Bahan+Ajar+3+Versi+10+Juli+09
-
Upload
fakhrurrazi -
Category
Documents
-
view
165 -
download
8
Transcript of Bahan+Ajar+3+Versi+10+Juli+09
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Era Globalisasi ditandai dengan kemajuan teknologi seperti: (1) transportasi (sekarang
pesawat terbang digunakan sebagai angkutan masal), (2) telekomunikasi (kini telah berkembang
teknologi informatika), dan ditandai juga dengan semangat perdagangan bebas. Pada era ini
pula, orang terdorong atau cenderung berkeinginan menjadi warga negara dunia. Negara maju
dan kaya, mencita-citakan dunia ini menjadi dunia tanpa batas. Dunia tanpa batas dapat
merugikan bangsa yang sedang berkembang, apabila bangsa itu tidak memiliki karakter nasional
yang kuat dan disertai dengan intelektual yang tinggi. Tidaklah mengherankan jika, dalam
beberapa hal, globalisasi telah memicu konflik, baik konflik antar negara maupun konflik
internal di dalam negara. Hal itu, dipicu, salah satunya, oleh berbedaan persepsi nilai-nilai dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Konflik fisik masih terjadi, baik dalam rangka memperebutkan wilayah secara fisik
maupun wilayah maya—pengaruh budaya, ekonomi dan sebagainya—yang berawal dari
perebutan sumber daya alam. Oleh karena itu tidaklah salah apabila, Quincy Wright (Wright,
1941: 4-6) berpendapat bahwa perang dipicu oleh: 1. dunia yang “menciut” sebagai akibat
kemajuan teknologi transportasi; 2. “percepatan” jalannya sejarah sebagai akibat kemajuan
teknologi telekomunikasi; 3. penemuan persenjataan baru, serta 4. kebangkitan demokrasi. Dari
keempat penyebab perang tersebut, tiga di antaranya menyebabkan penggunaan sumber daya
alam—terutama yang tidak dapat diperbarui—secara berlebihan. Oleh karena itu issue Era
globalisasi diidentikkan dengan perebutan wilayah (sumber daya alam) dan pemanasan global.
Manusia dan tempat tidak dapat dipisahkan, demikian pidato Ir. Soekarno pada sidang
BPU PKI tanggal 1 Juni 1945 (Setneg, tt: 66). Oleh karena itu, tidaklah dapat disalahkan apabila
dalam tata kehidupannya—cara berpikir, bergaul, dan bertindak— orang, dipengaruhi oleh
konstalasi wilayah yang dihuninya. Di suatu wilayah itulah setiap manusia akan mengelola
sumber daya alam, sehingga dapat menghasilkan sesuatu untuk tata kehidupannya.
Setelah manusia membangsa, mereka menamakan wilayah yang dihuninya dan diklaim
sebagai miliknya dan dinamai negara (country). Dalam perjalanan sejarah, negara tidak saja
diartikan sebagai wilayah tempat tinggal bangsa, namun diartikan sebagai institusi yang
bertujuan untuk membina bangsa dan wilayah. Negara sebagai institusi (state) memerlukan
beberapa persyaratan pokok yang harus dipenuhi, antara lain: ada wilayah (geografi dengan
sumber daya), ada penduduk (warganegara dan bukan warganegara) serta ada pemerintah yang
berdaulat. Namun biasanya ada persyaratan tambahan antara lain: konstitusi—yang memuat di
dalamnya tujuan Negara—dan pengakuan kedaulatan.
Dalam upaya membina dan mengelola rakyat tidak jarang Negara—aparatur negara—
melakukan pemaksaan yang berlebihan. Hal itu mengakibat pelanggaran hak asasi manusia yang
tidak dapat dihindarkan. Eksplorasi dan eksploitasi wilayah yang berlebihan akan berdampak
pada kerusakan lingkungan. Salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan, diperlukan
pengenalan lebih lanjut tentang rahasia alam semesta dan isinya. Oleh karena itu , pada bahan
ajar ini pembahasan akan meliputi masalah: penduduk, wilayah, serta kedaulatan—konstitusi,
sistem perintahan dan politik—yang merupakan inti dari bahan ajar mengenai Negara,
pengelolaan lingkungan hidup yang harus diperhatikan oleh bangsa. Ilmu pengetahuan alam yang
menguak fenomena alam semesta diharapkan menjadi bahan pengetahuan bagi bangsa.
1. 2. Bangsa Indonesia
1. 2. 1. Pengertian Bangsa
Ada beberapa pengertian tentang bangsa (nasion/nation) dan kebangsaan yang
berkembang. Ernest Renan menyatakan bahwa bangsa adalah: bukan suatu ras, bukan orang-
orang yang mempunyai kepentingan yang sama, bukan pula dibatasi oleh batas-batas geografis
atau batas alamiah. Nasion (bangsa) adalah suatu solidaritas, suatu jiwa, suatu asas spiritual ,
suatu solidaritas yang dapat tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah lampau dan bersedia
dibuat di masa yang akan datang. Nasion memiliki masa lampau tetapi berlanjut masa kini
dalam suatu realita yang jelas melalui kesepakatan dan keinginan untuk hidup bersama ( le desire
d’etre ensemble). Nasion tidak terkait oleh negara, karena negara berdasarkan hukum.
Menurutnya, wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa. Bagi rakyat negara yang
dikuasai ras lain (negara jajahan), para pemimpin pergerakan/kemerdekaan mengobarkan
semangat nasionalisme berdasarkan teori Renan. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa
pada negara nasional baru (dikenal pula sebagai negara dunia ketiga) jiwa nasionalisme tumbuh
seperti teori dari Ernest Renan.
2
Sementara itu, menurut Hans Kohn (Kaelan, 2002: 213): bangsa itu terbentuk karena
persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Teori Kohn ini
nampaknya berdasarkan perkembangan pengertian bangsa (nasion) di Eropa daratan
(kontinental). Bangsa (nasion) di Eropa kontinental bangkit karena revolusi leksikografi, bahwa
bahasa milik pribadi-pribadi kelompok khas (Anderson, 2001: 126). Eropa—kontinental—
dikuasai oleh dinasti Habsburg di sebagian Eropa Tengah dan Timur, dinasti Romanov di Eropa
Timur, Rusia dan Asia Barat hingga Siberia dan dinasti Usmaniah (Ottoman) di Balkan, Jazirah
Arab dan Afrika Utara, sedangkan Eropa Barat dikuasai ex dinasti Bourbon. Bangsawan—
penguasa—lokal diharuskan mampu berbahasa Latin sebagai bahasa resmi di dalam wilayah
dinasti maupun sebagai lingua franca antara para bangsawan—dinasti dan lokal—serta kaum
intelektual. Persoalan timbul, bahwa yang mampu menguasai bahasa resmi hanya sedikit. Hal itu
menyebabkan percetakan tidak dapat menerbitkan secara luas karya tulis para intelektual dan
menimbulkan kerugian. Sebagai tindak lanjutnya, penerbitan lebih banyak menggunakan bahasa
lokal agar masyarakat yang mampu membaca tulisan lebih banyak. Faham egaliterisme di
kalangan masyarakat menumbuhkan nasionalisme berdasarkan budaya lokal. Rupanya faktor
inilah yang menjadikan Hans Kohn membuat definisi seperti itu.
Definisi bangsa menurut paham bangsa Indonesia tertuang berdasarkan isi Sumpah
Pemuda. Menurut Kaelan (2002: 213) adanya unsur masyarakat yang membentuk bangsa yaitu:
berbagai suku, adat istiadat, kebudayaan, agama serta berdiam di suatu wilayah yang terdiri atas
beribu-ribu pulau. Selanjutnya bangsa juga mempunyai kepentingan yang sama dengan
individu, keluarga maupun masyarakat yaitu tetap eksis dan sejahtera. Salah satu persoalan yang
timbul dari bangsa adalah ancaman disintegrasi, dan yang menjadi penyebab utama biasanya
perbedaan persepsi pada upaya masyarakat yang ingin “merekatkan diri lebih ke dalam”, yaitu
ingin mempertahankan pola. Oleh karena itu pada bangsa yang baru merdeka atau berdiri
diupayakan memiliki alat perekat yang berasal dari budaya masyarakat. Pada perkembangannya
alat perekat ini, dikenal sebagai ideologi yang hendaknya dipahami oleh bangsa itu sendiri.
1. 2. 2. Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia.
Sejarah lahirnya bangsa (nasion) Indonesia cukup panjang dan itu tidak lepas dari upaya
Vereenigde Oost Indische Companie (VOC) yang dilanjutkan Pemerintah Belanda memecah
belah rakyat nusantara, melalui kebijaksanaan pemilahan penduduk. Namun, reaksi rakyat
3
nusantara justru ingin bersatu dan berkelompok atas dasar kesamaan: tempat tinggal, daerah asal
dan agama. Inilah embrio semangat persatuan dalam prulisme.
Gerakan Etika Politik di Eropa dilaksanakan juga di nusantara dengan maksud ingin
membalas jasa rakyat. Dengan demikian rakyat akan mudah diatur oleh Belanda. Ternyata
gerakan ini disambut baik oleh kaum pergerakan dan dibantu oleh para penguasa lokal. Para
pemimpin pergerakan melakukan upaya pendidikan dan mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum
pribumi. Boedi Oetomo merupakan organisasi masyarakat pribumi pertama melakukan
pendidikan untuk kaum pribumi. Kaum pribumi menjadi haus bacaan dan ilmu pengetahuan.
Sastra Barat mulai diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu dan Jawa yang akhirnya
membangkitkan semangat egaliter. Dari semangat egaliter membangkitkan kesadaran berbangsa
dan berpolitik, yang selanjutnya mejadi gerakan politik sehingga lahirnya bangsa Indonesia.
Oleh karena itu Ben Anderson (2001) berpendapat bahwa nation state merupakan komunitas
terbayang (imagined communities) yang menyatu.
1. 3. Nasionalisme Indonesia.
Nasionalisme mengandung arti faham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.
Nasionalisme merupakan gerakan sentimen mencintai bangsa namun hendaknya dalam koridor
universal. Dengan semangat nasionalisme yang tinggi akan terbangun kekuatan dan kontinuitas
sentimen mencintai bangsa dalam bentuk identitas nasional.
Faham nasionalisme terbangun melalui beberapa konsep antara lain: (1) konsep theologi
yang identik dengan fitrah manusia untuk bersatu membentuk masyarakat dan membangsa; (2)
konsep politik yang terbangun melalui hakikat budaya politik bangsa; (3) konsep budaya yang
tetap menghormati tumbuh dan berkembangnya semangat multikultur. Namun, kini faham
nasionalisme lebih menekankan pada aspek politik.
Nasionalisme Indonesia bertitik tolak dari semangat sumpah pemuda yang pada dasarnya
perubahan semangat kesukuan ke semangat kebangsaan (dikenal sebagai “dari ke-kami-an
menjadi ke-kita-an”). Adapun beberapa ciri khas nasionalisme Indonesia adalah: (1) Bhineka
Tunggal Ika; (2) Etis (paham etika Pancasila); (3) Universalitik; (4) Terbuka secara kultural; dan
(5) Percaya diri.
Pertumbuhan Nasionalisme Indonesia telah mengalami perubahan seiring dengan
perubahan rezim. Masa Orde Lama semangat persatuan mulai menguap dan identitas nasional
4
(sebagai salah satu bentuk nasionalisme) terdistorsi menjadi identitasnya Bung Karno sebagai
Pemimpin Besar Revolusi (PBR). Di zaman Orde Baru, spirit kebangsaan ditumbuh-
kembangkan untuk mengatasi keterpurukan ekonomi warisan orde lama. Namun, ujung-
ujungnya Pancasila secara manipulatif “diritualisasikan” untuk mengamankan proses kolusi,
korupsi dan nepotisme dan “kroniisme”. Identitas nasional—yang merupakan salah satu ciri
khas nasionalisme—terdistorsi menjadi identitas nasionalnya presiden sebagai penguasa tunggal.
1. 4. Negara dan Bangsa
Negara menurut Logemann adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan,
dengan kekuasaannya, mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat. Lebih jauh menurut
Max Weber negara merupakan struktur politik yang diatur oleh hukum, yang mencakup suatu
komunitas manusia yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dan menganggap wilayah yang
bersangkutan sebagai milik mereka untuk tempat tinggal dan penghidupan mereka (Naning,
1983: 3 – 4). Ada pengadaan dan pemeliharan tata keteraturan (hukum) bagi kehidupan mereka.
Ada monopoli kepemilikan dan penggunaan kekuatan fisik secara sah (legitimasi). Dengan
demikian Negara merupakan alat masyarakat untuk mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan manusia dengan Negara. Adanya legitimasi pada Negara, organisasi ini dapat
memaksa kekuasaannya secara sah terhadap semua kolektiva dalam masyarakat. Ada tiga sifat
yang merupakan kedaulatan. Pertama sifat memaksa, yaitu negara memiliki kekuasaan untuk
menggunakan kekerasan fisik secara sah (legal) agar dapat tertib dan aman. Kedua sifat
monopoli, yaitu negara berhak dan kuasa tunggal dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat atau bangsa. Ketiga sifat mencakup semua, yaitu semua peraturan perundang-
undangan mengenai semua orang, baik warga negara maupun bukan warganegara.
Menurut Konvensi Montevideo, diperlukan 3(tiga) syarat yang bersifat konstitutif.
Pertama harus ada wilayah, yaitu suatu daerah yang telah dinyatakan sebagai milik bangsa
tersebut, dan batas-batas wilayah ditentukan oleh perjanjian internasional. Kedua harus ada
rakyat, yaitu orang yang mendiami di wilayah tersebut dan dapat terdiri dari atas berbagai
golongan atau kolektiva sosial; yang harus patuh pada hukum dan Pemerintah yang sah. Ketiga
harus ada Pemerintah, yaitu suatu organisasi yang berhak mengatur dan berwewenang
merumuskan serta melaksanakan peraturan perundang-undangan yang mengikat warganya.
Lebih lanjut menurut Prof DR Sri Soemantri, SH (Diknas, 2001: 50) dapat pula ditambahkan ada
5
pengakuan kedaulatan dari negara lain. Kedaulatan merupakan unsur mutlak yang harus ada dan
merupakan ciri yang membedakan antara organisasi pemerintah dengan organisasi
kemasyarakatan/sosial. Untuk lebih mampu menghadapi lawan, negara berhak menuntut
kesetiaan para warganya. Demikian pula dapat ditambahkan adanya tujuan negara, baik tersurat
maupun tersirat, melalui konstitusi.
1. 5. Lingkungan Negara
Masalah negara—dalam arti institusi atau state—tidak dapat terlepas dari pengaruh
negara lainnya yang berdekatan. Oleh karena itu harus diketahui dan dipahami dengan benar apa
yang dilakukan oleh negara tetangga, baik secara regional maupun global. Sebagai tindak
lanjutnya kita harus dapat memprediksi secara strategis masalah lingkungan dan kemitraan.
Masalah lingkungan hidup menjadi penting dan ini harus dapat dipahami dan diresapi
oleh masyarakat kita terutama di perbatasan dengan negara tetangga. Banyak garis batas antar
negara berubah karena ketidak tahuan dan kesadaran masyarakat kita sendiri. Pergeseran batas
wilayah sering diawali dengan kerusakan lingkungan karena eksploitasi wilayah yang berlebihan
tanpa memikirkan dampak lingkungan. Kerusakan lingkungan tidak saja berakibat mundurnya
batas wilayah tetapi juga menyebabkan banyaknya kecelakaan yang merugikan masyarakat, yang
sebenarnya tidak perlu terjadi.
1. 6. Sistimatika Pembahasan
Berkenaan Buku Ajar – III yang bermuatan Pokok Bahasan Bangsa, Negara dan
Lingkungan Hidup di Indonesia, sistimatika pembahasan disusun sebagai berikut:
1. Pendahuluan. Dengan didahului membahas latar belakang yang berlanjut dengan membahas
Bangsa dan Negara (termasuk nasionalisme Indonesia), serta Lingkungan Hidup, dan
diakhiri dengan Sistematika Pembahasan.
2. Kewarganegaraan Indonesia. Membahas masalah Rakyat Indonesia (WNI), Penduduk (WNI,
WNA, Stateless), hak dan kewajiban penduduk (WNI, WNA, Stateless), serta pembatasan
gerak penduduk pada suatu Negara (Imigrasi merupakan bentuk kedaulatan suatu negara).
3. Negara Hukum dan Konstitusi. Penjelasan tentang Negara Hukum, makna konstitusi, hak
asasi manusia dan Rule of Law di Indonesia
6
4. Negara dan Sistem Politik. Membahas bagaimana Pancasila sebagai dasar negara dituangkan
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
demokratis (good governance, accountable, transparant)
5. Wilayah sebagai Ruang Hidup. Membahas teori geopolitik Indonesia dan geostrategi
Indonesia (ketahanan nasional) dan ketahanan regional (ASEAN, APEC, OPEC) serta
implementasinya dalam hukum kewilayahan (hukum darat, laut, udara termasuk masalah
otonomi daerah dan diakhiri dengan tata ruang. Membahas pula pasang surut hubungan antar
negara.
6. Lingkungan Hidup. Membahas masalah Lingkungan Hidup, Sumberdaya alam, serta
implementasi pada rencana tata ruang wilayah untuk pengelolaan lingkungan—melalui
Undang-Undang terkait—dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Membahas pula
ketidaktahuan dan ketidaktaatan masyarakat, bangsa (sumber daya manusia) terhadap hal-hal
tersebut, hingga menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
7. Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi. Masalah upaya pengungkapan rahasia dan gejala
alam semesta untuk memenuhi kebutuhan manusia.
8. Keanekaragaman Hayati dan Konservasi. Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan
perubahan pola pikir dan pola tindak manusia. Hal ini akan berlanjut dengan pemanfaatan
teknologi yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan bersifat global. Dampak negatif
eksploitasi yang berlebihan mengancam kehidupan manusia. Usaha-usaha untuk mengatasi
kerusakan lingkungan global telah dilaksanakan (Undang-Undang, Konvensi, Deklarasi, dan
Ratifikasi). Pembahasan akan diakhiri dengan kesimpulan dan harapan para penulis pada
mahasiswa baru Universitas Indonesia.
7
BAB II
KEWARGANEGARAAN INDONESIA
2. 1. Latar Belakang
Salah satu syarat yang bersifat konstitutif suatu Negara harus ada rakyat, yaitu orang
yang mendiami suatu wilayah atau negara. Namun pada kenyataannya, yang mendiami wilayah
tersebut terdiri dari atas berbagai golongan. Keanekaan golongan ini harus patuh pada hukum
dan Pemerintah yang sah. Pemerintah juga dituntut untuk melindungi rakyat dari tindak
kesewenangan baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun sebaliknya rakyat
dituntut pula untuk membela kepentingan Negara. Sebaliknya Negara (dalam hal ini
Pemerintah) tidak dapat memaksa semua rakyatnya yang tinggal di wilayahnya untuk membela
Negara, karena ada perbedaan status. Perbedaan status antara lain status kewarganegaraannya.
2. 2. Warga Negara
Rakyat didefinisikan sebagai segenap penduduk suatu negara (KBBI, 1988: 722).
Sementara itu, yang dimaksud dengan bukan penduduk ialah orang yang tinggal sementara di
wilayah tersebut. Selanjutnya penduduk dibedakan antara warga negara dan bukan warga negara
atau warga negara asing.
Warga Negara (citizens, citoyen, staatsburger) adalah peserta dari otoritas Negara. Istilah
ini bermula dari keinginan manusia mempersatukan diri dalam kebersamaan, semua daya
kekuatan ditempatkan di bawah kehendak umum sebagai satu kekuatan kelompok. Jadi bermula
dari pribadi umum (public person) membentuk persatuan semua orang yang disebut “kota”
(city), dan sekarang disebut “republik” atau “negara hukum” (body politic), yakni kumpulan
manusia dalam suatu negara. Unit ini oleh warganya disebut negara (state), apabila bersifat
pasif, sedangkan bila bersifat aktif disebut penguasa (souvereign).
Kaula Negara (subject, sujet, onderdaan) adalah mereka yang ditundukkan oleh Negara
(dalam hal ini adalah raja/dinasti). Pada masa lampau Negara diidentikkan dengan penguasa/
hukum negara. Istilah itu sekarang dipakai untuk warga negara kerajaan. Namun, tidak berarti
bahwa kebesannya tidak lebih jelek dari suatu Negara bukan kerajaan.
Untuk menentukan kewarganegaraan dikenal ada 2 (dua) pendekatan, ditinjau dari segi
kelahiran dan segi perkawinan.
1. Dari kelahiran ada dua pendekatan asas kewarganegaraan (Soetoprawiro, 1966: 10):
8
a. Ius Sanguinis (law of blood) Dalam asas ini kriteria kewarganegaraan ditentukan
berdasarkan garis orang tua si anak.
b. Ius Soli (law of soil). Dalam asas ini seseorang diakui kewarganegaraannya berdasarkan
tempat dilahirkan, meski orang tuanya adalah warga negara asing.
Kedua asas itu dapat digunakan bersama dengan mengutamakan salah satu, namun dengan
tidak menanggalkan kewarganegaraan yang lainnya. Sebagai akibatnya terjadi dwi
kewarganegaraan (bipatride) dan sebaliknya dapat saja seseorang tidak memiliki
kewarganegaraan (apatride). Hal itu biasanya diselesaikan dengan menggunakan hak opsi
yaitu hak memilih kewarganegaraan dan dan hak repudansi (hak menolak kewarganegaraan).
Cara lain untuk memperoleh kewarganegaraan melalui cara naturalisasi yaitu melalui proses
hukum dengan syarat-syarat tertentu.
2. Dari segi perkawinan dengan dasar:
a. Kesatuan hukum, dalam kaitan ini isteri mengikuti kewarganegaraan suami, apabila
terjadi perkawinan antar bangsa (campuran).
b. Persamaan derajat, dalam kaitan ini kewarganegaraan isteri tidak hilang setelah
perkawinan campuran.
2. 3. Warga Negara Indonesia
Pascaperang Dunia II, banyak berdiri negara nasional baru. Negara-negara tersebut
umumnya adalah negara merdeka, setelah sekian tahun dijajah oleh dinasti-dinasti Eropa. Masa
pemerintahan kolonial, penduduk asli kawasan itu pada umumnya diposisikan pada strata
terendah kaula negara oleh para penguasa asing. Setelah merdeka penduduk asli/pribumi
menjadi penguasa baru. Demikian pula yang terjadi di negara kita, di mana kaum pribumi pada
posisi strata ketiga setelah keturunan Eropa dan Timur Asing. Hal itu perlu penentuan yang tepat
agar negara yang baru dibentuk tidak timbul persoalan.
Persoalan yang timbul pada tiap negara yang baru merdeka adalah kemungkinan
disintegrasi rakyat/bangsa. Hal itu disebabkan penduduk negeri yang baru merdeka terdiri dari
beberapa strata sosial yang diciptakan berbeda oleh Pemerintah Jajahan. Mereka kini diberikan
status yang sederajat di Negara Republik Indonesia. Dengan demikian mereka akan merasa
memiliki dan sekaligus mencintai negaranya. Apabila mereka dalam status yang sama
kemungkinan disintegrasi akan menjadi kenyataan. Pada kenyataannya ketiga strata kaula
negara bersatu untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
9
Untuk menentukan status kewarganegaraan Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia
menjabarkan pasal 26 UUD-1945 dengan UU no. 3/1946 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Melalui UU tersebut, Pemerintah Republik Indonesia menggunakan pendekatan ius
soli untuk menentukan kewarganegaraan bagi rakyatnya. Hal itu untuk menampung kaula negara
(onderdaan) yang ada di Indonesia sebelum kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945
Selanjutnya setelah tahun 1950 (setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda) timbul
masalah baru yaitu: Keputusan Pemerintah Kerajaan Belanda dan Pemerintah Republik Rakyat
Cina yang tetap mengakui warganya yang tinggal di Indonesia tetap menjadi warganegaranya.
Akibatnya terdapat keadaan dwi kewarganegaraan (bipatride) bagi orang keturunan Belanda dan
Cina perantauan. Ini dapat menimbulkan loyalitas ganda bagi warganegara keturunan Belanda
dan Cina.
Untuk mengatasi hal ini Pemerntah Indonesia menerbitkan UU no. 62/1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang berasaskan ius sanguinis. Sebagai akibatnya
mereka menjadi warganegara asing yang tidak mengenal tanah leluhurnya, bahkan banyak di
antara mereka yang tidak mampu berbahasa ibu. Mereka bersatus sebagai warga negara asing
dan harus mengajukan permohonan izin tinggal di Indonesia.
Seiring dengan kemajuan zaman, perkawinan campuran makin sering terjadi di
Indonesia. Pria warganegara asing sering menikahi putri-putri Indonesia, yang tidak jarang
perkawinan itu hanya bersifat politis, agar dia dapat izin tinggal. Kasus yang sama sering terjadi
juga di negara lain. Sebagai akibatnya banyak anak-anak hasil pernikahan perempuan Indonesia
dengan orang asing dan lahir di Indonesia berstatus warganegara asing. Problema ini tidak
begitu menjadi masalah selama orangtuanya masih akur (tidak bercerai). Namun, apabila terjadi
perceraian, status anak-anak tersebut tetap orang asing dan yang paling menderita ialah ibunya
(setelah perceraian biasanya si anak menjadi beban ibunya), yaitu ia memelihara serta
membesarkan warga negara asing dengan segala macam konsekuensinya.
Sejak Juli 2006 telah diundangkan UU no 12/2006 dengan pendekatan asas ius sanguinis
dan ius soli terbatas. Mereka memiliki kewarganegaraan ganda hingga usia dewasa. Namun UU
Kewarganegaraan yang baru agak menyulitkan buruh migran karena dapat kehilangan
kewarganegaraanya apabila mereka tidak aktif berhubungan dengan perwakilan Pemerintah
Indonesia di luar negeri. Padahal, hak untuk memiliki, memperoleh, mengganti atau
10
mempertahankan kewarganegaraannya telah dijamin melalui pasal 26 UU no 39/1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
2. 4. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Pelaksanaan hak warga negara dalam UUD 1945 dikaitkan langsung dengan kewajiban
karena memang mempunyai keterkaitan. Karenanya perumusan hak dan kewajiban itu
dicantumkan dalam satu pasal seperti pasal 27 ayat (1) “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Dalam kaitan ini dapat diketengahkan masalah
hak-hak warga negara misalnya masalah pendidikan, kesejahteraan sosial dan pertahanan.
Sebelum amandemen, tidak ada Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945. Hal itu
disebabkan Hak Asasi Manusia tidak sesuai dengan paham negara integralistik yang dianut UUD
1945. Paham negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller dan Hegel
bukanlah untuk menjamin perseorangan atau golongan, namun untuk menjamin masyarakat
secara persatuan (Kaelan, H., MS. 2002: 39). Menurut Dr. A. S. S. Tambunan, SH kini kita
menganut paham individualisme dan liberalisme seperti waktu UUDS 1950, terbukti dengan
rumusan pasal-pasal dalam Bab XA (Tambunan, 2002: 11). Hal ini berarti bahwa Bab XA (Hak
Asasi Manusia) beserta pasal-pasalnya itu bertentangan dengan Pembukaan UUD NKRI 1945.
UUD-1945 secara tegas menyatakan tentang:
1. Hak, antara lain melalui pasal 27ayat (2) hak untuk mendapatkan pekerjaan, pasal 30 ayat (1)
hak ikut serta dalam usaha pembelaan negara, dan pasal 31ayat (1) hak mendapatkan
pengajaran.
2. Kewajiban, antara lain melalui: pasal 27ayat (1) kewajiban untuk menjujung hukum dan
pemerintahan dengan tidak ada kecuali, pasal 30 ayat (1) kewajiban ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan pasal 31 ayat (2) mengikuti pendidikan dasar.
3. Kemerdekaan warga negara, antara lain melalui: pasal 27 ayat (1) yaitu persamaan di dalam
hukum dan pemerintahan, pasal 29 ayat (2) kemerdekaan untuk memeluk agama dan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya, serta pasal 28 kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran.
2. 5. Hak dan Kewajiban Warga Negara Asing di Indonesia
Bagi warga negara asing yang medapat izin tinggal juga menerima hak dan memiliki
kewajiban selama berada di Indonesia:
11
1. Kewajiban untuk tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan.
2. Hak untuk menerima perlindungan atas diri dan hartanya.
3. Tidak memiliki hak untuk dipilih dan memilih.
4. Tidak mempunyai hak dan kewajiban untuk bela negara.
2. 6. Pembatasan Gerak
Sifat manusia selalu ingin berkelana, lebih-lebih pada era globalisasi, karena itu gerak
keluar masuk penduduk pada suatu negara perlu diawasi terutama orang-orang asing. Instansi-
instansi: Pencatatan Sipil, Imigrasi, dan Kependudukan merupakan salah satu perwujudan
kedaulatan negara. Aspek yang diatur:
1. Perubahan status warganegara/penduduk.
2. Paspor yaitu surat jati diri perjalanan,
3. Visa: bukti persetujuan masuk dan tinggal dalam suatu negara,
4. Migrasi/mutasi penduduk antar wilayah,
5. Pencegahan dan penangkalan, yaitu upaya Pemerintah mengawasi baik warganegara sendiri
maupun warganegara asing,
6. Deportasi—orang asing—yaitu upaya Pemerintah menangkal bahaya kejahatan dan penyakit
menular,
Namun, upaya pengendalian penduduk sering kurang dihayati oleh masyarakat, dan
aparat Pemerintah sehingga sering diabaikan. Akibatnya banyak terdapat tanda pengenal—kartu
identitas—ganda, maupun sebaliknya. Akibat lanjutannya upaya pemerintah untuk menyiapkan
“single number identity” terkendala. Dan pada gilirannya akan menyebabkan perselisihan pada
saat pemilihan umum, yaitu banyaknya orang yang tidak masuk dalam daftar pemilih. Pada saat
inilah banyak orang kehilangan hak konstitusionalnya.
2. 7. Hak dan Kewajiban Bela Negara
Upaya pembelaan negara merupakan tekad, sikap dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan pada Pancasila dan UUD-1945
(Basrie, 1992:14). Untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban membela Negara diperlukan
pengetahuan tentang bela negara dalam arti luas. Bela Negara dalam arti luas tidak hanya
menyangkut menghadapi bencana perang tetapi juga bencana lain. Untuk itu setiap warganegara
12
harus disiapkan dengan baik dan sekaligus perlu diberi penjelasan secara meluas tentang hak dan
kewajiban dalam upaya bela negara dan upaya pertahanan keamanan (pasal 27 dan pasal 30).
Untuk melaksanakan amanat UUD NKRI 1945 diperlukan:
1. Pengetahuan tentang bela negara dan pertahanan keamanan agar setiap WNI dapat: (a)
menunaikan hak dan kewajibannya dengan tepat; (b) ikut serta menyumbangkan pemikiran
terhadap perumusan dan penyelenggaraan konsepsi pertahanan keamanan negara;
kewaspadaan dan kesiapan menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan.
2. Motivasi perlu ditumbuhkan melalui pemahaman: (a) sejarah pembelaan negara secara
universal maupun nasional; (b) kondisi geografi, sumber daya manusia dan sumber daya
alam kita; (c) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi; (d) strategi pembangunan nasional
dan (e) yuridis formal.
Memahami, menghayati arti bela Negara dan pertahanan keamanan negara merupakan
salah satu upaya memupuk semangat nasionalisme dan jati diri bangsa Indonesia.
13
BAB III
NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI
3. 1. Pengantar
Manusia setelah membangsa membentuk organisasi yang akan melindungi diri dan
tempat tinggalnya. Organisasi tersebut dinamakan negara (state). Istilah negara semula diartikan
hanya sebagai tempat tinggal (country) yang diklaim sebagai miliknya. Membahas masalah
negara (state) kita harus membahas pula sistem politik yang berlaku dalam suatu negara.
Negara menurut Logemann adalah suatu organisasi masyarakat yang bertujuan dengan
kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat (Naning, 1983: 3) Lebih
jauh menurut Max Weber negara adalah suatu struktur masyarakat yang menpunyai monopoli
dalam menggunakan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah (Budiardjo, 2008: 49).
Dengan demikian negara merupakan alat masyarakat untuk mengatur hubungan manusia dengan
masyarakat. Ada legitimasi, yaitu Negara dapat memaksa kekuasaannya secara sah terhadap
semua kolektiva dalam masyarakat.
Ada tiga sifat yang merupakan kedaulatan: (1) Sifat memaksa, di mana negara memiliki
kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara sah (legal) agar dapat tertib dan aman; (2)
Sifat monopoli, yaitu negara berhak dan kuasa tunggal menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat (tujuan nasional); (3) Sifat mencakup semua, yaitu semua peraturan perundang-
undangan mengenai semua orang baik warganegara maupun penduduk. Dari ketiga sifat inilah
timbul konsepsi negara hukum. Timbullah dalil: “Tiada masyarakat tanpa hukum” dalam teori
ilmu hukum.
3. 2. Persyaratan Negara
Berdasarkan Konvensi Montevideo, untuk suatu negara diperlukan 3 (tiga) syarat yang
bersifat konstitutif. Persyaratan tersebut adalah: (1) Harus ada wilayah yang telah dinyatakan
sebagai milik bangsa dan batas-batasnya ditentukan melalui perjanjian internasional; (2) Harus
ada rakyat yang mendiami wilayah tersebut dan dapat terdiri dari atas berbagai golongan sosial.
Rakyat negara harus patuh pada hukum dan Pemerintah yang sah; (3) Harus ada Pemerintah yang
berhak mengatur dan berwewenang merumuskan serta melaksanakan peraturan perundang-
undangan yang mengikat warganya. Lebih lanjut Prof. DR. Sri Soemantri, SH (Dikti, 2001: 36)
dapat pula ditambahkan adanya pengakuan kedaulatan dari negara lain. Kedaulatan merupakan
14
unsur yang mutlak harus ada dan merupakan ciri yang membedakan antara organisasi pemerintah
dengan organisasi sosial. Agar mampu menghadapi lawan, negara berhak menuntut kesetiaan
para warganya. Demikian pula dapat ditambahkan adanya tujuan negara baik tersurat maupun
tersirat melalui konstitusi. Rumusan tujuan nasional dalam konstitusi negara merupakan
pedoman untuk pola tindak. Tujuan nasional bangsa Indonesia dalam bernegara tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV, antara lain tertulis: melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
3. 2. 1. Wilayah Negara
Wilayah merupakan tempat tinggal suatu bangsa dan berbatasan dengan wilayah negara
lain. Kekuasaan Negara mencakup tidak hanya tanah tetapi juga laut dan udara hingga
ketinggian tertentu. Regim hukum laut modern (UNCLOS 1982) menjadikan negara kepulauan
suatu entity besar. Hal ini harus dapat dipertahankan eksistensinya, dan untuk itu diperlukan
kemampuan intelektual penduduk di samping masalah sumber-sumber daya lainnya, yang akan
dibahas lebih lanjut dalam Bab V Buku Bahan Ajar III ini.
3. 2. 2. Warga Negara
Rakyat merupakan unsur yang penting bagi suatu negara. Negara tanpa rakyat tidak ada
artinya. Yang termasuk rakyat ialah semua orang yang mendiami suatu wilayah kekuasaan
negara. Dalam wilayah kekuasaan negara subjek ?? dapat dibedakan antara penduduk dan
bukan penduduk. Secara rinci telah kita bahas melalui Bab II Buku Bahan Ajar III.
3. 2. 3. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang berwewenang untuk merumuskan dan melaksanakan
keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk dalam suatu wilayah. Dalam hal ini
bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan negara. Negara mencakup semua
penduduk, sedangkan pemerintah mencakup hanya sebagian dari penduduk. Pemerintah sering
berubah sedangkan negara relatif tetap bertahan, kecuali bila diserbu dan dikuasai oleh negara
lain. Ada pembagian kekuasaan hingga menjadi eksekutif, legislatif dan yudikatif, meskipun
sering semu. Lebih lanjut membahas Pemerintah dan Sistem Pemerintahan akan tertuang lebih
perinci pada Bab IV Buku Bahan Ajar III ini.
15
3. 2. 4. Konstitusi
Syarat—tambahan—suatu negara menurut Prof. DR. Sri Soemantri, SH (Dikti, 2001: 36)
adanya konstitusi, kedaulatan (pengakuan kedaulatan) dan tujuan negara yang tersurat maupun
tersirat melalui konstitusi. Konstitusi berfungsi sebagai pengatur dan pembatasan kekuasaan
negara, agar 3(tiga) sifat negara (Max Weber) tidak disalahgunakan oleh penyelenggara negara.
Konstitusi merupakan: (1) Pembatasan kekuasaan organ Negara; (2) Mengatur hubungan antar
organ negara; (3) Mengatur hubungan kekuasaan organ negara dengan warganegara; (4)
Pembatasan kekuasaan Pemerintah; (5) Memberi legitimasi kekuasaan pada Pemerintah; (6)
Instrumen pengalihan kewenangan. Dengan demikian konstitusi merupakan alat: (1)
Pengendalian sosial dan politik; (2) Reformasi sosial dan politik; (3) Rekayasa sosial dan politik.
3. 2. 5. Kedaulatan Negara
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi bagi negara untuk membuat undang-undang dan
melaksanakan dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia dan berlaku di seluruh
wilayah dan rakyat. Ada kedaulatan ke dalam (internal souvereignty) dan kedaulatan untuk
mempertahankan diri dari gangguan dan serangan negara lain (external souvereignty).
Kedaulatan merupakan konsep yuridis dan kedaulatan adalah mutlak harus ada pada suatu
negara. Ciri khas kedaulatan adalah tidak terikatnya suatu negara dengan negara lain. Menurut
Grotius (Loebis, 1997: 27) “Negara merupakan ikatan-ikatan manusia yang insyaf akan arti dan
panggilan hukum kodrat”. Negara berasal dari perjanjian yang disebut “pactum”. Kedaulatan
itu timbul dari hak untuk memerintah atas suatu komuniti (community) manusia. Kedaulatan itu
sekaligus memberikan status apakah suatu negara benar-benar merdeka atau masih di bawah
perwalian negara lain atau Perserikatan Bangsa Bangsa.
3. 2. 6. Tujuan Negara
Seperti halnya dengan individu, keluarga, masyarakat dan bangsa, negara harus
merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan utama mendirikan negara adalah agar tetap ada
(eksis) dan memberi kesejahteraan bagi warganegaranya. Tujuan mendirikan negara biasanya
tertuang dalam pembukaan konstitusi. Pembukaan konstitusi suatu negara menggambarkan
cerminan kebutuhan bersama rakyat atau bangsa tersebut. Demikian juga tujuan Negara
16
Kesatuan Republik Indonesia telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dan
dirumuskan dalam satu kalimat.
3. 3. Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945
Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945—sebutan untuk UUD
1945 yang telah diamandemen—adalah salah satu hasil gerakan konstitusionalisme. Yaitu paham
yang selalu mengawasi dan meninjau kembali agar pemerintahan tetap pada jalan yang tetap dan
benar. Dalam sejarah negara kita UUD 1945 telah diamandemen sebanyak 4 (empat) kali agar
sesuai dengan eranya.
Pada amandemen UUD-1945 tidak ada lagi Penjelasan tentang Undang-undang Dasar
Negara Indonesia. Padahal, dengan membaca teksnya saja masih sulit untuk mengerti maksud
dan makna pada saat UUD tersebut dibuat. Pembukaan UUD dengan Batang Tubuh hendaknya
relevan. Dalam Batang Tubuh UUD sebenarnya merupakan penjabaran dari pembukaan dengan
melalui pasal-pasal. Pasal-pasal akan sulit dicerna oleh masyarakat oleh karena itu sebaiknya
diikuti Penjelasan pada pasal-pasalnya melalui bagian atau bab tersendiri. Karena tidak ada
penjelasan maka akan terlihat adanya ketidak samaan dalam isi UUD NKRI 1945.
Dalam UUD NKRI 1945 tersurat prinsip penyelenggaraan Negara: (1) Ketuhanan Yang
Maha Esa; (2) Prinsip persatuan dan keragaman dalam Negara Kesatuan; (3) Cita Negara
Integralistik; (4) Negara Republik; (5) Sistem Pemerintahan Presidensiil; (6) Paham Kedaulatan
Rakyat (demokrasi); (7) Demokrasi langsung/demokrasi perwakilan; (8) Cita Negara Hukum
(nomokrasi); (9) Pemisahan kekuasaan dan prinsip check and balance; (10) Demokrasi Ekonomi;
(11) Cita Masyarakat Madani, yaitu masyarakat yang rukun, adil dan beradab. Prinsip
penyelenggaraan negara tersirat pada Pembukaan UUD dan penjabarannya melalui pasal-pasal
asli UUD maupun pasal-pasal hasil amandemen.
3. 4. Konsepsi Negara Hukum Indonesia
Pemikiran mengenai Negara Hukum diawali oleh Plato (429-347 S.M.), dalam dua buah
bukunya yang terkenal, yaitu politeia (negara) dan nomoi (hukum). Semula ia berpendapat
bahwa negara yang ideal adalah yang diselenggarakan oleh para ahli filsafat. Dari hasil
pengamatannya, ia berkesimpulan bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang
berdasarkan pengaturan (hukum) yang baik, yang disebutnya dengan istilah Nomoi. Sesuai
dengan perkembangannya ide negara hukum tidak relevan lagi karena negara menjadi sangat
17
berkuasa sehingga tumbuh konsep etatisme, yaitu suatu paham yang lebih mementingkan negara
dari pada rakyatnya (KBBI, 2002: 309).
Ide negara hukum muncul kembali pada permulaan berkembangnya aliran liberal, yaitu
menjelang dan saat revolusi kaum borjuis di Perancis. Dari Revolusi Perancis (1789) inilah
berkobar semangat kebebasan (liberte), persamaan derajat (egalite) dan persaudaraan
(fraternite). Faham individualistik atau perseorangan berkembang.
Aliran liberal mendambakan suatu negara hukum yang menjamin ketertiban dan
keamanan masyarakat, agar setiap orang dapat dengan aman dan bebas mencari penghidupan
serta mengurus kehidupannya masing-masing. Negara hukum seperti tersebut pada dasarnya
tidak memerhatikan kesejahteraan umum rakyatnya. Dalam perkembangan pemikiran liberal
kemudian terbukti bahwa peran negara tidak dapat dihindarkan dari kewenangannya untuk ikut
campur tangan dalam penentuan pola kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya, yang asumsinya
untuk mencerminkan adanya perlindungan terhadap hak asasinya. Negara Hukum Liberal
kemudian berkembang menjadi Negara Hukum Formal (peran raja harus berdasarkan undang-
undang atau hukum). Negara Hukum Materiil (undang-undang tersebut telah berkembang
menjadi yang melindungi hak-hak asasi manusia). Perkembangan Negara Hukum Materiil
menjadi Negara Kemakmuran (Welfare State), namun ciri khasnya masih menekankan pada
kepentingan-kepentingan individualistik. Dengan demikian jelas bahwa Negara Hukum model
Eropa tersebut bukanlah yang dikehendaki oleh para pendiri Republik Indonesia, dan bukan pula
yang dimaksudkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.
Negara Hukum Indonesia adalah suatu konsepsi tentang Negara Hukum yang mempunyai
lima macam unsur utama, yang semuanya tercantum dalam UUD 1945. Penjelasan Umum No.
III UUD 1945: (1) Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam “Pembukaan”, yang ingin mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar
Negara; (2) Rumusan yang terungkap:Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak berdasar atas
kekuasaan belaka, yang rumusannya tertuang dalam batang tubuh UUD NKRI 1945; (3)
Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi, tidak bersifat absulotisme (Penjelasan UUD 1945),
yang berarti bahwa pemerintahan Republik Indonesia dalam menjalankan tugasnya harus
berdasarkan atas kewenangan-kewenangan yang dirumuskan dalam UUD; (4) Segala
warganegara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya {pasal 27 ayat (1)}; (5).
18
Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
Pemerintah {Pasal 24 ayat (1) UUD NKRI 1945}. Dari gambaran tersebut secara ringkas kelima
unsur utama Negara Hukum Indonesia terbukti dengan adanya:
1. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
2. Negara Indonesia yang berdasar atas hukum.
3. Pemerintahan yang berdasar atas sistem konstitusi.
4. Kesamaan kedudukan para warga negara dalam hukum dan pemerintahan, dan kewajiban
mentaatinya tanpa kecuali (pola hak dan kewajiban asasi/manusia Indonesia).
5. Kekuasaan kehakiman yang merdeka terlepas dari pengaruh pemerintah.
Kesemuanya menunjukkan bahwa nilai-nilai dasar Pancasila telah menjelma dalam konsepsi
Negara Hukum Indonesia. Namun demikian masih ada lagi nilai-nilai lain yang lebih mengenai
masalah pengaturan organisasi negara dan perihal pembentukan hukumnya.
Indonesia sebagai negara hukum telah menentukan hirarki hukum di Indonesia yang
dikukuhkan melalui Ketetapan MPR RI, dengan urutan:
1. Peraturan Dasar: Undang-undang Dasar dan Perubahannya, Piagam Dasar
2. Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Jurisprudensi.
3. Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden.
4. Peraturan Menteri/Peraturan Pejabat setingkat Menteri.
5. Peraturan Daerah Provinsi
6. Peraturan Gubernur.
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
8. Peraturan Bupati/Walikota
9. Peraturan Desa
3. 5. Hak Asasi Manusia
3. 5. 1. Perkembangan Sejarah Hak Asasi Manusia
Berdasarkan tiga sifat yang mendasari kedaulatan suatu negara, sering terjadi
penyalahgunaan wewenang oleh para penguasa negara. Menghadapi kesewenang-wenangan ini
tumbuh gagasan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu perkembangan
perjuangan menegakkan HAM sama tuanya dengan perkembangan peradaban manusia. Gagasan
HAM muncul ketika manusia yang satu merasa diperlakukan tidak manusiawi oleh pihak yang
19
lain. Penguasa menindas rakyat, sehingga muncul diskriminasi berdasarkan ras, suku, agama,
dan perbedaan lainnya. Selanjutnya jatuh korban-korban sebagai akibat penindasan manusia atas
manusia. Ide HAM itu semula berkembang di Inggris yaitu pada masa Pemerintahan Raja John
of England, dan pada tahun 1215, ketika para kesatria memaksa Raja Inggris untuk menanda
tangani suatu perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian Besar (Magna Carta) (Ball, 1973: 100).
Magna Carta itu sendiri sebenarnya tidak berarti banyak dalam upaya penegakkan HAM masa
sekarang.
Pelangaran hak asasi masih terus dilakukan oleh para penguasa. Oleh karenanya upaya
penegakan HAM terus-menerus dilakukan oleh elit politik dan para intelektual. Pada abad
Pertengahan antara lain melalui: (1) Undang-undang Hak (Bill of Rights) 1689, disyahkan oleh
Raja JAMES II dari Inggris dan merupakan perlawanan badan legislatif dalam revolusi tak
berdarah 1688; (2) Undang-undang Hak (Bill of Rights) 1789, disusun oleh Rakyat Amerika
Serikat dan dimasukkan ke dalam konstitusi mereka. Bill of Rights ini sangat individualistik
sifatnya dan mementingkan masalah hak daripada kewajiban manusia; (3) Deklarasi hak-hak
manusia dan warganegara di Perancis (Declaration des droits de l’homme et du citoyen),
merupakan hasil dari revolusi Perancis 1789. Naskah ini merupakan perlawanan rakyat terhadap
monarkhi absolut. Pada masa ini perjuangan hak asasi manusia sangat dipengaruhi oleh pendapat
John Lock dan Jean Jacques Rousseau yang bersifat politis tentang pengertian hak-hak tentang
kebebasan.
Akhir abad XIX sampai dengan medio abad XX perjuangan penegakkan HAM berfokus
pada upaya menghukum para penjahat perang dan mereka yang terlibat dalam perencanaan
perang dan penyiapan serta pembunuhan masal atas suatu masyarakat. Namun upaya ini
diwujudkan dengan penggunaan asas retroaktif yang sebenarnya bertentangan dengan asas
hukum pidana, yakni orang hanya dapat dihukum jika telah dibuat peraturan perundangannya.
Proses Peradilan Militer di kota Nurenburg dan Tokyo serta deklarasi-deklarasi tentang
kebebasan, baik semasa abad pertengahan hingga Perang II merupakan pilar bagi Deklarasi
Universal HAM. Proses peradilan-peradilan militer kini berdampak positif bagi hukum
internasional yaitu bahwa individu dapat dikenai hukum yang setimpal atas kejahatannya.
Individu kini dapat dijadikan subjek dan objek hukum internasinal. Dampak lainnya adalah
Resolusi PBB tanggal 11 Desember 1945 yang menyetujui asas hukum yang dipakai dalam
kedua pengadilan militer tersebut sebagai konsep HAM. Komisi Hukum Internasional PBB
20
kemudian menuangkan dalam rumusan resmi sehingga memberikan kontribusi tercapainya
“Universal Declaration of Human Rights” pada tanggal 10 Desember 1948.
3. 5. 2. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
Dari gambaran di atas jelaslah bahwa seusai Perang Dunia II kedudukan pribadi manusia
memperoleh pengakuan yang luas dan kokoh dalam hukum Internasional. Namun untuk
membuat deklarasi universal tentang hak asasi manusia membutuhkan perdebatan yang cukup
panjang antara blok Barat dan blok Sosialis. Deklarasi HAM unversal didirikan atas empat
tonggak utama, yaitu: (1) Hak-hak pribadi antara lain hak-hak: persamaan, hidup, kebebasan,
kemanan dan lain sebagainya; (2) Hak-hak milik individu dalam kelompok sosial di mana ia ikut
di dalamnya; (3) Kebebasan-kebebasan sipil dan hak-hak politik untuk dapat ikut serta dalam
pemerintahan; (4) Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.
Bila ditinjau pasal demi pasal, HAM universal PBB menurut Abdul Hakim Garuda
Nusantara (Cassese, 1994: xv) dapat disimpulkan dari 30 pasal, hanya 1 pasal yang membahas
masalah kewajiban manusia, 25 pasal membahas tentang hak manusia sebagai individu. Timbul
perbedaan dalam menerapkan HAM pada masing-masing negara anggota PBB.
3. 5. 3. Perbedaan Persepsi pada HAM Universal
Ada perbedaan pandangan atau persepsi dari masyarakat internasional tentang HAM
universal. Perbedaan pandangan itu sebenarnya menyangkut, masalah pandangan hidup dan adat
istiadat masing-masing bangsa dan negara. Ada dua kelompok utama yang menanggapi masalah
HAM, yaitu: kelompok universalis dan kelompok komunitarian. Kelompok universalis, yaitu
negara-negara Barat Modern—Inggris, Perancis, Amerika Serikat—dan Eropa Barat yang
merupakan kelompok negara yang memerintah lebih dari separo dunia sampai akhir dekade 20an
(Huntington, 1997: 92). Apalagi pasal-pasal dalam Deklarasi HAM Universal dipengaruhi oleh
faham individualistik negara-negara pemenang PD II. Sementara itu, negara sosialis yang
dipimpin Uni Soviet tetap berpendapat bahwa hak-hak asasi telah hilang dari individu dan
terintegrasi dalam masyarakat. Pemikirannya adalah bahwa HAM tidak ada sebelum negara ada.
Oleh karena itu negara berhak membatasi apabila situasi menghendakinya.
Pemikiran HAM universal juga tidak sesuai—bahkan bertentangan—dengan filsafat
bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Perbedaan konsepsi Barat dengan Timur—dalam hal ini Asia
dan Afrika—adalah berkaitan dengan budaya dan agama. Kedudukan tinggi diberikan kepada
21
kepala adat, dan bagi Islam asalkan tidak berbeda pendapat sepanjang tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an. Sebagai akibatnya tradisi Asia dan Afrika terkontaminasi dengan tradisi Barat
sehingga mempersulit perkembangan negara-negara Asia dan Afrika secara lebih modern
(Cassasse, 1984: 70-75). Timbul beberapa interpretasi HAM.
Perbedaan pandangan tersebut sebagai berikut: (1) Universal absolut, yang memandang
HAM sebagai nilai seperti yang dideklarasikan oleh PBB. Pandangan ini tidak menghargai
masalah sosial budaya yang melekat pada masing-masing bangsa atau negara; (2) Universal
relatif, yang memandang secara universal dengan beberapa pengecualian demi suatu alasan
tetrtentu; (3) Komuntarian absolut, seperti keinginan negara-negara sosialis, yang dipimpin Uni
Soviet; (4) Komunitarian relatif, yang memandang persoalan HAM sebagai masalah universal,
namun juga menjadi masalah nasional. Karena ada perbedaan itu, masing-masing region
membuat kesepakatan HAM, yang berlaku di wilayah regional sehingga akhirnya adanya koreksi
total atas HAM universal.
3. 5. 4. Upaya Perumusan Kembali Deklarasi HAM
Situasi dan posisi negara-negara anggota Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) antara tahun
1946 – 1948 yang beranggotakan 58 negara terbagi atas 5 blok: (1) Blok Barat, 14 negara yang
umumnya pemenang PD II, termasuk Australia dan New Zealand; (2) Blok Sosialis, 6 negara
sosialis Eropa Tengah dan Timur; (3) Blok Asia, 14 negara (tidak termasuk Indonesia): (4) Blok
Afrika 4 negara; dan (5) Blok Amerika Latin, 20 negara, yang dengan gigih ingin menegakkan
HAM dan selalu memihak Blok Barat Untuk negara-negara yang baru merdeka umumnya tidak
sadar dan tetap menghormati bekas penjajahnya, padahal budaya dan sistem politiknya akan
berbeda.
Negara-negara Barat tetap ingin mempertahankan apa yang telah dideklarasikan tahun
1948. Namun negara-negara sedang berkembang (NSB)—dikenal juga sebagai Negara Dunia
Ketiga (NDK), yang terdiri dari negara baru merdeka dan Amerika Latin—tetap menghendaki
perubahan. Apabila tidak ada pembatasan pasal-pasal tentang HAM universal, negara-negara ini
khawatir akan mengganggu stabiltas nasionalnya. Tahap awal melalui kesepakatan—yang sulit
—mengenai hak sipil dan politik dengan “Konsep Non-Derogable” (Budiardjo, 2008: 222).
Dalam konsep ini disepakati sifat HAM yang tidak boleh dibatasi/diretriksi dan yang boleh
dibatasi dalam keadaan darurat. Adapun, hal yang tidak boleh diretriksi dalam keadaan apa pun
22
ialah: (1) hak atas hidup; (2) hak untuk tidak disiksa; (3) hak atas kebebasan dan keamanan
dirinya; (4) anti pasang badan; (5) sifat kedaluwarsaan tindakan kriminal, dikenal sebagai asas
non-retroaktif; (6) hak pribadi di hadapan hukum; (7) hak kebebasan berpikir, berkeyakinan dan
beragama.
Dengan dasar kesepakatan ini secara berkala dilakukan pertemuan para tokoh hak asasi
manusia yang akhirnya dikeluarkan Deklarasi Universal Kewajiban Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Responsibilities).
3. 5. 5. Deklarasi Universal Kewajiban Asasi Manusia
Pada tahun 1997 suatu organisasi internasional mencanangkan deklarasi tentang
kewajiban manusia yang intinya berusaha melengkapi pasal 29 tentang HAM universal.
Deklarasi ini merupakan gagasan dari 60 tokoh pemikir dan para negarawan. Mereka
mendengarkan dari banyak kesepakatan tentang kewajiban yang dibuat oleh NDK melalui
pertemuan negara-negara regional. Kesepakatan itu antara lain: African Charter on Human and
Peoples’ Rights (1981); Cairo Declaration on Human Rights in Islam (1990); Bangkok
Declaration—kesepakatan negara-negara Asia—(1993); dan (4) Vienna Declaration and
Program of Action (1993).
Hasil pemikiran ke 60 tokoh dituangkan dalam deklarasi dan dikenal juga sebagai
“Kaidah Emas” (golden rules) antara lain: (1) hak atas hidup, ada kewajiban menghormati hidup;
(2) hak atas kebebasan, ada kewajiban menghormati kebebasan orang lain; (3) hak atas
keamanan, ada kewajiban menciptakan kondisi human security; (4) hak berpartisipasi dalam
politik dalam negara sendiri, berkewajiban berpartisipasi dalam memilih pemimpin terbaik; (5)
hak bekerja dalam kondisi yang adil dan menguntungkan, wajib bekerja dengan penuh
kemampuan kita; (6) hak kebebasan berfikir, memiliki hati nurani dan beragama, wajib
menghormati pikiran dan agama orang lain; (7) hak memperoleh pendidikan, wajib belajar penuh
sesuai dengan kemampuan dan membagi pengetahuan serta pengalamannya kepada orang lain;
(8) memperoleh hak menikmati kekayaan alam, wajib menghormati, memelihara dan
memulihkan bumi serta sumber-sumber alam. Di samping itu masih menambah pasal yang
berisikan kewajiban umum, sehingga secara keseluruhan menggambarkan adanya etika global.
Masalah agama dibahas bahwa kita hendaknya meningkatkan toleransi yang mengarah pada
pluralisme.
23
3. 5. 6. Hak Asasi Manusia Awal Abad 21
Upaya penegakan HAM di dunia mengalami perubahan. Perubahan ini sehubungan
dengan adanya tragedi 11 September 2001 di New York. Negara-negara yang awalnya ingin
berkampanya tentang penegakan HAM secara global berubah menjadi negara yang melakukan
kekerasan demi keamanan dalam negerinya. Bahkan mereka berupaya masuk ke wilayah negara
lain dengan dalih ingin memerangi terorisme. Banyak negara menyusun hukum anti terorisme
yang sedikit banyak mengurangi kebebasan sipil (civil liberties). Selanjutnya dicari paradigma
baru. Namun satu hal yang tetap berjalan bahwa kejahatan yang akan dituduhkan pada pelaku
adalah seperti pada pengadilan di Nuremberg dan Tokyo (1945) yaitu: kejahatan terhadap
perdamaian, kejahatan perang dan kejahatan terhadap perikemanusiaan. Selanjutnya didirikan
Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) pada tahun 2002. Kekuasaan
mahkamah ini sangat besar, sehingga dibatasi oleh ketentuan bahwa setiap pelanggaran yang
akan diajukan untuk diadili di mahkamah ini harus dapat persetujuan Dewan Keamanan.
Mahkamah Pidana Internasional harus membuktikan bahwa akan bertindak adil, efektif dan tidak
menggunakan standar ganda.
Dari gambaran di atas, pada dasarnya penegakan HAM tidak mudah dan sering
menimbulkan ketidak adilan juga. Upaya penegakan HAM tidak jarang menggerogoti kedaulatan
negara baik secara intern maupun extern.
3. 6. Hak Asasi Manusia di Indonesia.
3. 6. 1. Pandangan bangsa Indonesia
Pandangan bangsa Indonesia tentang HAM agak berbeda dengan HAM universal, di
mana HAM universal lebih mengutamakan hak individu daripada kewajiban individu. Negara
Republik Indonesia seperti pada umumnya negara Asia dan negara sedang berkembang,
pendekatan yang dipakai adalah: pendekatan partikularistik relatif. Dalam UUD 1945 tidak
banyak membahas HAM universal kecuali dalam dua hal yakni pernyataan sila keempat
Pancasila dan pasal 29. Selebihnya UUD 1945 membahas masalah Hak Asasi Warganegara
(HAW). Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 menunjukkan bahwa HAM Indonesia lebih
mendekati HAW, yaitu adanya pernyataan “bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa …
dst…”. Oleh karena itu bangsa Indonesia menyatakan bahwa hak asasi manusia merupakan hak
dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia dan selanjutnya manusia juga mempunyai
24
kewajiban dasar antara yang satu terhadap lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bangsa Indonesia tetap mengemban
tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi
Universal tentang HAM.
Sesuai dengan amanat UUD 1945 kini Indonesia telah membuat UU no 39/1999 tentang
HAM. Dalam UU tersebut selain memuat hak dasar manusia, memuat kewajiban dasar manusia,
kewajiban dan tanggung jawab Pemerintah. Dalam UU tersebut memuat pula hak dan
kewajiban masyarakat, pengadilan bagi pelanggaran HAM serta pembentukan Komisi Nasional
HAM (KOMNAS HAM) yang bertujuan antara lain: mengembangkan kondisi yang kondusif
bagi pelaksnaan HAM serta meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna
perkembangan pribadi manusia.
Hak asasi manusia yang menjadi kebebasan dasar manusia antara lain memuat pasal-
pasal yang menyangkut:
1. Hak untuk hidup.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
3. Hak mengembangkan diri.
4. Hak memperoleh keadilan.
5. Hak atas kebebasan pribadi.
6. Hak atas rasa aman.
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintahan.
9. Hak wanita
10. Hak anak.
3. 6. 2. Beberapa Keunikan UU HAM Indonesia
Kekhasan UU No. 39/1999 tentang HAM menyangkut :
1. masalah wanita antara lain (pasal 46, pasal 49, pasal 50 dan pasal 51)
2. masalah anak antara lain (pasal 53, pasal 54, pasal 59 dan pasal 60)
3. kewajiban dasar manusia (pasal 68).
Penjelasan pasal 46 menentukan bahwa harus ada keterwakilan wanita pada ketiga badan
(legislatif, eksekutif dan peradilan). Sebagai tindak lanjutnya dalam kampanye pemilihan umum
25
di Indonesia menjadi issue sentral, meski hanya sebatas wacana, dengan memasang nama wanita
sebagai daya tarik. Sementara itu, pengertian perlindungan lebih menitik beratkan pada
perlindungan fungsi reproduksi. Hal ini menyangkut masalah kehidupan generasi penerus
bangsa. Kebebasan menikah dibatasi adanya ketentuan agama, misalnya dalam hukum
perkawinan Islam di mana adanya kewajiban persetujuan wali. Dalam hal ikatan perkawinan
seorang isteri punya kewajiban dan tanggung jawab yang sama terhadap pembinaan masa depan
anak. Dan ini merupakan bentuk bahwa NKRI telah meratifikasi Convention on The Rights of
The Child.
Dalam hal hak anak secara tersirat pada pengertian bahwa anak telah dilindungi sejak
janin hingga menjadi manusia (dilahirkan). Dan selanjutnya, mengharuskan kepada orang tua
untuk mengakuinya dengan tersuratnya melalui pasal 53 ayat (2). Dengan demikian anak
tersebut akan terangkat martabatnya.
Kekhasan lain adalah ada salah satu pasal yang menyangkut Kewajiban Dasar Manusia
(pasal 68) tersurat “setiap warganegara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”,
padahal menurut pasal 30 UUD-1945 (asli) dan pasal 27 UUD-2000—sebutan bagi perubahan II
—mengisyaratkan ada hak dan kewajiban dalam pembelaan negara. Ini mengandung arti bahwa
UUD 1945 menghormati demokrasi dalam upaya pembelaan negara. Sementara itu, dari UU
HAM kita menghendaki suatu kewajiban yang berarti kurang/tidak demokrasi dalam upaya
pembelaan negara, dan ini tampaknya dipengaruhi HAM universal. Pada UUD NKRI 1945
upaya pembelaan negara dan usaha pertahanan keamanan negara (pasal 30), hak dan kewajiban
warganegara, mengandung pengertian bahwa warganegara dapat secara spontan membela dan
mempertahanan keamanan negara.
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah termuat sebanyak 2 (dua) pasal yang
membahas masalah kewajiban pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan, dan
memajukan hak asasi manusia yang disesuaikan dengan hukum internasional. Ini mengandung
arti bahwa negara kita akan menghormati hukum internasional sepanjang dapat diterima oleh
negara Republik Indonesia.
26
BAB IV
NEGARA DAN SISTEM POLITIK
4. 1. Pengantar
Setiap negara tentu akan selalu berjuang untuk mewujudkan tujuan nasionalnya (tunas),
begitu juga dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tunas NKRI tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Untuk melaksanakan tunas melalui pembengunan nasional
(Bangnas). Pelaksanaan Bangnas tidak dapat dilakukan secara serempak, melainkan bertahap
dan berkesinambungan. Pelaksaaan program bangnas dikenal sebagai politik nasional dan
strategi nasional (Polstranas).
Masa Orde Baru rencana bangnas dituangkan dalam suatu Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang bernama Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang berisi
program pembangunan jangka panjang (PJP) 25 tahun dan program pembangunan jangka sedang
(PJS) 5 tahun. Presiden yang dipilih oleh MPR-RI berkedudukan sebagai mandataris MPR,
bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan GBHN itu. Untuk melaksanakan GBHN tersebut
Presiden dibantu Kabinet menyusun Rancangan Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) yang
dituangkan dalam bentuk Keputusan Presiden (KEPPRES).
UUD NKRI 1945 tidak ada lagi GBHN yang dibuat oleh MPR, tetapi sebagai gantinya
muncul Visi dan Misi pasangan Presiden/Wakil Presiden yang disampaikan mereka pada saat
kampanye Pemilihan Presiden. Kemenangan Calon Presiden/Wakil Presiden terpilih dapat
diartikan sebagai Persetujuan Mayoritas Rakyat pada Visi dan Misi yang dikampanyekan
sehingga dapat disamakan sebagai pengganti GBHN. Setelah Presiden terpilih dilantik, maka
Presiden dibantu Kabinet menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 5 tahun 2004 – 2009 dan dituangkan dalam bentuk Peraturan Presiden (PERPRES)
yang dapat disamakan dengan REPELITA. Dengan demikian Bangnas yang berpedoman pada
Visi dan Misi Presiden dan RPJMN dapat disebut sebagai Politik dan Strategi Nasional.
Selanjutnya pada bab ini akan membahas masalah politik dan pelaksanaannya di Negara kita.
4. 2. Politik dan Perkembangannya
Politik dari bahasa Yunani Kuno polis yang berarti kota/negara. Selanjutnya diartikan
sebagai “segala masalah” yang dihadapi anggota polis. Kini pengertian itu diperluas menjadi:
“segala urusan dan tindakan mengenai Pemerintahan negara atau terhadap negara lain (KBBI,
27
2002: 886). Politik sebagai ilmu telah cukup tua dikenal di Yunani sejak tahun 450 SM melalui
tulisan Plato dan pemikir di masanya. Di India terdapat karya sastra yang membahas masalah
kenegaraan yang berjudul Dharmasastra dan Arthasastra (500 SM). Kira-kira pada tahun yang
sama di Cina terdapat karya tulis filsuf Confuncius (Kung Fu Tzu), Mencius dan Mazhab
Legalitas (+ 350 SM). Di Indonesia, kita kenal adanya kitab Negarakertagama (abad XIII) dan
Babad Tanah Jawi. Namun sayangnya penulisan politik di Asia menjadi mundur sejak abad XIX
(Boediardjo, 2008: 5).
Di Eropa sejak abad Pertengahan pengetahuan tentang politik berkembang dan menyebar
ke benua lain hingga kini. Penulisannya berkembang melalui penulisan Jean J. Rousseau,
Thomas Hobbes, John Lock, dan lain-lain. Tulisan-tulisan merekalah yang kini menjadi patokan
mengaturan politik masa kini. Namun politik juga dianggap seni seperti dikemukakan oleh
Quincy Wright “the art of influencing, manipulating or controlling major groups, so as the
advantage the purpose of some against the opposition of others” (Chandra, 1979: 5)
Sebagai lanjutannya definisi politik menjadi macam-macam: “macam-macam kegiatan
yang menyangkut proses penentuan tujuan dan sistem pelaksanaan tujuan”. Untuk melaksanakan
tujuan ditentukan kebijakan umum (public policy) yang menyangkut kepentingan bersama
masyarakat, bangsa dan negara, bukan perorangan atau golongan. Dalam pembahasan kuliah ini
akan membatasi masalah konsep politik yang berarti kepentingan umum dan politik dalam arti
kebijakan (policy).
Hakikat politik: Pembinaan masalah bangsa dan negara, sedangkan pembinaan meliputi
rangkaian kegiatan: perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian. Dengan
demikian politik (politics) adalah segenap kegiatan yang berpengaruh pada alokasi nilai yang
mengikat masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya dengan baik. Untuk dapat
menyelesaikan masalah politik diperlukan kebijakan (policy). Lebih lanjut kebijakan adalah:
penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya
suatu cita-cita atau usaha mencapai keinginan yang dikehendaki, dan disertai asas, jalan atau cara
dan penggunaan alat dengan sebaik-baiknya.
Formulasi masalah politik akan menyangkut masalah: negara (state), kekuasaan (power),
pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy), pembagian (distribution) dan
alokasi (allocation). Sudah barang tentu masalah legitimasi, rasionalisasi wewenang, deferensi
struktur dan perluasan peran serta massa dalam politik akan menjadi bahan bahasan. Karena
28
ketiga masalah terakhir ini makin menjadi pembicaraan yang hangat pada masa sekarang. Oleh
karena itu dengan memahami politik sebagai ilmu, para peserta didik tidak hanyut pada
percaturan politik yang sering kaliprimordial. Kelanjutan pelaksanaan politik biasanya adalah
strategi.
Strategi merupakan upaya penyelesaian politik dengan cara lain, yang semula hanya
diajarkan pada sekolah militer Kini strategi juga diartikan sebagai metoda berpikir. Dengan
memperkenalkan pengertian strategi secara dini dapat membiasakan peserta didik untuk berpikir
strategik. Menurut Prof Dr.Faisal Affif (2003: 123), kebiasaan berpikir strategik belum melekat
sebagai bagian dari kepribadian bangsa kita. Akibatnya kita senantiasa berjalan tertatih-taih di
barisan belakang bangsa lain (Barat) dan kehilangan kesanggupan untuk menjadi pelopor yang
tangguh, melangkah di muka, menengadah selaku sang pemenang
4. 2. 1. Budaya Politik
Membahas masalah konsep-konsep politik perlu diketahui terlebih dahulu apa itu budaya
politik. Dengan demikian kita akan mengetahui sikap masyarakat dan sekaligus akan dapat
mengantisipasi proses politik pada kawasan tertentu.
Budaya Politik (Mas’oed, 1983: 39) adalah sistem kepercayaan dan sistem nilai yang
berwujud suatu pola tingkah laku tertentu baik berupa perbuatan maupun simbol-simbol tertentu
di mana tingkah laku dan simbol-simbol tersebut menjadi suatu keadaan yang mewarnai aktivitas
politik. Atau sikap warga negara suatu negara yang di latar belakangi oleh sistem nilai dan sistem
kepercayaan terhadap kehidupan pemerintahan dan politiknya. Penggolongan budaya politik ini,
berdasarkan sikap, nilai, informasi dan kecakapan politik dari warga negara/rakyat.
4. 2. 2. Struktur Politik atau Kelembagaan Politik
Struktur Politik adalah kerangka hubungan formal antara: rakyat-pemerintah-wilayah-
kedaulatan. Dalam kaitan ini struktur yang umum dimiliki oleh sistem politik meliputi:
1. Rakyat. Sebenarnya rakyat adalah pemegang kedaulatan. Dengan dikemukakannya teori
perjanjian, rakyat telah menyerahkan haknya melalui perwakilan, untuk membentuk
pemerintahan.
2. Kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha
memengaruhi kebijakan pemerintah, tanpa (pada waktu yang sama) berkehendak
29
memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak
berusaha menguasai pengelolaan pemerintah secara langsung. Kelompok kepentingan yang
terorganisasi akan sangat sulit dibedakan dengan dengan partai politik. Dalam melibatkan
diri di bidang politik kelompok ini harus menyalurkan melalui partai politik. Oleh karena itu
kelompok kepentingan ini sering disebut sebagai sayap partai politik. Pada masa orde lama
setiap kelompok kepentingan harus menginduk pada satu partai politik. Kelompok
kepentingan ini di Indonesia dikenal sebagai organisasi massa (ormas), namun pada
kenyataannya banyak yang tidak ingin disebut ormas, mereka ingin tetap menamakan diri
sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Non Government Organization (NGO) dan
lain sebagainya.
3. Partai Politik. Partai politik adalah suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya
berorientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini untuk memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya dengan cara konstitusional)
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Salah satu bentuk kebijakan pimpinannya
harus bersifat kolektif. Salah satu penyebab diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden no. X
tahun 1945 adalah ingin membuktikan bahwa NKRI adalah negara demokrasi.
4. Badan Legislatif. Badan legislatif adalah badan yang membuat undang-undang.
Anggotanya dianggap mewakili rakyat. Menurut teori yang berlaku maka rakyatlah yang
berdaulat; rakyat yang berdaulat ini mempunyai suatu kemauan. Badan legislatif dianggap
merumuskan kemauan rakyat dengan jalan menentukan kebijakan umum (public policy) yang
mengikat seluruh masyarakat. Dalam kenyataannya, bentuk dan susunan badan-badan
legislatif berbeda pada tiap negara. Dikenal sistem bikameral dan sistem unikameral.
Indonesia kini memakai sistem bikameral dengan adanya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) setelah pemilihan umum tahun 2004 (Simak UUD
NKRI 1945).
5. Badan Eksekutif. Badan ini melaksanakan tugas mengatur negara /pemerintah. Di negara
demokrasi biasanya badan eksekutif terdiri dari kapala negara/kepala pemerintahan, beserta
menteri-menteri, pegawai negeri sipil dan militer. Dalam naskah ini pengertian badan
eksekutif dipersempit, yakni hanya menyangkut kepala negara, kepala pemerintahan dan
menteri-menterinya. Tugas badan eksekutif menurut tafsiran tradisional asas trias politika,
hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan oleh badan legislatif.
30
Namun, pada kenyataannya badan eksekutif lebih leluasa ruang geraknya dibandingkan
badan legislatif.
6. Birokrasi. Badan ini didirikan/dibentuk karena makin meluasnya tugas pemerintahan
modern, sehingga tugas-tugas administrasi yang bersifat teknis tentunya tidak dapat ditangani
oleh para politisi. Oleh karena itu tidak terelakkan perlu ditunjuk kaum ahli. Selanjutnya
timbul kontroversi mengenai perlu tidaknya dibentuk birokrasi. Harold Laski tidak setuju
dibentuk birokrasi dan menyebutkan bahwa kekuasaan kaum birokrat tidak mudah
dikendalikan oleh lembaga-lembaga demokratis. Kaum birokrat secara terus menerus
memperluas ruang lingkup kekuasaannya sehingga sulit dikendalikan (Laski, 1966; 85).
Sedangkan Max Weber yang setuju adanya lembaga ini menyatakan bahwa birokrasi mampu
mencapai efisiensi yang paling tinggi dan bentuk administrasi yang paling rasional, karena
birokrasi merupakan pelaksana. Pengendalian oleh pemerintah melalui ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan ini militer adalah bagian dari birokrasi, tetapi langsung di bawah Kepala
Negara tidak di bawah Kepala Pemerintahan.
7. Badan Yudikatif. Badan ini dalam konsep politik sebenarnya berperan sebagai penguji
peraturan perundang-undangan (judicial review). Dalam konsep trias politika klasik, ketiga
cabang kekuasaan harus benar-benar dipisahkan. Pada kenyataannya, pemisahanan tidak
mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya, sehingga pada jaman modern ini yang ada adalah
distribusi kekuasaan saja; artinya hanya fungsi pokoknya saja yang dipisahkan sedangkan
fungsi lainnya yang bersifat teknis dari ketiga cabang tersebut terjalin satu sama lainnya. Ini
disebabkan tugas-tugas kenegaraan yang semakin kompleks.
4. 3. Pemerintahan di Indonesia
Membahas sistem politik dan pemerintahan di Indonesia perlu menyimak latar belakang
perkembangan politik di jaman modern tidak hanya di Indonesia tetapi di beberapa negara Eropa.
Hal ini erat kaitannya dalam perjalanan politik bangsa Indonesa (baru) yaitu sebelum dan setelah
Proklamasi 17 Agustus 1945. Sistem politik di negara kita sangat dipengaruhi oleh proses politik
di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.
Politik nasional merupakan asas, haluan, usaha serta kebijakan tindakan dari negara
tentang pembinaan dan penggunaan secara totalitas segenap potensi nasional, baik yang masih
potensial maupun yang efetif untuk mencapai tujuan nasional. UUD 1945 (asli) dapat ditarik
31
kesimpulan bahwa GBHN merupakan gambaran arah politik nasional. Namun mulai tahun 2004
(hasil Pemilu) akan tergambar bahwa arah politik nasional kita tidak/kurang jelas. Hal ini
disebabkan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat yang akan datang tidak akan mengeluarkan
Ketetapan MPR RI.
4. 3. 1. Undang-undang Dasar.
Undang-undang Dasar juga dikenal sebagai konstitusi. Namun kita menganut istilah
UUD diangkat dari pengertian Grondwet (Belanda) atau Grundgesetz (Jerman) yang
mengandung pengertian berarti tertulis, sedangkan istilah konstitusi dianggap undang-undang
tidak tertulis, artinya setiap saat dapat diubah menurut perkembangan jaman. Terlepas dari
pengertian yang bermacam perlu kita ketahui bahwa hakikatnya adalah merupakan hukum
dasar dari suatu negara, di mana setiap hukum yang diciptakan harus mengacu pada hukum
dasar. Hukum dasar merupakan perjanjian luhur dari bangsa dalam mendirikan negara. Dalam
sejarah ketatanegaraan RI dapat diketemukan banyak kententuan konstitusional yang
diketemukan di luar naskah UUD, bahkan ada peraturan yang sama sekali di luar naskah UUD.
Hal ini karena masyarakat kita sibuk menghadapi pergolakan revolusi.
a. Periode 1945-1949. Pada periode ini perangkat/lembaga politik belum dapat dipenuhi
sebagai syarat suatu Negara, meskipun 3 syarat utama telah ada. Negara Kesatuan
Republik Indonesia dianggap sebagai jelmaan fasis “baru”. Untuk melengkapinya
institusi politik, dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No X yang merupakan jawaban
dari tuduhan negara pemenang perang. Sebagai akibatnya NKRI tidak konsekuen
melaksanakan UUD 1945. Menteri tidak bertanggung jawab kepada presiden, dengan
demikian Pemerintahan bersifat parlementer. Dalam kurun waktu tersebut Pemerintahan
parlementer dihentikan oleh Presiden sehubungan adanya keadaan darurat, yaitu pada
saat adanya penculikan PM Sutan Syahrir, Jatuhnya Kabinet Syahrir dan adanya
Pemberontakan PKI.
b. Periode 1950–1959. Pada periode ini demokrasi parlementer makin menonjol hal ini
disebabkan alam politik dunia sedang dalam pertarungan 2 blok (Barat dan Timur).
Meskipun ketiga UUD tidak menyebutkan adanya partai politik, namun kenyataannya
partai-partai politik yang memegang peranan penting pada percaturan politik di
32
Indonesia. Perubahan UUD di Indonesia dianggap kaku karena forum untuk
penentuannya harus 2/3 anggota hadir.
c. Namun para Penyusun UUD–1945 mempunyai pandangan mengenai fleksibilitas dengan
penjelasan sebagai berikut: UUD hanya memuat aturan-aturan pokok, hanya memuat
garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah Pusat dan lain-lain penyelenggara
negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial. Terutama
bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya
memuat aturan pokok, sedangkan aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah dan
mencabut.
d. Pada masa Orde Baru (1966-1998). Pemerintah RI berupaya, melaksanakan UUD-1945
secara murni dan konsekuen. Lembaga Tinggi Negara yang belum ada, dibentuk melalui
UU. Demikian pula pasal 3 UUD-1945 (tentang Ketetapan Garis Besar Haluan Negara)
dibuat rancangannya sejak dini. Pembuatan Rancangan GBHN oleh Dewan Pertahanan
Keamanan Nasional beserta tokoh masyarakat dan perguruan tinggi. Demikian juga
Badan Pekerja MPR berupaya memonitor apakah GBHN yang sedang berjalan dapat
dilaksanakan dengan tepat, sehingga dapat mengoreksi rancangan GBHN mendatang.
Pada saat pelantikan/pengesahan Anggota MPR/DPR (baru) pada bulan Oktober mereka
telah menerima rancangan GBHN dari Presiden. Sementara itu, pada masa persidangan
MPR para anggota MPR membahas rancangan yang telah cukup lengkap dan siap.
e. Pada masa Orde Reformasi tampaknya agak “kacau”, pembuatan GBHN singkat dan
tidak begitu jelas. Pada masa ini amandemen UUUD-1945 telah dilakukan sebanyak 4
(empat) kali, yang nampaknya kurang dikaji secara ilmiah. Dari 4 kali perubahan jelas
arah negara kita menuju kepada negara federal. Terbukti dengan perubahan pasal yang
intepretasinya mengarah ke federalisme yaitu pasal 2 ayat (1) UUD 1945 (baru)
menyebutkan bahwa MPR terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
f. UUD-1945 yang telah dirumuskan oleh para pendiri Negara Kesatuan mencakup:
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan-penjelasan. Namun berdasarkan amandemen
IV pada sidang tahunan MPR, bagian ketiga telah dihapuskan. UUD-1945 telah
mengakomodasi konsep-konsep dasar penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
33
berbangsa dan bernegara yang meliputi: (1) hak asasi bangsa/rakyat merdeka, (2) hak
asasi manusia, (3) negara kesatuan/persatuan, (4) negara republik, (5) negara hukum, (6)
demokrasi, (7) sistem pemerintahan negara, dan (8) penyelenggaraan negara.
4. 3. 2. Badan Eksekutif.
Kekuasaan eksekutif biasanya dipegang oleh Kepala Negara (Presiden) dan para menteri.
Dalam arti luas badan Eksekutif meliputi birokrasi (pegawai negeri dan militer). Dalam sistem
presidensiil menteri merupakan Pembantu Presiden, sedangkan dalam sistem parlementer
dipimpin oleh oleh Perdana Menteri. Dasar pemikiran ini adalah bahwa “raja tidak dapat
bersalah”. Jumlah anggota badan eksekutif + 20 orang sedangkan anggota legislatif dapat
mencapai 1000 orang. Tugas badan eksekutif berdasarkan tafsiran tradisional asas trias politica,
hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dirumuskan dan menyelenggarakan undang-
undang yang dibuat oleh badan legislatif. Namun, pada masa modern pemisahan seperti yang
dikehendaki oleh asas trias politika tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Oleh karena itu
wewenang badan eksekutif menjadi lebih luas. Keberhasilan pelaksanaan menuju welfare state
tergantung dari kreatifitas dan kemampuan para eksekutif. Wewenang Badan Eksekutif kini
mencakup beberapa bidang: (1) diplomatik (hubungan dengan negara lain), (2) administratif
(melaksanakan UU dan penyelenggaraan administrasi negara), (3) militer (mengatur TNI,
menyelenggarakan perang serta keamanan), (4) yudikatif (memberi grasi, amnesti dan lain
sebagainya), serta (5) legislatif (merancang UU dan membimbingnya dalam badan perwakilan
rakyat sampai menjadi UU).
4. 3. 3. Badan Legislatif.
Badan ini bertugas membuat undang-undang atau “to legislate”. Anggota dianggap
mewakili rakyat. Menurut teori yang berlaku rakyatlah yang berdaulat. Menurut Jean J.
Rousseau ada Volonte Generale/general will pada rakyat. Oleh karena itu disebut Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Parlemen Inggris merupakan DPR yang tertua di dunia. Sementara
itu, Jean J. Rousseau tidak setuju adanya DPR, tetapi menghendaki demokrasi langsung,
permasalahan ini hanya dapat terjadi apabila jumlah rakyatnya sedikit. Sesuai dengan Pancasila
kita menghendaki adanya DPR seperti tersurat pada sila keempat. Beberapa masalah yang perlu
dicermati antara lain: Sistem Satu Majelis dan Sistem Dua Majelis. Sistem bikameral (dua
majelis) biasanya ada pada negara federal sedangkan pada sistem uni kameral biasanya pada
34
negara kesatuan. Indonesia secara tidak langsung kini pada sistem bikameral (adanya DPR dan
DPD). Fungsi Badan Legislatif adalah fungsi legislatif dan fungsi control. Sebagai fungsi
kontrol DPR memiliki: hak tanya, hak interpelasi, hak angket dan mosi. Badan Legislatif di
Indonesia adalah :
1) Volksraad: 1912 – 1942.
2) Komite Nasional Indonesia: 1945 -1949.
3) DPR dan Senat RIS: 1949 – 1950.
4) DPR Sementara: 1950 – 1956.
5) DPR Hasil Pemilu: 1956 – 1959.
6) DPR Peralihan: 1959 – 1960.
7) DPR Gotong Royong (Demokrasi Terpimpin): 1960-1966.
8) DPR Gotong Royong (Demokrasi Pancasila): 1966-1971.
9) DPR hasil Pemilihan Umum, 1971-2004 secara periodik.
10)DPR dan DPD hasil Pemilihan Umum 2004
4. 3. 4. Badan Yudikatif.
Dalam pembahasan yang lebih tepat, badan ini lebih hanya dikaji pada ilmu hukum
daripada ilmu politik. Badan ini dikenal sebagai Mahkamah Agung. Mahkamah Agung pada
beberapa negara yang menggunakan koncep “judicial review”, banyak berperan dalam politik.
Dalam teori klasik Trias Politika, pada negara-negara demokrasi ada pemisahaan kekuasaan
secara mutlak. Pemisahan itu meliputi fungsi, tugas dan pranata, namun pada jaman modern ini
pemisahan secara mutlak tidak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu ajaran Trias Politika murni
diartikan sebagai distribution of powers. Suatu ciri khas yang terdapat pada kebanyakan negara,
adalah adanya hak penguji pada lembaga yudikatif. Judicial Review sering tidak tertuang dalam
Konstitusi suatu negara, namun biasanya secara umum diintepretasikan bahwa adalah hak setiap
Mahkamah Agung untuk mengujinya. Hak ini terkait dengan falsafah, bahwa peraturan-
perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan-perundangan-
undangan yang lebih tinggi. Banyak para pakar berpendapat bahwa keputusan Mahkamah
Agung hampir selalu mempunyai dampak politik pada suatu negara. Meskipun sering tidak
jelasnya pemisahan kekuasaan, namun pada dasarnya kebebasan Badan Yudikatif sangat
diharapkan. Karena dari kebebasan Badan Yudikatif dapat dijamin akan ketidakberpihakan
35
hakim dalam membuat suatu perkara. Keadilan serta hati nurani hakim dapat dijamin dari rasa
takut. Berdasarkan pasal 10 Hak Asasi Manusia Universal setiap orang berhak diadili oleh
pengadilan yang tidak memihak. Kebebasan badan yudikatif di Indonesia dapat ditemukan
melalui Penjelasan UUD-1945 (sebelum amandemen), yang menyatakan bahwa “Kekuasaan
kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka”, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan jaminan bahwa dalam undang-undang tentang
kedudukan para hakim. Namun pada masa demokrasi terpimpin terdapat penyelewengan
terhadap asas kebebasan. Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya UU no 19/1964 tentang
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang salah satu pasalnya menyatakan bahwa Presiden
dapat ikut campur dalam soal pengadilan. Masa orde baru telah ada perubahan undang-undang
tentang badan yudikatif dengan digantinya UU no. 19/1964 dengan UU no 14/1970 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Pada undang-undang ini secara implisit
tidak menyebutkan adanya hak pengujian hukum, karena UUD-1945 tidak menyebutkan adanya
hak pengujian hukum. Oleh karena itu hak menguji melalui Ketetapan MPR, yang berdasarkan
amandemen baru MPR tidak berhak mengeluarkan
4. 4. Demokrasi
4. 4. 1. Latar Belakang
Salah satu sifat negara adalah memaksa kehendaknya agar dalam pengaturan bangsa
dapat berjalan sesuai dengan aturan (law and order). Dalam melakasanakan law and order
negara hendaknya melaksanakan sesuai kehendak mayoritas bangsa. Jika hukum dibuat atas
kehendak mayoritas bangsa maka sistem pemerintahan itu dinamakan demokrasi. Oleh karena
itu hakekat demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat untuk rakyat dan kepada rakyat (of the
people, by the people, to the people). Hakekat inilah yang didambakan oleh rakyat, namun pada
kenyataannya tidak mudah dilaksanakan. Tidak mudahnya dilaksanakan karena golongan
mayoritas yang berkuasa sering tidak mengindahkan hak-hak minoritas dan sering berakibat
konflik dengan kekerasan/perang (Wrights, 1941: 6). Oleh karena demokrasi tidak diwariskan
melainkan harus diajarkan (democracy is not an inharritage but should be learned)
Perwujudan sistem demokrasi akan berbeda pada berbagai negara :
1. Pada masyarakat majemuk yaitu penduduknya beraneka ragam golongan seperti India,
Indonesia, Filipina.
36
2. Pada masyarakat yang homogen seperti Jerman, Jepang
3. Pada mayarakat yang terdiri dari imigran dan keturunan mereka seperti Amerika Serikat,
Kanada, Australia.
4. 4. 2. Ciri-ciri Sistem Demokrasi
Pada umumnya ciri-ciri demokrasi sebagai berikut:
1. Apabila sistem politik secara berkala memungkinkan penggantian Pemerintah :
Harus ada seperangkat keyakinan yang mengesahkan kehadiran pranata-pranata tertentu
seperti: DPR, sejumlah partai politik, pers, peradilan. Apabila tidak ada ketentuan yang
disepakati bersama mengenai pranata-pranata yang dibenarkan dalam kegiatan sistem politik
suatu Negara, akan memudahkan timbulnya anarki.
2. Harus mempunyai sejumlah anggota masyarakat yang menempati kedudukan dalam
pemerintahan untuk masa jabatan tertentu seperti Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota,
Bupati dan lain sebagainya.
3. Harus mempunyai sejumlah anggota masyarakat yang diakui sebagai tokoh sah, berusaha
berjuang untuk dapat menempati kedudukan-kedudukan dalam pemerintah, agar mereka
berada dalam keadaan yang memungkinkan mereka melaksanakan pemerintahan sesuai
dengan apa yang mereka anggap baik. Tanpa kehadiran pemimpin-pemimpin tandingan,
kekuasaan pemerintahan cenderung bertambah besar, sehingga pengaruh rakyat menjadi
kecil.
4. Berkaitan dengan itu, dalam sistem demokrasi terdapat pemilihan lain yang biasanya
dilakukan secara berkala untuk memiliki :
a. Pejabat-pejabat pemerintah tertentu atau
b. Memilih anggota-anggota masyarakat yang diharapkan mewakili rakyat dalam
pemilihan pejabat-pejabat tersebut
5. Agar masing-masing golongan dapat diketahui oleh pemerintah dan anggota masyarakat
lain, harus diakui adanya hak menyatakan pendapat baik secara lisan, dalam pertemuan-
pertemuan dan media masa elektronik, maupun secara tertulis melalui media cetak.
6. Masalah adanya golongan-golongan penduduk yang tidak ikutserta dalam pemilihan umum
4. 4. 3. Perkembangan Sistem Demokrasi
37
Perkembangan Sistem Demokrasi dipengaruhi oleh kekuatan pembauran anggota
masyarakat yang berbeda-beda:
1. Kekuatan Pertama: perkembangan ekonomi yang memungkinkan semakin banyak anggota
masyarakat memperoleh sumber nafkah sendiri dan melepaskan diri dari golongan asalnya.
2. Kekuatan Kedua: perkembangan pendidikan yang memungkinkan semakin banyak anggota
masyarakat memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir sendiri dan membuat
keputusan sendiri mengenai dirinya.
3. Kekuatan Ketiga: perkembangan hukum yang dengan jelas menyatakan hak dan kewajiban
masing-masing anggota masyarakat sebagai warga negara yang semakin sama bagi semua
warga negara.
4. Kekuatan Keempat: perkembangan kebudayaan nasional yang memungkinkan semakin
banyak anggota masyarakat berpedoman pada :
a. Kepercayaan yang sama
b. Pengetahuan yang sama
c. Nilai-nilai dan aturan yang sama
d. Termasuk pedoman yang mengatur sistem politik negara yang bersangkutan
4. 4. 4. Demokrasi di Masyarakat Pedesaan Indonesia
Demokrasi sudah lama terwujud sebagai tradisi masyarakaat pedesaan, yaitu masyarakat
yang terbatas jumlahnya di seluruh kepulauan Indonesia:
1. Kepentingan-kepentingan bersama biasanya dibicarakan bersama, dimusyawarahkan oleh
warga masyarakat pedesaan yang bersangkutan yang kemudian bersepakat mengenai apa
yang dianggap sebagai kepentingan bersama dan bagaimana kepentingan itu diupayakan.
2. Dalam kesepakatan (pembuatan keputusan) tidak jarang yang menggunakan sistem
perwakilan yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok yakni penghulu adat, ulama dan cerdik
pandai, seperti pada adat Mingkakabau yang mengetengahkan “tigo tungku sajorangan”.
3. Para pemimpin pedesaan terikat pada kesepakatan-kesepakatan yang dicapai dalam
penyelenggaraan pemerintahan pedesaan.
4. Para anggota masyarakat senantiasa dapat menyaksikan sendiri keputusan-keputusan yang
dibuat oleh pemimpin-pemimpin mereka dan bilamana perlu dianggap menyimpang dari
kesepakatan bersama, menggugat keputusan itu.
38
5. Suatu keputusan pimpinan yang dianggap tidak didasarkan atas kesepakatan bersama
dianggap tidak sah.
6. Pimpinan pemerintahan masyarakat pedesaan berusaha untuk sungguh-sungguh menjalankan
pemerintahan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sekalian warga masyarakat, mereka
tidak dapat bertindak tanpa dukungan dari masyarakat pedesaan ini.
7. Masing-masing masyarakat pedesaan merupakan kesatuan sosial tersendiri; orang luar dari
masyarakat pedesaan itu dianggap orang asing. Hanya warga masyarakat pedesaan itu
dianggap orang yang mempunyai hak untuk ikut serta dalam kegiatan politik di masyarakat
pedesaan yang bersangkutan.
8. Beberapa masyarakat pedesaan
Di kepulauan Indonesia yang amat luas ini terdapat keanekaragaman masyarakat
pedesaan, berkenaan dengan:
1. Jumlah penduduk.
2. Nilai-nilai dan aturan-aturan yang dianggap berlaku dalam kegiatan politik.
3. Masalah-masalah yang dihadapi bersama dan sebagainya.
Kemudian di berbagai daerah, masyarakat-masyarakat pedesaan telah menjadi bagian
dari negara-negara pribumi, kerajaan-kerajaan, yang mengakibatkan kehadiran pejabat-pejabat
yang berasal dari luar masyarakat pedesaan tersebut, atau tuntutan agar pimpinan masyarakat
pedesaan tunduk dalam berbagai hal pada pejabat-pejabat dari satuan politik yang lebih besar,
lebih luas/kuat dari pada masyarakat pedesaan yang bersangkutan. Kebijakan para pemimpin
masyarakat pedesaan tidak lagi seluruhnya didasarkan atas kesepakatan para warga masyarakat
pedesaan yang bersangkutan.
4. 4. 5. Demokrasi Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
UUD-1945 yang telah dirumuskan oleh para pendiri Negara Kesatuan mencakup :
Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penjelasan-penjelasan. Namun berdasarkan amandemen
keempat pada sidang tahunan MPR, Bagian ketiga telah dihapuskan. UUD-1945 telah
mengakomodasi konsep-konsep dasar penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang meliputi :
1. Hak asasi bangsa/rakyat merdeka.
2. Hak asasi manusia.
39
3. Negara Kesatuan/Persatuan.
4. Negara Republik.
5. Negara Hukum.
6. Demokrasi.
7. Sistem Pemerintahan Negara.
8. Penyelenggaaraan Negara.
Konsep-konsep dasar penyelenggaaraan bernegara telah dilaksanakan sejak berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga kini, termasuk konsep demokrasi. Konsep-konsep
tersebut secara berlanjut dari kurun waktu ke waktu telah dilaksanakan oleh penyelenggara
negara. Kebijakan tindakan para penyelenggara negara melaksanakan konsep tersebut, sangat
dipengaruhi berbagai faktor seperti:
1. Dasar/landasan penentuan kebijakan.
2. Peristiwa atau kondisi yang dihadapi pada kurun waktu itu baik situasi kondisi dalam negeri,
maupun pengaruh dari luar negeri.
3. Tindakan yang dilaksanakan.
4. Hasil evaluasi yang telah dilakukan.
Kurun waktu atau periodisasi dapat disusun sebagai berikut :
1. Periode 1945 – 1949 masa berlakunya UUD 1945.
2. Periode 1950 – 1959 masa berlakunya Konstitusi RIS (s/d 16 Agustus 1950) dan berlakunya
UUDS 1950 (17Agustus 1950 – 5 Juli 1959).
3. Periode 1959 – 1965 masa berlakunya UUD 1945.
4. Periode 1966 – 1997 masa berlakunya UUD 1945 (masa ORBA).
5. Periode 1988 – hingga kini masa berlakunya UUD NKRI 1945 (reformasi)
Oleh karena itu konsep demokrasi pada setiap periode perlu dikaji secara cermat. Secara
hakiki demokrasi merupakan :
1. Partisipasi Rakyat.
2. Pemilihan umum berfungsi sebagai: Legitimasi politik, tercapainya perwakilan politik,
sirkulasi elite politik, serta pendidikan Politik.
3. Faktor demokrasi: Kebebasan, kebersamaan, keteraturan, dan accountability.
40
BAB V
WILAYAH SEBAGAI RUANG HIDUP
5. 1. Latar Belakang
Menurut Ir. Soekarno di hadapan Sidang BPUPKI (Setneg, tt: 66), orang dan tempat tidak
dapat dipisahkan. Oleh karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat tinggalnya
sebagai negara, selanjutnya pengertian negara tidak hanya wilayah tempat tinggal, namun
diartikan lebih luas (telah dibahas pada Bab III). Karena orang dan tempat tinggal tidak dapat
dipisahkan, perebutan ruang menjadi hal yang menimbulkan konflik antar antar manusia hingga
kini. Untuk dapat mempertahankan ruang hidupnya bangsa harus mempunyai kesatuan cara
pandang yang dikenal sebagai wawasan nasional. Ilmuwan politik dan militer menyebutnya
sebagai geopolitik.
Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan erat dengan profil diri
bangsa (sejarah, pandangan hidup, ideologi, budaya) dan geografi. Kedua unsur pokok inilah
yang harus diperhatikan dalam pembuatan konsepsi geopolitik bangsa dan negara.
Untuk dapat melaksanakan wawasannya bangsa perlu menyusun konsep geostra-tegi.
Strategi sendiri merupakan bagian dari politik, hal ini seperti diungkapkan dalam teori para
panglima perang. Clauswitz menyatakan “Perang merupakan kelanjutan dari politik, sedangkan
strategi adalah ilmu/seni untuk memenangkan perang. Oleh karenanya membahas geopolitik
tidak lepas membahas geostrategi.
Konsep wawasan kebangsaan tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada
akhir abad XIX dan awal abad XX. Konsepsi ini dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya
membahas geografi dari segi politik negara (state). Selanjutnya berkem-bang konsep politik
(dalam arti distribusi kekuatan) pada hamparan geografi negara, sehingga tidaklah berlebihan
bahwa geopolitik sebagai ilmu “baru” dicurigai sebagai upaya pembenaran pada kosepsi ruang
(Sunardi. 2004: 157). Oleh karena itu dalam membahas masalah wawasan nasional, disamping
membahas sejarah terjadinya konsep wawasan nasional perlu membahas pula teori geopolitik
serta implementasinya pada negara kita.
Sebelum membahas masalah geopolitik (suatu negara) perlu mendalami ciri khusus
negara berdasarkan bentuk geomorfologinya, yaitu pada konstalasi wilayah secara utuh (darat,
laut dan udara) dan perilaku manusia menghadapi tantangan berdasarkan bentuk geografinya.
41
Negara (dalam arti wilayah) dapat dibedakan: (1) Dikelilingi daratan (land lock country); (2)
Berbatasan dengan laut, yang dapat dibedakan: (a) negara pulau (oceanic archipelago), (b)
negara pantai (coastal archipelago), (c) Negara kepulauan (archipelago).
Menurut regim hukum laut lama, laut menjadi pemisah dari pulau-pulau. Akibat
ketentuan ini, negara Indonesia dan banyak negara nasional baru (pasca Perang Dunia II)
menjadi tidak utuh. Oleh karena itu sejak 1957 Pemerintah Republik Indonesia memperju-
angkan agar asas kepulauan diperbaharui dan baru berhasil tahun 1982. Perjuangan berkat
dukungan negara-negara nasional baru yang memiliki wilayah gugusan pulau. Kini pengertian
asas Negara kepulauan, adalah (UNCLOS 1982, pasal 46):
a. “Negara Kepulauan” berarti suatu Negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
b. “kepulauan” berarti suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan dianta-ranya
dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian eratnya
sehingga pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya itu merupakan suatu kesatuan
geografi, ekonomi dan politik yang hakiki, atau secara historis dianggap sebagai
demikian.
Geopolitik Indonesia dinamakan Wawasan Nusantara, dengan alasan: (1) Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan (Setneg RI, tt: 66); (2) Berada diantara
dua benua (Asia dan Australia) dan dua lautan (Lautan India dan Lautan Pasifik) sehingga
tepatlah bila dinamakan Nusantara (nusa diantara air); (3) Keunikan lainnya adalah bahwa
wilayah nusantara berada di Garis Khatulistiwa dan diliwati oleh Geo Stationary Satelite Orbit
(GSO).
Untuk melaksanakan konsepsi Wawasan Nusantara, disusun konsepsi geostrategi yang
diberi nama Ketahanan Nasional. Dalam konsepsi ini bangsa Indonesia menguta-makan
pembangunan kekuatan sosial sebagai prioritas utama dan pembangunan kekuatan fisik prioritas
selanjutnya (Lemhannas 1980: 227). Kekuatan sosial yang terbina dengan baik secara persuasif
akan mampu mengajak masyarakat untuk membangun kekuatan fisik untuk kesejahteraan dan
keamanan negara dan bangsa.
42
5. 2. Geopolitik dan Geostrategi serta Implementasi
Istilah geopolitik semula sebagai ilmu bumi politik kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan geomorfologi (ciri khas negara yang berupa:
bentuk, luas, letak, iklim, dan sumber daya alam) suatu negara untuk membangun dan membina
negara. Para penyelenggara pemerintah nasional kini menyusun pembinaan politik nasional
berdasarkan kondisi dan situasi geomorfologi dan unsur-unsur lain (penduduk, falsafat dan
sejarah bangsa) secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa.
Sedangkan geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam Negara
(Poernomo, 1972), yang pada awalnya diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer.
Hal ini tentunya berkaitan dengan arti strategi itu sendiri, yaitu ilmu atau seni tentang jenderal
(the art of generalship). Strategi itu sendiri semula banyak dikembang-kan oleh kaum militer
yaitu: bagaimana memenangkan perang. Sedangkan perang menurut Carl von Clausewitz, adalah
penyelesaian politik dengan cara lain (Paret, 1985: 393). Dari sejarah dunia kita ketahui bersama
bahwa para pemimpin negara dimasa lampau selalu berasal dari kalangan militer. Namun kini
istilah strategi lebih populer pula di kalangan ekonom, industrialis, bahkan para ahli pendidikan.
Jadi pemikiran strategi kini diartikan bagaimana kita akan memenangkan pasar untuk keperluan
produk kita dan sekaligus untuk meyakinkan kita bahwa bahan baku dapat terjamin lebih lama
(sampai lebih dari 20 tahun) dari awal perhitungan kita, serta bagaimana kita menggunakannya
seefektif mungkin (Pearson, 1990: 22). Lebih lanjut geostrategi didefinisikan sebagai: Kebijakan
untuk me-nentukan sarana-sarana, untuk mencapai tujuan politik dengan memanfaatkan
konstelasi geografi. Sebagai akibatnya geostrategi menjadi upaya menguasai sumber daya
(terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui) untuk tujuan kelangsungan hidup
bangsa.
5. 2. 1. Beberapa Pandangan Para Pemikir Geopolitik
Sebelum membahas wawasan nasional terlebih dahulu perlu pembahasan tentang
beberapa pendapat dari para penulis geopolitik:
1. Friedrich Ratzel (1844-1904). Teori yang dikemukakan adalah teori Ruang yang
konsepsinya dipengaruhi oleh ahli biologi Charles Darwin. Ia menyamakan negara sebagai
makhluk hidup yang makin sempurna serta membutuhkan ruang hidup yang makin meluas.
Pendapat ini dipertegas Rudolf Kjellen (1864-1922) dengan teori kekuatan, yang pada
43
pokoknya menyatakan bahwa negara adalah satuan politik yang menyeluruh serta sebagai
satuan biologis yang memiliki intelektualitas. Dengan kekuatannya mampu ekploitasi negara
“primitif” agar negaranya dapat swa sembada. Beberapa pemikir sering menyebutnya
sebagai Darwinisme sosial.
2. Karl Haushoffer (1869-1946). Teori Ruang dan Kekuatan, dikenal pula sebagai Teori Pan
Regional: (a) lebensraum (ruang hidup) yang cukup, (b) autarki (swasembada), (c) dunia
dibagi 4 Pan Region, setiap region dipimpin satu bangsa yang unggul, (d) Pan region terdiri
dari Pan Amerika (USA), Pan Asia Timur (Jepang), Pan Rusia India (Rusia), Pan Eropa
Afrika (Jerman). Dari pembagian daerah inilah kita dapat segera tahu percaturan politik
masa lalu (yang sedikit rasis) dan masa depan.
3. Sir Halford Mackinder (1861-1947). Teori Daerah Jantung (dikenal pula sebagai wawasan
benua). Menurutnya, jika ingin menguasai dunia, harus kuasai Daerah Jantung, untuk itu
diperlukan kekuatan darat yang memadai. Teori ahli geografi ini mungkin terkandung agar
negara lain selalu berpaling pada pembentukan kekuatan darat. Dengan demikian tidak
mengganggu pengembangan armada laut Inggris. Tentang pembagian daerah dapat
disimpulkan: (1) dunia terdiri: 9/12 air, 2/12 pulau dunia (Eropa, Asia, Afrika), 1/12 pulau
lain, (2) daerah terdiri: (a) Daerah Jantung (heartland), terletak di pulau dunia yaitu: Rusia,
Siberia, Sebagian Mongolia, (b) Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent) meliputi: Eropa
Barat, Eropa Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, dan (c) Bulan Sabit Luar
(outer cresent) meliputi: Afrika, Australia, Amerika/Benua Baru.
5. Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred Thayer Mahan (1840-1914). Teori Kekuatan
Maritim yang dicanangkan oleh Raleigh, bertepatan dengan kebangkitan armada Inggris dan
Belanda yang ditandai: dengan kemajuan teknologi perkapalan dan pelabuhan serta semangat
perdagangan yang tidak lagi mencari emas dan sutera di Timur semata-mata (Simbolon,
1995: 425). Pada masa ini pula lahir tentang pemikiran hukum laut internasional yang
berlaku sampai tahun 1994 (setelah UNCLOS 1982 disetujui melalui SU PBB). Menurut Sir
W. Raleigh: Siapa yang kuasai laut akan kuasai perdagangan dunia/kekayaan dunia dan
akhirnya menguasai dunia, oleh karena itu harus memiliki armada laut yang kuat. Sebagai
tindak lanjut maka Inggris berusaha menguasai pantai-pantai benua, paling tidak
menyewanya. Sementara itu, menurut Alfred T. Mahan, Laut untuk kehidupan, sumber
44
daya alam banyak terdapat di laut, oleh karena harus dibangun armada laut yang kuat untuk
menjaganya.
6. Giulio Douhet (1869-1930) dan William Mitchel (1879-1936). Awal abad XX merupakan
kebangkitan ilmu pengetahuan penerbangan. Kedua orang ini mencita-citakan berdirinya
Angkatan Udara. Dalam teorinya, menyebutkan bahwa kekuatan udara mampu beroperasi
hingga garis belakang lawan serta kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.
7. Nicholas J. Spykman (1893-1943). Teori Daerah Batas (Rimland theory). Teorinya
dipengaruhi oleh Mackinder dan Haushoffer, terutama dalam membagi daerah. Dalam
teorinya tersirat bahwa: (a) Dunia menurutnya terbagi 4 daerah, yaitu: Heartland, Offshore
continents belt (rimland), Oceanic belt dan New World (benua Amerika), (b) Menggunakan
kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk kuasai dunia, (c) Daerah Rimland akan lebih
besar pengaruhnya dalam percaturan politik dunia dari pada daerah jantung, (d) Wilayah
Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.
8. Bangsa Indonesia. Wawasan bangsa Indonesia tersirat melalui UUD 1945 antara lain: (a)
Ruang hidup bangsa terbatas diakui internasional, (b) Setiap bangsa sama derajatnya,
berkewajiban menjaga perdamaian dunia, (c) Kekuatan bangsa untuk mempertahankan
eksistensi dan kemakmuran rakyat.
5. 2. 2. Geopolitik dalam Praktek Kenegaraan
Dari teori geopolitik timbul upaya membuat perbatasan wilayah negara yang dikenal
sebagai boundary. Pemikiran maritim dari Mahan, bahwa kekuatan negara tidak tergantung dari
luas faktor daratan dengan isinya namun tergantung pula faktor luasnya akses ke laut berikut
bentuk pantainya. Bentuk pantai yang memudahkan pengembangan menjadi pelabuhan besar
membentuk masyarakat yang kosmopolitan. Oleh karena itu Mahan berpendapat bahwa ada 4
(empa) faktor yang harus diperhatikan yaitu:
1. Situasi geografi, yaitu topomorfologi yang dikaitkan dengan ada tidaknya akses ke laut dan
penyebaran penduduk.
2. Kekayaan Alam dan Zona Iklim, yaitu faktor yang mengkaitkan kemampuan industri dengan
kemandirian penyediaan pangan.
3. Konfigrasi Wilayah Negara, yang sangat memengaruhi karakter rakyat dan orientasi
wawasannya.
45
4. Jumlah Penduduk
Lebih lanjut Mahan menaruh perhatian pada konfigurasi wilayah negara serta
pengaruhnya pada karakter rakyat. Karakter orang pegunungan akan berbeda dengan rakyat di
daerah dataran rendah maupun di daerah kepulauan. Pendapat Mahan ini dikembangkan oleh
Ratzel yang menyatakan bahwa agar negara menjadi kuat dibutuhkan daratan yang luas dan
akses ke laut. Dari pendapat ini pada abad XX Jerman berupaya memperluas daratan ke arah
Timur dengan semboyan “Drang nach Osten”.
Pemikiran geografi politik sampai pada akhir abad XIX didominasi oleh pendapat Ratzel
dan Mahan yang menganggap negara sebagai organisme dan memengaruhi perilaku kehidupan
manusianya. Para penulis geopolitik memandang bahwa wilayah suatu negara merupakan hal
yang utama yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi negara. Tokoh-tokoh penganut
paham determinis dalam tulisannya menerbitkan doktrin kekuatan.
Pada permulaan abad XX banyak penulis Perancis yang beranggapan bahwa negara
sebagai organisme hidup memiliki moral dan spiritual sehingga negara bukan merupakan suatu
ruang hampa. Dalam negara ada semangat nasionalisme, yang berupa antara lain: rasa
kebangsaan, faham kebangsaan, cinta tanah air.
Rudolf Kjellen menamakan pengetahuan geopolitik menjadi Science of the State.
Pengetahuan yang melahirkan ajaran untuk mengantisipasi berlakunya hukum alamiah tentang
organisme pada negara. Menurut Kjellen akan muncul beberapa negara besar saja yang
memengaruhi negara kecil. Bila dikaitkan pada masa itu maka negara yang akan menjadi besar
adalah negara yang memiliki jalur-jalur pelayaran niaga. Dengan bertitik tolak pada doktrin
wawasan maritim dari Raleight, Inggris mengembangkan kekuatan maritim dengan menguasai
pantai-pantai sepanjang Eropa, Asia, Afrika dan Amerika untuk dapat mempertahankan “the life
line of the British Empire” (Basrie, 1995: 11).
Mackinder melihat bahwa konflik antar negara sebenarnya bukan karena konflik negara
maritim tetapi justru pada negara dalam heartland (Euro-Asia). Yaitu konflik antara kekuatan
negara daratan dengan negara kepulauan dan pinggiran, yang menurutnya negara jantung akan
lebih unggul. Teori yang cukup kita dikenal ini adalah: “Who rules East Europe commands the
heartland. Who rules the Heartland commands the World Island. Who rules World Island
commands the World.” (Poernomo, 1973: 73)
46
Haushoffer mengembangkan teori geopolitik antara lain tentang Lebensraum, (teori yang
membenarkan perluasan wilayah sehubungan pertambahan penduduk untuk dapat menunjang
swasembada). Kesatuan Region (teori pembagian daerah) yang membenarkan negara besar dan
maju untuk mengatur dan sekaligus menyetujui ekspansi ke wilayah yang ditentukan. Teori-teori
ini disitir Adolf Hitler dalam bukunya “Mein Kampf”. Doktrin “Hoka I Chiu” digunakan di
Jepang, sehingga berkembang semangat rasialis dan mem-bangkitkan militerisme pada sejumlah
negara di Eropa dan Asia. Meskipun teori gepolitik Haushofer dianut oleh Hitler, namun ia
tidak sependapat untuk menyerbu Rusia sehingga ia tidak populer lagi di “the Third Riech”
(Baker, dalam EA vol 13, 1971: 859).
5. 2. 3. Geostrategi dalam Praktek Kenegaraan
Negara maju (terutama Imperium Barat) sangat terpengaruh oleh teori Haushoffer dan
Mahan, sehingga mereka berusaha mengupayakan ruang hidup yang “cukup”. Upaya itu
dilaksanakan dengan bentuk kolonisasi atas negara yang mereka anggap masih kurang berbudaya
(budaya diartikan sebagai hasil upaya manusia untuk meningkatkan kehidupan-nya). Dengan
demikian sampai pada awal Perang Dunia I Imperium Barat (terutama Inggris dan Perancis)
menguasai wilayah seluas 84 % daratan dunia (Huntington, 1996: 51). Sedangkan sisanya tidak
sepenuhnya merdeka seperti negara-negara Amerika Latin dan beberapa negara Asia yang
dijadikan buffer state karena adanya perebutan wilayah negara imporium Barat. Perebutan
wilayah tersebut tidak lepas dari revolusi teknologi transportasi dan persenjataan. Imperium
Barat berupaya menguasai sisa daratan yang masih “merdeka”.
Gambaran tersebut tersirat bahwa geopolitik Imporium Barat berupaya menguasa dunia.
Geostrategi yang digelarnya adalah strategi global yang menitik beratkan pada kemampuan
teknologi bangsanya. Inggris dan Belanda melalui teknologi maritim sehingga menitik beratkan
pada doktrin kekuatan laut sedangkan Perancis melalui doktrin kekuatan darat. Jerman yang
bersatu (akhir abad XIX) berupaya bangkit sehingga untuk melebarkan ruang hidupnya kurang
berarti dibandingkan Inggris dan Perancis. Spanyol dan Portugal yang bangkit lebih dulu
mengalami surut. Sedangkan Rusia setelah kekalahannya dengan Jepang menitik beratkan
geostrateginya pada penguasaan daratan (doktrin Mackinder).
Perang Dunia (PD) I pada hakikatkannya adalah upaya imperium Perancis dan Inggris
untuk mengecilkan, Austria-Hungaria, Jerman (dan Turki) dan mengikat Rusia agar tidak
47
mencari daerah panas dengan membantu Balkan yang sedang kacau. Aliansi ini ikut berupaya
memerdekakan Yunani dan memerangi rakyat Balkan yang ingin mendirikan negara nasional
(Hirst, 2001: 95). Akhir PD I seperti kita ketahui bersama kemenangan ada dipihak sekutu
(Inggris dan Perancis) yang dibantu Amerika Serikat. Mereka membagi wilayah Turki, yang
dikenal sebagai The Ottoman Heritage (Robert, 2002: 932-944). Geostrategi yang diterapkan
semboyan “hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri”.Pada kenyataannya imperium Barat
memperkenalkan sistem protektorat, sebagai kontra dari konsep Rusia (Komunis) yang ingin
memerdekan rakyat terjajah.
Untuk tetap mempertahankan sistem negara liberal moderen, imperium Barat
menekankan tetap perlunya mepertahankan keeksklusifan teritorial (Hirst, 2001: 83), yang
meliputi: perdamaian internal, legitimasi pendinastian dan sistem perdagangan. Jerman mencoba
bangkit dengan mempraktekkan teori geopolitik Haushoffer dengan mengajak Italia dan Jepang
untuk bergabung dengan mendirikan persekutuan poros (Axis). Oleh karenanya Perang Dunia II
tidak dapat dihindarkan dan lebih dahsyat, yang pada hakikatnya merupakan pelaksanaan
geopolitik dari negara Axis, yaitu mencari pusat-pusat sumber daya alam. Jerman memperluas
wilayahnya ke arah Timur dengan semboyan “Drang nach Osten” (Sunardi, 2004: 164),
sedangkan Jepang dan Italia ke arah Selatan, yaitu Asia Timur dan Afrika Utara bagian Timur.
Demikian gambaran geopolitik dan geostrategi negara-negara yang berdaulat hingga pada
akhir PD II. Pasca PD II, dunia seolah dibagi dua yakni blok negara-negara liberal (Negara
Barat) dan blok negara-negara sosialis (Negara Sosialis). Kedua blok ini pada PD II dikenal
sebagai sekutu (Alien) melawan blok Axis (poros). Negara Jerman Barat dan Jepang kini
menjadi Blok Liberal. Oleh karenanya membahas geopolitik negara berdaulat kita akan
membahas perimbangan kekuatan (balance of power). Perimbangan kekuatan akan berbeda pada
setiap waktu namun pada dasarnya adalah bagaimana negara yang berdaulat berbagi wilayah
untuk dikuasai. Perimbangan Kekuatan abad XVIII yaitu antara Dinasti Bourbon (Perancis)
yang berhadapan dengan Dinasti Habsburg (Austria) untuk saling berebut wilayah daratan Eropa
(Morgenthau, 2006: 348).
Pasca PD II geostrategi negara-negara pemenang perang adalah strategi global yang
kemudian dikenal sebagai globalisasi. Negara-negara pemenang perang, baik negara liberal
maupun sosialis berlomba untuk mencari mitra baru. Mereka membentuk pakta pertahanan dan
bahkan bermitra dengan ex musuh. Jepang dirangkul dan dipayungi oleh Amerika Serikat
48
selama Jepang bersedia menjadi negara demokrasi liberal, termasuk sistem agraria dan
pendidikan (Roberts, 2004: 1062). Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi
Jepang lebih pesat daripada negara bekas jajahan dan bahkan negara pemenang perang.
Demikian pula dengan Jerman Barat yang lebih pesat kebang-kitan sebagai akibat perang dari
pada Perancis dan negara-negara Eropa kontinental pada umumnya. Sedangkan pada blok
sosialis kemajuan ekonomi tidak begitu mengembirakan.
Pasca PD II, melahirkan banyak negara nasional yang merupakan negara bekas jajahan.
Negara-negara baru ini masih dalam upaya membangun identitas baru dan menjadi incaran kedua
blok untuk dirangkul dan diberi bantuan untuk pembangunan wilayahnya dengan mencontoh
pada salah satu blok. Akhirnya terbentuk negara dunia ketiga dan dikenal pula sebagai negara
sedang berkembang. Dalam perjalanan sejarah selanjutnya negara ini menjadi sasaran rebutan
oleh kedua blok yang bertikai. Perang fisik kemungkinan tidak terjadi, namun pada blok Barat
berkembang Teori Domino yang menyatakan bahwa apabila satu negara jatuh ke blok timur
maka tetangganya akan ikut bergabung dengan negara blok Timur. Cara mengatasinya dengan
jalan persuasi kepada negara dunia ketiga agar bersedia bergabung ke dalam blok Barat melalui
penetrasi teknologi mutahir yang pada hakekatnya merupakan kolonialisme baru.
5. 3. Geopolitik Indonesia
5. 3. 1 Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia
Geopolitik sebenarnya merupakan wawasan nasionaI suatu bangsa yang hendaknya
dipahami oleh pemimpin bangsa. Wawasan nasional bangsa terbentuk karena bangsa yang
tinggal dalam suatu wilayah—yang diakui sebagai miliknya—ingin mengelola untuk
kehidupannya. Oleh karena itu, apabila kita membahas bangsa akan terkait pula masalah: sejarah
diri dan budaya, falsafah hidup serta tempat tinggal dan lingkungannya. Ketiga aspek tercetus
aspirasi bangsa yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis (konstitusi) maupun
tidak tertulis namun tetap menjadi catatan hidup (motivasi) yang semuanya dituangkan menjadi
ajaran (doktrin dasar) untuk membangun negara yang berupa wawasan nasional.
Wawasan nasional bangsa Indonesia, dinamakan Wawasan Nusantara. Wawasan dari
wawas yang berarti meninjau, memandang, mengamati. Dengan demikian wawasan dapat
diartikan konsepsi cara pandang (KBBI, 2002: 1271). Sedangkan nusantara yang semula
diartikan sebagai akronim dari nusa diantara air/laut, kini diartikan sebagai sebutan bagi seluruh
49
wilayah kepulauan Indonesia (KBBI, 2002: 789). Doktrin Wawasan Nusantara merupakan
implementasi perjuangan pengakuan sebagai negara kepulauan yang disesuaikan dengan
kemajuan jaman. Pada masa lampau paham negara kepulauan hanya meliputi kumpulan pulau-
pulau (berdasarkan contour) yang dipisahkan oleh laut. Paham Nusantara menunjukkan adanya 2
(dua) arah pengaruh: (1) Ke dalam: berlaku asas kepulauan, yang menuntut terpadunya unsur
tanah dan air yang selaras dan serasi guna merealisasikan wujud tanah air; (2). Ke luar:
berlakunya asas posisi antara, yang menuntut posisi kuat bagi Indonesia untuk dapat berdiri tegak
dari tarikan segala penjuru.
Sayangnya pada era reformasi istilah ini menjadi kurang populer karena merupakan suatu
doktrin, sehingga para politisipun enggan menggunakan istilah ini. Tidak lagi tersurat dalam
GBHN 1999 sebagai wawasan bangsa, apalagi UUD NKRI-1945 tidak mengharuskan adanya
GBHN.
Wawasan Nusantara yang merupakan geopolitik Indonesia, secara umum didefinisikan
sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia tentang dirinya yang bhineka, dan lingkungan
geografinya yang berwujud negara kepulauan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan
tujuannya adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional
dan turut serta menciptakan dalam ketertiban dan perdamaian dunia. Kesemua itu dalam rangka
mencapai Tujuan Nasional. Dengan unsur-unsur dasar: (1) Wadah (lingkungan) yaitu segenap
bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia (alinea ke-4 Pembukaan UUD-1945): bentuk wujud,
lokasi geografi, bentuk negara Indonesia, kesadaran politik bangsa. (2) Isi (kondisi sosial) yang
berupa perspektif bangsa Indonesia dalam eksistensinya mempunyai 2 komponen dasar yang
terpadu yaitu : cita-cita dan tujuan nasional, yang berasas persatuan dan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional ; (3) Tata Laku (terwujud akibat interaksi wadah dan isi), yang berwujud
tatalaku bathiniah (berdasarkan falsafah dan sikap mental bangsa) dan lahiriah (dalam bentuk
kata dan karya) yang dituangkan dalam tatalaksana.
Hakikat tujuan wawasan nusantara adalah kesatuan dan persatuan dalam kebhi-nekaan,
yang mengandung arti: (1) Penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan kondisi,
posisi dan potensi geografi serta kebhinekaan budaya ; (2) Pedoman pola tindak dan pola pikir
kebijaksanaan nasional; (3) Hakikat Wawasan Nusantara adalah persatuan dan kesatuan dalam
kebhinekaan.
5. 3. 2. Kedudukan dan Peran Wawasan Nusantara
50
Wawasan Nusantara sebagai paradigma sistem kehidupan bangsa Indonesia yang
urutannya sebagai berikut: (1) Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa dan dasar Negara; (2)
UUD-1945 sebagai konstitusi Negara; (3) Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa
Indonesia; (4) Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia.
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin dasar pengaturan kehidupan
nasional. Doktrin adalah himpunan prinsip atau teori yang diajarkan, dianjurkan dan diterima
sebagai kebenaran, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, dalam usaha
mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang timbul dari pemikiran yang bersifat falsafah.
Sebagai doktrin (ajaran), Wawasan Nusantara berperan untuk:
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi dan selaras, segenap aspek
kehidupan nasional. Oleh karena itu diharapkan dalam perencanaan pembangunan nasional
dipakai sebagai pola dasar.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungannya. Peranan ini berkaitan
dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan intra bangsa (antar
masyarakat/ethnis) dengan ruang hidupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan harus
dapat dipertanggungjawabkan. Apabila tidak maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan
yang pada akhirnya akan merugikan bangsa itu sendiri.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional, merupakan jabaran
pandangan geopolitik Indonesia dalam mengimplementasi konsep pertahanan kea-manan
untuk menjamin segenap wilayah Indonesia. Sedangkan kepentingan nasional menjadi dasar
hubungan antara bangsa.
4. Merentang hubungan internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian. Dengan
kedudukannya di posisi silang dan negara kepulauan terbesar diharapkan dapat melaksanakan
secara optimal dalam melaksanakan salah satu tujuan nasional.
5. 3. 3. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Kewilayahan
Sebagai faktor eksistensi suatu negara wilayah nasional perlu ditentukan batas-batasnya
agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga. Karena itu pada umumnya batas-batas
wilayah suatu negara dirumuskan dalam konstitusi negara (baik tertulis maupun tidak tertulis).
51
Namun UUD-1945 tidak memuat secara jelas ketentuan wilayah negara Republik Indonesia, baik
dalam Pembukaan maupun dalam batang tubuh.
Untuk dapat memahami manakah yang dimaksudkan dengan wilayah atau tumpah darah
Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pembahasan-pembahasan yang terjadi pada sidang-sidang
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang ditetapkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945, adalah bersumberkan pada Rancangan UUD dan Piagam Jakarta yang
dihasilkan oleh BPUPKI. Dalam rangkaian sidang-sidang BPUPKI bulan Mei-Juni 1945, telah
dibahas masalah wilayah Negara Indonesia merdeka yang lebih populer disebut tanah air atau
juga “tumpah darah” Indonesia.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat: Dr. Supomo, SH, yang
menghendaki wilayah bekas Hindia Belanda (Setneg RI, tt: 25), Muh. Yamin, SH menghendaki
Nusantara yang meliputi, Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil, Borneo, Selebes, Maluku-
Ambon, dan semenanjung Malaya, Timor dan Papua (Setneg RI, tt: 49), sedangkan Ir. Sukarno
menghendaki kepulauan Indonesia sebagai satu kesatuan (Setneg, tt: 66).
Yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas wilayah Hindia Belanda.
Namun demikian dalam rancangan UUD maupun dalam keputusan PPKI tentang UUD 1945,
ketentuan tentang mana wilayah negara Indonesia itu tidak dicantumkan. Hal ini dijelaskan oleh
Ir. Sukarno bahwa: dalam UUD yang modern, daerah tidak perlu masuk dalam UUD (Setneg RI,
tt: 347).
Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan kepentingan
nasional dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan batas wilayah tidak saja untuk
mempertahankan wilayah tetapi juga untuk menegaskan hak bangsa dan negara dalam pergaulan
internasional. Wujud geomorfologi Indonesia berdasarkan Pancasila (dalam arti persatuan dan
kesatuan) menuntut suatu konsep kewilayahan yang memandang daratan/pulau, lautan serta
udara angkasa diatasnya, sebagai satu kesatuan wilayah. Dengan dasar inilah laut bukan lagi
sebagai alat pemisah wilayah. Sedangkan berdasarkan Ordonansi tahun 1939, laut merupakan
pemisah wilayah. Atas dasar inilah Pemerintah RI mengeluarkan Pengumuman yang tidak lagi
mengakui wilayah atas dasar contour line (secara rinci dibahas kemudian).
52
5. 4. Geopolitik Dan Hukum Kewilayahan
5. 4. 1. Pengantar
Terjadi perubahan peta bumi pasca PD II, dimana telah lahir banyak negara nasional baru
yang miliki laut. Konsep kuno laut menjadi warisan bersama (common heritage of mankind),
mulai dipersoalkan karena laut untuk kelangsungan hidup bangsa dan kesejahteraan rakyat.
Oleh karenanya perlu pengaturan bersama pemanfaatan laut dan lingkungan untuk kepentingan
bangsa-bangsa, konsep “first come first serve” menjadi alasan untuk kuasai lautan.
Kemajuan teknologi berdampak pada meningkatnya kemampuan manusia memanfaatkan
wilayah laut dan dirgantara. Bertambahnya jumlah penduduk, harus diimbangi dengan kenaikan
produksi, khususnya dari sumber kekayaan laut dan kini manusia berupaya memanfaatkan
wilayah dirgantara.
Bagi bangsa Indonesia wilayah laut dan dirgantara untuk menjamin keutuhan wilayah.
Merupakan sarana perhubungan dan transportasi serta salah satu sumber penghidupan. Sudah
barang tentu bagi pertahanan: untuk pengamanan militer dalam arti military security.
5. 4. 2. Perkembangan Hukum Laut
Perkembangan sejarah hukum laut tidak lepas dari kemajuan teknologi maritim
(perkapalan dan kepelabuhanan) Belanda dan Inggris serta orientasi komoditi perdagangan dunia
(Simbolon, 1995: 456). Sebelum abad XVII laut praktis hanya menjadi milik Spanyol dan
Portugal, sehingga ada semacam pembagian wilayah yuridiksi dari kedua negara tersebut.
Dengan adanya jaman pencerahan, yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Teknologi maritim Belanda dan Inggris melampaui Spanyol dan Portugal. Oleh
karena itu dasar hukum laut banyak ditentukan oleh polemik orang Belanda dan Inggris. Namun
sebelum membahas kedua polemik ini perlu diketahui falsafah dasar tentang hukum laut yang
berbuntut pada perebutan wilayah laut, yakni:
1. Res Nullius: Laut tidak ada yang memiliki, oleh karenanya dapat diambil dan dimiliki
masing-masing negara.
2. Res Communis: Laut milik masyarakat dunia, oleh karena itu tidak dapat diambil/ dimiliki
oleh masing-masing negara.
53
Belanda dan Inggris merasa bahwa mereka tidak harus tunduk pada negara yang lebih
“primitif”. Oleh karena itu para ahli hukum dari kedua negara tersebut saling berpolemik
mengeluarkan argumentasi tentang hak atas laut.
Hugo Grotius, seorang ahli hukum internasional Belanda memberikan teori “Mare
Liberum” (laut bebas). Laut tidak dapat dikuasai suatu negara dengan jalan “okupasi”
(menduduki), oleh karena itu laut menjadi bebas. John Selden, seorang ahli hukum Inggris tahun
1635 menulis tentang hukum laut dengan judul “Mare Clausum” (hak kuasai laut, bahwa setiap
negara dapat menguasai laut), sebagai jawaban atas teori Hugo Grotius.
Sebagai koreksi atas tulisannya, Grotius membuat argumen bahwa, laut wilayah dapat
dimiliki sepanjang dapat dikuasai dari darat. Ini berarti laut hanya milik negara pantai.
Selanjutnya Selden menginginkan adanya hak lintas damai bagi kapal-kapal dengan alasan untuk
membeli suplai segar dari negara pantai.
Cornelis van Bijenkershoek (dari Belanda) berpendapat bahwa laut wilayah adalah 3 mil
laut dari pantai pada saat pasang surut. Argumentasi ini didasari bahwa jangkauan meriam
+ 3 mil. Ketentuan ini berlaku hingga tahun 1994 yaitu dengan adanya pengesahan melalui
Sidang Umum PBB, yang merupakan tindak lanjut dari United Nations Convention on the Law
of the Sea (dikenal sebagai UNCLOS 1982), berdasarkan persetujuan di Montego Bay, Jamaica
tahun 1982.
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Deklarasi 13 Desember 1957
mengajukan NKRI perlu laut wilayah (territory water) selebar 12 mil laut dari Garis Dasar (Base
Line) atas dasar “Point to point theory”. Dengan demikian laut antar pulau menjadi Perairan
Pedalaman (internal waters) laut pedalaman.
Sebagai akibat konvensi hukum laut timbul bermacam tipe perairan, hal ini tidak terlepas
karena perhatian orang yang besar pada laut. Untuk itu dibahas beberapa masalah yang
menyangkut hukum laut:
1. Laut Teritorial/Laut Wilayah (Territorial Sea): wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12
mil dari garis pangkal/garis dasar. Garis dasar adalah garis yang menghu-bungkan titik-titik
terluar pulau terluar.
2. Perairan Pedalaman (Internal waters): wilayah laut sebelah dalam dari daratan/sebelah dalam
dari GP. Negara pantai mempunyai kedaulatan penuh.
54
3. Zona Tambahan (Contiguous Zone): wilayah laut yang lebarnya tidak boleh melebihi 12 mil
dari Laut Teritorial, merupakan wilayah negara pantai untuk melakukan peng-awasan
pabean, fiskal, imigrasi, sanitasi dalam wilayah laut territorial.
4. Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone): wilayah laut yang tidak melebihi 200
mil dari GP, Negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi
dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati perairan.
5. Landas Kontinen (Continental Shelf): wilayah laut Negara Pantai meliputi dasar laut dan
tanah di bawahnya, terletak di luar laut teritorial sepanjang merupakan kelanjutan alamiah
wilayah. Jarak 200 mil GP atau maksimal 350 mil, atau tidak melebihi 100 mil dari
kedalaman 2.500 m.
6. Laut Lepas (High Seas) dikenal pula sebagai laut bebas/laut internasional: Wilayah laut
> 200 mil dari Garis Pangkal.
5. 4. 3. Jaminan Kebebasan Berlayar
Sifat laut sebenarnya adalah bebas, merdeka dan bergerak. Relatif tetap dan tidak mudah
dirusak, datar dan tidak dapat dipakai sembunyi, tidak dapat dikuasai secara mutlak serta tidak
dapat dikapling karena sulit diberi tanda. Sebagai medium untuk alat angkut besar. Namun
dengan adanya ketentuan di atas (hak negara archipelago) negara lain menuntut beberapa hak
yang berupa jaminan dari negara kepulauan. Jaminan itu berupa:
1. Lintas: berlayar/bernavigasi melalui laut territorial, termasuk masuk dan keluar perairan
pedalaman untuk singgah di salah satu pelabuhan.
2. Lintas Damai: bernavigasi melalui laut teritorial suatu negara sepanjang tidak merugikan
kedamaian, ketertiban, atau keamananan negara yang bersangkutan.
3. Lintas Transit: bernavigasi melintasi pada selat yang digunakan untuk pelayaran
internasional antara laut lepas/ ZEE yang satu dan laut lepas/ZEE yang lain.
4. Alur Laut Kepulauan:
a. Alur yang ditentukan oleh Negara Kepulauan untuk alur laut dan jalur penerbangan
diatasnya yang cocok digunakan untuk lintas kapal dan pesawat terbang asing.
b. Alur ditentukan dengan merangkai garis sumbu pada peta, kapal dan pesawat
terbang tidak boleh melintas lebih dari 25 mil kiri/kanan dari garis sumbu.
5. Laut Lepas:
55
a. Semua bagian laut yang tak termasuk laut territorial, perairan pedalaman maupun ZEE.
b. Laut terbuka untuk semua negara baik berpantai ma-upun tidak berpantai.
c. Dalam laut lepas semua negara berhak berlayar, terbang, riset ilmiah dan menangkap
ikan.
5. 4. 4. Perkembangan Hukum Dirgantara
Perkembangan hukum dirgantara hamper sama dengan perkembangan hukum laut. Ada
falsafah dasar yang mendasari pemikiran hukum dirgantara yaitu:
1. Teori Udara Bebas (Air Freedom Theory). Bahwa ruang udara bebas dapat digunakan siapa
saja, timbul perbedaan persepsi: kebebasan udara tanpa batas dan kebebasan udara terbatas.
2. Teori Negara Berdaulat di Udara (Air Sovereignty Theory). Bahwa negara kolong berdaulat
penuh tanpa batas keatas, timbul perbedaan persepsi: kedaulatan negara kolong dibatasi oleh
ketinggian tertentu, negara kolong berdaulat penuh tetapi dibatasi oleh hak lintas damai.
Masalah ketinggian dan batas willayah udara dan pembagian wilayah juga menimbulkan
polemik. Oleh sebab itu sampai kini masih belum ada kesepakatan batas ketinggian (1910
ditentukan + 500 km). Teori Penguasaan Cooper menetapkan bahwa batas ketinggian ditentukan
kemampuan teknologi masing-masing negara. Sementara itu, Teori Udara Schacter mengatakan
bahwa ketinggian s/d 30 km atau s/d balon dan pesawat terbang dapat mengapung dan
diterbangkan. Sudah barang tentu teori Cooper sangat merugikan negara yang masih
berteknologi dirgantara rendah.
Penentuan batas wilayah udara terdapat perbedaan persepsi cara mengukur batas wilayah
udara. Perbedaan tersebut antara lain: apabila ditarik garis tegak lurus dari permukaan bumi
keatas, luas daratan dan lautan = luas udara, ada daerah yang lowong dan dapat menimbulkan
masalah. Akhirnya disepakati menarik garis dari “pusat bumi” sampai batas ruang
angkasa/antariksa membentuk kerucut terbalik. Oleh karenanya luas daerah udara lebih luas dari
pada luas daratan dan lautan.
Kemajuan teknologi dirgantara menyebabkan manusia berupaya mengorbitkan benda-
benda ke ruang angkasa. Selanjutnya ddisepakai pembagian wilayah udara (keatas). Space
Treaty 1967 menyepakati: Penggunaan damai bagi antariksa. Antarariksa dan benda-bendanya
menjadi wilayah inter-nasional. Sementara ini batas ruang udara dan ruang antariksa ditetapkan
100/110 km.
56
5. 4. 5. Geo Stationary Satellite Orbit (GSO)
Geostationary satelit orbit adalah suatu orbit yang berbentuk cicin terletak pada enam
radian bumi di atas garis khatulistiwa. GSO untuk menempatkan satelit komunikasi agar satelit
tersebut berada pada posisi tetap di ruang angkasa terhadap bumi. Ketinggian GSO + 36.000 km
di atas permukaan bumi. Tiga keunikannya:
1. GSO hanya pada padang khatulistiwa, ruas GSO ada di negara khatulistiwa.
2. Ukuran terbatas: tebal + 30 km dan lebar 150 km.
3. Satelit pada orbit ini akan mengelilingi bumi dari barat ke timur dengan masa orbit + 24 jam
(23 jam, 56 menit, 4 detik).
Panjang garis khatulistiwa Indonesia 6.110 km, GSO Indonesia 9.997 km atau 12,5 % keliling
GSO. GSO menjadi Sumber daya alam terbatas.
5. 4. 6. Wilayah Nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI mengacu pada Aturan peralihan
UUD-1945, pasal II yang memberlakukan peraturan perunngan sebelumnya. Pemerintah Hindia
Belanda telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan wilayah dan termuat dalam
ordonansi 1939 yang diundangkan 26 Agustus 1939 dan dimuat dalam Lembaran Negara
(Staatblad) No. 422/1939, tentang “Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie”. Sebagai
gambaran tentang
1. Masa Penjajahan (Belanda dan Jepang). luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah:
Dasar : Ordonansi Laut Teritur dan Lingkungan Maritim no. 442/1939 (Territoriale Zee en
Maritiem Kringen Ordonantie (TZMKO) no. 442/1939). Ukuran: 3 mil laut dari garis
pantai pada saat pasang surut (low water), luas wilayah + 2 juta km2
2. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI s/d 13 Desember 1957
Dasar: Ketentuan Peralihan UUD-1945, Konstitusi RIS, UUDS-1950, tetap berlaku
Ordonansi no. 442/1939 ttg TMKZO
3. Setelah 13 Desember 1957
Dasar: Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 13 Desember 1957 (dikenal sebagai Deklarasi
Juanda). Isi Deklarasi: Perubahan atas ordonantie no.442/1939 ttg TMZKO. Cara penarikan
batas laut wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang surut (low water line), tetapi
57
didasarkan pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung yang terluar dari pada pulau-pulau atau bagian pulau yang
termasuk kedalam wilayah negara Republik Indonesia (= point to point theory). Penentuan
lebar laut wilayah menjadi 12 mil laut. Luas Wilayah bertambah + 3,9 juta km2, menjadi 5,9
juta km2 Deklarasi Juanda pada hakikatnya adalah menerapkan asas archipelago atau asas
nusantara. Dalam deklarasi ini terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia ialah
keutuhan wilayah negara di lautan. Deklarasi Juanda diperkuat dengan PEPERPU no 4/1960
ttg Perairan Indonesia.
4. Deklarasi Pemerintah R.I. tanggal 17 Februari 1969
Dasar: Deklarasi Pemerintah RI tanggal 17 Februari 1969 UU no 1/1973 tentang Landas
Kontingen. Luas Wilayah bertambah + 0,8 juta km2, menjadi + 6,7 juta km2
5. Pengumuman Pemerintah R.I. tahun 1980
Dasar: Pengumuman Pemerintah tentang Zone Ekonomi Eksklusif, UU no 5/1983 ttg
Pembenahan Kekayaan Alam dan Potensi Alam. Luas Wilayah bertambah + 2,5 juta km2,
menjadi + 9,2 juta km2
5. 4. 7. Tantangan Diterimanya Konsepsi Indonesia tentang Negara Kepulauan
Konsepsi negara kepulauan telah disahkan oleh PBB tahun 1994 (melalui UNCLOS
1982), menimbulkan tantangan, ancaman, dan gangguan bagi Indonesia. Ada 4 (empat) macam
negara yang sangat berkepentingan atas wilayah kita (Kusumaatmaja, 2003: 25), yaitu:
1. Negara tetangga (ASEAN termasuk Austalia),
2. Negara dengan armada perikanan besar (a.l : Jepang),
3. Negara pemilik perusahaan perkapalan (sea liners) dan
4. Negara adidaya untuk memudahkan manuver armada militernya dalam rangka melaksanakan
global strategi geo-politiknya.
5. 5. Geopolitik dan Otonomi Daerah
5. 5. 1. Pengantar
Menyelenggarakan pemerintahan dari jarak jauh atau dikenal dengan asas sentralisasi
tidak akan efektif, lebih-lebih meliputi wilayah yang berbentangan sangat luas. Sentralisasi
pelayanan dan pembinaan kepada rakyat tidak mungkin dilakukan dari Pusat saja. Oleh
58
karenanya wilayah negara dibagi atas daerah besar dan daerah kecil. Untuk keperluan tersebut
diperlukan asas dalam mengelola daerah, yang meliputi:
1. Desentralisasi pelayanan rakyat/publik. Dan filsafat yang dianut adalah: Pemerintah Daerah
ada karena ada rakyat yang harus dilayanani. Desentralisasi merupakan power sharing
(otonomi formal dan otonomi material). Otonomi daerah bertujuan untuk memudahkan
pelayanan kepada rakyat/publik. Oleh karena outputnya hendaknya berupa pemenuhan bahan
kebutuhan pokok rakyat (public goods) dan peraturan daerah (public regulation) agar tertib
dan adanya kepastian hukum. Kebijakan desentralisasi dapat bertujuan politis dan tujuan
administrasi, namun tujuan utamanya adalah pelayanan kepada rakyat/publik.
2. Dekonsentrasi: diselenggarakan, karena tidak semua tugas-tugas teknis pelayanan kepada
rakyat dapat diselenggarakan dengan baik oleh Pemerintah Daerah (kabupaten/kota).
Dekonsentrasi: fungsional (kanwil/kandep) dan terintegrasi (kepala wilayah).
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Nafas otonomi dari undang-undang ini
menekankan asas desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Secara filsafati
tujuannya pelayanan kepada rakyat.
5. 5. 2. Pembagian Daerah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemer-intah
daerah (ps 2 UU no 32/2004). Pemerintah provinsi yang berbatasan dengan laut memiliki
kewenangan wilayah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau
ke arah perairan kepulauan (ps 18 ayat (4) UU no. 32/2004). Pasal 18 ayat (4) kelihatannya tidak
memperhatikan UU no. 6/1996 ttg Perairan Indonesia, yang pada dasarnya menganut “point to
point theory”. Sebagai akibatnya sering terjadi perebutan daerah tangkapan ikan antar nelayan
daerah.
5. 5. 3. Pembagian Kewenangan
Untuk dapat menjawab tantangan jaman diterbitkan UU no 32/2004 tentang Pemerintah
Daerah, yang dikenal sebagai UU Otonomi. Nafas otonomi dari undang-undang ini menekankan
asas desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Keleluasaan otonomi pada
59
Kabupaten dan Kota adalah keleluasaan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan sesuai
dengan pasal 10, pasal 13, pasal 14. Kewenangan otonomi yang utuh dan bulat itu mencakup
masalah penyelenggaraan (manajemen) pemerintah di daerah. Dengan kewenangan otonomi
yang nyata, daerah memiliki keleluasaan mengatur bidang pemerintahan dan sekaligus
peningkatan pelayanan kepada rakyat (public service) secara akuntabel, efektif, efisien dan
ekonomis. Sedangkan otonomi yang bertanggungjawab mengandung arti seperti tersebut diatas,
adalah juga mengembangkan kehidupan demokrasi, terbinanya hubungan yang serasi antara
Pemerintah dan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) serta hubungan antar Daerah, agar terjaga
persatuan dan kesatuan. Namun pada kenyataannya sering terjadi konflik antar daerah mupun
interen daerah dan konflik sebenarnya dipicu oleh keinginan mendapatkan Pendapat Asli Daerah
UU no. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah tidak lagi menitik beratkan otonomi daerah
pada Kabupaten dan Kota. Provinsi sesuai pasal 13 mempunyai wewewang dan tanggung jawab
seperti kabupaten dan kota, namun dalam skala yang lebih luas, yang bermakna lintas Kabupaten
dan Kota, serta kewenangan tertentu. Kewenangan tertentu pada Provinsi meliputi asas
dekonsentrasi yaitu asas Pemerintah Pusat yang didelegasikan keapada Daerah. Provinsi bukan
merupakan daerah atasan dari Kabupaten atau Kota. Provinsi diberikan otonomi dengan tujuan
agar terdapat hubungan serasi antara Pusat dan Daerah. Untuk tetap terjaminnya demokrasi
Pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung.
5. 5. 4. Sumber Penerimaan Pelaksanaan Desentralisasi
Untuk mendukung jalannya pemerintahan di daerah diperlukan dana, namun tidak semua
daerah mampu mendanai sendiri gerak roda pemerintahan. Pemerintah hendaknya harus mampu
membagi adil dan merata hasil potensi masyarakat. Agar adil dan merata diperlukan aturan yang
baku. Dari ketentuan tersebut dikeluarkan beberapa istilah tentang dana untuk keperluan
pembinaan wilayah: Pendapatan Asli Daerah (pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah dan lain-lain), Dana Perimbangan Daerah (dana bagi hasil dar pajak dan sumber
daya alam, dana alokasi umum dan khusus), Pinjaman Daerah (dengan persetujuan DPRD), lain
penerimaan yang sah.
60
Untuk pendapatan yang berasal dari eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam dibuat
perimbangan pendapatan. Pendapatan jenis kedua ini kini menjadi semacam tawar menawar
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
5. 5. 5. Daerah Frontier
Banyak pimpinan daerah (politisi dan pejabat di daerah) yang tidak menyadari dan
mendalami makna filosofi otonomi daerah, sehingga ada wilayah yang terpecil bahkan terisolasi
pada era globalisasi. Mereka sering mengabaikan daerah ini dan menamakannya dengan
“hinterland”. Namun apabila hinterland ini berada di tapal batas (batas resmi, yang dikukuhkan
melalui perjanjian internasional) dengan negara jiran daerah ini merupakan daerah “ frontier”.
Daerah frontier terbentuk karena sifat manusia yang saling tergantung, baik dengan manusia
maupun alam sehingga terjadi simbiose. Kehidupan masyarakat Indonesia dengan masyarakat
negara jiran menjadi saling pengaruh memengaruhi. Akibatnya terjadi pergeseran batas negara
secara imajiner. Daerah antara batas resmi dengan batas imajiner disebut daerah frontier. Daerah
frontier (Sunardi, 2004: 151) terjadi a. l.:
1. Dorongan ekonomi, berupa kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
2. Dorongan sosial budaya, berupa kesamaan subkultur (suku) dan kemudahan menda-patkan
fasilitas perlindungan masa depan (sekolah, kesehatan/social security).
3. Dorongan politik, antara lain adanya kepastian hukum dan tidak menutup kemung-kinan
menuntut adanya referendum.
Kemudahan di negeri jiran dapat pula mendorong perbuatan kriminal yang berupa a.l: pencurian
kayu, penyelundupan barang dan orang, penggeseran patok batas, penjualan pasir di pulau terluar
dan lain sebagainya.
5. 5. 6. Rencana Tata Ruang Wilayah
Berkaitan dengan diundangkannya UU no 32/2004 perlu ditinjau kembali rencana tata
ruang wilayah (RTRW), baik provinsi maupun kabupaten dan kota. Pada saat mengacu UU no.
22/1999 ttg Pemerintahan Daerah, RTRW Provinsi sudah sesuai, dan telah menjadi Perda.
Namun RTRW Kabupaten dan Kota masih dibawah 50 % yang telah menjadi Perda
(dikukuhkan). Dengan diundangkannya UU no. 32/2004, ternyata perlu mengubah RTRW.
Pengubahan RTRW hendaknya mengacu pada Kepentingan Nasional, tidak hanya mengacu pada
kepentingan daerah semata (UU no. 24/1992). Oleh karena itu perlu standarisasi penataan ruang,
61
dan sudah barang tentu mengacu pada asas negara kepulauan. Selama ini sering RTRW lebih
berorientasi pada negara kontinen, sehingga upaya pembenahan pantai kurang berkaitan dengan
masalah lingkungan hidup. Kurangnya pemahaman akan makna hakikat negara nusantara
menyebabkan meningkatnya kerusakan lingkungan tidak saja di darat tetapi di daerah maritim.
Reklamasi pantai utara DKI Jakarta dengan menebang hutan bakau menimbulkan banjir yang
tidak saja di DKI Jakarta tetapi juga provinsi lain.
Kasus yang sekarang masih terkatung-katung hingga kini adalah masih adanya limbah B-
3 dari Singapura yang dionggokkan di pulau-pulau Provinsi Kepulauan Riau. Pulau-pulau
tempat teronggokannya limbah B-3 ternyata belum terencana peruntukannya oleh Pemerintah,
baik pusat maupun daerah. Masuknya limbah B-3 sebagai barang import menandakan bahwa
kita masih belum—mungkin tidak—tahu akan bahaya limbah B-3 yang dimasukkan sebagai
pupuk untuk pertanian. Kerusakan lingkungan pada pulau-pulau yang tidak berpenghuni pada
gilirannya akan merugikan kita.
Dari gambaran tersebut diatas, jelaslah bahwa kita sering mengabaikan baku mutu
lingkungan, terabaikannya salah satu sektor. Wajib memiliki analisa dampak lingkungan
(amdal) sering terabaikan karena kurang disadari oleh para pejabat di daerah. Padahal kita
hendaknya mengacu pada filsafat yang mendasarinya yaitu:
1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna,
serasi, selaras dan berkelanjutan.
2. Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.
Implementasi falsafah ini maka akan didapat hal-hal a.l.:
1. Tercapai kelestarian, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam.
2. Terwujud manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang miliki sikap untuk
melindungi dan membina lingkungan hidup.
3. Terjamin generasi masa kini dan generasi masa depan.
4. Tercapai kelestarian lingkungan hidup.
5. Terkendali pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
6. Terlindung NKRI terhadap dampak usaha kegiatan di luar. wilayah NKRI yang
menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu
penyusunan RTRW perlu benar-benar terpadu.
62
5. 5. 7. Pendaftaran Wilayah Maritim (Marine Cadastre)
Penjelasan pasal 18 ayat (4) dan ayat (6) UU no. 32/2004 ttg Pemerintahan Daerah sering
menimbulkan kerancuan tafsir dikalangan pejabat daerah dalam membina dan mengelola
wilayah. Pasal 18 ayat (4) dasar batas wilayah adalah garis pantai (low water line), bertentangan
dengan UU no. 6/1996 ttg Perairan Indonesia (yang sejak 1957 kita memperjuangkan garis
lurus), ini menimbulkan kerancuan intepretasi para pejabat di daerah, berkenaan penafsiran
masalah nelayan dan perijinannya melaut. Apalagi UU tentang wilayah Daerah Otonomi tidak
pernah menunjuk batas dengan titik koordinat peta wilayah (laut maupun darat). Dengan
tercantumnya titik-titik koordinat peta (terutama di laut) akan mengurangi salah tafsir batas
wilayah. Namun masalahnya bahwa kita sebagai negara maritim (dengan wilayah air yang
duakali daratan) belum memiliki Dinas Pendaftaran Daerah Maritim, yang ada baru kantor
Pendaftaran Tanah (dibawah kendali Badan Pertanahan Nasional). Akibat sampingan lainnya
sering menimbulkan konflik antar nelayan satu daerah dengan daerah lainnya.
Pendirian kantor Kadaster Maritim sangat mendesak karena :
1. Banyak pulau yang belum terdata dengan akurat dan belum bernama, untuk keperluan
dokumentasi nasional.
2. Untuk didaftarkan ke PBB agar tidak diakui oleh negara lain (kasus Sipadan-Legitan tidak
terulang).
3. Jangan sampai kita merasa kehilangan tetapi tidak tahu apa yang hilang.
4. Pembagian wilayah lebih akurat.
5. 6. Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi Indonesia
5. 6. 1. Pengantar
Wawasan Nusantara dalam pengembangannya dipandang sebagai konsepsi politik
ketatanegaraan dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Sebagai suatu konsepsi politik
yang didasarkan pada pertimbangan konstelasi geografis, wawasan nusantara dapat dikatakan
merupakan penerapan teori-teori geopolitik dari bangsa Indonesia. Dengan demikian wawasan
nusantara selanjutnya menjadi landasan penentuan kebijakan politik negara. Dalam perjuangan
mencapai tujuan nasional akan banyak menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan, baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri.
63
Untuk keperluan itu diperlukan pembangunan kemampuan dan keuletan bangsa dan
negara agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan. Konsepsi ini dikenal
sebagai konsepsi geostrategi, yang merupakan konsep untuk mencapai tujuan nasional.
Sesuai dengan tujuan setiap bangsa dan negara yang menghendaki rasa aman dan
sejahtera, pembangunan nasional akan melalui pendekatan keamanan dan kesejahteraan.
Pendekatan yang sama tersebut, pada kenyataannya menurut Prof. Haryo Mataram, SH
(Himpunan Lemhannas, 1980: 227) berbeda penerapan konsepsinya. Menurutnya di dunia
terdapat 2 (dua) konsepsi:
1. Konsepsi kekuatan nasional (power concept). Konsepsi ini mengutamakan pembangunan
kekuatan fisik negara dan kekuatan sosial sebagai prioritas selanjutnya. Dari konsep ini
bangsa dan negara menggunakan kekuatan fisik lebih dahulu terhadap lawan-lawannya.
2. Konsepsi ketahanan nasional (resilience concept). Konsepsi ini mengutamakan
pembangunan kekuatan sosial dan kekuatan fisik sebagai prioritas selanjutnya. Oleh karena
dalam penerapan selanjutnya kekuatan sosial yang terbina digunakan secara persuasif
terlebih dahulu, dilanjutkan penggunaan kekuatan fisik
5. 6. 2. Sejarah Gagasan Ketahanan Nasional sebagai Geo-strategi Indonesia
Konsepsi geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal
16 Juni 1948 di Kotaraja (kini Banda Aceh) setelah menerima defile Angkatan Perang (militer)
dalam rangka kunjungan kerja ke daerah Sumatera yang belum/tidak diduduki Belanda (Basry,
1995: 50 – 51). Menurutnya, bila satu bangsa ingin menjadi besar dan kuat, bangsa harus
mempunyai 3 (tiga) macam ketahanan: militer, ekonomi dan jiwa. Selanjutnya dari ketiga
konsep ketahanan yang mendapat prioritas pertama adalah pembangunan ketahanan jiwa,
kemudian pembangunan ketahanan ekonomi dan yang terakhir pembangunan ketahanan militer.
Ketahanan jiwa membentuk percaya pada diri sendiri, sehingga bangsa dapat berdiri teguh di
tengah pergolakan dunia.
Namun sayangnya gagasan beliau kurang/tidak dikembangkan oleh para pejabat bawahan
karena seperti kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir Desember 1948.
Setelah pengakuan kemerdekaan 1950 garis besar pembangunan politik kita adalah “nation and
character building”, yang sebenarnya merupakan pembangunan jiwa bangsa.
64
Sekolah Staf dan Komando TNI AD (awal 1960an) menelurkan konsep Ketahanan
Nasional (Tannas) yang identik pertahanan wilayah oleh seluruh rakyat. Dalam menyusun
konsep Tannas, pendekatan yang dipakai; mengkaji sejarah perjuangan antara 1945–1949 dan
rasa bangga ingin menyumbangkan konsep bagi negara.
Lembaga Pertahanan Nasional/Lemhannas (kini Lembaga Ketahanan Nasional)
menyusun konsep melalui pendekatan: rasa khawatir menghadapi masa depan dan ingin
mengadakan perubahan. Konsep: pembangunan dipersepsikan melalui perubahan 3 (tiga)
dimensi, yaitu: fisik, sikap mental dan cara berfikir. Tannas diidentikan keuletan dan daya tahan
kita dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, langsung
maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup bangsa.
Dep. HANKAM (1974) sebagai lembaga yang membawahi Lemhannas meng-upayakan
sosialisasi Tannas melalui MPR RI. Tannas didefinisasikan sebagai: Kondisi dinamis suatu
bangsa berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan
gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perju-angan
mengejar tujuan perjuangan nasional.
Konsep selanjutnya dikembangkan di perguruan tinggi: UI sejak 1983 dan UGM sejak
1989. Pengembangannya diarahkan pada upaya memantapkan pemikiran ontologi, epistomologi
tentang konsepsi tannas sebagai ilmu. Mengembangkan konsep potensi kekuatan nasional dalam
ilmu-ilmu sosial/politik pendukung tannas dengan model kuantitatif
5. 6. 3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Konsepsi Geostrategi Indonesia
Konsepsi Tannas (geostrategi Indonesia) dipengaruhi:
1. Pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Pengalaman Negara Sedang Berkembang (NSB) dalam melaksanakan pembangunan
nasional, dengan hasil ketidak seimbangan pembangunan fisik dan nonfisik.
3. Perang dingin (pasca PD II) antara Blok Timur (negara sosialis) melawan Blok Barat (negara
liberal) dan berkembang “Teori Domino” yang menyatakan bila salah satu negara
masuk/dikuasai oleh blok Timur, maka tetangganya akan bergabung (cepat atau lambat).
65
4. Tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan pada periode pembangunan lebih kompleks,
penuh ketidak pastian dibanding pada masa Perang Kemerdekaan.
5. Tulisan Hans J. Morgenthau (secara tidak langsung) tentang elemen kekuatan bangsa menjadi
bahan pengelompokan faktor elemen kekuatan/kehidupan bangsa (gatra) (Morgenthau, 2006:
123-161)
5. 6. 4. Konsepsi Geostrategi Indonesia
Konsepsi disusun dengan sistimatika: Astagatra yang terdiri dari trigatra yaitu aspek
kekuatan alamiah (geografi, kekayaan alam, kemampuan penduduk) dan pancagatra berupa aspek
kekuatan sosial (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan). Dengan
kaidah:
1. Menggunakan kerangka pikir Pancasila yang komprehensif-integral, dalam IPTEK dikenal
dengan pemikiran kesisteman. Sedangkan sub sistemnya berupa aspek keku-atan alamiah dan
aspek kekuatan sosial.
2. Dalam pengaturan dan penyelenggaraan negara (kehidupan nasional) masalah kea-manan
dan kesejahteraan ibarat sebagai sebuah koin. Satu sisi merupakan gambaran kesejahteraan,
sisi yang lain adalah gambaran keamanan.
3. Tannas merupakan integrasi dari ketahanan masing-masing aspek kehidupan sosial (ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan keamanan).
Oleh karena itu konsepsi tannas meliputi masa damai maupun perang.
5. 6. 5. Hubungan antar Gatra
Hubungan antar gatra dalam trigatra dapat disimpulkan: Geografi dipengaruhi: letak,
bentuk, iklim dan posisi. Sumber daya alam dipengaruhi geografi, dapat menjadi hambatan
maupun nilai tambah bagi penduduk. Penduduk (jumlah dan komposisi) dipengaruhi geografi
dan sumber daya alam dan melahirkan konsep wawasan yang dikenal sebagai geopolitik. Oleh
karenanya pemanfaatan dan penyebaran sumber daya tergantung dari penduduk.
Hubungan antar gatra dalam pancagatra saling mempe-ngaruhi. Ideologi akan
memengaruhi politik karena ketidak sesuaian pola pikir (ide) antar satu golongan bangsa,
pembangunan nasional yang merupakan pelaksanaan geopolitik tidak dapat direalisasi. Sebagai
66
akibatnya proses lain akan tersendat. Oleh karenanya pembangunan setiap gatra diperlukan
untuk saling menunjang.
Sedangkan hubungan dengan trigatra adalah bahwa trigatra inilah yang harus dibangun
sehingga kejayaan negara dan bangsa dapat terwujud.
5. 6. 6. Fungsi Ajaran Geostrategi Indonesia
Geostrategi Indonesia berfungsi sebagai:
1. Doktrin Nasional. Pada hakekatnya adalah suatu ajaran (konsensus) bangsa Indonesia dalam
mengimplementasikan falsafah Pancasila, UUD-1945, geopolitik Indonesia guna menjamin
pola pikir, pola tindak dan cara kerja guna mempersatukan usaha bersama bangsa yang
bersifat inter sektoral dan multidisiplin.
2. Pola Dasar Pembangunan. Pada hakekatnya adalah arah pedoman dari setiap Program Kerja
(dikenal Repelita, Prolita, Propena) Pemerintah.
3. Sistem Nasional Indonesia. Pada dasarnya adalah pola masyarakat Indonesia dalam mana
falsafah Pancasila dan UUD 1945 diterapkan didalamnya.
4. Metoda Pembangunan. Menggunakan metoda Komprehensif integral (utuh dan menyeluruh)
berdasarkan astagatra.
5. 6. 7. Perkembangan Konsepsi Geostrategi
Globalisasi berdampak negatif pada negara sedang berkembang (NSB). Dalam globalisasi
keinginan serba lintas (sosial, budaya, ekonomi dan wilayah) dari negara maju menyebabkan
berkembang konsep ketahanan nasional yang berlapis. Konsep geostrategi Indonesia membangun
dua elemen utama: trigatra (geografi, sumber daya alam, penduduk), pancagatra (ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam) diterapkan melalui upaya: ketahanan individu,
ketahanan keluarga, ketahanan wilayah, ketahanan nasional dan dilanjutkan konsep ketahanan
regional:
1. Ketahanan Individu (ketahanan rohani dan jasmani) yang baik, akan menciptakan
kerukunan keluarga, dan akan meningkatkan kerukunan masyarakat.
2. Ketahanan Keluarga harus dibina agar dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan
fisik (Soemarno S., 1997: 50 s/d 72).
67
3. Ketahanan Wilayah, yang merupakan bagian dari negara dan sangat tergantung dari
hubungan individu baik dalam komuniti/grup maupun individu di luar komuniti/grup.
4. Ketahanan Regional, dengan pengertian; (a) sekitar negara dengan penekanan
wilayah yang homogen atas dasar ciri geostrategis, dan (b) dapat berupa persamaan ras,
budaya, sumber daya dan dapat meningkatkan pembentukan kelompok (Persatuan
Skandinavia, BENELUX, ASEAN dan lain sebagainya). Oleh karenanya keuletan ketahanan
regional sangat tergantung dari semangat kebersamaan dan adaptif sesama anggota, dengan
komponen: stabilitas politik, kekuatan ekonomi dan kekuatan militer yang siaga.
Dari gambaran tersebut diatas yang seharusnya selalu diingat bahwa program “Nation
and Character Building” yang telah dilaksanakan sejak tahun 1950an, pada hakikatnya adalah
untuk menumbuhkan cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, yakin
terhadap ideologi bangsa dan negara Pancasila serta rela berkorban untuk negara dan bangsa.
Konsep Ketahanan nasional yang berlapis itu hendaknya kita tumbuhkembangkan melalui proses
pendidikan sejak sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi.
5. 6. 8. Geostrategi Negara Lain.
Sebagai negara kepuluan terbesar kita mendapat tan-tangan berupa geopolitiki dan
geostrategi negara lain terutama yang berkepentingan dengan laut. Dengan asumsi bahwa negara
tetangga (kecil dan maju) cenderung menerapkan teori Ratzel dan Haushoffer.
Malaysia berupaya membangun daerah perbatasan lebih baik dan melakukan silent
occupation di pulau terpencil. Singapura melakukan reklamasi pantai dan berupaya menjadi
pusat perekonomian dan menjadikan negara lain hinterland. Philipina melalui pengaruh sosial,
budaya dan ekonomi serta melakukan silent occupation (di p. Miangas berlaku pula mata uang
Pesso). Palau melakukan silent occupation. Papua Nugini berupaya melalui pengaruh sosial,
budaya dan ekonomi. Australia dengan menggelar proyek Australia Maritime Identification
Zone (AMIZ), yang pada hakikatnya memantau apa yang terjadi pada radius 1.000 km dari
Darwin. Timor Leste tidak mustahil akan meniru Malaysia (bila telah makmur).
5. 6. 9. Menghadapi Geopolitik dan Geostrategi Negara Lain
Menghadapi negara tetangga (ASEAN, non ASEAN): (1) mewaspadai upaya silent
occupation atas pulau-pulau di perbatasan yang belum terbina, (2) adanya AMIZ, kita harus lebih
aktif menginventarisasi pulau yang belum bernama, (3) mewaspadai manuver “Five Pillars
68
Defence Arrangement” (Pakta Pertahanan Inggris-Australia-New Zealand-Malaysia-Singapore),
(4) Pemantapan dan pembinaan kekuatan maritim, dan (5) kunjungan Presiden dan Wakil
Presiden ke perbatasan sangat perlu.
Menghadapi negara yang berkepentingan dengan perikanan: (1) meningkatkan
kemampuan nelayan, dari “nelayan pantai” menjadi “nelayan laut” (mampu membaca peta dan
mampu menggunakan kompas modern), dan (2) pembangunan desa pantai serta memfungsikan
nelayan sebagai monitor terhadap pengganggu negara kita yang berupa antara lain pencurian
ikan, pencemaran lingkungan, perusakan alat navigasi.
Menghadapi negara pemilik armada angkutan laut dan negara adidaya yang ingin tetap
berperan dalam era globalisasi, mereka memiliki keterampilan dan modal. Sikap kita hendaknya:
(1) tidak mengabulkan permintaan International Maritime Organization (IMO) untuk menambah
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), (2). ALKI diinformasikan lebih intensif kepada
masyarakat maritim dan diharapkan masyarakat maritim proaktif mengawasi ALKI, (3) perlu kita
renungkan dan waspadai bersama bahwa konflik di daerah banyak terjadi di tempat yang dilalui
ALKI
69
BAB VI
SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
6. 1. Pengantar
Kemajuan ilmu dan teknologi membawa berbagai tingkat kehidupan yang semakin
tinggi. Namun di balik itu, sebagai ekses banyak menimbulkan kerugian bahkan bencana yang
dahsyat. Di dalam penerapan ilmu dan teknologi perlu didasari oleh etika demi kesejahteraan
manusia.
Kerusakan lingkungan berlanjut sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan manusia
sebagai penghuni jagat ini. Permasalahan lingkungan menjadi semakin serius karena dalam
kenyataannya, upaya pemanfaatan lingkungan sebagian besar untuk kepentingannya sendiri.
Manusia yang semakin besar jumlahnya dan semakin tinggi ke-mampuannya dalam
memanfaatkan sumber daya alam, semakin berkurang perhatiannya terhadap kelestarian alam itu
sendiri. Oleh karena itu, untuk mencegah kerusakan lingkungan yang terus berlanjut diperlukan
suatu kesepakatan bahwa masalah lingkungan sudah saatnya diangkat oleh semua pihak sebagai
masalah moral dan bukan sekadar masalah manajemen ataupun teknologi. Berawal dari hal
tersebut, maka semua pihak juga dituntut kembali menengok pada kearifan lokal yang sudah
lama berkembang di masyarakat budaya kita.
Manusia sejak lahir, bahkan sejak masih ada dalam kandungan, tidak dapat melepaskan
diri dari lingkungan. Begitu lahir, mulailah berhubungan dengan udara dalam proses bernapas.
Dalam kehidupan lebih lanjut manusia tidak dapat lepas lagi dari pengaruh lingkungannya.
Demikian pula mahluk hidup lainnya yang ada di muka bumi ini.
Hubungan mahluk hidup, khususnya manusia, dengan lingkungannya mengundang
pemikiran manusia untuk menelaah lebih lanjut. Berkembanglah konsep, azas, pengkajian yang
berkenaan dengan hubungan organisme, khususnya manusia, dengan lingkungannya. Dengan
demikian terjadilah jalinan hidup yang berlangsung pada satu wadah atau tempat yang
membentuk suatu sistem kehidupan (ekosistem). Suatu mahluk, termasuk manusia, pada
jaringan kehidupannya memiliki fungsi, peranan dan kedudukan yang saling berkaitan dengan
lingkungannya. Jalinan dan jaringan hidup yang demikian uniknya itu, mengandung perhatian
untuk mencelaahnya lebih lanjut. Dengan demikian, berkembanglah bidang penelaahan yang
disebut ” ekologi ” oleh Ernest Haeckel.
70
Dalam konsep ekologi, terdapat dua komponen utama, yaitu mahluk hidup dan
lingkungan. Mengingat pentingnya kedudukan lingkungan pada konsep ekologi, kadang-kadang
jika orang berbicara tentang ekologi sering diidentikkan dengan pengertian lingkungan.
Pendekatan ekologi yang menelaah hubungan antar mahluk hidup yang satu dengan yang lainnya
pada suatu ekosistem, dapat diadaptasikan dalam menelaah kehidupan manusia, oleh karena itu,
pendekatan ini dapat diterapkan pada ilmu–ilmu sosial, khususnya pada bidang sosiologi. Orang
pertama yang menerapkan konsep ekologi dalam ilmu–ilmu sosial, khususnya sosiologi, adalah
A.W. Hawley (Human Ecology, 1950 ).
Dalam konsep ekologi manusia, ditelaah hubungan populasi manusia dengan
lingkungannya. James A. Quinn menyatakan bahwa ekologi manusia pada bidang ilmu-ilmu
sosial, meliputi geografi manusia yang menelaah hubungan antar kelompok manusia dengan
lingkungan alamnya. Pola ruang yang terbentuk akibat adanya interaksi ekologi tersebut.
Sementara Barrows menjelaskan bahwa geografi adalah ekologi manusia yang memberikan
penjelasan tentang hubungan keberadaan lingkungan alam dengan pesebaran dan aktivitas
manusia. Ini berarti bahwa manusia dengan aktivitasnya menyesuaikan diri dengan lingkungan,
bukan hanya sekadar lingkungan memengaruhi manusia. Di sini manusia merupakan faktor
ekologi yang aktif.
Pada konsep ekologi secara umum, lingkungan dibedakan atas lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik, sedangkan pada konsep ekologi manusia lingkungan dibedakan atas
lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya.
Lingkungan biotik, yaitu segala kondisi yang ada di sekitar kita atau mahluk hidup lain
yang berpengaruh terhadap kehidupan kita di muka bumi. Manusia termasuk ke dalam
lingkungan biotik ini. Hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang berpengaruh pada kehidupan
kita termasuk dalam lingkungan ini.
Lingkungan abiotik, yaitu segala kondisi yang ada di sekitar mahluk hidup yang bukan
berupa organisme hidup. Batuan, tanah, mineral, udara, air, energi matahari yang berpengaruh
pada kehidupan kita di muka bumi, di dalam bumi dan di ruang angkasa yang berpengaruh
terhadap kehidupan di muka bumi termasuk dalam lingkungan abiotik.
Lingkungan alam, yaitu kondisi alamiah baik biotik (hutan alam, tumbuhan, hewan)
maupun lingkungan abiotik (tanah, air, udara, mineral) yang belum banyak dipengaruhi oleh
tangan manusia, yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia.
71
Lingkungan sosial, yaitu manusia, baik secara individu maupun kelompok yang ada di
luar diri kita. Keluarga, teman, tetangga, penduduk kampung sampai manusia antar bangsa,
merupakan lingkungan sosial yang berpangaruh terhadap perubahan dan perkembangan
kehidupan kita.
Lingkungan budaya, yaitu segala kondisi, baik yang berupa materi maupun non materi,
yang dihasilkan oleh manusia melalui aktivitas, kreativitas dan penciptaan yang berpengaruh
terhadap kehidupan umat manusia. Lingkungan budaya yang berupa materi meliputi bangunan,
senjata, pakaian dan lain-lainnya, sedangkan yang non materi, yaitu tata nilai, norma, pranata,
peraturan hukum, sistem politik, sistem ekonomi, sistem pemerintahan, kesediaan dan lain-lain.
Dalam kesatuan ekosistem, manusia tidak dapat dipisahkan dari unsur – unsur lainnya,
kelangsungan hidup manusia tergantung dari kelestarian ekosistem. Manusia harus dapat
menjaga keserasian hubungannya dengan lingkungan, sehingga keseimbangan ekosistem tidak
terganggu.
Apabila manusia sadar, dalam tingkah lakunya, manusia akan selalu menjaga agar
keseimbangan sistem ekologi tidak goyah, keharmonisan dan keseimbangan lingkungan terjaga,
maka akan terjamin kelangsungan hidup dari semua unsur-unsur lingkungan termasuk manusia.
Pemanfaatan sumberdaya alam harus didasarkan atas kebijaksanaan memelihara
keselarasan, keserasian, keseimbangan dan kelestarian lingkungannya, jika mungkin, bahkan
harus meningkatkan kualitas lingkungan sehingga dapat dinikmati oleh penghuninya. Manusia
bukan hanya berhak memanfaatkan sumberdaya alam tersebut, melainkan berkewajiban juga
untuk mengikuti ketentuan yang berlaku, baik yang tertulis dalam bentuk peraturan perundangan
atau tidak tertulis dalam aturan adat budaya.
6. 2. Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam, seperti hutan, perairan dan tambang, adalah Rahmat Tuhan Semesta
Alam yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, bukan saja untuk generasi sekarang tetapi juga
untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu, sumberdaya alam ini harus dikelola dengan
baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan lestari.
Kegiatan pembangunan pada umumnya menyangkut pendayagunaan sumberdaya alam.
Sumberdaya ini beserta lingkungannya merupakan kesatuan sistem ekologis atau ekosistem yang
mempunyai manfaat langsung dan tak langsung bagi manusia. Dalam ekosistem sumberdaya
72
alam ini manusia merupakan konsumen dan berperan aktif dalam proses produksi dan
pengelolaan.
Pendayagunaan sesuatu sumberdaya alam oleh manusia, dengan eksploitasi,
menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosistem sehingga memengaruhi pula sumberdaya
lain beserta lingkungannya, yang akibatnya akan dirasakan pula oleh manusia.
Perubahan dan gangguan terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya sedikit banyak
menimbulkan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup ini ada yang langsung
memengaruhi kesejahteraan masyarakat, seperti merusak kesehatan (polusi, keracunan), merusak
usaha (erosi dan banjir yang merusak tanaman pertanian), menimbulkan keresahan sosial
(pemindahan penduduk karena ada proyek) dan akibat-akibat lain yang merusak kualitas
lingkungan hidup, ada pula yang tidak langsung dirasakan, yaitu kerusakan pada ekosistem alam,
berupa merosotnya produktivitas dan diversivitas jenis, serta akselerasi proses erosi yang
disebabkan oleh eksploitasi.
Masalah lingkungan hidup yang pengaruhnya langsung itu, karena tampak jelas dan dapat
dirasakan oleh masyarakat, tentu saja lebih banyak mendapat perhatian. Akan tetapi,
sesungguhnya masalah yang tidak langsung itu, dalam jangka panjang akan lebih
mengkhawatirkan, karena ibarat penyakit yang kronis, simptomnya tidak jelas sampai akhirnya
sudah terlambat untuk diobati. Oleh karena itu, masalah lingkungan hidup berupa menurunnya
kualitas lingkungan hidup dan menurunnya produktivitas dan diversivitas sumberdaya alam
harus mendapat perhatian yang sama. Maka kebijaksanaan pendayagunaan sumberdaya alam
dalam program pembangunaan harus bersifat menyeluruh (integral).
Pengalaman telah membuktikan bahwa usaha-usaha pengelolaan yang dilakukan secara
terpisah oleh masing-masing sektor, tanpa landasan pendekatan interdisiplin atau integrasi,
seringkali menyebabkan bentrokan kepentingan antara satu sektor dengan sektor lain, misalnya
antara sektor kehutanan dengan sektor pertanian, atau antara sektor kehutanan dengan sektor
peternakan. Dengan berlandaskan pendekatan interdisiplin atau integrasi dalam tataguna tanah
dan perencanaan wilayah, bentrokan kepentingan dapat dihindarkan.
Jelaslah kiranya bahwa untuk mengelola sumberdaya alam dengan sebaik-baiknya
diperlukan pemikiran yang luas, metode yang tepat dan organisasi perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan yang kuat. Pertimbangan ekonomis dan ekologis harus berimbang, kerena
73
pengelola harus mengusahakan tercapainya kesejahteraan masyarakat dengan mempertahankan
sumberdaya alam dan lingkungan.
Untuk mencegah benturan kepentingan antara sektor-sektor yang memanfaatkan
sumberdaya alam perlu dicari pendekatan interdisiplin atau pengintegrasian dalam perencanaan
pengelolaan, khususnya integrasi dalam tataguna tanah dan perencanaan wilayah. Kegiatan
pengelolaan sumberdaya alam itu mencakup inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan
pengelolaan dan pengawasan.
Sumberdaya alam beserta lingkungannya merupakan suatu ekosistem yang kompleks,
oleh karena itu diperlukan metode inventarisasi dan perencanaan serta organisasi pelaksanaan
dan pengawasan yang bersifat interdisiplin dan terintegrasi, dengan tujuan untuk menyerasikan
usaha-usaha pengelolaan sumberdaya alam.
Sumberdaya alam merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup
manusia. Berkurangnya ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi
kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Sumberdaya alam tidak hanya mencukupi
kebutuhan hidup manusia, tetapi juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan
kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan yang tidak baik akan berdampak buruk
bagi umat manusia. Sumberdaya alam merupakan salah satu faktor produksi nasional yang
cenderung menurun kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu. Dari sisi kuantitas, jumlah
sumberdaya alam cenderung menurun, hal ini terlihat dari isu – isu semakin menurunnya
cadangan sumberdaya alam akibat adanya eksploitasi untuk pembangunan. Sedangkan dari sisi
kualitas juga mengalami penurunan, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya polusi akibat
proses produksi maupun konsumsi yang mencemari lingkungan.
Pembangunan di satu sisi mempunyai kepentingan untuk meningkatkan produksi
nasional, yang cenderung menguras sumberdaya alam dan cenderung merusak lingkungan
dengan mencemari alam melalui polusi akibat adanya proses produksi. Sementara di sisi lain,
sumberdaya alam mempunyai kepentingan untuk menjaga cadangan sumberdaya alam dan
kualitas lingkungan.
Pembangunan dalam suatu negara tidak akan dapat berjalan secara berkesinambungan
apabila sumberdaya alam mengalami penurunan yang pesat. Untuk menjaga kesinambungan
pembangunan dalam suatu negara perlu upaya yang bersifat mengintegrasikan kepentingan
74
produksi nasional di satu sisi dan kepentingan sumberdaya alam di sisi lain, agar terjadi
pembangunan yang berkelanjutan.
6. 2. 1. Konsep Sumberdaya Alam
Keberadaan sumberdaya alam melalui proses alamiah, artinya hanya dengan proses alami
sumberdaya ini dapat dihasilkan. Sesuatu disebut sebagai sumberdaya bila sesuatu itu berguna
bagi kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak semua yang ada di
bumi ini disebut sumberdaya, karena manusia belum dapat memanfaatkan seluruhnya yang ada
di bumi ini. Ketidakmampuan manusia untuk memanfaatkan seluruh apa yang ada di bumi ini
disebabkan karena ketidakmampuan manusia untuk mengolah sumberdaya dan menemukan
sumberdaya baru untuk kepentingan hidupnya.
Berguna secara langsung berarti manusia tidak perlu melakukan pengolahan atau proses
untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya alam tersebut, misalnya air, udara dll, sedangkan
berguna secara tidak langsung berarti sumberdaya alam berperan sebagai faktor produksi, dengan
kata lain untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya alam tersebut memerlukan proses atau
pengolahan.
Sumberdaya alam mempunyai sifat dinamis, artinya sesuatu itu saat ini sebagai
sumberdaya alam, tetapi pada masa yang akan datang bukan sebagai sumberdaya alam atau
sebaliknya tadinya bukan sumberdaya alam, pada saat ini sebagai sumberdaya alam. Faktor-
faktor yang memengaruhi kedinamisan sumberdaya alam antara lain teknologi, kelangkaan
sumberdaya alam lainnya dan kondisi ekonomi.
Teknologi dapat mengubah sesuatu yang tadinya tidak bermanfaat menjadi bermanfaat
bagi manusia. Misalnya sinar matahari, pada masa yang lalu hanya bermanfaat untuk menjemur
pakaian namun dengan teknologi dapat diubah menjadi pembangkit tenaga listrik.
Penggunaan sumberdaya alam dapat bersifat komplementer (saling melengkapi) dan
bersifat substitusi (saling mengganti). Faktor kelangkaan akan mendorong seseorang untuk
mencari dan menemukan sumberdaya alam alternatif yang sebelumnya belum berfungsi sebagai
sumberdaya alam. Misalnya ditemukannya pembangkit listrik tenaga air, uap atau angin. Salah
satu faktor penyebabnya adanya isu kelangkaan sumberdaya alam minyak bumi, karena minyak
bumi termasuk sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.
75
Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara yang semakin tinggi biasanya semakin
banyak menemukan jenis sumberdaya alam baru. Penemuan baru ini disebabkan semakin banyak
dana yang tersedia untuk penelitian untuk penemuan sumberdaya alam.
Mengingat bahwa sumberdaya alam merupakan ciptaan Allah SWT, maka sumberdaya
alam bersifat publik. Artinya, setiap orang berhak untuk mendapatkan manfaat dari sumberdaya
alam tersebut, misalnya udara segar, sinar matahari, air, ikan di laut, oleh karena itu perlu
diperhatikan jumlah, kualitas, tempat dan waktu.
Sumberdaya alam dibutuhkan oleh semua orang, sehingga proses pengeks-ploitasinya
harus terencana, sehingga dapat mencegah habisnya sumberdaya alam tersebut. Proses produksi
dan cara konsumsi manusia terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi kualitas sumberdaya
alam, oleh karena itu setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk menjaga kualitas
sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam jangan sampai hanya dinikmati oleh sebagian
orang saja, sementara orang lain tidak dapat menikmatinya padahal mereka juga mempunyai hak
untuk menerima manfaatnya. Tidak hanya generasi sekarang yang mempunyai hak menikmati
sumberdaya alam yang ada, tetapi generasi yang akan datang juga mempunyai hak untuk
menikmatinya. Artinya, generasi saat ini bukan hanya mempunyai kewajiban untuk mengelola
sumberdaya alam ini, tetapi juga mempunyai kewajiban untuk mewariskan sumberdaya alam ini
kepada generasi selanjutnya.
6. 2. 2. Sumberdaya Alam sebagai Faktor Produksi
Bumi sebagai tempat makhluk hidup, luasnya relatif tetap, sedangkan makhluk hidup,
khususnya manusia, jumlahnya terus meningkat. Peningkatan jumlah manusia diikuti dengan
peningkatan kebutuhan, baik dalam jumlah maupun jenis, yang harus dapat dipenuhi dan ini
berarti dibutuhkan makin banyak sumberdaya alam dan makin banyak pula limbah dari proses
produksi maupun proses konsumsi.
Peningkatan total produksi menyebabkan peningkatan pula faktor produksi dan
sebaliknya. Penambahan jumlah faktor produksi yang terus menerus tidak selalu menambah total
produksi, artinya tambahan faktor produksi sampai batas jumlah tertentu tidak akan menambah
total produksi, bahkan kalau tambahan faktor produksi terus dilakukan justru akan
mengakibatkan penurunan total produksi.
76
Sumberdaya modal (dan teknologi) dan sumberdaya manusia (tenaga kerja) sebagai
faktor produksi mempunyai peran yang searah dengan pertumbuhan ekonomi, artinya
bertambahnya pertumbuhan ekonomi, diikuti dengan bertambahnya sumberdaya modal (dan
teknologi) dan sumberdaya manusia (tenaga kerja). Berbeda dengan sumberdaya alam.
Sumberdaya alam mempunyai hubungan yang tidak searah dengan laju pertumbuhan ekonomi,
artinya meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi diikuti oleh menurunnya sumberdaya alam.
Dengan kondisi yang demikian, banyak anggapan bahwa faktor sumberdaya alam
merupakan faktor yang sangat menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara.
Negara yang banyak mempunyai sumberdaya alam akan mengalami proses pembangunan yang
cepat. Misalnya, suatu negara yang tanahnya subur sangat mungkin memiliki tingkat
produktivitas pertanian yang tinggi. Tingginya produktivitas pertanian merupakan modal awal
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada tahap perkembangan ekonomi selanjutnya
peningkatan produktivitas pertanian akan sangat memengaruhi perkembangan sektor industri dan
jasa.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa kemunduran perekonomian suatu negara atau
faktor penghambat proses pembangunan disebabkan karena tidak tersedianya sumberdaya alam
di suatu negara. Faktor utama penyebab kemiskinan suatu negara karena tidak cukupnya
sumberdaya alam yang dimilikinya.
Negara miskin di Afrika, penyebabnya ialah faktor sumberdaya alam, khususnya tanah
dan iklim tidak menunjang untuk sektor pertanian. Tingkat produksi total yang terbatas di suatu
negara mengakibatkan rendahnya pendapatan dan ini disebabkan terbatasnya sumberdaya alam
yang tersedia. Ini berarti alam dapat membatasi kemungkinan usaha manusia untuk hidup dan
mencapai keinginannya.
Sebenarnya sifat sumberdaya alam sangat unik, dapat juga bersifat searah dengan
pembangunan ekonomi, artinya semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi justru akan
semakin banyak sumberdaya alam, karena dengan berhasilnya pembangunan ekonomi akan
semakin banyak sumberdaya alam yang dapat digali dan selanjutnya akan mendorong
pembangunan. Suatu negara yang semula tidak memiliki sumberdaya alam, ternyata pada waktu
kemudian karena proses pembangunan ekonomi, diketahui memiliki sumberdaya alam yang
tinggi harganya. Misalnya di Papua dengan ditemukannya sumberdaya alam tembaga, di
Kalimantan dengan sumberdaya alam hutan.
77
6. 2. 3. Sumberdaya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan banyak faktor produksi yang diperlukan untuk
proses produksi. Semakin banyak faktor produksi yang diperlukan akan mengurangi tersedianya
faktor produksi. Menurunnya persediaan faktor produksi modal atau tenaga kerja, relatif lebih
mudah diatasi dibandingkan dengan menurunnya persediaan faktor produksi sumberdaya alam,
karena faktor produksi sumberdaya alam harus diambil dari tempat persediaan sumberdaya alam
tersebut. Selain itu, proses terbentuknya sumberdaya alam membutuhkan waktu yang sangat
panjang.
Tuntutan percepatan pertumbuhan ekonomis, seperti yang terjadi di negara-negara sedang
berkembang, menuntut semakin banyak pula sumberdaya alam yang diambil dan semakin sedikit
jumlah persediaan sumberdaya alam tersebut. Dengan demikian ada hubungan yang positif
antara jumlah dan kualitas sumberdaya alam dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya
ada hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan persediaan sumberdaya alam di
dalam bumi.
Pertumbuhan ekonomi selain mengurangi persediaan sumberdaya alam, mempunyai
dampak negatif juga terhadap lingkungan, karena percepatan pertumbuhan ekonomi biasanya
diikuti dengan peningkatan sektor industri. Dengan meningkatnya sektor industri tingkat
pencemaran terhadap lingkungan akibat limbah proses produksi juga meningkat.
Oleh sebab itu, perlu dipikirkan bahwa dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat
untuk mengejar proses pembangunan, apabila tidak berhati-hati dapat dipastikan terjadi
percepatan pengurasan sumberdaya alam suatu negara. Dengan terjadinya pengurasan
sumberdaya alam secara cepat, berarti akan mempercepat habisnya sumberdaya alam yang pada
saatnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Proses pembangunan ternyata tidak hanya menguras sumberdaya alam, namun juga
mempunyai dampak lingkungan, karena untuk mempercepat terjadinya proses pembangunan
biasanya dilakukan dengan cara meningkatkan kegiatan industri. Proses industrialisasi tidak
hanya menciptakan jumlah total produksi yang meningkat akan tetapi juga meningkatkan jumlah
polusi dari sisa produksi. Polusi akibat sisa produksi apabila tidak ditangani secara baik akan
menimbulkan pencemaran bagi lingkungan, yang pada saatnya akan mengancam kehidupan di
muka bumi.
78
Proses pembangunan yang menyebabkan pencemaran lingkungan semakin meningkat
bukan hanya disebabkan oleh faktor proses produksi saja, namun juga disebabkan oleh faktor
konsumsi. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya konsumsi masyarakat akibat
meningkatnya pendapatan. Meningkatnya pola konsumsi masyarakat pada gilirannya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, karena semakin banyak masyarakat
mengkonsumsi barang atau jasa, maka semakin banyak juga sampah yang dihasilkan.
Permasalahan sampah saat ini menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan di kota-
kota besar.
Proses pembangunan ternyata tidak hanya berpengaruh positif bagi manusia maupun
makhluk hidup lainnya namun juga berpengaruh negatif. Proses industrialisasi menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, disamping itu proses industrialisasi mengakibatkan
cadangan sumberdaya alam menipis, dengan menipisnya cadangan sumberdaya alam akan
mengakibatkan harga barang dan jasa meningkat. Selain itu, menipisnya cadangan sumberdaya
alam juga akan mengakibatkan kerugian bagi generasi yang akan datang, karena tidak dapat
menikmati manfaatnya. Proses industrialisasi akan menyebabkan pencemaran lingkungan,
dengan semakin meningkat-nya pencemaran lingkungan akan mengganggu keseimbangan
lingkungan yang pada gilirannya akan mengancam kehidupan manusia.
Untuk mencegah dampak negatif proses pembangunan diperlukan program pelaksanaan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah
pembangunan yang memperlakukan sumberdaya alam dengan melihat hasil positif maupun
negatifnya.
6. 3. Pengelolaan Sumberdaya Alam
Alam menghasilkan sumberdaya yang sangat banyak jenisnya. Penggolongan
sumberdaya alam antara lain berdasarkan sifat ketersediannya, kepemilikannya, pengelolaannya
dan faktor penyebab terbentuknya.
Penggolongan sumberdaya alam selain bertujuan untuk mempermudah mengenalinya,
bermanfaat juga untuk tujuan pelestarian sumberdaya alam, serta untuk mengatasi konflik dalam
hal pengelolaan dan pemanfaatannya. Penggolongan sumberdaya alam juga bermanfaat untuk
perencanaan pengelolaan sumberdaya alam, terutama berkaitan dengan pembangunan
berkelanjutan.
79
6. 3. 1. Ketersediaan Sumberdaya Alam
Penggolongan sumberdaya alam menurut ketersediaannya, maksudnya adalah bagaimana
sumberdaya alam tersebut dapat diperbaharui atau diproduksi oleh alam setelah dieksploitasi.
Sumberdaya alam dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu sumberdaya alam yang tidak
dapat diperbarui (nonrenewable resources/stock resources), dan sumberdaya alam yang dapat
diperbarui (renewable resources/flow resources).
Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui atau tidak dapat pulih diartikan sebagai
sumberdaya alam yang tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tetap pada tempat dan waktu
tertentu. Sementaraitu, sumberdaya alam yang dapat diperbarui atau dapat pulih merupakan
sumberdaya alam yang selalu berubah jumlahnya.
Sumberdaya alam yang tidak dapat pulih, permasalahannya proses pemulihan dari
masing-masing sumberdaya alam mengalami waktu yang berbeda. Jadi permasalahan pemulihan
sumberdaya alam terletak pada dimensi waktu. Sumberdaya alam yang mengalami proses
pemulihan atau pembuatan secara alami mengalami waktu yang sangat lama, maka sumberdaya
alam tersebut digolongkan pada sumberdaya alam yang tidak dapat pulih.
Selain diperlukan waktu yang lama untuk memulihkannya, sumberdaya alam jenis ini
mempunyai sifat bahwa volume secara fisik yang tersedia tetap dan tidak dapat diperbarui atau
diolah kembali melalui tangan manusia. Jenis sumberdaya alam yang tergolong tidak dapat
diperbarui antara lain logam, batubara, minyak bumi, dan gas alam. Sumberdaya alam jenis ini
tidak dapat diproduksi oleh tangan manusia namun hanya dapat diproduksi melalui proses alami.
Oleh karena itu, menggantikan sumberdaya alam yang sudah dieksploitasi membutuhkan waktu
yang sangat lama. Meskipun saat ini dengan adanya teknologi namun proses itupun masih juga
membutuhkan waktu yang relatif lama karena memerlukan proses penelitian.
Sumberdaya alam tidak dapat pulih dapat digolongkan lagi menjadi sumberdaya alam
yang tidak dapat didaur ulang dan sumberdaya alam yang dapat didaur ulang. Sumberdaya alam
yang tidak dapat didaur ulang mempunyai sifat berubah secara kimiawi melalui proses
penggunaan, sehingga sumberdaya alam ini hanya dapat dipakai melalui satu kali proses
penggunaan, akibatnya sumberdaya alam ini tidak dapat didaur ulang atau dimanfaatkan kembali
misalnya batubara, minyak bumi, gas alam. Sementara itu, sumberdaya alam yang dapat didaur
ulang bersifat mempunyai umur penggunaan yang lama dan seringkali dapat dipakai ulang,
80
karena sumberdaya alam ini tidak mengalami perubahan secara kimiawi akibat proses
penggunaannya. Misalnya logam besi, kertas dan lain-lain.
Sumberdaya alam yang dapat pulih mempunyai sifat dapat habis dalam jangka pendek
tetapi dapat diganti secara cepat pula melalui proses alami, misalnya pohon-pohon di hutan,
persediaan air tanah, udara segar. Walaupun dapat pulih tetapi tidak berarti bahwa sumberdaya
alam jenis ini tidak dapat habis atau pasti dapat diperbarui. Dapat atau tidak suatu sumberdaya
alam diperbarui tergantung dari tingkat eksploitasi dan pemanfaatannya. Apabila
pemanfaatannya melampaui kemampuan teknologi dan alam untuk memproduksi kembali, maka
sumberdaya alam jenis ini dapat berkurang bahkan dapat saja habis atau punah. Kasus habisnya
sumberdaya alam yang dapat diperbarui, dapat dijumpai pada punahnya hewan atau tumbuhan
yang dahulunya ada, oleh karena itu semakin banyak hewan dan tumbuhan yang harus
dilindungi. Hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya sumberdaya alam jenis ini dapat secara
alamiah diperbarui, sehingga jenis sumberdaya alam ini disebut juga sumberdaya alam yang
potensial untuk diperbarui. Sumberdaya alam jenis ini dapat dipertahankan ketersediannya bila
proses eksploitasinya atau pemanfaatannya berada pada titik produksi yang berkelanjutan, yaitu
pada kondisi dimana sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan tanpa mengurangi
kemampuannya untuk memproduksi kembali pada suatu wilayah tertentu. Apabila pemanfaatan
sumberdaya alam jenis ini melebihi tingkat sustainable (berkelanjutan) tersebut, maka penawaran
sumberdaya alam ini akan berkurang atau bahkan dapat habis yang pada saatnya mengakibatkan
proses degradasi lingkungan.
6. 3. 2. Kepemilikan Sumberdaya Alam.
Menurut kepemilikannya sumberdaya alam dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
sumberdaya alam milik pribadi (private property resources) dan sumberdaya alam milik umum
(common property resources).
Sumberdaya milik pribadi penguasaannya ada di bawah seseorang atau suatu institusi.
Penguasaan sumberdaya alam di tangan seseorang atau suatu institusi, mengakibatkan
pengeksploitasiannya relatif lebih rendah dibandingkan sumberdaya alam milik umum, sebab
yang boleh mengambil dan memanfaatkan sumberdaya alam ini adalah pemiliknya.
Sumberdaya milik umum atau milik bersama hak penguasaan dan pengelolaannya ada
pada semua orang. Namun, sumberdaya alam ini akan menjadi milik pribadi apabila
81
sumberdaya alam ini sudah dimiliki atau dikuasai oleh seseorang. Selama sumberdaya alam
tersebut belum menjadi hak milik atau dikuasai oleh seseorang maka sumberdaya alam tersebut
masih milik umum. Sumberdaya alam milik umum cenderung dieksploitasi secara besar-besaran
atau mengalami deplisi. Hal ini terjadi karena pada sumberdaya alam ini ada anggapan bahwa
milik umum berarti bukan milik siapa pun dan berarti milik setiap orang. Oleh karena itu
sumberdaya alam milik umum memiliki kecenderungan untuk segera habis atau punah, anggapan
setiap orang terhadap sumberdaya alam ini adalah apabila seseorang tidak mengambil
sumberdaya alam itu, maka orang lain akan mengambilnya. Akibat dari setiap orang
beranggapan seperti itu , maka setiap orang cenderung akan segera mengambilnya dan hal ini
jelas akan mempercepat habisnya sumberdaya alam ini.
6. 3. 3. Pengelola Sumberdaya Alam.
Berdasarkan pengelolaannya sumberdaya alam dapat digolongkan atas yang dikelola oleh
pemerintah dan yang dikelola oleh swasta. Dasar pemikiran bahwa pengelola sumberdaya alam
harus ada campur tangan pemerintah, karena pemerintah perlu memerhatikan aspek keadilan.
Jadi meskipun sumberdaya alam tersebut milik pribadi dapat saja pemerintah yang
mengelolanya, artinya tidak semua sumberdaya alam milik pribadi dapat dikelola secara pribadi.
Adanya campur tangan pemerintah terhadap pengelolaan sumberdaya alam biasanya
berlaku untuk sumberdaya alam publik (public goods), sedangkan untuk barang pribadi (private
goods) tetap dikelola oleh pihak swasta. Penggolongan sumberdaya alam menurut pengelolanya
tergantung pada sistem kenegaraan di negara yang bersangkutan. Untuk Indonesia pengelola
sumberdaya alam diatur dalam UUD 1945 pasal 33.
6. 3. 4. Terbentuknya Sumberdaya Alam
Penggolongan ini sangat bersifat subjektif atau masih sangat tergantung kepada sudut
pandang seseorang dalam melihat sumberdaya alam ini. Menurut terbentuknya, sumberdaya
alam sekunder merupakan sumberdaya alam yang keberadaannya karena sumberdaya primer,
artinya sumberdaya alam sekunder tidak akan ada apabila sumberdaya alam primer tidak ada.
Keberadaan sumberdaya alam primer memengaruhi kelangsungan sumberdaya alam sekunder.
Tersedianya hewan, dapat disebut sebagai sumberdaya alam sekunder, apabila
dihubungkan dengan tersedianya produksi tumbuhan. Tanpa ada tumbuhan (sumberdaya alam
primer) maka sumberdaya alam hewan akan kehilangan sumber makanan pokoknya, yang pada
82
saatnya akan mengganggu kelangsungan hidupnya. Dapat pula sebaliknya yang terjadi, adanya
tumbuhan yang subur tergantung pada adanya hewan yang memasok kotoran sebagai pupuk
alami.
Tumbuhan dapat pula dianggap sebagai sumberdaya alam sekunder, apabila dihubungkan
dengan curah hujan, karena tumbuhan akan terganggu kelangsungan hidupnya tanpa ada curah
hujan sebagai sumberdaya alam primer. Sumberdaya alam dapat sebagai sumberdaya alam
primer dan dapat sebagai sumberdaya alam sekunder, tergantung kemana mengaitkan
sumberdaya alam tersebut.
Pada umumnya sumberdaya alam yang tidak dapat pulih dan ketersediaannya tidak
dipengaruhi oleh manusia merupakan sumberdaya alam primer. Sementara itu, sumberdaya
alam yang dapat pulih dan ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh manusia sebagian besar
merupakan sumberdaya alam sekunder.
6. 3. 5. Penggunaan Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam yang berasal dari bumi ini sangat beragam jenis dan kegunaannya.
Hubungan antara satu sumberdaya alam dengan sumberdaya alam lainnya ada yang bersifat
komplementer (saling melengkapi) dan bersifat substitusi (saling mengganti).
Hubungan komplementer dan substitusi dapat dilihat dari sisi penawaran dan permintaan.
Penggunaan tanah untuk perkebunan dan sekaligus rekreasi (agrowisata), merupakan contoh
penggunaan tanah yang sifatnya komplementer dari sisi penawaran. Hubungan yang sifatnya
komplementer dari sisi permintaan juga terjadi, misalnya penggunaan batubara dan bijih besi
untuk menghasilkan baja.
Hubungan sumberdaya alam yang sifatnya substitusi juga dapat terjadi dari sisi
permintaan maupun penawaran. Penggunaan suatu bidang tanah untuk pertanian bersaingan atau
dapat diganti untuk penggunaan tanah waduk sebagai sumber air irigasi dan dapat juga
digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Keadaan ini merupakan contoh hubungan substitusi
dari sisi penawaran, sedangkan contoh dari sisi permintaan, terjadi antara permintaan tenaga
hewan dan tenaga mesin traktor yang menggunakan bahan bakar minyak pada sektor pertanian.
6. 4. Penduduk dan Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam merupakan unsur lingkungan hidup yang mendukung kehidupan
manusia. Permasalahan pokok yang dihadapi oleh sumberdaya alam adalah makin menipisnya
83
cadangan persediaan, sedangkan permasalahan pokok yang dihadapi oleh lingkungan adalah
semakin menurunnya kualitas lingkungan. Kedua permasalahan pokok tersebut perlu lebih
mendapat perhatian karena sumberdaya alam dan lingkungan telah berada dalam keadaan yang
kritis.
Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang terjadi selama ini sangat terkait erat
dengan penduduk, disebabkan faktor kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk yang semakin
tinggi dan cara pandang penduduk yang kurang menghargai sumberdaya alam dan lingkungan
sebagai faktor pendukung kelangsungan hidup mereka. Kerusakan sumberdaya alam juga
merupakan akibat dari pengaturan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang belum
memadai, sehingga beberapa daerah menjadi daerah kritis.
6. 4. 1. Pertumbuhan Penduduk
Sebelum abad XVII, jumlah penduduk yang tinggi masih diperlukan, tetapi sejak abad
XVIII banyak pandangan yang menentang peningkatan jumlah penduduk yang besar.
Pemikiran yang menentang peningkatan jumlah penduduk yang besar antara, lain Robert
Malthus (1766-1834), Malthus mengatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk tidak akan
pernah terkejar oleh pertambahan makanan dan pakaian. Pendapat Malthus ini didasari oleh
gagasan bahwa manusia selalu memerlukan sandang dan pangan untuk hidupnya dan naluri
seksual manusia selalu ada dan sifatnya tidak berubah.
Cepatnya pertumbuhan penduduk direspons oleh negara maju dengan program keluarga
kecil dalam masyarakat untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, sedangkan di negara
sedang berkembang pertumbuhan penduduknya masih pesat. Semakin banyak jumlah penduduk
akan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi dari alam. Apabila pertumbuhan
penduduk jauh melebihi pertumbuhan persediaan sumberdaya alam, maka terjadi pengurasan
sumberdaya alam secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, yang suatu
saat akan mengakibatkan habisnya sumberdaya alam. Pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi
akan mengakibatkan semakin tingginya pencemaran lingkungan akibat proses produksi maupun
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan manusia.
84
6. 4. 2. Faktor Budaya Penduduk
Faktor budaya atau pola hidup manusia akan memberikan permasalahan terhadap
tersedianya sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan melalui aspek pola konsumsi dan cara
pandang terhadap sumberdaya alam.
Dalam perkembangan kebudayaan manusia menunjukkan bahwa kebutuhan manusia
cenderung mengalami penambahan seiring dengan perkembangan budaya, kebutuhan manusia
tidak sekadar memenuhi kebutuhan hidup secara hayati atau memenuhi kebutuhan untuk hidup
(makan, minum, tempat tinggal atau disebut kebutuhan primer). Selain kebutuhan untuk hidup
(kebutuhan primer), manusia juga butuh kebutuhan sekunder (pakaian, kendaraan, pendidikan
dll) dan kebutuhan tersier (kebebasan menentukan pilihan, kebutuhan untuk dihargai dll).
Dengan kebutuhan tersier ini manusia dapat mengubah pola hidupnya, termasuk pola
konsumsinya. Misalnya manusia tidak sekadar makan untuk keperluan secara hayati, melainkan
dengan suatu pilihan menurut seleranya yang senantiasa berubah dan meningkat. Meningkatnya
pola konsumsi masyarakat seiring dengan perkembangan budaya, sementara itu sumberdaya
alam yang tersedia terbatas, akan mendorong tingginya harga sumberdaya alam dan pengurasan
sumberdaya alam demi kebutuhan dan keuntungan. Perubahan pola komsumsi akan
meningkatkan polusi yang berakibat pada pencemaran lingkungan, dengan demikian pola
konsumsi atau pola kebutuhan yang senantiasa berubah dan meningkat secara tidak langsung
akan menurunkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
Perkembangan peradaban dan budaya manusia, berdampak pada semakin meningkatnya
kebutuhan primer, sekunder dan tertier, yang harus dipenuhi. Akibatnya rasio sumberdaya alam
akan semakin kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan manusia, sehingga mengakibatkan
kualitas hidup manusia semakin menurun, karena alam semakin tidak mampu memenuhi
kebutuhan manusia yang semakin besar.
Untuk mengatasi masalah menurunnya kualitas hidup manusia dilakukan dengan cara
menekan pertumbuhan populasi, mengendalikan tingkat konsumsi pada batas yang tidak
berlebihan, terutama pada barang – barang yang merupakan kebutuhan pokok, yang hanya untuk
kemewahan dan kehormatan. Kedua upaya tersebut akan berdampak pada mengecilnya populasi
manusia dan kebutuhannya (primer, sekunder dan tertier).
6. 4. 3. Kaitan antara Penduduk dengan Sumberdaya Alam.
85
Sumberdaya alam agar dapat diproduksi harus dikombinasikan dengan modal, tenaga
kerja dan teknologi. Setelah sumberdaya alam, modal, tenaga kerja dan teknologi (faktor
produksi) dikombinasikan maka proses produksi akan menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Semakin banyak barang dan jasa yang diproduksi akan semakin
tinggi derajat kesejahteraan manusia. Akan tetapi, di sisi yang lain, peningkatan kegiatan
produksi akan menghasilkan polusi yang makin banyak, yang pada saatnya akan menyebabkan
pencemaran lingkungan yang berdampak negatif terhadap manusia.
Apabila permintaan barang dan jasa meningkat maka proses produksi juga akan semakin
meningkat. Permintaan barang dan jasa akan meningkat jikaa ada peningkatan daya beli dan
peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Penduduk dapat meningkatkan daya beli karena
mengalami peningkatan pendapatan melalui kesempatan kerja yang ditawarkan oleh adanya
peningkatan proses produksi (industrialisasi).
6. 5. Kelangkaan Sumberdaya Alam
Isu kelangkaan sumberdaya alam mulai sering terdengar setelah terjadinya proses
industrialisasi. Ada dua pemikiran terhadap isu kelangkaan tersebut, yaitu kelompok pesimis
dan kelompok optimis. Dari pemikiran yang bertolak belakang tersebut perlu adanya
pengukuran kelangkaan sumberdaya alam, yaitu pengukuran secara fisik dan pengukuran secara
ekonomi.
6. 5. 1. Meningkatnya Permintaan
Kelangkaan sumberdaya alam yang terjadi saat ini, antara lain disebabkan semakin
meningkatnya kebutuhan manusia, sementara alam mempunyai keterbatasan dalam menyediakan
sumberdaya alam tersebut. Diperkirakan setelah abad 20, persediaan sumberdaya alam gas alam
hanya cukup 38 tahun lagi, minyak bumi 30 tahun lagi, timah 11 tahun lagi, batubara 2300 tahun
lagi, besi 240 tahun lagi, nikel 150 tahun lagi. Prediksi tersebut atas dasar laju tingkat kebutuhan
sumberdaya alam sebelumnya dan kemampuan alam menyediakan sumberdaya alam.
Selain disebabkan oleh semakin tingginya konsumsi atau kebutuhan meningkatnya
permintaan akan sumberdaya alam juga disebabkan oleh mekanisme pasar. Peran yang diberikan
pada mekanisme pasar dalam menentukan bagaimana sumberdaya alam dikelola, telah
menciptakan dorongan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam. Mekanisme pasar akan
menciptakan harga tinggi untuk sumberdaya alam langka yang pada saatnya akan mendorong
86
seseorang untuk mengeksploitasi sumberdaya alam tersebut karena tergiur dengan harga yang
tinggi.
6. 5. 2. Rusaknya Lingkungan
Lingkungan merupakan daya dukung alam dalam proses pembuatan sumberdaya. Dengan
demikian rusaknya lingkungan akan menjadi faktor penghambat terhadap proses tersedianya
sumberdaya alam yang pada saatnya akan berpengaruh juga terhadap kelangkaan sumberdaya
alam. Isu tentang kelangkaan sumberdaya alam akibat rusaknya lingkungan biasanya lebih
banyak terjadi pada sumberdaya alam yang dapat diperbaharui seperti sumberdaya air, ikan,
hutan dan lain-lain. Semakin rendah persediaan sumberdaya alam tersebut disebabkan oleh
semakin rendahnya kualitas lingkungan akibat dari meningkatnya pencemaran atau limbah, baik
dari industri maupun rumah tangga. Selain itu, memburuknya lingkungan juga sebagai akibat
dari kemiskinan yang berkelanjutan dan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan.
6. 5. 3. Sosial dan Budaya
Beberapa isu sosial budaya masyarakat yang menyebabkan terjadinya kelangkaan
sumberdaya alam, antara lain ;
1. Pengalaman menunjukkan bahwa ada pergeseran penggunaan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui ke sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya batubara
menggantikan arang kayu setelah persediaannya menjadi sedikit dan harganya naik. Tenaga
ternak digantikan oleh mesin yang menggunakan bahan bakar minyak, pada sektor pertanian.
2. Pandangan masyarakat terhadap sumberdaya alam yang tidak bijaksana atau hanya berpikir
untuk kepentingan sesaat telah menciptakan eksploitasi yang terlalu tamak terhadap
sumberdaya alam.
3. Pengetahuan masyarakat yang masih kurang menghargai sumberdaya alam dan lingkungan.
6. 5. 4. Pandangan terhadap Sumberdaya Alam
Tidak semua orang merasa pesimis terhadap kelangkaan sumberdaya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dualisme pendapat tersebut, yang pertama adalah
kelompok yang merasa pesimis mengenai tersedianya sumberdaya alam dan kelompok kedua
adalah kelompok optimis terhadap tersedianya sumberdaya alam.
87
Kelompok pesimis pada intinya mempunyai kekhawatiran akan adanya kelangkaan
sumberdaya alam yang semakin dirasakan mengingat bahwa :
1. Tidak seimbangnya pertumbuhan sumberdaya alam dibandingkan dengan meningkatnya
kebutuhan terhadap sumberdaya alam.
2. Makin meningkatnya harga barang dan jasa akibat dari biaya produksi yang dise-babkan oleh
semakin meningkatnya biaya pengambilan dan pengolahan sumberdaya alam.
3. Batas persediaan sumberdaya alam akan segera tercapai, yang berarti tercapainya pula batas
pertumbuhan ekonomi, sehingga manusia harus membatasi kegiatannya sesuai dengan
batasan alamiah.
Walaupun kelompok ini pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi akibat dari kelangkaan
sumberdaya alam, tetapi tidak berarti putus asa bahkan menyarankan untuk mencari jalan
keluarnya.
Kelompok optimis terhadap tersedianya sumberdaya alam selain didasari oleh bukti
empiris juga didukung oleh kemajuan teknologi yang mampu mencegah dan mengatasi
kelangkaan sumberdaya alam. Menurut kelompok ini kemajuan teknologi tidak akan menguras
sumberdaya alam, justru akan mengurangi pengurasan sumberdaya alam, dengan alasan :
1. Kemajuan teknologi cenderung menemukan cara-cara produksi baru yang dapat menghemat
penggunaan sumberdaya alam sebagai input dalam proses produksi.
2. Kemajuan teknologi dapat memungkinkan sumberdaya alam digunakan berulang kali, lewat
proses daur ulang.
3. Kemajuan teknologi akan mempermudah ditemukannya sumberdaya alam baru, sehingga
meningkatkan persediaan sumberdaya alam.
4. Kemajuan teknologi dapat menciptakan sumberdaya alam pengganti untuk sumberdaya alam
yang sudah menipis persediaannya, sehingga dimungkinkan adaya konservasi sumberdaya
alam yang sudah mulai langka tersebut.
Kelompok ini menyarankan agar sumberdaya alam diusahakan penggunaanya dengan cara yang
lebih efisien, yaitu dengan tingkat produksi tertentu digunakan sumberdaya alam yang minimal
dan tingkat pencemaran yang seminimal mungkin.
6. 5. 5. Mengukur kelangkaan sumberdaya alam
88
Dualisme pemikiran tentang kelangkaan sumberdaya alam mendorong perlunya
pengukuran terhadap persediaan sumberdaya alam. Hal ini diperlukan untuk perencanaan pada
masa yang akan datang. Menentukan jumlah dalam arti volume sumberdaya alam bukanlah hal
yang mudah, mengingat bahwa terlalu banyak alat ukur yang digunakan dan perbedaan konsep
langka yang dipakai oleh masing-masing alat ukur tersebut.
Kelangkaan dapat diartikan sebagai suatu keterbatasan persediaan sumberdaya alam pada
suatu tempat. Konsep yang lain, kelangkaan terjadi bila suatu sumberdaya alam hanya
terkonsentrasi di suatu tempat dan karena proses distribusi tidak normal maka tempat lain yang
membutuhkan sumberdaya alam tersebut mengalami kelangkaan. Kelangkaan dapat juga terjadi
karena suatu sumberdaya alam dimanfaatkan terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga
persediannya berkurang atau habis.
Ada dua kriteria untuk menentukan sumberdaya alam, yaitu pengukuran secara fisik dan
pengukuran secara ekonomi.
Pengukuran secara fisik seringkali dikatakan sebagai kelangkaan absolut, dan kelangkaan
mulai terjadi saat permintaan (demand) terhadap suatu sumberdaya alam melebihi penawaran
( supply), sehingga pada suatu saat akan menguras sumberdaya alam tersebut. Habisnya
sumberdaya alam ini dapat menentukan batas kegiatan ekonomi, bila sumberdaya alam tersebut
esensial bagi kegiatan perekonomian, seperti minyak bumi, batubara,dll. Mengacu pada konsep
langka secara fisik berarti harus tahu secara pasti berapa cadangan atau persediaan sumberdaya
alam tersebut. Kelangkaan secara fisik masih belum dapat diketahui secara pasti, mengingat
sumberdaya alam yang tersedia belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu untuk mengukur
kelangkaan sumberdaya alam digunakan pendekatan lain, yaitu pendekatan ekonomi.
Pengukuran secara ekonomi indikatornya antara lain harga sumberdaya alam, biaya
penemuan sumberdaya alam dan nilai kelangkaan marginal.
Semakin banyak jumlah barang yang diminta akan menyebabkan terjadinya peningkatan
harga. Selain permintaan, tingginya harga dipengaruhi oleh persediaan (stock), tidak adanya
sumberdaya substitusi dan ketergantungan yang sulit dihilangkan. Dengan demikian harga
sumberdaya alam menggambarkan tingkat kelangkaan sumberdaya alam secara ekonomi.
Biaya penemuan sumberdaya alam meliputi biaya penelitian, biaya pencarian melalui
teknologi dll. Biaya penemuan sumberdaya alam menggambarkan bahwa semakin besar biaya
89
penemuan per unit sumberdaya alam, menunjukkan bahwa sumberdaya alam tersebut semakin
langka.
Biaya dan harga lebih tepat digunakan sebagai alat ukur untuk melihat pengorbanan yang
harus dikeluarkan untuk mendapatkan sumberdaya alam. Nilai kelangkaan marginal merupakan
harga bayangan satu satuan barang sumberdaya alam yang tersedia. Nilai kelangkaan marginal
dipengaruhi oleh waktu dan besarnya tingkat bunga yang diperhitungkan. Nilai kelangkaan
marginal dapat juga dipandang sebagai pembayaran yang bertambah dari pemilik sumberdaya
alam ketika biaya pemakaiannya bertambah.
Semakin berkurangnya sumberdaya alam sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan asalkan
ada kemudahan untuk menggantikan sumberdaya alam yang langka tersebut dengan sumberdaya
alam lain yang jumlahnya masih banyak. Jadi, sumberdaya alam tersebut tidak langka selama
mudah dalam mencarikan penggantinya.
6. 6. Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Bertanggung Jawab
6. 6. 1. Isu Kerusakan Lingkungan Global
Sumberdaya alam mempunyai dimensi ruang dan waktu. Dampak kelangkaan
sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan tidak hanya dirasakan oleh orang di tempat tertentu
dan pada saat itu saja. Kelangkaan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan akan dirasakan
oleh banyak orang dan bersifat global. Bahkan tidak hanya itu, kelangkaan sumberdaya alam
dan kerusakan lingkungan dapat dirasakan pada waktu yang akan datang atau generasi
mendatang. Oleh sebab itu, pengelolaan sumberdaya alam harus secara hati-hati dan bertanggung
jawab agar tidak memberikan dampak pada orang lain, baik untuk saat ini maupun untuk masa
yang akan datang.
Pertumbuhan sektor industri yang semakin pesat merupakan pendorong bagi
pembangunan ekonomi. Namun sektor industri menyebabkan eksploitasi sumberdaya alam yang
berlebihan dan tingginya pencemaran lingkungan. Hal itu menyebabkan merosotnya kualitas
lingkungan. Pesatnya pertumbuhan industri telah mendorong berbagai teknologi yang
mengeksploitasi sumberdaya alam secara kurang bertanggung jawab, serta memacu konsumsi
yang berlebihan, sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan.
Faktor utama yang mengakibatkan kemerosotan kualitas lingkungan secara global adalah
teknologi yang mencemari lingkungan. Teknologi ini biasanya digunakan untuk memperoleh
90
keuntungan yang sebesar-besarnya dalam mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan
dan limbah yang dihasilkan mencemari lingkungan.
Menurunnya kualitas lingkungan secara global berdampak tidak hanya kepada suatu
proyek atau orang yang melakukan kegiatan yang merusak lingkungan, tetapi juga kepada
masyarakat umum. Contoh kasus rusaknya lingkungan yang dampaknya dirasakan secara
global, antara lain pemanasan global, lubang ozon dan hujan asam.
6. 6. 2. Konsep Pengelolaan Sumberdaya Alam yang Bertanggung Jawab
Isu-isu mengenai dampak lingkungan secara global menunjukkan bahwa proses
pembangunan yang dilakukan selama ini kurang memerhatikan aspek lingkungan. Proses
pembangunan yang cenderung mengejar pertumbuhan ekonomi cenderung egoistik, sehingga
tidak memperhatikan kepentingan orang lain dan berorientasi jangka pendek. Akibat
pembangunan yang seperti itu akan berdampak terhadap rusaknya lingkungan dan kelangkaan
sumberdaya alam. Dampak tersebut tidak hanya merugikan masyarakat secara umum pada saat
ini, tetapi juga akan merugikan generasi yang akan datang. Oleh sebab itu diperlukan suatu
pedoman bagi pengelolaan sumberdaya alam. Pedoman tersebut diharapkan mampu
mengarahkan setiap mengambil keputusan untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan
sumberdaya alam yang rasional dan bertanggung jawab.
Pengelolaan sumberdaya alam yang bertanggung jawab dapat diartikan proses
pengelolaan sumberdaya alam yang sesuai dengan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi
kebutuhan generasi yang akan datang. Selain itu, dalam proses pengambilan sampai dengan
pengelolaannya tidak menimbulkan biaya atau kerugian yang harus ditanggung oleh orang lain,
baik saat ini maupun masa yang akan datang. Kebijakan sumberdaya alam yang bertanggung
jawab terhadap generasi saat ini maupun generasi yang akan datang terdiri dari satu himpunan
peraturan serta tindakan yang berhubungan dengan penggunaan sumberdaya alam untuk
membuat perekonomian bekerja secara efisien serta dapat bertahan dalam waktu yang tidak
terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi, tanpa tidak dipulihkannya lingkungan fisik yang
rusak maupun tanpa menimbulkan resiko yang besar bagi generasi yang akan datang, tetapi
justru akan membuat generasi yang akan datang lebih sejahtera.
Meningkatnya masalah lingkungan dapat diatasi dengan cara melengkapi kemampuan
teknologi dengan kearifan. Pelaksanaan pembangunan perlu melengkapi diri dengan etika, yang
91
merupakan petunjuk bagaimana manusia harus menempuh kehidupan, berperilaku, dan
bertanggung jawab. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa kearifan manusia terhadap lingkungan, ilmu
pengetahuan dan teknologi dan pembangunan dapat dijabarkan menurut tiga bentuk, yaitu etika
lingkungan, etika ilmu pengetahuan dan teknologi, etika pembangunan.
Dengan etika lingkungan tidak hanya mengimbangi hak dengan kewajiban terhadap
lingkungan, tetapi juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbagai
kegiatan agar tetap berada dalam batas kepentingan lingkungan hidup kita. Bahkan mungkin
perlu diperjuangkan makna azasi kehidupan atau makna azasi lingkungan hidup, dimana hak
azasi manusia adalah bagian dari kedua makna azasi yang terdahulu. Etika lingkungan diuraikan
lebih lanjut pada 6.13.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pembangunan yang berwawasan lingkungan
dan pengelolaan sumberdaya alam yang bertanggung jawab, diperlukan landasan yang kuat dari
etika terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Etika ilmu pengetahuan dan teknologi meliputi ;
1. Kejujuran dan objektivitas.
2. Pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu lebih memerhatikan kepentingan
berbagai lapisan masyarakat.
3. Penyelesaian masalah dan dampak lingkungan dari pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu sendiri.
Dengan demikian diharapkan tidak menggunakan teknologi yang tidak disertai kemampuan
untuk mengatasi masalah lingkungan yang ditimbulkannya.
Manusia sebagai pelaku pembangunan perlu mengetahui etika pembangunan. Etika
pembangunan meliputi:
1. Pembangunan merupakan ibadah kepada Allah SWT, sehingga perkembangan sikap dan
perilaku pembangunan harus bersumber pada pengabdian diri kepada Allah SWT.
2. Pembangunan mencakup kegiatan mengejar kemajuan lahiriah (sandang, pangan dll) dan
kepuasan batiniah (pendidikan, keadilan, kebebasan dll), kemajuan spiritual dan material
dalam keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara keduanya.
3. Pembangunan tertuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang memuat ciri-ciri
keselarasan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan masyarakat
melalui peningkatan solidaritas sosial diantara sesama manusia, solidaritas alam dengan
lingkungan hidup alam kita, serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
92
Dengan adanya kearifan manusia yang mampu mengintegrasikan etika lingkungan, etika
ilmu pengetahuan dan teknologi dan etika pembangunan akan membuat pembangunan ekonomi
yang mampu memanfaatkan sumberdaya alam secara bertanggung jawab. Dengan demikian
pembangunan yang terjadi tidak merugikan umat manusia, alam dan makhluk hidup yang ada di
dalamnya.
6. 7. Lingkungan Hidup
6. 7. 1. Ekosistem dan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup alam atau ekosistem terdiri atas lingkungan hidup fisik dan lingkungan
hidup hayati. Dalam pengertian, lingkungan hidup alami ini juga terdapat manusia sebagai
bagian dari lingkungan hidup hayati.
Pengertian lingkungan hidup menurut Soemarwoto adalah sebagai ruang yang ditempati
suatu makhluk hidup secara bersama-sama dengan benda hidup dan tak hidup lainnya yang ada
di dalamnya. Atau dengan kata lain lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dengan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan ditinjau dari segi jenis, dapat dibedakan menjadi tiga
yakni :
1. Lingkungan fisik (physical environment), yaitu : segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang
berwujud benda tak hidup.
2. Lingkungan biologi (biological environment), yaitu : segala sesuatu yang ada di sekitar kita
yang berwujud makhluk hidup.
3. Lingkungan sosial (social environment), yaitu : manusia di sekitar kita.
Manusia merupakan penentu dalam pengelolaan lingkungan, karena faktor-faktor yang
lain sangat tergantung pada faktor manusianya, dengan kepeduliannya manusia mampu
menyelamatkan alam. Berkembangnya manusia pada dominasi dalam ekosistem disertai
dengan kemampuannya untuk mengubah lingkungan.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah ciri hubungan antara berbagai unsur
lingkungan hidup dalam kerangka sistem hubungan yang terbentuk secara alamiah. Sistem
hubungan inilah yang disebut sistem ekologi, atau lebih dikenal dengan ekosistem.
93
Ekosistem sebenarnya merupakan konsep dasar dalam ekologi yang menunjukkan
hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungan tempat mereka hidup. Namun
sebagai tatanan, ekosistem tidak lain adalah interaksi yang teratur dan terpola di antara berbagai
unsur lingkungan hidup yang terkait secara alamiah. Keteraturan interaksi inilah yang
menciptakan kondisi seimbang pada suatu ekosistem.
Pada dasarnya konsep ekosistem merupakan satuan fungsional dasar dalam ekologi yang
terdiri atas komponen biotik atau hayati dan komponen abiotik atau non hayati. Menurut
Resosoedarmo, apabila ekosistem dilihat dari penyusunnya maka dapat dibedakan menjadi :
1. Bahan tak hidup (abiotik), yaitu komponen fisik dan kimia serta merupakan medium untuk
berlangsungnya kehidupan.
2. Produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya tumbuhan klorofil, yang
mensintesis makanan dari bahan organik yang sederhana.
3. Konsumen, yaitu organisme heterotrofik, misalnya hewan dan manusia yang memakan
organisme lain.
4. Pengurai, perombak atau dekomposer, yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan
organik yang berasal dari organisme mati.
Konsep ekosistem, dengan demikian, tidak menempatkan unsur-unsur lingkungan hidup
secara parsial, melainkan secara holistik, yakni menempatkan semua unsurnya dalam hubungan
saling mendukung sekaligus saling bergantung. Di seluruh bumi kita, hubungan demikian
muncul dalam bentuk gejala alam yang unik yang dikenal dengan daur makanan dan daur
biogeokimia.
Daur makanan atau yang lebih dikenal dengan rantai makanan adalah rangkaian proses
makan-memakan oleh makhluk hidup yang satu terhadap yang lain, baik di kalangan spesies
yang sama maupun pada spesies yang berbeda. Daur makanan ini merupakan syarat mutlak bagi
keseimbangan ekosistem, karena sepanjang daur makanan itulah berlangsung perpindahan materi
dan aliran energi. Tanpa aliran energi ini, segala bentuk kehidupan di biosfer akan terhenti.
Setiap mata rantai makanan, tidak boleh kehilangan perannya baik sebagai mangsa maupun
pemangsa. Setiap organisme pada dasarnya memainkan peran ganda seperti itu sesuai dengan
perilaku dan tabiat alamiah masing-masing.
Dilihat dari proses peredaran unsur-unsur kimia yang tersimpan di dalam air, tanah, atau
udara dan yang tersimpan di dalam tubuh tumbuhan, hewan, atau manusia, maka daur makanan
94
merupakan sebagian dari rangkaian perjalanan unsur-unsur kimia tersebut. Sebagian yang lain
berlangsung di alam, melalui air, tanah, dan udara. Perjalanan unsur-unsur kimia melalui
makhluk hidup sebagai komponen biologis inilah yang disebut daur biogeokimia.
Kini menjadi jelas bahwa komposisi kumpulan organisme yang hidup di suatu
lingkungan hidup tidaklah tercipta secara kebetulan. Keberadaan mereka merupakan hasil akhir
dari interaksi alamiah diantara sesama makhluk hidup dan antara makhluk hidup dengan benda-
benda, keadaan, serta energi di sekitar mereka. Interaksi ini berlangsung secara terus menerus
dalam suasana harmonis, sehingga tercipta ekosistem yang relatif seimbang.
Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan homeostatis, yaitu
kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Keseimbangan itu diatur oleh berbagai faktor yang sangat rumit. Dalam mekanisme
keseimbangan ini, termasuk mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan, pelepasan
hara makanan, pertumbuhan organisme dan produksi, serta dekomposisi bahan-bahan organik.
Meskipun suatu ekosistem mempunyai daya tahan yang besar sekali terhadap perubahan,
tetapi biasanya batas mekanisme homeostatis, dengan mudah dapat diterobos oleh kegiatan
manusia. Sebagai contoh, sebuah sungai yang dikotori oleh pembuangan sampah yang tidak
terlalu banyak, sungai dapat menjernihkan dirinya sendiri secara alami. Akan tetapi, jika sampah
yang masuk itu terlalu banyak, apalagi jikaa mengandung zat-zat racun, maka batas homeostatis
alami sungai itu akan terlampaui sehingga sungai akan rusak secara permanen.
6. 7. 2 Manusia dan Lingkungan Hidup
Berbagai kerusakan lingkungan terjadi di bumi kita, dapat disebut diantaranya
menipisnya lapisan ozon, pemanasan global, pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran
tanah, dan sebagainya. Kerusakan ini muncul akibat aktivitas manusia seperti pembangunan
industri, perumahan, jalan, dan pelbagai pembangunan fisik lainnya. Dapat dikatakan bahwa
kegiatan itu pada satu sisi menguntungkan sebagian orang tetapi pada sisi yang lain merugikan
banyak orang terutama mereka yang terkena dampak.
Makin besarnya jumlah populasi manusia, makin meningkat pula kebutuhannya. Ditinjau
dari segi kebutuhan, manusia tidak lagi merasa cukup dipenuhi dengan kebutuhan primer, karena
muncul kebutuhan baru seperti kenikmatan, keindahan, kebanggaan dan prestise. Untuk
memenuhi kebutuhan yang semakin kompleks itu, manusia mengubah orientasi dan cara dalam
95
mendayagunakan alam. Dengan daya nalarnya, manusia mendayagunakan teknologi untuk
menundukkan alam, dengan alasan demi peningkatan kesejahteraan umat manusia.
Seiring dengan proses pembangunan yang mengupayakan pertumbuhan ekonomi untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan, secara sadar dan tidak sadar dapat menimbulkan dampak
yang tidak terduga terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Akibatnya terjadi
pencemaran dan kemerosotan kualitas sumberdaya alam serta kesenjangan sosial dalam peran
serta dan perolehan manfaat pembangunan yang tidak merata dirasakan semua pihak.
Sumberdaya alam yang semestinya diperlakukan sebagai teman sejawat dalam mempertahankan
fungsi ekosistem, justru diperlakukan sebagai “musuh”. Gejala ini nampak dalam bentuk
penaklukan alam berupa penggunaan teknologi dalam skala yang makin besar dan makin tak
terkendali. Manusia tidak lagi menjadi pendukung, melainkan justru menjadi perusak ekosistem.
Ironisnya, kebanyakan orang bersedia memandangnya sebagai bagian dari kegiatan
pembangunan. Oleh karena itu muncul paradigma atau arah baru dari pembangunan untuk
meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh rakyat melalui perubahan-perubahan yang didukung
segenap unsur pelaku dan sumberdaya yang diperlukan. Dalam hubungan inilah berkembang
gagasan tentang pembangunan yang berkelanjutan.
6. 7. 3 Manusia dan Lingkungan Alam
Hubungan manusia dengan lingkungan alam menimbulkan beberapa faham yang menjadi
ciri pandang ilmiah pada masa tertentu. Sesuai dengan perkembangannya, telah terjadi perbedaan
faham tentang kedudukan serta peran manusia terhadap lingkungan alamnya.
Frederich Ratzel (1844-1904) mengemukakan faham bahwa manusia dengan
kehidupannya sangat bergantung pada kondisi lingkungan alam. Faham ini diilhami oleh teori
Darwin (1809-1882) tentang perkembangan mahluk hidup, yang dikenal dengan teori evolusi.
Darwin mengemukakan bahwa mahluk hidup pada perkembangannya mengalami perjuangan
hidup dan seleksi alam dan yang terkuat akan bertahan hidup. Dalam proses tersebut faktor
lingkungan alam sangat menentukan. Proses tersebut tidak terkecuali bagi kehidupan manusia.
Di sinilah kelihatan faham dan pandangan determinisme lingkungan alam (physical
determinism).
Tokoh lain yang berfaham determinisme adalah Elsworth Huntington (1876- 1947)
menyatakan bahwa faktor iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Iklim
96
di muka bumi ini beragam, akibatnya kebudayaan manusia juga beragam. Pandangan ini dapat
disebut sebagai determinisme iklim (climate determinism).
Perkembangan selanjutnya, Ellen Churchill Semple (1863-1932) menyatakan bahwa
lingkungan alam tidak lagi merupakan faktor yang menentukan, melainkan sebagai faktor yang
dimanfaatkan manusia sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan yang dapat ditempuh manusia.
Manusia dengan kemampuan budayanya dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemungkinan yang diberikan oleh lingkungan alamnya. Peranan dan kedudukan manusia
terhadap lingkungan alam ini telah dipandang aktif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Tokoh lain yang berfaham posibilisme adalah Paul Vidal de la Blache (1845-1919)
menyatakan bahwa faktor yang menentukan bukanlah lingkungan lam melainkan proses
produksi yang dipilih manusia yang berasal dari kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh
tanah dan iklim di suatu tempat. Faham yang dianut oleh Semple dan Blache disebut faham
posibilisme.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi dasar pendorong pemanfaatan
sumberdaya alam bagi kesejahteraan manusia. Hasil penerapan teknologi bagi kepentingan
pemenuhan kebutuhan manusia, menimbulkan faham manusia mampu menguasai lingkungan
alam bagi kepentingan hidupnya. Manusia dengan teknologinya dapat mengatasi segala
hambatan yang datang dari lingkungan alam. Faham ini melepaskan diri dari determinisme alam
tetapi justru menjadi determinisme teknologi. Penganut faham ini sangat optimis terhadap
kemampuan teknologi dan menjadi bergantung pada teknologi.
Adanya faham-faham tersebut, menuntut kita menentukan sikap yang bertanggung jawab
atas kelestarian hidup manusia dan lingkungannya.
6. 7. 3. 1 Manusia Bagian dari Alam
Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Allah SWT. Bumi dan kekayaan yang ada
di dalamnya serta mahluk yang ada di atasnya, merupakan titik di alam semesta yang belum kita
ketahui ukurannya secara tepat. Apalagi kita manusia sebagai penghuni planet bumi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah dapat mengungkapkan rahasia alam semesta ini.
Tetapi seberapa jauhkah rahasia alam semesta yang telah terungkap? Mengingat alam semesta
demikian luasnya. Oleh karena itu, kita perlu mawas diri bila kita mengatakan kita telah mampu
menguasai alam semesta ini. Hanya Allah SWT yang berhak disebut sebagai penguasa alam.
97
Ilmu pengetahuan dan teknologi manusia telah dapat menjelajah ruang angkasa, manusia
telah dapat memanfaatkan tenaga nuklir bagi kesejahteraan manusia. Tetapi tidaklah terduga
bahwa pesawat ulak-alik ruang angkasa meledak dihadapan para penyaksinya, padahal secara
ilmiah telah diperhitungkan dengan cermat, tetapi ada yang tidak dapat diperhitungkan oleh
manusia, yaitu ada kekuatan lain “Penguasa Alam Semesta” ini. Jelas terlihat ada keterbatasan
kemampuan manusia. Manusia merupakan sebutir debu di tengah alam semesta yang luas dan
belum kita ketahui secara pasti ukurannya.
Manusia jelas tidak mampu menguasai alam semesta ini, kemampuan manusia hanyalah
memanfaatkan dan mengelola dengan penuh tanggung jawab lingkungan alam ini.
6. 7. 3. 2. Perkembangan Populasi Manusia
Dalam perkembangan bumi, manusia muncul sebagai mahluk hidup yang paling akhir.
Perkembangan dan persebaran manusia di muka bumi selain dipengaruhi oleh lingkungan alam
juga dipengaruhi oleh faktor manusianya. Khususnya perkembangan dan pertumbuhan ini
dipengaruhi oleh kemampuan budaya manusia sendiri.
Perkembangan perbedaan umat manusia yang berpengaruh terhadap perkembangan
penduduk di muka bumi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap utama, yaitu : (1) zaman ketika
umat manusia menggunakan teknologi yang sangat sederhana dalam mengatasi masalah
kehidupannya sehubungan dengan pengaruh lingkungan alam. (2) zaman ketika manusia
mengembangkan teknologi cocok tanam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan (3) zaman
ketika manusia mulai mengembangkan industri.
Pada peradaban manusia pertama, ketika manusia hanya meramu kebutuhannya, berupa
berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan hasil hutan, pertumbuhan penduduk bumi saat itu
sangat rendah akibat tingkat kematian yang tinggi, karena kelaparan, wabah penyakit dan
peperangan antar kelompok manusia.
Pada peradaban manusia ketika manusia mengembangkan teknologi cocok tanam,
pertumbuhan penduduk mulai meningkat. Manusia mulai mampu menyediakan bahan pangan
yang menjadi dasar kemakmurannya. Bercocok tanam sederhana dan penggembalaan sangat
menopang kesejahteraan serta perkembangan penduduk saat itu.
Peradaban manusia yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan penduduk, ketika
manusia mulai mengembangkan industri. Disamping pertumbuhan penduduk yang semakin
98
cepat, juga terjadi migrasi ke daerah-daerah yang memberikan sumber kehidupan. Revolusi
industri di bidang pertanian, pengobatan, perpabrikan dan lain-lain, membawa dampak yang luas
terhadap mobilitas penduduk, baik horizontal maupun vertikal.
Pertumbuhan, perkembangan dan persebaran penduduk dunia dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dimilikinya, telah membawa dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
hidupnya. Dampak positif dialami manusia sebagai peningkatan kemakmuran serta kesejahteraan
pada umumnya dari pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya lingkungan, sedangkan dampak
negatif berupa perusakan lingkungan, seperti erosi, kekeringan, pencemaran dan lain sebagainya.
Masalah pencemaran inilah yang wajib mendapat perhatian bersama yang mungkin akan
menimpa kehidupan umat manusia bila kita sendiri tidak melakukan usaha menanggulanginya.
Kemampuan lingkungan ada batasnya, meskipun kita belum mengetahui secara pasti batas daya
dukung lingkungan terhadap perkembangan populasi manusia. Di sinilah fungsi ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi usaha menghindarkan terjadinya ketimpangan ekologi yang fatal
terhadap kehidupan manusia.
6. 7. 3. 3 Peranan Manusia dalam Lingkungan
Di bumi ini jumlah ekosistem yang belum dipengaruhi manusia hanya tinggal sedikit saja,
malahan cukup banyak ekosistem yang dibuat oleh manusia. Mamusia memang makhluk paling
penting dalam biosfer ini. Peranan manusia dalam lingkungan secara ekologis yaitu :
a. Manusia sebagai makhluk yang dominan secara ekologis.
Dominan secara ekologis maksudnya manusia dapat berkompetisi secara lebih baik untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya terutama dalam hal makanan bila dibandingkan dengan
mahluk lain dalam ekosistem, dan manusia mampu memberikan pengaruh yang besar
terhadap lingkungan tempat hidupnya, atau terhadap organisme yang lain.
b. Manusia sebagai mahluk pembuat alat
Bila dibandingkan dengan hewan besar lainnya, manusia tidak dapat bergerak cepat,
pancaindera pencium dan pendengar kurang berkembang, kulit pelindung tidak punya.
Kekurangan-kekurangan ini diatasinya dengan membuat alat bantu.
c. Manusia sebagai makhluk perampok
Sapi, kerbau, kambing, gajah dan lain-lainnya makanannya hanya tumbuhan (herbivora),
harimau, singa, serigala dan lain-lainnya makanannya hanya daging saja (karnivora),
99
sedangkan manusia makan tumbuhan dan hewan, sehingga menghabiskan makanan
mahluk lainnya. Oleh karena itu manusia dimasukan dalam golongan Omnivora.
d. Manusia sebagai makhluk penyebab evolusi
Anggrek yang tadinya merupakan tanaman hutan tanpa disiram dan dipupuk tetap akan
berbunga bila waktu berbunga tiba, tetapi setelah anggrek ditanam di halaman rumah bila
tidak disiram dan dipupuk tidak mau berbunga lagi. Hal ini berarti terjadi perubahan
dalam kehidupan anggrek.
e. Manusia sebagai makhluk pengotor
Hewan buang kotoran dapat hancur secara alami, tumbuhan gugur daunnya akan hancur
secara alami, tetapi buangan manusia ada yang dapat hancur secara alami (sisa makanan,
tinja) dan ada yang tidak hancur secara alami. Dengan demikian berarti manusia
merupakan satu-satunya makhluk yang mengotori ekosistem ini.
6. 7. 3. 4 Lingkungan yang Diharapkan oleh Manusia
Setiap mahluk hidup ingin agar tempat hidupnya memberikan rasa aman, nyaman dan
menyenangkan. Semuanya demi untuk kelangsungan hidup bagi individu itu dan bagi jenisnya.
Suatu ekosistem mempunyai stabilitas lingkungan tertentu. Semakin besar keanekaragaman
ekosistem, makin besar pula stabilitasnya. Hutan hujan tropis yang terdiri banyak sekali jenis
tumbuhan dan hewannya walaupun tanpa perawatan tetap akan dapat melangsungkan hidupnya.
Sebaliknya suatu ladang atau sawah yang terdiri atas satu jenis tumbuhan saja akan mempunyai
stabilitas yang kecil.
Walaupun hutan dikatakan mempunyai stabilitas yang tinggi tetapi kecil sekali
memberikan daya dukung untuk kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu manusia selalu
berusaha meningkatkan daya dukung lingkungan dengan cara memberikan tambahan energi pada
ekosistem, misalnya dengan pemupukan, pengkapuran (subsidi energi).
6. 8. Daya Dukung Lingkungan
Populasi manusia terus berkembang, bahkan pada suatu saat terjadi pertumbuhan
penduduk yang sangat luar biasa yang disebut ledakan penduduk. Mengingat luas muka bumi
yang merupakan ekosistem kehidupan manusia itu luasnya tetap, sedangkan pertumbuhan
penduduk terus melaju, maka akan terjadi pembenturan antara pertumbuhan populasi manusia
dengan daya dukung lingkungan.
100
Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung
sejumlah populasi jenis tertentu untuk dapat hidup dalam lingkungan tersebut. Dalam hal ini
lingkungan dapat berupa sebidang tanah, suatu wilayah geografis atau suatu ekosistem tertentu.
Populasi jenis tertentu dalam hal ini dapat manusia, hewan maupun tumbuhan.
Manusia sangat bervariasi dan daya dukung lingkungan juga bervariasi. Daya dukung
lingkungan tidak mutlak, melainkan berkembang sesuai dengan faktor yang memengaruhinya.
Lingkungan yang berada memiliki daya dukung yang berbeda, sedangkan suatu lingkungan daya
dukungnya dapat berkembang sesuai dengan faktor serta sumberdaya yang memengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut antara lain iklim, cuaca, kesuburan tanah, erosi, perilaku manusia dan lain-
lainnya.
Dengan memperhatikan kemampuan lingkungan mendukung populasi di atasnya, kita
dapat menghitung kemampuan maksimum lingkungan tersebut. Dengan demikian akan dapat
diperhitungkan kepadatan populasi yang dapat didukung oleh lingkungan yang bersangkutan,
sehingga populasi tersebut dapat hidup dengan wajar. Apabila terjadi kelebihan populasi akan
terjadi ketimpangan ekologi. Apabila terjadi kelebihan populasi atau kepadatannya melebihi
kepadatan yang mampu didukung, kita katakan lingkungan tersebut telah sampai kepada
batasnya.
Sehubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia, maka
manusia dapat meningkatkan daya dukung lingkungan. Faktor sosial budaya dapat juga
menurunkan daya dukung lingkungan, sehingga sampai kepada batas kemampuannya. Semua ini
menuntut perhatian kita.
Ketimpangan lingkungan dalam bentuk kekeringan, tanah longsor, erosi, pencemaran,
merupakan ungkapan keterbatasan daya dukung lingkungan, sebagai akibat perilaku manusia
yang tidak selaras dengan daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Perluasan permukiman,
perladangan, kawasan industri bila tidak didukung oleh kemampuan lingkungan, akan
menimbulkan berbagai masalah lingkungan.
Manusia merupakan makhluk yang dikaruniai kemampuan budaya yang melebihi
makhluk lainnya. Dengan kemampuan budaya itu, manusia telah mampu mengubah muka bumi
seperti yang kita saksikan saat ini. Padahal manusia merupakan mahluk yang keberadaannya di
muka bumi paling akhir. Dengan kemampuan manusia memanfaatkan lingkungan, manusia
dapat memenuhi kebutuhannya. Kemampuan manusia bervariasi, maka pemanfaatan sumberdaya
101
alam juga bervariasi. Pemanfaatan sumberdaya alam tersebut juga dibatasi oleh kemampuan
budaya manusia. Kelompok manusia yang tingkat budayanya telah tinggi, melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya, telah dapat merealisasikan sumberdaya alam bagi
kesejahteraan hidupnya. Kebalikannya, kelompok manusia yang kemampuan budayanya masih
terbatas, sumberdaya alam yang ada tidak dimanfaatkan untuk kesejateraan hidupnya. Hutan
lebat, sungai lebar dan deras, air terjun dan lainnya dipandang sebagai penghalang dan
penghambat dari pada dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidupnya.
Daya dukung lingkungan bersifat relatif dan lingkungan memiliki keterbatasan. Bila
pemanfaatan dan populasi yang dapat didukung oleh lingkungan tersebut telah melewati batas
kemampuan, akan terjadi berbagai bentuk ketimpangan. Ketimpangan-ketimpangan tersebut
menjadi masalah yang akan menimpa kehidupan mahluk di muka bumi, khususnya manusia.
Muka bumi dengan segala sumberdayanya memiliki kondisi yang sangat bervariasi. Oleh
karena itu, daya dukung lingkungan terhadap populasi manusia juga sangat berbeda-beda. Suatu
lingkungan yang curam sangat kecil kemampuannya untuk menampung populasi manusia. Bila
jumlah populasi dengan kepadatannya dipaksakan melebihi daya dukung lingkungan tersebut
dapat menyebabkan terjadinya erosi dan tanah longsor.
Tanah yang kering memiliki kemampuan mendukung populasi dan aktivitas manusia
sesuai dengan kondisinya. Bila populasi dan kegiatan di atasnya melebihi daya dukungnya, maka
akan terjadi ketimpangan lingkungan berupa kekeringan dan erosi. Kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus dimanfaatkan untuk memperhitungkan berapa daya dukung
maksimum lingkungan tanah kering tersebut mendukung populasi secara wajar. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang merupakan ungkapan budaya manusia, ternyata telah mampu
merekayasa gurun menjadi tanah pertanian yang produktif.
Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perekayasaan pertanian berupa
pemupukan (kimiawi dan organik), pengolahan tanah yang lebih baik (mekanik), pemilihan bibit
unggul (hayati), perbaikan pengairan melalui organisasi dan kelembagaan (sosial), semua ini
merupakan bukti kemampuan budaya manusia mengembangkan daya dukung lingkungan tanah
pertanian.
Penerapan teknologi bagi manusia selain berdampak positif juga negatif. Penerapan
tersebut merupakan tekanan terhadap lingkungan. Eksploitasi hutan, sungai, laut dan lainnya
yang diluar daya kemampuan lingkungan yang bersangkutan, merupakan tekanan yang
102
mengubah keseimbangan sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Penggunaan mesin-mesin
berat untuk menebas hutan, sehingga dalam waktu yang singkat hutan tersebut menjadi gundul.
Akibatnya, keseimbangan di lingkungan hutan tersebut terancam sehingga menimbulkan erosi
dan banjir.
6. 9. Ketimpangan Ekologi dan Lingkungan
Manusia yang memiliki kemampuan rekayasa, memiliki kecenderungan tertentu dalam
mempertahankan kelestarian hidupnya. Tindakan, perilaku dan perbuatan manusia itu secara
positif mampu mengembangkan daya dukung lingkungan, tetapi di lain pihak perbuatannya itu
juga berkecenderungan mengganggu keseimbangan. Salah satu kecenderungan tersebut adalah
sifat menyederhanakan komposisi komponen-komponen ekosistem dengan membuat ekosistem
buatan.
Bersama dengan pertumbuhan dan pertambahan populasi manusia, tumbuh pula
kebutuhannya. Kebutuhan ini tidak hanya terbatas kepada kebutuhan fisik material yang sifatnya
sangat mendasar, melainkan juga kebutuhan akan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan, dan harus diimbangi oleh alat pemuasnya. Untuk mencari dan mengadakan alat
pemuas tadi, manusia sebagai makhluk budaya dapat mengembangkan budayanya dalam
memanfaatkan lingkungan alam. Di sinilah manusia mulai campur tangan dalam memanfaatkan
ekosistem alamiah menuju ekosistem budaya.
Dalam memanfaatkan sumberdaya alam dengan menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, manusia berkecenderungan menyederhanakan ekosistem alamiah. Tentu saja hal ini
didasarkan atas azas ekonomi yang menguntungkan pihak manusia. Hutan alam yang heterogen
diubah menjadi hutan tanaman industri yang homogen. Sungai yang berliku-liku dibuat menjadi
lurus. Sungai yang berjeram dipenggal untuk bendungan. Rawa yang kaya akan komunitas biotik
ditimbun atau diurug untuk permukiman, jalan dan prasarana lainnya.
Ekosistem alamiah yang memiliki keanekaragaman komponen dan komunitas
biologisnya, ada pada suatu keseimbangan yang telah berlangsung ratusan sampai ribuan tahun.
Oleh tangan manusia, keanekaragaman tersebut disederhanakan, paling tidak ada beberapa
komponen atau unsur yang dikeluarkan dari ekosistem tersebut. Bila unsur atau komponen
tersebut masih dapat disubstitusikan oleh unsur atau komponen yang lain, ekosistem dengan
daya lentingnya dapat memulihkan kembali komposisinya sehingga tetap ada dalam
103
keseimbangan. Bila perubahan akibat tangan manusia tersebut terlalu besar dan mendadak, dapat
menyebabkan terjadinya kegoncangan sehingga terjadi ketimpangan ekologi. Meluasnya suatu
jenis serangga atau ulat atau hewan pengganggu lainnya yang kita sebut sebagai hama,
merupakan bukti adanya ketimpangan ekologi sebagai akibat musnahnya atau setidaknya
berkurangnya hewan atau tumbuhan pengontrol hama tersebut. Terjadinya kekeringan atau
setidaknya kekurangan air di suatu tempat yang sebelum adanya campur tangan manusia tidak
pernah terjadi, dapat diakibatkan oleh ketimpangan ekologi di tempat tersebut. Penebangan
pohon-pohon tertentu yang bernilai ekonomis pada suatu tempat, padahal pohon tersebut
memiliki fungsi menarik uap air dan menyimpan air yang jatuh, berarti memutuskan siklus yang
selama ini berlangsung secara alamiah. Itulah ketimpangan ekologi yang menyebabkan
terjadinya kekurangan air.
6. 10. Asas Dasar Ilmu Lingkungan
Ilmu pengetahuan yang sudah berkembang dan menghasilkan teori serta model harus
didasari oleh azas yang kuat dan kokoh. Azas adalah penyeragaman secara umum yang
kemudian digunakan sebagai dasar untuk menguraikan gejala dan situasi yang lebih khusus.
Azas dasar yang berkaitan dengan kehidupan manusia sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah :
a. Semua energi yang memasuki jasad hidup, populasi atau ekosistem dianggap sebagai energi
tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah bentuknya tetapi tidak hilang atau tidak
hancur. Azas ini sering disebut dengan Hukum Kekekalan Energi. Contohnya energi
matahari diserap oleh tumbuhan, diubah menjadi energi kimia dan melalui proses fotosintesa
membentuk energi yang tersimpan dan telah atau dapat diubah dalam bentuk lain, tetapi tidak
hilang dari alam semesta.
b. Tidak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien. Meskipun energi tidak pernah
hilang dari alam, tetapi terus diubah ke dalam bentuk yang kurang bermanfaat atau tidak
seluruh energi digunakan dalam proses. Contohnya, panas yang keluar dari tubuh organisme
dalam suatu kegiatan, seperti lari, terbuang percuma.
c. Materi, energi, ruang, keanekaragaman dan waktu, semuanya termasuk sumberdaya alam.
Tubuh organisme dibangun oleh materi dan hidupnya bergantung pada energi. Ruang atau
letak jasad hidup dari sumber makanan sangat menentukan perkembangan populasi jasad
104
hidup tersebut. Perkembangan jasad hidup perlu waktu. Keanekaragaman jasad hidup akan
menimbulkan dinamika. Contohnya pada musim kemarau persediaan air di gurun bagi hewan
mamalia berkurang. Berhasil atau tidak mereka pindah ke tempat sumber air dari tempat
semula tergantung tersedianya energi dan waktu untuk menempuh jarak tersebut. Jenis dan
keanekaragaman sumber makanan juga merupakan sumberdaya alam yang berharga. Makin
banyak ragamnya makanan yang dimakan oleh hewan akan makin aman hewan tersebut dari
kelaparan.
d. Apabila pengadaan sumberdaya alam sudah mencapai optimum, maka penambahan jumlah
justru akan mengurangi jumlah keuntungannya. Setelah mencapai batas maksimum maka
penambahan jumlah justru tidak memberi keuntungan, kecuali keanekaragaman dan waktu,
pengadaan semua sumberdaya alam akan berpengaruh merusak bila telah melampaui batas
maksimum, bahkan menimbulkan kesan keracunan. Azas ini disebut azas penjenuhan.
Pemanfaatan sumberdaya alam yang sudah jauh melewati batas maksimum akan
menyebabkan penghancuran sumberdaya alam itu sendiri. Pemanfatan sumberdaya alam
mempunyai batas optimum, berarti naik turunnya jumlah individu dalam populasi
dipengaruhi oleh pengadaan sumberdaya alam.
e. Terdapat dua macam sumberdaya alam, yaitu sumberdaya alam yang pengadaannya
merangsang pemanfaatannya dan sumberdaya alam yang tidak merangsang pemanfaatannya.
Contohnya pengadaan beras akan meningkatkan konsumsi manusia dalam jangka waktu
tertentu, sedangkan peningkatan produksi ubi kayu tidak meningkatkan konsumsi tersebut.
f. Organisme yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan dapat mengalahkan
saingannya. Mahluk hidup mempunyai sifat untuk menyesuaikan diri atau adaptasi terhadap
lingkungannya. Sifat tersebut merupakan sifat keturunan yang dimiliki oleh masing-masing
organisme. Organisme yang memiliki tingkat menyesuaikan diri lebih besar akan lebih luwes
atau daya elasitasnya akan lebih tinggi, akan lebih besar kemungkinan kelangsungan
hidupnya. Kemampuan suatu organisme dalam bersaing yang besar akan mendesak jenis
yang lain bahkan dapat memusnahkan jenis organisme yang kemampuan bersaingnya rendah.
Mahluk hidup mempunyai tiga cara adaptasi, yaitu proses fisiologis (kekebalan tubuh
terhadap serangan organisme pengganggu), proses morfologis (perubahan bentuk atau bagian
tubuh organisme) dan perilaku atau kebiasaan lingkungannya. Contohnya manusia tahan
terhadap muntaber walaupun setiap harinya mandi di kali (proses fisiologis), akar padi tanah
105
kering bentuknya berbeda dengan bentuk akar padi sawah (proses morfologis) dan manusia
yang hidup di kota akan mempunyai kebiasaan yang berbeda dengan kebiasaan manusia yang
hidup di desa (proses perilaku).
g. Keanekaragaman suatu komunitas semakin mantap dalam lingkungan yang keteraturan
tatanannya makin tinggi. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan sebuah lingkungan
yang terdiri dari banyak spesies. Semua spesies melaksanakan penyesuaian (secara evolusi)
menuju ke tingkat keadaan lingkungan yang optimum. Keanekaragaman spesies suatu
ekosistem lazimnya ditandai oleh keseimbangan ekologi, stabilitas yang tinggi dan
keteraturan tatanan. Keanekaragaman spesies yang tinggi hanya akan terdapat dalam
ekosistem yang sudah stabil pada masa yang lama.
h. Kejenuhan sebuah habitat oleh keanekaragaman individu tergantung pada cara individu
memisahkan habitatnya tersebut. Setiap spesies mempunyai nicia, keadaan lingkungan yang
spesifik, maka masing-masing spesies mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di
alam sehingga dapat hidup berdampingan satu sama lain tanpa persaingan. Spesies-spesies
yang berasal dari satu nenek-moyang berkembang biak terus dan membentuk spesies baru.
Sejalan dengan perkembangan dalam perjalanan evolusinya, maka akan terbentuk habitat
masing-masing dalam lingkungannya. Seandainya suatu tempat terdapat sekelompok spesies
dengan kebiasaan serupa, toleransinya terhadap lingkungan bermacam-macam dan luas,
maka berarti lingkungan tersebut ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
i. Keanekaragaman komunitas manapun sebanding dengan rasio antara biomassa dan
produktivitas atau efisiensi penggunaan energi akan meningkat dengan makin kompleksnya
komunitas.
j. Dalam perjalanan waktu (evolusi) perbandingan antara biomassa dan produktivitas pada
lingkungan yang stabil akan naik. Apabila suatu sistem mengandung aliran energi melalui
materi itu sebesar produktivitas maksimum, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih
dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersimpan dalam sistem
biologi itu dapat digunakan untuk mendukung biomassa yang lebih besar melalui
kompleksitas organisnya. Peristiwa tersebut merupakan proses maksimalisasi penggunaan
energi dalam perjalanan evolusi organisme hidup (ekosistem). Penerapan azas ini senyatanya
adalah apabila suatu saat masyarakat manusia berkembang makin maju, secara keseluruhan
106
ada penurunan harga energi per unit produk nasional kotor per kapita naik dengan cepat,
sehingga terdapat peningkatan pengeluaran energi per orang.
k. Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengeksploitasi atau menguasai sistem yang
belum mantap. Artinya ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum
dewasa. Contohnya di daerah pasang surut hama tikus, beruk dan serangga hutan (sistem
yang stabil dan beranekaragam) menyerang tanaman para transmigran sebagai daerah rawan
yang belum mantap dan tidak beragam. Di sini terjadi aliran energi dari daerah pasang surut
ke hutan rawa dan petani berusaha keras melawan tantangan alam.
l. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepentingan relatif sesuai keadaan
suatu lingkungan. Di dalam sebuah ekosistem yang sudah stabil, habitat yang sudah mantap,
sifat responsif terhadap fluktuasi faktor alam yang tidak diduga ternyata tidak diperlukan. Di
sini yang berkembang adaptasi dari perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi
habitat itu. Implikasi yang penting, bahwa strategi evolusi di dunia ini tidak ada yang baik
dan mandiri, tetapi tergantung pada keadaan lingkungan fisik. Populasi dalam ekosistem
yang belum mantap kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibanding
yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan yang telah lama kemantapannya tidak perlu
berevolusi untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi. Namun, perubahan yang drastis
dalam ekosistem akan berakibat fatal, sebab secara genetika populasi tersebut kaku terhadap
lingkungannya.
m. Lingkungan fisik yang stabil memungkinkan keanekaragaman dalam ekosistem mantap dan
kemudian menggalakan stabilitas populasi yang lebih tinggi lagi. Kemantapan atau
kestabilan, keanekaragaman populasi dan spesies suatu komunitas adalah hasil jalinan
keseimbangan alam yang berlangsung dalam perjalanan masa yang lama sekali. Perombakan
secara mendadak dan drastis yang menimpa ekosistem menyebabkan berbagai kerusakan dan
terancam kemusnahan.
n. Derajat pola keteraturan naik turunnya populasi tergantung jumlah keturunan dalam sejarah
populasi sebelumnya memengaruhi populasi itu. Asas ini kebalikan dari azas di atas, kalau
tidak ada keanekaragaman tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap
menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi menjadi tinggi. Bila terjadi interaksi sejumlah
107
kecil spesies satu sama lain, sehingga terjadi perpanjangan waktu, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan perilaku.
6. 11. Kebudayaan dan Lingkungan
Berkelanjutannya pembangunan, tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan
biofisik semata, melainkan pula oleh faktor sosial-budaya (Soemarwoto, 1991). Oleh karena itu,
usaha pembangunan yang telah menyebabkan pencemaran lingkungan dan merosotnya
kemampuan sumberdaya alam, perlu diimbangi dengan semakin timbulnya kesadaran manusia
sebagai bagian dari ekosistem.
Dalam upaya membangun, selalu ada kecenderungan keinginan manusia untuk mengubah
lingkungan, sementara itu perubahan suatu lingkungan akan memengaruhi kehidupan manusia,
baik itu menguntungkan atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, adakalanya perubahan
lingkungan melampaui skala perencanaan, dan sebagai akibatnya terjadi suatu efek lingkungan
yang sebelumnya tidak diperkirakan. Masyarakat bukan hanya sebagai obyek semata melainkan
juga sebagai subyek yang berperan aktif dalam pembangunan, sementara upaya pembangunan
juga harus selalu memperhatikan kondisi sosial-ekonomi warga masyarakat.
Sebagai konsekuensi dari pendekatan yang menyatakan bahwa segala perubahan yang
terjadi berasal dari manusia, muncul dua pandangan dalam melihat unsur manusia dalam konteks
perubahan lingkungan. Pertama, pendekatan yang bersifat manipulatif yakni pendekatan yang
melihat manusia sebagai obyek dalam pengelolaan lingkungan, dan jika perlu dapat bersifat
memaksa. Kedua, pendekatan yang berlandaskan pada potensi manusia guna mengembangkan
pemecahan dan pengelolaan suatu lingkungan.
Pendekatan yang menekankan pentingnya unsur manusia dalam pengelolaan suatu
lingkungan, memiliki dasar argumentasi, dan sekaligus konsekuensi yang berbeda. Pada
pendekatan pertama, terkandung konsep ‘rekayasa sosial ‘, dalam hal ini suatu pengelolaan
lingkungan dipandang sebagai upaya mengelola segala kegiatan manusia agar dapat mencapai
batas toleransi lingkungan. Kelemahan dari pendekatan ini bersifat dari atas ke bawah sehingga
kurang memberikan peluang kreativitas kepada warga masyarakat.
Kreativitas warga masyarakat dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan,
dimungkinkan dapat dilakukan melalui cara pendekatan yang ke dua. Dalam konteks tersebut,
kreativitas dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan yang berasal dari warga
108
masyarakat, lebih dipandang sebagai suatu proses belajar. Dengan kata lain, melalui pendekatan
ini berbagai kepentingan yang berasal dari ‘atas’ dan ‘bawah’ dapat dipertemukan melalui suatu
proses belajar.
Pendekatan ke dua ini memungkinkan untuk menggali dan menghidupkan kembali nilai
budaya masyarakat yang sejak lama ada dalam sistem pengelolaan lingkungan hidup mereka.
6. 12. Pembangunan Berkelanjutan
Untuk dapat mencapai pembangunan berkelanjutan haruslah pembangunan yang bersifat
anti-lingkungan hidup diganti dengan pembangunan ramah lingkungan, baik lingkungan hidup
fisik maupun lingkungan hidup sosial-budaya. Ramah terhadap lingkungan hidup mempunyai
makna bahwa kita tidak “menyakiti” lingkungan hidup dan peranan ekologinya dalam proses
pembangunan kita.
Ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh menjamah lingkungan hidup. Lingkungan hidup
itu diubah dari kondisi yang mendukung kehidupan kita pada tingkat kesejahteraan yang rendah
menjadi lingkungan hidup yang mendukung kehidupan kita pada tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi. Jadi pembangunan bukanlah melestarikan lingkungan hidup pada kondisi yang ada,
melainkan mengubahnya menjadi lebih baik bagi kita. Pandangan ini memang bersifat
antroposentris, yakni pandangan yang berpusat pada kepentingan manusia. Namun
antroposentrisme ini diletakkan dalam konteks ekosistem tempat kita hidup.
Pembangunan adalah rekadaya untuk meningkatkan kualitas hidup dengan memanfaatkan
berbagai sumberdaya pendukungnya, melalui perubahan tatanan lingkungan hidup serta
kehidupan secara keseluruhan. Pembangunan berkelanjutan menurut komisi dunia untuk
lingkungan dan pembangunan World Commision Environmental and Development (WCED)
adalah pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa
mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri.
Konsep pembangunan berkelanjutan menempatkan pembangunan dalam perspektif
jangka panjang (a longer term perspective). Konsep tersebut menuntut adanya solidaritas antar
generasi. Dalam konteks Indonesia, pembangunan berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi
kemiskinan dan juga mengeliminasi kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Pembangunan
berkelanjutan secara implisit juga mengandung arti memaksimalkan keuntungan pembangunan
109
dengan tetap menjaga kualitas sumberdaya alam. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan
mempersyaratkan melarutnya lingkungan dalam pembangunan. Pembangunan berkelanjutan
pada dasarnya merupakan sebuah strategi pembangunan yang menjanjikan perbaikan mutu hidup
manusia sekaligus melestarikan lingkungan hidup dan keragaman seluruh penghuninya saat ini
dan yang akan datang.
Kita hendaknya tidak lagi mengira bahwa pelestarian sumberdaya dan pembangunan
adalah dua hal yang bertentangan, sebaliknya mulai menanamkan keyakinan bahwa antara
keduanya terjalin hubungan yang tak terpisahkan.
Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia masih banyak yang hidup pada tingkat
kemiskinan maka pembangunan ekonomi mutlak diperlukan, guna mencapai kualitas hidup yang
sepadan. Bagaimanapun juga pembangunan haruslah menyentuh kepentingan manusia dan
didasarkan pada pelestarian sumber daya alam.
Pembangunan berkelanjutan / berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan
berencana dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam secara bijaksana dan
berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup.
6. 12. 1. Faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan/berwawasan lingkungan
1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial, seperti:
a. Proses fotosintesis, merupakan proses esensial untuk menjaga kelangsungan hidup di
bumi karena menghasilkan oksigen dan ozon.
b. Pengendalian populasi, menjaga keseimbangan yang dinamis antara tingkat populasi dan
daya dukung alam.
c. Kemampuan memperbaharui diri (sesudah mengalami gangguan). Kemampuan
memperbaharui diri dari sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbaharui (udara, air,
tanah) ada batasnya. Jadi dibutuhkan suatu kebijaksanaan dalam pemanfaatan.
2. Tersediannya sumberdaya yang cukup. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk
meningkatkan manfaat yang didapat dari sumberdaya. Kenaikan azas manfaat ini dapat
dilakukan dengan:
a. Menggunakan sumberdaya alam lebih banyak.
110
b. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, tanpa meningkatkan jumlah
sumberdaya alam yang digunakan (misalnya melalui daur ulang). Peningkatan efisiensi
penggunaan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui, sangat penting karena:
1) Bagi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, meningkatnya eksploitasi akan
meningkatkan resiko kerusakan sumberdaya alam. Kerusakan ini dapat
mengakibatkan sumberdaya alam itu menjadi tidak terperbaharui. Sedangkan untuk
sumberdaya alam yang tidak terbaharui, meningkatnya intensitas eksploitasi akan
mempercepat penyusutan sumberdaya alam tersebut.
2) Penggunaan sumberdaya alam dengan kualitas yang semakin besar akan
meningkatkan pencemaran. Secara umum, pencemaran akan mengurangi kemampuan
lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Dibutuhkan usaha
daur ulang yang mempunyai efek mengurangi resiko pencemaran dan penyusutan
sumberdaya.
3) Mencari sumberdaya alam alternatif untuk menjamin persediaan sumberdaya alam
dalam jangka panjang. Hal ini hanya mungkin bila terdapat keanekaragaman.
c. Lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang cukup. Karena pembangunan dilakukan
oleh dan untuk manusia yang hidup di dalam kondisi sosial, budaya dan ekonomi
tertentu, maka lingkungan tersebut sangat penting bagi kesinambungan pembangunan
yang berkelanjutan.
Lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang sesuai dapat tercipta dengan :
1) Pendidikan dan latihan bagi penduduk setempat, yang merupakan bagian terpadu
dalam setiap proyek pembangunan.
2) Perencanaan proyek harus mencakup aspek pembangunan proyek sebagai sarana
pembangunan daerah tersebut.
3) Evaluasi proyek seharusnya tidak hanya cukup aspek nasional melainkan juga aspek
lokal.
6. 12. 2. Dimensi Konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan/berkelanjutan
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan/berkelanjutan memiliki dua dimensi,
yaitu:
111
a. Dimensi Tekno-Ekologis
1) Setiap kegiatan pembangunan haruslah ditempatkan pada lokasi yang sesuai (konsep tata
ruang). Kebijakan ini tidak hanya menyangkut peningkatan efisiensi pemanfaatan
sumberdaya alam dan jaminan kelajuannya agar tidak melampaui kemampuan
sumberdaya alam tersebut untuk memperbaharui diri, tetapi juga menjamin kepastian dan
kelaikan bagi investor yang ingin menanamkan modal di daerah tersebut.
2) Mekanisme pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya alam. Pada penggalian
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui harus ada jaminan bahwa kelanjutannya tidak
melampaui kemampuan sumberdaya alam yang tak terperbaharui, pelaksanaan harus
dilakukan secermat dan seefisien mungkin.
3) Pengelolaan limbah yang akan dibuang harus diolah terlebih dahulu agar kuantitasnya
tidak melampaui kapasitas asimilasi dari ekosistem (kemampuan ekosistem untuk
menerima limbah sampai pada taraf tidak membahayakan lingkungan kehidupan
manusia).
b. Dimensi Sosio-Ekonomis.
Prioritas kegiatan/kebijakan dan program pembangunan seyogyanya memenuhi
kebutuhan pokok dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Pada masa revolusi
industri, filsafat ekonomi yang dianut menyatakan bahwa pembangunan pada dasarnya hanya
berkaitan dengan biaya produksi, tanpa mengkaitkannya dengan pengaruh lingkungan dan
biaya sosial. Pembangunan pada saat itu merupakan pembangunan dengan falsafah faedah
jangka pendek. Dalam pembangunan berwawasan lingkungan, komponen biaya terhadap
resiko rusaknya lingkungan harus dimasukkan dalam proses pengambilan keputusan. Jadi
tidak menunggu sampai terjadinya pencemaran, karena pembangunan. Untuk itu dibutuhkan
pemeliharaan lingkungan sosial (dimana pembangunan itu akan dilaksanakan) yang
mencukupi :
1) Pertumbuhan ekonomi, menyangkut nilai tambah sebagai akibat adanya pembangunan.
2) Pemerataan pendapatan, dengan membuka lapangan kerja yang lebih luas.
3) Perbaikan alokasi sumberdaya alam, untuk meningkatkan kualitas hidup.
Sustainebelitas telah menjadi isu penting dalam pembangunan ekonomi dunia karena
masyarakat dunia telah menyadari bahwa eksploitasi sumberdaya alam dapat mengakibatkan
degradasi lingkungan. Semakin meningkatnya kasus dan masalah lingkungan baik di negara
112
maju maupun negara sedang berkembang, memberikan andil utama bagi munculnya gagasan
pembangunan berkelanjutan atau berwawasan lingkungan.
Dalam beberapa hal, eksploitasi sumberdaya yang tidak terkontrol bukan hanya dapat
mengakibatkan kelangkaan sumberdaya tetapi juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
lingkungan. Oleh karena pembangunan ekonomi harus mengarah ke pembangunan yang
berwawasan lingkungan atau pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Dalam konsep dasar pembangunan bekelanjutan mempunyai dua aspek penting yang
menjadi perhatian utama, yaitu lingkungan dan pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan
berwawasan lingkungan berarti pembangunan yang baik dari titik pandang lingkungan.
Berwawasan lingkungan berarti adanya keharmonisan dalam hubungan manusia dan alam atau
lebih spesifik lagi antara masyarakat dan lingkungan fisiknya. Kedua aspek tersebut harus
berjalan secara harmonis dan terpadu, dan memperoleh perhatian yang sama dalam
kebijaksanaan pembangunan.
Konsep dasar pembangunan berkelanjutan bertolak dari ide bahwa sumberdaya alam itu
terbatas persediaannya dalam memenuhi kebutuhan manusia yang cenderung tidak terbatas,
sehingga perlu dilestarikan dan dipelihara supaya dapat dimanfaatkan baik untuk generasi saat
ini dan generasi yang akan datang. Pembangunan berwawasan lingkungan adalah konsep
pembangunan yang ingin menyelaraskan antara aktivitas ekonomi dengan ketersediaan
sumberdaya alam.
6.13. Kearifan Lokal
Sebenarnya kita pernah memiliki public rule dalam bentuk pamali dan norma-norma
yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Oleh karena keinginan manusia untuk
hidup harmoni dengan alam maka diciptakanlah pamali-pamali yang mengatur hubungannya
dengan alam. Di Sulawesi Selatan, masyarakat Ammatea Kajang menaati apa yang disebut
dengan tradisi “Pasang” . Melalui pasang, para anggota masyarakat mengatur kehidupan dan
tingkah lakunya. Pola itu ditaati dan dipelihara dengan baik. Misalnya dalam hubungannya
dengan pembukaan lahan-lahan pertanian, pasang mengatur :”Kalau ditebang kayunya,
diperkirakan akan mengurangi hujan dan air sumur”. Dan, masih banyak lagi tradisi-tradisi
lainnya, seperti : Pikukuh pada masyarakat Badui, Sistem Sasi di Maluku, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, lama kelamaan tradisi ini makin pupus seiring dengan kemajuan jaman.
Pamali-pamali tersebut mulai melemah karena hanya bersifat lokal dan tidak diaktualisasikan
113
dalam konteks sekarang. Padahal, jika tradisi kearifan lokal ini mampu diaktualisasikan dalam
konteks sekarang, akan menjadi sebuah pegangan yang sangat baik dalam hal pengelolaan
sumber daya alam. Kita harus mampu untuk merevitalisasi semangat kearifan lokal dalam
konteks sekarang ini, dengan jalan :
a. Mencoba untuk melarutkan tradisi ini ke hal-hal yang sifatnya ilmiah, sehingga nilai-nilai yang
ada dalam tradisi tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. Sebagaimana kita ketahui bahwa
semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, masyarakat lebih membutuhkan hal-hal yang
bersifat ilmiah sebelum menerima sebuah norma yang akan digunakan dalam berperilaku
dalam hidup dan kehidupannya. Misal, kita mampu menjelaskan pada masyarakat terutama
pada masyarakat pendatang, bahwa dengan adanya pamali menebang pohon dihubungkan
dengan lahan tandus yang akan menyebabkan banjir.
b. Tradisi-tradisi ini perlu untuk disosialisasikan pada anak-anak sejak dini. Melalui dongeng
yang terus menerus disosialisasikan, maka para generasi muda tidak kehilangan tradisi yang
selama ini dipegang oleh leluhur mereka dan diharapkan mereka tetap menggunakannya
sebagai pedoman dalam perilakunya terhadap lingkungan. Paling tidak tradisi ini digunakan
sebagai pertimbangan utama kelak dikemudian hari apabila mereka terlibat dalam pengelolaan
sumberdaya alam.
Dengan mengangkat nilai-nilai budaya yang sudah ada diharapkan dari sekian banyak
nilai budaya tersebut akan saling bersinergi membentuk suatu etika lingkungan dalam
masyarakat luas.
6.14. Etika Lingkungan
Etika merupakan ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral), berarti etika
membicarakan kesusilaan (moralitas) secara ilmiah. Sekalipun demikian etika sama sekali tidak
bermaksud untuk menggiring semua orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja.
Himbauan etika untuk bertindak sesuai dengan moralitas, bukan karena keharusan untuk taat
terhadap warisan nenek moyang, melainkan karena kesadaran diri bahwa suatu hal memang baik
bagi dirinya.
Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan
merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral
lingkungan. Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban
114
terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk
mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup
kita.
Secara moral, sikap kita terhadap arah dan proses pembangunan perlu diubah dari sikap
yang hanya peduli terhadap kepentingan diri sendiri, menjadi sikap yang peduli terhadap
kepentingan bersama. Masalah penyikapan manusia terhadap arah dan proses pembangunan
inilah yang membawa kita kepada etika lingkungan, untuk menggantikan mental frontier yang
selama ini dianut oleh sebagian besar umat manusia. Dengan etika lingkungan ini diharapkan
terwujud suatu pembangunan yang betul-betul melarutkan unsur lingkungan dalam prosesnya.
Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan bertanggung
jawab. Oleh karena itu, kebebasan dan tanggung jawab merupakan kondisi dasar bagi
pengambilan keputusan atau tindakan yang etis dengan menempatkan hati nurani pada posisi
sentral.
Salah satu sifat ciri dari etika adalah sifatnya yang aplikatif, yakni suatu etika yang sudah
dikaitkan dengan bidang ilmu tertentu. Begitu juga dengan ilmu lingkungan maka kita juga
mengenal etika lingkungan yang sebenarnya tidak lain adalah bagian dari filsafat tentang
lingkungan. Konsep etika lingkungan merupakan penggabungan antara konsep etika yang
berasal dari lingkup filsafat umum dan konsep lingkungan.
Etika lingkungan adalah berbagai prinsip moral lingkungan. Jadi etika lingkungan
merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral
lingkungan. Dengan etika lingkungan kita tidak saja mengimbangi hak dengan kewajiban
terhadap lingkungan, tetapi etika lingkungan juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk
mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan hidup
kita.
Pembicaraan di kalangan masyarakat luas mengenai lingkungan hidup sampai saat ini
nampaknya didominasi oleh pembicaraan mengenai segi-segi yang bersifat teknis untuk
mengatasi kegiatan manusia yang bermental frontier dalam mengelola lingkungan. Hal yang
dibicarakan antara lain pencarian teknologi macam apa yang diperlukan dalam mengolah
sumberdaya, produk jenis apa yang dapat menghindari pencemaran lingkungan, dan sebagainya.
Padahal ada satu hal yang terpenting dan sering kita lupakan adalah moralitas apa yang
patut kita tumbuhkan dalam menghadapi masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks.
115
Moralitas ini dapat ditumbuh kembangkan melalui budaya yang sudah berakar di masyarakat.
Kebutuhan akan teknologi yang efisien dalam penggunaan sumberdaya dan yang minimal dalam
produksi limbahnya memang sudah sangat didambakan banyak kalangan. Namun, sejauh mana
harapan itu terpenuhi sangat besar ketergantungannya pada kemauan umat manusia untuk
kembali memperhatikan keseluruhan bumi kita ini sebagai sebuah sistem. Manusia adalah bagian
dari sistem itu, yang dengan potensi pikir, rasa dan karsanya mempunyai tanggung jawab moral
untuk mengelolanya.
Sebagian anggota masyarakat tampaknya percaya sekali bahwa teknologi dapat
mengatasi semua masalah yang kita hadapi. Sikap ini sangat berbahaya dan tidak searah dengan
etika lingkungan. Teknologi yang tidak memberi cukup perlindungan terhadap lingkungan, justru
bisa mengundang lebih banyak masalah dari pada pemecahannya.
Banyak teknologi sekarang ini yang secara ekonomis menguntungkan, tetapi secara
ekologis mengundang akibat yang sulit diterka sebelumnya. Inilah yang melatar belakangi
munculnya pesan-pesan etika lingkungan agar siapa saja yang bertanggung jawab dalam
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya atas nama pembangunan, mengambil sikap berhati-
hati dan arif demi kebahagian yang berjangka panjang.
Jadi, setiap orang hendaknya perlu menempatkan dirinya sebagai mitra bagi yang lain,
sehingga dua kutub kepentingan, yakni kepentingan ekonomi demi kesejahteraan umat manusia,
dan kepentingan lingkungan sebagai ruang tempat melangsungkan kehidupan dapat berjalan
seimbang. Etika lingkungan adalah perekat antara keduanya.
Kehadiran etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari mungkin lebih penting daripada
yang selama ini kita duga. Dalam menjalankan peranan kita sebagai apa saja yang berkaitan
dengan tugas profesi atau kedudukan sosial kita masing-masing, jika beragam tindakan
profesinonal itu dijalankan secara etis dipandang dari segi lingkungan, maka akumulasi dari
seluruh tindakan itu pasti akan positif bagi peningkatan kualitas hidup kita semuanya.
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam tindakan manusia tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sebagian perilakunya diwarnai oleh sistem nilai yang berlaku pada
masyarakat budaya tersebut. Itulah sebabnya mengapa prinsip-prinsip etika lingkungan tidak
terlepas sama sekali dari ciri budaya masyarakat tertentu. Menurut Chiras, etika lingkungan
merupakan dasar dari keberlanjutan sekelompok masyarakat. Selanjutnya Chiras menjelaskan
116
tentang etika lingkungan yang berkelanjutan harus menggantikan etika frontier. Etika lingkungan
yang berkelanjutan bercirikan :
a. Sumber alam di bumi adalah terbatas.
b. Manusia adalah bagian dari alam.
c. Manusia harus bijaksana dan membantu alam untuk melangsungkan hidupnya.
Alam dan bumi bukan untuk dikuasai. Konsep etika lingkungan yang berkelanjutan
adalah pemahaman bahwa tidak selalu ada yang berlebih, dalam arti bumi adalah daya
dukungnya terbatas.
Untuk mengubah mentalitas frontier yang sudah lama dianut oleh masyarakat merupakan
suatu hal yang sangat sulit sekali. Karena merupakan masalah sikap dan perilaku, dan sudah
tentu akan memerlukan waktu yang relatif lama. Dan, masalah ini harus melibatkan segenap
pranata yang ada dalam masyarakat.
Etika lingkungan merupakan petunjuk praktis perilaku manusia dalam mengusahakan
terwujudnya keseimbangan hak dan kewajiban terhadap lingkungan serta mengendalikan
berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas toleransi lingkungan hidup kita.
Pembicaraan di masyarakat mengenai lingkungan hidup sampai saat ini masih didominasi
oleh pembicaraan mengenai segi yang bersifat teknis untuk mengatasi kegiatan manusia, antara
lain pencarian bentuk teknologi yang diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya alam, jenis
produk yang dihasilkan dengan meminimalisasi pencemaran terhadap lingkungan.
Ada satu hal yang sering dilupakan adalah moralitas yang patut ditumbuhkan dalam
menghadapi masalah lingkungan hidup yang semakin kompleks. Moralitas ini dapat tumbuh
melalui budaya yang sudah berakar di masyarakat. Kebutuhan akan teknologi yang efisien dalam
pemanfaatan sumberdaya alam yang minimal dalam produk limbahnya, (teknologi ramah
lingkungan) sudah sangat didambakan oleh masyarakat. Sejauh mana hal tersebut dapat
terpenuhi sangat tergantung pada kemauan manusia untuk kembali memperkaitkan keseluruhan
bumi ini sebagai suatu sistem. Manusia adalah bagian dari sistem tersebut, dimana dengan
kemampuan potensi pikir, rasa dan karsanya mempunyai tanggung jawab moral untuk
mengelolanya. Sebagian anggota masyarakat percaya bahwa teknologi dapat mengatasi semua
masalah yang ada. Sikap ini sangat berbahaya dan tidak sejalan dengan etika lingkungan.
Teknologi yang tidak memberi cukup perlindungan terhadap lingkungan, justru akan
menimbulkan masalah yang lebih banyak dari pemecahannya.
117
Banyak teknologi yang secara ekonomis menguntungkan tetapi secara ekologis
menimbulkan dampak yang sulit diramalkan sebelumnya. Inilah yang melatar belakangi
munculnya pesan – pesan etika lingkungan. Agar siapa saja yang bertanggung jawab dalam
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, mengambil sikap arif dan
bijaksana demi kesejahteraan berjangka panjang.
Jadi, setiap manusia perlu menempatkan dirinya sehingga kepentingan ekonomis (demi
kesejahteraan manusia) dan kepentingan ekologis (sebagai ruang tempat melangsungkan
kehidupan manusia) dapat berjalan seimbang dan serasi dan etika lingkungan sebagai perekat
antara keduanya.
Prinsip – prinsip moral yang relevan untuk lingkungan hidup:
a. Prinsip sikap hormat terhadap alam. Manusia berkewajiban menghargai hak semua mahluk
hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan
penciptanya. Sebagai perwujudan nyata penghargaan tersebut, manusia perlu memelihara,
merawat, menjaga, melindungi dan melestarikan alam beserta isinya, ini berarti manusia
tidak boleh merusak dan menghancurkan alam beserta seluruh isinya, tanpa alasan yang
dapat dibenarkan secara moral.
b. Prinsip tanggung jawab. Setiap manusia dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab
memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan rasa memiliki yang tinggi seakan
merupakan milik pribadi. Alam ini tidak sekedar untuk kepentingan manusia tetapi juga
untuk dirinya sendiri, maka rasa tanggung jawab akan muncul dengan sendirinya dalam diri
manusia, kendati yang dihadapinya sebuah milik bersama. Tanggung jawab ini muncul
sebagai perwujudan kearifan untuk menjaga dan merawat alam semesta ini sebagai rumah
sendiri. Kearifan seperti itu bukan saja didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan
demikian manusia betah tinggal di dalamnya, melainkan terutama karena alam semesta ini
memang perlu dirawat sebagai rumah kediaman yang bernilai pada dirinya sendiri.
c. Prinsip solidaritas kosmis. Manusia adalah bagian integral dari alam semesta, manusia
mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua mahluk hidup di alam
ini. Kenyataan ini membangkitkan kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia
perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama mahluk hidup
lainnya. Manusia bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh mahluk hidup lain di alam
semesta ini. Prinsip in mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan, untuk
118
menyelamatkan semua kehidupan di alam ini. Solidaritas ini juga mencegah manusia untuk
tidak merusak dan mencari alam dan seluruh kehidupan didalamnya, sama seperti manusia
tidak akan merusak kehidupannya serta merusak rumah tangganya sendiri.
d. Prinsip kasih sayang dan kepedulian terhadap alam. Sebagai sesama anggota komunitas
ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai, menyayangi dan peduli kepada alam
dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini
juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai anggota komunitas ekologis, semua mahluk hidup
mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti dan dirawat. Dalam mencintai
alam, manusia menjadi semakin kaya dan semakin merealisasikan dirinya sebagai pribadi
ekologis, manusia semakin tumbuh berkembang bersama alam, dengan segala watak dan
kepribadian yang tenang, damai, penuh kasih sayang,luas wawasannya, demokratis seperti
alam yang menerima dan mengakomodasi perbedaan dan keragaman. Manusia semakin
terbuka bahwa ternyata bahwa ada cara pandang dan etika lain.
e. Prinsip no harm. Mengingat manusia mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab
terhadap alam, maka manusia tidak akan mau merugikan alam secara tidak perlu. Manusia
berkewajiban untuk melindungi kehidupan ini dapat melakukan bentuk berupa tidak
melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam ekosistem mahluk hidup lain di alam
semesta ini, sebagaimana manusia tidak dibenarkan secara moral untuk melakukan tindakan
yang merugikan sesama manusia.Dalam masyarakat adat kewajiban ini biasanya di
pertahankan dan dihayati melalui ”tabu”/ ”pamali”. Manusia diperkenankan untuk
memanfaatkan segala isi alam semesta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
dilakukan secara bijaksana untuk menghargai hak hidup dan hanya dilakukan sejauh
memenuhi kebutuhan hidup manusia yang bersifat kemewahan dan diluar batas yang wajar
ditentang karena dianggap merugikan kepentingan mahluk hidup lain.
f. Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam. Krisis ekologi terjadi karena hanya
melihat alam sebagai objek eksploitasi dan pemuas kepentingan hidup manusia dan gaya
hidup manusia modern yang konsumtif, tamak dan rakus. Hal ini bukan berarti manusia tidak
boleh memanfaatkan alam itu untuk kepentingannya kalau manusia memahami dirinya
sebagai bagian integral dari alam, ia harus memanfaatkan alam itu secara secukupnya. Ada
batas untuk hidup secara layak sebagai manusia. Maka prisip hidup sederhana menjadi
prinsip fundamental. Manusia akan hidup seadanya sebagaimana alam itu. Ia akan mengikuti
119
hukum alam, yaitu hidup dengan memanfaatkan alam sesuai dengan yang dibutuhkan dan
berarti hidup selaras dengan tuntutan alam itu sendiri. Tidak perlu menjadi rakus, tidak perlu
menimbun sehingga membuatnya mengeksploitasi alam tanpa batas.
g. Prinsip keadilan. Prinsip keadilan terutama berbicara tentang akses yang sama bagi semua
kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menentukan kebijakan pengelolaan
sumberdaya alam dan pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfaatan sumberdaya
alam. Termasuk di dalamnya prinsip bahwa semua kelompok dan anggota masyarakat harus
secara proposional menanggung beban yang disebabkan oleh rusaknya alam semesta yang
ada. Masyarakat adat harus mendapat perhatian ekstra, mengingat masyarakat adat sangat
tidak berdaya dari segi modal, teknologi, informasi, kemampuan manajemen dan sebagainya,
bila harus berhadapan dengan masyarakat modern. Ini menyebabkan kepentingan masyarakat
adat, baik ekonomis maupun budaya khususnya sangat rentan dan terancam dan pada
gilirannya membahayakan eksistensi mereka sebagai kelompok budaya dan sebagai manusia.
Kehidupan masyarakat adat sangat bergantung pada keberadaan ekosistem alam di sekitar
tempat tinggalnya. Alam tidak hanya memberi mereka sumber kehidupan ekonomi, tetapi
juga menentukan budaya, cara pikir dan cara berada. Itu berarti, rusak dan hilangnya
ekosistem alam sekitar mereka akan secara langsung menyebabkan rusak dan hilangnya
budaya, dan berarti punahnya eksistensi mereka sebagai manusia.
h. Prinsip Demokrasi. Isi alam semesta ini selalu beranekaragam. Keanekaragaman dan
pluralitas adalah hakekat alam dan hakekat kehidupan sendiri. Demokrasi justru memberi
tempat seluas – luasnya bagi perbedaan, keanekaragaman dan pluralitas. Oleh karena itu,
setiap manusia yang peduli kepada lingkungan merupakan manusia yang demokratis.
Kehidupan politik yang tidak demokratis dan sistem politik yang tidak menjamin adanya
demokrasi akan membahayakan bagi upaya perlindungan lingkungan hidup. Demokrasi
menjamin bahwa masyarakat mempunyai hak untuk berbeda pendapat dengan pemerintah,
dengan menggugat setiap kebijakan publik yang berdampak merugikan lingkungan.
i. Prinsip integritas moral. Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, yang menuntut pejabat
publik agar mempunyai sikap dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh
prinsip – prinsip moral yang mengamankan kepentingan publik. Ia dituntut tidak
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan dirinya dan kelompoknya dengan
merugikan kepentingan masyarakat. Apabila pejabat publik tidak mempunyai integritas
120
moral, sehingga menyalahgunakan kekuasaannya kepentingan dirinya atau golongannya
dengan mengorbankan kepentingan masyarakat, maka lingkungan hidup dapat diduga akan
dengan mudah dirugikan. Secara kongrit, kebijakan publik yang berdampak pada rusaknya
lingkungan maupun dalam kaitan dengan pemberian izin yang mempunyai dampak
merugikan bagi lingkungan.
6.15. Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jika sasaran pengelolaan sumberdaya alam ialah ekosistem sumberdaya alam, maka
sesungguhnya pengelolaan lingkungan atau lingkungan hidup sudah tercakup dalam kegiatan
pengelolaan sumberdaya alam. Akan tetapi, dalam beberapa keadaan, seperti dalam masalah
kerusakan dan pengotoran lingkungan oleh kegiatan pertambangan dan industri, kegiatan
pengelolaannya memang khusus ditujukan kepada perbaikan keadaan lingkungan, yaitu
perbaikan kualita lingkungan hidup. Dalam hal inilah pengelolaan sumberdaya alam terpisah dari
pengelolaan lingkungan hidup, dan ruang lingkupnya ialah perlindungan dan perbaikan
lingkungan.
Chanlet (1973) membagi lingkungan hidup dalam tiga sistem, yaitu sistem lingkungan
tanah, sistem lingkungan air dan sistem lingkungan udara.
Dari sistem lingkungan hidup itu ternyata tanah, air dan udara dapat dianggap sebagai
lingkungan hidup atau sumberdaya, yaitu sumberdaya fisik. Maka pada pengelolaan lingkungan
hidup pun harus diusahakan melestarikannya.
Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi,
pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum. Pada sistem air dan udara,
yang perlu diusahakan ialah pembersihan dari pengotoran dan pencegahannya. Jika hal tersebut
tidak dilakukan, maka lingkungan hidup akan mundur kualitasnya dan akhirnya manusia takkan
dapat memanfaatkannya lagi.
Jelaslah kiranya bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah kegiatan yang sama atau setidak-tidaknya sejalan dan saling mengisi (komplementer).
Manusia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya dan
meningkatkan kesejahteraannya. Masyarakat manusia yang terpenuhi segala keperluannya
disebut makmur. Kemakmuran akan cepat berkurang dengan bertambahnya penduduk secara
eksponensial dan berkurangnya sumberdaya alam yang tersedia.
121
Dalam hubungan ini Odum (1971a) mengemukakan pengertian daya dukung (“carrying
capasity”) lingkungan dan sumberdaya alam untuk manusia. Daya dukung ini ialah jumlah
populasi manusia yang optimal yang dalam jangka panjang dapat dipenuhi kebutuhannya oleh
suatu satuan lingkungan/sumberdaya alam.
Menurut Odum berdasarkan kebutuhan manusia akan makanan nabati daya dukung
ekosistem yang sumber energinya hanya matahari adalah 0,00025 orang/m2 untuk masyarakat
daerah pertanian pada iklim bermusim tropika dan 0,000025 orang/m2 untuk masyarakat primitif
di daerah hutan tropika. Pada tingkat populasi seperti ini, ekosistem berada dalam keadaan stabil.
Daya dukung tersebut dapat lebih besar apabila ada sumber makanan lain seperti
perikanan. Selain itu, manusia tidak hanya memerlukan makanan melainkan juga kebutuhan-
kebutuhan lain untuk menunjang kehidupannya.
Sampai batas tertentu daya dukung tersebut dapat dinaikkan dengan subsidi energi lain. Jadi, ada
daya dukung maksimal dimana di atas itu lingkungan/sumberdaya alam takkan mampu
mendukung lagi.
Selain dari itu, pemanfaatan sumberdaya alam dapat menimbulkan akibat sampingan
berupa :
1. Kerusakan dan kemunduran pada sumberdaya alam
2. Pencemaran kimiawi, terutama pencemaran air dan udara.
3. Gangguan pada kesehatan, sebagai akibat pencemaran dan berjangkitnya wabah penyakit
sebagai akibat adanya kegiatan yang mengganggu sumberdaya alam dan lingkungan.
4. Gangguan sosial, yaitu tekanan yang dialami masyarakat manusia sebagai akibat kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam berupa proyek-proyek pembangunan.
Keempat hal itu menimbulkan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup ini makin
besar dengan makin besarnya jumlah penduduk.
Secara empiris itu dapat disimpulkan beberapa hal :
1. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup harus didampingi program pembatasan
jumlah penduduk.
2. Penduduk atau masyarakat manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam perlu mendapat
pendidikan dan penyuluhan agar mencegah atau setidak-tidaknya mengurangi kerusakan.
122
3. Disamping pendidikan dan penyuluhan harus ada pula undang-undang dan peraturan-
peraturan yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alam agar kerusakan-kerusakan dapat
dicegah atau dikurangi.
Makin banyak penduduk, masalah keterbatasan sumberdaya alam makin kritis. Oleh
karena itu perlu ada usaha-usaha pembinaan, perlindungan dan pelestarian.Dalam beberapa hal,
teknologi dapat mengganti kerugian akibat kerusakan pada sumberdaya alam, misalnya
kerusakan pada hutan alam dapat diimbangi dengan adanya hutan tanaman atau tanaman
pertanian yang lebih produktif. Tetapi pada umumnya, apabila manusia tidak melestarikan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup, maka cepat atau lambat kelak manusia tidak dapat
memanfaatkannya lagi.
6.16. Sistem Manajemen Lingkungan
Sistem manjemen lingkungan merupakan suatu proses yang menekankan upaya
peningkatan efisiensi perusahaan dengan meminimalisasi keluaran limbah melalui proses
produksi atau teknologi bersih lingkungan (yang dikenal dengan manajemen ekoefisiensi).
Minimalisasi limbah terdiri dari tiga aktivitas yang disebut dengan 3R, yaitu reduce
(kurang), recycle (daur ulang) dan reuse (penggunaan kembali). Dalam meminimalisasi limbah
kegiatannya adalah :
a. Mencegah timbulnya limbah dan pencemaran melalui substitusi bahan baku, perubahan
proses atau penggunaan teknologi alternatif.
b. Mendaur – ulang limbah yang tidak dapat dicegah keberadaannya.
c. Mengamankan limbah yang telah diolah secara legal.
d. Mengelola limbah yang tidak dapat dicegah/ daur-ulang.
Agar pengelolaan lingkungan dapat berjalan dengan efisien,dibutuhkan suatu kebijakan
yang diterapkan dalam suatu sistem manajemen,dimana perlindungan menjadi prioritas
utama.Dalam pengelolaan lingkungan perhatian utama umumnya pada aspek teknis pengawasan
lingkungan dengan mengabaikan segi manusia .Hal ini sangat berbahaya terutama bila melihat
fakta bahwa hak-hak yang menyangkut lingku ngan ,seperti limbah berbahaya,dapat menjadi
topik yang sangat penting.Untuk menja dikan pengelolaan lingkungan sebagai salah satu bidang
operasional yang penting dalam menciptakan suatu kondisi lingkungan yang sesuai untuk
123
kehidupan di muka bumi,maka dilakukan penggabungan standar pengelolaan lingkungan
kedalam ISO
(International Organitation for Standarization) yang selanjutmaya dikenal dengan ISO 9000 dan
ISO 14000.
Pertimbangan produk yang ramah lingkungan telah mengglobal dan saat ini produk tidak
hanya harus bermutu dan ramah lingkungan tetapi juga ramah terhadap manusia.Dengan semakin
baiknya penghasilan dan taraf hidup masyarakat ,konsumen dimana saja mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kehendak mereka.
Produsen harus meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan benar-benar baik
dalam arti kualitas, ramah lingkungan dan ramah manusia.Untuk itulah muncul ISO 9000 dan
ISO 14000.
ISO 9000 merupakan jaminan bahwa produksi telah mengikuti standar yang ditentukan
sehingga hasil yang diingin kan sesuai dengan mutu dan proses yang telah di tentukan. Jadi ISO
9000 merupakan pedoman standar untuk desain, pembuatan barang, penjualan dan pelayanan
untuk suatu produk.
ISO 14000 membicarakan tentang prosedur dan sistem, bukan penentuan baku mutu
ataupun ketentuan yang membatasi kegiatan perusahaan. ISO 14000 merupakan prosedur atau
sistem pengelolaan lingkungan yang diusahakan untuk dipatuhi.
Dalam perkembangannya, sebagian besar perusahaan yang menjual produk ke negara
maju dihadapkan pada ketentuan bahwa mereka sekarang harus membuktikan, melalui sertifikat,
bahwa sistem manajemen mutu mereka telah sesuai dengan ISO 9000.
ISO 9000 muncul atas desakan konsumen dan pasar sehingga sifatnya adalah sukarela,
sedangkan ISO 14000 muncul atas desakan perundang – undangan agar produk yang dihasilkan
memenuhi tuntutan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Lingkungan memberikan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia khususnya dalam
bidang kesehatan, oleh karena itu kerjasama internasional di bidang perdagangan dan lingkungan
merupakan hal yang penting dan perlu diintensifkan karena perdagangan internasional dapat
membawa dampak positif maupun negatif, khususnya dalam bidang lingkungan hidup
kebijaksanaan perdagangan dan lingkungan harus saling menunjang demi meningkatkan
kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkelanjutan.
Manfaat Sertifikat ISO 9000 dan ISO 14000, antara lain:
124
a. Perlindungan terhadap lingkungan.
b. Menunjukkan kesesuaian dengan peraturan.
c. Pembentukan sistem pengelolaan yang efektif.
d. Penurunan biaya.
e. Penurunan kecelakaan kerja.
f. Peningkatan hubungan masyarakat.
g. Peningkatan kepuasan konsumen.
Minimalisasi limbah adalah pengurangan sebanyak mungkin limbah berbahaya yang
dihasilkan, diolah, disimpan, atau dikirim untuk dibuang. Minimalisasi limbah baik untuk
industri, rumah tangga dan bentuk usaha lainnya, adalah langkah menuju masa depan.
Keterbatasan lahan dan meningkatnya biaya pengelolaan dan pembuangan membuat
minimalisasi limbah menjadi isu penting.
Dalam pengelolaan limbah berbahaya, minimalisasi limbah menjadi prioritas pertama dan
prioritas kedua adalah pemulihan sumberdaya. Manfaat minimalisasi limbah adalah:
a. Mengurangi dampak lingkungan.
b. Meningkatkan keselamatan kerja.
c. Menyesuaikan dengan peraturan.
d. Mengurangi biaya operasional.
e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat.
f. Mengurangi kewajiban berkaitan dengan denda dan tuntutan hukum
Pilihan minimalisasi bahan berbahaya intinya adalah pengurangan sumber. Bahan bahan
berbahaya sebaiknya tidak digunakan dalam kegiatan operasional sejak awal, atau minimalisasi
jumlah yang digunakan. Minimalisasi bahan dapat dilakukan dengan pilihan – pilihan sebagai
berikut :
a. Substitusi, menggantikan produk atau bahan baku yang mengandung bahan berbahaya
dengan bahan yang tidak berbahaya, bila dimungkinkan, atau dengan menggantikan proses
dan peralatan yang menggunakan bahan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya.
b. Pengendalian persediaan, mempersiapkan persediaan bahan yang dibutuhkan sesuai
kebutuhan dan waktunya, persediaan bahan – bahan berbahaya dapat ditekan pada tingkat
minimal. Persediaan dapat juga ditekan dengan mengurangi jumlah yang digunakan.
125
c. Pemurnian bahan baku, bila satu atau lebih bahan baku dapat dimurnikan sebelum dimasukan
ke dalam proses, maka akan mengahasilkan limbah dalam jumlah yang sedikit.
d. Penjadwalan produksi,pengetatan jadwal produksi akan lebih sedikit aktivitas menghidupkan
dan mematikan mesin untuk proses.
e. Hal ini dimungkinkan karena limbah semakin banyak dihasilkan saat mesin dalam kondisi
dingin .Pengaturan kerja, shift kerja yang efesien juga dapat meminimalisasi limbah.
f. Meningkatkan efesiensi, apabila seluruh aliran proses bahan berbahaya dibuat seefisien
mungkin,maka dapat dilakukan minimalisasi bahan-bahan berbahaya. Produksi, distribusi,
penyimpanan dan pengggunaan bahan-bahan berbahaya secara efisien akan banyak
membantu upaya tersebut.
Minimalisasi limbah berbahaya harus diimplementasi-kan, terutama ditujukan pada
pengurangan volume total atau kadar toksisitas dari limbah yang dihasilkan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :
a. Mendaur-ulang, mendapatkan dan menggunakan kembali limbah.
b. Pengolahan.
Minimalisasikan bahan dan limbah dilakukan dengan prinsip 3R, yaitu:
a. Pengurangan (Reduce);suatu prinsip yang berupa pengurangan penggunaan bahan sehingga
limbah yang sekarang harus juga ditangani.
b. Penggunaan ulang (Reuse): suatu prinsip pemanfaatan ulang bahan-bahan yang sudah
dipakai. Melalui prinsip ini jumlah limbah yang harus ditangani akan berkurang.
c. Pendaur ulang (Recycle): suatu prinsip yang berupa proses kembali bahan yang sudah
dipakai.
6.17. Ekolabel (Eco-Labelling)
Ekolabel merupakan salah satu syarat yang ditetapkan pada perdagangan bebas abad 21,
sebagai tanda bahwa produksi mata dagangan tersebut memenuhi persyaratan tidak merusak
lingkungan. Mata dagangan yang tidak memiliki ekolabel akan ditolak oleh negara konsumen
sehingga mata dagangan tersebut tidak dapat dipasarkan. Label yang terpasang pada mata
dagangan tersebut juga menyatakan bahwa merek tersebut ramah lingkungan, dalam arti produk
dan proses produksinya tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
126
Ekolabel muncul sebagai akibat desakan dari masyarakat konsumen yang semakin sadar
akan lingkungan dan membutuhkan produk yang bersih dan tidak membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan. Tidak peduli suatu negara yang terhadap ekolabel akan mempersempit
pangsa pasar produk – produk ekspornya karena semakin lama semakin banyak negara
menerapkan standard tersebut. Bagi Indonesia, program ekolabel telah dimulai dari produk –
produk ekspor hasil industri kehutanan.
Kemajuan yang diciptakan sektor industri di Indonesia telah memberikan kemakmuran
bagi sebagian besar masyarakat, memperluas kesempatan kerja, menambah devisa negara, tetapi
dari sisi lain menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Perkembangan industri membawa pesan dan harapan, tetapi juga ternyata beriringan
dengan bencana ketika manusia belum bangkit kesadarannya.
Apabila pencemaran menimbulkan bencana, kemudian mengundang protes dari berbagai
lapisan dan golongan masyarakat, barulah disadari bahwa pengelolaan lingkungan yang
berkaitan dengan kegiatan industri harus mendapatkan proporsi sebagaiman mestinya.
Dengan penerapan ekolabeling dan ISO 14000, Indonesia akan termasuk yang dirugikan
karena sebagian besar negara – negara pengimpor komoditi non migas dari Indonesia akan
menerapkan ekolabelling. Apabila produk komoditi perdagangan Indonesia tidak bersifat ramah
lingkungan maka mau tidak mau produk Indonesia akan tidak diminati di pasaran internasional.
Akibatnya ekspor kita akan menurun dan mengurangi penerimaan devisa Indonesia. Oleh karena
itu Indonesia harus bergerak ke arah perbaikan kualitas komoditi perdagangan yang ramah
lingkungan pula.
Untuk melaksanakan sistem ekolabeling ini diperlukan suatu institusi yang sifatnya
independen. Institusi ini harus mempunyai kredibilitas yang tinggi, sehingga apa yang
diputuskannya akan diterima oleh masyarakat konsumen secara luas. Syarat selanjutnya ialah
bahwa proses pemberian label ecolabelling itu harus transparan demi mendapatkan kredibilitas
tersebut.
Ekolabeling merupakan usaha untuk melindungi lingkungan. Usaha pemerintah dan
masyarakat untuk secara langsung menekan produsen atau sektor industri untuk mengurangi
pencemaran dari kegiatan usaha mereka masih belum begitu kuat. Oleh karena itu usaha untuk
melindungi lingkungan harus dilakukan dengan cara menekan produsen melalui kemauan
membeli konsumen (Pemakai produk).
127
Pada dasarnya produsen membuat barang adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Dalam masyarakat dimana konsumen bertindak sebagai raja, kepuasan konsumen harus menjadi
tujuan utama. Tanpa ada konsumen yang mau membeli produk suatu industri, maka cepat atau
lambat kegiatan industri tersebut pasti akan berakhir. Oleh karena itu peranan konsumen sangat
besar dalam usaha untuk melindungi lingkungan. Dengan mempengaruhi kesediaan membeli di
pihak konsumen akan terpengaruh pula kegiatan produksi dari industri yang bersangkutan.
Dengan semakin tinggi kesadaran konsumen mengenai konservasi sumberdaya alam dan
lingkungan, maka semakin hati – hati mereka membeli produk yang digunakannya.
Untuk memperoleh keyakinan mengenai produk dan proses produksi indutri yang
bersahabat dengan lingkungan diperlukan institusi yang memberikan sertifikat bahwa produk
tersebut telah bersahabat dengan lingkungan. Jadi ekolabel (ecolabelling) adalah suatu tanda
yang menerangkan bahwa produksi mata dagangan tersebut telah memenuhi persyaratan untuk
tidak merusak lingkungan.
6.18. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan,
wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Kegiatan yang
perlu dilengkapi AMDAL, antara lain :
a. Perubahan bentuk lahan dan bentuk alam (Pembuatan jalan, Pembukaan hutan dll).
b. Eksploitasi sumberdaya alam (Penambangan, eksploitasi hutan).
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan perusakan, pemborosan dan
kemerosotan pemanfaatan sumberdaya alam dan energi pemanfaatan tanah tanpa konservasi,
penggunaan energi yang tidak diikuti dengan teknologi yang dapat mengefisienkan
pemakaiannya.
d. Proses dan hasilnya yang mengancam kesejahteraan penduduk, pelestarian kawasan
konservasi alam dan cagar budaya (kegiatan yang proses dan hasilnya menimbulkan
pencemaran).
e. Introduksi jenis tumbuhan atau hewan (introduksi jenis tumbuhan baru yang dapat
menimbulkan jenis penyakit baru).
f. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.
g. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi mempengaruhi lingkungan.
128
Dampak merupakan perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas
manusia termasuk di dalamnya dampak yang terjadi sebagai akibat kegiatan pembangunan
ditentukan oleh :
a. Jumlah manusia yang terkena dampak.
b. Luas wilayah persebaran dampak.
c. Lamanya dampak berlangsung.
d. Intensitas dampak.
e. Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak.
f. Sifat komunikatif dampak.
Tujuan penerapan AMDAL antara lain untuk menjamin tetap terpeliharanya kemampuan
lingkungan hidup guna menunjang pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian AMDAL
merupakan salah satu instrumen pengelolaan lingkungan secara bijaksana. Pemantauan secara
berkala ini penting untuk menilai aktivitas pengelolaan lingkungan agar bermanfaat dalam
menjaga kualitas lingkungan dari kerusakan. Dari hasil AMDAL dapat diketahui apakah
kegiatan pembangunan berpotensi menimbulkan dampak atau tidak. Bila berdampak besar
terutama yang negatif, tentu saja kegiatan tersebut tidak boleh dibangun atau boleh dibangun
dengan persyaratan tertentu agar dampak negatif tersebut dapat dikurangi sampai tidak
membahayakan lingkungan.
Dampak negatif yang perlu diperhatikan adalah :
a. Apakah dampak negatif yang mungkin timbul melampaui batas toleransi pencemaran
terhadap kualitas lingkungan atau tidak.
b. Apakah kegiatan yang dibangun ini akan menimbulkan gejolak terhadap masyarakat atau
mempengaruhi kegiatan lain atau tidak.
c. Apakah dampak negatif ini dapat mempengaruhi kehidupan dan keselamatan masyarakat
atau tidak.
d. Sejauh mana perubahan ekosistem yang akan terjadi sebagai akibat pembangunan kegiatan
ini.
Bila hasil AMDAL menunjukkan bahwa kegiatan tersebut tidak menimbulkan dampak
yang berarti, maka kegiatan dapat dilaksanakan sesuai usulan dengan tetap berpedoman agar
memperkaitkan dampak negatif yang mungkin timbul diluar perkiraan semula. Dalam hal ini
129
sebelum kegiatan dilaksanakan harus ditentukan dulu pedoman pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sebagai usaha menjaga kelestarian lingkungan.
Kegunaan AMDAL dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, adalah :
a. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumberdaya
alam yang tidak dapat diperbaharui.
b. Menghindari efek samping dari pengelolaan sumberdaya alam.
c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, sehingga tidak mengganggu
kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat.
d. Agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa, negara
atau masyarakat.
Dalam kehidupannya, manusia dibina oleh lingkungan alam maupun lingkungan sosial-
budaya. Tetapi dalam prakteknya manusia mempengaruhi keadaan lingkungan secara dominan.
Jadi terbentuk suatu keunikan dimana manusia dan lingkungan berinteraksi secara ekologis.
Interaksi disini dapat berlangsung secara positif, bila interaksi ini mengakibatkan peningkatan
daya dukung lingkungan dalam menjamin kesejahteraan manusia . Sedangkan interaksi negatif
apabila terjadi interaksi yang merusak lingkungan sehingga daya dukung lingkungan menjadi
menurun.
Manusia mempunyai keterbatasan, tetapi tidak terperangkap oleh keterbatasan tersebut
melainkan berusaha meningkatkan diri. Dengan terbatasnya sumberdaya alam yang ada, manusia
mencoba menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk meningkatkan dan
mempertahankan daya dukung lingkungan tempat hidupnya.
Pengelolaan sumberdaya alam mempunyai hubungan erat dengan pelestarian karena azas
pengelolaan lingkungan adalah pelestarian. Pelestarian bukan berarti membiarkan alam
sebagaimana asalnya, tetapi merupakan usaha pemanfaatan yang diimbangi dengan upaya
menjaga kualitasnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia. Pelestarian harus
dilaksanakan secara terpadu karena ada keterkaitan yang sangat erat antara faktor lingkungan
satu dengan lainnya, yang berarti bahwa kerusakan yang satu dapat menimbulkan kerusakan
yang lainnya.
130
BAB VII
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) DAN TEKNOLOGI BAGI KEHIDUPAN
MANUSIA
7. 1. Pengantar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengungkapan
rahasia dan gejala alam, antara lain asal mula alam semesta dengan segala isinya, termasuk
proses, mekanisme, sifat benda maupun peristiwa yang terjadi. Ilmu ini terus berkembang sejalan
dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu, terutama tentang benda yang ada di sekelilingnya,
seperti alam jagad raya beserta isinya bahkan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu tersebut mendorong
manusia untuk dapat memahami dan menjelaskan gejala alam dan kehidupan di bumi ini.
Adanya kemampuan berpikir pada manusia menyebabkan terus berkembangnya rasa ingin
tahu tentang segala yang ada di alam semesta. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini
selanjutnya merupakan dasar dari pengembangan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dengan akal
yang dimiliki manusia, semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Informasi yang didapat kemudian disimpan dan diajarkan kepada generasi
berikutnya. Informasi tersebut juga ditambah dengan pengetahuan yang diperoleh saat itu,
sehingga informasi tentang pengetahuan tersebut akan terus bertambah dan berkembang dari
generasi ke generasi berikutnya.
Saat ini perkembangan teknologi berjalan dengan sangat pesat, baik dalam jumlah
maupun pemanfaatannya. Begitu banyak perkembangan di bidang teknologi, tetapi pembahasan
tentang perkembangan teknologi pada pokok bahasan ini hanya difokuskan pada dua bidang saja,
yaitu bioteknologi dan teknologi informasi. Pemilihan kedua teknologi tersebut didasarkan pada
perkembangannya yang sangat pesat serta pengaruhnya yang besar terhadap kehidupan. Selama
tiga dekade terakhir, telah terjadi revolusi besar – besaran dalam bidang informasi dan life
science (terutama bidang bioteknologi).
7.2. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan
Keahlian seseorang menguasai ilmu pengetahuan sebanding dengan kemampuannya
menyerap, mendalami ilmu pengetahuan serta daya pikir kritis terhadap ilmu pengetahuan
sendiri. Sampai mendekati abad pertengahan, perkembangan ilmu pengetahuan belum begitu luas
131
dan dalam, sehingga seseorang yang mempunyai cara berpikir tajam dan kritis sangat mungkin
dapat menguasai beberapa bidang ilmu sekaligus. Sebagai contoh Phytagoras (±500 SM) dikenal
sebagai seorang astronom yang juga ahli matematika dan transmutasi unsur, Copernicus (1473-
1543 SM) dikenal sebagai ahli astronomi, metematika dan pengobatan.
Setelah abad pertengahan perkembangan ilmu pengetahuan relatif lebih pesat dan
mendalam sehingga semakin sulit bagi seseorang untuk menguasai berbagai ilmu dengan
mendalam. Oleh karena itu, perlu dilakukan klasifikasi ilmu pengetahuan yang ada menjadi
berbagai disiplin bidang ilmu, meskipun tetap memegang prinsip intgratif dan komprehensif.
Secara garis besar ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua bidang ilmu utama yaitu
a. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Budaya
Ilmu ini secara umum mempelajari tentang tingkah laku manusia (humaniora)
b. Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu ini mempelajari tentang mahluk hidup (biologi) dan makhluk tidak hidup (sains fisik),
dan materi beserta proses-proses yang menyertainya (kimia).
Matematika tidak termasuk dalam pembagian ilmu pengetahuan tersebut. Matematika
merupakan penunjang pengembangan semua disiplin ilmu. Bagi sains fisik, matematika
merupakan bahasa yang dapat menerangkan hukum-hukum alam. Statistika dimanfaatkan untuk
pengumpulan, pengorganisiran serta peringkasan serta analisis data. Kesimpulan diambil
berdasarkan hasil analisis data yang diamati. Sementara itu, informatika banyak dimanfaatkan
dalam pemodelan, baik fisik maupun matematis pengumpulan data dan sekaligus untuk
menganalisis data yang diperoleh. Di dalam Biologi, matematika juga memegang peran yang
penting, karena dapat digunakan untuk memahami atau menjelaskan berbagai fenomena yang
terjadi pada makhluk hidup seperti pertumbuhan (individu, populasi), gerak, pengujian suatu
bahan obat, dan sebagainya.
7. 3. IPA Klasik dan IPA Modern
Ilmu pengetahuan pada mulanya berkembang sangat lambat sampai abad pertengahan
(abad XV-XVI). Perkembangan tersebut sedikit lebih pesat, terutama setelah Copernicus, yang
kemudian diperkuat oleh Galileo berdasarkan penemuannya mengubah konsep geosentris dan
sekaligus mengubah kepercayaan penguasa dan agama pada saat itu. Penemuan tersebut sangat
dimungkinkan karena berkembangnya alat bantu penelitian (teropong bintang) yang lebih baik.
132
Periode ini dikenal sebagai permulaan abad ilmu pengetahuan modern yang menetapkan suatu
kebenaran berdasarkan induksi atau eksperimentasi. Perubahan konsep ilmu yang radikal ini juga
memengaruhi cara berpikir dan sekaligus memacu perkembangan ilmu pengetahuan sampai
terjadinya revolusi industri pada abad XIX.
Perkembangan IPA yang sangat pesat terjadi setelah diperkenalkan konsep fisika
kuantum dan relativitas pada awal abad XX. Konsep “modern” ini memengaruhi konsep IPA
keseluruhan, sehingga dalam beberapa hal perlu dilakukan penyesuaian konsep ilmu
pengetahuan ke arah pemikiran modern. Dengan demikian, terdapat dua konsep IPA, yaitu IPA
klasik, yang telaahnya bersifat makroskopik, dan IPA modern, yang bersifat mikroskopik.
Penggolongan IPA menjadi “klasik” dan “modern” bukan berkaitan dengan waktu, maupun
klasifikasi bidang ilmu. Penggolongan ini lebih mengacu kepada cara berpikir, cara memandang
dan cara menganalisis suatu fenomena alam. Perkembangan ilmu yang sangat pesat akhir-akhir
ini sangat ditunjang oleh perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan alat-alat pengujian
atau alat-alat pengamatan, dan juga komputer yang semakin cepat dan canggih.
7. 4. IPA tentang Bumi Sebagai Tempat Kehidupan
Wacana manusia tentang alam semesta selama beribu-ribu tahun yang lalu sangat dibatasi
oleh kedudukan mereka di bumi. Manusia beranggapan bahwa bumi menduduki tempat sangat
istimewa di alam semesta ini. Bersamaan dengan itu mereka melihat ada benda yang bercahaya
di langit, memancarkan cahaya yang terang lalu bergeser secara perlahan-lahan dari timur ke
barat hingga akhirnya menghilang. Benda tersebut adalah matahari. Sesudah matahari
menghilang, bumi menjadi gelap, terlihat benda-benda kecil bercahaya di langit, yang disebut
bintang. Selain bintang, terdapat sebuah benda yang bersinar lembut, indah dipandang mata
yang dari hari ke hari berangsur-angsur terlihat membulat, kemudian hanya terlihat setengah
bagian hingga tidak terlihat sama sekali. Benda tersebut disebut bulan. Pengetahuan manusia
tentang bumi, matahari, bintang dan bulan pun semakin berkembang dari yang sederhana hingga
yang kompleks setelah melalui ribuan tahun.
Terjadinya alam semesta hanya Allah SWT yang tahu. Bagi manusia alam semesta masih
merupakan misteri, masih merupakan peristiwa yang ghaib dan penuh rahasia. Para ahli ilmu
pengetahuan alam masih terus mengadakan penelitian untuk mengungkapkan tabir misteri
133
tersebut. Sampai saat ini, manusia dengan mempergunakan segala kemampuannya dan
memanfaatkan kecanggihan teknologi terus berusaha mengungkapkan misteri alam semesta.
Pada awalnya, manusia menganggap bahwa bumi ini mempunyai kedudukan yang
istimewa di alam semesta (pusat alam semesta), karena melihat bahwa matahari terbit di sebelah
timur, pada tengah hari ada di atas kepala kita dan terbenam di sebelah barat. Berarti matahari
mengitari bumi. Anggapan ini yang mendasari hipotesis,”Geosentris”.
Pandangan geosentris berubah setelah Copernicus mengemukakan teori “heliosentris”,
yang mengemukakan bahwa sebenarnya bumi tidak memiliki kedudukan istimewa di alam
semesta ini. Bumi bersama planet-planet lain bergerak mengitari matahari. Saat ini, penerbangan
pesawat ruang angkasa semakin maju. Gambar-gambar bumi hasil pemotretan pesawat-pesawat
luar angkasa pun semakin membuktikan kebenaran teori “heliosentris” tersebut.
7. 4. 1 Bumi Sebagai Planet
Bumi mengorbit matahari dalam lintasan berbentuk elips, maka jarak matahari – bumi
selalu berubah. Jarak matahari-bumi yang terdekat (perihelion) terjadi pada tanggal 4 Januari,
dan jarak matahari-bumi yang terjauh (aphelion) terjadi pada tanggal 5 Juli. Jarak rata-rata dari
pusat matahari ke pusat bumi disebut 1 AU (Astronomical Unit/ Satuan Jarak Astronomi).
Ekuator bumi tidak sebidang dengan bidang orbit bumi, melainkan miring. Kemiringan
ini menyebabkan terjadinya empat musim (panas, gugur,dingin dan semi) pada daerah
Subtropika. Bentuk bumi tidak bulat sempurna, melainkan pepat pada kutub-kutubnya dan
menggelembung pada ekuatornya. Pepatnya bola bumi ini disebabkan pada saat baru terbentuk
bumi belum terlalu padat dan rotasinya membuat menggelembung pada bagian ekuator.
Bola bumi dibagi secara horizontal atas dua bagian sama besar, yaitu Belahan Bumi
Utara dan Belahan Bumi Selatan, oleh garis ekuator/garis khatulistiwa (0o Lintang). Belahan
Bumi Utara membentang antara 0o Lintang – 90o Lintang Utara (LU) dan Belahan Bumi Selatan
membentang antara 0o Lintang – 90o Lintang Selatan (LS), yang dibagi atas :
Daerah 23½o LU - 23½o LS = Daerah Tropika
Daerah 23½o LU - 66½o LU = Daerah Subtropika Utara
Daerah 66½o LU – 90o LS = Daerah Kutub Utara
Daerah 23½o LS – 66o LS = Daerah Subtropika Selatan
Daerah 66½o LS – 90o LS = Daerah Kutub Selatan.
134
Bola bumi dibagi secara vertikal atas dua bagian sama besar, yaitu Bujur Barat (BB) dan
Bujur Timur (BT) oleh garis bujur Standard (1800 BT/BB) dan garis bujur Standard (0o B).
Garis bujur standard 0o BT, melalui Greenwich (Inggris), digunakan sebagai Garis
Standard Waktu International (Greenwich Mean Time = GMT), sedangkan garis bujur standard
1800 BT/BB digunakan sebagai Garis Pergantian Tanggal International.
Indonesia terletak antara 95o BT – 141o BT, berarti paling barat dengan titik paling timur
= 46o atau 46 X 4 menit = 184 menit (1o = 4 menit).
Indonesia menetapkan 3 (tiga) daerah waktu, yaitu:
- Waktu Indonesia Barat (WIB), dengan garis bujur standard 105o BT
- Waktu Indonesia Tengah (WITA), dengan garis bujur standard 120o BT
- Waktu Indonesia Timur (WIT), dengan garis bujur standard 135o BT.
Perbedaan waktu WIB dengan GMT = (105o – 0o) X 4 menit
= 420 menit = 7 jam
Perbedaan waktu WITA dengan GMT = (120o – 0o) X 4 menit
= 480 menit = 8 jam
Perbedaan waktu WIT dengan GMT = (135o – 0o) X 4 menit
= 540 menit = 9 jam
Apabila kita melewati garis Pergantian Tanggal Internasional (180o – BT / BB) dari arah
barat ke timur, maka waktunya kurang 1 hari, sebaliknya apabila kita melewati garis tersebut dari
arah timur ke barat, maka waktunya ditambah 1 hari.
Menurut garis lintang, Indonesia yang terletak antara 6o LU – 11o LS termasuk dalam
daerah tropika, berarti iklimnya tropis.
7. 4. 2. Bagian-bagian Bumi
Melalui pengamatan seismologi (hantaran pada gelombang gempa bumi) para ahli
geologi memperoleh gambaran mengenai susunan bagian dalam bumi, karena arah kecepatan
dan bentuk gelombang gempa ditentukan oleh komposisi dan kerapatan bagian dalam bumi.
Bumi terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut:
7. 4. 2. 1. Inti Bumi (Barisfer / Centrosfer)
135
Pengetahuan manusia tentang inti bumi masih sangat terbatas. Inti bumi terdiri dari inti
luar (tebalnya 2160 km) dan inti dalam (tebalnya 1320 km). Diduga barisfer terdiri dari nikel dan
ferum (besi) disingkat nife. Inti luar diduga berwujud cair, sedangkan inti dalam berwujud padat.
Pengaruh panas matahari hanya terasa paling dalam 20 meter di bawah permukaan bumi.
Setelah 20 meter ke bawah, temperaturnya telah konstan (tidak lagi dipengaruhi musim panas
dan dingin). Akan tetapi, makin masuk ke dalam bumi temperaturnya makin tinggi.
Umumnya tiap turun 33 m temperatur naik 1o C, Angka 33 m ini disebut “jumlah
geothermis”, artinya jumlah meter yang diperlukan untuk kenaikan temperatur 10 C, apabila
turun vertikal ke dalam lapisan bumi. Ada istilah “derajat geothermis”, artinya jumlah derajat
Celcius yang dipakai apabila turun vertikal 100 m ke dalam bumi. Jumlah geothermis ataupun
derajat geothermis tidak sama di setiap tempat. Batuan gunung berapi yang masih panas
memperkecil jumlah geothermis, sedangkan air samudera dan air tanah memperbesar derajat
geothermis. Makin besar jumlah geothermis suatu lapisan bumi, makin kecil derajat
geothermisnya.
Inti bumi ini yang diduga menyebabkan adanya sifat kemagnetan bumi. Bumi merupakan
magnet raksasa dengan kutub selatan magnet terletak di bagian utara bumi dan kutub selatan
magnet terletak dibagian utara bumi, meskipun ternyata tidak tepat betul pada kutub bumi.
Bumi merupakan medan magnet yang luar biasa besarnya, dan sebagaimana diketahui
jarum kompas selalu menunjuk ke arah utara dan selatan kutub magnet bumi. Fenomena alam
semacam ini dapat dimanfaatkan untuk mengungkap adanya batuan di permukaan bumi yang
mempunyai kekuatan (gaya) untuk tarik menarik atau tolak menolak sesama benda. Arah
kemagnetan bumi merupakan salah satu misteri alam semesta yang sampai saat ini belum
terungkap.
7. 4. 2. 2. Selimut (Mantel)
Sesuai dengan namanya lapisan ini bersifat melindungi bagian dalam bumi. Lapisan ini
terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Litosfer. Lapisan ini terdiri dari lapisan Sial (Silisium dan Aluminium) dan lapisan Sima
(Silisium dan Magnesium). Tebalnya sekitar 50--100 km. Bersama kerak bumi disebut
lempeng litosfer yang mengapung di atas meteri yang agak kental, yaitu astenosfer.
136
b. Astenosfer, wujudnya agak kental, tebalnya 100--400 km. Diduga lapisan ini sebagai
tempat formasi magma. Wujudnya tidak padat, maka massa di atasnya dapat bergerak.
Mungkin kondisi macam ini sebagai dasar teori lempeng tektonik.
c. Mesosfer, wujudnya padat dengan tebal sekitar 2400--2750 km, terletak di bawah
astenosfer.
7. 4. 2. 3. Kerak Bumi
Lapisan ini menempati bagian paling atas dari permukaan bumi dengan tebal rata-rata
antara 10-50 km. Umumnya, tebal kerak bumi dipermukaan sekitar 20-50 km, tetapi di bawah
permukaan laut tebalnya hanya sekitar 10--12 km saja, wujudnya padat.
Kerak bumi terdiri dari zat padat yang disebut batuan. Menurut kejadiannya, batuan
dibedakan atas tiga golongan, yaitu :
a. Batuan beku.
Terjadi dari magma cair dan panas membeku di dalam atau di luar bumi akibat
temperaturnya turun. Menurut tempat membekunya dibedakan atas tiga macam, yaitu batuan
beku luar, batuan beku sela dan batuan beku dalam.
b. Batuan sedimen (endapan).
Angin, air, es mengikis batuan dan hasil kikisannya diendapkan ke tempat lain. Di tempat
baru ini hasil kikisan diendapkan. Hasil kikisan tersebut ada yang tetap gembur, ada yang
menjadi keras (membantu), karena waktu atau tekanan dari lapisan di atasnya.
c. Batuan metamorf (malihan).
Batuan sedimen maupun batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat, karena suhu
yang tinggi atau tekanan yang berat.
7. 4. 2. 4. Lapisan air (Hidrosfer)
Hidrosfer ialah semua perairan yang berada di bumi, yaitu samudera, lautan, danau,
sungai dan air tanah. Air yang turun dari langit, sebagai hujan dan salju, tidak mengandung
garam atau mineral yang terlarut, masuk ke sungai, mengalir di atas permukaan tanah dan bawah
permukaan tanah melarutkan garam mineral yang ada di tanah dibawa ke laut. Pemanasan
matahari akan menguapkan air laut tetapi garam – garam mineral tidak ikut menguap, sehingga
air laut terasa asin.
137
Garam mineral yang merupakan bagian besar dari air laut, yaitu garam dapur (NaC1
=Natrium Clorida) dan garam Inggris (MgSO4 = Magnesium Sulfat). Kira – kira 71% dari planet
bumi ini merupakan lapisan air. Air dari laut, sungai, danau menguap (evaporasi) ditambah
penguapan dari vegetasi (transpirasi) akan membentuk awan.
Awan yang terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi akan mengalami pendinginan
(kondensasi) sehingga terurai menjadi titik – titik air yang karena gaya beratnya akan turun ke
muka bumi sebagai hujan (presipitasi). Setelah sampai di permukaan bumi, sebagian mengalir di
atas permukaan, dan sebagian lagi masuk ke dalam bumi (infiltrasi) sehingga terjadi aliran atas
permukaan dan aliran bawah permukaan, mengisi kembali danau, sungai dan laut serta diserap
kembali oleh tumbuhan. Dengan demikian terjadi siklus hidrologi (siklus air).
Pada saat hujan turun, air hujan akan membawa Oksigen (O2) dan Karbon dioksida
(CO2) yang ada di udara ke dalam sungai, danau dan laut, sehingga memungkinkan ada
kehidupan di dalam air.
7. 4. 2. 5. Lapisan Udara
Lapisan udara (Atmos=Uap/udara, sphaira=bulatan) menyelimuti bumi.
Berdasarkan sifatnya, atmosfer dibagi dalam beberapa lapisan:
a. Troposfer ;
Di daerah tropika, tinggi troposfer bisa mencapai 18 km, sedangkan di daerah kutub
tinggi troposfer hanya 6 km. Gejala cuaca sehari–hari seperti awan, embun, hujan, salju, angin
terjadi pada lapisan ini.
Pada lapisan ini terdapat gejala “Lapse rate”, artinya setiap naik 100 m suhu akan turun
rata – rata 0,60C. Contoh :
Puncak Jaya (Irian Jaya) ketinggiannya 5.000 m
Suhu di pantai (0m) rata – rata = 260C
Suhu di Puncak Jaya = 260C – (5000m / 100mx0,60C) = - 40C
Suhu tersebut membuat air menjadi beku (salju). Gejala ini yang menjawab mengapa di
daerah tropika dapat dijumpai salju.
Pada lapisan troposfer terdapat penurunan suhu yang disebabkan oleh sangat sedikitnya
troposfer menyerap radiasi gelombang pendek dari matahari, sebaliknya permukaan tanah
memberi panas pada troposfer di atasnya.
138
Pertukaran panas banyak terjadi pada troposfer bawah, karena itu suhu semakin rendah
sesuai dengan bertambahnya ketinggian. Udara troposfer atas sangat dingin, dan lebih berat
dibandingkan dengan udara di atas tropopause (lapisan pemisah antara troposfer dengan
stratosfer) sehingga udara troposfer tidak dapat menembus tropopause.
b. Stratosfer.
Lapisan udara di atas tropopause disebut stratosfer. Kenaikan suhu pada lapisan tersebut
disebabkan oleh unsur Ozon (O3) yang menyerap radiasi ultraviolet dari matahari. Stratosfer
bagian atas dibatasi oleh stratopause, yang terletak pada ketinggian 60 km. Lapisan di atas
stratopause disebut mesosfer, yang terletak antara ketinggian 60 km dan 80 km.
c. Mesosfer.
Pada lapisan ini ditandai penurunan suhu rata-rata 0,4o C setiap kenaikan ketinggian 100
km. Bagian atas mesosfer dibatasi oleh mesopause, lapisan pada atmosfer yang suhunya paling
rendah (kira – kira – 1000C), terletak pada ketinggian 85 km. Di atas mesopause terdapat lapisan
termosfer, terletak pada ketinggian 85 km dan 300 km, suhu pada lapisan ini dari – 100 o C
sampai ratusan bahkan ribuan derajat.
7. 4. 2. 6. Menentukan Umur Bumi
Di kenal ada empat cara untuk menentukan umur bumi, yaitu:
a. Teori sedimen
Cara ini didasarkan pada perhitungan tebal lapisan sedimen rata-rata yang membentuk
batuan.
b. Teori kadar garam.
Cara ini didasarkan atas perhitungan kenaikan kadar garam laut.
c. Teori termal.
Menurut teori ini, pada saat bumi terbentuk merupakan batuan yang sangat panas dan
karena bersentuhan dengan udara yang suhunya lebih rendah, maka batuan tersebut mendingin
dan membeku seperti saat ini.
d. Teori Radioaktivitas.
Menurut teori zat radioaktif dalam waktu tertentu akan terurai separuhnya (meluruh)
menjadi zat yang lebih rendah susunan zatnya.
7. 4. 2. 7. Terbentuknya benua dan samudera di bumi
139
Benua merupakan bagian bumi yang tidak tertutup oleh perairan. Terdapat beberapa teori
tentang terbentuknya benua dan samudera di bumi ini. Alfred L. Wegener, (1915)
mengemukakan teori tentang pergeseran benua (continental drift), sebagai berikut.
Pada saat bumi terbentuk hanya berupa satu benua besar (superkontinental) Pangea,
superkontinental ini retak-retak dan pecah menjadi tiga bagian, yaitu Eropa–Asia, Amerika–
Afrika dan Australia–Antartika. Kemudian Amerika–Afrika dan Australia – Antartika pecah
seperti keadaan sekarang. Pada saat Amerika dan Afrika pecah, celah diantaranya membentuk
Samudera Atlantik. Anak benua India yang tadinya menempel di benua Afrika, retak dan pecah
bergerak ke utara menempel pada benua Asia, akibatnya terjadi gerakan vertikal, yang naik
membentuk pegunungan Himalaya dan yang turun membentuk Samudera Hindia. Pada saat bumi
berotasi, ada sebagian massanya yang terlempar keluar, yang kemudian menjadi bulan (satelit
bumi), sedangkan bagian yang ditinggalkan berbentuk cekungan menjadi Samudera Pasifik.
Mc. Kenzie dan Robert Parker (1967) mengemukakan teori lempeng tektonik (Tectonic
Plate theory), sebagai berikut :
Bumi ini terdiri lempeng–lempeng tipis dan kaku yang retak–retak dengan bentuk yang tidak
beraturan dan dikelompokkan atas lempeng benua dan lempeng samudera. Di bumi ada enam
lempeng utama, yaitu :
- Lempeng Amerika
- Lempeng Afrika
- Lempeng Eurasia
- Lempeng Indo–Australia
- Lempeng Pasifik
- Lempeng Antartika
Lempengan–lempengan ini setiap saat mengalami gerakan (horisontal maupun vertikal)
untuk mencari keseimbangan baru. Baik bergerak saling menjauh, saling mendekat maupun
saling bergesekan.
a. Apabila lempeng benua dan lempeng samudera saling bertabrakan, maka lempeng
samudera tersebut akan menyusup atau menujam ke bawah lempeng benua, karena lempeng
samudera mempunyai berat jenis yang besar. Pada bidang pertemuan kedua lempeng tersebut
akan ditemui jalur palung laut, proses pelipatan dan sesar, disertai kegiatan vulkanisme serta
140
merupakan wilayah rawan gempa. Contohnya pertemuan antara lempeng benua Eurasia
dengan lempeng samudera Indo-Australia.
b. Apabila dua lempeng bergerak saling menjauh, maka akan terjadi rekahan dan dari
rekahan tersebut akan keluar magma yang banyak mengandung besi dan magnesium, yang
kemudian membeku membentuk kerak bumi yang baru. Contohnya : perekahan lempeng
samudera yang terjadi di Samudera Atlantik (Pematang Tengah Samudera Atlantik).
c. Apabila dua lempeng saling bergesekan, maka pada bidang batasnya ditemukan patahan
atau sesar mendatar. Contoh : Sesar San Andreas di Amerika Serikat.
7. 4. 3.Pembentukan relief bumi
Permukaan bumi tidaklah rata, melainkan bervariasi, mulai dari dataran, bergelombang,
berbukit hingga bergunung, bahkan banyak dijumpai adanya lembah. Semua ini merupakan bukti
kongkrit bahwa ada suatu proses pembentukan permukaan bumi sehingga bentuknya seperti
sekarang ini.
Beberapa teori yang menunjukan pemikiran yang berkaitan dengan pembentukan
permukaan bumi, antara lain :
a. Teori Kontraksi oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Mereka
berpendapat bahwa kulit bumi mengalami pengerutan, karena bagian dalamnya mengalami
pendinginan. Dengan demikian, permukaan bumi menjadi tidak rata (keriput).
b. Teori Laurasia – Gondwana oleh Eduard Zuees (1884) dan Frank B. Taylor (1910).
Mereka berpendapat bahwa di kedua kutub bumi masing–masing terdapat benua, di utara ada
benua Laurasia dan di selatan ada benua Gondwana. Kedua benua tersebut bergerak ke arah
ekuator secara perlahan dan berbenturan, hingga terpecah dan membentuk benua seperti
sekarang ini, ada gerakan vertikal ke atas membentuk pegunungan dan ada gerakan vertikal
ke bawah membentuk lembah–lembah.
c. Teori Pergeseran Benua oleh Alfred Wegener (1915). Dalam teorinya Wegner
mengemukakan bahwa di bumi ini pada awalnya hanya ada satu benua, yaitu Pengea. Akibat
gerak sentrifugal saat bumi berotasi, benua tersebut retak – retak dan retakannya makin lama
makin lebar dan akhirnya pecah seperti bentuk sekarang ini.
141
d. Teori Konveksi oleh Harry H. Hess (1962). Dalam teorinya mengemukakan bahwa ada
aliran konveksi yang merambat ke dalam kerak bumi menyebabkan batuan kerak bumi
menjadi lunak dan permukaan bumi menjadi tidak rata.
e. Teori Pergeseran Dasar Laut oleh Robert Diesz. Dalam teorinya mengemukakan bahwa
terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggungan dasar laut ke kedua sisinya, makin
jauh dari punggungan dasar laut makin tua umurnya. Hal ini berarti ada gerakan yang
arahnya dari punggungan dasar laut. Contohnya punggungan dasar laut tersebut adalah Mid-
Atlantic Ridge.
f. Teori Lempeng Tektonik oleh Mc. Kenzie dan Robert Parker (1967). Mereka
mengatakan bahwa lapisan batuan (Lithosfer) mengapung di atas lapisan astenosfer.
Menimbulkan bentukan permukaan bumi yang berbeda–beda.
Gaya tektonik yang bekerja dari dalam menyebabkan pengaruh yang nyata di permukaan
bumi. Secara garis besar, gaya tektonik dibedakan atas tektonik epirogenesa, bila gerakannya
merupakan pengangkatan disebut epirogenesa negatif dan tektonik Orogenesa, suatu gerakan
vertikal yang akan membentuk pegunungan.
Disamping gerakan–gerakan tersebut di atas, ada gerakan lainya yang disebut
pelengkungan (warping), pelipatan (fold), retakan (joint) dan patahan (fault). Gerakan vertikal
yang tidak merata di suatu daerah berbatuan sedimen akan menghasilkan perubahan struktur
lapisan yang semula relatif horizontal menjadi melengkung ke bawah, menghasilkan bentuk
cekungan (basin), yang melengkung ke atas, menghasilkan bentuk kubah (dome). Gerakan
vertikal semacam ini disebut warping.
Struktur batuan akan mengalami pelipatan (fold) bila mendapat tekanan yang lemah
tetapi berlangsung dalam waktu yang lama. Besarnya tekanan masih dibawah titik patah batuan,
sehingga masih dapat dinetralisir oleh keplastisan batuan. Bagian puncak lipatan disebut antiklin
dan bagian lembahnya disebut sinklin. Derah pegunungan lipatan yang besar biasanya masih
mengalami pelipatan kecil – kecil lagi, demikian pula di bagian lembahnya. Puncak lipatan
utama disebut antiklinorium dan lembahnya disebut sinklinorium. Puncak dan lembah kecil-kecil
di atas antiklinorium dan di sinklinorium disebut antiklinal dan sinklinal.
Struktur yang terbentuk karena pengaruh gaya regangan, adalah batuan yang retak–retak
namun bersambung. Jadi gayanya tegak lurus pada bidang permukaan retakan, mengarah ke arah
142
yang berlawanan. Biasanya terjadi pada batuan yang rapuh, sehingga dengan tenaga kecil saja
sudah membuatnya retak (joint).
Patahan (fault) terjadi karena tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat serta
melampaui titik patah batuan. Batuan tidak hanya retak, tetapi terpisah satu dengan yang lain.
Daerah sepanjang patahan, umumnya merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu
mengalami pergeseran batuan.
Beberapa istilah sehubungan dengan bentukan patahan antara lain :
a. Graben (slenk), berupa tanah turun yang terbentuk antara dua patahan dimana blok
batuan di tengah kedua patahan mengalami penurunan.
b. Horst, berupa tanah naik yang terbentuk antara dua patahan dimana blok batuan di tengah
kedua patahan mengalami pengangkatan.
c. Fault Scarp (cliff), dinding terjal yang dihasilkan oleh patahan dimana salah satu blok
bergeser ke atas/bawah, menjadi lebih tinggi/rendah. Sering kali fault scarp tidak tampak
lagi, karena mengalami erosi.
7. 4. 4. Gerakan Rotasi Bumi
Bumi berputar pada porosnya dengan arah barat–timur dan sekali putar memerlukan waktu
23 jam 56 menit 4 detik. Gerakan bumi berputar pada porosnya disebut rotasi bumi. Waktu
yang dibutuhkan untuk sekali putar disebut satu kala rotasi bumi (satu hari bumi).
Akibat rotasi bumi :
a. Gerakan semu harian matahari, seolah–olah matahari terbit di sebelah timur dan terbenam
di sebelah barat.
b. Pergantian siang dan malam, separuh dari bola bumi menerima sinar matahari (siang),
sedang separuh bola lainnya mengalami kegelapan (malam).
c. Pembiasan arah angin dan arus laut, seperti yang dijelaskan dalam hukum Buys Ballot.
Angin di belahan bumi utara tidak bergerak lurus dari tekanan udara maksimum ke daerah
tekanan udara minimum, tetapi dibiaskan ke kanan dan belahan bumi selatan dibiaskan
kekiri.
d. Perbedaan waktu antara tempat-tempat yang berbeda garis bujur.
e. Bentuk bumi bulat pepat.
7. 4. 5. Gerakan Revolusi Bumi.
143
Bumi disamping berputar pada porosnya, juga berputar mengitari matahari dan sekali
putar memerlukan waktu 365,25 hari. Gerakan bumi berputar mengitari matahari disebut
revolusi bumi. Waktu yang dibutuhkan bumi untuk sekali putar mengitari matahari disebut satu
kala revolusi bumi ( satu tahun bumi).
Akibat revolusi bumi yaitu :
a. Di daerah sebelah utara Garis Balik Utara ( Tropic of Cancer ) dan sebelah selatan Garis
Balik Selatan (Trafic of Capricorn) mengalami empat musim (panas-gugur-dingin-semi)
secara berkala.
b. Perbedaan lamanya siang dan malam, pada musim panas siang hari lebih panjang dari
pada malam dan sebaliknya.
c. Terlihat rasi bintang yang beredar dari bulan ke bulan.
7. 4. 6. Gravitasi Bumi
Suatu fenomena alam yang tidak dapat dipungkiri adanya suatu kekuatan (gaya) yang
senantiasa ke bawah (tegak lurus bumi). Mobil dapat berjalan dengan kecepatan tinggi di jalan
raya,manusia dapat berjalan di muka bumi dan tumbuhan dapat tumbuh dengan akar menuju ke
dalam bumi dapat dipastikan kesemuanya itu berkaitan dengan adanya gaya gravitasi bumi.
Dengan adanya gaya tersebut maka semua benda di muka bumi ini tidak melayang ke ruang
angkasa.
Di bulan gaya gravitasi sangat kecil (1/6 gaya gravitasi di bumi,artinya bila di bumi berat
suatu benda 60 kg, maka benda tersebut di bulan hanya 10 kg saja).Akibatnya astronot tidak
dapat lari kencang dan tidak dapat berjalan di bulan.
Gaya gravitasi di setiap tempat di muka bumi tidak sama,hal ini disebabkan adanya
perbedaan :
- Jari-jari ke kutub dan ke ekuator tidak sama (pengaruhnya kecil saja)
- Ketinggian tempat (pengaruhnya juga kecil saja)
- Kerapatan batuan yang menyusun kulit bumi (pengaruhnya sangat besar sekali)
Akibat gravitasi bumi, yaitu :
a. Materi di bumi punya bobot, sehingga tidak melayang layang.
b. Semakin ke arah kutub, bobot suatu materi akan semakin besar, karena jari-jari bumi ke
arah kutub menjadi pendek gravitasi di pusat bumi sama dengan nol.
144
Semakin jauh dari pusat gravitasi, bobot materi makin berkurang. Sedangkan semakin
tinggi seseorang mendaki gunung,bobot tubuh makin ringan. Sampai pada ketinggian tertentu,
suatu materi tidak punya bobot lagi. Akibatnya, materi tersebut akan melayang-layang di udara.
Dengan demikian, bobot suatu materi tergantung kepada kuatnya gaya tarik gravitasi.
7. 4. 7. Pasang Surut Laut
Pasang surut adalah gerakan naik turunya muka laut secara berirama disebabkan oleh
gaya tarik matahari dan bulan. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa
bulan,tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi. Sedangkan bulan, jaraknya sangat dekat dengan
bumi. Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan dari pada massa. Oleh karena itu,
bulan mempunyai peranan yang lebih besar dari pada matahari dalam menentukan pasang surut.
Adanya gaya tarik bulan yang kuat, menyebabkan bagian bumi yang terdekat ke bulan
akan tertarik membengkak hingga perairan samudera di situ akan naik dan menimbulkan pasang.
Pada saat yang sama,bagian bola bumi dibaliknya akan mengalami keadan serupa atau pasang
juga. Sementara itu pada sisi lainnya yang tegak lurus terhadap poros bumi-bulan, air samudera
akan bergerak ke samping sehingga menyebabkan terjadinya keadaan surut.
Apabila bulan-bumi-matahari terletak satu garis lurus, seperti saat bulan purnama, gaya
tarik keduanya akan saling memperkuat. Dalam keadaan demikian terjadilah pasang surut
purnama dengan tinggi muka air laut melebihi tinggi pasang yang umum. Sebaliknya surutnya
pun sangat rendah,sehingga lokasi-lokasi tertentu dengan pantai yang landai bisa menjadi kering
sampai jauh ke laut.
Bila bulan-matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, maka gaya tariknya akan
saling meniadakan.Akibatnya, perbedaan tinggi air laut antara pasang surut hanya kecil saja dan
keadaan ini dikenal dengan pasang surut perbani.
7. 4. 8. Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan
Gerhana bulan terjadi pada saat bulan berada pada fase purnama dan tentunya terjadi saat
malam hari. Daerah di bumi yang dapat menyaksikan gerhana bulan meliputi daerah yang sangat
luas. Gerhana bulan dapat dilihat dengan mata telanjang, karena cahaya bulan sebenarnya
merupakan pantulan cahaya matahari.
Gerhana bulan sebagian terjadi apabila tidak seluruh bagian bulan memasuki daerah
umbra, atau bulan hanya masuk pada daerah penumbra. Apabila seluruh bulan memasuki daerah
145
umbra, maka akan terjadi gerhana bulan total yang dapat berlangsung lebih dari satu jam.
Sementara itu, Gerhana matahari terjadi pada siang hari dan fase bulan baru. Berbeda dengan
gerhan bulan, gerhana matahari hanya dapat terlihat dari daerah yang terbatas di muka bumi.
Gerhana matahari sebagian terjadi, apabila tidak seluruh bagian bulan menghalangi
cahaya matahari. Gerhana matahari total dialami pada daerah di bumi yang masuk pada umbra,
yaitu seluruh cahaya matahari terhalang bulan. Pada daerah penumbra terjadi gerhana sebagian.
Apabila daerah umbra tidak sampai pada muka bumi, maka akan terjadi gerhana matahari cincin.
Hal ini dapat terjadi karena jarak bumi-bulan tidak selalu sama. Hal ini pula yang dapat
mengakibatkan luas daerah gerhana pada permukaan bumi bervariasi.
Pada gerhana matahari total yang dapat berlangsung sampai tujuh menit, kita dapat
melihat fenomena alam yang indah, yaitu korona matahari. Kurang lebih 15 menit sebelum
gerhana matahari total terjadi, alam sekitar pada saat itu menjadi gelap da suhu menurun.
Mengamati gerhana matahari haruslah berhati-hati, berbeda dengan melihat gerhana bulan.
Pada gerhana matahari sebagian atau cincin, walaupun agak redup, cahaya matahari
sebenarnya masih cukup kuat dan berbahaya bagi mata telanjang. Kita dapat melihatnya dengan
penyaring cahaya. Perlu diperhatikan saat gerhana total berlangsung, kita memang dapat melihat
dengan mata telanjang, karena seluruh cahaya matahari terhalang oleh bulan. Namun saat
gerhana matahari total belum terjadi atau telah usai, cahaya matahari yang keluar dari sisi
piringan bulan sangat berbahaya bagi mata kita yang melihat langsung. Terlebih lagi saat
matahari total usai, mata kita yang tadinya terbiasa dengan kegelapan, tiba-tiba langsung terkena
cahaya yang kuat, sehingga dapat merusak retina mata dan mengakibatkan kebutaan.
Daerah di muka bumi yang berada di luar jalur pusat gerhana, juga dapat melihat gerhana
namun yang tampak hanyalah sebahagian. Bila kedudukan matahari-bumi-bulan menjadi
terhalang, terjadilah gerhana bulan.
Gerhana bulan terjadi karena permukaan bulan tertutup oleh bayangan bumi. Gerhana
bulan akan terjadi pada fase bulan purnama. Kemiringan orbit bulan terhadap bidang ekliptika,
menyebabkan gerhana bulan tidak terjadi pada setiap bulan purnama.
Gerhana matahari terjadi karena ada bagian bumi yang tertutup oleh bayangan bulan. Ada
tiga macam gerhana matahari, yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian (parsial)
dan gerhana matahari cincin. Kurang lebih dalam satu tahun tujuh kali bulan berada di dalam
daerah bayang–bayang bumi atau bumi berada dalam daerah bayang–bayang bulan.
146
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari. Oleh
karena itu, paling banyak dalam satu tahun dapat terjadi tujuh kali gerhana bulan dan gerhana
matahari dan paling sedikit terjadi dua kali gerhana bulan dan gerhana matahari. Untuk satu jenis
gerhana terdapat satu siklus, yaitu setiap 18 tahun 10,3 hari (satu tahun gerhana). Untuk tempat
di bumi gerhana matahari total dapat terlihat setiap 360 tahun sekali. Jadi untuk suatu tempat di
bumi, gerhana matahari total merupakan kejadian yang sangat langka.
7.4. 9. Musim di Bumi
Kombinasi dari revolusi dan kemiringan bumi akan memengaruhi sudut jatuh sinar
matahari di permukaan bumi. Hal ini mengakibatkan terjadinya musim di permukaan bumi dan
memengaruhi lamanya siang/malam.
Dibumi ada 4 (empat) macam musim, yaitu :
a. Musim dingin (winter), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan Desember-Januari-
Pebruari, sebaliknya di Belahan Bumi Selatan terjadi musim panas .
b. Musim Semi (spring), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan Maret-April-Mei,
sebaliknya di Belahan Bumi Selatan terjadi musim gugur .
c. Musim Panas (summer), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan Juni-Juli-Agustus,
sebaliknya di Belahan Bumi Selatan terjadi musim dingin.
d. Musim Gugur (fall, autumn), di Belahan Bumi Utara terjadi pada bulan September-
Oktober-November, di Belahan Bumi Selatan terjadi musim semi .
Pada tanggal 21 Maret dan 23 September, sinar matahari pada jam 12.00 vertikal pada
garis ekuator (khatulistiwa /0o Lintang), karena itu sinar matahari menyinggung Kutub Utara dan
Kutub Selatan bumi, akibatnya lamanya siang hari dan malam hari sama di seluruh bumi. Saat
tersebut energi matahari yang diterima pada daerah tropika adalah maksimum, kemudian makin
berkurang ke arah kutub, sehingga di daerah kutub energi matahari menjadi nol.
Pada tanggal 22 Juni, Kutub Utara condong 23½o ke arah matahari, akibatnya energi
matahari pada jam 12.00 vertikal pada Garis Balik Utara/Tropic of Cancer (23½o LU), sinar
matahari menyinggung Garis Artika (66½o LU) setelah melewati Kutub Utara sedangkan di
Kutub Selatan sinar matahari tidak menyinggung Kutub Selatan, tetapi berakhir pada Garis
Antartika (66½o LS). Lingkaran terang tidak membagi lintang sama besar, kecuali pada daerah
tropika, akibatnya lamanya siang hari tidak sama dengan lamanya malam hari. Belahan Bumi
147
Utara mempunyai bagian yang lebih luas ke arah matahari dari pada Belahan Bumi Selatan,
akibatnya siang hari di Belahan Bumi Utara lebih lama dari pada di Belahan Bumi Selatan.
Daerah Kutub Utara siangnya sampai 6 bulan. Pada saat itu, belahan Bumi Utara menerima
energi matahari yang maksimum, akibatnya di Belahan Bumi Utara temperaturnya menjadi
tinggi dan terjadi musim panas.
Pada tanggal 22 Desember, Kutub Selatan condong 23½o ke arah matahari, akibatnya
sinar matahari pada jam 12.00 vertikal pada Garis Balik Selatan/Tropic of Capricorn (23½o LS),
sinar matahari menyinggung Garis Antartika (66½o LS) sehingga pada 66½o LS ada cahaya,
sedang pada 66½o LU tidak ada cahaya. Daerah Kutub Utara mengalami malam sampai 6 bulan.
Lingkaran terang tidak membagi garis lintang sama besar, kecuali pada daerah tropika.
Akibatnya di Belahan Bumi Utara lamanya malam hari lebih panjang dan temperaturnya rendah,
sehingga terjadi musim dingin.
Saat Belahan Bumi Utara mengalami musim panas, sinar matahari jatuh di atas Kutub
Utara akibatnya Kutub Utara selama 6 bulan tidak pernah mengalami malam hari. Selama itu
matahari tidak pernah terbenam, tetap berada di atas kaki langit, mengitari kutub setiap hari.
Pada saat yang sama Kutub Selatan selama 6 (enam) bulan mengalami malam hari, karena sinar
matahari terhalang oleh cembungnya bola bumi. Pergantian siang dan malam hari di daerah
kutub adalah enam bulan sekali.
Makin jauh suatu tempat di muka bumi dari daerah kutub, pergantian siang dan malam
harinya semakin pendek, misalnya di daerah tropika, cahaya matahari yang menimpa daerah ini
tanpa terpengaruh oleh kemiringan sumbu bumi, sehingga perubahan siang dan malam hari
berjalan sesuai dengan perputaran bumi pada sumbunya (rotasi).
Bagi orang yang tinggal di Belahan Bumi Utara, pada tengah hari matahari akan tampak
berada di langit sebelah selatan dan selama musim panas letaknya lebih tinggi. Sebaliknya, bagi
mereka yang tinggal di Belahan Bumi Selatan, matahari akan tampak di sebelah utara, karena
matahari berada sejajar dengan garis khatulistiwa (ekuator).
7.4.10. Bulan
Bulan merupakan satu-satunya satelit bumi, tidak mempunyai atmosfer, berdiameternya
3456 km dengan jarak dari bumi rata-rata 381.550 km (jarak terjauh bulan dari pusat bumi
406.700 km dan jarak terdekat 356.400 km).
148
Permukaan bulan penuh dengan gunung, kawah, lembah, sama seperti di bumi.
Gravitasinya 1/6 gravitasi bumi. Sinar bulan berasal dari pantulan sinar matahari. Sesuai dengan
pantulan ini permukaan bulan dapat berubah-ubah. Perubahan penampakan bulan disebut fase
dan fase bulan terjadi karena bulan mengitari bumi (revolusi).
Ada delapan fase bulan, yaitu:
a. Fase bulan baru, terjadi pada kedudukan dengan urutan matahari-bulan-bumi (konjugasi).
b. Fase bulan sabit, terjadi pada kedudukan setelah konjugasi dan akan memasuki
kedudukan akhir.
c. Fase bulan setengah penuh, terjadi pada kedudukan bulan-bumi tegak lurus pada
matahari-bumi (kuartir).
d. Fase bulan bungkuk, terjadi pada kedudukan setelah kuartir dan akan memasuki
kedudukan oposisi.
e. Fase bulan purnama, terjadi pada kedudukan dengan urutan matahari-bumi-bulan
(oposisi).
f. Fase bulan setengah bungkuk, terjadi pada kedudukan oposisi dan akan memasuki
kedudukan kuartir.
g. Fase bulan setengah penuh, terjadi pada kedudukan bulan-bumi tegak lurus pada
matahari-bumi.
h. Fase bulan sabit, terjadi pada keadaan setelah kuartir dan akan memasuki kedudukan
konjugasi.
Bulan mengorbit bumi dengan periode 27,3 hari waktu ini disebut periode sideris,
sedangkan selang waktu yang dibutuhkan bulan mencapai dua fase sama berturut–turut, misalnya
dari bulan purnama ke bulan purnama berikutnya, disebut periode sinodis. Waktu satu periode
sinodis 29,5 hari.
Dalam kalender yang mendasarkan pada peredaran bulan sebagai acuannya, tanggal 1
diambil pada saat bulan baru atau disebut bulan mati. Pada saat tersebut bulan berada diantara
bumi dan matahari, sehingga tidak ada cahaya matahari yang bisa dipantulkan bulan ke bumi.
Kemudian, karena bulan bergerak mengelillingi bumi, semakin lama semakin banyak permukaan
bulan yang tampak disinari matahari.
Bulan mulai kelihatan sebagai bulan sabit, dan ini berlangsung sampai sekitar tanggal 7,
yakni saat bulan dalam keadaan setengah penuh. Antara tanggal 7 dan tanggal 15, permukaan
149
bulan yang disinari matahari semakin banyak. Keadaan ini disebut bulan bungkuk. Saat bulan
purnama, yaitu sekitar tanggal 14, bumi berada diantara bulan dan matahari. Pada kedudukan ini
bulan bersinar penuh, karena bulan persis berada di belakang bumi apabila dilihat dari matahari.
Setelah bulan purnama berlangsung, bulan memasuki fase bungkuk lagi, terus menjadi setengah
penuh pada tanggal 21, dan menjadi bulan sabit lagi sampai bulan baru berikutnya.
Perhitungan tahun menurut bulan mengelilingi bumi disebut perhitungan “qamariah”
(bahasa Arab, qamar=bulan). Penanggalan Hijriah dasarnya peredaran bulan mengelilingi bumi.
Sementara perhitungan tahun menurut peredaran bumi mengitari matahari disebut perhitungan
“Syamsiah” (bahasa Arab, Syam=matahari) contohnya penanggalan Masehi.
Sampai saat ini belum jelas bagaimana bulan terbentuk dan menjadi satelit bumi.
Bersama ini dipaparkan teori mengenai proses pembentukan bulan, sebagai berikut:
a. Teori Fisi
Menurut teori ini bulan berasal dari calon bumi pada saat masih belum memadat, bumi
dan bulan sama.
b. Teori Penangkapan
Menurut teori ini bulan dari tempat lain di tata surya. Pada suatu ketika, benda tersebut
bergerak cukup dekat dengan bumi, sehingga mengalami gravitasi bumi. Gaya tarik gravitasi
bumi menyebabkan benda langit mengorbit bumi menjadi satelit bumi.
c. Teori Kondensi
Menurut teori ini, bumi dan bulan terbentuk bersama–sama dari sumber bahan yang sama
secara terpisah. Teori ini banyak penganutnya, karena proses kondensasi memang analog dengan
pembentukan tatasurya.
d. Teori Tumbukan
Teori ini mengemukakan bahwa saat bumi belum padat sebuah benda langit menumbuk
bumi. Akibat tumbukan ini sebagian materi bumi tersebut terlempar dan bergabung menjadi satu,
membentuk bulan.
e. Teori Lemparan
Teori ini mengemukakan bahwa saat bumi belum padat dan berotasi, sebagian massanya
terlempar keluar, kemudian mejadi bulan.
Bagian bulan yang sama selalu menghadap ke bumi. Hal ini terjadi karena rotasi bulan
waktunya sama dengan waktu revolusi. Dengan demikian kita selalu melihat sisi bulan yang
150
tetap, hanya fasenya saja yang berbeda–beda, berulang dari bulan baru ke bulan purnama dan
seterusnya.
Di bulan tidak ada atmosfer, akibatnya:
a. Suhu berubah sangat cepat (suhu tertinggi 110o C dan terendah –170o C).
b. Bunyi tidak dapat merambat, akibatnya sangat sunyi.
c. Tidak ada peredaran air, akibatnya kering kerontang.
Sinar bulan berasal dari pantulan sinar matahari. Sesuai dengan pantulan ini permukaan
bulan dapat berubah – ubah. Perubahan penampakan bulan disebut fase dan fase bulan terjadi
karena bulan mengitari bumi (revolusi).
7.4.11. Alam Semesta
Terjadinya alam semesta telah dipelajari oleh manusia sejak dahulu. Pada awalnya
dipelajari atas dasar legenda yang berkembang dari mitos. Kemudian dikembangkan oleh orang–
orang Yunani Kuno. Sejak abad 17, perkembangannya sangat pesat dengan ditemukannya alat–
alat teropong bintang dan lain–lainnya.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta adalah Astronomi.
Pengamatan lebih lanjut yang dilakukan oleh para ahli Astronomi dengan menggunakan alat–alat
atau instrumen mutakhir menunjukkan bahwa di alam semesta ini terdapat bintang–bintang
beredar mengikuti suatu pusat yang berupa suatu kabut gas pijar yang sangat besar, dikelilingi
oleh kelompok–kelompok bintang yang sangat dekat satu sama lain dan juga dikelilingi oleh
gumpalan–gumpalan kabut gas pijar yang lebih kecil dari pusatnya dan ribuan bintang yang
tersebar. Semua itu disebut galaksi, yang jumlahnya lebih dari satu. Galaksi ini terdiri dari ribuan
bintang dan salah satu bintang itu adalah matahari kita (galaksi dimana matahari kita berinduk
diberi nama Milky Way/Bhima Sakti).
Matahari merupakan pusat sistem tatasurya kita (Heliosentris), dikelilingi oleh planet–
planet, komet-komet, meteor-meteor, debu dan gas antar planet. Peredaran planet mengelilingi
matahari disebut gerak revolusi. Planet–planet disamping mengitari matahari juga beredar
mengelilingi sumbunya, gerakan ini disebut gerak rotasi.
7.4.11.1 Perkembangan Pemikiran Tentang Alam Semesta
Pemikiran tentang alam semesta telah dimulai sejak zaman Babylonia (700–600 SM),
yang menganggap bahwa bumi bentuknya datar dan langit merupakan selungkupnya, sehingga
151
mereka membayangkan bahwa alam semesta bentuknya setengah bola. Namun yang
menakjubkan bahwa mereka telah mengenal bidang edar matahari, satu kali matahari beredar
kembali ke tempat semula memerlukan waktu 365,25 hari (satu tahun). Walaupun saat ini kita
tahu , bahwa itu tidak benar.
Pada zaman Yunani Kuno, Thales (624-546 SM), menyatakan bahwa bintang
memancarkan sinarnya sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan sinar matahari. Ia juga
berpendapat bahwa bumi seperti piring datar yang terapung di atas air.
Anximander (610-546SM), berpendapat bahwa alam semesta berbentuk seperti bola dan
bumi sebagai pusatnya. Langit dan isinya beredar mengelilingi bumi. Faham yang mengatakan
bahwa bumi sebagai pusat alam semesta disebut “Geosentris”. Anaximader juga mengajarkan
penentuan waktu atas dasar bayangan suatu tongkat. Sementara Phytagoras (580-500 SM)
berpendapat bahwa bumi itu bulat dan berputar, karena berputar maka tampaknya alam semesta
yang berputar mengelilingi bumi. Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa bumi itu bulat
dan menjadi pusat dari alam semesta yang mengelilinginya. Ptolomeus (127-151) berpendapat
bahwa bumi itu bulat dan diam.Bintang-bintang menempel tetap pada langit dan berputar
mengelilingi bumi,sekali putar memerlukan waktu 24 jam. Planet – planet beredar mengelilingi
bumi dengan garis edar yang letaknya antar bumi dan bintang.
Dengan makin berkembangnya alat pengamat bintang dan semakin meningkatnya
kemampuan berpikir manusia, maka terjadi perubahan besar dalam pemikiran tentang alam
semesta ini.
Copernicus (1473-1543) mengajarkan bahwa sebenarnya bumi adalah salah satu planet
yang bersama planet – planet lain beredar mengitari matahari. Faham yang menyatakan bahwa
matahari sebagai pusat alam semesta disebut “Heliosentris”. Copernicus juga menyatakan bahwa
bulan mengelilingi bumi, bersama bumi mengelilingi matahari dan bumi berputar pada porosnya
dengan arah barat ke timur. Bruno (1548-1600) menyatakan bahwa alam semesta ini tidak ada
batasnya dan bintang-bintang tersebar di alam semesta. Keppler (1571-1630) mengungkapkan
bahwa planet-planet beredar mengitari matahari dengan orbit berbentuk elips dengan satu fokus
(Hukum Keppler I), bila ditarik garis khayal dari suatu planet ke matahari, sementara planet
tersebut bergerak menurut garis edarnya, maka luas bidang yang ditempuh pada jangka waktu
yang sama adalah sama luasnya. Hukum Keppler II dan pangkat dua dari waktu yang
152
dibutuhkan suatu planet mengelilingi matahari secara penuh sebanding dengan pangkat tiga jarak
rata-rata planet tersebut ke matahari (Hukum Keppler III).
Galileo (1564-1642) mengatakan bahwa ada empat buah bulan (satelit) yang mengelilingi
planet Yupiter, di bulan ada gunung-gunung,di matahari ada bintik hitam yang sangat penting
untuk menghitung kecepatan rotasi matahari, taburan bintang di alam semesta dimana matahari
kita menjadi bagiannya diberi nama Milky Way dan ditemukan cincin Saturnus.
7.4.11.2. Terbentuknya alam semesta
Ada dua teori tentang terbentuknya alam semesta,yaitu:
a.Teori Ledakan (Big Bang)
Georges Lematire (1930) mengatakan bahwa ada suatu massa yang sangat besar dengan
berat jenis yang sangat besar,meledak dengan hebat,melemparkan semua jasad ke segala arah
menjauhi pusat ledakan.Massa yang bergerak ini membentuk kelompok –kelompok bintang
galaksi.
b.Teori Ekspansi-Konstraksi.
Herman Bondi,Thomas Gold dan Fred Hoyle (1948) mengatakan bahwa alam semesta
dalam keadan diam hanya mengalami siklus “masa ekspansi”( mengembang ) dan “masa
kontraksi”(mengkerut) pada masa ekspansi terbentuk galaksi serta bintang-bintangnya dan
menghimpun energi sedangkan masa kontraksi bintang-bintang itu melepaskan
energi .Berdasarkan teori ini alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.
7.4.11.3. Terbentuknya Galaksi.
Ada satu hipotesis tentang terbentuknya galaksi,yaitu hipotesis Fowler.
Menurut Fowler (1957),di alam semesta ada kabut gas hidrogen yang besar sekali
mengadakan rotasi sehingga berbentuk bulat,karena gaya beratnya ia berkontraksi.Akibat
kontraksi ini massa bagian luar banyak yang tertinggal,sehingga terbentuklah bintang-
bintang.Bintang-bintang ini kemudian berkontraksi,melepaskan energi dan panas.Setelah sekian
lama mempunyai bentuk yang tetap,seperti matahari kita.
7.4.11.4 Terbentuknya Tatasurya
Ada beberapa teori terbentuknya tatasurya, yaitu:
a. Hipotesis Nebular.
153
Kant dan Laplace (1796), mengatakan bahwa tata surya terbentuk dari kondensasi massa
kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut, massa kabut gas yang jauh dari
pusat massa tertinggal, tidak ikut tertarik ke arah pusat. Setelah mendingin, pusat massa menjadi
bintang atau matahari dan massa yang tertinggal mengelilingi matahari menjadi planet–planet
dan benda angkasa lainnya.
b. Hipotesis Planettesimal
Chamberlain dan Moulton (1905), mengemukakan bahwa pembentukan sistem tata surya
tidak berasal dari satu massa, tetapi dua massa kabut gas saling berdekatan akan menimbulkan
gaya tarik menarik, akibatnya sebagian massa dari kedua massa kabut gas tersebut terlepas dan
setelah mendingin terbentuklah benda – benda kecil yang padat (planettesimal). Benda–benda
kecil yang padat tersebut akan menggumpal menjadi besar dan inilah yang menjadi planet–planet
dan benda–benda angkasa lainnya.
c. Hipotesis Tidal.
James Jeans dan Harold Jeffreys (1919), mengemukakan bahwa planet dan benda–benda
angkasa lainnya merupakan percikan dari matahari (tidal). Tidal ini terjadi karena ada dua buah
matahari yang bergerak saling mendekat, maka terjadi gaya tarik menarik,terjadilah percikan-
percikan dari matahari tersebut. Tidal-tidal inilah yang kemudian menjadi planet dan benda-
benda angkasa lainnya.
Usaha para ilmuwan hanyalah sekedar menguji hipotesis-hipotesis tersebut. Setelah
teruji, hipotesis tersebut masih mungkin untuk diperbaiki dengan hipotesis/teori yang lebih
akurat. Namun demikian hipotesis/teori-teori tersebut di atas masih diyakini orang pada saat ini.
Tata surya kita terdiri dari matahari sebagai pusatnya,dikelilingi oleh planet-planet,
satelit, komet, meteor, debu dan gas antarplanet. Keseluruhan sistem ini bergerak mengelilingi
pusat galaksi.
Peristiwa matahari terbit maupun terbenam yang sering diabadikan orang adalah salah
satu keindahan alam. Matahari merupakan sumber energi utama yang menunjang kehidupan di
bumi dan satu-satunya dalam tatasurya yang memancarkan cahaya. Matahari adalah sebuah
bintang yang paling dekat dengan bumi kita.
Bagian-bagian dari tatasurya kita yaitu:
a. Matahari.
Matahari sangat penting bagi kehidupan di bumi, karena
154
1) Merupakan sumber cahaya dan panas (energi).
2) Mengontrol peredaran planet-planet, yang berarti mengontrol terjadinya siang dan
malam, pergantian hari, minggu, bulan dan tahun.
Matahari merupakan suatu bola gas yang terdiri atom Hidrogen (H), atom Helium (He),
campuran unsur – unsur Karbon (C) dan atom lainnya. Cahaya matahari yang kita gunakan
dalam penentuan siang dan malam sebenarnya berasal dari Fotosfer. Radiasi fotosfer sangat kuat
pada gelombang tampak mata. Sedangkan atmosfer bumi dapat meloloskan panjang gelombang
tampak mata. Mata manusia sangat sensitif pada panjang gelombang tampak mata ini.
Apabila kita melihat matahari dengan menggunakan filter tembus cahaya merah, hanya
bekas sinar merah gas Hidrogen yang tampak, maka kita akan dapat melihat lapisan Kromosfer.
Kromosfer ini permukaannya tidak mulus, tetapi ada lidah – lidah api (spikula).
Pada saat gerhana matahari berlangsung dan saat fotosfer dan kromosfer terhalang oleh
bulan, tampak bagian luar yang berwarna putih perak di sekeliling matahari. Bagian inilah yang
disebut Korona. Pada saat biasa, korona terlampau lemah untuk dilihat, karena kalah terang
dibandingkan dengan terangnya fotosfer. Gas pada korona sangat panas dan terutama
memancarkan sinar X.
Sumber energi matahari adalah perubahan atom Hidrogen menjadi atom Helium.
b. Merkurius.
Planet ini merupakan planet yang paling dekat dengan matahari. Waktu yang baik untuk
melihat planet ini dari bumi sesaat sebelum matahari terbit dan terbenam. Saat Merkurius berada
di sebelah barat matahari, akan terbit lebih dahulu dari pada matahari dan akan kelihatan sebagai
“bintang pagi”. Sebaliknya, saat Merkurius di sebelah timur matahari, akan kelihatan sebelum
matahari terbenam dan kelihatan sebagai “bintang sore” Orang awam menduga bahwa “bintang
pagi” dan “bintang sore” dua bintang yang berbeda. Di Yunani sendiri, Merkurius disebut
Merkurius saat sebagai “bintang pagi”, sedangkan saat sebagai “bintang sore” disebut Apollo.
Merkurius tidak punya atmosfer dan tidak punya bulan (satelit).
c. Venus (Bintang Kejora).
Planet ini paling terang dari pada planet lainnya, karena cahaya yang dipantulkan sangat
terang, orang Yunani menganggap planet ini paling cantik, oleh karena itu diberi nama Venus
(Dewi kecantikan).
155
Pada saat Venus berada di sebelah barat matahari, terlihat sebelum matahari terbit,
sehingga disebut “bintang pagi”. Pada saat Venus berada di sebelah timur matahari terlihat
setelah matahari terbenam, sehingga disebut “bintang sore”. Orang Yunani dahulu kala
menganggap dua planet yang berbeda, sehingga disebut Hesperus saat “bintang pagi” dan
Phosphorous saat “bintang sore”. Rotasi Venus berlawanan dengan rotasi bumi, rotasinya timur-
barat. Venus tidak punya satelit, tetapi punya atmosfer yang sangat tebal sekali dan banyak
mengandung Gas Rumah Kaca.
d. Bumi.
Planet ini dijelaskan lebih detil pada bagian awal.
e. Mars. (Planet Merah).
Planet ini warnanya kemerah – merahan, akibat dari oksida besi yang banyak terdapat di
permukaannya. Mengingat warna merah berkaitan dengan darah dan darah tercecer saat perang,
maka planet ini diberi nama Mars (Dewa Perang).
Mars mempunyai dua satelit (Phobos dan Deimos), punya atmosfer yang hanya sedikit
gas rumah kacanya. Permukaan planet Mars sangat dingin, sangat kering, banyak sinar
ultraviolet, tidak ada bahan organik, sering terjadi badai, banyak pasir.
f. Jupiter.
Planet terbesar dalam sistem tatasurya kita, rotasinya tercepat. Gravitasinya 2,64 kali
gravitasi bumi.
g. Saturnus.
Planet ini memiliki keunikan sendiri, ada kabut yang mengitari secara simetris, disebut
“cincin Saturnus”. Cincin ini diduga satelit yang tidak pernah terbentuk, karena gaya ganggu
Saturnus yang besar akibatnya calon satelit itu menjadi tidak stabil.
h. Uranus
Planet ini merupakan planet pertama yang dapat ditangkap oleh teleskop. Planet ini tidak
akan kelihatan bila tidak menggunakan teleskop, karena letaknya cukup jauh dari matahari dan
ukuran tidak cukup besar. Rotasinya berlawanan arah dengan rotasi bumi.
i. Neptunus.
Planet ini dilihat dengan teleskop dari bumi berwarna kebiru-biruan. Dari spektrum
cahayanya, planet ini diketahui mempunyai atmosfer yang sebagian besar terdiri dari gas metana.
156
7.4. 12. Benda – benda Angkasa Lain
Disamping sembilan planet yang mengitari matahari, ada benda-benda angkasa lain yang
juga mengitari matahari, yaitu :
a. Asteroid
Asteroid merupakan benda angkasa kecil mirip planet, lintasannya antara planet Mars dan
planet Jupiter. Asteroid pertama yang ditemukan diberi nama Ceres oleh penemunya Piazzi.
Ternyata Ceres merupakan asteroid terbesar.
Asteroid adalah benda angkasa bukan bahan planet dan bukan pecahan planet, oleh
karena itu disebut planettoid (bukan planet).
b. Komet (“bintang” berekor).
Ketika melintas di dekat bumi dengan cepat, benda angkasa ini menampakan ekornya
yang panjang. Pada saat jauh dari matahari, komet bergerak lambat, semakin mendekat matahari
gerakan semakin cepat. Pada saat mendekat ke matahari, gas pada inti komet mulai menguap
menjulur pada arah yang tetap, apabila komet bergerak mendekat ke arah matahari ekornya
menjauh dari matahari, apabila komet bergerak menjauh dari matahari ekornya tetap menjauh
dari matahari. Hal ini akibat dorongan angin matahari.
c. Meteor ( “Bintang Jatuh )
Pada malam hari kadang – kadang terlihat seperti ada bintang beralih tempat di langit,
orang menyebutnya “bintang jatuh “atau” bintang beralih”. Sebenarnya peristiwa itu merupakan
masuknya benda angkasa ke dalam atmosfer bumi. Benda tersebut bergesekan dengan udara,
sehingga suhu meteor akan naik, kemudian memijar lalu menguap. Pada umumnya benda
tersebut habis terbakar sebelum mencapai permukaan bumi. Benda angkasa yang memasuki
atmosfer bumi disebut meteoroid, sedangkan peristiwa pemijaran disebut meteor. Meteorit yang
tidak habis terbakar dan sampai ke permukaan bumi disebut meteorit. Beberapa meteorit yang
jatuh ke permukaan bumi menimbulkan lekukan yang dalam dan lebar di muka bumi,tempat
jatuhnya meteor disebut kawah meteor. Kawah meteor dapat ditemukan di Arizona (Amerika
Serikat), Aljazair, Siberia, Australia dan Kanada.
d. Satelit.
Satelit merupakan pengiring planet. Satelit beredar mengelilingi planet (revolusi),
disamping berputar pada porosnya (rotasi). Bersama planet satelit mengitari matahari. Satelit
157
yang paling dikenal adalah bulan, satelitnya bumi. Ruang diantara benda – benda angkasa
bukanlah ruang kosong melainkan ruang yang isinya adalah pertikel debu antar planet.
7.4.13. Perkembangan dalam Astronomi
Pada bulan November 2000 ditemukan obyek di angkasa yang diberi nama Varma dan
pada bulan Oktober 2002 ditemukan lagi obyek yang diberi nama Quaoar. Varma dan Quaoar
dipastikan bukan planet, karena memiliki orbit yang berubah-ubah dan terletak di wilayah sabuk
Kuiper, yakni suatu cakram yang mengandung ribuan serpihan batu yang diselimuti es dan
mencapai orbit Neptunus.
Pada bulan Oktober 2003, seorang astronom dari Amerika Serikat berhasil memotret
pertama kali benda angkasa yang diduga merupakan planet ke 10, yang untuk sementara diberi
nama 2003UB313. Jaraknya 14,5 miliar km dari matahari (+ 97 kali jarak matahari–bumi).
Planet-planet mengorbit matahari nyaris dalam satu bidang (ekliptika), tetapi orbit obyek ini
menyilang 44o dari ekliptika. Secara informal, para astronom memberi nama obyek ini dengan
Xena. Ukurannya lebih besar dari Pluto (diameter Pluto 3000 km).
Pada bulan Maret 2004, ditemukan obyek yang jaraknya 10 miliar km dari matahari dan
diberi nama Sedna, diameternya 1770 km.
Pada sidang umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical
Union = IAU) di Praha (Republik Ceko) tanggal 24 Agustus 2006, meredefinisi planet sebagai
berikut:
1. Planet adalah benda angkasa yang mengelilingi bintang, sementara benda itu sendiri bukan
bintang
2. Memiliki masa yang besar (> 1/500 masa bumi) atau diameternya > 800 km dan gravitasinya
cukup besar, sehingga mampu mempertahankan bentuknya yang bulat.
3. Memiliki orbit yang jelas dan bebas dari benda angkasa lain.
Mengingat hal tersebut, maka planet Pluto ditetapkan bukan lagi termasuk kelompok
planet, karena:
1. Orbit Pluto membentuk sudut 170 dengan ekliptika dan memotong orbit planet Neptunus,
sehingga terkadang Pluto lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus.
2. Planet lain kemiringan orbitnya yang terbesar 70 (Merkurius) dan yang terkecil 0.80 (Uranus)
terhadap ekliptika (bidang orbit Bumi mengitari Matahari).
158
3. Satelit Pluto (Charon) diameternya 1/2 x Pluto, padahal bulan (satelit bumi) diameternya ¼ x
bumi.
Dengan demikian maka Pluto tidak dimasukkan dalam golongan benda angkasa planet,
tetapi digolongkan dalam planet kerdil, bersama Sedna, Xena, Charon.
Tanggal 24 April 2007, peneliti dari observatorium Geneva (Swiss) menyatakan bahwa
mereka berhasil menemukan planet yang mengelilingi bintang redup Gliese 581 yang letaknya
20,5 tahun cahaya dari Bumi (jarak dari Bumi ke Gliese 581 setara dengan 20,5 x
9.500.000.000.000 km). Para astronom penemu planet yang serupa dengan bumi ini dengan
sebutan “Super Earth”. Suhu rata-rata planet ini kurang dari 40o C, radiusnya 1,5 kali radius
Bumi dan dari model yang dibuat diketahui bahwa planet ini merupakan planet batuan yang
tertutup lautan, seperti halnya bumi. Planet ini mengorbit Gliese 581 sekali dalam 12,9 hari
bumi.
Karena sifat khas planet ini, “Super Earth” diyakini akan jadi fokus penyelidikan para
astronom, terutama yang bertujuan untuk mencari kehidupan di luar bumi (ekstraterestrial).
Planet semacam ini, pasti diluar tatasurya, yang jaraknya pasti masih di luar jangkauan teknologi
manusia saat ini.
7.5. Peranan IPA dan Teknologi Bagi Kehidupan
7.5.1. Peranan Bagi Kebutuhan Primer Manusia
a. Sandang
Manusia sebagai mahluk yang berbudaya memerlukan pakaian, yang pada mulanya
hanya sekedar penutup aurat, kemudian berkembang fungsinya menjadi alat untuk melindungi
diri dari sengatan panas dan dinginnya udara. Untuk ini kemajuan ilmu pengetahuan alam dan
teknologi telah banyak memberikan sumbangan.
Apabila pada abad–abad yang lalu mesin–mesin dapat mempercepat pembuatan tekstil
yang umumnya terbuat dari kapas, maka pada abad sekarang teknologi telah mampu
menyumbangkan kepada manusia serat–serat sintetik yang lebih baik sebagai hasil sampingan
dari sulingan minyak bumi ataupun batubara. Dengan demikian, manusia tidak perlu menunggu
terlalu lama pertumbuhan kapas. Di samping itu, kekurangan dari serat sintetik dapat diperbaiki
dengan teknologi nuklir sehingga cukup nyaman dipakai, sebagai aspek negatif yang terutama
terlihat dari bahan sintetik ini adalah serat–serat sintetik ini lebih sulit hancur bila dibandingkan
159
dengan serat kapas. Bakteri pengurai lebih mudah menghancurkan serat kapas apabila
dibandingkan dengan serat sintetik, dan hal inilah yang dapat menimbulkan polusi.
b. Papan
Dengan kemajuan teknologi manusia mulai pula memperbaiki tempat tinggalnya.
Dimulai dengan tempat tinggal di goa, selanjutnya di rumah yang sederhana, dan makin
sempurna tentu saja menambah kenyamanan hidup, tetapi juga akan memerlukan bahan baku
yang lebih banyak. Hal tersebut tentu akan berdampak negatif dengan perambahan hutan secara
berlebihan, yang akan sangat mengganggu lingkungan.
c. Pangan
Dampak positif kemajuan teknologi di bidang pangan terutama di bidang produksi bahan
makanan. Dengan bantuan teknologi yang canggih dapat dibuat bibit-bibit unggul yang akan
menghasilkan lebih banyak apabila dibandingkan dengan bibit-bibit yang biasa. Dengan
mekanisasi pertanian orang akan mendapatkan hasil yang jauh lebih besar. Namun demikian
dampak negatifnya juga cukup besar. Pemakaian racun pemberantas hama tanaman ternyata
tidak hanya memberantas hama tetapi juga membunuh hewan ternak, meracuni hasil panen,
ataupun meracuni manusia itu sendiri.
7.5.2. Peranan bagi Kebutuhan Non-Primer
a. Industri
Dengan kemajuan teknologi, memberikan dampak positif pada kehidupan manusia,
terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun demikian kemajuan industri ini
memberi dampak negatif kepada manusia. Polusi yang disebabkan oleh limbah industri ini
menimbulkan gangguan bagi penduduk terutama yang bertempat tinggal di sekitar lokasi industri
tersebut. Berbagai usaha ke arah pengendalian pencemaran ini telah dilakukan oleh pemerintah
dengan menetapkan syarat – syarat pembuangan limbah.
b. Transportasi
Kemajuan teknologi memberikan pula kemampuan kepada manusia menciptakan
berbagai kendaraan seperti mobil, bus, kereta api, kapal terbang, dan sebagainya yang
kesemuanya memudahkan dan meningkatkan hubungan antara manusia.
Bersama dengan kenikmatan yang diadakan manusia ini, maka diperoleh pula sejumlah
aspek negatif, seperti pencemaran udara oleh kendaraan darat dan oleh sisa-sisa bahan bakar
160
pesawat udara, tercemarnya lautan, polusi pendengaran oleh kebisingan kendaraan, dan makin
banyaknya kecelakaan yang ditimbulkan oleh transportasi.
c. Komunikasi
Salah satu keperluan hidup manusia adalah berkomunikasi antara sesamanya. Untuk itu
ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak menyumbangkan alat-alat bantu untuk komunikasi
ini.
Percetakan sebagai alat komunikasi menjadi sangat penting artinya bagi manusia sejak
awal abad ke 15 sebagai komunikasi masa, yaitu surat kabar. Dengan media cetak ini suatu berita
diikuti oleh banyak orang dalam waktu yang singkat, meskipun persebarannya masih tergantung
pada alat transportasi yang ada pada saat itu.
Pada pertengahan abad yang ke 18 ditemukan pula telegrafi. Keunggulan telegrafi adalah
orang dapat berkomunikasi jarak jauh hanya dalam waktu beberapa menit saja. Telepon yang
diciptakan oleh Bell pada tahun 1876 merupakan alat komunikasi yang diciptakan setelah
telegrafi. Keunggulan telepon dibandingkan dari telegrafi adalah dengan telepon orang dapat
berkomunikasi langsung seperti layaknya orang berbicara satu dengan lainya.
Radio yang diciptakan oleh Marconi pada tahun 1896 merupakan alat komunikasi yang
dipancarkan melalui udara. Dengan demikian hubungan antar tempat tidak perlu lagi melalui
kawat penghubung. Pesan yang dikomunikasikan menjadi lengkap setelah ditemukannya sinema
(gambar hidup), yang kemudian ditemukannya televisi. Dengan televisi orang akan dapat
mengirimkan suara dan gambar.
Ditemukannya satelit komunikasi, kebutuhan manusia untuk mengadakan hubungan
secara lebih cepat makin terpenuhi. Aspek negatif dari kemajuan teknologi untuk bidang
komunikasi ini lebih banyak disebabkan oleh sifat manusia itu sendiri. Keserakahan manusia ini
menjadi makin memuncak dengan bantuan berbagai alat komunikasi yang makin canggih.
d. Kesehatan
Dengan kemajuan teknologi maka bidang kesehatan mendapatkan kemajuan pula dan
manusiapun ikut merasakannya. Dengan kesehatan yang makin meningkat umur manusia kian
dapat diperpanjang, karena banyak penyakit yang tadinya merupakan penyakit yang mematikan
tetapi dengan kemajuan teknologi dapat disembuhkan. Aspek negatif dari makin penuhnya dunia
ini menyangkut masalah sandang, pangan, papan, lapangan kerja, pendidikan, dan sebagainya.
Salah satu usaha untuk menanggulangi ini adalah Keluarga Berencana.
161
e. Sumberdaya
Dampak positif sumberdaya terhadap manusia, adalah dengan adanya minyak bumi,
batubara, dan sumberdaya lainnya yang sangat membantu dalam bidang energi, industri,
transportasi, dan sebagainya. Di samping itu, adanya sumberdaya alam ini memberikan aspek
negatif terutama dalam masalah lingkungan. Gas CO yang ada karena pembakaran minyak bumi
dapat meracuni sel-sel darah merah sehingga sel-sel ini tidak berfungsi lagi sebagai pengangkut
oksigen dalam jaringan tubuh. Pada awal penggalian lingkungan sumberdaya alam itu juga tidak
lepas dari pencemaran di sekitar pemboran yang dapat merusak tumbuhan dan hewan yang hidup
di sekitar daerah tersebut.
Dampak positif kemajuan teknologi di bidang pertanian antara lain adalah intensifikasi
terhadap lahan pertanian. Dengan intensifikasi, diharapkan tanah pertanian menjadi lebih subur.
Perlu diperhatikan bahwa intensifikasi ini bila tidak berhati–hati dilakukan akan menyebabkan
kerusakan pada lahan.
Zat-zat radio aktif merupakan sumberdaya alam yang ikut menentukan nasib manusia di
masa kini. Aspek positif didapatkan untuk pembangkit tenaga listrik, di bidang kedokteran, di
bidang pertanian, di bidang perairan, dan sebagainya. Aspek negatif yang paling utama adalah
polusi sinar radio aktif akan sangat berbahaya bagi manusia.
Dampak dari perkembangan IPA dan Teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, dapat bersifat positif (kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan menyenangkan,
artinya benar–benar bermanfaat) dan dapat juga bersifat negatif (menimbulkan efek samping).
7. 6. Dampak Perkembangan IPA dan Teknologi
Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave mengatakan bahwa menjelang abad XXI
umat manusia akan menghadapi suatu revolusi baru bidang teknologi, yaitu revolusi informasi
dan telekomunikasi. Revolusi ketiga ini ditandai dengan perubahan teknologi terutama di bidang
mikro elektronika, teknologi energi alternatif, aeronautika, bioteknologi dan teknologi informasi.
7.6.1. Bioteknologi
Bioteknologi sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi manusia.Berbagai peninggalan dari
bangsa Babylonia (6.000 SM) telah mencatat adanya pembuatan anggur, dan sebagainya.
Bioteknologi ini baru diangkat kembali, dengan perkembangan yang cukup maju sehingga
banyak membantu manusia dalam kehidupannya.
162
7.6.1.1. Perkembangan Bioteknologi
Perkembangan biotenologi dapat dibedakan dalam beberapa generasi sebagai berikut:
Generasi pertama, dimulai sejak proses-proses bioteknologi sederhana, seperti pembuatan
anggur, bir, tempe, dan sebagainya. Generasi kedua dimulai tahun 1949, dengan ditemukannya
antibiotika penisilin oleh Alexander Fleming melalui cara fermentasi. Pada generasi ini
terbukalah usaha industri besar-besaran untuk memproduksi antibotika,vitamin asam organik,
dan sebagainya. Karena itu periode ini dikenal juga sebagi revolusi biologi molekuler. Generasi
ketiga, dimulai pada tahun 1970, setelah dikenalkannya teknik rekayasa.
Teknik rekayasa ini mencakup rekayasa genetika,seperti teknik rekombinasi DNA
(Deoxy Ribonucleic Acid) dengan teknik hibridoma, rekayasa kultur jaringan, dan rekayasa
fermentasi. Teknik rekombinasi DNA, yang tergolong pada rekayasa genetika, dilakukan
dengan menyambungkan potongan DNA dari satu sel organisme lain. Hubungan ini akan
memberikan DNA kombinasi.
Salah satu contoh lain dari rekayasa genetika adalah teknik hibridoma. Teknik ini
disebut juga sebagai fusi sel, yang dilakukan dengan penggabungan (fusi) dua buah sel yang
menghasilkan sel hibrida. Rekayasa kultur jaringan,tekniknya disebut juga teknik kultur sel,
dilakukan dengan mengembangkan jaringan (sel) pada medium yang sesuai. Rekayasa
fermentasi dengan teknik fermentasinya adalah proses penumbuhan mikroba untuk
menghasilkan zat tertentu seperti alkohol,penisilin,dan obat-obatan lain.
Proses bioteknologi di negara maju pada saat ini sangat cerah karena berbagai
persyaratan yang diperlukan untuk kemajuan bioteknologi telah terpenuhi, seperti:
a. Kesiapan dan sikap membangun, pemerintah yang sadar akan pentingnya bioteknologi
b. Kesiapan dana yang dapat dipakai untuk penelitian.
c. Pengadaan sarana infrastruktur sepenuhnya.
d. Staf ahli bioteknologi yang berkelayakan dan mencukupi.
Proses bioteknologi di negara yang sedang berkembang,masih dalam tahapan Optimistic
Prediction. Hal ini disebabkan karena sebagian besar berbagai persyaratan yang diperlukan
belum terpenuhi.
7.6.1.2. Bioteknologi di Bidang Pertanian
163
Salah satu keunggulan teknologi di bidang pertanian adalah pemuliaan tanaman. Di
bidang pemuliaan tanaman, dikembangkan berbagai jenis baru yang berdaya produksi tinggi dan
lebih bergizi, lebih tahan terhadap penyakit,mengurangi kebutuhan pupuk dan kebutuhan
berbagai bahan kimia.
Untuk memperoleh bibit unggul yang tahan racun, dapat menggunakan dilakukan teknik
kultur sel. Sejumlah populasi sel yang ditumbuhkan, diberi perlakuan racun (toksin) sehingga
sebagian kecil saja yang dapat bertahan hidup inilah yang dapat dibiakkan lebih lanjut.
Ada jenis tumbuhan yang menghasilkan senyawa kimia yang mampu mengganggu
perkembangbiakan seranggga. Gen yang dihasilkan tumbuhan ini dapat ditransfer ke tumbuhan
lain, sehingga tumbuhan yang telah ditransfer ini mampu pula mengganggu perkembangbiakan
serangga tersebut. Di samping itu, berbagai hormon serangga yang dapat digunakan
pemberantasan hama, seperti hormon Feromon yang dapat digunakan sebagai pemikat
seranggga, dan hormon Alaromon yang digunakan untuk mengusir serangga.
Produksi endoktoksin yang potensial sebagai insektisida bagi serangga tertentu juga
merupakan suatu unggulan lain dari bioteknologi di bidang pertanian. Untuk itu, gen yang
menghasilkan endotoksin di transfer dari Bacillus thurungiensis ke bakteri Pseudomonas
fluorescens. Bakteri rekombinan tersebut dikembangbiakan, dibekukan, dikeringkan, dan
kemudian dilapiskan pada biji sebelum ditanam atau disebarkan di ladang.
Kacang-kacangan merupakan jenis tumbuhan yang dapat menyuburkan tanah. Hal ini
disebabkan karena akar tumbuhan ini mengandung bintil–bintil pada akar yang berisi jutaan
bakteri Rhizobium yang mampu mengisap nitrogen bebas (N2 dan NH3) dari udara. Kemudian
mengubahnya menjadi bentuk nitrogen terikat NH4 + dan NO3) yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan induk.
Di bidang pemuliaan tanaman, regenerasi tumbuhan dapat dilakukan dengan cara seksual
ataupun cara aseksual. Cara seksual terjadi dari percampuran serbuk sari (polen) dan sel telur
(ovul), sedangkan cara aseksual dilakukan melalui organ–organ khusus, seperti umbi ataupun
potongan batang.
Pemuliaan tanaman dan hewan pada saat ini umumnya dilakukan dalam dua cara, cara
tradisional dan cara bioteknologi. Dengan cara tradisional pemuliaan dilakukan dengan
menyilangkan dua macam tumbuhan atau hewan yang berkembang biak secara seksual. Hasil
silangannya menjadi sangat beragam dan tidak dapat diramalkan. Pemuliaan dengan cara
164
bioteknologi dilakukan dengan cara menyisipkan gen-gen yang bersifat tertentu dan yang
diinginkan ke dalam genom yang telah ada di tiap organisme. Dengan cara tersebut akan
memberikan hasil yang lebih akurat. Di samping itu, cara bioteknologi juga dapat digunakan
untuk mempertukarkan gen antar organisme yang tidak dapat disilangkan secara seksual.
7.6.1.3. Bioteknologi di Bidang Peternakan
Pemuliaan hewan dengan tujuan untuk dapat menghasilkan yang terbaik telah dilakukan
sejak zaman dulu. Pemuliaan hewan dilakukan agar dapat mengembangkan hewan yang akan
tumbuh lebih besar, air susu akan dihasilkan lebih banyak, melahirkan keturunan yang lebih baik
dan lebih tahan terhadap penyakit. Penerapan bioteknologi pada hewan ini antara lain adalah
penggunaan antibodi monoklonal. Antibodi monoklonal adalah antibodi yang sejenis dan
dihasilkan melalui teknik hibridoma. Di bidang peternakan antinbodi ini digunakan untuk :
a. Diagnosis kehamilan pada lembu. Deteksi kehamilan ini dapat dilakukan 24 hari setelah
perkawinan.
b. Deteksi masa birahi dari lembu betina. Deteksi ini menguntungkan dalam penentuan
waktu inseminasi (kawin suntik) dan untuk menjaga agar produksi susu yang optimum.
Dengan kegunaan ini terlihat bahwa antibodi monoklonal sangat berkaitan dengan efisiensi di
bidang peternakan.
Di samping itu para ahli bioteknologi di bidang peternakan telah pula berhasil
menyisipkan gen yang menjadi kulit protein virus, yaitu VP 1 yang bila diproduksi dapat bekerja
sebagai vaksin yang efektif terhadap penyakit mulut dan kuku lembu.
7.6.1.4. Bioteknologi di Bidang Produksi Bahan Pangan
Di bidang produksi bahan pangan, dengan bioteknologi manusia mampu membuat
produksi baru ataupun produk lama dengan cara baru. Karena itu di bidang ini bioteknologi
dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu (1) bioteknologi konvensional, (2) bioteknologi
media, dan (3) bioteknologi modern.
Bioteknologi konvensional, umumnya terdapat di negara Timur. Bioteknologi ini masih
menggunakan mikroba alamiah tanpa seleksi. Beberapa contoh hasil dari bioteknologi antara
lain, pembuatan tempe, oncom, tape, dan tauco.
165
Bioteknologi media, umumnya terdapat di negara–negara Barat. Bioteknologi ini
dilakukan dengan menggunakan mikroba murni yang unggul hasil seleksi yang dikembangkan
secara vegetatif melalui kultur sel. Beberapa contoh dari bioteknologi ini antara lain pada
pembuatan bir, keju, mentega, dan kue mikroba.
Bioteknologi modern melibatkan teknik rekombinan yang umumnya penggunaannya
masih belum banyak. Hal ini disebabkan karena biaya penelitiannya yang cukup tinggi,
sedangkan produk makanannya berharga yang relatif murah.
Beberapa dari bahan pangan yang diproduksi dengan bantuan bioteknologi adalah
sebagai berikut:
a. Roti dan kue
Secara sederhana roti dan kue dibuat dari adonan yang terdiri dari tepung, air, garam, dan
ragi. Jenis ragi yang umum adalah jenis Sacharoyes cerevisae. Proses fermentasi yang terjadi
adalah diubahnya monosakarida dan disakarida menjadi alkohol dan gas CO2. Agar gula dapat
difermentasi lebih banyak, maka dapat ditambahkan enzim alfa aminase yang berasal dari jamur
yang akan mengubah pati menjadi maltosa.
b. Pembuatan glukosa dan fruktosa dari pati
Cara yang umum mengubah pati menjadi glukosa/fruktosa adalah dengan cara hidrolisa.
Menurut cara konvensional cara hidrolisa ini dalam suasana asam, sedangkan isomerisasi
glukosa menjadi fruktosa adalah dengan menggunakan enzim glukoisomerase yang dihasilkan
oleh mikroorganisme B. cogulanes, Sctinoplnes missouriensis, dan Streptomyces spp.
Hidrolisa dengan cara bioteknologi adalah menggunakan enzim alfa amilase dari B.
Subtilis dan enzim amiloglukosidase dari A niger dan A orizae.
c. Pembuatan keju
Apabila ke dalam susu segar ditambahkan bakteri Streptococus atau Lactobacillus, maka
gula laktosa yang ada dalam susu ini akan berubah menjadi asam laktat. Apabila ditambahkan
enzim renin untuk pengurai protein, padatan di dalam susu ini akan menggumpal (terkoagulasi).
Koagulan dipisahkan dengan cairannya dan kemudian dibiarkan menjadi masak untuk membuat
keju.
Dengan mahalnya harga enzim renin, maka dengan cara bioteknologi dapat diperoleh
renin dari mikroba kapang Mucor pussillus, Mucor meihei, dan Endothia Parasitica.
d. Pembuatan bir
166
Untuk pembuatan bir digunakan ragi Sacharomyces cerevisae yang mengubah
karbohidrat (glukosa) menjadi bir (alkohol). Permasalahan yang sering terjadi dalam proses
pembuatan bir adalah ragi yang digunakan tidak mampu melakukan fermentasi dekrin yang
menyusun sekitar 25% dari karbohidrat di dalam cairan fermentasi semula.
Dengan bioteknologi telah berhasil ditemukan jenis ragi yaitu Saccharomyces diasticus
yang dapat mengubah dekrin menjadi alkohol sehingga mengurangi kandungan karbohidrat
dalam air.
Kadang – kadang dalam produksi bir terjadi bentuk bir yang berkabut. Hal ini disebabkan
oleh kelebihan protein dalam cairan. Pada masa ini telah mampu diproduksi enzim protease
pemecah protein sehingga warna bir menjadi lebih jernih.
e. Kue mikroba
Kue mikroba kaya akan protein mulai dapat diproduksi terutama untuk konsumsi
masyarakat negara miskin. Pembuatan kue ini dilakukan dengan pengembang biakan berbagai
jenis ganggang spirulina yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan kue. Kue
ini kaya akan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Protein ini disebut Protein Sel Tunggal
(PST). Di Jerman, produk PST ini diberi nama Probion, sedangkan di Inggris produk ini diberi
nama Mikroprotein.
7.6.1.5. Bioteknologi di Bidang Kesehatan
Masih terdapatnya masalah di bidang kesehatan, antara lain dengan masih terdapatnya
berbagai penyakit yang belum ada obatnya atau vaksinnya, menyebabkan meningkatnya usaha
bioteknologi untuk menemukan obat yang ampuh. Salah satu diantaranya adalah hasil penemuan
dari Alick Isaacs dan Jean Lindermann pada tahun 1956 yaitu Interferon.
Interferon adalah zat yang disekresikan oleh sel tubuh yang terisi oleh virus, bekerja
sebagai tanda bahaya bagi sel–sel di sekelilingnya agar bersiaga menetapkan dan
mengahancurkan virus penyerang. Interferon yang awalnya dibuat dengan menginfeksikan darah
dari donor virus, kemudian interferon yang dihasilkan dikumpulkan.
Interferon berkasiat untuk pengobatan kanker, serta pencegahan dan pengobatan
beberapa penyakit virus. Di samping itu interferon juga memberi harapan dalam pengobatan
penyakit rabies, penyakit kuning, dan herpes.
167
Melalui cara-cara bioteknologi adanya berbagai penyakit ini dapat diketahui lebih dini
dan lebih tepat, disamping lebih mempermudah produksi obat-obatannya. Dengan bioteknologi
produksi yang dihasilkan juga akan lebih banyak.
Berbagai peranan bioteknologi di bidang kesehatan antara lain :
a. Pengembangan antibiotika.
Fleming pada tahun 1940 menemukan penisilin sebagai antibiotika yang pertama sebagai
suatu obat yang ampuh terhadap penyembuhan suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroba.
b. Antibodi monoklonal
Antibodi adalah zat yang termasuk protein yang disekresikan oleh sel tubuh untuk
mengatasi serangan terhadap bibit penyakit seperti virus, bakteri, kapang, dan racun. Antibodi
dibuat oleh sel khusus limpa, darah, dan kelenjar getah bening. Antibodi dalam tubuh bekerjanya
dengan mengenali benda-benda asing yang masuk, mengikatnya, dan menghancurkannya.
Sedangkan antibodi monoklonal adalah antibodi yang sejenis, diproduksi dengan cara hibridoma,
berguna sebagai antibodi dan diagnosis penyakit.
c. Vaksin
Vaksin adalah bibit penyakit yang telah dimatikan atau dilemahkan kemudian
dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Sebagai tanggapan tubuh mengeluarkan antibodi sehingga
kebal terhadap bibit penyakit tersebut. Melalui vaksinasi puluhan juta manusia terselamatkan
dari penyakit seperti cacar, rabies, difteri, tetanus, malaria, hepatitis, dan berbagai penyakit
lainnya.
Pembuatan vaksin anti virus secara konvensional adalah dengan membiakan virus pada
binatang yang cocok, kemudian dikumpulkan atau dilemahkan. Dengan cara ini hanya dapat
dihasilkan vaksin dengan jumlah yang relatif kecil.
Dengan bioteknologi diusahakan membuat vaksin dengan jumlah yang besar dan harga
yang relatif lebih murah. Cara ini dilakukan dengan memotong gen dari DNA yang menjadi salut
protein virus yang dihasilkan dapat bekerja sebagai vaksin.
d. Insulin
Insulin adalah satu hormon polipeptida yang amat penting bagi tubuh yang berperan
menyampaikan bermacam–macam informasi, seperti telah tersedianya pangan untuk dicerna,
bahwa sel otot harus siap bereaksi atau berkurang atau berlebihnya zat–zat kimia di dalam
jaringan.
168
Secara konvensional insulin diekstraksi dari kelenjar pankreas hewan. Tentu saja
jumlahnya makin lama makin terbatas. Dengan bioteknologi diusahakan membuat insulin
dengan jumlah yang banyak dengan harga yang relatif murah. Hal ini dilakukan dengan
penerapan teknologi DNA rekombian, yaitu dengan mengikatkan gen-gen penyandi pembuatan
insulin yang disintesiskan secara kimiawi plasmide, kemudian menyiapkan ke dalam E coli
untuk selanjutnya dibiakan untuk menghasilkan insulin.
e. Pencakokan organ
Salah satu bioteknologi yang saat ini berkembang adalah pencangkokan organ.
Pencangkokan yang sekarang banyak berkembang adalah pencangkokan jantung dan ginjal.
Obat yang dipakai untuk pencangkokan adalah Siklosporin A. Obat ini juga ampuh untuk
suatu penyakit kekebalan itu sendiri yang disebut uvetius, suatu radang mata yang dapat
menyebabkan kebutaan. Di samping itu obat ini juga memberi harapan besar untuk membunuh
skistomiasis parasit pada malaria. Sisklosporin A. Ini dihasilkan oleh cendawan Tolypoclatum.
Penyakit jantung yang dapat dibantu dengan pemakaian bioteknologi terutama adalah
serangan jantung yang disebabkan karena adanya penyumbatan pembuluh darah yang membawa
oksigen di sekitar otak. Ada dua produk bioteknologi yang dipakai untuk penyembuhan penyakit
ini, yaitu:
1) Urokinase, yang selama ini diekstraksi dari air seni atau sel ginjal yang dibiakan
di laboratorium. Karena urokinase ini berasal dari dalam tubuh sendiri, maka tidak akan terjadi
tanggapan kekebalan tubuh.
2) Streptokinase, yang berasal dari bakteri. Streptokinase ini secara bertahap akan
menimbulkan tanggapan kekebalan tubuh, sehingga khasiatnya akan berkurang.
Fungsi kedua obat ini adalah untuk dapat membantu membersihkan pembuluh darah dari
penyumbatan.
7.6.2. Teknologi Informasi
Seperti diketahui bahwa pemanfaatan komputer saat ini sudah memasuki segala bidang
kegiatan, seperti dalam bidang, pendidikan, sains, teknologi, perdagangan, pengobatan, dan
militer. Pemanfaatan komputer sudah tidak lagi hanya untuk kebutuhan profesional saja tetapi
juga sudah merupakan kebutuhan atau penunjang kegiatan masyarakat umum baik itu dalam
169
kebutuhan sosial maupun penunjang studi. Kemajuan yang sangat pesat ini ditunjang oleh begitu
pesatnya pengembangan ilmu dan produk elektronika.
7.6.2.1. Perkembangan Komputer dan Teknologi Informasi
Komputer berasal dari kata “to compute” yang berarti menghitung. Namun pengertian
komputer bukanlah sekedar mesin atau alat hitung saja, melainkan mesin yang dengan konstruksi
elektronika yang mampu menginterpretasikan dan mengeksekusi perintah–perintah dalam bentuk
program dengan suatu input tertentu dan output yang diharapkan yang memuat perhitungan dan
operasi logika. Bila kita perhatikan definisi di atas maka paling tidak ada 4 hal penting yang ada
pada sistem komputer, yaitu:
1. Alat dengan konstruksi elektronika
2. Tempat Penyimpanan
3. Sistem Operasi
4. Program
Dasar komputer pertama kali ditemukan oleh Herman Hollerith (Biro Sensus AS) pada
tahun 1890 yang disebut juga sebagai Bapak Komputer modern berkat penemuannya berupa
mesin “punced card”. Sedangkan pembuatan komputer pertama yaitu MARKI, dilakukan oleh
Howard Aiken (Harvard University) yang bekerja sama dengan Internasional Busines Machines
(IBM) pada tahun 1944 yang mampu melakukan perhitungan aritmatika secara otomatis.
Pembuatan mesin komputer elektronik pertama dilakukan oleh J. Presper dan J.W. Mauchly
(Univ. Of Pensylvania) dengan nama ENIAC (Electronic Numeric Integer and Calculator) pada
tahun 1945. Pada saat itu kemampuan mesin tersebut sudah termasuk hebat, yaitu dapat
melakukan 500 operasi per detik, sebagai perbandingan pada tahun 80-an komputer CRAY-1
mampu melakukan 800 juta operasi per detik.
Kedua orang tersebut kemudian mengembangkan komputer elektronik yang
menggunakan angka biner dalam operasi aritmatikanya pada tahun 1952. Sedangkan komputer
pertama diperdagangkan pada tahun 1949 oleh Eckert Mauchly Computer Company dengan
nama Univac-I, selanjutnya IBM pada tahun 1953 dengan produk IBM-701. Komponen
elektronik utamanya adalah Vacuum Tube (Tabung Hampa) sehingga ukuran komputer jenis ini
masih sangat besar. Bila ditinjau dari proses dan kapasitas memori komputer jenis ini, masih
lambat dan sangat terbatas sekali.
170
Sejak ditemukannya transistor sebagai pengganti tabung hampa menyebabkan ukuran
fisik komputer menjadi jauh lebih kecil namun mempunyai kecepetan proses yang semakin
tinggi serta memorinya yang semakin besar. Saat ini telah menemukan Semi Conduktor dan
Integrated Circuit (IC) yang digunakan pada memori dalam mesin komputer. Dengan
menggunakan bahan Super Condutor dibuatlah rangkaian yang lebih baik lagi dibandingkan
dengan IC, sehingga proses yang dilakukannyapun jauh lebih cepat lagi.
Pembagian generasi komputer dikelompokkan berdasarkan komponen peralatan
komputer yang digunakan yang sekaligus juga menunjukan efisiensi (kecepatan) kerja. Saat ini
dinyatakan sudah mencapai lima generasi. Generasi pertama merupakan komputer dengan
elektronik vacum tube, yaitu dari 1945 – 1958. Generasi kedua dengan menggunakan komponen
transistor, yaitu antara 1958–1966. Generasi ketiga diketemukan komputer yang lebih kecil
ukurannya yaitu berupa Solid Logic Technology dan Monolithic Integrated Circuit, pada periode
1966-1972. Generasi keempat 1972-1978 dengan diketemukannya IC dengan kemampuan lebih
baik dan ukuran lebih kecil. Pada periode 1982-sekarang dikenal sebagai generasi kelima dengan
perkembangan microprocessor yang lebih canggih.
Berdasarkan kapasitas memori dan kecepatannya maka perkembangan PC (personal
komputer) dimulai tahun 1971 dengan ditemukannya prosesor Intel 8008 dengan memori 16 KB,
dilanjutkan dengan prosesor 8080 pada 1974 dengan memori 64 KB. Selanjutnya tahun 1983
IBM PC-XT 8088 mempunyai memori sampai 1 MB dan sekarang dengan Pentium IV bisa lebih
dari 512 MB. Kecepatan aksesnya sendiri dari sekitar 1 MHz pada XT-8088, menjadi antara 8-40
MHZ pada AT-286, 32-64 pada AT-386 dan sekitar 100 MHz pada AT-486. Kemudian
dilanjutkan dengan pentium I, II, III, dan IV yang sekarang mencapai lebih dari 3 GHz.
7.6.2.2. Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat Keras merupakan sistem peralatan yang digunakan untuk melakukan program-
program dalam suatu proses informasi, Contohnya Printer, Monitor, Mouse, Keyboard dll.
Sebagaimana kita ketahui bahwa komputer adalah serangkaian peralatan elektronika yang
terpadu dan terkoordinasi oleh suatu sistem operasi. Peralatan – peralatan yang kita sebut dengan
perangkat keras komputer. Pada umumnya suatu kesatuan peralatan komputer haruslah terdiri
dari minimal oleh 4 komponen, yaitu :
171
a. Piranti Masukan (Input Device).
b. Satuan Tempat Penyimpanan (Storage Unit : hard disk, disket, CD).
c. Central Processing Unit (CPU).
d. Piranti Keluaran (Output Device : monitor, printer)
Perkembangan teknologi sekarang membutuhkan penyampaian informasi yang cepat,
yang disampaikan antar komputer secara cepat. Kebutuhan tersebut dimungkinkan dengan
adanya perangkat Communication Control Unit (CCU:modem), yaitu suatu peralatan yang
berfungsi untuk memindahkan atau memancarkan sinyal-sinyal data atau instruksi dari satu
tempat ke tempat yang lain atau dari suatu komputer ke komputer lain dengan jarak yang jauh.
Secara garis besar, suatu komputer memiliki organisasi.
Piranti masukan dan Luaran
Piranti Masukan (Input Device) adalah komponen sistem komputer yang berfungsi untuk
memasukan data input maupun perintah-perintah kepada komputer. Alat-alat yang termasuk
dalam media input ini antara lain : Keyboard,CD ROM.
Piranti Luaran (Output Device) adalah komponen sistem komputer yang berfungsi
sebagai tempat mengeluarkan hasil-hasil pengolahan komputer, dalam bentuk penampilan
/penyimpanan informasi data output. Alat-alatnya antara lain: pencetakan (printer), Monitor, dan
pemploteran (Plotter).
Piranti tersebut hanya berfungsi sebagai masukan saja atau sebagai keluaran saja. Ada
juga alat-alat lain yang bisa berfungsi sekaligus sebagai masukan dan keluaran. Alat–alat
tersebut antara lain :
a. Magnetic Tape Unit
b. Magnetic Disk Unit ( Disket, Harddisk, CD WROM)
c. Display Unit
d. Multimedia
Tempat penyimpanan
Media penyimpanan atau disebut juga memori, dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu :
Internal Storage dan Eksternal Storage. Internal Storage yang disebut juga Primary Storage
adalah storage yang terletak di dalam atau berhubungan langsung dengan Central Processing
Unit (CPU). Eksternal Storage yang disebut juga Secondary Storage atau Auxilary Storage
merupakan storage yang berfungsi membantu memori utama pada saat proses pengolahan
172
berlangsung, misalnya untuk penyimpanan sementara infomasi yang tidak begitu diperlukan
storage ini terpisah atau yang tidak berhubungan langsung dengan CPU, misalnya Disket, CD.
Main storage/Memory merupakan otak dari komputer, tempat dimana semua proses
pengolahan informasi berlangsung, juga merupakan tempat untuk menyimpan program dan data.
Sebelum diproses, program dan data harus dimasukkan ke dalam main storage lebih dahulu
melalui input device. Pada saat pelaksanaan (eksekusi), instruksi (bagian dari program) yang ada
di main storage dibawa ke kontrol unit untuk dianalisa. Kemudian data yang diperlukan untuk
diproses, diambil dari main storage untuk dikirim ke satuan Aritmatika Logika (SAL atau ALU).
Data ini diproses sesuai dengan yang diterimanya. Setelah diproses hasil dikembalikan ke main
storage dan proses dilanjutkan untuk instruksi selanjutnya. Main storage ini, biasa dikenal
sebagai Random Access Memory (RAM).
Satuan dari kapasitas storage dinyatakan dengan Kilo Byte atau K (1 K=1024 byte).
Kapasitas ini tergantung dari model dan sistem komputernya, sehingga komputer yang
mempunyai kapasitas 64 K, berarti storage dari komputer tersebut mampu menampung 64X1024
byte=65.536 byte (1 byte = 1 karakter) pada satu saat.
CPU juga dilengkapi dengan Time of Day Clock dan Interval Timer. Time of Day clock
digunakan untuk mengukur dan menyatakan waktu (hari, jam,dan detik).
Keunggulan komputer dilihat dari faktor, antara lain :
1. Kecepatan (milliseconds, microseconds, nanoseconds, picoseconds)
2. Ketepatan (Zero Erros)
3. Konsitensi (All Strikes, No Balls)
4. Reliabilitas (No downtime)
5. Kapasitas Memori(Virtually Unlimited).
Sedangkan kategori Komputer dapat dikelompokkan menjadi:
a. Micro computer
(PC seperti IBM PC, Desktop, Notebook, Palmtop)
b. Waorkstation : berhubungan dengan server, kecepatan lebih tinggi, graphies lebih baik.
c. Mainframe (IBM Mainframe), multi user.
d. Super Computer, kecepatan tinggi, aplikasi untuk simulasi dan teknologi tinggi.
7.6.2.3. Perangkat Lunak (Software)
173
Software adalah komponen dalam data processing system yang berupa intruksi dalam
prosedur yang disebut dengan program. Pada umumnya istilah software menyatakan cara-cara
yang menghasilkan hubungan yang lebih efisien antara manusia sebagai pengguna dengan
komputer.
Salah satu bagian /elemen dari system software adalah yang biasa dikenal sebagai sistem
operasi (operating system) yang berfungsi sebagai pengatur kerja komputer. Contoh sytem
operasi adalah DOS, Windows, Linux, dll.
7.6.2.4. Jaringan Komputer
Jaringan komputer merupakan hubungan antara dua atau lebih sistem komputer melalui
media komunikasi untuk melakukan komunikasi data, penggunaan perangkat lunak dan
peripheral secara bersama. Sistem jaringan komputer ini dapat bersifat terbatas pada suatu lokasi
tertentu saja yang dikenal dengan PC LAN (Personal Computer Local Area Network), atau
sistem jaringan komputer jarak jauh (antar daerah/negara dengan menggunakan bantuan satelit
atau dengan sistem bantuan Modem).
Kebutuhan PC LAN umumnya sejalan dengan perkembangan manajemen sistem
informasi yang dikembangkan pada organisasi tersebut ataupun sistem komputerisasi yang
digunakan di dalam organisasi tersebut. Kebutuhan dasar yang menjadi alasan pembuatan PC
LAN cukup banyak, di antaranya karena :
Dibutuhkan pertukaran data/informasi antar pemakai komputer PC yang dilakukan secara
langsung (on-line).
Keperluan penggunaan data oleh lebih dari satu pemakai komputer pada saat yang
bersamaan (sharing data).
Diperlukan penyimpanan data yang terjamin keamanannya.
Dengan menggunakan PC LAN diharapkan akan :
1. Menghemat biaya.
2. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya.
3. Meningkatkan produktivitas personal dari organisasi tersebut.
4. Mudah dikembangkan sesuai dengan perkembangan organisasi.
Going OnLineLAN (Local Area Network)
WAN (Wide Area Network)
174
Intranet & Internet
Internet Services Provider (ISP), contoh : CBN, RadNet, TelkomNet
Information Services. Contoh : Yahoo, Google, Plaza, Compu Serve
Banking On Line (ATM, Phone Banking, Credit Card, Online payment)
Global village adalah sebuah komunitas di mana manusia menggunakan komputer yang
terhubung satu dengan lainnya di seluruh dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Internet adalah interkoneksi antara jaringan komputer di seluruh dunia (world wide
network) di mana teknologi informasi membawa kita ke dalam global village.
Internet service : E-mail, Chat, Videophone, Gaming, Newsgroups, World Wide Web.
7.6.2.5. Penggunaan Komputer dan Sistem Informasi
Komunitas Informasi (Information Society) merupakan sebuah komunitas di mana para
elemen-elemen pekerjanya menghasilkan informasi yang diolah dengan menggunakan komputer.
Telah diketahui bersama bahwa terdapat dua proses utama dalam sitem komputer, yaitu
input/output dan bagian pengolahan. Dalam bagian input muncul istilah data dan pada bagian
output muncul istilah informasi, yang diperoleh dari hasil pengolahan sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi. Data dan infomasi merupakan dua hal yang sangat penting dalam
komunitas sistem informasi.
Data adalah fakta–fakta dari berbagai sumber dalam dunia nyata menyangkut entitas
manusia, objek, kejadian dan lain lain, yang dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif serta
bersifat internal maupun eksternal. Informasi adalah data yang diorganisasikan, disimpan,
mempunyai arti tertentu, dan dapat dipakai untuk pengambilan keputusan. Data dan Informasi
dapat dianggap sama ataupun berbeda dan dapat diperlakukan sebagai aset.
Berikut, beberapa contoh penggunaan komputer dalam berbagai bidang:
a. sebagai alat komunikasi: Internet Phone (VoIP), Telekonferensi, Email, SMS via Internet,
Fax, Telekopi, Teleprinting.
b. Sebagai alat antara lain pada kegiatan penelitian, design, pengembangan, simulasi,
pengambilan data, analisis data, intelegensi buatan (AI), word processor.
c. Edukasi dan Referensi, contoh : Multimedia Ensiklopedia, Computer Bases Training
(CBT), Entertainment dan Edutainment, Distance Learning.
d. Sebagai hiburan, antara lain : Computer Game, multimedia.
175
7.6.3. Dampak Negatif Perkembangan IPA dan Teknologi
Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya, manusia berupaya dengan segala
daya untuk mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada demi tercapainya kualitas
hidup yang diinginkan. Akal pikiran dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai sasaran
tersebut. Melalui akal pikirannya, manusia menciptakan peralatan baru, berupa mesin-mesin dan
alat bantu lainnya, yang berteknologi tinggi, untuk dapat menghasilkan produk yang melimpah
dalam waktu yang singkat.
Penggunaan mesin dan peralatan berteknologi tinggi, dapat mengeruk sumberdaya alam
secara besar-besaran, kemudian dikirim ke industri-industri untuk diolah sehingga menjadi
barang jadi. Tentunya kegiatan ini akan berdampak terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.
Dampak terhadap lingkungan dapat mengurangi daya dukung alam, yang berarti akan
mengurangi kemampuan alam untuk mendukung kelangsungan hidup manusia. Sementara itu,
dampak terhadap manusia akan mengurangi atau menurunkan kualitas hidup manusia.
Kegiatan IPA dan teknologi yang pada mulanya dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia, ternyata pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru
merugikan kelangsungan hidup manusia. Kegiatan IPA dan teknologi dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan. Apabila keseimbangan lingkungan terganggu, maka kualitas
lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung
lingkungan atau kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia.
Dampak langsung bersifat negatif akibat kegiatan IPA dan teknologi, dapat dilihat dari
terjadinya :
- Pencemaran udara
- Pencemaran air
- Pencemaran tanah
Ketiga macam pencemaran tersebut akan mengurangi daya dukung alam, karena itu perlu
dihindari sebagai usaha menjaga kelestarian lingkungan.
7.6.3.1 Pencemaran udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan atau zat asing di dalam udara yang
menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing
dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan
176
dapat mengganggu kehidupan. Bila keadaan seperti tersebut terjadi, maka udara dikatakan telah
tercemar, berarti kenyamanan hidup manusia terganggu.
Udara merupakan campuran berbagai macam gas yang perbandingannya tidak tetap,
tergantung pada suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Dalam udara terdapat
oksigen (O2) untuk bernapas, Karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh hijau daun
(klorofil) dan Ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet.
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa. Namun, udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh,
terutama di kota-kota besar. Udara tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia.
Kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya dukung alam yang selanjutnya mengurangi
kualitas hidup manusia.
Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Komponen pencemar
udara dapat mencemari udara secara sendiri -sendiri atau secara bersama-sama.
Pencemar udara digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Karbon monoksida (CO).
Suatu komponen gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa.
Karbon monoksida terbentuk dari proses pembakaran tidak sempurna terhadap Karbon atau
pada suhu tinggi Karbon dioksida terurai menjadi Karbon monoksida dan atom Oksigen.
Sumber Karbon monoksida yang paling banyak adalah transportasi yang menggunakan
bensin sebagai bahan bakarnya. Sumber CO yang kedua terbanyak adalah pembakaran hasil-
hasil pertanian (sampah, sisa-sisa kayu di hutan). Sumber CO yang ketiga adalah industri besi
dan baja. Pengaruh CO terhadap tubuh terutama disebabkan karena reaksi antara CO dengan
haemoglobin (Hb) di dalam darah.
Haemoglobin dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk
membawa Oksigen (O2) dari paru-paru ke sel tubuh, dan membawa Carbon dioksida (CO2)
dari sel-sel tubuh ke paru – paru. Dengan adanya CO, haemoglobin dapat membentuk
karboksihaemoglobin (COHb). Jika reaksi demikian yang terjadi maka kemampuan darah
untuk mentransfer oksigen menjadi berkurang. COHb lebih tinggi, dapat mengakibatkan
kematian.
2. Nitrogen oksida (NOx)
177
Nitrogen oksida adalah kelompok gas di atmosfer, terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan
nitrogen dioksida (NO2). NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya
NO2 mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau menyengat. Gas NOx di udara terutama
berasal dari buangan hasil pembakaran yang ke luar dari generator pembangkit listrik stationer
atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alam, kebakaran hutan, pembakaran
sampah padat, pembakaran sampah pertanian. NO mempunyai kemampuan membatasi kadar
oksigen dalam darah, seperti halnya CO. Mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2.
Bila NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia akan terbentuk HNO3
yang sangat merusak tubuh. Karena itu NO2 akan terasa pedih bila mengenai mata, hidung,
saluran napas dan jantung. Konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kematian. NO2 akan
merusak barang-barang logam, menimbulkan karat. NO2 dapat mengabsorpsi sinar ultraviolet
dari matahari.
3. Hidrokarbon (Hydrocarbon = HC)
Komponen hidrocarbon hanya terdiri dari unsur Hidrogen dan Carbon. Pembakaran tidak
sempurna dalam mesin mobil, pengisian bensin ke dalam tangki bensin kendaraan, selalu
terjadi penguapan, HC dapat berupa gas, cair dan padat, senyawa HC dapat menyebabkan
kanker.
4. Sulfur oksida (SOx)
SOx terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu Sulfur
dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3). SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan
tidak terbakar di udara, sedangkan SO3 merupakan komponen yang tidak reaktif. SO2 bila
beraksi dengan uap air akan membentuk asam sulfat, yang akan merusak permukaan logam
(rel kereta api, kendaraan, pagar halaman rumah), merusak batu-batuan (granit, pualam),
merubah warna benda dan benda menjadi rapuh (plastik, karet, kertas), SOx mengakibatkan
iritasi pada sistem pernapasan. Pencemaran SOx di udara terutama dari pemakaian batubara
yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, proses industri.
5. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat ada bersama-sama dengan bahan atau
pencemar lainnya. Partikel meliputi berbagai macam bentuk dan dapat berupa:
- Aerosol, partikel yang terhambur dan melayang di udara.
- Fog atau kabut, partikel berupa butiran air yang berada di udara.
178
- Smoke atau asap, pertikel berupa campuran antara butiran padat dan cairan yang
terhambur melayang di udara.
- Dust atau debu, partikel berupa butiran padat yang terhambur dan melayang di udara
karena ada hembusan angin.
- Mist, mirip kabut, butiran cair yang terhambur dan melayang di udara (bukan butiran air)
- Fume, mirip asap hanya penyebabnya aerosol yang berasal dari kondensasi uap panas.
- Plume, asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri ( pabrik )
- Haze, semua aerosol yang mengganggu pandangan di udara.
- Smog, bentuk campuran antara smoke dan fog.
- Smaze, campuran smoke dan haze.
Polutan tersebut akan berpengaruh pada manusia bila pertikel tersebut masuk ke dalam
tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem
pernafasan terutama adalah dimensi pertikel yang akan menentukan seberapa jauh penetrasi
partikel ke dalam sistem pernafasan. Sistem pernafasan memiliki beberapa sistem pertahanan
yang mencegah masuknya pertikel-partikel tersebut ke dalam paru-paru. Pertikel berpengaruh
terhadap tanaman terutama kerena debunya, dimana debu tersebut bila bergabung dengan uap air
atau air hujan (gerimis) akan membentuk kerak yang tebal pada permukaan daun yang tidak
dapat dibilas oleh air hujan, kecuali dengan menggosoknya. Lapisan kerak tersebut akan
mengganggu berlangsungnya proses fotosintesa pada tanaman, kerena menghambat masuknya
sinar matahari ke permukaan daun dan mencegah adanya pertukaran CO2 dengan oksigen.
Akibatnya tanaman akan terganggu. Pencemaran partikel yang berasal dari alam seringkali
dianggap wajar. Kalaupun terjadi gangguan terhadap lingkungan yang mengurangi tingkat
kenyamanan hidup, maka hal tersebut akan dianggap sebagai musibah bencana alam. Contohnya
abu dan bahan vulkanik dari letusan gunung api. Sumber pencemaran pertikel akibat ulah
manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan, gas
buang alat transportasi.
7.6.3.1.1. Nilai Ambang Batas (NAB)
Nilai Ambang Batas (NAB) diartikan sebagai batas aman suatu polutan agar kualitas
udara masih tetap terlindungi. Ada istilah lain, yaitu Kadar Tertinggi Diperkenankan (KTD).
NAB dapat digunakan bagi udara bebas untuk suatu polutan, sedangkan KTD lebih sesuai
179
digunakan pada lingkungan kerja, misalnya di suatu ruang pabrik, di dalam kompleks industri,
yang pada dasarnya untuk melindungi para pekerja yang sehari – hari berada dalam lingkungan
dimana bahan – bahan pencemar secara terus – menerus ada.
7.6.3.1.2. Kebisingan
Ada pencemaran udara yang tidak termasuk pada komponen pencemar udara CO, SOx,
NOx, HC maupun pertikel, berpengaruh terhadap lingkungan yang akhirnya dapat memengaruhi
kenyamanan hidup manusia. Pencemaran tersebut antara lain kebisingan.
Kemajuan industri dan teknologi antara lain ditandai dengan pemakaian mesin-mesin
yang dapat mengolah dan memproduksi bahan maupun barang yang dibutuhkan oleh manusia
secara cepat. Untuk membantu mobilitas manusia dalam melaksanakan tugasnya digunakanlah
alat-alat transportasi bermesin. Untuk mencukupi segala prasarana dan sarana digunakan pula
peralatan bermesin untuk keperluan membangun konstruksi fisik.
Pemakaian mesin tersebut sering kali menimbulkan kebisingan. Oleh karena kebisingan
dapat mengganggu lingkungan dan merambat melalui udara, maka kebisingan dapat dimasukkan
sebagai pencemaran udara, walaupun susunan udara tidak mengalami perubahan.
Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia.
Apabila syaraf pendengaran tidak menghendaki rangsangan tersebut maka bunyi tersebut
dinamakan kebisingan.
7.6.3.1.3. Penyemprotan Insektisida.
Sudah sejak lama serangga (insekta) menjadi pengganggu kenyamanan hidup manusia.
Serangga dengan jumlah yang lebih akan menjadikan hama. Serangga dapat menyerang dan
merusak lahan pertanian sehingga mengakibatkan kegagalan penen. Serangga di sekitar rumah
juga sangat mengganggu, bahkan dapat menjadi media persebaran penyakit tertentu. Oleh karena
itu manusia berusaha untuk memberantas serangga yang mengganggu tersebut.
Pada umumnya insektisida pembunuh serangga disemprotkan ke udara. Penyemprotan
insektisida pada lahan pertanian dan serangga pengganggu di sekitar rumah (nyamuk, kecoa,
semut) juga dibunuh dengan menyemprotkan insektisida. Penyemprotan insektisida ke udara
tanpa disadari sebenarnya merupakan penyebab pencemaran udara. Walaupun pemakaian
insektisida ditujukan untuk membunuh serangga, namun apabila pemakaiannya berlebihan dan
180
dalam waktu yang cukup lama maka insektisida dapat berdampak negatif terhadap manusia.
Oleh karena itu pemakaian insektisida harus dilakukan secara seksama.
7.6.3.2. Pencemaran air
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat–sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni,
namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Adanya benda–benda asing yang
mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai peruntukannya secara normal disebut
dengan pencemaran.
Sifat kimia-fisika air yang umumnya diuji dan dapat digunakan untuk menentukan
pencemaran air adalah :
1. Nilai pH, Keasaman dan Alkalinitas.
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara 6-8, sedangkan air yang
tercemar, nilai pH-nya tergantung jenis pencemarannya (limbahnya). Air segar dari pegunungan
biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi, semakin lama pH air akan menurun menuju kondisi
asam. Hal ini karena bertambahnya bahan–bahan organik yang membebaskan CO2 bila
mengalami proses penguraian.
Air limbah industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral dalam
jumlah yang tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pH-nya rendah. Adanya besi sulfur
(FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air juga akan meningkatkan keasamannya, karena FeS2
dengan udara dan air akan membentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut.
Perubahan keasaman pada air limbah, baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam
(pH turun), akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.Selain itu,air limbah
yang mepunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering mengakibatkan pipa
besi menjadi berkarat.
Keasaman adalah kemampuan untuk menetralkan basa. Keasaman yang tinggi belum
tentu mempunyai pH yang rendah.Suatu asam lemah dapat mempunyai keasaman yang tinggi
artinya potensi untuk melepaskan hidrogen, misalnya asam karbonat, asam setat dan asam
organik lainnya.
181
Alkalinitas berkaitan dengan dengan kesadahan air, yang merupakan salah satu sifat air.
Adanya ion Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dalam air akan mengakibatkan sifat kesadahan
air tersebut.Air dengan tingkat kesadahan tinggi dapat menimbulkan korosi pada alat-alat yang
terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang berbusa,dapat menimbulkan endapan atau kerak
dalam wadah pengolahan.
2. Suhu
Air sering digunakan sebagai media pendingin dalam berbagai proses industri. Air
pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan,
kemudian dikembalikan ke tempat asalnya,yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan
tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi daripada air asalnya.
Naiknya suhu air akan menurunkan jumlah oksigen terlarut dalam air, meningkatkan
kecepatan reaksi kimia, mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya,yang bila batas suhu
yang mematikan terlampaui,ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.
Suhu air kali atau limbah yang relatif tinggi ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan
hewan lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.
3. Oksigen Terlarut.
Oksigen adalah gas tak berbau, tak berasa dan hanya sedikit larut dalam air. Untuk
mempertahankan hidupnya, makhluk yang tinggal di dalam air bergantung kepada oksigen yang
terlarut ini. Kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air.
Kehidupan dalam air dapat bertahan bila terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5
mg oksigen untuk setiap liter air. Selebihnya bergantung pada kepada ketahanan organisme,
derajat keaktifan, kehadiran bahan pencemar, suhu air. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses
fotosintesis tanaman air dan dari atmosfir (udara) yang masuk ke dalam air.
Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan dan hewan air
lain yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya oksigen terlarut terlalu tinggi juga
mengakibatkan proses korosi yang semakin cepat, karena oksigen akan mengikat hidrogen yang
melapisi permukaan logam.
4. Karbon dioksida dalam air
Kepekatan oksigen terlarut dalam air bergantung kepada kepekatan Karbon dioksida yang
ada. Bila udara bersentuhan dengan permukaan air, maka Karbon dioksida dari udara bertukar
182
dengan yang ada di air. Pada air yang tenang terjadi sedikit pertukaran, bila air bergelombang
maka pertukaran akan menjadi semakin cepat. Proses pertukaran yang terjadi disebut difusi.
Karbon dioksida juga terdapat dalam air hujan yang terbawa pada saat tetes air turun dari
udara. Hal ini mengakibatkan air hujan agak bersifat asam.
5. Warna dan Kekeruhan
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawa-rawa berwarna
kuning, coklat atau hijau. Air sungai biasanya berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
lumpur. Air limbah yang mengandung besi dalam jumlah yang besar berwarna coklat
kemerahan. Warna air yang tidak normal biasanya merupakan indikasi terjadinya pencemaran
air. Kekeruhan menunjukan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya ke dalam air.
Kekeruhan ini terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu, seperti
bahan organik jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang atau terapung dan
sangat halus sekali. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar listriknya dan semakin
banyak pula padatannya.
6. Padatan
Padatan di dalam air akan mengendap pada dasar air, yang lambat laun akan
menimbulkan pendangkalan. Akibat lain dari padatan adalah tumbuhnya tanaman air tertentu dan
menjadi racun bagi makhluk lain. Banyaknya padatan menunjukan banyaknya lumpur yang
terkandung dalam air. Pada dasarnya air yang tercemar selalu mengandung padatan.
7. Nitrat
Nitrogen sebagai sumber nitrat banyak terdapat di udara. Hanya sedikit organisme yang
dapat langsung memanfaatkan nitrogen dari udara. Tumbuhan dapat menghisap Nitrogen dalam
bentuk Nitrat (NO3).
Pengubahan dari nitrogen bebas di udara menjadi nitrat dapat dilakukan secara biologis
maupun kimia. Transformasi ini disebut Fiksasi (pengikatan) Nitrogen.
Fiksasi kimia terjadi karena petir di udara memberikan cukup energi untuk menyatukan
Nitrogen dan Oksigen, membentuk Nitrogen dioksida (NO2). Gas ini bereaksi dengan air
membentuk asam nitrat (NO3).
Tumbuhan dan hewan yang telah mati akan diuraikan proteinnya oleh pembusuk menjadi
amoniak dan senyawa amonium. Nitrogen dalam air seni dan kotoran akan berakhir menjadi
amoniak juga.
183
Bila amoniak diubah menjadi nitrit, maka dalam air akan terdapat nitrit. Nitrit sangat
beracun di dalam air, tetapi tidak bertahan lama. Nitrat akan berubah menjadi nitrit dalam perut.
Keracunan nitrit akan mengakibatkan wajah membiru dan kematian.
8. Phospor.
Protein dan zat-zat organik lainnya mengandung phospor. Herbivora yang memakan
tumbuhan akan mendapatkan phospor. Bila tumbuhan dan hewan tersebut mati, maka bakteri
pengurai akan mengembalikan phospor itu ke dalam air sebagai zat organik terlarut. Kotoran sisa
metabolisme hidup dimana akhirnya bakteri menguraikan senyawa organik ini menjadi phospor.
Organisme pengurai akan menguraikan senyawa organik menjadi Karbon dioksida dan
air. Bakteri ini mengubah amoniak dan nitrit menjadi nitrat. Untuk proses ini diperlukan oksigen.
Bila bahan organik dalam air hanya sedikit, maka bakteri akan dengan mudah menguraikannya
tanpa gangguan keseimbangan Oksigen dalam air.
Oksigen yang digunakan akan tergantikan dengan cara-cara alamiah. Bila jumlah bahan
organik tersebut banyak, maka bakteri pengurai akan melipat gandakan diri. Hal ini pada
umumnya akan mengakibatkan terjadinya kekurangan Oksigen, seperti di rawa – rawa dan di
dasar kolam dan danau yang airnya tidak mengalir.
Manusia terus-menerus membuang sampah organik ke dalam air sehingga akan terjadi
kekurangan Oksigen dalam air. Pengujian yang berhubungan dengan kandungan Oksigen dalam
air dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Uji BOD (Biochemical Oxygen Demand), uji kebutuhan oksigen biokimia.
- Uji COD (Chemical Oxygen Demand), uji kebutuhan oksigen kimia.
1. Biochemical Oxygen Demand (BOD).
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk
mengurai atau mengoksidasi bahan – bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak
menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif
jumlah Oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan – bahan buangan tersebut. Bila
konsumsi Oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa Oksigen terlarut di
dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan Oksigen adalah tinggi.
Pada umumnya air yang tercemar kandungan oksigennya sangat rendah. Hal ini karena
oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikro organisme untuk mencegah bahan buangan
organik menjadi bahan yang mudah menguap (ditandai dengan bau busuk).
184
Selain itu, bahan buangan organik juga dapat bereaksi dengan Oksigen yang terlarut di
dalam air mengikuti oksidasi biasa. Bahan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri
penyamakan kulit, industri pengolahan bahan makanan (industri roti, industri susu, industri
mentega, industri pembekuan udang, industri pengalengan ikan), bahan buangan limbah rumah
tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan dan kotoran manusia.
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang
lebih cepat dari uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksigen. Uji COD
adalah suatu pengujian yang menentukan jumlah Oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan,
untuk mengoksidasi bahan organik yang terdapat di dalam air.
Banyak bahan organik yang tidak mengalami penguraian biologis secara cepat
berdasarkan pengujian BOD selama 5 hari, tetapi senyawa organik tersebut juga menurunkan
kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi bahan organik menjadi CO2 dan H2O.
Bahan Pencemar Lainnya.
Ada beberapa bahan pencemaran lain yang berpengaruh terhadap kualitas air. Bahan
pencemaran tersebut antara lain logam berat.
1. Merkuri (Hg)
Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan, terdapat dalam bentuk
senyawa dengan elemen lain. Merkuri hampir semuanya diproduksi dengan cara pembakaran
merkuri sulfida (HgS) di udara, merkuri dilepas sebagai uap, yang kemudian mengalami
kondensasi.
Merkuri digunakan dalam produksi alat-alat listrik untuk berbagai keperluan, misalnya
lampu merkuri, baterai merkuri. Merkuri digunakan juga sebagai fungsida, membunuh jamur
dalam cat, pulp, kertas dan industri pertanian. Cat yang digunakan untuk kapal sering ditambah
merkuri oksida (HgO) sebagai anti jamur atau merkuri asetat sebagai anti lapuk. Merkuri juga
digunakan dalam proses bahan dasar plastik. Logam merkuri juga digunakan dalam termometer
dan alat – alat pencatat suhu karena bentuk cairnya ada pada kisaran suhu yang lebar.
Penggunaan merkuri dalam industri sering mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Dalam kasus keracunan merkuri di Teluk Minamata (Jepang), merkuri sulfat yang
digunakan dalam industri, dibuang ke laut Teluk Minamata. Komponen merkuri dapat
mengkontaminasi ikan dan mahluk air lainnya, termasuk ganggang dan tumbuhan air.
185
Selanjutnya ikan – ikan kecil dimakan oleh ikan atau hewan air yang lebih besar atau masuk ke
dalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan merkuri dalam rumahnya. Ikan
dan hewan air tersebut kemudian dikonsumsi manusia, sehingga manusiapun dapat
mengumpulkan merkuri dalam tubuhnya.
Semua komponen merkuri merupakan racun terhadap tubuh, merkuri di dalam tubuh
dapat menghambat kemampuan kerja enzim dan mengakibatkan kerusakan sel.
2. Timbal (Pb).
Penggunaan timbal untuk produksi baterai penyimpanan untuk mobil, dimana digunakan
timbal metalik, untuk produk-produk logam, seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan
pewarna, produk-produk logam yang harus tahan karat, misalnya pipa yang digunakan untuk
mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif.
Sifat dari timbal antara lain titik cairnya yang rendah, merupakan logam yang lunak
sehingga mudah diubah bentuknya, menjadi logam yang berfungsi sebagai lapisan pelindung bila
kontak dengan udara lembab.
7.6.3.3. Pencemaran Tanah.
Dalam keadaan normal, tanah harus dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan
manusia, baik untuk pertanian, peternakan, kehutanan maupun permukiman. Tanah merupakan
sumberdaya alam yang mengandung bahan organik dan anorganik yang mampu mendukung
pertumbuhan tanaman. Sebagai faktor produksi pertanian, tanah mengandung air dan mineral,
yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis dipakai.
Pencemaran tanah dapat terjadi secara langsung, misalnya penggunaan pupuk secara
berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida dan pembuangan limbah yang tidak dapat
diuraikan (seperti plastik). Air yang mengandung bahan pencemar akan mengubah susunan
kimia tanah sehingga mengganggu jasad hidup dalam tanah atau di permukaan tanah. Udara
yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan pencemar tersebut, akibatnya
tanah juga akan tercemar.
Bentuk dan macam limbah yang dihasilkan manusia tergantung pada tingkat budaya
manusia. Sebelum manusia mengenal kemajuan industri dan teknologi, limbah atau bahan
buangan yang dihasilkan dari kegiatan manusia pada umumnya bersifat organik. Dari segi
kelestarian lingkungan, limbah bersifat organik lebih menguntungkan, karena dengan mudah
186
dapat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam
tanpa menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
Kemajuan industri dan teknologi ternyata telah menambah jenis limbah manusia, yang
semula sebagian besar bersifat organik menjadi bersifat organik dan anorganik. Bahan buangan
anorganik yang sulit diurai oleh mikroorganisme dipisahkan dari bahan buangan organik dan
dikumpulkan menjadi satu, dipisahkan dari bahan buangan gelas dan plastik, untuk memudahkan
proses daur ulang bahan buangan tersebut. Proses daur ulang membuat bahan buangan menjadi
bahan yang masih dapat dimanfaatkan lagi bagi kehidupan manusia.
BAB VIII
KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KONSERVASI
8. 1. Pengantar
Indonesia merupakan megabiodiversitas. Indonesia negara kaya akan sumber daya hayati.
Apa artinya? Benarkah? Seberapa kayakah? Apa tanggung jawab pemilik negara ini terhadap
kekayaan yang dimilikinya? Untuk siapa kekayaan itu semua? Jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut sebaiknya diketahui, supaya pemilik Indonesia tidak terlena oleh predikat
kaya sumber daya hayati. Bumi atau wilayah Indonesia kaya, namun dalam keseharian, sebagian
besar pemilik bagian bumi yang kaya tersebut miskin.
187
Meskipun tidak selalu, kemiskinan seringkali identik dengan martabat yang rendah. Hal
itu dikarenakan kemiskinan seringkali diiringi dengan kebodohan, dan kebodohan dapat
mengakibatkan tingkat ketergantungan bangsa kepada negara lain semakin tinggi. Jika tingkat
ketergantungan suatu bangsa kepada bangsa lain tinggi, yang terjadi adalah penjajahan model
baru atau neokolonialisme. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang komprehensif dari seluruh
bangsa Indonesia tentang kekayaan hayatinya.
8. 2. Pengertian keanekaragaman hayati dan konservasi
Keanekaragaman hayati atau disebut juga biodiversitas memiliki pengertian yang cukup
beragam, di antaranya, World Wild Fund (1989) mendefinisikannya sebagai jutaan tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme, termasuk gen yang dimiliki, serta ekosistem yang menjadi
lingkungan hidupnya. Selain itu, keanekaragaman hayati juga diartikan sebagai keragaman
berbagai makhluk hidup di bumi, termasuk manusia. Seringkali, keanekaragaman hayati
digambarkan sebagai jumlah spesies dari berbagai kelompok organisme yang hidup di bumi.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa jumlah organisme yang telah ditemukan atau dicatat
mencapai 1,75 juta, termasuk manusia itu sendiri. Diperkirakan jumlah organisme yang ada di
bumi ini antara 10 dan 50 juta spesies. Spesies-spesies yang dimaksud ada di dalam kelompok
archaeabakteri, bakteri, fungi, protista, tumbuhan, dan hewan (termasuk manusia).
Jumlah spesies yang banyak dan beragam memiliki arti penting dalam keberlangsungan
kehidupan di bumi atau dengan kata lain berperan penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem (Campbell dkk., 2008). Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian dan kegiatan yang
mengarah pada pengelolaan spesies dan ekosistem agar diperoleh manfaat yang adil bagi setiap
spesies yang ada. Artinya, meskipun spesies-spesies saling memanfaatkan, namun hak hidup
dari masing-masing spesies harus dijaga. Ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi apabila di
dalam pemanfaatan spesies-spesies tersebut mengabaikan hak hidup spesies yang lain.
Pengelolaan tersebut berdasar pada asas manfaat untuk keberlanjutan makhluk hidup di bumi,
atau konservasi. Oleh karena itu, berkembanglah ilmu lintas disiplin yang dikenal dengan istilah
Biologi Konservasi. Biologi konservasi dikembangkangkan untuk menghadapi berbagai
tantangan demi melindungi spesies dan ekosistem dari kerusakan dan kepunahan.
Secara alami, kerusakan dan kepunahan spesies atau ekosistem selalu terjadi. Sebagai
contoh, peristiwa gunung meletus. Hal itu mengakibatkan ekosistem di sekelilingnya rusak, dan
188
spesies endemiknya pun dapat punah. Contoh lain, pulau-pulau kecil yang tenggelam akibat
permukaan air laut naik. Penyebab permukaan air laut meningkat beragam. Bisa jadi akibat
pergeseran lempeng bumi, dapat pula akibat meletusnya gunung berapi yang terdapat di lautan,
atau hal-hal lain yang juga alamiah. Indrawan dkk.(2007) mengungkapkan bahwa kerusakan dan
kepunahan yang terjadi secara alami, biasanya diimbangi dengan pembentukan atau perbaikan
ekosistem melalui berbagai mekanisme yang ada, di antaranya penyebaran alami berbagai
propagul. Keberadaan berbagai spesies yang bersifat pioner juga mendukung proses perbaikan
dan pemulihan ekosistem. Namun, proses perbaikan dan pemulihan tersebut seringkali tidak
terjadi, jika proses perusakan melibatkan aktivitas manusia yang memanfaatkan spesies lain
secara berlebihan atau memanfaat sumber daya alam non hayati tanpa memerhatikan hak hidup
spesies yang ada. Oleh karena itu, penting bagi spesies manusia memahami dan menerapkan
prinsip keanekaragaman dan pengelolaan keanekaragaman secara berkeadilan.
8. 3. Keanekaragaman hayati tingkat spesies, genetik, dan komunitas
Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati tingkat spesies? Sebagaimana telah
diketahui, spesies ialah sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting
yang berbeda dengan kelompok lain. Namun, ada juga yang memberi pengertian bahwa spesies
ialah sekelompok individu yang berpotensi untuk berbiak dengan sesamanya, dan tidak mampu
berbiak dengan individu dari spesies lain (Indrawan dkk., 2007). Dengan demikian,
keanekaragaman hayati tingkat spesies dapat diartikan beragam spesies atau jenis makhluk hidup
di bumi. Contoh spesies ialah: kucing, sapi, kerbau, kuda, ayam, lele, cacing tanah, dan berbagai
hewan lainnya. Untuk golongan tumbuhan, contoh spesies ialah rambutan, salak, jeruk keprok
garut, jeruk nipis, lumut hati, dan lain sebagainya. Sedikit berbeda dengan pengertian tersebut,
Supriatna (2008) mengatakan bahwa keanekaragaman hayati ialah seluruh kekayaan makhluk
hidup di bumi, yang meliputi jutaan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, berikut genetik
yang dikandungnya serta ekosistem yang dibangunnya sehingga menjadi lingkungan hidup.
Untuk lebih memahami konsep keanekaragaman hayati, perhatikan sekeliling Anda, dan catat
ada berapa spesies makhluk hidup yang ada dan berapa yang Anda kenal.
189
Di antara satu macam spesies makhluk hidup pun ternyata juga terdapat keanekaragaman.
Contoh yang mudah dan jelas ialah manusia. Meskipun manusia merupakan spesies Homo
sapiens, tampak keragamannya tinggi sekali, baik ditunjukkan oleh etnis maupun bangsa.
Fenomena tersebut menunjukkan ada keanekaragaman genetik. Dengan kata lain,
keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi
yang terpisah secara geografis, maupun di antara individu-individu dalam satu populasi
(Resosudarmo, dkk., 2002; Indrawan, dkk. 2007).
Keanekaragaman spesies, keaneka ragaman genetik, diiringi dengan keragaman bentang
alam yang memiliki faktor-faktor fisik berbeda seperti tanah, suhu, iklim, kelembapan dan
sebagainya, memunculkan keragaman ekosistem. Indonesia, dengan keragaman bentang alam,
memiliki keragaman ekosistem yang sangat tinggi seperti ekosistem pantai, ekosistem mangrove,
ekosistem sungai, ekosistem danau, ekosistem savana, ekosistem hutan hujan tropis dan lain
sebagainya.
8. 4. Mengapa keanekaragaman hayati penting?
Saat manusia ada di muka bumi, di alam telah tersedia berbagai spesies makhluk hidup
dengan berbagai ekosistemnya. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan, yang sampai saat
ini, tidak dapat dipisahkan. Pada kenyataannya, setiap makhluk hidup memerlukan faktor-faktor
pendukung untuk keberlangsungan hidupnya. Faktor-faktor pendukung tersebut meliputi faktor
biotik dan abiotik (Starr, 2006). Baik faktor biotik maupun abiotik yang diperlukan oleh makhluk
hidup pun beragam. Sebagai contoh, faktor pendukung biotik untuk kehidupan manusia sangat
beragam, tidak dapat hanya disediakan hanya satu macam saja. Untuk hidupnya, manusia perlu
berbagai macam tumbuhan untuk berbagai keperluannya mulai dari makan, pakaian, tempat
tinggal, obat, sampai pada ketersediaan oksigen di udara. Selain tumbuhan manusia juga
memerlukan hewan seperti domba, ikan, ayam, udang, sapi, kuda, serangga, dan sebagainya. Pun
mikrooranisma, sangat diperlukan oleh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup di tubuh
manusia, yang memiliki berbagai fungsi. Sementara itu, kebutuhan abiotik pun juga sangat
beragam seperti air, mineral, batu, pasir, tanah, udara, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut
baru menunjukkan hubungan secara langsung. Sementara itu, hubungan secara tidak langsung
akan dapat menunjukkan betapa makhluk hidup tidak dapat berdiri sendiri dan saling terkait.
Sebagai contoh, mikroorganisme pendekomposisi sampah. Jika mikroorganisme tersebut tidak
190
ada, sampah akan menumpuk, dan akan memenuhi permukaan bumi. Siklus berbagai unsur di
alam pun akan terhambat, dan akhirnya akan menimbulkan ketidak seimbangan ekosistem.
Uraian singkat di atas, dapat mencerminkan nilai penting keanekaragaman hayati, baik
dari segi nilai kehidupan maupun nilai manfaat. Nilai kehidupan lebih ditekankan pada nilai
eksistensi atau keberadaan makhluk hidup di alam, dalam mendukung keberlangsungan
ekosistem. Adapun, nilai manfaat lebih kepada nilai ekonomi, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pemahaman akan nilai penting keanekaragaman hayati dapat memberikan
perspektif yang sama tentang keaneka ragaman hayati dan ekosistemnya (Indrawan dkk. 2007).
Keanekaragaman hayati dan ekosistemnya merupakan sumber daya milik bersama. Akses
sumber daya tersebut dianggap terbuka bagi siapa pun. Namun, dalam pemanfaatannya, sumber
daya tersebut seringkali tidak dihargai dengan nilai keuangan yang semestinya. Kalau pun
dihargai, seringkali tidak diiringi dengan perencanaan waktu yang matang. Ada beberapa hal
yang sering dilupakan dalam perencanaan, di antaranya, pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup Jika suatu bangunan hancur karena bencana, asal ada dana, dapat diperbaiki
dalam waktu yang relatif singkat. Namun, jika ekosistem yang rusak, hal itu tidak dapat
diperbaiki dalam waktu yang singkat. Walaupun dana yang ada tidak terbatas, manusia tidak
dapat membayar makhluk hidup, tumbuhan misalnya, untuk tumbuh besar dalam waktu singkat.
Terlebih jika salah satu makhluk hidup tersebut telanjur punah. Manusia tidak sanggup lagi
mengembalikan makhluk hidup yang telah punah tersebut.
8. 5. Ancaman bagi keanekaragaman hayati
Keaneka ragaman hayati Indonesia, tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik daratan
maupun lautan. Khusus untuk daratan, keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan jauh lebih
tinggi dibanding dengan wilayah non-hutan. Di hutan, terdapat berbagai makhluk hidup, mulai
yang besar seperti gajah sampai yang tak terlihat dengan mata telanjang seperti bakteri.
Demikian pula untuk kelompok tumbuhan, baik yang berukuran besar, yaitu pohon-pohon besar
dan tinggi, maupun lumut yang tingginya hanya beberapa milimeter sampai satu atau dua
centimeter.
Mengingat hutan merupakan tempat hidup berbagai jenis makhluk hidup, hutan memiliki
peran yang sangat tinggi di dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sumarwoto (lihat
Resosudarmo dkk. 2004) menyebutkan 6 peran hutan di dalam ekosistem, yaitu:
191
1. Hutan sebagai sumber keanekaragaman hayati. Keanekaragaman yang ada
mengakibatkan stabilitas ekosistem terjaga dengan baik. Stabilitas bukan berarti statis,
namun tetap dinamis dalam interaksi antar penghuni hutan maupun penghuni di luar
hutan.
2. Hutan juga berfungsi sebagai penimbun Karbon, tetapi dalam timbunan yang aman dan
tidak membahayakan lingkungan. Karbon tesebut tersimpan di dalam biomassa, yang
pada gilirannya akan dilepaskan kembali ke atmosfir, namun secara evolutif.
3. Hutan pun berperan sebagai pengatur CO2 di udara. Hutan, dalam hal ini dilakukan oleh
tetumbuhan yang ada, mampu mengikat CO2 yang ada di udara, melalui proses
fotosintesis, dan akan diubah menjadi karbohidrat. Karbohidrat, pada giliriannya akan
dimanfaatkan makhluk hidup lain, yaitu hewan dan manusia sebagai sumber energi.
Selain itu, tumbuhannya pun juga memanfaatkan karbohidrat tersebut untuk pertumbuhan
dan perkemabangannya. Tumbuhan merupakan satu-satunya kelompok makhluk hidup
yang dapat memanfaatkan CO2 di udara. Jika jumlah tumbuhan berkurang, jumlah CO2 di
udara akan berlebih, berarti terjadi ketidakseimbangan CO2 di udara.
4. Hutan, berperan di dalam mencegah terjadinya pemanasan global. Hal itu terkait erat
dengan peran hutan nomor 3. Jika CO2 di udara berlebih, maka suhu permukaan bumi
akan meningkat. Pemanasan suhu permukaan bumi akan berdampak pada berbagai hal
termasuk kesehatan manusia, karena kenaikan suhu dapat memacu pertumbuhan dan
perkembangan organisme patogen dan organisme penular penyakit (vektor penyakit).
5. Hutan, sudah lama diketahui sangat berperan di dalam pengendalian erosi, banjir, dan
ketersediaan air. Jika hutan dihilangkan, akan berakibat munculnya berbagai bencana.
6. Hutan, juga merupakan sumber ekonomi bagi manusia baik yang di dalam hutan, di
sekitar hutan, maupun yang jauh dari hutan. Jika pemanfaatan hutan dilakukan secara adil
dan berkelanjutan atau sistem lestari, maka manfaat ekonomi akan dapat dipetik
sepanjang waktu sampai kehidupan berakhir.
Namun, peristiwa-peristiwa yang digolongkan oleh manusia ke dalam bencana alam, banyak
di antaranya yang merupakan akibat tekanan manusia terhadap makhluk hidup, khususnya yang
192
bukan manusia dan terlebih yang terdapat di hutan. Aktivitas manusia diketahui banyak memberi
tekanan terhadap makhluk hidup lain, tanpa menyadari bahwa tekanan tersebut akan berdampak
pada kehidupan manusia, terutama ditinjau dari kesejahteraan dan kenyamanan hidup.
8. 6. Peran manusia dalam keanekaragaman hayati.
Soemarwoto (lihat Resosudarmo, 2004) menegaskan, bahwa manusia Indonesia tidak
boleh tinggal diam, meskipun fakta yang ada menunjukkan sumberdaya hayati Indonesia sudah
mengalami kerusakan yang sangat parah. Harus ada perubahan cara pengelolaan
keanekaragaman hayati, khususnya hutan,dari pendekatan ADA (Atur-Dan –Awasi) menjadi
Atur-Diri-Sendiri. Dengan ADA, peraturan perundang-undangan bersifat sentralistik, top-down,
tak-demokratik, kaku, dan birokratik. ADA tidak atau sedikit sekali memberi insentif kepada
masyarakat, terutama masyarakat lokal, untuk mengambil inisiatif ikut merumuskan peraturan
perundang-undangan dan mengawasi pelaksanaannya. ADA mengandalkan pada penegakan
hukum, namun penegakan hukum sangat lemah oleh adanya KKN. Kerusakan yang parah pada
lingkungan khususnya hutan, menunjukkan bahwa ADA telah mengalami kegagalan.
Untuk dapat mengarah pada ADS, setiap warga negara harus peduli pada keberadaan
keanekaragaman hayati Indonesia. Jangan hanya diserahkan kepada pihak terkait langsung.
Rantai makanan, jejaring ekosistem harus menjadi perhatian setiap individu penghuni bumi ini,
termasuk penghuni wilayah Indonesia. Setiap individu harus mengambil peran sebagai pengelola
lingkungan, agar lingkungan tetap lestari. Jangan diam terhadap kasus-kasus pembalakan liar,
pengalih fungsian lahan hutan yang tidak lestari, kebakaran hutan, perdagangan satwa liar,
pencurian sumber hayati oleh pihak asing, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman, dan
sebagainya. Peningkatan kewaspadaan di setiap lini kehidupan masyarakat akan dapat
melindungi keanekaragaman hayati Indonesia, yang merupakan salah satu sumber kehidupan di
bumi ini.
8. 7. Fakta kerusakan alam dan Isu Global
Permasalahan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan pencemaran udara, menjadi
isu global karena meliputi seluruh permukaan bumi. Tidak ada satu bangsa dan Negara pun yang
dapat menghindari dari dampak tersebut. Masalah lingkungan juga berkaitan dengan ekonomi
global sehingga merupakan masalah yang rumit. Karena kerumitan tersebut dan sifatnya yang
global, penanganan masalah lingkungan membutuhkan solidarisasi dan kerjasama antara bangsa.
193
Permasalahan lingkungan tidaklah bertentangan dengan pembangunan, bahkan
pembangunan dibutuhkan untuk mengatasi masalah lingkungan, khususnya di negara-negara
yang sedang berkembang. Tata ekonomi dunia saat ini merupakan salah satu penyebab
kerusakan lingkungan. Misalnya, untuk membayar kembali hutangnya dan untuk mengingatkan
pembangunan, negara-negara yang sedang berkembang terpaksa harus mengekploitasi sumber
dayanya secara membabi-buta sehingga akan semakin memperparah rusaknya lingkungan
negara-negara tersebut.
Sistem proteksionisme di negara maju juga mempunyai dampak yang sama, karena
mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar pada negara-negara sedang berkembang. Dengan
demikian, baik kerena sifat masalah lingkungan yang global maupun karena keterkaitannya
dengan ekonomi dunia yang telah mengalami globalisasi, masalah lingkungan pun kini bersifat
global. Tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat menangani masalah lingkungan sendiri
tanpa campur tangan negara lain, walaupun sebagai negara adikuasa. Untuk menangani masalah
lingkungan dibutuhkan solidaritas dunia, karena sifatnya yang global dan berkaitan pada
perekonomian global.
Masalah lingkungan yang menjadi isu global antara lain pemanasan global, lubang ozon
dan hujan asam.
8.7.1. Pemanasan global.
Pemanasan global sangat besar dampaknya bagi lingkungan. Dampak tersebut berupa
perubahan iklim di bumi dan naiknya permukaan air laut. Diperkirakan, akan terjadi peningkatan
curah hujan pada suatu daerah sementara di daerah lain akan sangat kekurangan curah hujan. Hal
itu tentu akan mengacaukan sistem pertanian. Selain itu, frekuensi dan intensitas badai topan
akan meningkat.
Naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan tenggelamnya daerah dataran rendah,
meningkatnya erosi pantai (abrasi), meningkatnya intrusi air laut. Pemanasan global umumnya
diakibatkan oleh adanya gas rumah kaca (GRK), yaitu uap air (H2O), Karbondioksida (CO2),
Metana (CH4), Dinitrogen oksida (N2O) dan Clorofluorocarbon (CFC) di atmosfer. Untuk
mengurangi bahaya pemanasan global, emisi GRK harus dikendalikan. Usaha itu meliputi
penghematan energi pada industri, transportasi dan rumah tangga, pendauran ulang CO2 dengan
194
menggunakan energi biomassa dan pengembangan energi yang tidak menghasilkan CO2 (energi
angin, energi surya atau energi alternatif).
8.7.1.1. Gas Rumah Kaca
Di samping uap air dan CO2, terdapat GRK lain, yaitu metana (CH4), Ozon (O3),
Dinitrogen oksida (N2O) dan Chlorofluorocarbon (CFC). CFC merupakan sekelompok zat
buatan manusia yang banyak digunakan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. GRK lainnya
terbentuk di alam secara langsung maupun sebagai akibat dari pencemaran.Masing-masing GRK
mempunyai sifat absorbsi sinar infar merah dengan sangat intensif sehingga hal ini dengan
sangat efektif menaikan suhu muka bumi.
Masa tinggal GRK di atmosfer juga memengaruhi efektifitasnya dalam meningkatkan
suhu muka bumi. Semakin panjang masa tinggal gas di atmosfer, semakin efektif pengaruhnya
terhadap kenaikan suhu muka bumi.
GRK sebahagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak
bumi, gas alam) untuk rumah tangga industri dan transportasi. GRK yang dihasilkan terutama
Karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), Dinitrogen oksida (N2O), Ozon (O3).
8.7.1.2. Efek Rumah Kaca (ERK)
Efek Rumah Kaca (ERK) disebut juga green house effect. Pada siang hari dalam kondisi
cuaca yang cerah, tanpa alat pemanas pun, suhu di dalam rumah berdinding kaca akan lebih
tinggi dibanding suhu di luarnya, yang terjadi adalah radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam
ruangan melalui dinding kaca dipantulkan kembali oleh benda-benda yang berada di dalam
ruangan sebagai gelombang/radiasi panas berupa sinar inframerah. Oleh karena itu udara di
dalam rumah kaca meningkat suhunya, dan panas yang dihasilkan terperangkap dalam rumah
kaca tersebut dan tidak bercampur dengan udara di luar ruangan.
Dipancarkan radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi (setelah melalui
penyerapan dari berbagai gas di atmosfer), sebagian diserap oleh permukaan bumi, dan sebagian
lain dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi oleh permukaan bumi sebagai sinar
inframerah yang bergelombang panjang. Sinar tersebut di atmosfer kembali diserap oleh GRK,
sehingga tidak terlepas ke angkasa luar, dan mengakibatkan panas terperangkap di troposfer. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata di
195
permukaan bumi akan meningkat menjadi ± 33°C, bila tidak ada ERK suhu di permukaan bumi –
18°C, suhu permukaan bumi sesuai untuk kehidupan manusia.
Dengan demikian meningkatnya GRK di atmosfer di luar kemampuan untuk absorbsi,
mengakibatkan suhu permukaan bumi akan menjadi lebih tinggi. Kenaikan intensitas ERK akibat
peningkatan kadar GRK, terutama diakibatkan oleh pencemaran udara. Hal itu akan
mengakibatkan terjadinya pemanasan global, yaitu peningkatan suhu permukaan bumi dan
kenaikan permukaan air laut.
8.7.2. Fenomena El Nino dan La Nina
El Nino dan La Nina adalah gejala yang terjadi karena ada interaksi atmosfer dan laut
yang aktivitasnya terletak pada daerah 120° BT-180° BT dan 5° LU-10° LS. El Nino merupakan
fase panas di mana suhu muka laut Samudera Pasifik sekitar ekuator bagian tengah dan timur
naik sampai 4° C di atas normal.
Pada saat El Nino udara bergerak turun di atas wilayah Indonesia, dan karena udara yang
bergerak turun itu bersifat kering dan panas, maka gejala alam ini ditandai oleh tekanan dan suhu
udara yang berbeda di atas normal dan cuaca yang cerah. Beberapa wilayah di daerah tropika
secara langsung dipengaruhi oleh kodisi kekeringan. Hal ini akan mempermudah kebakaran
hutan dan kegagalan panen.
La Nina merupakan fasa dingin di mana suhu muka laut samudera Pasifik sekitar ekuator
bagian tengah dan timur lebih rendah di bawah normal. Di Indonesia mengakibatkan
peningkatan pembentukan awan di sekitar ekuator, yang mengakibatkan meningkatnya jumlah
curah hujan. Beberapa wilayah di Indonesia mengalami curah hujan di atas normal dan
dampaknya terjadi banjir. Dampak berikutnya muncul penyakit muntah-berak, gatal-gatal,
penyakit saluran pernapasan. Di samping itu juga kegagalan panen, hancurnya infrastruktur.
Kegagalan panen akan berdampak timbulnya bahya kelaparan, dan krisis pangan yang
berkepanjangan akan meningkat kriminalitas.
Pada kejadian El Nino yang lemah, suhu permukaan laut bagian tengah dan timur
Samudera Pasifik di ekuator naik hanya beberapa derajat dan meliputi daerah yang relatif kecil
saja. Sementara itu, El Nino yang besar mengakibatkan terjadi peningkatan suhu permukaan laut
yang besar pula dengan daerah cakupan yang luas sepanjang ekuator di Samudera Pasifik.
196
Walaupun fenomena tersebut terjadi berulang, tetapi dengan periode yang tidak tetap dan
tidak ada dua kejadian El Nino atau La Nina yang sama persis karena secara alamiah fenomena
tersebut merupakan hasil interaksi antara laut dan udara yang sangat kompleks.
El Nino dan La Nina disebabkan oleh perubahan angin di atas permukaan Samudera
Pasifik bagian tropis yang mengakibatkan perubahan pool arus laut di daerah tersebut dan pada
akhirnya menyebabkan perubahan (kenaikan atau penurunan) suhu permukaan air laut. Pola
perubahan suhu tersebut akan mengakibatkan perubahan pola cuaca dan iklim dalam skala
global. Oleh karena itu fenomena ini menarik minat banyak ahli untuk mencoba mengerti dan
menjelaskan serta berusaha memprediksi fenomena tersebut.
8.7.3. Lubang Ozon
Di lapisan stratosfer Ozon (O3) yang melindungi kehidupan di muka bumi dari sinar
ultraviolet bergelombang pendek dan berenergi tinggi. Penurunan konsentrasi Ozon yang terjadi
pada lapisan stratosfer disebut lubang ozon. Lubang ozon dikhawatirkan akan meningkatkan
jumlah penyakit kanker, penyakit katarak mata, menurunkan daya imunitas tubuh dan
menurunkan produksi pertanian dan perikanan.
Penyebab utama lapisan ozon berlubang ialah zat Chlorofluorocarbon (CFC) suatu zat
kimia buatan manusia yang biasa digunakan untuk aerosol (gas pendorong), alat pendingin udara
(kulkas/AC), industri plastik, karet busa, dan styrofoam. Oleh karena itu penggunakan CFC
harus dibatasi dan dicairi zat pengganti, sehingga akhirnya dapat dihentikan.
Ozon dalam lapisan stratosfer berfungsi melindungi makhluk hidup di muka bumi dari
sinar ultraviolet matahari, sedangkan ozon dalam lapisan troposfer mempunyai dampak lain
terhadap makhluk hidup di muka bumi, walaupun susunan kimianya sama. Ozon di troposfer
bersifat racun dan merupakan salah satu dari GRK.
Ozon merupakan oksidan yang kuat, beracun dan merupakan zat pembunuh jasad renik
yang kuat, oleh karena itu ozon digunakan untuk mensterilkan air minum dalam kemasan plastik.
Di lapisan stratosfer, ozon terbentuk secara lamiah dari molekul oksigen (O2) yang terkena sinar
ultraviolet dalam gelombang pendek. Ozon yang terbentuk tinggal di atmosfer sebagai lapisan
yang menyelimuti bumi, pada ketinggian 12-25 km. Oleh karena ozon berasal dari gas oksigen,
sebelum ada oksigen di atmosfer bumi, tidak ada ozon di lapisan stratosfer.
197
Pada saat itu sinar ultraviolet yang bergelombang pendek dengan leluasa samapai di
permukaan bumi sinar ultraviolet yang berenergi tinggi itu masuk sel hidup sehingga pada saat
itu kehidupan di atas daratan tidak mungkin. Kehidupan hanya ada di dalam air yang cukup
dalam. Di dalam air yang dalam tersebut makhluk hidup terlindung dari sinar ultraviolet.
CFC adalah segolongan zat kimia yang terdiri atas tiga jenis unsur, yaitu chlor (Cl), Fluor
(F) dan Karbon (C). CFC tidak dijumpai di alam, merupakan zat rekayasa manusia, tidak
beracun, tidak mudah terbakar dan sangat stabil karena tidak mudah bereaksi. Oleh karena itu
CFC merupakan zat yang sangat ideal untuk industri pembuatan plastik busa untuk bantal kursi
dan jok mobil, plastik pelindung dalam kemasan, piring dan gelas plastik. Banyak pula
digunakan sebagai bahan pendingin (refrigerant) pada kulkas dan AC. Kebutuhan plastik busa
meningkat sejak digunakan sebagai bahan isolasi panas atau dingin, karena meningkatnya harga
energi untuk memanasi/mendinginkan ruangan. CFC merupakan bahan utama sebagai gas
pendorong (aerosol), yaitu bahan yang dikemas dalam kaleng bertekanan tinggi (misalnya untuk
parfum, pewangi ruangan, hairspray dll). Dalam industri elektronika, CFC digunakan sebagai zat
untuk pembersih permukaan microchip dari berbagai jenis kotoran dan digunakan pula dalam
proses dary cleaning.
Mengingat sifat CFC yang stabil, maka CFC tidak akan mengalami dekomposisi dengan
melepaskan atom C1yang sangat reaktif. Atom C1 yang sangat reaktif ini akan merusak ozon.
CFC di lapisan troposfer tidak bereaksi dengan zat lain dan tidak mengalami penguraian.
8.7.4. Hujan Asam.
Pembakaran bahan bakar fosil mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan asam nitrat.
Asam – asam ini dapat diseposisikan pada hutan, tanaman pertanian, danau, dan gedung,
sehingga mengakibatkan kerusakan dan kematian organisme hidup. Kerusakan mejadi lebih
parah dengan terbentuknya ozon yang beracun dari pencemar NOx.
Untuk mengurangi kerugian tersebut, perlu dilakukan berbagai usaha, antara lain:
a. Menggunakan bahan bakar dengan kadar belerang yang rendah.
b. Mengurangi kadar belerang dalam bahan bakar sebelum dibakar.
c. Melakukan penghematan energi.
Hujan yang normal adalah yang tidak tercemar, mempunyai pH sekitar 5,6 jadi agak
bersifat asam. Hal ini disebabkan terlarutnya asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk dari gas
198
CO2 dalam air hujan. Asam karbonat in bersifat asam lemah sehingga tidak merendahkan pH air
hujan. Bila air hujan terkontaminasi oleh asam kuat pH, air hujan turun menjadi di bawah 5,6
dan hujan yang demikian disebut hujan asam
8.8. Peraturan perundang-undangan
Dalam rangka pengelolaan sumber daya hayati dan ekosistemnya, pemerintah Indonesia
telah mengeluarkan berbagai peraturan baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, maupun
Keputusan Menteri. Berbagai peraturan tersebut hendaknya diketahui dan dimengerti oleh warga
negara Indonesia, mengingat warga negara atau manusia Indonesia lah yang bertindak sebagai
pengelola dan pemanfaat dari sumber daya hayati Indonesia dan ekosistemnya tersebut.
Berikut, diinformasikan beberapa peraturan yang terkait dengan sumber daya hayati dan
ekosistemnya, perlindungan hutan, dan peraturan yang terkait dengan penerimaan negara bukan
pajak (Departemen Kehutanan, 2004).
1. UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
2. UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam.
4. Peaturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 Tentang Perburuan Satwa Buru.
5. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
7. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 Tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar.
8. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 Tentang Tata Hutan dan Rencana Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfatan Hutan dan Penggunaan Kawasan.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 45 tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan
10. Surat Keputusan Mentri Kehutanan No. 447/Kpts-II/2003 Tentang Tata Usaha Pengambilan
atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa liar.
199
11. UU RI No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
12. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak.
13. Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.
22 Tahun 1997 Tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak.
14. Peraturan Pemerintah RI No. 59 Tahun 1998 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
15. Keputusan Menteri Keuangan RI No.656/KMK.06/2001 Tentang Tata Cara Pengenaan,
Pemungutan Penyetoran Pungutan dan Iuran Bidang PHKA.
16. Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 28/Kpts-/2003 Tentang Pembagian Rayon di Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru Dalam Rangka
Pengenaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
17. Keputusan Menteri Kehutanan RI No. SK.223/Menhut-II/04 Tentang Perubahan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 28/Kpts-II/2003 Tentang Pembagian Rayon di Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru Dalam Rangka Pengenaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
8.9. Konservasi di Indonesia.
Konservasi, sering dimaknai sebagai upaya menjaga keberadaan anekaragam makhluk
hidup, tanpa dapat dimanfaatkan oleh manusia. Padahal, keberadaan makhluk hidup di alam
merupakan jejaring yang saling memanfaatkan. Dengan demikian, sudah barang tentu,
keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sudah seharusnya dimanfaatkan untuk
kesejahteraan manusia itu sendiri. Namun, perlu diingat bahwa untuk menjamin kesejahteraan
manusia akan berlangsung secara terus menerus, maka daya dukung lingkungan, termasuk
keanekaragaman hayatinya, harus dijaga keberadaan dan komposisinya. Menurut Supriatna
(2008), dikatakan bahwa sebagian ahli biologi konservasi menghendaki tidak boleh ada spesies
yang punah. Namun, lebih lanjut Supriatna mengatakan bahwa pada kenyataannya, spesies
punah setiap hari. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar dapat menekan laju
200
kepunahan spesies dengan melihat kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan keuangan yang
ada.
Perlu diketahui, beberapa jenis fauna seperti harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan
harimau bali (Panthera tigris balica) merupakan contoh fauna yang telah punah. Meskipun
sampai Maret 1998, Indonesia telah memiliki 375 kawasan konservasi, termasuk 30 taman
nasional (Supriatna, 2008), namun kepunahan masih terus terjadi. Lebih lanjut Supriatna
menjelaskan, bahwa strategi terbaik pelestarian jangka panjang bagi keanekaragaman hayati
adalah perlindungan populasi dan komunitas alami di habitat alami, yang dikenal sebagai
pelestarian in-situ. Namun, jika populasi berukuran kecil, sementara habitat alaminya dalam
kondisi terancam, maka tindakan pelestarian ex-situ (pelestarian di luar habitat alaminya) harus
diambil. Taman Nasional merupakan salah satu contoh dari konservasi in-situ, sementara itu
kebun binatang dan kebun raya merupakan contoh dari konservasi ex-situ.
Harapan
Demikian pembahasan bahan ajar terkait dengan Bangsa, Negara dan Lingkungan Hidup.
Dari Buku Ajar III, yang masih bersifat berbasis konten dan Pemicu-pemicu yang bersifat
konstektual, diharapkan dapat merasakan manfaat pengetahuan yang didapat sebagai bekal yang
akan datang sebagai pemimpin bangsa. Dengan kesadaran dan mendalami pengetahuan dasar
yang tertuang dalam buku-buku ajar (I s/d III) ini harapan para penulis dapat menjadikan alumni
Universitas Indonesia menjadi warganegara yang bertanggung jawab menuju keberlangsungan
hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan kokoh, mandiri, dan bermartabat.
201
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anderson, Benedict, 2002. Imagined Communities, Komunititas-komunitas Terbayang (terjemahan). Yogyakarta: INSIST
Ball, Grant T., 1973, Civics, New Revised Edition, Chicago, Follet Publishing Co.Basrie, Chaidir, 1995. Wawasan Nusantara. Serpong: Lembaga Ilmu Humaniora ITIBasrie, Chaidir. 2001. Bela Negara. Serpong: Lembaga Ilmu Humaniora ITIBasry, M. Hasan, 1995. Untuk Apa Kita Merdeka, Kumpulan Amanat Bung Karno di Sumatera
dalam Masa Perang Kemerdekaan1945-1948. Jakarta: KOPKAR PTPBudiardjo, Prof. Miriam, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky, & R. B. Jakson. 2008. Biology. 8th ed. Pearsons Benjamin Cummings, Boston: xlvi + 1267 + (A1--A45) + B1 +C1 +D1 + (E1—E2) + (CR1--CR8) + (G1--G39) + (I-1--I54) hlm.Cassesse, Antonio, 1994. Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.Casyono, B. 2003. Geoscience. Penerbit ITB Bandung.Casyono, B. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Remaja Rosda Karya Bandung.Chiras, D Daniel, (1985), Environmental Science. California: The Benyamin/Cumming Publ.
Comp. IncDepartemen Kehutanan. 2004. Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam: 617 hlm. Dikti, 2008. Modul Acuan Proses Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta, Ditjen DiktiDikti., 2001. Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan (untuk Mahasiswa) Bagian I dan II.
Jakarta: Ditjen Dikti Dep Diknas.Fauzi, Akhmad, 2006, Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.Gie, The Liang (1979), Suatu Konsepsi ke Arah Penertiban Bidang Filsafat. Yogyakarta : Karya
Kencana.Hadi, P Sudharto (2001), Dimensi Lingkungan Perencanaan dan pembangunan. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.Hardjasumantri, Kusnadi, 1989. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta, UGM PressHirst, Paul, 2001. War and Power in the 21st Century (ter), Jakarta: Murai KencanaHuntington, Samuel P., 1996. The Clash of Civilization and the Remaking of World Order.
London: The Belknap Press of Harvard University Press Indrawan, M., R.B.Primack, & J.Supriatna. 2007. Bologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta: xvii + 625 hlm.Jasin, Maskoeri (2002), Ilmu Alamiah Dasar, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Juniarto, Ridwan. 1983. Manusia Teknologi Mitos dan Realita. Angkasa Bandung Kaelan, Dr. H. MS., 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: PARADIGMAKansil, Prof. Drs. C.ST dan Christine Kansil, SH, MH, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi. Jakarta, Pradnya Paramita. Koentjaraningrat (1993), Masalah Kesukubangsaan dan Integritas Nasional. Jakarta UI.Kusumatmadja., 2003. Konsepsi Hukum Negara Nusantara. Bandung, Alumni.Lubis, Prof..DR..M.Solly,SH,,2002, Ilmu Negara, Bandung, Penerbit Alumni
202
Mangun Wijaya, Y.B.(ed), 1983. Teknologi dan Dampak Kebudayaan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta.
Mas’oed, Mochtar, 1983, Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta, UGM PressMirhad, R.P. Purnomo, 1973. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia. Jakarta, Lemhannas.Morgenthau, Hans J., 2006, Politics Among Nationss The Struggle for Power and Peace, 7th
Edition, New York, NY, USA : Mc Graw Hill Higer Education . Naisbitt, John, 1994, Global Paradox (terjemahan), Jakarta: Binarupa Aksara.Naning, Ramdlon, SH, 1983. Gatra Ilmu Negara. Yogyakarta: LibertyOetama, Jakob (edt), 2001, Demokrasi, Kekerasan, Distegrasi, Jakarta : Kompas.Ohmae, Kenichi, 1991. The Borderless World, Power and Strategy in the Interlink Economy.
London UK: Fontana. Paret, Peter, 1985, Clausewitz and the State, Princenton University Press, New Jersey.Poerbo, H. (1986), Mencari Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Kota yang Lebih Efektif.
Jakarta Prisma.Poespowardojo, Soerjanto, 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta, PT Gramedia.Pranarka, A.M.W., 1985, Sejarah Pemikiran tentang Pancasila. Jakarta, CSISPurnama, Heri. 1996. Ilmu Alamiah Dasar. Reineka Cipta Karya.Pusat Bahasa Indonesia, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Resosudarmo, I.A.P. & C.J.P.Colfer. 2002. Ke Mana Harus Melangkah : Masyarakat, Hutan dan
perumusan Kebijakan di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: xxxiv + 516 hlm.Roberts, J.M., 2004, The New Penguin History of The World, London, UK : Penguin Books. Sadikin, Sutrisno(et.al).2000. Ilmu Alamiah Dasar. Universitas Tarumanegara Jakarta.Sahlin, M.D. (1968), Culture and Environment. London : Routledge&Kegan Paul.Salim, Emil (1989), Sustainable Development :An Indonesian Perspective. Jakarta : Paper
Presented at AISEC, March.Santoso, Heru.2000. Landasan Etis bagi Perkembangan Teknologi. Tiara Wacana Yogyakarta.Sardjoko.1991.Bioteknologi, Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya. Gramedia JakartaSetneg R.I. (tanpa tahun). Himpunan Risalah Sidang-sidang dari BPUPKI dan PPKI yang
berhubungan dengan Penyusunan UUD 1945. Jakarta: Setneg R.I.Simbolon, Parakitri T., 1995. Menjadi Indonesia, Buku I Akar-akar Kebangsaan Indo-nesia.
Jakarta: KompasSoedarsono, Soemarno, 1997, Ketahanan Pribadi dan Ketahanan Keluarga sebagai Tumpuan
Ketahanan Nasional. Jakarta: Intermassa Soemarwoto, O. (1989), Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : DjambatanSoemiarno, S, 2005, Hak Asasi Manusia (utk Pelatihan Dosen Dikwar), Jakarta, Ditjen Dikti.Soeriaatmadja, R.E. (1977), Ilmu Lingkungan, Penerbit ITB, Bandung.Soerjani M. Rofiq A, dan Rozy M. (1987), Lingkungan : Sumberdaya Alam dan Kependudukan
dalam Pembangunan. Jakarta : UI – Press.Soerjani, Mohammad (1997), Pembangunan dan Lingkungan, Institut Pendidikan dan
Pengembangan Lingkungan, Jakarta.Soetoprawiro, Koerniatmanto, 1996. Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia.
Jakarta, Gramedia Pusaka UtamaStarr, C., Evers C.A., & L. Starr. 2006. Biology. Concepts and Applications. 6th ed. Thomson
Brooks/Cole. Toronto: xx + 795 + (A1-A7) + (G1—G9) + (CR1--CR7) + (I1-I-24) hlm.Sumaatmadja, Nursid (1989), Studi Lingkungan Hidup, Penerbit Alumni, Bandung.Sumardji, Juajir, 1996. Hukum Ruang Angkasa. Jakarta, PT. Pradnya Paramita
203
Sunardi, R.M. (2004), Pembinaan Ketahanan Bangsa. Jakarta: PT. Kuadernita Adidarma.Sunardi, R.M., 2004, Pembinaan Ketahanan Bangsa, Dalam Rangka Memperkokoh NKRI,
Jakarta : PT. Kuaternita Adidarma. Sunoto, 1981. Mengenal Filsafat Pancasila. Yogyakarta, Bag. Penerbitan FE UIISupardi, I. (1994), Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Penerbit Alumni, Bandung.Supriatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. xx + 482
hlm.Suradinata, Ermaya, Alex Dinuth (Pnyt), 2001, Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan Nasional.
Jakarta:Paradigma Cipta Tatrigama.Suseno, Franz Magnis (1988), Kuasa dan Moral. Jakarta : Gramedia.Sutikno dan Maryunani, 2006, Ekonomi Sumberdaya Alam, Badan Penerbit Fak. Ekonomi –
Univ. Brawijaya, Malang.Wardhana, Wisnu Arya (1995), Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.Widio Siswoyo, S. 1999. Ilmu Alamiah Dasar. Galia Indonesia Jakarta.Wikenfeld, Jonathan (edt), 1973, Conflict Behavior & Lingkage Politics, New York, David
McKay Co.Inc,Wright, Quincy, 1942. Study of War. Chicago III. The University of Chicago PressZen, M. T. 1984. Science, Teknologi dan Hari Depan Manusia. Gramedia Jakarta.
Tentang Tim Penulis
Slamet Soemiarno, tenaga pengajar luar biasa UI, Mk Pendidikan Kewarganegaraan sejak 1995. Pendidikan : S-1 Administrasi Negara, di Lembaga Administrasi Negara dan S-2 Pengkajian Ketahanan Nasional di Universitas Indonesia. Pendidikan jenjang militer : AAU hingga SESKOAU. Sebelum bergabung di UI (MKU dan Tim PDPT), sebagai pengajar luar biasa pada Proyek Diklat Administrasi Perlengkapan, Dep Keu RI dan SESPANAS LAN RI dengan bahan
204
ajar Penyelenggaraan Administrasi Perlengkapan Pemerintah, di samping bertugas tetap sebagai anggota TNI maupun anggota Legislatif.
Hari Kartono, tenaga pengajar tetap Departemen Geografi FMIPA-UI. Latar belakang pendidikannya S1 bidang studi Geografi dan S2 bidang studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan IPB. Selain sebagai tenaga pengajar, aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang dikuasainya.
Susiani Purbaningsih, tenaga pengajar tetap Departemen Biologi FMIPA-UI. Latar belakang pendidikan: S1, Fakultas Biologi-UGM, S2 dan S3, Université Montpellier II-Perancis, bidang Fisiologi Tumbuhan/Kultur in vitro Tumbuhan. Member dari International Association for Plant Tissue Culture & Biotechnology, Anggota Perhimpunan Anggrek Indonesia, Pemerhati dan Penggiat Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat.
205