteraannya. Masyarakat manusia yang terpenuhi segala keperluannya

disebut makmur. Kemakmuran akan cepat berkurang dengan bertambahnya penduduk secara

eksponensial dan berkurangnya sumberdaya alam yang tersedia.

121

Dalam hubungan ini Odum (1971a) mengemukakan pengertian daya dukung (“carrying

capasity”) lingkungan dan sumberdaya alam untuk manusia. Daya dukung ini ialah jumlah

populasi manusia yang optimal yang dalam jangka panjang dapat dipenuhi kebutuhannya oleh

suatu satuan lingkungan/sumberdaya alam.

Menurut Odum berdasarkan kebutuhan manusia akan makanan nabati daya dukung

ekosistem yang sumber energinya hanya matahari adalah 0,00025 orang/m2 untuk masyarakat

daerah pertanian pada iklim bermusim tropika dan 0,000025 orang/m2 untuk masyarakat primitif

di daerah hutan tropika. Pada tingkat populasi seperti ini, ekosistem berada dalam keadaan stabil.

Daya dukung tersebut dapat lebih besar apabila ada sumber makanan lain seperti

perikanan. Selain itu, manusia tidak hanya memerlukan makanan melainkan juga kebutuhan-

kebutuhan lain untuk menunjang kehidupannya.

Sampai batas tertentu daya dukung tersebut dapat dinaikkan dengan subsidi energi lain. Jadi, ada

daya dukung maksimal dimana di atas itu lingkungan/sumberdaya alam takkan mampu

mendukung lagi.

Selain dari itu, pemanfaatan sumberdaya alam dapat menimbulkan akibat sampingan

berupa :

1. Kerusakan dan kemunduran pada sumberdaya alam

2. Pencemaran kimiawi, terutama pencemaran air dan udara.

3. Gangguan pada kesehatan, sebagai akibat pencemaran dan berjangkitnya wabah penyakit

sebagai akibat adanya kegiatan yang mengganggu sumberdaya alam dan lingkungan.

4. Gangguan sosial, yaitu tekanan yang dialami masyarakat manusia sebagai akibat kegiatan

pemanfaatan sumberdaya alam berupa proyek-proyek pembangunan.

Keempat hal itu menimbulkan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup ini makin

besar dengan makin besarnya jumlah penduduk.

Secara empiris itu dapat disimpulkan beberapa hal :

1. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup harus didampingi program pembatasan

jumlah penduduk.

2. Penduduk atau masyarakat manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam perlu mendapat

pendidikan dan penyuluhan agar mencegah atau setidak-tidaknya mengurangi kerusakan.

122

3. Disamping pendidikan dan penyuluhan harus ada pula undang-undang dan peraturan-

peraturan yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alam agar kerusakan-kerusakan dapat

dicegah atau dikurangi.

Makin banyak penduduk, masalah keterbatasan sumberdaya alam makin kritis. Oleh

karena itu perlu ada usaha-usaha pembinaan, perlindungan dan pelestarian.Dalam beberapa hal,

teknologi dapat mengganti kerugian akibat kerusakan pada sumberdaya alam, misalnya

kerusakan pada hutan alam dapat diimbangi dengan adanya hutan tanaman atau tanaman

pertanian yang lebih produktif. Tetapi pada umumnya, apabila manusia tidak melestarikan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, maka cepat atau lambat kelak manusia tidak dapat

memanfaatkannya lagi.

6.16. Sistem Manajemen Lingkungan

Sistem manjemen lingkungan merupakan suatu proses yang menekankan upaya

peningkatan efisiensi perusahaan dengan meminimalisasi keluaran limbah melalui proses

produksi atau teknologi bersih lingkungan (yang dikenal dengan manajemen ekoefisiensi).

Minimalisasi limbah terdiri dari tiga aktivitas yang disebut dengan 3R, yaitu reduce

(kurang), recycle (daur ulang) dan reuse (penggunaan kembali). Dalam meminimalisasi limbah

kegiatannya adalah :

a. Mencegah timbulnya limbah dan pencemaran melalui substitusi bahan baku, perubahan

proses atau penggunaan teknologi alternatif.

b. Mendaur – ulang limbah yang tidak dapat dicegah keberadaannya.

c. Mengamankan limbah yang telah diolah secara legal.

d. Mengelola limbah yang tidak dapat dicegah/ daur-ulang.

Agar pengelolaan lingkungan dapat berjalan dengan efisien,dibutuhkan suatu kebijakan

yang diterapkan dalam suatu sistem manajemen,dimana perlindungan menjadi prioritas

utama.Dalam pengelolaan lingkungan perhatian utama umumnya pada aspek teknis pengawasan

lingkungan dengan mengabaikan segi manusia .Hal ini sangat berbahaya terutama bila melihat

fakta bahwa hak-hak yang menyangkut lingku ngan ,seperti limbah berbahaya,dapat menjadi

topik yang sangat penting.Untuk menja dikan pengelolaan lingkungan sebagai salah satu bidang

operasional yang penting dalam menciptakan suatu kondisi lingkungan yang sesuai untuk

123

kehidupan di muka bumi,maka dilakukan penggabungan standar pengelolaan lingkungan

kedalam ISO

(International Organitation for Standarization) yang selanjutmaya dikenal dengan ISO 9000 dan

ISO 14000.

Pertimbangan produk yang ramah lingkungan telah mengglobal dan saat ini produk tidak

hanya harus bermutu dan ramah lingkungan tetapi juga ramah terhadap manusia.Dengan semakin

baiknya penghasilan dan taraf hidup masyarakat ,konsumen dimana saja mempunyai kekuatan

untuk melaksanakan kehendak mereka.

Produsen harus meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan benar-benar baik

dalam arti kualitas, ramah lingkungan dan ramah manusia.Untuk itulah muncul ISO 9000 dan

ISO 14000.

ISO 9000 merupakan jaminan bahwa produksi telah mengikuti standar yang ditentukan

sehingga hasil yang diingin kan sesuai dengan mutu dan proses yang telah di tentukan. Jadi ISO

9000 merupakan pedoman standar untuk desain, pembuatan barang, penjualan dan pelayanan

untuk suatu produk.

ISO 14000 membicarakan tentang prosedur dan sistem, bukan penentuan baku mutu

ataupun ketentuan yang membatasi kegiatan perusahaan. ISO 14000 merupakan prosedur atau

sistem pengelolaan lingkungan yang diusahakan untuk dipatuhi.

Dalam perkembangannya, sebagian besar perusahaan yang menjual produk ke negara

maju dihadapkan pada ketentuan bahwa mereka sekarang harus membuktikan, melalui sertifikat,

bahwa sistem manajemen mutu mereka telah sesuai dengan ISO 9000.

ISO 9000 muncul atas desakan konsumen dan pasar sehingga sifatnya adalah sukarela,

sedangkan ISO 14000 muncul atas desakan perundang – undangan agar produk yang dihasilkan

memenuhi tuntutan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

Lingkungan memberikan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia khususnya dalam

bidang kesehatan, oleh karena itu kerjasama internasional di bidang perdagangan dan lingkungan

merupakan hal yang penting dan perlu diintensifkan karena perdagangan internasional dapat

membawa dampak positif maupun negatif, khususnya dalam bidang lingkungan hidup

kebijaksanaan perdagangan dan lingkungan harus saling menunjang demi meningkatkan

kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkelanjutan.

Manfaat Sertifikat ISO 9000 dan ISO 14000, antara lain:

124

a. Perlindungan terhadap lingkungan.

b. Menunjukkan kesesuaian dengan peraturan.

c. Pembentukan sistem pengelolaan yang efektif.

d. Penurunan biaya.

e. Penurunan kecelakaan kerja.

f. Peningkatan hubungan masyarakat.

g. Peningkatan kepuasan konsumen.

Minimalisasi limbah adalah pengurangan sebanyak mungkin limbah berbahaya yang

dihasilkan, diolah, disimpan, atau dikirim untuk dibuang. Minimalisasi limbah baik untuk

industri, rumah tangga dan bentuk usaha lainnya, adalah langkah menuju masa depan.

Keterbatasan lahan dan meningkatnya biaya pengelolaan dan pembuangan membuat

minimalisasi limbah menjadi isu penting.

Dalam pengelolaan limbah berbahaya, minimalisasi limbah menjadi prioritas pertama dan

prioritas kedua adalah pemulihan sumberdaya. Manfaat minimalisasi limbah adalah:

a. Mengurangi dampak lingkungan.

b. Meningkatkan keselamatan kerja.

c. Menyesuaikan dengan peraturan.

d. Mengurangi biaya operasional.

e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat.

f. Mengurangi kewajiban berkaitan dengan denda dan tuntutan hukum

Pilihan minimalisasi bahan berbahaya intinya adalah pengurangan sumber. Bahan bahan

berbahaya sebaiknya tidak digunakan dalam kegiatan operasional sejak awal, atau minimalisasi

jumlah yang digunakan. Minimalisasi bahan dapat dilakukan dengan pilihan – pilihan sebagai

berikut :

a. Substitusi, menggantikan produk atau bahan baku yang mengandung bahan berbahaya

dengan bahan yang tidak berbahaya, bila dimungkinkan, atau dengan menggantikan proses

dan peralatan yang menggunakan bahan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya.

b. Pengendalian persediaan, mempersiapkan persediaan bahan yang dibutuhkan sesuai

kebutuhan dan waktunya, persediaan bahan – bahan berbahaya dapat ditekan pada tingkat

minimal. Persediaan dapat juga ditekan dengan mengurangi jumlah yang digunakan.

125

c. Pemurnian bahan baku, bila satu atau lebih bahan baku dapat dimurnikan sebelum dimasukan

ke dalam proses, maka akan mengahasilkan limbah dalam jumlah yang sedikit.

d. Penjadwalan produksi,pengetatan jadwal produksi akan lebih sedikit aktivitas menghidupkan

dan mematikan mesin untuk proses.

e. Hal ini dimungkinkan karena limbah semakin banyak dihasilkan saat mesin dalam kondisi

dingin .Pengaturan kerja, shift kerja yang efesien juga dapat meminimalisasi limbah.

f. Meningkatkan efesiensi, apabila seluruh aliran proses bahan berbahaya dibuat seefisien

mungkin,maka dapat dilakukan minimalisasi bahan-bahan berbahaya. Produksi, distribusi,

penyimpanan dan pengggunaan bahan-bahan berbahaya secara efisien akan banyak

membantu upaya tersebut.

Minimalisasi limbah berbahaya harus diimplementasi-kan, terutama ditujukan pada

pengurangan volume total atau kadar toksisitas dari limbah yang dihasilkan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

a. Mendaur-ulang, mendapatkan dan menggunakan kembali limbah.

b. Pengolahan.

Minimalisasikan bahan dan limbah dilakukan dengan prinsip 3R, yaitu:

a. Pengurangan (Reduce);suatu prinsip yang berupa pengurangan penggunaan bahan sehingga

limbah yang sekarang harus juga ditangani.

b. Penggunaan ulang (Reuse): suatu prinsip pemanfaatan ulang bahan-bahan yang sudah

dipakai. Melalui prinsip ini jumlah limbah yang harus ditangani akan berkurang.

c. Pendaur ulang (Recycle): suatu prinsip yang berupa proses kembali bahan yang sudah

dipakai.

6.17. Ekolabel (Eco-Labelling)

Ekolabel merupakan salah satu syarat yang ditetapkan pada perdagangan bebas abad 21,

sebagai tanda bahwa produksi mata dagangan tersebut memenuhi persyaratan tidak merusak

lingkungan. Mata dagangan yang tidak memiliki ekolabel akan ditolak oleh negara konsumen

sehingga mata dagangan tersebut tidak dapat dipasarkan. Label yang terpasang pada mata

dagangan tersebut juga menyatakan bahwa merek tersebut ramah lingkungan, dalam arti produk

dan proses produksinya tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

126

Ekolabel muncul sebagai akibat desakan dari masyarakat konsumen yang semakin sadar

akan lingkungan dan membutuhkan produk yang bersih dan tidak membahayakan kesehatan

manusia dan lingkungan. Tidak peduli suatu negara yang terhadap ekolabel akan mempersempit

pangsa pasar produk – produk ekspornya karena semakin lama semakin banyak negara

menerapkan standard tersebut. Bagi Indonesia, program ekolabel telah dimulai dari produk –

produk ekspor hasil industri kehutanan.

Kemajuan yang diciptakan sektor industri di Indonesia telah memberikan kemakmuran

bagi sebagian besar masyarakat, memperluas kesempatan kerja, menambah devisa negara, tetapi

dari sisi lain menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Perkembangan industri membawa pesan dan harapan, tetapi juga ternyata beriringan

dengan bencana ketika manusia belum bangkit kesadarannya.

Apabila pencemaran menimbulkan bencana, kemudian mengundang protes dari berbagai

lapisan dan golongan masyarakat, barulah disadari bahwa pengelolaan lingkungan yang

berkaitan dengan kegiatan industri harus mendapatkan proporsi sebagaiman mestinya.

Dengan penerapan ekolabeling dan ISO 14000, Indonesia akan termasuk yang dirugikan

karena sebagian besar negara – negara pengimpor komoditi non migas dari Indonesia akan

menerapkan ekolabelling. Apabila produk komoditi perdagangan Indonesia tidak bersifat ramah

lingkungan maka mau tidak mau produk Indonesia akan tidak diminati di pasaran internasional.

Akibatnya ekspor kita akan menurun dan mengurangi penerimaan devisa Indonesia. Oleh karena

itu Indonesia harus bergerak ke arah perbaikan kualitas komoditi perdagangan yang ramah

lingkungan pula.

Untuk melaksanakan sistem ekolabeling ini diperlukan suatu institusi yang sifatnya

independen. Institusi ini harus mempunyai kredibilitas yang tinggi, sehingga apa yang

diputuskannya akan diterima oleh masyarakat konsumen secara luas. Syarat selanjutnya ialah

bahwa proses pemberian label ecolabelling itu harus transparan demi mendapatkan kredibilitas

tersebut.

Ekolabeling merupakan usaha untuk melindungi lingkungan. Usaha pemerintah dan

masyarakat untuk secara langsung menekan produsen atau sektor industri untuk mengurangi

pencemaran dari kegiatan usaha mereka masih belum begitu kuat. Oleh karena itu usaha untuk

melindungi lingkungan harus dilakukan dengan cara menekan produsen melalui kemauan

membeli konsumen (Pemakai produk).

127

Pada dasarnya produsen membuat barang adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Dalam masyarakat dimana konsumen bertindak sebagai raja, kepuasan konsumen harus menjadi

tujuan utama. Tanpa ada konsumen yang mau membeli produk suatu industri, maka cepat atau

lambat kegiatan industri tersebut pasti akan berakhir. Oleh karena itu peranan konsumen sangat

besar dalam usaha untuk melindungi lingkungan. Dengan mempengaruhi kesediaan membeli di

pihak konsumen akan terpengaruh pula kegiatan produksi dari industri yang bersangkutan.

Dengan semakin tinggi kesadaran konsumen mengenai konservasi sumberdaya alam dan

lingkungan, maka semakin hati – hati mereka membeli produk yang digunakannya.

Untuk memperoleh keyakinan mengenai produk dan proses produksi indutri yang

bersahabat dengan lingkungan diperlukan institusi yang memberikan sertifikat bahwa produk

tersebut telah bersahabat dengan lingkungan. Jadi ekolabel (ecolabelling) adalah suatu tanda

yang menerangkan bahwa produksi mata dagangan tersebut telah memenuhi persyaratan untuk

tidak merusak lingkungan.

6.18. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan,

wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Kegiatan yang

perlu dilengkapi AMDAL, antara lain :

a. Perubahan bentuk lahan dan bentuk alam (Pembuatan jalan, Pembukaan hutan dll).

b. Eksploitasi sumberdaya alam (Penambangan, eksploitasi hutan).

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan perusakan, pemborosan dan

kemerosotan pemanfaatan sumberdaya alam dan energi pemanfaatan tanah tanpa konservasi,

penggunaan energi yang tidak diikuti dengan teknologi yang dapat mengefisienkan

pemakaiannya.

d. Proses dan hasilnya yang mengancam kesejahteraan penduduk, pelestarian kawasan

konservasi alam dan cagar budaya (kegiatan yang proses dan hasilnya menimbulkan

pencemaran).

e. Introduksi jenis tumbuhan atau hewan (introduksi jenis tumbuhan baru yang dapat

menimbulkan jenis penyakit baru).

f. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.

g. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi mempengaruhi lingkungan.

128

Dampak merupakan perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas

manusia termasuk di dalamnya dampak yang terjadi sebagai akibat kegiatan pembangunan

ditentukan oleh :

a. Jumlah manusia yang terkena dampak.

b. Luas wilayah persebaran dampak.

c. Lamanya dampak berlangsung.

d. Intensitas dampak.

e. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak.

f. Sifat komunikatif dampak.

Tujuan penerapan AMDAL antara lain untuk menjamin tetap terpeliharanya kemampuan

lingkungan hidup guna menunjang pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian AMDAL

merupakan salah satu instrumen pengelolaan lingkungan secara bijaksana. Pemantauan secara

berkala ini penting untuk menilai aktivitas pengelolaan lingkungan agar bermanfaat dalam

menjaga kualitas lingkungan dari kerusakan. Dari hasil AMDAL dapat diketahui apakah

kegiatan pembangunan berpotensi menimbulkan dampak atau tidak. Bila berdampak besar

terutama yang negatif, tentu saja kegiatan tersebut tidak boleh dibangun atau boleh dibangun

dengan persyaratan tertentu agar dampak negatif tersebut dapat dikurangi sampai tidak

membahayakan lingkungan.

Dampak negatif yang perlu diperhatikan adalah :

a. Apakah dampak negatif yang mungkin timbul melampaui batas toleransi pencemaran

terhadap kualitas lingkungan atau tidak.

b. Apakah kegiatan yang dibangun ini akan menimbulkan gejolak terhadap masyarakat atau

mempengaruhi kegiatan lain atau tidak.

c. Apakah dampak negatif ini dapat mempengaruhi kehidupan dan keselamatan masyarakat

atau tidak.

d. Sejauh mana perubahan ekosistem yang akan terjadi sebagai akibat pembangunan kegiatan

ini.

Bila hasil AMDAL menunjukkan bahwa kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak

yang berarti, maka kegiatan dapat dilaksanakan sesuai usulan dengan tetap berpedoman agar

memperkaitkan dampak negatif yang mungkin timbul diluar perkiraan semula. Dalam hal ini

129

sebelum kegiatan dilaksanakan harus ditentukan dulu pedoman pengelolaan dan pemantauan

lingkungan sebagai usaha menjaga kelestarian lingkungan.

Kegunaan AMDAL dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, adalah :

a. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumberdaya

alam yang tidak dapat diperbaharui.

b. Menghindari efek samping dari pengelolaan sumberdaya alam.

c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, sehingga tidak mengganggu

kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat.

d. Agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara

atau masyarakat.

Dalam kehidupannya, manusia dibina oleh lingkungan alam maupun lingkungan sosial-

budaya. Tetapi dalam prakteknya manusia mempengaruhi keadaan lingkungan secara dominan.

Jadi terbentuk suatu keunikan dimana manusia dan lingkungan berinteraksi secara ekologis.

Interaksi disini dapat berlangsung secara positif, bila interaksi ini mengakibatkan peningkatan

daya dukung lingkungan dalam menjamin kesejahteraan manusia . Sedangkan interaksi negatif

apabila terjadi interaksi yang merusak lingkungan sehingga daya dukung lingkungan menjadi

menurun.

Manusia mempunyai keterbatasan, tetapi tidak terperangkap oleh keterbatasan tersebut

melainkan berusaha meningkatkan diri. Dengan terbatasnya sumberdaya alam yang ada, manusia

mencoba menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk meningkatkan dan

mempertahankan daya dukung lingkungan tempat hidupnya.

Pengelolaan sumberdaya alam mempunyai hubungan erat dengan pelestarian karena azas

pengelolaan lingkungan adalah pelestarian. Pelestarian bukan berarti membiarkan alam

sebagaimana asalnya, tetapi merupakan usaha pemanfaatan yang diimbangi dengan upaya

menjaga kualitasnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia. Pelestarian harus

dilaksanakan secara terpadu karena ada keterkaitan yang sangat erat antara faktor lingkungan

satu dengan lainnya, yang berarti bahwa kerusakan yang satu dapat menimbulkan kerusakan

yang lainnya.

130

BAB VII

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) DAN TEKNOLOGI BAGI KEHIDUPAN

MANUSIA

7. 1. Pengantar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengungkapan

rahasia dan gejala alam, antara lain asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk

proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi. Ilmu ini terus berkembang sejalan

dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, terutama tentang benda yang ada di sekelilingnya,

seperti alam jagad raya beserta isinya bahkan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu tersebut mendorong

manusia untuk dapat memahami dan menjelaskan gejala alam dan kehidupan di bumi ini.

Adanya kemampuan berpikir pada manusia menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin

tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini

selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dengan akal

yang dimiliki manusia, semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Informasi yang didapat kemudian disimpan dan diajarkan kepada generasi

berikutnya. Informasi tersebut juga ditambah dengan pengetahuan yang diperoleh saat itu,

sehingga informasi tentang pengetahuan tersebut akan terus bertambah dan berkembang dari

generasi ke generasi berikutnya.

Saat ini perkembangan teknologi berjalan dengan sangat pesat, baik dalam jumlah

maupun pemanfaatannya. Begitu banyak perkembangan di bidang teknologi, tetapi pembahasan

tentang perkembangan teknologi pada pokok bahasan ini hanya difokuskan pada dua bidang saja,

yaitu bioteknologi dan teknologi informasi. Pemilihan kedua teknologi tersebut didasarkan pada

perkembangannya yang sangat pesat serta pengaruhnya yang besar terhadap kehidupan. Selama

tiga dekade terakhir, telah terjadi revolusi besar – besaran dalam bidang informasi dan life

science (terutama bidang bioteknologi).

7.2. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Keahlian seseorang menguasai ilmu pengetahuan sebanding dengan kemampuannya

menyerap, mendalami ilmu pengetahuan serta daya pikir kritis terhadap ilmu pengetahuan

sendiri. Sampai mendekati abad pertengahan, perkembangan ilmu pengetahuan belum begitu luas

131

dan dalam, sehingga seseorang yang mempunyai cara berpikir tajam dan kritis sangat mungkin

dapat menguasai beberapa bidang ilmu sekaligus. Sebagai contoh Phytagoras (±500 SM) dikenal

sebagai seorang astronom yang juga ahli matematika dan transmutasi unsur, Copernicus (1473-

1543 SM) dikenal sebagai ahli astronomi, metematika dan pengobatan.

Setelah abad pertengahan perkembangan ilmu pengetahuan relatif lebih pesat dan

mendalam sehingga semakin sulit bagi seseorang untuk menguasai berbagai ilmu dengan

mendalam. Oleh karena itu, perlu dilakukan klasifikasi ilmu pengetahuan yang ada menjadi

berbagai disiplin bidang ilmu, meskipun tetap memegang prinsip intgratif dan komprehensif.

Secara garis besar ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bidang ilmu utama yaitu

a. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Budaya

Ilmu ini secara umum mempelajari tentang tingkah laku manusia (humaniora)

b. Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu ini mempelajari tentang mahluk hidup (biologi) dan makhluk tidak hidup (sains fisik),

dan materi beserta proses-proses yang menyertainya (kimia).

Matematika tidak termasuk dalam pembagian ilmu pengetahuan tersebut. Matematika

merupakan penunjang pengembangan semua disiplin ilmu. Bagi sains fisik, matematika

merupakan bahasa yang dapat menerangkan hukum-hukum alam. Statistika dimanfaatkan untuk

pengumpulan, pengorganisiran serta peringkasan serta analisis data. Kesimpulan diambil

berdasarkan hasil analisis data yang diamati. Sementara itu, informatika banyak dimanfaatkan

dalam pemodelan, baik fisik maupun matematis pengumpulan data dan sekaligus untuk

menganalisis data yang diperoleh. Di dalam Biologi, matematika juga memegang peran yang

penting, karena dapat digunakan untuk memahami atau menjelaskan berbagai fenomena yang

terjadi pada makhluk hidup seperti pertumbuhan (individu, populasi), gerak, pengujian suatu

bahan obat, dan sebagainya.

7. 3. IPA Klasik dan IPA Modern

Ilmu pengetahuan pada mulanya berkembang sangat lambat sampai abad pertengahan

(abad XV-XVI). Perkembangan tersebut sedikit lebih pesat, terutama setelah Copernicus, yang

kemudian diperkuat oleh Galileo berdasarkan penemuannya mengubah konsep geosentris dan

sekaligus mengubah kepercayaan penguasa dan agama pada saat itu. Penemuan tersebut sangat

dimungkinkan karena berkembangnya alat bantu penelitian (teropong bintang) yang lebih baik.

132

Periode ini dikenal sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern yang menetapkan suatu

kebenaran berdasarkan induksi atau eksperimentasi. Perubahan konsep ilmu yang radikal ini juga

memengaruhi cara berpikir dan sekaligus memacu perkembangan ilmu pengetahuan sampai

terjadinya revolusi industri pada abad XIX.

Perkembangan IPA yang sangat pesat terjadi setelah diperkenalkan konsep fisika

kuantum dan relativitas pada awal abad XX. Konsep “modern” ini memengaruhi konsep IPA

keseluruhan, sehingga dalam beberapa hal perlu dilakukan penyesuaian konsep ilmu

pengetahuan ke arah pemikiran modern. Dengan demikian, terdapat dua konsep IPA, yaitu IPA

klasik, yang telaahnya bersifat makroskopik, dan IPA modern, yang bersifat mikroskopik.

Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern” bukan berkaitan dengan waktu, maupun

klasifikasi bidang ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu kepada cara berpikir, cara memandang

dan cara menganalisis suatu fenomena alam. Perkembangan ilmu yang sangat pesat akhir-akhir

ini sangat ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan alat-alat pengujian

atau alat-alat pengamatan, dan juga komputer yang semakin cepat dan canggih.

7. 4. IPA tentang Bumi Sebagai Tempat Kehidupan

Wacana manusia tentang alam semesta selama beribu-ribu tahun yang lalu sangat dibatasi

oleh kedudukan mereka di bumi. Manusia beranggapan bahwa bumi menduduki tempat sangat

istimewa di alam semesta ini. Bersamaan dengan itu mereka melihat ada benda yang bercahaya

di langit, memancarkan cahaya yang terang lalu bergeser secara perlahan-lahan dari timur ke

barat hingga akhirnya menghilang. Benda tersebut adalah matahari. Sesudah matahari

menghilang, bumi menjadi gelap, terlihat benda-benda kecil bercahaya di langit, yang disebut

bintang. Selain bintang, terdapat sebuah benda yang bersinar lembut, indah dipandang mata

yang dari hari ke hari berangsur-angsur terlihat membulat, kemudian hanya terlihat setengah

bagian hingga tidak terlihat sama sekali. Benda tersebut disebut bulan. Pengetahuan manusia

tentang bumi, matahari, bintang dan bulan pun semakin berkembang dari yang sederhana hingga

yang kompleks setelah melalui ribuan tahun.

Terjadinya alam semesta hanya Allah SWT yang tahu. Bagi manusia alam semesta masih

merupakan misteri, masih merupakan peristiwa yang ghaib dan penuh rahasia. Para ahli ilmu

pengetahuan alam masih terus mengadakan penelitian untuk mengungkapkan tabir misteri

133

tersebut. Sampai saat ini, manusia dengan mempergunakan segala kemampuannya dan

memanfaatkan kecanggihan teknologi terus berusaha mengungkapkan misteri alam semesta.

Pada awalnya, manusia menganggap bahwa bumi ini mempunyai kedudukan yang

istimewa di alam semesta (pusat alam semesta), karena melihat bahwa matahari terbit di sebelah

timur, pada tengah hari ada di atas kepala kita dan terbenam di sebelah barat. Berarti matahari

mengitari bumi. Anggapan ini yang mendasari hipotesis,”Geosentris”.

Pandangan geosentris berubah setelah Copernicus mengemukakan teori “heliosentris”,

yang mengemukakan bahwa sebenarnya bumi tidak memiliki kedudukan istimewa di alam

semesta ini. Bumi bersama planet-planet lain bergerak mengitari matahari. Saat ini, penerbangan

pesawat ruang angkasa semakin maju. Gambar-gambar bumi hasil pemotretan pesawat-pesawat

luar angkasa pun semakin membuktikan kebenaran teori “heliosentris” tersebut.

7. 4. 1 Bumi Sebagai Planet

Bumi mengorbit matahari dalam lintasan berbentuk elips, maka jarak matahari – bumi

selalu berubah. Jarak matahari-bumi yang terdekat (perihelion) terjadi pada tanggal 4 Januari,

dan jarak matahari-bumi yang terjauh (aphelion) terjadi pada tanggal 5 Juli. Jarak rata-rata dari

pusat matahari ke pusat bumi disebut 1 AU (Astronomical Unit/ Satuan Jarak Astronomi).

Ekuator bumi tidak sebidang dengan bidang orbit bumi, melainkan miring. Kemiringan

ini menyebabkan terjadinya empat musim (panas, gugur,dingin dan semi) pada daerah

Subtropika. Bentuk bumi tidak bulat sempurna, melainkan pepat pada kutub-kutubnya dan

menggelembung pada ekuatornya. Pepatnya bola bumi ini disebabkan pada saat baru terbentuk

bumi belum terlalu padat dan rotasinya membuat menggelembung pada bagian ekuator.

Bola bumi dibagi secara horizontal atas dua bagian sama besar, yaitu Belahan Bumi

Utara dan Belahan Bumi Selatan, oleh garis ekuator/garis khatulistiwa (0o Lintang). Belahan

Bumi Utara membentang antara 0o Lintang – 90o Lintang Utara (LU) dan Belahan Bumi Selatan

membentang antara 0o Lintang – 90o Lintang Selatan (LS), yang dibagi atas :

Daerah 23½o LU - 23½o LS = Daerah Tropika

Daerah 23½o LU - 66½o LU = Daerah Subtropika Utara

Daerah 66½o LU – 90o LS = Daerah Kutub Utara

Daerah 23½o LS – 66o LS = Daerah Subtropika Selatan

Daerah 66½o LS – 90o LS = Daerah Kutub Selatan.

134

Bola bumi dibagi secara vertikal atas dua bagian sama besar, yaitu Bujur Barat (BB) dan

Bujur Timur (BT) oleh garis bujur Standard (1800 BT/BB) dan garis bujur Standard (0o B).

Garis bujur standard 0o BT, melalui Greenwich (Inggris), digunakan sebagai Garis

Standard Waktu International (Greenwich Mean Time = GMT), sedangkan garis bujur standard

1800 BT/BB digunakan sebagai Garis Pergantian Tanggal International.

Indonesia terletak antara 95o BT – 141o BT, berarti paling barat dengan titik paling timur

= 46o atau 46 X 4 menit = 184 menit (1o = 4 menit).

Indonesia menetapkan 3 (tiga) daerah waktu, yaitu:

- Waktu Indonesia Barat (WIB), dengan garis bujur standard 105o BT

- Waktu Indonesia Tengah (WITA), dengan garis bujur standard 120o BT

- Waktu Indonesia Timur (WIT), dengan garis bujur standard 135o BT.

Perbedaan waktu WIB dengan GMT = (105o – 0o) X 4 menit

= 420 menit = 7 jam

Perbedaan waktu WITA dengan GMT = (120o – 0o) X 4 menit

= 480 menit = 8 jam

Perbedaan waktu WIT dengan GMT = (135o – 0o) X 4 menit

= 540 menit = 9 jam

Apabila kita melewati garis Pergantian Tanggal Internasional (180o – BT / BB) dari arah

barat ke timur, maka waktunya kurang 1 hari, sebaliknya apabila kita melewati garis tersebut dari

arah timur ke barat, maka waktunya ditambah 1 hari.

Menurut garis lintang, Indonesia yang terletak antara 6o LU – 11o LS termasuk dalam

daerah tropika, berarti iklimnya tropis.

7. 4. 2. Bagian-bagian Bumi

Melalui pengamatan seismologi (hantaran pada gelombang gempa bumi) para ahli

geologi memperoleh gambaran mengenai susunan bagian dalam bumi, karena arah kecepatan

dan bentuk gelombang gempa ditentukan oleh komposisi dan kerapatan bagian dalam bumi.

Bumi terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut:

7. 4. 2. 1. Inti Bumi (Barisfer / Centrosfer)

135

Pengetahuan manusia tentang inti bumi masih sangat terbatas. Inti bumi terdiri dari inti

luar (tebalnya 2160 km) dan inti dalam (tebalnya 1320 km). Diduga barisfer terdiri dari nikel dan

ferum (besi) disingkat nife. Inti luar diduga berwujud cair, sedangkan inti dalam berwujud padat.

Pengaruh panas matahari hanya terasa paling dalam 20 meter di bawah permukaan bumi.

Setelah 20 meter ke bawah, temperaturnya telah konstan (tidak lagi dipengaruhi musim panas

dan dingin). Akan tetapi, makin masuk ke dalam bumi temperaturnya makin tinggi.

Umumnya tiap turun 33 m temperatur naik 1o C, Angka 33 m ini disebut “jumlah

geothermis”, artinya jumlah meter yang diperlukan untuk kenaikan temperatur 10 C, apabila

turun vertikal ke dalam lapisan bumi. Ada istilah “derajat geothermis”, artinya jumlah derajat

Celcius yang dipakai apabila turun vertikal 100 m ke dalam bumi. Jumlah geothermis ataupun

derajat geothermis tidak sama di setiap tempat. Batuan gunung berapi yang masih panas

memperkecil jumlah geothermis, sedangkan air samudera dan air tanah memperbesar derajat

geothermis. Makin besar jumlah geothermis suatu lapisan bumi, makin kecil derajat

geothermisnya.

Inti bumi ini yang diduga menyebabkan adanya sifat kemagnetan bumi. Bumi merupakan

magnet raksasa dengan kutub selatan magnet terletak di bagian utara bumi dan kutub selatan

magnet terletak dibagian utara bumi, meskipun ternyata tidak tepat betul pada kutub bumi.

Bumi merupakan medan magnet yang luar biasa besarnya, dan sebagaimana diketahui

jarum kompas selalu menunjuk ke arah utara dan selatan kutub magnet bumi. Fenomena alam

semacam ini dapat dimanfaatkan untuk mengungkap adanya batuan di permukaan bumi yang

mempunyai kekuatan (gaya) untuk tarik menarik atau tolak menolak sesama benda. Arah

kemagnetan bumi merupakan salah satu misteri alam semesta yang sampai saat ini belum

terungkap.

7. 4. 2. 2. Selimut (Mantel)

Sesuai dengan namanya lapisan ini bersifat melindungi bagian dalam bumi. Lapisan ini

terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu :

a. Litosfer. Lapisan ini terdiri dari lapisan Sial (Silisium dan Aluminium) dan lapisan Sima

(Silisium dan Magnesium). Tebalnya sekitar 50--100 km. Bersama kerak bumi disebut

lempeng litosfer yang mengapung di atas meteri yang agak kental, yaitu astenosfer.

136

b. Astenosfer, wujudnya agak kental, tebalnya 100--400 km. Diduga lapisan ini sebagai

tempat formasi magma. Wujudnya tidak padat, maka massa di atasnya dapat bergerak.

Mungkin kondisi macam ini sebagai dasar teori lempeng tektonik.

c. Mesosfer, wujudnya padat dengan tebal sekitar 2400--2750 km, terletak di bawah

astenosfer.

7. 4. 2. 3. Kerak Bumi

Lapisan ini menempati bagian paling atas dari permukaan bumi dengan tebal rata-rata

antara 10-50 km. Umumnya, tebal kerak bumi dipermukaan sekitar 20-50 km, tetapi di bawah

permukaan laut tebalnya hanya sekitar 10--12 km saja, wujudnya padat.

Kerak bumi terdiri dari zat padat yang disebut batuan. Menurut kejadiannya, batuan

dibedakan atas tiga golongan, yaitu :

a. Batuan beku.

Terjadi dari magma cair dan panas membeku di dalam atau di luar bumi akibat

temperaturnya turun. Menurut tempat membekunya dibedakan atas tiga macam, yaitu batuan

beku luar, batuan beku sela dan batuan beku dalam.

b. Batuan sedimen (endapan).

Angin, air, es mengikis batuan dan hasil kikisannya diendapkan ke tempat lain. Di tempat

baru ini hasil kikisan diendapkan. Hasil kikisan tersebut ada yang tetap gembur, ada yang

menjadi keras (membantu), karena waktu atau tekanan dari lapisan di atasnya.

c. Batuan metamorf (malihan).

Batuan sedimen maupun batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat, karena suhu

yang tinggi atau tekanan yang berat.

7. 4. 2. 4. Lapisan air (Hidrosfer)

Hidrosfer ialah semua perairan yang berada di bumi, yaitu samudera, lautan, danau,

sungai dan air tanah. Air yang turun dari langit, sebagai hujan dan salju, tidak mengandung

garam atau mineral yang terlarut, masuk ke sungai, mengalir di atas permukaan tanah dan bawah

permukaan tanah melarutkan garam mineral yang ada di tanah dibawa ke laut. Pemanasan

matahari akan menguapkan air laut tetapi garam – garam mineral tidak ikut menguap, sehingga

air laut terasa asin.

137

Garam mineral yang merupakan bagian besar dari air laut, yaitu garam dapur (NaC1

=Natrium Clorida) dan garam Inggris (MgSO4 = Magnesium Sulfat). Kira – kira 71% dari planet

bumi ini merupakan lapisan air. Air dari laut, sungai, danau menguap (evaporasi) ditambah

penguapan dari vegetasi (transpirasi) akan membentuk awan.

Awan yang terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi akan mengalami pendinginan

(kondensasi) sehingga terurai menjadi titik – titik air yang karena gaya beratnya akan turun ke

muka bumi sebagai hujan (presipitasi). Setelah sampai di permukaan bumi, sebagian mengalir di

atas permukaan, dan sebagian lagi masuk ke dalam bumi (infiltrasi) sehingga terjadi aliran atas

permukaan dan aliran bawah permukaan, mengisi kembali danau, sungai dan laut serta diserap

kembali oleh tumbuhan. Dengan demikian terjadi siklus hidrologi (siklus air).

Pada saat hujan turun, air hujan akan membawa Oksigen (O2) dan Karbon dioksida

(CO2) yang ada di udara ke dalam sungai, danau dan laut, sehingga memungkinkan ada

kehidupan di dalam air.

7. 4. 2. 5. Lapisan Udara

Lapisan udara (Atmos=Uap/udara, sphaira=bulatan) menyelimuti bumi.

Berdasarkan sifatnya, atmosfer dibagi dalam beberapa lapisan:

a. Troposfer ;

Di daerah tropika, tinggi troposfer bisa mencapai 18 km, sedangkan di daerah kutub

tinggi troposfer hanya 6 km. Gejala cuaca sehari–hari seperti awan, embun, hujan, salju, angin

terjadi pada lapisan ini.

Pada lapisan ini terdapat gejala “Lapse rate”, artinya setiap naik 100 m suhu akan turun

rata – rata 0,60C. Contoh :

Puncak Jaya (Irian Jaya) ketinggiannya 5.000 m

Suhu di pantai (0m) rata – rata = 260C

Suhu di Puncak Jaya = 260C – (5000m / 100mx0,60C) = - 40C

Suhu tersebut membuat air menjadi beku (salju). Gejala ini yang menjawab mengapa di

daerah tropika dapat dijumpai salju.

Pada lapisan troposfer terdapat penurunan suhu yang disebabkan oleh sangat sedikitnya

troposfer menyerap radiasi gelombang pendek dari matahari, sebaliknya permukaan tanah

memberi panas pada troposfer di atasnya.

138

Pertukaran panas banyak terjadi pada troposfer bawah, karena itu suhu semakin rendah

sesuai dengan bertambahnya ketinggian. Udara troposfer atas sangat dingin, dan lebih berat

dibandingkan dengan udara di atas tropopause (lapisan pemisah antara troposfer dengan

stratosfer) sehingga udara troposfer tidak dapat menembus tropopause.

b. Stratosfer.

Lapisan udara di atas tropopause disebut stratosfer. Kenaikan suhu pada lapisan tersebut

disebabkan oleh unsur Ozon (O3) yang menyerap radiasi ultraviolet dari matahari. Stratosfer

bagian atas dibatasi oleh stratopause, yang terletak pada ketinggian 60 km. Lapisan di atas

stratopause disebut mesosfer, yang terletak antara ketinggian 60 km dan 80 km.

c. Mesosfer.

Pada lapisan ini ditandai penurunan suhu rata-rata 0,4o C setiap kenaikan ketinggian 100

km. Bagian atas mesosfer dibatasi oleh mesopause, lapisan pada atmosfer yang suhunya paling

rendah (kira – kira – 1000C), terletak pada ketinggian 85 km. Di atas mesopause terdapat lapisan

termosfer, terletak pada ketinggian 85 km dan 300 km, suhu pada lapisan ini dari – 100 o C

sampai ratusan bahkan ribuan derajat.

7. 4. 2. 6. Menentukan Umur Bumi

Di kenal ada empat cara untuk menentukan umur bumi, yaitu:

a. Teori sedimen

Cara ini didasarkan pada perhitungan tebal lapisan sedimen rata-rata yang membentuk

batuan.

b. Teori kadar garam.

Cara ini didasarkan atas perhitungan kenaikan kadar garam laut.

c. Teori termal.

Menurut teori ini, pada saat bumi terbentuk merupakan batuan yang sangat panas dan

karena bersentuhan dengan udara yang suhunya lebih rendah, maka batuan tersebut mendingin

dan membeku seperti saat ini.

d. Teori Radioaktivitas.

Menurut teori zat radioaktif dalam waktu tertentu akan terurai separuhnya (meluruh)

menjadi zat yang lebih rendah susunan zatnya.

7. 4. 2. 7. Terbentuknya benua dan samudera di bumi

139

Benua merupakan bagian bumi yang tidak tertutup oleh perairan. Terdapat beberapa teori

tentang terbentuknya benua dan samudera di bumi ini. Alfred L. Wegener, (1915)

mengemukakan teori tentang pergeseran benua (continental drift), sebagai berikut.

Pada saat bumi terbentuk hanya berupa satu benua besar (superkontinental) Pangea,

superkontinental ini retak-retak dan pecah menjadi tiga bagian, yaitu Eropa–Asia, Amerika–

Afrika dan Australia–Antartika. Kemudian Amerika–Afrika dan Australia – Antartika pecah

seperti keadaan sekarang. Pada saat Amerika dan Afrika pecah, celah diantaranya membentuk

Samudera Atlantik. Anak benua India yang tadinya menempel di benua Afrika, retak dan pecah

bergerak ke utara menempel pada benua Asia, akibatnya terjadi gerakan vertikal, yang naik

membentuk pegunungan Himalaya dan yang turun membentuk Samudera Hindia. Pada saat bumi

berotasi, ada sebagian massanya yang terlempar keluar, yang kemudian menjadi bulan (satelit

bumi), sedangkan bagian yang ditinggalkan berbentuk cekungan menjadi Samudera Pasifik.

Mc. Kenzie dan Robert Parker (1967) mengemukakan teori lempeng tektonik (Tectonic

Plate theory), sebagai berikut :

Bumi ini terdiri lempeng–lempeng tipis dan kaku yang retak–retak dengan bentuk yang tidak

beraturan dan dikelompokkan atas lempeng benua dan lempeng samudera. Di bumi ada enam

lempeng utama, yaitu :

- Lempeng Amerika

- Lempeng Afrika

- Lempeng Eurasia

- Lempeng Indo–Australia

- Lempeng Pasifik

- Lempeng Antartika

Lempengan–lempengan ini setiap saat mengalami gerakan (horisontal maupun vertikal)

untuk mencari keseimbangan baru. Baik bergerak saling menjauh, saling mendekat maupun

saling bergesekan.

a. Apabila lempeng benua dan lempeng samudera saling bertabrakan, maka lempeng

samudera tersebut akan menyusup atau menujam ke bawah lempeng benua, karena lempeng

samudera mempunyai berat jenis yang besar. Pada bidang pertemuan kedua lempeng tersebut

akan ditemui jalur palung laut, proses pelipatan dan sesar, disertai kegiatan vulkanisme serta

140

merupakan wilayah rawan gempa. Contohnya pertemuan antara lempeng benua Eurasia

dengan lempeng samudera Indo-Australia.

b. Apabila dua lempeng bergerak saling menjauh, maka akan terjadi rekahan dan dari

rekahan tersebut akan keluar magma yang banyak mengandung besi dan magnesium, yang

kemudian membeku membentuk kerak bumi yang baru. Contohnya : perekahan lempeng

samudera yang terjadi di Samudera Atlantik (Pematang Tengah Samudera Atlantik).

c. Apabila dua lempeng saling bergesekan, maka pada bidang batasnya ditemukan patahan

atau sesar mendatar. Contoh : Sesar San Andreas di Amerika Serikat.

7. 4. 3.Pembentukan relief bumi

Permukaan bumi tidaklah rata, melainkan bervariasi, mulai dari dataran, bergelombang,

berbukit hingga bergunung, bahkan banyak dijumpai adanya lembah. Semua ini merupakan bukti

kongkrit bahwa ada suatu proses pembentukan permukaan bumi sehingga bentuknya seperti

sekarang ini.

Beberapa teori yang menunjukan pemikiran yang berkaitan dengan pembentukan

permukaan bumi, antara lain :

a. Teori Kontraksi oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka

berpendapat bahwa kulit bumi mengalami pengerutan, karena bagian dalamnya mengalami

pendinginan. Dengan demikian, permukaan bumi menjadi tidak rata (keriput).

b. Teori Laurasia – Gondwana oleh Eduard Zuees (1884) dan Frank B. Taylor (1910).

Mereka berpendapat bahwa di kedua kutub bumi masing–masing terdapat benua, di utara ada

benua Laurasia dan di selatan ada benua Gondwana. Kedua benua tersebut bergerak ke arah

ekuator secara perlahan dan berbenturan, hingga terpecah dan membentuk benua seperti

sekarang ini, ada gerakan vertikal ke atas membentuk pegunungan dan ada gerakan vertikal

ke bawah membentuk lembah–lembah.

c. Teori Pergeseran Benua oleh Alfred Wegener (1915). Dalam teorinya Wegner

mengemukakan bahwa di bumi ini pada awalnya hanya ada satu benua, yaitu Pengea. Akibat

gerak sentrifugal saat bumi berotasi, benua tersebut retak – retak dan retakannya makin lama

makin lebar dan akhirnya pecah seperti bentuk sekarang ini.

141

d. Teori Konveksi oleh Harry H. Hess (1962). Dalam teorinya mengemukakan bahwa ada

aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi

menjadi lunak dan permukaan bumi menjadi tidak rata.

e. Teori Pergeseran Dasar Laut oleh Robert Diesz. Dalam teorinya mengemukakan bahwa

terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggungan dasar laut ke kedua sisinya, makin

jauh dari punggungan dasar laut makin tua umurnya. Hal ini berarti ada gerakan yang

arahnya dari punggungan dasar laut. Contohnya punggungan dasar laut tersebut adalah Mid-

Atlantic Ridge.

f. Teori Lempeng Tektonik oleh Mc. Kenzie dan Robert Parker (1967). Mereka

mengatakan bahwa lapisan batuan (Lithosfer) mengapung di atas lapisan astenosfer.

Menimbulkan bentukan permukaan bumi yang berbeda–beda.

Gaya tektonik yang bekerja dari dalam menyebabkan pengaruh yang nyata di permukaan

bumi. Secara garis besar, gaya tektonik dibedakan atas tektonik epirogenesa, bila gerakannya

merupakan pengangkatan disebut epirogenesa negatif dan tektonik Orogenesa, suatu gerakan

vertikal yang akan membentuk pegunungan.

Disamping gerakan–gerakan tersebut di atas, ada gerakan lainya yang disebut

pelengkungan (warping), pelipatan (fold), retakan (joint) dan patahan (fault). Gerakan vertikal

yang tidak merata di suatu daerah berbatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur

lapisan yang semula relatif horizontal menjadi melengkung ke bawah, menghasilkan bentuk

cekungan (basin), yang melengkung ke atas, menghasilkan bentuk kubah (dome). Gerakan

vertikal semacam ini disebut warping.

Struktur batuan akan mengalami pelipatan (fold) bila mendapat tekanan yang lemah

tetapi berlangsung dalam waktu yang lama. Besarnya tekanan masih dibawah titik patah batuan,

sehingga masih dapat dinetralisir oleh keplastisan batuan. Bagian puncak lipatan disebut antiklin

dan bagian lembahnya disebut sinklin. Derah pegunungan lipatan yang besar biasanya masih

mengalami pelipatan kecil – kecil lagi, demikian pula di bagian lembahnya. Puncak lipatan

utama disebut antiklinorium dan lembahnya disebut sinklinorium. Puncak dan lembah kecil-kecil

di atas antiklinorium dan di sinklinorium disebut antiklinal dan sinklinal.

Struktur yang terbentuk karena pengaruh gaya regangan, adalah batuan yang retak–retak

namun bersambung. Jadi gayanya tegak lurus pada bidang permukaan retakan, mengarah ke arah

142

yang berlawanan. Biasanya terjadi pada batuan yang rapuh, sehingga dengan tenaga kecil saja

sudah membuatnya retak (joint).

Patahan (fault) terjadi karena tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat serta

melampaui titik patah batuan. Batuan tidak hanya retak, tetapi terpisah satu dengan yang lain.

Daerah sepanjang patahan, umumnya merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu

mengalami pergeseran batuan.

Beberapa istilah sehubungan dengan bentukan patahan antara lain :

a. Graben (slenk), berupa tanah turun yang terbentuk antara dua patahan dimana blok

batuan di tengah kedua patahan mengalami penurunan.

b. Horst, berupa tanah naik yang terbentuk antara dua patahan dimana blok batuan di tengah

kedua patahan mengalami pengangkatan.

c. Fault Scarp (cliff), dinding terjal yang dihasilkan oleh patahan dimana salah satu blok

bergeser ke atas/bawah, menjadi lebih tinggi/rendah. Sering kali fault scarp tidak tampak

lagi, karena mengalami erosi.

7. 4. 4. Gerakan Rotasi Bumi

Bumi berputar pada porosnya dengan arah barat–timur dan sekali putar memerlukan waktu

23 jam 56 menit 4 detik. Gerakan bumi berputar pada porosnya disebut rotasi bumi. Waktu

yang dibutuhkan untuk sekali putar disebut satu kala rotasi bumi (satu hari bumi).

Akibat rotasi bumi :

a. Gerakan semu harian matahari, seolah–olah matahari terbit di sebelah timur dan terbenam

di sebelah barat.

b. Pergantian siang dan malam, separuh dari bola bumi menerima sinar matahari (siang),

sedang separuh bola lainnya mengalami kegelapan (malam).

c. Pembiasan arah angin dan arus laut, seperti yang dijelaskan dalam hukum Buys Ballot.

Angin di belahan bumi utara tidak bergerak lurus dari tekanan udara maksimum ke daerah

tekanan udara minimum, tetapi dibiaskan ke kanan dan belahan bumi selatan dibiaskan

kekiri.

d. Perbedaan waktu antara tempat-tempat yang berbeda garis bujur.

e. Bentuk bumi bulat pepat.

7. 4. 5. Gerakan Revolusi Bumi.

143

Bumi disamping berputar pada porosnya, juga berputar mengitari matahari dan sekali

putar memerlukan waktu 365,25 hari. Gerakan bumi berputar mengitari matahari disebut

revolusi bumi. Waktu yang dibutuhkan bumi untuk sekali putar mengitari matahari disebut satu

kala revolusi bumi ( satu tahun bumi).

Akibat revolusi bumi yaitu :

a. Di daerah sebelah utara Garis Balik Utara ( Tropic of Cancer ) dan sebelah selatan Garis

Balik Selatan (Trafic of Capricorn) mengalami empat musim (panas-gugur-dingin-semi)

secara berkala.

b. Perbedaan lamanya siang dan malam, pada musim panas siang hari lebih panjang dari

pada malam dan sebaliknya.

c. Terlihat rasi bintang yang beredar dari bulan ke bulan.

7. 4. 6. Gravitasi Bumi

Suatu fenomena alam yang tidak dapat dipungkiri adanya suatu kekuatan (gaya) yang

senantiasa ke bawah (tegak lurus bumi). Mobil dapat berjalan dengan kecepatan tinggi di jalan

raya,manusia dapat berjalan di muka bumi dan tumbuhan dapat tumbuh dengan akar menuju ke

dalam bumi dapat dipastikan kesemuanya itu berkaitan dengan adanya gaya gravitasi bumi.

Dengan adanya gaya tersebut maka semua benda di muka bumi ini tidak melayang ke ruang

angkasa.

Di bulan gaya gravitasi sangat kecil (1/6 gaya gravitasi di bumi,artinya bila di bumi berat

suatu benda 60 kg, maka benda tersebut di bulan hanya 10 kg saja).Akibatnya astronot tidak

dapat lari kencang dan tidak dapat berjalan di bulan.

Gaya gravitasi di setiap tempat di muka bumi tidak sama,hal ini disebabkan adanya

perbedaan :

- Jari-jari ke kutub dan ke ekuator tidak sama (pengaruhnya kecil saja)

- Ketinggian tempat (pengaruhnya juga kecil saja)

- Kerapatan batuan yang menyusun kulit bumi (pengaruhnya sangat besar sekali)

Akibat gravitasi bumi, yaitu :

a. Materi di bumi punya bobot, sehingga tidak melayang layang.

b. Semakin ke arah kutub, bobot suatu materi akan semakin besar, karena jari-jari bumi ke

arah kutub menjadi pendek gravitasi di pusat bumi sama dengan nol.

144

Semakin jauh dari pusat gravitasi, bobot materi makin berkurang. Sedangkan semakin

tinggi seseorang mendaki gunung,bobot tubuh makin ringan. Sampai pada ketinggian tertentu,

suatu materi tidak punya bobot lagi. Akibatnya, materi tersebut akan melayang-layang di udara.

Dengan demikian, bobot suatu materi tergantung kepada kuatnya gaya tarik gravitasi.

7. 4. 7. Pasang Surut Laut

Pasang surut adalah gerakan naik turunya muka laut secara berirama disebabkan oleh

gaya tarik matahari dan bulan. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa

bulan,tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi. Sedangkan bulan, jaraknya sangat dekat dengan

bumi. Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan dari pada massa. Oleh karena itu,

bulan mempunyai peranan yang lebih besar dari pada matahari dalam menentukan pasang surut.

Adanya gaya tarik bulan yang kuat, menyebabkan bagian bumi yang terdekat ke bulan

akan tertarik membengkak hingga perairan samudera di situ akan naik dan menimbulkan pasang.

Pada saat yang sama,bagian bola bumi dibaliknya akan mengalami keadan serupa atau pasang

juga. Sementara itu pada sisi lainnya yang tegak lurus terhadap poros bumi-bulan, air samudera

akan bergerak ke samping sehingga menyebabkan terjadinya keadaan surut.

Apabila bulan-bumi-matahari terletak satu garis lurus, seperti saat bulan purnama, gaya

tarik keduanya akan saling memperkuat. Dalam keadaan demikian terjadilah pasang surut

purnama dengan tinggi muka air laut melebihi tinggi pasang yang umum. Sebaliknya surutnya

pun sangat rendah,sehingga lokasi-lokasi tertentu dengan pantai yang landai bisa menjadi kering

sampai jauh ke laut.

Bila bulan-matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, maka gaya tariknya akan

saling meniadakan.Akibatnya, perbedaan tinggi air laut antara pasang surut hanya kecil saja dan

keadaan ini dikenal dengan pasang surut perbani.

7. 4. 8. Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan

Gerhana bulan terjadi pada saat bulan berada pada fase purnama dan tentunya terjadi saat

malam hari. Daerah di bumi yang dapat menyaksikan gerhana bulan meliputi daerah yang sangat

luas. Gerhana bulan dapat dilihat dengan mata telanjang, karena cahaya bulan sebenarnya

merupakan pantulan cahaya matahari.

Gerhana bulan sebagian terjadi apabila tidak seluruh bagian bulan memasuki daerah

umbra, atau bulan hanya masuk pada daerah penumbra. Apabila seluruh bulan memasuki daerah

145

umbra, maka akan terjadi gerhana bulan total yang dapat berlangsung lebih dari satu jam.

Sementara itu, Gerhana matahari terjadi pada siang hari dan fase bulan baru. Berbeda dengan

gerhan bulan, gerhana matahari hanya dapat terlihat dari daerah yang terbatas di muka bumi.

Gerhana matahari sebagian terjadi, apabila tidak seluruh bagian bulan menghalangi

cahaya matahari. Gerhana matahari total dialami pada daerah di bumi yang masuk pada umbra,

yaitu seluruh cahaya matahari terhalang bulan. Pada daerah penumbra terjadi gerhana sebagian.

Apabila daerah umbra tidak sampai pada muka bumi, maka akan terjadi gerhana matahari cincin.

Hal ini dapat terjadi karena jarak bumi-bulan tidak selalu sama. Hal ini pula yang dapat

mengakibatkan luas daerah gerhana pada permukaan bumi bervariasi.

Pada gerhana matahari total yang dapat berlangsung sampai tujuh menit, kita dapat

melihat fenomena alam yang indah, yaitu korona matahari. Kurang lebih 15 menit sebelum

gerhana matahari total terjadi, alam sekitar pada saat itu menjadi gelap da suhu menurun.

Mengamati gerhana matahari haruslah berhati-hati, berbeda dengan melihat gerhana bulan.

Pada gerhana matahari sebagian atau cincin, walaupun agak redup, cahaya matahari

sebenarnya masih cukup kuat dan berbahaya bagi mata telanjang. Kita dapat melihatnya dengan

penyaring cahaya. Perlu diperhatikan saat gerhana total berlangsung, kita memang dapat melihat

dengan mata telanjang, karena seluruh cahaya matahari terhalang oleh bulan. Namun saat

gerhana matahari total belum terjadi atau telah usai, cahaya matahari yang keluar dari sisi

piringan bulan sangat berbahaya bagi mata kita yang melihat langsung. Terlebih lagi saat

matahari total usai, mata kita yang tadinya terbiasa dengan kegelapan, tiba-tiba langsung terkena

cahaya yang kuat, sehingga dapat merusak retina mata dan mengakibatkan kebutaan.

Daerah di muka bumi yang berada di luar jalur pusat gerhana, juga dapat melihat gerhana

namun yang tampak hanyalah sebahagian. Bila kedudukan matahari-bumi-bulan menjadi

terhalang, terjadilah gerhana bulan.

Gerhana bulan terjadi karena permukaan bulan tertutup oleh bayangan bumi. Gerhana

bulan akan terjadi pada fase bulan purnama. Kemiringan orbit bulan terhadap bidang ekliptika,

menyebabkan gerhana bulan tidak terjadi pada setiap bulan purnama.

Gerhana matahari terjadi karena ada bagian bumi yang tertutup oleh bayangan bulan. Ada

tiga macam gerhana matahari, yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian (parsial)

dan gerhana matahari cincin. Kurang lebih dalam satu tahun tujuh kali bulan berada di dalam

daerah bayang–bayang bumi atau bumi berada dalam daerah bayang–bayang bulan.

146

Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari. Oleh

karena itu, paling banyak dalam satu tahun dapat terjadi tujuh kali gerhana bulan dan gerhana

matahari dan paling sedikit terjadi dua kali gerhana bulan dan gerhana matahari. Untuk satu jenis

gerhana terdapat satu siklus, yaitu setiap 18 tahun 10,3 hari (satu tahun gerhana). Untuk tempat

di bumi gerhana matahari total dapat terlihat setiap 360 tahun sekali. Jadi untuk suatu tempat di

bumi, gerhana matahari total merupakan kejadian yang sangat langka.

7.4. 9. Musim di Bumi

Kombinasi dari revolusi dan kemiringan bumi akan memengaruhi sudut jatuh sinar

matahari di permukaan bumi. Hal ini mengakibatkan terjadinya musim di permukaan bumi dan

memengaruhi lamanya siang/malam.

Dibumi ada 4 (empat) macam musim, yaitu :

a. Musim dingin (winter), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan Desember-Januari-

Pebruari, sebaliknya di Belahan Bumi Selatan terjadi musim panas .

b. Musim Semi (spring), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan Maret-April-Mei,

sebaliknya di Belahan Bumi Selatan terjadi musim gugur .

c. Musim Panas (summer), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan Juni-Juli-Agustus,

sebaliknya di Belahan Bumi Selatan terjadi musim dingin.

d. Musim Gugur (fall, autumn), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan September-

Oktober-November, di Belahan Bumi Selatan terjadi musim semi .

Pada tanggal 21 Maret dan 23 September, sinar matahari pada jam 12.00 vertikal pada

garis ekuator (khatulistiwa /0o Lintang), karena itu sinar matahari menyinggung Kutub Utara dan

Kutub Selatan bumi, akibatnya lamanya siang hari dan malam hari sama di seluruh bumi. Saat

tersebut energi matahari yang diterima pada daerah tropika adalah maksimum, kemudian makin

berkurang ke arah kutub, sehingga di daerah kutub energi matahari menjadi nol.

Pada tanggal 22 Juni, Kutub Utara condong 23½o ke arah matahari, akibatnya energi

matahari pada jam 12.00 vertikal pada Garis Balik Utara/Tropic of Cancer (23½o LU), sinar

matahari menyinggung Garis Artika (66½o LU) setelah melewati Kutub Utara sedangkan di

Kutub Selatan sinar matahari tidak menyinggung Kutub Selatan, tetapi berakhir pada Garis

Antartika (66½o LS). Lingkaran terang tidak membagi lintang sama besar, kecuali pada daerah

tropika, akibatnya lamanya siang hari tidak sama dengan lamanya malam hari. Belahan Bumi

147

Utara mempunyai bagian yang lebih luas ke arah matahari dari pada Belahan Bumi Selatan,

akibatnya siang hari di Belahan Bumi Utara lebih lama dari pada di Belahan Bumi Selatan.

Daerah Kutub Utara siangnya sampai 6 bulan. Pada saat itu, belahan Bumi Utara menerima

energi matahari yang maksimum, akibatnya di Belahan Bumi Utara temperaturnya menjadi

tinggi dan terjadi musim panas.

Pada tanggal 22 Desember, Kutub Selatan condong 23½o ke arah matahari, akibatnya

sinar matahari pada jam 12.00 vertikal pada Garis Balik Selatan/Tropic of Capricorn (23½o LS),

sinar matahari menyinggung Garis Antartika (66½o LS) sehingga pada 66½o LS ada cahaya,

sedang pada 66½o LU tidak ada cahaya. Daerah Kutub Utara mengalami malam sampai 6 bulan.

Lingkaran terang tidak membagi garis lintang sama besar, kecuali pada daerah tropika.

Akibatnya di Belahan Bumi Utara lamanya malam hari lebih panjang dan temperaturnya rendah,

sehingga terjadi musim dingin.

Saat Belahan Bumi Utara mengalami musim panas, sinar matahari jatuh di atas Kutub

Utara akibatnya Kutub Utara selama 6 bulan tidak pernah mengalami malam hari. Selama itu

matahari tidak pernah terbenam, tetap berada di atas kaki langit, mengitari kutub setiap hari.

Pada saat yang sama Kutub Selatan selama 6 (enam) bulan mengalami malam hari, karena sinar

matahari terhalang oleh cembungnya bola bumi. Pergantian siang dan malam hari di daerah

kutub adalah enam bulan sekali.

Makin jauh suatu tempat di muka bumi dari daerah kutub, pergantian siang dan malam

harinya semakin pendek, misalnya di daerah tropika, cahaya matahari yang menimpa daerah ini

tanpa terpengaruh oleh kemiringan sumbu bumi, sehingga perubahan siang dan malam hari

berjalan sesuai dengan perputaran bumi pada sumbunya (rotasi).

Bagi orang yang tinggal di Belahan Bumi Utara, pada tengah hari matahari akan tampak

berada di langit sebelah selatan dan selama musim panas letaknya lebih tinggi. Sebaliknya, bagi

mereka yang tinggal di Belahan Bumi Selatan, matahari akan tampak di sebelah utara, karena

matahari berada sejajar dengan garis khatulistiwa (ekuator).

7.4.10. Bulan

Bulan merupakan satu-satunya satelit bumi, tidak mempunyai atmosfer, berdiameternya

3456 km dengan jarak dari bumi rata-rata 381.550 km (jarak terjauh bulan dari pusat bumi

406.700 km dan jarak terdekat 356.400 km).

148

Permukaan bulan penuh dengan gunung, kawah, lembah, sama seperti di bumi.

Gravitasinya 1/6 gravitasi bumi. Sinar bulan berasal dari pantulan sinar matahari. Sesuai dengan

pantulan ini permukaan bulan dapat berubah-ubah. Perubahan penampakan bulan disebut fase

dan fase bulan terjadi karena bulan mengitari bumi (revolusi).

Ada delapan fase bulan, yaitu:

a. Fase bulan baru, terjadi pada kedudukan dengan urutan matahari-bulan-bumi (konjugasi).

b. Fase bulan sabit, terjadi pada kedudukan setelah konjugasi dan akan memasuki

kedudukan akhir.

c. Fase bulan setengah penuh, terjadi pada kedudukan bulan-bumi tegak lurus pada

matahari-bumi (kuartir).

d. Fase bulan bungkuk, terjadi pada kedudukan setelah kuartir dan akan memasuki

kedudukan oposisi.

e. Fase bulan purnama, terjadi pada kedudukan dengan urutan matahari-bumi-bulan

(oposisi).

f. Fase bulan setengah bungkuk, terjadi pada kedudukan oposisi dan akan memasuki

kedudukan kuartir.

g. Fase bulan setengah penuh, terjadi pada kedudukan bulan-bumi tegak lurus pada

matahari-bumi.

h. Fase bulan sabit, terjadi pada keadaan setelah kuartir dan akan memasuki kedudukan

konjugasi.

Bulan mengorbit bumi dengan periode 27,3 hari waktu ini disebut periode sideris,

sedangkan selang waktu yang dibutuhkan bulan mencapai dua fase sama berturut–turut, misalnya

dari bulan purnama ke bulan purnama berikutnya, disebut periode sinodis. Waktu satu periode

sinodis 29,5 hari.

Dalam kalender yang mendasarkan pada peredaran bulan sebagai acuannya, tanggal 1

diambil pada saat bulan baru atau disebut bulan mati. Pada saat tersebut bulan berada diantara

bumi dan matahari, sehingga tidak ada cahaya matahari yang bisa dipantulkan bulan ke bumi.

Kemudian, karena bulan bergerak mengelillingi bumi, semakin lama semakin banyak permukaan

bulan yang tampak disinari matahari.

Bulan mulai kelihatan sebagai bulan sabit, dan ini berlangsung sampai sekitar tanggal 7,

yakni saat bulan dalam keadaan setengah penuh. Antara tanggal 7 dan tanggal 15, permukaan

149

bulan yang disinari matahari semakin banyak. Keadaan ini disebut bulan bungkuk. Saat bulan

purnama, yaitu sekitar tanggal 14, bumi berada diantara bulan dan matahari. Pada kedudukan ini

bulan bersinar penuh, karena bulan persis berada di belakang bumi apabila dilihat dari matahari.

Setelah bulan purnama berlangsung, bulan memasuki fase bungkuk lagi, terus menjadi setengah

penuh pada tanggal 21, dan menjadi bulan sabit lagi sampai bulan baru berikutnya.

Perhitungan tahun menurut bulan mengelilingi bumi disebut perhitungan “qamariah”

(bahasa Arab, qamar=bulan). Penanggalan Hijriah dasarnya peredaran bulan mengelilingi bumi.

Sementara perhitungan tahun menurut peredaran bumi mengitari matahari disebut perhitungan

“Syamsiah” (bahasa Arab, Syam=matahari) contohnya penanggalan Masehi.

Sampai saat ini belum jelas bagaimana bulan terbentuk dan menjadi satelit bumi.

Bersama ini dipaparkan teori mengenai proses pembentukan bulan, sebagai berikut:

a. Teori Fisi

Menurut teori ini bulan berasal dari calon bumi pada saat masih belum memadat, bumi

dan bulan sama.

b. Teori Penangkapan

Menurut teori ini bulan dari tempat lain di tata surya. Pada suatu ketika, benda tersebut

bergerak cukup dekat dengan bumi, sehingga mengalami gravitasi bumi. Gaya tarik gravitasi

bumi menyebabkan benda langit mengorbit bumi menjadi satelit bumi.

c. Teori Kondensi

Menurut teori ini, bumi dan bulan terbentuk bersama–sama dari sumber bahan yang sama

secara terpisah. Teori ini banyak penganutnya, karena proses kondensasi memang analog dengan

pembentukan tatasurya.

d. Teori Tumbukan

Teori ini mengemukakan bahwa saat bumi belum padat sebuah benda langit menumbuk

bumi. Akibat tumbukan ini sebagian materi bumi tersebut terlempar dan bergabung menjadi satu,

membentuk bulan.

e. Teori Lemparan

Teori ini mengemukakan bahwa saat bumi belum padat dan berotasi, sebagian massanya

terlempar keluar, kemudian mejadi bulan.

Bagian bulan yang sama selalu menghadap ke bumi. Hal ini terjadi karena rotasi bulan

waktunya sama dengan waktu revolusi. Dengan demikian kita selalu melihat sisi bulan yang

150

tetap, hanya fasenya saja yang berbeda–beda, berulang dari bulan baru ke bulan purnama dan

seterusnya.

Di bulan tidak ada atmosfer, akibatnya:

a. Suhu berubah sangat cepat (suhu tertinggi 110o C dan terendah –170o C).

b. Bunyi tidak dapat merambat, akibatnya sangat sunyi.

c. Tidak ada peredaran air, akibatnya kering kerontang.

Sinar bulan berasal dari pantulan sinar matahari. Sesuai dengan pantulan ini permukaan

bulan dapat berubah – ubah. Perubahan penampakan bulan disebut fase dan fase bulan terjadi

karena bulan mengitari bumi (revolusi).

7.4.11. Alam Semesta

Terjadinya alam semesta telah dipelajari oleh manusia sejak dahulu. Pada awalnya

dipelajari atas dasar legenda yang berkembang dari mitos. Kemudian dikembangkan oleh orang–

orang Yunani Kuno. Sejak abad 17, perkembangannya sangat pesat dengan ditemukannya alat–

alat teropong bintang dan lain–lainnya.

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta adalah Astronomi.

Pengamatan lebih lanjut yang dilakukan oleh para ahli Astronomi dengan menggunakan alat–alat

atau instrumen mutakhir menunjukkan bahwa di alam semesta ini terdapat bintang–bintang

beredar mengikuti suatu pusat yang berupa suatu kabut gas pijar yang sangat besar, dikelilingi

oleh kelompok–kelompok bintang yang sangat dekat satu sama lain dan juga dikelilingi oleh

gumpalan–gumpalan kabut gas pijar yang lebih kecil dari pusatnya dan ribuan bintang yang

tersebar. Semua itu disebut galaksi, yang jumlahnya lebih dari satu. Galaksi ini terdiri dari ribuan

bintang dan salah satu bintang itu adalah matahari kita (galaksi dimana matahari kita berinduk

diberi nama Milky Way/Bhima Sakti).

Matahari merupakan pusat sistem tatasurya kita (Heliosentris), dikelilingi oleh planet–

planet, komet-komet, meteor-meteor, debu dan gas antar planet. Peredaran planet mengelilingi

matahari disebut gerak revolusi. Planet–planet disamping mengitari matahari juga beredar

mengelilingi sumbunya, gerakan ini disebut gerak rotasi.

7.4.11.1 Perkembangan Pemikiran Tentang Alam Semesta

Pemikiran tentang alam semesta telah dimulai sejak zaman Babylonia (700–600 SM),

yang menganggap bahwa bumi bentuknya datar dan langit merupakan selungkupnya, sehingga

151

mereka membayangkan bahwa alam semesta bentuknya setengah bola. Namun yang

menakjubkan bahwa mereka telah mengenal bidang edar matahari, satu kali matahari beredar

kembali ke tempat semula memerlukan waktu 365,25 hari (satu tahun). Walaupun saat ini kita

tahu , bahwa itu tidak benar.

Pada zaman Yunani Kuno, Thales (624-546 SM), menyatakan bahwa bintang

memancarkan sinarnya sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan sinar matahari. Ia juga

berpendapat bahwa bumi seperti piring datar yang terapung di atas air.

Anximander (610-546SM), berpendapat bahwa alam semesta berbentuk seperti bola dan

bumi sebagai pusatnya. Langit dan isinya beredar mengelilingi bumi. Faham yang mengatakan

bahwa bumi sebagai pusat alam semesta disebut “Geosentris”. Anaximader juga mengajarkan

penentuan waktu atas dasar bayangan suatu tongkat. Sementara Phytagoras (580-500 SM)

berpendapat bahwa bumi itu bulat dan berputar, karena berputar maka tampaknya alam semesta

yang berputar mengelilingi bumi. Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa bumi itu bulat

dan menjadi pusat dari alam semesta yang mengelilinginya. Ptolomeus (127-151) berpendapat

bahwa bumi itu bulat dan diam.Bintang-bintang menempel tetap pada langit dan berputar

mengelilingi bumi,sekali putar memerlukan waktu 24 jam. Planet – planet beredar mengelilingi

bumi dengan garis edar yang letaknya antar bumi dan bintang.

Dengan makin berkembangnya alat pengamat bintang dan semakin meningkatnya

kemampuan berpikir manusia, maka terjadi perubahan besar dalam pemikiran tentang alam

semesta ini.

Copernicus (1473-1543) mengajarkan bahwa sebenarnya bumi adalah salah satu planet

yang bersama planet – planet lain beredar mengitari matahari. Faham yang menyatakan bahwa

matahari sebagai pusat alam semesta disebut “Heliosentris”. Copernicus juga menyatakan bahwa

bulan mengelilingi bumi, bersama bumi mengelilingi matahari dan bumi berputar pada porosnya

dengan arah barat ke timur. Bruno (1548-1600) menyatakan bahwa alam semesta ini tidak ada

batasnya dan bintang-bintang tersebar di alam semesta. Keppler (1571-1630) mengungkapkan

bahwa planet-planet beredar mengitari matahari dengan orbit berbentuk elips dengan satu fokus

(Hukum Keppler I), bila ditarik garis khayal dari suatu planet ke matahari, sementara planet

tersebut bergerak menurut garis edarnya, maka luas bidang yang ditempuh pada jangka waktu

yang sama adalah sama luasnya. Hukum Keppler II dan pangkat dua dari waktu yang

152

dibutuhkan suatu planet mengelilingi matahari secara penuh sebanding dengan pangkat tiga jarak

rata-rata planet tersebut ke matahari (Hukum Keppler III).

Galileo (1564-1642) mengatakan bahwa ada empat buah bulan (satelit) yang mengelilingi

planet Yupiter, di bulan ada gunung-gunung,di matahari ada bintik hitam yang sangat penting

untuk menghitung kecepatan rotasi matahari, taburan bintang di alam semesta dimana matahari

kita menjadi bagiannya diberi nama Milky Way dan ditemukan cincin Saturnus.

7.4.11.2. Terbentuknya alam semesta

Ada dua teori tentang terbentuknya alam semesta,yaitu:

a.Teori Ledakan (Big Bang)

Georges Lematire (1930) mengatakan bahwa ada suatu massa yang sangat besar dengan

berat jenis yang sangat besar,meledak dengan hebat,melemparkan semua jasad ke segala arah

menjauhi pusat ledakan.Massa yang bergerak ini membentuk kelompok –kelompok bintang

galaksi.

b.Teori Ekspansi-Konstraksi.

Herman Bondi,Thomas Gold dan Fred Hoyle (1948) mengatakan bahwa alam semesta

dalam keadan diam hanya mengalami siklus “masa ekspansi”( mengembang ) dan “masa

kontraksi”(mengkerut) pada masa ekspansi terbentuk galaksi serta bintang-bintangnya dan

menghimpun energi sedangkan masa kontraksi bintang-bintang itu melepaskan

energi .Berdasarkan teori ini alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

7.4.11.3. Terbentuknya Galaksi.

Ada satu hipotesis tentang terbentuknya galaksi,yaitu hipotesis Fowler.

Menurut Fowler (1957),di alam semesta ada kabut gas hidrogen yang besar sekali

mengadakan rotasi sehingga berbentuk bulat,karena gaya beratnya ia berkontraksi.Akibat

kontraksi ini massa bagian luar banyak yang tertinggal,sehingga terbentuklah bintang-

bintang.Bintang-bintang ini kemudian berkontraksi,melepaskan energi dan panas.Setelah sekian

lama mempunyai bentuk yang tetap,seperti matahari kita.

7.4.11.4 Terbentuknya Tatasurya

Ada beberapa teori terbentuknya tatasurya, yaitu:

a. Hipotesis Nebular.

153

Kant dan Laplace (1796), mengatakan bahwa tata surya terbentuk dari kondensasi massa

kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut, massa kabut gas yang jauh dari

pusat massa tertinggal, tidak ikut tertarik ke arah pusat. Setelah mendingin, pusat massa menjadi

bintang atau matahari dan massa yang tertinggal mengelilingi matahari menjadi planet–planet

dan benda angkasa lainnya.

b. Hipotesis Planettesimal

Chamberlain dan Moulton (1905), mengemukakan bahwa pembentukan sistem tata surya

tidak berasal dari satu massa, tetapi dua massa kabut gas saling berdekatan akan menimbulkan

gaya tarik menarik, akibatnya sebagian massa dari kedua massa kabut gas tersebut terlepas dan

setelah mendingin terbentuklah benda – benda kecil yang padat (planettesimal). Benda–benda

kecil yang padat tersebut akan menggumpal menjadi besar dan inilah yang menjadi planet–planet

dan benda–benda angkasa lainnya.

c. Hipotesis Tidal.

James Jeans dan Harold Jeffreys (1919), mengemukakan bahwa planet dan benda–benda

angkasa lainnya merupakan percikan dari matahari (tidal). Tidal ini terjadi karena ada dua buah

matahari yang bergerak saling mendekat, maka terjadi gaya tarik menarik,terjadilah percikan-

percikan dari matahari tersebut. Tidal-tidal inilah yang kemudian menjadi planet dan benda-

benda angkasa lainnya.

Usaha para ilmuwan hanyalah sekedar menguji hipotesis-hipotesis tersebut. Setelah

teruji, hipotesis tersebut masih mungkin untuk diperbaiki dengan hipotesis/teori yang lebih

akurat. Namun demikian hipotesis/teori-teori tersebut di atas masih diyakini orang pada saat ini.

Tata surya kita terdiri dari matahari sebagai pusatnya,dikelilingi oleh planet-planet,

satelit, komet, meteor, debu dan gas antarplanet. Keseluruhan sistem ini bergerak mengelilingi

pusat galaksi.

Peristiwa matahari terbit maupun terbenam yang sering diabadikan orang adalah salah

satu keindahan alam. Matahari merupakan sumber energi utama yang menunjang kehidupan di

bumi dan satu-satunya dalam tatasurya yang memancarkan cahaya. Matahari adalah sebuah

bintang yang paling dekat dengan bumi kita.

Bagian-bagian dari tatasurya kita yaitu:

a. Matahari.

Matahari sangat penting bagi kehidupan di bumi, karena

154

1) Merupakan sumber cahaya dan panas (energi).

2) Mengontrol peredaran planet-planet, yang berarti mengontrol terjadinya siang dan

malam, pergantian hari, minggu, bulan dan tahun.

Matahari merupakan suatu bola gas yang terdiri atom Hidrogen (H), atom Helium (He),

campuran unsur – unsur Karbon (C) dan atom lainnya. Cahaya matahari yang kita gunakan

dalam penentuan siang dan malam sebenarnya berasal dari Fotosfer. Radiasi fotosfer sangat kuat

pada gelombang tampak mata. Sedangkan atmosfer bumi dapat meloloskan panjang gelombang

tampak mata. Mata manusia sangat sensitif pada panjang gelombang tampak mata ini.

Apabila kita melihat matahari dengan menggunakan filter tembus cahaya merah, hanya

bekas sinar merah gas Hidrogen yang tampak, maka kita akan dapat melihat lapisan Kromosfer.

Kromosfer ini permukaannya tidak mulus, tetapi ada lidah – lidah api (spikula).

Pada saat gerhana matahari berlangsung dan saat fotosfer dan kromosfer terhalang oleh

bulan, tampak bagian luar yang berwarna putih perak di sekeliling matahari. Bagian inilah yang

disebut Korona. Pada saat biasa, korona terlampau lemah untuk dilihat, karena kalah terang

dibandingkan dengan terangnya fotosfer. Gas pada korona sangat panas dan terutama

memancarkan sinar X.

Sumber energi matahari adalah perubahan atom Hidrogen menjadi atom Helium.

b. Merkurius.

Planet ini merupakan planet yang paling dekat dengan matahari. Waktu yang baik untuk

melihat planet ini dari bumi sesaat sebelum matahari terbit dan terbenam. Saat Merkurius berada

di sebelah barat matahari, akan terbit lebih dahulu dari pada matahari dan akan kelihatan sebagai

“bintang pagi”. Sebaliknya, saat Merkurius di sebelah timur matahari, akan kelihatan sebelum

matahari terbenam dan kelihatan sebagai “bintang sore” Orang awam menduga bahwa “bintang

pagi” dan “bintang sore” dua bintang yang berbeda. Di Yunani sendiri, Merkurius disebut

Merkurius saat sebagai “bintang pagi”, sedangkan saat sebagai “bintang sore” disebut Apollo.

Merkurius tidak punya atmosfer dan tidak punya bulan (satelit).

c. Venus (Bintang Kejora).

Planet ini paling terang dari pada planet lainnya, karena cahaya yang dipantulkan sangat

terang, orang Yunani menganggap planet ini paling cantik, oleh karena itu diberi nama Venus

(Dewi kecantikan).

155

Pada saat Venus berada di sebelah barat matahari, terlihat sebelum matahari terbit,

sehingga disebut “bintang pagi”. Pada saat Venus berada di sebelah timur matahari terlihat

setelah matahari terbenam, sehingga disebut “bintang sore”. Orang Yunani dahulu kala

menganggap dua planet yang berbeda, sehingga disebut Hesperus saat “bintang pagi” dan

Phosphorous saat “bintang sore”. Rotasi Venus berlawanan dengan rotasi bumi, rotasinya timur-

barat. Venus tidak punya satelit, tetapi punya atmosfer yang sangat tebal sekali dan banyak

mengandung Gas Rumah Kaca.

d. Bumi.

Planet ini dijelaskan lebih detil pada bagian awal.

e. Mars. (Planet Merah).

Planet ini warnanya kemerah – merahan, akibat dari oksida besi yang banyak terdapat di

permukaannya. Mengingat warna merah berkaitan dengan darah dan darah tercecer saat perang,

maka planet ini diberi nama Mars (Dewa Perang).

Mars mempunyai dua satelit (Phobos dan Deimos), punya atmosfer yang hanya sedikit

gas rumah kacanya. Permukaan planet Mars sangat dingin, sangat kering, banyak sinar

ultraviolet, tidak ada bahan organik, sering terjadi badai, banyak pasir.

f. Jupiter.

Planet terbesar dalam sistem tatasurya kita, rotasinya tercepat. Gravitasinya 2,64 kali

gravitasi bumi.

g. Saturnus.

Planet ini memiliki keunikan sendiri, ada kabut yang mengitari secara simetris, disebut

“cincin Saturnus”. Cincin ini diduga satelit yang tidak pernah terbentuk, karena gaya ganggu

Saturnus yang besar akibatnya calon satelit itu menjadi tidak stabil.

h. Uranus

Planet ini merupakan planet pertama yang dapat ditangkap oleh teleskop. Planet ini tidak

akan kelihatan bila tidak menggunakan teleskop, karena letaknya cukup jauh dari matahari dan

ukuran tidak cukup besar. Rotasinya berlawanan arah dengan rotasi bumi.

i. Neptunus.

Planet ini dilihat dengan teleskop dari bumi berwarna kebiru-biruan. Dari spektrum

cahayanya, planet ini diketahui mempunyai atmosfer yang sebagian besar terdiri dari gas metana.

156

7.4. 12. Benda – benda Angkasa Lain

Disamping sembilan planet yang mengitari matahari, ada benda-benda angkasa lain yang

juga mengitari matahari, yaitu :

a. Asteroid

Asteroid merupakan benda angkasa kecil mirip planet, lintasannya antara planet Mars dan

planet Jupiter. Asteroid pertama yang ditemukan diberi nama Ceres oleh penemunya Piazzi.

Ternyata Ceres merupakan asteroid terbesar.

Asteroid adalah benda angkasa bukan bahan planet dan bukan pecahan planet, oleh

karena itu disebut planettoid (bukan planet).

b. Komet (“bintang” berekor).

Ketika melintas di dekat bumi dengan cepat, benda angkasa ini menampakan ekornya

yang panjang. Pada saat jauh dari matahari, komet bergerak lambat, semakin mendekat matahari

gerakan semakin cepat. Pada saat mendekat ke matahari, gas pada inti komet mulai menguap

menjulur pada arah yang tetap, apabila komet bergerak mendekat ke arah matahari ekornya

menjauh dari matahari, apabila komet bergerak menjauh dari matahari ekornya tetap menjauh

dari matahari. Hal ini akibat dorongan angin matahari.

c. Meteor ( “Bintang Jatuh )

Pada malam hari kadang – kadang terlihat seperti ada bintang beralih tempat di langit,

orang menyebutnya “bintang jatuh “atau” bintang beralih”. Sebenarnya peristiwa itu merupakan

masuknya benda angkasa ke dalam atmosfer bumi. Benda tersebut bergesekan dengan udara,

sehingga suhu meteor akan naik, kemudian memijar lalu menguap. Pada umumnya benda

tersebut habis terbakar sebelum mencapai permukaan bumi. Benda angkasa yang memasuki

atmosfer bumi disebut meteoroid, sedangkan peristiwa pemijaran disebut meteor. Meteorit yang

tidak habis terbakar dan sampai ke permukaan bumi disebut meteorit. Beberapa meteorit yang

jatuh ke permukaan bumi menimbulkan lekukan yang dalam dan lebar di muka bumi,tempat

jatuhnya meteor disebut kawah meteor. Kawah meteor dapat ditemukan di Arizona (Amerika

Serikat), Aljazair, Siberia, Australia dan Kanada.

d. Satelit.

Satelit merupakan pengiring planet. Satelit beredar mengelilingi planet (revolusi),

disamping berputar pada porosnya (rotasi). Bersama planet satelit mengitari matahari. Satelit

157

yang paling dikenal adalah bulan, satelitnya bumi. Ruang diantara benda – benda angkasa

bukanlah ruang kosong melainkan ruang yang isinya adalah pertikel debu antar planet.

7.4.13. Perkembangan dalam Astronomi

Pada bulan November 2000 ditemukan obyek di angkasa yang diberi nama Varma dan

pada bulan Oktober 2002 ditemukan lagi obyek yang diberi nama Quaoar. Varma dan Quaoar

dipastikan bukan planet, karena memiliki orbit yang berubah-ubah dan terletak di wilayah sabuk

Kuiper, yakni suatu cakram yang mengandung ribuan serpihan batu yang diselimuti es dan

mencapai orbit Neptunus.

Pada bulan Oktober 2003, seorang astronom dari Amerika Serikat berhasil memotret

pertama kali benda angkasa yang diduga merupakan planet ke 10, yang untuk sementara diberi

nama 2003UB313. Jaraknya 14,5 miliar km dari matahari (+ 97 kali jarak matahari–bumi).

Planet-planet mengorbit matahari nyaris dalam satu bidang (ekliptika), tetapi orbit obyek ini

menyilang 44o dari ekliptika. Secara informal, para astronom memberi nama obyek ini dengan

Xena. Ukurannya lebih besar dari Pluto (diameter Pluto 3000 km).

Pada bulan Maret 2004, ditemukan obyek yang jaraknya 10 miliar km dari matahari dan

diberi nama Sedna, diameternya 1770 km.

Pada sidang umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical

Union = IAU) di Praha (Republik Ceko) tanggal 24 Agustus 2006, meredefinisi planet sebagai

berikut:

1. Planet adalah benda angkasa yang mengelilingi bintang, sementara benda itu sendiri bukan

bintang

2. Memiliki masa yang besar (> 1/500 masa bumi) atau diameternya > 800 km dan gravitasinya

cukup besar, sehingga mampu mempertahankan bentuknya yang bulat.

3. Memiliki orbit yang jelas dan bebas dari benda angkasa lain.

Mengingat hal tersebut, maka planet Pluto ditetapkan bukan lagi termasuk kelompok

planet, karena:

1. Orbit Pluto membentuk sudut 170 dengan ekliptika dan memotong orbit planet Neptunus,

sehingga terkadang Pluto lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus.

2. Planet lain kemiringan orbitnya yang terbesar 70 (Merkurius) dan yang terkecil 0.80 (Uranus)

terhadap ekliptika (bidang orbit Bumi mengitari Matahari).

158

3. Satelit Pluto (Charon) diameternya 1/2 x Pluto, padahal bulan (satelit bumi) diameternya ¼ x

bumi.

Dengan demikian maka Pluto tidak dimasukkan dalam golongan benda angkasa planet,

tetapi digolongkan dalam planet kerdil, bersama Sedna, Xena, Charon.

Tanggal 24 April 2007, peneliti dari observatorium Geneva (Swiss) menyatakan bahwa

mereka berhasil menemukan planet yang mengelilingi bintang redup Gliese 581 yang letaknya

20,5 tahun cahaya dari Bumi (jarak dari Bumi ke Gliese 581 setara dengan 20,5 x

9.500.000.000.000 km). Para astronom penemu planet yang serupa dengan bumi ini dengan

sebutan “Super Earth”. Suhu rata-rata planet ini kurang dari 40o C, radiusnya 1,5 kali radius

Bumi dan dari model yang dibuat diketahui bahwa planet ini merupakan planet batuan yang

tertutup lautan, seperti halnya bumi. Planet ini mengorbit Gliese 581 sekali dalam 12,9 hari

bumi.

Karena sifat khas planet ini, “Super Earth” diyakini akan jadi fokus penyelidikan para

astronom, terutama yang bertujuan untuk mencari kehidupan di luar bumi (ekstraterestrial).

Planet semacam ini, pasti diluar tatasurya, yang jaraknya pasti masih di luar jangkauan teknologi

manusia saat ini.

7.5. Peranan IPA dan Teknologi Bagi Kehidupan

7.5.1. Peranan Bagi Kebutuhan Primer Manusia

a. Sandang

Manusia sebagai mahluk yang berbudaya memerlukan pakaian, yang pada mulanya

hanya sekedar penutup aurat, kemudian berkembang fungsinya menjadi alat untuk melindungi

diri dari sengatan panas dan dinginnya udara. Untuk ini kemajuan ilmu pengetahuan alam dan

teknologi telah banyak memberikan sumbangan.

Apabila pada abad–abad yang lalu mesin–mesin dapat mempercepat pembuatan tekstil

yang umumnya terbuat dari kapas, maka pada abad sekarang teknologi telah mampu

menyumbangkan kepada manusia serat–serat sintetik yang lebih baik sebagai hasil sampingan

dari sulingan minyak bumi ataupun batubara. Dengan demikian, manusia tidak perlu menunggu

terlalu lama pertumbuhan kapas. Di samping itu, kekurangan dari serat sintetik dapat diperbaiki

dengan teknologi nuklir sehingga cukup nyaman dipakai, sebagai aspek negatif yang terutama

terlihat dari bahan sintetik ini adalah serat–serat sintetik ini lebih sulit hancur bila dibandingkan

159

dengan serat kapas. Bakteri pengurai lebih mudah menghancurkan serat kapas apabila

dibandingkan dengan serat sintetik, dan hal inilah yang dapat menimbulkan polusi.

b. Papan

Dengan kemajuan teknologi manusia mulai pula memperbaiki tempat tinggalnya.

Dimulai dengan tempat tinggal di goa, selanjutnya di rumah yang sederhana, dan makin

sempurna tentu saja menambah kenyamanan hidup, tetapi juga akan memerlukan bahan baku

yang lebih banyak. Hal tersebut tentu akan berdampak negatif dengan perambahan hutan secara

berlebihan, yang akan sangat mengganggu lingkungan.

c. Pangan

Dampak positif kemajuan teknologi di bidang pangan terutama di bidang produksi bahan

makanan. Dengan bantuan teknologi yang canggih dapat dibuat bibit-bibit unggul yang akan

menghasilkan lebih banyak apabila dibandingkan dengan bibit-bibit yang biasa. Dengan

mekanisasi pertanian orang akan mendapatkan hasil yang jauh lebih besar. Namun demikian

dampak negatifnya juga cukup besar. Pemakaian racun pemberantas hama tanaman ternyata

tidak hanya memberantas hama tetapi juga membunuh hewan ternak, meracuni hasil panen,

ataupun meracuni manusia itu sendiri.

7.5.2. Peranan bagi Kebutuhan Non-Primer

a. Industri

Dengan kemajuan teknologi, memberikan dampak positif pada kehidupan manusia,

terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun demikian kemajuan industri ini

memberi dampak negatif kepada manusia. Polusi yang disebabkan oleh limbah industri ini

menimbulkan gangguan bagi penduduk terutama yang bertempat tinggal di sekitar lokasi industri

tersebut. Berbagai usaha ke arah pengendalian pencemaran ini telah dilakukan oleh pemerintah

dengan menetapkan syarat – syarat pembuangan limbah.

b. Transportasi

Kemajuan teknologi memberikan pula kemampuan kepada manusia menciptakan

berbagai kendaraan seperti mobil, bus, kereta api, kapal terbang, dan sebagainya yang

kesemuanya memudahkan dan meningkatkan hubungan antara manusia.

Bersama dengan kenikmatan yang diadakan manusia ini, maka diperoleh pula sejumlah

aspek negatif, seperti pencemaran udara oleh kendaraan darat dan oleh sisa-sisa bahan bakar

160

pesawat udara, tercemarnya lautan, polusi pendengaran oleh kebisingan kendaraan, dan makin

banyaknya kecelakaan yang ditimbulkan oleh transportasi.

c. Komunikasi

Salah satu keperluan hidup manusia adalah berkomunikasi antara sesamanya. Untuk itu

ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak menyumbangkan alat-alat bantu untuk komunikasi

ini.

Percetakan sebagai alat komunikasi menjadi sangat penting artinya bagi manusia sejak

awal abad ke 15 sebagai komunikasi masa, yaitu surat kabar. Dengan media cetak ini suatu berita

diikuti oleh banyak orang dalam waktu yang singkat, meskipun persebarannya masih tergantung

pada alat transportasi yang ada pada saat itu.

Pada pertengahan abad yang ke 18 ditemukan pula telegrafi. Keunggulan telegrafi adalah

orang dapat berkomunikasi jarak jauh hanya dalam waktu beberapa menit saja. Telepon yang

diciptakan oleh Bell pada tahun 1876 merupakan alat komunikasi yang diciptakan setelah

telegrafi. Keunggulan telepon dibandingkan dari telegrafi adalah dengan telepon orang dapat

berkomunikasi langsung seperti layaknya orang berbicara satu dengan lainya.

Radio yang diciptakan oleh Marconi pada tahun 1896 merupakan alat komunikasi yang

dipancarkan melalui udara. Dengan demikian hubungan antar tempat tidak perlu lagi melalui

kawat penghubung. Pesan yang dikomunikasikan menjadi lengkap setelah ditemukannya sinema

(gambar hidup), yang kemudian ditemukannya televisi. Dengan televisi orang akan dapat

mengirimkan suara dan gambar.

Ditemukannya satelit komunikasi, kebutuhan manusia untuk mengadakan hubungan

secara lebih cepat makin terpenuhi. Aspek negatif dari kemajuan teknologi untuk bidang

komunikasi ini lebih banyak disebabkan oleh sifat manusia itu sendiri. Keserakahan manusia ini

menjadi makin memuncak dengan bantuan berbagai alat komunikasi yang makin canggih.

d. Kesehatan

Dengan kemajuan teknologi maka bidang kesehatan mendapatkan kemajuan pula dan

manusiapun ikut merasakannya. Dengan kesehatan yang makin meningkat umur manusia kian

dapat diperpanjang, karena banyak penyakit yang tadinya merupakan penyakit yang mematikan

tetapi dengan kemajuan teknologi dapat disembuhkan. Aspek negatif dari makin penuhnya dunia

ini menyangkut masalah sandang, pangan, papan, lapangan kerja, pendidikan, dan sebagainya.

Salah satu usaha untuk menanggulangi ini adalah Keluarga Berencana.

161

e. Sumberdaya

Dampak positif sumberdaya terhadap manusia, adalah dengan adanya minyak bumi,

batubara, dan sumberdaya lainnya yang sangat membantu dalam bidang energi, industri,

transportasi, dan sebagainya. Di samping itu, adanya sumberdaya alam ini memberikan aspek

negatif terutama dalam masalah lingkungan. Gas CO yang ada karena pembakaran minyak bumi

dapat meracuni sel-sel darah merah sehingga sel-sel ini tidak berfungsi lagi sebagai pengangkut

oksigen dalam jaringan tubuh. Pada awal penggalian lingkungan sumberdaya alam itu juga tidak

lepas dari pencemaran di sekitar pemboran yang dapat merusak tumbuhan dan hewan yang hidup

di sekitar daerah tersebut.

Dampak positif kemajuan teknologi di bidang pertanian antara lain adalah intensifikasi

terhadap lahan pertanian. Dengan intensifikasi, diharapkan tanah pertanian menjadi lebih subur.

Perlu diperhatikan bahwa intensifikasi ini bila tidak berhati–hati dilakukan akan menyebabkan

kerusakan pada lahan.

Zat-zat radio aktif merupakan sumberdaya alam yang ikut menentukan nasib manusia di

masa kini. Aspek positif didapatkan untuk pembangkit tenaga listrik, di bidang kedokteran, di

bidang pertanian, di bidang perairan, dan sebagainya. Aspek negatif yang paling utama adalah

polusi sinar radio aktif akan sangat berbahaya bagi manusia.

Dampak dari perkembangan IPA dan Teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia, dapat bersifat positif (kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan menyenangkan,

artinya benar–benar bermanfaat) dan dapat juga bersifat negatif (menimbulkan efek samping).

7. 6. Dampak Perkembangan IPA dan Teknologi

Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave mengatakan bahwa menjelang abad XXI

umat manusia akan menghadapi suatu revolusi baru bidang teknologi, yaitu revolusi informasi

dan telekomunikasi. Revolusi ketiga ini ditandai dengan perubahan teknologi terutama di bidang

mikro elektronika, teknologi energi alternatif, aeronautika, bioteknologi dan teknologi informasi.

7.6.1. Bioteknologi

Bioteknologi sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi manusia.Berbagai peninggalan dari

bangsa Babylonia (6.000 SM) telah mencatat adanya pembuatan anggur, dan sebagainya.

Bioteknologi ini baru diangkat kembali, dengan perkembangan yang cukup maju sehingga

banyak membantu manusia dalam kehidupannya.

162

7.6.1.1. Perkembangan Bioteknologi

Perkembangan biotenologi dapat dibedakan dalam beberapa generasi sebagai berikut:

Generasi pertama, dimulai sejak proses-proses bioteknologi sederhana, seperti pembuatan

anggur, bir, tempe, dan sebagainya. Generasi kedua dimulai tahun 1949, dengan ditemukannya

antibiotika penisilin oleh Alexander Fleming melalui cara fermentasi. Pada generasi ini

terbukalah usaha industri besar-besaran untuk memproduksi antibotika,vitamin asam organik,

dan sebagainya. Karena itu periode ini dikenal juga sebagi revolusi biologi molekuler. Generasi

ketiga, dimulai pada tahun 1970, setelah dikenalkannya teknik rekayasa.

Teknik rekayasa ini mencakup rekayasa genetika,seperti teknik rekombinasi DNA

(Deoxy Ribonucleic Acid) dengan teknik hibridoma, rekayasa kultur jaringan, dan rekayasa

fermentasi. Teknik rekombinasi DNA, yang tergolong pada rekayasa genetika, dilakukan

dengan menyambungkan potongan DNA dari satu sel organisme lain. Hubungan ini akan

memberikan DNA kombinasi.

Salah satu contoh lain dari rekayasa genetika adalah teknik hibridoma. Teknik ini

disebut juga sebagai fusi sel, yang dilakukan dengan penggabungan (fusi) dua buah sel yang

menghasilkan sel hibrida. Rekayasa kultur jaringan,tekniknya disebut juga teknik kultur sel,

dilakukan dengan mengembangkan jaringan (sel) pada medium yang sesuai. Rekayasa

fermentasi dengan teknik fermentasinya adalah proses penumbuhan mikroba untuk

menghasilkan zat tertentu seperti alkohol,penisilin,dan obat-obatan lain.

Proses bioteknologi di negara maju pada saat ini sangat cerah karena berbagai

persyaratan yang diperlukan untuk kemajuan bioteknologi telah terpenuhi, seperti:

a. Kesiapan dan sikap membangun, pemerintah yang sadar akan pentingnya bioteknologi

b. Kesiapan dana yang dapat dipakai untuk penelitian.

c. Pengadaan sarana infrastruktur sepenuhnya.

d. Staf ahli bioteknologi yang berkelayakan dan mencukupi.

Proses bioteknologi di negara yang sedang berkembang,masih dalam tahapan Optimistic

Prediction. Hal ini disebabkan karena sebagian besar berbagai persyaratan yang diperlukan

belum terpenuhi.

7.6.1.2. Bioteknologi di Bidang Pertanian

163

Salah satu keunggulan teknologi di bidang pertanian adalah pemuliaan tanaman. Di

bidang pemuliaan tanaman, dikembangkan berbagai jenis baru yang berdaya produksi tinggi dan

lebih bergizi, lebih tahan terhadap penyakit,mengurangi kebutuhan pupuk dan kebutuhan

berbagai bahan kimia.

Untuk memperoleh bibit unggul yang tahan racun, dapat menggunakan dilakukan teknik

kultur sel. Sejumlah populasi sel yang ditumbuhkan, diberi perlakuan racun (toksin) sehingga

sebagian kecil saja yang dapat bertahan hidup inilah yang dapat dibiakkan lebih lanjut.

Ada jenis tumbuhan yang menghasilkan senyawa kimia yang mampu mengganggu

perkembangbiakan seranggga. Gen yang dihasilkan tumbuhan ini dapat ditransfer ke tumbuhan

lain, sehingga tumbuhan yang telah ditransfer ini mampu pula mengganggu perkembangbiakan

serangga tersebut. Di samping itu, berbagai hormon serangga yang dapat digunakan

pemberantasan hama, seperti hormon Feromon yang dapat digunakan sebagai pemikat

seranggga, dan hormon Alaromon yang digunakan untuk mengusir serangga.

Produksi endoktoksin yang potensial sebagai insektisida bagi serangga tertentu juga

merupakan suatu unggulan lain dari bioteknologi di bidang pertanian. Untuk itu, gen yang

menghasilkan endotoksin di transfer dari Bacillus thurungiensis ke bakteri Pseudomonas

fluorescens. Bakteri rekombinan tersebut dikembangbiakan, dibekukan, dikeringkan, dan

kemudian dilapiskan pada biji sebelum ditanam atau disebarkan di ladang.

Kacang-kacangan merupakan jenis tumbuhan yang dapat menyuburkan tanah. Hal ini

disebabkan karena akar tumbuhan ini mengandung bintil–bintil pada akar yang berisi jutaan

bakteri Rhizobium yang mampu mengisap nitrogen bebas (N2 dan NH3) dari udara. Kemudian

mengubahnya menjadi bentuk nitrogen terikat NH4 + dan NO3) yang dapat dimanfaatkan oleh

tumbuhan induk.

Di bidang pemuliaan tanaman, regenerasi tumbuhan dapat dilakukan dengan cara seksual

ataupun cara aseksual. Cara seksual terjadi dari percampuran serbuk sari (polen) dan sel telur

(ovul), sedangkan cara aseksual dilakukan melalui organ–organ khusus, seperti umbi ataupun

potongan batang.

Pemuliaan tanaman dan hewan pada saat ini umumnya dilakukan dalam dua cara, cara

tradisional dan cara bioteknologi. Dengan cara tradisional pemuliaan dilakukan dengan

menyilangkan dua macam tumbuhan atau hewan yang berkembang biak secara seksual. Hasil

silangannya menjadi sangat beragam dan tidak dapat diramalkan. Pemuliaan dengan cara

164

bioteknologi dilakukan dengan cara menyisipkan gen-gen yang bersifat tertentu dan yang

diinginkan ke dalam genom yang telah ada di tiap organisme. Dengan cara tersebut akan

memberikan hasil yang lebih akurat. Di samping itu, cara bioteknologi juga dapat digunakan

untuk mempertukarkan gen antar organisme yang tidak dapat disilangkan secara seksual.

7.6.1.3. Bioteknologi di Bidang Peternakan

Pemuliaan hewan dengan tujuan untuk dapat menghasilkan yang terbaik telah dilakukan

sejak zaman dulu. Pemuliaan hewan dilakukan agar dapat mengembangkan hewan yang akan

tumbuh lebih besar, air susu akan dihasilkan lebih banyak, melahirkan keturunan yang lebih baik

dan lebih tahan terhadap penyakit. Penerapan bioteknologi pada hewan ini antara lain adalah

penggunaan antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal adalah antibodi yang sejenis dan

dihasilkan melalui teknik hibridoma. Di bidang peternakan antinbodi ini digunakan untuk :

a. Diagnosis kehamilan pada lembu. Deteksi kehamilan ini dapat dilakukan 24 hari setelah

perkawinan.

b. Deteksi masa birahi dari lembu betina. Deteksi ini menguntungkan dalam penentuan

waktu inseminasi (kawin suntik) dan untuk menjaga agar produksi susu yang optimum.

Dengan kegunaan ini terlihat bahwa antibodi monoklonal sangat berkaitan dengan efisiensi di

bidang peternakan.

Di samping itu para ahli bioteknologi di bidang peternakan telah pula berhasil

menyisipkan gen yang menjadi kulit protein virus, yaitu VP 1 yang bila diproduksi dapat bekerja

sebagai vaksin yang efektif terhadap penyakit mulut dan kuku lembu.

7.6.1.4. Bioteknologi di Bidang Produksi Bahan Pangan

Di bidang produksi bahan pangan, dengan bioteknologi manusia mampu membuat

produksi baru ataupun produk lama dengan cara baru. Karena itu di bidang ini bioteknologi

dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu (1) bioteknologi konvensional, (2) bioteknologi

media, dan (3) bioteknologi modern.

Bioteknologi konvensional, umumnya terdapat di negara Timur. Bioteknologi ini masih

menggunakan mikroba alamiah tanpa seleksi. Beberapa contoh hasil dari bioteknologi antara

lain, pembuatan tempe, oncom, tape, dan tauco.

165

Bioteknologi media, umumnya terdapat di negara–negara Barat. Bioteknologi ini

dilakukan dengan menggunakan mikroba murni yang unggul hasil seleksi yang dikembangkan

secara vegetatif melalui kultur sel. Beberapa contoh dari bioteknologi ini antara lain pada

pembuatan bir, keju, mentega, dan kue mikroba.

Bioteknologi modern melibatkan teknik rekombinan yang umumnya penggunaannya

masih belum banyak. Hal ini disebabkan karena biaya penelitiannya yang cukup tinggi,

sedangkan produk makanannya berharga yang relatif murah.

Beberapa dari bahan pangan yang diproduksi dengan bantuan bioteknologi adalah

sebagai berikut:

a. Roti dan kue

Secara sederhana roti dan kue dibuat dari adonan yang terdiri dari tepung, air, garam, dan

ragi. Jenis ragi yang umum adalah jenis Sacharoyes cerevisae. Proses fermentasi yang terjadi

adalah diubahnya monosakarida dan disakarida menjadi alkohol dan gas CO2. Agar gula dapat

difermentasi lebih banyak, maka dapat ditambahkan enzim alfa aminase yang berasal dari jamur

yang akan mengubah pati menjadi maltosa.

b. Pembuatan glukosa dan fruktosa dari pati

Cara yang umum mengubah pati menjadi glukosa/fruktosa adalah dengan cara hidrolisa.

Menurut cara konvensional cara hidrolisa ini dalam suasana asam, sedangkan isomerisasi

glukosa menjadi fruktosa adalah dengan menggunakan enzim glukoisomerase yang dihasilkan

oleh mikroorganisme B. cogulanes, Sctinoplnes missouriensis, dan Streptomyces spp.

Hidrolisa dengan cara bioteknologi adalah menggunakan enzim alfa amilase dari B.

Subtilis dan enzim amiloglukosidase dari A niger dan A orizae.

c. Pembuatan keju

Apabila ke dalam susu segar ditambahkan bakteri Streptococus atau Lactobacillus, maka

gula laktosa yang ada dalam susu ini akan berubah menjadi asam laktat. Apabila ditambahkan

enzim renin untuk pengurai protein, padatan di dalam susu ini akan menggumpal (terkoagulasi).

Koagulan dipisahkan dengan cairannya dan kemudian dibiarkan menjadi masak untuk membuat

keju.

Dengan mahalnya harga enzim renin, maka dengan cara bioteknologi dapat diperoleh

renin dari mikroba kapang Mucor pussillus, Mucor meihei, dan Endothia Parasitica.

d. Pembuatan bir

166

Untuk pembuatan bir digunakan ragi Sacharomyces cerevisae yang mengubah

karbohidrat (glukosa) menjadi bir (alkohol). Permasalahan yang sering terjadi dalam proses

pembuatan bir adalah ragi yang digunakan tidak mampu melakukan fermentasi dekrin yang

menyusun sekitar 25% dari karbohidrat di dalam cairan fermentasi semula.

Dengan bioteknologi telah berhasil ditemukan jenis ragi yaitu Saccharomyces diasticus

yang dapat mengubah dekrin menjadi alkohol sehingga mengurangi kandungan karbohidrat

dalam air.

Kadang – kadang dalam produksi bir terjadi bentuk bir yang berkabut. Hal ini disebabkan

oleh kelebihan protein dalam cairan. Pada masa ini telah mampu diproduksi enzim protease

pemecah protein sehingga warna bir menjadi lebih jernih.

e. Kue mikroba

Kue mikroba kaya akan protein mulai dapat diproduksi terutama untuk konsumsi

masyarakat negara miskin. Pembuatan kue ini dilakukan dengan pengembang biakan berbagai

jenis ganggang spirulina yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan kue. Kue

ini kaya akan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Protein ini disebut Protein Sel Tunggal

(PST). Di Jerman, produk PST ini diberi nama Probion, sedangkan di Inggris produk ini diberi

nama Mikroprotein.

7.6.1.5. Bioteknologi di Bidang Kesehatan

Masih terdapatnya masalah di bidang kesehatan, antara lain dengan masih terdapatnya

berbagai penyakit yang belum ada obatnya atau vaksinnya, menyebabkan meningkatnya usaha

bioteknologi untuk menemukan obat yang ampuh. Salah satu diantaranya adalah hasil penemuan

dari Alick Isaacs dan Jean Lindermann pada tahun 1956 yaitu Interferon.

Interferon adalah zat yang disekresikan oleh sel tubuh yang terisi oleh virus, bekerja

sebagai tanda bahaya bagi sel–sel di sekelilingnya agar bersiaga menetapkan dan

mengahancurkan virus penyerang. Interferon yang awalnya dibuat dengan menginfeksikan darah

dari donor virus, kemudian interferon yang dihasilkan dikumpulkan.

Interferon berkasiat untuk pengobatan kanker, serta pencegahan dan pengobatan

beberapa penyakit virus. Di samping itu interferon juga memberi harapan dalam pengobatan

penyakit rabies, penyakit kuning, dan herpes.

167

Melalui cara-cara bioteknologi adanya berbagai penyakit ini dapat diketahui lebih dini

dan lebih tepat, disamping lebih mempermudah produksi obat-obatannya. Dengan bioteknologi

produksi yang dihasilkan juga akan lebih banyak.

Berbagai peranan bioteknologi di bidang kesehatan antara lain :

a. Pengembangan antibiotika.

Fleming pada tahun 1940 menemukan penisilin sebagai antibiotika yang pertama sebagai

suatu obat yang ampuh terhadap penyembuhan suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroba.

b. Antibodi monoklonal

Antibodi adalah zat yang termasuk protein yang disekresikan oleh sel tubuh untuk

mengatasi serangan terhadap bibit penyakit seperti virus, bakteri, kapang, dan racun. Antibodi

dibuat oleh sel khusus limpa, darah, dan kelenjar getah bening. Antibodi dalam tubuh bekerjanya

dengan mengenali benda-benda asing yang masuk, mengikatnya, dan menghancurkannya.

Sedangkan antibodi monoklonal adalah antibodi yang sejenis, diproduksi dengan cara hibridoma,

berguna sebagai antibodi dan diagnosis penyakit.

c. Vaksin

Vaksin adalah bibit penyakit yang telah dimatikan atau dilemahkan kemudian

dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Sebagai tanggapan tubuh mengeluarkan antibodi sehingga

kebal terhadap bibit penyakit tersebut. Melalui vaksinasi puluhan juta manusia terselamatkan

dari penyakit seperti cacar, rabies, difteri, tetanus, malaria, hepatitis, dan berbagai penyakit

lainnya.

Pembuatan vaksin anti virus secara konvensional adalah dengan membiakan virus pada

binatang yang cocok, kemudian dikumpulkan atau dilemahkan. Dengan cara ini hanya dapat

dihasilkan vaksin dengan jumlah yang relatif kecil.

Dengan bioteknologi diusahakan membuat vaksin dengan jumlah yang besar dan harga

yang relatif lebih murah. Cara ini dilakukan dengan memotong gen dari DNA yang menjadi salut

protein virus yang dihasilkan dapat bekerja sebagai vaksin.

d. Insulin

Insulin adalah satu hormon polipeptida yang amat penting bagi tubuh yang berperan

menyampaikan bermacam–macam informasi, seperti telah tersedianya pangan untuk dicerna,

bahwa sel otot harus siap bereaksi atau berkurang atau berlebihnya zat–zat kimia di dalam

jaringan.

168

Secara konvensional insulin diekstraksi dari kelenjar pankreas hewan. Tentu saja

jumlahnya makin lama makin terbatas. Dengan bioteknologi diusahakan membuat insulin

dengan jumlah yang banyak dengan harga yang relatif murah. Hal ini dilakukan dengan

penerapan teknologi DNA rekombian, yaitu dengan mengikatkan gen-gen penyandi pembuatan

insulin yang disintesiskan secara kimiawi plasmide, kemudian menyiapkan ke dalam E coli

untuk selanjutnya dibiakan untuk menghasilkan insulin.

e. Pencakokan organ

Salah satu bioteknologi yang saat ini berkembang adalah pencangkokan organ.

Pencangkokan yang sekarang banyak berkembang adalah pencangkokan jantung dan ginjal.

Obat yang dipakai untuk pencangkokan adalah Siklosporin A. Obat ini juga ampuh untuk

suatu penyakit kekebalan itu sendiri yang disebut uvetius, suatu radang mata yang dapat

menyebabkan kebutaan. Di samping itu obat ini juga memberi harapan besar untuk membunuh

skistomiasis parasit pada malaria. Sisklosporin A. Ini dihasilkan oleh cendawan Tolypoclatum.

Penyakit jantung yang dapat dibantu dengan pemakaian bioteknologi terutama adalah

serangan jantung yang disebabkan karena adanya penyumbatan pembuluh darah yang membawa

oksigen di sekitar otak. Ada dua produk bioteknologi yang dipakai untuk penyembuhan penyakit

ini, yaitu:

1) Urokinase, yang selama ini diekstraksi dari air seni atau sel ginjal yang dibiakan

di laboratorium. Karena urokinase ini berasal dari dalam tubuh sendiri, maka tidak akan terjadi

tanggapan kekebalan tubuh.

2) Streptokinase, yang berasal dari bakteri. Streptokinase ini secara bertahap akan

menimbulkan tanggapan kekebalan tubuh, sehingga khasiatnya akan berkurang.

Fungsi kedua obat ini adalah untuk dapat membantu membersihkan pembuluh darah dari

penyumbatan.

7.6.2. Teknologi Informasi

Seperti diketahui bahwa pemanfaatan komputer saat ini sudah memasuki segala bidang

kegiatan, seperti dalam bidang, pendidikan, sains, teknologi, perdagangan, pengobatan, dan

militer. Pemanfaatan komputer sudah tidak lagi hanya untuk kebutuhan profesional saja tetapi

juga sudah merupakan kebutuhan atau penunjang kegiatan masyarakat umum baik itu dalam

169

kebutuhan sosial maupun penunjang studi. Kemajuan yang sangat pesat ini ditunjang oleh begitu

pesatnya pengembangan ilmu dan produk elektronika.

7.6.2.1. Perkembangan Komputer dan Teknologi Informasi

Komputer berasal dari kata “to compute” yang berarti menghitung. Namun pengertian

komputer bukanlah sekedar mesin atau alat hitung saja, melainkan mesin yang dengan konstruksi

elektronika yang mampu menginterpretasikan dan mengeksekusi perintah–perintah dalam bentuk

program dengan suatu input tertentu dan output yang diharapkan yang memuat perhitungan dan

operasi logika. Bila kita perhatikan definisi di atas maka paling tidak ada 4 hal penting yang ada

pada sistem komputer, yaitu:

1. Alat dengan konstruksi elektronika

2. Tempat Penyimpanan

3. Sistem Operasi

4. Program

Dasar komputer pertama kali ditemukan oleh Herman Hollerith (Biro Sensus AS) pada

tahun 1890 yang disebut juga sebagai Bapak Komputer modern berkat penemuannya berupa

mesin “punced card”. Sedangkan pembuatan komputer pertama yaitu MARKI, dilakukan oleh

Howard Aiken (Harvard University) yang bekerja sama dengan Internasional Busines Machines

(IBM) pada tahun 1944 yang mampu melakukan perhitungan aritmatika secara otomatis.

Pembuatan mesin komputer elektronik pertama dilakukan oleh J. Presper dan J.W. Mauchly

(Univ. Of Pensylvania) dengan nama ENIAC (Electronic Numeric Integer and Calculator) pada

tahun 1945. Pada saat itu kemampuan mesin tersebut sudah termasuk hebat, yaitu dapat

melakukan 500 operasi per detik, sebagai perbandingan pada tahun 80-an komputer CRAY-1

mampu melakukan 800 juta operasi per detik.

Kedua orang tersebut kemudian mengembangkan komputer elektronik yang

menggunakan angka biner dalam operasi aritmatikanya pada tahun 1952. Sedangkan komputer

pertama diperdagangkan pada tahun 1949 oleh Eckert Mauchly Computer Company dengan

nama Univac-I, selanjutnya IBM pada tahun 1953 dengan produk IBM-701. Komponen

elektronik utamanya adalah Vacuum Tube (Tabung Hampa) sehingga ukuran komputer jenis ini

masih sangat besar. Bila ditinjau dari proses dan kapasitas memori komputer jenis ini, masih

lambat dan sangat terbatas sekali.

170

Sejak ditemukannya transistor sebagai pengganti tabung hampa menyebabkan ukuran

fisik komputer menjadi jauh lebih kecil namun mempunyai kecepetan proses yang semakin

tinggi serta memorinya yang semakin besar. Saat ini telah menemukan Semi Conduktor dan

Integrated Circuit (IC) yang digunakan pada memori dalam mesin komputer. Dengan

menggunakan bahan Super Condutor dibuatlah rangkaian yang lebih baik lagi dibandingkan

dengan IC, sehingga proses yang dilakukannyapun jauh lebih cepat lagi.

Pembagian generasi komputer dikelompokkan berdasarkan komponen peralatan

komputer yang digunakan yang sekaligus juga menunjukan efisiensi (kecepatan) kerja. Saat ini

dinyatakan sudah mencapai lima generasi. Generasi pertama merupakan komputer dengan

elektronik vacum tube, yaitu dari 1945 – 1958. Generasi kedua dengan menggunakan komponen

transistor, yaitu antara 1958–1966. Generasi ketiga diketemukan komputer yang lebih kecil

ukurannya yaitu berupa Solid Logic Technology dan Monolithic Integrated Circuit, pada periode

1966-1972. Generasi keempat 1972-1978 dengan diketemukannya IC dengan kemampuan lebih

baik dan ukuran lebih kecil. Pada periode 1982-sekarang dikenal sebagai generasi kelima dengan

perkembangan microprocessor yang lebih canggih.

Berdasarkan kapasitas memori dan kecepatannya maka perkembangan PC (personal

komputer) dimulai tahun 1971 dengan ditemukannya prosesor Intel 8008 dengan memori 16 KB,

dilanjutkan dengan prosesor 8080 pada 1974 dengan memori 64 KB. Selanjutnya tahun 1983

IBM PC-XT 8088 mempunyai memori sampai 1 MB dan sekarang dengan Pentium IV bisa lebih

dari 512 MB. Kecepatan aksesnya sendiri dari sekitar 1 MHz pada XT-8088, menjadi antara 8-40

MHZ pada AT-286, 32-64 pada AT-386 dan sekitar 100 MHz pada AT-486. Kemudian

dilanjutkan dengan pentium I, II, III, dan IV yang sekarang mencapai lebih dari 3 GHz.

7.6.2.2. Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat Keras merupakan sistem peralatan yang digunakan untuk melakukan program-

program dalam suatu proses informasi, Contohnya Printer, Monitor, Mouse, Keyboard dll.

Sebagaimana kita ketahui bahwa komputer adalah serangkaian peralatan elektronika yang

terpadu dan terkoordinasi oleh suatu sistem operasi. Peralatan – peralatan yang kita sebut dengan

perangkat keras komputer. Pada umumnya suatu kesatuan peralatan komputer haruslah terdiri

dari minimal oleh 4 komponen, yaitu :

171

a. Piranti Masukan (Input Device).

b. Satuan Tempat Penyimpanan (Storage Unit : hard disk, disket, CD).

c. Central Processing Unit (CPU).

d. Piranti Keluaran (Output Device : monitor, printer)

Perkembangan teknologi sekarang membutuhkan penyampaian informasi yang cepat,

yang disampaikan antar komputer secara cepat. Kebutuhan tersebut dimungkinkan dengan

adanya perangkat Communication Control Unit (CCU:modem), yaitu suatu peralatan yang

berfungsi untuk memindahkan atau memancarkan sinyal-sinyal data atau instruksi dari satu

tempat ke tempat yang lain atau dari suatu komputer ke komputer lain dengan jarak yang jauh.

Secara garis besar, suatu komputer memiliki organisasi.

Piranti masukan dan Luaran

Piranti Masukan (Input Device) adalah komponen sistem komputer yang berfungsi untuk

memasukan data input maupun perintah-perintah kepada komputer. Alat-alat yang termasuk

dalam media input ini antara lain : Keyboard,CD ROM.

Piranti Luaran (Output Device) adalah komponen sistem komputer yang berfungsi

sebagai tempat mengeluarkan hasil-hasil pengolahan komputer, dalam bentuk penampilan

/penyimpanan informasi data output. Alat-alatnya antara lain: pencetakan (printer), Monitor, dan

pemploteran (Plotter).

Piranti tersebut hanya berfungsi sebagai masukan saja atau sebagai keluaran saja. Ada

juga alat-alat lain yang bisa berfungsi sekaligus sebagai masukan dan keluaran. Alat–alat

tersebut antara lain :

a. Magnetic Tape Unit

b. Magnetic Disk Unit ( Disket, Harddisk, CD WROM)

c. Display Unit

d. Multimedia

Tempat penyimpanan

Media penyimpanan atau disebut juga memori, dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu :

Internal Storage dan Eksternal Storage. Internal Storage yang disebut juga Primary Storage

adalah storage yang terletak di dalam atau berhubungan langsung dengan Central Processing

Unit (CPU). Eksternal Storage yang disebut juga Secondary Storage atau Auxilary Storage

merupakan storage yang berfungsi membantu memori utama pada saat proses pengolahan

172

berlangsung, misalnya untuk penyimpanan sementara infomasi yang tidak begitu diperlukan

storage ini terpisah atau yang tidak berhubungan langsung dengan CPU, misalnya Disket, CD.

Main storage/Memory merupakan otak dari komputer, tempat dimana semua proses

pengolahan informasi berlangsung, juga merupakan tempat untuk menyimpan program dan data.

Sebelum diproses, program dan data harus dimasukkan ke dalam main storage lebih dahulu

melalui input device. Pada saat pelaksanaan (eksekusi), instruksi (bagian dari program) yang ada

di main storage dibawa ke kontrol unit untuk dianalisa. Kemudian data yang diperlukan untuk

diproses, diambil dari main storage untuk dikirim ke satuan Aritmatika Logika (SAL atau ALU).

Data ini diproses sesuai dengan yang diterimanya. Setelah diproses hasil dikembalikan ke main

storage dan proses dilanjutkan untuk instruksi selanjutnya. Main storage ini, biasa dikenal

sebagai Random Access Memory (RAM).

Satuan dari kapasitas storage dinyatakan dengan Kilo Byte atau K (1 K=1024 byte).

Kapasitas ini tergantung dari model dan sistem komputernya, sehingga komputer yang

mempunyai kapasitas 64 K, berarti storage dari komputer tersebut mampu menampung 64X1024

byte=65.536 byte (1 byte = 1 karakter) pada satu saat.

CPU juga dilengkapi dengan Time of Day Clock dan Interval Timer. Time of Day clock

digunakan untuk mengukur dan menyatakan waktu (hari, jam,dan detik).

Keunggulan komputer dilihat dari faktor, antara lain :

1. Kecepatan (milliseconds, microseconds, nanoseconds, picoseconds)

2. Ketepatan (Zero Erros)

3. Konsitensi (All Strikes, No Balls)

4. Reliabilitas (No downtime)

5. Kapasitas Memori(Virtually Unlimited).

Sedangkan kategori Komputer dapat dikelompokkan menjadi:

a. Micro computer

(PC seperti IBM PC, Desktop, Notebook, Palmtop)

b. Waorkstation : berhubungan dengan server, kecepatan lebih tinggi, graphies lebih baik.

c. Mainframe (IBM Mainframe), multi user.

d. Super Computer, kecepatan tinggi, aplikasi untuk simulasi dan teknologi tinggi.

7.6.2.3. Perangkat Lunak (Software)

173

Software adalah komponen dalam data processing system yang berupa intruksi dalam

prosedur yang disebut dengan program. Pada umumnya istilah software menyatakan cara-cara

yang menghasilkan hubungan yang lebih efisien antara manusia sebagai pengguna dengan

komputer.

Salah satu bagian /elemen dari system software adalah yang biasa dikenal sebagai sistem

operasi (operating system) yang berfungsi sebagai pengatur kerja komputer. Contoh sytem

operasi adalah DOS, Windows, Linux, dll.

7.6.2.4. Jaringan Komputer

Jaringan komputer merupakan hubungan antara dua atau lebih sistem komputer melalui

media komunikasi untuk melakukan komunikasi data, penggunaan perangkat lunak dan

peripheral secara bersama. Sistem jaringan komputer ini dapat bersifat terbatas pada suatu lokasi

tertentu saja yang dikenal dengan PC LAN (Personal Computer Local Area Network), atau

sistem jaringan komputer jarak jauh (antar daerah/negara dengan menggunakan bantuan satelit

atau dengan sistem bantuan Modem).

Kebutuhan PC LAN umumnya sejalan dengan perkembangan manajemen sistem

informasi yang dikembangkan pada organisasi tersebut ataupun sistem komputerisasi yang

digunakan di dalam organisasi tersebut. Kebutuhan dasar yang menjadi alasan pembuatan PC

LAN cukup banyak, di antaranya karena :

Dibutuhkan pertukaran data/informasi antar pemakai komputer PC yang dilakukan secara

langsung (on-line).

Keperluan penggunaan data oleh lebih dari satu pemakai komputer pada saat yang

bersamaan (sharing data).

Diperlukan penyimpanan data yang terjamin keamanannya.

Dengan menggunakan PC LAN diharapkan akan :

1. Menghemat biaya.

2. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya.

3. Meningkatkan produktivitas personal dari organisasi tersebut.

4. Mudah dikembangkan sesuai dengan perkembangan organisasi.

Going OnLineLAN (Local Area Network)

WAN (Wide Area Network)

174

Intranet & Internet

Internet Services Provider (ISP), contoh : CBN, RadNet, TelkomNet

Information Services. Contoh : Yahoo, Google, Plaza, Compu Serve

Banking On Line (ATM, Phone Banking, Credit Card, Online payment)

Global village adalah sebuah komunitas di mana manusia menggunakan komputer yang

terhubung satu dengan lainnya di seluruh dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Internet adalah interkoneksi antara jaringan komputer di seluruh dunia (world wide

network) di mana teknologi informasi membawa kita ke dalam global village.

Internet service : E-mail, Chat, Videophone, Gaming, Newsgroups, World Wide Web.

7.6.2.5. Penggunaan Komputer dan Sistem Informasi

Komunitas Informasi (Information Society) merupakan sebuah komunitas di mana para

elemen-elemen pekerjanya menghasilkan informasi yang diolah dengan menggunakan komputer.

Telah diketahui bersama bahwa terdapat dua proses utama dalam sitem komputer, yaitu

input/output dan bagian pengolahan. Dalam bagian input muncul istilah data dan pada bagian

output muncul istilah informasi, yang diperoleh dari hasil pengolahan sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi. Data dan infomasi merupakan dua hal yang sangat penting dalam

komunitas sistem informasi.

Data adalah fakta–fakta dari berbagai sumber dalam dunia nyata menyangkut entitas

manusia, objek, kejadian dan lain lain, yang dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif serta

bersifat internal maupun eksternal. Informasi adalah data yang diorganisasikan, disimpan,

mempunyai arti tertentu, dan dapat dipakai untuk pengambilan keputusan. Data dan Informasi

dapat dianggap sama ataupun berbeda dan dapat diperlakukan sebagai aset.

Berikut, beberapa contoh penggunaan komputer dalam berbagai bidang:

a. sebagai alat komunikasi: Internet Phone (VoIP), Telekonferensi, Email, SMS via Internet,

Fax, Telekopi, Teleprinting.

b. Sebagai alat antara lain pada kegiatan penelitian, design, pengembangan, simulasi,

pengambilan data, analisis data, intelegensi buatan (AI), word processor.

c. Edukasi dan Referensi, contoh : Multimedia Ensiklopedia, Computer Bases Training

(CBT), Entertainment dan Edutainment, Distance Learning.

d. Sebagai hiburan, antara lain : Computer Game, multimedia.

175

7.6.3. Dampak Negatif Perkembangan IPA dan Teknologi

Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya, manusia berupaya dengan segala

daya untuk mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada demi tercapainya kualitas

hidup yang diinginkan. Akal pikiran dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai sasaran

tersebut. Melalui akal pikirannya, manusia menciptakan peralatan baru, berupa mesin-mesin dan

alat bantu lainnya, yang berteknologi tinggi, untuk dapat menghasilkan produk yang melimpah

dalam waktu yang singkat.

Penggunaan mesin dan peralatan berteknologi tinggi, dapat mengeruk sumberdaya alam

secara besar-besaran, kemudian dikirim ke industri-industri untuk diolah sehingga menjadi

barang jadi. Tentunya kegiatan ini akan berdampak terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.

Dampak terhadap lingkungan dapat mengurangi daya dukung alam, yang berarti akan

mengurangi kemampuan alam untuk mendukung kelangsungan hidup manusia. Sementara itu,

dampak terhadap manusia akan mengurangi atau menurunkan kualitas hidup manusia.

Kegiatan IPA dan teknologi yang pada mulanya dimaksudkan untuk meningkatkan

kualitas hidup manusia, ternyata pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru

merugikan kelangsungan hidup manusia. Kegiatan IPA dan teknologi dapat mengganggu

keseimbangan lingkungan. Apabila keseimbangan lingkungan terganggu, maka kualitas

lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung

lingkungan atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.

Dampak langsung bersifat negatif akibat kegiatan IPA dan teknologi, dapat dilihat dari

terjadinya :

- Pencemaran udara

- Pencemaran air

- Pencemaran tanah

Ketiga macam pencemaran tersebut akan mengurangi daya dukung alam, karena itu perlu

dihindari sebagai usaha menjaga kelestarian lingkungan.

7.6.3.1 Pencemaran udara

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan atau zat asing di dalam udara yang

menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing

dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan

176

dapat mengganggu kehidupan. Bila keadaan seperti tersebut terjadi, maka udara dikatakan telah

tercemar, berarti kenyamanan hidup manusia terganggu.

Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang perbandingannya tidak tetap,

tergantung pada suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Dalam udara terdapat

oksigen (O2) untuk bernapas, Karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh hijau daun

(klorofil) dan Ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet.

Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak

berwarna dan tidak berasa. Namun, udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh,

terutama di kota-kota besar. Udara tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia.

Kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya dukung alam yang selanjutnya mengurangi

kualitas hidup manusia.

Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Komponen pencemar

udara dapat mencemari udara secara sendiri -sendiri atau secara bersama-sama.

Pencemar udara digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu:

1. Karbon monoksida (CO).

Suatu komponen gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.

Karbon monoksida terbentuk dari proses pembakaran tidak sempurna terhadap Karbon atau

pada suhu tinggi Karbon dioksida terurai menjadi Karbon monoksida dan atom Oksigen.

Sumber Karbon monoksida yang paling banyak adalah transportasi yang menggunakan

bensin sebagai bahan bakarnya. Sumber CO yang kedua terbanyak adalah pembakaran hasil-

hasil pertanian (sampah, sisa-sisa kayu di hutan). Sumber CO yang ketiga adalah industri besi

dan baja. Pengaruh CO terhadap tubuh terutama disebabkan karena reaksi antara CO dengan

haemoglobin (Hb) di dalam darah.

Haemoglobin dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk

membawa Oksigen (O2) dari paru-paru ke sel tubuh, dan membawa Carbon dioksida (CO2)

dari sel-sel tubuh ke paru – paru. Dengan adanya CO, haemoglobin dapat membentuk

karboksihaemoglobin (COHb). Jika reaksi demikian yang terjadi maka kemampuan darah

untuk mentransfer oksigen menjadi berkurang. COHb lebih tinggi, dapat mengakibatkan

kematian.

2. Nitrogen oksida (NOx)

177

Nitrogen oksida adalah kelompok gas di atmosfer, terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan

nitrogen dioksida (NO2). NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya

NO2 mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau menyengat. Gas NOx di udara terutama

berasal dari buangan hasil pembakaran yang ke luar dari generator pembangkit listrik stationer

atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alam, kebakaran hutan, pembakaran

sampah padat, pembakaran sampah pertanian. NO mempunyai kemampuan membatasi kadar

oksigen dalam darah, seperti halnya CO. Mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2.

Bila NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia akan terbentuk HNO3

yang sangat merusak tubuh. Karena itu NO2 akan terasa pedih bila mengenai mata, hidung,

saluran napas dan jantung. Konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kematian. NO2 akan

merusak barang-barang logam, menimbulkan karat. NO2 dapat mengabsorpsi sinar ultraviolet

dari matahari.

3. Hidrokarbon (Hydrocarbon = HC)

Komponen hidrocarbon hanya terdiri dari unsur Hidrogen dan Carbon. Pembakaran tidak

sempurna dalam mesin mobil, pengisian bensin ke dalam tangki bensin kendaraan, selalu

terjadi penguapan, HC dapat berupa gas, cair dan padat, senyawa HC dapat menyebabkan

kanker.

4. Sulfur oksida (SOx)

SOx terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu Sulfur

dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3). SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan

tidak terbakar di udara, sedangkan SO3 merupakan komponen yang tidak reaktif. SO2 bila

beraksi dengan uap air akan membentuk asam sulfat, yang akan merusak permukaan logam

(rel kereta api, kendaraan, pagar halaman rumah), merusak batu-batuan (granit, pualam),

merubah warna benda dan benda menjadi rapuh (plastik, karet, kertas), SOx mengakibatkan

iritasi pada sistem pernapasan. Pencemaran SOx di udara terutama dari pemakaian batubara

yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, proses industri.

5. Partikel

Partikel adalah pencemar udara yang dapat ada bersama-sama dengan bahan atau

pencemar lainnya. Partikel meliputi berbagai macam bentuk dan dapat berupa:

- Aerosol, partikel yang terhambur dan melayang di udara.

- Fog atau kabut, partikel berupa butiran air yang berada di udara.

178

- Smoke atau asap, pertikel berupa campuran antara butiran padat dan cairan yang

terhambur melayang di udara.

- Dust atau debu, partikel berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara

karena ada hembusan angin.

- Mist, mirip kabut, butiran cair yang terhambur dan melayang di udara (bukan butiran air)

- Fume, mirip asap hanya penyebabnya aerosol yang berasal dari kondensasi uap panas.

- Plume, asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri ( pabrik )

- Haze, semua aerosol yang mengganggu pandangan di udara.

- Smog, bentuk campuran antara smoke dan fog.

- Smaze, campuran smoke dan haze.

Polutan tersebut akan berpengaruh pada manusia bila pertikel tersebut masuk ke dalam

tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem

pernafasan terutama adalah dimensi pertikel yang akan menentukan seberapa jauh penetrasi

partikel ke dalam sistem pernafasan. Sistem pernafasan memiliki beberapa sistem pertahanan

yang mencegah masuknya pertikel-partikel tersebut ke dalam paru-paru. Pertikel berpengaruh

terhadap tanaman terutama kerena debunya, dimana debu tersebut bila bergabung dengan uap air

atau air hujan (gerimis) akan membentuk kerak yang tebal pada permukaan daun yang tidak

dapat dibilas oleh air hujan, kecuali dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan

mengganggu berlangsungnya proses fotosintesa pada tanaman, kerena menghambat masuknya

sinar matahari ke permukaan daun dan mencegah adanya pertukaran CO2 dengan oksigen.

Akibatnya tanaman akan terganggu. Pencemaran partikel yang berasal dari alam seringkali

dianggap wajar. Kalaupun terjadi gangguan terhadap lingkungan yang mengurangi tingkat

kenyamanan hidup, maka hal tersebut akan dianggap sebagai musibah bencana alam. Contohnya

abu dan bahan vulkanik dari letusan gunung api. Sumber pencemaran pertikel akibat ulah

manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan, gas

buang alat transportasi.

7.6.3.1.1. Nilai Ambang Batas (NAB)

Nilai Ambang Batas (NAB) diartikan sebagai batas aman suatu polutan agar kualitas

udara masih tetap terlindungi. Ada istilah lain, yaitu Kadar Tertinggi Diperkenankan (KTD).

NAB dapat digunakan bagi udara bebas untuk suatu polutan, sedangkan KTD lebih sesuai

179

digunakan pada lingkungan kerja, misalnya di suatu ruang pabrik, di dalam kompleks industri,

yang pada dasarnya untuk melindungi para pekerja yang sehari – hari berada dalam lingkungan

dimana bahan – bahan pencemar secara terus – menerus ada.

7.6.3.1.2. Kebisingan

Ada pencemaran udara yang tidak termasuk pada komponen pencemar udara CO, SOx,

NOx, HC maupun pertikel, berpengaruh terhadap lingkungan yang akhirnya dapat memengaruhi

kenyamanan hidup manusia. Pencemaran tersebut antara lain kebisingan.

Kemajuan industri dan teknologi antara lain ditandai dengan pemakaian mesin-mesin

yang dapat mengolah dan memproduksi bahan maupun barang yang dibutuhkan oleh manusia

secara cepat. Untuk membantu mobilitas manusia dalam melaksanakan tugasnya digunakanlah

alat-alat transportasi bermesin. Untuk mencukupi segala prasarana dan sarana digunakan pula

peralatan bermesin untuk keperluan membangun konstruksi fisik.

Pemakaian mesin tersebut sering kali menimbulkan kebisingan. Oleh karena kebisingan

dapat mengganggu lingkungan dan merambat melalui udara, maka kebisingan dapat dimasukkan

sebagai pencemaran udara, walaupun susunan udara tidak mengalami perubahan.

Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia.

Apabila syaraf pendengaran tidak menghendaki rangsangan tersebut maka bunyi tersebut

dinamakan kebisingan.

7.6.3.1.3. Penyemprotan Insektisida.

Sudah sejak lama serangga (insekta) menjadi pengganggu kenyamanan hidup manusia.

Serangga dengan jumlah yang lebih akan menjadikan hama. Serangga dapat menyerang dan

merusak lahan pertanian sehingga mengakibatkan kegagalan penen. Serangga di sekitar rumah

juga sangat mengganggu, bahkan dapat menjadi media persebaran penyakit tertentu. Oleh karena

itu manusia berusaha untuk memberantas serangga yang mengganggu tersebut.

Pada umumnya insektisida pembunuh serangga disemprotkan ke udara. Penyemprotan

insektisida pada lahan pertanian dan serangga pengganggu di sekitar rumah (nyamuk, kecoa,

semut) juga dibunuh dengan menyemprotkan insektisida. Penyemprotan insektisida ke udara

tanpa disadari sebenarnya merupakan penyebab pencemaran udara. Walaupun pemakaian

insektisida ditujukan untuk membunuh serangga, namun apabila pemakaiannya berlebihan dan

180

dalam waktu yang cukup lama maka insektisida dapat berdampak negatif terhadap manusia.

Oleh karena itu pemakaian insektisida harus dilakukan secara seksama.

7.6.3.2. Pencemaran air

Pencemaran air adalah penyimpangan sifat–sifat air dari keadaan normal, bukan dari

kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni,

namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Adanya benda–benda asing yang

mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai peruntukannya secara normal disebut

dengan pencemaran.

Sifat kimia-fisika air yang umumnya diuji dan dapat digunakan untuk menentukan

pencemaran air adalah :

1. Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas.

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6-8, sedangkan air yang

tercemar, nilai pH-nya tergantung jenis pencemarannya (limbahnya). Air segar dari pegunungan

biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi, semakin lama pH air akan menurun menuju kondisi

asam. Hal ini karena bertambahnya bahan–bahan organik yang membebaskan CO2 bila

mengalami proses penguraian.

Air limbah industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam

jumlah yang tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pH-nya rendah. Adanya besi sulfur

(FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan keasamannya, karena FeS2

dengan udara dan air akan membentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut.

Perubahan keasaman pada air limbah, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam

(pH turun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.Selain itu,air limbah

yang mepunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering mengakibatkan pipa

besi menjadi berkarat.

Keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan basa. Keasaman yang tinggi belum

tentu mempunyai pH yang rendah.Suatu asam lemah dapat mempunyai keasaman yang tinggi

artinya potensi untuk melepaskan hidrogen, misalnya asam karbonat, asam setat dan asam

organik lainnya.

181

Alkalinitas berkaitan dengan dengan kesadahan air, yang merupakan salah satu sifat air.

Adanya ion Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dalam air akan mengakibatkan sifat kesadahan

air tersebut.Air dengan tingkat kesadahan tinggi dapat menimbulkan korosi pada alat-alat yang

terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang berbusa,dapat menimbulkan endapan atau kerak

dalam wadah pengolahan.

2. Suhu

Air sering digunakan sebagai media pendingin dalam berbagai proses industri. Air

pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan,

kemudian dikembalikan ke tempat asalnya,yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan

tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi daripada air asalnya.

Naiknya suhu air akan menurunkan jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatkan

kecepatan reaksi kimia, mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya,yang bila batas suhu

yang mematikan terlampaui,ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.

Suhu air kali atau limbah yang relatif tinggi ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan

hewan lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.

3. Oksigen Terlarut.

Oksigen adalah gas tak berbau, tak berasa dan hanya sedikit larut dalam air. Untuk

mempertahankan hidupnya, makhluk yang tinggal di dalam air bergantung kepada oksigen yang

terlarut ini. Kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air.

Kehidupan dalam air dapat bertahan bila terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5

mg oksigen untuk setiap liter air. Selebihnya bergantung pada kepada ketahanan organisme,

derajat keaktifan, kehadiran bahan pencemar, suhu air. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses

fotosintesis tanaman air dan dari atmosfir (udara) yang masuk ke dalam air.

Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan dan hewan air

lain yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya oksigen terlarut terlalu tinggi juga

mengakibatkan proses korosi yang semakin cepat, karena oksigen akan mengikat hidrogen yang

melapisi permukaan logam.

4. Karbon dioksida dalam air

Kepekatan oksigen terlarut dalam air bergantung kepada kepekatan Karbon dioksida yang

ada. Bila udara bersentuhan dengan permukaan air, maka Karbon dioksida dari udara bertukar

182

dengan yang ada di air. Pada air yang tenang terjadi sedikit pertukaran, bila air bergelombang

maka pertukaran akan menjadi semakin cepat. Proses pertukaran yang terjadi disebut difusi.

Karbon dioksida juga terdapat dalam air hujan yang terbawa pada saat tetes air turun dari

udara. Hal ini mengakibatkan air hujan agak bersifat asam.

5. Warna dan Kekeruhan

Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawa-rawa berwarna

kuning, coklat atau hijau. Air sungai biasanya berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

lumpur. Air limbah yang mengandung besi dalam jumlah yang besar berwarna coklat

kemerahan. Warna air yang tidak normal biasanya merupakan indikasi terjadinya pencemaran

air. Kekeruhan menunjukan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya ke dalam air.

Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu, seperti

bahan organik jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang atau terapung dan

sangat halus sekali. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan semakin

banyak pula padatannya.

6. Padatan

Padatan di dalam air akan mengendap pada dasar air, yang lambat laun akan

menimbulkan pendangkalan. Akibat lain dari padatan adalah tumbuhnya tanaman air tertentu dan

menjadi racun bagi makhluk lain. Banyaknya padatan menunjukan banyaknya lumpur yang

terkandung dalam air. Pada dasarnya air yang tercemar selalu mengandung padatan.

7. Nitrat

Nitrogen sebagai sumber nitrat banyak terdapat di udara. Hanya sedikit organisme yang

dapat langsung memanfaatkan nitrogen dari udara. Tumbuhan dapat menghisap Nitrogen dalam

bentuk Nitrat (NO3).

Pengubahan dari nitrogen bebas di udara menjadi nitrat dapat dilakukan secara biologis

maupun kimia. Transformasi ini disebut Fiksasi (pengikatan) Nitrogen.

Fiksasi kimia terjadi karena petir di udara memberikan cukup energi untuk menyatukan

Nitrogen dan Oksigen, membentuk Nitrogen dioksida (NO2). Gas ini bereaksi dengan air

membentuk asam nitrat (NO3).

Tumbuhan dan hewan yang telah mati akan diuraikan proteinnya oleh pembusuk menjadi

amoniak dan senyawa amonium. Nitrogen dalam air seni dan kotoran akan berakhir menjadi

amoniak juga.

183

Bila amoniak diubah menjadi nitrit, maka dalam air akan terdapat nitrit. Nitrit sangat

beracun di dalam air, tetapi tidak bertahan lama. Nitrat akan berubah menjadi nitrit dalam perut.

Keracunan nitrit akan mengakibatkan wajah membiru dan kematian.

8. Phospor.

Protein dan zat-zat organik lainnya mengandung phospor. Herbivora yang memakan

tumbuhan akan mendapatkan phospor. Bila tumbuhan dan hewan tersebut mati, maka bakteri

pengurai akan mengembalikan phospor itu ke dalam air sebagai zat organik terlarut. Kotoran sisa

metabolisme hidup dimana akhirnya bakteri menguraikan senyawa organik ini menjadi phospor.

Organisme pengurai akan menguraikan senyawa organik menjadi Karbon dioksida dan

air. Bakteri ini mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat. Untuk proses ini diperlukan oksigen.

Bila bahan organik dalam air hanya sedikit, maka bakteri akan dengan mudah menguraikannya

tanpa gangguan keseimbangan Oksigen dalam air.

Oksigen yang digunakan akan tergantikan dengan cara-cara alamiah. Bila jumlah bahan

organik tersebut banyak, maka bakteri pengurai akan melipat gandakan diri. Hal ini pada

umumnya akan mengakibatkan terjadinya kekurangan Oksigen, seperti di rawa – rawa dan di

dasar kolam dan danau yang airnya tidak mengalir.

Manusia terus-menerus membuang sampah organik ke dalam air sehingga akan terjadi

kekurangan Oksigen dalam air. Pengujian yang berhubungan dengan kandungan Oksigen dalam

air dibedakan menjadi dua, yaitu :

- Uji BOD (Biochemical Oxygen Demand), uji kebutuhan oksigen biokimia.

- Uji COD (Chemical Oxygen Demand), uji kebutuhan oksigen kimia.

1. Biochemical Oxygen Demand (BOD).

BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk

mengurai atau mengoksidasi bahan – bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak

menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif

jumlah Oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan – bahan buangan tersebut. Bila

konsumsi Oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa Oksigen terlarut di

dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan Oksigen adalah tinggi.

Pada umumnya air yang tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal ini karena

oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikro organisme untuk mencegah bahan buangan

organik menjadi bahan yang mudah menguap (ditandai dengan bau busuk).

184

Selain itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan Oksigen yang terlarut di

dalam air mengikuti oksidasi biasa. Bahan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri

penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (industri roti, industri susu, industri

mentega, industri pembekuan udang, industri pengalengan ikan), bahan buangan limbah rumah

tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia.

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang

lebih cepat dari uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksigen. Uji COD

adalah suatu pengujian yang menentukan jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan,

untuk mengoksidasi bahan organik yang terdapat di dalam air.

Banyak bahan organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara cepat

berdasarkan pengujian BOD selama 5 hari, tetapi senyawa organik tersebut juga menurunkan

kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi bahan organik menjadi CO2 dan H2O.

Bahan Pencemar Lainnya.

Ada beberapa bahan pencemaran lain yang berpengaruh terhadap kualitas air. Bahan

pencemaran tersebut antara lain logam berat.

1. Merkuri (Hg)

Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan, terdapat dalam bentuk

senyawa dengan elemen lain. Merkuri hampir semuanya diproduksi dengan cara pembakaran

merkuri sulfida (HgS) di udara, merkuri dilepas sebagai uap, yang kemudian mengalami

kondensasi.

Merkuri digunakan dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai keperluan, misalnya

lampu merkuri, baterai merkuri. Merkuri digunakan juga sebagai fungsida, membunuh jamur

dalam cat, pulp, kertas dan industri pertanian. Cat yang digunakan untuk kapal sering ditambah

merkuri oksida (HgO) sebagai anti jamur atau merkuri asetat sebagai anti lapuk. Merkuri juga

digunakan dalam proses bahan dasar plastik. Logam merkuri juga digunakan dalam termometer

dan alat – alat pencatat suhu karena bentuk cairnya ada pada kisaran suhu yang lebar.

Penggunaan merkuri dalam industri sering mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Dalam kasus keracunan merkuri di Teluk Minamata (Jepang), merkuri sulfat yang

digunakan dalam industri, dibuang ke laut Teluk Minamata. Komponen merkuri dapat

mengkontaminasi ikan dan mahluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air.

185

Selanjutnya ikan – ikan kecil dimakan oleh ikan atau hewan air yang lebih besar atau masuk ke

dalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan merkuri dalam rumahnya. Ikan

dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia, sehingga manusiapun dapat

mengumpulkan merkuri dalam tubuhnya.

Semua komponen merkuri merupakan racun terhadap tubuh, merkuri di dalam tubuh

dapat menghambat kemampuan kerja enzim dan mengakibatkan kerusakan sel.

2. Timbal (Pb).

Penggunaan timbal untuk produksi baterai penyimpanan untuk mobil, dimana digunakan

timbal metalik, untuk produk-produk logam, seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan

pewarna, produk-produk logam yang harus tahan karat, misalnya pipa yang digunakan untuk

mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif.

Sifat dari timbal antara lain titik cairnya yang rendah, merupakan logam yang lunak

sehingga mudah diubah bentuknya, menjadi logam yang berfungsi sebagai lapisan pelindung bila

kontak dengan udara lembab.

7.6.3.3. Pencemaran Tanah.

Dalam keadaan normal, tanah harus dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan

manusia, baik untuk pertanian, peternakan, kehutanan maupun permukiman. Tanah merupakan

sumberdaya alam yang mengandung bahan organik dan anorganik yang mampu mendukung

pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor produksi pertanian, tanah mengandung air dan mineral,

yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis dipakai.

Pencemaran tanah dapat terjadi secara langsung, misalnya penggunaan pupuk secara

berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida dan pembuangan limbah yang tidak dapat

diuraikan (seperti plastik). Air yang mengandung bahan pencemar akan mengubah susunan

kimia tanah sehingga mengganggu jasad hidup dalam tanah atau di permukaan tanah. Udara

yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar tersebut, akibatnya

tanah juga akan tercemar.

Bentuk dan macam limbah yang dihasilkan manusia tergantung pada tingkat budaya

manusia. Sebelum manusia mengenal kemajuan industri dan teknologi, limbah atau bahan

buangan yang dihasilkan dari kegiatan manusia pada umumnya bersifat organik. Dari segi

kelestarian lingkungan, limbah bersifat organik lebih menguntungkan, karena dengan mudah

186

dapat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam

tanpa menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

Kemajuan industri dan teknologi ternyata telah menambah jenis limbah manusia, yang

semula sebagian besar bersifat organik menjadi bersifat organik dan anorganik. Bahan buangan

anorganik yang sulit diurai oleh mikroorganisme dipisahkan dari bahan buangan organik dan

dikumpulkan menjadi satu, dipisahkan dari bahan buangan gelas dan plastik, untuk memudahkan

proses daur ulang bahan buangan tersebut. Proses daur ulang membuat bahan buangan menjadi

bahan yang masih dapat dimanfaatkan lagi bagi kehidupan manusia.

BAB VIII

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KONSERVASI

8. 1. Pengantar

Indonesia merupakan megabiodiversitas. Indonesia negara kaya akan sumber daya hayati.

Apa artinya? Benarkah? Seberapa kayakah? Apa tanggung jawab pemilik negara ini terhadap

kekayaan yang dimilikinya? Untuk siapa kekayaan itu semua? Jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan tersebut sebaiknya diketahui, supaya pemilik Indonesia tidak terlena oleh predikat

kaya sumber daya hayati. Bumi atau wilayah Indonesia kaya, namun dalam keseharian, sebagian

besar pemilik bagian bumi yang kaya tersebut miskin.

187

Meskipun tidak selalu, kemiskinan seringkali identik dengan martabat yang rendah. Hal

itu dikarenakan kemiskinan seringkali diiringi dengan kebodohan, dan kebodohan dapat

mengakibatkan tingkat ketergantungan bangsa kepada negara lain semakin tinggi. Jika tingkat

ketergantungan suatu bangsa kepada bangsa lain tinggi, yang terjadi adalah penjajahan model

baru atau neokolonialisme. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang komprehensif dari seluruh

bangsa Indonesia tentang kekayaan hayatinya.

8. 2. Pengertian keanekaragaman hayati dan konservasi

Keanekaragaman hayati atau disebut juga biodiversitas memiliki pengertian yang cukup

beragam, di antaranya, World Wild Fund (1989) mendefinisikannya sebagai jutaan tumbuhan,

hewan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang menjadi

lingkungan hidupnya. Selain itu, keanekaragaman hayati juga diartikan sebagai keragaman

berbagai makhluk hidup di bumi, termasuk manusia. Seringkali, keanekaragaman hayati

digambarkan sebagai jumlah spesies dari berbagai kelompok organisme yang hidup di bumi.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa jumlah organisme yang telah ditemukan atau dicatat

mencapai 1,75 juta, termasuk manusia itu sendiri. Diperkirakan jumlah organisme yang ada di

bumi ini antara 10 dan 50 juta spesies. Spesies-spesies yang dimaksud ada di dalam kelompok

archaeabakteri, bakteri, fungi, protista, tumbuhan, dan hewan (termasuk manusia).

Jumlah spesies yang banyak dan beragam memiliki arti penting dalam keberlangsungan

kehidupan di bumi atau dengan kata lain berperan penting dalam menjaga keseimbangan

ekosistem (Campbell dkk., 2008). Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian dan kegiatan yang

mengarah pada pengelolaan spesies dan ekosistem agar diperoleh manfaat yang adil bagi setiap

spesies yang ada. Artinya, meskipun spesies-spesies saling memanfaatkan, namun hak hidup

dari masing-masing spesies harus dijaga. Ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi apabila di

dalam pemanfaatan spesies-spesies tersebut mengabaikan hak hidup spesies yang lain.

Pengelolaan tersebut berdasar pada asas manfaat untuk keberlanjutan makhluk hidup di bumi,

atau konservasi. Oleh karena itu, berkembanglah ilmu lintas disiplin yang dikenal dengan istilah

Biologi Konservasi. Biologi konservasi dikembangkangkan untuk menghadapi berbagai

tantangan demi melindungi spesies dan ekosistem dari kerusakan dan kepunahan.

Secara alami, kerusakan dan kepunahan spesies atau ekosistem selalu terjadi. Sebagai

contoh, peristiwa gunung meletus. Hal itu mengakibatkan ekosistem di sekelilingnya rusak, dan

188

spesies endemiknya pun dapat punah. Contoh lain, pulau-pulau kecil yang tenggelam akibat

permukaan air laut naik. Penyebab permukaan air laut meningkat beragam. Bisa jadi akibat

pergeseran lempeng bumi, dapat pula akibat meletusnya gunung berapi yang terdapat di lautan,

atau hal-hal lain yang juga alamiah. Indrawan dkk.(2007) mengungkapkan bahwa kerusakan dan

kepunahan yang terjadi secara alami, biasanya diimbangi dengan pembentukan atau perbaikan

ekosistem melalui berbagai mekanisme yang ada, di antaranya penyebaran alami berbagai

propagul. Keberadaan berbagai spesies yang bersifat pioner juga mendukung proses perbaikan

dan pemulihan ekosistem. Namun, proses perbaikan dan pemulihan tersebut seringkali tidak

terjadi, jika proses perusakan melibatkan aktivitas manusia yang memanfaatkan spesies lain

secara berlebihan atau memanfaat sumber daya alam non hayati tanpa memerhatikan hak hidup

spesies yang ada. Oleh karena itu, penting bagi spesies manusia memahami dan menerapkan

prinsip keanekaragaman dan pengelolaan keanekaragaman secara berkeadilan.

8. 3. Keanekaragaman hayati tingkat spesies, genetik, dan komunitas

Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati tingkat spesies? Sebagaimana telah

diketahui, spesies ialah sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting

yang berbeda dengan kelompok lain. Namun, ada juga yang memberi pengertian bahwa spesies

ialah sekelompok individu yang berpotensi untuk berbiak dengan sesamanya, dan tidak mampu

berbiak dengan individu dari spesies lain (Indrawan dkk., 2007). Dengan demikian,

keanekaragaman hayati tingkat spesies dapat diartikan beragam spesies atau jenis makhluk hidup

di bumi. Contoh spesies ialah: kucing, sapi, kerbau, kuda, ayam, lele, cacing tanah, dan berbagai

hewan lainnya. Untuk golongan tumbuhan, contoh spesies ialah rambutan, salak, jeruk keprok

garut, jeruk nipis, lumut hati, dan lain sebagainya. Sedikit berbeda dengan pengertian tersebut,

Supriatna (2008) mengatakan bahwa keanekaragaman hayati ialah seluruh kekayaan makhluk

hidup di bumi, yang meliputi jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, berikut genetik

yang dikandungnya serta ekosistem yang dibangunnya sehingga menjadi lingkungan hidup.

Untuk lebih memahami konsep keanekaragaman hayati, perhatikan sekeliling Anda, dan catat

ada berapa spesies makhluk hidup yang ada dan berapa yang Anda kenal.

189

Di antara satu macam spesies makhluk hidup pun ternyata juga terdapat keanekaragaman.

Contoh yang mudah dan jelas ialah manusia. Meskipun manusia merupakan spesies Homo

sapiens, tampak keragamannya tinggi sekali, baik ditunjukkan oleh etnis maupun bangsa.

Fenomena tersebut menunjukkan ada keanekaragaman genetik. Dengan kata lain,

keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi

yang terpisah secara geografis, maupun di antara individu-individu dalam satu populasi

(Resosudarmo, dkk., 2002; Indrawan, dkk. 2007).

Keanekaragaman spesies, keaneka ragaman genetik, diiringi dengan keragaman bentang

alam yang memiliki faktor-faktor fisik berbeda seperti tanah, suhu, iklim, kelembapan dan

sebagainya, memunculkan keragaman ekosistem. Indonesia, dengan keragaman bentang alam,

memiliki keragaman ekosistem yang sangat tinggi seperti ekosistem pantai, ekosistem mangrove,

ekosistem sungai, ekosistem danau, ekosistem savana, ekosistem hutan hujan tropis dan lain

sebagainya.

8. 4. Mengapa keanekaragaman hayati penting?

Saat manusia ada di muka bumi, di alam telah tersedia berbagai spesies makhluk hidup

dengan berbagai ekosistemnya. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan, yang sampai saat

ini, tidak dapat dipisahkan. Pada kenyataannya, setiap makhluk hidup memerlukan faktor-faktor

pendukung untuk keberlangsungan hidupnya. Faktor-faktor pendukung tersebut meliputi faktor

biotik dan abiotik (Starr, 2006). Baik faktor biotik maupun abiotik yang diperlukan oleh makhluk

hidup pun beragam. Sebagai contoh, faktor pendukung biotik untuk kehidupan manusia sangat

beragam, tidak dapat hanya disediakan hanya satu macam saja. Untuk hidupnya, manusia perlu

berbagai macam tumbuhan untuk berbagai keperluannya mulai dari makan, pakaian, tempat

tinggal, obat, sampai pada ketersediaan oksigen di udara. Selain tumbuhan manusia juga

memerlukan hewan seperti domba, ikan, ayam, udang, sapi, kuda, serangga, dan sebagainya. Pun

mikrooranisma, sangat diperlukan oleh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup di tubuh

manusia, yang memiliki berbagai fungsi. Sementara itu, kebutuhan abiotik pun juga sangat

beragam seperti air, mineral, batu, pasir, tanah, udara, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut

baru menunjukkan hubungan secara langsung. Sementara itu, hubungan secara tidak langsung

akan dapat menunjukkan betapa makhluk hidup tidak dapat berdiri sendiri dan saling terkait.

Sebagai contoh, mikroorganisme pendekomposisi sampah. Jika mikroorganisme tersebut tidak

190

ada, sampah akan menumpuk, dan akan memenuhi permukaan bumi. Siklus berbagai unsur di

alam pun akan terhambat, dan akhirnya akan menimbulkan ketidak seimbangan ekosistem.

Uraian singkat di atas, dapat mencerminkan nilai penting keanekaragaman hayati, baik

dari segi nilai kehidupan maupun nilai manfaat. Nilai kehidupan lebih ditekankan pada nilai

eksistensi atau keberadaan makhluk hidup di alam, dalam mendukung keberlangsungan

ekosistem. Adapun, nilai manfaat lebih kepada nilai ekonomi, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Pemahaman akan nilai penting keanekaragaman hayati dapat memberikan

perspektif yang sama tentang keaneka ragaman hayati dan ekosistemnya (Indrawan dkk. 2007).

Keanekaragaman hayati dan ekosistemnya merupakan sumber daya milik bersama. Akses

sumber daya tersebut dianggap terbuka bagi siapa pun. Namun, dalam pemanfaatannya, sumber

daya tersebut seringkali tidak dihargai dengan nilai keuangan yang semestinya. Kalau pun

dihargai, seringkali tidak diiringi dengan perencanaan waktu yang matang. Ada beberapa hal

yang sering dilupakan dalam perencanaan, di antaranya, pertumbuhan dan perkembangan

makhluk hidup Jika suatu bangunan hancur karena bencana, asal ada dana, dapat diperbaiki

dalam waktu yang relatif singkat. Namun, jika ekosistem yang rusak, hal itu tidak dapat

diperbaiki dalam waktu yang singkat. Walaupun dana yang ada tidak terbatas, manusia tidak

dapat membayar makhluk hidup, tumbuhan misalnya, untuk tumbuh besar dalam waktu singkat.

Terlebih jika salah satu makhluk hidup tersebut telanjur punah. Manusia tidak sanggup lagi

mengembalikan makhluk hidup yang telah punah tersebut.

8. 5. Ancaman bagi keanekaragaman hayati

Keaneka ragaman hayati Indonesia, tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik daratan

maupun lautan. Khusus untuk daratan, keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan jauh lebih

tinggi dibanding dengan wilayah non-hutan. Di hutan, terdapat berbagai makhluk hidup, mulai

yang besar seperti gajah sampai yang tak terlihat dengan mata telanjang seperti bakteri.

Demikian pula untuk kelompok tumbuhan, baik yang berukuran besar, yaitu pohon-pohon besar

dan tinggi, maupun lumut yang tingginya hanya beberapa milimeter sampai satu atau dua

centimeter.

Mengingat hutan merupakan tempat hidup berbagai jenis makhluk hidup, hutan memiliki

peran yang sangat tinggi di dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sumarwoto (lihat

Resosudarmo dkk. 2004) menyebutkan 6 peran hutan di dalam ekosistem, yaitu:

191

1. Hutan sebagai sumber keanekaragaman hayati. Keanekaragaman yang ada

mengakibatkan stabilitas ekosistem terjaga dengan baik. Stabilitas bukan berarti statis,

namun tetap dinamis dalam interaksi antar penghuni hutan maupun penghuni di luar

hutan.

2. Hutan juga berfungsi sebagai penimbun Karbon, tetapi dalam timbunan yang aman dan

tidak membahayakan lingkungan. Karbon tesebut tersimpan di dalam biomassa, yang

pada gilirannya akan dilepaskan kembali ke atmosfir, namun secara evolutif.

3. Hutan pun berperan sebagai pengatur CO2 di udara. Hutan, dalam hal ini dilakukan oleh

tetumbuhan yang ada, mampu mengikat CO2 yang ada di udara, melalui proses

fotosintesis, dan akan diubah menjadi karbohidrat. Karbohidrat, pada giliriannya akan

dimanfaatkan makhluk hidup lain, yaitu hewan dan manusia sebagai sumber energi.

Selain itu, tumbuhannya pun juga memanfaatkan karbohidrat tersebut untuk pertumbuhan

dan perkemabangannya. Tumbuhan merupakan satu-satunya kelompok makhluk hidup

yang dapat memanfaatkan CO2 di udara. Jika jumlah tumbuhan berkurang, jumlah CO2 di

udara akan berlebih, berarti terjadi ketidakseimbangan CO2 di udara.

4. Hutan, berperan di dalam mencegah terjadinya pemanasan global. Hal itu terkait erat

dengan peran hutan nomor 3. Jika CO2 di udara berlebih, maka suhu permukaan bumi

akan meningkat. Pemanasan suhu permukaan bumi akan berdampak pada berbagai hal

termasuk kesehatan manusia, karena kenaikan suhu dapat memacu pertumbuhan dan

perkembangan organisme patogen dan organisme penular penyakit (vektor penyakit).

5. Hutan, sudah lama diketahui sangat berperan di dalam pengendalian erosi, banjir, dan

ketersediaan air. Jika hutan dihilangkan, akan berakibat munculnya berbagai bencana.

6. Hutan, juga merupakan sumber ekonomi bagi manusia baik yang di dalam hutan, di

sekitar hutan, maupun yang jauh dari hutan. Jika pemanfaatan hutan dilakukan secara adil

dan berkelanjutan atau sistem lestari, maka manfaat ekonomi akan dapat dipetik

sepanjang waktu sampai kehidupan berakhir.

Namun, peristiwa-peristiwa yang digolongkan oleh manusia ke dalam bencana alam, banyak

di antaranya yang merupakan akibat tekanan manusia terhadap makhluk hidup, khususnya yang

192

bukan manusia dan terlebih yang terdapat di hutan. Aktivitas manusia diketahui banyak memberi

tekanan terhadap makhluk hidup lain, tanpa menyadari bahwa tekanan tersebut akan berdampak

pada kehidupan manusia, terutama ditinjau dari kesejahteraan dan kenyamanan hidup.

8. 6. Peran manusia dalam keanekaragaman hayati.

Soemarwoto (lihat Resosudarmo, 2004) menegaskan, bahwa manusia Indonesia tidak

boleh tinggal diam, meskipun fakta yang ada menunjukkan sumberdaya hayati Indonesia sudah

mengalami kerusakan yang sangat parah. Harus ada perubahan cara pengelolaan

keanekaragaman hayati, khususnya hutan,dari pendekatan ADA (Atur-Dan –Awasi) menjadi

Atur-Diri-Sendiri. Dengan ADA, peraturan perundang-undangan bersifat sentralistik, top-down,

tak-demokratik, kaku, dan birokratik. ADA tidak atau sedikit sekali memberi insentif kepada

masyarakat, terutama masyarakat lokal, untuk mengambil inisiatif ikut merumuskan peraturan

perundang-undangan dan mengawasi pelaksanaannya. ADA mengandalkan pada penegakan

hukum, namun penegakan hukum sangat lemah oleh adanya KKN. Kerusakan yang parah pada

lingkungan khususnya hutan, menunjukkan bahwa ADA telah mengalami kegagalan.

Untuk dapat mengarah pada ADS, setiap warga negara harus peduli pada keberadaan

keanekaragaman hayati Indonesia. Jangan hanya diserahkan kepada pihak terkait langsung.

Rantai makanan, jejaring ekosistem harus menjadi perhatian setiap individu penghuni bumi ini,

termasuk penghuni wilayah Indonesia. Setiap individu harus mengambil peran sebagai pengelola

lingkungan, agar lingkungan tetap lestari. Jangan diam terhadap kasus-kasus pembalakan liar,

pengalih fungsian lahan hutan yang tidak lestari, kebakaran hutan, perdagangan satwa liar,

pencurian sumber hayati oleh pihak asing, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman, dan

sebagainya. Peningkatan kewaspadaan di setiap lini kehidupan masyarakat akan dapat

melindungi keanekaragaman hayati Indonesia, yang merupakan salah satu sumber kehidupan di

bumi ini.

8. 7. Fakta kerusakan alam dan Isu Global

Permasalahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan pencemaran udara, menjadi

isu global karena meliputi seluruh permukaan bumi. Tidak ada satu bangsa dan Negara pun yang

dapat menghindari dari dampak tersebut. Masalah lingkungan juga berkaitan dengan ekonomi

global sehingga merupakan masalah yang rumit. Karena kerumitan tersebut dan sifatnya yang

global, penanganan masalah lingkungan membutuhkan solidarisasi dan kerjasama antara bangsa.

193

Permasalahan lingkungan tidaklah bertentangan dengan pembangunan, bahkan

pembangunan dibutuhkan untuk mengatasi masalah lingkungan, khususnya di negara-negara

yang sedang berkembang. Tata ekonomi dunia saat ini merupakan salah satu penyebab

kerusakan lingkungan. Misalnya, untuk membayar kembali hutangnya dan untuk mengingatkan

pembangunan, negara-negara yang sedang berkembang terpaksa harus mengekploitasi sumber

dayanya secara membabi-buta sehingga akan semakin memperparah rusaknya lingkungan

negara-negara tersebut.

Sistem proteksionisme di negara maju juga mempunyai dampak yang sama, karena

mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar pada negara-negara sedang berkembang. Dengan

demikian, baik kerena sifat masalah lingkungan yang global maupun karena keterkaitannya

dengan ekonomi dunia yang telah mengalami globalisasi, masalah lingkungan pun kini bersifat

global. Tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat menangani masalah lingkungan sendiri

tanpa campur tangan negara lain, walaupun sebagai negara adikuasa. Untuk menangani masalah

lingkungan dibutuhkan solidaritas dunia, karena sifatnya yang global dan berkaitan pada

perekonomian global.

Masalah lingkungan yang menjadi isu global antara lain pemanasan global, lubang ozon

dan hujan asam.

8.7.1. Pemanasan global.

Pemanasan global sangat besar dampaknya bagi lingkungan. Dampak tersebut berupa

perubahan iklim di bumi dan naiknya permukaan air laut. Diperkirakan, akan terjadi peningkatan

curah hujan pada suatu daerah sementara di daerah lain akan sangat kekurangan curah hujan. Hal

itu tentu akan mengacaukan sistem pertanian. Selain itu, frekuensi dan intensitas badai topan

akan meningkat.

Naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan tenggelamnya daerah dataran rendah,

meningkatnya erosi pantai (abrasi), meningkatnya intrusi air laut. Pemanasan global umumnya

diakibatkan oleh adanya gas rumah kaca (GRK), yaitu uap air (H2O), Karbondioksida (CO2),

Metana (CH4), Dinitrogen oksida (N2O) dan Clorofluorocarbon (CFC) di atmosfer. Untuk

mengurangi bahaya pemanasan global, emisi GRK harus dikendalikan. Usaha itu meliputi

penghematan energi pada industri, transportasi dan rumah tangga, pendauran ulang CO2 dengan

194

menggunakan energi biomassa dan pengembangan energi yang tidak menghasilkan CO2 (energi

angin, energi surya atau energi alternatif).

8.7.1.1. Gas Rumah Kaca

Di samping uap air dan CO2, terdapat GRK lain, yaitu metana (CH4), Ozon (O3),

Dinitrogen oksida (N2O) dan Chlorofluorocarbon (CFC). CFC merupakan sekelompok zat

buatan manusia yang banyak digunakan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. GRK lainnya

terbentuk di alam secara langsung maupun sebagai akibat dari pencemaran.Masing-masing GRK

mempunyai sifat absorbsi sinar infar merah dengan sangat intensif sehingga hal ini dengan

sangat efektif menaikan suhu muka bumi.

Masa tinggal GRK di atmosfer juga memengaruhi efektifitasnya dalam meningkatkan

suhu muka bumi. Semakin panjang masa tinggal gas di atmosfer, semakin efektif pengaruhnya

terhadap kenaikan suhu muka bumi.

GRK sebahagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak

bumi, gas alam) untuk rumah tangga industri dan transportasi. GRK yang dihasilkan terutama

Karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), Dinitrogen oksida (N2O), Ozon (O3).

8.7.1.2. Efek Rumah Kaca (ERK)

Efek Rumah Kaca (ERK) disebut juga green house effect. Pada siang hari dalam kondisi

cuaca yang cerah, tanpa alat pemanas pun, suhu di dalam rumah berdinding kaca akan lebih

tinggi dibanding suhu di luarnya, yang terjadi adalah radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam

ruangan melalui dinding kaca dipantulkan kembali oleh benda-benda yang berada di dalam

ruangan sebagai gelombang/radiasi panas berupa sinar inframerah. Oleh karena itu udara di

dalam rumah kaca meningkat suhunya, dan panas yang dihasilkan terperangkap dalam rumah

kaca tersebut dan tidak bercampur dengan udara di luar ruangan.

Dipancarkan radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi (setelah melalui

penyerapan dari berbagai gas di atmosfer), sebagian diserap oleh permukaan bumi, dan sebagian

lain dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi oleh permukaan bumi sebagai sinar

inframerah yang bergelombang panjang. Sinar tersebut di atmosfer kembali diserap oleh GRK,

sehingga tidak terlepas ke angkasa luar, dan mengakibatkan panas terperangkap di troposfer. Hal

inilah yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata di

195

permukaan bumi akan meningkat menjadi ± 33°C, bila tidak ada ERK suhu di permukaan bumi –

18°C, suhu permukaan bumi sesuai untuk kehidupan manusia.

Dengan demikian meningkatnya GRK di atmosfer di luar kemampuan untuk absorbsi,

mengakibatkan suhu permukaan bumi akan menjadi lebih tinggi. Kenaikan intensitas ERK akibat

peningkatan kadar GRK, terutama diakibatkan oleh pencemaran udara. Hal itu akan

mengakibatkan terjadinya pemanasan global, yaitu peningkatan suhu permukaan bumi dan

kenaikan permukaan air laut.

8.7.2. Fenomena El Nino dan La Nina

El Nino dan La Nina adalah gejala yang terjadi karena ada interaksi atmosfer dan laut

yang aktivitasnya terletak pada daerah 120° BT-180° BT dan 5° LU-10° LS. El Nino merupakan

fase panas di mana suhu muka laut Samudera Pasifik sekitar ekuator bagian tengah dan timur

naik sampai 4° C di atas normal.

Pada saat El Nino udara bergerak turun di atas wilayah Indonesia, dan karena udara yang

bergerak turun itu bersifat kering dan panas, maka gejala alam ini ditandai oleh tekanan dan suhu

udara yang berbeda di atas normal dan cuaca yang cerah. Beberapa wilayah di daerah tropika

secara langsung dipengaruhi oleh kodisi kekeringan. Hal ini akan mempermudah kebakaran

hutan dan kegagalan panen.

La Nina merupakan fasa dingin di mana suhu muka laut samudera Pasifik sekitar ekuator

bagian tengah dan timur lebih rendah di bawah normal. Di Indonesia mengakibatkan

peningkatan pembentukan awan di sekitar ekuator, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah

curah hujan. Beberapa wilayah di Indonesia mengalami curah hujan di atas normal dan

dampaknya terjadi banjir. Dampak berikutnya muncul penyakit muntah-berak, gatal-gatal,

penyakit saluran pernapasan. Di samping itu juga kegagalan panen, hancurnya infrastruktur.

Kegagalan panen akan berdampak timbulnya bahya kelaparan, dan krisis pangan yang

berkepanjangan akan meningkat kriminalitas.

Pada kejadian El Nino yang lemah, suhu permukaan laut bagian tengah dan timur

Samudera Pasifik di ekuator naik hanya beberapa derajat dan meliputi daerah yang relatif kecil

saja. Sementara itu, El Nino yang besar mengakibatkan terjadi peningkatan suhu permukaan laut

yang besar pula dengan daerah cakupan yang luas sepanjang ekuator di Samudera Pasifik.

196

Walaupun fenomena tersebut terjadi berulang, tetapi dengan periode yang tidak tetap dan

tidak ada dua kejadian El Nino atau La Nina yang sama persis karena secara alamiah fenomena

tersebut merupakan hasil interaksi antara laut dan udara yang sangat kompleks.

El Nino dan La Nina disebabkan oleh perubahan angin di atas permukaan Samudera

Pasifik bagian tropis yang mengakibatkan perubahan pool arus laut di daerah tersebut dan pada

akhirnya menyebabkan perubahan (kenaikan atau penurunan) suhu permukaan air laut. Pola

perubahan suhu tersebut akan mengakibatkan perubahan pola cuaca dan iklim dalam skala

global. Oleh karena itu fenomena ini menarik minat banyak ahli untuk mencoba mengerti dan

menjelaskan serta berusaha memprediksi fenomena tersebut.

8.7.3. Lubang Ozon

Di lapisan stratosfer Ozon (O3) yang melindungi kehidupan di muka bumi dari sinar

ultraviolet bergelombang pendek dan berenergi tinggi. Penurunan konsentrasi Ozon yang terjadi

pada lapisan stratosfer disebut lubang ozon. Lubang ozon dikhawatirkan akan meningkatkan

jumlah penyakit kanker, penyakit katarak mata, menurunkan daya imunitas tubuh dan

menurunkan produksi pertanian dan perikanan.

Penyebab utama lapisan ozon berlubang ialah zat Chlorofluorocarbon (CFC) suatu zat

kimia buatan manusia yang biasa digunakan untuk aerosol (gas pendorong), alat pendingin udara

(kulkas/AC), industri plastik, karet busa, dan styrofoam. Oleh karena itu penggunakan CFC

harus dibatasi dan dicairi zat pengganti, sehingga akhirnya dapat dihentikan.

Ozon dalam lapisan stratosfer berfungsi melindungi makhluk hidup di muka bumi dari

sinar ultraviolet matahari, sedangkan ozon dalam lapisan troposfer mempunyai dampak lain

terhadap makhluk hidup di muka bumi, walaupun susunan kimianya sama. Ozon di troposfer

bersifat racun dan merupakan salah satu dari GRK.

Ozon merupakan oksidan yang kuat, beracun dan merupakan zat pembunuh jasad renik

yang kuat, oleh karena itu ozon digunakan untuk mensterilkan air minum dalam kemasan plastik.

Di lapisan stratosfer, ozon terbentuk secara lamiah dari molekul oksigen (O2) yang terkena sinar

ultraviolet dalam gelombang pendek. Ozon yang terbentuk tinggal di atmosfer sebagai lapisan

yang menyelimuti bumi, pada ketinggian 12-25 km. Oleh karena ozon berasal dari gas oksigen,

sebelum ada oksigen di atmosfer bumi, tidak ada ozon di lapisan stratosfer.

197

Pada saat itu sinar ultraviolet yang bergelombang pendek dengan leluasa samapai di

permukaan bumi sinar ultraviolet yang berenergi tinggi itu masuk sel hidup sehingga pada saat

itu kehidupan di atas daratan tidak mungkin. Kehidupan hanya ada di dalam air yang cukup

dalam. Di dalam air yang dalam tersebut makhluk hidup terlindung dari sinar ultraviolet.

CFC adalah segolongan zat kimia yang terdiri atas tiga jenis unsur, yaitu chlor (Cl), Fluor

(F) dan Karbon (C). CFC tidak dijumpai di alam, merupakan zat rekayasa manusia, tidak

beracun, tidak mudah terbakar dan sangat stabil karena tidak mudah bereaksi. Oleh karena itu

CFC merupakan zat yang sangat ideal untuk industri pembuatan plastik busa untuk bantal kursi

dan jok mobil, plastik pelindung dalam kemasan, piring dan gelas plastik. Banyak pula

digunakan sebagai bahan pendingin (refrigerant) pada kulkas dan AC. Kebutuhan plastik busa

meningkat sejak digunakan sebagai bahan isolasi panas atau dingin, karena meningkatnya harga

energi untuk memanasi/mendinginkan ruangan. CFC merupakan bahan utama sebagai gas

pendorong (aerosol), yaitu bahan yang dikemas dalam kaleng bertekanan tinggi (misalnya untuk

parfum, pewangi ruangan, hairspray dll). Dalam industri elektronika, CFC digunakan sebagai zat

untuk pembersih permukaan microchip dari berbagai jenis kotoran dan digunakan pula dalam

proses dary cleaning.

Mengingat sifat CFC yang stabil, maka CFC tidak akan mengalami dekomposisi dengan

melepaskan atom C1yang sangat reaktif. Atom C1 yang sangat reaktif ini akan merusak ozon.

CFC di lapisan troposfer tidak bereaksi dengan zat lain dan tidak mengalami penguraian.

8.7.4. Hujan Asam.

Pembakaran bahan bakar fosil mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat.

Asam – asam ini dapat diseposisikan pada hutan, tanaman pertanian, danau, dan gedung,

sehingga mengakibatkan kerusakan dan kematian organisme hidup. Kerusakan mejadi lebih

parah dengan terbentuknya ozon yang beracun dari pencemar NOx.

Untuk mengurangi kerugian tersebut, perlu dilakukan berbagai usaha, antara lain:

a. Menggunakan bahan bakar dengan kadar belerang yang rendah.

b. Mengurangi kadar belerang dalam bahan bakar sebelum dibakar.

c. Melakukan penghematan energi.

Hujan yang normal adalah yang tidak tercemar, mempunyai pH sekitar 5,6 jadi agak

bersifat asam. Hal ini disebabkan terlarutnya asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk dari gas

198

CO2 dalam air hujan. Asam karbonat in bersifat asam lemah sehingga tidak merendahkan pH air

hujan. Bila air hujan terkontaminasi oleh asam kuat pH, air hujan turun menjadi di bawah 5,6

dan hujan yang demikian disebut hujan asam

8.8. Peraturan perundang-undangan

Dalam rangka pengelolaan sumber daya hayati dan ekosistemnya, pemerintah Indonesia

telah mengeluarkan berbagai peraturan baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, maupun

Keputusan Menteri. Berbagai peraturan tersebut hendaknya diketahui dan dimengerti oleh warga

negara Indonesia, mengingat warga negara atau manusia Indonesia lah yang bertindak sebagai

pengelola dan pemanfaat dari sumber daya hayati Indonesia dan ekosistemnya tersebut.

Berikut, diinformasikan beberapa peraturan yang terkait dengan sumber daya hayati dan

ekosistemnya, perlindungan hutan, dan peraturan yang terkait dengan penerimaan negara bukan

pajak (Departemen Kehutanan, 2004).

1. UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

2. UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.

3. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

Pelestarian Alam.

4. Peaturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 Tentang Perburuan Satwa Buru.

5. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona

Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.

6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.

7. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar.

8. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 Tentang Tata Hutan dan Rencana Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfatan Hutan dan Penggunaan Kawasan.

9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan

10. Surat Keputusan Mentri Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003 Tentang Tata Usaha Pengambilan

atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa liar.

199

11. UU RI No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

12. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara

Bukan Pajak.

13. Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.

22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak.

14. Peraturan Pemerintah RI No. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

15. Keputusan Menteri Keuangan RI No.656/KMK.06/2001 Tentang Tata Cara Pengenaan,

Pemungutan Penyetoran Pungutan dan Iuran Bidang PHKA.

16. Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 28/Kpts-/2003 Tentang Pembagian Rayon di Taman

Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru Dalam Rangka

Pengenaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

17. Keputusan Menteri Kehutanan RI No. SK.223/Menhut-II/04 Tentang Perubahan Keputusan

Menteri Kehutanan No. 28/Kpts-II/2003 Tentang Pembagian Rayon di Taman Nasional,

Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru Dalam Rangka Pengenaan

Penerimaan Negara Bukan Pajak.

8.9. Konservasi di Indonesia.

Konservasi, sering dimaknai sebagai upaya menjaga keberadaan anekaragam makhluk

hidup, tanpa dapat dimanfaatkan oleh manusia. Padahal, keberadaan makhluk hidup di alam

merupakan jejaring yang saling memanfaatkan. Dengan demikian, sudah barang tentu,

keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sudah seharusnya dimanfaatkan untuk

kesejahteraan manusia itu sendiri. Namun, perlu diingat bahwa untuk menjamin kesejahteraan

manusia akan berlangsung secara terus menerus, maka daya dukung lingkungan, termasuk

keanekaragaman hayatinya, harus dijaga keberadaan dan komposisinya. Menurut Supriatna

(2008), dikatakan bahwa sebagian ahli biologi konservasi menghendaki tidak boleh ada spesies

yang punah. Namun, lebih lanjut Supriatna mengatakan bahwa pada kenyataannya, spesies

punah setiap hari. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar dapat menekan laju

200

kepunahan spesies dengan melihat kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan keuangan yang

ada.

Perlu diketahui, beberapa jenis fauna seperti harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan

harimau bali (Panthera tigris balica) merupakan contoh fauna yang telah punah. Meskipun

sampai Maret 1998, Indonesia telah memiliki 375 kawasan konservasi, termasuk 30 taman

nasional (Supriatna, 2008), namun kepunahan masih terus terjadi. Lebih lanjut Supriatna

menjelaskan, bahwa strategi terbaik pelestarian jangka panjang bagi keanekaragaman hayati

adalah perlindungan populasi dan komunitas alami di habitat alami, yang dikenal sebagai

pelestarian in-situ. Namun, jika populasi berukuran kecil, sementara habitat alaminya dalam

kondisi terancam, maka tindakan pelestarian ex-situ (pelestarian di luar habitat alaminya) harus

diambil. Taman Nasional merupakan salah satu contoh dari konservasi in-situ, sementara itu

kebun binatang dan kebun raya merupakan contoh dari konservasi ex-situ.

Harapan

Demikian pembahasan bahan ajar terkait dengan Bangsa, Negara dan Lingkungan Hidup.

Dari Buku Ajar III, yang masih bersifat berbasis konten dan Pemicu-pemicu yang bersifat

konstektual, diharapkan dapat merasakan manfaat pengetahuan yang didapat sebagai bekal yang

akan datang sebagai pemimpin bangsa. Dengan kesadaran dan mendalami pengetahuan dasar

yang tertuang dalam buku-buku ajar (I s/d III) ini harapan para penulis dapat menjadikan alumni

Universitas Indonesia menjadi warganegara yang bertanggung jawab menuju keberlangsungan

hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan kokoh, mandiri, dan bermartabat.

201

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anderson, Benedict, 2002. Imagined Communities, Komunititas-komunitas Terbayang (terjemahan). Yogyakarta: INSIST

Ball, Grant T., 1973, Civics, New Revised Edition, Chicago, Follet Publishing Co.Basrie, Chaidir, 1995. Wawasan Nusantara. Serpong: Lembaga Ilmu Humaniora ITIBasrie, Chaidir. 2001. Bela Negara. Serpong: Lembaga Ilmu Humaniora ITIBasry, M. Hasan, 1995. Untuk Apa Kita Merdeka, Kumpulan Amanat Bung Karno di Sumatera

dalam Masa Perang Kemerdekaan1945-1948. Jakarta: KOPKAR PTPBudiardjo, Prof. Miriam, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, & R. B. Jakson. 2008. Biology. 8th ed. Pearsons Benjamin Cummings, Boston: xlvi + 1267 + (A1--A45) + B1 +C1 +D1 + (E1—E2) + (CR1--CR8) + (G1--G39) + (I-1--I54) hlm.Cassesse, Antonio, 1994. Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.Casyono, B. 2003. Geoscience. Penerbit ITB Bandung.Casyono, B. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosda Karya Bandung.Chiras, D Daniel, (1985), Environmental Science. California: The Benyamin/Cumming Publ.

Comp. IncDepartemen Kehutanan. 2004. Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam: 617 hlm. Dikti, 2008. Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian

Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta, Ditjen DiktiDikti., 2001. Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan (untuk Mahasiswa) Bagian I dan II.

Jakarta: Ditjen Dikti Dep Diknas.Fauzi, Akhmad, 2006, Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.Gie, The Liang (1979), Suatu Konsepsi ke Arah Penertiban Bidang Filsafat. Yogyakarta : Karya

Kencana.Hadi, P Sudharto (2001), Dimensi Lingkungan Perencanaan dan pembangunan. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.Hardjasumantri, Kusnadi, 1989. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta, UGM PressHirst, Paul, 2001. War and Power in the 21st Century (ter), Jakarta: Murai KencanaHuntington, Samuel P., 1996. The Clash of Civilization and the Remaking of World Order.

London: The Belknap Press of Harvard University Press Indrawan, M., R.B.Primack, & J.Supriatna. 2007. Bologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta: xvii + 625 hlm.Jasin, Maskoeri (2002), Ilmu Alamiah Dasar, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Juniarto, Ridwan. 1983. Manusia Teknologi Mitos dan Realita. Angkasa Bandung Kaelan, Dr. H. MS., 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: PARADIGMAKansil, Prof. Drs. C.ST dan Christine Kansil, SH, MH, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan di

Perguruan Tinggi. Jakarta, Pradnya Paramita. Koentjaraningrat (1993), Masalah Kesukubangsaan dan Integritas Nasional. Jakarta UI.Kusumatmadja., 2003. Konsepsi Hukum Negara Nusantara. Bandung, Alumni.Lubis, Prof..DR..M.Solly,SH,,2002, Ilmu Negara, Bandung, Penerbit Alumni

202

Mangun Wijaya, Y.B.(ed), 1983. Teknologi dan Dampak Kebudayaan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta.

Mas’oed, Mochtar, 1983, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta, UGM PressMirhad, R.P. Purnomo, 1973. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia. Jakarta, Lemhannas.Morgenthau, Hans J., 2006, Politics Among Nationss The Struggle for Power and Peace, 7th

Edition, New York, NY, USA : Mc Graw Hill Higer Education . Naisbitt, John, 1994, Global Paradox (terjemahan), Jakarta: Binarupa Aksara.Naning, Ramdlon, SH, 1983. Gatra Ilmu Negara. Yogyakarta: LibertyOetama, Jakob (edt), 2001, Demokrasi, Kekerasan, Distegrasi, Jakarta : Kompas.Ohmae, Kenichi, 1991. The Borderless World, Power and Strategy in the Interlink Economy.

London UK: Fontana. Paret, Peter, 1985, Clausewitz and the State, Princenton University Press, New Jersey.Poerbo, H. (1986), Mencari Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Kota yang Lebih Efektif.

Jakarta Prisma.Poespowardojo, Soerjanto, 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta, PT Gramedia.Pranarka, A.M.W., 1985, Sejarah Pemikiran tentang Pancasila. Jakarta, CSISPurnama, Heri. 1996. Ilmu Alamiah Dasar. Reineka Cipta Karya.Pusat Bahasa Indonesia, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Resosudarmo, I.A.P. & C.J.P.Colfer. 2002. Ke Mana Harus Melangkah : Masyarakat, Hutan dan

perumusan Kebijakan di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: xxxiv + 516 hlm.Roberts, J.M., 2004, The New Penguin History of The World, London, UK : Penguin Books. Sadikin, Sutrisno(et.al).2000. Ilmu Alamiah Dasar. Universitas Tarumanegara Jakarta.Sahlin, M.D. (1968), Culture and Environment. London : Routledge&Kegan Paul.Salim, Emil (1989), Sustainable Development :An Indonesian Perspective. Jakarta : Paper

Presented at AISEC, March.Santoso, Heru.2000. Landasan Etis bagi Perkembangan Teknologi. Tiara Wacana Yogyakarta.Sardjoko.1991.Bioteknologi, Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya. Gramedia JakartaSetneg R.I. (tanpa tahun). Himpunan Risalah Sidang-sidang dari BPUPKI dan PPKI yang

berhubungan dengan Penyusunan UUD 1945. Jakarta: Setneg R.I.Simbolon, Parakitri T., 1995. Menjadi Indonesia, Buku I Akar-akar Kebangsaan Indo-nesia.

Jakarta: KompasSoedarsono, Soemarno, 1997, Ketahanan Pribadi dan Ketahanan Keluarga sebagai Tumpuan

Ketahanan Nasional. Jakarta: Intermassa Soemarwoto, O. (1989), Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : DjambatanSoemiarno, S, 2005, Hak Asasi Manusia (utk Pelatihan Dosen Dikwar), Jakarta, Ditjen Dikti.Soeriaatmadja, R.E. (1977), Ilmu Lingkungan, Penerbit ITB, Bandung.Soerjani M. Rofiq A, dan Rozy M. (1987), Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan

dalam Pembangunan. Jakarta : UI – Press.Soerjani, Mohammad (1997), Pembangunan dan Lingkungan, Institut Pendidikan dan

Pengembangan Lingkungan, Jakarta.Soetoprawiro, Koerniatmanto, 1996. Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia.

Jakarta, Gramedia Pusaka UtamaStarr, C., Evers C.A., & L. Starr. 2006. Biology. Concepts and Applications. 6th ed. Thomson

Brooks/Cole. Toronto: xx + 795 + (A1-A7) + (G1—G9) + (CR1--CR7) + (I1-I-24) hlm.Sumaatmadja, Nursid (1989), Studi Lingkungan Hidup, Penerbit Alumni, Bandung.Sumardji, Juajir, 1996. Hukum Ruang Angkasa. Jakarta, PT. Pradnya Paramita

203

Sunardi, R.M. (2004), Pembinaan Ketahanan Bangsa. Jakarta: PT. Kuadernita Adidarma.Sunardi, R.M., 2004, Pembinaan Ketahanan Bangsa, Dalam Rangka Memperkokoh NKRI,

Jakarta : PT. Kuaternita Adidarma. Sunoto, 1981. Mengenal Filsafat Pancasila. Yogyakarta, Bag. Penerbitan FE UIISupardi, I. (1994), Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Penerbit Alumni, Bandung.Supriatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. xx + 482

hlm.Suradinata, Ermaya, Alex Dinuth (Pnyt), 2001, Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan Nasional.

Jakarta:Paradigma Cipta Tatrigama.Suseno, Franz Magnis (1988), Kuasa dan Moral. Jakarta : Gramedia.Sutikno dan Maryunani, 2006, Ekonomi Sumberdaya Alam, Badan Penerbit Fak. Ekonomi –

Univ. Brawijaya, Malang.Wardhana, Wisnu Arya (1995), Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset,

Yogyakarta.Widio Siswoyo, S. 1999. Ilmu Alamiah Dasar. Galia Indonesia Jakarta.Wikenfeld, Jonathan (edt), 1973, Conflict Behavior & Lingkage Politics, New York, David

McKay Co.Inc,Wright, Quincy, 1942. Study of War. Chicago III. The University of Chicago PressZen, M. T. 1984. Science, Teknologi dan Hari Depan Manusia. Gramedia Jakarta.

Tentang Tim Penulis

Slamet Soemiarno, tenaga pengajar luar biasa UI, Mk Pendidikan Kewarganegaraan sejak 1995. Pendidikan : S-1 Administrasi Negara, di Lembaga Administrasi Negara dan S-2 Pengkajian Ketahanan Nasional di Universitas Indonesia. Pendidikan jenjang militer : AAU hingga SESKOAU. Sebelum bergabung di UI (MKU dan Tim PDPT), sebagai pengajar luar biasa pada Proyek Diklat Administrasi Perlengkapan, Dep Keu RI dan SESPANAS LAN RI dengan bahan

204

ajar Penyelenggaraan Administrasi Perlengkapan Pemerintah, di samping bertugas tetap sebagai anggota TNI maupun anggota Legislatif.

Hari Kartono, tenaga pengajar tetap Departemen Geografi FMIPA-UI. Latar belakang pendidikannya S1 bidang studi Geografi dan S2 bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan IPB. Selain sebagai tenaga pengajar, aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang dikuasainya.

Susiani Purbaningsih, tenaga pengajar tetap Departemen Biologi FMIPA-UI. Latar belakang pendidikan: S1, Fakultas Biologi-UGM, S2 dan S3, Université Montpellier II-Perancis, bidang Fisiologi Tumbuhan/Kultur in vitro Tumbuhan. Member dari International Association for Plant Tissue Culture & Biotechnology, Anggota Perhimpunan Anggrek Indonesia, Pemerhati dan Penggiat Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat.

205